BAB III TAFSIR AL-JASHASH DAN AL-QURTUBI A. AL...
Transcript of BAB III TAFSIR AL-JASHASH DAN AL-QURTUBI A. AL...
24
BAB III
TAFSIR AL-JASHASH DAN AL-QURTUBI
A. AL-JASHASH
1. Riwayat Hidup dan Karya-karya Al-Jashash
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ahmad Ibn Ali Al-Razi, yang
terkenal dengan sebutan Al-Jashash.1 AL-Jashash adalah seorang ahli
tafsir dan ahli ushul fikih ternama yang terkenal dengan panggilan Al-
Jashash (penjual kapur rumah). Ia disebut demikian, karena dalam mencari
nafkah hidup ia bekerja sebagai pembuat dan penjual kapur rumah.2 Ia
lahir di Baghdad tahun 305 H.di masanya ia adalah imam pengikut
madzhab Hanafi, dan kepadanya pula akhir pegangan para sahabatnya. Dia
berguru kepada Abu sahal Al-Zujaj, Abu Al-Hasan Al-Harakhi, dan
kepada orang alim fikih lainnya pada saat itu. Proses belajarnya menetap
di baghdad, dan perjalanan mencari ilmunyapun berakhir di sana.
Al-Jashash berguru tentang Zuhud kepada Al-karakhi dan
mengambil kemanfaatnya, saat jashash mencapai maqam Zuhud, di minta
untuk menjadi seorang penghulu (qadli), tapi ia tolak. Dan ketika di minta
lagi ia tetap tidak menerima.3
Al-jashash adalah salah seorang Imam fikih Hanafi pada abad ke
14 H, dan kitabnya Ahkam Al-Quran dipandang sebagai kitab fikih
terpenting, terutama bagi pengikut mazhab Hanafi. Al-Jashash terlalu
fanatik buta terhadap mazhab Hanafi sehingga mendorongnya untuk
memaksa-maksakan penafsiran ayat dan penakwilannya, guna mendukung
mazhabnya, ia sangat ekstrim dalam menyanggah mereka yang tidak
1. Muhammad Husain Al Zahabi, Al Tafsir wa Al Mufassiruun, Daar Al Maktabah Al
Harisah, Mesir, 1976, hlm. 485 2 . Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan,
Jakarta, 1992, hlm. 485 3. Muhammad Husain Al Zahabi, op. cit., hlm. 485
25
sependapat dengannya dan bahkan berlebih-lebihan dalam menta’wilkan
sehingga menyebabkan pembaca tidak suka meneruskan bacaannya,
karena ungkapan-ungkapannya dalam membicarakan mazhab lain sangat
pedas.4
Disamping kegiatan belajar mengajar, kegiatan ilmiah yang
ditekuninya adalah menuliskan karya-karyanya dalam bentuk buku atau
kitab, diantaranya adalah:
1. Ushul Al-Jashash
2. Tafsir Ahkam Al-Qur’an
3. Syarah Mukhtashar Al-Karkhi
4. Syarah Mukhtashar Al-Tahawi
5. Syarah jami’ Al-Saghir Wa Al-Jami’ Al-Kabir
6. Syarah Asma’ Al-Husna
7. Jawab Al-Massa’il.5
Berdasarkan sekian karyanya yang ada, Al-jashash tergolong
seorang ulama pilihan yang alim. Banyak ulama lain yang mengembalikan
permasalahannya yang berkaitan dengan mazhab Hanafi kepadanya
berdasarkan bukti dan dalil yang ada. Al-Jashash wafat tahun 370 H.6
2. Bentuk Metode dan Corak Penafsiran Al-Jashash
a. Bentuk Penafsiran
Kitab tafsir Ahkam Al-Quran karya Al-Jashash termasuk dalam
tafsir ni Al-Ma’tsur (bi Al-Riwayah), yaitu menafsirkan Al-Quran
dengan Al-Quran, dengan perkataan shahabat atau dengan apa yang
4. Manna’ Khalil Al-Qattan, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Terj. Mudzakir, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Litera Antara Nusa, Jakarta, 2000, Cet.V, hlm. 518
5. Tim Penulis IAIN Syarif Hidayahtullah, op.cit., hlm 486 6 Muhammad Husain Al-Zahabi, op.cit., hlm. 439
26
dikatakan tokoh-tokoh besar tabi’in disamping itu ia juga
mengemukakan beberapa pendapat berdasarkan pada pemikirannya.7
b. Metode Penafsiran
Kitab tafsir Ahkam Al-Quran karya Al-Jashash dikategorikan
pada tafsir yang menggunakan metode analitik (tahlili) yakni
menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dengan memaparkan segala aspek
yang terkandung didalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta
menerangkan makna-maknanya yang tercakup didalamnya sesuai
dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-
ayat tersebut.8
c. Corak Penafsiran
Kitab tafsir Ahkam Al-Quran karya Al-Jashash termasuk tafsir
yang bercorak fikih. Dan pengarang membatasi diri pada ayat yang
berhubungan dengan hukum-hukum cabang (masalah-masalah
furu’iyah) dengan menjelaskan maknanya dengan hadis dan beberapa
Imam mazhab.9
3. Penafsiran Al-Jashash terhadap Makanan yang diharamkan dalam
Al-Qur’an.
Pada bagian ini akan dikemukakan tentang penafsiran Al-jashash
terhadap ayat tentang makanan yang diharamkan dalam Al-Quran, dimana
pada bab dua telah di sebutkan bahwa ayat-ayat al-quran yang berbicara
tentang makanan yang haram, yang mana antara ayat satu dengan ayat
lainnya adalah saling berhubungan dan tidak dapat di pisahkan.
7 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Quran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, hlm. 32-33\
8 Ahmad Arif Junaidi, Pembaharuan Metodologi Tafsir Al-Quran, Gunung Jati, Semarang, 2001, hlm. 27-28
9 Manna’ Khalil Al-Qattan, op.cit., hlm. 518
27
a. Surah Al-Baqarah ayat 173 :
إنمـا حـرم عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير وما أهل به لغير الله
اد فال إثمال عاغ وب رغي ـطرـن اضفم حيمر غفور الله ه إنليع
)173:البقرة(
Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah daging, babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tapi barang siapa yang dalam keadaan terpaksa (memaksa) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak ( pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi maha penyayang.10
Abu bakar berkata: Bangkai menurut syarak adalah nama bagi
seekor hewan yang telah mati tanpa di sembelih dengan menyebut
nama Allah. Ada kalanya di bungkam hidungnya tanpa adanya campur
tangan manusia walaupun tanpa sengaja. Meskipun dalam kondisi niat
kepada Allah dan tanpa di sembelih, sedangkan pemahaman kita
tentang pengharaman bangkai, bahwa pengharaman,
penghalalan,larangan dan kebolehan itu berlaku dikalangan kita
(muslim) saja dan bukan golongan lain. Karena sesungguhnya arti
perlakuan itu merupakan suatu peringatan menurut ulama.11
Dalam aspek yang lain, para mufassir mengatakan tidak
diperbolehkan memakan bangkai anjing dan binatang buas. Karena
sesungguhnya itu merupakan bagian dari manfaat, dan Allah telah
mengharamkan bangkai secara mutlak yang di kuatkan dengan hukum
larangan. Maka tidak di perbolehkan sesuatu yang bermanfaat dari
10 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Surya Cipta Aksara, Surabaya,
1993, hlm 42 11 Abi Bakar bin Ali Ar-Razi Al-Jashash, Ahkamul Quran, juz I, Darul Kutub Ilmiah,
Bairut Libanon,t.th., hlm 130
28
bangkai kecuali sesuatu yang khusus menunjukkan dalil tentang
wajibnya.12
Diriwayatkan dari Muhammad SAW, yakni tentang
pengkhususan bangkai ikan dan belalang secara global hukumnya
boleh. Hal ini berdasarkan hadis yang di riwayatkan oleh Abdur
Rahman bin Zaid bin Aslam dari bapaknya dari Ibnu Umar berkata :
Rasulullah bersabda :
حد ثنا أبو مصعب ثنا عبد الر حمن بن ز يد بن ا سالم عن أبه عن
احلت لكم ميتتا ن :عبد اهللا بن عمر ان ان الرسول اهللا عليه وسلم قل
.ودمان فأمالميتتان فالحوت والجراد واما الدمان فالكبد والطحال
Artinya: “Abu Mas’ud menceritakan kepada kita dari Abdur Rahman bin Zaid bin Aslam dari bapaknya dari Abdullah bin Umar bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda: telah di halalkan bagi kalian dua bangkai dan dua darah, adapun dua bangkai itu adalah ikan dan belalang sedangkan dua darah yaitu hati dan limpa”.13
Sebagian orang juga mengambil dalil mengenai masalah
pengharaman bangkai ini dari firman Allah SWT.:
تاعا لكمم هامطعر وحالب ديص 96:المائدة(أحل لكم(
Artinya: “Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan yang berasal dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu”.14
12 Ibid, hlm 131 13 Sunan Al-Khafidh Ibn Abdullah Muhammad Ibn Yazid Al-Qajwini Ibnu Majah, Juz 2,
Darl fikr, libanon, hlm 1152 14 Departeman Agama, Op.Cit., hlm 78
29
Dan hadits Nabi SAW.:
حدثنى صفوان بن سليم : ثنا مالك بن أنس. حدثنا هاشام بن عمار
وهو ,ان المغيرة بن أبى بردة,من ال ابن االزرق, عن سعيدبن سلمة
قال رسول اهللا : حدثة انه سمع أباهريرة يقول, من بنى عبد الدار
"الحل ميتة, البحر الطهو رماؤه" صلىاهللا عليه وسلم
Artinya: “Hisyam bin Ammar telah menceritakan kepada kami, Malik bin Amr berkata : telah menceritakan kepadaku Sofwan bin Salim dari Said bin Salamah, bahwa Mughiroh bin Abi Burdah, dan dia berasal dari Bani Abi Dar telah menceritakan kepadanya : sesungguhnya dia mendengar bahwa Abu Hurairah berkata Rasulullah SAW telah bersabda: lautan itu suci airnya dan halal bangkainya”.15
Diceritakan dari Abdul Baqi’ bahwa Rasulullah pernah di tanya
tentang masalah laut, kemudian Rasul menjawab: bahwa “Laut itu suci
airnya dan halal bangkainya”.
Abu bakar berkata: ada perbedaan pendapat pada ikan yang
mati terapung di atas air (Thofi), yaitu ikan yang mati di dalam air
dengan di bungkam hidungnya. Menurut Imam Malik dan Syafi’I
hukumnya halal. Sedangkan menurut Atho’ bin Saib dan Abdullah bin
Ubay keduanya menghukumi makruh, menurut Abu Bakar Ash-Shidiq
dan Abi Ayyub hukumnya adalah boleh.
Sebagai orang pada umumnya ragu-ragu tentang kemakruhan
ikan thofi dari segi tetapnya dalam air hingga terapungnya di dalam
air. Letak perbedaan hukumnya adalah apabila ikan itu mati kemudian
terapung diatas air maka ikan itu boleh dimakan, tetapi jika matinya itu
karena dibungkam hidungnya dan tidak terapung diatas air maka itu
tidak boleh dimakan. Pemahaman yang dapat penulis ambil adalah
matinya di dalam air itu karena di bungkam hidungnya dan tidak ada
15 Sunan Al-Hafid Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazid Ajwini, Op.Cit., hlm 1081
30
sebab lain.Pendapat ini mengambil dalil riwayat Abdul Baqi bahwa:”
makanlah sesuatu yang terapung di laut”16.
Dan firman Allah :
)96:المائدة(أحل لكم صيد البحر Artinya: “Dihalalkan bagimu binatang buruan laut”.17
Dalil tersebut masih bersifat umum dalam menjelaskan thofi
dan lainnya, maka ada dua jawaban yaitu:
1. Bahwa dalil ayat tersebut adalah khusus pada hukum yang
menjelaskan tentang pengharaman bangkai dan dalil-dalil yang
berlaku tentang larangan memakan ikan yang mati terapung diatas
laut (thofi).
2. Dalil ayat tersebut diriwayatkan dengan cara menafsirkan firman
Allah yaitu suatu yang ada pada laut kemudian mati, dan firman
Allah adalah sesuatu yang diburu dan hidup.
Sedangkan thofi itu tidak termasuk dalam jawaban yang kedua,
karena thofi termasuk perkara yang ada pada laut dan tidak termasuk
pada buruan.18
Tentang memakan belalang Abu Bakar mengatakan boleh
memakanya secara mutlak, baik sesuatu yang ditemukan dalam
keadaan mati maupaun mati karena di bunuh.
Abu Bakar berkata:”tidak ada perbedaan antara belalang yang
sudah jadi bangkai atau belalang itu mati karena di bunuh”. Menurut
cerita Abu ‘Atab dari Aisyah; bahwa Aisyah pernah memakan
belalang dan dia berkata bahwa Rasulullah juga pernah memakannya.
Dalam al-qur’an di sebutkan:
16 Abi Bakar Ahmad bin Ali Ar-Razi al- jashash, Op.Cit., hlm 132 17 Depertemen agama RI, loc .cit ,hlm 178 18 Abi Bakar Ahmad bin Ali Ar-Razi Al-Jashash, Op.cit,hlm 133
31
)3:المائدة (حرمت عليكم الميتة Dimana ayat ini menunjukkan tentang haramnya bangkai, maka
jawabannya adalah bahwa pengkhususan yang ada di dalam hadis-
hadis Nabi di pakai para ulama bahwa mereka membolehkan memakan
bangkai belalang.Sedangkan menurut penulis bahwa belalang itu tidak
bisa di samakan dengan di larangnya ikan yang terapung diatas air.
Menurut Imam Malik, boleh memakan belalang yang
bangkainya itu mati sebab di bunuh, dengan memakai dasar tidak ada
perbedaan antara tidak di bunuh dan di bunuh. Karena sesungguhnya
hakikat membunuh belalang itu tidak termasuk penyembelihan.19
Tentang janin yang mati setelah induknya disembelih Abu
Bakar berkata : para ulama berbeda pendapat. Menurut Abu Hanifah :
tidak boleh di makan kecuali keluar dalam keadaan hidup maka
sembelihlah. Menurut Abu Yusuf : bahwa janin itu boleh dimakan baik
di bunuh ataupun tidak dibunuh. Sedangkan menurut Ali dan Ibnu
Umar :
حد ثنا محمد بن يحي بن فارس حد ثني إسحق بن إبرا هم بن
ياداح المكي عن أبي الز راهويه ثنا عتاب بن بشير ثنا عبداهللا أبي ز
بير عن جا بر بن عبد اهللا عن رسول اهللا صل اهللا عليه وسلم
. ذكاة الجين ذكاة أمه:قال
Artinya: “Bercerita kepada kami Muhammad bin Yahya bin Faris bercerita kepadaku Isha bin Ibrahim bin Ruhawayah dari Athab bin Basyid dari Ubaidillah bin Abi Ziad Al- Qodah Al-Maki dari Abi Zubair, dari jabir bin Abdullah, dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda : menyembelih janin dengan menyembelih induknya”.20
19 Ibid, hlm 134 20 Sunan Abi Dawud li khafid abi Daud sulaiman bin al-Asyasi al-jastani, jilid 2, Darul
fikr, libanon,t.t hlm 646
32
Imam Malik berkata: Ketika janin itu sudah sempurna
bentuknya dan sudah tumbuh rambutnya maka itu boleh dimakan.
Analisa yang di kemukakan oleh Abu Bakar: Bahwa Allah
mengharamkan bangkai itu secara umum dan mengecualikan hewan
yang di sembelih sifat dan syarat yang disebutkan pada penjelasan
Nabi. Dan sifat-sifat itu tidak ada dalam janin. Maka kalau melihat
dhohirnya ayat tersebut janin itu hukumnya haram.21
b. Surah Al-Maidah ayat 3:
حرمت عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير وما أهل لغير الله به
النطيحة ويدترالمقوذة ووالمنخنقة والمو تما ذكيإلا م عبا أكل السمة و
ئسي موق اليفس الم ذلكموا بالأزتقسمتس أنب ولى النصع ا ذبحمو
دينكم لت لكمأكم مون الياخشوو مهفال تخشو دينكم وا منكفر الذين
أتمفي و طرن اضدينا فم المالأس ضيت لكمرتي ومنع كمليت عم
حيمر غفور الله انف إلثم فإنتجم رة غيصخم3:المائدة(م(
Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai,darah, daging babi hewan yang di sembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, dan yang di terkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih dan (di haramkan bagimu) yang di sembelih untuk berhala dan (di haramkan juga) mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan pada hari ini , orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu.Sebab itu janganlah takut kepada mereka dan takutlah kepada-ku pada hari ini telah ku-cukupkan kepadamu nikmatku dan telah kuridhai islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang”.22
21 Abi Bakar Ahmad bin Ali Ar-Razi Al-Jashash Op.Cit, hlm 135 22 Depertemen Agama RI, Op,cit., hlm 157
33
Dari ayat diatas akan penulis uraikan satu-persatu sebagai
berikut:
bangkai yaitu binatang yang hilang nyawanya tanpa :الميتة
dengan disengaja yang sudah disyaratkan oleh syarak artinya binatang
yang mati dengan sendirinya (tanpa disembelih) atau binatang yang
disembelih tapi tidak memenuhi kreteria penyembelihan yang sah.
darah yang diharamkan disini adalah darah yang :الدم
mengalir.23 Sebagaimana firman Allah surah Al-An’am 145:
كوني إلا أن همطعلى طاعم يما عرحم إلي ا أوحيفي م قل ال أجد )145:األنعام(ميتة أو دما مسفوحا
Artinya: “Katakanlah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai atau darah yang mengalir”.24
Sedangkan darah yang tidak mengalir seperti hati dan limpa itu
halal dalam hadis Nabi SAW. ditegaskan:
عن , نا علي بن مخلد بن زيد بن اسلم, حدثي الحسن بن اسماعيل , ح نا محمد بن مخلد. عمر عن النبي صلي اهللا عليه وسلمابيه عن
عن , نا عبداهللا بن زيد اسلم. نا مطرف, نا ابراهيم بن محمد العتيقاحل لنا : ان رسوالهللا صلياهللا عليه وسلم قال : عن ابن عمر , ابيه
ومن , من الميتة الحوت والجراد , ومن الميتة ميتتان, من الدم دمان ).لفظ مطرف(. لالدم الكبد الطحا
Artinya: “Khusain bin Ismail telah bercerita kepada kami: Ali bin Muslim Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari ayahnya dari Ibn Umar dari Nabi SAW. Bercerita kepada kami Muhammad bin Mukhalid kepada Ibrahim Bin Muhammad Al-atiq kepada Mutharof Abdullah bin Zaid bin Aslam dari
23 Abi Bakar Ahmad bin Ali Ar-Razi, OP.Cit., hlm. 135 24 Departemen agama RI, Op.Cit, hlm 157
34
Ayahnya dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : telah dihalalkan untuk kita darah yaitu dua darah, dan bangkai yang berupa dua bangkai, bangkai itu adalah ikan dan belalang dandarah yang dihalalkan adalah hati dan limpa. (lafad oleh mutarof).”25
Daging babi yang diharamkan tidak hanya :ولحم الحنزير
dagingnya saja melainkan juga minyak, tulang dan semua jenis-
jenisnya. Hanya disebut dengan istilah ”daging” karena yang banyak
manfaatnya.
وما اهل لغيراهللا به : Daging hewan yang di sembelih dengan
menyebut selain nama Allah.secara lahiriyah lafad ini sudah jelas,
yaitu haramnyaa daging hewan yang di sembelih dengan menyebut
selain nama Allah. Karena lafad adalah sebagai rasa penyebutan dan
penamaan (dzikir dan tasmiyah) maka di haramkan penyebutan nama
berhala sebagaimana yang di lakukan orang Arab dahulu ketika
menyembelih. والمنخنة: Mati karena di cekik dengan tali atau lainnya.
Mati karena di pukul dengan kayu atau yang lainnya :والموقوذة
sehingga mati. والمتردية: Mati karena jatuh, hewan yang jatuh hingga
mati.
Menurut Abu Bakar: ketika ada sebab yang lain yang
menyebabkan dia mati karena jatuh dan matinya itu baru, maka
hukumya boleh dimakan.
Mati karena di tanduk :والنطيقة
Kecuali sempat di sembelih.26 :وما اكل السبع
25 Sunan Darul Qutdni Imam Al-Kabir Ali bin Umar Al-dar qutdni,Op.Cit,hlm. 158 26 Imam Abu Bakar Ahmad Ar-Razi Al-Jashash,Ahkamul Qur’an, Juz II, Darul Fikr, tth,
hlm 430
35
Ulama fikih berbeda pendapat tentang sembelihan hewan yang
mati karena dipukul dan lainnya. Menurut Imam Muhammad disitu
ditemukan kejanggalan, artinya ketika hewan tadi mati karena dipukul,
dicekik, atau karena diterkam binatang buas dan sebelum mati sempat
disembilih, maka tergolong halal dan jika sebaliknya maka hukumnya
haram. Pendapat ini senada dengan Abi Yusuf.
Abu Bakar berkata bahwa firman Allah: االماذ كيتم itu
ditujukan untuk hewan yang masih dalam keadaan hidup.27 Mengenai
syarat menyembelih ada dua segi. Pertama dari segi tempat yang
disembelih dan apa yang dipotong.
Secara normal tempat yang disembelih pada hewan adalah pada
lehernya. Sedangkan menurut Imam Hanafi ada empat, yaitu rongga
udara, rongga makanan dan dua otot darah. Menurut Imam Syafi’i
cukup dua tempat yaitu rongga udara dan rongga makanan,dan yang
lebih sempurna adalah rongga udara makanan dan dua otot darah.28
Menurut Abu Bakar tidak ada pertentangan mengenai bolehnya
memotong pada tempat-tempat ini dan hal itu menunjukkan bahwa
memotong tempat-tempat itu merupakan syarat-syarat menyembelih.29
Alat sembelih, ayat yang digunakan untuk menyembelih :االلة
adalah setiap benda tajam yang bisa memotong urat darah leher yang
mengalirkan darah.30
.Orang yang menyembelih semestinya muslim :الذين
Penyebutan nama ketika menyembelih dengan nama :التسمية
Allah dan ketika lupa menyebutnya maka tidak apa-apa.
27 Ibid, hlm 431 28 Ibid, hlm. 434 29 Ibid, hlm 435 30 Ibid, hlm 436
36
Sesuatu yang disembelih dengan tatacara : النصبعلىوما ذبغ
keberhalaan.
Daging sembelihan yang pembagiannya : وان تستقسموا
ditentukan dengan undian anak panah.
,Anak panah”; kayu yang berbentuk anak panah“ : االزالم
tanpa mata dan bulu, orang jahiliyah digunakan sebagai alat untuk
mengundi apakah maksudnya boleh dilakukan atau tidak. Cara
undiannya dengan menggunakan tiga batang anak panah, masing-
masing batang tertulis” Kerjakanlah”, jangan kerjakan, dan yang satu
tidak tertulis apa-apa. Kemudian mereka letakkan di ka’bah dan
apabila sewaktu-waktu mereka membutuhkannya, mereka meminta
kepada juru kunci Ka’bah untuk mengambilkan salah satu anak panah
itu. Jika yang dipilih itu yang tanpa tulisan maka undian diulang lagi.31
c. Surah Al-An’am ayat 145:
كوني إلا أن همطعلى طاعم يما عرحم إلي ا أوحيفي م قل ال أجد
ميتة أو دما مسفوحا أو لحم خنزير فإنه رجس أو فسقا أهل لغير
:األنعام(ربك غفور رحيم اضطر غير باغ وال عاد فإنالله به فمن
145(
Artinya: “Katakanlah: “Tidaklah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali jika makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotoran. (rijs) atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya
31 Ibid, hlm 440
37
dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.32
Keharaman bangkai, darah, babi, sudah disebutkan pada
pembahasan sebelumnya. Pada lafad المنخنقة , الموفودة …itu termasuk
pada lafad الميتة. Surat Al-An’am turun di Makkah (sebelum Nabi
hijrah) makanan diharamkan pada waktu itu yakni bangkai. Darah dan
babi. Sedangkan surah Al-Maidah turun di Madinah dan turunnya
lebih akhir daripada surat Al-An’am. Bisa saja ini sebagai penjelas
terhadap ayat yang turunnya lebih awal. Dan huruf ( أو ) pada ayat
او إال ان يكون ميتة...أودما lafad ( أو ) ini kalau bersanding dengan
huruf ( ال ) maka mempunyai arti “Dan”, “ Tidak”, “Atau”, sebagai
pilihan sehingga keharaman yang dimaksud adalah bangkai dan darah
yang mengalir, dan babi, tidak bangkai atau…atau…
Abu Bakar berkata: bahwa ada perbedaan pendapat diantara
para ulama, tentang keharaman hewan yang bertaring dan burung yang
mempunyai kuku tajam. Menurut Imam Abu Hanifah, Abu Yusuf Zufr
dan Muhammad, Imam Malik dan Imam Syafi’I, bahwa tidak
dihalalkan hewan yang mempunyai taring dan burung yang berkuku
tajam.33
Pendapat ini dikuatkan dengan hadist Nabi SAW:
حدثنا محمود بن غيالن حدثنا ابوا لنضر هاشم بن القاسم حدثنا
حرم : عكرمة بن عمار عن يحيى بن أبي سلمة عن جابر قال
رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم يعني يوم خيبر الحمر اإلنسية
ولحوم البغال وكل ذىناب من السباع وذى مخلب من الطير
32 Departemen Agama RI, Op.cit, hlm 213 33 Imam Abu Bakar Ahmad Ar-Razi Al-Jashash, Ahkam Al-Quran, Juz III, Darul Fik,
tth, hlm 26
38
Artinya: “Bercerita kepada kami Mahmud bin Ghalib, bercerita kepada kami Abu Nadhor Hasyim bin Al-Qosyim, bercerita kepada kami Ikrimah bin Imar dari Yahya bin Abi Katsir dari Abi Salamah dari Jabir ia berkata: Rasulullah SAW.: telah mengharamkan yaitu pada hari perang khoibar mengalirkan darah manusia dan daging kuda dan setiap hewan buas yang memiliki taring dan burung yang mempunyai kuku yang tajam”.34
Tentang hewan singa bumi para ulama berbeda pendapat
diantaranya, menurut Imam Malik dan Auza’I bahwa memakankan
hewan singa bumi seperti landak, tikus dan lainnya itu hukumnya
makruh. Sedangkan menurut Imam Syafi’I semua itu hukumnya haram
dengan alasan bahwa segala sesuatu binatang yang dianggap kotor atau
jijik oleh orang Arab tergolong khobaits, seperti srigala, tikus, ular,
gagak dan sejenisnya.
Karena dianggap kotor dan jijik maka keharamannya tergolong
pada 35.الخبائث
d. Sebagaimana firman Allah Surah Al-A’raf ayat 157:
الذين يتبعون الرسول النبي الأمي الذي يجدونه مكتوبا عندهم في
ل لهم التوراة والأنجيل يأمرهم بالمعروف وينهاهم عن المنكر ويح
الطيبات ويحرم عليهم الخبائث ويضع عنهم إصرهم والأغالل التي
آانت عليهم فالذين آمنوا به وعزروه ونصروه واتبعوا النور الذي
)157:ألعراف( أنزل معه أولئك هم المفلحون
Artinya: “orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang Ummi, yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam taurat dan injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka megerjakan
34 Abi Isa bin Muhammad bin Isa, Al-Jami’As-Shahih Wa Huwa Sunan AT-Tirmidzi,
Jilid 4, Dar-Fikr, t.k, 1988, hlm 61 35 Imam Abu Bakar Ahmad Ar-Razi Al-Jashash, Op.cit., hlm 29
39
yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari nereka beban-beban dan belenggu yang ada pada mereka). Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memahaminya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung”.36
B. AL-QURTHUBI
1. Riwayat Hidup dan Karya-Karya Al-Qurtubi
Al-Qurtubi adalah salah seorang mufassir dan seorang alim yang
mumpuni.37 Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin
Ahmad bin Ali Abi Bakar bin Faraj Al Ansari Al Hajraji Al-Andalusi Al-
Qurtubi. 38 Beliau termasuk salah seorang ulama yang dilahirkan di
Spanyol, dimana dan kapan tepatnya berkaitan dengan kelahiran beliau
tidak diketahui. Ia adalah hamba Allah yang saleh, bijaksana, wira’i dan
zuhud. Beliau menghabiskan waktunya untuk urusan-urusan yang bisa
menolong kearah akhirat dan untuk mencari keridloan Allah, beribadah
dan mengarang.
Beliau merantau keluar daerahnya (Al-Makary) untuk belajar ilmu-
ilmu agama, sehingga menjadi sarjana yang teliti dan kehidupannya
cenderung asketisme dan selalu meditasi tentang kehidupan setelah mati.
Al-Qurtuby telah belajar ilmu-ilmu agama kepada para ulama di
masanya. Diantara para gurunya yang terkenal adalah Abu Abbas Ahmad
bin Umar Al Qurtuby yang mempunyai kitab Shahih Muslim. Tokoh ini
seorang guru ulama salaf yang terkenal ahli bahasa Arab.
36 Departemen Agama, Op.cit., hlm 246 37 As-Sayyid Muhammad ‘Ali Iyaziy, Al Mufassiruun Hayatun wa Minhajuhum wizarah
as-saqafah wa Al-Irsyad Al Islamy, Teheran, 1414 H., hlm 409. 38 Muhammad Husain Al Zahabi, Al-Tafsir wa Al-Mufassirun, Juz , Daar Al-Maktabah Al
Harisah, Mesir, 1976, hlm. 457
40
Setelah Al-Qurtubi menuntut ilmu dari beberapa guru reputasinya
menjadi besar, pada kenyataannya setelah pergi ke arah timur di dataran
tinggi Mesir, beliau juga belajar ilmu hadis. Seperti Imam Nawawi telah
mengutip dari kitab mufhimnya di beberapa tempat dari karya-karyanya
yang menyebutkan ada dua tokoh dari siapa Al-Qurtuby telah belajar ilmu
hadis, yaitu dari Al Hafidz Abu Ali Hasan Ali bin Muhammad bin Ali
Hafzi bin Yahsubi.39
Dari beberapa ulama pada masanya ia belajar agama dan belajar
bahasa arab serta belajar ilmu hadis dari tokoh ulama di Mesir, beliau
menjadi paham agama serta meneruskan cita-citanya untuk mengarang dan
menulis yang berguna pada masanya.
Dimana terlihat semasa hidupnya banyak karya-karya ilmiahnya
yang antara selain sebagai berikut:
1. Al Jami’ li-Akham al-Quran
2. At-Tadzkiratu fi Ahwali al-Mauta wa Umuri al-Akhirati
3. Al-Asna fi Syarkhi al-Asma’ al-Husna
4. At-Tadzkaru fi Afdlali al-Adzkari
5. At-Tadzkiratu bi al-Umuri al-Akhirati
6. Syarh at-Tuqsho fi al-Hadis al-Nabawi
7. Al-I’lam bima fi Dini al-Nashoro min al-Mafasid wa al-Auhani wa
Idhari Makhosini Dini al-Islami. 40
Komentar-komentarnya dalam kitab diatas adalah sangat semurna
dan sangat berguna. Kebanyakan para pengarang yang menceritakan
tentang Al-Qurtubi mereka mengakui serta mengambil rujukan pendapat
dari komentar kitab Al-Qurtubi. E.J. Brill menjelaskan dalam kaitannya
muqoddimahnya tafsir Al-Jami’ li Ahkam al-Quran, yang menerangkan
39. Ibid,. hlm. 512 40. Muhammad Hussain al-Zahabi, op.cit., hlm. 457
41
pada nilai Al Quran akan mendapatkan tingkatan yang tinggi dan
keutamaan dimata Allah bagi mereka yang membawa dan mempunyai
kemampuan ijtihad untuk menggali isi kandungan Al Quran.41
Melihat kembali tentang karya-karya seperti kitab Al-Tadzkiroh fi
Umuri Al-Akhiroh dan kitab Syarh at-Tuqsho, ia Ibnu Farihun berkata:
bahwa saya tidak berkomentar dari kitab-kitab itu mempunyai bahar rojaz.
Imam Al-Qurtubi kemudian berdomisili di Munyah Ibnu Kasib,
selanjutnya beliau meninggal dan dimakamkan di Munyah pada malam
senin 9 Syawal 671 H. 42
2. Bentuk Metode dan Corak Penafsiran Al-Qurtubi
a. Bentuk Penafsiran Al-Qurtubi
Kitab tafsir jami’ li Ahkam al-Quran karya Al-Qurtubi
termasuk dalam tafsir Al-Ra’yi. Yaitu suatu metode penafsiran Al-
Quran yang pola pemahamanya dilakukan melalui ijtihad setelah
seorang mufassir Al-Ra’yi mengetahui beberapa syaratnya. 43Al-Ra’yi
terlebih dahulu harus mencari makna ayat-ayat Al-Quran yang terdapat
dalam Al-Quran itu sendiri, lalu pada sunnah Nabi SAW, perbuatan
para sahabat dan tabi’in. jika tidak menjumpai dalil yang terdapat pada
beberapa sumber diatas, barulah seorang mufassir menggunakan
kekuatan akal pikirannya (ijtihad).44
b. Metode Penafsiran Al-Qurtubi
Berbeda dengan tafsir al-Quran karya para ulama sedunia .
tafsir al-jami’ li- ahkam al-quran lebih menekankan pada pemahaman
hukum islam dari segi fungsinya sebagai petunjuk bagi umat islam
41. Ibid., hlm. 512 42. Al-Qurtubi, Al Jami’ li Ahkam al-Quran, Juz I, Dar Al-Kutub Al-Misriyyah, 1967,
hlm. 1 43. M. Nur Ichwan, Memasuki Dunia Al Qur’an, Lubuk Raya, Semarang, 2001, hlm. 180 44. M. Nur Ichwan, Belajar Mudah Ilmu-Ilmu Al-Quran, Semarang, 2001, hlm. 215
42
untuk mencapai kebahagian hidup didunia dan akhirat, karena inilah
tujuan utama menafsirkan Al-Quran.
Metode yang digunakan al-qurtubi dalam menyusun tafsirnya
dapat di golongkan sebagai tafsir tahlili atau analitik. Karena dalam
penyusunannya dengan menafsirkan ayat-ayat sesuai dengan runtutan
dalam mushaf al-quran. Sedangkan dalam rangka menerangkan
maknanya yang terkandung dalam ayat dilakukan melalui beberapa ciri
yaitu ciri kebahasan, munasabah ayat, hubungan ayat dengan hadis,
hubungannya dengan sosial histori kultural.45
c. Corak Penafsiran Al-Qurtubi
Kitab tafsir jami’ ahkam karya Al-Qurtubi termasuk tafsir yang
bercorak fikih. Dalam tafsirnya ini Qurtubi tdak menafsirkan diri pada
ayat-ayat hukum semata, tetapi menafsirkan Al-Qur’an secara
menyeluruh.46
3. Penafsiran Al-Qurtubi terhadap Makanan Yang Diharamkan Dalam
Al-Quran
a. Surah Al-Baqarah Ayat 173:
إنما حرم عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير وما أهل به لغير الله فمن
حيمر غفور الله ه إنليع اد فال إثمال عاغ وب رغي ـطرالبقرة(اض:
173(
Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan (harrama) bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) di sebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang
45 Muhammad Ali Iyazi, op.cit. hlm. 411 46 . Manna’ Khalil Al-Qattan, op.cit., hlm. 514
43
ia tidak mengingnkannya dantidak (pula) melampaui batas سmaka tidak ada dosa bagimu. (Al-Baqarah, 173)47
Dalam ayat ini انما حرم عليكم الميتة tidak ada hukum haram
yang dikeluarkan dari ayat tersebut, karena ayat tersebut turun di
Madinah dn dikuatkan dengan ayat lain yang menurut riwayat ayat itu
turun di Arofah. Bangkai adalah sesuatu ruh yang berpisah dengan cara
tidak di sembelih, dan sesuatu yang dimakan maka sembelihannyaq itu
seperti bangkainya.
Kebanyakan pakar ilmu itu memperbolehkan memakan sesuatu
yang ada di dalam laut baik itu mati ataupun hidup, ini merupakan
pendapat Imam Maliki.
Lafad نماا itu adalah kalimat yang digunakan untuk meringkas
yang memuat makna tidak ada dan tetap maka suatu lafad yang di
ucapkan itu hukumnya tetap dan lafad yang tidak diucapkan
(selainnya) itu hukumnya tidak ada dan lafad مـا yang ada pada ayat
tersebut itu berfaedah meringkas suatu yang haram, dan terkadang
menghasilka hukum halal, seperti pada ayat:
امنواكلوا من طيبات ما رزقناكم ياايهاالذين
lafad “maa” yang ada pada ayat tersebut itu berfaedah membolehkan
mutlak. Maka tidak ada hukum haram yang dikeluarkan dari ayat
tersebut. Ayat tersebut turun di Madinah dan dikuatkan dengan ayat
yang menurut riwayat ayat itu turun di Arafah48.
47 . Departemen Agama RI, loc. cit.hlm. 42 48 . Li Abi Abdullah Muhammad Ibnu Ahmadi Al Ansori Al-Qurtubi, Jami’ al-Ahkam a-
Qur’an, Jilid 1-2, Dar al-Kutub al-Alamiah, Beirut, Libanon, 1993, hlm. 145
44
قل ال أجد في ما أوحي إلي محرما على طاعم يطعمه إلا أن يكون
أو لحم خنزير فإنه رجس أو فسقا أهل لغير الله ميتة أو دما مسفوحا
)145:األنعام(ربك غفور رحيم به فمن اضطر غير باغ وال عاد فإن
Artinya: “Katakanlah: “Tidaklah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali jika makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sewsungguhnya semua itu kotoran. (rijs) atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. 49
Bangkai adalah suatu ruh yang terpisah dengan jalan tidak
disembelih, dan sesuatu yang haram di makan seperti binatang buas.
Ayat diatas adalah umum, kemudian di takhsis dengan perkataan nabi:
حدثـنا ابـو مصعب ثنا عبدالرحمن بن زيد بن اسلم عن ابيه عن
احلت لنا : عـبداهللا بن عمر ان رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قال
مان فالكبد ميتـتان ودمـان فاماالميتـتان فالحـوت والجراد واماالد
والطحال
Artinya: “Abu Mas’ud menceritakan pada kita dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari bapaknya dari Abdullah bin Umar sesungguhnya rasulullah SAW bersabda:telah dihalalkan bagi kalian dua bangkai dan dua darah, adapun dua bangkai itu adalah ikan dan belalang sedangkan dua darah yaitu hati dan limpa”. 50
49. Departemen Agama RI, loc. cit, hlm 213 50. Sunan Al-Hafidz bin Abdillah Muhammad ibn Yazid al-Qojwini ibnu Majah, Juz II,
Dar al-Fikr, hlm. 1152
45
Kebanyakan pakar ilmu madzhab Imam Maliki itu
memperbolehkan memakan sesuatu yang ada di dalam laut baik mati
atau hidup.
Dari hadits diatas dapat diambil kesimpulan bahwa memakan
bangkai belalang itu boleh dan halal bagaimanapun cara-mati-nya.
Dan pendapat itu didukung oleh Imam Nafi’ dan Ibnu Abdul Hakim
dan kebanyakan ulama pun mendukungnya. Dan keterangan itu juga
menurut Madzhab Syafii dan Abu Hanifah. Sedangkan Imam Malik
melarang memakan belalang yang matinya itu sebab dibungkam
hidungnya, karena itu termasuk binatang buruan darat.
Para ulama ikhtilaf (berbeda pendapat) tentang apakah boleh
mengambil sesuatu manfaat atau memanfaatkan bangkai atau sesuatu
yang najis. Menurut Imam Malik itu boleh, karena Nabi pernah
berjalan melewati bangkai kambingnya Maemunah, kemudian Nabi
berkata “hendaklah kalian ambil kulitnya”. Sedangkan menurut salah
satu ulama itu tidak boleh memanfaatkan sesuatu dari bangkai atau
sesuatu yang najis. Dan tidak diperbolehkan menyirami sesuatu
tanaman atau memberi minuman hewan dengan air yang najis dan
pendapat ini mengambil dalil حـرمت عليكم الميتة والدم dan hadits
nabi yang artinya bahwa “Rasul itu melarang memanfaatkan sesuatu
dari bangkai bagaimanapun bentuknya”. 51
Adapun onta sapi dan kambing yang disembelih dan didalam
perutnya itu terdapat janin yang mati, maka memakan janin itu
hukumnya boleh, karena penyembeliha janin itu termasuk
penyembeliha induknya. Kecuali ketika janin itu keluar dalam keadaan
hidup kemudian disembelih maka itu memiliki hukum sendiri. Begitu
juga apabila ada orang menjual kambing tetapi mengecualikan janin
51. Li Abi Abdullah Muhammad Ibnu Ahmadi Al Ansori Al-Qurtubi, loc.cit., hlm 145
46
yang ada pada kambing itu maka hukumnya tidak boleh, karena antara
kambing dan janinnya itu satu anggota.
ulama sepakat bahwa darah itu haram dan najis sehingga والدم
tdak boleh dimakan atau dimanfaatkan.
Dan menurut Ibnu Khuwaidz Mandhadhi bahwa darah yan ada
atau menempel pada daging itu tidak haram (di ma’fu).52 Sedangka
mayoritas ulama berpendapat bahwa darah itu haram dengan
mengambil dasar firman Allah surat Al-Maidah ayat 3 yang berbunyi:
مالدتة ويالم كمليت عمر3:المائدة(ح(
Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai dan darah……”.
Darah yang disebut dalam ayat tersebut diatas masih umum
karena segala macam darah masuk didalamnya dan hukumnya haram.
Pada ayat yang lain Allah berfirman:
قل ال أجد في ما أوحي إلي محرما على طاعم يطعمه إلا أن يكون
)145:األنعام(ميتة أو دما مسفوحا
Artinya: “Katakanlah:”Tidaklah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali jika makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir”. 53
Ayat diatas menerangkan bahwa darah yang مــسفوحا itu
hukumnya haram. Dan diriwayatkan dari siti A’isyah ia berkata bahwa
kita pernah memasak hewan yang hidup di darat di laut pada zaman
rasulullah, kemudian kami menghilangkan warna kuning dari darah
kemudian kami memakannya.
Keadaan itu diperbolehkan karena ada masyaqoh dan suatu hal
yang masyaqoh dalam agama itu akan mendapatkan keringanan Allah
52. Ibid. hlm. 145 53. Departemen Agama RI, op.cit. hlm. 212-213
47
menyebutkan lafadz والـدم dalam al-Quran itu adalah mutlak dan
batasannya adalah pada surat al-An’am yaitu مـسفوحا karena darah
kalau bercampur dengan daging kemudian darah itu mengalir maka
hukumnya haram dengan dalil ijma’. Begitu juga الكـبد dan لطحال ا itu hukumnya haram.
Adapun mengenai darah itu para ulama berbeda pendapat
menurut riwayat dari Imam Al-Qobis bahwa darah ikan itu suci dan
tidak haram, dan pendapat ini dipilih oleh Ibn Al-Araby, ia berkata
bahwa kalau darah ikan itu najis maka syarak itu mensyariatkan untuk
menyembelihnya.
Allah mengkhususkan dengan menyebutkan ولحـم خنزيـر
daging babi itu adalah untuk menunjukkan bahwa babi itu haram
baikitu di sembelih ataupun tidak disembelih.
Ulama ber-ijma’ tentang haramnya lemak babi karena daging
dan lemak itu ada persamaan arti, lemak itu termasuk daging tetapi
kalau daging tidak termasuk lemak, Allah mengharamkan lemak
kepada bani Israil.54
Allah berfirman surah Al-An’am ayat 146:
)146:األنعام(حرمنا عليهم شحومهما
Artinya: “Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu……”.55
له ومـا اهل به لغير ال Yaitu hewan yang disembelih
dengan menyebut nama selain Allah yaitu sembelihan orang Majusi,
orang Ma’atil, orang Watsani. Orang majusi menyembelih karena api,
orang Ma’atil menyembelih karena dirinya sendiri (karena tidak punya
54. Li Abi Abdullah Muhammad Ibnu Ahmadi Al Ansori Al-Qurtubi, op.cit. hlm. 145 55 Departemen Agama RI, Op.,cit.hlm 213
48
kepercayaan) dan tidak ada perbedan tentang haramnya sembelihan
mereka (majusi dan lain-lain).artinya sembelihan mereka itu tidak
boleh di makan pendapat ini menurut imam malik, syafi’I dan lain-
lain.56
b. Surah al-Maidah Ayat 3:
عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير وما أهل لغير الله به حرمت
تما ذكيإلا م عبا أكل السمة والنطيحة ويدترالمقوذة ووالمنخنقة والمو
بالأزالم ذلكم فسق اليوم يئس وما ذبح على النصب وأن تستقسموا
دينكم لت لكمأكم مون الياخشوو مهفال تخشو دينكم وا منكفر الذين
وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الأسالم دينا فمن اضطر في
رة غيصخمم حيمر غفور الله انف إلثم فإنتج3:المائدة( م(
Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas selain Allah,yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya), dan di haramkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari itu) orang-orang kafir, telah putus ada untuk (mengalahkan ) agamamu, sebab itu janganlah, kamu untuk kepada mereka dan takutlah kepadaku. Pada hari ini telah ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu nikmatku, dan telah kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa) karena kelaparan tanpa sengaja berbuat Dosa, sesungguhnya Allah mahapengampun lagi maha penyayang”57
.binatang yang mati karena di cekik :والمنخنفة
56 Li Abi Abdullah Muhammad Ibnu Ahmadi Ansori Al-Qurtubim, Op.,cit., hlm 146 57 Departemen Agama RI, Op,cit., hlm 157
49
Qotadah dengan ibnu abbas mengatakan bahwa orang-orang
jahiliyah mencekik kambing dan hewan lainnya kemudian
memakannya.
ــوذة yakni binatang yang mati karena di pukul :والموق
dengan batu atau tongkat dengan tanpa disembelih.
Qotadah berkata: orang Jahiliyah melakukan hal-hal tersebut.
Sedangkan Ibnu Thalhah menambahi bahwa orang-orang Jahiliyah
memukul beberapa hewan ternak dengan kayu (tongkat) sampai mati
lalu memakannya. Sebagian dari mereka membunuh dengan benda
tajam.
Dalam shahih Muslim diriwayatkan dari Ubay Ibn Hatim
berkata : saya bertanya kepada Rasulullah SAW., “sesungguhnya saya
melempar (berburu) hewan buruan lalu aku mendapatkannya”. Rasul
menjawab “jika hewan buruan tersebut tepat mengenai ujung panahmu
maka makanlah dan jika hanya mengenai panahmu (bukan ujungnya)
maka jangan kau makan”.58
yakni hewan yang mati karena dilempar dari atas :والمتـردية
kebawah (baik dari atas gunung atau kesumur).
Jika terjadi pada dirimu, yaitu ketika kamu memanah hewan
buruan kemudian jatuh dari atas gunung kebumi maka haram kamu
makan. Karena kadang-kadang matinya sebab jatuh bukan karena
panahmu. Begitu juga apabila kamu temukan didalam air maka
janganlah kamu makan, sesungguhnya kamu tidak tahu bahwa yang
membunuh itu air tersebut bukan panahmu.
ــيحة yakni binatang yang diadu (bertengkar) salah :والنط
satunya mati sebelum disembelih.
58 L, Abi Abdullah Muhammad Ibnu Ahmad Ansori Al-Qurtubi, Op.Cit.hlm 151
50
Kata نطـيحة bermakna ناطيحة karena diantara kedua hewan
tersebut saling menanduk kemudian keduanya mati. Dikatakan
sebagian yang lain نطيحة tidak boleh dikatakan نطيع (di tanduk).
Yaitu binatang yang memiliki taring dan kuku :وما اكل السبع
tajam seperti harimau, anjing liar, serigala, macan tutul dan sejenisnya.
Semua itu adalah binatang liar.
Yakni setiap hewan yang ditemukan dalam :االمــا ذكيــتم
keadaan sembelihan sesuai dengan penjelasan-penjelasan yang telah
disebutkan. Yang demikian itu dikembalikan pada cara-cara
penyembelihn sebagaimana telah dijelaskan diatas. Karena pada
hakekatnya pengecualian yang ada kembali pula pada Qaul-qaul atau
pendapat yang telah ada.
ــتم ــيح Lafad ini menurut perkatan orang arab ذكي الذب
(menyembelih). Ibnu Sayyidah berkata dalam kitabnya Al-muhkam
sebagai berikut: “Orang Arab mengatakan mengatakan menyembelih
janin berarti juga menyembelih induknya, artinya jika menyembelih
hewan kemudian didalamnya terdapat janinnya maka sudah termasuk
penyembelihan induknya”.59
Al Qurtubi berkata: Bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Darul
Quthni dari cerita Abi Said dan Abu Hurairah dan Ali dan Abdullah
dari Nabi SAW. berkata: “Menyembelih janin berarti juga
menyembelih induknya”. Kecuali hadis yang diriwayatkan Abu
Hurairah Ia berkata: Jika janin tersebut keluar dari perut induknya
dalam keadaan mati maka hukumnya haram dimakan. Sebab
menyembelih induknya saja bukan berarti menyembelih janinnya.
59 Muhammad bin Ahmad Abu Bakar bin Farh Al-Anshori Al-Khazrozi Al-Qurtubi, Jami
’li hkami Al-Quranjilid 3, Darl kutub Al-Alimiah, Bairut libanon,t.t,.hlm 33
51
Ibnu Mundzir berkata: Sebagaimana sabda Nabi, “Bahwa
menyembelih janin termasuk juga menyembelih induknya”.
Ini menunjukkan bahwa janin bukan termasuk induknya, Rosul
juga berkata: Jika menyembelih induknya tersebut ternyata hamil
sesungguhnya yang demikian itu termasuk menyembelih janinnya.
Sehingga penyembelihan induknya juga termasuk penyembelihan pada
janinnya.60
yaitu( sempurna) تمام menurut bahasa berasal dari kata ذكيتم
sempurna giginya. Binatang yang disembelih adalah adalah binatang
yang sudah sampurna tambah giginya, begitu juga sampurna kuatnya.
Arti تم ditemukan dari kata-kata sempurna. Sembelihlah ذآي
sembelihanmu sehingga keluar darahnya itu sesungguhnya lebih bagus
karena akan mempercepat dan meringankan rasa sakitnya daripada
disiksa.
Para ulama berbeda pendapat mengenai ذكاة , menurut jumhur
ulama bahwa senjata yang digunakan itu harus alat penyembelihan
bukan gigi dan tulang. Karena hal tersebut menimbulkan luka.
Kemudian fuqoha mesir berpendapat bahwa gigi, kuku tajam tidak
boleh digunakan untuk menyembelih sebab keduanya tidak
menjadikan sekarat tetapi mencekik (tidak menyembelih).
Ibnu Abbas berpendapat: Boleh menyembelih hewan dengan
senjata apa saja yang dikehendaki. Sesunguhnya makruh menggunakan
gigi, tulang dalam keadaan apapun baik itu membuat sekarat binatang
atau tidak. Menurut Ibrahim dan Hasan dan Laits bin Said,
diriwayatkan dari Syafi’I dengan hujjah hadisnya Rafi’ bin Khodij
berkata: Saya bertanya pada Nabi tentang penyambelihan tersebut,
Nabi menjawab, sembelihlah dengan cara yang patutatau pantas.
60 ibid hal. 36
52
Dalam kitab Al-Muwatho’nya Imam Malik dari Nafi’ dari laki-laki
(golongan Anshor) dar Muadz bin Sa’ad; sesungguhnya budak
perempuan Ka’ab bin Malik melukai kambingnya hingga terluka,
kemudian aku menanyakan Nabi, Dia menjawab, “ tidak apa-apa dan
makanlah.”
Imam Malik dan jamaahnya berkata, tidak sah dalam
penyembelihannya kecuali dengan memotong tenggorokan dan dua
urat leher. Imam Syafi’I berkata sah sembelihan dengan memotong
kerongkongan dan tenggorokan (saluran makanan dari tenggorokan
sampai usus besar ) tanpa harus memotong urat leher. Karena
keduanya tempat lewat makanan dan minuman, sehingga tanpa
keduanya seekor binatang mustahil hidup. Dan disamping itu keduanya
sebagai pangkal kematian.61
dan diharamkan bagimu yan disembelih وما ذبح على النصب
untuk berhala. Ibnu Faris berkata: ألنـصب adalah batu yang didirikan
kemudian disembah. Lalu kepadanya dipersembahkan darah dari
penyembelihan binatang tersebut.
Ibnu Juraij berkata: orang-orang pedalaman Makkah
menyembelih binatang sambil menghadap Al-Bait (Baitullah)
kemudian mempersembahkan atau meletakkan daging sembelihannya
pada batu-batu tersebut. Kemudian setelah datang agama Islam yang
dibawa oleh Nabi kita mengatakan sesungguhnya kita mengagungkan
baitullah sebagaimana kita lakukan saat ini. Sepertinya Nabi tidak
memakruhkan yang demikian itu.62 Kemudian turun wahyu Allah surat
Al-Hajj ayat 37:
61 Ibid, hal 37 62 ibid hal 39
53
ه لحومها وال دماؤها ولكن يناله التقوى منكم آذلك سخرها نال الل ن ي ل
)37:الحج(لكم لتكبروا الله على ما هداآم وبشر المحسنين
Artinya: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak mencapai keridhoan Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah medudukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.63
c. Surat Al-An’am ayat 145 :
كوني إلا أن همطعلى طاعم يما عرحم إلي ا أوحيفي م قـل ال أجد
ميـتة أو دما مسفوحا أو لحم خنزير فإنه رجس أو فسقا أهل لغير
اد فإنال عاغ وب رغي طرن اضالله به فم حيمر غفور كباألنعام(ر:
145(
Artinya: “Katakanlah tidaklah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bamgkai atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.64
Pada ayat tersebut terdapat hal-hal yang mula-mula
diharamkan, kemudian dalam surah Al-Maidah diharamkan memakan
segala macam binatang buas yang mempunyai taring dan burung yang
mempunyai cengkeraman yang kuat.
63 Departemen Agama RI Op, Cit hal. 517 64 ibid hal. 213
54
Al-Qurtubi berkata: Bahwa sesungguhnya daging binatang
buas dan semua hewan selain manusia dan babi adalah mubah atau
boleh (dalam hal memakannya). Kemudian Syeh At-Thobari
menambahi bahwa : setiap perkara yang didiamkan oleh nabi adal
halal.(taqrir Nabi).
Sedangkan menurut Ibn Araby: bahwa ayat tersebut
madaniyah. Ayat tersebut bersamaan turunnya ayat الـيوم اكملـت
...لكـم pada waktu itu tidak diharamkan hal-hal yang ada pada ayat
tersebut. Setelah itu turun ayat Al-Maidah (yang menambahkan pada
hal-hal yang diharmkan ) kemudian Rasulullah sewaktu di Madinah
menjelaskan ayat tersebut dalam sabdanya ذي ناب ممن كـل أكـل
yaitu memakan setiap hewan yang mempunyai taring dan kaki الـسبع
empat serta paruh yang kuat.
Para ulama berbeda pendapat tentang persoalan di atas. Maka
sesuai dengan ijma’ mengenai dhahirnya hadis yang diturunkan, yakni
mencegah memakan setiap hewan yang memiliki paruh yang kuat. Dan
pendapat mengenai hadis ini lebih utama.
Ibn Amr memahami: saya membenarkan perkataan المحـرما
tidak ada keharaman yang jelas kecuali sebagaimana yang) االمافـيها
telah disebutkan dalam ayat Allah). Dan perlu diingat, bahwa diantara
keharaman itu adalah jika hewan tersebut secara jelas tidak disembelih
dengan nama Allah.
Menurut ahli fikih, Imam Malik, Syafi’I , Abu Hanifah
mengatakan sesungguhnya memakan setiap hewan yang memiliki
taring dan paruh yang kuat adalah haram. Dan tidak ada yang dapa
mencegah setelah ditetapkan hukum lain, firman Allah قـل الاجـد
اكل كل ذي dan Nabi telah menetapkan bahwa فيمااحـى االمحرمها
55
jadi memakan hewan yang memiliki taring dan نـاب فى السبع حرام
paruh yang kuat adalah haram.65
Sesungguhnya Nabi mencegah dari memakan dari setiap hewan
yang bertaring dan paruh yang kuat, kemudian terjadi perbedaan
pendapat dikalangan para sahabat dan ulama-ulama sesudahnya
mengenai keharaman tersebut. Kemudian sesuai dengan kaidah di atas
diperbolehkan bagi siapa saja yang mengetahui secara pasti tentang
lafadz-lafadz tahrim ini jika berkumpul dengan mani’(pencegahan)
untuk menetapkannya makruh atau sejenisnya.
Seperti adanya ta’wil tentang Nabi mengharamkan daging
khimar yang kemudian sebagian sahabat menta’wil bahwa: Hewan
tersebut najis serta beberapa kelompok lain yang memberikan ta’wil
yng berbeda mengenai hal tersebut, dan akhirnya menetapkan
keharaman khimar tersebut masih ikhtilaf dikalangan umat. Maka
diperbolehkan bagi seseorang yang mengikuti ulama untuk
menghukumi lafadz-lafadz tahrim tersebut karena berkumpul dengan
mani’ sebagai makruh atau sejenisnya sesuai dengan kemampuan
ijtihad dan qiyasnya.
Diriwayatkan dari Amr bin Dinar dari Abi sya’sya’ dari ibn
Abbas : bahwa orang jahiliyah itu memakan sesuatu dan meninggalkan
beberapa perkara. Allah mengutus Nabi dan menurunkan kitab-Nya
yang intinya bahwa hal yang dihalalkan oleh Allah adalah jelas
halalnya begitu juga sebaliknya. Sedangkan hal yang didiamkan oleh
Allah adalah pengampunan.
Jika kita melihat dhahirnya ayat قـل اجـد yaitu sesuatu yang
tidak jelas pengharamannya itu hukumnya mubah. Diriwayatkan oleh
Zuhri dari Ubaidillah bin Abdillah bin Abbas sesunguhnya dia
65 Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farh Al-Ansori Al-Rozi Al-Qurtubi,
Jami’ul Ahkam Al-Quran jilid 7-8, Al-Ilmiah, Bairut –Libanon,tt, hal 76-77
56
membaca االمحرمها قـل الاجد فيمااحى dia berkata: Sesungguhnya
diharamkannya atas kita memakan bangkai yakni memakan daging
bangkai tersebut. Adapun kulitnya, tulang, bulu, rambutnya adalah
halal.66
Di sini tidak dijelaska secara terperinci mengenai tafsirnya
Darah yang mengalir itu duhukumi .(darah yang mengalir) المـسنوح
haram dan dihukummi ma’fu (dimaafkan).
Dan diceritakan oleh Al-Mawardi bahwa sesungguhnya darah
yang tidak mengalir dan hanya sedikit dan membeku seperti halnya
hati dan limpa itu hukumnya halal, sebagaimana sabda Nabi yang
artinya halal bagi kita dua bangkai dan dua darah. Dan jika tidak
sedikit dan keras dan bercampur dengan daging maka keharamnnya
didasarkan pada dua pendapat . yang pertama adalah haram karena
banyak yang mengalir atau sebagainya. Dan sesungguhnya penjelasan
mengenaسi المسفوح (darah yang mengalir)itu mengecualikan hati dan
limpa. Kedua darah tersebut tidak haram memakannya karena
pengkhususan (hukum) haram hanya pada مــسفوح (darah yanng
mengalir) saja. 67
d. Surat Al-A’raf Ayat 157:
بي الأمي الذي يجدونه مكتوبا عندهم في الـذين يتبعون الرسول الن
محل لهينكر ون المع ماهنهيوف ورعبالم مهرأمالأنجيل ياة ورالـتو
الل التي الطيبات ويحرم عليهم الخبائث ويضع عنهم إصرهم والأغ
66 Ibid hal. 79 67 ibid, hlm 80
57
كانـت عليهم فالذين آمنوا به وعزروه ونصروه واتبعوا النور الذي
ونفلحالم مه أولئك هع157:ألعراف(أنزل م(
Artinya: “Yaitu orang-orang yang mengikuti Rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam taurat dan injil yang ada disisi mereka. Yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar dan menghalalkan begi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu –belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadannya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yan terang yang diturunkan kepadanya (Al-Quran) mereka itulah orang-orang yang beruntung”.68
Sesungguhnya )ــبات )طي adalah semua jenis makanan yag
dihalalkan. Di sini seakan-akan Imam Malik mensifati halal dengan
thayyib, karena طـيب memuat kata sanjungan sedangkan الخـبائث adalah makanan yang diharamkan. Sebagaiman kata Ibnu Abbas:
adalah daging giling, riba, dan lain-lain,maka imam malik الخـبائث
menghalalkan makanan jijik seperti ular, kalajengking dan
sejenisnnya.
Imam Syafi’i berpendapat bahwa الخبائث adalah lafadz umum
untuk keharaman secara syarak dan juga makanan jijik. Maka Syafi’i
mengharamkan ular, kalajengking dan sejenisnya.69
68 Departemen Agama RI, Op. Cit, hal 246 69 Op. Cit hal. 191