BAB III PEMBALASAN AMAL PERBUATAN DALAM AGAMA...

30
33 BAB III PEMBALASAN AMAL PERBUATAN DALAM AGAMA ISLAM A. Pengertian Pembalasan Amal Perbuatan Pembalasan amal perbuatan terdiri dari tiga kata atau istilah, yaitu pembalasan, amal dan perbuatan. Kata pembalasan adalah berasal dari kata dasar “balas” dan mendapat awalan “pe” dan ahiran “an”. Balasan itu sendiri mempunyai arti jawaban, sambutan (atas perbuatan yang dilakukan kepadanya), apabila kata balasan dikaitkan dengan perbuatan, maka pembalasan adalah hukuman untuk membalas sakit hati atau perbuatan jahat dan diberikan untuk membalas kebaikan. 1 Apabila awalan “pe” dan ahiran “an” dirangkaikan dengan balasan menjadi pembalasan yaitu suatu hal (cara, perbuatan). Sedangkan kata amal adalah sebuah perbuatan, pekerjaan. Sebuah perbuatan baik dan buruk dan segala sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuat kebaikan. 2 Kata perbuatan adalah sesuatu yang dilakukan (diperbuat), tingkah laku manusia. 3 Kata perbuatan juga sering dikatakan prilaku yang mempunyai arti tindakan, cara berbuat atau perbuatan dari seseorang yang kesehariannya tidak lepas dari aktivitas. 4 Kata prilaku seringkali kita ucapkan untuk menilai seseorang dalam tingkah laku, dalam kehidupan sehari-hari dan biasanya istilah tersebut berkaitan dengan perbuatan manusia dimana akan menghasilkan penilaian- penilaian pada setiap tingkah laku manusia tersebut sebagai akibat dari perbuatannya. 1 Tim Penyusun Kamus, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1986, hlm. 80. 2 Ibid., hlm. 33. 3 Ibid., hlm. 81. 4 Oemar Bakry, Akhlak Muslim, Bandung: Angkasa, 1986, hlm. 10.

Transcript of BAB III PEMBALASAN AMAL PERBUATAN DALAM AGAMA...

33

BAB III

PEMBALASAN AMAL PERBUATAN DALAM AGAMA ISLAM

A. Pengertian Pembalasan Amal Perbuatan

Pembalasan amal perbuatan terdiri dari tiga kata atau istilah, yaitu

pembalasan, amal dan perbuatan. Kata pembalasan adalah berasal dari kata

dasar “balas” dan mendapat awalan “pe” dan ahiran “an”. Balasan itu sendiri

mempunyai arti jawaban, sambutan (atas perbuatan yang dilakukan

kepadanya), apabila kata balasan dikaitkan dengan perbuatan, maka

pembalasan adalah hukuman untuk membalas sakit hati atau perbuatan jahat

dan diberikan untuk membalas kebaikan. 1 Apabila awalan “pe” dan ahiran

“an” dirangkaikan dengan balasan menjadi pembalasan yaitu suatu hal (cara,

perbuatan).

Sedangkan kata amal adalah sebuah perbuatan, pekerjaan. Sebuah

perbuatan baik dan buruk dan segala sesuatu yang dikerjakan dengan maksud

berbuat kebaikan.2 Kata perbuatan adalah sesuatu yang dilakukan (diperbuat),

tingkah laku manusia.3 Kata perbuatan juga sering dikatakan prilaku yang

mempunyai arti tindakan, cara berbuat atau perbuatan dari seseorang yang

kesehariannya tidak lepas dari aktivitas. 4

Kata prilaku seringkali kita ucapkan untuk menilai seseorang dalam

tingkah laku, dalam kehidupan sehari-hari dan biasanya istilah tersebut

berkaitan dengan perbuatan manusia dimana akan menghasilkan penilaian-

penilaian pada setiap tingkah laku manusia tersebut sebagai akibat dari

perbuatannya.

1 Tim Penyusun Kamus, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1986,

hlm. 80. 2 Ibid., hlm. 33. 3 Ibid., hlm. 81. 4 Oemar Bakry, Akhlak Muslim, Bandung: Angkasa, 1986, hlm. 10.

34

Dalam agama Islam, mengenai pembalasan amal perbuatan dikaitkan

dengan hari akhirat. Dimana menurut Teungku Muhammad Hasbi ash-

Shidiqqy, hari akhirat adalah pembalasan yang ada pada hari itulah Allah

menghitung (hisab) amal perbuatan setiap orang yang sudah dibebani

tanggung jawab dan memberikan putusan ganjaran sesuai dengan hasil

hitungan itu. 5

Menurut Murtadha Muthahhari bahwa pembalasan amal adalah

perhitungan atas perbuatan baik dan buruk, pemberian pahala kepada orang-

orang yang melakukan kejahatan. 6

Menurut Anwar Harahap bahwa pembalasan adalah setiap orang

setelah dihisab atau diadili, akan mendapat pembalasan dari apa saja yang

mereka perah lakukan dalam hidupnya di dunia. Perbuatan yang baik akan

dibalas Allah dengan kebaikan, sedangkan perbuatan jahat atau jelek dibalas

dengan kejahatan yang setimpal dengan perbuatan itu. 7

Berbicara mengenai amal perbuatan dan balasan, didalamnya maka

kita akan menemukan bahwa setiap prilaku, tingkah laku, perbuatan manusia

dalam kehidupan sehari-hari baik itu prilaku baik atau buruk, perbuatan itu

akan menghasilkan penilaian-penilaian pada tingkah laku manusia yang

nantinya akan diberi ganjaran atau balasan sebagai akibat dari perbuatannya.

Disini mengenai perbuatan manusia, manusia diberi kebebasan untuk memilih,

manusia dapat berbuat atau berkehendak apa saja tetapi harus bertanggung

jawab karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang bertanggung jawab.8

Manusia diberi kebebasan untuk memilih perbuatan baik atau buruk,

perbuatan yang hendak dilakukan dan diperintahkan untuk memelihara

perbuatan tersebut. Firman Allah dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 281:

5 Teungku Muhammad Hasby ash-Shiddieqy, Al Islam 1, Semarang: Pustaka Rizki Putra,

1998, hlm. 334. 6 Murthadha Muthahhari, Keadilan Illahi (Asas Pandangan-Dunia Islam), Bandung:

Mizan, 1992, hlm. 181. 7 Anwar Harahap, Menuju Hari Abadi, Jakarta: Pustaka Widyasarana, 1993, hlm. 18. 8 Sarwito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1976, hlm. 21

35

واتقوا يوما ترجعون فيه إلى الله ثم توفى كل نفس ما كسبت وهم ال )281: البقرة(. يظلمون

Artinya: “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. (QS. Al-Baqarah: 281)9

Ayat ini sangat luas pengertiannya hingga pengertian perbuatan yang

dimaksud adalah perbuatan yang baik maupun yang buruk. Allah menegaskan

bahwa setiap diri akan diberi balasan di hari kemudian sesuai dengan apa yang

diperbuatnya di dunia,sehingga perbuatan yang dilakukan manusia itu dengan

sendirinya akan diberi imbalan yang adil bahkan termasuk pula perbuatan baik

akan mendapatkan imbalan. surat Al Baqoroh ayat 286 :

تبسا اكتا مهليعو تبا كسا ما لههعسا إال وفسن الله كلفال ي . .. )286: البقرة(

Artinya: “Allah tidak memberi tugas kepada seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya: ia mendapatkan pahala bagi apa yang diperbuatnya dan mendapatkan siksa atas apa yang diperbuatanya juga…”. (QS. Al-Baqarah: 286) 10

Kekuasaan ayat ini ditandai dengan kata nafasa perbuatan

diungkapkan dengan dua bentuk pertama, kasaba yang berarti baik dan

perbuatan kedua dengan iktasaba yang dimaksudkan dengan perbuatan yang

tidak baik.

9 Yayasan Penyelengara dan Penterjemah al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahan ,

Jakarta: Departemen Agama RI, 1971, hlm.70. 10 Ibid, hlm.72.

36

Ditegaskan Allah, bahwa perbuatan baik menjadi pahala dan perbuatan

buruk menjadi beban, dikemukannya setelah kewajiban itu sesuai dengan

kemampuan manusia, sehingga perbuatan tersebut dapat dikaitkan dengan

kewajiban. Maroghi dalam kitab tafsir Al-Maroghi menyebutkan bahwa

kewajiban itu adalah ketaatan dan penerimaan atas apa yang diwahyukan

kepada Nabi Muhammad.11 Penafsiran ini nampaknya mengkaitkan perbuatan

itu dengan ayat sebelumnya yang menyebutkan bahwa rosul Muhammad

menerima baik apa yang diturunkan kepadanya dan orang-orang mukmin pun

demikian, menerima baik apa yang diturunkan, yakni ketaatan adalah

pemenuhan kewajiban. Berbuat demikian merupakan kebaikan dan berbuat

yang sebaliknya merupakan kejelekan keduanya merupakan termasuk

perbuatan manuisia.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang diberi kebebasan dalam

melakukan perbuatan, maka manusia merupakan salah satu komponen yang

dikendalikan oleh Tuhan dalam hal perbuatan, karena Tuhan kuasa atas

manusia, sehingga apa yang dikerjakan oleh manusia itu merupakan kehendak

yang ditentukan oleh Tuhan hal ini bisa dikatakan Allah-lah yang menciptakan

segala perbuatan manusia.12

Perbuatan manusia diciptakan Tuhan sebagaimana gerak yang

diciptakan Tuhan dalam benda-benda mati. Oleh karena itu manusia dikatakan

“berbuat” bukan dalam arti yang semuanya, tetapi dalam arti kiasan.13

Perbuatan manusia itu terpaksa diluar kemampuannya. Hal ini sebagaimana

keadaan bulu ayam yang terbang kemana arah angin yang bertiup atau

sepotong kayu ditengah lautan yang mengikuti arah hempasan ombak dan

badai. 14

11 Ahmad Mustafa Al-Maroghi, Tasir Maroghi, Bairut: Dar al-Fikr, t. th., Jilid I. hlm. 85. 12 Taib Thahir Abd Mu’in, Ilmu Kalam, Jakarta: Widjaya. cet XII. 1997. hlm. 101. 13 Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta: UI, cet V, 1986, hlm. 34. 14 Sahilun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, Jakarta: CV. Rajawali Press, Cet I, 1991,

hlm. 1.

37

Hal ini bisa dikatakan bahwa perbuatan manusia itu juga Tuhan

adanya, karena Tuhan yang menciptakan dan memelihara segala kekuatan

alam ini, termasuk kehendak manusia. juga Tuhan-lah yang menciptakan

kekuatan yang menggerakan kehendak manusia, Dia mengetahui sebelumnya

apa yang akan dilakukan oleh kekuatan-kekuatan itu dan berbagai peristiwa

yang akan dihasilkannya.

Wacana diatas ini membuktikan, bahwa segala sesuatu yang ada

dimuka bumi ini adalah makhluk ciptaan Tuhan. Pada tingkatan ini,

kebebaasan semakin kecil bahkan manusia terpaksa atas perbuatan baik itu

yang disengaja atau pun tidak disengaja.

Dari uraian dan beberapa pendapat mengenai pembalasan amal

perbuatan,ditarik kesimpulan bahwa pembalasan amal ada kaitannya dengan

akhirat. Dimana pembalasan amal perbuatan adalah pemberian atau balasan

atas apa yang pernah dilakukan atau diperbuat di dunia, apabila perbuatan itu

baik akan diberi pahala dan apabila perbuatan itu jelek akan diberi siksa.

B. Dasar Pembalasan Amal Perbuatan dalam Al Qur'an dan Al Hadis

Mengenai dasar ajaran pembalasan dalam agama Islam ada kaitannya

dengan akhirat dan ini terkait pada rukun iman yakni iman kepada hari akhir.

Dengan meyakini dan mengimani hari akhir, maka akan memperkuat

kepercayaannya terhadap kehidupan akhirat dan percaya bahwa setelah orang

meninggal dunia tidak berhenti sampai disitu saja tapi masih menjalankan

kehidupan sesudah mati untuk mendapatkan balasan atas perbuatannya di

dunia.

Dalam agama Islam, hari akhirat disebut juga dengan eskatologi.

Kepercayaan terhadap akhirat mempunyai posisi yang penting sekali, sebab

ini merupakan rukun iman (6 rukun iman) yang harus diimani oleh setiap

pemeluk agama Islam.

38

Mengapa kepercayaan tentang kehidupan akhirat sangat penting?

Karena semakin besar kepercayaan orang bahwa perbuatan baik atau buruk

akan mendapat balasan, maka semakin besar pulalah kekuatan yang

mendorong manusia untuk menjauhi diri dari sebuah perbuatan.

Jadi beriman terhadap akhirat mengandung arti bahwa tiap-tiap

perbuatan, baik dilakukan secara terang maupun secara rahasia, pasti ada

akibatnya. Dengan demikian kepercayaan ini akan memberi dorongan yang

kuat untuk menjalankan perbuatan baik dan mulia, serta menjauhkan diri dari

perbuatan jahat dan sewenang-wenangan.15

Demikianlah terlihat bahwa keimanan kepada Allah berkaitan erat

dengan keimanan kepada hari akhir (hari kemudian). Memang keimanan

kepada Allah tidak akan sempurna kecuali dengan keimanan kepada hari

akhir. Hal ini disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan,

sedangkan amal perbuatan baru sempurna motifasinya dengan keyakinan

tentang hari kemudian karena kesempurnaan ganjaran dan balasan hanya

ditentukan di hari kemudian.

Dasar ajaran atau sumber hukum yang pertama tentang hidup sesudah

mati dan pembalasan amal perbuatan serta semua hal yang dihadapinya di

akhirat ini merujuk dari Al Qur’an dan Al hadis sebagai hukum qath’i bagi

umat Islam.

1. Al Qur’an

Al Qur’an sebagai hukum qath’i seluruhnya bersifat pasti dari segi

kehadirannya, ketepatannya dan periwayatannya dari Rosulullah kepada

kita. Maksudnya, kita memastikan bahwa setiap Al Qur’an yang kita baca

itu adalah hakikat nash Al Qur’an yang diturunkan oleh Allah kepada

Rosul-Nya, kemudian Rasul-Nya menyampaikan kepada umatnya tanpa

15 Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Dinnul Islam), Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah,

1997, hlm.

39

ada perubahan dan tidak ada pula pergantian. 16 Sebagaimana firman Allah

dalam Al Qur’an surat Al Hijr ayat 9:

نحا نلحفظونإن ا لهإنو ا الذكرلنز9: احلجر(. ن(

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.17

Sebagai dasar ajaran yang pertama Al Qur’an memberikan

perhatian yang sangat istimewa terhadap permasalahan terhadap hari akhir

yang berkaitan erat dengan pembalasan dan peristiwa yang akan dihadapi

manusia setelah mati sehingga menambah kepercayaan kita dan

kemantapan keimanan kita pada hari akhir itu. .

Dari dasar ajaran mengenai pembalasan amal perbuatan yang

pertama adalah Al Qur’an yang dapat dilihat dalam surat Al Waqiah, surat

Al Haqqah, dan surat Ghaasyiyah. Dimana dalam surat Al Waqiah yang

menguraikan tentang hari kiamat serta penjelasan tentang apa yang akan

terjadi di bumi serta kenikmatan yang akan diperoleh orang-orang yang

bertakwa dan apa yang akan dialami oleh para pendurhaka.18 Dan dalam

surat Al Haqqah juga mengambarkan tentang kedahsyatan hari kiamat

serta ancaman kepada mereka yang meragukan keniscayaannya.19

Dari uraian surat di atas jelas bahwa Al Qur’an adalah sumber

pokok ajaran hari akhir dan itu semua yang dihadapinya benar-benar

sumber yang tidak dapat disangkal lagi oleh orang-orang yang beriman,

kecuali orang-orang yang mengingkari hari akhir. Dan ini bukti bahwa

keimanan mengambil tempat yang tidak sedikit dalam Al Qur’an, dimana

ayat yang pertama adalah uraian dan bukti tentang keesaan Tuhan dan

16 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Dina Utama, 1994, hlm. 36. 17 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op.cit., hlm. 391. 18 Quraish Shihhab, Tafsir al Misbath (Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an), Jakarta:

Lentera Hati, 2003, hlm. 51. 19 Ibid., hlm. 407.

40

kedua adalah uraian dan pembuktian tentang hari akhir. 20 Dimana

mengenai hari akhir Al Qur’an hampir tidak sesurat pun yang tidak

memuat pembahasan itu. Diuraikan pula hal-hal yang dapat mendekatkan

pemahamannya untuk jiwa dan kalbu, kadang-kadang dengan

menggunakan keterangan dan kupasan yang nyata dan kadang-kadang

dengan membuat perumpamaan.21 Dimana banyak redaksi yang digunakan

Al Qur’an untuk menguraikan hari akhir misalnya:

- Yaumul ba’ts yaitu hari kebangkitan, yakni hari dimana manusia

dibangkitkan dari kuburnya. 22

- Yaumul fashli yaitu hari dimana dipisahkan orang-orang yang benar dan

salah dan didapatkan amal kebaikan dan kejahatan. 23 Surat Al Dukhan

ayat 40.

عنيمأج مهل ميقتالفص مو40: الدخان(. إن ي(

Artinya: “Sesungguhnya hari keputusan (hari kiamat) itu adalah waktu yang di janjikan bagi mereka semua”. 24

- Yaumul Qiyamah atau hari kiamat disebut juga Yaummuddin yang

artinya hari pembalasan, karena pada hari itu setiap manusia menerima

balasannya yang baik dan buruk. 25 Firman Allah Al Infithor: 17-18.

)18: اإلنفطار(. ثم ما أدراك ما يوم الدين

Artinya: “Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? Sekali lagi tahukah kamu apakah hari pembalasan itu”. 26

20 Quraish Shihhab, Wawasan al Qur’an (Tafsir Maudhu’I atas Berbagai Persoalan

Umat), Bandung: Mizan, 1994, hlm. 80. 21 Sayyid Sabiq, Akidah Islam (Ilmu Tauhid), Bandung: Diponegoro, 1978, hlm. 431. 22 Ibid., hlm. 432. 23 Ibid. 24 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op.cit., hlm. 811. 25 Sayyid Sabiq, loc. cit. 26 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op.cit., hlm. 1033.

41

- Yaumul Jaza’ yakni hari pembalasan. 27 Firman Allah dalam surat Al

Mukmin ayat 17:

إن الله موالي ال ظلم تبا كسفس بمى كل نزجت موالي )17: املؤمن(. سريع الحساب

Artinya: “Pada hari itu tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang di

usahakannya, tidak ada yang diragukan pada hari itu, sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.”28

Dan masih banyak lagi istiah-istilah hari akhir di dalam Al Qur’an. Al

Qur'an juga tidak jarang menyebutkan kedua hal itu saja untuk mewakili

rukun iman lainnya, Surat Al Maidah ayat: 69 sebagai berikut:

إن الذين أمنوا والذين هادوا والصابئون والنصارى من أمن بالله واليوم )69: املائدة(. األخر وعمل صالحا فال خوف عليهم وال هم يحزنون

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi,

sabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja diantara mereka yang beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran untuk mereka dan tidak pula mereka bersedih hati”.29

2. Al Hadits

Dasar ajaran mengenai pembalasan amal perbuatan yang kedua

adalah Al Hadits.

Hadis adalah sesuatu yang disandarkan pada Nabi Muhammad

saw baik berupa perkataan, pernyataan, perbuatan dan sifat-sifat dan

keadaan Nabi saw yang lain, yang semuanya hanya disandarkan kepada

Beliau saja tidak termasuk hal-hal yang disandarkan kepada sahabat,

27 Sayiyd Sabiq, loc. cit. 28 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op.cit., hlm. 761. 29 Ibid., hlm. 172.

42

tidak pula kepada tabi’iy.30 Dan al hadis juga sebagai sumber yang qat’i

yaitu sunah yang pasti kedatangannya dari Rosulullah, yang tidak

diragukan.31

Diantara Hadits yang memperkuat bahwa perbuatan manusia pasti

akan mendapat balasan antara lain:

حدثنا حممد بن احلسن بن ايب يزيد اهلمداين عن . حدثنا امحد بن منيعقال رسول : ثور بن يزيد عن خالد بن معدان عن معاذبن جبل قال

من غير أخاه بذنب لم يمت حتى يعلمه، : اهللا صلى اهللا عليه وسلمدمقال أح :همن ابت ب قدذن لترمذىا( .من(

Artinya: “Telah menceritakan kepada saya Ahmad ibnu Mani’, telah menceritakan kepada saya Muhammad ibnu Hasan, Ibnu Abi Yazid al-Hamdani dari tsaur Ibnu Yazid dari Khalid ibn Ma’dan dari Mu’ad ibn jabal berkata: Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa menjelek-jelekan saudaranya atas suatu perbuatan dosa maka dia tidak akan mati sebelum melakukan perbuatan tersebut.” (HR Tirmidzi)32

Dari uraian diatas,dapat ditarik kesimpulan bahwa pembalasan

amal perbuatan dan hari akhir, bukan semata-mata cerita yang tidak nyata

tapi peristiwa tersebut pasti ada dan hal itu di dasarkan pada Al Qur’an

dan Hadis.

C. Macam-macam Pembalasan Amal Perbuatan dalam Agama Islam

Macam-macam pembalasan amal perbuatan dalam agama islam dibagi

menjadi dua,yaitu: (1) Hukuman di dunia (2) Hukuman di akhirat.

30 Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalahu’l Hadits, Bandung: Al Ma’arif, 1970, hlm. 6. 31 Abdul Wahhab Khallaf, op. cit., hlm. 40. 32 Sayid Ahmad al-Hasyim, Mukhtar al-Hadits al-Nabawiyah wa al-Hikam al-

Muhadiyah, Semarang: Dar Ihya, t.th, hlm. 164.

43

1. Hukuman di Dunia

Hukuman yang terjadi di dunia terbagi menjadi dua, yaitu

a. Hukuman yang bersifat peringatan dan pelajaran.

Jenis hukuman yang pertama adalah ketentuan-ketentuan

hukuman yang tersebar ditengah-tengah masyarakat yang dibentuk,

baik melalui undang-undang Illahi atau non-Illahi.

Mengenai hukuman yang bersifat peringatan dan pelajaran, itu

terjadi di dunia ini kadang kita tidak sadari bahwa derita yang kita

alami adalah peringatan dari Allah dan untuk dijadikan pelajaran dan

itu kadang kita menganggapnya sebagai musibah dan ujian yang selalu

menimpa dan itulah hukuman dibentuk melalui undang-undang Illahi.

Contoh saja seseorang yang selalu bertakwa dan beriman ia di timpa

musibah dan menderita sakit bagaimana ia akan menjalani masalah

tersebut apakah ia akan memetik musibah tersebut sebagai pelajaran

ataukah akan sebagai musibah belaka.

Mengenai hukuman yang dibentuk melalui undang-undang non

Illahi atau yang dibentuk oleh pemerintah yang berlaku di negara ini

yang harus dipatuhi dengan demikian, undang-undang mengenai

hukuman ini merupakan keharusan dalam mendidik pelaku kejahatan.

Orang-orang yang menyerukan agar hukuman diganti dengan

pendidikan dan menyarankan dibentuknya pusat-pusat rehabilitsi untuk

menggantikan penajara-penjara adalah orang yang melakukan

kekeliruan dalam memahami masalah ini. Oleh karena itu kita tidak

menolak urgensi pendididikan dan keharusan didirikan lembaga

rehabilitasi tersebut. Pendidikan dapat menekan laju kejahatan

sebagimana ketimpamngan sosial pun akan mendorong timbulnya

kejahatan. Dan tidak diragukan bahwa kokohnya sistem ekonomi dan

budaya akan dapat memperkecil jumlah kejahatan. Semuanya itu

benar, tetapi masing-masing tidak bisa berdiri sendiri-sendiri.

44

Pendidikan membutuhkan hukuman yang adil, dan sistem yang adil

juga membutuhkannya. Demikian pula halnya hukuman saja tidaklah

cukup tanpa adanya pendidikan yang mantap dan sistem sosial yang

adil.33

Betapapun manusia mendapatkan pendidikan yang tinggi dan

betapapun adil dan kokohnya suatu soistem sosial, toh akan tetap ada

orang yang melakukan kejahatan dan kesewenang-wenangan yang

tidak mungkin bisa kita cegah kecuali dengan hukuman yang kadang-

kadang harus berat dan keras.

Benar, dengan meningkatkan iman dan pendidikan yang benar,

dan dengan melakukan perbaikan sosial, kita dapat menghilangkan

sebab-sebab terjadinya kejahatan dan memperkacil jumlah kejahatan

dan tindak pidana sedemikian rupa, dan kita pun harus terus

menggunakan cara-cara tersebut. Namun kita pun tidak bisa

mengingkari peranan hukuman dan siksaan dalam proposisinya yang

tepat, dan kita tidak mungkin dapat menempatkan sesuatu yang lain

untuk menggantikan kedua media tersebut.

Misalnya, dulu pencurian hanya berkisar pada pencurian dan

pencopetan dari saku, tetapi sekarang para pencuri melakukan seribu

macam pencurian dengan cara terang-terangan atau dengan cara

sembunyi-sembunyi, dan yang dilakukan secara terang-terangan tidak

saja menyangkut barang-barang yang tidak berharga tetapi meliputi

barang-barang yang berharga.

Dari bukti-bukti diatas, jelas kita bisa menarik kesimpulan

bahwa hukuman-hukuman yang bisa mendidik adalah suatu keharusan

dan faedah bagi masyarakat manusia. Hanya saja, seperti telah

dikatakan, para peletak hukum harus memperhatikan aspek

keseimbangan antara kejahatan dan hukuman. 34

33 Murthadha Muthhari, op. cit.,hlm. 191. 34 Ibid.

45

b. Hukuman yang memiki kaitan takwiniyah (pembentukan) dan alamiah

dengan dosa.

Jenis hukuman yang kedua ialah hukuman yang memiliki

kaitan sebab akibat dengan dosa, artinya ia merupakan akibat dan hasil

wajar darinya. 35

Sebagian besar dari dosa memiliki dampak sektoral yang

diinginkan oleh pelakunya di dunia ini. Misalnya peminum khamer,

selain memiliki bahaya sosial yang akan menimpa dirinya juga akan

mengalami kesulitan-kesulitan psikologis dan psikis, seseorang

peminum khamer sarafnya akan terganggu, paru-parunya akan rusak,

dan detak jantungnya menjadi kacau. Begitu juga perbuatan zina, akan

menyebabkan pelakunya terkena penyakit dan di lingkungan

masyarakat dia akan di kucilkan.

Akibat-akibat diatas merupakan dampak subtansial dosa, bukan

sebagai hukuman yang berdasarkan undang-undang, sehingga orang

yang mengatakan bahwa disitu harus ada kesesuaian antara dosa dan

hukuman. Seandainya ada seorang yang meminum racun yang

mematikan dan tidak menghiraukan nasehat orang lain sehingga mati,

maka kematian tersebut adalah akibat alamiah, dan merupakan

konsekuensinya logis. Dari minum racun adalah suatu kesalahan besar

apabila dikatakan “jangan meloncat dari puncak gunung atau minum

racun adalah sebab, dan kematian adalah akibatnya. Pengaruh dari

sebab tersebut adalah akibat berupa kematian tersebut dan tidak bisa

lain dari itu.

Persoalan relefansinya antara dosa dan hukuman adalah

berkaitan dengan persoalan hukuman peringatan yang setimpal yang

hubungannya dengan dosa dan terjadi melalui kesejalanan dengannya,

dan bukan hubungan realistis maupun subtansial. Sedangkan hukuman

alamiah adalah hukuman yang merupakan akibat yang melekat pada

perbuatan tersebut. Seperti yang telah penulis jelaskan diatas bahwa

35 Ibid., hlm. 192.

46

dunia musim menanam, sedangkan akhirat adalah menuai, tetapi hasil

dan akibat sebagaian amal dapat dilihat di dunia ini. Dan jelas buah

dari amal seperti ini merupakan bagian hukuman, dan itu bukan

hukuman yang sempurna, sebab hukuman yang sempurna dan

perhitungan yang akurat hanya ada di akhirat.

Dunia adalah tempat beramal dan kadang-kadang didalamnya

dapat disaksikan sebagian dari balasan. Sedang akhirat adalah tempat

khusus untuk mendapatkan balasan dan perhitungan tanpa sedikitpun

berkesempatan untuk beramal.

Perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan penciptaan, baik

berupa pelayanan terhadap sesama mahluk atau sebaliknya. Maka

perbuatan-perbuatan tersebut akan diberi pahala atau siksa tanpa

mengurangi pahala dan hukuman yang akan diterimanya di akhirat

kelak.36

2. Hukuman di Akhirat

Masalah pembalasan amal pebuatan adalah sebuah persoalan yang

muncul dalam masalah keadilan Tuhan, perhitungan atas perbuatan baik

dan buruk, pemberian pahala kepada orang-orang yang melakukan

kebaikan dan hukuman kepada orang-orang yang melakukan kejahatan,

semuannya merupakan fenomena keadilan Tuhan.

Pendapat yang sering kita dengar dan kenal selama ini menyatakan

bahwa diantara dalil-dalil yang digunakan untuk menetapkan adanya hari

akhirat adalah bahwa sepanjang Allah disebut sebagai yang Maha Adil dan

Maha Bijaksana, maka Dia tidak mungkin membiarkan perbuatan manusia

tanpa diperhitungkan dan tidak diberi pahala, tidak diberi siksa. 37 Imam

Ali as, mengatakan sekalipun Allah menangguhkan (siksa bagi) orang

zalim, itu tidak berarti bahwa Dia tidak akan menyiksanya, Dia selalu

36 Murthadha Muthhari., op. cit., hlm. 192 37 Ibid., hlm. 181.

47

mengawasinya, menghalangi jalan larinya, dan selalu berada dekat

dengannya, lebih dekat dari urat lehernya.38

Sebelum kita menguraikan macam pembalasan amal perbuatan di

akhirat, kita lihat dulu fase-fase munuju alam akhirat sebagai tempat

pembalasan amal karena hal tersebut ada kaitannya dengan balasan Allah.

Kehidupan manusia di dunia ini melewati beberapa tahapan yang

tidak bisa dipungkiri lagi oleh siapa pun, dimana diawali dengan masa

bayi, masa anak-anak, masa remaja, masa tua dan masa meninggal dunia.39

Walaupun kadang-kadang kematian datang pada masa-masa yang tidak

bisa kita duga karena semua itu telah ditentukan oleh Tuhan. Tahapan

yang dilalui oleh manusia dalam dunia ini adalah tahapan dimana manusia

dapat bersosialisasi dengan sesama manusia, dan tempat dimana manusia

menebar benih perbuatan, baik itu perbuatan baik atau perbuatan buruk,

untuk dipanen nanti di alam akhirat.40 Satu-satunya yang memberikan

faedah adalah amal-salih yakni perbuatan-perbuatan kebajikan. Nasib dan

keadaan seseorang baik sewaktu di dunia ini maupun di akhirat nanti

ditentukan oleh amalnya 41

Pada masa meninggal dunia, manusia pun tetap melewati fase-fase

yang membawanya menuju ke alam akhirat dimana sebuah tempat bagi,

manusia untuk menuai benih yang telah ditanamnya di dunia dan sebagai

tempat manusia dimintai pertanggung jawaban atas semua perbuatan yang

dilakukan di dunia. 42

Fase pertama yang dilalui manusia untuk menuju ke alam akhirat

adalah sebuah kematian. Dimana kematian adalah terputusnya keterkaitan

antara jiwa dan raga, berikut terpisahnya hubungan antara keduanya,

38 Ibid., hlm. 182. 39 Zainal Abidin, Alam Kubur dan Seluk Beluknya, Jakarta: Reinika, 1993, hlm. 5. 40 Yunan Nasution, Pegangan Hidup 3, Jakarta: Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia,

1981, hlm.204 41 Ibid., hlm. 205. 42 Dalimi Lubis, Alam Barzah (Alam kubur), Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981, hlm. 198.

48

perubahan keadaan, perpindahan dari satu dunia ke dunia lain. 43 Dan

dengan kematian seseorang beranjak untuk memasuki fase pertama dari

hari akhir.

Dimana dengan kematian itu nilai hidup ini semakin nampak,

seperti yang dikatakan oleh Abdurozak Naufal bahwa kehidupan ini tidak

akan diketahui nilai dan harganya yang selalu dipelihara oleh manusia,

kecuali dari adanya kematian yang ditakutinya. Rasa takunya kepada

kematian menjadikan manusia selalu memelihara hidupnya unuk mencapai

nilai yang baik. Mati disini bukan berarti musnah dengan tidak ada lagi

kehidupan sesudahnya, melainkan mati hanyalah merupakan peristiwa

yang mengantarkan manusia untuk pindah dari kehidupan duniawi menuju

kehidupan yang kekal yakni kehidupan akhirat untuk menerima balasan

amal yang pernah dilakukan.44

Setelah mengalami kematian, manusia akan menuju ke alam kubur,

dimana alam kubur adalah salah satu tempat peristirahatan manusia setelah

mati dan alam kubur adalah tempat yang sangat mengerikan dan suram.45

Disamping sebagai fase penting dalam kehidupan akhirat, alam

kubur berfungsi sebagai dinding pemisah kahidupan dunia dan kehidupan

akhirat, sehingga keberadaan disana memungkinkan seseorang untuk

kehidupan di dunia dan akhirat. Kehidupan disana bagaikan keberadaan

dalam ruangan yang terpisah yang terbuat dari kaca. Kedepan

penghuninya dapat melihat hari kemudian, kebelakang dapat melihat kita

yang hidup di pentas bumi ini.

Selama berada di alam kubur, si mayit telah ditunjukkan dimana

kelak tempatnya setelah datangnya hari kebangkitan itu, apabila orang itu

termasuk orang yang beriman, maka ditunjukkan kepadanya surga dan

43 Ali Muhammad Lagha, Tamasya Kematian (Kematian Perpisahan Abadi), Bandung:

Hikmah, 2004, hlm. 17. 44 Abdurrozak Naufal, terj. Ali Hasan Umar dan Ahmad Chusidi Umar, Yaumul Kiamat,

Semarang, Toha Putra, hlm. 63. 45 Allamah Abbas al Qummi, Menuju Akhiirat, Bogor: Cahaya, 2004, hlm. 23.

49

apabila termasuk orang kafir, maka akan ditunjukkan kepada neraka. 46

Dalam hal ini Rosulullah telah bersabda:

ثنا عبيداهللا بن , ثنا عبداهللا بن عمري, حدثنا ابو بكر بن شيبةإذا : عن النيب صلى اهللا عليه وسلم قال, عن ابن عمر, عمر نافع

ش إن كان منالعاة وده بالفدقعلى مع رضع كمدأح اتمن أهل النار فمن أهل فمن أهل اجلنة وإن كان م, أهل اجلنة

النار يقل هذا مقعدك حتى تبعث يوم القيامة

Artinya: “Abu Bakar Ibnu Abi Syaibah menceritakan kepada saya: aku diberitahu oleh Abdullah Ibnu Umar, Abdullah Ibnu Umar diberitahu dari Nafiq, dari Umar ra dari Nabi SAW bersabda apabila seseorang dari kamu telah meninggal, maka setiap pagi dan sore selalu ditunjukkan tempatnya apabila ia termasuk ahli surga, maka termasuk ahli surga dan apabila ia termasuk ahli neraka, maka termasuk ahli neraka. Dikatakan inilah tempat ku sampai engkau dibangkitkan di hari kiamat”. (HR. Ibnu Majah)47

Dari hadis diatas, dapat dipahami bahwa selama di alam barzah

seseorang telah mengalami beberapa pemeriksaan dan juga telah

merasakan sebagian pahala atau siksa sebagai balasan pendahuluan atas

amal-amal yang pernah ia lakukan. Pahala atau siksa di alam barzah itu

berlangsung terus sampai datangnya hari kiamat.

Waktu berada di alam kubur atau barzah yang diawali sejak

manusia meninggal dunia sampai datangnya hari kiamat, bagi orang-orang

kafir dirasakan sebagaimana telani panjang sehingga berjalan beratus-ratus

bahkan beribu-ribu tahun. Mereka merasakan itu karena tak henti-hentinya

mendapatkan siksa kubur dan pancaran api neraka, sudah barang tentu

46 Ali Muhammad Lagha, op. cit., hlm. 86. 47 Sunan Ibnu Majjah, Isa al Baby al Khalaby juz II, Mesir, Wassyuroksukhu, t. th., hlm.

1427.

50

dapat dibayangkan betapa lamanya menunggu mahkamah yaumal

akhirat.48

Berbeda halnya dengan orang mukmin, mereka akan merasakan

tinggal dialam barzah itu hanya sehari, karena selama di alam barzah

selalu mendapatkan kebagaiaan dan kegembiraan sampai menerima

balasan oleh Allah yang akan diberikan kepada mereka atas amal-amal

baik yang mereka lakukan selama ini. Firman Allah dalam Al Qur’an surat

Al Israa’ ayat 52:

)52: االسراء(. يوم يدعوكم فتستجيبون بحمده وتظنون إن لبثتم إال قليال

Artinya: “Yaitu pada hari dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhinya sambil memujinya dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di alam kubur) kecuali sebentar saja”.49

Keadaan dialam barzah ini merupakan sebuah tanda atau

pemberitahuan bagi seseorang apakah setelah nanti diadakan perhitungan

amal, mereka termasuk orang-orang yang beruntung atau justru

sebaliknya. Apabila di alam barzah ini seseorang telah merasakan

beberapa kesulitan, maka itu suatu pertanda bahwa untuk fase-fase

berikutnya ia akan merasakan kesulitan yang lebih hebat, sebaliknya

apabila di alam barzah ia merasakan kemudahan maka untuk fase-fase

berikutnya justru lebih mudah.

Fase-fase berikutnya untuk menuju alam akhirat adalah kiamat,

dimana kiamat adalah suatu yang menyeramkan kengerian yang sangat

luar biasa dan dahsyat. Ketakutan akan hari kiamat memang tiada

taranya,50 Allah telah menggambarkan hal itu dalam Al Qur’an surat Al

A’rof ayat 187:

48 Abdulah Sani, Mahkamah Yaumul Akhirat (digali dari al Qur’an), Jakarta: Bulan

Bintang, 1974, hlm. 26. 49 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op.cit., hlm. 431. 50 Allamah Abbas al Qummi, op. cit., hlm. 79.

51

)187: االعراف(.. . ثقلت في السموات واألرض.. .

Artinya: “Hari kiamat itu sangat berat (hura-huranya bagi mahkluk) yang dilangit dan dibumi”.51

Kiamat selain peristiwa yang mengerikan juga merupakan

hancurnya bumi dan kematian total, yang boleh dikatakan merupakan

masa pergantian dunia dan akhirat, akhir kehidupan dunia dan awal

kehidupan akhirat. Dalam Al Qur’an maupun Hadis diterangkan bahwa

bumi bergoyang begitu hebatnya, gunung-gunung berloncatan seperti

belalang yang dikejar-kejar, manusia berlemparan bagai kapas yang

beterbangan. Demikian pula dengan matahari, bulan, bintang semuanya

pecah berguguran. Semua mahkluk hidup mati serentak, itulah kiamat

besar. Alam ini sunyi sepi selama 40 tahun tak ada bunyi, tak ada gerak,

tak ada angin berhembus, dan tak ada laut yang beriak, semua beku.52

Sebelum peristiwa itu terjadi terdengarlah suara tiupan sangkakala sebagai

tanda akan terjadinya peristiwa kehancuran total yang maha dahsyat dan

semua yang ada di bumi dan di langit mengalami kematian. Kemudian

Allah mengutus malaikat Isrofil untuk meniup sangkakala yang kedua

kalinya disaat itulah semua manusia bangkit, dan mulai dengan adanya

kebangkitan dari kubur dimulailah kehidupan baru di akhirat, maksudnya

adalah mengembalikan roh manusia dalam tubuhnya yang asli

sebagaimana ketika di dunia sekarang ini.53 Firman Allah dalam surat Al

Zalzalah ayat 6:

مالهما أعورا لياتتأش اسالن ردصئذ يمو6: الزلزلة(. ي(

51 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op.cit., hlm. 253. 52 Anwar Harahap, op. cit., hlm. 117. 53 Sayyid Sabiq, op. cit., hlm. 442.

52

Artinya: “Pada hari itu manusia keluar dengan beraneka macam untuk diperlihatkan amal mereka”.54

Setelah manusia dibangkitkan dari kubur dengan rupanya masing-

masing manusia semuanya di giring ke Padang Masyar dalam keadaan

telanjang dan berkumpul menjadi satu antara laki-laki dan perempuan,

namun demikian mereka tidak sempat memperhatikan orang lain, karena

mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing.55

Pasa saat menusia berdiri menghadap Allah maka pada saat itu

pula berlangsungnya perhitungan yakni setiap manusia tanpa kecuali akan

dihitung semua perbuatan, perkataan dan gerak geriknya semasa hidupnya

di dunia dan dimintai pertanggung jawaban mulai dari yang sekecil-

kecilnya sampai yang sebesar-besarnya. Perhitungan atau pengadilan

akhirat ini hampir sama caranya dengan pengadilan-pengadilan didunia

zaman modern ini. Allah sendiri akan bertindak sebagai hakim tunggal,

perhitungan itu dimulai dengan tanya jawab, lalu membaca buku catatan

harian, melihat poto-poto, mendengarkan rekaman, nasib mereka pada

waktu itu ditentukan oleh amalnya masing-masing dan tidak ada saling

tolong menolong. Selanjutnya kepada mereka dibagikan buku catatan amal

perbuatan, apabila buku catatan amal yang diterima mereka dengan tangan

kanan, maka itu pertanda bahwa ia termasuk orang-orang yang beruntung

dan mengalami hisab yang mudah, sebaliknya kalau ia menerimanya

dengan tangan kiri, maka ia termasuk orang-orang yang celaka. Setelah

itu, untuk menunjukkan keadilannya maka Allah mendirikan al-Mizan

(timbangan amal) untuk menimbang amal manusia. Barang siapa yang

berat timbangan kebaikannya maka mereka itu orang-orang yang

beruntung dan barang siapa yang ringan timbanganya maka mereka

termasuk orang yang merugi.

54 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op.cit., hlm. 1087. 55 Samsul Rizal Khamid, Jalan ke Khadirat Tuhan, Jakarta: Cahaya Salam, 1995,

hlm. 107.

53

Dari melihat hasil timbangannya, seseorang bisa mengetahui

bagaimana balasan amal yang akan mereka terima nanti. Apakah akan

masuk surga atau neraka sebagai balasan atas apa yang ia lakukan di dunia

dan terahir baru mereka diperintahkan untuk meniti sebuah jembatan yang

membentang diatas neraka menuju surga. Dan disitu akan berlalulah

semua orang yang dahulu dan yang datang belakangan, yakni

sekembalinya mereka di padang masyahar. 56 Disinilah mulai fase

pembalasan, dimana setiap orang setelah dihisab atau diadili akan

mendapat balasan atas apa yang pernah mereka lakukan. Perbuatan yang

baik akan dibalas dengan kebaikan, sedang perbuatan jahat akan dibalas

dengan kejahatan yang setimpal dengan perbuatannya itu dan Allah tidak

akan menganiaya hambanya sedikitpun. Allah akan bertindak dengan adil

sebagaimana firmannya dalam surat Al Zalzalah ayat 7-8:

هرا يرية خل مثقال ذرمعي نا . فمرة شل مثقال ذرمعي نموهر8-7: الزلزلة(. ي(

Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun niscaya dia akan melihat (balasan)-Nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun niscaya dia akan melihat balasan-Nya kelak”. (QS. Al-Zalzalah: 7-8)57

Dari ayat diatas jelas bahwa hisab yang dilakukan Allah adalah

hisab yang adil yang ditujukan kepada hamba-hambanya. Maka tiada

pengurangan dan tiada pula penganiayaan bagi amal seseorang, serta tiada

pilih kasih dan tiada pula perantara, keadaan pada saat itu tidaklah seperti

di dunia.58 Sebagai konsekuensinya dari keadilan Allah itu maka ada orang

yang masuk surga dan ada pula yang ditempatkan di neraka. Yang masuk

surga tentu saja merasa senang dan bahagia, dan yang masuk neraka akan

56 Sayyid Sabiq, op. cit., hlm. 474. 57 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, loc. cit. 58 Arif Abdul Fatah Thabaroh, Tafsir Juz Amma, Bandung: Sinar Baru, 1989, hlm. 83.

54

sengsara dan menderita terus menerus. Demikianlah hidup sesudah mati

dan fase-fase lainnya hingga akhirnya sampai ke alam akhirat dimana

tempat manusia mendapatkan balasan atas apa yang diperbuatnya. Dan itu

pasti akan ditempuh oleh setiap mahluk Allah tanpa kecualinya.

Dari uraian diatas penulis mencoba menyimpulkan bahwa

pembalasan amal sudah terjadi pada saat manusia berada di alam barzah

hingga manusia dibangkitkan, balasan manusia pada saat berada di alam

barzah adalah sebagai balasan pendahuluan atas semua perbuatan dan

apabila balasan yang diterima pada berada di alam barzah balasan yang

mereka terima berat, maka akan lebih sulit dan berat lagi balasan yang

diterimanya nanti dan sebaliknya apabila balasan yang diterima ringan,

maka balasan yang diterimanya nanti setelah dibangkitkan akan ringan.

Dan sebagai konsekuensinya dari perbuatan mereka maka akan ada yang

masuk neraka dan surga.

Di lihat dari jenis perbuatannya yakni perbuatan baik dan buruk,

maka akibatnya adalah surga dan neraka.

a. Surga

Surga adalah taman dan mata air. Firman Allah dalam surat

Adz Dzariyat ayat 15:

)15: الدارية(. إن المتقني في جنات وعيون

Artinya: “Sesungguhnya orang bertakwa berada di taman (surga) dan mata air”.59

Surga (janah atau jamaknya jannat) berarti taman. Taman yang

ada di dunia juga bisa disebut surga atau jannah.60

59 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah, op. cit., hlm. 859. 60 Aidh Ibn ‘Abd Allah Al Qarni, Drama Kematian (Persiapan Menyongsong Akhirat),

Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003, hlm. 217.

55

Ali Hasan Umar mendefinisikan surga lewat bukunya yang

berjudul Calon-calon Ahlli Surga dan Ahli Neraka, yakni bahwa surga

yang dalam bahasa arabnya al jannah adalah suatu tempat di alam

akhirat yang penuh dengan segala macam kesengan dan kenikamatan

yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah di dengar oleh

telinga, dan tergores dalam hati manusia yang disediakan oleh Allah

dan dijanjikan oleh-Nya untuk semua manusia yang sewaktu hidupnya

di dunia senantiasa bertakwa kepada Tuhan, menjalankan perintah-Nya

dan menjauhi larangan-Nya serta orang yang beriman dan beramal

saleh atau orang yang senantiasa berbakti dan taat kepada perintahnya

sebagai balasan atas pahala mereka untuk selama-lamanya.61

Makna jannah menurut penafsiran religius, jannah adalah suatu

tempa yang telah diciptakan Allah bagi kaumnya (mukmin) dan para

hambanya yang saleh dan mereka akan tinggal disana selamanya. 62

Dari definisi surga diatas adalah berdasarkan firman Allah

diantaranya:

Surat Ali Imran ayat 133:

ضاألرو اتوما السهضرة عنجو كمبر ة منفرغوا إلى مارعسوقنيتللم ت133: ال عمران(. أعد(

Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan di Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”.63

61 Ali Hasan Umar, Calon-calon Ahli Syurga dan Ahli Neraka, Semarang: Toha Putra,

1983, hlm. 16. 62 Syaikh Abbas bin Muhammad Reza al Qummi, Menelusuri Alam Akhirat, Jakarta:

Lentera Basri Tama, 2003, hlm. 223. 63 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op. cit., hlm. 98.

56

Surat Al Baqarah ayat 82:

ة هنالج ابحأص ات أولئكالحملوا الصعوا ونأم الذينا وفيه م )82: البقرة(. خالدون

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga, mereka kekal didalmnya”.64

Nikmat yang diberikan Allah di surga itu merupakan nikmat

yang jauh lebih tinggi nilainya bila dibanding dengan nikmat dunia

sehingga dikata bahwa nikmat surga itu belum pernah terdengar oleh

telinga dan belum pernah terlintas oleh mata. Kalau kenikmatan dunia

itu kadang-kadang diselingi dengan kekhawatiran dan kesedihan serta

ada batas abadnya, maka kenikmatan surga itu bersifat abadi dan lebih

sempurna, mereka selalu nampak ceria dan tidak ada sedikitpun rasa

sedih tergores di wajahnya.

Mengenai penghuni surga, para musafir kehilangan kata dalam

menggambarkan keadaan penghuni surga. Mereka takjub terhadap

kenikmatan yang mereka peroleh para penghuni surga itu sangat

gembira tentang keadaan penghuni surga disebutkan dalam hadis

bahwa Rasulullah saw bersabda “Kelompok pertama dari umatku yang

masuk ahli surga adalah seperti cahaya bulan yang sangat terang di

langit setelah itu mereka berada dalam beberapa tingkatan. Mereka itu

tidak membuang hajat besar dan hajat kecil. Mereka tidak

mengeluarkan ingus dan tidak meludah, sisir mereka dari emas dan

sanggul mereka dari mutiara, keringat mereka kesturi dan akhlak

mereka semua sama, tubuh mereka tinggi setinggi bapak mereka,

Adam, tujuh puluh hasta”.65

64 Ibid., hlm. 23. 65 Ali Muhammad Lagha, Perjalanan Kematian, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002,

hlm. 118.

57

Kenikmatan itu adalah janji Allah swt kepada hamba-

hambanya untuk dijadikan pegangan bagi manusia dalam menjalani

kehidupannya agar manusia menjalani kehidupannya begitu rupa

sesuai dengan harapan yang ingin diraihnya. Jika setiap orang

mengetahui hakikat tempat kembali dengan benar dan mempersiapkan

dengan hati yang bersih, tentu ia akan memilih syurga keabadian dan

segala kenikmatannya, ia akan sekuat tenaga agar tidak termasuk

kedalam kelompok penghuni neraka sa’ir.66

Demikianlah beberapa kenikmatan yang akan diberikan oleh

Allah kepada penghuni surga sebagai balasan atas amal baiknya yang

dilakukan selama hidup di dunia. Dengan tegas Al Qur’an dan Hadis

menjelaskan bentu-bentuk kenikmatan itu, namun tidak berarti

bahwam kenikamatan surga itu hanya sekedar seperti itu saja.

Melainkan jauh lebih lengkap dan lebih tinggi tingkatannya. Semua

nash Al Qur’an dan Hadis hanya sekedar menggambarkan untuk

memudahkan didalam memahami nikmat-nikmat surga yang berbentuk

rohani yang justru lebih tinggi tingkatannya bila digambarkan dengan

semua gambaran yang ada.

Surga adalah sebagai balasan amal perbuatan manusia dan

perbuatan yang membawanya masuk surga berbeda beda sehingga

surga juga ada tingkatannya:

1) Surga Firdaus, menurut riwayatnya terbuat dari emas yang merah.

2) Surga Adn, menurut riwayatnya terbuat dari intan yang putih.

3) Surga Na’im (nikmat), menurut riwayatnya terbuat dari perak yang

putih.

4) Surga Na’wa, menurut riwayatnya terbuat dari jamrud hijau.

5) Surga Khuldi, menurut riwayatnya terbuat dari marjan yang merah

dan kuning.

6) Surga Darussalam, menurut riwayatnya terbuat dari yakut merah.

66 Ibid., hlm. 122.

58

7) Surga Darul Jalal, menurut riwayatnya terbuat dari permata putih.

8) Surga Darul Qaram, menurut riwayatnya terbuat dari emas.67

Sebagaimana bangunan gedung yang ada di dunia, dalam surga

juga terdapat pintu-pintu Ibnu Abbas ia mengatakan bahwa surga

memiliki delapan pintu dari emas yang bertaburan mutiara. Pada pintu

pertama tertulis kalimat syahadat tiada Tuhan selaian Allah dan Nabi

Muhammad utusan Allah. Kedelapan pintu surga tersebut, sebagai

berikut:

Pintu pertama adalah pintu para nabi, para rosul, para syuhada

dan para dermawan.

Pintu kedua adalah untuk orang-orang yang mengerjakan sholat

dengan menyempurnakan dan memperbaiki wudlu, serta

menyempurnakan syarat rukunya sholat.

Pintu ketiga buat orang yang sama mengeluarkan zakat dengan

kebaikan jiwanya.

Pintu keempat jalannya orang-orang yang sama-sama

menganjurkan kebaikan dan melarang kemungkaran (kerusakan).

Pintu kelima adalah pintu orang yang berhasil membunuh hawa

nafsunya.

Pintu keenam adalah pintu orang yang menunaikan ibadah haji

dan umrah.

Pintu ketujuh adalah jalan bagi orang yang ahli jihad (orang

yang berperang demi menegakkan agama Allah swt).

Pintu kedelapan adalah pintunya orang-orang yang bertakwa

yang memejamkan mata dari barang-barang yang haram, beramal

67 Samsul Rizal Khamid, op. cit., hlm. 178.

59

saleh, berbakti kepada kedua orang tua dan menyambung tali

persaudaraan.68

b. Neraka

Balasan amal di akhirat yang kedua adalah neraka, dimana

neraka merupakan tempat siksa yang akan ditempati oleh semua orang

kecuali oleh orang-orang yang bertakwa, sebagaimana firman Allah

dalam surat Maryam ayat 71-72:

قضيا ممتح كبلى را كان عهاردإال و كمإن مناو . ي الذينجنن ثم )72-71: مريام(. اتقوا ونذر الظالمني فيها جثيا

Artinya: “Dan tidak ada seorang pun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu, hal ini bagi Tuhanmu adalah suatu kepastian yang sudah ditetapkan. Kemudian kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang dzalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut”.69

Jadi neraka (an Naar) adalah suatu tempat di akhirat berupa

telaga api yang bergejolak membara. Inilah tempat manusia yang

tergelincir dari shirat panas api neraka. Menurut Rosulullah saw dalam

sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, tujuh puluh kali

panas yang ada di dunia. Allah swt ciptakan tempat ini sebagai

pelabuhan terakhir orang-orang musyrik dan orang-orang kafir mereka

kekal didalamnya.

Bagi orang-orang muslim yang banyak dosanya, neraka tak

ubahnya sebagai rumah tahanan untuk menebus segala kesalahan.

Mereka itu mau tidak mau harus singgah lebih dulu di neraka untuk

membersihkan segala cela yang pernah diperbuatnya semasa hidup di

dunia baru setelah semua dosa-dosanya musnah dan menjadi suci

68 Ibid., hlm. 180. 69 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op.cit., hlm. 470.

60

kembali seperti baru dilahirkan ke dunia, Allah swt memindahkannya

ke surga.70

Keadaan neraka digambarkan dalam Al Qur’an dan Hadis,

antara lain tercantum dalam (surat Ali Imran aya 12): “Neraka adalah

tempat yang seburuk-buruknya”, dalam (surat Al Fath ayat 13):

“Penuh api yang menyala-nyala”, (QS Ash Shiffa): “Terdapat pohon

zaman zaqqam (yang tumbuh) dari dasar neraka yang berbuah kepala

setan”. Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al Qur’an yang

menggambarkan keadaan dalam neraka.

Neraka digambarkan berbagai tujuh puluh bagian. Tak

seorangpun yang tahu daya hancurnya masing-masing bagian selain

Allah. Berombak dan bergolak dengan kemarahan yang meledak-

ledak, Membakar manusia tanpa ampun, setelah merasakan siksaan ini,

manusia baru sadar akan kekuatannya kita berlindung dari Allah dari

siksa api neraka.

Pintu-pintu neraka dipaparkan Rosulullah saw lewat sabdanya

“Syurga memiliki delapan pintu, neraka memiliki tujuh pintu”.

Para penjaganya adalah malaikat, penghuni nereka berkata

kepada mereka, “Mereka berseru, Hai Malik, biarlah Tuhanmu

membunuh kami saja, Dia menjawab, kamu akan tetap tinggal (di

neraka itu)”.

Dalam ayat diatas, dikatakan bahwa panasnya api neraka

adalah lebih panas lagi dari api dunia, dan bisa kita bayangkan, di

dunia saja apabila ada suatu barang terbakar maka barang tersebut

langsung gosong dan menjadi abu, padahal api dunia lebih rendah

panasnya api di neraka. Apalagi kalau terbakar di api neraka, mungkin

tidak ada lagi sisa dari barang tersebut dan kejadian ini berulang kali,

dimana apabila tubuh telah hancur terbakar panasnya api neraka, maka

70 Samsul Rizal Khamid, op. cit., hlm. 144.

61

terjadi atau terbentuk tubuh lagi dan akan terbakar lagi dan seterusnya

dan peristiwa ini akan terjadi berulang-ulang dan itulah sebagian

peristiwa yang bakal terjadi di dalam neraka, dan peristiwa itu bakal

terjadi kelak.71

Selain kengerian yang terjadi di neraka juga terdapat siksa

neraka dan ini juga tergambar dalam Al Qur’an, dimana para penghuni

neraka mengenakan pakaian dari api, tidur beralaskan dan

berselimutkan api, memperoleh makan berupa pohon berduri yang

tidak mengenyangkan, serta minuman yang sangat panas yakni nanah

dan darah dan mereka terus di cambuk dengan cambuk besi.

Siksa neraka yang diterima oleh para penghuninya tidak sama,

karena itu tergantung dari besar kecilnya dan berat ringannya dosa

yang mereka punya. Karena ada penghuni neraka yang menerima siksa

dalam kadar sedang-sedang saja ada pula yang menerima siksa yang

amat ringan, akan tetapi seringan-ringannya siksa neraka masih

menjadikan penghuninya merasakan penderitaan yang luar biasa

dasyatnya.

Demikian dahsyatnya siksa dalam neraka, sehingga orang yang

pernah merasakannya sesaat saja akan melupakan segala kenikmatan

yang pernah dirasakan sepanjang hidupnya di dunia dan merasakan

penderitaan yang berkepanjangan, dan sebaliknnya sedemikian luar

biasa kenikmataan dan kelezatan surga, sehingga orang yang pernah

merasakan surga sesaat saja akan lupa segala penderitaan sepanjang

hidupnya di dunia.72

Mengenai macam-macam siksa yang didapat oleh penghuni

neraka itu sesuai dengan dosa yang mereka lakukan di dunia, oleh

karena itu ada yang ringan dan ada yang seberat-beratnya.73 Dengan

71 Aidh Ibn Abd Allah Al Qarni,op. Cit., hlm. 424. 72 Samsul Rizal Khamid,op.cit., hlm. 152-154. 73 Ali Muhannad Lagha, op.cit., hlm.116.

62

adanya siksa yang bertingkat-tingkat maka tempat untuk mendapatkan

siksa pun bertingkat-tingkat. Dimana neraka memiliki tujuh tingkatan

dan setiap tingkatan memiliki satu pintu masuk. Tingkatan pertama

neraka diperuntukan bagi pendosa muslim yang masih mengakui para

Nabi. Enam tingkatan yang lainnya disediakan secara berturut-turut

bagi orang-orang musyrik, pemuja api, ateis, yahudi, Kristen, dan

orang munafik. Adapun tingkatan-tingkatan neraka adalah sebagai

berikut:

1) Neraka jahanam.

2) Neraka jahim

3) Neraka sa’ir

4) Neraka saqor

5) Neraka nata

6) Neraka hawiyah

7) Neraka hutomah

Masing-masing dari tingkatan itu memiliki rumah dan jenis

siksaan tak tergantungkan. Sehingga para pendosa itu akan memohon

kematian kepada penjaga neraka, karena penderitaan luar biasa yang

mereka alami.

Demikianlah macam-macam pembalasan amal dalam agama

Islam dimana ada balasan di dunia ada balasan di akhirat dimana

pembalasan di dunia adalah sebagai ujian dan peringatan bagi

hambanya yang mengingkari-Nya dan balasan di akhirat akan ada

kaitannya dengan surga dan neraka. Dimana apabila orang tersebut

timbangan amal baiknya berat maka ia termasuk ahli surga dan

sebaliknya apabila timbangan yang berat adalah amal buruknya maka

ia termasuk ahli neraka.