BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a...

26
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Definisi Ansietas (kecemasan) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Ansietas dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan. (Stuart, 2007). Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak bergaya. ( Stuart, 1995 ) Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat di benarkan yang sering di sertai gejala fisiologi. (Tomb,1993 ). Kecemasan (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subyektif seseorang. (Kusumawati, 2010).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a...

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kecemasan

a. Definisi

Ansietas (kecemasan) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Ansietas dialami

secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas

berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap

bahaya. Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian tersebut.

Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi

tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan. (Stuart, 2007).

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,

yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak bergaya. ( Stuart,

1995 )

Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan

dan tidak dapat di benarkan yang sering di sertai gejala fisiologi.

(Tomb,1993 ).

Kecemasan (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman

subyektif seseorang. (Kusumawati, 2010).

10

Kecemasan adalah suatu emosi yang sejak dulu dihubungkan

dengan kehamilan, yang hubungan ini tidak jelas. Cemas mungkin emosi

positif sebagai perlindungan menghadapi stressor, yang bisa menjadi

masalah apabila berlebihan. (Salmah et al, 2006)

Reaksi kecemasan yang kuat mempunyai tipe komponen (Stuard,

et al, 2002) :

1) Emosional

Orang tersebut mempunyai ketyakutan yang amat sangat dansecara

sadar.

2) Kognitif

Ketakutan tersebut meluas dan saling berpengaruh terhadap

kemampuan berfikir jernih, memecahkan masalah dan mengatasi

tuntutan lingkungan.

3) Psikologis

Tanggapan tubuh terhadap rasa takut berupa pengerasan diri untuk

bertindak baik dikehendaki maupun tidak.

b. Etiologi kecemasan

Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional

yang terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan super ego. Id mewakili

dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan super ego menceminkan

hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi

menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan

fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. (Stuart, 2007)

11

Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal.

Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua jenis :

1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan

fisiologis yang akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk

melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Pada ancaman ini, stressor yang

berasal dari sumber eksternal adalah faktor-faktor yang dapat

menyebabkan gangguan fisik (misal; infeksi virus, polusi udara).

Sedangkan yang menjadi sumber internalnya adalah kegagalan

mekanisme fisiologi tubuh (misal; system jantung, system imin,

pengaturan suhu dan perubahan fisiologis selama kehamilan).

2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan

identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

Ancaman yang berasal dari sumber eksternal yaitu kehilangan orang

yang berarti (meninggal, perceraian, pindah kerja) dan ancaman yang

berasal dari sumber internal berupa gangguan hubungan interpersonal

dirumah, tempat kerja, atau menerima peran baru.(Sujono dan Teguh,

2009)

c. Macam-macam coping kecemasan

1) Adaptive (Penyesuaian diri) : Memecahkan masalah yang disebabkan

oleh kecemasan, jadi kecemasan dapat berkurang. Pasien adalah

sebagai obyek, rasional/masuk akal, produktif.

2) Palliative (Meringankan/meredakan tetapi tidak menyembuhkan) :

Pengurangan kecemasan secara bertahap tetapi tidak memecahkan

12

masalah, jadi kecemasan pada akhirnya kembali. Pengobatan secara

bertahap memberikan pasien kembali untuk memecahkan masalah.

3) Maladaptive (Tidak bisa menyesuaikan diri) : Usaha yang tidak

berhasil untuk mengurang kecemasan tanpa usaha untuk memecahkan

masalah dan masih menyisakan kecemasan.

4) Disfungtional (Tidak berfungsi) : Adalah ketidakberhasilan

mengurangi kecemasan atau pemecahan masalah. Bahkan

pemfungsian secara rendah/minimal menjadi sulit, dan permasalahan

baru mulai berkembang.

d. Tingkat kecemasan

1) Kecemasan ringan : Berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari, ansietas ini menyebabkan individu menjadi

waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2) Kecemasan sedang : Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini

mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu

mengalami tidak perhatian yang tidak selektif namun dapat berfokus

pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

3) Kecemasan berat : Sangat mengurangi lapang persepsi individu.

Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta

tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk

13

mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan

untuk pada area lain.

4) Tingkat panik dari ansietas : Berhubungan dengan terperangah,

ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena

mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak

mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup

disorganisasikepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas

motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang

lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang

rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan; jika

berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan

kematian. (Stuart, 2007).

e. Pendekatan-pendekatan kecemasan :

1) Pendekatan Psikodinamik

Freud pada abad 19 mengenalkan tiga komponen mental

yaitu id, ego, dan super ego. Ego yang mewakili kesadaran dan pribadi

individu menerima stimulasi dari lingkungan hidup melalui panca

indera dan bertugas memperingatkan individu untuk bersiaga dalam

menentukan respon tertentu terhadap stimulasi tersebut. Kecuali

stimulasi dari lingkungan, ego juga menerima stimulasi dari dunia

lahirnya kecemasan.

14

2) Pendekatan Organobiologik

Bila perasaan tidak menyenangkan muncul, menggelisahkan,

maka akan terjadi perangsangan pada rakhe nuclei sehingga pelepasan

serotonin meningkat. Peningkatan pelepasan serotonindianggap

sebagai mediator proses belajar untuk menghindar dari situsi yang

tidak menyenangkan.

3) Pendekatan Psikososial

Stressor psikososial memiliki pengaruh terhadap terjadinya

gangguan jiwa termasuk kecemasan. Stressor psikososial tidak hanya

menyebabkan kecemasan, depresi, penyakit badan, psikomatik, akan

tetapi dapat pula berupa gangguan kepribadian. (cit. Andreastuti,

2001).

f. Cara Mengukur Kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang

apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali orang menggunakan alat

ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating scale for

Ansiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang

masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih

spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score)

antara 0-4, yang artinya adalah :

Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)

1. = gejala ringan

2. = gejala sedang

15

3. = gejala berat

4. = gejala berat sekali

Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dapat dilakukan dengan

menggunakan kuesioner. Masing-masing nilai angka (score) dari ke-14

kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut

dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu :

Total nilai (score): kurang dari 14 – 20 = kecemasan ringan

21 – 27 = kecemasan sedang

28 – 41 = kecemasan berat

42 – 56 = kecemasan berat sekali

Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HRS-A ini adalah

sebagai berikut :

Gejala kecemasan Nilai angka (Score)

01. Perasaan cemas (ansietas) 0 1 2 3 4

- cemas

- firasat buruk

- takut akan pikiran sendiri

- mudah tersinggung

02. Ketegangan 0 1 2 3 4

- merasa tegang

- lesu

- tidak bisa istirahat tenang

- mudah terkejut

16

- mudah menangis

- gemetar

- gelisah

03. Ketakutan 0 1 2 3 4

- pada gelap

- pada orang asing

- ditinggal sendiri

- pada binatang besar

- pada keramaian lalu lintas

- pada kerumunan banyak orang

04. Gangguan tidur 0 1 2 3 4

- sukar masuk tidur

- terbangun malam hari

- tidur tidak nyenyak

- bangun dengan lesu

- banyak mimpi-mimpi

- mimpi buruk

- mimpi menakutkan

05. Gangguan kecerdasan 0 1 2 3 4

- sukar konsentrasi

- daya ingat menurun

- daya ingat buruk

17

06. Perasaan depresi (murung) 0 1 2 3 4

- hilangnya minat

- berkurangnya kesenangan pada hobi

- sedih

- bangun dini hari

- perasaan berubah-ubah sepanjang hari

07. Gejala somatik/fisik (otot) 0 1 2 3 4

- sakit dan nyeri di otot-otot

- kaku

- kedutan otot

- gigi gemerutuk

- suara tidak stabil

08. Gejala somatic/fisik (sensorik) 0 1 2 3 4

- tinnitus (telinga berdenging)

- penglihatan kabur

- muka merah atau pucat

- merasa lemas

- perasaan ditusuk-tusuk

09. Gejala kardiovaskuler(jantung dan 0 1 2 3 4

pembuluh darah)

- takikardia (denyut jantung cepat)

- berdebar-debar

- nyeri di dada

18

- denyut nadi mengeras

- rasa lesu/lemas seperti mau pingsan

- detak jantung menghilang (berhenti sekejap)

10. Gejala respiratori (pernafasan) 0 1 2 3 4

- rasa tertekan atau sempit di dada

- rasa tercekik

- sering menrik nafas

- nafas pendek/sesak

11. Gejala gastrointestinal (pencernaan) 0 1 2 3 4

- sulit menelan

- perut melilit

- gangguan pencernaan

- nyeri sebelum dan sesudah makan

- perasaan terbakar diperut

- rasa penuh atau kembung

- mual

- buang air besar lembek

- sukar buang air besar (konstipasi)

- kehilangan berat badan

12. Gejala urogenital (perkemihan dan 0 1 2 3 4

kelamin)

- sering buang air kecil

- tidak dapat menahan air seni

19

- tidak dating bulan (tidak ada haid)

- darah haid berlebihan

- darah haid amat sedikit

- masa haid berkepanjangan

- masa haid amat pendek

- haid beberapa kali dalam sebulan

- menjadi dingin (frigid)

- ejakulasi dini

- ereksi melemah

- ereksi hilang

- impotensi

13. Gejala autonom 0 1 2 3 4

- mulut kering

- muka merah

- mudah berkeringat

- kepala pusing

- kepala terasa berat

- kepala terasa sakit

- bulu-bulu berdiri

14. Tingkah laku sikap pada wawancara 0 1 2 3 4

- gelisah

- tidak tenang

- jari gemetar

20

- kerut kening

- muka tegang

- otot tegang/mengeras

- nafas pendek dan cepat

- muka merah

Jumlah Nilai Angka (Total Score)=

Perlu diketahui bahwa alat ukur HRS-A ini bukan dimaksudkan

untuk menegakkan diagnosa gangguan cemas. Diagnosa gangguan cemas

ditegakkan dari pemeriksaan klinis oleh dokter (psikiater). Sedangkan

untuk mengukur derajat berat ringannya gangguan cemas itu digunakan

alat ukur HRS-A.

2. Persalinan

a. Definisi

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan

janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan

ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.(Prawirohardjo, 2006).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu, lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.(Prawirohardjo, 2006).

21

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan ari) yang dapat hidup ke dunia lua, dari rahim melalui jalan lahir atau

dengan jalan lain. (Mochtar, 1998).

Persalinan merupakan proses untuk mendorong keluar (ekspulsi)

hasil pembuahan yaitu janin yang viable, plasenta, dan ketuban dari dalam

uterus lewat vagina ke dunia luar. Normalnya proses ini berlangsung pada

suatu saat ketika uterus tidak dapat tumbuh lebih besar lagi, krtika janin

sudah cukup matur untuk dapat hidup diluar rahim tapi masih cukup kecil

untuk dapat jadi melalui jalan lahir. (Farrer, 2001).

Persalinan merupakan pengeluaran hasil konsepsi hidup (viable)

dari uterus (Sarwono, 1994) In partus (partus mulai) ditandai dengan

keluarnya lender bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai

membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).

b. Tujuan Pertolongan Persalinan Normal

1) Tujuan persalinan normal adalah agar ibu dan bayi berada dalam

kondisi sehat, dengan sedikit mungkin untuk melakukan intervensi

maupun tetap menjaga keamanan proses persalinan dengan

pendekatan tertentu. (Depkes RI, 2000).

2) Tujuan pertolongan persalinan adalah tercapainya kemampuan

hidupsehat bagi ibu dan anak dan menjamin proses tumbuh kembang

yang optimal (Depkes RI, 2000) dalam Safe motherhood tujuan

pertolongan persalinan adalah untuk menurunkan Angka kesakitan

22

dan kematian ibu bersalin, nifas, disamping Angka kesakitan bayi

baru lahir (Depkes RI, 2000).

c. Tanda-tanda persalinan

1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

2) Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

3) kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4) pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

(Purwaningsih, 2009).

Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu:

a) Kala I : Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan

lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8

jam)serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks

membuka dari 3 sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering

selama fase aktif.

b) Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.

Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada

multi.

c) Kala III : Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,

yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

d) Kala IV : Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

postpartum. (Prawirohardjo, 2006).

23

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan

1) Passage/panggul/pelvic/jalan lahir

Janin harus berjalan lewat rongga panggu, serviks dan vagina

sebelum dilahirkan. Untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi

pula tahanan dan retistensi yang ditimbulkan oleh struktur dasar

panggul dan sekitarnya. (Farrer, 2001).

2) Power/kekuatan/tenaga

Kontraksi uterus atau his.

Power utama pada persalinan adalah tenaga atau kekuatan

yang dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi otot-otot rahim. Kontraksi

adalah gerakan memendek dan menebal otot-otot rahim yang terjadi

untuk sementara waktu. Kontraksi ini terjadi diluar sadar (involunter),

dibawah pengendalian system syaraf simpatis dan secara tidak

langsung mungkin dipengaruhi oleh system endokrin. Kontraksi uerus

yang kuat, seperti pada bagian akhir kala I persalinan, memberikan

tekanan intra uteri sebesar 45 mmHg.

Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang menetap

setelah terjadinya kontraksi. Serabut otot tidak mengadakan relaksasi

penuh pada akhir kontraksi, tetapi akan mempertahankan sebagian

gerakan memendek dan menebal tersebut. Retraksi merupakan sifat

istimewa yang dimiliki otot rahim sebagai akibat dari retraksi, segmen

atas dinding uterus secara berangsur-angsur menjadi lebih pendek

serta lebih tebal dan cavum uteri menjadi lebih kecil. Seentara itu otot-

24

otot segmen atas yang mengadakan kontraksi dan retraksi

menyebabkan serabut-serabut segmen bawah yang memiliki fungsi

khusus serta serviks tertarik ke atas dan keluar sehingga terjadi

penipisan/effacement serta dilatasi serviks.

Tenaga sekunder: mengejan merupakan tenaga kedua (otot-

otot perut dan diafragma) digunakan dalam kala II persalinan. Tenaga

ini dipakai untuk mendorong bayi keluar dan merupakan kekuatan

ekspulsi yang dihasilkan oleh otot-otot volunteer ibu. Diafragma

dibuat kaku oleh dada yang diisi udara dan glottis yang ditutup untuk

menahan tekanan rongga dada. Otot-otot dinding abdomen

dipertahankan dengan kuat. Kedua keadaan ini akan melipatgandakan

tekanan pada janin dan mengurangi ruang didalam rongga abdomen

sehingga tahanannya paling rendah dan akhirnya perlintasan keluar

melalui pelvis ke vagina. Mengejan memberikan kekuatan yang

sangat membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul.

Meskipun mengejan melibatkan otot-otot volunteer, gerakan ini

menjadi involunter jika tekanan kepala janin pada dasar panggul

menjadi sangat kuat (sama seperti rectum yang penuh akan

menimbulkan dorongan ekspulsiuntuk membuka usus). Kadang-

kadang pada saat “crowning” (ketika terdapat bahaya reptura

perineum), sebaliknya mengejan dikendalikan dan digantikan dengan

“bernafas” terengah-engah (mulut dan glotis dibuka sementara otot-

otot abdomen dibiarkan lemas). (Farrer, 2001).

25

3) Passager/anak menurut Farrer, 2001

Passager utama lewat jalan lahir adalah janin, dan bagian janin

yang paling penting (karena ukurannya paling besar) adalah kepala

janin. Ukuran kepala lebih lebar daripada bahu dan kurang lebih

seperempat dan panjang bayi. 96% bayi dilahirkan dengan bagian

kepala lahir pertama. Persalinan dengan persentasi occiput atau vertek

berkisar 95%-97% dari seluruh persalinan. Perubahan posisi selama

proses persalinan adalah diawali dari kepala masuk pada pintu atas

panggul (engagemen), descent, flexion, rotasi internal, ekstensi, rotasi

ekternal, dan ekspulsi. Setelah 5 s/d 10 menit ekspulsi, plasenta

mengalami pelepasan dan terjadi pengeluaran plasenta baik dengan

spontan maupun manual. (Bobak, 2004).

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi cemas menjelang persalinan

Menurut Atkinson (1993), faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan dibagi

menjadi dua, yaitu :

1. Faktor internal (Pengetahuan)

Pengetahuan yang dimiliki setiap ibu hamil berbeda-beda.

Pengetahuan ibu hamil tentang proses persalinan sangat penting karena

pengetahuan merupakan jalan yang terbaik untuk menuju kepada tindakan

selanjutnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa persalinan bukan merupakan

proses yang mudah karena menyebabkan rasa lelah pada tubuh ibu. Tanpa

pemahaman yang benar mengenai kehamilan dan reaksi tubuh, kecil

26

kemungkinkan seorang ibu untuk menjalani persalinan alamiah dengan lancar

dan sukses. (Nurhidayati, 2005).

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu

pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi

intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dam telinga. (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman

dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan .

Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitf terdiri dari 6, yaitu :

(Notoatmodjo, 2003).

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu

“tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rencah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

27

yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan

sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat

menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap

obyek atau materi terus dapat menjelaskan , menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu obyek yang

dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi

suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan

untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

28

suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2. Faktor eksternal (Dukungan Keluarga)

Dukungan keluarga terutama suami sangatlah penting bagi ibu

hamil menjelang persalinan. Peran suami dalam pendampingan istri saat

menghadapi proses persalinan adalah perlu mengetahui pemahaman dan

pengetahuan suami mengenai tanda-tanda persalinan yang normal dan

suami dapat menentukan sikap dan tindakan selama proses persalinan

yaitu member motivasi dan do’a agar lancer proses persalinannya.

(Hamilton, 1995).

Menurut cohen dan syme (1996) dalam setiadi (2007, p.21),

dukungan sosial adalah suatu yang bemanfaat untuk individu yang

diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga sesorang akan

tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan

mencintainya.

Jenis Dukungan sosial Keluarga

Dukungan sosial dapat berupa dukungan internal dan eksternal.

Dukungan social internal seperti dari suami/ayah, suami/ibu, atau

29

dukungan saudara kandung. Dukungan sosial eksterna adalah dukungan

dari luar keluarga (Friedman, 1998, p. 196).

Setiap orang yang tinggal dalam keluarga perlu untuk saling

menolong dan mendukung satu sama lain agar dapat mnjalani kehidupan

keluarga yang harmonis.

Menurut Kaplan (1976) dalam Friedman (1998, p. 197) ada 4 dukungan

social keluarga yaitu :

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional dari suami akan membuat istri merasa

berharga, nyaman, aman, terjamin dan disayangi. Sumber utama

dukungan pria adalah pasangannya. Dukungan ini harusdi modifikasi,

sehingga memungkinkan untuk mengasuh bayi dan memenuhi

kebutuhan istrinya. Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai

untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap

emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan

yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,

perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

Dukungan emosional adalah tingkah laku yang berhubungan

dengan rasa tenang, senang, rasa memiliki, kasih saying pada anggota

keluarga, baik pada anak maupun orang tua.

Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian,

dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan, menurut Depkes

(2002) dalam Nursalam (2009, p. 29).

30

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari

anggota keluarga yang lain, teman, waktu dan uang merupakan

faktor-faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap program-

program medis. Contoh yang sederhana, tidak memiliki pengasuh

bayi, transportasi tidak ada, dan ada anggota keluarga yang sakit,

dapat membantu mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit

tertentu, mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk

mencapai kepatuhan (Niven, 2002, p. 197).

b. Dukungan Informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator

(penyebar) informasi tentang dunia. Keluarga menjelaskab tentang

pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan

mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah

dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang

diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada

individu. Aspek-aspek dalamkungan ini adalah nasehat, usulan,

petunjuk dan pemberian informasi.

Dukungan informasional adalah tingkah laku yang

berhubungan dengan pemberian informasi dan nasehat. Dukungan

informasi yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan gejala

sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh

individu. Dukungan ini mencakup nasehat, saran, pengetahuan, dan

informasi serta petunjuk, menurut Depkes (2002, p. 29).

31

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah dukungan yang bersifat nyata

dan dalam bentuk materi dan waktu yang bertujuan untuk

meringankan beban bagi individu yang membutuhkan orang lain

untuk memenuhinya. Suami harus mengetahui jika istri dapat

bergantung padanya jika istri memerlukan bantuan. Keluarga

merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,

diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan

minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

Depkes (2002) dalam Nursalam (2009, p. 29) menyatakan,

dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara

langsung, misalnya: menyediakan fasilitas yang dibutuhkan, member

pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan, menolong dengan

member pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan serta

bantuan yang lain. Dukungan instrumental adalah tingkah laku yang

berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang sifatnya materi atau

tenaga.

d. Dukungan Penghargaan (Penilaian)

Adalah dukungan yang terjadi lewat ungkapan

hormat/penghargaan positif untuk orang lain, contohnya : pujian,

persetujuan orang lain. Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan

umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah,

32

sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya

memberikan support, penghargaan, perhatian.

Menurut Depkes (2002) dalam Nursalam (2009, p. 29).

Dukungan penghargaan yaitu dukungan yang terjadi lewat ungkapan

hormat atau penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju atau

persetujuan dengan gagasan atau perasaan seseorang, dan

perbandingan positif antara orang tersebut dengan orang lain yang

bertujuan meningkatkan pengharaan diri orang tersebut.

33

C. Kerangka Teori

Berdasarkan teori di atas, maka kerangka teori penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Sumber: Stuart Sundeen (1998), Nolan (2004).

Menghadapi

Persalinan

Kecemasan

Reaksi kecemasan

a. Emosional

b. Kognitif

c. Psikologis

Coping Behavior (Pertahanan)

1. Faktor Internal :

Pengetahuan :

1) Tahu (Know)

2) Memahami (comprehention)

3) Aplakasi (Application)

4) Analisis (Analysis)

5) Sintesis (Syntesis)

6) Evaluasi (Evaluation)

2. Faktor Eksternal :

Dukungan Keluarga:

1) Dukungan Emosional

2) Dukungan Informasional

3) Dukungan Instrumental

4) Dukungan Penghargaan

Adaptive

Palliative

34

D. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar. 2.2 Kerangka Konsep

E. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan ibu primigravida

trimester III dalam menghadapi persalinan

2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu primigravida

trimester III dalam menghadapi persalinan.

1. Faktor Internal

Pengetahuan

2. Faktor Eksternal

Dukungan Keluarga

Kecemasan ibu

primigravida

trimester III dalam

menghadapi

persalinan