BAB III PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYAIKH AHMAD...

24
42 BAB III PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYAIKH AHMAD SYURKATI A. SEJARAH HIDUP DAN LATAR BELAKANG SYAIKH AHMAD SYURKATI 1. Di Sudan 1 Ahmad Syurkati lahir di Desa Udfu, Jazirah Arqu, daerah Dongula, Sudan pada tahun 1292 H/1875 M. Dia diyakini masih keturunan Jabir bin Abdullah al-Ansari dari seorang bapak yang bernama Muhammad. Dengan demikian nama lengkapnya adalah Ahmad Muhammad Syurkati al-Anshari. Dan kemudian lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Ahmad Syurkati. Sedang Syurkati berarti banyak kitab (dalam bahasa setempat Sur artinya kitab, dan Katti artinya banyak ). 2 Beliau berasal dari keluarga terpelajar dalam ilmu agama Islam. Menurut penuturan saudara kandungnya, Syurkati sejak kanak-kanak telah ditandai kelebihan berupa kejernihan pikiran dan kecerdasan. Dan hal ini cenderung membuat ayahnya memperlakukan dia lebih istimewa dari saudara-saudara kandung lainnya. 3 Bentuk dari perlakuan istimewa ayahnya diantaranya adalah diajaknya dia dalam majelis-majelis ilmiah yang dihadiri para guru agama. Di samping itu sejak kecil dia juga menghafal Al-Qur’an dengan kecerdasan di atas teman-temannya. 1 Sudan adalah negara kecil yang berpenduduk sekitar 21.103.000 jiwa dan 70 % Muslim dari kalangan madzhab Maliki. Sekalipum demikian sistem perundang-undangan banyak dipengaruhi madzhab Hanafi. Mereka yang non-Muslim adalah Kristen dari berbagai aliran. Dan Qadariyyah merupakan thariqat terbesar di negeri ini. Selanjutnya baca Ensiklopedi Islam ( ringkas ), Cryil Glase ; penerjemah, Ghufron A. Mas’adi, Ed. 1, ( Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1999 ), Cet. 2, hlm. 369. 2 Bisri Affandi, Syaikh Ahmad Syurkati (1874-1943) : Pembaharu dan pemurni Islam di Indonesia, ( Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 1999 ), hlm. 4 3 Ibid, hlm. 5

Transcript of BAB III PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYAIKH AHMAD...

42

BAB III

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

SYAIKH AHMAD SYURKATI

A. SEJARAH HIDUP DAN LATAR BELAKANG SYAIKH AHMAD

SYURKATI

1. Di Sudan1

Ahmad Syurkati lahir di Desa Udfu, Jazirah Arqu, daerah Dongula,

Sudan pada tahun 1292 H/1875 M. Dia diyakini masih keturunan Jabir bin

Abdullah al-Ansari dari seorang bapak yang bernama Muhammad.

Dengan demikian nama lengkapnya adalah Ahmad Muhammad Syurkati

al-Anshari. Dan kemudian lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Ahmad

Syurkati. Sedang Syurkati berarti banyak kitab (dalam bahasa setempat

Sur artinya kitab, dan Katti artinya banyak ).2

Beliau berasal dari keluarga terpelajar dalam ilmu agama Islam.

Menurut penuturan saudara kandungnya, Syurkati sejak kanak-kanak telah

ditandai kelebihan berupa kejernihan pikiran dan kecerdasan. Dan hal ini

cenderung membuat ayahnya memperlakukan dia lebih istimewa dari

saudara-saudara kandung lainnya.3 Bentuk dari perlakuan istimewa

ayahnya diantaranya adalah diajaknya dia dalam majelis-majelis ilmiah

yang dihadiri para guru agama. Di samping itu sejak kecil dia juga

menghafal Al-Qur’an dengan kecerdasan di atas teman-temannya.

1 Sudan adalah negara kecil yang berpenduduk sekitar 21.103.000 jiwa dan 70 % Muslim

dari kalangan madzhab Maliki. Sekalipum demikian sistem perundang-undangan banyak dipengaruhi madzhab Hanafi. Mereka yang non-Muslim adalah Kristen dari berbagai aliran. Dan Qadariyyah merupakan thariqat terbesar di negeri ini. Selanjutnya baca Ensiklopedi Islam

( ringkas ), Cryil Glase ; penerjemah, Ghufron A. Mas’adi, Ed. 1, ( Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1999 ), Cet. 2, hlm. 369.

2 Bisri Affandi, Syaikh Ahmad Syurkati (1874-1943) : Pembaharu dan pemurni Islam di Indonesia, ( Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 1999 ), hlm. 4

3 Ibid, hlm. 5

43

Namun demikian tidaklah dapat dipungkuri bahwa Syurkati kecil

juga butuh bermain seperti layaknya teman-teman seusianya. Pada waktu

jam menghafal yaitu sesudah shalat shubuh di Masjid al-Qaulid ia tidak

datang dan tidak hanya sekali, tapi dua kali berturut-turut. Hal tersebut

membuat pimpinan masjid marah dan memerintahkan untuk mencari dan

membawanya menghadap.

Setelah sekian lama dicari ternyata Syurkati dalam keadaan tidur

nyenyak di suatu bilik. Pimpinan masjid lengsung menghukum dia dengan

berdiri di depan teman-temanya dan mendengarkan teman-teman yang

menghafak Al-Qur’an. Dan setelah temen-temannya selesai giliran

Syurkati yang menghafal ayat yang dihafal teman-temannya dan ternyata

ia sudah hafal dengan benar. Sekilas tentang masa kecil Syurkati.4

Setelah dari masjid al-Qaulid ayahnya mengirim Syurkati ke

Ma’had Sharqi Nawi. Setelah tamat dari ma’had tersebut ayahnya

mermaksud mengirim putranya melanjutkan ke Al-Azhar supaya dapat

meneruskan kedudukan ayahnya dan memperoleh gelar Al-Azhari. Tapi

kemudian hal tersebut tidak terlaksana karena pemerintah Mahdi yang

pimpinannya dikenal dengan nama Abdullah al-Ta’ayishi pada waktu itu

melarang siapa saja orang Sudan pergi ke Mesir.5

Hal tersebut tidak membuat putus asa bagi seorang Syurkati

untuk tetap menuntut ilmu. Sehingga pada tahun 1314 H/1896 M beliau

menuju Makkah6 untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi. Di Makkah

inilah hubungan dengan keluarganya di Sudan putus akibat putusnya jalan

4 Ibid., hlm.5-6 5 Ibid., hlm. 7 6 Makkah al-Mukarramah biasa disebutnya sebagai tanda penghormatan kepada kota ini.

Selama ribuan tahun kota ini menjadi pusat spiritual. Seorang geografer Yunani kuno bernama Ptelomy menyebut Makkah sebagai “Makoraba”. Dan Sebagian ahli menafsirkan sebagai tempat peribadatan ( berasal dari kata maqribah di Arabia Selatan ). Semula Makkah bernama Bakkah yang berarti sempit, gambaran sebuah wilayah yang terletak di antara sejumlah pegununganyang terdapat di daerah ini dan lembah tanah suci. Di antara monumen yang sanpai sekarabg masih ada yang menjadi tempat peribadatan Ibrahim kepada Tuhannya dan sekarang menjadi qiblat dari seluruh Muslim di dunia dalan melaakukan ibadah shalat adalah Ka’bah. Op.Cit., hlm.247

44

haji antara Sudan dan Hijaz. Baru pada tahun 1316 H/1898 setelah tentara

Mesir dan Inggris memasuki negeri Sudan, hubungan itu terjalin kembali.7

Namun seorang temannya menyatakan bahwa Syurkati di Makkah tidaklah

lama dan meneruskan perjalanannya ke Madinah.

2. Di Madinah

Kota ini adalah salah satu kota pusat perkembangan ilmu agama

Islam pada waktu itu. Sampai sekarang kota ini diyakini sebagai kota suci

kedua setelah kota Makkah. Di kota ini terdapat masjid Nabawi yang di

dalamnya terdapat makam nabi Muhammad SAW, yang setiap saat

dikunjungi para peziarah atau jama’ah haji. Dapat dikatakan dalam kota

inilah beliau menimba ilmu agama Islam. Beliau bermukim di Madinah

selama empat setengah tahun untuk memperdalan ilmu agama Islam dan

bahasa Arab.8 Pendapat lain mengatakan bahwa beliau di Madinah selama

empat tahun.9

Diantara guru-guru beliau di Madinah adalah Syaikh Salih dan

Syaikh Umar Hamdan ( dua ulama’ besar ahli hadits asal Maroko ). Beliau

juga belajar Al-Qur’an pada ulama’ ahli qira’at yaitu Syaikh Muhammad

al-Khuyari al-Maghribi;belajar fikih pada Syaikh Ahmad bin al-Haji Ali

al-Mahjub dan Syaikh Mubarak al-Nismat; dan berguru bahasa arab dari

ahli bahasa yang bernama Syaikh Muhammad al-Barzanji.

Namun beliau tidaklah seperti kebanyakan orang. Setelah merasa

cukup memperoleh ilmu, beliau tidak bermaksud pulang ke Sudan. Beliau

bertekad melanjutkan menuntut ilmu di Makkah.

7 Bisri Affandi, loc.cit. 8 Ibid., hlm. 8. 9 Zuhairini, et.al., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), Cet. IV, hlm.

163

45

3. Di Makkah10

Seperti yang telah dibahas di atas, dalam Hadramaut as-Siyasi,

Salah Abd al-Qadir al-Bakri menyatakan bahwa Ahmad Syurkati pindah

dari Madinah ke Makkah dan bermukim di sana selama 11 tahun untuk

memperdalam ilmu terutama fikih madzhab Syafi’i.11

Di Makkah pula beliau mendapat gelar al-Allamah dari Majlis

Ulama Makkah dan merupakan ulama Sudan yang pertama kali namanya

tertulis dalam daftar ulama Makkah, walaupun waktu itu tidak sedikit

ulama Sudan yang berada di Makkah. Padahal konon ulama Makkah

sangat selektif untuk mencatat orang-orang Afagi ( orang yang bukan

Hijaz) dalam daftar ulama. Dal hal itu dilakukan untuk memelihara

penghargaan yang diberikan pada ulama yang terdaftar dalam

pemerintahan Usmaniyah dan berlaku bagi seluruh ulama yang berada di

Makkah.12

Seperti halnya di Madinah, di Makkah pun Ahmad Syurkati juga

berguru sesuai dengan keahlian masing-masing. Diantara guru-guru beliau

adalah Syaikh As’ad dan Syaikh Abd al-Rahman yaitu putra Syaikh al-

Kabir Ahmad al-Duhan. Selain itu adalah al-Allamah Syaikh Muhammad

bin Yusuf al-Kayyath dan Syaikh Shu’aib bin Musa al-Maghribi.13

10 Makkah al-Mukarramah biasa disebutnya sebagai tanda penghormatan kepada kota ini.

Selama ribuan tahun kota ini menjadi pusat spiritual. Seorang geografer Yunani kuno bernama Ptelomy menyebut Makkah sebagai “Makoraba”. Dan Sebagian ahli menafsirkan sebagai tempat peribadatan ( berasal dari kata maqribah di Arabia Selatan ). Semula Makkah bernama Bakkah yang berarti sempit, gambaran sebuah wilayah yang terletak di antara sejumlah pegununganyang terdapat di daerah ini dan lembah tanah suci. Di antara monumen yang sanpai sekarabg masih ada yang menjadi tempat peribadatan Ibrahim kepada Tuhannya dan sekarang menjadi qiblat dari seluruh Muslim di dunia dalan melakukan ibadah shalat adalah Ka’bah. op.cit., hlm. 247.

11 Bisri Affandi, op.cit., hlm. 8 12 Ibid 13 Ibid., hlm. 9.

46

4. Di Indonesia

Proses kedatangannya ke Indonesia tak bisa lepas dari proses yang

terjadi dalam Jami’ah al-Khairat. Pada awal abad ke-20 merupakan babak

baru bagi umat Islam di Indonesia, karena waktu itu mulailah masuk

paham-paham pembaharuan ke Indonesia. Meskipun tekanan demi

tekanan terhadap umat Islam di Indonesia dilakukan oleh Kolonial

Belanda makin hebat dari berbagai kebijakan yang mempersempit ruang

gerak umat Islam diantaranya larangan menerima buku-buku atau

selebaran dari luar negeri. Karena dikhawatirkan dapat membangkitkan

semangat Pan Islamisme di Indonesia. 14

Proses dan perjalanan ibadah hajipun menjadi pekerjaan kolonial

Belanda yang tidak bisa dianggap ibadah biasa. Dalam sejarah, setelah

dipergunakan kapal uap sebagai alat transportasi laut pada abad ke-19 dan

terutama setelah terusan Suez dibuka pada tahun 1869, jumlah jamaah haji

Indonesia bertambah. Hal tersebut membuat tidak tenang kolonial

Belanda. Dikhawatirkan semangat Islam yang anti segala bentuk

penindasan akan tumbuh dengan perginya umat Islam ke Mekkah. 15

Memang pada kenyataannya, ibadah haji pada waktu itu berperan ganda.

Disamping sebagai ibadah mahdhah, juga dimanfaatkan sebagai media

penyaluran ide-ide pembaharuan dari Timur Tengah. Dalam konteks inilah

Jami’ah al-Khairat menjadikannya sebagai media untuk memdatangkan

guru-guru agama dari Timur Tengah khususnya Arab Saudi.16

Dengan proses seperti di atas Ahmad Syurkati akhirnya datang ke

Indonesia sebagai guru bagi Jami’ah al-Khairat pada tahun

1911.17Kedatangan beliau disambut gembira dan penuh hormat oleh

14 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Ed.1, ( Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,

1996 ), Cet. I, hlm. 129. 15 Hasbullah, op.cit., hlm. 130. 16 Ibid., hlm.131. 17 Zuhairini, op.cit., hlm. 163

47

pengurus dan warga Jami’ah al-Khairat. Bahkan dalam sejarahnya Syaikh

Muhammad bin Abd al-Rahman Shihab menyerukan kepada nasyarakat

Arab untuk menghormati beliau. Penghormatan tersebut tidak hanya

karena beliau berilmu tinggi, tapi lebih dari itu karena beliau memikiki

kesabaran, ketekunan dan keikhlasan dalam mengajar dan

mengembangkan Jami’ah al-Khairat.18

B. PEMIKIRAN PEMBAHARUAN SYAIKH AHMAD SYURKATI

Dengan latar belakang keluarga, pendidikan, dan sosial budaya yang

terurai seperti di atas secara umum pemikiran beliau dapat dikategorikan

dalam beberapa hal. Mulai dari bidang keorganisasian tauhid, hukum Islam

dan dalam karya-karya beliau dan yang paling menonjol dalam bidang

pendidikan. Dan secara rinci akan kita bahas dalam poin-poin di pembahasan

selanjutnya.

Pada awal abad ke-20 Ahmad Syurkati tidak hanya dikenal sebagai

pemimpin terkemuka masyarakat Indonesia keturunan Arab, tetapi juga

sebagai tokoh reformasi Islam yang banyak dipengaruhi oleh pemikiran

pembaharuan Muhammad Abduh. 19Gerakan beliau dimulai dari imigran Arab

di Indonesia yang berasal dari Hadramaut. Pada abad ke-19 penduduk Arab

Hadrami meningkat pesat yang dibarengi dengan masalah ekonomi.

Sedangkan sifat dari masyarakat Hadrami yang suka merantau dan berdagang.

Maka berdatanganlah orang-orang Arab Hadrami ke Indonesia untuk

berdagang, yang ditunjang transportasi dari Timur Tengah ke Indonesia yang

semakin mudah. Disamping itu mereka mengembangkan ajaran Islam yang

cenderung mengarahkan praktek beragama pribumi yang heterodoks ke arah

yang ortodoks.

18 Bisri Affandi, op.cit., hlm. 10 19 Muhammad Abduh adakah seorang pembaharu Islam yang berasal dari Mesir. Beliau

lahir di Gharbiyah Mesir pada tahun 1849, terkenal sebagai tokoh ahli tafsir, hukum Islam, bahasa Arab dan kesusastraan, logika, ahli ilmu kalam, filsafat dan sosial kemasyarakatan. Baca Musthafa Kamal Pasaha, et.al., Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam Dalam Perspektif Historis dan Ideologis, (Yogyakarta : LPPI, 2000), hlm. 32.

48

Selain itu beliau juga memgembangkan beberapa hal, diantaranya

adalah adanya perbedaan antara sayyid dan non-sayyid, dan juga mereka

menganjurkan kepada kaumnya untuk bertawassul (perantara), sehingga

mereka menjadi penghubung antara manusia dengan Tuhan.

Di antara pemikiran Syaikh Ahmad Syurkati adalah sebagai berikut :

1. Memperjuangkan hak sesama muslim

2. Mendasarkan pemikiran kepada Al-Qur’an dan Hadits

3. Memperjuangkan dan mementingkan bahasa Arab sebagai ilmu alat untuk

memahami sumber-sumber Islam

4. Menekankan pengembangan jalan pikiran anak didik dengan cara

menekankan kepada pengertian dan daya kritis, bukan hafalan. Hal

tersebut juga diterapkan pada pelajaran lain seperti sejarah, ilmu bumi dan

lain-lain.

5. Menggunakan alat peraga dalam menyampaikan pelajaran, terurama

gambar-gambar manusia, yang sebagian tradisi lain melarangnya.20

Dan ide pembaharuan ini mulai muncul ketika ketika beliau berada

dalam organisasi modern masyarakat Arab di Indonesia. Organisasi modern

tersebut adalah al-Jami’at al-Khairat, yang akan dibahas pada pembahasan

berikutnya yang berada dalam organisasi ataupun dalam karya-karya beliau.

Beberapa lembaga yang pernah beliau geluti adalah sebagai berikut :

1. AL JAMI’AT AL KHAIRAT

Al Jami’at Al Khairat berdiri pada tanggal 17 juli 1905 yang

beranggotakan mayoritas orang-orang Arab yang tidak menutup

kemungkinan untuk setiap muslim menjadi anggota tanpa diskriminasi

asal usul. Hal ini dapat kita lihat dalam hasil penelitian Deliar Noer

sebagai berikut :

Thus Al-Jamiat Al-Khairiyat, or generally called Jami’at Khair (Association for the Good), was established in Jakarta on 17 July 1905. The organization was open to every muslim without

20 Zuhairini, op.cit., hlm. 161.

49

descrimination as to his origin , baut the majority of the member were the Arab. 21

Ada dua bidang yang menjadi perhatian dan terwujud dalam

beberapa kegiatan sebagai berikut :

a. Pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar

b. Pengiriman anak-anak muda ke Turki umtuk melanjutkan studi.

Namun pengiriman ini sering terhambat karena kekurangan biaya dan

kemunduran khilafat (tidak seorang dari mereka yang dikirim

memainkan peranan penting) setelah kembali ke Indonesia. 22

Ahmad Syurkai sangat berperan dalam usaha mengembangkan

Jami’at Khair, termasuk diantaranya berjasa dalam mendatangkan empat

orang pengajar lainnya. Namun dua tahun perjalanan beliau di Jami’at

Khair harus berakhir, berawal dari kedatangan beliau di Solo.

Dalam suatu pertemuan menjamu Syurkati, terjadi pembicaraan

mengenai nasib syarifah yang karena tekanan ekonomi terpaksa hidup

bersama seorang Cina di Solo. Syurkati menyarankan agar dicarikan dana

secukupnya kedua orang yang kumpul kebo tersebut dan pilihan lain yang

diajukan beliau supaya dicarikan seorang muslim yang ikhlas dan rela,

menikahi secara sah syarifah itu agar lepas dari gelimangan dosa.

Seorang yang hadir Umar bin Said Sungkar bertanya apakah yang

demikian diperbolehkan (kufu’) padahal ada hukum Islam yang

mensyaratkan yang kafa’ah, sedangkan haram hukumnya seorang syarifah

menikah dengan non-sayyid meski sama-sama pemeluk agama Islam dan

syarat lainnya terpenuhi.

Maka Syurkati mengeluarkan fatwa tentang jaiz atau sahnya

pernikahan yang demikian. Hukum kafa’ah yang seperti dikenal sudah

tersingkir di Mesir, Sudan, Hijaz, dan negara-negara Islam lainnya. Dan

21 Deliar Noer, The Modernits Muslim Movement In Indonesia 1900-1942, (Malaysia :

Oxford University Press, 1978), hlm. 58 22 Zuhairini, op.cit., hlm. 159

50

yang demikian merupakan salah satu cacat di Indonesia yang cukup

mempunyai andil mendungukan umat Islam di Indonesia.

Diantara argumentasi Syaikh Ahmad Syurkati bahwa

sesungguhnya manusia dengan manusia lain adalah sama, dan yang

membedakan berdasarkan ayat Al-Qur’an sebagai berikut :

����������������� ����������� ���������������������������� �!�"�� #���$%�&�'�(��� ���� �'�)�������*�+��,�-���'�.�����/��& 0�1��23������ 4�������#��5��6���7��/�� 4��8�#����23����7���9��:� �6��9��:�,���

;�< ��=>���?��@�

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesunggunya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Q.S. al-Hujurat / 49 : 13).23 Sedangkan konsep kafa’ahnya Imam Syafi’i masih khilafiyah dan

konsep kafa’ah yang dilakukan kaum Ba’lawi semata-mata karena

“tradisi turun-temurun belaka” dari nenek moyang yang ada di

Hadramaut. Sedangkan konsep kafa’aah kaum Ba’lawi adalah sebagai

berkut :

1. Perempuan Arab tidak sederajat dengan pria non-Arab 2. Perempuan Quraisy tidak sederajat dengan pria non-

Quraisy 3. Perempuan Bani Hasyim tidak sederajat dengan pria

non-Bani Hasyim 4. Syarifah tidak sederajat dengan pria non-sayyid24

Padahal dalam sejarahnya Rasulullah pernah menikahkan Zainab

binti Jahz seorang bangsawan Quraisy dengan Zaid bin Harits seorang

23 Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya,dkk., ( Semarang : CV. Toha Putra, 1989 ),

hlm. 847. 24 Hussein Badjerei, Al-Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa, (Jakarta : Presto Prima Utama,

1996), hlm. 30.

51

budak yang dimerdekakan dan dijadikan sebagai anak angkat dan masih

banyak contoh serupa. Dan fatwa ini yang kemudian menjadikan beliau

didebat dan akhirnya dijauhi oleh Jami’at Khair. Dan akhirnya beliau

resmi meninggalkan Jami’at Khair pada tahun 1914.25

2. AL-IRSYAD

Syaikh Ahmad Syurkati seperti dibahas di atas hanya bertahan dua

tahun di Jami’ah Khair. Rencananya beliau akan langsung kembali ke

Makkah meruskan pendidikannya yang sempat terhenti karena panggilan

jihad di Indonesia. Namun niat beliau di cegah oleh sahabatnya terutama

Syaikh Umar Yusuf Manggus dan akhirnya diurungkanlah niatnya

tersebut.26 Sehingga pada tanggal 17 Juli 1914 di Jakarta beliau

mendirikan organisasi yang dinamakan al-Islah wal-Irsyad yang kemudian

dikenal dengan al-Irsyad.27

Tujuan organisasi ini adalah untuk memajukan pelajaran agama

Islam yang murni di kalangan bangsa Arab di Indonesia. Disamping itu

juga bergerak dalam bidang sosial, dan dakwah Islam.

Sebagaimana organisasi lainnya Al-Irsyad juga mempunyai

prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Meneguhkan doktrin persatuan dan membersihkan shalat dan do’a dari

kontaminasi unsur politeisme

b. Mewujudkan kesetaraan di antara kaum muslim dan mencari dalil

yang shahih, serta mengikuti jalan yang salaf untuk semua masalah

yang diperdebatkan

c. Memerangi taqlid buta, yang bertentangan Qur’an dan Hadits

d. Menyiarkan pengetahuan alam dan budaya Arab yang sesuai dengan

Islam

25 Ibid., hlm. 31-31. 26 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Ed. I, ( Jalarta : PT RajaGrafindo Persada,

1996), Cet.I, hlm. 132. 27 Ibid., hlm. 132-133.

52

e. Mencoba menciptakan pemahaman dua arah antara muslim Arab

dengan Indonesia.28

Dalam bidang pendidikan misalnya banyak berdiri sekolah al-

Irsyad di daerah-daerah di seluruh Indonesia.29 Disamping itu juga

memberikan beasiswa untuk studi ke luar negeri terutama ke Mesir. Tapi

tidak seperti yang diharapkan. Lulusan dari luar negeri tidak banyak

berperan dan justru yang banyak berperan yang studi dengan biaya sendiri,

terutama dalam pengembangan pembaharuan. Pengembangan ini

dilakukan dengan tabligh, pertemuan-pertemuan, menerbitkan buku dan

pamflet.30Dan akan kita bahas yang lebih mendalam dalam pembahasan

berikutnya.

Sementara dalam bidang keagamaan gagasan pembaharuan terlihat

dalam Majalah Az-Zakhirah yang berisi pertanyaan yang datang dari

penjuru tanah air dalah hal Ushul dan Furu’ agama, berisi tentang

pembongkaran hadits-hadits palsu dan dhai’f yang dipergunakan dalam

mempertahankan beberapa hukum ibadah dan muamalat di Indonesia.

Yang pada prinsipnya Syaikh Ahmad Surkati mengajak unat Islam

kembali pada Al-Qur’an dan Hadits serta menentang pendapat yang

memutuskan pintu ijtihad tertutup dan cukup berpegang pada madzhab

empat fiqih. Menurut beliau hukum Islam sebenarnya terus berkembang

sepanjang zaman.

3. KARYA-KARYA SYAIKH AHMAD SYURKATI

Disamping sebagai guru, pendidik, ulama, dan tokoh pergerakan

Islam, beliau juga seorang penulis yang produktif. Beliau mampu menulis

berbagai cabang ilmu diantaranya aqidah, ibadah, kandungan al-Qur’an

dan al-Hadits. Sebagian karya-karyanya dibuat dalam raangka

28 Bisri Affandi, op.cit., hlm. 213-214. 29 Sampai sekarang sudah terdapat pengurus cabang di setiap kabupaten seluruh Indonesia.

http:/www.alirsyad.or.id, Email:[email protected]. 30 Musthafa Kamal Pasha, op.cit., hlm. 57.

53

menyanggah paham keagamaan yang beliau anggap menyimpang dari al-

Qur’an dan sunnah. Diantara karya-karya tersebut ada yang berbentuk

risalah maupum berbentuk artikel di majalah maupun surat kabar.31

Karena menurut beliau masih banyak perbuatan-perbuatan

beragama Arab Hadramaut yang menyimpang, yang seharusnya ditujukan

kepada Allah tapi ditujukan kepada yang lainnya. Diantanya adalah

sebagai berikut :

1. Shalat, puasa, haji, dan sedekah yang dikerjakan bukan karena Allah 2. Penyembelihan yang bertujuan untuk mengagungkan, dalam

pandangan kerohanian, atau untuk menolak keburukan, misalnya dihadiahkan kepada jin atau yang lainnya menurut Ahmad Syurkati adalah syirik.

3. Bernadzar karena selain Allah. 4. Istighatsah (mohon bantuan pertolongan) kepada selain Allah 5. Bersumpah kepada selain Allah 6. Berdo’a kepada selain Allah 7. Takut kepada selain Allah. 8. Mengharamkan yang dihalalkan Allah dan menghalalkan apa yang

diharamkan Allah. 9. Memakai jimat atau benda bermantera yang diyakini berkekuatan

ghaib untuk kepentingan tertentu.32

Di antara karya Ahmad Syurkati baik dalam bahasa Arab

maupun yang suda diterjemahkan dakam bahasa Indonesia, baik yang

sudah diterbitlan maupum yamg disimpan murid-murid beliau adalah

sebagai berikut :

a. Risalah Surat al-Jawab ( 1915 )

Risalah ini merupakan jawaban dari H.O.S Tjokroaminoto (

pimpinan surat kabar Suluh Hindia sehubungan makin meluasnya

pembicaraan tentang kafa’ah. Ahmad Syurkati berpendapat bahwa

seorang wanita syarifah yang menurut golongan Alawi ( adalah

keturunan Nabi ) tidak boleh menikah dengan laki-laki selain Alawi

31 Bisri Affandi, op.cit., hlm. 39. 32 Ibid., hlm. 48-54.

54

adalah salah. Tidak ada ayat dan hadits nabi yang menyatakan seperti

itu.33

Beliau mengajak agar kafa’ah diletakkan pada orientsi ajaran

Islam yang lebih luas, yiatu musawah ( persamaan ). Dengan demikian

tidak ada keutamaan seseorang atas dasar keturunan. Dan hal ini

membuat reaksi keras dari kalangan Arab Hadrami golongan Alawi. 34

b. Risalah Taujih al-Qur’an ila Adab al-Qur’an ( 1917 )

Risalah ini berisi penguatan pemikiran beliau pada risalah di

atas, antara lain :

Pertama, kedekatan pada nabi Muhammad bukan

berdasarkan atas keturunan, tapi lebih dari itu berdasarkan ketekunan

dan kesungguhan dalam mengikuti jejaknya.

Kedua, kedekatan pada Nabi lebih ditekankan pada

ketekunan dan kesungguhan dalam menjalankan ilmu dan agama.

Ketiga, berisi tentang kritik terhadap kebodohan dan

penyimpangan terhadap ajaran agama. Yakni denga adanya kelompok-

kelompok yang membanggakan diri sebagai keturunan Nabi dan

memandang rendah umat Islam lainnya.35

c. Al-Dakhirah al-Islamiyah ( 1923 )

Merupakan majalah bulanan yang beliau pimpin dan dibantu

oleh Muhammad Nur al-Anshari sebagai administrator. Majalah ini

terbit pada tanggal 1 Muharam 1342 H/Agustus 1923 dan terbit hingga

10 edisi. Majalah ini merupakan penyaluran pemikiran beliau pada

masyarakat Muslim Indonesia.

Dalam pendahuluan diantaranya beliau menuliskan tentang

dasar-dasar perbuatan beragama yang dipandang salah, misalnya

33 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos, t.t.), hlm. 195 34 Ibid., hlm.40. 35 Ibid

55

perbuatan itu ternyata didasarkan pada hadits yang palsu. Disamping

itu, beliau juga menyatakan bahwa Islam yang bisa cocok atau

bersesuain denga segala bangsa dan waktu. Yang terakhir beliau

menghimnau untuk melakukan gerakan yang berorientasikan

pendidikan dalam arti yang luas.36

Diantara artikel Ahmad Syurkati yang dimuat dalam

majalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tulisan tentang fatwa-fatwa yang berisi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang oleh kaum muda dipandang sebagai bid’ah atau khurafat, musalnya ushulli, tawassul qubur, jimat, talqin, manaqib, berdiri pada saat pembacaan shalawat nabi.

2. Kitab hak-hak suami istri37 3. Al-Qur’an dan Buddha 4. Tadsir surat al-Fatihah 5. Hadits lemah dan Dusta 6. Golongan al-Irsyad dan golongan Sayyid di Jawa 7. Khilafat 8. Berbagai bertuk nasihat dan peringatan, misalnya “Seruan”,

“Penutur Kata”, “Peringatan”, “Tegoran”, dan Keterangan-keterangan”.38

d. Al-Masail al-Tsalat ( 1925 )

Tulisan ini berisi pandangan Ahmad Syurkati tentang tiga

masalah yang berhubungan dengan pemurnian ajaran agama Islam,

yaitu tentang ijtihad dan taqlid, sunnah dan bid’ah, serta tentang

zayarat al-qubur, dan tawassul melalui nabi dan orang-orang yang

dipandang saleh. Tulisan ini dibuat dalam rangka persiapan dalam

forum debat denga wakil golongan Alawi yaitu Ali al-Thayib yang

mengaku sebagai alumnus Al-Azhar dan pernah menjadi sekretaris

Fatwa al-Syafi’iyyah di Madinah.39

36 Bisri Affandi, op.cit., hlm. 41 37 Naskah ini berbahasa Melayu terjemahan dari naskah berbahasa Arab, berisi dua bagian.

Bagian pertama berisi tentang hak seorang wanita yang telah menikah dan yang kedua memuat hak suami istri. Abudin Nata, op.cit., hlm. 196.

38 Bisri Affandi, loc.cit. 39 Ibid., hlm., 42

56

Perdebatan yang telah direncanakan Persis tersebut gagal

karena Ali menghendaki perdebatan dilakukan di Masjid Ampel

Surabaya. Namun setelah Ali membaca tulisan tersebut menyatakan

telah memahami pandangan Syurkati, sehingga tidak perlu lagi

mengadakan forum yang telah direncanakan.40

e. Al-Wasiyyat al-Amiriyah ( 1918 )

Merupakan buku yang berisi tentang anjuran berbuat kebajikan.

Buku ini dapat juga digunakan sebagai pegangan ajaran akhlak yang

didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits. Pada setiap pasal pada buku ini

diawali dengan ayyyuha al-Mu’minun oleh G.F Pijper disamakan

dengan karya Al-Ghazali yang berjudul Ayyuha al-Walad. Buku ini

diterbitkan di Surabaya.41

f. Zedeleer Uit Den Qoran ( 1932 )

Buku ini berbahasa Belanda terjemahan dari risalahnya yang

bejudul al-Adab al-Qur’aniyyah yang berisi tentang nukilan ayat-ayat

al-Qur’an yang berhubungan dengan akhlaq yang diberi komentar-

komentar dan disertai dengan hadits Nabi. Dalam proses

penterjemahan dibantu oleh Ch. O. Van Der Plas dan diberi pengantar

oleh Voorzitter Hoofbestuur Jong Islamieten Bond. Yang menurut Van

Der Plas buku ini ditujukan kepada orang-orang yang berlatar

belakang pendidikan Barat.42

g. Al-Khawatir al-Hisan ( 1941 )

Merupakan kumpulan sajak-sajak kenangan terhadap para

sahabatnya seperjuangan termasuk pendiri Muhammadiyah dan tokoh

40 Ibid 41 Abudin Nata, op.cit., hlm. 196 42 Bisri Affandi, op.cit., hlm. 196

57

Persis A. Hasan. Pada saat itu beliau telah beruasia lanjut dan

mengalami sakit mata yang akhirnya menyebabkan kebutaan.

Walaupun usaha telah dilakukan, namun akhirnya pada awal bulan

Rajab 1359 H/1940 M beliau menerima pasrah dan beristirahat di

Bogor.

Sajak-sajat ini hampir semua dilandasi pengalaman beliau

ketika beliau melakukan perjalanan sebagai penilik ke daerah-daerah.

Dalam perjalanan beliau banyak bertemu dengan kader-kader dan

tokoh-tokoh reformis lainnya, walaupun tidak menyebutkan satu

persatu nama orang yang masuk dalam kenangan belaiu. Misal dari

sajak-sajak beliau :

Dan arahkan tujuanmu ke arah Bangil, kepada seorang

cerdik pandai dan mereka berada dalam satu organisasi.43

Di antara daerah atau kota yang terkenang dalam sajak beliau

dan pernah beliau kunjungi adalah Jakarta, Bandung, Sukabumi,

Cirebon, Purwakarta, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bogor, Brebee,

Tegal, Pemalang, Comal, Indramayu, Pekalongan, Surabaya, Bangil,

Pasuruan, dan Bondowoso.

Disamping sajak di atas beliau juga memperingatkan adanya

watak tercela yang masih selalu muncul di kalangan Arab Hadrami di

Indonesia :

Orang-orang pelit berrpandangan bahwa harta adalah

kemuliaan. Padahal harta itu bencana dan hina bagi si

penumpuknya.44

h. Fatwa kepada Muhammadiyah

Fatwa ini dikeluarkan atas permintaan PP Muhammadiyah

ketika menghadapi Muktamar Tarjih Muhammadiyah pada tahun

43 Ibid, hlm., 43 44 Ibid, hlm., 44

58

1939. Dan oleh pengurus Al-Irsyad makalah itu diberi judul Fatwa

Sech As-Surkaty kepada PP Muhammadiyah.

i. Muhadharat Islamiyah (1937 )

Atas permintaan murid-muridnya beliau memberikan kuliah

umum yang berjudul Muhadharat Islamiyah tentang tafsir. Adapun isi

dari kuliah umum tersebut adalah sebagai berikut :

1) Penguasaan Ilmu

Beliau menjelaskan bahwa agar diperoleh pengertian yang luas

tentang penafsiran, seorang mufassir harus konsultasi dengan

berbagai macam ilmu, baik ilmu agama Islam maupum Ilmu

umum.

2) Pendekatan Ma’tsur

Di samping menggunakan uraian kebahasaan Ahmad Syurkati

juga menggunakan pendekatan ma’thur yaitu menafsirkan ayat-

ayat Al-Qur’an berdasarkan atas keterangan dari Al-Qur’an sendiri

dan dari Hadits.

3) Pendekatan Tauhid

Pendekatan lain yang dipandang sangat penting dalam kuliah

beliau adalah pendekatan tauhid. Sebagai contoh adalah sebagai

berikut :

Iyyaka na’bud wa iyyaka nasta’in artinya katakannlah demikian secara lisan sesuai dengan perbuatan dan keyakinan. Dan maka Iyyaka na’bud wa iyyaka nasta’in ialah kami menyembah hanya kepada Engkau sendiri dan tidak menyekutukanMu semata dan tidak meminta pertolongan kepada orang lain, siapapun dalam kepentingan urusan kita dengan pertolongan yang siatnya ghaib atau kerohanian, tidak dengan pertolongan raja, tidak pula nabi atau wali, ataupum jin dan lainnya. 45 Karena menurut beliau masih banyak perbuatan-perbuatan

beragama Arab Hadramaut yang menyimpang, yang seharusnya

ditujukan kepada Allah tapi ditujukan kepada yang lainnya.

45 Ibid, hlm., 47-48

59

Syaikh Ahmad Syurkati wafat pada hari kamis tanggal 16

September 1943 pukul 09.00 di kediamannya, yang sekarang ini Jalan

KH. Hasyim Asy’ari No. 25 Jakarta., dan dimakamkan di pemakaman

Karet Tanah Abang Jakarta.46

C. PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD SYURKATI DALAM BIDANG

PENDIDIKAN

Pada masanya Ahmad Syurkati sudah mengkaji secara langsung

tentang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pandangan hidup

yang melatarbelakangi kemajuan Barat. Menurut Donald E. Smith bahwa

Ahmad Syurkati dan para reformis lainnya menerima nilai-nilai budaya

dinamis kemajuan Barat, karena dianggap sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Sehingga penerimaan tentang rasionalisme, sains, material progress,

individual freedom dan demokrasi adalah kembali pada bertuk Islam yang

asli.

Mata rantai ini bersumber dari Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim.

Menurut G.F. Pijper yang pernah belajar agama pada Ahmad Syurkati

mengatakan adanya pengertian antara beliau dan Ahmad Dahlan.

Keduanya menentukan sandaran perjuangan yang berbeda. Ahmad

Syurkati di wilayah masyarakat Arab dan Ahmad Dahlan pada masyarakat

lainnya.47

Dalam menyusun program, beliau mempelajari dulu apa yang

terjadi dalam masyarakat terlebih dulu. Program yang dijalankan sesuai

dengan Muhammad Abduh, yaitu transformasi pendidikan dan pemurnian

ajaran Islam dari praktik-praktik menyimpang. 48Kesesuaian tersebut

adalah sebagai berikut :

46 Hussein Badjerei, op.cit., hlm. 73 47 Ibid., hlm. 117. 48 Zuhairini, op.cit., hlm. 161.

60

1. The purificatiom of Islam from Corrupting Influence and practice (pemurnian Islam dari pengaruh dan kebiasaan yang merusak)

2. The reformation of Muslim higher education (penyusunan kembali pendidikan tinggi bagi umat Islam)

3. The reformulation of Muslim higher education (reformulasi pendidikan tinggi bagi umat Islam)

4. The defence of Islam againt Eurephean influence and Christian attacks (mempertahankan Islam dari pengaruh Eropa dan serangan Nasrani). 49 Diantara pemikiran beliau dalam bidang pendidikan adalah dapat

kita pilah dalam beberapa aspek, diantaranya konsep pendidikan,

kurikulum, metode dan pendekatan, dan media pendidikan, yang akan kita

bahas secara detail sebagi berikut :

1. Konsep Pendidikan

Menurut Syaikh Ahmad Syurkati kebodohan harus di berantas.

Dan berpendapat bahwa perbuatan mendidik dan mengajar adalah

pekerjaan yang termulia di sisi Allah SWT. Keyakinan ini dikuatkan

dengan penjelasan Rasulullah bahwa sebaik-baik di antara manusia

adalah yang melakukan perbuatan mengajar.

Keyakinan tersebut sejalan dengan pendapat Clifford Geertz

yang menyatakan bahwa pendidikan mempunyai arti sebagai lembaga

induk dalam usaha-usaha yang paling sungguh-sungguh untuk

memodernisasi tradisi dan masyarakat. Beliau meyakini bahwa

pengajaran adalah segalanya dan merupakan kunci kemajuan.

Sehingga yang menjadi prioritas adalah melaksanakan

pendidikan formal untuk menghasilkan guru-guru agama yang

sekaligus sebagai penganjur atau dalam bahasa kita sering disebut

da’i. 50

49 Bisri Affandi, op.cit., hlm. 118 50 Ibid, hlm. 122.

61

2. Lembaga Pendidikan

Aspek yang sering terlupakan dalam sistem pendidikan secara

umum adalah aspek kelembagaan. Suatu kemajuan pada waktu itu

Syaikh Ahmad Syurkati sudah memperhatikan aspek kelembagaan.

Hal ini terbukti dengan terbentuknya organisasi Al-Irsyad sesuai

dengan tujuan-tujuan pembentukan, diantaranya didirikannya sekolah-

sekolah yang peserta didiknya terbuka untuk umum asalkan beragama

Islam, yang tidak membedakan suku, ras dan kedudukan. 51

Secara kelembagaan program pendidikan Al-Irsyad pada tahun

1913 dengan jenjang sebagi berikut :

a. Madrasah Awwaliyah berjenjang tiga tahun

b. Madrasah Ibtidaiyyah berjenjang empat tahun

c. Madrasah Tajhiziyyah berjenjang dua tahun

d. Madrasah Mu’allimin berjenjang empat tahun

Dan pada tahun 1915 mendirikan Takhassus berjenjang dua

tahun sebagai jenjang pendidikan tertinggi atau setara dengan

perguruan tinggi diploma.52

3. Kurikulum

Secara umum kurikulum merupakan program yang buat untuk

mencapai tujuan pendidikan. Tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan

sangat bergantung pada kurikulum yang dibuat.

Kurikulum yang diterapkan Ahmad Syurkati, khususnya pada

pendidikan formal lebih menekankan pada pendidikan dengan muatan

religius yang ditunjang guru-guru yang kompeten dalam bidangnya.

Prioritas ilmu yang harus dipelajari tergambar jelas dalam tiap jenjang

sebagai berikut :

51 Abudin Nata, op.cit., hlm. 197. 52 Bisri Affandi, op.cit., hlm. 214-215.

62

a. Madrasah Awwaliyah berjenjang tiga tahun, kurikulumnya adalah

muhadatsah, baca bahasa Arab, disamping pelajaran yang lain

seperti bahasa Indonesia, berhitung, dan olah raga.

b. Madrasah Ibtidaiyyah berjenjang empat tahun, kurikulumnya

adalah Al-Qur’an, fikih, nahwu, sharaf, muthala’ah dan imla’.

Sebagai tambahan diajarkan sejarah, geografi, bahasa Indonesia,

berhitung, menggambar, dan olah raga.

c. Madrasah Tajhiziyyah berjenjang dua tahun, yang diajarkan adalah

fikih, tauhid, tafsir dan hadits, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

d. Madrasah Mu’allimin berjenjang empat tahun diajarkan bahasa

Arab, tafsir, hadits dan ilmu hadits, pedagogi, bahasa Inggris, dan

bahasa Indonesia

e. Tahassus yang berjenjang dua tahun diajarkan sepenuhnya religius

yaitu adab al-lughah al-arabiyah (litrratur Arab), mantik (logika),

balaghah (retorika), fiqh wa ushul al-fiqh,tafsir, hadits, ilmu hadits

dan filfafat.53

Dalam mata pelajaran yang telah tersebut di atas dapat dikatakan

bahwa kurikulum yang dibuat bersifat nondikotomik. Tidak ada

pembedaan yang bersifat diskriminatif antara ilmu agama dengan ilmu

umum. Selain itu, kurikulum yang dibuat menekankan pada ilmu alat

dalam hal ini bahasa Arab sebagai alat untuk mempelajari dan

memahami sumber-sumber ajaran Islam.54

4. Metode dan Pendekatan

Metode dan pendekatan merupakan aspek yang penting

diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Sampai tidaknya materi

sangat dipengaruhi oleh cara menyampaikannya. Metode mengajar adalah

cara yang digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran

kepada anak didik, yang berlangsung dalam interaksi edukatif.

53 Deliar Noer, op.cit., hlm. 65. 54 Zuhairini, et.al., op.cit., hlm. 161.

63

Dalam usaha pengembangan jalan pikiran anak didik Ahmad

Syurkati menekankan daya kritik daripada hafalan. Hal ini diberlakukan

tidak hanya pada mata pelajaran agama, tetapi pada mata pelajaran lainnya

seperti sejarah, ilmu bumi dan lain sebagainya.55

Ada beberapa metode dalam proses belajar mengajar, yang

mempunyai prinsip-prinsi umum dan faktor-faktor yang mempengaruhi.

Diantara prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :

a. Harus memperhatikan kecenderungan anak didik, yaitu

memperhatikan dan menyesuaikan kapasitas anak didik, bakat, minat,

lingkungan dan kesiapan anak didik. Sehingga akan terwujud proses

belajar mengajar yang menyenangkan.

b. Memanfaatkan aktivitas individual anak didik. Hal ini dapat dilakukan

dengan melibatkan anak didik dalam setiap kegiatan yang dilaskukan

dan memberi kesempatan kepada mereka untuk berpikir dan berbuat.56

Ahmad syurkati menerapkan metode dan pendekatan dalam belajar

mengajar pada sekolah Al-Irsyad dapat dilihat dari apa yang dilihat dan

terima oleh para murid beliau.57 Metode dan pendekatan yang beliau

terapkan adalah sebagai berikut :

a. Pembiasaan, dilakukan dalam pelajaran bahasa Arab dengan mengajak

salah satu murid beliau untuk jalan dan kemudian mengajarkan bahasa

arab dari benda-benda yag dijumpai, hal ini dialami oleh H. Abdul

Halim

b. Pendekatan psikologis dan konseling dalam melihat minat dan bakat

serta tingkat kemampuan intelegensi para siswa yang diajar.

c. Demokratis dalam suasana belajar mengajar dan menggunakan

pendekatan akliyah yang mengembangkan tingkat kemampuan

berpikir siswa

55 Ibid. 56 Depag RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Depag RI, 2001), hlm. 88-

89. 57 Baca Abudin Nata, op.cit., hlm. 197-198.

64

d. Metode Diskusi juga sering diterapkan.

Metode ini sangat populer. Dalam metode ini terjadi tukar menukar

informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur.

Tujuannya adalah memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas

dan lebih teliti tentang sesuatu dan juga mempersiapkan dan

merampungkan keputusan bersama. Dalam metode ini mengandung

nilai-nilai demokratis. Anak didik berpacu dalam mengeluarkan

pendapat, tentunya dengan aturan main yang ditetapkan oleh

kelompok tersebut.58

Dengan metode diskusi, peserta didik lebih bebas untuk

mengeksplorasi pemikiran tanpa harus merasa minder. Dengan

sedirinya akan muncul karakter diri anak didik tanpa ada pemaksaan,

dan yang muncul adalah keunikan-keunikan pribadi yang harus

dihormati menurut nilai-nilai kemanusiaan.

5. Media Pendidikan

Media pendidikan merupakan alat-alat fisik yang menjelaskan isi

pengajaran seperti film, video kaset, gambar dan lain-lain, yang

berfungsi sebagai alat bantu yang memperlancar dan mempertinggi

proses belajar mengajar.59

Ahmad Syurkati dalam proses belajar mengajar menggunakan

sudah media pendidikan walaupun masih sangat sederhana dengan

menggunakan buku-buku bergambar, terutama gambar manusia yang

oleh sebagian kelompok dianggap haram, untuk menjelaskan maksud

dari materi yang disampaikan.60

58 Depag RI, op.cit., hlm. 111. 59 Chabib Thoha, et.al., PBM-PAI di Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar

Pendidikan Agama Islam, ( Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1998), Cet. I, hlm. 268-270.

60 Zuhairini, loc. cit.

65

Dalam perkembangannya pemilihan media dalam proses belajar

mengajar juga harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang

disampaikan, kondisi anak didik dan kemampuan pendidik.

Pemikiran pendidikan Syaikh Ahmad Syurkati sampai sekarang

mewarnai perkembangan Al-Irsyad sebagai organisasi modern dan

khususnya lembaga pendidikan. Diantara lembaga pendidikan yang sampai

sekarang masih eksis keberadaannya adalah Taman Kanak-Kanak, Sekolah

Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum, Taman

Pendidikan Al-Qur’an, Madrasah Ibtidaiyyah, Madrasah Aliyah, Pesantren

dan Perguruan Tinggi yang biasa disebut dengan Ma’had Ali dengan

program DII. Berdasar data tahun 2000/2001 lembaga pendidikan tersebut

tersebar di seluruh Nusantara berjumlah 167 dari tingkat TK sampai

Perguruan Tinggi, yang didukung oleh 1.153 guru yang berpendidikan

menengah sampai S3. 61

61 Majalah Gema, edisi Juni 2001, (Jakarta : PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah), hlm. 14-15