BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1...

33
11 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1.1Rational Decision Making(Pengambilan Keputusan Rasional) Menurut Siagian (1993) pengambilan keputusan rasional sebagai usaha sadar untuk menentukan satu alternatif dari berbagai alternatif untuk memecahkan masalah. Salusu (1996) mendefinisikan pengambilan keputusan yang rasional sebagai proses memilih suatu alternatif cara bertindak secara rasional dengan metode yang efisien sesuai situasi untuk menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi terutama dalam masalah- masalah strategik pengembangan organisasi.Stoner & Winkel (2003) memandang rational decision making atau pengambilan keputusan rasional sebagai proses pemilihan suatu arah tindakan sebagai cara untuk memecahkan sebuah masalah tertentu. Selain itu,pengambilan keputusan rasional adalah suatu proses dimana beberapa kemungkinan dapat dipertimbangkan dan diprioritaskan, yang hasilnya dipilih berdasarkan pilihan yang jelas dari salah satu alternatif kemungkinan yang ada (De Janasz, Wood, Gottschalk, Dowd, & Schneider, 2002).Di sisi lain, Handoko (2001) melihat pengambilan keputusan rasional sebagai proses di mana

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1...

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

11

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi dan Nalar Konsep

2.1.1Rational Decision Making(Pengambilan Keputusan

Rasional)

Menurut Siagian (1993) pengambilan keputusan rasional

sebagai usaha sadar untuk menentukan satu alternatif dari berbagai

alternatif untuk memecahkan masalah. Salusu (1996)

mendefinisikan pengambilan keputusan yang rasional sebagai

proses memilih suatu alternatif cara bertindak secara rasional

dengan metode yang efisien sesuai situasi untuk menemukan dan

menyelesaikan masalah organisasi terutama dalam masalah-

masalah strategik pengembangan organisasi.Stoner & Winkel

(2003) memandang rational decision making atau pengambilan

keputusan rasional sebagai proses pemilihan suatu arah tindakan

sebagai cara untuk memecahkan sebuah masalah tertentu. Selain

itu,pengambilan keputusan rasional adalah suatu proses dimana

beberapa kemungkinan dapat dipertimbangkan dan diprioritaskan,

yang hasilnya dipilih berdasarkan pilihan yang jelas dari salah satu

alternatif kemungkinan yang ada (De Janasz, Wood, Gottschalk,

Dowd, & Schneider, 2002).Di sisi lain, Handoko (2001) melihat

pengambilan keputusan rasional sebagai proses di mana

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

12

serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah

tertentu.

Facione & Facione (2007) mengemukakan bahwa dalam

konteks organisasi, pengambilan keputusan rasional dapat dianggap

sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental (kognitif)dan

rasionalitas yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di

antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan

keputusan rasional selalu menghasilkan satu pilihanfinal. Hasil

akhirnya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini

terhadap pilihan.Rasionalitas pengambilan keputusan biasanya

dilakukan oleh seorang manajer atau pemimpin meliputi

pengindentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian

masalah, evaluasi daripada alternatif-alternatif yang ada, dan

pemilihan alternatif keputusan yang terbaik.Dengan demikian,

kegiatan pengambilan keputusan rasional oleh seorang pemimpin

dalam sebuah organisasi dimaksudkan agar permasalahan yang

akan menghambat roda organisasi dapat segera terpecahkan dan

terselesaikan sehingga suatu organisasi dapat berjalan secara efisien

dan efektif dalam rangka mencapai suatu tujuan organisasi.

Terry (dalam Hasan, 2002) memaparkan dasar-dasar

pengambilan keputusan adalah :

a)Intuisi.Keputusan berdasarkan perasaan subjektif dari pengambil

keputusan,sehingga sangat dipengaruhi oleh sugesti dan faktor

kejiwaan;gegabah dan tanpa perhitungan.

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

13

b) Rasional. Pengambilan keputusan bersifat objektif, logis,

transparan dan konsisten karena berhubungan dengan tingkat

pengetahuan seseorang;

c) Berdasarkan Fakta. Pengambilan keputusan yang didasarkan

pada kenyataan objektif yang terjadi sehingga keputusan yang

diambil dapat lebih sehat, solid dan baik;

d)Wewenang. Pengambilan keputusan ini didasarkan pada

wewenang dari manajer yang memiliki kedudukan lebih tinggi

dari bawahannya;

e) Pengalaman. Pengambilan keputusan yang didasarkan pada

pengalaman seorang manajer.

Menurut Penelitian Penolazzi et al (2013) Individu yang

impulsif atau intuitif cenderung membuat keputusan yang

merugikan sedangkan individu yang peka dan rasional cenderung

membuat keputusan yang menguntungkan. Rehman & Waheed

(2012) dalam penelitiannyamenjelaskan bahwa kepimimpinan

yang transformasional cenderung rasional dalam pengambilan

keputusan sedangkan kepemimpinan yang transaksional cenderung

intuitif dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa pengambilan keputusan pemimpin yang bersifat

rasional cenderung obyektif sebaliknya pengambilan keputusan

pemimpin yang bersifat intutitif cenderung subyektif (Terry &

Hasan, 2002; Penolazzi et al, 2013; Rehman & Waheed, 2012,

Aloka & Bojuwoye, 2013).

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

14

Argumen yang sama dipaparkan Staw& Koput (1997)

bahwa pada umumnya individu optimis percaya dapat mengalami

kegagalan, sering mengalami kerugian, dan kurang hati-hati dalam

mengambil keputusan. Tetapi individu rasional lebih memiliki

keyakinan untuk mampu mengontrol atas hasil dan lebih menikmati

hasil dari keuntungan dibandingkan individu pesimis yang terlalu

menekan pada kerugian.

Dalam penelitian ini, pengertian pengambilan keputusan

(decision making) rasional yang dirujuk adalah menurut Terry

(dalam Hasan, 2002). Indikator penilaian decision making atau

pengambilan keputusan secara rasional menurut Terry (dalam

Hasan, 2002) meliputi objektif, logis, transparan dan konsisten.

2.1.2Personality (Kepribadian)

Sujanto (2004), mengungkapkan bahwa kepribadian adalah

suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu sehingga

nampak dalam tingkah lakunya yang unik dan membedakannya

dengan orang lain. Jung berpendapat bahwa ciri kepribadian dibagi

menjadi empat dimensi diantaranya: introversion/exraversion;

perceiving/judging; sensing/intuition; dan thinking/feeling (Jung

dalam Murray, 1990).

Myers-Briggs Type indikator memaparkan secara jelas

indikator dari empat dimensi kepribadian individu yang dipaparkan

Jung.Kepribadian ekstrover cenderung terbuka dan pemikir

sedangkan kepribadian introver cenderung pendiam dan

reflekif.Kepribadian judging cenderung terstruktur dan tegas

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

15

sedangkan kepribadian perceiving cenderung fleksibel dan terbuka.

Kepribadian sensing cenderung praktis dan detail sedangkan

kepribadian intuiting cenderung teoritis, abstrak, umum dan

memakai kemungkinan. Kepribadian thinking cenderung analitis,

lebih mengandalkan otak, aturan dan keadilan sedangkan

kepribadian feeling cenderung subyektif, memakai perasaan,

tergantung lingkungan dan belas kasihan. Dari empat dimensi

kepribadian yang dipaparkan Jung dan Myers-Briggs, fokus

penelitian ini adalah pada kepribadian thinking atauself controldan

intuiting atau illusion of control (Murray, 1990).

2.1.2.1Self Control

Delisi & Berg (2006), mengungkapkan bahwa self-control

berkaitan dengan tindakan seseorang untuk mengendalikan atau

menghambat secara otomatis kebiasaan, dorongan, emosi atau

keinginan dengan tujuan untuk mengarahkan perilakunya. Menurut

Chaplin(2002), self-control adalah kemampuan untuk membimbing

tingkah laku sendiri, berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku

impulsif.Adanya self control menjadikan seseorang dapat

memandu, mengarahkan, dan mengatur perilakunya dengan kuat

yang pada akhirnya menuju pada konsekuensi positif (Goldfried &

Marbaum dalam Lazarus, 1976).Di sisi lain, Hirschi & Gottfredson

(1993) dan Michael et al. (2007) berpendapat bahwa self

controlmerupakan kesediaan menunda kepuasan, kesediaan

melakukan kegiatan meskipun tidak segera menghasilkan

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

16

kepuasan, kesediaan untuk berhati-hati dan berani menghadapi

resiko serta melihat sisi positif dari kegagalan.

Murray (1990), memaparkan bahwa self control merupakan

tindakan untuk mengendalikan keinginan-keinginan yang tidak

teratur. Self control merupakan salah satu dari dimensi kepribadian

individu seperti yang dipaparkan Myers-Briggs Type Indikator

yang dijelaskan Jung yaitu kepribadian thinkingyang cenderung

analitis, lebih mengandalkan otak, sesuai aturan dan bertindak

demi keadilan.

Lebih lanjut, dalam bidang keuangan, self control biasanya

melibatkan upaya untuk menghindari preferensi jangka pendek

agar mencapai preferensi jangka panjang (Karlsson, 1998).

Mempertegas hal ini, Nofsinger (2005) mengatakan bahwa

seseorang mengontrol tindakannya dengan melawan keinginan atau

dorongan untuk membelanjakan uang secara berlebihan atau

dengan kata lain membelanjakan uang berdasarkan keinginan

bukan kebutuhan, sehingga self control berhubungan dengan

mengelola keuangan secara lebih baik (Baumeister, 2002).Dengan

demikian, self controldalam pengelolaan keuangan merupakan

strategi untuk mencegah pemborosan.

Self-control menggambarkan kemampuan individu yang

dengan aktif mengendalikan respon mereka terhadap rangsangan

eksternal, pemikiran, perasaan, dan perilaku-perilaku lainnya

menurut tujuannya (Baumeister, 2002). Dengan demikian, self-

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

17

control dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian

tingkah laku.

Dalam penelitian ini, konsep self-control yang diacu adalah

konsep self-control berdasarkan pendapat yang dikemukakan

Hirschi & Gottfredson (1993) dan Michael et al. (2007). Indikator

self control menurut Hirschi & Gottfredson (1993) dan Michael et

al. (2007) : kesediaan menunda kepuasan, kesediaan melakukan

kegiatan meskipun tidak segera menghasilkan kepuasan, kesediaan

untuk berhati-hati dan berani menghadapi resiko serta melihat sisi

positif dari kegagalan.

2.1.2.2 Illusion of control

Taylor & Brow (1998) dalam jurnal yang ditulis oleh Grou

& Tabak (2008) mengungkapkan bahwa illusion of control sebagai

persepsi yang tidak nyata dari sebuah kejadian. Oleh karena itu,

Illusion of control pada umumnya terjadi pada orang yang merasa

mampu mengendalikan hasil dari keputusan yang diambilnya dan

tidak memperhitungkan resiko yang akan dihadapi.

Murray (1990) menjelaskan bahwa Illusion of control

merupakan persepsi intuitif seseorang yang terkesan abstrak

terhadap sebuah peristiwa atau masalah.Illusion of control

merupakan salah satu dimensi kepribadian individu seperti yang

dipaparkan Myers-Briggs Type Indicator yang dijelaskan Jung

yaitu kepribadian intuitingyang cenderung berpikir umum,

memakai kemungkinan-kemungkinan dalam pengambilan

keputusan, teoritis dan abstrak.

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

18

Seseorang yang mengalami illusion of control akan

beranggapan segala sesuatu dapat dikerjakan dengan baik dengan

mengurangi atau bahkan menghilangkan kemungkinan muncul

resiko dari apa yang mereka kerjakan (Dittrich, Guth &

Maciejovsky, 2001). Oleh sebab itu, beberapa peneliti seringkali

mengaitkan illusion of control dengan sikap optimis seseorang dan

tingkat kepercayaan diri yang berlebihan atau overconfidence

(Michael & Wohl, 2009). Seseorang yang memiliki keyakinan dan

rasa percaya diri berlebihan akan cenderung menilai segala sesuatu

mudah untuk dilakukan.Demikian halnya dengan illusion of

controldalam pengambilan keputusan keuangan membuat individu

merasa memiliki kendali terhadap hasil keputusan, padahal

kenyataannya tidak demikian, sebagian besar hasil keputusan akan

mendatangkan keuntungan atau kerugian di luar kendali

pengambilan keputusan (Supramono dkk, 2010).

Menurut Nofsinger (2005) illusion of control adalah

kepercayaan seseorang(investor) bahwa dapat memiliki pengaruh

terhadap hasil sehingga orang tersebut menaksir terlalu tinggi

kontrol yang mereka miliki terhadap hasil yang akan diperoleh

nantinya. Lebih lanjut, menurut Nofsinger terdapat enam hal yang

dapat memicu terjadinya perkembangan illusion of control antara

lain choice (pilihan), outcome sequence (urutan hasil), task

familiarity (kefamiliaran), information (informasi), active

involvement (keterlibatan aktif), dan past successes (kesuksesan di

masa lalu). Ketika seseorang mengalami illusion of control, maka

cenderung merasa mampu membuat pilihan dan acapkali dalam

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

19

membuat pilihan orang tersebut mengabaikan bantuan orang lain.

Selain itu orang yang mengalami illusion of control beranggapan

segala sesuatu dapat dikerjakan dengan baik dengan mengurangi

atau bahkan menghilangkan kemungkinan munculnya resiko.Oleh

sebab itu beberapa peneliti seringkali mengaitkan illusion of

control dengan sikap optimis seseorang dan tingkat kepercayaan

diri yang berlebihan atau overconfidence. Seseorang yang memiliki

keyakinan dan rasa percaya diri berlebihan akan cenderung menilai

segala sesuatu akan mudah untuk dilakukan.

Penelitian ini mengacu pada pendapat Nofsinger(2005).

Indikator illusion of control menurut Nofsinger (2005) :percaya diri

berlebihan, mampu membuat pilihan, menghilangkan kemungkinan

resiko, optimis, menganggap segala sesuatu mudah dilakukan.

2.1.3 Dukungan Teknologi Informasi

2.1.3.1 Pengertian Teknologi Informasi

Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan

antara ketersediaan teknologi komputer dan telekomunikasi dengan

teknologi lainnya seperti perangkat keras, perangkat lunak,

database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya

di tempat di mana individu bekerja. Selanjutnya, teknologi

informasi dipakai dalam sistem informasi organisasi untuk

menyediakan informasi bagi para pemakai dalam rangka

pengambilan keputusan (Oswari, Susy & Ati 2008). Teknologi

informasi menurut kamus Oxford adalah studi atau penggunaan

peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan,

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

20

menganalisa, dan mendistribusikan apa saja, terutama kata-kata,

bilangan dan gambar. Teknologi informasi berbasis komputer

dalam berbagai aspek kegiatan organisasi dapat dipahami karena

sebagai sebuah teknologi yang menitikberatkan pada pengaturan

sistem informasi dengan penggunaan komputer, komputer dapat

memenuhi kebutuhan informasi dalam organisasi dengan sangat

cepat, tepat waktu, relevan dan akurat (Nasution, Natigor & Fahmi,

2004).

Penerapan komputer bagi organisasi mempunyai peranan

penting dan dapat menjadi pusat strategi organisasi untuk

memperoleh keunggulan bersaing.Selain itu saat ini komputer

sudah menjadi kebutuhan dasar bagi setiap organisasi terutama

dalam menjalankan segala aspek aktivitas organisasi.Keberhasilan

penggunaan teknologi informasi berbasis komputer bagi suatu

organisasi ditentukan oleh banyak faktor, salah satu diantaranya

adalah karakteristik pengguna komputer.Banyak impelementasi

teknologi informasi yang gagal disebabkan bukan karena faktor

teknis namun lebih pada faktor sumber daya manusia (Wijono,

Djamaludin & Jogiyanto, 2008).

2.1.3.2 Manfaat Dukungan Teknologi Informasi

Pemanfaatan atau implementasi teknologi informasi dalam

kegiatan operasional organisasi akan memberikan dampak yang

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

21

cukup signifikan bukan hanya dari efisiensi kerja tetapi juga

terhadap sikap dalam pengambilan keputusan dan budaya kerja

baik secara personal, antar unit, maupun keseluruhan

institusi.Untuk itu, pelatihan penggunaan teknologi informasi perlu

diberikan baik melalui internet maupun sarana lain kepada para

pemimpin atau decision maker sehingga para pemimpin atau

decision maker dalam organisasi dapat mengikuti proses belajar

atau pelatihan kapan saja dan dimana saja, sehingga pada akhirnya

mereka memperoleh kemampuan yang mendalam mengenai

teknologi informasi yang ada . Hal ini jelas membuktikan bahwa

dengan penguasaan dan pengetahuan pribadi para pemimpin atau

decision maker mengenai teknologi informasi dapatmembantu

dalam hal pengambilan keputusan yang rasional dan berdampak

positif pada keputusan strategik dan demi masa depan organisasi

(Orbit, 2012).

Indikasi para pemimpin atau decision maker memiliki

kemampuan pribadi dalam penguasaan teknologi informasi seperti

komputer, internet dan sarana komunikasi lainnya adalah para

pemimpin tidak gegabah dalam mengambil keputusan dan

keputusan yang diambil bersifat rasional. Artinya sebelum sampai

pada sebuah kesimpulan dari sebuah masalah, para pemimpin

terlebih dahulu mencari tahu apa yang menjadi penyebab masalah,

menganalisis dan mencari alternatif pemecahan dengan bantuan

teknologi informasi seperti komputer, internet dan sarana

komunikasi lainnya. Selain itu adanya penguasaan pribadi

pemimpin terhadap teknologi informasi membuat keputusan bisa

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

22

diambil kapan saja dan dimana saja, dalam artian karena adanya

sarana pendukung berupa teknologi informasi, pemimpin tidak

perlu menunggu sampai hari kerja untuk mengambil keputusan dan

bisa jadi keputusan bisa diambil di rumah, dalam perjalanan dan

dimana saja yang memungkinkan pemimpin untuk melakukannya

(Terry, 1999).

Selain itu, teknologi informasi yang digunakan dalam

organisasi bisa maksimal, apabilapemimpin mampu baik secara

skill maupun kekuatannya, memberi arahan yang jelas tentang cara

kerja teknologi tersebut dan apa yang harus dilakukan oleh

bawahan dengan teknologi tesebut serta manajer harus memilih

teknologi yang tepat guna untuk memproduksi

produksinya. Akhirnyatujuan organisasi dapat tercapai sesuai

dengan harapan dengan penguasaan teknologi informasi, pemimpin

dengan ketelitian dapat menentukan visi dan strategi organisasi,

mengomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran

strategis, merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan

berbagai inisiatif strategis dan meningkatkan umpan balik dan

pembelajaran strategis (Thomson dalam Orbit, 2012).

Penelitian ini mengacu pada pendapat Oswari

(2008).Menurutnya indikator dukungan teknologi informasi

meliputiketersediaan teknologi komputer, telekomunikasi,

perangkat keras, perangkat lunak, database, danteknologi jaringan.

2.1.4 Performance Individu

2.1.4.1 Pengertian Performance Individu

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

23

Wijono (2010) menjelaskan bahwa kinerja adalah suatu

yang berkenaan dengan apa yang dihasilkan individu melalui

tingkah laku dalam pekerjaannya. Sejalan dengan definisi itu,

Porter dan Lawler (Wijono, 2010) mendefinisikan kinerja sebagai

hasil yang dicapai oleh seorang individu untuk ukuran yang telah

ditetapkan dalam suatu pekerjaan, demikian juga oleh Wood,

Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt dan Osborn (2001) yang

menyatakan bahwa kinerja adalah pencapaian prestasi secara

kuantitas maupun kualitas baik secara individu, kelompok maupun

organisasi. Pernyataan tersebut hampir sama dengan pernyataan

yang menjelaskan bahwa kinerja adalah suatu konsep dari sejumlah

tindakan dan perilaku individu dan merupakan kontribusi pada

tujuan organisasi. Hal ini dipertegas oleh Wood, dkk (2001),

Rutundo dan Sackett (Bartram, 2005), yang menyatakan bahwa Job

Performance is conceptualized as those actions and behaviors that

are under the control of the individual and contribute to the goals

of the organization.

Konsep kinerja (Performance) dapat didefinisikan sebagai

sebuah pencapaian hasil atau degree of accomplishment (Rue&

Byars, 1981 dalam Keban 1995). Hal ini berarti bahwa, kinerja

suatu organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana

organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang

sudah ditetapkan sebelumnya dengan peranan individu sebagai

aktor penggeraknya.

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

24

Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan

tugas tertentu.Kinerja individu adalah adalah tingkat pencapaian

hasil dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Pencapaian

hasil tersebut dapat diukur dengan melihat kualitas kerja, ketepatan

waktu, efektifitas, kepuasan, ketenangan dalam bekerja, karier yang

meningkat dan kuantitas kerja dari individu tersebut dimana di

dalamnya terlibat individu-individu yang merupakan bagian dari

sebuah organisasi (Simanjuntak, 2005).

Fashami & Moghadam (2013) menegaskan bahwa ada

hubungan yang signifikan dan positif antara kejelasan misi

organisasi dan pengambilan keputusan pemimpin dalam

mendorong peningkatan kinerja kerja karyawan dan performance

organisasi.Han-Loo & See-Beh (2013) mengungkapkan bahwa

decision making dengan komunikasi yang jelas dan perencanaan

yang terpogram berpengaruh terhadap performance sebuah

organisasi atau perusahaan.Dengan demikian, terdapat kesesuaian

antara keberhasilan organisasi atau kinerja organisasi dengan

kinerja individu atau sumber daya manusia (Keban, 1995).

Dalam penelitian ini, performance individu yang dirujuk

adalah pengertian yang dijelaskan oleh Simanjuntak (2005).

Menurutnya indicator performance individumeliputi :kualitas kerja,

ketepatan waktu, efektifitas, kepuasan, ketenangan dalam bekerja,

karier yang meningkat dan kuantitas kerja.

2.2Teori-teori terkait

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

25

Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan

alternatif terbaik dari beberapa pilihan alternatif yang tersedia.Ada

beberapa teori menurut Mulyono (2011) yang paling sering

digunakan dalam mengambil kebijakan yaitu :

2.2.1Teori Rasional Komprehensif

Teori rasional komprehensif ini menuntut hal-hal yang tidak

rasional dalam diri pengambil keputusan. Asumsinya adalah

seorang pengambil keputusan memiliki cukup informasi mengenai

berbagai alternatif sehingga mampu meramalkan secara tepat

akibat-akibat dari pilihan alternatif yang ada, serta

memperhitungkan asas biaya manfaatnya dan mempertimbangkan

banyak masalah yang saling berkaitan. Hal ini ada hubungannya

dengan sikap illusion of control yang hendak dibahas dalam

penelitian ini.

Pengambil keputusan sering kali memiliki konflik

kepentingan antara nilai-nilai sendiri dengan nilai-nilai yang

diyakini oleh masyarakat. Karena teori ini mengasumsikan bahwa

fakta-fakta dan nilai-nilai yang ada dapat dibedakan dengan mudah,

akan tetapi kenyataannya sulit membedakan antara fakta

dilapangan dengan nilai-nilai yang ada.

Ada masalahdalam menerapkan teori rasional komprehensif

ini yaitu Informasi dan data statistik yang ada tidak lengkap

sehingga tidak bisa dipakai untuk dasar pengambilan keputusan.

Kalau dipaksakan maka akan terjadi sebuah keputusan yang kurang

tepat.

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

26

2.2.2 Teori Inkremental

Teori ini dalam mengambil keputusan dengan cara

menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan dan

merupakan model yang sering ditempuh oleh pejabat-pejabat

pemerintah dalam mengambail keputusan.

Teori ini memiliki pokok-pokok pikiran diantaranya

pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang

diperlukan untuk mencapanya merupakan hal yang saling terkait;

Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa

alternatif yang langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan

alternatif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara inkremental

atau marjinal; Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang

dievaluasi mengenai sebab dan akibatnya; Masalah yang dihadapi

oleh pembuat keputusan di redefinisikan secara teratur dan

memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan

menyesuaikan tujuan dan sarana sehingga dampak dari masalah

lebih dapat ditanggulangi.

2.2.3Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scaning Theory)

Beberapa kelemahan tersebut menjadi dasar konsep baru

yaitu seperti yang dikemukakan oleh ahli sosiologi organisasi Aitai

Etzioni yaitu pengamatan terpadu (Mixid Scaning) sebagai suatu

pendektan untuk mengambil keputusan baik yang bersifat

fundamental maupun inkremental. Keputusan-keputusan

inkremental memberikan arahan dasar dan melapangkan jalan bagi

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

27

keputusan-keputusan fundamental sesudah keputusan-keputusan itu

tercapai.

Model pengamatan terpadu menurut Etzioni akan

memungkinkan para pembuat keputusan menggunakan teori

rasional komprehensif dan teori inkremental pada situasi yang

berbeda-beda. Model pengamatan terpadu ini pada hakikatnya

merupakan pendekatan kompromi yang menggabungkan

pemanfaatan model rasional komprehensif dan model inkremental

dalam proses pengambilan keputusan.

Teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

dalam penelitian mereka mau menunjukkan bahwa faktor

kepribadian, gaya memimpin dan emosi sangat mempengaruhi

individu dalam pengabilan keputusan. Namun acapkali keputusan

diambil tidak efisien karena tidak adanya dukungan informasi dan

dukungan organisasi yang memadai dan efektif demi mencapai

performance organisasi yang lebih baik.

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

28

2.3.Studi-Studi Terdahulu

Tabel 2.1. Studi-Studi Terdahulu

NO Judul Penelitian

& Author

Permasalahan Metode Responden

Teknik

analisis

Lokasi

penelitian

Hasil penelitian

1. Gender, Age and

Teaching

Experiences

Differences in

Decision Making

Behaviours of

Members of

selected Kenyan

Secondary School

Disciplinary

Panels

Mengeksplorasi

pengaruh jenis

kelamin, usia

dan pengalaman

mengajar pada

pengambilan

keputusan.

Analisis

kuntitatif

78 Orang

(45

perempuan

& 33 laki-

laki)

Regresi Kenya Perilakupengambilan

keputusanbervariasi

tergantungjenis kelamin,

usiadan pengalaman

individu. Individu dengan

pengalaman dan usia yang

lebih tua cenderung

berhati-hati dalam

mengambil keputusan jika

dibandingkan dengan

individu yang usia lebih

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

29

(Peter J. O. Aloka

& Olaniyi

Bojuwoye, 2013)

muda.

2. Individual

Differences and

Decision Making:

When the Lure

Effect of Gain Is a

Matter of Size

(Barbara

Penolazzi, Luigi

Leone, Paolo

Maria Russo,

2013)

Apakah

meningkatnya

konflik yang

disebabkan

keuntungan

jangka panjang

dan pendek di

IGT dapat

mempengaruhi

kepribadian

individu dalam

Kuesioner 450

Karyawan

Regresi Eropa Individu yang impulsif

dan mencari sensasi

cenderung membuat

pilihan merugikan dalam

IGT sedangkan individu

yang peka terhadap

penghargaan dan hukuman

cenderung membuat

pilihan menguntungkan..

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

30

pengambilan

keputusan.

3. Individual’s

Leadership and

Decision Making

Styles: A Study of

Banking Sector of

Pakistan

(Rana Rashid

Rehman* and

Ajmal Waheed,

Ph.D, 2012)

Mencari apakah

gaya

kepemimpinan

berpengaruh

terhadap

keputusan yang

diambil

Kuesioner 1762

karyawan

Regresi Pakistan Gaya kepemimpinan

transformasional secara

signifikan adalah rasional,

intuitif, dependen dan

spontan namun tidak

avoidant sedangkan

kepemimpinan

transaksional cenderung

intuitif.

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

31

4. Studying the

Relation Between

Organizational

Mission as an

Encouraging

Factor and

Performance

Improvement of

Human

Resources.

(Vajiheh

Aghamohseni

Fashami,

Mohammad

Mahdi

Moghadam, 2013)

Bagaimana

hubungan misi

organisasi

dalam

mendorong

peningkatan

kinerja atau

performance

sumber daya

manusia

Kuesioner 120

karyawan

dipilih

secara

berurutan

(45% laki-

laki & 55%

perempuan).

Regresi Iran Ada hubungan yang

signifikan dan positif

antara kejelasan misi

organisasi dalam

mendorong peningkatan

kinerja kerja karyawan dan

organisasi.

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

32

5. The Effectiveness

of Strategic

Human Resources

Management

Practices on Firm

Performance in

The Malaysian

Insurance

Industry (Leap-

Han Loo & Loo

See Beh, 2013)

Bagaimana

hubungan antara

praktek SHRM

dalam hal

decision making

dan

Performance

Organisasi

Kuesioner 312

karyawan

Regresi Malaysia Decision making dengan

komunikasi yang jelas dan

perencanaan yang

terpogram mempengaruhi

performance organisasi.

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

33

2.3.1 Interpretasi Terhadap Studi-studi Terdahulu

Dari beberapa jurnal yang dijelaskan di atas, dapat

diperoleh informasi bahwa peran personality atau kepribadian

individu sangat penting dalam pengambilan keputusan yang pada

akhirnya berdampak pada performance sebuah organisasi. Hal ini

bisa dilihat dari hasil penelitian dalam jurnal-jurnal tersebut sebagai

berikut : Penolazzi et al (2013) dalam penelitian di Eropa mengenai

Individual Differences and Decision Making, menegaskan bahwa

kepribadian individu sangat berpengaruh dalam pengambilan

keputusan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa

individu yang impulsif cenderung membuat keputusan yang

merugikan sedangkan individu yang peka dan rasional cenderung

membuat keputusan yang menguntungkan. Rehman & Waheed

(2012) dalam penelitian di Pakistan mengenai Individual

Leadership and Decision Making Styles, menjelaskan bahwa

kepimimpinan yang transformasional cenderung rasional dalam

pengambilan keputusan sedangkan kepemimpinan yang

transaksional cenderung intuitif dalam pengambilan keputusan.

Di sisi lain Aloka & Bojuwoye (2013) dalam penelitian di

Kenya mengenai Gender, Age and Teaching Experience

Differences In Decision Making Behavior menegaskan bahwa

perbedaan kepribadian laki-laki dan perempuan dalam mengambil

keputusan. Dalam hal tertentu, laki-laki cenderung lebih berani

mengambil resiko dalam pengambilan sedangkan perempuan

cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan. Fashami

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

34

&Moghadam (2013) dalam penelitian di Iran mengenai Studying

the Relation Between Organizational Mission as an Encouraging

Factor and Performance Improvement of Human Resources

menegaskan bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif

antara kejelasan misi organisasi dan pengambilan keputusan

pemimpin dalam mendorong peningkatan kinerja kerja karyawan.

Han-Loo & See-Beh (2013) dalam penelitian di Malaysia mengenai

The Effectiveness of Strategic Human Resources Management

Practices on Firm Performance in the Malaysian Insurance

Industry mengungkapkan bahwa decision making dengan

komunikasi yang jelas dan perencanaan yang terpogram

berpengaruh terhadap performance sebuah organisasi atau

perusahaan.

Dari beberapa penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa

belum ada penelitian mengenai pengaruh kepribadian terhadap

pengambilan keputusan dengan dukungan teknologi informasi yang

dilakukan di Asia Tenggara khususnya di Timor Leste namun

sudah ada penelitian mengenai pengaruh decision making terhadap

performance individu yang dilakukan di Asia Tenggara yang

nampaknya baru dilakukan di Malaysia saja dan belum menyebar

ke negara-negara Asia Tenggara lainnya termasuk Timor Leste.

Atas dasar inilah pemaparan mengenai pengaruh kepribadian

khususnya self control dan illusion of control terhadap

pengambilan keputusan pimpinan pada Universitas di Timor Leste

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

35

dan dampaknya pada performance organisasi dengan dukungan

teknologi informasi dirasa penting.

2.4. Hubungan Antar Variabel Yang Diteliti

2.4.1 Pengaruh self-control terhadap decision making yang

rasional dari pemimpin

Penolazzi et al (2013) dalam penelitian di Eropa mengenai

Individual Differences and Decision Making, menegaskan bahwa

kepribadian individu sangat berpengaruh dalam pengambilan

keputusan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa

individu yang impulsif cenderung membuat keputusan yang

merugikan sedangkan individu yang peka dan rasional cenderung

membuat keputusan yang menguntungkan.

Self-control dalam pengambilan keputusan yang rasional,

seperti yang dikemukakan Chaplin (2002) adalah kemampuan

membimbing tingkah laku sendiri, berkaitan dengan kemampuan

seseorang untuk menekan dan merintangi impuls-impuls atau

tingkah laku impulsif. Self control berkaitan dengan tindakan

seseorang untuk mengendalikan atau menghambat secara otomatis

kebiasaan, dorongan, emosi, atau keinginan dengan tujuan untuk

mengarahkan perilakunya (Delisi & Berg, 2006). Self-control

menggambarkan kemampuan individu yang dengan aktif

mengendalikan respon mereka terhadap rangsangan eksternal,

pemikiran, perasaan, dan perilaku-perilaku lainnya menurut

tujuannya (Baumeister, 2002). Dengan demikian, self-control dapat

diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku.

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

36

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

mengemukakan bahwa orang dengan self control yang tinggi

mampu mengambil keputusan lebih baik dan tepat dari orang lain,

lebih teliti dan berhati-hati atau dengan kata lain orang dengan self-

control berkorelasi positif dengan sikap kehati-hatian dalam

pengambilan keputusan (Romal & Kaplan, 1995). Berdasarkan

uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Self-control berpengaruh positif terhadap decision-

making yang rasional dari pemimpin

2.4.2 Pengaruh illusion of control terhadap decision making

yang rasional dari pemimpin

Facione & Facione (2007) mengemukakan bahwa dalam

konteks organisasi, pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai

suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang

membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa

alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan

selalu menghasilkan satu pilihan final. Dengan demikian setiap

pengambilan keputusan yang diambil seorang pemimpin adalah

keputusan yang telah melalui proses panjang sebelum akhirnya

mencapai kesepakatan akhir sebagai sebuah keputusan. Keputusan

yang diambil tidak semata-mata berdasarkan perasaan atau insting

pemimpin.

Rehman & Waheed (2012) dalam penelitian di Pakistan

mengenai Individual Leadership and Decision Making Styles,

menjelaskan bahwa kepimimpinan yang transformasional

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

37

cenderung rasional dalam pengambilan keputusan artinya

memperhitungkan segala kemungkinan yang ada dan cenderung

memakai otak sebelum memutuskan sesuatu sedangkan

kepemimpinan yang transaksional cenderung intuitif dalam

pengambilan keputusan artinya cenderung abstrak dan gegabah.

Dittrich, Guth & Maciejovsky (2001) mengatakan bahwa

Seseorang yang mengalami illusion of control akan beranggapan

segala sesuatu dapat dikerjakan dengan baik dengan mengurangi

atau bahkan menghilangkan kemungkinan muncul resiko dari apa

yang mereka kerjakan. Oleh sebab itu, beberapa peneliti seringkali

mengaitkan illusion of control dengan sikap optimis seseorang dan

tingkat kepercayaan diri yang berlebihan atau overconfidence

(Michael & Wohl, 2009). Seseorang yang memiliki keyakinan dan

rasa percaya diri berlebihan akan cenderung menilai segala sesuatu

mudah untuk dilakukan. Penelitian yang dilakukan sebelumnya

(Joseph, 2011) mengenai illusionof control dalam keputusan

keuangan, menemukan bahwa illusion of control merupakan sikap

percaya diri yang berlebihan yang berakibat pada salah perhitungan

dalam pengambilan keputusan keuangan. Berdasarkan uraian di

atas, dapatdirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Illusion of control berpengaruh negatif terhadap

decision making yang rasional dari pemimpin

2.4.3 Pengaruh decision making yang rasional terhadap

performance individu

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

38

Performance biasanya dihitung sebagai indeks, yakni rasio

output (keluaran) dibanding input (masukan) dan dinyatakan dalam

ukuran fisik (physical productivity) maupun ukuran finansial

(financial productivity). Rasio antara output dengan input tersebut

menunjukkan jumlah keluaran yang diperoleh dari sejumlah

masukan. Makin besar nilai tersebut, berarti produktivitas makin

tinggi (Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, 1992).

Dengan demikian, konsepsi mengenai performance tidak

hanya mengacu pada jumlah keluaran, tetapi juga pada berbagai

faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian

performanceitu sendiri, antara lain pengambilan keputusan, kualitas

kerja, kuantitas kerja, ketepatan waktu, efisiensi dan efektivitas

merupakan kesatuan hubungan yang tidak dapat saling dipisahkan.

Fashami & Moghadam (2013) dalam penelitian di Iran

mengenai Studying the Relation Between Organizational Mission

as an Encouraging Factor and Performance Improvement of

Human Resources menegaskan bahwa ada hubungan yang

signifikan dan positif antara kejelasan misi organisasi dan

pengambilan keputusan pemimpin dalam mendorong peningkatan

kinerja kerja karyawan. Han-Loo & See-Beh (2013) dalam

penelitian di Malaysia mengenai The Effectiveness of Strategic

Human Resources Management Practices on Firm Performance in

the Malaysian Insurance Industry mengungkapkan bahwa decision

making dengan kejelasan komunikasi dan perencanaan yang

terpogram berpengaruh terhadap performance individu. Penelitian-

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

39

penelitian ini mau menegaskan bahwa decision making seorang

pemimpin sangat menentukan maju tidaknya sebuah organisasi

dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Tentu saja,

dengan tetap konsisten menujukkan performance individu yang

stabil dan peka terhadap tuntutan zaman dalam mengembangkan

dan memajukan organisasi dimana individu tersebut bekerja.

Salusu (1996) mendefinisikan pengambilan keputusan

sebagai tindakan pemimpin untuk menyelesaikan masalah-masalah

strategik pengembangan organisasi yang dihadapi dalam organisasi

yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara

alternatif-alternatif yang dimungkinkan. Pengambilan keputusan

ditanggung dan diputuskan oleh pemimpin organisasi dan untuk

menghasilkan keputusan yang baik dibutuhkan informasi yang

lengkap mengenai permasalahan, inti masalah, penyelesaian

masalah, dan konsekuensi dari keputusan yang diambil bagi

pengembangan performance individu yang bekerja di perusahaan

atau organisasi yang dipimpin oleh pimpinan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut :

H3 : Decision making yang rasional berpengaruh positif

terhadap performance individu

2.4.4 Peranan dukungan teknologi informasi sebagai

pemoderasi terhadap hubungan self control dan decision

making yang rasional dari pemimpin

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

40

Teknologi Informasi yang digunakan pada suatu organisasi

mempunyai hubungan yang erat terhadap berbagai karakteristik

organisasi seperti kualifikasi karyawan, sikap pengambilan

keputusan pemimpin, struktur organisasi dan pola organisasi.

Pemanfaatan atau implementasi teknologi informasi dalam kegiatan

operasional organisasi akan memberikan dampak yang cukup

signifikan bukan hanya dari efisiensi kerja tetapi juga terhadap

budaya kerja baik secara personal, antar unit, maupun keseluruhan

institusi serta keputusan rasional yang diambil oleh pemimpin

karena dengan pengetahuan dan penguasaan teknologi informasi

yang baik, seorang pemimpin akan secara rasional memikiran

berbagai alternatif pilihan sebelum sampai pada keputusan final

dalam memecahkan sebuah persoalan (Orbit, 2012).

Self-control menggambarkan kemampuan individu yang

dengan aktif mengendalikan respon mereka terhadap rangsangan

eksternal, pemikiran, perasaan, dan perilaku-perilaku lainnya

menurut tujuannya (Baumeister,2002).

Indikasi para pemimpin atau decision maker memiliki

kemampuan pribadi dalam penguasaan teknologi informasi seperti

komputer, internet dan sarana komunikasi lainnya adalah para

pemimpin tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Artinya

sebelum sampai pada sebuah kesimpulan dari sebuah masalah, para

pemimpin terlebih dahulu mencari tahu apa yang menjadi penyebab

masalah, menganalisis dan mencari alternatif pemecahan dengan

bantuan teknologi seperti internet dan sarana komunikasi lainnya.

Page 31: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

41

Selain itu adanya penguasaan pribadi pemimpin terhadap teknologi

informasi membuat keputusan bisa diambil kapan saja dan dimana

saja, dalam artian karena adanya sarana pendukung berupa

teknologi informasi, pemimpin tidak perlu menunggu sampai hari

kerja untuk mengambil keputusan dan bisa jadi keputusan bisa

diambil di rumah, dalam perjalanan dan dimana saja yang

memungkinkan pemimpin untuk melakukannya (Terry, 1999)

Berhadapan dengan teknologi informasi yang serba canggih

dan tak terkendali, diperlukan sikap self-control agar dapat

menyeleksi berbagai teknologi informasi yang ada sehingga dalam

pengambilan keputusan pemimpin dapat memilih alternatif yang

tepat dan rasional untuk kemajuan sebuah organisasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut :

H4.1 :Dukungan teknologi informasi memperkuat pengaruh self

control terhadap decision making yang rasional dari

pemimpin

2.4.5 Peranan dukungan teknologi informasi sebagai

pemoderasi terhadap hubungan illusion of control dan

decision making yang rasional dari pemimpin

Pemanfaatan teknologi informasi dalam suatu organisasi

berkaitan dengan keunggulan kompetitif untuk meningkatkan

kualitas informasi, pengawasan kinerja organisasi atau perusahaan

menggunakan teknologi informasi baik sebagai alat bantu maupun

Page 32: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

42

strategi yang tangguh untuk mengintegrasikan dan mengolah data

dengan cepat dan akurat serta untuk penciptaan produk layanan

baru sebagai daya saing untuk menghadapi kompetisi. Untuk dapat

memanfaatkan teknologi informasi dengan baik maka sikap

individu sangat menentukan dalam hal menanggapi teknologi yang

ada (Orbit, 2012).

Beberapa peneliti memaparkan illusion of control dengan

sikap optimis seseorang dan tingkat kepercayaan diri yang

berlebihan atau overconfidence (Michael & Wohl, 2009).

Seseorang yang memiliki keyakinan dan rasa percaya diri

berlebihan akan cenderung menilai segala sesuatu mudah untuk

dilakukan. Sikap illusion of control acapkali membuat individu

gegabah dalam mengambil keputusan, namun adanya teknologi

informasi sebagai sarana dapat membantu individu dalam

mengambil keputusan yang pada akhirnya dapat menghasilkan

keputusan yang berdaya guna dalam konteks organisasi.

Teknologi informasi yang digunakan dalam organisasi bisa

maksimal, apabila pemimpin mampu baik secara skill maupun

kekuatannya, memberi arahan yang jelas tentang cara kerja

teknologi informasi tersebut dan apa yang harus dilakukan oleh

bawahan dengan teknologi informasi tesebut serta manajer harus

memilih teknologi informasi yang tepat guna untuk memproduksi

produksinya. Akhirnya tujuan organisasi dapat tercapai sesuai

dengan harapan dengan penguasaan teknologi informasi, pemimpin

dengan ketelitian dan rasionalitasnya dapat menentukan visi dan

Page 33: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi dan Nalar Konsep 2.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6097/2/T2_912012046_BAB II.pdf · 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS . 2.1 Definisi

43

strategi organisasi, mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai

tujuan dan ukuran strategis, merencanakan, menetapkan sasaran,

dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis dan meningkatkan

umpan balik dan pembelajaran strategis (Thomson dalam Orbit,

2012).

Berdasarkan argumen di atas maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut :

H4.2 : Dukungan teknologi informasi memperlemah pengaruh

illusion of control terhadap decision making yang

rasional dari pemimpin.

2.5. Model Penelitian

Berdasarkan definisi dan penjelasan teoritis di atas, maka dapat

dikembangkan model penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1

Model Penelitian

H4.1 H4.2

H1

H2

Illusion of

Control

Self

Control

Decision

Making

Perform

individu

Duk Tek

Info

H3