BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. 1repository.uib.ac.id/1140/5/S_1451085_chapter2.pdf · 2018. 11....
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. 1repository.uib.ac.id/1140/5/S_1451085_chapter2.pdf · 2018. 11....
9 Universitas Internasional Batam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Konseptual
1. Tinjauan umum tentang Lembaga Pemasyarakatan
1.1 Pengertian Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan selain sebagai tempat pemidanaan
juga berfungsi untuk melaksanakan program pembinaan terhadap para
Narapidana, dimana melalui program yang dijalankan diharapkan
Narapidana yang bersangkutan setelah kembali ke masyarakat dapat
menjadi warga yang berguna di masyarakat. Pembinaan adalah
kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan
jasmani dan rohani narapidana dan anak didik pemasyarakatan
Pemasyarakatan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan
dalam tata peradilan pidana adalah bagian integral dari tata peradilan
terpadu (integrated criminal justice system).1 Yang di maksud dari
Lembaga Pemasyarakatan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 12
Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan adalah Kegiatan untuk
melakukan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan system
1 Peraturan Pemerintah 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan, Pasal 1 Ayat (1)
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
10
Universitas Internasional Batam
kelembagaan dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari
sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana2.
Dengan demikian, pemasyarakatan baik ditinjau dari sistem,
kelembagaan, cara pembinaan, dan petugas pemayarakatan,
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu rangkaian proses
penegakan hukum. Sistem Pemasyarakatan ini bertujuan supaya dapat
merubah dan mengajari Narapidana menjadi warga yang baik.
2. Tinjauan Umum Tentang Narapidana
Narapidana adalah seseorang yang sedang atau akan menjalani
hukuman Pidana yang dimana akan kehilangan kebebasan atau
kemerdekaan dan akan berada di dalam Lembaga Permasyarakatan
atau yang di sebut Lapas. Sebagaimana terurai dalam Pasal 1 angka 7
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Permasyarakatan.
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaannya di lapas.
Yang menjadi penghuni atau yang berada di dalam lembaga yaitu
orang-orang tahanan yaitu:
a. Orang yang sedang menjalakan pidana berupa Kurungan dan
Penjara.
b. Penahanan yang merupakan tahanan sementara.
c. Orang yang di sandera.
2 www.hukum-online.com/lembaga.pemasyarakatan
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
11
Universitas Internasional Batam
Setiap Narapidana yang menjalani Pidana yang menjalani Pidana
penjara di Lembaga Pemasyarakatan berhak mendapatkan
pengurangan masa Pidana (Remisi), Pembebasan bersyarat (PB), Cuti
Mengunjungi Keluarga, Cuti Menjelang Bebas, dan hak-hak lainnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Remisi adalah pengurangan masa hukuman yang didasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia3. Menurut
Pasal 1 Ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan,
Remisi adalah Pengurangan masa pidana yang diberikan kepada
Narapidana dan anak pidana yang telah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam peraturan Perundang-undangan. Menurut Pasal 34
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Pasal 34 Tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan, sebagai berikut:
1. Setiap Narapidana dan anak Pidana berhak mendapatkan Remisi.
2. Remisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan
Kepada Narapidana dan anak Pidana yang telah memenuhi syarat:
a. Berkelakuan Baik
b. Telah menjalani masa Pidana lebih dari 6 (enam) bulan.
3 https://id.wikipedia.org/wiki/Remisi
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
12
Universitas Internasional Batam
Persyaratan berkelakuan baik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dibuktikan dengan:
1. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam kurun 6 (enam)
bulan terakhir, terhitung sebelum tanggal pemberian remisi.
2. Telah mengikuti program Pembinaan yang diselenggarakan
Lembaga Pemasyarakatan dengan predikat baik.
Menurut Pasal 1 Ayat 1 Keputusan Presiden Republik Indonesia
No. 174 Tahun 1999 Tentang Remisi, remisi adalah pengurangan masa
pidana yang diberikan kepada narapidana dan anak pidana yang telah
berkelakuan baik selama menjalani pidana terkecuali yang dipidana mati
atau seumur hidup. Remisi merupakan salah satu sarana hukum yang
penting dalam rangka mewujudkan tujuan sistem pemasyarakatan.
Remisi akan diberikan kepada Narapidana jika telah memenuhi:
1. Jika Narapidana Memiliki Kelakukan yang baik pada saat
menjalani masa pidana.
2. Jika Narapidana sudah di pidana 6 bulan
Artian pengurangan masa hukuman akan diberi jika melakukan
tindakan yang baik dan tidak melakukan kesalahan pada masa
hukuman. Remisi dibagi 4 (empat) macam yaitu Remisi Umum,
Remisi Khusus, Remisi Tambahan dan Remisi Dasawarsa4.
4 https://id.wikipedia.org/Remisi
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
13
Universitas Internasional Batam
a. Remisi Umum
b. Remisi Khusus adalah remisi yang diberikan kepada napi untuk
melakukan Perayaan terhadap Keagamaan
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
14
Universitas Internasional Batam
c. Remisi Tambahan
Remisi tambahan adalah tambahan yang akan diberikan jika para napi
melakukan jasa yang besar kepada Negara atau melakukan yang
bermanfaat bagi Negara atau kemanusiaan atau kewajiban nasional di
Lembaga Kemasyarakatan.
1. 1/2 (setengah) dari remisi umum yang diperoleh pada tahun
yang bersangkutan bagi Narapidana dan Anak Pidana yang
berbuat jasa kepada negara atau melakukan perbuataan yang
bermanfaat bagi negara atau kemanusiaan
2. 1/3 (satu pertiga) dari remisi umum yang diperoleh pada tahun
yang bersangkutan bagi Narapidana dan Anak Pidana yang
telah melakukan perbutan yang membantu kegiatan pembinaan
di Lembaga Pemasyarakatan sebagai pemuka.
d. Dasawarsa
Dasarwasa akan diberikan jika napi merupakan warga yang
melakukan perayaan terhadap HUT RI setiap 10 tahun contohnya
pada tahun 1945, 1955, 1965 dan lain-lain. Akan didapatkan 1/12
lamanya dari masa melakukan dengan diberikan sebanyak di kurang
bulan banyaknya.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
15
Universitas Internasional Batam
Gambar 1.3 Prosedur Remisi yang ada di LAPAS
Narapidana yang di pidana dikarenakan tindakan pidana teroris atau
kejahatan lainnya akan disetujui remisi dalam pertimbangan dari
Direktorat Jendral Pemasyarakatan jika memeuhi syarat-syarat yaitu:
a. Pada masa di dalam Lapas tidak melakukan tindakan jahat
b. Telah mengikuti aturan dan sudah 1/3 (satu per tiga) lamanya pidana.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
16
Universitas Internasional Batam
Gambar 1.4 Proses yang ada di LAPAS
Syarat yang diatas yang penting perlu di perhatikan yaitu bahwa
Remisi akan diberikan kepada narapidana apabila melakukan kegiatan
yang membantu di lembaga. Pengecualian Pembelian Remisi diatur dalam
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999 Tentang
Remisi. Pasal 12 yang berbunyi, Remisi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 dan Pasal 3 tidak diberikan kepada narapidana dan anak pidana
yang :
1. Pidana kurang dari 6 (enam) bulan
2. Dikenakan hukuman displin dan didaftar pada buku pelanggaran
tata tertib Lembaga Pemasyarakatan dalam kurun waktu yang
diperhitungkan pada pemberian remisi;
3. Sedang menjalani Cuti Menjelang Bebas; atau
4. Dijatuhi pidana kurungan sebagai pengganti pidana denda.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
17
Universitas Internasional Batam
Yang dimaksud dengan Hak narapidana yaitu memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan sebagai bekal hidup ke depan jika mereka telah
bebas, ia juga memiliki hak yang harus dipertahankan selama ia masih
berada di dalam, Warga binaan juga akan dilindungi haknya dalam
memperoleh kesehatan dan keselamatan saat warga berada di dalam
lembaga. Yang merupakan sasaran agar para Binaan dapat merubah yaitu
dengan cara meningkatkan tingkatan beserta kualitas kepada warga binaan
pemasyarakatan yang pada umumnya akan dapat dilakukan yaitu:
a. Meningkatkan kualitas dalam percaya akan agama
b. Meningkatkan sifat yang baik warga binaan
c. Meningkatkan profesionalisme dan menambah kerajinan tangan
atau keterampilan untuk bekal para binaan setelah bebas
d. Meningkatkan kesehatan dan jasmani beserta rohani
Gambar 1.5 Proses Pelatihan Kesehatan WBP Lapas Batam
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
18
Universitas Internasional Batam
Lembaga Pemasyarakatan atau yang di sebut dengan Lapas adalah tempat
untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan anak didik pemasyarakatan
Pasal 1 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
berbunyi:
1. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga
Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara
pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam
tata peradilan pidana.
2. Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas
serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan
Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina,
dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan
Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan
dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung
jawab.
3. Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah
tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik
Pemasyarakatan.
4. Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut BAPAS adalah pranata
untuk melaksanakan bimbingan Klien Pemasyarakatan.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
19
Universitas Internasional Batam
5. Warga Binaan Pemasyarakatan adalah Narapidana, Anak Didik
Pemasyarakatan, dan Klien Pemasyarakatan.
6. Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
7. Narapidana adalah Terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan
di LAPAS.
8. Anak Didik Pemasyarakatan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 tahun 1999 tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
menjelaskan tentang 3 (tiga) tahap pembinaan narapidana yaitu:
1. Tahap Awal
Pembinaan tahap awal dilaksanakan di Lapas. Bagi narapidana
dimulai sejak yang bersangkutan berstatus sebagai narapidana
sampai dengan 1/3 (satu per tiga) masa pidana. Pembinaan tahap
awal meliputi:
a. Masa pengamatan, pengenalan dan penelitian lingkungan paling
lama 1 (satu) bulan.
b. Perencanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian
Pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian
c. Penilaian pelaksana program pembinaan tahap awal
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
20
Universitas Internasional Batam
2. Tahap Lanjutan
Pembinaan tahap lanjutan dilaksanakan di Lembaga
Pemasyarakatan, meliputi:
a. Tahap lanjutan pertama, sejak berakhirnya pembinaan tahap awal
sampai dengan 1⁄2 (satu per dua) dari masa pidana.
b. Tahap lanjutan kedua, sejak berakhirnya pembinaan tahap
lanjutan pertama sampai 2/3 (dua per tiga) masa pidana.
Pembinaan tahap lanjutan meliputi:
1. Perencanaan program pembinaan lanjutan
2. Pelaksanaan program pembinaan lanjutan
3. Penilaian pelaksanaan program pembinaan lanjutan
4. Perencanaan dan pelaksanaan program asimilasi
3. Tahap akhir
Pembinaan di tahap akhir dilaksanakan sejak berakhirnya tahap
lanjutan sampai dengan berakhirnya masa pidana dari narapidana
yang bersangkutan. Pembinaan tahap akhir meliputi:
1. Perencanaan program integrasi
2. Pengakhiran pelaksanaan pembinaan tahap akhir
Dalam hal narapidana tidak memenuhi syarat – syarat tertentu pembinaan
tahap akhir narapidana yang bersangkutan tetap dilaksanakan di Lembaga
Pemasyarakatan.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
21
Universitas Internasional Batam
Gambar 1.6 Tahapan Proses Pembinaan yang ada di Lapas Batam.
Proses asimilasi sangat dan amat di butuhkan oleh para narapidana
dikarenakan setelah menjalani masa binaan narapidana akan dikembalikan
ke lingkunganya semula, maka timbulah rasa ketidaksamaan dan perbedaan
terhadap masyarakat yang belum pernah di dalam Lembaga
Pemasyarakatan, maka sangat penting di lakukan pendidikan ini untuk agar
para narapidana saat di kembalikan dapat berinteraksi balik dan dapat hidup
di lingkungan kehidupannya semula. Pola pembinaan untuk para
Narapidana merupakan suatu cara atau kelakuan yang di lakukan untuk
Narapidana yang diikuti dengan sistem dalam usaha untuk mencapai sesuatu
tujuan yaitu agar saat di kembalikan ke masyarakat narapidana dapat
bertingkah laku dengan baik. Maka yang butuh di bina yaitu budipekerti dan
rasa percaya dirinya dan memberikan dukungan dalam percaya diri.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
22
Universitas Internasional Batam
Gambar 1.7 Proses Pemasyarakatan
Mengikuti surat edaran surat edaran No.K.P.10.13/3/1 tentang Pemasyarakatan
sebagai proses, terdapat beberapa tahap yang ada pada kesatuan dalam proses
yaitu :
1. Napi yang di ada di lembaga akan di lakukan penelitian dalam
memberitahu tentang dirinya sendiri, dikarenakan napi yang melakukan
kesalahan dapat di ketahui jelas oleh keluarganya sendiri. Di tahap ini
akan di beritahukan pembinaan awal oleh petugas yang bersangkutan
pada kasus tersebut. Pembinaan ini merupakan pembinaan tahap awal
yang dimulai dengan tahap pengamatan dan pengenalan terhadap
lingkungan sekitar dan akan di mulai dengan mandiri yang dimana waktu
bersangkutan telah memiliki status Narapidana sampai dengan waktu 1/3
dari masa tahanannya.
2. Setelah melakukan proses awal maka masuklah ke tahapan yang
selanjutnya yang dinamakan tahapan kedua atau di sebut TPP Tim
Pengamat Permasyarakatan yang di mana tahapan ini memiliki sifat
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
23
Universitas Internasional Batam
perbaikan dan sudah menjalani peraturan yang ada dengan disiplin, maka
napi akan di berikan kebebasan lebih banyak. Akan di tempatkan di
pengawasan medium security.
3. Proses yang telah di lalui ½ dari masa tahanan dan menurut TPP
memiliki perubahan secara besar maka proses akan di pindahkan dan
dirubah menjadi proses asimilasi dengan di bedakan pada kedua bagian
yaitu:
a. Akan di mulai sejak di akhirnya tahap pertama sampai dengan ½
setengah. Di tahap ini masih dilakukan pengawasan dan pembinaan
sudah memasuki tahap medium security.
b. Akan di mulai sejak di akhirnya masa awal sampai 2/3 masanya.
Dalam waktu ini napi akan di lalui tahapan asimilasi dan akan di
lakukan pembebasan dengan syarat di berikan cuti masa menjelang
bebas di awasi oleh minimum security.
c. Pengawasan telah lalui 2/3 dari masa dan kurang dari 9 bulan, ini
yang di maksud dari tahap yang terakhir yaitu dilakukan tahap
pelaksanaan pembimbingan dalam meningkatkan kualitas ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
d. Mengikuti ketentuan yang ada pada Pasal 6 UU Nomor 12 Tahun
1995, Yang berarti Pembinaan warga binaan pemasyarakatan
dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan dan pembimbingan terhadap
warga binaan pemasyarakatan dilakukan terhadap Narapidana".
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
24
Universitas Internasional Batam
Proses yang terdapat pada Sarana dan Prasarana pada pendukung
dibutuhkan untuk penggunaan syarat dalam mencapai kesuksesan yang akan
di capai, Cara yang di sebut yaitu, Sarana pada gedung pemasyarakatan
yaitu dalamnya menggambarkan sebuah gedung yang berkesan terlihat
seram beserta tembok yang dilapisi berlapis dan dikelilingi oleh besi yang
membentuk kondisi yang sangat menyeramkan.
Selanjutnya sarana keterampilan yang dilakukan di dalam lembaga
dengan cara memproduksi barang-barang yang berfungsi, dengan cara
barang yang sudah tidak layak di pakai di ubah menjadi layak digunakan
dan dapat menghasilkan keterampilan yang dapat di jual. Di samping itu
dalam tahap selesainya hukuman dan mengembalikan ke masyarakat
sangatlah penting akan dilakukan berusahanya memperbaiki napi yang ada
di dalam lembaga. Adapun beberapa cara yang akan memudahkan napi
yaitu :
1. Melakukan pelatihan dengan mengajarkan berpikiran yang
realitas.
2. Harus memiliki kesadaran tersendiri.
3. Mampu membentuk hubungan yang baik beserta interaksi dengan
lingkungan.
4. Dapat mengatur emosi dan tingkah laku.
5. Memiliki tujuan hidup yang sehat.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
25
Universitas Internasional Batam
Supaya warga tidak ketinggalan dari sifat pemasyarakatan, walaupun
pada awalnya lembaga bukan merupakan tempat yang paling baik untuk
warga binaan. Sistem ini merupakan hukum di karenakan dipengaruhnya
situasi dengan lingkungan yang strategis dalam nasional maupun
internasional. Negara Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi
keadilan untuk seluruh masyarakat di Indonesia. Yang merupakan yang
pertama ialah bagi yang lebih membutuhkan perlindungan hukum. Asas
yang kedudukan ini sangatlah penting untuk ditegakkan dan ditegaskan
terutama dalam kehidupan bermasyarakat, saat ini sangatlah berpengaruh
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
3. Perbedaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah
Tahanan (Rutan)
Dalam hukuman dan pengurungan tempat yang ada di
Indonesia, dapat kita ketahui salah satu nya selain Lapas juga terdiri
dari RUTAN. Rutan adalah menempatkan tersangka dan/atau
terdakwa akan di ditahan didalam suatu tempat selama menjalankan
proses penyidikan dan pemeriksaan. Rumah tahanan (Rutan) juga
merupakan salah satu bagian dari Lapas. Disetiap tempat atau ibu kota
Provinsi akan terdapat Rutan, jika di teliti dari secara garis besar
Rutan dan Lembaga Pemasyarakatan ialah kedua lembaga yang
kegunaan yang berbeda. Berikut ini yang merupakan perbedaan dari
kedua itu ialah:
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
26
Universitas Internasional Batam
Tabel 1.3 Perbedaan Lapas dan rutan.
4. Sistem Pemasyarakatan di dalam Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan merupakan bagian akhir dari sistem
pemisahan dalam tata peradilan terpadu (intergrated Criminal Justice
System) sebagai suatu integral dan tata yang terpadu yang akan di lihat
dari segi kelembagaan dan cara pemidaan dan sumber daya
pemasyarakatan yang menjadi bagian yang tidak akan dipisahkan dari
proses hukum. Sistem ini merupakan hasil dari suatu bentuk hukum
yang dimulai dari proses penyelesaian perkara yaitu dilakukannya
penyidikan oleh Penyidik, Polri atau PPNS dan selanjutnya
dilakukannya penuntutan oleh Penuntut Umum pada kejaksaan dan
akan di lakukan proses persidangan di dalam pengadilan agar dapat
memperoleh putusan dari hakim. Yang menjadi tahapan selanjutnya
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
27
Universitas Internasional Batam
ialah setelah di dapatkan putusan hakim dan telah berkekuatan hukum
yang tetap, putusan tersebut akan dilaksanakan oleh jaksa dengan
memindahkan terpidana ke Lembaga Pemasyarakatan. Menuju
tahapan selanjutnya Lapas akan melakukan pembinaan yang
sebenarnya-benarnya dengan tujuan untuk memperbaiki narapidana
yang telah melakukan kesalahan sebelum narapidana di kembalikan
kemasyarakat. Untuk mendapatkan dan mewujudkan tujuan dari pe
masyrakatan tersebut maka harus dilakukan dukungan dengan adanya
kerja sama dari bagian fungsional yang melakukan tugasnya di bidang
pembinaan.
5. Tujuan Terbentuknya Lembaga Pemasyarakatan
Adapun tujuan dibentuknya Lembaga Pemasyarakatan adalah
a. Membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi
manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan
tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali
oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam
pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga
negara yang baik dan bertanggung jawab.
b. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang
ditahan di Rumah Tahanan Negara dan Cabang Rumah Tahanan
Negara dalam rangka memperlancar proses penyidikan,
penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
28
Universitas Internasional Batam
c. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan / para
pihak berperkara serta keselamatan dan keamanan benda-benda
yang disita untuk keperluan barang bukti pada tingkat
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan
serta benda-benda yang dinyatakan dirampas untuk negara
berdasarkan putusan pengadilan.
Pasal 3 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, Fungsi dari Lapas yaitu Menyiapkan agar dapat
integrasi secara baik dengan masyarakatan nantinya, sehingga dapat
berperan kembali segabai masyarakat yang normal dan bebas beserta
tanggung jawab. Dalam sistim Pelaksanaan ini pada dasarnya
terwujud pada tujuan Pemasyarakatan yang menjadi kedua bagian
dan memiliki upaya yang akan meningkatkan Ketahanan social
beserta nasional, bersama indicator yang akan menjadi bahan ukur
hasil yang akan di capai dalam melakukan sistim ini yaitu:
1. Isi Lapas lebih rendah daripada kapasitas.
2. Menurunnya secara bertahap dari tahun ke tahun angka pelarian
dan gangguan.
3. Meningkatnya secara bertahap jumlah Narapidana yang bebas
sebelum waktunya melalui proses asimilasi dan integrasi.
4. Semakin menurunya dari tahun ketahun angka residivis.
5. Semakin banyaknya jenis-jenis institusi sesuai dengan
kebutuhan berbagai jenis / golongan Narapidana.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
29
Universitas Internasional Batam
6. Secara bertahap perbandingan banyaknya narapidana yang
bekerja dibidang industri dan pemeliharaan adalah 70:30.
7. Prosentase kematian dan sakit Warga Binaan Pemasyarakatan
sama dengan prosentase di masyarakat.
8. Biaya perawatan sama dengan kebutuhan minimal manusia
Indonesia pada umumnya.
9. Lapas dalam kondisi bersih dan terpelihara.
10. Semakin terwujudnya lingkungan pembinaan yang
menggambarkan proyeksi nilai-nilai masyarakat ke dalam Lapas
dan semakin berkurangnya nilai-nilai sub kultur penjara dalam
Lembaga Pemasyarakatan.
6. Tinjauan Umum tentang Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan
Pengertian dari pembinaan menurut Kamus Besar Indonesia
adalah suatu proses yang di lalui beserta cara pembuatan mengikuti
cara pembinaan di dalam. Dengan dilakukannya pembaharuan dan
penyempurnaan dalam proses beserta usaha dengan tindakan yang
dilakukan dengan berguna dan memperoleh hasil yang sangat baik
untuk di lihat dan di nilai. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan. Pembinaan adalah
kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan
jasmani dan rohani Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
30
Universitas Internasional Batam
7. Tujuan Pembinaan
Tujuan dari di lakukannya Pembinaan bagi Narapidana yaitu:5
a. Membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi
manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan
tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali
oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam
pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga
negara yang baik dan bertanggung jawab.
b. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang
ditahan di Rumah Tahanan Negara dan Cabang Rumah Tahanan
Negara dalam rangka memperlancar proses penyidikan,
penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan
c. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan / para
pihak berperkara serta keselamatan dan keamanan benda-benda
yang disita untuk keperluan barang bukti pada tingkat
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan
serta benda-benda yang dinyatakan dirampas untuk negara
berdasarkan putusan pengadilan.
8. Faktor – Faktor Penghambat Pembinaan
Terdapat dua macam Pembinaan warga binaan pemasyarakatan di
Lapas yaitu:
5 http://lapaswirogunan.com/profil/tujuan-fungsi-sasaran-pemasyarakatan/
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
31
Universitas Internasional Batam
a. Intramural artinya Pembinaan yang dilakukan di dalam
Lembaga Pemasyarakatan.
b. Ekstremural yang artinya Pembinaan yang dilakukan di luar
Lembaga Pemasyarakatan.
1. Faktor Internal
Dalam Pelaksanaan pola pembinaan di Lapas Kelas IIA Batam ,
terdapat beberapa faktor yang menjadi hambatan baik internal
maupun Eksternal. Faktor Internal yang menjadi Hambatan
berjalannya pola pembinaan tersebut berasal dari dalam diri
narapidana itu sendiri antara lain :
a. Faktor Pendidikan yang sangat minimal dari para narapidana,
sehingga menjadi hambatan untuk para narapidana tidak dapat
mengembangkan potensi yang ada dari para Narapidana. Yang
menjadi contoh seorang narapidana yang berpendidikan formal
hanya sampai jenjang SD di bandingkan dengan seseorang
yang tamatan SMA maka potensi pengembangan diri lebih
mudah untuk pencarian kerja.
b. Faktor Sifat dan Kepribadian yang terdapat dalam diri
narapidana itu sendiri menjadi salah satu faktor penghambat
terbesar, dikarenakan mengingat perbedaan sifat dan
keseriusan dalam melaksanakan pembinaan dan latar belakang
yang berbeda-beda sangat mempengaruhi jalannya pembinaan,
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
32
Universitas Internasional Batam
sehingga sulit untuk menentukan jenis pembinaan yang cocok
bagi masing-masing narapidana.
2. Faktor Eksternal
Di Lapas Kelas IIA Batam, selain terdapat faktor penghambat dari
internal, faktor eksternal juga menjadi penghambat dalam
berjalannya pola pembinaan di Lapas Kelas IIA Batam. Beberapa
faktor Eksternal yang juga menjadi penghambat yaitu:
1. Gedung Lembaga Pemasyarakatan
Kurangnya persedian kamar dan ruangan untuk kapasitas
jumlah narapidana yang kelebihan banyak sehingga
menimbulkan ketidaknyamanan yang ada di Lembaga
Pemasyarakatan.
2. Kualitas dan Kuantitas Petugas
Adanya suatu usaha yang harus dilakukan agar kualitas dari
para petugas Lembaga Pemasyarakatan mampu menjawab
segala masalah dan tantangan yang selalu ada dan muncul di
lingkungan Lembaga Pemasyarakatan di samping penguasaan
terhadap tugas-tugas yang rutin.
3. Sarana dan Fasilitas Pembinaan
Adanya kekurangan sarana dan fasilitas baik dalam jumlah
mutu telah menjadi penghambat pembinaan bahkan telah
menjadi salah satu penyebab rawannya keamanan dan
ketertiban. Hal tersebut merupakan tugas bagi semua pihak
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
33
Universitas Internasional Batam
yang ada didalamnya baik itu Kepala Lembaga
Pemasyarakatan maupun staff yang ada di lingkungan
Lembaga Pemasyarakatan, serta para Narapidana atau Tahanan
untuk dapat merawat dan memelihara semua sarana dan
fasilitas yang ada dan mendayagunakannya secara optimal.
4. Anggaran Lembaga Pemasyarakatan
Meskipun dirasakan kurang mencukupi untuk kebutuhan dan
melaksanakan semua program pembinaan, namun hendaknya
diusahakan sedapat mungkin untuk memanfaatkan anggaran
yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna, agar
pembinaan dapat berjalan dengan baik.
5. Kualitas dan Ragam Program Pembinaan.
Kualitas dari bentuk-bentuk program dari pembinaan tidak
semata-mata ditentukan oleh anggaran ataupun sarana dan
fasilitas yang tersedia. Diperlukan program-program kreatif
tetapi tidak mengeluarkan biaya yang terlalu mahal dalam
pengerjaannya dan mudah cara kerjanya serta memiliki
dampak yang edukatif yang optimal bagi warga binaan
pemasyarakatan.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
34
Universitas Internasional Batam
B. Landasan Yuridis
1. Pancasila
Yang dimaksud oleh pancasila ialah ideologi dasar bagi Negara
Indonesia Nama dari yang di maksud oleh Pancasila ialah berasal dari
Bahasa sansekerta yaitu berarti panca yaitu lima sedangkan sila memiliki
arti prisip atau juga asas pancasila juga merupakan sebuah rumusan atau
pedoman hidup dalam berbangsa bernegara untuk seluruh rakyat yang
berada di Negara Indonesia, 1 Juni di peringati sebagai hari lahirnya
Pancasila.
Lima sendi yang menjadi utama dalam melakukan penyusunan Pancasila
adalah sebagai berikut:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa yang dalam arti mengajarkan Menjamin
kebebasan masyarakat dalam memeluk agama.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab yang dalam artian dari
Memperlakukan manusia dengan pantas sesuai dengan harkat,
martabat dan derajatnya.
c. Persatuan Indonesia yang dalam artian dari Mengutamakan
kepentingan bangsa dan Negara.
d. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dalam artian dari mengutamakan
kepentingan Bangsa dan Negara.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
35
Universitas Internasional Batam
e. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia dalam artian dari
Menjamin untuk hidup layak dan memperoleh kesempatan dalam
bekerja.
2. Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 menjadi landasan HAM atau
disebut sebagai Hak Asasi Manusia yang ada di Indonesia. Terdapat pada
alinea yang pertama tentang dalam memajukan kesejahteraan umum dan
cara mencerdaskan kehidupan dalam bangsa dan ikut serta dalam
memelihara perdamaian abadi yang ada di dunia. Sila kedua
Kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan landasan idil akan
pengakuan dan jaminan hak asasi manusia di Indonesia.
3. Batang Tubuh Undang – Undang Dasar 1945
Pembukaan Undang-undang 1945, landasan Hukum Hak Asasi Manusia
juga terdapat pada batang tubuh sebelum diamandemen, diantara lain
sebagai berikut yaitu :
a. Memiliki persamaan dalam kedudukan warga dalam hukum
pemerintahan di Negara Indonesia Pasal 27 ayat 1.
b. Hak atas memiliki Pekerjaan dan Hidup yang layak Pasal 27 ayat 2.
c. Mendapatkan Kemeerdekaan dan Berkumpul dengan aman Pasal 28.
d. Hak untuk mengeluarkan Pikiran atau ide dalam tulisan.
e. Hak dalam memiliki pendidikan dan ajaran.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
36
Universitas Internasional Batam
4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP
KUHAP mengatur mengenai peran hakim dalam melakukan pengawasan
terhadap narapidana. Peran hakim ini sangat berkaitan erat dengan
lembaga pemasyarakatan seperti yang tertuang dalam pasal-pasal di
bawah ini :
Pasal 278
Jaksa mengirimkan tembusan berita acara pelaksanaan putusan
pengadilan yang ditandatangani olehnya, kepala lembaga
pemasyarakatan dan terpidana kepada pengadilan yang memutus
perkara pada tingkat pertama dan panitera mencatatnya dalam
register pengawasan dan pengamatan.
Pasal 280
(1) Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengawasan guna
memperoleh kepastian bahwa putusan pengadilan dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
(2) Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengamatan
untuk bahan penelitian demi ketetapan yang bermanfaat bagi
pemidanaan, yang diperoleh dari perilaku narapidana atau
pembinaan lembaga pemasyarakatan serta pengaruh timbal
balik terhadap nara pidana selama menjalani pidananya.
Pasal 281
Atas permintaan hakim pengawas dan pengamat, kepala lembaga
pemasyarakatan menyampaikan informasi secara berkala atau
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
37
Universitas Internasional Batam
sewaktu-waktu tentang perilaku narapidana tertentu yang ada
dalam pengamatan hakim tersebut.
Pasal 282
Jika dipandang perlu demi pendayagunaan pengamatan, hakim
pengawas dan pengamat dapat membicarakan dengan kepala
lembaga pemasyarakatan tentang cara pembinaan narapidana
tertentu.
5. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 1
Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga
Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara
pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam
tata peradilan pidana. Tujuan adanya permasayarakatan agar warga
binaan sendiri dibina atau dididik yang menunjukkan tidak adanya
batasan hak mereka untuk memperoleh pendidikan, pembinaan dan
informasi yang benar. Secara khusus, undang-undnag ini mengatur secara
jelas apa saja yang menjadi hak warga binaan sesuai yang terdapat dalam
Pasal 14
(1) Narapidana berhak :
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau
kepercayaannya
b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun
jasmani
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
38
Universitas Internasional Batam
c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran
d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak
e. Menyampaikan keluhan
f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media
massa lainnya yang tidak dilarang
g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang
dilakukan
h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau
orang tertentu lainnya
i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi)
j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti
mengunjungi keluarga
k. Mendapatkan pembebasan bersyarat
l. Mendapatkan cuti menjelang bebas
m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan
hak-hak Narapidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Hak-hak diatas sesuai dengan apa yang diatur dalam Undang-
Undang Dasar 1945. Untuk memberikan perlakuan hak yang merata,
undang-undang ini juga mengatur ketentuan bagi anak dibawah
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
39
Universitas Internasional Batam
umur yang masuk ke dalam program pemasyarakatan yang data
dilihat dalam pasal
Pasal 18
(1) Anak Pidana ditempatkan di LAPAS Anak.
(2) Anak Pidana yang ditempatkan di LAPAS Anak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) wajib didaftar.
Pasal 25
(1) Anak Negara ditempatkan di LAPAS Anak.
(2) Anak Negara yang ditempatkan di LAPAS Anak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) wajib didaftar.
Hal ini dilakukan untuk melindungi hak-hak anak tersebut
dikarenakan adanya perbedaan kebutuhan, pola piker dan kebiasaan
orang dewasa dan anak sehingga tidak bisa digabungkan dengan
lingkungan Lapas orang dewasa. Hal ini juga dapat dilihat dari
perbedaan yang hak yang di dapatkan :
Pasal 22
(1) Anak Pidana memperoleh hak-hak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 kecuali huruf g.
(2) Ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan
hak-hak Anak Pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
40
Universitas Internasional Batam
Pasal 29
(1) Anak Negara memperoleh hak-hak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14, kecuali huruf g dan i.
(2) Ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan
hak-hak Anak Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Adanya pembatasan hak yang diterima disebabkan perbedaan
perlakuan antara orang dewasa dan anak-anak, misalnya seorang
anak tidak mendapatkan premi atau upah dikarenakan anak-anak
tidak bekerja dan sebagainya.
6. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAM
Pasal 1 Angka (6) Tahun 1999 Tentang HAM, Pelanggaran Hak Asasi
Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak sengaja, atau
kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak
mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
41
Universitas Internasional Batam
7. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan
dan Pembimbingan Warga Binaan Masyarakat
Undang-undang ini mengatur fungsi lapas sebagai lembaga pembinaan
terhadap warga binaan. Fungsinya sendiri diatur secara jelas di dalam
pasal-pasal berikut ini :
Pasal 6
(1) Kepala LAPAS wajib melaksanakan pembinaan Narapidana.
(2) Dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), Kepala LAPAS wajib mengadakan perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian atas kegiatan program
pembinaan.
(3) Kegiatan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
diarahkan pada kemampuan Narapidana untuk berintegrasi
secara sehat dengan masyarakat.
Pasal 7
(1) Pembinaan Narapidana dilaksanakan melalui beberapa tahap
pembinaan.
(2) Tahap pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri
dari atas 3 (tiga) tahap, yaitu: a. tahap, awal; b. tahap lanjutan;
dan c. tahap akhir.
(3) Pengalihan pembinaan dari satu tahap ke tahap lain ditetapkan
melalui sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan berdasarkan
data dari Pembina Pemasyarakatan, Pengaman
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
42
Universitas Internasional Batam
Pemasyarakatan Pembimbing Kemasyarakatan, dan Wali
Narapidana.
(4) Data sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) merupakan hasil
pengamatan, penilaian, dan laporan terhadap pelaksanaan
pembinaan.
(5) Ketentuan mengenai pengamatan, penilaian dan melaporkan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Menteri.
Pasal 8
(1) Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Narapidana di
LAPAS disediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
(2) LAPAS sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibagi dalam
beberapa klasifikasi dan spesifikasi.
(3) Ketentuan mengenai klasifikasi dan spesifikasi LAPAS
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Menteri.
Pasal 9
(1) Pembinaan tahap awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2) huruf a bagi Narapidana dimulai sejak yang
bersangkutan berstatus sebagai Narapidana sampai dengan 1/3
(satu per tiga) dari masa pidana.
(2) Pembinaan tahap lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2) huruf b meliputi: a. tahap lanjutan pertama, sejak
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
43
Universitas Internasional Batam
berakhirnya pembinaan tahap awal sampai dengan 1/2 (satu
per dua) dari masa pidana; dan b. tahap lanjutan kedua, sejak
berakhirnya pembinaan tahap lanjutan pertama sampai dengan
2/3 (dua per tiga) masa pidana.
(3) Pembinaan tahap akhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2) huruf c dilakasanakan sejak berakhirnya tapap lanjutan
sampai dengan berakhirnya masa pidana dari Narapidana yang
bersangkutan.
Pasal 10
(1) Pembinaan tahap awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) meliputi: a. masa pengamatan, pengenalan dan
penelitian lingkungan paling lama 1 (satu) bulan; b.
perencanaan program pembinaan kepribadian dan
kemandirian; c. pelaksanaan program pembinaan kepribadian
dan kemandirian; dan d. penilaian pelaksanaan program
pembinaan tahap awal.
(2) Pembinaan tahap lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (2) meliputi: a. perencanaan program pembinaan lanjutan;
b. pelaksanaan program pembinaan lanjutan; c. penilaian
pelaksanaan program pembinaan lanjutan; dan d. perencanaan
dan pelaksanaan program asimilasi.
(3) Pembinaan tahap akhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (3) meliputi: a. perencanaan program integrasi; b.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
44
Universitas Internasional Batam
pelaksanaan program integrasi; dan c. pengakhiran
pelaksanaan pembinaan tahap akhir.
(4) Pentahapan pembinaan sebagaimana dimaksdu dalam ayat (1),
(2), dan (3) ditetapkan melalui sidang Tim Pengamat
Pemasyarakatan.
(5) Dalam Sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan Kepala LAPAS
wajib memperhatikan hasil lintas.
(6) Ketentuan mengenai bentuk dan jenis kegiatan program
pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (3)
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri. Pasal 11 (1)
Pembinaan tahap awal dan tahap lanjutan dilaksanakan di
LAPAS. (2) Pembinaan tahap akhir dilaksanakan di luar
LAPAS oleh BAPAS. (3) Dalam hal Narapidana tidak
memenuhi syarat-syarat tertentu pembinaan tahap akhir
Narapidana yang bersangkutan tetap dilaksanakan di LAPAS.
Pasal 12 Dalam hal terdapat Narapidana yang tidak
dimungkinkan memperoleh kesempatan asimilasi dan atau
integrasi, maka Narapidana yang bersangkutan diberikan
pembinaan khusus.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
45
Universitas Internasional Batam
8. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan
Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 1
1. Warga Binaan Pemasyarakatan, Terpidana, Narapidana, Anak
Didik Pemasyarakatan, Klien Pemasyarakatan, LAPAS dan
BAPAS adalah Warga Binaan Pemasyarakatan, Terpidana,
Narapidana, Anak Didik Pemasyarakatan, Klien
Pemasyarakatan LAPAS dan BAPAS sebagaimana dimaksud
dalam Undangundang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan.
2. Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa , intelektual, sikap
dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani
Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.
3. Pendidikan dan pengajaran adalah usaha sadar untuk
menyiapkan Warga Binaan Pemasyarakatan melalui kegiatan
bimbingan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
46
Universitas Internasional Batam
Dalam Undang-undnag ini akan dibahas implementasi dari setiap hak
yang dimiliki oleh warga binaan yang dapat dilihat dalam pasal-pasal
berikut ini:
Pasal 2
1. Setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan berhak
untuk melakukan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
2. Ibadah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan di
dalam LAPAS atau di luar LAPAS, sesuai dengan program
pembinaan.
3. Tata cara pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
Pasal 3
1. Pada setiap LAPAS wajib disediakan petugas untuk
memberikan pendidikan dan bimbingan keagamaan.
2. Jumlah Petugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
disesuaikan dengan keperluan tiap-tiap LAPAS berdasarkan
pertimbangan Kepala LAPAS.
3. Dalam melaksanakan pendidikan dan bimbingan keagamaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepala LAPAS
setempat dapat mengadakan kerja sama dengan instansi
terkait, badan kemasyarakatan, atau perorangan.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
47
Universitas Internasional Batam
Pasal 4
Setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan wajib
mengikuti program pendidikan dan bimbingan agama sesuai
dengan agama dan kepercayaannya. Bagian Kedua Perawatan
Rohani dan Perawatan Jasmani
Pasal 5
Setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan berhak
mendapat perawatan rohani dan jasmani.
Pasal 6
1. Perawatan rohani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
diberikan melalui bimbingan rohani dan pendidikan budi
pekerti.
2. Pada setiap LAPAS wajib disediakan petugas bimbingan
rohani dan pendidikan budi pekerti.
3. Dalam melaksanakan bimbingan dan pendidikan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Kepala LAPAS dapat bekerjasama
dengan instansi terkait, badan kemasyarakatan atau
perorangan.
Pasal 7
1. Setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan berhak
mendapat perawatan jasmani berupa : a. pemberian
kesempatan melakukan olah raga dan rekreasi; b. pemberian
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
48
Universitas Internasional Batam
perlengkapan pakaian; dan c. pemberian perlengkapan tidur
dan mandi.
2. Pemberian perlengkapan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf b dan c dilaksanakan segera setelah Terpidana dan
Anak Negara selesai didaftar. (3) Narapidana, Anak Pidana,
dan Anak Negara wajib memakai pakaian seragam yang telah
ditetapkan. Pasal 8 Pelaksanaan ketentuan perawatan rohani
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan perawatan
jasmani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
Pasal 9
Setiap LAPAS wajib melaksanakan kegiatan pendidikan dan
pengajaran bagi Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.
Pasal 10
1. Pada setiap LAPAS wajib disediakan petugas pendidikan dan
pengajaran.
2. Dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Kepala LAPAS dapat bekerjasama
dengan instansi pemerintah yang lingkup tugasnya meliputi
bidang Pendidikan dan Kebudayaan, dan atau badanbadan
kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan dan
pengajaran.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
49
Universitas Internasional Batam
Pasal 11
1. Pendidikan dan pengajaran bagi Narapidana dan Anak Didik
Pemasyarakatan, dilaksanakan di dalam LAPAS.
2. Apabila Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan
membutuhkan pendidikan dan pengajaran lebih lanjut yang
tidak tersedia di dalam LAPAS, maka dapat dilaksanakan di
luar LAPAS.
3. Pendidikan dan pengajaran di dalam LAPAS diselenggarakan
menurut kurikulum yang berlaku pada lembaga pendidikan
yang sederajat.
4. Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) menjadi tanggung jawab Kepala LAPAS.
Pasal 12
Kepala LAPAS mengadakan perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan pendidikan dan pengajaran di dalam LAPAS.
Pasal 13
Setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yang telah
berhasil menyelesaikan pendidikan dan pengajaran, berhak
memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar dari instansi yang
berwenang. Bagian Keempat Pelayanan Kesehatan dan Makanan.
Pasal 14
1. Setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan berhak
memperoleh pelayanan kesehatan yang layak.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
50
Universitas Internasional Batam
2. Pada setiap LAPAS disediakan poliklinik beserta fasilitasnya
dan disediakan sekurang-kurangnya seorang dokter dan
seorang tenaga kesehatan lainnya.
Pasal 15
1. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh dokter LAPAS.
2. Dalam hal dokter sebagaimana ayat (1) berhalangan, maka
pelayanan kesehatan tertentu dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan lainnya.
Pasal 16
1. Pemeriksaan kesehatan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) bulan dan dicatat dalam kartu kesehatan.
2. Dalam hal Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan ada
keluhan mengenai kesehatannya, maka dokter atau tenaga
kesehatan lainnya di LAPAS wajib melakukan pemeriksaan.
3. Apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditemukan adanya
penyakit menular atau membahayakan, maka penderita tersebut
dirawat secara khusus.
4. Ketentuan mengenai perawatan secara khusus sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Menteri.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
51
Universitas Internasional Batam
Pasal 17
1. Dalam hal penderita sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (3) memerlukan perawatan lebih lanjut, maka dokter
LAPAS memberikan rekomendasi kepada Kepala LAPAS agar
pelayanan kesehatan dilakukan di rumah sakit umum
Pemerintah di luar LAPAS.
2. Pelayanan kesehatan bagi penderita di rumah sakit
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus mendapat izin
tertulis dari Kepala LAPAS.
3. Penderita sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) yang dibawa
dan dirawat di rumah sakit wajib dikawal oleh Petugas LAPAS
dan bila diperlukan dapat meminta bantuan petugas kepolisian.
4. Biaya perawatan kesehatan di rumah sakit bagi penderita
dibebankan kepada negara.
5. Dalam hal ada Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan
yang sakit, maka Kepala LAPAS harus segera memberitahukan
kepada keluarganya.
Pasal 18
1. Apabila Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan
meninggal dunia karena sakit atau sebab lain, maka Kepala
LAPAS segera memberitahukan kepada keluarganya.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
52
Universitas Internasional Batam
2. Apabila Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan diduga
meninggal secara tidak wajar, maka Kepala LAPAS segera
melapor kepada Kepolisian.
3. Jenazah Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan yang
tidak diambil keluarganya dalam jangka waktu 2 x 24 (dua kali
dua puluh empat) jam sejak meninggal dunia dan telah
diberitahukan secara layak kepada keluarga atau ahli warisnya,
penguburannya dilaksanakan oleh LAPAS, sesuai dengan tata
cara agama atau kepercayaannya.
4. Barang atau uang milik Narapidana atau Anak Didik
Pemasyarakatan yang meninggal dunia, harus diserahkan
kepada keluarga atau ahli warisnya.
5. Penyerahan barang atau uang sebagaimana dimaksud dalam
ayat (4) dilakukan dengan Berita Acara.
6. Apabila barang atau uang milik Narapidana atau Anak Didik
Pemasyarakatan yang meninggal dunia tersebut tidak diambil
oleh keluarga atau ahli warisnya dalam waktu 6 (enam) bulan
setelah diberitahukan, maka barang atau uang tersebut menjadi
milik negara.
7. Dalam hal barang milik Narapidana atau Anak Didik
Pemasyarakatan yang meninggal dunia mengandung bibit
penyakit yang berbahaya, maka barang tersebut segera
dimusnahkan dan dibuatkan Berita Acara.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
53
Universitas Internasional Batam
Pasal 19
1. Setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan berhak
mendapatkan makanan dan minuman sesuai dengan jumlah
kalori yang memenuhi syarat kesehatan.
2. Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yang
berkewarganegaraan asing bukan penduduk Indonesia, atas
petunjuk dokter dapat diberikan makanan jenis lain sesuai
dengan kebiasaan di negaranya.
3. Harga makanan jenis lain sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) tidak melampaui 1 1/2 (satu satu per dua) kali dari harga
makanan yang telah ditentukan bagi Narapidana dan Anak
didik Pemasyarakatan.
10. Keputusan Pemerintah Nomor 174 Tahun 1999 Tentang
Remisi
Pasal 1
1. Setiap Narapidana dan Anak Pidana yang menjalani pidana
penjara sementara dan pidana kurungan dapat diberikan remisi
apabila yang bersangkutan berkelakuan baik selama menjalani
pidana.
2. Remisi diberikan oleh Menteri Hukum dan Perundang-
undangan Republik Indonesia.
3. Remisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
54
Universitas Internasional Batam
Pasal 2
Remisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri atas :
1. Remisi Umum, yang diberikan pada hari peringatan
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17
Agustus
2. Remisi Khusus, yang diberikan pada hari besar keagamaan
yang dianut oleh Narapidana dan Anak Pidana yang
bersangkutan, dengan ketentuan jika suatu agama mempunyai
lebih dari satu hari besar keagamaan dalam setahun, maka
yang dipilih adalah hari besar yang paling dimuliakan oleh
penganut agama yang bersangkutan.
Pasal 3
1. Remisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat ditambah
dengan remisi tambahan apabila Narapidana atau Anak Pidana
yang bersangkutan selama menjalani pidana:
a. Berbuat jasa kepada Negara
b. Melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau
kemanusiaan
c. Melakukan perbuatan yang membantu kegiatan pembinaan
di Lembaga Pemasyarakatan.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai berbuat jasa dan melakukan
perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau bagi kegiatan
pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan sebagaimana
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
55
Universitas Internasional Batam
dimaksud dalam ayat (1) diteapkan dengan Keputusan Menteri
Hukum dan Perundang-undangan.
Pasal 12
Remisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 tidak
diberikan kepada Narapidana dan Anak Pidana yang :
a. Di Pidana kurang dari 6 (enam) bulan;
b. Dikenakan Hukuman displin dan didaftar pada buku
pelanggaran tata tertib
Lembaga Pemasyarakatan dalam kurun waktu yang diperhitungkan
pada pemberian Remisi:
a. Sedang menjalani Cuti Menjelang Bebas
b. Dijatuhi pidana kurungan sebagai pengganti pidana denda
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
56
Universitas Internasional Batam
C. Landasan Teori
Untuk mendukung pentingnya suatu penelitian diperlukan adanya
kerangka teoritis sebagaimana yang dikemukakan oleh Ronny H. Soemitro
bahwa untuk memberikan landasan yang mantap pada umumnya setiap
penelitian haruslah disertai dengan pemikiran teoritis.6
Mengenai teori pemidanaan pada umumnya dapat dikelompokan dalam
tiga golongan besar yaitu :
a. Teori Absolute atau teori pembalasan (vergeldigns theorien)
b. Teori Relative atau teori tujuan (doel theorien)
c. Teori Gabungan (verenigings theorien)7
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai teori-teori
pembinaan maka dibawah ini akan dibahas satu persatu mengenai teori
tersebut.
1. Teori absolute atau teori pembalasan (Retributive/Vergelding
Teorrien)
Menurut teori ini pidana dijatuhkan semata-mata karena orang telah
melakukan kejahatan atau tindakan pidana (quia peccatum est) dan
pidana merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai pembalasan
kepada orang yang melakukan kejahatan. Tokoh-tokoh yang terkenal
yang mengemukakan teori pembalasan ini antara lain Karl dan Hugel.
Mereka beranggapan bahwa hukuman adalah suatu konsekuensi
6 Ronny H. Soemitro. Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta:Ghalia,1982)hlm.37
7 E. Utrecht, Hukum Pidana I, (Jakarta:Universitas Jakarta,158),hlm.157
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
57
Universitas Internasional Batam
daripada dilakukannya suatu kejahatan. Sebab melakukan kejahatan,
maka akibatnya harus dihukum. Hukuman itu bersifat mutlak bagi yang
melakukan kejahatan. Jadi fungsi pidana disini adalah pembalasan bagi
orang yang melakukan kejahatan dan memuaskan tuntutan keadilan,8
keberadaan pemidanaan itu sendiri tergantung pada ada tidaknya
kejahatan.
2. Teori Relatif atau teori tujuan (Utilitarian/Doel Theorieen)
Menurut teori ini pemidanaan bukanlah untuk memuaskan tuntutan
absolute dan keadilan. Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai
tetapi hanya sebagai sarana. Untuk melindungi kepentingan masyarakat
dan mengurangi frekuensi kejahatan. Karena tujuannya yang
bermanfaat ini maka teori relatif disebut juga teori tujuan (Utilitarian
Theory) dimana pidana dijatuhkan bukan karena orang itu telah
membuat kejahatan (quia pecatum eas) tetapi supaya orang itu tidak
melakukan kejahatan lagi (nepeccetur).9 Jadi tujuan pidana menurut
relatif adalah untuk mencegah agar ketertiban didalam masyarakat tidak
terganggu dengan kata lain pidana yang dijatuhkan kepada sipelaku
kejahatan bukanlah untuk membalas kejahatannya, melainkan untuk
8 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, (Bandung:Alumni,edisi ke 2:1992),hlm 11. Tuntutan
keadilan yang sifatnya absolute ini terlihat dengan jelas dalam pendapat Immanuel Kant didalam dukunya “Philosophy of Law”
bahwa “pidana tidak pernah dilaksanakan semata-mata sebagai sarana untuk mempromosikan tujuan/kebaikan lain, baik bagi si
pelaku sendiri maupun bagi masyarakat, tetapi didalam semua hlm. Harus dikenakan hanya karena orang yang bersangkutan telah
melakukan kejahatan. Bahwa walaupun seluruh anggota masyarakat sepakat untuk menghancurkan dirinya sendiri (membubarkan
masyarakat) pembunuh terakhir yang masih berada didalam penjara harus dipidana mati sebelum revolusi/keputusan masyarakat itu
dilaksanakan. Hlm. Ini ini harus dilakukan karena setiap orang seharusnya menerima ganjaran dari perbuatannya, dan perasaan
balas dendam tidak boleh tepat pada anggota masyarakat karena apabila tidak demikian mereka semua dapat dipandang sebagai orang yang ikut ambil bagian dalam pembunuhan itu yang merupakan pelanggaran terhadap keadilan umum
9 Ibid,hlm.16
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
58
Universitas Internasional Batam
memelihara ketertiban umum. Dalam ilmu pengetahuan pidana, teori
relatif ini dapat dibagi 2 (dua), yakni :
1. Prevensi umum (generale preventive)
Pada intinya, prevensi ini menekankan bahwa tujuan pidana adalah
untuk mempertahankan ketertiban masyarakan dari gangguan
penjahat. Dengan memidanakan pelaku kejahatan, diharapkan
anggota masyarakat lainnya tidak akan melakukan tindak pidana.10
2. Prevensi Khusus (speciale preventive)
Pada intinya prevensi ini menekankan bahwa tujuan pidana itu
dimaksudkan agar terpisana jangan melakukan atau mengulangi
perbuatannya lagi dalam hal ini pidana itu berfungsi untuk
mendidik dan memperbaiki terpidana agar menjadi anggota
masyarakat yang baikd an berguna, sesuai dengan harkat dan
martabatnya.
3. Teori Gabungan
Menurut Teori Gabungan bahwa tujuan Pidana itu selain membalas
kesalahan, penjahat juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat
dengan mewujudkan ketertiban. Dengan demikian pada hakikatnya
Pidana adalah merupakan perlindungan terhadap masyarakat dan
10
M. Sholehuddin, Sistem Sangsi dalam Hukum Pidana,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2003),hlm.76.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
59
Universitas Internasional Batam
pembalasan terhadap perbuatan melanggar hukum. Teori gabungan ini
dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu:11
a. Teori gabungan yang mengutamakan pembalasan, tetapi pembalasan
itu tidak boleh melampaui batas dari apa yang pelu dan cukup untuk
dapatnya dipertahankannya tata tertib masyarakat
b. Teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib
masyarakat, tetapi penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak boleh
lebih berat daripada perbuatan yang dilakukan terpidana.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teori : Teori Gabungan
1. Teori Gabungan
Teori gabungan mendasarkan pemidanaan kepada perpaduan teori
pembalasan dengan teori tujuan. Penganut teori ini adalah BINDING.
Dikatakan bahwa teori pembalasan dan teori tujuan masing-masing
mempunyai kelemahankelemahan. Terhadap Teori pembalasan:
1. Sukar menentukan berat/ringannya pidana atau ukuran
pembalasan tidak jelas.
2. Di ragukan adanya hak Negara untuk menjatukan pidana
sebagai pembalasan.
3. (Hukuman) pidana sebagai pembalasan tidak bermanfaat
bagi masyarakat.
11
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2010, Hlm 162-163.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018
60
Universitas Internasional Batam
Terhadap Teori tujuan:
1. Pidana hanya ditujukan untuk mencegah kejahatan,
sehingga dijatuhkan pidana yang berat baik oleh teori
pencegahan umum maupun teori pencegahan khusus.
2. Jika ternyata kejahatan itu ringan, maka penjatuhan pidana
yang berat, tidak akan memenuhi rasa keadilan;
3. Bukan hanya masyarakat harus diberi kepuasan, tetapi juga
kepada penjahat itu sendiri. Maka oleh karena itu, tidak saja
hanya mempertimbangkan masa lalu (seperti yang terdapat
dalam teori pembalasan), tetapi juga harus bersamaan
Maka oleh karena itu, tidak saja hanya mempertimbangkan masa lalu
(seperti yang terdapat dalam teori pembalasan), tetapi juga harus
bersamaan mempertimbangkan masa datang (seperti yang dimaksudkan
pada teori tujuan). Dengan demikian penjatuhan suatu pidana harus
memberikan rasa kepuasan, baik bagi hakim maupun kepada penjahat
itu sendiri di samping kepada masyarakat. Jadi harus ada keseimbangan
antara pidana yang dijatuhkan dengan kejahatan yang telah dilakukan.12
12
Ibid.,hal 63.
Jasmine Fidelia, Penerapan Hak-Hak Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2018 UIB Respository©2018