BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...
-
Upload
truonghuong -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 New Media
a. Pengertian New Media
Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
pesan dari seorang pembawa pesan atau komunikator kepada
penerima pesan atau komunikan. Media memiliki manfaat
untukmemudahkan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang
menjadi kebutuhannya. Sedangkan baru merupakan suatu hal yang
bersifat inovatif, biasanya disertai dengan adanya suatu perubahan
pada proses untuk mencapai suatu tujuan.(Setiawan, 2013). Untuk
memahami arti dari new media lebih dalam, Ron Rice
mendefinisikan new media sebagai teknologi komunikasi yang
melibatkan komputer di dalamnya (baik mainframe, PC maupun
notebook) yang memfasilitasi penggunanya untuk berinteraksi
antar sesama pengguna ataupun untuk mencari informasi yang
diinginkannya (Setiawan, 2013).
New mediaatau juga biasa disebut denganmedia online
didefinisikan sebagai produk dari komunikasi yang termediasi
teknologiyang terdapat bersama dengan komputer digital. Definisi
lain new media adalah media yang di dalamnya terdiri dari
gabungan berbagai elemen. Sehingga terdapat konvergensi media,
yakni penyatuan beberapa media di dalamnya (Lievrouw, 2011).
New media merupakan media yang menggunakan internet, media
online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi
interaktif dan dapat berfungsi secara privat maupun secara
public(Mondry, 2008: 13).
Ron Rice juga menjelaskan bahwa new media adalah istilah
yang dimaksudkan untuk mencakup kemunculan digital, komputer,
atau jaringan teknologi informasi dan komunikasi yang muncul
pada akhir abad ke 20. Sebagian besar teknologi yang digambarkan
sebagai new media memiliki karakteristik dapat dimanipulasi,
bersifat jaringan, interaktif dan tidak memihak. New media
sangatlah berbeda dengan program televisi, film, majalah, surat
kabar, dan buku. Beberapa contoh dari new media yakni Internet,
website, komputer multimedia, permainan komputer, CD-ROMS,
dan DVD.
Keunggulan darinew media adalah teknologi komunikasi
yang melibatkan komputer, sehingga mempermudah dan
mempercepat dalam proses untuk mendapatkan informasi dari
internet serta karakteristiknya yang mudah di akses, yaitu mudah di
gunakan dimana saja karena saat ini new media tidak hanya bisa
digunakan melalui komputer, namun juga bisa melalui smartphone
dan tablet. Selain itu new media juga bersifat jaringan dan sangat
interaktif. Koneksi jaringan melalui internet akan memfasilitasi
aplikasi-aplikasi yang ada menjadi tempat bagi penggunanya untuk
berinterkasi dan memberikan respon secara aktif. Selain itu, new
media memiliki unsur audio-visual.
b. Manfaat New Media
New media memiliki beberapa manfaat, antara lain:
Arus informasi yang dapat diakses dengan mudah dan cepat,
dimanapun dan kapanpun
Mampu berperan sebagai media komunikasi yang efisien, karena
melalui new media kita dapat berkomunikasi dengan orang yang
berada jauh sekalipun, bahkan bertatap muka dengan
menggunakan fasilitas video conference.
Dapat berperan sebagai media untuk bisnis, misalnya transaksi jual
beli secara online
Berperan ebagai media hiburan contohnya game online, jejaring
social, streaming video, dll.
c. Kekurangan New Media
Selain memiliki manfaat atau kelebihan, new media juga
memiliki
kekurangan, antara lain:
Terbukanya informasi menimbulkan kemungkinan pencurian data
pribadi. Hal ini biasa dilakukan hacker dengan tujuan-tujuan
tertentu.
Terbukanya arus informasi dan komunikasi juga dapat membawa
virus yang berkedok aplikasi dengan mudah menyebar.
Akan menimbulkan rasa ketagihan yang berlebihan bagi
penggunanya.Misalnya, pada saat bermain game online atau
jejaring sosial.
2.1.2 Media Sosial
a. Pengertian Media Sosial
Media sosial adalah suatumedia online, dimana para
penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan
menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan
dunia virtual (Putri, 2014). Blog, jejaring sosial dan wiki
merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh
masyarakat di seluruh dunia. Menurut Antony Mayfield dari
iCrossing, media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa.
Manusia biasa yang saling membagi ide, bekerjasama dan
berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berfikir, berdebat,
menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan
pasangan dan membangun sebuahkomunitas. Intinya,
menggunakan media sosial menjadikan kita sebagai diri sendiri.
Selain kecepatan informasi yang bisa diakses dalam hitungan detik,
menjadi diri sendiri dalam media sosialadalah alasan mengapa
media sosial berkembang pesat. Tak terkecuali, keinginan untuk
aktualisasi diri dan kebutuhan menciptakan personal branding.
Fasilitas-fasilitas pada media sosial memudahkan semua
orang untuk membuat dan menyebarluaskan konten mengenai diri
mereka sendiri. Post di Blog, tweet, atau video di YouTube dapat
direproduksi dan dilihat oleh jutaan orang secara gratis. Pemasang
iklan tidak harus membayar banyak uang kepada penerbit atau
distributor untuk memasang iklannya. Sekarang pemasang iklan
dapat membuat konten sendiri yang menarik dan dilihat banyak
orang. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan
media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet
yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 ,
dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated
content". (Putri, 2014)
b. Ciri-ciri Media Sosial
Media sosial mempunyai ciri - ciri sebagai berikut:
Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja
namun bisa keberbagai banyak orang contohnya pesan
melalui SMS ataupun internet.
Pesan yang disampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu
Gatekeeper.
Pesan yang disampaikan cenderunglebih cepat di banding
media lainnya.
Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi (Putri,
2014)
2.1.3 Analisis Wacana Kritis Sara Mills
Analisis wacana (critical discourse analysis) adalah studi
tentang struktur pesan dalam komunikasi dan proses telaah
mengenai aneka fungsi bahasa (Tarigan, 1993:24). Penelitian
dengan menggunakan analisis wacana bertujuan untuk menemukan
makna-makna sosial dan ideologis dari ragam bahasa yang
dikemas dalam beberapa bentuk, misalnya film atau program
televisi, video, teks dalam surat kabar, program radio, bahkan lirik
dari sebuah lagu, dll (Potter, 1996:137).Dari sekian banyak model
analisis wacana yang berkembang hingga saat ini, model Sara
Mills merupakan model analisis wacana yang menaruh titik
perhatian utama pada wacana mengenai feminisme. Seperti analisis
wacana yang lain, Sara Mills menempatkan representasi sebagai
bagian terpenting dalam analisisnya. Bagaimana suatu pihak,
kelompok, orang, gagasan, atau peristiwa ditampilkan dengan cara
tertentu dalam wacana yang mempengaruhi pemaknaan ketika
diterima oleh khalayak.
Model analisis wacana kritis Sara Mills lebih melihat pada
bagaimana posisi-posisi aktor ditampilkan dalam teks, yakni siapa
yangmenjadi subjek penceritaan dan siapa yang menjadi objek
penceritaan.Penempatan posisi tersebut akan menentukan
bagaimana struktur teks dan bagaimana makna dikemas dalam teks
secara keseluruhan (Eriyanto, 2001:200). Selain itu, analisis
wacana kritis Sara Mills juga menaruh perhatian pada bagaimana
pembaca dan penulis (dalam konteks penelitian ini yaitu pemirsa
dan vlogger) ditampilkan dalam teks.
Posisi Subjek-Objek
Analisis mengenai posisi-posisi aktor dalam teks (video)
yang ditampilkan secara luas akan mengungkap ideologi apa yang
bekerja dalam teks. Posisi sebagai subjek atau objek dalam
representasi mengandung muatan ideologis tertentu. Pertama,
posisi ini akan menunjukkan batas tertentu dari sudut pandang
penceritaan. Artinya sebuah peristiwa atau wacana akan dijelaskan
dalam sudut pandang subjek sebagai narator dari suatu peristiwa.
Dengan demikian, pemaknaan khalayak akan tergantung kepada
narator sebagai sosok yang membawa suatu kebenaran untuk
ditampilkan dalam teks (video).
Kedua, sebagai subjek representasi narator tidak hanya
memiliki keleluasaan dalam menceritakan peristiwa tetapi juga
mengartikan berbagai tindakan untuk membangun suatu peristiwa
yang mengandung arti atau makna yang ingin disampaikan dalam
teks (video).
Ketiga, proses pendefinisian tersebut bersifat
subjektif,maka perspektif dan sudut pandang yang dipakai tersebut
akan turut berpengaruh terhadap bagiamana sebuah peristiwa
didefinisikan. Dalam wacana feminis, posisi (subjek-objek) dalam
teks akan turut menempatkan posisi perempuan ketika ditampilkan
dalam sebuah wacana.
Posisi Pemirsa
Model yang diperkenalkan oleh Sara Mills mengasumsikan
bahwa teks (video) adalah suatu hasil negosiasi antara penulis
(vlogger) dan pemirsa. Oleh karena itu, Sara Mills berpandangan
dalam suatu teks, posisi pemirsa sangatlah penting dan harus
diperhitungkan, yakni bagaimana pemirsa diposisikan dalam video.
Bagaimana vlogger melalui teks (video) yang dibuat menempatkan
dan memposisikan pemirsa dalam subjek tertentu pada alur cerita.
Menurut Sara Mills, penempatan posisi pemirsa ini umumnya
berhubungan dengan bagaimana penyapaan/penyebutan dilakukan
dalam video yang dilakukan secara tidak langsung melalui dua
cara.Pertama, mediasi yaitu penempatan posisi kebenaran pada
pihak/karakter tertentu sehingga pemirsa akan menepatkan dirinya
sendiri sebagai karakter yang tersaji dalam teks. Kedua, melalui
kode budaya atau nilai budaya yang berupa nilai-nilai yang
disetujui bersama, yang dipakai pemirsasaat mengartikan atau
memahami suatu teks.
2.1.4 Teori Feminisme
Perempuan seringkali diidentikan dengan kegiatan-kegiatan
yang berbau rumah tangga, kecantikan atau hal-hal yang berhubungan
dengan keindahan semata. Munculnya anggapan buruk yang
dilekatkan pada perempuan inilah yang menjadi salah satu penyebab
utama timbulnya gerakan feminis. Menurut KBBI (2003) feminis
memiliki pengertian yaknimerupakan sebuah gerakan perempuan yang
menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan
pria. Feminisme hadir untuk mengkritik budaya populer dan media
massa yang berkaitan dengan masalah perempuan beserta
konstruksinya yang tidak adil, tidak seimbang dan eksploratif dalam
konteks ketidaksetaraan serta penindasan gender. Gerakan ini
memperjuangkan hak perempuan untuk dapat memperoleh pencitraan
yang lebih realistis dan berimbang. Selain itu, gerakan feminisme
jugamembawa seruan bahwa perempuan dapat menempati posisi yang
sama dengan laki-laki dalam segala aspek bidang kehidupan, salah
satunya dimana perempuan dapat mengambil keputusan atau
mendapatkan pekerjaan sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Feminisme Liberal
Gerakan feminisme liberal ini muncul sebagai
pemberontakan terhadap politik liberal yang dianggap
mendeskriminasikan kaum perempuan. Kaum liberal memandang
bahwa tiap orang memiliki nilai-nilai moral yang berbeda. Jadi
dapat diartikan bahwa feminisme liberal adalah gerakan
perempuan yang meyakini bahwa nilai-nilai moral tersebut dapat
digunakan untuk mengembalikan kesetaraan dan hak-hak kaum
perempuan sehingga perempuan bisa memiliki kedudukan yang
sama dengan kaum laki-laki di lingkungan masyarakat. Menurut
Irianto, Feminisme liberal lebih menekankan pada kesetaraan,
dimana perempuan menuntut suatu keharusan agar mereka
memiliki kesempatan yang sama dalam hal menentukan pilihan
rasionalnya. (Irianto, 2008:43).
Feminisme Marxis-Sosialis
Gerakan feminisme Marxis-Sosial adalah gerakan
yang berupaya memberikan kritik kepada feminisme liberal
karena mereka adalah kaum yang sangat anti dengan
kapitalisme. Feminisme liberal dianggap sebagai cerminan
kaum borjuis atau kapitalis yang mendukung tatanan
ekonomi dengan menyengsarakan dan melakukan
penindasan terhadap kaum kelas bawah. Dalam hal ini,
kaum laki-laki mendominasi hubungan sosial degan
mengontrol produksi industri.Sedangkan, kaum perempuan
menempati posisi sebagai properti atau pelengkap saja.
Feminisme Radikal
Gerakan feminisme radikal berpendapat bahwa
sistem patriakal merupakan faktor utama penyebab
munculnya pembagian kerja secara seksual. Mereka
meyakini bahwa tubuh perempuan merupakan objek
penindasan utama oleh kaum laki-laki. Sehingga, kaum
feminisme radikal memperjuangkan tubuh serta hak-hak
reproduksi, seksualitas, juga hubungan penguasa
perempuan dan laki-laki. Laki-laki memandang perempuan
berbeda, dimana perempuan tidak akan pernah bisa
menyamai kedudukan laki-laki. Kaum feminisme radikal
beranggapan bahwa dunia yang ada saat ini adalah hasil
dari bentukan kaum laki-laki, sehingga mereka yang
memegang kekuasaan (Irianto, 2008:43).
Patriarki
Kaum feminis beranggapan bahwa patriarki
merupakan konsep yang paling tepat untuk menjabarkan
dominasi laki-laki dan penindasan atas kaum perempuan
(Hollows, 2010:8). Sebagai suatu ideologi, patriarki
dipahami sebagai keberadaan hubungan sosial dimana laki-
lakilah yang memegang kuasa. Hubungan teori patriarki
dalam penelitian ini adalah adanya fenomena dimana
seringkali perempuan digambarkan sesuai dengan cara
kaum laki-laki menilai. Misalnya saja, bagi laki-laki
perempuan yang cantik adalah perempuan yang memiliki
kulit putih dan tubuh yang langsing.
Beberapa bentuk dari ketidak setaraan gender yang
masih berkembang dalam tatanan masyarakat patriarki
antara lain:
- Subordinasi. Subordinasi terhadap perempuan terjadi
akibat adanya anggapan bahwa perempuan tidak bisa
bersifat rasional, mengedepankan emosional dan lebih
banyak berbicara atas dasar perasaan daripada
rasionalitasnya. Hal tersebutlah yang menempatkan
perempuan pada posisi tidak penting, baik dalam tindak
diskriminasi maupun dalam hal pengambilan kebijakan.
- Marjinalisasi perempuan, yakni kondisi dimana
perempuan ditempatkan pada posisi yang tidak lebih
penting dari laki-laki (inferior), sedangkan laki-laki
menempati posisi superiornya.
- Beban kerja, dimana perempuan menanggung beban
ganda, yakni beban kerja di dalam dan di luar rumah.
Ketidak setaraan ini muncul karena perempuan lebih
dibebankan pada pekerjaan domestik dan rendahan
yang dianggap kurang produktif.
- Kekerasan, yakni penyiksaan terhadap fisik maupun
psikologis dimana seringkali perempuan dianggap
sebagai pihak yang lemah dan mudah untuk diserang.
- Stereotip, yaitu adalanya pelabelan atau cap yang
bersifat negatif kepada kaum perempuan.
2.2 Penelitian Terdahulu
NO NAMA
PENELITI
JUDUL
PENELITIAN
KETERANGAN
1. Inne Wahyu
Ambarsiswi
Representasi Ideologi
Patriarki dalam Lirik
Lagu Mulan Jamela
Penelitian ini menggunakan
analisis semiotika dua tahap
signifikansi Roland Barthes
dalam ketiga lirik lagu
Mulan Jamela, yaitu ;
Makhluk Tuhan Paling
Seksi, Lagu sedih, dan
Wonderwoman.
2. Laras Shinta
Amelia
Representasi
Perempuan dalam
Lirik Lagu Dangdut
(Analisis Wacana
Kritis terhadap Lirik
Lagu Dangdut yang
Diciptakan oleh Laki-
laki.
Salah satu hasil dari
penelitian ini menunjukan
bahwa dalam lirik lagu
dangdut yang telah dianalisis
menunjukan keadaan dimana
perempuan direpresentasikan
sebagai objek berfokus pada
eksplorasi tubuh dan
seksualitas, yaitu objek
sentuhan, objek pandangan,
dan objek seksual.
3. Varida Dwi
Yuliani
Representasi Nilai-
Nilai Budaya Patriarki
dalam Lirik Lagu
Karena Wanita (Ingin
Dimengerti)
Penelitian ini menggunakan
pendekatan semiotik pada
lirik lagu Karena Wanita
Ingin Dimengerti.
4. Rudi
Setiawan
Kekuatan New Media
dalam membentuk
Budaya Populer di
Indonesia.
Penelitian ini menggunakan
analisis wacana kritis untuk
mempelajari tentang
munculnya fenomena artis
dadakan melalui unggahan
video musik di Youtube
5. Simanjutak,
Jojor Hanna
Ruth
Analisis Wacana
Kritis Sara Mills pada
Iklan TV Tim-Tam
dan Tango Crunch
Cake.
Penelitian ini menggunakan
metode analisis wacana kritis
Sara Mills untuk mengetahui
pola kontruksi perempuan
yang ditampilkan dan untuk
menjelaskan pola kontruksi
perempuan pada iklan
televisi produk Tim-Tam dan
Tango Crunch Cake.
2.3 Kerangka Pikiran
Kemajuan Teknologi dan
Perkembangan New
Media
Video Blog Bayu Skak
yang membahas topik
atau isu perempuan.
Hasil :
Representasi Perempuan dalam video blog Bayu Skak
Dianalisa menggunakan
Analisis Wacana Kritis
Sara Mills
Fenomena maraknya
kemunculan vlogger
Posisi :
Pemirsa
Posisi :
Subjek - Objek