BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak...

25
32 | Page BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 Gambaran umum Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana 3.1.1 Letak Geografis dan Demografis Jemaat Immanuel Kesetnana berada pada wilayah Desa Kesetnana kabupaten Timor Tengah Selatan yang letak geografisnya pada daerah pegunungan. Kondisi iklim sangat dingin dengan suhu rata-rata berkisar antara 15-25 derajat celcius. Sebagian wilayah desa Kesetnana berada pada dataran dan ada sebagian yang berada pada daerah berbukit. Walaupun desa ini berada pada daerah pegunungan dan beriklim dingin, namun desa ini masih dikategorikan sebagai daerah yang kering dan tandus. Hal tersebut dapat terlihat kondisi tanah yang tidak memungkinkan untuk bercocok tanam pada musim kemarau dan musim panas, juga dikarenakan ketersediaan sumber air yang terbatas. Wilayah desa kesetnana dapat dikatakan sebagai daerah pinggiran kota karena sebagian wilayahnya berada di pinggiran jalan raya utama. 1 Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk Desa Kesetnana secara keseluruhan adalah ± 4700 jiwa. Terdiri dari 2420 laki-laki dan 2280 Perempuan. 2 Mayoritas penduduknya berasal dari latar belakang suku Timor sub Mollo, serta sebagian kecilnya merupakan orang-orang pendatang yang juga berasal dari suku Timor sub Amarasi, Amanatun dan Amanuban, serta suku Sabu, Rote, Alor, Flores dan juga Bugis yang sudah lama menetap di sana karena proses kawin mawin dan juga karena kepentingan berdagang atau karena tugas kedinasan. Masyarakat Timor sub 1 Data Statistik Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana Tahun 2015 2 Data Statistik Desa Kesetnana Tahun 2015

Transcript of BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak...

Page 1: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

32 | P a g e

BAB III

Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana

3.1 Gambaran umum Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana

3.1.1 Letak Geografis dan Demografis

Jemaat Immanuel Kesetnana berada pada wilayah Desa Kesetnana kabupaten Timor

Tengah Selatan yang letak geografisnya pada daerah pegunungan. Kondisi iklim sangat dingin

dengan suhu rata-rata berkisar antara 15-25 derajat celcius. Sebagian wilayah desa Kesetnana

berada pada dataran dan ada sebagian yang berada pada daerah berbukit. Walaupun desa ini

berada pada daerah pegunungan dan beriklim dingin, namun desa ini masih dikategorikan

sebagai daerah yang kering dan tandus. Hal tersebut dapat terlihat kondisi tanah yang tidak

memungkinkan untuk bercocok tanam pada musim kemarau dan musim panas, juga dikarenakan

ketersediaan sumber air yang terbatas. Wilayah desa kesetnana dapat dikatakan sebagai daerah

pinggiran kota karena sebagian wilayahnya berada di pinggiran jalan raya utama.1

Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk Desa Kesetnana secara keseluruhan adalah ±

4700 jiwa. Terdiri dari 2420 laki-laki dan 2280 Perempuan.2 Mayoritas penduduknya berasal dari

latar belakang suku Timor sub Mollo, serta sebagian kecilnya merupakan orang-orang pendatang

yang juga berasal dari suku Timor sub Amarasi, Amanatun dan Amanuban, serta suku Sabu,

Rote, Alor, Flores dan juga Bugis yang sudah lama menetap di sana karena proses kawin mawin

dan juga karena kepentingan berdagang atau karena tugas kedinasan. Masyarakat Timor sub

1 Data Statistik Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana Tahun 2015

2 Data Statistik Desa Kesetnana Tahun 2015

Page 2: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

33 | P a g e

Mollo yang mendiami desa Kesetnana ini berasal dari rumpun keluarga kerajaan Bijoba3 yang

merupakan salah satu kerajaan Timor wilayah Mollo. Mereka adalah keluarga bermarga Mella,

Neken, Ufi, Tasekeb, Opat, dan Sanam. Marga-marga ini berperan sebagai tuan tanah di desa

kesetnana dan mereka adalah tokoh adat sekaligus tokoh masyarakat yang dihormati.

Pola pemukiman di desa kesetnana dari dulu hingga sekarang ini pada umumnya baik,

karena rumah-rumah masyarakat berada di pinggir jalan raya desa. Tipe-tipe rumah masyarakat

ini hampir semuanya berbentuk permanen, tetapi ada juga yang semi permanen dan beratap

rumput alang-alang. Jarak antara rumah yang satu dan rumah yang lain tidak terlalu berjauahan.

Di desa ini terdapat rumah adat yang masih dipertahankan hingga saat ini, yaitu ume kbubu.

Secara harafiah, ume kbubu berarti rumah bulat seperti kubah dan merupakan tempat untuk

mengumpulkan, menata dan merapihkan panen jagung sebagai makanan pokok orang Timor.4

Untuk percakapan sehari-hari, masyarakat desa Kesetnana menggunakan bahasa Timor atau

yang disebut bahasa Dawan5. Sedangkan untuk pakaian, sebagian masyarakat, khsususnya

mereka yang tinggal jauh dari pinggiran jalan raya utama masih menggunakan kain dan selimut

sebagai pakaian sehari-hari.

3.1.2 Kepercayaan, Ekonomi dan Mata Pencaharian

Jauh sebelum agama Kristen masuk, jemaat Kesetnana sudah memiliki kepercayaan

kepada sesuatu yang dianggap mempunyai kekuatan ilahi. orang Timor atau yang disebut atoni

meto menyebutnya dengan Uis Neno (Tuhan Langit), yakni Allah yang menciptakan dan

3 Kerajaan Bijoba merupakan salah satu kerajaan Timor yang berpusat di Bijeli kecamatan Polen. Raja yang

memimpin kerajaan Bijoba adalah raja Mella. Nama Bijoba sendiri adalah nama orang yang adalah nenek moyang dari raja Mella.

4 Hasil wawancara dengan Bapak Agustinus Liunokas, pada tanggal 1 September 2017

5 Pada dasarnya kata Dawan adalah nama pemberian orang lain, termasuk nama orang Timor Barat. Nama

Dawan diambil dari sebutan Atoni yang lazim dipakai di antara anggota kelompok etnis ini. Nama itu merupakan penggalan dari sebutan khas untuk timor, yakni Atoin Pah Meto, yang berarti penduduk tanah kering atau penduduk pulau.

Page 3: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

34 | P a g e

memelihara kehidupan. Selain Uis Neno, masyarakat juga mengadakan penyembahan kepada

binatang-binatang tertentu seperti ular sebagai Uis Pah (Tuhan Bumi) dan buaya sebagai Uis Oel

(Tuhan air), dan juga penyembahan pohon-pohon dan batu-batu besar yang dianggap sebagai

tempat bersemayam kekuatan atau kuasa ilahi.

Namun, setelah agama Kristen masuk penyembahan kepada binatang-binatang dan

pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada

satu Allah yaitu Uis Neno. Mereka berusaha agar berada dekat dengan penciptanya itu agar

selalu mendapatkan berkat, kesejahteraan dan keselamatan.

Mayoritas masyarakat desa Kesetnana beragama Kristen Protestan, bahkan hampir 90%

masyarakat desa Kesetnana beragama Kristen Protestan, sedangkan 10% beragama Kristen

Katolik. Karena itu satu-satunya tempat ibadah yang ada di desa Kesetnana ini ialah Gereja

GMIT Immanuel Kesetnana. Oleh sebab itu, ketika seseorang mengatakan bahwa dia adalah

masyarakat desa Kesetnana, orang lain pasti akan langsung mengetahui bahwa dia juga adalah

anggota jemaat Immanuel Kesetnana.

Berbicara tentang keadaan ekonomi masyarakat, maka hal tersebut sangat bergantung

pada mata pencaharian masyarakat setempat, sebab mata pencaharian adalah usaha-usaha untuk

memperoleh kebutuhan hidup dengan mempergunakan cara-cara baik tradisional maupun

modern. Karena jemaat Immanuel Kesetnana berada pada wilayah pegunungan, maka hampir

sebagian besar anggota jemaatnya bekerja sebagai petani, hasil pertanian adalah jagung, pisang,

tanaman umbi-umbian dan sayuran. Dari hasil pertanian tersebut, masyarakat lebih

menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan makan minum sehari-hari daripada menjualnya,

dikarenakan jumlah hasil bertani yang sedikit, selain lahan yang sempit, juga karena keadaan

tanah yang kering. Selain bertani, anggota jemaat juga memelihara hewan ternak seperti sapi,

Page 4: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

35 | P a g e

babi, kambing dan ayam. Hasil-hasil beternak tersebut ada sebagian yang dijual di pasar dan

sebagian digunakan untuk keperluan pribadi, dalam hal ini sebagai persiapan jika suatu saat ada

acara pesta maupun kedukaan, karena bagi orang Timor, hewan ternak adalah persiapan utama

yang harus dimiliki oleh seseorang ketika ia hendak mengadakan suatu acara pernikahan maupun

ketika mengalami kedukaan. Sebagian kecil anggota jemaat juga ada yang bekerja sebagai PNS,

tukang kayu dan bangunan, ojek serta berdagang buah-buahan. Mereka yang bekerja sebagai

tukang kayu dan bangunan, tidak memiliki usaha meubel ataupun usaha properti sendiri tetapi

mereka ikut bekerja pada orang lain, ketika ada proyek mereka diikutkan sebagai tukang

bangunan yang gajinya diberikan setelah pembangunan selesai dikerjakan. Bagi mereka yang

bekerja sebagai tukang ojek, keuntungan yang diperoleh dalam sehari hanya berkisar antara Rp.

20.000-30.000.6 Sementara untuk berdagang buah-buahan seperti alpukat, apel, jeruk dan pisang,

anggota-anggota jemaat tersebut menggunakan sistem operan atau jual beli. Mereka membelinya

dari para supplier dan menjualnya kembali dengan keuntungan yang kecil. Sebagai contoh,

mereka membeli buah jeruk dari supplier dengan harga per karungnya Rp. 300.000, di mana

berat satu karung berkisar antara 40-50 kg. Mereka menjual kembali buah jeruk tersebut dengan

harga Rp. 10.000/kg, berarti keuntungan yang di peroleh hanya sebesar Rp. 100.000-200.000 dan

dikarenakan banyaknya para pedagang buah, 1 karung buah jeruk biasanya habis terjual dalam

waktu 2-3 hari.7

Para anggota jemaat memiliki mata pencaharian seperti yang disebutkan di atas juga

karena dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang bisa dikatakan masih rendah. Kebanyakan

mereka hanya berijasah SMP dan SMA, bahkan ada yang hanya berijasah SD. Walaupun

sekarang ini ada sebagian anak-anak yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, namun

6 Hasil wawancara dengan Yustus Misa, pada tanggal 28 Agustus 2017

7 Hasil Wawancara dengan ibu Elisabeth Misa, pada tanggal 28 Agustus 2017

Page 5: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

36 | P a g e

mereka lebih memilih untuk merantau dan bekerja di kota Kupang atau kota-kota besar lainnya

daripada kembali ke daerah. Rendahnya tingkat pendidikan berdampak pada rendahnya kualitas

sumber daya manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Banyak diantara

anggota jemaat yang memilih untuk merantau ke kota-kota besar dan bekerja sebagai pelayan

toko maupun pembantu rumah tangga bahkan ada yang merantau keluar negeri sebagai TKI.

Jika kita melihat dari jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan rata-rata penghasilan yang

diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa keadaan ekonomi jemaat GMIT Imannuel Kesetnana

berada pada masyarakat ekonomi kelas bawah.

3.1.3 Hubungan Sosial

Hubungan sosial merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok

untuk saling berinteraksi. Dengan demikian, hubungan sosial membentuk hubungan timbal balik

antar individu, antar kelompok, serta antara individu dan kelompok. Hubungan sosial dapat

terbentuk karena keinginan individu dan kelompok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Hubungan sosial dapat dikategorikan sebagai salah satu realitas sosial atau fenomena sosial.

Jemaat Imannuel Kesetnana mayoritas adalah masyarakat Timor dari sub Mollo, dimana

keluarga yang menjadi tuan tanah di desa Kesetnana adalah keluarga Mella, Sanam, Neken, Ufi,

Opat, dan Tasekeb. Keluarga-keluarga ini memiliki ikatan darah karena berasal dari satu rumpun

keluarga kerajaan Bijoba.8 Karena itu segala harta benda, baik itu benda mati dan benda hidup

yang ada dalam wilayah Kesetnana adalah milik bersama keenam marga ini, segala urusan dan

pengambilan keputusan akan melibatkan keluarga-keluarga tersebut. Namun, seiring

perkembangan dan pertumbuhan kependudukan, desa Kesetnana sekarang ini juga didiami

8 Hasil Wawancara dengan Bapak. Albertus Fay, pada tanggal 20 Agustus 2017

Page 6: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

37 | P a g e

beberapa suku yang ada di dalamnya seperti Alor, Rote, sabu, Flores dan Sumba. Keenam marga

di atas tadi masih tetap memiliki peranan penting dalam desa Kesetnana. Sebagai tokoh adat dan

tokoh masyarakat. Walaupun mayoritas warganya adalah suku Timor, namun mereka terbuka

dan tidak memaksakan warga suku lain untuk mengikuti semua tradisi dan adat kebiasaan suku

Timor. Salah satu contohnya dalam pesta pernikahan, setiap suku tetap melaksanakan pesta adat

sesuai tradisi dan budayanya masing-masing, bahkan masyarakat Timor turut diundang dan

berpartisipasi dalam rangkaian adat tersebut, begitupun sebaliknya, para anggota jemaat dari

suku lain akan diundang dan turut berpartisipasi dalam rangkaian acara adat orang Timor.

Secara umum hubungan sosial dalam struktur sosial masyarakat desa Kesetnana dapat

digolongkan sebagai berikut:

a. Golongan Usif (yang dipertuan/Raja), yaitu tokoh adat yang memiliki kuasa untuk

memerintah, golongan bangsawan yang dipandang sebagai orang yang berpengetahuan,

ekonominya maju, dan harus dihargai oleh masyarakat.

b. Golongan Amaf (para tua-tua), mereka dijuluki sebagai Apaot ma Apanat (penunggu dan

penjaga).

c. Golongan Mafefa (juru bicara adat), yaitu seseorang yang memiliki kemampuan untuk

menuturkan sebuah asal usul atau Uab Meto. Istilah uab meto di sini berarti kemampuan

seseorang manusia untuk berbicara hingga sampai pada sebuah keputusan yang benar-

benar memuaskan.9 Peran dari tokoh ini hampir sama dengan peranan dari tokoh amaf,

tetapi ia lebih pada menuturkan bahasa-bahasa adat.

d. Golongan Meo (Panglima), merupakan kaum kerabat dan tokoh yang pernah berjuang

mempertahankan marga dan kampung dari serangan musuh.

9 Gregor Neonbasu, Kebudayaan Sebuah Agenda: dalam bingkai pulau Timor dan sekitarnya (Jakarta:

Gramedia, 2010), 25.

Page 7: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

38 | P a g e

e. Golongan Tob (Rakyat biasa), yaitu masyarakat biasa atau rakyat jelata.

Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari, semua masyarakat saling bekerja sama dan

menghargai. Masyarakat hidup berdampingan, hanya dalam acara-acara adat saja pembagian

golongan-golongan ini nampak. Namun, bukan untuk pamer kedudukan atau status sosial

melainkan sebagai bentuk penghargaan kepada nenek moyang.

Dalam kehidupan bersama, masyarakat Timor di Jemaat Imannuel Kesetnana masih sangat

menjunjung nilai gotong royong. Kita tentu tidak asing dengan istilah gotong royong, di mana

istilah ini diamini oleh para pendiri bangsa kita sebagai salah satu semboyan bangsa Indonesia.

Gotong royong sendiri dapat diartikan sebagai keadaan saling bekerja sama untuk mencapai

suatu tujuan dalam kehidupan sosial suatu masyarakat tertentu. Masyarakat Timor pada

umumnya melekat dengan sistem bahu membahu dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini bisa

dilihat dari aspek kehidupan masyarakat yang selalu mengidentikkan segala hal dengan saling

membantu sesama anggota keluarga. Dalam bahasa Timor dikenal dengan Istilah “tok tabuah,

tamolok tabuah” yang berarti "duduk dan bicara bersama kita saling membuka diri dan saling

membantu". Dalam filosofi orang Timor, istilah ini memberi makna bahwa segala sesuatu bisa

dicapai ketika masyarakat berkumpul bersama dan saling bahu membahu untuk mencapai tujuan

tertentu. Segala sesuatu yang dikerjakan misalnya pembangunan rumah, pembuatan kebun dan

acara-acara event sosial lainnya, masyarakat akan bahu membahu saling mendukung untuk

terlaksana dan suksesnya kegiatan dimaksud. Ada sikap saling menghargai dan menghormati

dalam kehidupan bersama.10

Sikap saling menghormati dan menghargai ini juga tercermin dalam budaya orang timor

yang disebut budaya oko mama atau budaya tempat sirih pinang sebagai sarana komunikasi

10

Hasil Wawancara dengan Bapak Ayub Tunliu, pada tanggal 28 Agustus 2017

Page 8: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

39 | P a g e

untuk memulai suatu pembicaraan, seperti: pada saat tamu berkunjung ke rumah, pada saat

memulai pembicaraan adat dan ritual adat, maupun aktivitas lainnya. Oko mama juga

dipergunakan dalam menyelesaikan berbagai masalah sosial kemasyarakatan yang terjadi, antara

lain dalam menyelesaikan masalah tanah, masalah-masalah perkawinan dan ritual adat

perkawinan, konflik antar warga masyarakat maupun konflik antar desa, dan masalah sosial

lainnya. Masalah-masalah sosial yang dikemukakan di atas diselesaikan menggunakan

pendekatan budaya yang selalu disimbolkan dalam wujud Oko mama. Hampir setiap rumah di

Timor memiliki oko mama yang tentunya berisi sirih pinang. Bagi orang Timor sirih pinang juga

melambangkan sikap penerimaan dan simbol dimulainya sebuah relasi. Ketika seseorang

diberikan sirih pinang, menunjukan bahwa orang tersebut diterima untuk menjalin sebuah relasi

baik itu pertemanan maupun persaudaraan.11

Sikap gotong royong orang Timor sangat tercermin ketika ada acara-acara pesta maupun

kedukaan. Seperti yang sudah disebutkan di atas, ketika ada pesta ataupun kedukaan, masyarakat

akan bahu membahu, bekerja sama dan saling menolong dalam segala proses acara tersebut,

dimulai dari tahap pertemuan atau kumpul keluarga hingga waktu terlaksananya acara dimaksud.

Salah satu kebiasaan yang sekarang ini sudah menjadi budaya dalam kehidupan orang timor

adalah budaya pesta pora.12

Hampir dalam setiap acara hajatan baik itu acara seperti pernikahan,

ulang tahun, syukuran baptisan, sidi baru, syukuran wisuda bahkan syukuran kematian pun selalu

ada pesta pora. Yang dimaksud dengan pesta pora disini karena acara-acara tersebut memakan

biaya yang sangat besar, bahkan pelaksanaannya pun memakan waktu berhari-berhari.

Contohnya ketika ada pesta pernikahan, ada beberapa tahapan acara yang dilaksanakan yang

membutuhkan biaya sangat besar. Tahapan pertama adalah acara kumpul keluarga yang

11

Hasil wawancara dengan Bapak Nikolas Fallo, pada tanggal 1 September 2017 12

Hasil Pengamatan langsung penulis Selama 3 tahun magang di Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana

Page 9: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

40 | P a g e

biasanya dilakukan beberapa bulan sebelum tiba hari besar tersebut. Dalam acara kumpul

keluarga, sang pemilik pesta akan menyediakan makanan dan minuman yang bisa dikatakan

mewah untuk menjamu para tamu yang hadir. Tidak hanya itu saja, pemilik pesta juga harus

mengeluarkan biaya untuk penyewaan tenda dan kursi. Tahapan kedua adalah acara peminangan

yang bagi orang Timor disebut nikah adat. Acara peminangan biasanya dilakukan sehari sebelum

pernikahan dilaksanakan, bahkan ada yang melakukannya sebulan sebelum hari pernikahan.

Kemeriahan acara peminangan ini tidak berbeda jauh dengan kemeriahan pesta pernikahan, yang

membedakannya hanya pada jumlah tamu yang hadir, di mana mereka yang biasanya menghadiri

acara peminangan hanyalah keluarga dan kerabat dekat. Tahapan ketiga adalah acara pernikahan

atau acara inti. Tahapan ini adalah yang paling memakan biaya karena selain banyaknya tamu

undangan yang hadir, bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan maupun daerah pinggiran

kota, sekarang ini pesta pernikahan dilakukan di dua tempat berbeda, yaitu di hotel atau gedung

penyewaan pesta dan di rumah pengantin perempuan. Untuk pernikahan orang Timor,

pelaksanaan acara baik itu peminangan maupun pernikahan harus dilakukan di rumah pengantin

perempuan. Tahapan keempat adalah ritus Kaus Nono13

yang dilanjutkan dengan acara Tutat

Bifel14

. Di mana pengantin perempuan diantar oleh keluarga besarnya dan dibawa masuk ke

dalam rumah keluarga suaminya. Acara ini juga tergolong acara yang mewah karena keluarga

laki-laki akan menyambut sang pengantin perempuan dengan tari-tarian dan pesta yang sama

mewahnya dengan pesta pernikahan di rumah pengantin perempuan.

13

Di dalam perkawinan orang Timor, ritus Kaus Nono merupakan suatu hal yang wajib untuk dilakukan. Kaus Nono sendiri dipahami secara umum oleh orang Timor sebagai suatu ritus penurun marga. Orang Timor yang menganut budaya patriakhal mengharuskan perempuan untuk menggunakan nama marga suami. Oleh karena itu, Kaus Nono di dalam perkawinan Timor ditetapkan menjadi suatu keharusan agar perempuan dapat menggunakan nama marga suami sebagai identitas diri baik secara hukum adat maupun pemerintah.

14 Tutat Bifel adalah tradisi orang Timor untuk mengantar pengantin perempuan ke rumah sang suami.

Setelah dilakukan ritus Kaus Nono, pengantin perempuan diantaroleh keluarga besarnyauntuk masuk ke dalam rumah keluarga suami. Keluarga suami menyambut sang pengantin perempuan dengan tari-tarian, menggendongnya dan dibawa masuk ke dalam rumah untuk bertemu dengan orangtua sang suami.

Page 10: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

41 | P a g e

Pesta pora juga dilakukan ketika ada syukuran-syukuran lainnya seperti syukuran ulang

tahun, syukuran wisuda, syukuran babtisan, syukuran sidi baru bahkan syukuran kematian.

Sekarang ini, acara syukuran seperti yang disebutkan di atas dilaksankan dengan mewah dan

meriah. Mewah dan meriah karena selain banyaknya tamu undangan yang hadir, jamuan makan

minum yang mewah, juga karena dilakukan seharian penuh dari pagi sampai kembali pagi. Sisi

positif dari pelaksanaan pesta pora ini adalah semua keluarga dapat berkumpul baik yang jauh

maupun yang dekat, bersatu dan bekerja sama untuk terlaksananya acara-acara dimaksud. Di sini

juga terlihat sikap gotong royong dari para tetangga sekitar, di mana mereka ikut terlibat dalam

semua proses dan rangkaian acara. Para kaum lelaki, membersihkan area rumah yang akan

dijadikan tempat pesta, membantu membangun tenda dan membantu dalam memotong hewan.

Sedangkan kaum perempuan membantu dalam urusan dapur seperti membersihkan bumbu-

bumbu dapur dan ikut memasak jamuan makan pesta.

3.1.4 Latar Belakang Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana15

Keberadaan jemaat Imanuel Kesetnana diawali pada tahun 1964 ketika desa kesetnana

ditetapkan sebagai ibukota kecamatan Mollo Selatan. Jemaat Imanuel Kesetnana dibuka sebagai

pos pelayanan dari jemaat induk Biloto, di Bikium. Pos pelayanan ini dibuka mengingat

keberadaan desa Kesetnana yang telah dimekarkan, sehingga pegawai-pegawai kecamatan yang

ada dapat masuk sebagai anggota jemaat setempat. Sebagai pos pelayanan, jemaat Imanuel

Kesetnana mula-mula menempati sebuah rumah milik keluarga bapak Leonard Mella karena

jumlah jemaat yang waktu itu hanya berjumlah 25 KK. Ada 3 penatua yang bertanggung jawab

dalam pos pelayanan ini, yaitu bapak Leonard Mella (alm), bapak Thomas Tamelab (alm), dan

15

Berdasarkan data Tulisan Sejarah berdirinya Gereja GMIT Immanuel Kesetnana

Page 11: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

42 | P a g e

bapak Yusuf Leo. Di mana ketua majelis adalah ketua majelis jemaat induk Biloto, Pdt. M.O.

Leimany.

Pada tahun 1965, tempat kebaktian jemaat Imanuel Kesetnana berpindah ke ruang SDN

Kesetnana. Tahun 1967 berpindah lagi ke tempat dan bangunan sederhana yang merupakan hasil

swadaya jemaat yang pada waktu itu jumlahnya bertambah banyak. Pada tahun 1984 berdirilah

bangunan permanen yang dibuat secara bertahap. Pertambahan pun terus bergulir dalam tubuh

jemaat Imanuel Kesetnana, mulai dari pertambahan jumlah anggota jemaat maupun anggota

majelis jemaat.

Mengingat perkembangan yang terjadi, maka pada tahun 1983 pos pelayanan jemaat

Imanuel Kesetnana diputuskan untuk menjadi jemaat induk dengan satu mata jemaat rehobot di

Fatuenon. Pdt. M.O. Leymani sendiri menjadi Pendeta wilayah di jemaat Imanuel Kesetnana dari

tahun 1964-1998. Sejak tahun 1998 sampai tahun 2016, Pdt. J.M.A. Telnoni-Kuhurima, SmTh

menjadi ketua majelis jemaat Imanuel Kesetnana. Perkembangan jemaat semakin pesat, maka

pada tanggal 17 april 2005, dibuatlah pos pelayanan di Bisuaf untuk menjangkau jemaat-jemaat

yang rumahnya jauh dari gedung kebaktian utama. Pada tanggal 20 oktober 2010, Pdt. Elmodan

H. Naimasus dipindahkan dari jemaat Fatukoko 1 ke jemaat Imanuel Kesetnana sesuai dengan

SK.MS.GMIT.No.529/SK/MS-GMIT/G/2011.

Pada Tahun 2015, dalam sidang pemilihan ketua klasis Mollo Barat, Pdt. Elmodan H.

Naimasus terpilih sebagai ketua klasis dan sesuai peraturan bahwa ketua klasis tidak boleh

memimpin suatu jemaat tertentu, maka Pdt. Elmodan tidak lagi menjabat sebagai Pdt Jemaat.

Pada tahun 2016 sesuai dengan SK Sinode GMIT, Pdt. J.M.A. Telnoni-Kuhurima dipindah

tugaskan ke Jemaat GMIT Efata Soe, sedangkan Jemaat Imanuel Kesetnana diisi oleh 3 orang

Pdt baru, yaitu Pdt. Benjamin Naralulu, M.Th sekaligus sebagai ketua majelis jemaat, Pdt.

Page 12: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

43 | P a g e

Welmince Toto, S.Th dan Pdt. Nepe Baitanu-Djara, Sm.Th. Adapun jumlah rayon di Jemaat

Imanuel Kesetnana saat ini berjumlah 36 rayon dengan setiap rayon diisi oleh kurang lebih 25

KK.

Rincian Jumlah Jemaat

Jumlah

Rayon

Jumlah

KK

Anggota Jemaat

Status Jemaat

L P Babtis Sidi Nikah

36 900 2221 2233 3958 3560 785

Jumlah 4454

Sumber: data statistik jemaat imannuel Kesetnana tahun 2015

Jumlah anggota jemaat Imanuel Kesetnana saat ini ± 4454 jiwa, terdiri dari 2221 orang

laki-laki dan 2233 orang perempuan. Jemaat ini dilayani oleh 3 0rang Pendeta, 192 orang Majelis

yang terdiri dari 100 orang penatua dan 92 orang diaken serta 20 pengajar. Walaupun

berdasarkan data, jemaat laki-laki hampir sebanding dengan jemaat perempuan, namun dalam

ibadah-ibadah baik itu kebaktian utama minggu maupun ibadah-ibadah kategorial, lebih banyak

dihadiri oleh kaum perempuan. Alasan yang sering dikatakan oleh kaum lelaki ketika ditanya

tentang kehadiran dalam ibadah-ibadah, mereka mengatakan bahwa pada jam-jam ibadah

tersebut yang adalah pada sore hari antara jam 4-5 sore mereka masih bekerja, para PNS bekerja

hingga jam 5 sore sedangkan para petani masih berada di kebun.16

16

Hasil pengamatan langsung penulis selama 3 tahun magang di Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana

Page 13: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

44 | P a g e

Berdasarkan rincian jumlah jemaat di atas, kita bisa melihat bahwa ada perbedaan antara

jumlah Kepala Keluarga (KK) dan pasangan nikah. Ini berarti bahwa ada 115 pasangan nikah

yang tidak berstatus sebagai kepala keluarga. Sebanyak 115 pasangan nikah ini hidup bersama

dalam satu atap bersama orangtua mereka karena itu mereka tidak dihitung sebagai kepala

keluarga. Ada dua alasan mengapa pasangan nikah ini tinggal seatap bersama orangtua mereka,

yang pertama karena permintaan dari orangtua itu sendiri agar anak mereka tetap tinggal

bersama mereka, yang kedua karena pasangan nikah tersebut belum bahkan tidak memiliki

rumah sendiri.

Jemaat Immanuel Kesetnana tidak terlepas dari masalah dan tantangan hidup bergereja.

Salah satunya adalah masalah kemiskinan yang menjadi tantangan bagi jemaat Imanuel

Kesetnana. Karena masalah ekonomi banyak warga kesetnana yang merantau ke luar negeri

sebagai TKI. Karena masalah ekonomi banyak remaja putus sekolah dan harus bekerja banting

tulang membantu orangtua untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena masalah ekonomi pula

banyak terjadi kekerasan dalam rumah tangga dan human traficking.

3.2 Latar Belakang Tradisi Manekat

3.2.1 Arti dan Makna Manekat

Manekat berasal dari istilah bahasa Dawan yang berarti kasih/mengasihi. Bagi orang

Timor, kasih adalah hal yang utama di atas segalanya. Hidup akan terasa indah bila kasih

menjadi dasar utama kehidupan manusia, baik itu dalam berpikir, bertutur kata maupun

berperilaku. Karena itu, orang Timor sangat menjunjung tinggi nilai kasih.17

Salah satu wujud

dari kasih dinyatakan dalam pelaksanaan kumpul keluarga, di mana dalam acara kumpul

17

Hasil wawancara dengan Bapak. Soleman Kulis Tamelab, pada tanggal 6 September 2017

Page 14: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

45 | P a g e

keluarga tersebut ada tradisi yang dilakukan yaitu pemberian manekat. Tradisi manekat ini lahir

atas kesadaran akan hidup sosial.18

Tujuan dari adanya manekat adalah saling menolong dalam

menanggung beban. Orang Timor menyadari bahwa sebagai makhluk sosial, mereka tidak bisa

hidup tanpa orang lain. Bagi orang Timor, yang dimaksud dengan orang lain memiliki arti sangat

mendalam. Dalam bahasa Dawan, orang lain disebut dengan istilah Aok Bian yang berarti badan

sebelah, jadi orang lain di sini dipahami sebagai bagian dari dirinya sendiri. Selain itu, aok bian

atau orang lain juga dipahami sebagai mereka yang hidup dalam ume mese, lopo mese (satu

tempat tinggal, satu rumah), yang secara asosiatif berarti satu keluarga, satu suku.19

Karena itu,

sedapat mungkin segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama agar pekerjaan yang terasa berat

menjadi ringan dan dapat terselesaikan dengan baik. Adapun Ume atau rumah bagi orang Timor

bukan semata-mata sebagai tempat tinggal, melainkan simbol tata dunia dan tata sosial. Penataan

rumah tidak hanya ditentungan oleh pertimbangan estetis dan fungsional tetapi sekaligus

ketentuan bentuk, letak, arah, jumlah, dan lain-lain, semuanya merupakan simbol yang berkaitan

dengan pandangan hidup orang Timor.20

Ume sebagai entitas sosial merupakan bagian dari kan-

uf (marga). Beberapa kan-uf merupakan satu nonot (komunitas keluarga). setiap orang Timor

menjadi warga dari satu ume yang mengakui dirinya sebagai keturunan dari satu leluhur.

Masyarakat Timor atau Atoni Meto adalah masyarakat yang masih mempunyai sistem

kekerabatan yang tinggi, di mana kebiasaan tolong-menolong sesama sangat mempererat

hubungan kekeluargaan diantara mereka. Salah satu media untuk saling menolong sesama

mereka inilah yang disebut sebagai manekat. Kemunculan tradisi manekat ini juga

dilatarbelakangi oleh adanya hubungan kekeluargaan secara genealogi dan teritorial. Seperti

18

Hasil wawancara dengan Bapak. Albertus Fay, pada tanggal 20 Agustus 2017 19

Eben Nuban Timo, Pemberita Firman Pencinta Budaya: Mendengar dan Melihat Karya Allah dalam Tradisi (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2005), 58.

20 Eben Nuban Timo, Pemberita Firman...., 57.

Page 15: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

46 | P a g e

yang penulis jelaskan pada bagian awal bahwa masyarakat Timor yang mendiami suatu wilayah

berasal dari satu keluarga yang sama atau memiliki hubungan darah, dan karena berasal dari

rumpun keluarga yang satu dan memiliki hubungan darah, maka segala harta benda yang ada

dalam wilayah tersebut baik itu benda hidup maupun mati adalah milik bersama atau yang

dikenal dengan istilah le i hite (kita punya). Oleh sebab itu, segala bentuk pemberian manekat,

akan diberikan dan diterima dengan sukacita tanpa melihat jenis, jumlah dan besar kecilnya

manekat yang diberikan. Contohnya masyarakat Desa Kesetnana awalnya didiami oleh 6 marga

yang berasal dari satu rumpun keluarga kerajaan Bijoba. Ke-enam marga ini memiliki hubungan

darah karena itu segala harta benda yang ada dalam wilayah desa Kesetnana adalah milik

bersama. Berikut penulis gambarkan pola hubungan keluarga desa Kesetnana:

Ume Mese / Desa Kesetnana

aok bian Le i hite

Harta Benda

Mella

Sanam

Tasekep

Opat

Ufi

Neken

Page 16: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

47 | P a g e

Keterangan gambar:

Lingkaran besar hitam adalah ume mese atau desa Kesetnana

Lingkaran kecil warna warni adalah 6 marga sub Mollo yang mendiami ume

mese yang memiliki hubungan darah

Lingkaran Biru di tengah menunjukan harta yang ada dalam ume mese, di mana

harta tersebut adalah le i hite atau milik bersama dari keenam marga tersebut

Dalam hubungannya dengan acara kumpul keluarga, manekat diartikan sebagai

pemberian tanda kasih atau pemberian ungkapan hati. Ketika ada anggota keluarga yang hendak

mengadakan suatu acara, maka anggota keluarga yang lain akan hadir dalam acara kumpul

keluarga untuk turut berpartisipasi mensukseskan kegiatan dimaksud, salah satunya dengan

membawa dan menyerahkan manekat atau pemberian tanda kasih tersebut, begitupun sebaliknya

jika ada anggota keluarga yang berduka. Manekat yang diberikan untuk keluarga yang berduka

seperti Kain, selimut dan perhiasan, memiliki makna sebagai titipan untuk diberikan kepada para

leluhur atau nenek moyang, manekat diberikan sebagai ole-ole untuk ke dunia orang mati.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat, tidak diketahui jelas sejak

kapan tradisi manekat ini dilakukan, namun tradisi ini telah berlangsung sangat lama dan

diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan tradisi manekat ini, hendak menunjukan bahwa

nilai gotong royong sebagai salah satu falsafah hidup berbangsa dan bernegara, telah

diaplikasikan dalam kehidupan orang Timor.

Dari hasil penelitian, penulis menemukan bahwa manekat terdiri dari 3 jenis yaitu:

1. Manekat yang diberikan sebagai pemberian tanda kasih untuk saling membantu dalam

pelaksanaan acara sukacita maupun dukacita, serta event-event sosial lainnya seperti

perayaan 17 agustus maupun hari-hari raya keagamaan.

Page 17: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

48 | P a g e

2. Manekat sebagai penyambutan warga baru. Ketika ada warga baru yang masuk atau

pindah dalam suatu wilayah, maka para tetangga terdekat akan menyambut warga baru

tersebut dengan berbagai makanan, khususnya jagung. Hal ini menandakan bahwa warga

baru tersebut diterima dalam lingkungannya.21

3. Manekat sebagai simbol cinta kasih. Ketika seseorang berkunjung atau bertamu ke rumah

tetangga ataupun saudara, tuan rumah akan menyajikan makanan dan minuman seperti

kopi dan jagung atau ubi. Pada saat tuan rumah mempersilahkan tamunya untuk

mencicipi hidangan yang disediakan, maka si tamu akan berkata “ Haim Sium Manekat “

yang berarti kami menerima cinta kasih. Hal ini berarti bahwa hidangan yang disediakan

oleh tuan rumah dianggap sebagai tanda cinta kasih bagi si tamu.

3.2.2 Bentuk dan Tahapan Pelaksanaan Manekat

Pada zaman dahulu, ketika ada salah satu anggota keluarga hendak mengadakan suatu

acara pernikahan maupun sedang mengalami kedukaan, maka anggota keluarga yang mendengar

tentang rencana tersebut baik yang tinggal berdekatan maupun yang jauh akan datang beberapa

hari sebelum acara tersebut diadakan, dengan tujuan untuk bahu membahu, bekerja sama dan

bertolong-tolongan demi terlaksananya acara dimaksud. Para anggota keluarga yang datang

biasanya tidak dengan tangan kosong, tetapi dengan membawa sesuatu yang dirasa sangat

diperlukan pada acara tersebut. Barang bawaan yang dibawa berupa binatang ternak “ayam, babi,

sapi”, sayur-sayuran dan buah-buahan serta kain tenunan yang disebut tais dan sofi.22

Pada saat

anggota keluarga datang dan memberikan barang bawaan, mereka akan berkata “ hai aima mes

hai mek manekat ka mahuma, mes npoi nako hai nekam “ yang artinya “kami sudah datang, kami

membawa sedikit pemberian yang bisa digunakan, pemberian kami sedikit tapi ini dari hati kami

21

Hasil wawancara dengan Bapak. Agustinus Liunokas, pada tanggal 1 September 2017 22

Hasil wawancara dengan Bapak. Ayub Tunliu, pada tanggal 28 Agustus 2017

Page 18: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

49 | P a g e

“ atau “ maun se tuk-tuka, puah he pis-pise, mes npoi hai nekam “ yang berarti “ini sepotong siri,

dan ini sepotong pinang, tapi ini dari hati kami”. Yang secara harafiah bermakna bahwa

pemberian yang diberikan dalam tempat sirih pinang ini sangat sedikit tapi diberikan dengan

tulus hati. Namun, pola ini telah mengalami perubahan.

Di zaman sekarang ini, ketika seseorang hendak mengadakan sebuah acara/perhelatan,

maka orang tersebut akan mengirim seorang utusan untuk memberitahukan kepada para sanak

saudara bahwa akan diadakan acara dalam keluarga tersebut dan keluarga diundang untuk hadir

dalam acara kumpul keluarga. Sang utusan akan mengunjungi semua anggota keluarga tersebut

dengan membawa oko mama atau tempat sirih pinang. Bagi orang Timor oko mama merupakan

penghormatan tertinggi. Jika dibandingkan dengan undangan tertulis, undangan dengan memakai

oko mama jauh lebih berharga, terhormat dan bernilai tinggi.23

Di dalam oko mama berisikan

sirih pinang. Sang utusan akan memberitahukan maksud dan tujuan oko mama tersebut diberikan

dan si tuan rumah akan menerima serta mengambil isi dalam oko mama tersebut dan berkata

bahwa “ya kami akan datang pada acara tersebut”.

Manekat diberikan secara sukarela tanpa ada paksaan dan tanpa ada penentuan besar

kecilnya jenis manekat yang dibawa. Si pemberi manekat menyediakan, membawa dan

menyerahkan pemberiannya sebagai bentuk dukungan kepada keluarga yang akan bersukacita

maupun yang sedang berduka. Kesediaan untuk membawa manekat didasari atas rasa memiliki

dan mengasihi. Si pemberi manekat merasa bahwa dia adalah bagian dari keluarga yang akan

mengadakan pesta maupun yang sedang berduka, karena itu pemberiannya pun tulus dan tanpa

mengharapkan imbalan.24

23

Hasil wawancara dengan Bapak. Nikolas Fallo, pada tanggal 1 September 2017 24

Hasil wawancara dengan Bapak. Eliazher Selan, pada tanggal 1 September 2017

Page 19: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

50 | P a g e

3.3 Pelaksanaan Tradisi Manekat di Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana

3.3.1 Perubahan Bentuk dan jenis Manekat

Jika dahulu bentuk dan jenis dari manekat adalah pemberian berupa hewan ternak, sayur-

sayuran maupun kain tenunan. Namun sekarang ini, pemberian manekat sebagian besar dalam

bentuk uang tunai. Sebagian kecil masyarakat berpendapat bahwa manekat dalam bentuk uang

lebih efektif daripada pemberian lainnya. Mengapa demikian? Karena segala keperluan dan

kebutuhan sebuah acara, hanya diketahui oleh sang pemilik acara tersebut, karena itu manekat

dalam bentuk uang akan memudahkan sang pemilik acara untuk menyediakan segala kebutuhan

yang diperlukan.25

Jika semua anggota keluarga datang dengan membawa hewan dan kain

tenunan, maka kebutuhan lain yang hanya dapat tersedia jika dibeli dengan uang seperti

perlengkapan dan aksesoris pesta tidak dapat terpenuhi. Begitu juga ketika ada peristiwa

dukacita, dalam hal ini kematian, selain membawa kain, selimut dan berbagai perhiasan,

keluarga yang datang juga membawa amplop berisikan uang. Pemberian dalam bentuk uang

dianggap sebagai yang paling efektif, karena keluarga yang berduka dapat mempergunakan uang

tersebut untuk melengkapi segala keperluan baik itu pemakaman maupun syukuran kematian

yang belum tersedia. Selain perubahan dalam jenis manekat yang dahulu hanya berbentuk barang

dan makanan, perubahan yang juga sangat jelas terlihat adalah sistem catat buku. Jika dahulu

keluarga yang datang berkumpul membawa dan memberikan dengan sukarela, lalu diterima oleh

keluarga yang akan mengadakan pesta dengan sukacita, maka sekarang hampir setiap manekat

yang diberikan akan dicatat dalam sebuah buku.

25

Hasil wawancara dengan Ibu. Nelchy Tunliu, pada tanggal 1 September 2017

Page 20: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

51 | P a g e

3.3.2 Perubahan dalam Pelaksanaan Manekat

Perubahan juga terjadi dalam pelaksanaan manekat. Zaman dahulu jika ada salah satu

keluarga yang hendak mengadakan sebuah acara, maka anggota keluarga lain yang mengetahui

dan mendengar kabar acara tersebut akan datang dengan sendirinya. Mereka datang dengan

membawa manekat sebagai bentuk dukungan serta mereka merasa bahwa mereka juga menjadi

bagian dari acara tersebut. Namun sekarang ini, para anggota keluarga akan menunggu

datangnya seseorang yang membawa oko mama dan menyampaikan undangan bahwa akan

diadakan acara kumpul keluarga, barulah mereka akan menghadiri acara kumpul keluarga

tersebut. Walaupun mereka telah mendengar bahwa salah satu keluarga mereka akan

mengadakan sebuah acara, mereka tetap akan menunggu datangnya sang pembawa undangan

tersebut. Jika tidak ada yang menyampaikan undangan, mereka tidak akan menghadiri acara

tersebut. 26

Waktu pelaksanaan acara kumpul keluarga telah ditentukan, karena itu anggota keluarga

yang telah mendapat undangan akan hadir pada waktu tersebut. Keluarga yang mengadakan

acara akan membuka tenda untuk menunggu para anggota keluarga baik yang dekat maupun

yang jauh datang berkumpul. Ketika semua anggota keluarga dalam hal ini tamu undangan telah

hadir, maka acarapun dimulai. Si tuan pesta akan menyampaikan maksud dan tujuan acara

tersebut diadakan serta akan berterima kasih atas kehadiran para anggota keluarga. Setelah itu

para tamu undangan dipersilahkan untuk menikmati makanan dan minuman yang telah

disediakan. Setelah acara makan usai, buku catatan manekat diedarkan diantara para tamu

undangan. Buku itu berisikan nama pemberi manekat serta jumlah manekat “uang” yang dibawa.

Jika anggota keluarga tersebut pernah diberikan manekat oleh si pemilik acara dengan jumlah

26

Hasil wawancara dengan Bapak. Nikolas Fallo, pada tanggal 1 September 2017

Page 21: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

52 | P a g e

Rp.1.000.000, maka anggota keluarga tersebut pun harus memberikan manekat sejumlah lima

Rp.1.000.000 atau lebih dan tidak boleh kurang dari lima ratus ribu rupiah. 27

Dalam penelitian ini, penulis menemukan sebuah hal yang dilakukan oleh warga jemaat

Imanuel Kesetnana yang menurut penulis tidak sesuai bahkan bertentangan dengan makna serta

maksud dan tujuan manekat. Pada beberapa rayon ada kesepakatan bersama tentang jumlah

manekat yang harus diberikan ketika ada salah satu anggota jemaat dalam rayon tersebut yang

akan mengadakan pesta pernikahan maupun yang sedang berdukacita. Pada rayon 4, ada

kesepakatan bahwa jika ada anggota rayon yang mengalami kedukaan, maka diwajibkan

memberikan manekat sebesar Rp. 500.000, di mana uang itu diperoleh/dikumpulkan dari

sumbangan setiap KK dalam rayon tersebut. Namun, tidak ada penentuan berapa jumlah yang

harus diberikan oleh setiap kepala keluarga. Jika manekat yang terkumpul lebih dari Rp.

500.000, maka kelebihannya akan dimasukkan dalam kas rayon, sedangkan jika manekat yang

terkumpul kurang dari Rp.500.000, maka kekurangan tersebut akan diambil dari kas rayon yang

telah tersedia. Untuk acara pernikahan, tidak ada kesepakatan jumlah manekat yang harus

diberikan. Hal ini berarti bahwa manekat wajib diberikan dalam bentuk uang tunai tapi secara

sukarela dan hanya berlaku untuk mereka yang mengalami kedukaan, dalam arti mengalami

kesusahan. Berbeda dengan jemaat rayon 4, pada jemaat rayon 26, 27 dan 28 ada kesepakatan

yang dibuat antara warga jemaat, majelis rayon bersama dengan para tokoh masyarakat bahwa

jika ada anggota rayon yang akan mengadakan pesta pernikahan dan yang sedang mengalami

kedukaan, maka setiap kepala keluarga wajib dan harus memberikan manekat sebesar Rp.50.000.

Hal berbeda terjadi dalam rayon 8, manekat yang harus diberikan oleh setiap kepala keluarga

ketika ada anggota jemaat yang akan mengadakan pesta pernikahan sebesar Rp.50.000,

27

Hasil wawancara dengan Bapak. Ayub Tunliu, pada tanggal 28 Agustus 2017

Page 22: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

53 | P a g e

sedangkan bagi jemaat yang mengalami kedukaan akan diberikan manekat sebesar Rp.25.000

per kepala keluarga. Manekat yang ditentukan dalam rayon ini adalah manekat sebagai bagian

dari anggota rayon, tidak termasuk manekat secara pribadi. Artinya bahwa ketika ada anggota

rayon yang mengadakan pesta atau sedang berduka, memiliki keluarga atau kerabat dekat dalam

rayon itu juga, maka anggota rayon yang memiliki hubungan keluarga akan memberikan

manekatnya dua kali. Yang pertama adalah manekat bersama anggota rayon sesuai kesepakatan,

dan yang kedua adalah manekat pribadi sebagai bagian dari keluarga inti.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis juga menemukan fakta bahwa ada sebagian kecil

masyarakat yang menganggap bahwa perubahan yang terjadi dalam manekat sebagai hal yang

wajar dan biasa saja, bahkan mengangap bahwa perubahan tersebut memang harus dilakukan.

Alasan yang diberikan bahwa dengan adanya catat buku akan menjadi pengingat bahwa si A

pernah memberikan manekat sejumlah demikian kepada si B. Selain itu, dengan sistem catat

buku akan berdampak pada jumlah manekat yang diberikan. Ketika penulis mengikuti acara

kumpul keluarga di salah satu rumah jemaat, setelah para tamu undangan selesai menikmati

makan siang, tuan rumah mulai mengedarkan buku kepada para tamu undangan. Orang pertama

yang menerima buku tersebut menulis nama beserta jumlah manekatnya yaitu sebesar Rp.

100.000, kemudian diikuti oleh orang berikutnya sampai dengan orang terakhir yang duduk di

bagian belakang. Hampir sebagian besar keluarga dan tamu undangan yang hadir menulis jumlah

manekat yang diberikan sebesar Rp. 100.000 juga, ada yang melebihi tapi tidak ada yang

menulis di bawah standar tersebut. Bahkan beberapa warga menyebutkan bahwa dengan adanya

sistem catat buku, masyarakat akan semakin didorong untuk memberikan manekatnya.

Page 23: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

54 | P a g e

3.4 Tanggapan Masyarakat

Sehubungan dengan penentuan jumlah manekat yang telah ditentukan dan wajib

diberikan oleh setiap kepala keluarga dalam rayon, salah seorang jemaat berkata bahwa jika ada

anggota jemaat yang tidak memberikan manekat pada saat ada anggota rayon yang mengadakan

pesta pernikahan atau yang sedang berdukacita, maka ketika yang bersangkutan mengadakan

pesta pernikahan atau mengalami kedukaan, maka anggota rayon lain pun tidak akan

memberikan manekatnya, dan tindakan ini justru didukung oleh orang yang paling dihormati

dalam wilayah rayon tersebut dalam hal ini tua adat.28

Penulis melihat kondisi tersebut tentulah

sangat bertolak belakang dengan makna manekat yang memberikan dengan sukarela tanpa

mengharapkan imbalan serta pemberian yang tulus sebagai tanda kasih atau ungkapan hati.

Di lain pihak, sebagian besar masyarakat justru menolak perubahan yang terjadi dalam

pelaksanaan manekat. Masyarakat beranggapan bahwa perubahan yang terjadi khususunya

dengan adanya sistem catat buku sangat tidak sesuai dengan makna manekat yang sebenarnya,

bahkan sistem catat buku dengan penentuan besar kecilnya manekat dapat merusak hubungan

kekeluargaan. Salah seorang tokoh masyarakat menceritakan pengalamannya ketika ia mengikuti

acara kumpul keluarga dan diberikan buku catatan untuk menulis nama dan jumlah manekat

yang diberikan. Beliau mengaku sangat kaget ketika diberikan buku tersebut, dengan spontan ia

marah dan menolak untuk menuliskan manekatnya. Beliau sangat menyesalkan kejadian

tersebut, bahkan beliau mengaku bahwa sebagai orang Timor ia merasa sangat malu dan merasa

harga dirinya diremehkan. Akibat dari penolakan tersebut, timbul perpecahan dalam keluarga.

Anggota keluarga yang lain merasa tersinggung dengan penolakan tersebut sehingga berdampak

28

Hasil wawancara dengan Ibu. Ribka Tamelan, pada tanggal 28 Agustus 2017

Page 24: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

55 | P a g e

pada ketidakhadiran keluarga tersebut dalam acara pernikahan.29

Beliau juga sangat menyesalkan

bahwa justru hal tersebut dilakukan oleh orang Timor sendiri. Hal yang sama juga disampaikan

oleh bapak Soleman Tamelab ketika menceritakan pengalamannya saat mengikuti acara kumpul

keluarga dan ia diberikan buku catatan manekat.

Sebagian jemaat rayon merasa bahwa penentuan jumlah manekat yang harus diberikan

oleh setiap kepala keluarga sangat memberatkan. Salah seorang janda mengatakan bahwa ia

merasa berat jika harus memberikan manekat sebesar lima puluh ribu rupiah. Ia mengatakan

bahwa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, mendapatkan uang lima pulu ribu rupiah

sangatlah susah. Bahkan dalam sebulan dia hanya mendapatkan penghasilan sebesar lima puluh

ribu rupiah dari hasil berjualan sayuran.30

Jemaat lain mengatakan bahwa seharusnya jumlah

manekat yang akan diberikan tidak ditentukan, karena pendapatan setiap orang tentulah berbeda-

beda. Bagi mereka yang bekerja sebagai PNS atau karyawan swasta yang berpenghasilan tinggi,

mungkin jumlah lima puluh ribu sangatlah kecil, tetapi bagaimana dengan mereka yang tidak

mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap, tentulah hal tersebut akan sangat

memberatkan dan hanya membawa beban bagi yang bersangkutan. Apalagi jika dalam seminggu

atau sebulan, ada anggota rayon yang mengadakan pesta pernikahan lebih dari satu orang atau

ada yang mengalami kedukaan dalam waktu yang bersamaan, tentulah pengeluaran untuk

manekat akan melebihi penghasilan yang mereka peroleh.31

Penulis mencoba menanyakan bahwa penentuan jumlah manekat dalam rayon ini

tentunya atas kesepakatan bersama, mengapa pada saat proses kesepakatan terjadi, mereka tidak

mengungkapkan keberatan dan penolakan mereka? Salah seorang warga berkata bahwa mereka

29

Hasil wawancara dengan Bapak. Ayub Tunliu, pada tanggal 28 Agustus 2017 30

Hasil wawancara dengan Ibu. Yublina Tamelan, pada tanggal 6 September 2017 31

Hasil wawancara dengan Bapak. Markus Tampani, pada tanggal 6 September 2017

Page 25: BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 … · 2018. 8. 24. · pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada ... hasil

56 | P a g e

hanyalah orang kecil, ketika para tokoh masyarakat dan mereka yang mempunyai peranan

penting serta dianggap sebagai orang berada dalam rayon tersebut berbicara serta membuat

keputusan, mereka yang hanyalah orang-orang kecil tidak berkesempatan untuk berbicara dan

kalaupun mereka berbicara, pendapat mereka tidak akan didengarkan.32

3.5 Sikap Gereja

Ketika penulis berdiskusi dengan pihak gereja, dalam hal ini Pendeta tentang sistem tulis

buku dan penentuan jumlah manekat yang harus diberikan oleh tiap anggota jemaat dalam rayon,

gereja dengan tegas menolak pelaksanaan manekat dengan sistem catat buku. Menurut Pendeta

Benyamin Naralulu, manekat adalah salah satu bukti dari kasih, di mana kasih itu tidak menuntut

balasan dan kasih diberikan secara cuma-cuma.33

Beliau sangat menyesalkan sistem manekat

yang harus catat buku tersebut. Menurut beliau manekat dengan sistem catat buku hanya akan

berdampak pada hilangnya rasa saling mengasihi dan saling memiliki sebagai anggota keluarga.

Manekat dengan sistem catat buku juga berdampak pada hubungan sosial diantara sesama warga

jemaat. Masyarakat akan semakin invidualis dan materialisis. Untuk menyadarkan dan

mengingatkan kembali masyarakat akan pentingnya nilai kasih dalam manekat, dalam kebaktian

utama minggu, dikhotbahkan tentang nila-nilai dari kasih. Warga jemaat terus diingatkan untuk

terus membangun dan menjalin hubungan baik diantara sesama tanpa mengharapkan imbalan

ataupun dengan maksud tertentu. Namun, penulis melihat bahwa hal ini belum diaplikasikan oleh

gereja sepenuhnya dalam kehidupan masyarakat. Mengapa? karena pihak gereja selain Pendeta,

dalam hal ini majelis jemaat, justru mereka lah yang ikut terlibat aktif dalam pelaksanaan

manekat dengan sistem catat buku tersebut.

32

Hasil wawancara dengan Ibu. Yublina Tamelan, pada tanggal 6 September 2017 33

Hasil wawancara dengan Pdt. Benyamin Naralulu, pada tanggal 13 September 2017