BAB III Tetanus

26
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Definisi Te tanus berasal dari kata Yu nani yaitu tet ano s dar i teinei n yang artinya regangan, kekakuan, atau kontraksi (  stretch atau rigidity) 1 , tetanus yang ju ga dikenal den gan lockjaw atau Se ven Day Di sea se yang merupakan suatu penyakit neurologi, dicirikan dengan peningkatan tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein ya ng kuat ya ng dihasil kan ol eh Clostr idium tetani. Terdapat beberapa  bentuk klinis tetanus termasuk didalamnya adalah tetanus neonatorum, tetanus generalisata, dan gangguan neurologis lokal. 2 Gambar 1. Clostridium tetani dengan pengecatan Acridine jingga, yang dicirikan dengan gambaran seperti stik drum 3.2. Epidemiologi Tetanus terja di secara spor adik dan hampir sel al u me ni mpa indi!idu non"imun, indi!idu dengan imunitas parsial dan indi!idu dengan imunitas penuh yang kemudian gagal mempertahankan imunitas secara ade kua t den gan !aksinasi ula nga n. #alaup un teta nus dap at dic ega h dengan imunisasi, tetanus masih merupakan penyakit yang membebani di seluruh dunia terutama di negara beriklim tropis dan negara"negara sedang 15

Transcript of BAB III Tetanus

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 1/26

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi

Tetanus berasal dari kata Yunani yaitu tetanos dari teinein yang

artinya regangan, kekakuan, atau kontraksi ( stretch atau rigidity)1, tetanus

yang juga dikenal dengan lockjaw atau Seven Day Disease  yang

merupakan suatu penyakit neurologi, dicirikan dengan peningkatan tonus

otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein

yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.  Terdapat beberapa

 bentuk klinis tetanus termasuk didalamnya adalah tetanus neonatorum,

tetanus generalisata, dan gangguan neurologis lokal.2

Gambar 1. Clostridium tetani dengan pengecatan Acridine jingga, yang

dicirikan dengan gambaran seperti stik drum

3.2. Epidemiologi

Tetanus terjadi secara sporadik dan hampir selalu menimpa

indi!idu non"imun, indi!idu dengan imunitas parsial dan indi!idu dengan

imunitas penuh yang kemudian gagal mempertahankan imunitas secara

adekuat dengan !aksinasi ulangan. #alaupun tetanus dapat dicegah

dengan imunisasi, tetanus masih merupakan penyakit yang membebani di

seluruh dunia terutama di negara beriklim tropis dan negara"negara sedang

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 2/26

 berkembang, sering terjadi di $ra%il, &ilipina, 'ietnam, ndonesia, dan egara

lain di benua Asia.2  *arena meluasnya penggunaan imunisasi pada tetanus,

kejadian tetanus dilaporkan di Amerika +erikat telah menurun secara

substansial sejak pertengahan tahun 1-"an. /ari tahun 21"20, total 2

kasus dan 2 kematian akibat tetanus yang telah dilaporkan di Amerika +erikat,

yang berarti telah terjadi pengurangan 34 sejak tahun 1-. +edangkan angka

kematian yang terjadi pada tetanus neonatorum di negara non"industrial

terdapat 3. bayi yang baru lahir di seluruh dunia pada tahun 20. /i

Amerika +erikat, dari tahun 2 rata"rata 1 kasus dilaporkan per tahun dan

semua kasus terjadi pada indi!idu yang tidak di imunisasi atau pada indi!idu

yang tidak mendapat !aksin ulangan. +elama periode 21"20 di Amerika

+erikat, dilaporkan 1 orang (4) berusia 3 tahun atau lebih, 1 oang

(4) berusia 2 5 - tahun, dan 2 orang (14) berusia lebih muda dari 2

tahun, termasuk kasus tetanus neonatal (Gambar 2.1). 6isiko kematian pada

kasus tetanus 3 kali lebih besar terjadi pada usia 73 tahun.  /i ndonesia

meskipun angka kejadian tetanus saat ini sudah menurun dengan berjalannya

 program imunisasi pada anak, namun angka kematian masih mencapai 4,

menurut 8ro9il *esehatan ndonesia tahun 212, terdapat 11 kasus tetanus

neonatorum dengan jumlah meninggal 3 kasus.-

Gambar 2. :ortalitas dan nsiden 6ate Tetanus berdasarkan usia di Amerika

+erikat.

16

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 3/26

3.3. Etiologi

Clostridium tetani adalah berbentuk batang yang pipih dengan ukuran

 panjang 253 um dan lebar ,5,3 um. $akteri ini merupakan bakteri gram

 positi9 yang bersi9at anaerob, terdapat di mana"mana dengan habitat alamnya

di tanah, tetapi bisa juga diisolasi dari kotoran he;an peliaharaan dan

manusia. Clostridium tetani membentuk spora yang berbentuk lonjong dengan

ujung yang bulat, khas seperti batang korek api (drum stick ). +i9at spora ini

 bersi9at resisten terhadap disin9ektan dan tahan dalam air mendidih selama -

 jam tetapi mati dalam autokla9 bila dipanaskan selama 1352 menit pada suhu

121<=. $ila tidak terkena cahaya, maka spora dapat hidup di tanah berbulan5 

 bulan bahkan sampai tahunan.3,0

+pora akan berubah menjadi bentuk !egetati9 dalam lingkungan

anaerob dan kemudian akan berkembang biak. $entuk !egetati9 ini tidak tahan

terhadap panas. Clostridium tetani tumbuh subur pada suhu 1<= dalam

media kaldu daging dan media agar darah. Clostridium tetani  bukan

merupakan bakteri yang in!asi9, akan tetapi bakteri ini memproduksi 2 macam

eksotoksin yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasmis merupakan

 protein dengan berat molekul 13. /alton, larut dalam air, labil pada panas

dan cahaya, rusak dengan en%im proteolitik, tetapi stabil dalam bentuk murni

dan kering. Tetanospasmin disebut juga neurotoksin karena toksin ini melalui

 beberapa jalan dapat mencapai susunan sara9 pusat dan menimbulkan gejala

 berupa kekakuan (rigiditas), spasme otot dan kejang5kejang. Adapun

tetanolisin merupakan toksin yang menyebabkan lisis dari sel darah merah. 3,0

Toksin tetanus diproduksi secara in !itro dengan jumlah 3 5 1 4 dari

 beratnya bakteri. *arena toksin memiliki a9initas yang khusus untuk jaringan

sara9, maka disebut dengan neuroto>in. Toksin akan hancur pada suhu 3 o=

selama 3 menit dan ?2.3

8ort d@entry tidak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat

diduga melalui

a. Buka tusuk, gigitan binatang, luka bakar. b. Buka operasi yang tidak di ra;at dan dibersikan dengan baik.

c. ?:8, caries gigi.

d. 8emotongan tali pusat yang tidak steril.

e. 8enjahitan luka robek yang tidak steril.

17

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 4/26

3.4. F!to" #isi!o

&aktor risiko terjadinya tetanus semakin besar terjadi pada indi!idu

yang

a. Tidak mendapat !aksinasi lengkap atau tidak melakukan pengulangan.

Csia tua juga memperbesar risiko terserang tetanus karena imunitas

terhadap tetanus sudah menurun.

 b. :engalami luka bakar.c. $ertato.

d. &rostbite yang sering ditemukan pada pendaki gunung.

e. n9eksi gigi seperti periodontal abses.9. :engalami luka tembus pada mata.

g. *omplikasi medis sepertiD aborsi septik, in9eksi pada luka pemotongan

tali pusar, persalinan, pembedahan, injeksi muskuler, diabetes mellitus

(ulkus ganggren) yang pera;atannya tidak baik.

3.$. Ptogenesis

+ering terjadi kontaminasi luka oleh spora C.tetani. C.tetani sendiri

tidak menyebabkan in9lamasi dan port d@entrae tetap tampak tenang tanpa

tanda in9lamasi, kecuali apabila ada in9eksi oleh mikroorganisme yang lain.2,

/alam kondisi anaerobik yang dijumpai pada jaringan nekrotik dan

terin9eksi, basil tetanus mensekresi dua macam toksin tetanospasmin dan

tetanolisin. Tetanolisin mampu secara lokal merusak jaringan yang masih

hidup yang mengelilingi sumber in9eksi dan mengoptimalkan kondisi yang

memungkinkan multiplikasi bakteri. 2,

Tetanoplasmin menghasilkan sindroma klinis tetanus. Toksin ini

merupakan polipeptida rantai ganda dengan berat 13k/a yang semula

 bersi9at inakti9. 6antai berat 1k/a (E"heavy) dan rantai ringan 3k/a ((B"

light ), dihubungkan oleh suatu ikatan yang sensiti!e terhadap protease dan

dipecah oleh protease jaringan yang menghasilkan jembatan sul9ide yang

menghubungan kedua rantai ini. Cjung karboksil dari rantai berat terikat pada

membrane sara9 dan ujung amino yang memungkinkan masuknya toksin ke

dalam sel. 6antai ringan bekerja pada presinaptik untuk mencegah pelepasan

neurotransmitter dari neuron yang dipengaruhi. Tetanoplasmin yang

dilepaskan akan menyebar pada jaringan di ba;ahnya dan terikat pada

gangliosida G/1b dan GT1b pada membrane ujung sara9 lokal. Fika toksin

18

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 5/26

yang dihasilkan banyak, ia dapat memasuki aliran darah yang kemudian

 berdi9usi untuk terikat pada ujung"ujung sara9 di seluruh tubuh. Toksin

kemudian akan menyebar dan ditransportasikan dalam akson dan secara

retrogred kedalam badan sel di batang otak dan sara9 spinal. 2,

Transport pertama kali pada sara9 motorik, lalu sara9 sensorik dan sara9 

otonom. Fika toksin telah masuk kedalam sel, ia akan berdi9usi keluar dan

akan masuk dan mempengaruhi ke neuron di dekatnya. Apabila interneuron

inhibitori spinal terpengaruh, gejala"gejala tetanus akan muncul. Transport

intraneural retrogred lebih jauh terjadi dengan menyebarnya toksin ke batang

otak dan otak tengah. 8enyebaran ini meliputi trans9er mele;ati celah sinaptik 

dengan suatu mekanisme yang tidak jelas. 2,

+etelah internalisasi ke dalam neuron inhibitori, ikatan disul9ide yang

menghubungkan rantai ringan dan rantai berat akan berkurang, membebaskan

rantai ringan. 9ek toksin dihasilkan melalui pencegahan lepasnya

neurotransmitter. +inaptobre!in merupakan protein membrane yang

diperlukan untuk keluarnya !esikel intraseluler yang mengandung

neurotransmitter. 6antai ringan tetanosplasmin merupakan metalloproteinase

 zink yang membelah sinaptobre!in pada suatu titik tunggal, sehingga

mencegah perlepasan neurotransmitter. 2,

Toksin ini mempunyai e9ek dominan pada neuron inhibitori, dimana

setelah toksin menyeberangi sinapsis untuk mencapai presinaptik, ia akan

memblokade perlepasan neurotransmitter inhibitori yaitu glisin dan asam

aminobutirik (GA$A). nterneuron yang menghambat neuron motorik al9a

yang pertama kali dipengaruhi, sehingga neuron motorik ini kehilangan 9ungsi

inhibisinya. Balu (karena jalur yang lebih panjang) neuron simpatetik 

 preganglionik pada ujung lateral dan pusat parasimpatik juga dipengaruhi.

 euron motorik juga dipengaruhi dengan cara yang sama, dan perlepasan

asetilkolin ke dalam celah neuromuskuler dikurangi. 8engaruh ini mirip

dengan akti!itas toksin botulinum yang mengakibatkan paralisis 9laksid.

 amun demikian, pada tetanus, e9ek disinhibitori neuron motorik lebih

 berpengaruh daripada berkurangnya 9ungsi pada ujung neuromuskuler. 8usat

medulla dan hypothalamus mungkin juga dipengaruhi. Tetanospasmin

19

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 6/26

mempunyai e9ek kon!usan kortikal pada penelitian he;an. Apakah

mekanisme ini berperan terhadap spasme intermiten dan serangan autonomik,

masih belum jelas. 9ek prejungsional dari ujung neuromuskuler dapat

 berakibat kelemahan di antara dua spasme dan dapat berperan pada paralisis

sara9 kranial yang dijumpai pada tetanus se9alik, dan myopati yang terjadi

setelah pemulihan. 8ada spesies yang lain, tetanus menghasilkan gejala

karakteristik berupa paralisis 9laksid. 2,

Aliran e9eren yang tidak terkendali dari sara9 motorik pada korda dan

 batang otak akan menyebabkan kekakuan dan spasme muskuler, yang dapat

menyerupai kon!ulsi. 6e9le> inhibisi dari kelompok otot antagonis

 berkontraksi secara simultan. +pasme otot sangatlah nyeri dan dapat berakibat

9raktur atau rupture tendon. ?tot rahang, ;ajah, dan kepala sering terlibat pertama kali karena jalur aksonalnya lebih pendek. Tubuh dan anggota tubuh

mengikuti, sedangkan otot peri9er tangan dan kaki relati!e jarang terlibat.

Aliran impuls otonomik yang tidak terkendai akan berakibat terganggunya

control otonomik dengan akti9itas berlebih sara9 simpatik dan kadar 

katekolamin plasma yang berlebihan. Terikatnya toksin pada neuron bersi9at

ire!ersibel. 8emulihan membutuhkan tumbuhnya ujung sara9 yang baru yang

menjelaskan kenapa tetanus berdurasi lama. 2,

8ada tetanus lokal, hanya sara9"sara9 yang menginer!asi otot"otot yang

 bersangkutan yang terlibat. Tetanus generalisata terjadi apabila toksin yang

dilepaskan di dalam luka memasuki aliran lim9a dan darah dan menyebar luas

mencapai ujung sara9 terminalD sa;ar darah otak memblokade masuknya

toksin secara langsung ke dalam sistem sara9 pusat. Fika diasumsikan bah;a

;aktu transport intraneural sama pada semua sara9, serabut sara9 yang pendek 

akan terpengaruh sebelum serabut sara9 yang panjangD hal ini mejelaskan

urutan keterlibatan serabut sara9 di kepala, tubuh dan ekstremitas pada tetanus

generalisata. 2,

20

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 7/26

Gambar . +kema dari struktur dan akti!asi neurotoksin tetanus.

Kete"ngn Toksin dihasilkan sebagai rantai polipeptida tunggal yang tidak 

akti9. Toksin akan diakti!asi selama pemecahan proteolitik selekti9, sehinggaakan menghasilkan dua rantai disul9ide. Tiga daerah ini akan memerankan

9ungsi yang berbeda dalam rantai B pada sitosol. B adalah sebuah %inc"

endopeptidase spesi9ik untuk komponen protein dari apparatus

neuroeksitosis.

3.%. &e'l Klinis

:asa inkubasi penyakit antara hingga 21 hari, rata"rata hari

(Taylor, 2). $iasanya makin jauh tempat luka dari sistem sara9 pusat,

makin lama masa inkubasinya. :akin pendek periode inkubasi, makin tinggi

kemungkinan kematian. Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal secara klinis,

yakni

-  Localized Tetanus (Tetanus Bokal)Tetanus lokal merupakan bentuk yang jarang dimana mani9estasi

klinisnya terbatas hanya pada otot"otot di sekitar luka. 8ada lokal tetanus

dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten, pada daerah tempat dimana

luka terjadi (agonis, antagonis, dan 9i>ator). Eal inilah merupakan tanda dari

tetanus lokal. *ontraksi otot tersebut biasanya ringan, bisa bertahan dalam

 beberapa bulan tanpa progressi9 dan biasanya menghilang secara bertahap.

Bokal tetanus ini bisa berlanjut menjadi Generalized tetanus, tetapi

dalam bentuk yang ringan dan jarang menimbulkan kematian. +ecara umum

 prognostiknya baik.  $isa juga lokal tetanus ini dijumpai sebagai prodromal

dari klasik tetanus atau dijumpai secara terpisah. Eal ini terutama dijumpai

sesudah pemberian pro9ilaksis antitoksin.

-Cephalic Tetanus

Tetanus se9alik merupakan bentuk yang jarang dari tetanus lokal, yang

terjadi setelah trauma kepala atau in9eksi telinga. :asa inkubasinya 1"2 hari.

/ijumpai trismus dan dis9ungsi satu atau lebih sara9 kranial, yang tersering

adalah sara9 ke". /is9agia dan paralisis otot ekstraokular dapat terjadi.

:ortalitasnya tinggi. 2,

21

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 8/26

- Generalized Tetanus (Tetanus umum)

Tetanus generalis merupakan bentuk yang paling umum dari tetanus,

yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme generalisata. :asa

inkubasi ber!ariasi, tergantung pada lokasi luka dan lebih singkat pada tetanus

 berat, median onset setelah trauma adalah hariD 134 kasus terjadi dalam

hari dan 14 kasus terjadi setelah 1- hari.  2,

Terdapat trias klinis berupaD rigiditas, spasme otot, dan apabila berat

dis9ungsi otonomik. *aku kuduk, nyeri tenggorokan, dan kesulitan untuk 

membuka mulut, sering merupakan gejala a;al tetanus. +pasme otot masseter 

menyebabkan trismus atau Hrahang terkunci@. +pasme secara progresi9 meluas

ke otot"otot ;ajah yang menyebabkan ekspresi ;ajah yang khas, Hrisus

sardonicus@ dan meluas ke otot"otot untuk menelan yang menyebabkan

dis9agia. +pasme ini dipicu oleh stimulus internal dan eksternal dapat

 berlangsung selama beberapa menit dan dirasakan nyeri. 6igiditas tubuh

menyebabkan opistotonus dan gangguan respirasi dengan menurunnya

kelenturan dinding dada. 6e9le> tendon dalam meningkat. 8asien dapat

demam, ;alaupun banyak yang tidak sedangkan kedasaran tidak dipengaruhi.

2,

/isamping peningkatan tonus otot, terdapat spasme otot yang bersi9at

episodik. *ontraksi tonik ini tampak seperti kon!ulsi yang terjadi pada

kelompok otot agonis dan antagonis secara bersamaan. *ontraksi dapat

 bersi9at spontan atau dipicu oleh stimulus berupa sentuhan, stimulus !isual,

auditori atau emosional. +pasme yang terjadi dapat sangat berat, terus"

menerus, nyeri bersi9at generalisata sehingga menyebabkan sianosis dan gagal

na9as. +pasme ini dapat terjadi berulang"ulang dan dipicu oleh stimulus yang

ringan. +pasme 9aringeal sering diikuti dengan spasme laryngeal dan berkaitan

dengan terjadinya aspirasi dan obstruksi jalan na9as yang mengancam ji;a.  2,

8ada bentuk yang paling umum dari tetanus, yaitu tetanus

generalisata, otot"otot di seluruh tubuh terpengaruh. ?tot"otot di kepala dan

leher yang biasanya pertama kali terpengaruh dengan penyebaran kaudal yang

 progresi9 untuk mempengaruhi seluruh tubuh. /i9erensial diagnosisnya

mencakup in9eksi oro9aringeal, reaksi obat distonik, hipokalsemia, keracunan

22

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 9/26

striknin, dan hysteria. Akibat trauma peri9er dan sedikitnya toksin yang

dihasilkan, tetanus lokal dijumpai. +pasme dan rigiditas terbatas pada area

tubuh tertentu. :ortalitas sangatlah berkurang. 8erkecualian untuk ini adalah

tetanus se9alik di mana tetanus local yang berasal dari luka di kepala

mempengaruhi sara9 cranialD paralisis lebih mendominasi gambaran klinisnya,

daripada spasme. 2,

3.(. Dignosis

/iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis yang

khas. Anamnesis terhadap adanya luka baru atau lama dilakukan untuk 

mencurigai adanya  port dentry dan masa inkubasi, seperti luka tusuk, luka

dalam yang kotor, luka bakar, in9eksi gigi dan telinga, dan ri;ayat operasi.Tabel 1 menunjukkan kriteria jenis luka yang rentan dan tidak rentan tetanus.

+elain itu perlu ditanyakan ri;ayat imunisasi, persalinan dan pera;atan tali

 pusat pada bayi. Gejala klinis yang khas seperti trismus dan opistotonus

menjadi dasar untuk mendiagnosis tetanus.

Tabel 1. *riteria Fenis Buka

)*! #entn Tetn*s )*! Tid! #entn Tetn*s

"0 jam I jam

*edalaman luka 71cm +uper9icial (I1cm)

Terkontaminasi $ersih

$entuk stelat, a!ulsi atau hancur 

(ireguler)

$entuk linear, tepi tajam

/ener!asi, iskemik euroJ!askuler intak  

Terin9eksi (purulent, jaringan nekrotik) Tidak terin9eksi

3.(.1 K"ite"i Dignosis

23

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 10/26

• Eipertoni dan spasme otot

- Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri, opistotonus,

dinding perut tegang, anggota gerak spastik.- Bain"lain *esukaran menelan, as9iksia dan sianosis, nyeri pada otot"otot

di sekitar luka• *ejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu

• Cmumnya ada lukaJ ri;ayat luka

• 6etensi urine dan hiperpireksia

• Tetanus lokal.

Gambar -. 6isus sardonicus (=ook et al , 21)

3.(.2 De"'t Tetn*s

/erajat tetanus dapat ditentukan dengan menggunakan  !hilips Score

atau "#letts. +kor tersebut dapat memberikan rencana penatalaksanaan dan

 prognosis dari penyakit tetanus.

Tabel 2. *lasi9ikasi Ablett terhadap tingkat keparahan Tetanus.

0

Tabel . +kor  

8hilips0

F!to" #isi!o S!o"

:asa nkubasi

- I-0 jam

- 2"3 hari

- 3"1 hari

- 1"1- hari- 71- hari

3

-

21

Bokasi n9eksi- Cmbilikus dan internal

- *epala, leher, dinding tubuh

- 8eri9er proksimal

- 8eri9er distal

- Tidak diketahui

3-

21

24

Stdi*m &e'l !linis

6ingan Trismus ringan hingga sedangD spastisitas generalD tidak 

ada keterlibatan sistem respirasiD tidak ada spasmeD tidak ada

dis9agia atau ringan

+edang Trismus ringanD rigiditas yang jelasD spasme ringan atau

sedang tapi sebentarD keterlibatan sistem respirasi yang sedang

dengan peningkatan laju na9as lebih dari kaliD dis9agia ringan.

$erat Trismus beratD spastisitas generalisataD re9leks spasme yang

lamaD laju na9as lebih dari - kaliD apneic spellsD dis9agia beratDtakikardi yang lebih dari 12.

' +angat berat +tadium dan gangguan otonom berat yangmelibatkan sistem kardio!askular. Eipertensi berat dan takikardi

 bergantian dengan hipotensi relati9 dan beradikardi, yang mana

akan menjadi persisten.

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 11/26

+tatus proteksi- Tidak ada

- +ebagian imunisasi ;aktu kehamilan

- 71 tahun

- I1 tahun

- Bengkap

10

-

2

*omplikasi

- Buka atau kondisi mengancam kehidupan

- Buka berat atau kondisi tidak mengancam kehidupan

- Buka sedang atau kondisi tidak mengancam kehidupan

- Buka kecil

- A+A grade 1

1

0-

2

*eterangan +kor tetanus ringan I

+kor tetanus sedang "1

+kor tetanus berat 71

Tabel -. +kor /akar.0

F!to"

p"ognosis

D!" S+o"e

S+o"e 1 S+o"e ,

8eriode inkubasi I hari K hari atau

tidak

diketahui

8eriode onset I2 hari K 2 hariTempat masuk Cmbilikus, luka bakar, uterus, 9raktur

terbuka, luka operasi, injeksi :

+elain dari

yang telah

disebut, atau

tidak

diketahui

+pasme Ada Tidak ada

/emam 70,-o= I0,-o=

Takikardi /e;asa 7 12 kaliJmenit

 eonatus 7 13 kaliJmenit

/e;asa I12

kaliJmenit

 eonatus I

13 kaliJmenit

*eterangan -  Dakar score "1, ringan (mortalitas 14)

- 2", sedang (mortalitas 1"24)

25

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 12/26

- - berat (mortalitas 2"-4)

- 3" sangat berat (mortalitas 734)

Adapun grading  berdasarkan kriteria 8attel Foag, yaitu sebagai berikut*riteria 1 rahang kaku, spasme terbatas, dis9agia dan kekakuan otot tulang

 belakang

*riteria 2 spasme saja tanpa melihat 9rekuensi dan derajatnya

*riteria inkubasi antara hari atau kurang

*riteria - ;aktu onset antara -0 jam atau kurang

*riteria 3 kenaikan suhu rektal 1o & atau aksila sampai o & ( ,o =)

/ari kriteria di atas dibuat tingkatan derajat sebagai berikut

/erajat 1 kasus ringan minimal 1 kriteria *1 atau *2, mortalitas 4.

/erajat 2 kasus sedang, minimal 2 kriteria (*1L*2), biasanya inkubasi lebih

dari hari, onset lebih dari 2 hari, mortalitas 14.

/erajat kasus berat, adanya minimal kriteria, biasanya inkubasi kurang dari

hari, onset kurang dari 2 hari, mortalitas 24.

/erajat - kasus sangat berat, minimal - kriteria, mortalitas 4

/erajat 3 bila terdapat 3 kriteria, termasuk tetanus neonatorum dan tetanus

 puerpurium, mortalitas 0-4.

3.-. Peme"i!sn Pen*n'ng

Anamnesis terhadap adanya luka baru atau lama dilakukan untuk mencurigai

adanya  port dentry, seperti luka tusuk, luka dalam yang kotor, luka bakar, in9eksi

gigi dan telinga, dan ri;ayat operasi. Gejala klinis yang khas menjadi dasar untuk 

mendiagnosis tetanus. Tidak ada pemeriksaan penunjang yang spesi9ik. 8emeriksaan

*G, darah rutin, 9ungsi 9aal ginjal, elektrolit, analisa gas darah, kultur untuk in9eksi

dilakukan untuk membantu mengatasi penyulit yang mungkin terjadi.1

$ila memungkinkan, periksa bakteriologik untuk menemukan =.tetani. *G

 bila ada tanda"tanda gangguan jantung. +edangkan 9oto toraks bila ada tanda

komplikasi paru"paru.

26

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 13/26

3.. Dignosis Bnding

:enurut 8erdossi 21 dalam +tandar 8elayanan :edik dan Taylor 2

diagnosis banding tetanus adalahD,

- *eracunan Strychnine

Strychnine  merupakan suatu bahan kimia yang bersi9at alkaloid yang

digunakan sebagai pestisida. Strychnine  jika terhisap, tertelan, atau terabsobsi

melalui mata atau mulut dapat menyebabkan keracunan, yang akan menyebabkan

terjadinya kaku otot muka dan leher, dan kon!ulsi tubuh menjadi lengkung pada

hiperekstensi sehingga memungkinkan hanya ubun"ubun kepala dan tumit yang

menyentuh lantai

- 6abies

8ada rabies ditemukan kejang pada oro9aring. *has dari rabies dalah

hidro9obik yang dialami pasien. 8ada rabies tidak ditemukan trismus dan terdapat

ri;ayat gigitan binatang.

- :eningitis

8ada meningitis dapat ditemukan dis9agia dan kaku pada leher. Fugaditemukan demam dan cairan cerebrospinal yang tidak normal, ditambah dengan

tidak adanya trismus merupakan perbedaan dengan tetanu

- Abses retro9aringeal, abses gigi, subluksasi mandiula

- +indrom hiper!entilasiJreaksi histeri

- pilepsiJkejang tonik klonik umum

pilepsi dapat menyebabkan kejang, namun tidak ditemukan kekakuan otot

diantara kejang. $isanya sudah ada ri;ayat serangan epilepsi sebelumnya.

3.1,. Pentl!snn

27

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 14/26

Tujuan terapi melibatkan tiga prinsip penatalaksanaanD organisme yang

terdapat dalam tubuh hendaknya dihancurkan untuk mencegah pelepasan toksin

 berlanjutD toksin yang terdapat dalam tubuh, diluar system sara9 pusat hendaknya

dinetralisasiD dan e9ek dari toksin yang telah terikat pada system sara9 pusat

diminimisasi.

8asien hendaknya diletakkan diruangan yang tenang, dimana obser!asi dan

 pemanauan kardiopulmoner dapat dilakukan secara terus"menerus, sedangkan

stimulasi di minimalisasi. 8erlindungan terhadap jalan na9as bersi9at !ital. Buka

hendaknya dieksplorasi, dibersihkan secara hati"hati dan dilakukan debridement

secara menyeluruh.2,,1

8enatalaksanaan Tetanus menurut 86/?++, 21 yaitu

'&/ dekstrose 34 6B M 1 1 J jam

*ausal

Antitoksin tetanus

a. +erum antitetanus (AT+) diberikan dengan dosis 2. CJhariJi.m. selama "3

hari, skin test terlebih dahulu.

ATAC

 b. Euman Tetanus lmmunoglobulin (ETlG). /osis 3". lCJ.:. tergantung

 beratnyapenyakit. /iberikan +GB /?+.

Antibiotik

a. :etronida%ole 3 mgJ 0 jam drips i.!.

 b. Ampisilin dengan dosis 1 grJ0 jam i.!. (Skin test dahulu).

$ila alergi terhadap 8enilisin dapat diberikan

" ritromisin 3 mgJ jamJoral. ATAC

" Tetrasiklin 3mgJ jamJoral.

8enanganan luka

/ilakukan cross incision dan irigasi menggunakan E2?2.

+imtomatis dan supporti9 

/ia%epam

28

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 15/26

" +etelah masuk rumah sakit, segera diberikan dia%epam dengan dosis 1 mg i.!.

 perlahan 2" menit. /apat diulangi bila diperlukan.

" /osis maintenance 1 ampul M 1 mgJ3 ml cairan in9us (1"12 mgJ*g$$Jhari)

diberikan secara drips (syringe pump).

Cntuk mencegah terbentuknya kristalisasi, cairan dikocok setiap menit.

" +etiap kejang diberikan bolus dia%epam 1 ampul J ' perlahan selama "3 menit,

dapat diulangi setiap 13 menit sampai maksimal kali. $ila tak teratasi segera ra;at

di =C.

" $ila penderita telah bebas kejang selama N -0 jam maka dosis dia%epam diturunkan

secara bertahap N 14 setiap 1" hari (tergantung keadaan). +egera setelah intake

 peroral memungkinkan maka dia%epam diberikan peroral dengan 9rekuensi pemberian

setiap jam.

?ksigen

diberikan bila terdapat tanda"tanda hipoksia, distres pernapasan, sianosis.

 utrisi

/iberikan T*T8 dalam bentuk lunak, saring, atau cair. $ila perlu, diberikan melalui

 pipa nasogastrik.

:enghindari tindakanJ perbuatan yang bersi9at merangsang, termasuk rangsangan

suaradan cahaya yang intensitasnya bersi9at intermitten.

:empertahankanJ membebaskan jalan na9as pengisapan lendir oroJ naso9aring

secara berkala.

8osisiJ letak penderita diubah"ubah secara periodik.

8emasangan kateter bila teriadi retensi urin.

8ada prinsipnya, tatalaksana dapat meliputi

Net"lissi d"i To!sin /ng Be0s

Antitoksin menurunkan mortalitas dengan menetralisasi toksin yang beredar di

sirkulasi dan toksin pada luka yang belum terikat, ;alaupun toksin yang telah melekat

 pada jaringan sara9 tidak terpengaruh. mmunoglobulin tetanus manusia (ETG)

merupakan pilihan utama dan hendaknya diberikan segera dengan dosis " unit

29

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 16/26

intramuskuler, biasanya dengan dosis terbagi karena !olumenya besar. /osis optimalnya

 belum diketahui, namun demikian beberapa penelitian menunjukkan bah;a dosis sebesar 

3 unti sama e9ekti9nya dengan dosis yang lebih tinggi. mmunoglobulin intra!ena

merupakan alternati!e lain daripada ETG tapi konsentrasi antitoksin spesi9ik dalam

9ormulasi ini belum distandarisasi. 8aling baik memberikan antitoksin sebelum

manipulasi luka.2,,1

en/ing!i"!n S*m0e" Infe!si

Fika ada, luka yang nampak jelas hendaknya didebridemen secara bedah.

#alaupun man9aatnya belum terbukti, terapi antibiotic diberikan pada tetanus untuk 

mengeradikasi sel"sel !egetati!e, sebagai sumber toksin. 8enggunaan penisilin (1

sampai 12 juta unit intra!ena setiap hari selama 1 hari) telah direkomendasikan dan

secara luas dipergunakan selama bertahun"tahun, tetapi merupakan antagonis GA$A dan

 berkaitan dengan kon!ulsi. :etronida%ole merupakan antibiotic pilihan. :etronida%ol

(3 mg tiap jam atau 1gr tiap 12 jam) dipergunakan oleh beberapa ahli berdasarkan

akti!itas antimikrobial.2,,1

Pengendlin #igidits dn Spsme

$anyak obat yang dipergunakan sebagai obat tunggal maupun kombinasi untuk 

mengobati spasme otot pada tetanus yang nyeri dan dapat mengancam respirasi karena

dapat menyebabkan laringospasme atau kontaksi secara terus"menerus otot"otot

 perna9asan. 6egimen yang ideal adalah regimen yang dapat menekan akti!itas spasmodic

tanpa menyebabkan e9ek sedasi yang berlebihan dan hipo!entilasi. Earus dihindari

stimulasi yang tidak perlu, tetapi terapi utamanya adalah sedasi dengan menggunakan

 ben%odia%epine. $en%odia%epine memperkuat agonisme GA$A dengan menghambat

inhibitor endogen pada reseptor GA$AA. /ia%epam dapat diberikan melalui berbagai rute

yang ber!ariasi, murah dan dipergunakan secara luas, tetapi kerja metabolit kerjanya

 panjang, dapat terakumulasi dan berakibat koma berkepanjangan. 8ilihan yang lain

adalah lora%epam dan mida%olam. +ebagai sedasi tambahan dapat diberikan

antikon!ulsan, terutama 9enobarbiton yang lebih jauh memperkuat akti!itas GA$Aergik 

dan 9enothia%in, biasanya klorproma%in. $arbiturate dan klorpoma%in ini merupakan obat

lini kedua. 8ropo%ol telah dipergunakan sebagai sedasi dengan pemulihan yang cepat

setelah in9use di stop.2,,1

30

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 17/26

Pentl!snn #espi"si

ntubasi atau trakeostomi dengan atau tanpa !entilasi mekanik mungkin

dibutuhkan pada hipo!entilasi yang berkaitan dengan sedasi berlebihan atau

laringospasme atau untuk menghindari aspirasi oleh pasien dengan trismus, gangguan

kemampuan menelan atau dis9agia.2,,1

Pentl!snn Intensif S*po"tif 

Turunnya berat badan umum terjadi pada tetanus. &actor yang ikut terjadi

 penyebabnya mencakup ketidakmampuan menelan, meningkatnya laju metabolism akibat

 pireksia dan akti!itas muskuler dan masa kritis yang bekepanjangan. ?leh karena itu,

nutrisi hendaknya diberikan sea;al mungkin. utrisi enteral berkaitan dengan insidensi

komplikasi yang rendah dan lebih murah daripada nutrisi parenteral.2,,1

Pentl!snn )in

8enatalaksanaan lain meliputi hidrasi, untuk mengontrol kehilangan cairan yang

tak nampak dan kehilangan cairan yang lain, yang mungkin sign9ikanD kecukupan

kebutuhan gi%i yang meningkat dengan pemberian enteral maupun parenteralD 9isioterapi

untuk mencegah kontrakturD dan pemberian heparin dan antikoagulan yang lain untuk 

mencegah emboli paru. &ungsi ginjal, kandung kemih, dan saluran cerna harus dimonitor.

8erdarahan gastrointestinal dan ulkus dekubitus harus dicegah dan in9eksi sekunder harus

diatasi.2,,1

!sinsi

8asien yang sembuh dari tetanus hendaknya secara akti9 diimunisasi karena

imunitas tidak diinduksi oleh toksin dalam jumlah kecil yang menyebabkan tetanus.

F"m!ologi 0to0tn /ng Bis Dip!i pd Tetn*s

31

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 18/26

Di5epm. /ipergunakan sebagai terapi spasme tetanik dan kejang tetanik. :endepresi

semua tingkatan system sara9 pusat, termasuk bentukan limbic dan reticular, mungkin

dengan meningkatkan akti!itas GA$A, suatu neurotansmiter inhibitori utama.

• /osis /e;asa

+pasme ringan 3 5 1 mg oral tiap - 5 jam apabila perlu.

+pasme sedang 3 5 1 mg i.! apabila perlu

+pasme berat 3 5 1 mg dalam 3 ml /3, diin9uskan - mg per jam.

• /osis pediatric

+pasme ringan ,1 5 ,0 mgJkg$$Jhari dalam dosis terbagi tiga atau empat kali

sehari.

+pasme sedang sampai berat ,1 5 , mgJkg$$Jhari i.! tiap - sampai 0 jam.

• *ontraindikasi Eipersensitiitas, glaukoma sudut sempit.

• nteraksi Toksisitas ben%odia%epin pada sistem sara9 

 pusat meningkat apabila dipergunakan bersamaan dengan

alkohol, 9enothia%in, barbiturate, dan :A?D cisapride

dapat meningkatkan kadar dia%epam secara bermakna.

• *ehamilan =riteria / (tidak aman bagi kehamilan)• 8erhatian Eati"hati pada pasien yang mendapatkan

depresan sistem sara9 pusat yang lain, pasien dengan kadar 

albumin rendah atau gagal hati karena, toksisitas dia%epam

dapat meningkat.

Feno0"0itl. /osis baru harus sedemikian rendah sehingga tidak menyebabkan depresi

 perna9asan. Fika pada pasien terpasang !entilator, dosis yang lebih tinggi diperlukan

untuk mendapatkan e9ek sedasi yang diinginkan.

/osis /e;asa 1 mgJkg i.m tiap - 5 jam, tidak melebihi - mgJhari.• /osis pediatrik 3 mgJkg i.!Ji.m dosis terbagi atau - hari.

• *ontraindikasi Eipersensiti9itas, gangguan 9ungsi hati, penyakit paru"paru berat,

dan pasien ne9ritis.

• nteraksi /apat menurunkan e9ek kloran9enikol, digitoksin, kortikosteroid,

karbama%epin, teo9ilin, !erapamil, metronida%ol, dan antikoagulan.

• *ehamilan =riteria / (tidak aman bagi kehamilan)

32

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 19/26

• 8erhatian 8ada terapi jangka panjang, monitor 9ungsi hati, ginjal dan system

hematopoitik. Eati"hati pada miastenia gra!is dan miksedema.

B!lofen. $aklo9en intatekal, relaksan otot kerja sentral telah dipergunakan secara

eksperimental untuk melepaskan pasien dari !entilator dan untuk menghentikan in9use

dia%epam. $aklo9en intratekal kali lebih poten daripada baklo9en peroral. *eseluruhan

dosis baklo9en diberikan sebagai bolus injeksi. /osis dapat diulang setelah 12 jam atau

lebih apabila spasme paroksismal kembali terjadi.

• /osis /e;asa I 33 tahun M 1 mgc T 7 33 tahun M 0 mgc T

• /osis pediatric I 1 tahun M 3 mgc T 71 tahun M seperti dosis

de;asa

*ontraindikasi Eipersensiti9itas.• nteraksi analgesic opiate, ben%odia%epine, alcohol, guanabens, :A?,

klindamisin, dan obat antihipertensi dapat meningkatkan e9ek baklo9en.

• *ehamilan =riteria = (keamanan bagi ;anita hamil tidak diketahui)

• 8erhatian Eati"hati pada pasien dengan disre9leksia otonomik.

Penisilin &.  berperan dalam mengganggu pembentukan polipeptida dinding otot

selamamultiplikasi akti9, menghasilkan akti9itas bakterisidal terhadap mikroorganisme yang

rentan. /iperlukan terapi selama 1 5 1- hari. /osis besar penisilin i.! dapat menyebabkananemia hemolitik, dan neurotoksisitas. Eenti jantung telah dilaporkan pada pasien yang

mendapatkan dosis massi9 penisilin G.

• /osis /e;asa 1 5 2- juta unitJhari i.! terbagi dalam - dosis.

• /osis pediatric 1. 5 23. CJkgJhari i.!Ji.m dosis terbagi -

kaliJhari.

• *ontraindikasi Eipersensiti9itas.

• *ehamilan =riteria $ (biasanya aman, tetapi digunakan apabila

man9aatnya melebihi risiko yang mungkin terjadi).

• 8erhatian Eati"hati pada gangguan 9ungsi ginjal.

et"onid5ol. Akti9 mela;an bakteri anaerob dan proto%oa. /apat diabsobsi kedalam sel

dan senya;a termetabolisme sebagian yang terbentuk mengikat /A dan menghambat

sintesis protein, yang menyebabkan kematian sel. /irekomendasikan selama 1"1- hari.

33

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 20/26

• /osis /e;asa 3 mg peroral tiap jam atau 1g i.! tiap 12 jam, tidak 

melebihi -gJhari.

• /osis pediatric 13" mgJkg$$Jhari i.! tiap 0"12 jam tidak lebih dari

2gJhari.

• *ontraindikasi Eipersensiti9itas, trimester pertama kehamila.• nteraksi /apat menurunkan e9ek kloran9enikol, digitoksin,

kortikosteroid, karbama%epin, teo9ilin, !erapamil, metronida%ol, dan

antikoagulan.

• *ehamilan =riteria $ (biasanya aman, tetapi digunakan apabila

man9aatnya melebihi risiko yang mungkin terjadi).

• 8erhatian 8enyesuaian dosis pada penyakit hati, pemantauan kejang

dan neuropati peri9er.

3.11. Kompli!si

*omplikasi tetanus dapat terjadi akibat penyakitnya, seperti

laringospasme, atau sebagai konsenkuensi dari terapi sederhana seperti sedasi

yang mengarah pada koma, aspirasi atau apnea, atau konsenkuesi dari pera;atan

intensi9, seperti pneumonia berkaitan dengan !entilator.

Tabel 3. *omplikasi Tetanus+istem *omplikasi

Falan na9as

6espirasi

*ardi!askuler 

Aspirasi,

BaringospasmeJobsturksi

?bstruksi berkaitan dengan sedati!e

Apnea

Eipoksia

Gagal na9as tipe 1 (atelektasis, aspirasi, pneumonia)

Gagal na9as tipe 2 (spasme laryngeal, spasme trunkal

 berkepanjangan, sedasi berlebihan)

A6/+

*omplikasi bantuan !entilasi berkepanjangan (seperti

 pneumonia)

*omplikasi trakeostomi (seperti stenosis trakea)

Takikardia, hipertensi, iskemia

Eipotensi, bradikardia

34

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 21/26

Ginjal

Gastrointestinal

Bain"lain

Asistol

Gagal jantung.

Gagal ginjal curah tinggi (high output renal $ailure)

Gagal ginjal oligouria,

statis urin dan in9eksi.

+tasis gaster, ileus, diare dan perdarahan.

8enurunan berat badan,

tromboembolus,

+epsis dengan gagal organ multipel,

&raktur !ertebra selama spasme,

6upture tendon akibat spasme.

3.12. P"ognosis

Angka kematian tetanus masih cukup tinggi. 8rognosis kesembuhan dan

kematian berhubungan dengan derajat tetanus.1

Angka kematian tinggi bila

• Csia tua

• :asa inkubasi singkat

• ?nset periode yang singkat

• /emam tinggi

• +pasme yang tidak cepat diatasi

+ebelum pasien keluar rumah sakit, diberikan tetanus toksoid (TT) ,3 mg

:. TT2 dan TT diberikan masing"masing dengan inter!al ;aktu -" minggu.

+elain itu prognosis juga bisa ditentukan dengan menggunakan criteria

derajat ringan beratnya tetanus menggunakan grading !attel %oag , semakin kecil

derajat keparahannya maka angka mortalitas semakin kecil, dan sebaliknya

semakin besar derajat keparahannya semakin besar angka mortalitasnya.

3.13. Pen+eg6n3.13.1. Im*nissi A!tif 

munisasi dengan tetanus toksoid yang diabsorbsi merupakan tindakan

 pencegahan yang paling e9ekti9 dalam praktik. Angka kegagalan dari tindakan ini

sangat rendah. Titer protekti9 dari antibody tetanus adalah ,1 CJml. #alaupun

demikian tetanus dapat terjadi pada indi!idu yang telah diimunisasi.

35

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 22/26

+emua indi!idu de;asa yang imun secara parsial atau tidak sama sekali

hendaknya mendapatkan !aksin tetanus. +erial !aksinasi untuk de;asa terdiri

atas tiga dosis dosis pertama dan kedua diberikan dengan jarak -"0 minggu dan

dosis ketiga diberikan "12 bulan setelah dosis pertama. /osis ulangan diberikan

tiap 1 tahun dan dapat diberikan pada usia decade pertengahan seperti 3 tahun,

-3 tahun dan seterusnya. amun demikian pemberian !aksin lebih dari 3 kali

tidak diperlukan untuk indi!idu di atas tahun toksoid kombinasi tetanus dan

di9teri (Td) yang diabsopsi, lebih dipilih. 'aksin yang diabsorbsi lebih disukai

karena menghasilkan titer antibody yang lebih menetap daripada !aksin cair.

Cpaya /epartemen *esehatan melaksanakan 8rogram liminasi Tetanus

 eonatorum (T) melalui imunisasi /8T, /T, atau TT. Adapun jad;al

 pemberian imunisasi adalah sebagai berikut

• munisasi /8T pada bayi kali ( dosis) akan memberikan imunitas 1"

tahun. /ari dosis toksoid tetanus pada bayi tersebut setara dengan 2 dosis

toksoid pada anak yang lebih besar atau de;asa. /osis sebesar ,3 cc :, 1 >

sebulan selama bulan berturut " turut. $ooster diberikan dengan dosis 1 >

,3 cc :

• Clangan /8T pada umur 10"2- bulan (/8T -) akan memperpanjang imunitas

3 tahun yaitu sampai dengan umur " tahun, pada umur de;asa dihitung

setara dosis toksoid.

• /osis toksoid tetanus kelima (/8TJ /T 3) bila diberikan pada usia masuk 

sekolah, akan memperpanjang imunitas 1 tahun lagi yaitu pada sampai umur 

1"10 tahunD pada umur de;asa dihitung setara - dosis toksoid.

• /osis toksoid tetanus tambahan yang diberikan pada tahun berikutnya di

sekolah (/T atau dT) akan memperpanjang imunitas 2 tahun lagiD pada

umur de;asa dihitung setara 3 dosis toksoid.

  Tabel . Fad;al munisasi asional (/epkes) bagi $ayi yang Bahir di 6umah.

36

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 23/26

Adapun jad;al imunisasi menurut /A dapat dilihat pada tabel 0.

Tabel 0. Fad;al munisasi Anak :enurut /A.

4. Pentl!snn )*!

8enatalaksanaan luka yang baik membutuhkan pertimbangan akan

 perlunyaD

a munisasi pasi9 dengan TG

 b munisasi akti9 dengan !aksin, terutama Td untuk indi!idu usia di atas

tahun.

/osis TG sebagai imunisasi pasi9 pada indi!idu dengan luka derajat sedangadalah 23 unit intramuskular yang menghasilkan kadar antibodi serum protekti9 

 paling sedikit - sampai mingguD dosis yang tepat untuk TAT, suatu produk yang

 berasal dari kuda adalah samapi unit. 'aksin dan TAT hendaknya

diberikan pada tempat yang terpisah dengan spuit injeksi yang berbeda.

37

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 24/26

8rinsip penatalaksanaan luka adalah menghentikan perdarahan, mencegah

in9eksi, menilai kerusakan yang terjadi pada struktur yang terkena dan untuk 

menyembuhkan luka. :embersihkan luka merupakan 9aktor yang paling penting

dalam pencegahan in9eksi luka. +ebagian besar luka terkontaminasi saat pertama

 pasien datang. Buka tersebut dapat mengandung darah beku, kotoran, jaringan mati

atau rusak dan mungkin benda asing. Cntuk mengatasinya dapat dilakukan tindakan

seperti

• $ersihkan kulit sekitar luka secara menyeluruh dengan sabun dan air atau

larutan antiseptik. Air dan larutan antiseptik harus dituangkan ke dalam luka.

• +etelah memberikan anestesi lokal, periksa hati"hati apakah ada benda asing

dan bersihkan jaringan yang mati. 8astikan kerusakan apa yang terjadi. Buka

 besar memerlukan anestesi umum.

• +etelah itu, buat robekan luka secara teratur membentuk huru9 OPQ dengan

titik tengah persilangan adalah luka. Tujuan dibuat robekan luka adalah agar 

mempermudah pembersihan kotoran didalam luka tusuk.

• +etelah membuat robekan, siramlah dengan larutan E22, biasanya akan

timbul buih, gosoklah dengan kuat, sampai benar"benar bersih tak tertinggal

 bekas kotoran yang menempel ataupun kotoran yang masih tersisa.

• $ilas luka dengan menggunakan larutan a=l ,4, tekan sekitar luka hingga

 berdarah, tujuannya adalah untuk menghilangkan cairan E2?2 serta

membersihkan luka. Balu beri betadhine pada luka.

8ada in9eksi tetanus, luka tidak perlu ditutup, biarkan luka tetap terbuka,

karena hal tersebut akan menghambat pertumbuhan bakteri clostridium tetani. 8erlu

dipertimbangkan pemberian imunisasi pasi9, yaitu Anti Tetanus +erum & AT+)

atauEuman Tetanus mmunoglobulin (ETG). ndikasi pemberian suntikan AT+,

yaitu• Buka cukup besar (dalam lebih dari 1 cm).

• Buka berbentuk tidak teratur.

• Buka berasal dari benda yang kotor dan berkarat.

• Buka gigitan he;an dan manusia.

38

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 25/26

• Buka tembak dan luka bakar 

• Buka terkontaminasi, yaitu luka yang lebih dari jam tidak ditangani, atau

luka kurang dari jam namun terpapar banyak kontaminasi, atau luka kurang

dari jam namun timbul karena kekuatan yang cukup besar (misalnya luka

tembak atau terjepit mesin).

• 8enderita tidak memiliki ri;ayat imunisasi tetanus yang jelas atau tidak 

mendapat #ooster  selama 3 tahun atau lebih. /osis yang diberikan untuk 

orang de;asa adalah 13 C per :, dan untuk anak adalah 3 C per :.1

munisasi pasi9 dengan human immunoglobulin tidak diindikasikan jika

 pasien tersebut sudah mendapat suntikan toksoid minimal 2 kali sebelumnya.8asien

dengan imunisasi lengkap yaitu, pasien yang sudah mendapat booster dalam 1

tahun terakhir, tidak memerlukan penatalaksanaan tambahan untuk luka"luka non

tetanus biasa. Fika luka dicurigai mengandung tetanus, injeksi ,3 ml toksoid

tetanus booster yang dapat diabsorbsi harus diberikan jika pemberian terakhir telah

lebih dari 3 tahun yang lalu.8asien dengan ri;ayat imunisasi lengkap tetapi booster 

yang didapat sudah mele;ati masa 1 tahun harus mendapat toksoid tetanus untuk 

semua luka tembus. /osis human immunoglobulin yang diberikan untuk orang

de;asa adalah 23 C per : (setara dengan 13 C AT+), sedang untuk anak5 

anak adalah 123 C per :. Eypertet diberikan bila penderita alergi terhadap AT+

yang diolah dari he;an, namun harganya lebih mahal dibandingkan AT+. 8asien

dengan ri;ayat imunisasi pernah mendapat sekali injeksi atau kurang, atau ri;ayat

tidak diketahui harus mendapat toksoid tetanus untuk luka nontetanus. Cntuk luka

yang dicurigai tetanus dapat diberikan AT+.

• munisasi tetanus to>oid (TT)

Fenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk 

mendapatkan kekebalan penuh. /iberikan 1 > sebulan selama bulan berturut 5 

turut dengan dosis ,3 cc :. $ooster (penguat) diberikan 1 tahun kemudian

setelah suntikan ketiga imunisasi dasar, selanjutnya setiap 1 tahun setelah

 pmberian booster munisasi TT yang pertama bisa dilakukan kapan saja, misalnya

se;aktu remaja. Balu TT2 dilakukan sebulan setelah TT1 (dengan perlindungan

39

7/26/2019 BAB III Tetanus

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-tetanus 26/26

tiga tahun).Tahap berikutnya adalah TT, dilakukan enam bulan setelah TT2

(perlindungan enam tahun), kemudian TT- diberikan satu tahun setelah TT

(perlindungan 1 tahun), dan TT3 diberikan setahun setelah TT- (perlindungan 23

tahun).

+etiap penderita luka harus mendapat tetanus toksoid : pada saat cedera,

 baik sebagai imunisasi dasar maupun sebagai booster, kecuali bila penderita telah

mendapatkan booster atau menyelesaikan imunisasi dasar dalam 3 tahun terakhir.

Tabel . Tindakan 8ro9ilaksis

Jenis

)*!

Bel*m im*nissi !tif t*

se0gin

endpt im*nissi !tif /ng leng!p

1 7 $ t6*n $ 7 1, t6*n 8 1,

t6*n

6ingan,

 bersih

:ulai atau melengkapi

imunisasi toks. ,3 cc hingga

lengkap

 5 Toks. ,3 cc Toks. ,3

cc

$erat,

 bersih,

atau

cenderung

tetanus

AT+ 13 C

Toks. ,3 cc

Toks. ,3 cc Toks. ,3 cc AT+ 13

C

Toks. ,3

cc

=enderung

tetanus,

debrimen

terlambat

atau tidak

 bersih

AT+ 13 C

Toks. ,3 cc

Eingga lengkap antibiotika

Toks. ,3 cc Toks. ,3 cc

A$

AT+ 13

C

Toks. ,3

cc

Antiboitk 

a

AT+ 13 C setara dengan ETG 23 C.

$. Tetn*s Neonto"*m

8enatalaksanaan yang dimaksudkan untuk mencegah tetanus neonatorum

mencakup !aksinasi maternal, bahkan selama kehamilanD upaya untuk 

meningkatkan porposi kelahiran yang dilakukan di rumah sakit dan pelatihan

 penolong kelahiran non medis.