BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN...

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan Diabetes Mellitus a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia guna menjaga eksistensi hidupnya dan mengembangkan peradaban ke arah yang lebih baik. Pengertian pengetahuan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: 1) Menurut Notoatmodjo seorang peneliti kesehatan. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya. Pengetahuan mempunyai sasaran yang tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara universal (Notoatmodjo, 2005). 2) Menurut Poerwadarminta seorang ahli bahasa. Pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan suatu hal (Poerwadarminta, 2006). 3) Menurut Soekanto seorang sosiolog. Pengetahuan merupakan kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali 9 Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengetahuan Diabetes Mellitus

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia

guna menjaga eksistensi hidupnya dan mengembangkan peradaban ke

arah yang lebih baik. Pengertian pengetahuan menurut beberapa ahli

adalah sebagai berikut:

1) Menurut Notoatmodjo seorang peneliti kesehatan.

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu manusia yang

sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia,

apa alam dan sebagainya. Pengetahuan mempunyai sasaran yang

tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek

tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara

sistematis dan diakui secara universal (Notoatmodjo, 2005).

2) Menurut Poerwadarminta seorang ahli bahasa.

Pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

sebagai segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan suatu hal

(Poerwadarminta, 2006).

3) Menurut Soekanto seorang sosiolog.

Pengetahuan merupakan kesan di dalam pikiran manusia

sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali

9

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

10

dengan kepercayaan, takhayul, dan penerangan-penerangan yang

keliru (Soekanto, 2003).

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005) ada 6 tingkat pengetahuan yang

dicapai dalam domain kognitif yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur

bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan

sebagainya.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya,

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

11

aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

4) Analisis (Analysys)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat

menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti

sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi,

memisahkan dan sebagainya.

5) Sintesa (Syntesis)

Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya

dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian

itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

12

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang

isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responder

kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita lithat sesuai

dengan tingkatan-tingkatan diatas.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2005), adalah :

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga

terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

2) Informasi

Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi ini dapat

diperoleh dari beberapa sumber antara lain TV, radio, koran, seminar,

pelatihan, bidan, puskesmas, majalah.

3) Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi

kebutuhan yang meliputi sikap dan kebudayaan

4) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang tentang

sesuatu.

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

13

d. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan di atas

(Notoatmodjo, 2005).

Arikunto (2006) menjelaskan tentang hasil pengukuran yang

diperoleh dari angket sebagai berikut.

1) Baik, jika persentase jawaban : > 75 %

2) Cukup, jika persentase jawaban : 55 % - 75%

3) Kurang, jika persentase jawaban : <55 %

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dan perilaku yang tertutup. Sikap

secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Allport (1954),

bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

14

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Ciri-ciri sikap

adalah sebagai berikut:

a. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama

perkembangan hidupnya.

b. Sikap itu tidak semata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan

dengan suatu objek. Pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan satu

objek saja, melainkan juga dapat berkenaan dengan deretan-deretan objek

yang serupa.

c. Sikap pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi

sedangkan kecakapan dan pengetahuan hal ini tidak ada (Ahmadi, 2002).

3. Praktek

Praktek atau tindakan akan terjadi setelah seseorang mengetahui

stimulus, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan

proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan apa yang diketahuinya

Suatu sikap belum terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan

sikap pada suatu tindakan yang konsisten diperlukan faktor pendukung yaitu

suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2005). Tindakan

mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:

a. Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama.

b. Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan

yang benar dan sesuai.

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

15

c. Mekanisme, apabila seseorang lebih bisa melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan suatu kebiasaan.

d. Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

4. Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Menurut Katz (dalam Notoatmodjo, 2005), perilaku

dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu. Seseorang dapat berperilaku

baik terhadap obyek demi pemenuhan kebutuhan.

Perilaku adalah respon seseorang terhadap rangsang dari luar

subyek dan memiliki dua macam bentuk respon yaitu bentuk aktif dan

bentuk pasif. Bentuk aktif adalah respon yang secara langsung dapat

diobservasi, perilaku ini sudah termasuk tindakan nyata (overt behavior).

Bentuk pasif terjadi dalam diri manusia dan tidak diamati secara lansung

oleh orang lain, seperti pikiran, tanggapan, sikap batin dan pengetahuan.

Perilaku semacam ini masih terselubung (covert behavior) (Suliha,

2002).

Perilaku terjadi karena adanya dorongan dari dalam yang

merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan (Purwanto, 2002).

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman

serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam

bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Sarwono, 2004). Perilaku

manusia secara operasional dapat dikelompokkan menjadi tiga macam

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

16

yaitu perilaku dalam bentuk pengetahuan, sikap dan bentuk tindakan

nyata atau perbuatan (Suliha, 2002).

b. Proses Pembentukan Perilaku

Penelitian Rogers (Notoatmodjo, 2005) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan yakni :

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

2) Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus atau obyek

tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi.

4) Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Adoption di mana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus

(Notoatmodjo, 2005).

Tindakan akan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus,

kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan proses

selanjutnya diharapkan akan melaksanakan apa yang diketahuinya.

Suatu sikap belum terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan

sikap pada suatu tindakan yang konsisten diperlukan faktor pendukung

yaitu suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2005). Tindakan

mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

17

1) Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat

pertama.

2) Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

urutan yang benar dan sesuai.

3) Mekanisme, apabila seseorang lebih bisa melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan suatu

kebiasaan.

4) Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik

(Notoatmodjo, 2005).

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut L. Green (dalam

Notoatmodjo, 2003) perilaku seseorang atau masyarakat dalam kaitannya

dengan pemenuhan kebutuhan kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor

pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku

(nonbehavior causes). Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari

3 faktor, yaitu:

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai,

pendidikan, dan sebagainya.

2) Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau,

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

18

sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat

kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam

sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan,

atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat.

5. Diabetes Mellitus

a. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes mellitus dan penyakit lain yang dikenal sebagai non-

communicable disease mulai menonjol sebagai salah satu sebab

morbiditas dan mortalitas di negara-negara yang sedang berkembang.

Penyakit-penyakit tersebut dapat menimbulkan suatu beban bagi

pelayanan kesehatan dan perekonomian negara tersebut pada saat

sekarang dan dikemudian hari, baik secara lngsung maupun tidak

langsung (Sukaton, 1987).

Sejak deskripsi yang pertama, istilah diabetes dipergunakan

untuk menggambarkan adanya kencing yang terasa manis yang

merupakan tanda khas penyakit. Perkembangan ilmu kedokteran makin

meningkat dalam berbagai aspek, yaitu etiologi, patogenesis, diagnosis

pengobatan, dan upaya pencegahan (Darmono, 1996).

Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik (kebanyakan

herediter) sebagai akibat dari kurangnya efektif insulin (ada Diabetes

Mellitus Tipe 2 ) atau insulin absolute (pada Diabetes Mellitus Tipe 1) di

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

19

dalam tubuh, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai

dengan gejala klinik acut (poliuria, polidipsia, penurunan berat badan )

dan gejala kronik atau kadang-kadang tanpa gejala, gangguan primer

terletak pada metabolisme karbohidrat dan sekunder pada metabolisme

lemak dan protein (Tjokroprawiro, 1999).

Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa

tidak normal, suatu resiko komplikasi spesifik perkembangan

mikrovaskular dan ditandai dengan adanya peningkatan komplikasi

perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen diatas telah

digunakan untuk mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan

diabetes (Mogensen, 2007).

b. Klasifikasi Diabetes mellitus

Menurut Tjokroprawiro (1999) bahwa, klasifikasi Diabetes

Mellitus sebagai berikut :

1) Diabetes Mellitus Tipe 1

5% - 10% penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari

pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh

proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar

gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30

tahun.

2) Diabetes Mellitus Tipe 2

Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah

tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

20

insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan

insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika

kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat

hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak

dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka

yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.

Klasifikasi penyakit diabetes mellitus menurut Perkeni 2006

yaitu:

1) Diabetes mellitus tipe 1

Defisiensi insulin absolute akibat destruksi sel beta, penyebabnya

adalah autoimun dan idiopatik.

2) Diabetes mellitus tipe 2

Defisiensi insulin relative yang terdiri dari:

a) Defek sekresi insulin lebih dominan daripada resistensi insulin.

b) Resistensi insulin lebih dominan dari defek sekresi insulin.

3) Diabetes mellitus tipe lain, yaitu:

a) Defek genetik fungsi sel beta.

b) Defek genetic kerja insulin.

c) Penyakit eksokrin pancreas.

d) Endokrinopati.

e) Karena obat atau zat kimia.

f) Infeksi.

g) Imunologi (jarang).

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

21

h) Sindroma genetik lain.

4) Diabetes mellitus Kehamilan (Gestasional) (Depkes RI, 2008).

c. Patofisiologi Diabetes Mellitus

Sebagian besar gambaran patologik dari Diabetes Mellitus dapat

dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin

berikut:

1) Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang

mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200

mg/dl.

2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang

menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai

dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.

3) Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Seperti suara mesin, badan memerlukan bahan untuk membentuk

sel baru dan mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga

memerlukan energi supaya sel badan dapat berfungsi dengan baik. Energi

pada mesin berasal dari bahan bakar yaitu bensin. Pada manusia bahan

bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari, yang

terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino)

dan lemak (asam lemak) (Waspadji, dkk, 2002).

d. Faktor-faktor resiko tinggi untuk Diabetes Mellitus

Menurut Tjokroprawiro (1999) faktor resiko tinggi untuk

Diabetes Mellitus adalah : kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun ),

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

22

kegemukan, tekanan darah tinggi ( > 140 / 90 mmHg ), riwayat keluarga

Diabetes Mellitus, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi >

4000 gram, riwayat Diabetes Mellitus pada kehamilan, dislipidemia

(HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl ) dan pernah TGT

atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT).

Menurut Depkes RI (2008) faktor risiko diabetes mellitus dapat

dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.

a) Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus.

b) Umur, risiko untuk menderita prediabetes meningkat seiring

meningkatnya usia.

c) Riwayat pernah menderita diabetes gestasional.

d) Riwayat berat badan lahir dengan berat badan rendah, kurang dari

2500 gram.

2) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

a) Berat badan lebih (BB > 120% BB idama atau IMT > 23 kg/m2)

dan Ratio lingkar pinggang pinggul untuk laki-laki 0,9 dan

perempuan 0,8 lingkar pinggang pria sama dengan wanita 90 cm.

b) Kurang aktifitas fisik.

c) Hipertensi, tekanan darah di atas 140/90 mmHg.

d) Dislipidemia, kadar lipid (kolesterol HDL = 35 mg/dl dan atau

trigliserida ≥ 250 mg/dl).

e) Memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler.

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

23

f) Diet tidak sehat, dengan tinggi gula dan rendah serat.

e. Gejala klinik Diabetes mellitus

Diagnostik gejala diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi 2,

yaitu keluhan klasik dan keluhan lainnya.

1) Keluhan klasik

Sering kencing, cepat lapar, sering haus, berat badan menurut cepat

tanpa sebab yang jelas.

2) Keluhan lainnya

Kesemutan, gatal di daerah kelamin, keputihan, infeksi sulit sembuh,

bisul yang hilang timbul, penglihatan kabur, cepat lelah, dan mudah

mengantuk (Depkes RI, 2008).

Gejala klinik Diabetes Mellitus adalah: “Trias Sindrome

Diabetic Acut” yaitu Polidipsi, polipagi dan poliuri. Gejala kronis yang

sering timbul adalah lemah badan, kesemutan, penurunan kemampuan

seksual, gangguan penglihatan, kaku otot, kaku sendi, dan lain-lain

(Tjokroprawiro, 1999). Gejala diabetes tipe I muncul secara tiba-tiba

pada saat usia anak-anak sebagai akibat dari kelainan genetika, sehingga

tubuh tidak memproduksi insulin dengan baik. Gejala-gejalanya antara

lain adalah: sering buang air kecil, terus-menerus lapar dan haus, berat

badan menurun, kelelahan, penglihatan kabur, Infeksi pada kulit yang

berulang, meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni dan

cenderung terjadi pada mereka yang berusia di bawah 20 tahun.

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

24

Sedangkan gejala diabetes tipe II muncul secara perlahan-lahan

sampai menjadi gangguan yang jelas, dan pada tahap permulaannya

seperti gejala diabetes tipe I, yaitu : cepat lelah, kehilangan tenaga dan

merasa tidak fit, sering buang air kecil, terus menerus lapar dan haus,

kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit

yang berkepanjangan, biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas

40 tahun, tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-

anak dan remaja. Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena

dianggap sebagai keletihan akibat kerja. Gejala lain yang biasanya

muncul adalah: penglihatan kabur, luka yang lama sembuh, Kaki terasa

kebas, geli, atau merasa terbakar, infeksi jamur pada saluran reproduksi

wanita dan impotensi pada pria (Tjokroprawiro, 1999).

Diabetes Tipe II biasanya terjadi pada mereka yang berusia

diatas 40, tetapi prevalensinya makin tinggi pada golongan anak-anak

dan remaja. Riset juga menemukan bahwa kebanyakan orang yang

mengalami gejala pre-diabetes, yaitu suatu kondisi yang merupakan

pendahuluan dari munculnya diabetes tipe II, tidak menyadari bahwa ia

sedang diincar oleh diabetes yang berbahaya. Walaupun gejalanya tidak

muncul, tetapi dari pemeriksaan gula darah menunjukan bahwa kadar

gula darah puasa berada di atas normal, meskipun belum cukup tinggi

untuk dikategorikan sebagai kasus diabetes. Tetapi kasus pre-diabetes itu

sendiri dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular sampai 50%

(Tjokroprawiro, 1999).

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

25

f. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dasar terapi Diabetes Mellitus “Pentalogi

Terapi Diabetes Mellitus” menurut Tjokroprawiro, A (1999) sebagai

berikut: diet dan mengatur pola makan, latihan fisik (olah raga),

pengontrolan kadar gula darah, obat hipoglikemia ( OHO dan Insulin )

contoh : glibenclamid, daonil, regular insulin dan cangkok pancreas.

Sedangkan menurut Nurhasan (2002) penyakit diabetes mellitus dapat

dikendalikan tanpa obat dan menjalani terapi berupa: pengaturan makan

yang baik, tidak boleh makan gula atau makanan bergula, mengkonsumsi

makanan dengan kadar tinggi protein misalnya: daging tanpa lemak,

telur, ikan, sayur hijau dan harus menjauhi makanan dengan kandungan

tinggi karbohidrat serta melakukan latihan fisik (olah raga secara teratur).

6. Pendidikan Kesehatan Diet Diabetes Mellitus

a. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Sedang dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu

bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik

individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah

kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat

berperan sebagai perawat pendidik (Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan kesehatan identik dengan penyuluhan kesehatan.

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

26

dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bias

melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan

(Azwar, 1996).

Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya

sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial. Ruang lingkup

pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain:

dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan

pendidikan kesehatan,dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan

(Notoatmodjo, 2003).

b. Diet Diabetes Mellitus

1) Pengertian Diet Diabetes Mellitus

Pendidikan kesehatan bagi pasien diabetes dapat dilakukan

dengan memberikan materi diet diabetes mellitus. Diet merupakan

salah satu terapi yang harus dilaksanakan oleh pasien diabetes

mellitus. Menurut Smeltzer dan Bare (2002), tujuan utama terapi

diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar

glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi

vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes

adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

27

terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas

pasien.

Diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang

atau organisme tertentu. Diet adalah pengaturan pola, jumlah dan atau

cara tertentu. Karena penting bagi pasien untuk pemeliharaan pola

makan yang teratur, maka penatalaksanaan dapat dilakukan dengan

perencanaan makanan (diet) (Waspadji, dkk, 2002).

Kepatuhan jangka panjang terhadap perencanaan makan

merupakan salah satu aspek yang paling menimbulkan tantangan

dalam penatalaksanaan diabetes. Bagi pasien obesitas, tindakan

membatasi kalori yang moderat mungkin lebih realistis. Bagi pasien

yang berat badannya sudah turun, upaya mempertahankan berat badan

sering lebih sulit dikerjakan. Untuk membantu pasien ini dalam

mengikutsertakan kebiasaan diet yang baru dalam terapi perilaku,

dukungan kelompok dan penyuluhan gizi yang berkelanjutan sangat

dianjurkan. Bagi semua penderita diabetes, perencanaan makan harus

mempertimbangkan pula kegemaran pasien terhadap makanan

tertentu, gaya hidup, jam-jam makan yang biasa diikutinya dan latar

belakang etnik serta budayanya. Bagi pasien yang mendapatkan terapi

intensif, penentuan jam makan dan banyaknya makanan mungkin

lebih fleksibel dengan cara mengatur perubahan kebiasaan makan

serta latihan (Smelzer & Bare 2001).

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

28

2) Tujuan Diet Diabetes Mellitus

Tujuan perencanaan makanan dan dalam pengelolaan diabetes

adalah sebagai berikut :

a) Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas

normal

b) Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan

remaja, ibu hamil dan janinnya

c) Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman (Waspadji,

dkk, 2002).

Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari

penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita

diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini:

a) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan

mineral).

b) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.

c) Memenuhi kebutuhan energi.

d) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui

cara-cara yang aman dan praktis

e) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat (Smeltzer

& Bare 2002).

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

29

3) Jenis Diet Diabetes Mellitus

Pengelolaan makanan pada DM adalah untuk membantu

diabetisi memperbaiki kebiasaan gizi untuk mendapatkan kontrol

metabolik yang lebih baik, yaitu ditujukan pada pengendalian glukosa,

lipid, dan tekanan darah. Dalam melakukan perencanaan makanan

yang penting adalah kebutuhan kalori dengan prinsip tidak ada diet

khusus diabetes dan tidak ada bahan makanan yang tidak boleh

dikonsumsi (Depkes RI, 2008).

Tjokroprawiro (1999) menggolongkan dua jenis diet DM

yaitu diet A dan diet B sebagai berikut:

Tabel 2.1 Jenis Diet DM Menurut Tjokroprawiro (1999) Diet A (All DM) Diet B (NIDDM)

40-50 % karbohidrat

30-35 % lemak

20-25 % protein

68 % karbohidrat

20 % lemak

12 % protein

Almatsier (2009) membagi jenis diet bagi pasien DM sebagai

berikut:

Tabel 2.2 Jenis Diet DM Menurut Almatsier (2009) Jenis diet Energi kkal Protein g Lemak g Karbohidrat g

I II III IV V VI VII VIII

1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500

43 45 51,5 55,5 60 62 73 80

30 35 36,5 36,5 48 53 59 62

172 192 235 275 299 319 369 396

Keterangan :

a) Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang gemuk.

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

30

b) Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes normal

tanpa komplikasi.

c) Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes

remaja (juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi.

4) Syarat-syarat Diet Diabetes Mellitus

Menurut Almatsier (2009), syarat-syarat diet diabetes mellitus

adalah sebagai berikut:

a) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan

normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan

kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB

normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan

khusus. Makanan dibagi dalam tiga porsi besar, yaitu makan pagi

(20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk

makanan selingan.

b) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi

total. Protein dapat diperoleh dari berbagai macam sereal (roti,

sereal, nasi, pasta, tepung terigu) atau yang berasal dari hewani

(daging, ikan, telur, dan hasil peternakan). Protein hewani relatif

cenderung kaya akan lemak dan kalori serta tidak mengandung

karbohidrat, sehingga hal ini perlu diperhitungkan saat

merencanakan makan.

c) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi

total, dalam bentuk < 10% dari kebutuhan energi total berasal dari

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

31

lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya

dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan

dibatasi, yaitu ≤ 300 mg hari. Lemak jenuh (hewani) antara lain

terdapat dalam daging berlemak, susu full cream, mentega, dan

lemak babi. Jenis makanan tersebut dapat menyebabkan masalah

dalam sirkulasi darah. Sangat penting mengkonsumsi jenis

makanan tersebut bagi setiap orang. Lemak tak jenuh agak lebih

baik dibandingkan lemak jenuh, yang terdapat dalam dua bentuk,

yakni Lemak tak jenuh ganda, ditemukan dalam beberapa produk,

seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran murni, minyak

jagung, dan margarin bunga matahari, dan lemak tak jenuh tunggal,

antara lain ditemukan dalam minyak zaitun dan minyak lokal. Jenis

lemak ini dapat dipakai sebagai pengganti lemak jenuh maupun

lemak tak jenuh.

d) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total,

yaitu 60-70%. Contohnya adalah roti, kentang, pasta, nasi, sereal,

dan buah. Kandungan gula makanan tersebut sangat rendah dan

merupakan sumber energi yang baik. Karena itu pilihlah makanan

tersebut sebagai menu harian.

e) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak

diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar

glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula

murni sampai 5% dari kebutuhan energi total. Contohnya adalah

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

32

gula, permen dan coklat, bolu manis, biskuit manis dan puding,

minuman soda. Makanan tersebut harus dihindari karena kadar gula

akan masuk ke dalam aliran darah dengan cepat, sehingga dapat

menyebabkan kenaikan gula darah secara tiba-tiba. Untuk itu, dapat

menggunakan pemanis buatan, seperti sakarin, aspartame, dan

acelsufame, ke dalam makanan dan minuman sebagai pengganti

gula. Boleh saja memakai sedikit gula dalam adonan bolu, tetapi

jangan dalam makan utama.

f) Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif

adalah bahan pemanis selain sukrosa. Ada dua jenis gula alternatif

yaitu yang bergizii dan yang tidak bergizi. Gula alternatiff adalah

fruktosa, gula alkohol berupa sorbitol, manitol dan silitol,

sedangkan gula alternatif tak bergizi berupa aspartam dan sakarin.

Penggunaann gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas.

Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat

meningkatkan kolesterol dan LDL.

g) Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat

larut air yang terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang

rata-rata memenuhi kebutuhan serat sehari. Maksud penambahan

isi serat dalam makanan tidak berarti makan nasi dan yang lainnya,

melainkan harus mengkonsumsi 30 gram serat setiap harinya.

Sangat penting untuk membuat usus bekerja baik. Beberapa jenis

serat yang dapat larut dapat membantu mengontrol kadar darah

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

33

agar normal dan menjaga tingkat kolesterol darah agar turun.

Makanan, seperti buncis matang, bubur kacang hijau, bubur

gandum, sereal gandum lainnya, maupun kue gandum semuanya

kaya akan serat dapat larut. Sedangkan sereal berkadar serat tinggi,

roti, sayuran dan buah-buahan tanpa kulit, pasta, tepung terigu, dan

beras merupakan makanan dengan serat yang tak dapat larut.

h) Asupan Garam. Pasien diabetes mellitus dengan tekanan normal

diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur,

yaitu 3000 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi, asupan garam

harus dikurangi. Terlalu banyak garam tidak bagi bagi siapa pun

dan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Cobalah untuk

memakai hanya sedikit garam saat memasak dan jangan tambahkan

sedikit pun saat makan. Berbagai bumbu, rempah-rempah, dan lada

dapat digunakan secukupnya untuk menambah rasa dalam

makanan.

i) Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup,

penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak

diperlukan. Bila makan-makanan yang seimbang, maka tidak

memerlukan tambahan vitamin atau mineral. Sebagian ahli

berpendapat bahwa kekurangan elemen, seperti khromium dan

selenium berperan dalam serangan komplikasi diabetes. Namun,

tidak ada cara untuk mengukur jumlah dalam makanan maupun

kadar yang diperlukan tubuh. Tampaknya sangat baik bila makan

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

34

makanan yang bervariasi untuk menjamin kecukupan vitamin dan

mineral serta gizi lainnya.

5) Pengaturan Diet Diabetes Mellitus

Pengaturan diet diabetes mellitus, perlu mengetahui

kebutuhan kalori sehari. Selain membantu dalam kebutuhan kalori,

ahli gizi / diet juga menyarankan variasi makanan sesuai dengan daftar

bahan makanan penukar. Porsi makanan hendaknya tersebar

sepanjang hari, yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam

serta kudapan di antara waktu makan. Menurut Almatsier (2009),

jumlah dan jenis makanan yang dianjurkan makan 3 kali sehari yang

terdiri dari komposisi yang berimbang.

Tabel 2.3 Contoh menu diet diebetes mellitus (kkal) Waktu Bahan Makanan Takaran Menu

Pagi Nasi Telur ayam Tempe Sayuran A Minyak

1 gelas 1 butir 2 ptg sedang 1 sdm

Nasi Telur dadar Oseng-oseng tempe Sop oyong + tomat

Pukul 10.00 Siang

Buah Nasi Ikan Tempe Sayuran B Buah Minyak

1 ptg sdg 1 ½ gelas 1 ptg sdg 1 ¼ bh sdh 1 bh 1 ½ gelas

Pepaya Nasi Pepes ikan Tempe goreng Lalapan kacang + kol Nanas

Pukul 16.00 Malam

Buah Nasi Ayam tanpa kulit Tahu Sayuran B Buah Minyak

1 bh 1 porsi 1 ptg sdg 1 bh bs 1 gelas 1 ptg sdg 1 sdm

Pisang Nasi Ayam bakar bb kecap Tahu bacem Sup buncis + wortel Pepaya

(Sumber: Almatsier, 2009)

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

35

7. Media Leaflet

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah

berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah

perantara (wasaail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima

pesan. Adapun Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2004) mengatakan bahwa

media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau

kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu

memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pengajaran

banyak bentuknya, salah satunya adalah leaflet. Leaflet merupakan media

cetak yang biasanya berisi himbauan tentang masalah tertentu, biasanya

yang berhubungan dengan kesehatan (Rahadi, 2003). Adapun menurut

Rosan (2012) leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang

sesuatu masalah khusus untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu. Leaflet

juga diartikan sebagai salah satu media yang menggunakan selembar kertas

yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khusus untuk sasaran yang

dapat membaca dan biasanyan di sajikan dalam bentuk lipatan yang

dipergunakan untuk penyampaian informasi atau penguat pesan yang

disampaikan.

Ciri-ciri leaflet adalah sebagai berikut (Rosan, 2012):

a. Tulisan terdiri dari 200 ± 400 huruf dengan tulisan cetak biasanya juga

diselingi gambar-gambar.

b. Isi leaflet harus dapat dibaca sekali pandang.

c. Ukuran biasanya 20 ± 30 cm.

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

36

Media leaflet memiliki kelebihan sebagai berikut (Rosan, 2012):

a. Leaflet menarik untuk dilihat.

b. Mudah untuk dimengerti.

c. Merangsang imajinasi dalam pemahaman isi leaflet.

d. Lebih ringkas dalam penyampaian isi informasi.

Disamping kelebihan, media leaflet juga memiliki kelemahan, yaitu

(Rosan, 2012):

a. Salah dalam desain tidak akan menarik pembaca.

b. Leaflet hanya untuk dibagikan, tidak bisa di pajang atau ditempel.

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

37

B. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori

Sumber: Diadopsi dari Tjokroprawiro (1999), Rahadi, (2003) dan Notoatmodjo (2005)

C. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

1) Tingkat pendidikan

2) Informasi

3) Budaya

4) Pengalaman

Pendidikan Kesehatan Tentang Diet Diabetes Mellitus Menggunakan Media Leaflet

Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus

Pasien Diabetes Mellitus Pengetahuan Diabetes

Mellitus

Pendidikan Kesehatan

Pengetahuan Sebelum Pengetahuan Sesudah

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan ...repository.ump.ac.id/662/3/DEDY IRAWAN BAB II.pdf · Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

38

D. Hipotesis

Hipotesis yang diuji yaitu :

Hi : Pendidikan kesehatan tentang diet diabetes mellitus efektif

meningkatkan pengetahuan pasien diabetes mellitus di RSUD

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Ho : Pendidikan kesehatan tentang diet diabetes mellitus tidak efektif

meningkatkan pengetahuan pasien diabetes mellitus di RSUD

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014