BAB III TINJAUAN PUSTAKA Teknologi Organic...

3
9 BAB III TINJAUAN PUSTAKA Teknologi Organic Farming Organic Farming System atau Sistem Pertanian Organik adalah sistem pertanian yang menghindari pemakaian pupuk, pestisida, dan zat pengatur tumbuh sintetis. Sehingga sistem ini tergantung pada rotasi tanaman, sisa tanaman, pupuk kandang, tanaman legume, pupuk hijau, sampah non-pertanian, pengolahan mekanis, dan pengendalian hayati untuk menjaga kesehatan tanah, menyuplai nutrisi tanaman, dan memperkecil serangan hama dan kompetisi dengan gulma (1) . Secara ekologis, budi daya padi organik lebih ramah terhadap lingkungan. Peneliti di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan di Balai Penelitian Padi (Balitpa) membuktikan bahwa padi organik, termasuk metode SRI, lebih ramah terhadap lingkungan, karena selain tanpa input anorganik (kimia sintetis) juga hemat air, sehingga emisi gas metana (CH 4 ) dan karbon dioksida (CO 2 ) yang dihasilkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan metode konvensional (anorganik). CH 4 dan CO 2 merupakan dua gas kontributor pemanasan global (2) . Dalam pertanian organik perlu dilakukan rotasi tanaman. Tujuan dari diadakannya rotasi tanaman pada sistem pertanian organik ini adalah untuk (3) : a. menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah b. menjaga dan meningkatkan bahan organik tanah c. memaksimalkan fiksasi unsur N pada pengolahan tanah menggunakan ternak dan juga pada penanaman tanaman legume d. mengendalikan dan mengurangi serangan hama dan penyakit e. mengendalikan kompetisi gulma dikombinasikan dengan pengolahan tanah yang baik Teknologi Pertanaman Padi System of Rice Intensification Prinsip pola tanam SRI antara lain (5) : a. penanaman bibit muda yang kuat umur 8 - 12 hari, b. penanaman bibit tunggal dan jarak antar tanaman yang lebar sekitar 25 x 25 cm atau lebih, c. penanaman dengan segera kurang dari 30 menit setelah diambil dari penyemaian untuk menghindari trauma pada bibit, d. penanaman dangkal tidak ditancapkan tetapi digeserkan di atas permukaan tanah yang lembab, e. lahan sawah tidak terus menerus direndam air tetapi cukup dijaga tetap lembab, f. penyiangan mekanis segera dan cukup sering untuk mengendalikan gulma dan untuk aerasi tanah, g. menjaga keseimbangan biologi tanah dengan pemberian bahan organik atau pupuk organik. Semakin meningkatnya permasalahan lingkungan hidup dan rusaknya keseimbangan alam mendorong semakin digalakkannya pertanian organik termasuk pertanian padi yang digabungkan dengan pola tanam SRI.

Transcript of BAB III TINJAUAN PUSTAKA Teknologi Organic...

Page 1: BAB III TINJAUAN PUSTAKA Teknologi Organic Farmingheruedi.blog.uns.ac.id/files/2011/02/bab-3-tinjauan-pustaka.pdf · TINJAUAN PUSTAKA Teknologi Organic Farming ... srikaya, biji sirsat,

9

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

Teknologi Organic Farming

Organic Farming System atau Sistem Pertanian Organik adalah sistem pertanian yang menghindari pemakaian pupuk, pestisida, dan zat pengatur tumbuh sintetis. Sehingga sistem ini tergantung pada rotasi tanaman, sisa tanaman, pupuk kandang, tanaman legume, pupuk hijau, sampah non-pertanian, pengolahan mekanis, dan pengendalian hayati untuk menjaga kesehatan tanah, menyuplai nutrisi tanaman, dan memperkecil serangan hama dan kompetisi dengan gulma (1).

Secara ekologis, budi daya padi organik lebih ramah terhadap lingkungan. Peneliti di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan di Balai Penelitian Padi (Balitpa) membuktikan bahwa padi organik, termasuk metode SRI, lebih ramah terhadap lingkungan, karena selain tanpa input anorganik (kimia sintetis) juga hemat air, sehingga emisi gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan metode konvensional (anorganik). CH4 dan CO2merupakan dua gas kontributor pemanasan global(2).

Dalam pertanian organik perlu dilakukan rotasi tanaman. Tujuan dari diadakannya rotasi tanaman pada sistem pertanian organik ini adalah untuk(3):

a. menjaga dan meningkatkan kesuburan tanahb. menjaga dan meningkatkan bahan organik tanahc. memaksimalkan fiksasi unsur N pada pengolahan tanah menggunakan ternak

dan juga pada penanaman tanaman legumed. mengendalikan dan mengurangi serangan hama dan penyakite. mengendalikan kompetisi gulma dikombinasikan dengan pengolahan tanah

yang baik

Teknologi Pertanaman Padi System of Rice Intensification

Prinsip pola tanam SRI antara lain(5):a. penanaman bibit muda yang kuat umur 8 - 12 hari,b. penanaman bibit tunggal dan jarak antar tanaman yang lebar sekitar 25 x 25

cm atau lebih,c. penanaman dengan segera kurang dari 30 menit setelah diambil dari

penyemaian untuk menghindari trauma pada bibit,d. penanaman dangkal tidak ditancapkan tetapi digeserkan di atas permukaan

tanah yang lembab,e. lahan sawah tidak terus menerus direndam air tetapi cukup dijaga tetap

lembab,f. penyiangan mekanis segera dan cukup sering untuk mengendalikan gulma

dan untuk aerasi tanah,g. menjaga keseimbangan biologi tanah dengan pemberian bahan organik atau

pupuk organik. Semakin meningkatnya permasalahan lingkungan hidup dan rusaknya keseimbangan alam mendorong semakin digalakkannya pertanian organik termasuk pertanian padi yang digabungkan dengan pola tanam SRI.

Page 2: BAB III TINJAUAN PUSTAKA Teknologi Organic Farmingheruedi.blog.uns.ac.id/files/2011/02/bab-3-tinjauan-pustaka.pdf · TINJAUAN PUSTAKA Teknologi Organic Farming ... srikaya, biji sirsat,

10

Tabel 2. Perbedaan Sistem SRI Organik dengan Sistem Konvensional.(10)

No. Komponen Sistem Konvensional Sistem SRI Organik1.2.3.4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Kebutuhan benihPengujian benihUmur di persemaianPengolahan tanah

Jumlah tanaman per lubangPosisi akar waktu tanamPengairan

Pemupukan

Penyiangan

Rendemen

30-40 kg/haTidak dilakukan20-30 HSS2-3 kali (struktur lumpur)

Rata-rata 5 buah bibit

Tidak teratur

Terus digenangi

Mengutamakan pupuk kimia sintetisDiarahkan ke Pemberantasan gulma50-60%

5-7 kg/haDilakukan pengujian7-10 HSS3 kali (struktur lumpur dan rata)1-2 bibit per lubang

Posisi akar Horizontal (L)Disesuaikan dengan kebutuhanHanya menggunakan pupuk organikDiarahkan ke pengelolaan perakaran60-70%

Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Bahan dasar pembuatan pupuk organik ini adalah kotoran sapi dan serbuk gergaji ditambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya kandungan kompos (serbuk gergaji, abu, dan kalsit/ kapur). Kotoran sapi dipilih karena selain tersedia banyak di petani juga memiliki kandungan nitrogen dan potasium. Kotoran sapi merupakan kotoran ternak yang baik untuk kompos (6)

ProteinAsam AminoLipidaKarbohidrat + O2 + Nutrien + Mikroorganisme Kompos + sel-sel baruSelulosaLignin sel-sel matiDebu + CO2 + H2O + NO3 + SO4

2 + panas(Komponen utama penyusunfraksi organik limbah feses)

Skema 1. Proses Reaksi Kimiawi dalam Pengomposan.

Proses pengkomposan dilakukan oleh adanya kerja mikroorganisme termasuk di dalamnya jamur, bakteri, ragi/ kapang dan actinomycetes. Pada kondisi optimal tumpukan kompos akan mencapai temperatur sekitar 50-65°C (120-150°F), yang

Page 3: BAB III TINJAUAN PUSTAKA Teknologi Organic Farmingheruedi.blog.uns.ac.id/files/2011/02/bab-3-tinjauan-pustaka.pdf · TINJAUAN PUSTAKA Teknologi Organic Farming ... srikaya, biji sirsat,

11

disebabkan oleh proses panas metabolisme mikroba dan panas ini dapat menjadi indikator bahwa proses pembuatan kompos berjalan sempurna. Dalam proses ini terjadi proses kimiawi dimana pertumbuhan mikroba memerlukan campuran nutrien yang benar terutama campuran karbon dan nitrogen. Tidak semua karbon dan nitrogen yang ada dalam bentuk yang siap sedia untuk mikroba dan tidak banyak yang tahu bahwa berbagai bentuk kimia yang ada dan ketersediaannya juga dipengaruhi oleh ukuran partikel, pH, atau kadar air bahan awal yang akan dikomposkannya itu sendiri (7).

Pestisida Hayati

Penggunaan bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sebagai pestisida, atau yang lebih dikenal sebagai “pestisida hayati” (biopesticide) saat ini banyak mendapatkan perhatian sebagai salah satu usaha ke arah pengembangan teknologi pertanian alternatif. Penggunaan bahan nabati dapat dimulai dari bahan tumbuh-tumbuhan yang kita kenal dengan baik, misalnya bahan-bahan ramuan tumbuhan obat (tanaman jamu tradisional atau empon-empon), bahan yang diketahui mengandung bahan beracun (gadung, ubi kayu tahun, pocung, jenu, dll,), bahan tumbuhan berkemampuan spesifik (misalkan mengandung rasa gatal, pahit, bau spesifik, tidak disukai hewan/serangga seperti awar-awar, rawe, senthe, dll.), atau berdasarkan pengalaman diketahui mempunyai kemampuan khusus terhadap hama/penyakit (biji srikaya, biji sirsat, biji mindi, daun nimba, dll.). Selanjutnya tingkat penggunaannya juga dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, demikian juga jenis tanaman yang hendak dilindungi. Usaha pengendalian dengan bahan-bahan nabati seperti ini aman terhadap lingkungan, karena bahan-bahan tersebut tidak bersifat asing bagi lingkungan dan cepat terurai menjadi bahan yang tidak berbahaya. Di samping bahan-bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, dapat juga dimanfaatkan urin ternak, abu bakaran kayu dll. Di bawah ini beberapa contoh jenis tanaman yang dimanfaatkan untuk pestisida hayati (9).

a. Jengkol (Phitecolobium lobatum). Jengkol dapat digunakan untuk mengusir tikus dengan cara meletakkan larutan jengkol di tempat-tempat yang biasa dilewati dan mencari mangsa.

b. Mimba (Azedarachta indica). Minyak biji nimba maupun daunnya memiliki kemampuan yang sangat baik dalam membunuh, mengusir dan meracuni serangga ataupun OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) lain seperti nematoda dan jamur.

c. Tembakau (Nicotiana tabacum). Serangga sasaran yang dapat dikendalikan antara lain: ulat, kumbang, penggerek pengorok, kutu daun, dan serangga tanah. Musuh alami tidak terpengaruh dengan bahan ini.