BAB IIb

download BAB IIb

of 23

description

tinjauan pustaka

Transcript of BAB IIb

27

BAB IIGangguan Perilaku dan Emosional Dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan Remaja2.1 Definisi

Gangguan perilaku (behavioral disorder) dikenal dengan istilah-istilah lain seperti behavioral problems, behavioral disturbances, psychological deficits, emotional disorder, abnormal behavior, mental illness, psychopathology, maladaptive behavior, developmental disorders, dan lain-lain. The American Psychiatric Association (1994, 2000, dalam Wicks-Nelson & Israel, 2006) mendefinisikan gangguan perilaku sebagai pola perilaku yang secara klinis signifikan terjadi pada individu, yang dikaitkan dengan adanya distres atau kegagalan atau adanya peningkatan resiko kematian, kesakitan, ketidakmampuan

atau hilangnya kebebasan. Biasanya kondisi ini berpengaruh pada kemampuan individu untuk beradaptasi dengan berbagai aspek dalam kehidupannya.

Menurut Kearney (2006), gangguan perilaku mengacu pada bentuk dan fungsi perilaku pada anak yang melibatkan variabel-variabel lain secara menyeluruh, yaitu variabel keluarga (konflik dalam keluarga, kekerasan atau pengabaian, sikap negatif orangtua), pemfungsian anak sehari-hari, maupun standar perilaku normal.Sedangkan menurut CCBD (Council for Children with Behavior Disorders), gangguan emosi dan tingkah laku adalah ketidakmampuan yang ditandai dengan merespon perilaku dan emosional dalam program-program pembelajaran sangat tidak sesuai usia, budaya atau norma-norma etnis yang berdampak buruk secara nyata pada pendidikannya, pendidikan disini meliputi kemampuan akademis social, keterampilan dan kepribadian.2.2 Faktor Penyebab Beberapa aspek dipandang berperan dan mempengaruhi munculnya gangguan perilaku (Wicks-Nelson & Israel, 2006), yaitu:

1) Otak dan sistem syaraf

Otak dan sistem syaraf berpengaruh besar terhadap proses perkembangan anak sejak anak masih ada dalam kandungan. Gangguan pada aspek ini akan mempengaruhi proses perkembangan normal pada tahap kehidupan selanjutnya.

2) Faktor genetik Faktor genetik berperan terhadap perkembangan perilaku dalam berbagai cara.

Gangguan dalam struktur genetik dapat memunculkan berbagai jenis gangguan perkembangan, antara lain: retardasi mental.

3) Faktor belajar dan kognisi

Belajar dan kognisi memainkan peran penting dalam terjadinya psikopatologi. Pengkondisian yang tidak tepat dan proses berpikir yang terdistorsi dapat memunculkan gangguan perilaku.

4) Konteks sosial budaya

Perkembangan, baik adaptif maupun maladaptif dipengaruhi oleh konteks sosial budaya. Konteks sosial budaya meliputi konteks keluarga, pengaruh teman sebaya, komunitas, budaya dan sosial. Keluarga berperan optimal dalam perkembangan bila menerapkan pola pengasuhan yang demokratis, memenuhi kebutuhan psikologis anak dengan memberikan perlakuan yang tepat, dan hubungan yang harmonis antar anggota keluarga.

Sebagaimana pendapat tersebut, Hurlock (1997) mengemukakan bahwa lingkungan sosial keluarga memainkan peran yang penting dalam menimbulkan perkembangan anak yang adaptif maupun maladaptif. Apabila anak mendapat tekanan dari luar dirinya akan membuatnya menjadi bingung dan dia akan memberikan reaksi sesuai dengan perkembangan nalar dan fisiknya. Hukuman fisik dari orangtua yang tidak sesuai dengan perkembangan psikologis anak hanya akan memancing munculnya emosi-emosi negatif pada diri anak.2.3 Jenis-Jenis Gangguan Perilaku dan Emosional Manifestasi gangguan perilaku dalam PPDGJ-III diperinci sebagai berikut:

F90 - F98 Gangguan Perilaku dan Emosional Dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan Remaja

F90 Gangguan Hiperkinetik

F90.0 Gangguan aktivitas dan perhatian

F90.1 Gangguan tingkah laku hiperkinetik

F90.8 Gangguan hiperkinetik lainnya

F90.9 Gangguan hiperkinetik YTT

F91 Gangguan Tingkah Laku

F91.0 Gangguan tingkah laku yang terbatas pada lingkungan keluarga

F91.1 Gangguan tingkah laku tak berkelompok

F91.2 Gangguan tingkah laku berkelompok

F91.3 Gangguan sikap menentang (membangkang)

F91.8 Gangguan tingkah laku lainnya

F91.9 Gangguan tingkah laku YTT F92 Gangguan Campuran Tingkah Laku dan Emosi F92.0 Gangguan tingkah laku depresif

F92.8 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi lainnya

F92.9 Gangguan tingkah laku dan emosi YTT F93 Gangguan Emosional Dengan Onset Khas Pada Masa Kanak F93.0 Gangguan anxietas perpisahan masa kanak

F93.1 Gangguan anxietas fobik masa kanak

F93.2 Gangguan anxietas sosial masa kanak

F93.3 Gangguan persaingan antar saudara

F93.8 Gangguan emosional masa kanak lainnya

F93.9 Gangguan emosional masa kanak YTT F94 Gangguan Fungsi Sosial Dengan Onset Khas Pada Masa Kanak F94.0 Mutisme elektif

F94.1 Gangguan kelekatan reaktif masa kanak

F94.2 Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak

F94.8 Gangguan fungsi sosial masa kanak lainnya

F94.9 Gangguan fungsi sosial masa kanak YTT F95 Gangguan Tic F95.0 Gangguan tic sementara

F95.1 Gangguan tic motorik dan vocal kronik

F95.2 Gangguan kombinasi tic vocal dan motorik multiple (sindrom de la Tourette)

F95.8 Gangguan tic lainnya

F95.9 Gangguan tic YTT F98 Gangguan Perilaku dan Emosional Lainnya Dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan Remaja F98.0 Enuresis non-organik

F98.1 Enkopresis non-organik

F98.2 Gangguan makan masa bayi dan kanak

F98.3 Pika masa bayi dan kanak

F98.4 Gangguan gerakan stereotipik

F98.5 Gagap (Stuttering/Stammering)

F98.6 Berbicara cepat dan tersendat (Cluttering)

F98.8 Gangguan perilaku dan emosional lainnya YDT dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja

F98.9 Gangguan perilaku dan emosional lainnya YTT dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja2.3.1 F90 Gangguan hiperkinetik

Reaksi hiperkinetik ditandai oleh aktivitasnya yang berlebihan, kegelisahan, perhatian yang mudah dialihkan dan daya konsentrasi yang kurang. Seorang anak yang normal mungkin saja menunjukkan aktivitas yang tinggi, tetapi anak hiperkinetik hampir tidak henti-hentinya bergerak ke sana dan ke sini, melakukan ini dan itu atau hal-hal yang mengkhawatirkan orangtuanya karena berbahaya. Anak ini dapat bereaksi terhadap rangsangan dengan emosi yang berlebihan, ia sering labil, impulsive dan mudah mengalami kecelakaan.

Kelompok gangguan ini mempunyai ciri : onset dini; suatu kombinasi perilaku terlalu aktif, perilaku kurang bermodulasi dengan ditandai sangat kurangnya perhatian serta ketekunannya dalam melakukan tugas; dan ciri perilaku ini mewarnai pelbagai situasi dan berlanjut secara lama.

Untuk etiologinya belum diketahui secara jelas, diduga merupakan suatu keadaan primer fisiologik, tetapi dapat menimbulkan gangguan emosi pada anak itu, yang disebabkan oleh perlakuan orang tua terhadapnya (tdak sabar, tekanan, hukuman, celaan dan sebagainya) karena mereka tidak mengerti perilaku anak tersebut.

Gangguan hiperkinetik selalu timbul pada masa perkembangan dini (biasanya pada umur 5 tahun pertama). Ciri utamanya adalah kurang tekun dalam suatu kegiatan yang menuntut keterlibatan kognitif, dan kecenderungan untuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain tanpa menyelesaikan tugas satu pun, ditambah pula dengan aktifitas yang mengacau, tidak beraturan, dan berlebihan. Masalah ini biasanya menetap pada masa sekolah bahkan sampai umur dewasa, tetapi banyak penderita secara lambat laun menunjukkan perbaikan dalam kegiatan dan perhatiannya.

Anak yang hiperkinetik sering kali bersikap nekad dan impulsif, mudah mengalami kecelakaan, dan sering terlibat tindakan indisipliner karena secara tidak sengaja (dan bukan karena mereka bersikap menentang) mereka melanggar peraturan tata tertib. Dalam hubungannya dengan orang dewasa mereka seringkali bersikap di luar batas kesopanan, disertai kurangnya sikap berhati hati dan rasa sungkan yang wajar, mereka kurang disenangi oleh anak lainnya, sehingga mereka akan terkucil. Biasanya terdapat hendaya kognitif, dan sering terjadi kelambanan dalam perkembangan motorik dan dalam kepandaian bercakap / berbahasa.

Komplikasi sekunder meliputi perilaku antisosial dan sangat kurangnya harga diri. Karena itu banyak terdapat tumpang tindih antara pola hiperkinetik dengan pola perilaku yang mengacau, seperti gangguan perilaku tak berkelompok. Namun bukti yang terdapat kini menganjurkanpemisahan kelompok yang masalah utamanya adalah hiperkinetik.

Gangguan hiperkinetik beberapa kali lebih sering terdapat pada anak laki-laki dari pada anak perempuan. Pada umumnya gangguan hiperkinetik ini disertai kesulitan membaca dan atau masalah lainnya yang berhubungan dengan pelajaran.

Pedoman Diagnostik Ciri utama hiperkinetik adalah berkurangnya perhatian dengan aktifitas berlebihan : kedua ciri ini menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata ada pada lebih dari satu situasi (misalnya di rumah, di kelas, di klinik).

Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya tugas dan ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum selesai. Anak ini seringkali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya.

Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan khususnya dalam situasi yang menuntut keadaan relative tenang. Hal ini tergantung dari situasinya. Tolak ukur untuk penilainannya ialah bahwa suatu aktivitas disebut berlebihan dalam konteks yang diharapkan pada situasi dan dibandingkan dengan anak lain yang sama umurnya dan nilai IQ-nya.

Masalah perilaku yang khas haruslah tampil dengan onset dini ( sebelum usia 6 tahun) dan berlangsung lama. Namun, sebelum usia masuk sekolah, hiperaktivitas sulit diketahui karena luasnya variasi normal, hanya gejala pada tingkat ekstrem yang dapat mengarah kepada diagnosis itu pada usia anak prasekolah.

Diagnosa dibuat terutama atas dasar riwayat anak. Kadang-kadang ditemukan gangguan nerologik yang sepintas lalu, perubahan pada elektroensefalogram atau nilai ambang konvulsi yang rendah.

Diagnosis Banding

Sering terjadi gangguan yang berbaur dan bila terdapat gangguan perkembangan pervasif haruslah diprioritaskan. Masalah dalam menegakkan diagnosis terjadi pada pembedaan dari gangguan tingkah laku, yaitu : bilamana terpenuhi kriterianya, diagnosis gangguan hiperkinetik dengan prioritas terhadap gangguan tingkah laku. Bagaimanapun, hiperaktifitas dan kekurangan perhatian yang lebih lazim terdapat pada gangguan tingkah laku terdapat dua duanya serta hiperaktifitas itu bersifat pervasif dan hebat, maka haruslah didiagnosis sebagai gangguan tingkah laku hiperkinetik.

Pengobatan

Pengobatannya adalah dengan amfetamin (sebenarnya suatu stimulant, tetapi mempunyai efek paradoksal terhadap anak hiperkinetik dan bekerja sebagai obat penenang), neuroleptika atau antidepresan trisiklik (aminiptrilin, imipramin).

Gangguan fisiologik ini pada umumnya menghilang pada umur 12 18 tahun, medikasi lalu dihentikan. Bila terdapat gangguan emosional akibat hiperkinesa, maka hal ini harus ditangani secara terpisah. Ciri ciri gangguan ini perlu diberitahu kepada orangtua dan kepada anak itu sendiri. Diterangkan keadaan ini dapat sembuh dan dapat dibantu dengan obat obat. Mereka diberi kesempatan untuk mencurahkan isi hati (katarsis). Suatu lingkungan yang teratur dan tenang dapat membantu.

2.3.1.1 F90.0 Gangguan aktivitas dan perhatian

1. Gangguan umum mengenai hiperkinetik (F.90), telah terpenuhi tetapi kriteria untuk gangguan tingkah laku (F.91) tidak terpenuhi.

2. Termasuk gangguan defisit perhatian dengan hiperaktifitas.Pengobatan Upaya Pengobatan harus dilakukan untuk memberikan intervensi psikologis dan sosial sebelum beralih ke pengobatan farmakologis. Prinsip tersebut adalah: 1. CBT, khususnya kebiasaan, seringnya lebih efektif2. Latihan keterampilan social

3. Latihan manajemen orang tua4. Terapi individu/keluarga/kelompok5. Edukasi/intervensi perbaikan.6. Stimulant (misalnya Methylpehidate; dextroamphetamine; pemoline)

2.3.1.2 F90.1 Gangguan tingkah laku hiperkinetik

Memenuhi kriteria menyeluruh mengenai gangguan hiperkinetik (F.90) dan menyeluruh gangguan tingkah laku (F.91)

2.3.2 F91 Gangguan tingkah laku

Gangguan ini berciri khas adanya suatu pola tingkah laku dissosial, agresif atau menentang, yang berulang dan menetap. Perilaku ini, dlam bnetuk ekstremnya berupa pelanggaran berat dari norma sosial yang terdapat pada anak seusia itu, dan karena itu pelanggarannya bersifat menetap dan lebih parah daripada kenakalan anak atau sikap memberontak remaja lazimnya. Tingkah laku dissosial atau kriminal yang tunggal bukanlah dasar untuk diagnosis.

Pedoman Diagnostik Pemastian adanya gangguan tingkah laku perlu diperhitungkan pula tingkat perkembangan si anak. Sebagai contoh mengadat (temper tantrum), merupakan gejala normal pada anak berusia tiga thun, dan adanya gejala ini bukan merupakan dasar bagi diagnosis ini. Begitu pula, pelanggaran terhadap hak orang lain (seperti pada tindak pidana dengan kekerasan) tidak termasuk kemampuan anak berusia 7 tahun dan dengan demikian bukan merupakan kriteria diagnostik bagi anak kelompok usia tersebut. Contoh perilaku yang menjadi dasar diagnosisnya mencakup hal berikut : perkelahian atau pelecehan yang berlebihan; kekejaman terhadap hewan atau sesama mnausia; membakar; pencurian; perusakan yang hebat atas barang milik orang lain, kebohongna berulang; membolos dari sekolah dan lari dari rumah; mengadat yang hebat dan sering;perilaku provokatif yang menantang; dan sikap menantang yang hebat serta menetap. Masing masaing dari kategori ini, apabila ditemukan, cukup untuk menjadi alasan bagi diagnosis ini, namun demikian perbuatan dissosial yang tunggal bukan merupakan alasan yang kuat.

Diagnosis ini tidak dianjurkan kecuali bila perilaku seperti yang dilukiskan diatas berlanjut selama 6 bulan atau lebih.

Diagnosis Banding Gangguan tingkah laku seringkali bertumpang tindih dengan kondisi lain. Berdampingan dengan aneka gangguan emosional lainnya masa kanak akan mengarah pada diagnosis campuran gangguan tingkah laku dan emosi.Pengobatan

Obat psikotropik dapat membantu dalam mengawasi perilaku agresif individual, terutama bila terdapat keruskaan otak. Psikoterapi sangat sukar dalam hal ini, lebih baik dilakukan terapi keluarga. Kadang kadang anak ini perlu diobati dalam suatu klinik. Prognosa tergantung pada lamanya gangguan dan lingkungan sosial anak itu.

2.3.2.1 F91.0 Gangguan tingkah laku yang terbatas pada lingkungan keluarga

Pedoman Diagnostik

1. Memenuhi kriteria F91 secara menyeluruh

2. Tidak ada gangguan tingkah laku yang signifikan di luar keluarga dan hubungan anak dengan lingkungan sosial di lingkungan keluarga masih dalam batas normal2.3.2.2 F91.1 Gangguan tingkah laku tak berkelompok

Pedoman Diagnostik

1. Adanya kombinasi mengenai perilaku dissosial dan agresif berkelanjutan.

2. Tiadanya keterpaduan yang efektif dengan kelompok sebaya.3. Rusaknya hubungan dengan kelompok sebaya terutama dibuktikan oleh keterkucilan.4. Tindak kejahatan lazim dilakukan sendirian. Tingkah laku khas : menggertak, berkelahi, pemerasan, kekerasan2.3.2.3 F91.2 Gangguan tingkah laku berkelompok

1. Kategori ini berlaku terhadap tingkah laku yang ditandai oleh perilaku dissosial atau agresif berkepanjangan

2. Kunci perbedaan terpeting adalah terdapatnya ikatan persahabatan langgeng dengan anak seusia 2.3.2.4 F91.3 Gangguan sikap menentang (membangkang)

Pedoman Diagnostik

1. Ciri khas dari gangguan tingkah laku ini berawal dibawah usia 9 tahun dan 10 tahun ditandai oleh perilaku menentang.

2. Pola perilaku negativistik bermusuhan, menentang, provokatif, dan merusak yang melampaui rentang perilaku normal pada anak seusianya

2.3.3 F92 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi

Ciri khas dari kelompok gangguan ini adalah adanya gabungan dari perilaku agresif, dissosial, atau menentang yang menetap dengan gejala yang nyata dari depresi, anxietas, atau gangguan emosional lainnya.

Pedoman diagnostik Gangguan ini harus cukup berat untuk dapat memenuhi criteria baik mengenai gangguan tingkah laku pada masa kanak atau bentuk gangguan neurotic masa dewasa atau gangguan suasana (mood).

Penelitian yang ada sangat tidak memadai sehingga kita tidak merasa yakin bahwa kategori ini memang dapat dipisahkan dari gangguan tingkah laku pada anak. Kelompok ini hanya dapat dimasukkan disini karena potensinya bagi kepentingan etiologis dan terapeutik serta kontribusinya yang menunjang kredibilitas dari klasifikasi ini.Pengobatan1. Menjamin keamanan anak

2. CBT: keterampilan pemecahan masalah-dalam individu / kelompok3. Latihan manajemen orang tua untuk meningkatkan stabilitas sosial

4. Kombinasi terapi fungsi keluarga-CBT

5. Terapi berbasis keluarga, termasuk sekolah dan masyarakat

6. Obat: hanya untuk gangguan komorbiditas (missal ADHD)

7. Dukungan akademik dan sosial terhadap instansi/kelompok terkait.2.3.3.1 F92.0 Gangguan tingkah laku depresif

Kombinasi dari gangguan masa kanak ( F.91) dengan keadaan depresif yang berkelanjutan.

2.3.3.2 F92.8 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi lainnya

Kombinasi dari gangguan tingkah laku dan masa kanak ( f.91) dengan gejala emosional yang nyata.2.3.4 F93 Gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak

Dalam psikiatri anak secara tradisional telah dibedakan antara gangguan emosional khas pada masa kanak dan remaja serta gangguan neurotik tipe dewasa. Terdapat 4 alasan untuk mengadakan pembedaan ini.

a. Hasil penelitian secara konsisten telah menunjukkan bahwa kebanyakan anak yang menderita gangguan emosional tumbbuh menjadi orang dewasa yang normal; hanya sebagian kecil saja yang menampakkan gangguan neurotik pada masa dewasa. Sebaliknya banyak gangguan neurotik pada masa dewasa berawal dari masa dewasa pula tanpa menunjukkan riwayat psikopatologis yang bermakna semasa kanak. Terdapat kesenjangan antara gangguan emosional yang muncul pada kedua kelompok usia tersebut.

b. Banyak dari gangguan emosional pada masa kanak ternyata hanya merupakan kecenderungan perkembangan normal yang agak berlebihan, dari pada fenomena yang secara kuantitatif abnormal dalam diri mereka sendiri.

c. Berkaitan dengan pertimbangan terdahulu, sering terdapat mekanisme teoritis bahwa mekanisme mental yang berkaitan dengan gangguan emosional pada masa kanak mungkin tidak sama dengan neursis pada masa dewasa.

d. Gangguan emosional pada masa kanak tidak begitu jelas pembatasannya yang dipandang spesifik seperti gangguan fobik, atau gangguan obsesif.Pengobatan.

Pengobatan utama adalah psikoterapi dan prognosanya baik, terutama bila seluruh keluarga dilibatkan dalam pengobatan. Prognosa menjadi lebih baik bila anak itu sebelumnya relatif stabil dan tenang.

Gangguan ini dapat dikelompokkan lagi menjadi :2.3.4.1 F93.0 Gangguan anxietas perpisahan masa kanak

Pedoman diagnostik

a. Ciri diagnostik yang terpenting adalah Anxietas yang berlebihan.

b. Anxietas dapat berbentuk sbb:

1) Tidak realistis, kuatir yang mendalam ada bencana yang menimpa

2) Tidak realistis, Kekuatiran mendalam akan terjadi peristiwa buruk

3) Terus-menerus enggan masuk sekolah

4) Terus menerus enggan tidur tidak ditemani

5) Terus menerus takut tidak wajar untuk ditinggalkan seorang diri

6) Berulang mimpi buruk

7) Sering muncul gejala fisik buruk: sakit perut, pusing , mual dsb 8) Mengalami susah berlebihan: menangis, mengadat dsb2.3.4.2 F93.1 Gangguan anxietas fobik masa kanak

Pedoman Diagnostik

a. Kategori ini hanya berlaku terhadap rasa takut yang khas

b. Memenuhi kriteria

1) Onset pada usia perkembangan yang tidak sesuai.

2) Taraf Anxietas secara klinis tidak normal

3) Anxietas tidak merupakan gangguan yang menyeluruh.2.3.4.3 F93.2 Gangguan anxietas sosial pada masa kanak

Pedoman Diagnostik

a. Kategori ini hanya berlaku bagi gangguan yang timbul sebelum usia 6 tahun

b. Anak dengan gangguan ini senantiasa dan berulang kali mengalami rasa was-was dan takut, menghindari orang yang tak dikenal, rasa takut itu dapat timbul hanya terhadap orang dewasa 2.3.4.4 F93.3 Gangguan persaingan antar saudara

Pedoman Diagnostik

Ciri khas dari gangguan ini mencakup gabungan

a. Bukti adanya persaingan atau iri terhadap saudara

b. Onset selama beberapa bulan setelah kelahiran adik

c. Gangguan emosional melampui tarap normal

2.3.5 F94 Gangguan fungsi sosial dengan onset khas pada masa kanak dan remaja

Ini merupakan kelompok gangguan yang agak heterogen , yang keseluruhannya secara bersama sama mencakup gangguan fungsi sosial yang berada pada kurun masa perkembangan, namun (berbeda dengan gangguan perkembangan pervasif) terutama tidak ditandai oleh suatu ketidakmampuan atau defisit konstitusi sosial yang nyata yang menyusup ke seluruh fungsi. Distorsi lingkungan atau penarikan diri yang serius ini lazimnya terkait dan diduga memainkan peran etiologis yang penting dalam banyak keadaan. Tidak ada perbedaan yang nyata antara jenis kelamin. Adanya kelompok gangguan fungsi sosial ini dikenali dengan jelas, namun demikian masih terdapat ketidakpastian dalam hal menentukan kriteria diagnostiknya, dan juga masih terdapat perbedaan paham mengenai pembagian serta klasifikasi yang tepat. Ini merupakan kelompok gangguan agak heterogen, mencakup gangguan fungsi sosial yang berada dalam kurun waktu perkembangan. Namun berbeda dengan gangguan perkembangan pervasif. Terutama tidak ditandai oleh ketidak mampuan atau defisit konstitusi sosial yang nyata.

Pengobatan Teknik perilaku yang paling sering digunakan adalah desensitisasi sistematis dan eksposur, pengkondisian instrumental, pemodelan, dan terapi kognitif-perilaku. High-potensi benzodiazepin (misalnya, alprazolam, clonazepam) dan antidepresan trisiklik dalam pengobatan gangguan kecemasan, dan fluoxetine telah direkomendasikan untuk pengobatan fobia sosial. Dikelompokkan menjadi:

2.3.5.1 F94.0 Mutisme efektif

Ciri khas dari kondisi ini ialah pilihan orang yang diajak bicara secara emosional, anak menunjukkan kemempuan bertutur kata dalam situasi tertentu, namun tidak mampu dalam beberapa situasi lainnya. Lazimnya anak dapat bertutur akta di dalam rumah atau dengan sahabat karibnya, dan membisu di sekolah atau berhadapan dengan orang luar, tetapi juga dapat juga timbul pola yang berlaianan (termasuk tingkah laku yang sebaliknya).Pedoman Diagnostik

a. selektifitas ditentukan secara emosional dalam berbicara, menunjukkan kemampuan bertutur kata dalam suatu situasi, namun tidak mampu melakukannya dalam beberapa situasi lainnya

b. Untuk diagnostik diperlukan :

1) tingkat pengertian bahasa yang normal atau hampir normal

2) tingkat kemampuan bertutur kata yang cukup untuk komunikasi sosial

3) bukti yang nyata bahwa anak tersebut dapat bertutur kata secara normal atau hampir normal dalam beberapa situasi tertentu.2.3.5.2 F94.1 Gangguan kelekatan reaktif masa kanak

Gangguan ini terjadi pada bayi dan anak kecil, ditandai oleh berlanjutnya gangguan pola hubungan sosial anak, yang berhubungan dengan gangguan emosional dan sikap reaktif terhadap perubahan lingkungan. Rasa takut dan waspada berlebihan yang tidak bereaksi terhadap upaya menenangkan merupakan suatu ciri umum, agresi terhadap diri sendiri dan orang lain sangat jarang terjadi, lazim didapatkan perasaan merana, dan dalam beberapa kasus terjadi kegagalan dalam pertumbuhan.Pedoman diagnostik

Ciri yang penting adalah pola abnormal dalam hubungan anak dengan para pengasuhnya yang timbul sebelum usia 5 tahun, yang menliputi ciri maladaptif yang lazimnya tidak terlihat pada anak yang normal, dan yang tetap berlanjut namun reaktif terhadap perubahan yang cukup jelas pada pola asuh.

Gangguan kelekatan reaktif hampir selalu timbul berkaitan dengan pengasuhan anak yang sangat kurang memadai. Hal ini mungkin dalam bentuk penganiayaan psikologis atau penelantaran (yang tampak dari hukuman yang kejam, dan sikap yang senantiasa lalai memberi tanggapan terhadap upaya anak untuk berdamai, atau asuhan yang sangat kurang sempurna sebagai orang tua), atau penganiayaan fisik anak, (hal ini terbukti olehsikap kurang memperhatkan kebutuhan fisik anak, berulangkali dengan sengaja mencederai anak, atau kurang memberi makan bergizi).

2.3.5.3 F94.2 Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak

Diagnosis haruslah didasarkan kenyataan bahwa anak menunjukkan kelekatan selektif yang kabur selama 5 tahun pertama dan umumnya berhubungan dengan perilaku melekat sewaktu masih bayi dan / atau perangai ramah terhadap semua orang, dan perilaku menarik perhatian pada masa dini atau pertengahan kanak. Biasanya akan mengalami kesulitan dalam membina hubungan akrab, dan saling percaya dengan kelompok teman sebaya.

2.3.6 F95 Gangguan tic

Tic adalah suatu gerakan motorik (lazimnya mengenai satu kelompok organ tertentu) yang tidak di bawah pengendalian, berlangsng cepat dan berulang, tak berirama, kadang ada teriakan vokal yang mendadak dan tidak bertujuan nyata. Tic itu lazimnya dialami sebagai hal y ang tidak dapat dilawan tombulnya, namun biasanya masih dapat ditekan dalam waktu tertentu.

Ciri khas tic yang dapat membedakannya dari gangguan motorik lainnya adalah gerakan yang mendadak, cepat, sekejab dan terbatas, tanpa bukti gangguan neurologis yang mandasarinya ; sifatnya berulang; (biasanya) terhenti saat tidur; dan mudahnya gejala itu ditimbulkan kembali atau ditekan dengan kemauan.

Tidak terdapat garis pemisah yang jelas antara gangguan tic dengan beberapa gangguan emosional yang disertai tic.Penanganan Pertimbangan dari seorang anak atau remaja berkembang secara keseluruhan atau tidak adalah langkah pertama dalam menentukan perawatan yang paling tepat untuk gangguan tic. Pengobatan harus dimulai dengan pendidikan yang komprehensif untuk keluarga sehingga anak-anak tidak dihukum karena perilaku tic mereka. Pada kasus yang ringan, anak dengan tic yang mempunyai kemampuan yang baik dalam sosialisasi dan akademik tidak memerlukan penanganan. Pada kasus yang lebih berat, anak dengan tic mungkin dikucilkan oleh teman sebaya dan mengalami gangguan dalam kegiatan akademiknya akibat tic, dan berbagai jenis perawatan harus dipertimbangkan.

Pharmakoterapi: haloperidol (Haldol) dan pimozide (Orap) merupakan 2 agen antipsikotik yang paling baik dalam penanganan kelainan Tourettes, walaupun antipsikotik atipikal seperti risperidone (Risperadal) dan olanzapine (Zyprexa) lebih sering digunakan sebagai lini pertama didasarkan pada efek samping yang lebih aman.

Tic dapat dibagi menjadi:

2.3.6.1 F95.0 Tic sementara

Yaitu pada umumnya memenuhi kriteria umm untuk diagnosis tic, tetapi tidak melampaui 12 bulan, merupakan bentuk tic yang paling sering dijumpai pada anak usia 4-5 tahun; biasanya tic itu merupakan kedipan di mata, muka menyeringai, atau kejutan kepala.2.3.6.2 F95.1 Gangguan tic motorik atau vokal kronik Pada umunya memenuhi kriteria umum suatu gangguan tic motorik atau vokal (namun bukan kedua - duanya); tic mungkin tunggal atau multipel (tetapi biasanya multipel), dan berlangsung lebih dari setahun. 2.3.6.3 F95.2 Gangguan campuran tic vokal dan motorik multipel (sindrom de la tourette) Merupakan suatu jenis gangguan tic dengan tic motorik multipel dan satu atau beberapa tic vokal, sekalipun tidak harus timbul secara serentak tetapi riwayatnya hilang timbul. Onset hampir selalu pada masa kanak atau remaja. Lazimnya terdapat riwayat tic motorik sebelum timbulnya tic vokal; sindroma ini sering memburuk pada usia remaja dan sering menetap sampai usia dewasa. " TIC " fokal sering bersifat multipel dengan letupan fokalisasi yang berulang-ulang seperti mendehem dan mengorok

2.3.7 F98 Ganguan perilaku dan emosional lainnya dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja

Mencakup sekelompok gangguan heterogen yang berciri timbulnya pada masa kanak tetapi berbeda dalam banyak segi. Sebagian kondisinya merupakan sindrom dengan batasan jelas, namun ada pula yang hanya merupakan kumpulan gejala yang tidak memiliki keabsahan nosologis, tetapi dimasukan hanya karena sering ditemukan dan berhubungan dengan masalah psikososial. Diantaranya adalah :2.3.7.1 F98.0 Enuresis non organik

Satu gangguan buang air seni tanpa kehendak, pada siang dan atau malam hari, yang tidak sesuai dengan usia mental anak dan bukan akibat dari kurangnya pengendalian kandung kemih akibat gangguan neurologi, serangan epilepsi, atau kelainan struktural pada kandung kemih. Enuresis mungkin terdapat sejak anak baru lahir atau timbul setelah anak dapat mengendalikan kandung kemih.enuresis dapat merupakan satu kondisi monosimtomatik atau berhubungan dengan suatu gangguan emosional atau perilaku lebih luas. Dalam kasus terakhir terdapat ketidakpastian tentang mekanisme yang terlibat. Masalah emosional mungkin timbul akibat sekunder dari enuresis tersebut atau sebaliknya enuresis itu mungkin merupakan bagian dari satu gngguan psikiatriklainnya, atau kedua duanya.

Untuk itu sikap terhadap enuresis ini adalah dengan mencari faktor organik; latihan yang salah; dan mencari gangguan emosional.

Sebaiknya anak yang mengalami gangguan ini diberitahu bahwa ngompolnya itu bukan karena suatu penyakit, tetapi hanya suatu kebiasaan anak kecil. Dapat dicoba dengan mengurangi minumnya atau cairan lain pada sore atau malam hari, melatih sfingter kandung kencing, disamping itu juga dicari sumber ketegangan dan diusahakan menghilangkannya bila ada.Rencana pengobatan untuk enuresis dapat dilakukan setelah penyebab organik dari disfungsi kemih telah dikesampingkan. Modalitas yang telah digunakan dengan sukses untuk enuresis mencakup intervensi perilaku dan farmakologis.Penanganan: Pengkondisian klasik dengan bel (atau buzzer) dan aparat pad umumnya pengobatan yang paling efektif untuk enuresis, dengan mengakibatkan kebosanan lebih dari 50 persen kasus. Pengobatan ini sama efektif pada anak-anak dengan dan tanpa gangguan mental secara bersamaan, dan tidak ada bukti yang menunjukkan gejala substitusi. Kesulitan mungkin termasuk anak dan ketidakpatuhan keluarga, penggunaan peralatan, dan kekambuhan.Pharmakoterapipengobatan dilakukan ketika enuresis menyebabkan penurunan dalam fungsi sosial, keluarga, dan sekolah serta perilaku, diet, dan restriksi cairan belom berhasil.

Imipramine (Tofranil) berhasil dan telah disetujui untuk digunakan dalam mengobati enuresis masa kanak-kanak, terutama secara jangka pendek. Reboxetine (Edronax, Vestra), inhibitor reuptake norepinefrin dengan profil efek samping noncardiotoxic baru-baru ini telah diteliti sebagai alternatif yang lebih aman untuk imipramine dalam pengobatan enuresis anak-anak.

PsikoterapiPsikoterapi mungkin berguna dalam menangani masalah kejiwaan hidup bersama dan kesulitan-kesulitan emosional dan keluarga yang menimbulkan enuresis sekunder kronis. Meskipun teori psikologis dan banyak psikoanalitik tentang enuresis telah maju, studi terkontrol telah menemukan bahwa psikoterapi saja tidak efektif dalam pengobatan jangka pendek enuresis.2.3.7.2 F98.1 Enkopresis non organik

Anak anak yang berumur 2 -3 tahun umumnya sudah tidak berak dicelana lagi. Bila sesudah berumur 3-4 tahun seorang anak masih berdefekasi di dalam celana, maka perlu diselidiki faktor faktor yang menyebabkannya, umpamanya adanya gangguan organik atau retardasi mental. Penyebab yang lain ialah : latihan yang salah; adanya gangguan emosional, seperti rasa iri hati terhadap adik yang baru lahir. Ciri diagnosis yang menentukan adalah pengeluaran tinja secara tak layak, kondisi ini dapat timbul dengan berbagai cara:

a. Mungkin menggambarkan kurang adekuatnya latihan kebersihan ( Toilet training)

b. Mungkin menggambarkan gangguan psikologis dengan pengendalian fisiologis BAB normal

c. Mungkin akibat retensi fisiologis yang bertumpuk pada peletakan tinja ditempat yang tak layak

Penanganan enkopresis tidak dapat ditentukan sebelum penilain medis terhadap fungsi usus selesai sama halnya dengan penilaian kejiwaannya.

Psikoterapi suportif dan teknik relaksasi mungkin berguna dalam mengobati kecemasan dan gejala sisa lainnya dari anak-anak dengan encopresis, seperti harga diri rendah dan isolasi sosial. Intervensi keluarga dapat membantu untuk anak-anak yang dapat mengkontrol buang air besar namun terus membuang kotoran mereka di lokasi-lokasi yang tidak tepat. Sebuah hasil yang baik terjadi ketika anak merasa mengendalikan peristiwa kehidupannya. Masalah perilaku hidup bersama mempunyai hasil yang lebih buruk. Dalam semua kasus, kebiasaan membuang air besar pada tempat yang tepat mungkin perlu diajarkan, dalam beberapa kasus, teknik biofeedback sangat bermanfaat.

2.3.7.3 F98.2 Gangguan makan masa bayi dan kanak

Gangguan makan dengan berbagai manifestasi biasanya spesifik pada masa bayi dan masa kanak dini. Pada umumnya meliputi penolakan makanan dan rewel menghadapi makanan yang memadai tanpa penyakit organik. Keadaan ini mungkin berkaitan dengan regurgitasi berulang tanpa nausea atau penyakit gastrointetestinal.Kebanyakan intervensi untuk gangguan makan ditujukan untuk mengoptimalkan interaksi antara ibu dan bayi selama menyusui, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat diubah untuk meningkatkan proses menelan yang lebih baik. Sang ibu dibantu untuk menjadi lebih sadar terhadap keinginan bayi untuk makan, pola pengaturan biologis bayi, dan ketika bayi lelah, dengan tujuan untuk meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi selama makan.

Pengobatan termasuk pemeriksaan fisik dan investigasi; metode perilaku, saran gizi. Berbagai terapi psikologis terbukti bermanfaat dalam mengobati pasien dengan gangguan makan, termasuk yang berikut:a. Terapi individual (insight-oriented)

b. Terapi analisa kognitif

c. CBT

d. Interpersonal therapy (IPT)

e. Terapi peningkatan motivasi

f. Terapi informasi dinamis

g. Terapi kelompok

h. Terapi keluarga

i. Motivasi kelompok pengasuh dan kerabat.2.3.7.4 F98.3 Pika masa bayi dan kanak

Terus menerus makan zat yang tidak bergizi (tanah, serpihan cat dsb). Pika dapat timbul sebagai salah satu gejala dari sejumlah gangguan psikiatrik yang luas, atau sebagai perilaku psikopatologis yang tunggal. Pengobatan: langkah pertama dalam pengobatan pika adalah dengan menentukan apa kemungkinan penyebabnya. Ketika pika berhubungan dengan situasi karena dikucilkan atau penganiayaan, keadaan ini tentu harus diubah. Pajanan terhadap benda toksik, seperti timah, harus segera dieliminasi. Tidak ada penanganan definitif terhadap pika; kebanyakan penanganan ditujukan untuk edukasi dan modifikasi perilaku. Penanganan menekankan pada psikososial, lingkungan, perilaku, dan pendekatan bimbingan keluarga.

2.3.7.5 F98.4 Gangguan gerakan stereotipik

Aneka gerakan yang volunter, berulang, stereotipe, nonfungsional (dan sering bersifat ritmik) bukan merupakan bagian dari suatu kondisi psikiatrik atau neurologis yang dikenal. Gerakan yang tidak membahayakan, meliputi mengguncang tubuh, menyentak kepala, mencabut rambut, melilit rambut, ulah menjentikkan jari, dan menggerakkan tangan.

Bila gerakan ini terjadi sebagai dari gangguan lain hanya gangguan utama yang diberi kode diagnosis.

Bila gangguan gerakan streotipik berhubungan dengan retardasi mental, kedua tipe gangguan tersebut harus diberi kode diagnosis

Penanganan: Pengobatan modalitas menghasilkan efek yang paling menjanjikan adalah teknik perilaku, seperti membalikan kebiasaan dan penguatan diferensial perilaku lain, serta intervensi farmakologis. Intervensi farmakologis telah digunakan dalam praktek klinis untuk meminimalkan cedera diri pada anak-anak dengan gerakan stereotip yang membahayakan untuk tubuh mereka.Pengobatan: Antagonis dopamin telah menjadi obat yang biasa digunakan untuk mengobati gerakan stereotypic dan perilaku self-injury. Fenotiasin telah menjadi obat yang paling sering digunakan. Opiat antagonis telah mengurangi perilaku yang self-injury pada beberapa pasien tanpa mengekspos mereka untuk tardive dyskinesia atau kognitif terganggu. Agen farmakologis tambahan yang telah dicoba dalam pengobatan gangguan gerakan stereotypic termasuk fenfluramine (Pondimin), clomipramine (Anafranil), dan fluoxetine (Prozac).2.3.7.6 F98.5 Gagap (stuttering)/stammering Cara bicara yang ditandai dengan pengulangan sara atau suku kata atau kata, atau sering gugup atau terhenti sehinggga mengganggu irama alur bicara. Disritmia ringan dari gangguan ini sering ditemukan sebagai suatu fase transisi pada usia dini anak atau sebagai pola bicara yang ringan namun berkelanjutan pada usia selanjutnya pada usia dewasa.

Harus diklasifikasikan sebagai gangguan hanya bila keparahnnya sangat mengganggu kelancaran berbicara. Mungkin kondisi ini disertai gerakan pada wajah dan atau bagian tubuh lainnya yang bersamaan waktu dengan pengulangan atau hambatan alur bicara. Pengobatan: terapi kemampuan berbicara langsung, terapi psikofarmakologi dengan benzodiazepin (contohnya clonazepam [Klonopin]), yang terpenting adalah intervensi suportif dan penilaian keluarga akan sangat membantu.

2.3.7.7 F 98.6 Cluttering

Cara berbicara cepat dengan gangguan kelancaran alurnya, namun tanpa pengulangan atau kegugupan, sehingga menyebakan kurang jelasnya ucapan. Bicaranya kurang menentu dan kurang berirama, dengan letupan cepat, tersendat sendat yang biasanya meliputi pola pengungkapan yang keliru. Penanganan: terapi wicara; antipsikotik (risperidone); (SSRI akan ada sedikit efek).

2.3.8 Gangguan Autistik

Kriteria diagnostika. Total enam (atau lebih) hal dari (1), (2), dan (3), dengan paling kurang dua dari (1), dan masing-masing satu dari (2) dan (3):

1. Gangguan kualitatif pada interaksi sosial, seperti yang dimanifestasikan oleh paling kurang dua dari berikut ini:

a. Gangguan yang jelas pada penggunaan perilaku nonverbal multipel seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh dan sikap untuk mengatur interaksi sosial.

b. Kegagalan untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai dengan tingkat perkembangan.

c. Tidak adanya keinginan spontan untuk berbagi kesenangan, perhatian, atau pencapaian dengan orang lain (misalnya, tidak memperlihatkan, membawa, atau menunjukkan barang-barang yang menarik)

d. Tidak ada timbale balik emosional atau sosial.

2. Gangguan kualitatif pada komunikasi seperti yang dimanifestasikan oleh paling kurang satu dari berikut ini:

a. Keterlambatan, atau sama sekali tidak ada, perkembangan bahasa ucapan (tidak disertai oleh suatu usaha untuk mengkompensasi melalui cara komunikasi alternative seperti sikap atau mimic)

b. Pada individu dengan bicara yang adekuat, gangguan yang nyata pada kemampuan memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang lain.

c. Bahasa idiosinkratik atau bahasa yang digunakan stereotipik dan repetitif.

d. Tidak ada permainan berpura-pura yang bervariasi, spontan atau permainan imitasi sosial yang sesuai dengan tingkat perkembangan.

3. Pola perilaku, perhatian, dan aktivitas yang terbatas, berulang dan stereotipik, seperti dimanifestasikan oleh paling kurang satu dari berikut ini:

a. Preokupasi yang meliputi satu atau lebih pola perhatian yang terbatas dan stereotipik, yang abnormal baik pada focus maupun intensitasnya.

b. Ketaatan yang secara jelas terlihat tidak fleksibel terhadap ritual atau rutinitas nonfungsional yang spesifik.

c. Mannerisme motorik berulang dan stereotipik (misalnya, menjentik atau memelintir atau tangan, atau gerakan yang kompleks seluruh tubuh).

d. Preokupasi yang menetap pada bagian dari benda-benda.

b. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada paling kurang satu bidang berikut, dengan onset sebelum berumur 3 tahun : (1) interaksi sosial, (2) bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial, atau (3) permainan simbolik atau imajinatif.

c. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh Gangguan Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Kanak.

Penyebab

1. Berhubungan dengan cedera pada masa prenatal dan perinatal,contoh infeksi rubella pada trimester pertama.2. Kemungkinan akibat pajanan merkuri.3. Mekanisme utama; kegagalan apoptosis di korteks.

Penanganan

1. Terapi perilaku

2. Haloperidol

3. Fenfluramine4. Naltrexone untuk perilaku melukai diri sendiri. Stereotipik, agresif, dan sosial withdrawal.5. Clomipramin untuk perilaku kompulsif dan repetitif.

6. Psikostimulan untuk yang kurang perhatian dan hiperaktivitas pada individu dengan kelainan fungsi-tinggi.

3