BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf ·...

20
6 BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Definisi Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. 10 Menurut Tarwaka beban kerja adalah sebuah beban dari luar tubuh seseorang akibat aktivitas kerja yang dilakukan. Sedangkan menurut Kroemer mendefinisikan beban kerja sebagai bagian dari kapasitas operator yang diperlukan untuk memenuhi sebuah pekerjaan. Berdasarkan dari beberapa definisi yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa beban kerja menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dari pekerja yang melakukan aktivitas kerja. 7,8,9 2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Beban kerja dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut: 7 a. Faktor internal yaitu merupakan beban kerja yang berasal dari dalam tubuh pekerja itu sendiri yang muncul sebagai bentuk reaksi tubuh pekerja terhadap beban eksternal yang ada. Reaksi yang diberikan dari tubuh ini dinamakan strain. Strain ini dapat diukur untuk dilihat berat atau tidaknya beban yang dialami dengan menggunakan metode pengukuran secara subjektif ataupun objektif. Yang termasuk dalam beban kerja internal antara lain adalah: 1) Faktor somatis terdiri dari jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, dan status gizi. 2) Faktor psikis terdiri dari motivasi, persepsi, kepercayan, keinginan, kepuasan, dan lain-lain. b. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti: http://repository.unimus.ac.id http://repository.unimus.ac.id http://repository.unimus.ac.id

Transcript of BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

6

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Beban Kerja

1. Definisi

Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran

pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan

merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu.10 Menurut

Tarwaka beban kerja adalah sebuah beban dari luar tubuh seseorang akibat

aktivitas kerja yang dilakukan. Sedangkan menurut Kroemer

mendefinisikan beban kerja sebagai bagian dari kapasitas operator yang

diperlukan untuk memenuhi sebuah pekerjaan. Berdasarkan dari beberapa

definisi yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa beban kerja menjadi

sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dari pekerja yang melakukan

aktivitas kerja.7,8,9

2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Beban kerja dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut:7

a. Faktor internal yaitu merupakan beban kerja yang berasal dari dalam

tubuh pekerja itu sendiri yang muncul sebagai bentuk reaksi tubuh

pekerja terhadap beban eksternal yang ada. Reaksi yang diberikan dari

tubuh ini dinamakan strain. Strain ini dapat diukur untuk dilihat berat

atau tidaknya beban yang dialami dengan menggunakan metode

pengukuran secara subjektif ataupun objektif. Yang termasuk dalam

beban kerja internal antara lain adalah:

1) Faktor somatis terdiri dari jenis kelamin, umur, ukuran tubuh,

kondisi kesehatan, dan status gizi.

2) Faktor psikis terdiri dari motivasi, persepsi, kepercayan, keinginan,

kepuasan, dan lain-lain.

b. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja,

seperti:

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 2: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

7

1) Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti tata ruang,

tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja,

sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas

pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, pelatihan atau pendidikan

yang diperoleh, tanggung jawab pekerjaan.

2) Organisasi kerja seperti masa waktu kerja, waktu istirahat, kerja

bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur

organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

3) Lingkungan kerja

a) Lingkungan kerja fisik seperti suhu udara, intensitas cahaya,

kebisingan dan lainnya.

b) Lingkungan kerja kimiawai seperti debu, gas, uap logam, dan

lain-lain.

c) Lingkungan kerja biologis seperti virus, bakteri, parasit, jamur,

dan lainlain.

d) Lingkungan kerja psikologis seperti hubungan antara pekerja

yang satu dengan pekerja yang lain baik itu hubungan secara

vertikal atapun horisontal.

3. Jenis

a. Beban Kerja Mental

Beban kerja mental merupakan beban kerja yang timbul dan

terlihat dari pekerjaan yang dilakukan, terbentuk secara kognitif

(pikiran). Umumnya, beban kerja mental ini merupakan perbedaan

antara tuntutan kerja mental dengan kemampuan mental yang dimiliki

oleh pekerja yang bersangkurtan. Pekerjaan yang bersifat mental sulit

diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh. Secara fisiologis, aktivitas

mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan sehingga

kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah. Padahal

secara moral dan tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat

dibandingkan dengan aktivitas fisik, karena lebih melibatkan kerja otak

(white-collar) daripada kerja otot (blue-collar).9

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 3: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

8

Setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi,

interpretasi dan proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh

organ sensor untuk diambil suatu keputusan atau proses mengingat

informasi yang lampau.10

b. Beban Kerja Fisiologis

Beban kerja fisik merupakan perbedaan antara tuntutan

pekerjaan dengan kemampuan pekerja untuk memenuhi tuntutan

pekerjaan itu secara fisik. Beban kerja untuk jenis ini lebih mudah

diketahui karena dapat diukur secara langsung dari kondisi fisik yang

bersangkutan.11

Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga

kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga

kerja dapat melakukan aktivitas kerjanya sesuai dengan kemampuan

atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Semakin berat beban kerja,

maka akan semakin pendek waktu seseorang untuk bekerja tanpa

kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.11

Kerja fisik dikelompokkan oleh David dan Miller:12

1) Kerja total seluruh tubuh, yang mempergunakan sebagian besar

otot biasanya melibatkan dua pertiga atau tiga perempat otot tubuh.

2) Kerja sebagian otot, yang membutuhkan lebih sedikit energi

expenditure karena otot yang dipergunakan lebih sedikit.

3) Kerja otot statis, yaitu otot yang dipergunakan untuk menghasilkan

gaya, tetapi tanpa kerja mekanik membutuhkan kontraksi sebagian

otot.

4. Pengukuran Beban Kerja Mental

a. Secara Objektif13

Beban kerja mental dapat diukur dengan pendekatan

fisologis (karena terkuantifikasi dengan dengan kriteria obyektif,

maka disebut metode obyektif).

Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan

electroencephalograph (EEG). Alat ini dapat mengukur gelombang

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 4: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

9

otak. Hal ini dilakukan untuk memberikan petunjuk yang baik

untuk mengukur beban kerja mental. Alat ini tidak bisa digunakan

ketika pekerjanya sedang bekerja. Teknik psikososial yang lainnya

dapat menggunakan CGG (critical flicker function).

EEG adalah ukuran aktivitas elektrik kasar otak. Aktivitas

itu diukur melalui elektroda-elektroda besar dari sebuah alat yang

disebut mesin EEG. Dalam studi-studi EEG terhadap subjek

manusia, setiap saluran kegiatan EEG biasanya direkam dari

elektroda-elektroda berbentuk piringan, kira-kira separuh ukuran

koin senilai satu dime, yang dilekatkan di kulit kepala. Sinyal EEG

kulit kepala merefleksikan jumlah peristiwa elektrik di sekujur

kepala. Peristiwa itu termasuk berbagai potensial aksi dan potensial

pos-sinaptik dan sinyal-sinyal elektrik dari kulit, otot, darah, dan

mata. Jadi, kegunaan EEG kulit kepala bukan terletak pada

kemampuannya untuk memberikan pandangan yang jelas dari

aktivitas neural. Kegunaannya sebagai sebuah alat penelitian dan

diagnostik terletak pada fakta bahwa beberapa bentuk gelombang

EEG berhubungan dengan keadaan-keadaan kesadaran tertentu

(misalnya, epilepsi). Sebagai contoh, gelombang alfa adalah

gelombang beramplitudo tinggi reguler, 8 sampai 12 detik, yang

berhubungan dengan keadaan tidak tidur tetapi rileks.

Oleh karena sinyal-sinyal EEG berkurang amplitudonya

ketika menyebar dari sumbernya, maka pembandingan sinyal-

sinyal yang direkam dari berbagai tempat di kulit kepala kadang-

kadang dapat menunjukkan asal gelombang-gelombang itu.

b. Secara subjektif 14

Pengukuran beban kerja mental secara subjektif merupakan

pengukuran beban kerja mental berdasarkan persepsi subjektif

responden atau pekerja Pengukuran ini merupakan salah satu

pendekatan psikologi dengan cara membuat skala psikometri untuk

mengukur beban kerja mental.

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 5: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

10

Pengukuran beban kerja psikologis secara subjektif dapat

dilakukan dengan beberapa metode, antara lain:

1) The National Aeronautical and Space Administration Task

Load Index (NASA TLX)

The National Aeronautical and Space Administration

Task Load Index (NASA TLX) dikembangkan oleh Sandra G.

Dari NASA-Ames Research Center dan Lowell E. Staveland

dari San Jose State University pada tahun 1981. Beban kerja

yang diukur adalah berasal dari jenis pekerjaannya, bukan

beban kerja yang dimiliki oleh masing-masing pekerja. Metode

ini dikembangkan berdasarkan munculnya kebutuhan

pengukuran subjektif yang terdiri dari skala sembilan faktor

(kesulitan tugas, tekanan waktu, jenis aktivitas, usaha fisik,

usaha mental, performansi, frustasi, stres dan kelelahan). Dari

sembilan faktor ini disederhanakan lagi menjadi enam yaitu

mental demand, physical demand, temporal (time) demand,

performance, effort dan frustration.15

Adapun tahapan dalam metode NASA-TLX tardiri dari

dua tahap, yaitu:15

a) Pemberian rating

b) Pembobotan

Pengolahan data dari tahap pemberian peringkat

(rating) ini, untuk memperoleh beban kerja (mean weighted

workload) adalah sebagai berikut:16

a) Menghitung banyaknya perbandingan antara faktor yang

berpasangan, kemudian menjumlahkan dari masing- masing

indikator, sehingga diperoleh banyaknya jumlah dari tiap-

tiap faktor. Dengan demikian, dihasilkan enam nilai dari

enam indikator.

b) Menghitung nilai untuk tiap-tiap faktor dengan cara

mengalikan rating dengan bobot faktor untuk masing-

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 6: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

11

masing indikator.

c) Weighted workload (WWL) diperoleh dengan cara

menjumlahkan keenam nilai faktor.

d) Menghitung rata-rata WWL dengan cara membagi WWL

dengan jumlah bobot total, yaitu 15. Setelah diperoleh

rata- rata WWL maka beban kerja psikologis operator

dapat dikategorikan berdasarkan nilai rata-rata WWL:17

(1) Under Load (Beban Kerja Rendah): skor <40

Artinya waktu yang digunakan untuk

menyelesaikan pekerjaan lebih kecil dari jam kerja

tersedia atau volume pekerjaan lebih rendah dari

kemampuan pekerja.

(2) Optimal Load (Beban Kerja Normal): skor 40-60

Artinya waktu yang digunakan untuk

menyelesaikan pekerjaan sama dari jam kerja tersedia

atau volume pekerjaan sama dengan kemampuan

pekerja.

(3) Over Load (Beban Kerja Berlebihan): skor > 60

Artinya waktu yang digunakan untuk

menyelesaikan pekerjaan lebih besar dari jam kerja

tersedia atau volume pekerjaan melebihi

kemampuan pekerja.

Adapun kelebihan Metode NASA-TLX adalah

sebagai berikut:

a) Lebih sensitif terhadap berbagai kondisi pekerjaan.

b) Setiap faktor penilaian mampu memberikan sumbangan

informasi mengenai struktur tugas

c) Proses penentuan keputusan lebih cepat dan sederhana

d) Lebih praktis diterapkan dalam lingkungan operasional

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 7: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

12

e) Analisis data lebih mudah diselesaikan dibanding

dengan SWAT yang memerlukan program conjoint

analisis

2) Subjective Workload Assessment Technique (SWAT)

3) Borg Scale

4) Harper Cooper Rating (HQR)

5) Workload Profile

B. Stres Kerja

1. Definisi

Stres kerja dapat dipahami sebagai suatu keadaan dimana

seseorang menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum

bisa dijangkau oleh kemampuannya.15

Stres kerja menurut Cooper didefinisikan sebagai tanggapan atau

proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan

psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan pegawai.18

Stres kerja pada intinya merujuk pada kondisi dari pekerjaan yang

mengancam individu. Stres kerja timbul sebagai bentuk

ketidakharmonisan individu dengan lingkungan kerja. Dari beberapa teori

di atas maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja merupakan bentuk

respon psikologis dari tubuh terhadap tekanan-tekanan, tuntutan-tuntutan

pekerjaan yang melebihi kemampuan yang dimiliki, baik berupa tuntutaan

fisik atau lingkungan dan situasi sosial yang mengganggu pelaksanaan

tugas, yang muncul dari interaksi antara individu dengan pekerjaanya dan

dapat merubah fungsi fisik serta psikis yang normal, sehingga dinilai

membahayakan, dan tidak menyenangkan.

2. Faktor Penyebab

Cooper dan Davison membagi penyebab stres pada pekerjaan

menjadi dua, yaitu:19

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 8: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

13

a. Individual Stressor

Individual stressor adalah penyebab stres yang berasal dari

dalam diri individu, misalnya:

1) Usia

Kategori Umur Menurut Depkes RI, meliputi:20

a) Masa balita = 0 – 5 tahun

b) Masa kanak-kanak = 5 – 11 tahun

c) Masa remaja Awal = 12 – 1 6 tahun

d) Masa remaja Akhir = 17 – 25 tahun

e) Masa dewasa Awal = 26- 35 tahun

f) Masa dewasa Akhir = 36- 45 tahun

g) Masa Lansia Awal = 46- 55 tahun

h) Masa Lansia Akhir = 56 – 65 tahun

Masa Manula = 65 – sampai atas

Dalam penelitian yang berjudul The Effects of Age on

Stress Levels and Its Affect on Overall Performance

mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara

usia individu dengan stress.

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin berpengaruh terhadap stres yang ditimbulkan

akibat pekerjaan. Penelitian di Amerika Serikat mengungkapkan

bahwa wanita memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibanding

pria.

3) Status gizi

Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri kesehatan

yang baik, sehingga tenaga kerja yang produktif terwujud. Status

gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga

kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja

dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya. Pada

keadaan gizi buruk, dengan beban kerja berat akan mengganggu

kerja dan menurunkan efisiensi dan ketahanan tubuh sehingga

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 9: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

14

mudah terjangkit penyakit sehingga mempercepat timbulnya stres.

Status gizi seseorang dapat diketahui melalui nilai IMT (Indeks

Massa Tubuh).

4) Masa Kerja

Pada keseluruhan keluhan yang dirasakan tenaga kerja

dengan masa kerja 6 bulan sampai 1 tahun paling banyak

mengalami keluhan. Kemudian keluhan tersebut berkurang pada

tenaga kerja setelah bekerja selama 1-5 tahun. Namun, keluhan

akan meningkat pada tenaga kerja setelah bekerja pada masa kerja

lebih dari 5 tahun.

5) Kondisi Kesehatan

Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi stres,

antara lain: penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan darah

tinggi dan tekanan darah rendah.

6) Peran Ganda

Pada pekerja wanita akan timbul peran ganda dalam

melakukan pekerjaannya sehingga akan menimbulkan dilema pada

tenaga kerja. Yaitu sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga.

7) Tipe kepribadian

Seseorang dengan kcpribadian tipe A cenderung mengalami

sires dibanding kepribadian tipe B. Bcbcrapa ciri kepribadian tipe

A ini adalah sering merasa diburu-buru dalam menjalankan

pekerjaannya, tidak sabaran, konsentrasi pada lebih dan satu

pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap

hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang

lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif.

Dengan begitu, bagi pihak perusahaan akan selalu mengalami

dilema kctika mengambil pegawai dengan kepribadian tipe A.

Sebab, di satu sisi akan memperoleh hasil yang bagus dan

pekerjaan mereka, namun di sisi lain perusahaan akan

mendapatkan pegawai yang mendapat resiko serangan atau sakit

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 10: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

15

jantung.

8) Peristiwa atau pengalaman pribadi

Stres kerja sering disebabkan pengalaman pribadi yang

menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit

atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis

atau menghadapi masalah (pelanggaran) hukum. Banyak kasus

menunjukkan bahwa tingkat stres paling tinggi terjadi pada

seseorang yang ditinggal mati pasangannya, sementara yang paling

rendah disebabkan oleh perpindahan tempat tinggal. Disamping

itu, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari, kesepian,

perasaan tidak aman, juga termasuk kategori ini.

b. Group Stressor

Group Stressor adalah penyebab stres yang berasal dari situasi

maupun dari keadaan di dalam pekerjaan, misalnya kurangnya

kerjasama antara karyawan, konflik antara individu dalam suatu

kelompok, maupun kurangnya dukungan sosial dari sesama karyawan

di dalam perusahaan.19

Berikut ini beberapa sumber stres kerja menurut Cary Cooper:

1) Kondisi Kerja

Kondisi kerja ini meliputi kondisi kerja quantitative work

overload, qualitative work overload, assembli line- hysteria ,

pengambilan keputusan, kondisi fisik yang berbahaya, pembagian

waktu kerja, dan kemajuan teknologi (technostres).

Pengertian dari masing-masing kondisi kerja tersebut

adalah sebagai berikut :

a) Work overload

Work overload (beban kerja yang berlebihan)

biasanya terbagi dua, yaitu quantitative dan qualitative

overload. Quantitative overload adalah ketika kerja fisik

pegawai melebihi kemampuan nya. Hal ini disebabkan

karena pegawai harus menyelesaikan pekerjaan yang sangat

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 11: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

16

banyak dalam waktu yang singkat. Qualitative overload

terjadi ketika pekrejaan yang harus dilakukan oleh pegawai

terlalu sulit dan kompleks.

b) Assembli line- hysteria

Beban kerja yang kurang dapat terjadi karena

pekerjaan yang harus dilakukan tidak menantang atau

pegawai tidak lagi tertarik dan perhatian terhadap

pekerjaannya.

c) Pengambilan keputusan dan tanggung jawab

Pengambilan keputusan yang akan berdampak pada

perusahaan dan pegawai sering membuat seorang manajer

menjadi tertekan. Terlebih lagi apabila pengambilan

putusan itu juga menuntut tanggungjawabnya,

kemungkinan peningkatan stres juga dapat terjadi.

d) Kondisi fisik yang berbahaya

Pekerjaan seperti SAR, Polisi, penjinak bom sering

berhadapan dengan stres. Mereka harus siap menghadapi

bahaya fisik sewaktu- waktu.

e) Pembagian waktu kerja

Pembagian waktu kerja kadang mengganggu ritme

hidup pegawai, misalnya pegawai yang memperoleh jatah

jam kerja berganti-ganti. Hal seperti ini tidak selalu berlaku

sama bagi setiap orang yang ada yang mudah menyesuaikan

diri, tetapi ada yang sulit sehingga menimbulkan persoalan.

f) Stres karena kemajuan teknologi (technostres)

Technostres adalah kondisi yang terjadi akibat

ketidakmampuan individu atau organisasi menghadapi

teknologi baru.

2) Ambiguitas Dalam Berperan

Pegawai kadang tidak tahu apa yang sebenarnya diharapkan

oleh perusahaan, sehingga ia bekerja tanpa arah yang jelas. Kondisi ini

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 12: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

17

akan menjadi ancaman bagi pegawai yang berada pada masa karier

tengah baya, karena harus berhadapan dengan ketidakpastian.

Akibatnya dapat menurunkan kinerja, meningkatkan ketegangan dan

keinginan keluar dari pekerjaan.

3) Faktor Interpersonal

Hubungan interpersonal dalam pekerjaan merupakan faktor

penting untuk mencapai kepuasan kerja. Adanya dukungan sosial

dari teman sekerja, pihak manajemen maupun keluarga diyakini dapat

menghambat timbulnya stres. Dengan demikian perlu kepedulian dari

pihak manjemen pada pegawai agar selalu tercipta hubungan yang

harmonis.

4) Perkembangan Karier

Pegawai biasnya mempunyai berbagai harapan dalam

kehidupan karier kerjanya, yang ditujukan pada pencapaian prestasi

dan pemenuhan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Apabila

perusahaan tidak memenuhi kebutuhan tersebut, misalnya: sistem

promosi yang tidak jelas, pegawai akan merasa kehilangan harapan

yang dapat menimbulkan gejala perilaku stres.

5) Struktur Organisasi

Struktur organisai berpotensi menimbulkan stres apabila

diberlakukan secara kaku, pihak manajemen kurang memperdulikan

inisiatif pegawai, tidak melibatkan pegawai dalam proses pengambilan

keputusan dan tidak adanya dukungan bagi kreatifitas pegawai.

6) Hubungan antara Pekerjaan dan Rumah

Rumah adalah sebuah tempat yang nyaman yang

memungkinkan membangun dan mengumpulkan semangat dari dalam

diri individu untuk memenuhi kebutuhan luar. Ketika tekanan

menyerang ketenangan seseorang, ini dapat memperkuat efek stres

kerja. Ditambah lagi kekurangan dukungan dari pasangan, konflik

dalam rumah tangga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi stres

dan karir.

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 13: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

18

Gambar 2.1 Model Stres dalam Pekerjaan19

3. Pengukuran

a. Pengukuran Objektif

1) Cocoro Meter

Cocoro Meter diciptakan ilmuwan Jepang, alat ini berfungsi

untuk mengetahui tingkat stres individu dengan menganalisa

kandungan enzim amilase dalam air liur. Didapatkan bukti jika

enzim ini dapat menjadi barometer stres. Semakin besar stres yang

dirasakan, semakin tinggi pula kadar amilase pada air liur

seseorang. Pemeriksaan tingkat stres dilakukan dengan meletakkan

ujung keping sensor ke dalam mulut. Sampel air liur yang

terkumpul di keping itu kemudian dimasukkan ke dalam mesin

untuk dianalisa. Beberapa saat kemudian, hasil pemeriksaan akan

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 14: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

19

terpampang di layar monitor. Berdasarkan standar Cocorometer

tingkat stres terendah adalah 10. Sedangkan tertinggi adalah 150.21

2) Heart Rate Variability

Heart Rate Variability (HRV) adalah variasi waktu yang

berlalu diantara dua gelombang R (gelombang dengan amplitude

terbesar) yang berurutan. Dapat diukur dengan uBioclip v70,

merupakan alat yang menggunakan standar variasi laju kerja

jantung atau HRV yang telah digunakan oleh hampir semua alat

kesehatan di seluruh dunia yang berhubungan dengan analisa kerja

jantung. Standar ini digunakan berdasarkan panduan yang

dikeluarkan oleh The European Society of Pacing and

Electrophysiology.22

Kondisi sistem saraf otonom dapat diketahui melalui

analisis Heart Rate Variability berbasis waktu (time domain

analysis) dan frekuensi (frequency domain analysis), melalui

analisa dari alat uBioClip v70 ini dapat diukur kondisi stres

seseorang. Analisis berbasis waktu (time domain analysis) dan

analisis berbasis frekuensi (frequency domain analysis). Time

domain analisis merupakan analisis HRV yang berbasiskan waktu.

Frequency domain analysis merupakan analisis HRV yang

berbasiskan frekuensi. Umumnya, frequency domain analysis

dibagi ke dalam beberapa rentang frekuensi, yaitu High Frequency

(HF), Low Frequency (LF) dan Very Low Frequency (VLF). HF

dievaluasi pada rentang 0,15 sampai 0,4 Hz dan merefleksikan sifat

dan perubahan parasimpatetis yang mengarah pada fungsi

pernapasan. LF dievaluasi pada rentang 0,04 sampai 0,15 Hz dan

merefleksikan sifat simpatetik dan sebagian sifat parasimpatetik.

VLF dievaluasi pada rentang 0 sampai 0,04 Hz dan merefleksikan

sebagian sifat simpatetik.22

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 15: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

20

b. Pengukuran Subjektif

1) Menggunakan Kriteria HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale)

Tingkat stres dapat dikelompokkan dengan menggunakan

kriteria HARS. Unsur yang dinilai antara lain: perasaan ansietas,

ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan,

perasaan depresi, gejala somatik, gejala respirasi, gejala

kardiovaskuler, gejala respirasi, gejala gastrointestinal, gejala

urinaria, gejala otonom, gejala tingkah laku. Unsur yang dinilai

dapat mengunakan scoring.

2) Kuisioner Stresor Individu

Kuisioner ini didesain dengan maksud untuk

mengidentifikasi dan mengetahui secara lebih awal kemungkinan

penyebab stres (stresor) dilingkungan kerja. Kuisioner ini dapat

sebagai petunjuk atau dapat memberikan indikasi, bahwa ditempat

kerja telah terjadi stres atau tidak. Kuisioner stresor merupakan

kuisioner yang bersifat individu, artinya harus diisi oleh setiap

orang yang menjadi target. Dengan demikian, kuisioner hanya

merupakan metode identifikasi untuk mengetahui munculnya

gejala stres ditempat kerja dan bukan menilai tingkat keparahan

dari resiko stres akibat kerja.23

3) Penilaian Indikator Stres Kerja dengan Menggunakan Skoring

Dalam penelitian pengukuran stres kerja menggunakan

Kuesioner Penilaian Stres Akibat Kerja dari Health and Safety

Executive (HSE) dengan metode skoring. Pengisian kuesioner

dilakukan dengan skala likert (tidak pernah, jarang, agak sering,

sering, dan selalu) dari 35 daftar pertanyaan. Langkah selanjutnya

adalah menghitung jumlah skor pada masing-masing kolom dari

ke-35 pertanyaan yang diajukan dan menjumlahkannya menjadi

total skor individu. Berdasarkan desain penilaian stres dengan

menggunakan 5 skala likert ini, akan diperoleh skor individu

terendah adalah sebesar 35 (tingkat resiko stres sangat tinggi) dan

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 16: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

21

skor individu tertinggi adalah 175 (tingkat stres rendah atau tidak

ada indikasi stres.

C. Perawat

Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan suatu pendidikan

dasar keperawatan dan diberi wewenang oleh pemerintah serta memenuhi

syarat untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu dan penuh

tanggung jawab.24

1. Peran dan Fungsi Perawat

a. Peran Perawat

Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989

terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien,

pendidik, kordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti.

b. Fungsi Perawat

Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai

dengan perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan

yang ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan

berbagai fungsi diantaranya:

1) Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang

lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan

secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan

dalam rangka pemenuhan dasar manusia seperti pemenuhan

kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi,

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan

nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan

kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan cinta

mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.

2) Fungsi dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan

kegiatannya atas pesan instruksi dari perawat lain. Sehingga

sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 17: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

22

biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum

atau dari perawat primer keperawat pelaksana.

3) Fungsi Interpenden

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat

saling ketergantungan diantara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini

dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama

tim dalam memberikan pelayanan seperti dalam memberikan

asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit

kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja

melainkan juga dari dokter ataupun dari lainnya, seperti dokter

dalam memberikan tindakan pengobatan bekerja sama dengan

perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.

2. Tugas Perawat

Tugas perawat merupakan perincian dari fungsi yang harus

dilakukan sehubungan dengan hak, wewenang dan tanggung jawab

seorang perawat.

Tugas seorang perawat sebagai berikut:

a. Memperhatikan kebutuhan pasien

b. Merawat manusia dengan tanggung jawab, mengerti diri dan motivasi

c. Memberikan pelayanan asuhan kepada orang yang menderita sakit

D. Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja

Beban kerja perawat adalah perawat dituntut harus tetap ada di sisi

pasien untuk melakukan berbagai hal yang berkaitan dengan perawatan

pasien, seperti pelayanan yang diberikan dalam keadaan sakit ringan ataupun

berat yang memerlukan pemantauan serta tindakan yang terus menerus.

Perawat di ruangan juga melaksanakan asuhan keperawatan selama 24 jam

dan bekerja secara bergiliran atau shift jaga. Dalam shift jaga, perbandingan

jumlah perawat dalam satu shift jaga sering tidak seimbang dengan jumlah

pasien. Akibatnya perawat sering bekerja melebihi kapasitasnya.25

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 18: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

23

Selain itu perawat merupakan tenaga paling lama kontak atau

berhubungan dengan pasien dan keluarga. Hal ini akan akan menyebabkan

stresor yang kuat pada perawat didalam lingkungan pekerjaan. Hampir setiap

stresor dapat mengakibatkan timbulnya stres kerja, tergantung bagaimana

reaksi pekerja itu sendiri menghadapinya dan besarnya stres. Stres terhadap

perawat akan mempengaruhi munculnya terhadap masalah kesehatan,

psikologi dan interaksi interpersonal.26

Respon stres ini dikontrol utamanya oleh hipothalamus. Jika stres

berlangsung lama maka mungkin mekanisme homeostasis tubuh tidak bisa

mengatasi stres sehingga bisa trjadi perubahan dalam tubuh individu. Impuls

saraf dari hipothalamus akan memicu rangsang saraf otonom, saraf

parasimpatis akan ditekan dan saraf simpatis akan diaktifkan lalu secara

langsung menimbulkam efek pada organ target atau secara tidak langsung

akan merangsang medulla adrenal mengeluarkan Epinephrine (>90%) dan

Norepinephrine (>10%) yang berpengaruh pada organ target yaitu jantung.

Efek-efek yang timbul dari aktivitas simpatis adalah vasokonstriksi

pembuluh darah, peningkatan tekanan darah, perubahan denyut nadi dan

perubahan heart rate variability. 27

Sedangkan selama stress saraf simpatis lebih mendominasi. Walter

Cannon mengistilahkan aktivitas divisi simpatis sebagai respons fight or

flight, di mana persepsi atau reaksi yang menyebabkan sistem saraf simpatis

merangsang kelenjar adrenal pada sistem endokrin untuk mengeluarkan atau

mensekresi epinephrine yang memberikan reaksi tubuh. Cannon menjelaskan

bahwa reaksi tubuh yang dihasilkan dapat berdampak positif dan negative.

Respons fight or flight merupakan reaksi yang normal karena mendorong

individu untuk merespons dengan cepat ketika ada rangsangan. Tetapi bila

terjadi reaksi yang berlebihan, akan berdampak negatif bagi tubuh dalam

jangka waktu yang lama. 27

Sementara itu, beberapa tahun belakangan ini, banyak peneliti yang

menggunakan HRV untuk mengukur tingkat stres seseorang. HRV dihitung

berdasarkan variasi waktu yang berselang diantara dua gelombang R atau R

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 19: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

24

interval. Variasi waktu di antara dua gelombang R menggambarkan status

dari saraf otonom yaitu saraf simpatis dan parasimpatis. Semakin tinggi

tingkat stres seseorang maka HRV akan semakin kompleks.27

E. Kerangka Teori

Perawat

Individual Stressor:1. Jenis kelamin2. Status gizi3. Masa kerja4. Kondisi kesehatan5. Peran ganda6. Peristiea atau pengalaman

pribadi

Group Stressor:1. Kondisi kerja (Work

overload)2. Ambiguitas dalam pekerjaan3. Faktor interpersonal4. Perkembangan karier5. Struktur organisasi6. Hubungan pekerjaan dan

rumah

Tipe Kepribadian

Saraf Otonom

Heart Rate Variability

Stres Kerja

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id

Page 20: BAB II TINJUAN PUSTAKA - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1012/2/Bab 2.pdf · pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan ... atau tidaknya

25

F. Kerangka Konsep

G. Hipotesis

Ada hubungan antara beban kerja mental dengan stres kerja pada

perawat RS PKU Muhammadiyah Gubug.

Beban Kerja Mental Stres Kerja

http://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.idhttp://repository.unimus.ac.id