BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. a. Pengertian Bankeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2152/2/BAB II.pdf ·...

22
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bank a. Pengertian Bank Bank adalah bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (UU No.10 tahun 1998). Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya (Kasmir, 2007:34) b. Fungsi Bank Menurut Totok Budisantoso dan Nuritomo (2014: 9) fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara spesifik bank dapat berfungsi sebagai : 1) Agent of trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank karena adanya kepercayaan.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. a. Pengertian Bankeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2152/2/BAB II.pdf ·...

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori

    1. Bank

    a. Pengertian Bank

    Bank adalah bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

    masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat

    dalam kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

    taraf hidup rakyat banyak (UU No.10 tahun 1998). Bank dikenal sebagai

    lembaga keuangan yang kegiatannya utamanya menerima simpanan giro,

    tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat

    untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala bentuk

    pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air pajak,

    uang kuliah dan pembayaran lainnya (Kasmir, 2007:34)

    b. Fungsi Bank

    Menurut Totok Budisantoso dan Nuritomo (2014: 9) fungsi utama

    bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

    kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial

    intermediary. Secara spesifik bank dapat berfungsi sebagai :

    1) Agent of trust

    Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan. Masyarakat

    akan mau menitipkan dananya di bank karena adanya kepercayaan.

  • 11

    Pihak bank juga akan menyalurkan dananya kepada debitur karena

    adanya unsur kepercayaan.

    2) Agent of development

    Kegiatan bank yang berupa menghimpun dan menyalurkan dana

    memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan

    distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa. Kelancaran

    kegiatan investasi–distribusi–konsumsi adalah kegiatan pembangunan

    perekonomian suatu masyarakat.

    3) Agent of services

    Bank memberikan penawaran jasa perbankan lain, seperti jasa

    pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank,

    dan penyelesaian tagihan

    c. Peran Bank

    Menurut Totok Budisantoso dan Nuritomo (2014: 11-12) peran

    bank adalah sebagai berikut:

    1) Pengalihan aset (asset transmutation)

    Bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan

    dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber dana

    pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang

    jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan pemilik dana. Dalam hal

    ini bank telah berperan sebagai pengalih aset yang likuid dari unit

    surplus (lenders) keapada unit defisit (borrowers).

  • 12

    2) Transaksi (Transaction)

    Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk

    melakukan transaksi barang dan jasa dengan mengeluarkan produk–

    produk yang dapat memudahkan kegiatan transaksi diantaranya giro,

    tabungan, deposito, saham dan sebagainya

    3) Likuiditas (Liquidity)

    Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk

    produk–produk berupa giro, tabungan, deposito dan sebagainya.

    Untuk kepentingan likuiditas para pemilik dana dapat menempatkan

    dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya karena produk–

    produk tersebut mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda–beda.

    4) Efisiensi (Efficiency)

    Adanya informasi yang tidak simetris antara peminjam dan investor

    menimbulkan masalah insentif, sehingga menimbulkan

    ketidakefisienan dan menambah biaya. Dengan adanya bank sebagai

    broker maka masalah tersebut dapat teratasi.

    d. Sumber Dana Bank

    Menurut Sinungan dalam Tuti Alawiyah (2016) dana-dana bank

    yang digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank bersumber dari

    dana-dana sebagai berikut:

    1) Dana Pihak Kesatu

    Dana pihak kesatu adalah dana dari modal sendiri yang berasal dari

    para pemegang saham.

  • 13

    2) Dana Pihak Kedua

    Dana pihak kedua adalah dana pinjaman dari pihak luar.

    3) Dana Pihak Ketiga

    Dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan dari pihak

    masyarakat.

    2. Laporan Keuangan

    a. Pengertian Laporan Keuangan

    Pengertian laporan keungan menurut Sofyan Syafri Harahap

    (2010:105) adalah sebagai berikut :

    “Gambaran kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat

    tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang

    lazim dikenal adalah Neraca atau Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha,

    laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan.”

    Sedangkan menurut Kasmir (2011:7) laporan keuangan adalah :

    “Laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini

    atau dalam suatu periode tertentu. Kondisi keuangan perusahaan pada

    saat ini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu

    (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi).”

    Dari pengertian-pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

    laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kondisi

    keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

    Laporan keuangan terdiri dari Neraca atau Laporan Laba/Rugi atau hasil

    usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan.

  • 14

    b. Tujuan Laporan Keuangan

    Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi

    yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data

    keuangan dengan aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

    berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

    Menurut Dwi Prastowo (2011:5), tujuan laporan keuangan adalah

    sebagai berikut :

    Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan serta

    perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

    sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

    1) Menyediakan informasi yang menyangkut informasi kinerja

    perusahaan, terutama profitabilitas yang diperlukan untuk menilai

    perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin

    dikendalikan dimasa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas

    perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan untuk

    merumuskan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam

    memanfaatkan tambahan sumber daya.

    2) Menyediakan informasi perubahan posisi keuangan perusahaan yang

    bermanfaat untuk aktivitas investasi, pendanaan dan operasi

    perusahaan selama periode pelaporan, dan juga untuk menilai

    kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas)

    serta kebutuhan perusahaan untuk memanfaatkan arus kas tersebut.

  • 15

    3) Memberikan informasi apa yang telah dilakukan manajemen

    (stewardship) atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya

    yang dipercayakan.

    Sedangkan menurut Kasmir (2011:10) menjelaskan tujuan

    pembuatan dan penyusunan laporan keuangan sebagai berikut:

    1) Untuk memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta)

    yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

    2) Untuk memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan

    modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

    3) Untuk memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan

    yang diperoleh pada suatu periode tertentu.

    4) Untuk memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya

    yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

    5) Untuk memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang

    terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

    6) Untuk memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan

    dalam suatu periode tertentu.

    7) Untuk memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan

    keuangan.

    8) Informasi keuangan lainnya.

  • 16

    c. Jenis Laporan Keuangan Bank

    Jenis laporan keuangan bank terdiri dari (Taswan 2008: 39-65) :

    1. Laporan Keuangan Bulanan

    a. Laporan bulanan bank umum yang disampaiakan oleh bank kepada

    Bank Indonesia untuk posisi bulan januari sampai dengan

    Desember akan diumumkan pada home page Bank Indonesia.

    b. Format yang digunakan untuk laporan keuangan publikasi bulanan

    tersebut sesuai format pada laporan keuangan bulanan di bawah ini.

    c. Laporan keuangan bulanan merupakan laporan keuangan bank

    secara individu yang merupakan gabungan antara kantor pusat bank

    dengan seluruh kantor bank.

    2. Laporan Keuangan Triwulan

    Laporan keuangan triwulan disusun antara lain untuk memberikan

    informasi mengenai posisi keuangan, kinerja atau hasil usaha bank

    serta informasi keuangan lainnya kepada berbagai pihak yang

    berkepentingan dengan perkembangan usaha bank. Laporan keuangan

    triwulan yang wajib disajikan adalah :

    a. Laporan keuangan Triwulan Posisi Akhir Maret Dan September

    b. Laporan Keuangan Triwulan Posisi Juni

    c. Laporan Keuangan Triwulan Posisi Akhir Desember

    3. Laporan Keuangan Tahunan

    Laporan keuangan tahunan bank dimaksudkan untuk memberikan

    informasi berkala mengenai kondisi bank secara menyeluruh,

  • 17

    termasuk perkembangan usaha dan kinerja bank. Seluruh informasi

    tersebut diharapkan dapat meningkatkan transparansi kondisi

    keuangan bank kepada publik dan menjaga kepercayaan masyarakat

    terhadap lembaga perbankan.

    3. Kesehatan Bank

    a. Pengertian Kesehatan Bank

    Kesehatan Bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank

    untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan

    mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara

    yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Triandaru dan

    Budisantoso, 2006).Manajemen bank perlu memperhatikan prinsip-

    prinsip umum berikut ini sebagai landasan dalam menilai Tingkat

    Kesehatan Bank (Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP tanggal

    25 Oktober 2011):

    a. Berorientasi Risiko.

    Penilaian tingkat kesehatan didasarkan pada risiko-risiko bank

    dan dampak yang ditimbulkan pada kinerja bank secara keseluruhan.

    Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor internal

    maupun eksternal yang dapat meningkatkan risiko atau mempengaruhi

    kinerja keuangan bank pada saat ini dan di masa yang akan datang.

    Dengan demikian, bank diharapkan mampu mendeteksi secara lebih

    dini akar permasalahan bank serta mengambil langkah-langkah

    pencegahan dan perbaikan secara efektif dan efisien.

  • 18

    b. Proporsionalitas

    Penggunaan parameter/indikator dalam tiap faktor penilaian

    Tingkat Kesehatan Bank dilakukan dengan memperhatikan

    karakteristik dan kompleksitas usaha bank. Parameter/indikator

    penilaian Tingkat Kesehatan Bank merupakan standar minimum yang

    wajib digunakan dalam menilai Tingkat Kesehatan Bank. Namun

    demikian, bank dapat menggunakan parameter/indikator tambahan

    yang sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas usahanya dalam

    menilai Tingkat Kesehatan Bank sehingga dapat mencerminkan

    kondisi bank dengan lebih baik.

    c. Materialitas dan Signifikansi

    Bank perlu memperhatikan materialitas atau signifikansi faktor

    penilaian Tingkat Kesehatan Bank yaitu Profil Risiko, GCG,

    Rentabilitas, dan Permodalan serta signifikansi parameter/indikator

    penilaian pada masing-masing faktor dalam menyimpulkan hasil

    penilaian dan menetapkan peringkat faktor. Penentuan materialitas

    dan signifikansi tersebut didasarkan pada analisis yang didukung oleh

    data dan informasi yang memadai mengenai risiko dan kinerja

    keuangan Bank.

    d. Komprehensif dan Terstruktur

    Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis

    serta difokuskan pada permasalahan utama bank. Analisis dilakukan

    secara terintegrasi, yaitu dengan mempertimbangkan keterkaitan antar

  • 19

    risiko dan antar faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank serta

    perusahaan anak yang wajib dikonsolidasikan. Analisis harus

    didukung oleh fakta-fakta pokok dan rasio-rasio yang relevan untuk

    menunjukkan tingkat, trend, dan tingkat permasalahan yang dihadapi

    oleh bank.

    b. Metode RGEC (Risk Profile - GCG – Earnings – Capital)

    Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011

    tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, bank wajib

    melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank berdasarkan risiko dengan

    metode RGEC. Adapun komponen-komponen penilaian Tingkat

    Kesehatan Bank dengan metode RGEC yang mengacu pada Surat Edaran

    Bank Indonesia No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 adalah sebagai

    berikut :

    1) Penilaian Risk Profile(Profil Risiko)

    Penilaian faktor Profil Risiko merupakan penilaian terhadap

    Risiko Inheren dan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dalam

    aktivitas operasional bank. Risiko yang wajib dinilai terdiri atas

    delapan jenis risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko

    Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko Hukum, Risiko Stratejik,

    Risiko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi.

    a) Penilaian Risiko Inheren

    Penilaian Risiko Inheren merupakan penilaian atas risiko

    yang melekat pada kegiatan bisnis bank, baik yang dapat

  • 20

    dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi

    mempengaruhi posisi keuangan bank. Penetapan tingkat Risiko

    Inheren atas masing-masing jenis risiko mengacu pada prinsip-

    prinsip umum penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

    Penetapan Tingkat Risiko Inheren untuk masing-masing jenis

    risiko dikategorikan ke dalam peringkat 1 (low), peringkat 2 (low

    to moderate), peringkat 3 (moderate), peringkat 4 (moderate to

    high), dan peringkat 5 (high) .Berikut ini adalah

    parameter/indikator yang wajib dijadikan acuan oleh bank dalam

    menilai Risiko Inheren :

    i. Risiko Kredit

    Risiko Kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau

    pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Dalam

    menilai Risiko Inheren atas Risiko Kredit, parameter/indikator

    yang digunakan adalah (i) komposisi portofolio aset dan

    tingkat konsentrasi; (ii) kualitas penyediaan dana dan

    kecukupan pencadangan; (iii) strategi penyediaan dana dan

    sumber timbulnya penyediaan dana; dan (iv) faktor eksternal.

    ii. Risiko Pasar

    Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening

    administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan

    dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option.

    Risiko Pasar meliputi antara lain risiko suku bunga, risiko

  • 21

    nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas. Dalam

    menilai Risiko Inheren atas Risiko Pasar, parameter/indikator

    yang digunakan adalah (i) volume dan komposisi portofolio;

    (ii) kerugian potensial (potential loss) Risiko Suku Bunga

    dalam Banking Book (Interest Rate Risk in Banking Book-

    IRRBB); serta (iii) strategi dan kebijakan bisnis.

    iii. Risiko Likuiditas

    Risiko Likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank

    untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber

    pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi

    yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan

    kondisi keuangan bank. Risiko ini disebut juga Risiko

    Likuiditas Pendanaan (Funding Liquidity Risk). Risiko

    Likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan bank

    melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena

    tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market

    disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai Risiko

    Likuiditas Pasar (Market Liquidity Risk). Dalam menilai

    Risiko Inheren atas Risiko Likuiditas, parameter yang

    digunakan adalah (i) komposisi dari aset, kewajiban, dan

    transaksi rekening administratif; (ii) konsentrasi dari aset dan

    kewajiban; (iii) kerentanan pada kebutuhan pendanaan; dan

    (iv) akses pada sumber-sumber pendanaan.

  • 22

    iv. Risiko Operasional

    Risiko Operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau

    tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,

    kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang

    mempengaruhi operasional bank. Dalam menilai Risiko Inheren

    atas Risiko Operasional, parameter/indikator yang digunakan

    adalah (i) karakteristik dan kompleksitas bisnis; (ii) sumber daya

    manusia; (iii) teknologi informasi dan infrastruktur pendukung;

    (iv) fraud, baik internal maupun eksternal; dan (v) kejadian

    eksternal

    v. Risiko Hukum

    Risiko Hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan

    hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga

    dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan

    perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan

    perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak

    atau agunan yang tidak memadai. Dalam menilai Risiko

    Inheren atas Risiko Hukum, parameter/indikator yang

    digunakan adalah (i) faktor litigasi; (ii) faktor kelemahan

    perikatan; dan (iii) faktor ketiadaan/perubahan peraturan

    perundang-undangan.

  • 23

    vi. Risiko Stratejik

    Risiko Stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan Bank

    dalam mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu

    keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi

    perubahan lingkungan bisnis. Dalam menilai Risiko Inheren

    atas Risiko Stratejik, parameter/indikator yang digunakan

    adalah (i) kesesuaian strategi bisnis bank dengan lingkungan

    bisnis; (ii) strategi berisiko rendah dan berisiko tinggi; (iii)

    posisi bisnis bank; dan (iv) pencapaian rencana bisnis bank.

    vii. Risiko Kepatuhan

    Risiko Kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank tidak

    mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-

    undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber Risiko

    Kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman

    atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar

    bisnis yang berlaku umum. Dalam menilai Risiko Inheren atas

    Risiko Kepatuhan, parameter/indikator yang digunakan adalah

    (i) jenis dan signifikansi pelanggaran yang dilakukan; (ii)

    frekuensi pelanggaran yang dilakukan atau track record

    ketidakpatuhan Bank; dan (iii) pelanggaran terhadap

    ketentuan atau standar bisnis yang berlaku umum untuk

    transaksi keuangan tertentu.

  • 24

    viii. Risiko Reputasi

    Risiko Reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat

    kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif

    terhadap bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam

    mengkategorikan sumber Risiko Reputasi bersifat tidak

    langsung (below the line) dan bersifat langsung (above the

    line). Dalam menilai Risiko Inheren atas Risiko Reputasi,

    parameter/indikator yang digunakan adalah (i) pengaruh

    reputasi negatif dari pemilik bank dan perusahaan terkait; (ii)

    pelanggaran etika bisnis; (iii) kompleksitas produk dan

    kerjasama bisnis bank; (iv) frekuensi, materialitas, dan

    eksposur pemberitaan negatif bank; serta (v) frekuensi dan

    materialitas keluhan nasabah.

    b) Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko

    Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko

    mencerminkan penilaian terhadap kecukupan sistem

    pengendalian risiko yang mencakup seluruh pilar penerapan

    manajemen risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank

    Indonesia mengenai Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank

    Umum. Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko

    bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penerapan manajemen

    risiko Bank sesuai prinsip-prinsip yang diatur dalam ketentuan

    Bank Indonesia mengenai Penerapan Manajemen Risiko bagi

  • 25

    Bank Umum. Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko

    merupakan penilaian terhadap empat aspek yang saling terkait

    yaitu:

    i. Tata Kelola Risiko

    Tata Kelola Risiko mencakup evaluasi terhadap (i) perumusan

    tingkat risiko yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi

    risiko (risk tolerance); serta (ii) kecukupan pengawasan aktif

    oleh Dewan Komisaris dan Direksi termasuk pelaksanaan

    kewenangan dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi.

    ii. Kerangka Manajemen Risiko

    Kerangka Manajemen Risiko mencakup evaluasi terhadap (i)

    strategi manajemen risiko yang searah dengan tingkat risiko

    yang akan diambil dan toleransi risiko; (ii) kecukupan perangkat

    organisasi dalam mendukung terlaksananya manajemen risiko

    secara efektif termasuk kejelasan wewenang dan tanggung

    jawab; dan (iii) kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan

    limit.

    iii. Proses Manajemen Risiko, Kecukupan Sumber Daya Manusia,

    dan Kecukupan Sistem Informasi Manajemen

    Proses manajemen risiko, kecukupan sumber daya manusia, dan

    kecukupan sistem informasi manajemen mencakup evaluasi

    terhadap (i) proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan

    pengendalian risiko; (ii) kecukupan sistem informasi

  • 26

    manajemen; serta (iii) kecukupan kuantitas dan kualitas sumber

    daya manusia dalam mendukung efektivitas proses manajemen

    risiko.

    iv. Kecukupan Sistem Pengendalian Risiko

    Kecukupan sistem pengendalian risiko mencakup evaluasi

    terhadap (i) kecukupan Sistem Pengendalian Intern dan

    (ii)kecukupan kaji ulang oleh pihak independen (independent

    review) dalam Bank baik oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko

    (SKMR) maupun oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI).

    2) Penilaian Good Corporate Governance (GCG)

    Penilaian faktor GCG meerupakan penilaian terhadap kualitas

    manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-

    prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip

    GCG berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai

    Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum dengan memperhatikan

    karakteristik dan kompleksitas usaha bank. Penetapan peringkat faktor

    GCG dilakukan berdasarkan analisis atas (i) pelaksanaan prinsip-

    prinsip GCG bank; (ii) kecukupan tata kelola (governance) atas

    struktur, proses, dan hasil penerapan GCG pada bank; serta (iii)

    informasi lain yang terkait dengan GCG bank yang didasarkan pada

    data dan informasi yang relevan. Peringkat faktor GCG dikategorikan

    dalam lima peringkat yaitu Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat 3,

  • 27

    Peringkat 4, dan Peringkat 5. Urutan peringkat faktor GCG yang lebih

    kecil mencerminkan penerapan GCG yang lebih baik.

    3) Penilaian Earnings (Rentabilitas)

    Penilaian faktor Rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja

    rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan

    (sustainability) rentabilitas, dan manajemen rentabilitas. Penilaian

    dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend, struktur,

    stabilitas rentabilitas bank, dan perbandingan kinerja bank dengan

    kinerja peer group baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun

    kualitatif. Penetapan faktor rentabilitas dikategorikan dalam lima

    peringkat yakni Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat 3, Peringkat 4, dan

    Peringkat 5. Urutan peringkat faktor rentabilitas yang lebih kecil

    mencerminkan kondisi rentabilitas bank yang lebih baik.

    4) Penilaian Capital (Permodalan)

    Penilaian atas faktor Permodalan meliputi evaluasi terhadap

    kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan.

    Dalam melakukan perhitungan permodalan, bank wajib mengacu pada

    ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Kewajiban

    Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Umum. Selain itu, dalam

    melakukan penilaian kecukupan permodalan, bank juga harus

    mengaitkan kecukupan modal dengan Profil Risiko bank. Semakin

    tinggi risiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk

    mengantisipasi risiko tersebut.Penetapan faktor permodalan

  • 28

    dikategorikan dalam lima peringkat yakni Peringkat 1, Peringkat 2,

    Peringkat 3, Peringkat 4, dan Peringkat 5. Urutan peringkat faktor

    permodalan yang lebih kecil mencerminkan kondisi permodalan bank

    yang lebih baik.

    Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank ditetapkan

    berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap

    peringkat setiap faktor dan dengan memperhatikan prinsip-prinsip

    umum penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Dalam melakukan

    analisis secara komprehensif, bank juga perlu mempertimbangkan

    kemampuan bank dalam menghadapi perubahan kondisi eksternal

    yang signifikan. Tabel 1 berikut ini menjelaskan mengenai matriks

    peringkat komposit tingkat kesehatan bank berdasarkan Surat Edaran

    Bank Indonesia No.13/24/DPNP

    B. Penelitian Terdahulu

    Pada penelitian sebelumnya analisis kesehatan Bank dengan metode

    RGEC sudah banyak digunakan dalam menilai tingkat kesehatan Bank,

    diantaranya penelitian yang dilakukan oleh :

    1. Pada penelitian yang disusun oleh Nur Artyka (2015). Berdasarkan hasil

    penelitian yang telah dilakukan pada PT Bank Rakyat Indonesia dengan

    menggunakan metode RGEC ini menunjukkan predikat kesehatan bank

    pada periode 2011-2013 secara keseluruhan sangat sehat. Tingkat

    Kesehatan Bank ditinjau dari aspek risk profile, earnings, good corporate

    governance, dan capital pada Bank Rakyat Indonesia tahun 2011, 2012,

  • 29

    dan 2013 sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi

    pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor

    eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian antara

    lain profil risiko, rentabilitas, dan permodalan secara umum sangat baik.

    2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Tuti Alawiyah yang berjudul

    “Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode

    RGEC Pada Bank Umum BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

    Tahun 2012 -2014”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa

    selama tahun 2012-2014: (1) Aspek Risk profile bank umum BUMN berada

    dalam kondisi sehat dengan rata-rata nilai NPL berturut-turut sebesar 2,55

    persen, 2,35 persen, 2,35 persen, dan LDR sebesar 85,50 persen, 90,94

    persen, 90,59 persen. (2) Aspek GCG pada tahun 2012 berada dalam

    kondisi sangat sehat dengan rata-rata nilai sebesar 1,36, namun pada tahun

    2013 dan 2014 menurun menjadi 2,07 dan 1,78 dengan kriteria sehat. (3)

    Aspek Earnings berturutut-turut berada dalam kondisi sangat sehat dengan

    rata-rata nilai ROA sebesar 3,20 persen, 3,29 persen, 3,02 persen, dan NIM

    sebesar 6,11 persen, 6,35 persen, 6,08 persen. (4) Aspek Capital berturut-

    turut berada dalam kondisi sangat sehat dengan rata-rata nilai CAR sebesar

    16,70 persen, 15,66 persen, dan 16,44 persen. (5) Aspek RGEC secara

    keseluruhan berturut-turut berada dalam Peringkat Komposit 1 yaitu sangat

    sehat dengan nilai sebesar 90,00 persen, 86,67 persen, dan 86,67 persen.

    3. Pada penelitian yang dilakukan oleh Aan Adi Nugroho (2017) dalam

    skripsi yang berjudul “Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan

  • 30

    Metode RGEC pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk” menyimpulkan

    bahwa penilaian kesehatan bank pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk

    periode tahun 2013 sampai 2015 yang dikur menggunakan pendekatan

    RGEC secara keseluruhan dapat dikatakan bank yang sangat sehat.

    Simpulan tersebut didukung oleh penelitian periode 2013 yang

    menunjukkan bahwa Tingkat Kesehatan Bank sangat sehat, ditunjukkan

    pada aspek Risk Profile yang mencakup rasio NPL sebesar 2,02% dan LDR

    96,90%. Untuk aspek Good Corporate Governance pada peringkat 2.

    Untuk aspek Earnings yang mencakup rasio ROA 3,25% dan NIM 13,92%.

    Aspek Capital yang mencakup rasio CAR 15,54%. Untuk tahun 2014

    menunjukkan bahwa tingkat kesehatan bank sangat sehat ditunjukkan pada

    aspek Risk Profile yang mencakup rasio NPL sebesar 2,45% dan LDR

    94,06%. Untuk aspek Good Corporate Governance pada peringkat 2.

    Untuk aspek Earnings yang mencakup rasio ROA 1,87% dan NIM 13,00%.

    Aspek Capital mencakup rasio CAR 14,78%. Dan untuk tahun 2015

    menunjukkan bahwa tingkat kesehatan bank sangat sehat ditunjukkan pada

    aspek Risk Profile yang mencakup rasio NPL sebesar 3,29% dan LDR

    89,32%. Untuk aspek Good Corporate Governance pada peringkat 2.

    Untuk aspek Earnings yang mencakup rasio ROA 1,71% dan NIM 13,23%.

    Aspek Capital mencakup rasio CAR 15,37%. Tingkat kesehatan Bank

    Danamon Indonesia harus tetap dipertahankan dengan cara meningkatkan

    kemampuan aset, pengelolaan modal, serta pendapatan operasional.

  • 31

    4. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rina Trisnawati & Ardian Eka Puspita

    (2014) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank

    dengan Menggunakan Metode RGEC Pada Bank BUMN yang Terdaftar di

    Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 -2012”. Berdasarkan hasil penelitian

    menunjukkan bahwa Tingkat kesehatan pada bank BNI, BRI dan Mandiri

    selama periode tahun 2011-2012 dengan metode RGEC secara keseluruhan

    memiliki predikat sangat sehat. Hal tersebut dibuktikan dengan perolehan

    peringkat komposit tingkat kesehatan bank untuk setiap bank yang

    dijadikan sampel selama periode tahun 2011-2012 berada pada PK-1.

    5. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kadek Septa Riadi, Anantawikrama

    Tungga Atmadja, dan Made Arie Wahyuni dalam jurnal yang berjudul

    “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode RGEC

    Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Periode 2013 -2015”. Berdasarkan

    hasil penilaian menunjukan bahwa : (1) tingkat kesehatan bank ditinjau dari

    aspek Risk Profile tahun 2013 sampai 2015 tergolong sangat sehat (2)

    tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek Good Corporate Governance

    tahun 2013 sampai 2015 tergolong cukup sehat (3) tingkat kesehatan bank

    ditinjau dari aspek Earnings tahun 2013 sampai 2015 tergolong sangat

    sehat (4) tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek Capital tahun 2013

    sampai 2015 tergolong sangat sehat (5) tingkat kesehatan bank ditinjau dari

    aspek Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital

    tahun 2013 sampai 2015 tergolong sangat sehat.