BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN...

14
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Literasi Finansial Literasi finansial secara umum didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami, menganalisis, mengelola, dan mengkomunikasikan perihal keuangan personal (Vitt et al., 2000). Menurut Sohn et al. (2012), literasi finansial secara khusus didefinisikan sebagai pengetahuan dan kemampuan yang penting untuk mengatasi tantangan dan keputusan finansial dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki literasi finansial, masyarakat akan mampu menghadapi situasi dan transaksi finansial yang terjadi dalam kehidupan mereka. Seluruh masyarakat dalam status sosial, pendidikan, dan ekonomi, dari level terendah hingga tertinggi, tentu menggunakan uang. Jumlah dan cara penggunaan uang setiap orang pasti berbeda. Namun adanya sebuah kesamaan, yaitu setiap orang perlu pengelolaan uang. Kegiatan mengelola keuangan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi sehari-hari hingga proses persiapan jangka panjang dalam bentuk tabungan, tentu memerlukan literasi finansial. Literasi finansial akan membantu kita dalam banyak hal, seperti menyeimbangkan arus keuangan rumah tangga, serta merencanakan pembangunan rumah, pendidikan anak, dan jaminan hari tua (Agarwalla, 2015). Literasi finansial adalah sesuatu yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, karena literasi finansial adalah media yang berguna untuk

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S411408009_bab2.pdf · Seperti yang dikemukakan oleh Marcell (2007), remaja adalah fase transisi ...

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Literasi Finansial

Literasi finansial secara umum didefinisikan sebagai kemampuan

seseorang untuk memahami, menganalisis, mengelola, dan mengkomunikasikan

perihal keuangan personal (Vitt et al., 2000). Menurut Sohn et al. (2012), literasi

finansial secara khusus didefinisikan sebagai pengetahuan dan kemampuan yang

penting untuk mengatasi tantangan dan keputusan finansial dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan memiliki literasi finansial, masyarakat akan mampu

menghadapi situasi dan transaksi finansial yang terjadi dalam kehidupan mereka.

Seluruh masyarakat dalam status sosial, pendidikan, dan ekonomi, dari

level terendah hingga tertinggi, tentu menggunakan uang. Jumlah dan cara

penggunaan uang setiap orang pasti berbeda. Namun adanya sebuah kesamaan,

yaitu setiap orang perlu pengelolaan uang. Kegiatan mengelola keuangan untuk

pemenuhan kebutuhan konsumsi sehari-hari hingga proses persiapan jangka

panjang dalam bentuk tabungan, tentu memerlukan literasi finansial. Literasi

finansial akan membantu kita dalam banyak hal, seperti menyeimbangkan arus

keuangan rumah tangga, serta merencanakan pembangunan rumah, pendidikan

anak, dan jaminan hari tua (Agarwalla, 2015).

Literasi finansial adalah sesuatu yang tak dapat dipisahkan dalam

kehidupan manusia, karena literasi finansial adalah media yang berguna untuk

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S411408009_bab2.pdf · Seperti yang dikemukakan oleh Marcell (2007), remaja adalah fase transisi ...

11

membuat keputusan-keputusan keuangan (Orton, 2007). Menurut Lusardi dan

Mitchel (2007), literasi finansial adalah pengetahuan keuangan dengan tujuan

mencapai kesejahteraan. Pengetahuan keuangan yang rendah akan mengakibatkan

kegagalan dalam pembuatan rencana keuangan dan kesulitan dalam mencapai

kesejahteraan hari tua (Byrne et al., 2007). Literasi finansial yang rendah akan

menghasilkan keputusan finansial yang tidak optimal, dimana seseorang dengan

level yang rendah akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan finansialnya. Lebih

jauh lagi, literasi finansial pada remaja adalah sesuatu yang penting dimana dilihat

dari perspektif pengetahuan dan kemampuan finansial, masa remaja merupakan

masa dimana manusia membentuk pondasi perilaku terhadap uang untuk masa

depan (Beverly dan Burkhalter, 2005; Martin dan Olivia, 2001).

2. Remaja

Remaja berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau

tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi

yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1992).

Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak

termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau

tua. Seperti yang dikemukakan oleh Marcell (2007), remaja adalah fase transisi

perkembangan fisik dan psikologis manusia yang terjadi selama masa pubertas

menuju usia legal dewasa (usia mayoritas).

Menurut Rumini dan Sundari (2004), masa remaja adalah peralihan dari

masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S411408009_bab2.pdf · Seperti yang dikemukakan oleh Marcell (2007), remaja adalah fase transisi ...

12

atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur

12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22

tahun bagi pria. Sedangkan menurut Daradjat (1990), remaja adalah masa

peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini, anak

mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun

perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun

cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Masa mahasiswa meliputi rentang umur dari 18/19 tahun sampai 24/25

tahun (Winkel, 1997). Menurut Winkel (1997), rentang umur mahasiswa ini

dibagi atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa dari

semester I sampai dengan semester IV; dan periode waktu 21/22 tahun sampai

24/25 tahun, yaitu mahasiswa dari semester V sampai semester VIII. Pada rentang

usia tersebut mahasiswa berada pada masa dewasa dini. Mahasiswa tidak dapat

dikatakan sebagai kanak-kanak tapi juga belum dapat dikatakan sebagai dewasa.

Mereka dalam masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisik serta psikisnya.

3. Literasi Finansial pada Remaja

Survey lapangan pada beberapa negara mencatat bahwa literasi finansial

yang rendah antara grup sosial-ekonomi, termasuk di antaranya yaitu para remaja.

Lusardi, Mitchell, dan Curto (2010) meneliti literasi finansial pada remaja di

Amerika Serikat melalui penelitian National Longitudinal Survey of Youth, dan

menemukan bahwa level literasi finansial para remaja adalah rendah. Mereka

menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara wanita dan pria, yaitu

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S411408009_bab2.pdf · Seperti yang dikemukakan oleh Marcell (2007), remaja adalah fase transisi ...

13

wanita menunjukkan literasi finansial yang lebih rendah. Literasi finansial yang

rendah juga dilaporkan terjadi pada berbagai sub-grup populasi dari negera

berkembang maupun negara kurang berkembang. Studi dari literasi finansial di

Indonesia menyimpulkan bahwa level literasi finansialnya sangat rendah. Misal,

penelitian yang dilakukan oleh USAID (2013), didapatkan hasil bahwa literasi

finansial di Indonesia berdasarkan pendidikan, pemasukan, dan jenis kelamin,

untuk pengetahuan dasar finansial hasilnya cukup bervariasi, namun untuk untuk

pengetahuan advanced finansial hasilnya sangat rendah. Secara umum, semakin

tinggi pendidikan dan pemasukan, maka semakin tinggi literasi finansialnya.

Bagi sebagian besar orang, masa kuliah adalah saat pertama dalam

mengelola keuangan secara mandiri tanpa pengawasan penuh orang tua (Sabri

et.al., 2010). Masa kuliah merupakan waktu bagi para mahasiswa untuk belajar

finansial secara mandiri dan bertanggung jawab atas keputusan yang mereka

ambil. Menurut Nababan (2012), masa kuliah merupakan peralihan dari masa

ketergantungan finansial (financial dependence) menuju masa kemandirian

finansial (financial independence). Dengan peralihan dari masa ketergantungan

finansial menuju kemandirian finansial, tentu mahasiswa akan menemui

permasalahan ekonomi yang semakin kompleks. Masalah-masalah ekonomi yang

dihadapi oleh para mahasiswa antara lain, keterlambatan kiriman uang saku,

pengeluaran tak terduga, pengaruh gaya hidup dalam lingkaran pertemanan, pola

konsumsi yang berlebihan, dan lain sebagainya.

Chen dan Volpe (1998) menjelaskan bahwa mahasiswa yang memiliki

pengetahuan yang rendah akan membuat keputusan keuangan yang salah. Tanpa

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S411408009_bab2.pdf · Seperti yang dikemukakan oleh Marcell (2007), remaja adalah fase transisi ...

14

adanya pengetahuan finansial yang cukup dan pengelolaan finansial yang baik,

mahasiswa dapat kehabisan uang saku sebelum waktu pengiriman berikutnya.

Menurut Widayati (2012), pembelajaran di perguruan tinggi sangat berperan

penting dalam proses pembentukan literasi finansial mahasiswa. Dengan

pengetahuan finansial yang cukup, mahasiswa dapat membuat perencanaan

finansial dengan lebih baik, guna mempersiapkan kemandirian finansial, serta

membantu dalam mencapai kesuksesan dan kemakmuran di masa yang akan

datang.

4. Agen Sosialisasi Finansial

Sosialisasi finansial adalah sebuah proses yang didapatkan dari

lingkungan, yaitu berupa kemampuan, pengetahuan, dan perilaku yang penting

untuk memaksimalkan peran konsumen dalam pasar finansial (Ward, 1974).

Sosialisasi merupakan proses sosial pada konsumen dengan berbagai karakteristik

yang dibawa oleh sumber spesifik, biasanya disebut dengan agen sosialisasi

(Churchill dan Moschis, 1979). Pusat dari teori sosialiasi konsumen menekankan

pada kepentingan dari menspesifikasikan sumber sosial, guna memahami

bagaimana konsumen mendapat berbagai pengetahuan dan perilaku tersebut

(McLeod dan O‟Keefe, 1972). Hal tersebut berguna untuk memahami tingkat

keefektifan agen sosialisasi konsumen dalam mempengaruhi masyarakat, dalam

pembentukan dan pengembangan keterampilan, pengetahuan, dan perilaku

konsumen. Menurut Sohn et al. (2012), Agen Sosialisasi meliputi 4 pihak, yaitu

keluarga, rekan, pendidikan dan media.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S411408009_bab2.pdf · Seperti yang dikemukakan oleh Marcell (2007), remaja adalah fase transisi ...

15

5. Pengalaman Finansial

Johnson dan Sherraden (2007) menyatakan bahwa konsep pengalaman

finansial adalah sebuah konsep alternatif untuk literasi finansial. Menurut mereka,

masyarakat tidak hanya perlu untuk mengembangkan pengetahuan dan

kemampuan finansial, tetapi juga perlu untuk meningkatkan kemampuan akses

mereka pada kebijakan, instrumen, dan servis finansial. Pada penelitian tersebut,

pengalaman finansial diasumsikan berasal dari pengalaman masyarakat dalam

menghadapai kebijakan, instrumen, dan servis finansial. Selain itu, uang saku

pada mahasiswa juga merupakan sebuah hal yang terkait dengan pengalaman

finansial. Menurut Ling dan Lin (2005), uang saku berhubungan positif dengan

kecenderungan perilaku pembelian impulsif konsumen muda pada toko secara

fisik atau offline. Uang saku bisa berasal dari beberapa sumber, di antaranya

orang tua, keluarga selain orang tua, beasiswa, maupun gaji.

Penelitian yang dilakukan oleh Johnson dan Sherrade (2007)

menyimpulkan bahwa masyarakat, seiring meningkatnya usia, yang memerima

gaji ataupun memiliki akun bank, akan memeliki kecenderungan lebih mengerti

secara finansial. Hubungan yang signifikan antara pengalaman finansial dan

literasi finansial dibuktikan dengan hasil bahwa seseorang yang memiliki akun

bank akan berpengaruh pada kebiasaan finansialnya. Pengalaman finansial

merupakan aspek yang fungsional selain aspek kognitif dan pengetahuan, yang

mana ketiganya dapat memicu perubahan pemahaman, kebiasahaan, dan perilaku

dalam finansial. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh M. Hilgert, J.

Hogarth, dan S. Beverly (2003) menunjukkan bahwa masyarakat memperoleh

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S411408009_bab2.pdf · Seperti yang dikemukakan oleh Marcell (2007), remaja adalah fase transisi ...

16

pengetahuan finansial tidak hanya dari pendidikan formal, tetapi juga dari

interaksi dengan para agen sosialisasi, misalnya, teman, keluarga dan media.

Selain agen sosialisasi finansial, pengalaman finansial juga merupakan peran yang

signifikan. Karena pengetahuan finansial seseorang dapat ditingkatkan dengan

lebih efektif, ketika orang tersebut berlatih secara langsung dalam aktifitas

finansial.

6. Perilaku terhadap Uang

Uang adalah sebuah isu penting di masyarakat, tidak hanya sebagai

komoditas utilitarian, tetapi juga sebagai representasi emosional atas simbol

keberhargaan sesuatu (Engelberg dan Sjoberg, 2006; Mitchell dan Mickel, 1999).

Uang telah menjadi motivator yang kuat dalam kehidupan, sama kuatnya dengan

faktor yang mempengaruhi kepuasan pekerjaan dan tingkat stres seseorang (Tang

dan Gilbert, 1995). Uang dapat membuat seseorang lebih termotivasi untuk

mengetahui lebih banyak tentang finansial agar mereka dapat mengelola,

memperoleh, dan mengembangkan uang yang lebih banyak untuk ke depannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Edwards, Allen dan Hayhoe (2007)

berjudul “Financial attitudes and family communication about students‟ finances:

the role of sex differences”, menyimpulkan bahwa perilaku terhadap uang (misal,

dengan persepsi uang sebagai hadiah dari usaha atau sebagai obyek penyimpanan)

juga dapat menjadi peran yang signifikan dalam meningkatkan motivasi untuk

mendapat pengetahuan manajemen finansial tambahan. Dengan memiliki perilaku

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S411408009_bab2.pdf · Seperti yang dikemukakan oleh Marcell (2007), remaja adalah fase transisi ...

17

terhadap uang yang positif dapat membawa seseorang menjadi lebih termotivasi

untuk mempelajari lebih lanjut seputar literasi finansial.

Selain itu mereka juga menemukan bahwa perilaku terhadap uang

berhubungan dengan keterbukaan mereka pada orang tua mereka mengenai situasi

finansial. Seseorang yang memiliki keterbukaan seputar finansial mereka

cenderung lebih memahami tentang literasi finansial. Perilaku terhadap uang yang

positif dan didukung dengan peran orang tua dalam mengajarkan finansial, maka

seseorang akan memiliki motivasi lebih untuk mengetahui tentang finansial. Hal

tersebutlah yang akan meningkatkan literasi finansial mereka.

B. PENGEMBANGAN HIPOTESIS

1. Agen Sosialisasi Finansial dan Literasi Finansial

Banyak penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa keluarga, rekan,

pendidikan, dan media adalah agen signifikan dalam sosialisasi konsumen, yang

mana masing-masing agen bekerja dengan cara berbeda-beda dalam lingkaran

kehidupan (Sohn et al., 2012). Dalam penelitian terhadap sosialisasi konsumen

remaja, Churchil dan Moschis (1979) menemukan bahwa komunikasi dengan

keluarga tentang kepentingan konsumsi akan menurun dengan seiring

meingkatnya usia, dimana sebaliknya komunikasi dengan rekan akan meningkat

dengan seiring meningkatnya usia. Maka dari itu, pengaruh orang tua akan

semakin melemah sedikit demi sedikit seiring berjalannya waktu, sedangkan

pengaruh rekan akan semakin tumbuh kuat. Seorang anak yang tumbuh semakin

dewasa akan terkena pengaruh dari berbagai agen sosialisasi. Dari interaksi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S411408009_bab2.pdf · Seperti yang dikemukakan oleh Marcell (2007), remaja adalah fase transisi ...

18

dengan para agen sosialisasi itulah, maka anak tersebut akan belajar tentang peran

konsumen. Mereka juga mengembangkan literasi finansial mereka melalui proses

sosialisasi. Berikut adalah gambaran umum hubungan antara agen sosialisasi

(misal, keluarga, rekan, pendidikan, dan media) dengan literasi finansial.

Keluarga, terutama orang tua, diketahui menjadi salah satu agen sosialisasi

primer untuk para remaja ketika membentuk perilaku terhadap uang maupun

simpanan (Clarke, Heaton, Israelsen, dan Eggett, 2005; Rettig, 1985), dan

perilaku terhadap kredit (Norvilitis et al., 2006), dimana survey dilakukan pada

para remaja yang berpartisipasi dalam workshop pendidikan finansial. Hasilnya

menunjukkan bahwa hampir 77% dari mereka merujuk pada orang tua mereka

untuk mendapatkan informasi finansial.

Para peneliti telah mencatat bahwa pengaruh rekan dapat membentuk

perilaku finansial pada remaja (Kretschmer dan Pike, 2010; Masche, 2010; Moore

dan Bowman, 2006). Dalam penelitian mereka, remaja cenderung melakukan

gambling. Delfabbro dan Thrupp (2003) menemukan bahwa walaupun kebiasaan

telah dibentuk oleh perilaku orang tua sejak kecil, namun aspek sosialisasi

seorang rekan yang kuat dalam usia muda, dapat mempengaruhi kebiasaan. Para

rekan akan mempengaruhi kebiasaan konsumen remaja, biasanya dalam pemilihan

produk (Bachmann, Roedder-John, dan Rao, 1993), permintaan hadiah (Caron dan

Ward, 1975), perilaku materialistik (Churchill dan Moshcis, 1979) dan

kompetensi konsumen (Lachance dan Legault, 2007). Lachance dan Legault

(2007) menemukan bahwa mahasiswa yang melakukan konsumsi terhadap suatu

barang sebagai jalan untuk diterima oleh grup rekan mereka, memiliki kompetensi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S411408009_bab2.pdf · Seperti yang dikemukakan oleh Marcell (2007), remaja adalah fase transisi ...

19

konsumen yang lebih rendah. Di samping itu, bagi para remaja yang mencari

informasi konsumsi dari rekan mereka, justru memiliki kompetensi konsumen

yang lebih tinggi.

Pendidikan formal sebagai agen sosialisasi juga dipercaya memainkan

peran penting dalam membentuk pengetahuan finansial (Bernheim, Garett, dan

Maki, 2001). Penelitian Bernheim, Garett, dan Maki (2011) mengenai efek

kebiasaan jangka panjang dari pendidikan finansial sekolah menengah atas,

menunjukkan bahwa siswa dari sekolah yang diamanatkan pendidikan finansial

dapat secara signifikan menikatkan tingkat simpanan mereka pada hingga level

rumah tangga. Pada tahun 2005, Varcoe et al. mencatat bahwa menggunakan

kurikulum finansial yang didesain secara profesional dapat meningkatkan

pengetahuan dan kebiasaan finansial para siswa.

Selanjutnya, media adalah agen sosialisasi konsumen yang penting lainnya

untuk para remaja. Dalam penelitian Lyons et al. (2006), sekitar 33% dari para

siswa menengah atas dan para mahasiswa dilaporkan menggunakan media dan

internet menjadi sumber mendapatkan informasi finansial. Penelitian lain

menunjukkan bahwa lama menonton televisi secara positif berpengaruh pada

permintaan pembelian, pengenalan merek, perilaku materialistik, dan kebiasaan

finansial (Bujizen dan Valkenburg, 2003; Churchil dan Moschis, 1979; Loibl dan

Hira, 2005; Schor, 2004). Lolbi dan Hira (2005) menemukan bahwa tingkat

penggunaan media (misal, berita, surat, publikasi, software, dan internet) sebagai

sebuah sumber informasi dalam perencanaan finansial, secara positif berhubungan

dengan praktek finansial yang lebih baik, sebaik dengan kepuasan finansial.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S411408009_bab2.pdf · Seperti yang dikemukakan oleh Marcell (2007), remaja adalah fase transisi ...

20

Signifikansi dari agen sosialisasi finansial dalam membentuk pengetahuan

finansial pada remaja adalah penting (Sohn et al., 2012). Remaja di Indonesia

mendapatkan literasi finansial dari berbagai agen sosialisasi, misal, berita, surat,

publikasi, software, dan internet, dimana pengaruh dari masing-masing agen dapat

berbeda.

Dari penjelasan mengenai peran agen sosialisasi finansial pada

pembentukan literasi finansial, maka didapatkan hipotesis sebagai berikut:

H1: Ada pengaruh agen sosialisasi finansial pada literasi finansial

mahasiswa.

2. Pengalaman Finansial dan Literasi Finansial

Menurut Kotlikoff dan Bernheim (2001), seseorang yang secara aktif

berpartisipasi dalam manajemen simpanan, akun bank, dan produk finansial

lainnya pada usia muda, dapat menjamin kehidupan mereka pada hari tua.

Pendidikan finansial akan lebih efektif, jika dapat menggabungkan pengetahuan

kognitif dengan pengalaman finansial, misalnya memiliki akun bank.

Penelitian NEFE (2004) menyarankan bahwa pendidikan finansial yang

digunakan untuk mengakses aplikasi praktis dari kepemilikian akun bank adalah

sebuah sarana untuk pelatihan finansial. Penelitian tersebut juga mencatat bahwa

masyarakat secara umum memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pasar

saham setelah mereka melakukan investasi saham, serta memiliki pengetahuan

tentang pembelian rumah setelah mereka membelinya. Dengan kata lain, literasi

finansial seperti berhubungan dengan pengalaman finansial. Mereka yang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S411408009_bab2.pdf · Seperti yang dikemukakan oleh Marcell (2007), remaja adalah fase transisi ...

21

memiliki pengalaman finansial yang lebih akan menunjukkan pengetahuan

finansial yang lebih juga.

Selain itu, pengalaman masa muda adalah sesuatu yang penting dalam

menentukan literasi finansial seseorang, karena kejadian finansial yang pernah

terjadi dalam keluarga di masa muda merupakan salah satu bentuk pengalaman

sekaligus sosialisasi finansial. Pengalaman finansial saat muda dapat menjadi

kunci mempercepat seseorang untuk meraih literasi dan kebiasaan finansial yang

lebih baik di masa dewasa.

Dari penjelasan mengenai peran pengalaman finansial pada pembentukan

literasi finansial, maka didapatkan hipotesis sebagai berikut:

H2: Ada pengaruh pengalaman finansial pada literasi finansial mahasiswa.

3. Perilaku terhadap Uang dan Literasi Finansial

Dalam sebuah penelitian perilaku pembelian, Roberts dan Jones (2001)

menunjukkan bahwa perilaku terhadap uang, utamanya pada barang prestisius,

dapat mengarahkan pada pembelian kompulsif. Pembelian kompulsif merupakan

proses pengulangan yang sering berlebihan dalam berbelanja yang dikarenakan

rasa ketagihan, tertekan atau rasa bosan (Solomon, 2002). Hong (2005) yang

meneliti sampel siswa sekunder dan post-sekunder Korea, mendukung dengan

menunjukkan hubungan yang siginifikan antara perilaku terhadap uang dengan

pembelian kompulsif. Kim (2003) juga menemukan bahwa perilaku terhadap uang

dapat secara signifikan mempengaruhi pada pola penggunaan uang pada para

mahasiswa di Korea.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S411408009_bab2.pdf · Seperti yang dikemukakan oleh Marcell (2007), remaja adalah fase transisi ...

22

Sebuah penelitian yang dilakukan pada para siswa, Edwards et al. (2007)

menemukan bahwa perilaku terhadap uang berkaitan dengan keterbukaan siswa

dengan orang tuanya mereka mengenai situasi finansial. Penemuan ini

menyarankan bahwa perilaku terhadap uang yang umum dapat menjadi motivator

untuk membentuk kebiasaan dalam pencariian pengetahuan finansial, sejalan

dengan perilaku terhadap udang dapat mempengaruhi kebiasaan lainnya (misal,

penggunaan kartu debut maupun kredit, dan kebiasaan pembelian kompulsif).

Burgess (2005) menemukan bahwa perilaku terhadap uang yang spesifik terkait

dengan tujuan mengarahkan diri dan nilai-nilai keamanan dalam berfinansial.

Dari penjelasan mengenai peran perilaku terhadap uang pada pembentukan

literasi finansial, maka didapatkan hipotesis sebagai berikut:

H3: Ada pengaruh perilaku terhadap uang pada literasi finansial mahasiswa.

C. KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian terdahulu dapat

dikembangkan kerangka model penelitian dapat dilihat dalam gambar 2.1.

Kerangka pemikiran tersebut menjelaskan pengaruh agen sosialisasi finansial,

pengalaman finansial, dan perilaku terhadap uang terhadap literasi finansial.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S411408009_bab2.pdf · Seperti yang dikemukakan oleh Marcell (2007), remaja adalah fase transisi ...

23

Sumber: Sohn et al., 2012

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari

penelitian yang telah dilakukan oleh Sohn, et al. (2010). Pada kerangka tersebut

digambarkan bahwa literasi finansial sebagai variabel independen, agen sosialisasi

finansial, pengalaman finansial, dan perilaku terhadap uang sebagai variabel

dependen.

Literasi Finansial

Agen Sosialisasi Finansial

Pengalaman Finansial

Perilaku terhadap Uang