BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS...

24
34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral, taboo, imajinasi, simbolisme pusat dan perilaku sosial maka pada bab ini penulis akan menjelaskan: Pertama; gambaran umum letak geografi Gunung Mutis, Kedua; Asal mula kedatangan nenek moyang masyarakat dawan ke pulau Timor, khususnya di Gunung Mutis, ketiga; menjelaskan kesakralan dan kesucian Gunung Mutis, Keempat penulis akan menjelaskan imajinasi dari masyarakat Mollo mengenai Gunung Mutis. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan Telah dijelaskan pada bagian awal bahwa Gunung Mutis merupakan salah satu gunung tertinggi di pulau Timor. Gunung Mutis berada tepatnya di wilayah Swapraja Mollo. Mollo itu sendiri berada wilayah kabupaten Timor Tengan Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timor. Oleh Karena itu untuk mendapatkan gambaran secarah utuh tentang bagaimana Gunung Mutis berada dalam mitologi msayarakat Timor maka penulis akan memulai dengan memaparkan wilayah Timor secara umum terutama Wilayah Timor Tengah Selatan. Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan satu dari 21 Kabupaten / Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang secara geografis terletak pada koordinat 120º 4‟ 00” BT - 124º 49‟ 01” BT dan 9º 28‟ 13” LS - 10º 10‟ 26” LS. Kabupaten Timor Tengah Selatan berbatasan dengan: - Sebelah Utara : Kabupaten Timor Tengah Utara - Sebelah Selatan: Laut Timor - Sebelah Timur : Kabupaten Belu - Sebelah Barat : Kabupaten Kupang. Luas Wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah seluas 3.947 Km² atau 394.700 Ha, dimana sekitar 49 % dari luas wilayah berada pada ketinggian 0 500 m dari permukaan laut dan selebihnya

Transcript of BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS...

Page 1: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

34

BAB III

MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO

Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral, taboo, imajinasi,

simbolisme pusat dan perilaku sosial maka pada bab ini penulis akan menjelaskan: Pertama;

gambaran umum letak geografi Gunung Mutis, Kedua; Asal mula kedatangan nenek moyang

masyarakat dawan ke pulau Timor, khususnya di Gunung Mutis, ketiga; menjelaskan

kesakralan dan kesucian Gunung Mutis, Keempat penulis akan menjelaskan imajinasi dari

masyarakat Mollo mengenai Gunung Mutis.

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan

Telah dijelaskan pada bagian awal bahwa Gunung Mutis merupakan salah satu gunung

tertinggi di pulau Timor. Gunung Mutis berada tepatnya di wilayah Swapraja Mollo. Mollo

itu sendiri berada wilayah kabupaten Timor Tengan Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timor.

Oleh Karena itu untuk mendapatkan gambaran secarah utuh tentang bagaimana Gunung

Mutis berada dalam mitologi msayarakat Timor maka penulis akan memulai dengan

memaparkan wilayah Timor secara umum terutama Wilayah Timor Tengah Selatan.

Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan satu dari 21 Kabupaten / Kota di Provinsi

Nusa Tenggara Timur yang secara geografis terletak pada koordinat 120º 4‟ 00” BT - 124º

49‟ 01” BT dan 9º 28‟ 13” LS - 10º 10‟ 26” LS. Kabupaten Timor Tengah Selatan berbatasan

dengan: - Sebelah Utara : Kabupaten Timor Tengah Utara - Sebelah Selatan: Laut Timor -

Sebelah Timur : Kabupaten Belu - Sebelah Barat : Kabupaten Kupang. Luas Wilayah

Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah seluas 3.947 Km² atau 394.700 Ha, dimana sekitar

49 % dari luas wilayah berada pada ketinggian 0 – 500 m dari permukaan laut dan selebihnya

Page 2: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

35

yaitu 51 % berada pada ketinggian diatas 500 m dari permukaan laut. Wilayah Administratif

Kabupaten Timor Tengah Selatan terdiri dari 32 Kecamatan, 266 Desa dan 12 Kelurahan.1

Kondisi topografi Kabupaten Timor Tengah Selatan yang menentukan posisi wilayah

berdasarkan ketinggian di atas permukaan laut (dpl) secara umum menunjukkan kondisi

yaitu; ketinggian 0 – 500 m dpl seluas 49,0 %, ketinggian >500 – 1.000 m dpl seluas 48,2 %

dan ketinggan > 1.000 seluas 2,8 %. Berdasarkan topografi wilayah, maka Kabupaten Timor

Tengah Selatan terbagi dalam dua kategori yaitu wilayah dataran rendah yang dominan

berada di wilayah bagian selatan dan wilayah dataran tinggi yang dominan di wilayah tengah

dan utara. Perbedaan topografi menuntut adanya perbedaan pendekatan pembangunan

khususnya kegiatan pembangunan pertanian. Untuk wilayah dataran rendah maka

dikembangkan kegiatan ekonomi berbasis pertanian yang memiliki kesesuaian dengan

ketinggian < 500 mdpl, dan kegiatan ekonomi berbasis pertanian di wilayah dataran tinggi

untuk usaha pertanian yang memiliki kesesuaian dengan ketinggian > 500 mdpl atau usaha

yang sesuai diantara dataran rendah dan dataran tinggi. Berdasarkan ketinggian wilayah

mengindikasikan adanya tiga tipologi wilayah yang masing-masing membutuhkan

pendekatan spesifik khususnya dalam pembangunan ekonomi, prasarana dan pembangunan

sosial berbasis topografi wilayah.2 Penduduk Kabupaten Timor Tengah Selatan terdiri dari 3

swapraja atau suku bangsa yaitu: Amanatun, Amanuban dan, Mollo. Gunung Mutis sendiri

berada di wilayah swapraja Mollo sehingga penting untuk membahas sedikit sejarah

masyarakat Mollo yang tinggal dan menjaga Gunung Mutis.

1Lakip Pemkab Timot Tengah Selatan Tauhun 2013

2Lakip Pemkab Timot Tengah Selatan Tauhun 2013

Page 3: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

36

3.2 Sejarah Kerajaan Mollo

Suku asli yang tinggal di sekitara Gunung Mutis adalah Suku bangsa Dawan ini

seringkali disebut dengan nama yang berbeda-beda. Istilah “Dawan” sebenarnya merupakan

sebuah istilah yang diberikan oleh orang Belu di sebelah timur.3 Menurut Parera, istilah

Dawan ini kemungkinan besar ada kaitannya dengan Liurai Sonbai yang pertama, yang

bernama Nai Laban. Jadi orang Dawan adalah rakyat dari Nai Laban. Para pedagang dan

kaum pendatang dari luar menyebut orang Dawan ini dengan nama “Atoni”. Istilah ini

sebenarnya kurang disukai orang Dawan,4 karena didasarkan pada kebiasaan memanggil

orang lain dengan ucapan “Hoi Atoni” yang berarti “Hai orang/teman”.Sekalipun demikian,

penyebutan suku Atoni ini diterima pula oleh sebagian penduduknya. Dikatakan bahwa orang

Dawan menyebut diri mereka orang Atoni Meto, artinya orang yang berdiam di daratan atau

di tempat kering (Atoni = orang, Meto = darat atau kering). Ada pula yang menyebut mereka

adalah “orang gunung”, sebab menurut sejarah, orang Atoni merupakan penduduk

pegunungan yang terpencar. Terpencarnya orang Dawan ini diperkirakan belum lama terjadi,

terlihat dari bukti bahwa variasi dialek bahasa Dawan sangat sedikit.

Parera menyebutkan bahwa pada umunya orang-orang Dawan mempunyai peradaban

yang lebih rendah sehingga tidak bisa menyaingi para pendatang yang memiliki kebudayaan

yang sudah lebih maju. Kenyataan ini dibuktikan dengan adanya “pengungsian politik” yang

terjadi sekitar abad ke-15, ketika kelompok pendatang yakni orang Belu memenuhi daerah

sekitar Gunung Mutis.5 Kepastian tentang sejarah asal-usul terbentuknya suku Dawan tidak

diketahui dengan pasti.6 Dari berbagai tradisi lisan, diperoleh keterangan bahwa kebanyakan

penduduk di daerah NTT mengaku nenek moyang mereka berasal dari seberang lautan. Di

Pulau Timor, Van Wouden, menyebutkan tentang luasnya penyebaran mitos tentang Sina

3ADM Parera, Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994. Hal 44

4ADM Parera, Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor,,, 44

5ADM Parera, Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor,,, 47

6 Mubyarto, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta; Penerbit Kanisius,1991.Hal 134.

Page 4: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

37

Mutin Malakkan. Dikisahkan bahwa beberapa ratus tahun yang lalu, empat suku (hutun rai

hat) meninggalkan negerinya Sina Mutin Malakkan menuju ke timur.7

Di Larantuka-Bauboin yakni suatu tempat di Flores Timur, sebagian dari mereka

tinggal. Mereka inilah yang menurunkan raja dan penduduk Pantai Larantuka.8 Sebagian

lainnya meneruskan perjalanannya ke Pulau Timor dan menetap serta membentuk empat

kerajaan kecil, yakni: (1) Ai Hale atau Wehali; (2) Sanaleo di gunung Sanaleo; (3) Ai Meku

atau Waiwiku; dan (3) Katimu atau Haitimu. Kerajaan-kerajaan ini taat kepada pemimpinnya

di Wehali.Konon, wilayah Dawan kemudian dipimpin oleh seorang raja yang disebut Liurai

Sonbai. Liurai Sonbai merupakan adik dari Maromak Oan, raja Wewiku Wehale yang berasal

dari Sina Mutin Malakkan.9

Masyarakat Dawan yang tinggal di wilayah Gunung Mutis yaitu masyarakat Mollo.

Istilah Mollo berasal dari istilah yang dikenakan pada Gunung Mollo, yang berari kuning

emas/emas. Kerajaan Mollo merupakan salah satu bagian dari wilayah bekas Kerajaan

Oenam. Adapun yang menjadi raja pertamanya adalah To Oematan (To Luke'mtasa). Pada

saat itu To Oematan merupakan fetor Mollo, tapi ketika kerajaan Mollo dibentuk, maka ia

langsung diangkat sebagai raja dan menandatangani Korte Verklaring pada 10 Mei 1916.

Tetapi sebelumnya To Oematan bersama-sama dengan Usif Nunbena Bait Oematan (Bait

Kaunan) dan Moeb Baki Fobia telah menandatangani ikrar kesetiaan pada Ratu Welhelmina

dan dipertuan Gubernur Jenderal Belanda di Batavia pada tanggal 19 April 1907 bertempat di

Kapan.10

Akan tetapi, bilamana sampai kapan Raja To Oematan memerintah di Kerajaan Mollo

belum dikatahui dengan pasti. Namun, diperkirakan ia mulai berkuasa sesudah Perang Nefo

7Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi Nusa

Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya. Hal 88 8Yoseph Yapi Taun, Kisah Wato Wele-Lia Nurat dalam dalam tradisi puisi lisan Flores Timur,

Inonedia; Yayasan Obar Indonesia. 1997. Hal 4-6 9Yoseph Yapi Taun, Kisah Wato Wele-Lia Nurat dalam dalam tradisi puisi lisan Flores Timur,,,Hal 6

10 Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017

Page 5: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

38

Besak sekitar tahun 1906. Salah satu hal penting dan sangat bermanfaat bagi rakyat Mollo

yang dilakukan oleh Raja To Oematan selama masa pemerintahannya adalah didirikannya

Sekolah Rakyat (Volks School) pada tahun 1908 di Nefokoko yang kemudian dipindahkan ke

Kapan tahun 1910. Setelah beberapa lama Raja To Oematan memerintah, ia menyerahkan

jabatannya kepada juru bahasanya yaitu Lay A Koen (Tabelak Oematan) atau Wellem Fredik

Hendrik Oematan untuk menjalankan tugas sebagai Raja Mollo.

Jauh Sebelum itu Pemerintahan Swapraja Mollo berkembang melalui keluarga laki-

laki, dan melalui keluraga wanita Oematan yaitu saudara-saudara perempuan dari Oematan

Nunbana-Netpala-Tabu Besana. Keluarga Pitay (FU AI/ PIN AI “nyala api”) bergelar

Tusalakh (lutu mutisalak). Keluarga Pitay berkedudukan di Nenas; sudah menjadi masyarakat

wilayah Gunung Muits berdasarkan amaf-amafnya Tsun Tun muni yaitu adik bungsu dan

saudara perempuan dari pahlawan Noebesi Bnani yang menurunkan Beunsila-Afosila dari

Belotan laka fafi tui lala, sebagai penganti kerugian perang, Sonbay menghadiahkan Gunung

Mutis kepada Noebesi Banani pahlawan utama dari Oematan. Sama seperti tanah Lupu

dimiliki oleh Banani Tunis adik Noebesi Banani bernama Hona Banani dan saudara

perempuan iserti Tunis Tunis. Demikian Gunung Mutis dijagai oleh adik bungsu Noibesi

Banani bernama Tun Muni.11

Struktur pemerintahan dalam pemerintahan kerajaan Mollo dapat dilihat susunanya

sebagai berikut

- Afinit = pendahulu; leluhur

- Pah Tuaf = penguasa/ pemilik wilayah

- Mafefa = juru bicara raja atau jubir adat. Adalah penghubung Pah Tuaf dengan amaf,

meob, dan ana‟a tobe (karena merupakan hubungan tidak langsung).

11

Bapak Dominggua Oematan, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA

Page 6: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

39

- Amaf-amaf = marga-marga pendukung utama Pah Tuaf (Raja). Dalam satu kelompok

amaf terdiri dari delapan marga pendukung, dimana dari delapan marga pendukung

terdapat empat marga pendukung yang bertanggungjawab atas kesejahteraan dan

kehidupan raja; empat marga pendukung lainnya bertanggungjawab untuk melayani

kebutuhan raja.12

- Meob = pahlawan yang bertanggungjawab atas keamanan dan ketentraman wilayah

kerajaan

- Ana’ A tobe = yang berwenang dan bertanggungjawab atas kelestarian alam/wilayah

- Mnais Kuan = tua kampung/ pemangku adat yang keberadaanya telah disepakati oleh

para amaf

- Tob (To Ana) = rakyat biasa atau rakyat pada umumnya yang mendiami wilayah

kerajaan Mollo

3.3 Sistem Kepercayaan

Masyarakat Dawan khususnya di TTS, mayoritas beragama Kristen (Katolik maupun

Protestan). Sekalipun mayoritas masyarakat Dawan sudah memeluk agama Kristiani sebagai

sebuah agama monotheis modern dan universal, kepercayaan lokalnya masih dihayati dan

dipraktikkan dalam kehidupan sehari-harinya. Hal itu karena sebelum kedatangan dan

kehadiran agama Kristen, masyarakat Dawan sudah memiliki kepercayaan dan pemujaan

terhadap wujud tertinggi dan leluhurnya.13

Seperti mitos yang ada maka masyarakat Mollo yang masih sangat percaya akan

adanya kekuatan supranatural, mitos, dan tabu (pantangan). Kepercayaan demikian didasari

sistem kepercayaan animisme dan dinamisme yang selalu dijumpai pada sistem kepercayaan

masyarakat. Pola-pola kepercayaan demikian tetap berkembang di alam pikiran masyarakat

12

Bapak Dominggua Oematan, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA 13

Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017

Page 7: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

40

menjadi warisan budaya mereka. Masyarakat Mollo masih mempercayai kekuatan

supranatural. Masyarakat Mollo memuja Uis Neno yang berarti Tuhan Langit. Uis Neno ini

digambarkan sebagai apinat-aklabat atau “yang bernyala dan membara”, dan afinit-

amnanutyang artinya “yang tertinggi dan mengatasi segala sesuatu”. Uis Neno juga dipercaya

sebagai pemberi manikin-Oetene atau “kesejukan dan kedinginan”.14

Dialah pemberi tetus ma nit “keadilan dan kebenaran”. Di samping itu dia dianggap

sebagai dewa kesuburan yang mengatur musim, memberi padi dan jagung serta mengatur

alam. Uis Neno berperan pula sebagai ahaot-afetis artinya “yang memberi makan dan

mengasuh kita”, amo’et-apaket artinya “yang membuat dan yang mengukir”. Akan tetapi Uis

Neno juga dipercaya dapat mendatangkan kemarau panjang yang mengakibatkan tanaman

mati dan dapat juga mendatangkan hama penyakit atas tanaman dan ternak serta atas diri

manusia. Ilustrasi ini memperlihatkan bahwa Uis Neno merupakan sang pencipta, sang

penyelenggara, dan Maha Kuasa Uis Neno dipercaya memiliki dua wujud, yakni Uis Neno

Mnanu artinya “Tuhan Yang Tinggi” dan Uis Neno Pala atau “Tuhan Yang Dekat atau

Pendek”. Akan tetapi, keduanya masih diklasifikasikan sebagai Tuhan Langit.15

Selain Tuhan

Langit, masyarakat Dawan juga mengakui adanya Tuhan Bumi atau Penguasa Alam Semesta.

Tuhan Bumi ini disebut Pah Tuaf atau Uis Pah (Pah artinya bumi, dunia, atau alam). Uis

Neno dan Uis Pah diakui membentuk kekuatan Ilahi, namun superioritas Uis Neno tetap

nyata. Keduanya memang berbeda, dan mempunyai eksistensinya masing-masing akan tetapi

satu sama lain tidak dapat dipisahkan.16

Uis Pah dianggap sebagai pembawa ketidakberuntungan dan malapetaka bagi manusia.

Oleh karena itu manusia harus berusaha mengambil hati mereka dengan upacara-upacara

ritual. Bersama Pah Nitu (roh atau dunia orang mati) Uis Pah diyakini meraja di dunia dan

14

Bapak Dominggua Oematan, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA 15

Valens Boydalam Mubyarto,Agricultural Rite and Myth of Dawanese of Timor Island,1991: 152-153 16

Dr Koentjaranigrat, Manusia dan Kebudayaan Indonesia, (Jakarta: Djambatan,1970), Hal 217

Page 8: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

41

tinggal di hutan, batu-batu karang, mata air, pohon-pohon besar dan gunung-gunung.

Masyarakat Dawan percaya pada Pah Nitu yaitu arwah-arwah orang yang sudah meninggal

dunia. Arwah-arwah ini memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

mereka seringkali dijadikan penghubung atau perantara antara manusia dengan Uis Neno.

Mereka percaya juga pada Uis Leu yakni raja yang kudus, Tuhan yang haram, yang biasanya

dikaitkan dengan Uis Neno. 17

3.4 Pola Hidup Dan Perilaku masyarakat Mollo

Masyarakat Mollo adalah masyakat yang tinggal di sekitar kawasan Gunung Mutis.

Masyakat Mollo hidup berkelompok berdasarkan Kanaf (Marga). Setiap marga memiliki adat

istiadatnya masing-masing dan setiap marga juga memiliki tempat-tempat sakralnya masing-

masing. Orang Mollo biasanya juga sering disebut Atoin Meto (Manusia Timor). Orang Atoni

biasanya hidup di daerah pedalaman yang bersifat amat kering. Masyarakat Mollo umumnya

bekerja sebagai petani. Oleh karena itu, hidup mereka sangat tergantung dari alam. Alam

dapat membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi manusia dan juga bisa mendatangkan

malapetaka. Hal ini tergantung bagaimana manusia mengusahakannya.18

Iklim wilayah Timor dipengaruhi oleh letak geografi wilayah timor yang berdekatan

dengan benua Australia sehingga mempunyai perbedaan dengan iklim di wilayah Indonesia

lainnya, letak geografi ini mempengaruhi iklim di wilayah Timor yang sangat kering. Suhu

udara di wilayah Timor pada saat musim kemarau sangat panas sehingga sebagian wilayah

Timor mengalami kekeringan. Pada saat, musim penghujan, curah hujan sangat banyak dan

mengakibatkan cuaca sangat dingin dan lembab hal ini mengakibatkan gagal panen oleh

17

Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA 18

Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA

Page 9: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

42

karena tanaman terendam air. Curah hujan di pulau Timor tidak merata dan tidak menentu

sehingga cuaca dan musim tidak menentu.19

Keadaan tanahnya berupa tanah liat berpori yang mengandung kapur. Tanah jenis ini

tidak mendukung vegatasi penutup, pada musim hujan, keadaan tanah banyak mengandung

air, dan akan mengembang ketika volume air hujan bertambah besar. Pada saat musim

kemarau, tanah menjadi sangat keras. Komposisi tanah dari batu kapur dan tanah liat sangat

berpengaruh terhadap adanya sumber air. Masalah sumber air ini yang menimbulkan bentuk

pemukiman dan usaha pertanian yang berpusat di daerah pugunungan dan pengembangan

usaha tani lahan kering yang didominasi jagung dan palawija. Dataran pulau Timor

didominasi oleh lapisan tanah liat yang biasanya kurang cocok untuk digunakan sebagai

lahan pertanian. Oleh sebab itu, masyarakat setempat memanfaatkan tanah kawasan dataran

tinggi yang komposisi tanahnya lebih sesuai untuk kegiatan tani, yaitu campuran antara batu

kapur dan tanah liat. Secara historis, penduduk mempraktekan sistem usaha tani perladangan

berpindah dengan teknologi tebas dan bakar. Dengan demikian pemukiman berpusat pada

lereng-lereng pegunungan, di lereng-lereng bukit batu dan Gunung Mutis inilah masyarakat

Mollo membuka lahan pertanian, sehingga masyarakat sangat bergantung pada alam Gunung

Mutis dan gunung-gunung batu yang berada di wilayah Mollo.20

Selain itu salah satu penghasilan terbesar dari Gunung Mutis adalah lebah madu.

Penghasilan lebah madu ini merupakan sumber ekonomi yang juga sangat menonjol bagi

sebagian besar penduduk masyarakat Mollo. Bagi masyarakat Mollo panen madu tidak hanya

merupakan rutinitas mata pencarian saja akan tetapi panen madu bagi sebagian masyarakat

setempat merupakan tradisi leluhur yang terus mereka jaga. Bagi masyarakat Olin-fobia,

panen madu hutan adalah kegiatan sakral yang melibatkan kombinasi dari ritual adat dan

19

H. G Schuler Nordholt, The Political System of The Atoni of Timor, (For Distributor And Circulation

In Indonesia Only, 1971), hal 28

20

Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA

Page 10: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

43

agama. Kedua marga besar ini merupakan penduduk asli Mollo yang mendiami wilayah

tersebut dan menjaga alam Gunung Mutis. Dalam pemanfaatan lebah madu oleh masyarakat

setempat, dibagi kepemilikannya melalui marga yang ada, sehingga setiap marga yang ada

mempunyai wilayal-wilayah tersendiri untuk mengambil madu hutan, hal ini dilakukan untuk

tidak terjadi konflik dalam mengambil hasil lebah madu. Dikatakan demikian karena untuk

melakukan panen madu hutan mereka harus melakukan prosesi ritual karena mereka

mengambil madu dari tempat yang dianggap sakral pula yakni Gunung Mutis. Gunung Mutis

dianggap sakral oleh karena menurut masyarakat Mollo, mutis adalah sumber kehidupan bagi

sebagian besar masyarakat Mollo.21

Untuk menjaga keharmonisan dengan alam, masyarakat Mollo memiliki berbagai

tradisi lisan. Tradisi-tradisi lisan tersebut umumnya berkaitan erat dengan bahasa-bahasa

ritual dan upacara formal dalam masyarakat tersebut. Kehidupan masyarakat Mollo memiliki

hubungan yang erat antara ritus dan mitos pertanian, yang juga berhubungan erat dengan

keyakinan religius tradisional. Kehidupan masyarakat Mollo selalu diwarnai oleh berbagai

ritus primitif dalam setiap kegiatan hidup mereka. Masyarakat Mollo meyakini bahwa ada

penguasa tertinggi yang mengatur seluruh kehidupan mereka, baik kehidupan sosial mereka

maupun alam dimana mereka tinggal dan hidup didalamnya. Dalam upaya menjaga kawasan

Gunung Mutis masyarakat Mollo juga menata kawasannya berdasarkan peranan dan

fungsinya serta melakukan kegiatanpengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam, sebagai

upaya mempertahankan kelestarian sumberdaya alam yang ada. Kawasan hutan Mutis dibagi

menjadi 3 yaitu kawasan hutan larangan, padang penggembalaan, dan perkampungan.22

Kawasan larangan dengan ekosistem hutan alam yang masih alami yang dianggap

keramat bagi masyarakat Mollo. Kawasan larangan meliputi kawasan hutan ampupu hingga

puncak Gunung Mutis. Seluruh bagian kawasan larangan masuk didalam kawasan Gunung

21

Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA 22

Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA

Page 11: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

44

Mutis. Kawasan larangan merupakan tempat pelaksanaan ritual yang didalamnya terdapat

Faut kanaf-Oe kanaf dari sebagian fam (marga). Fautkanaf-Oekanaf adalah batu yang

dimiliki setiap marga yang digunakan sebagai tempat upacara terhadap leluhur mereka.

Kawasan tersebut disakralkan oleh sukunya dan disegani oleh suku-suku lain karena diyakini

memiliki kekuatan gaib yang dapat membawa rejeki atau sebaliknya dapat menimbulkan

malapetaka. Tempat-tempat sakral yang dimiliki oleh masyarakat Mollo sebagian terletak di

dalam dan diperbatasan kawasan larangan. 23

Semua bentuk kehidupan di dalam kawasan larangan tidak boleh diambil dan semua

pelaksanaan kegiatan harus melalui persetujuan ketua adat. Larangan menebang pohon di

hutan Gunung Muits larangan diberlakukan sangat keras. Sesuai isi peraturan yang dibuat

oleh raja dan tokoh adat, masyarakat Mollo tidak diperbolehkan untuk mengeksploitasi

sumberdaya alam secara berlebihan baik dalam hal penebangan pohon, pemanenan hasil

hutan maupun perburuan satwa liar, sehingga hutan Gunung Mutis terlindungi dari

penebangan liar dan perburuan liar. Larangan akan dicabut, setelah dipandang menurut

kriteria obyektif, hasil telah memenuhi syarat panen yang diawali dengan upacara adat.

Aturan adat dan pandangan masyarakat mengenai hutan Gunung Mutis menjadikan mereka

sebagai pelindung hutan Gunung Mutis. Pada dasarnya makna dari aturan adat adalah

menjaga dan melestarikan hutan dan Gunung dan perlindungan sumberdaya alam. Oleh

karena itu, dengan adanya peraturan adat mampu memelihara, memanfaatkan sekaligus

melestarikan hutan, dan sawah lengkap dengan flora dan fauna yang ada di dalamnya yang

dimiliki secara komunal. Disisi lain, masyarakat juga percaya bahwa alamlah yang akan

menghukum mereka jika mengeksploitasi sumberdaya secara berlebihan.24

mengatakan

23

Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017 24

Bapak Yakobus Toi , tanggal 5 januari 2017

Page 12: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

45

bahwa sanksi mampu menciptakan rasa takut untuk melakukan pelanggaran bagi suatu

masyarakat.25

Selain itu ada kawasan padang penggembalaan berada di luar Nais–Tala’ dimana lahan

tersebut berupa hutan tanaman. Sebagian dari kawasan ini masuk kedalam kawasan Cagar

Alam. Pada lahan ini berdasarkan peraturan adat, masyarakat dapat memanfaatkan kayu

bakar, madu, tali hutan, dan lain-lain tanpa merusak alam. Padang penggembalaan

sebelumnya merupakan lahan terbuka yang diijinkan oleh pemerintah untuk ditanami

tanaman kehutanan seperti kemiri dan cemara di lahan ini juga terdapat tanaman hias seperti

anggrek, kaktus dan lainnya. Untuk kawasan perkampungan, Kawasan pemukiman

masyarakat Mollo berada di luar kawasan padang penggembalaan yang merupakan kawasan

kampung dan ladang masyarakat Mollo. Kawasan kampung memiliki rumah-rumah adat

masyarakat Mollo yang diberi nama Lopo serta pekarangan rumah yang ditanami dengan

berbagai tanaman hias yang didapat dari hutan. Selain itu kawasan ladang yang berada di

sekitar rumah mereka juga ditanami dengan tanaman-tanaman musiman.26

3.5 Gambaran umum Gunung Mutis

Telah dijelaskan pada bagian awal bahwa Gunung Mutis merupakan salah satu gunung

tertinggi di pulau Timor. Istilah sebenarnya yang dipergunakan untuk gunung ini yakni istilah

Mutis karena gunung ini selalu berlindung muka atau berselubung muka dengan awan putih;

kecuali pada saat turun hujan, awan putih itu bercampur dengan awan hitam. Sesudah hujan

awan itu akan kembali menjadi putih oleh karena itu istilah mutis Mutiini bermakna putih.

Setiap tahun biasanya gunung ini terbakar sampai tiga minggu lamanya. Sementara itu, agin

25

Bapak Yakobus Toi, tanggal 5 januari 2017 26

Dewi jully Anna, Konservasi Hutan Gunung Mutis oleh Masyarakat Mollo, Nusa Tenggara Timur,

Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,

Bogor2015. Hal 9

Page 13: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

46

bertiup kencang sehingga tempat kebakaran itu disapuh bersih. Di sinilah istilah Muti

berubah arti menjadi bersih.27

Pada musim hujan terdapat air terjun dari puncak gunung itu ke kakinya. Air terjun ini

berasal dari mata air yang keluar dari lubang batu, dan mengalir sepanjang ribuan meter.

Batang air terjun itu, dipandang dari jauh, bagaikan kain putih karena jernih airnya. Di sini

istilah Muit berarti jernih. Selain apa yang dilihat di atas atau di kulit gunung itu seperti

awan-awan, batang air terjun Muti sebenarnya menunjuk kepada harta benda yang ada di

dalam gunung itu, Muti berarti harta perak atau emas muda. Sungai yang mengalir dari

puncak gunung ini terbagi dua; sebatang menuju timur, sebatang lagi menuju utara yang

dinamakan Noe Noni artinya Sungai Perak. Orang-orang yang bermata jeli boleh melihat dan

memilih butir-butir perak atau emas muda, setelah banjir-banjir dari sungai-sungai tersebut

ini. Benda ini dinamai Noin Oe artinya perak air. Istilah Muti di sini berarti putih perak.

Gunung Mutis dirangkaikan dengan Gunung Mollo. Mollo adalah kuning emas atau emas.

Biasanya disebut Muti ma Mnatu yaitu gunung perak dan gunung mas. Huruf “S” pada suku

„”ti” menjadi suku ”tia” seperti pada segala istilah misalnya Mollomenjadi Mollos, Banam

menjadi Banama: Timau menjadi Timaubas dsb.28

Mutis mempunyai ketinggian 2.427 meter di atas permukaan laut. Secara geografis

Gunung Mutis berada di pulau Timor, tepatnya wilayah kecamatan Fatumnasi dan kecamatan

Tobu, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) serta kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).

Ada beberapa pintu masuk menuju Gunung Mutis yaitu yang Pertama: Melewati Desa

Fatumnasi, kecamatan Fatumnasi, kabupaten TTS. Desa ini jaraknya sekitar 143 km dari ibu

kota propinsi Nusa Tenggara Timur, Kupang dan 33 km dari kota Soe, ibu kota Kabupaten

Timor Tengah Selatan, Kedua: Melewati Kecamatan Tobu, Kabupaten Timor Tengah Selatan

27

Dinas pendidikan dan kebudayaan , sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya,Unit Pelaksana

Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi Nusa Tenggara TimorNusa

Tengga Timur, Kupang 2007. Hal 1 28

Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi

Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya, hal 1

Page 14: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

47

(TTS). Ketiga: Melewati kecamatan Miomafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU),

namun jalur yang paling mudah dan dekat yakni desa Fatumnasi.29

Fatumnasi sendiri yang merupakan kecamatan di mana Gunung Mutis berada yang

adalah sebuah desa adat. Kata Fatumnasi terdiri dari dua suku kata yaitu Fatu yang arinya

batu dan mnasi yang artinya tua, jadi Fatumnasi yang berati; Batu Tua. Dituturkan bahwa

desa ini merupakan tempat salah satu leluhur suku dawan tinggal sekaligus leluhur penjaga

alam gunung paling tinggi di pulau Timor yaitu Gunung Mutis. Gunung Mutis adalah sumber

kehidupan bagi masyarakat Timor oleh karena di Gunung Mutis terdapat sumber mata

airbesar yang mengalir dan memberi kehidupan kepada sebagian besar masyarakat Timor

seperti yang telah dipaparkan di awal. Air ini juga yang membuat tanah di Fatumnasi menjadi

sangat subur. Wilayah sekitar Gunung Mutis merupakan daerah resapan air dan menjadi

sumber mata air utama di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Hal ini yang menjadi alasan raja

Mollo pada waktu itu menganjurkan untuk semua masyakata Mollo untuk menjaga alam

Gunung Mutis.30

Gunung Mutis tidak hanya mempunyai panorama alam yang sangat indah dan eksotis

akan tetapi juga sangat kaya akan keragaman hayati alam seperti tumbuh-tumbuhan dan

hewan yang masih terlindungi dan banyak di jumpai di kawasan Gunung Mutis. Gunung

Mutis terkenal dengan gunung-gunung batu yang kokoh berdiri yang juga mengandung unsur

marmer. Oleh masyrakat disebut Faut Kanaf yang apabila diterjemahkan kedalam bahasa

Indonesia adalah batu nama. Wilayah Gunung Mutis relatif subur dan udara sejuk. Wilayah

kaki Gunung Mutis merupakan wilayah bagian utara yang masih sangat asri, dengan

hamparan pandang rumput yang luas diselingi tonjolan bukit-bukit marmer putih, hijau, dan

kelabu. Rumput-rumput yang tumbuh terutama rumput alang-alang dan rumput janggut

tumbuh subur di musim hujan dan mati pada musim kering. Di sela-sela padang rumput

29Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2007

30,Hasil Penelitian tentang data sekunder profil desa Fatumnasi yang di dapat dari pemerintahan desa

Ftumnasi, Bpak Yakobus Toi tanggal 4 Febuari 2017,

Page 15: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

48

tumbuh berbagai tanaman keras, semacam jenis ampupu (Eucalputus Urophylla) dan

Cendana (Santalumalbum). Selain kedua jenis tumbuhan itu, masih ada beragam jenis lain

seperti paku-pakuan, berbagai jenis tanaman anggrek liar dan lumut-lumutan. Selain itu

Fauna kawasan ini juga sama kayanya. Di kawasan ini masih menjumpai rusa Timor (Cervus

timorensis), kuskus, biawak Timor (Varanus timorensis), ular sanca Timor (Phyton

timorensis). Kawasan Mutis memiliki tipe vegetasi yang merupakan perwakilan hutan

homogen dataran tinggi.31

Hal lain yang menarik untuk dilihat adalah bagaimana suku-suku

asli kawasan ini memanfaatkan dahan dan ranting pohon-pohon besar untuk membuatkan

rumah bagi lebah hutan penghasil madu. Bagi masyarakat setempat, lebah hutan membantu

mereka menopang kehidupan ekonomi dari hasil ternak dan pertanian. Sebagian besar mata

pencaharian penduduknya adalah bertani (aneka sayuran, padi, jagung, umbi-umbian, kopi)

dan berternak (kambing, sapi, kuda, kerbau). Mereka juga pencari madu hutan, sementara

ibu-ibunya penghasil tenun berkualitas.32

Gambar 1

Gambar Peta letak Gunung Mutis

31

H. G Schuler Nordholt, The Political System of The Atoni of Timor, (For Distributor And Circulation

In Indonesia 32

Hasil Penelitian tentang data sekunder profil desa Fatumnasi yang di dapat dari pemerintahan desa

Ftumnasi, Bpk Yakobus Toi, tanggal 4 Febuari 2017

Page 16: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

49

Gambar 2

Lereng Gunung Mutis

Gambar 3

Gunung Batu disekitar Gunung Mutis dan Hewan peliharaan Warga yang berkeliaran Bebas di padang

ramput

3.6 Tentang nama-nama dari bentuk Gunung Mutis

Dari ujung Gunung Mutis sebelah Utara sampai Kaisliu sampai ke sebela Timur dari

puncak ke puncaknya dihubungkan dengan bentuk tanah yang curam di sebelah menyeblah;

begitu curamnya jalan dari puncak ke puncak bagaikan isi pedang sehingga binatang besar

tidak dapat melewati lereng-lereng puncak ini, kecuali babi hutan yang tahu benar jalan ini,

atau kera yang boleh meloncat kian kemari dari puncak kepuncak Gunung Mutis ini. Sebab

itu dari ujung utara ke ujung timur disebut Belo Tan Lakan Ma Fafi Tui Lala. Belo atau Kelo

artinya kera. Tanlakanloncatan/ lompatan. Kera-kera meloncat dari puncak ke puncak gunung

ini. Fafi ”Babi /Babi hutan”. Babi jinak atau, anjing tidak bisa berjalan di tempat ini karena

sangat berbahaya. Tui Lala jalan babi hutan itu meniti, yang tampaknya sangat curam. Pada

Page 17: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

50

puncak yang tertinggi sampai di ujung sebelah Timur, terdapat beberapa tempat yaitu Lalu

unu, oe ana bi kuis, nafu matafetin fetim ma lelo fu.33

1. Lalinu adalah bunga api yang berhamburan atau bara api kecil yang berhamburan,

yang sebenarnya adalah bunga air yang terkena cahaya api pada waktu malam saat

gunung ini terbakar, berminggu-minggu lamanya. Percikan butir-butir air yang kena

cahaya api waktu malam bagaikan bunga api yang berhamburan atau berterbangan

sepanjang batang air terjun itu.34

2. Oeana adalah mata air kecil pada akhir musim panas. Air kecil ini menjadi mata air

yang besar sekali pada musim hujan, yang meluap dari danau dalam hati batu

gunung yang menyemburkan air dari sumber batu juga. Mulut sumber itu sangat

besar sehingga di mulut sumber ini, air terbagi menjadi tiga batang air terjun. Satu

batang air terjun menuju ke sebelah Utara Gunung Mutis yang mengalir melalui

Desa Bonleu, Keluar di Batu Peke, melalui Haekto terus ke Maurius masuk ke

tanolo (Belu) melalui Besikama, lalu bermuara di Noe Faru. Tempat ini menjadi

pelabuhan termasyur dari abad I sampai abad XII. Batang air terjun yang menuju ke

sebelah barat melalui desa Nenas, tempat Noetoko, Eno Matanin, Matpunu,

menembus Batu Malete, sungai besar, yang lebarnya ¾ km melaui Basniti Nuat,

Susi, Tfome, Hau Fenu, Noelmina Batu putih (jembatan) hine bena (dataran

berumput) lalu bermuara di pantai laut Selatan Pulau Timor. Di muara sungai terjadi

suatu pulau kecil bernama Meni Fon Meni Beton- Bai Feon. Banyak buaya atau;

Pulau Buaya. Demikian nama delta ini Sungai yang mengarah ke sebelah Timur juga

mempunyai delta bernama La Ken Kun- La Kenu tempat penyebrangan jiwa-jiwa

waktu meninggal dunia. Di sini mereka berkumpul dan menyebrang terus ke

33

Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi

Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya, hal 3 34

Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi

Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya, hal 4

Page 18: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

51

Malaka. Dari sana mereka meyebrang lagi melalui beberapa tempat, lalu akhirnya

tiba di tempat masing-masing asal usul kedatangan neneknya misalnya neneknya

datang dari Hindia Betaking; tandanya adalah suatu benda yang masih disimpan atau

masih diingat yakni Suni Betaking yaitu pedang dari Hindia Belanda; Suni Oa

Manaspedang dari Hindia Muka. Batang air terjun yang menghadap kesebelah utara

melalui desa Kaesliu, melalui suatu tempat berakhir perbatasan Mollo dan Amfoang.

Dari tempatnya mengalir ke laut sebelah Utara berhadapan dengan pulau Alor.

Sepanjang sungai ini dari Sutual sampai ke muaranya merupakan perbatasan

Amfoang dan Ambenu. Di sini dua nama dirangkaikan yaitu Noe Binonis Noe

Bitimos.35

3. Bi Kuis/ Bi Kus“Kumbang atau guci besar”. Puncak Gunung yang tertinggi dari

bukit-bukit lain yang juga merupakan puncak-puncak Gunung Mutis dari jauh

tampaknya seperti sebuah guci besar. Karena itu disebut Bi Kusi. Awalan Bi dipakai

untuk nama wanita atau juga hewan; tetapi disini di pakai untuk wanita atau putri

yakni Putri Gunung Mutis. Inilah yang menjadi pokok penyembahan pada putri ini

berabad-abad lamanya. Yang pertama kali datang mendapatkan Gunung Mutis

a. Keluarga Kune Uf/Kune I/Kune yang mula-mula bertempat di Netfoni.

b. Keluarga Bai Uf/ Bai I Penukar / Bay I perubahan di Koén.

c. Keluarga Lasa/ Las Tuaf/ Lasa penguasa di Oe Letunan antara Fatu Naususu dan

Gunung Mollo.

d. Beberapa keluarga menyusul lagi.

e. Kemudian datang Kono-Oematan yang dapat menghubungkan keluarga-keluarga

ini (Temukung/Desa masa sekarang), menjadi satu bahagian atau satu wilyah

pimpinan.

35

Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi

Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya, hal 5

Page 19: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

52

f. Yang terakhir datang adalah Sonbay dengan rombongannya; lalu terbentuk

wilayah kekaisaran yang tak ada tandingnya di dataran Timor ini dan pulau-

pulaunya. Penyembahan kepada Putri Gunung Mutis menghebat karena waktu itu

diutus seekor Garuda mengukur pulau-pulau Maluku (yang sudah diukur) 36

4. Naufun/ Nan Fon artinya “terurai rambut hingga menutup mukanya atau tubuhnya

hingga jarang kelihatan”. Dengan itu menjadi terang bahwa, rambut yang terurai

adalah kiasan dari awan yang selalu menudungi puncak yang tertinggi yang

berbentuk sebagai guci itu.

5. Tafetin “Melepaskan/bercerai”.

6. Fet In “mereka bercerai/mereka berpisah”. Perceraian terjadi antara Putri dan

penyembah-penyambahnya.

7. Lelo“limau hitam / limau asam / limau tanaman alam”. Limau yang tumbuh sendiri,

tidak dipelihara oleh manusia, hanya oleh alam sendiri sesuai perubahan musim atau

iklim. Sebenarnya suatu pohon yang bertumbuh sendiri dan berbiak sendiri. Seluruh

penduduk dataran Timor dan pulau-pulaunya mengenal tanaman ini dalam masa

modern ini bidang pertanian memeliharanya untuk pencangkokan atau okulasi.

Hasilnya terlihat lebih bagus di sekitar Gunung Mutis. Istilah yang dipakai untuk ini

adalah “Merdeka – Tumbuh, Merdeka Berbiak, Merdeka Beralih”.

8. Fuy “bebas/merdeka, berdiri sendiri, mengatur diri sendiri”. Fuy/Folu misalnya: Sul

Folu Oe Folu tongkat kemerdekaan; diberikan oleh Pemerintah Belanda kepada

semua Raja-raja didaratan Pulau Timor dan pulau-pulau sekitarnya sesudah perang

Pen Fuy yaitu sesudah mengambil kota Konkordia di Kupang pada permulaan abad

ke XVIII sejalan dengan permulaan perang Aceh.37

36

Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi

Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya. Hal 2-7 37

Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi

Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya, hal 7

Page 20: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

53

3.7 MitosAsal mula kedatangan nenek moyang masyarakat Mollo ke Gunung Mutis

Dalam penelusuran pengumpulan informasi tentang mitos yang beredar dalam

masyarakat Mollo mengenai Gunung Mutis, tidak ada sumber tertulis yang faktual yang

ditinggalkan oleh para leluhur masyarakat Mollo. Tetapi berdasarakan penuturan tua-tua adat,

masyarakat Mollo serta cerita-cerita rakyat yang ada, diperoleh keterangan bahwa pada

awalnya nenek moyang masyarakat Dawan dalam hal ini orang Mollo berasal dari Hindia

Belakang, mereka awalnya datang ke pulau Timor dari wilayah bagian utara pulau Timor

yaitu Timor Tengah Utara tepatnya Betun Besikama tepatnya di desa Sikun, saat itu semua

belum mempunyai marga, ketika tiba, mereka mempunyai pandangan tertuju pada puncak

tertinggi pulau Timor yaitu Gunung Mutis, oleh karena di puncak Gunung Mutis terlihat api

yang menyala. Mereka lalu menuju ke wilayah Gunung Mutis untuk menemukan api yang

sedang menyala tersebut dan siapa pemilik api. Dalam perjalanan menuju Gunung Mutis

untuk menemukan api tersebut barulah nenek moyang orang Mollo mendapatkan marga-

marga mereka, marga yang mereka dapatkan dari setiap perilaku yang mereka lakukan.38

Ada beberapa marga besar yang muncul ketika nenek moyang orang Timor menuju ke

Gunung Mutis yaitu misalnya marga Oematan yang artinya mata Air, karena ketika mereka

tiba di sebuah mata air yang bernama Oemat hitu yang artinya tujuh mata air mereka

mengambil air dari sumber mata air itu sehingga mereka disebut Oematan. Ada juga yang

melewati mata air tersebut akan tetapi tidak mengambil air hanya melewati saja, mereka

disebut Uiskono yang artinya Melewati. Setelah itu ketika mereka tiba di Gunung Mutis dan

menemukan api lalu mereka melempari api terbeut, mereka disebut Polli yang artinya

melempari. Ada juga yang mengambil api yang menyala itu lalu mereka disebut Luli, yang

artinya mengambil. Setelah itu mereka yang bertemu dengan pemilik api disebut Tefa yang

38

Hasil Wawancara Tokoh adat, bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA

Page 21: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

54

artinya Bertemu. Ketika mereka ada yang dapat membujuk pemilik api untuk berbicara,

mereka disebut Bai yang artinya membujuk. Masih banyak marga yang diperoleh nenek

moyang masyarakat Dawan dalam perjalanan mereka menuju ke Gunung Mutis, marga-

marga itu yang menjadi marga besar yang mendiami sebagian wilayah Timor. 39

Ketika mereka berada di Gunung Mutis mereka tiba di sebuah hamparan yang diberi

nama Lelofui, disana mereka membuat sebuah rumah adat yang biasa disebut Lopo. Mereka

membuat Lopo dengan menggunakan bahan-bahan lokal seperti kayu-kayu hutan, kulit-kulit

pohon dan rumput alang-alang, lopo itu dibuat dengan 8 tiang. Menurut penuturan ada 8 suku

yang datang dan tinggal di Gunung Mutis, yaitu Suku Mollo, Amanuban, Amanatun, Ambenu,

Miomafo, Amfoang, Amarasi, Amkase. Kedelapan suku ini awalnya tinggal bersama-sama di

Gunung Mutis tetapi oleh karena diatas Gunung Mutis banyak sekali binatang buas serta

iklim yang buruk sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk berpencar ke semua penjuru

pulau Timor, dan yang tetap tinggal di wilayah sekitar Gunung Mutis yaitu suku Mollo. Ada

sebuah hamparan yang diberi nama Lelofui dan Tafein yang artinya melepaskan, karena

disitulah tempat kedelapan suku itu berpisah.40

Gunung Mutis adalah puncak tertinggi pulau Timor yang memberi kehidupan bagi

sebagian besar masyarakat Pulau Timor dan juga sebagai tempat yang disakralkan dan

disucikan oleh karena merupakan tempat tinggal para Leluhur masyarakat Dawan. Disana

terdapat banyak tempat sakral yang sering digunakan untuk ritual-ritual pemujaan sekaligus

ritual untuk meminta kesuburan, baik meminta hujan maupun memintah panas. Ada juga

sumber-sumber mata air di Gunung Mutis yang menjadi tempat berdoa bagi masyarakat

Mollo. Telah dipaparkan bahwa di atas Gunung Mutis muncul beberapa marga besar di

wilayah Timor dan juga ada tempat-tempat sakral untuk marga-marga tersebut seperti

39

Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA 40

Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA

Page 22: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

55

misalnya ada lubang-lubang angin yang dari sana muncul marga Anin artinya Angin. Tempat

itu menjadi tempat yang disakralkan oleh marga Anin.41

Di Gunung Mutis juga terdapat sebuah Gua yang bernama Nualulatyaitu gua bertulis

yang diyakini oleh masyarakat Mollo bahwa di dinding Gua tersebut terdapat coretan-coretan

nama, dan nama orang yang meninggal itu akan muncul pada dinding Gua tersebut, sehingga

mereka meyakini bahwa Mutis merupakan tempat roh leluhur mereka berada dan juga tempat

di mana mereka akan kembali ketika mereka meninggal. Tidak hanya itu, Gunung Mutis juga

bagi masyarakat Timor merupakan sorga yang mana ketika mereka meninggal arwah mereka

akan kembali ke atas Gunung Mutis bersama Penguasa tertinggi Uis Neno dan para leluhur

mereka, untuk menunggu waktu mereka kembali ke gunung, maka mereka tinggal sementara

di pepohonan, batu-batu. Oleh karena itu, setiap marga di Timor mempunyai gunung batu

tersendiri misalnya Faut kanaf ayang artinya batu marga tempat mereka transit untuk menuju

ke Gunung Mutis. ada juga sebuah padang yang bernama Nitum Mbone yaitu padang tempat

pesta, di sana ada lingkaran bulat seperti orang yang sedang menari Bonet. di tuturkan bahwa

itu adalah tempat leluhur masyarakat Mollo melakukan pesta, dan ketika ada orang yang akan

meninggal maka jejak kaki melingkar seperti orang sedang menari bonet akan muncul.42

Mulai dari keluarga-keluarga yang pertama datang mendapatkan Gunung Mutis selalu

ada kenyataan sampai hari ini, bahwa di jalan gunung seolah-olah ada suatu kampung arwah-

arwah yang senantiasa kelihatan sebagai manusia-manusai kerdil. Sering mereka tidak

kelihatan tetapi kedengaran suaranya, bagaikan suara manusia, yang berbahasa Timor dan

dapat diartikan kata-katanya atau kalimat-kalimatnya. Mereka bisa membuang luda pada

orang baru, binatang-binatang buruan di Gunung Mutis itu, lebih lagi bagi para pemburu

yang baru menangkap babi hutan; pemburu itu diserang dengan kata-kata hinaan yang

41

Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 42

Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA

Page 23: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

56

terdengar dekat sekali. Ada bunyi jejak kaki, bunyi hentakan kaki, tanda orang marah, bunyi

pijakan dahan atau ranting kering yang patah. Ada pemburu yang kadang-kadang tak tahan

mendengar kata-kata hinaan tersebut dan akhirnya pulang kembali dengan tidak membawa

hasil buruannya.43

Ada orang-orang tertentu yang mempunyai kemampuan untuk dapat

melihat arwah-arwah. Mereka dapat melihat arwah-arwah dengan terang, lalu lalang pada

pemandangannya, bukan saja di Gunung Mutis atau di kubur, sudut-sudut jalan tetapi juga

dalam rumah tempat tinggalnya. Mereka ini di sebut mat nitu (mata arwah) ada orang yang

penyembahannya pada dewa dan dewi hingga tiba-tiba mereka tahu apa yang akan terjadi –

hujan – panas – angin ribut. Orang yang sedemikian disebut Ma na ku / Ma’nak Pah (kalau

dewa atau dewi itu atau mata air dan gunung-gunung batu, berarti arwah itu dari tanah

gunung).44

Tetapi ada juga ma nak nitu(arwah nenek-nenek), yang paling berbahaya bukan saja

melihat arwah-arwah entah nenek-nenek atau tanah bumi tetapi ada yang melakukan

hubungan perkawinan selaku suami dan istri. Orang-orang yang sedemikian jangan digugat

nanti suami atau istri arwah itu akan membalas gugatan itu.45

Kalau ada kematian pemuka masyarakat, dalam ratapan akan disebut atau dituturkan

perjalanannya yang berakhir di Gunung Mutis; terlebih yang mengadakan onen

(sembahyang) atau pidato akan disebut secara jelas misalnya ia akan singgah dan menuliskan

capnya di gua Kok La, Nualulat “gua cap” atau gua yang mempunyai tulisan cap kudanya.

Ia singgah menggosokkan kaki (Fou Ha’e) dekat batu Naususu, batu cabut susunya

(seorang ibu dalam perjalanan mencabut susu atau buah dadanya). Ia sampai di Tailkoti tidak

43

Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi

Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya, hal 99

44

Bapa Dominggus Oematan tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA

45Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA

Page 24: BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO · 2017. 12. 18. · 34 BAB III MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO. Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral,

57

menoleh tetapi langsung melihat, tempat kampung halamannya, sampai Fatumnasi (batu

tua)Babnai Batu Nay/ Bubu nay (semacam tumbuhan berwarna kuning), kalau menyengat

sakit sekali melebihi tumbuhan biasa. Tumbuhan ini hanya hidup di sekitar Gunung Mutis –

Babnay.46

Bi Kek Neno / bi kek ke lan (nama wanita, juga gunung dewi) Gunung Mollo dan

sekitarnya di mana tumbuh pohon-pohon ampupu. Bibit pohon ini di bawa dari Australia oleh

kawanan lebah ke pulau Timor seperti kalong-kalong yang mengambil bibit buah pinang dari

Alor ke tanah Amfoang. Bila si mati tiba di Mutis dan ada tanda guntur, itu berarti pintu

sudah ditutup. Kalau musim panas dikatakan Ma u an putun natau lalan, oni antai – m –

natau lalan berarti rumput angus menutup jalan, lebah bersarang menutup jalan. Kalau

musim hujan dikatakan awan turun menutup jalan atau ulan sanu hatau lalan yaitu hujan

turun menutup jalan. Ini berarti arwah-arwah tinggal selamanya, tidak akan kembali lagi.47

46

Bapak Dominggus Oematan, tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA 47

Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA