BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

download BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

of 20

description

Tinjauan Pustaka Kuliah kerja praktek di PT Tripolyta Cilegon

Transcript of BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Pada bab ini akan dibahas mengenai propilena, polipropilena, reaksi polimerisasi dari

    propilena, serta proses-proses reaksi polimerisasi propilena menjadi polipropilena yang

    suda ada.

    2.1 Propilena

    Propilena merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus kimia C3H6 dan

    termasuk ke dalam golongan alkena karena memiliki satu buah ikatan rangkap dua.

    Ikatan rangkap tersebut akan digunakan untuk saling berikatan antara satu molekul

    dengan molekul lainnya dan membentuk polipropilena. Struktur molekul polipropilena

    dapat dilihat pada Gambar 2.1.

    Gambar 2.1Struktur molekul propilena

    Sifat-sifat fisik propilena dapat dilihat pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Sifat fisik propilena

    Sifat Nilai

    Berat molekul, g/mol 42,078

    Titik didih pada 101,3 kPa, C -47,7

    Titik leleh, C -185,3

    Temperatur kritik, C 92Tekanan kritik, Mpa 4,3

    Densitas kritik, g/mL 0,233

    Lower explosion limit, %volume dalam udara 2,4

    Upper explosion limit, %volume dalam udara 11,1

    Temperatur autoignition, C 224

    Kelarutan dalam air (pada 20 C, 101,3 kPa),

    mL gas/100mL 44,6

    Rupa Tidak berwarna

    Bau Bau gas alam,sweet odor

    Titik nyala, oC -108

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    8

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    Tabel 2.1(lanjutan)

    Sifat Nilai

    Densitas uap ( untuk udara = 1) 1,5Spesific gravity (20oC, untuk air=1) 0,516

    Tekanan uap (20oC), psig 132

    Cp, kal/mol oC 15,27

    Panas penguapan (-47,7oC), kal/gr 104,67

    Panas Peleburan (Hm) (20 oC) (kal/g) 16,67

    Panas Pembentukan (Hf) (25 oC) (kal/g) 4,879

    Panas Pembakaran (Hc) (25 oC) (kal/g) 11,688

    Sedangkan sifat-sifat kimia propilena dapat diuraikan sebagai berikut:

    Mudah terbakar, mudah meledak, bersifat anastetik pada konsentrasi tinggi (>60

    %-volume) di udara, dan tidak memiliki efek racun.

    Propilena lebih reaktif dibandingkan dengan propane dan etilena karena

    memiliki ikatan rangkap yang tidak simetris.

    Propilena dapat dibuat baik dari minyak mentah (crude oil) ataupun dari

    gas alam (natural gas). Pada skala laboratorium, propilena dapat disintesis dari

    reaksi dehidrasi n-propanol dan 2-propanol dengan asam sulfat menggunakan

    katalis alumunium sulfat. Selain itu, propilena juga dapat diperoleh dari reaksi

    dehidrogenasi propana. Pada skala industri, propilena merupakan poduk

    samping dari produksi etilena melalui perengkahan kukus (steam cracking) atau

    dari produksi bensin melalui perengkahan katalitik.

    Proses perengkahan kukus merupakan pirolisis campuran hidrokarbon

    dengan menggunakan steam pada 650-950 oC dengan waktu tinggal 0,1-0,8

    detik. Proses ini mengasilkan propilena sebanyak 2-5% dengan kemurnian 90-

    95%. Sedangkan pada proses perengkahan katalitik, fraksi petroleum dialirkan

    melalui katalis zeolit pada 380-530oC dan tekanan 25-400 kPa selama 5-120

    detik. Proses ini menghasilkan propilena sebanyak 50-75% dengan kemurnian

    99.8%.

    Sekitar 80% produksi propilena di dunia berasal dari perengkahan kukus.

    Berdasarkan kemurniannya, propilena dikategorikan menjadi 3grade, yaitu:

    Refinery : propilena dengan kemurnian 50%

    Chemical : propilena dengan kemurnian 93%

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    9

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    Polymerization : propilena dengan kemurnian 99.8%

    Berikut ini adalah pohon industri aneka jenis plastik dari natural gas dan

    minyak mentah.

    Gambar 2.2Pohon industri plastik

    2.2 Polipropilena

    2.2.1 Struktur Molekul Polipropilena

    Polipropilena merupakan bahan baku utama pembuatan plastik dan polimer

    hidrokarbon linier yang tersusun dari monomer propilena dengan unit berulang.

    Gambar 2.3Monomer propilena

    Berdasakan kelakuan polimer terhadap temperatur, polipropilena dapat

    digolongkan sebagai polimer termoplastik karena dapat melunak jika dipanaskan,

    mengalir jika diberi tekanan, dan akan kembali ke sifat padatan jika didinginkan.

    FIBERS TEXTILES

    CONTAINERS

    BOTTLES

    NATURAL

    GAS

    LNG

    CONDENSATE

    OLEFIN

    PLANT

    LPG

    NAPHTA

    REFINERY CRUDE OIL

    PROPYLENEBUTADIENEPYROLSIS

    FUEL OIL

    PROPYLENE

    OXIDE

    POLYESTER

    POLYOLS

    ETHYLENE

    ETHYL

    BENZENA

    ETHYLENE

    GLYCOL

    ETHYLENE

    DICHLORIDE

    PYROLISIS

    GASOLINE

    AROMATIC

    PLANTS

    VYNIL

    CHLORIDE

    POLYVYNIL

    CHLORIDE

    STYRENE

    BUTADIENE

    RUBBER

    XYLENE

    PARAXYLENES

    PURE

    TEREPHTALIC

    ACID

    POLYESTER

    POLYMER

    POLYETHYLENEPOLYSTIRENEUNSATURATED

    POLYESTER

    POLY

    PROPILENE

    CARBON

    BLACK

    TIRES

    COMPOUNDED

    RUBBERPRODUCT

    PACKAGING FIBERS

    CONTAINERS

    INDUSTRIAL WARES

    SURFACTANTS

    COSMETICS

    DETERGENTS

    FOAM

    CONTAINERS

    INSULATIONHOUSEWARE

    BAGS CONTAINERS

    BOTTLES

    HOUSEWARE

    PIPE

    FLOOR COVERINGS

    ELECTRIC INSULATION

    FABRIC COATINGS

    SHOES SOLES

    HOSES BELTING

    TIRES

    BENZENE

    STYRENE

    CH2 CH

    CH3

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    10

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    Berdasarkan letak gugus metal terhadap rantai utama, struktur molekul

    polipropilena dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

    a. Isotaktik: semua gugus metil terletak pada salah satu sisi rantai polimersehingga polipropilena bersifat kristalin.

    Gambar 2.4Struktur molekul polipropilena isotaktik [Daley, 2001]

    b. Sindiotaktik: gugus metil terletak berselang-seling pada kedua sisi rantaipolimer. Jenis ini sulit ditemukan karena pembuatannya sulit (temperatur operasi

    -78oC).

    Gambar 2.5Struktur molekul polipropilena sindiotaktik [Daley, 2001]

    c. Ataktik: gugus metil terletak tak beraturan terhadap sisi rantai polimer sehinggapolipropilena ataktik bersifat amorf.

    Gambar 2.6Struktur molekul polipropilena ataktik [Daley, 2001]

    Polpropilena komersial umumnya terdiri dari 95-98% isotaktik dan selebihnya

    ataktik. Perbedaan sifat fisik polipropilena isotaktik, sindiotaktik, dan ataktik

    ditunjukkan pada Tabel 2.2.

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    11

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    Tabel 2.2 Perbedaan sifat fisik antara polipropilena isotaktik, sindiotaktik, dan ataktik

    Sifat fisik Isotaktik Sindiotaktik Ataktik

    Densitas, g/cm

    0,92 - 0,94 0,890,91 0,85 - 0,9Titik leleh, oC 165 135 -

    Kelarutan dalam hidrokarbon pada

    20oC Tidak larut Sedang Tinggi

    Yield strength Tinggi Sedang Sangat rendah

    Temperatur transisi gelas (Tg), oC -13 - 0 - -18 - -5

    Berdasarkan jenis monomer pembentuknya, terdapat 2 jenis polipropilena, yaitu

    homopolimer dan kopolimer.

    1. HomopolimerHomopolimer adalah polimer yang terbentuk dari satu jenis monomer propilena

    dan dibuat secara langsung dalam sebuah reactor.

    2. KopolimerKopolimer adalah polimer yang tersusun dari monomer propilena yang bereaksi

    dengan monomer lain, seperti etilena, untuk menghasilkan polimer yang

    mengandung lebih dari satu macam kesatuan struktur dan meningkatkan

    kekutannya sampai temperature di bawah -20oC.

    2.2.2 Sifat Kimia, Fisik, dan Termodinamik PolipropilenaPolipropilena memiliki resistansi tinggi terhadap zat kimia, larut dalam

    hidrokarbon alifatik dan aromatik berberat molekul tinggi. Pada temperatur tinggi.

    Polipropilena juga dapat teroksidasi oleh oksidator seperti H2SO4dan HNO3pekat. Hal

    ini dikarenakan pada struktur kimia polipropilena terdapat atom C primer, sekunder, dan

    tersier. Atom H yang terikat pada atom C tersier pada rantai molekul polipropilena

    bersifat kurang stabil dibandingkan dengan yang terikat pada atom C primer dan

    sekunder. Sifat fisik polipropilena dapat ditunjukkan pada Tabel 2.3

    Tabel 2.3 Sifat fisik polipropilena

    Sifat Fisik Nilai

    Indeks bias 1,49

    Tensile strength,psi 4300-5500

    Elongation,% 200-700

    Tensile modulus, 105psi 1,6-2,3

    Impact strength, ft-lb/in of notch 0,5-2,0

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    12

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    Titik leleh termodinamika untuk propilena kristal murni adalah 187,7 oC, yang

    diperoleh melalui ekstrapolasi pada kristaisasi polimer secara isothermal. Nilai tersebut

    lebih tinggi sekitar 23-28 oC daripada yang diperoleh dari sampel komersial pada

    kondisi analisis normal. Untuk polipropilena isotaktik, Tqberkisar dari -13 sampai 0oC,

    sedangkan Tguntuk polipropilena ataktik adalah dari -18 sampai -5oC.

    2.2.3 Berat Molekul Polipropilena

    Berat molekul polimer tidak dapat ditentukan seperti pada senyawa nonpolimer

    sebab rantai polimer yang terbentuk dalam reaksi polimerisasi tidak mungkin memiliki

    panjang rantai yang sama. Oleh karena itu, pada polimer digunakan istilah berat

    molekul rata-rata. Produk polipropilena diharapkan memiliki distribusi berat molekul

    yang sempit agar sifat-sifat yang dimiliki relative seragam. Contoh kurva distribusi

    berat molekul ditunjukkan pada Gambar 2.7

    .

    Gambar 2.7 Contoh kurva distribusi berat molekul polimer

    Secara eksperimental, berat molekul rata-rata polimer dapat dihitung melalui

    rumus berikut :

    dengan

    xi = fraksi jumlah dari total rantai pada rentang ukuran tertentu

    wi= fraksi berat dari molekul dalam interval ukuran yang sama

    Jumlahpolimer

    Berat molekul

    Distribusi BM sempit

    Distribusi BM lebar

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    13

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    Berat molekul polipropilena umumnya ditentukan dengan menggunakan

    parameter Melt Flow Index (MFI). MFI adalah berat lelehan polimer yang diperoleh

    ketika diekstruksi melalui suatu orificepada temperatur 230 oC dengan beban 2160 N

    selama 10 menit. Nilai MFI akan berbanding terbalik dengan berat molekul

    polipropilena. Berat molekul polipropilena ditentukan oleh jumlah gas hidrogen dalam

    medium reaksi maka panjang rantai polipropilena semakin rendah, akibatnya berat

    molekul polipropilena menjadi lebih rendah. Hal tersebut menyebabkan polipropilena

    semakin mudah untuk mengalir sehingga memiliki nilai MFI yang tinggi.

    2.3 Polimerisasi Propilena

    Polipropilena dapat dibuat dari monomer propilena melalui proses polimerisasi

    menggunakan katalis Ziegler-Natta atau katalis metallocene.

    Gambar 2.8 Skema pembentukan polipropilena

    Katalis Ziegler-Nata merupakan kombinasi antara senyawa logam trasisi dengan

    senyawa organologam dari logam golongan I-III. Contohnya adalah katalis TiCl4

    dengan kokatalis Al(C2H5)3. Kokatalis ini berfungsi sebagai aktivator karena kokatalis

    bereaksi dengan katalis membentuk senyawa antara yang aktif. Stereospesifitas

    polipropilena hasil reaksi dapat dikendalikan dengan cara menambahkan basa Lewis

    sebagai donor electron. Donor elektron berfungsi sebagai stereoregulatordengan cara

    mendeaktivasi pusat aktif katalis yang akan membentuk polipropilena ataktik,

    memperbesar laju propagasi isotaktik, atau mengubah pusat aktif ataktik menjadi pusat

    aktif isotaktik.

    H

    C = C

    H

    HH

    Propilena

    Polimerisasi

    Ziegler-Natta

    Katalisis

    metallocene

    CCH H

    H H

    [ ] n

    Polipropilena

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    14

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    2.3.1 Laju Reaksi Polimerisasi

    Laju polimerisasi secara keseluruhan, Rp pada katalis Ziegler-Natta secara

    umum dinyatakan secara sistematis oleh persamaan:

    Keterangan : kp = tetapan propagasi

    [C*] = konsentrasi pusat aktif

    [M] = konsentrasi monomer

    2.3.2 Mekanisme Reaksi Polimerisasi

    2.3.2.1 Sejarah Katalis Ziegler-Natta

    Karl Ziegler dari Jerman mengembangkan serangkaian katalis yang membantu

    polimerisasi etilena pada temperatur dan tekanan rendah dengan berat molekul tinggi

    dan percabangan yang sangat sedikit. Polietilena yang dihasilkan lebih padat, kuat dan

    memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada polietilena yang diproduksi dengan

    metode temparatur dan tekanan tinggi. Berdasarkan katalis Zeigler yang mampu

    mengkatalisa polimerisasi 1-alkena ( -olefin) menjadi polimer stereoregular, Guilio

    Natta dari Italia mengembangkan katalis ini. Pada tahun 1963, Ziegler dan Natta

    memperoleh Nobel atas penemuan dan pengembangan katalis ini.

    2.3.2.2 Mekanisme Katalis Ziegler-Natta

    Ziegler-Natta merupakan katalis yang terdiri dari campuran TiCl4 dan

    (C2H5)3Al. Banyak ahli kimia telah mempelajari mekanisme katalis Ziegler-Natta,

    namun yang terjadi sebenarnya masih belum diketahui dengan pasti. Daley mengatakan

    bahwa bukti-bukti menunjukkan adanya mekanisme yang dimulai dengan pembentukan

    kompleks antara titanium dan alumunium.

    Gambar 2.9Pembentukan kompleks Titanium dan Alumunium

    Rp= kp[C*][M]

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    15

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    Pada kompleks ini, titanium memiliki orbital kosong yang dapat diisi oleh

    elektron pada monomer sehingga memungkinkan pembentukan kompleks .

    Kompleks mengorientasikan gugus metil menjauh dari titanium dan menuju pada

    alumunium. Kompleks kemudian dengan cepat menyusun ikatan antara gugus CH2

    dari propilena dan titanium membuat atom C kedua dari propilena bermuatan positif.

    Gambar 2.10Kompleks Titanium dan Alkena

    Gugus alkil dari alumunium dipindahkan ke karbokation. Perpindahan ini

    berlangsung sangat cepat sehingga karbokation yang terbentuk pada langkah

    sebelumnya tidak memiliki waktu untuk menyusun kembali. Kemudian titanium secara

    stereospesifik memasukkan gugus propilena antara dirinya dan gugus etil.

    Gambar 2.11Penyusunan Ulang Kompleks TitaniumKompleks titanium kemudian memasukkan kembali, secara stereospesifik,

    tambahan monomer propilena antara dirinya dan gugus etil terakhir yang ditambahkan

    pada rantai. Reaksi berulang ini menghasilkan polimer isotaktik.

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    16

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    Gambar 2.12 Pembentukan Polimer Isotaktik

    Terminasi reaksi polimerisasi propilena terjadi melalui reaksi antara rantai

    polimer dengan hidrogen.

    Gambar 2.13Penghentian Polimerisasi dengan Penambahan Hidrogen

    Sumber lain mengatakan bahwa polimerisasi menggunakan Ziegler-Natta melibatkan

    katalis logam transisi seperti TiCl3 dengan keterlibatan ko-katalis yang biasanya

    merupakan logam golongan III seperti alumunium. Pasangan katalis/ko-katalis yang

    paling sering adalah TiCl3dan Al(C2H5)2Cl.

    Gambar 2.14Pasangan katalis/kokatalis TiCl3dan Al(C2H5)2Cl

    TiCl3dapat menyusun dirinya sendiri dalam beberapa struktur kristal. Struktur

    kristal yang memungkinkan terbentuknya polimer adalah -TiCl3 yang bentuknya dapat

    dilihat pada Gambar 2.15

    H2

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    17

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    Gambar 2.15Struktur kristal -TiCl3

    Pada Gambar 2.15 dapat dilihat bahwa setiap atom titanium berikatan dengan

    enam atom klor dengan geometri oktahedral. Setiap atom titanium pada bagian dalam

    dikelilingi oleh enam atom klor tetapi pada permukaan, setiap atom titanium dikelilingi

    pada satu sisi dengan lima atom klor dan pada sisi lainnya kosong. Pada Gambar 2.16

    dapat dilihat bahwa atom Titanium bagian dalam (berwarna abu-abu) memiliki enam

    atom klor tetangga sedangkan atom Titanium pada bagian permukaan (berwarna hitam)

    hanya memiliki lima.

    Gambar 2.16Atom Titanium pada bagian dalam dan permukaan

    Titanium merupakan logan transisi dan memiliki enam orbital kosong (satu pada

    orbital 4s dan lima pada orbital 3d) pada lapisan elektron terluarnya. Agar dapat stabil,

    titanium harus membentuk ikatan sehingga setiap orbital dapat terisi dua elektron. Pada

    atom titanium di bagian permukaan, titanium hanya dapat mengisi lima dari enam

    orbital. Pada Gambar 2.17 dapat dilihat atom titanium dengan orbital kosong

    (digambarkan dalam bentuk kotak)

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    18

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    Gambar 2.17Atom Titanium pada bagian permukaan

    Al(C2H5)2Cl kemudian melepaskan salah satu atom Klor dari Titanium dan

    memberikan salah satu gugus etilnya. Alumunium menjadi sulit lepas dari titanium dan

    tetap terkoordinasi dengan atom CH2dari gugus etil dan juga dengan salah satu atom

    klor yang berikatan dengan titanium. Walaupun begitu, titanium tetap memiliki satuorbital kosong.

    Gambar 2.18Kompleks Titanium-Alumunium

    Pada monomer berikatan rangkap seperti propilena terdapat dua elektron dalam

    sistem ikatan rangkap karbon-karbon. Elektron ini dapat mengisi orbital kosong pada

    atom titanium sehingga membentuk sebuah kompleks seperti diperlihatkan pada

    Gambar 2.19.

    .

    Gambar 2.19 Elektron dari propilena mengisi orbital kosong Titanium

    Kompleks ini tidak stabil sehingga electron shuffling terjadi. Mula-mula

    elektron berpindah dari ikatan karbon-karbon ke atom titanium sehingga terbentuk

    ikatan karbon-titanium sederhana. Hal yang terjadi berikutnya adalah terbentuknya

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    19

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    ikatan antara titanium dan karbon pada gugus etil dari titanium yang didapat dari

    Al(C2H5)2Cl. Pasangan elektron ini kemudian berpindah untuk membentuk ikatan

    antara gugus etil dengan atom karbon pada monomer propilena. Peristiwa ini dapat

    dilihat pada Gambar 2.20.

    Gambar 2.20Electron Shufflingpada kompleks Titanium-Propilena

    Langkah yang terjadi selanjutnya adalah migrasi. Atom-atom menyusun ulang

    dirinya dan membentuk struktur yang berbeda. Alumunium kini membentuk kompleks

    dengan salah satu atom karbon pada propilena dan atom titanium kembali memiliki

    orbital kosong. Peristiwa ini digambarkan pada Gambar 2.21.

    Gambar 2.21. Penyusunan ulang atom-atom kompleks Alumunium-Titanium

    Pada Gambar 2.21, atom titanium memiliki struktur yang sama kembali

    sehingga molekul propilena lain dapat menyebabkan reaksi terjadi secara berulang dan

    semakin banyak molekul propilena bereaksi, rantai polimer akan semakin panjang. Pada

    Gambar 2.22. dapat dilihat bahwa gugus metil pada polimer berada pada sisi yang sama

    pada rantai sehingga polipropilena isotaktik akan didapatkan. Hal ini dapat terjadi

    karena pusat aktif, yang menentukan susunan rantai polimer, yang dimiliki simetris.

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    20

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    Gambar 2.22.Pembentukan Polipropilena Isotaktik.

    Untuk membuat polimer sindiotatik, logam transisi yang digunakan bukanlah

    titanium tetapi vanadium (VCl4/Al(C2H5)2Cl). Mekanisme yang terjadi tidak berbeda

    jauh dengan sistem titanium.

    Gambar 2.23Kompleks Vanadium-Titanium

    Kompleks ini bertindak sama seperti sistem titanium saat berhadapan dengan

    molekul propilena. Saat berinteraksi dengan molekul propilena, mula-mula propilena

    membentuk kompleks dengan vanadium lalu terjadi electron shuffling. Kemudian gugus

    propilena berada di antara gugus logam dan gugus etil.

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    21

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    Gambar 2.24Electron Shufflingpada Kompleks Vanadium-Titanium

    Perbedaan mencolok antara pembantukan polimer sindiotaktik dengan polimer

    isotaktik adalah dalam hal posisi rantai polimer bertumbuh. Pada sistem titanium

    (pembentukan polimer isotaktik), rantai polimer bertumbuh berpindah tempat.

    Sedangkan pada sistem vanadium (pembentukan polimer sindiotaktik), rantai polimer

    bertumbuh tetap tinggal pada posisinya sehingga pada saat molekul propilena lain

    datang, molekul propilena kedua bereaksi dan rantai bertumbuh tetap pada posisinya

    seperti dapat dilihat pada Gambar 2.25. dengan warna hitam menunjukkan gugus

    propilena pertama dan warna abu-abu menujukkan gugus propilena kedua.

    Gambar 2.25Pembentukan Polimer Sindiotatik

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    22

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    Pada saat molekul propilena kedua ditambahkan ke dalam rantai bertumbuh,

    posisi rantai bertumbuh berpindah lagi ke posisi semula. Dapat dilihat bahwa gugus

    metil antara monomer pertama dan kedua memiliki posisi yang berlawanan sehingga

    dihasilkan polimer sindiotaktik.

    Polimerisasi Ziegler-Natta terbukti berhasil untuk membuat polimer dari

    hidrokarbon seperti etilena dan propilena tetapi tidak dapat digunakan untuk monomer

    lain yang mirip seperti polivinilklorida dan poliakrilat tidak dapat dibuat dengan

    menggunakan polimerisasi Ziegler-Natta. Pada pembuatan polivinilklorida dengan

    menggunakan polimerisasi Ziegler-Natta, katalis dan kokatalis membentuk sebuah

    kompleks pemula dan radikal dihasilkan pada langkah intermediet reaksi sehingga

    memicu terjadinya polimerisasi radikal bebas dari monomer vinil klorida. Pada

    pembuatan poliakrilat, katalis Ziegler-Natta memicu terjadinya polimerisasi vinil

    anionik (anionic vinyl polymerization)pada monomer-monomernya.

    2.4 Proses Produksi Polipropilena dengan Teknologi UNIPOL

    Dalam pembuatan homopolimer polipropilena, bahan baku yang digunakan

    adalah propilena sedangkan dalam pembuatan kopolimer dibutuhkan etilena sebagai ko-

    monomer. Berdasarkan fasa reaksinya, proses pembuatan polipropilena dapat

    dikelompokkan menjadi teknologi produksi polipropilena fasa gas, teknologi produksi

    polipropilena fasa cair dan teknologi produksi polipropilena fasaslurry.

    teknologi produksi polipropilena fasa gas (yang meliputi teknologi Amoco,

    teknologi Borstar, teknologi Chisso, teknologi Mitsui, teknologi Novolen, teknologi

    Sumitomo, dan teknologi UNIPOL). Polimerisasi Polipropilena dalam monomer

    propilena cair tanpa penggunaan pelarut inert disebut proses produksi fasa cair danmerupakan teknologi produksi polipropilena pertama yang dikembangkan. Proses

    produksi polipropilena fasa cair meliputi teknologi Hercules, teknologi Hoechst AG,

    teknologi Mitsui-Toatsu, teknologi Mitsui Petrochemical, teknologi Montedison,

    teknologi Phillips, teknologi Rexall, dan teknologi Spheripol.

    Pada tahun 1960-an, Union Carbide mengembangkan teknologi polimerisasi

    etilena pada fasa gas menjadi polimerisasi untuk propilena dengan menggunakan sistem

    katalis sangat aktif dari Shell Chemical. Katalis Shell yang dibangun pada tahun 1981

    http://www.psrc.usm.edu/macrog/anionic.htmhttp://www.psrc.usm.edu/macrog/anionic.htmhttp://www.psrc.usm.edu/macrog/anionic.htmhttp://www.psrc.usm.edu/macrog/anionic.htm
  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    23

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    merupakan katalis yang memiliki aktivitas tinggi, stereospesifisitas yang tinggi

    sehingga dengan jumlah katalis yang sedikit dapat digunakan untuk memproduksi satu

    pon polipropilena. Katalis milik Shell ini ada tiga macam yaitu SHAC-103, SHAC-201

    dan SHAC-205. Versi terbaru, SHAC-201 memberikan aktivitas tertinggi dan

    kemampuan untuk mencapai derajat isotaktik hingga 98%.

    Proses ini sederhana, ekonomis dan tangguh. Proses Unipol menggunakan dua

    buah reaktor unggun terfluidakan yang tersusun secara seri. Satu reaktor digunakan

    untuk memproduksi homopolimer dan reaktor lain berukuran lebih kecil digunakan

    untuk memproduksi kopolimer. Bagian produksi utama proses ini terdiri dari

    penanganan katalis, pemurnian propilena untuk menghilangkan sejumlah kecil racun

    katalis, polimerisasi, pencucian katalis, pembuatanpelletdan penyimpanan.

    Pada proses ini, propilena segar dilewatkan ke dalam degassing columnuntuk

    menghilangkan gas ringan dan melalui molecular sieve atau Al2O3 dryer untuk

    menghilangkan kandungan air sebelum memasuki reaktor.

    Proses polimerisasi dilangsungkan dalam sistem reaktor yang terdiri dari bejana

    tekan dengan bagian atas yang membesar. Panas reaksi dipindahkan denganmendinginkan gas recycle dengan alat penukar panas. Katalis yang digunakan pada

    proses ini adalah TiCl4 dengan penyangga MgCl2, kokatalis Al-trialkil,ditambah donor

    elektron berupa alkylphthalate dan alkoxysilanes. Temperatur operasi polimerisasi

    umumnya 65oC dengan tekanan 30 bar pada reaktor homopolimer dan tekanan 20 bar

    pada reaktor kopolimer. Diagram alir dari proses ini dapat dilihat pada Gambar 2.32.

    Proses ini telah digunakan pada 36 pabrik di dunia dengan kapasitas masing-

    masing berkisar antara 80000-260000 ton/tahun. Lisensor dari proses ini adalah Union

    Carbide Corp. Teknologi inilah yang digunakan di PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    24

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    Keuntungan dari proses UNIPOL adalah sebagai berikut:

    Secara mekanik sederhana dan teknloginya tangguh Satu tahap proses untuk homopolimer dan acak, dua tahap untuk kopolimer

    impak

    Tidak ada bagian yang bergerak dalam reactor, tdak ada siklon atau alatpemisahan mekanik gas/padat

    Kondsi operasi yang lunak, tidak ada solven yang perlu dikembalikan Resin mengalir dengan gravitasi Menggunakan kembali aliran ventuntuk yield monomer yang tinggi Konsistensi produk akhir yang tinggi Mempunyai pengendalian proses yang baik

    Keuntungan dari proses UNIPOL secara operasional adalah sebagai berikut:

    Kualitas produk yang konsisten karena keseragaman kondisi operasi dalam suatufluidized bed yang tercampur sempurna

    Jenis produk yang fleksibel Operasi yang stabil yang menjamin target produksi, target mutu, serta on stream

    yang baik

    Pendingin

    siklus gas

    blower

    Pendingin

    siklus gaskatalis

    Umpan katalis

    Pemisahan

    produk

    Produk menuju

    pembuatanpellet

    blower

    propilena

    etilenapropilena

    etilena

    Gambar 2.32Diagram alir proses Unipol

    reakto

    reaktor

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    25

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.

    Sistem reaksi yang tangguh dan mudah dikontrol yang berkaitan dengankemandirian proses

    Tekanan dan temperatur yang rendah akan meningkatkan keselamatan operasiProses-proses fasa cair dan fasa gas memiliki perbedaan mendasar, seperti:

    kondisi operasi, fasa reaksi, dan kapasitas produksinya. Perbandingan proses-proses

    produksi polipropilena dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4

    Tabel 2.4Perbandingan proses-proses produksi polipropilena fasa gcair

    Tabel 2.5Perbandingan proses-proses produksi polipropilena fasa gas

    Nama

    ProsesNovolen Unipol Mitsui Borstar BP Amoco Chisso

    Tekanan 20 bar 30 atm

    50-60

    bar 10 barTemperatur

    (oC)70-90 65 80-100 55-65

    Pemakaian

    pelarutTidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

    Kapasitas

    total

    (ton/thn)

    3.700.00080.000-

    260.0002.200.000 200.000 65.000-350.000 1.500.000

    Lisensor

    TARGORGmbH

    BASF

    HoechstUnion

    Carbide

    Corp.

    Mitsui

    Chem, Inc.

    Borealis

    AS

    BP Amoco ChissoCorp

    Nama

    ProsesHercules

    Montedis

    on

    Mitsui-

    ToatsuRexall Philips

    Hoechs

    t AGSpheripol

    Tekanan 5 bar 5-15 atm 10 kg/cm 30 bar 10 bar 35-50 bar

    Temperatur

    (oC)60-80 60-80 50-70 60-80 55-65 60-80

    Pemakaian

    pelarutYa Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak

    Kapasitas

    total

    (ton/thn)

    500.000 485.00013.500.00

    0

    Lisensor

    ARCOPolymers

    El PasoPolyolefins, USA

    ChemieLinz,

    Austria

    Basell

    Tech. Co.

    BV

  • 5/23/2018 BAB II Tinjauan Pustaka-Kuliah Kerja Praktek PT Tripolyta

    26

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Laporan Kerja Praktek PT. Tri Polyta Indonesia Tbk.