BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1...

32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1. Keadaan Geografis Kecamatan Sungai Melayu Rayak Kecamatan Sungai Melayu Rayak berdiri pada tanggal 11 Maret 2006 bertepatan dengan hari Supersemar, kecamatan ini merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Tumbang Titi dengan Desa Sungai Melayu sebagai Pusat pemerintahan. Secara geografis Kecamatan ini terletak pada 1°16’48’’ LS- 1°53’36’’LS dan 109°53’36’’BT-110°53’36’’BT 1 . Kecamatan ini memiliki sebelas Desa yaitu Desa Sungai Melayu, Desa Sungi Melayu Baru, Desa Jairan Jaya, Desa Sungai Melayu Jaya, Desa Makmur Abadi, Desa Piansak, Desa, Desa Mekar Jaya, Desa Karya Mukti, Desa Beringin Jaya, Desa Suka Mulya, dan Desa Kepuluk. Sebagain besar desa-desa yang ada di Kecamatan Sungai Melayu Rayak adalah desa transmigrasi sehingga dapat disimpulkan sebagain besar penduduknya mempunyai kebunan kelapa sawit. Secara administrasi wilayah Kecamatan Sungai Melayu Rayak berbatasan dengan; 1. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tumbang Titi 2. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Matan Hilir Selatan 3. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Marau dan Jelai Hulu 4. Sebelah utara berbatsan dengan Kecamatan Pemahan 2 Penduduk Kecamatan Sungai Melayu Rayak berdasarkan data dari Kecamatan Sungai Melayu Rayak Dalam Angka Tahun 2012 berjumalah 11,931 jiwa, sedangkan 1 Kecamatan Sungai Melayu Rayak Dalam Angka 2012 2 Ibid

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1...

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Penelitian

4.1.1. Keadaan Geografis Kecamatan Sungai Melayu Rayak

Kecamatan Sungai Melayu Rayak berdiri pada tanggal 11 Maret 2006

bertepatan dengan hari Supersemar, kecamatan ini merupakan hasil pemekaran dari

Kecamatan Tumbang Titi dengan Desa Sungai Melayu sebagai Pusat pemerintahan.

Secara geografis Kecamatan ini terletak pada 1°16’48’’ LS- 1°53’36’’LS dan

109°53’36’’BT-110°53’36’’BT1. Kecamatan ini memiliki sebelas Desa yaitu Desa

Sungai Melayu, Desa Sungi Melayu Baru, Desa Jairan Jaya, Desa Sungai Melayu Jaya,

Desa Makmur Abadi, Desa Piansak, Desa, Desa Mekar Jaya, Desa Karya Mukti, Desa

Beringin Jaya, Desa Suka Mulya, dan Desa Kepuluk. Sebagain besar desa-desa yang

ada di Kecamatan Sungai Melayu Rayak adalah desa transmigrasi sehingga dapat

disimpulkan sebagain besar penduduknya mempunyai kebunan kelapa sawit. Secara

administrasi wilayah Kecamatan Sungai Melayu Rayak berbatasan dengan;

1. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tumbang Titi

2. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Matan Hilir Selatan

3. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Marau dan Jelai Hulu

4. Sebelah utara berbatsan dengan Kecamatan Pemahan2

Penduduk Kecamatan Sungai Melayu Rayak berdasarkan data dari Kecamatan

Sungai Melayu Rayak Dalam Angka Tahun 2012 berjumalah 11,931 jiwa, sedangkan

1 Kecamatan Sungai Melayu Rayak Dalam Angka 2012

2 Ibid

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

penduduk Usia 15-24 tahun berjumlah 2.365 orang yang terdiri dari Suku Dayak, suku

Melayu, Jawa, Batak, Flores, dan Sunda dan lain-lain. Mayoritas penduduk beragama

Islam dan penduduk terbanyak adalah berasal dari suku Jawa. Hal ini dikarenakan

sebagain besar desa yang ada di Kecamatan ini adalah Transmigrasi. Daerah Kecamatan

Sungai Melayu Rayak memiliki kontur wilayah yang berbukit-bukit (tidak rata) dan

tanah gambut atau tanah rawa. Daerah ini pula diapit oleh dua sungai yaitu Sungai

Pesaguan dan Sungai Pawan. Kecamatan Sungai Melayu Rayak berada pada ketinggian

±3000m dari permukaan laut, yang dikelilingai oleh Bukit Jelayan dan Bukit Belaban.

Sumber pendapatan penduduk di daerah ini pada umumnya adalah petani kelapa sawit,

pertambangan emas, dan karet. Berdasarkan data Kecamatan Sungai Melayu Rayak

Dalam angka tahun 2012 terdapat 11.227,00 Ha dan hasil perkebunan 79.263 Ton per

bulan dari kebun kelapa sawit di daerah ini. Sehingga kelapa sawit menjadi sumber

pendapatan utama masyarakat di Kecamatan ini. Masyarakat terus menggiatkan

perkebunan kelapa sawit dengan menambah lahan untuk menambah kebun baru. Hal

ini mengindikasikan bahwa masyarakat di daerah ini mempunyai sumber pendapatan

yang tetap. Setiap kepala kelurga yang ikut dalam transmigrasi diberi 2 (dua) Ha kebun

kelapa sawit dari pemerintah tidak terkecuali masyarakat Suku Dayak . Seiring dengan

harga buah kelapa sawit yang semakin menunjang, warga menambah jumlah kebunnya

baik luas tanah maupun jumlah batang kelapa sawit. Ditambah lagi pada sekitar tahun

1999 sampai sekarang dibuka tambang emas, yang dikerjakan secara manual maupun

mesin. Tambang emas ini paling banyak berada di Desa Sungai Melayu, yang

merupakan daerah penduduk yang asal dari Suku Dayak dan Desa Kepuluk. Hal ini

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

menunjukan, bahwa terdapat banyak sumber-sumber pendapatan bagi masyarakat di

wilayah ini.

4.1.2. Sejarah Sungai Melayu

Menurut cerita dari Bapak Sanan dan Bapak Akiong Kampung Sungai Melayu (

Sungai Melayuk sebutan masyarakat setempat) dahulu kala terdiri dari dua belas

kampung yang bersatu menjadi satu kapung yang dikenal sebagai Kapung Sungai

Melayu yang juga menjadi cikal bakal nama Kecamatan Sungai Melayu Rayak.

Berdasarkan salinan sejarah yang diketik oleh Bapak Y. Matun bersama Bapak Daniel

Sanan. Jaman dahulu ada dua belas kampung berserta kepala kapungnya, yang

membentuk Sungai Melayu, kampung-kampung tersebut ialah:

Tablel. 4.1. Daftar nama kampung yang membentuk Sungai Melayu

Nomor Nama Kampung Kepala Kampung

1. Sungai Serawak Olai dan Bepampang (dua bersaudara)

2. Tanggak Landai Karatik Kuning

3. Pamai Mentawak Sibak Banyawai

4. Riam Lansat Patih Dogen

5. Cecanggai Arai Menyolam Pertinggik Longan

6. Bongkal Manis Patih Panjang

7. Lubuk Kepayang Temonggung Bowak

8. Korangan Natai Prabu Jayak

9. Tanjung Pekapuran Sanggar Tenggalung

10. Sayang Tiung Ranggak Buang (nama Buah)

11. Durian Kuning Masperbayak (nama Sebuyun)

12. Halaman Solatan Sinapatik Sipir

Kedua belas kampung tersebut sebelas berada di daerah bukit belaban, bukit

yang ada di Kecamatan Sungai Melayu Rayak, sedangkan satu diantaranya yaitu Halam

Solatan berada di dekat Sungai Pawan. Halaman Solatan saat ini sudah menjadi areal

perkebunan kelapa sawit PT. Benua Indah Group (BIG). Sedangan sebelas kampung

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

masih ada jejak peninggalan berupa pemakaman, tumbuh-tumbuhan, tiang-tiang bekas

rumah.

Pada tahun 1918 kedua belas kampung tersebut disatukan menjadi satu dan

kampung yang baru tersebut diberi nama Sungai Melayu yang artinya (buluh sudah

layu, sirih mati akar). Kemudian dibentuk tokoh masyarakat yang dipercaya untuk

menjadi pengurus kampung yang baru tersebut. Orang-orang yang dipercaya menjadi

pemuka kampung tersebut adalah.

1. Banai sebagai kepala kampung/Lurah kampung Sungai Melayu

2. Aduk sebagai wakil kepala kapung dalam bahasa kampung disebut “

Kembaran”.

3. Kumai sebagai Kemabaran kedua ( wakil II) kepala kampung.

4. Pakau sebagai kepala adat orang yang memangku adat istiadat atau dalam

bahasa daerah Domung Adat.

Setelah kurang lebih lima belas tahun menjabat, tepatnya pada tahun 1933 para

tokoh ini diganti oleh para penerus yang dipercaya untuk menggantikan keempat orang

ini sekaligus sebagai pengurus kampung yang baru. Orang- orang tersebut adalah;

1. Temiar sebagai kepala kampung/lurah

2. Aduk sebagai wakil I kepala kampung/ Lurah

3. Sapel sebagai wakil II atau dalam bahasa daerah disebut “Kebayan Dinis” (

Perangkat Desa).

4. Gading sebagai “Tungkat kebayan Dinis”.

5. Seper “Domung Adat” yang dulunya sebagai kepala kampung Halaman Solatan.

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

Suku Dayak yang paling banyak berada di Desa Sungai Melayu, ada pula di

Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai Melayu Baru.Suku Dayak yang mendiami

Kecamatan Sungai Melayu Rayak adalah Suku Dayak Pesaguan. Berdasarkan cerita

dari para Domung (tokoh adat) dahulu Sungai Melayu dipecah lagi menjadi tiga

kampung yaitu Sungai Melayu (Laman Lambat), Jairan dan Sungai Nyamuk (

Cadangan/ Belaban Lima). Perpecahan itu terjadi karena untuk menjaga “petak pulai

bejelutung Sungai Titik Kerayak, dan Dendilung Pasir Kuning” serta daerah “Sungai

Miyang”. Wilayah ini di jaga oleh kampung Jairan dengan demungnya Bapak Gimbal.

Sedangkan wilayah “petak pulai bejelitung” di bagian utara di jaga oleh kampung

Sungai Nyamuk, wilayahnya meliputi “Sungai Landau, Sungai Temaluk, Sungai

Ponding, dan Sungai Yomas,” karena di wilayah ini banyak terdapat kayu belian yang

menjadi sumber percarian masyarakat Suku Dayak pada jaman itu. Sedangakan

kampung yang lama yaitu Sungai Melayu(k) mengemban tugas untuk menjaga totai

“durian lunak baris wak nyarak “ (tanaman buah-buahan) perlu diketahui pula dalam

tradisi masyarakat Suku Dayak di Sungai Melayu buah durian dikeramatkan sehingga

diperlakukan seperti manusia, dan diadati setiap tahun. Menjaga “Bukit Belaban dan

Bukit Jelayan, Langkang Petopasan Batu Penjomuran”. Selain untuk menjaga wilayah

tersebut, perpecahan kampung menjadi tiga karena terjadi perebutan kekuasaan pada

jaman itu, supaya tidak terjadi perpecahan yang lebih parah lagi maka oleh para tokoh

kampung pada jaman itu dibuatlah kampung menjadi tiga, dengan dalih untuk menjaga

wilayah kampung, sehingga berdirilah dua kampung baru yaitu Jairan dan Sungai

Nyamuk. Perpecahan tersebut juga dilakukan dengan alasan untuk menjaga perbatasan

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

kampung, untuk menjaga sumber pecaharian pada jaman itu yaitu kayu belian yang

dijadikan bahan banguna “Sirap” (atap yang terbuat dari kayu) dan untuk “digisik” (

kegiatan memotong kayu secara tradisional). Sungai Melayu, Jairan Dan Sungai

Nyamuk.3

4.1.3. Kebudayaan Suku Dayak di Kecamatan Sungai Melayu Rayak

Suku Dayak di Kecamatan Sungai Melayu Rayak merupakan bagian dari Suku

Dayak Pesaguan. Orang Dayak di Kecamatan ini berasal dari Urang Melayuk Dalam,

karena proses asimilasi menyebabkan ada keturunan yang dari luar masuk dan menjadi

warga Sungai Melayu. Banyak versi cerita yang ada tergantung dari keturunanan yang

mana cerita itu berasal.

Adapaun jenis-jenis kebudayaan yang di miliki oleh masyarakat Dayak di Kecamatan

Sungai Melayu Rayak digolongkan menjadi dua yaitu.

1. Adat hidup

Adat hidup terdiri dari berbagai macam kegiatan adat yang masih dipegang oleh

masyarakat, meskipun sekarang sudah hampir punah karena tidak dilestarikan.

a. “Adat beranakan’’ ( melahirkan), adalah adat pertama sejak manusia lahir

kedua, sebagai ucapan selamat datang pada bayi, tujuannya untuk

menghindarkan sibayi dari “lugak” ( sejenis penyakit yang menyerang bayi).

Selian itu “beturun madik” (tijak tanah) bagi orang Dayak adalah untuk

mengelurkan adat hidup pertama bagi manusia dan bertujuan memberitahu

masyarakat bahwa telah ada lahir seorang bayi.

3 Sanan, D & Y. Matun, Salinan Keenam Sejarah Melayu Tiga.

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

b. “Nikah Kawin Jadik Suntung” ( adat nikah) yaitu adat perniahan supaya

“nampak betobas torang besanduk, di urang halaman domung halaman jasa

dohas”. Dalam pernikahan orang Dayak ada istilah “sumbang” yaitu pernikahan

yang terjadi masih ada ikatan darah dari kedua mempelai. Kalau pernikahan

“sumbang” harus “dipolas” artinya di adati supaya menghindarkan mempelai

dari mala petaka. Tingkatan untuk mengukur sumbang tersebut ialah anak

sepupu jauh yang nikah dengan saudara sepupunya itu biasanya tiga “losak”

sampai sembilan “losak,” anak sepupu dekat misal antara paman adik sepupu

jauh ayah atau ibu dengan anaknya adalah “sekotik lapan losak” ( lapan buah

tajau)

c. “Adat belakau” ( berladang secara tradisional), pertama dilakukan adalah

“menobang menobas” (menebang dan menebas), kemudian “mencelukut”

(membakar) lalu “ditugal/menugal” (yaitu kegitan menanam padi). Setelah padi

siap untuk dipanen maka kegiatan berikutnya adalah “menyabit” yaitu

memanen padi untuk pertama kalinya.

d. “Betentobos” adalah kegitan rutin masyarakat adat untuk menutup tahun dan

membuka tahun baru untuk berladang kegiatan adat ini biasanya dialakukan

setelah musim panen dan untuk memulai ketahun berikutnya untuk menggarap

lakau atau ladang baru. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghindarkan

ladang dari malapetaka, terhindar dari hamapenyakit untuk tahun berikutnya dan

merupakan ungkapan syukur masyarakat kepada alam bumi tanah arai dan

kepada “Duatak” (Dewa) “padik” (padi).

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

e. “Bebantan” ( bersyukur kepada Tuhan) biaya istilah lainya adalah “menopas

tanah aria” (membersihkan tanah air). Kegiatan bebantan dilakukan diair oleh

“betara bantan”, untuk didarat adalah tempat tersebut disebut “tratakan” (untuk

tempat menari dan tempat sesaji sebelum di hanyutkan diarir) air yang menjadi

tempat menyerahkan sesaji itu adalah “lubuk pebantan, lubuk pebantan” dipilih

berdasarkan mimpi oleh para penatua adat atau pemangku adat. Tujuan dari

kegitan ini adalah supaya “arai berikan sasah behundang natai bejolak” (alam

bisa memberikan kebutuhan hidup masyarakat setempat).

f. “Besensilih, tentobos kakas, ubas, dan sempulit” (memohon kesembuhan kepada

Sang Pencipta), “bensesilih” dilakukan jika ada mimpi buruk oleh seseorang

tentang dirinya maupun orang lain, untuk menghindarkan orang tersebut dari

“unggauan hantuk pedarak” ( dituntut oleh orang yang telah meninggal)

maupun keluarganya yang telah meninggal. Selain bersumber dari mimpi juga

dari firasat orang yang bersangkutan sama hal juga dengan “tentobus kakas”.

Sedangkan “ubas” dan “sempulit” dalakukan berdasarkan hasil ramalan dari

dukun atau orang pintar terhadap penyakit yang menimpa seseorang. Ramalan

ini dikenal dengan istilah “betonong belokos”. Alat-alat yang digunakan adalah

“kunyit halalang” (kunyit hutan) dan “Sonak” (sejenis kerajian dari bambu yang

raut). Ramalan ini dilakukan atas permintaan kerabat orang yang sakit untuk

mengatahui apa yang menjadi sumber penyakit. Setelah diketahui sumbernya

kegiatan berikunya adalah “meubas” atau “menyempulit”. Kalau “meubas”

kegiatanya lebih rumut dari pada menyempulit. “Meubas” harus ada ayam dan

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

“tempayan” (kendi) serta perbekalan untuk orang yang “meubas” (betarak ubas)

untuk makan di “peubasan” (tempat ubas).

g. Berayah ( adat mengobati orang sakit secara tradisional), Sejak dahulu kala

berayah menjadi tumpuan orang Dayak dipedalaman untuk mengobati orang

yang sakit. Hal ini dilakukan karena belum ada dokter atau bidan maupun mantri

sehingga masyarakat tidak ada pilihan lain untuk berobat selain kepada

“dukun/b’lian”. Budaya tersebut masih terbawa sampai sekarang dalam

masyarakat. Meskipun petugas kesehatan sudah ada tetapi masyarakat tetap saja

tidak meninggal kebiasaan ini karena sudah mendarah daging dalam jati diri

orang Dayak, hanya intensitasnya sudah berkurang terutama bagi orang yang

berpendidikan. “Berayah” dilakukan oleh seorang tabib atau yang dikenal

dengan sebutan “payang/b’lian” untuk menghilangkan penyakit.

2. “Adat Matik” ( adat untuk orang yang sudah meninggal)

Adat matik bagi Masyarakat Dayak di Kecamatan Sungai Melayu Rayak sangat

penting, karena kematian atau orang yang telah meninggal bagi masyarakat dipercaya

akan menjadi perantara kepada Sang Pencipta. Istilah dalam bahasa mereka “ matik

hilang lolap lonjoh, menujuk s’rugak dalam s’bayan tujuh” jadi orang yang sudah

meninggal sangat dihormati, jika adatnya tidak dilaksanakan dengan baik, dipercaya

oleh masyarakat akan menimbulkan petaka bagi keluarga yang ditinggalkan atau yang

masih hidup. Adat untuk orang mati akan menunjukan apakah orang tersebut berasal

dari keluarga keturunan ‟‟Domung punduhan” (bangsawan) atau tidak. Ada tiga jenis

adat untuk orang yang sudah meninggal

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

a. “Betipak” ( penghormatan terakir bagi orang yang baru meninggal) ialah

penghormatan terakir dari keluarga dan masyarakat, bagi orang yang sudah

meninggal. Adat yang dikelurkan oleh pihak keluarga jika yang meninggal

perempuan adatnya “semerogak” (serba) lima kalau yang meninggal laki-laki

“semerogak” (serba) tiga artinya barang- barang yang sifatnya harus ada seperti

gelang, cincin, uang logam, dan bambu untuk memandikan jenazah harus serba

tiga, sedangkan perlengkapan lain tergantung kemampuan kelurga bersar. Untuk

“bukung” tergantung kemapuan kelurga dan keturunan dari orang yang

meninggal jika dia adalah “demung” maka jumlahnya lapan belas sampai

bukung empat pulah. Bukung selain sebagai penghibur kerabat orang yang telah

meninggal, juga sebagai pembantu upacara kematian tersebut, seperti menggali

tanah kuburan, membuat “lancang” (peti mati), dan “tambak” (sejenis rumah

untuk orang yang sudah meninggal). Dalam upacara kematian dikenal pula

istilah “konsalan” artinya hewan-hewan yang dipotong untuk dimakan bersama

seperti babi dan ayam, hal serupa juga terdapat dalam upacara “kanjan

serayong” atau “menyandung”. Dalam upacara kematian ini biasanya para

kelurga mempersiapakan barang-barang bisa berupa pakaian, perhiasan, barang-

barang, sampai makanan untuk diikutkan dengan orang yang sudah meninggal,

dalam bahasa Dayak disebut ‟‟pajuh”. Gunanya supaya dia diterima “Duatak

di seruga dalam sebayan tujuh” agar tidak “menuntut mendahawak” keluarga

(diterima oleh Sang Pencipta di alam baka).

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

b. “Memedarak” yaitu kegiatan mendoakan orang yang sudah meninggal

khususnya orang yang meninggal sebelum masa panen. Tujuan dari kegiatan ini

adalah untuk tolak bala, agar panen terhindar dari hama penyakit akibat tidak

memberikan sesaji kepada orang yang baru meninggal.

c. “Menganjan dan menyandung” ( memperbaharui makam leluhur) ialah sutu

kegiatan adat untuk memperbaharui makam orang yang sudah meninggal.

Sedangkan “menyandung” adalah memperbaharui makam orang yang

meninggal dengan dibakar, kemudian tulang-belulang orang yang sudah

meninggal dikumpulkan dan dimakamkan kembali dengan cara “sandung”4.

Untuk orang yang “disandung” harus dibakar terlebih dahulu dan biasanya

orang yang “disandung” adalah orang keturunan “domung” (bangsawan).

Tujuan dari kegiatan menyandung ini adalah untuk mendekatkan orang yang

sudah meninggal kepada Sang Pencipta, dan dipercaya orang yang sudah

dibakar tidak akan dibakar lagi oleh Raja Sebayan ketika dia sudah meninggal.5

Berkaitan dengan kebudayaan, banyak kaum muda yang tidak terlalu mengerti

dengan kebudayaan Suku Dayak. Orang muda yang telah menempuh pendidikan

dikalangan Masyarakat Suku Dayak tidak terlulu terlibat dalam acara adat. Alasannya

karena mereka tidak mampu untuk minum alkohol. Setiap acara adat pada Masyarakat

Suku Dayak, tidak bisa dilepaskan dari pengunaan alkohol. Berikut hasil wawancara

4Sandung adalah kuburan yang dibuat dengan tiang tunggal dan tulang belulang orang yang sudah

meninggal tidak dikuburkan ditanah melainkan ditaruh di atas tiang yang dibagian atasnya diberi atap

seperti rumah –rumahan dengan tiang yang tinggi. 5Sumber wawancara bersama tokoh Masyarakat, Akiong (67 tahun), T. Ganuk, Y. Matun, dan Y. Sanan.

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

peneliti dengan Y. Matan Pito. Selaku Sekretaris Dewan Adat Dayak Kecamatan Sungai

Melayu, yang sekaligus tokoh muda.

’’Secara langsung memang tidak ada karena yang saya tahu kebudayaan disini

saat ini sudah menyimpang dari pendidikan, kaum mudah tidak lagi mau terlalu

ikut dalam kegiatan adat, karena rata-rata dari mereka tidak mampu minum

tuak atau arak (alkohol), disini ada istilah “minum mabuk makan konyang” jadi

adat tidak bisa dilepaskan dengan minum-minuman keras.’’6

Kebudayaan masyarakat suku daya dipandang bertentangan dengan semangat

pendidikan. Pendidikan tidak pernah menciptakan anak didiknya untuk menjadi seorang

pemabok. Setiap acara adat yang merupakan produk dari kebudayaan masyarakat

setempat tidak bisa dilepaskan dari alkohol (tuak, arak, dan bir). Tetapi dilain pihah

kebudayaan tidak boleh hilang dalam sendi kehidupan masyarakat. menurut Yudas

Sanan seorang tokoh adat Dayak dan Pemerhati sekaligus ada hal yang terlupakan oleh

Masyarakat Dayak sendiri yaitu “ belajar henggai tohuk, berguru biar pandai’’ berikut

hasil wawancara bersama Bapak Yudas Sanan.

“ada yang telupakan orang Dayak nen, adalah palsapah hidup urang Dayak

nen. Adalah belajar henggai tohuk, beguruk hengagai pandai. Demensiak hidup

nen harus tohuk adat aturan rikuk basak urang.Tapi oyin nen yang terjadi

adalah tohuk surang pandai sendirik, jadi seolah-olah kebudayaan dirik nen

hanyak mabuk mah intinyak nan.”7

Pendapat ini mengandung arti, ada (falsafah) yang terlupakan oleh Masyarakat

Suku Dayak khusunya di Melayu Tigak (Sungai Melayu, Jairan, dan Cadangan) yaitu

belajarlah biar pandai tututlah ilmu setinggi-tingginya, carilah guru biar punya ilmu dan

6Hasil wawancara bersama Y. Matan Pito sekretaris Dewan Adat Dayak Kecamatan Sungai Melayu

Rayak 7Hasil wawancara bersama Yudas Sanan tokoh adat Suku Dayak.

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

tahu banyak hal. Jangan percara dengan kemapuan sendiri, dan menganggap diri telah

pintar. Ini menunjukan sebenarnya kebudayaan Suku Dayak, sangat menjunjung tinggi

pendidikan bagi penduduknya.

4.1.4. Pendidikan di Kecamatan Sungai Melayu Rayak

Kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi masyarakat Dayak di Kecamatan

Sungai melayu Rayak sudah mulai tumbuh namun terutama pendidikan dasar dan

menengah, tatapi masih sangat sedikit. Banyak dari mereka hanya berhenti di SD (

baik lulus maupun berhenti). Alasan banyak dari mereka tidak melanjutkan pendidikan

karena kurangnya kemauan dalam dari mereka untuk sekolah. Anak-anak orang Dayak

yang berhenti sekolah bukan karena tidak mampu secara ekonomi tetapi karena mereka

ingin cepat-cepat mendapatkan uang. Didalam pikiran mereka meskipun sekolah

akirnya akan mencari uang juga.

Berikut hasil wawan cara peneliti dengan saudara Y.Matan Pito.

Karena faktor kemauan dari mereka tidak ada, yang ada dipikiran hanyalah

uang, disini ada istilah “ biar sekolahpun ujung-ujungnya carik duit mah” itu

yang ada dipikiran anak-anak. Saking mudahnya mencari uang mereka tidak

mementingkan sekolah.’’8

Sumber daya alam yang melimpah khususnya pertambangan emas tradisional

menjadi alasan mereka untuk tidak melanjutkan sekolah. Bagi mereka lebih baik

mencari uang dari pada sekolah. Sekolah hanyalah untuk menaikan gengsi bagi kelurga,

tidak sekolah atau tidak kuliahpun secara ekonomi masyarakat mampu mencari uang

8 Hasil wanacara dengan nara sumber Yohanes Matan Pito pada tanggal 7 januri 2013 di rumah Y.M.

Matan Pito.

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Adapun jumlah sekolah yang ada di Kecamatan

Sungai Melayu pada tahun 2012 adalah sebagai berikut.

Table 4.2.Sekolah di Kec. Sungai Melayu Rayak Menurut Tingkat Pendidikan.

No. Jenis Pendidikan Jumlah Sekolah

Negeri Swasta Negeri +

Swasta

1 Taman Kanak-kanak (TK) - 6 6

2 Sekolah Dasar (SD) 12 - 12

3 Madrsah Ibtidaiyah (MI) - 2 2

4 Sekolah Menengah Pertama(SMP) 2 1 3

5 Madrasah Tsanawiyah (MT) - 2 2

6 Sekolah Menengah Umum (SMU) 1 - 1

7 Madrasah Aliyah (MA) - 1 1

8 Sekolah Menengah Kejuruan - - -

9 Perguruan Tinggi - - -

Jumlah 15 12 27

*)Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang, Kabupaten Katapang Dalam Angka 2012 hal 96-117

Sekolah Menengah Atas berjumlah satu sekolah yang berdiri pada tahun 2009

berdasarkan laporan bulanan kepala SMAN 01 Kecamatan Sungai Melayu Rayak.

Jumlah murid SMAN 01 pada bulan Desember tahun 2012 berjumlah 197 orang laki-

laki dan perempuan. Dari jumlah tersebut terdapat 73 murid yang beragama katolik9,

yang terdiri dari anak-anak suku Dayak dan Flores. Di daerah ini yang beragama

Katolik mayoritas anak-anak penduduk Dayak dan Flores. Sedangkan murid kelas XII

yang berasal dari Suku Dayak berjumlah 4 (empat) orang. Berdasarkan data tersebut

dapat dikatakan bahwa anak-anak yang berminat sekolah masih sangat rendah.

Berdasakan pengamatan pula Suku Dayak yang ada di kecamatan ini yang telah

memperoleh pendidikan Strata 1 baru 3 orang dan Diploma 3 dua orang Diploma 2

dua orang, dari 2 orang yang Strata 1 satu orang diantaranya baru lulus tahun 2012

9 Laporan Bulanan Kepala SMAN 01 Kecamatan Sungai Melayu Rayak.

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

yang lalu dari sebuah perguruan tinggi yang ada di Kota Pontianak Kalimatan Barat.

Lulusan SMA/SMK yang sekarang sedang melanjukan pendidikan diperguruan tinggi

berjumlah 6 dari Desa Sungai Melayu Baru satu orang dan lima dari Desa Sungai

Melayu (SP1) orang satu, sedangkan anak-anak Suku Dayak dari Desa Jairan Jaya

(SP5) sampai sekarang belum ada yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Salah satu dari enam ini diantaranya adalah mengambil program Diploma 3 Komputer

di Kota Ketapang. Sedangkan berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2011 jumlah

penduduk di Desa Sungai Melayu berjumlah 2.21210

, dari jumlah ini diperkirakan

jumlah penduduk asli adalah ±1200 orang. dapat dikatakan bahwa pula bahwa rata-rata

setiap satu sarjana mewakili 400 penduduk asli sampai pada tahun 2012 begitupun

keterwakilan pada lulusan Diploma 3 dan Diploma 2. Sedangkan pegawai desa yang

ada di Desa Sungai Melayu yang merupakan basis orang dayak di Kecamatan ini paling

tinggi hanya tamat SMA dan paling rendah adalah Sekolah Dasar.

4.1.5. Lulusan SMA/SMK Suku Dayak di Kecamatan Sungai Melayu Rayak

Sampai pada tahun 2013 lulusan SMA/SMK masyarakat Suku Dayak di daerah

ini yang tidak melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi berjumlah 18 orang. Yang

tersebar di tiga Desa yaitu Desa Sungai Melayu sebanyak 15 orang, Desa Jairan Jaya

sebanyak dua orang, dan Desa Sungai Melayu Baru sebanyak satu orang. Desa Sungai

Melayu terbanyak karena memang desa ini mayoritas dihuni oleh masyarakat Suku

Dayak. Dari kedelapan belas lulusan ini yang menjadi PNS berjumlah satu orang yaitu

sebagai guru Sekolah Dasar. Bekerja pada perusahaan berjumlah satu orang sebagai

10

Kecamatan Sungai Melayu Rayak Dalam Angka Tahun 2012.

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

mandor, sedangkan 16 orang yang tersisa berkerja sebagai wiraswata. Baik menjadi

pemilik mesin dompeng untuk tambang emas, maupun mengelola kebun kelapa sawit,

ataupun berusaha pada dua sektor tersebut. Jumlah lulusan SMA/SMK yang tidak

melanjutkan pendidikan dari kalangan Suku Dayak, dari mulai lulusan tahun 2000

sampai dengan bulan Maret tahun 2013 berjumlah 18 orang dan 80,8% (tujuh puluh

persen) atau 16 orang dari jumlah itu bekerja sebagai wiraswasta. Berikut hasil

wawancara peneliti dengan Y. Matan Pito.

“Setelah lulus ya hanya ada senang-senang saja tidak ada pikiran lain. Pikiran

saya langsung pengen berusaha, kebetulan banyak peluang untuk usaha

padawaktu itu”11

Setelah lulus dari ada peluang untuk membuka usaha, melimpahnya sumber

daya alam yang bisa menyerap para lulusan SMA/SMK menjadi pilihan yang

mengiurkan. Kesempatan yang ada tidak bisa hanya disiasiakan oleh para lulusan.

Berkaitan dengan dukungan orang tua para lulusan SMA/SMK berikut hasil wawancara

kami dengan M. Broto lulusan SMA tahun 2008.

’’Duluk Bapak saya mendukung saya untuk kuliah, pernah daftar ke PGSD tapi

saya pikir lebih saya langsung terjun langsung berwirausaha, waktu itu

kesempatan untuk berwiraswasta masih sangat luas”12

Dukungan dari orang tua untuk melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi

dikalangan orang tua pada anaknya tetap ada, tetapi kesempatan yang ada. Berikut

petikan wawancara peneliti dengan Bapak Keluih salah satu orang tua dari lulusan SMA

yaitu sebagai berikut.

11

Wawancara dengan Y. Matan Pito 12

Hasil wanancara dengan Matius Broto

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

“Saya turuti kemauan dia, kalau dia Mau kuliah ya di usahakan, ya saya juga

tidak telalu paham dengan kuliah, karna saya tidak pernah kuliah, tapi si anak

mau langsung merintis usaha ketika lulus SMA saya pasrah saja kalau masalah

biaya bah tidak menjadi masalah asal dia mau bisa diusahakan ”13

Orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk mementukan pilihannya

setelah lulus dari sekolah menengah atas. Orang tua kurang paham dengan sistem

perkuliahan. Dunia perkuliahan (Perguruan tinggi) bagi mereka masih asing, orang tua

menyerahkan sepenuhnya pengambilan keputusan pada anak, untuk kuliah atau

langsung bekerja.

4.1.6. Mata Pencaharian Masyarakat.

Mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Sungai Melayu Rayak sebagian

besar adalah sebagai petani kelapa sawit, penambangan emas, sisanya PNS, pedagang,

dan lain-lain. Masyarakat Dayak yang ada di Desa Sungai Melayu Rayak sekarang tidak

menjadikan ladang berpindah sebagai kegiatan utama dalam memenuhi kebutuhan

hidup. muda tidak berladang berpindah, alasanya selain karena cukup merepotkan

karena tidak ada lagi lahan untuk berladang dan padi yang dihasilkan tidak bisa

mencukupi untuk hidup satu tahun seperti dahulu. Berladang hanya untuk mempertahan

tradisi, bukan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Berladang hanya dilakukan oleh

13 Hasil wawancara dengan Bapak Keluih

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

orang-orang tua , untuk mempertahankan tradisi orang Dayak yaitu Belakau14

. Sekarang

ini masyarakat lebih mengandalkan hasil dari kelapa sawit dan tambang emas, untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Karena selain hasil yang cukup menjanjikan secara

ekonomis, juga perawatanya jauh lebih mudah. Kebun kelapa sawit, serta pertambangan

menjadi sumber mata pencarian utama masyarakat, sedangkan pertambangan emas rata-

rata dikelola oleh masyarakat setempat karena mereka mempunyai lahan dari nenek

moyang mereka. Sedangan penduduk transmigrasi, yang berasal dari luar pulau seperti

pulau Jawa dan Sumatra tidak memiliki lahan pertambangan. Mereka dijatahi dua

herktar kebun kelapa sawit, beserta tanahnya menjadi hak milik dan setengan hektar

perkarangan yang juga menjadi hak milik. Tetapi tidak menutup kemungkinan mereka

memiliki tanah lebih dari yang dijatakan. Hal itu terjadi karena mereka membeli tanah

dari penduduk setempat untuk dijadiakan perkebunan, karena mereka membeli dari

penduduk setepat. Untuk masyarakat yang berasal dari luar pulau khusunya dari jawa

lahan yang mereka beli tidak dijadikan areal pertambangan tetapi digunakan dan diolah

menjadi kebun sayur ataupun ditanami kelapa sawit.

Pada umumnya mata pencarian masyarakat adalah bidang perkebunan,

pertambangan, hasil hutan berupa kayu dan peternakan. Perkebunan dan pertambangan

menempati posisi teratas dilihat dari segi kemanfaatan yang dirasakan oleh masyarakat.

Kecamatan Sungai Melayu Rayak terkenal sebagai kecamatan penghasil kelapa sawit.

Dalam wilayah kecamatan ini berdiri tiga perusahaan besar yang bergerak dibidang

perkebunaan kelapa sawit. Perusahaan itu adalah PT. Benua Indah Group ( PT. DSN,

14

Belakau ialah kegiatan bertani/ menam padi tradisional bagi masyarakat Dayak

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

PT. SLA, dan BMI), PT. Limpah Sejahtera, dan PT.Arto. dari ketiga perusahaan ini dua

diantaranaya menggunakan sistem kemitraan yaitu PT. Limpah Sejahtera dan PT. Arto,

sedangakan PT. Benua Indah Group menggunakan pola PIR (Perkebunaan Inti Rakyat).

Perbedaan antara pola PIR dan Kemitaraan adalah jumlah kebun presentasi perkebunan

yang diserahkan kepada masyarakat. Jika pola kemitraan perusahaan mendapat jatah

80% (delapan puluh persen) dari jumlah areal perbunan, dan sisanya 20% (dua puluh

persen) diserahkan kepada masyarakat. Sedangkan pola PIR perkebunaan paling besar

diserahkan kepada masyarakat untuk mengelola, presentasi pembagiaan tergantung

kesepakatan (Mou antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat). Perusahan yang

baru lebih memilih sistem kemitraan selain karena pengelolaannya yang relatif lebih

mudah, juga lebih menguntungkan bagi pihak perusahaan.

Hasil dari kebun kelapa sawit berupa buah kelapa sawit yang dipanen dari

batang kelapa sawit, berupa janjangan/tandan dan brondol. Buah yang dihasilkan

kemudian dijual kepada perusahaan bisa memalaui tengkulak maupun menjual

langsung. Harga buah kelapa sawit biasanya berfariasi antara Rp 900,00- Rp. 1.500,00

per Kg (kilo gram). Hasil panenan pun berparisasi tergantung dari pada cuaca, jika

musim penghujan dan perawatan dan pemberian pupuk baik maka hasil panen akan

banyak bias mencapai dua ton per hektar kebun kelapa sawit.

4.1.7. Sumber Daya Alam Kecamatan Sungai Melayu Rayak

Sumber daya alam yang pailing banyak dimanfaatkan di Kecamatan Sungai

melayu Rayak adalah bidang perkebunan khusunya kelapa sawit, tambang emas, dan

hasil hutan berupa kayu dan bambu. Penduduk di Desa Sungai Melayu yang merupakan

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

perkampungan asli Suku Dayak, semuanya memiliki kebun kelapa sawit dari hasil

pembagian dari pemerintah dengan sistem pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat) dari PT.

Benua Indah Group (PT. BIG). Setiap warga mendapat jatah satu bidang kebun dengan

luas dua hektar. Hasil dari perkebunan dijual kepada tengkulak atau langsung

keperusahaan yang membeli buah kelapa sawit. Pengambilan buah kelapa sawit bisa

dengan cara mendodos tandanan atau pun dengan pemilihan biji atau brondol. Untuk

janjangan di bandrol dengan harga Rp. 1.000,00 – Rp. 1. 600,00 per kg., sedangkan

brondol di hargai Rp. 7.000,00-Rp. 1.000,00 per kg. pengangkutan dari perkebuanan

sampai ke pabrik menggunakan mobil truk yang dimiliki secara pribadi. Masyarakat

yang tidak memiliki mobil sendiri bisa menyewa atau menjual buah kepada tengkulak.

Selain dibidang perkebunan masyarakat juga memanfaatkan sumber daya alam berupa

tambang emas. Pengambilan hasil tambang berupa emas dilakukan dengan cara

menggunakan mesin dan mendulang. Tanah yang digali untuk tambang emas sebagian

besar berupa rawa dan lahan gambut yang banyak mengandung air. Lahan untuk

tambang emas juga berda di sepanjang aliran sungai, sehingga jika dilihat dari dampak

lingkungan ini membuat pencemaran lingkungan. Untuk penggunaan mesin oleh

masyarakat sekitar dikenal dengan istilah mendompeng. Pengambilan emas dengan cara

mendompeng biasanya dilakukan oleh beberapa orang, yang mengelompokan diri

menjadi satu rombangan. Satu rombongan terdiri dari empat orang sampai dengan

delapan orang, tergantung jenis mesin yang digunakan. Jenis mesin yang digunakan

untuk menyesuaikan jenis karyawan diukur dengan besaran paralon yang digunakan.

Adapun ukuran paralon yang digunakan adalah 3(tiga) inci untuk dompeng yang paling

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

kecil, 4 (empat) inci ukuran sedang dan 5 (lima) inci untuk yang paling besar yang

sering digunakan. Namun begitu ada pula yang menggunakan paralon dengan ukuran

yang lebih besar, tetapi jumlahnya sedikit. Untuk mendulang, pekerjaan ini bisa

dilakukan berkelompok maupun sendiri, serta bisa dilakukan oleh pria maupun wanita.

Pekerjaan untuk mendapatkan emas jenis ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan

istilah “mendulang” sesuai dengan alat yang digunakan yaitu dulang. Sumber daya

alam lain yang masih dikelola oleh masyarakat sampai saat ini adalah kayu dari hasil

hutan, yang digunakan untuk bahan bangunan rumah. Jenis kayu yang diolah merupak

jenis kayu pilihan, diantaranya adalah kayu belian (kayu besi), bengkirai, kayu

bejelutung, kayu merantik, kayu ubar. Jenis kayu ini banyak yang digunakan untuk

bahan rumah. Sedangkan Sumber Daya Alam lain seperti rotan, bambu, batu, dan pasir

belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat setempat, ini terbukti masih

banyak hasil hutan yang tidak dimanfaatkan yang sebenarnya dapat memberikan

penghasilan sekaligus membuktikan masih melimpahnya sumber daya alam.

4.1.8. Visi Misi Bupati Ketapang tahun 2011-2015

Visi Bupati Ketapang tahun 2011-2015 yang merupakan pijakan perumusan

program kerja pemerintah daerah Kabupaten Ketapang. “Visi tersebut ialah terujudnya

Kabupaten Ketapang yang aman, damai, adil, dan sejahtera yang didikung oleh

masyarakat yang cerdas, sehat dan beriman, serta aparatur pemerintahan daerah yang

bersih dan berwibawa”15

. Sedangkan misi Bupati Ketapang tahun 2011-2015 yaitu

1. Mewujudkan Kabupaten Katapang yang aman dan damai.

2. Membangun dan meningkatkan kualitas prasarana transportasi strategis,

jalan produksi pertanian, irigasi persawahan, serta infrastuktur lainya

dengan memperhatikan skala prioritas dan berkeadilan.

15

Peraturan Daerah nomor 09 tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten

Ketapang Tahun 2011-2015

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

3. Mewujudkan pembangunan perekonomian masyarakat Kabupaten Ketapang

yang berbasis agraris, perikanan dan kelautan, peternakan dan usaha kecil

menengah dan koperasi.

4. Mewujudkan masyarakat Kabupaten Ketapang yang cerdas, sehat, dan

beriman.

5. Mewujudkan aparatur pemerintah daerah yang profesional, bersih dan

berwibawa.

6. Meningkatkan kelastarian lingkungan hidup dan penaggulangan bencana.

7. Meningkatkan pendapatan daerah16

.

Berdasarkan visi misi Bupati Ketapang tersebutkan disusun program prioritas

pemerintah daerah selama lima tahun. Penjabaran visi misi tertuang dalam peraturan

daerah tahun 2011, sebagai payung hukum perangkat daerah untuk bekerja. Program

prioritas daerah jangka menengah, yang telah dilaksanakan dan akan dilaksanakan

dari tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut;

1. Program peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat petani, peternak,

nelayan, kebun, PKL, dan UKM. Sasaran yang akan dicapai dengan program

strategis ini adalah sebagai berikut.

a. Terujudnya ketehanan pangan daerah melaui pembangunan kawasan food

estate Kabupaten Ketapang.

b. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani.

c. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan peternak.

d. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan nelayan.

e. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan pekebun.

f. Meingkatnya pendapatan dan kesejahteraan pelaku usaha kecil dan menegah

(UKM) serta pedagang kaki lima (PKL).

2. Program peningkatan infrastruktur Kabupaten Katapang. Sasaran yang ingin

dicapai adalah sebagai berikut.

a. Meningkatnya kualitas dan kuantitas ruas jalan nasional, provinsi, dan jalan

Kabupaten Ketapang.

b. Terbangunnya jalan kabupaten untuk membuka akses daerah yang masih

terisolasi dan kawasan food estate Kabupaten Ketapang.

c. Terbangunnya jembatan dalam rangka menghubungkan satu wilayah dengan

wilayah lainya.

d. Terpeliharanya jalan dan jembatan pada ruas jalan provinsi maupun ruas jalan

kabupaten secara berkulalitas.

e. Meningkatnya pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan

jaringan pengairan lainya dalam rangka pembagunan kawasan food estate

Kabupaten Ketapang.

f. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasaran transportasi darat,

sungai, laut, dan udara.

g. Terbangunnya infrastrukur energi alternatif ( PLTMH, PLTS) bagi daerah

terpencil.

16

Ibid

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

h. Teralirinya listrik untuk daerah pedesaan.

i. Tersedianya infrastruktur lingkungan pemukiman.

3. Program peningkatan mutu, kualitas, dan aksebelitas masyarakat dalam pendidikan

Kabupaten Ketapang. Sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.

a. Meningkatnya aksebelitas pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun.

b. Meningkatnya pertisipasi jenjang pendidikan dasar yang diukur dengan

meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni

(APM).

c. Menurunya angka buta aksara penduduk.

d. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasaran pendidikan.

e. Meningkatnya kualaitas dan kapasitas sumber daya aparatur.

4. Program peningakatan derajat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Ketapang.

Sasaran yang ingin dicapai sebagai berikut.

a. Meningkatnya kulaitas dan dan akses masyarakat terhadap pelayan kesehatan.

b. Meningkatnya sarana dan prasarana kesehatan.

c. Tersedianya tenaga kesehatan yang berkualitas.

d. Meratanya dan meningkatnya kualiatas fasilitas kesehatan dasar terutama bagi

penduduk miskin.

e. Meningkatnya usia harapan hidup.

f. Menurunnya angka kematin bayi.

g. Menurunnya angka kematian ibu.

h. Menurunnya pravalembi gizi buruk.

5. Program peningkatan aksesibilitas masyarakat dalam pelayanan air bersih,

sanitasi, dan pembangunan berbasis lingkungan hidup. Sasaran yang ingin dicapai

sebagai berikut.

a. Meningkatnya cakupan pelayan air bersih bagi masyarakat.

b. Meningkatnya akses terhadap sanitasi dasar yang berkualitas.

c. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam lingkungan hidup dan

perlindungan kawasan nilai konsevasi nilai tinggi.

6. Program peningkatan mutu dan kualitas pelayan publik. Sasaran yang ingin dicapai

sebagai berikut.

a. Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas aparatur pemerintah daerah.

b. Terlaksananya pelayanan publik yang berkualitas sesuai dengan standar

pelayanan minimal.

c. Meningkatnya ketertiban pelayanan perizinan kepada masyarakat dan

pemerintahan sesuai dengan ketentuan.

d. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemeritahan yang bersih,

efisien, efektif, transpran, profesioanal, dan akuntabel.

7. Program peningkatan pembangunan di Kecamatan. Sasaran yang ingin dicapai

sebagai berikut.

a. Meningkatnya peran dan fungsi pemerintah kecamatan dalam pemberian

pelayan kepada masyarakat.

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

b. Meningkat peran dan fungsi pemerintah kecamatan dalam perencanaan

pembangunan, monitoring, evaluasi, pengendalian dan pelaporan pelaksanaan

pembangunan.

c. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat pedesaan.

d. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan.17

4.2.Pembahasan

4.2.1. Peran Orang Tua Dalam Mendukung minat Anak Melanjutkan Pendidikan

ke Perguruan Tinggi

Peran orang tua dalam mendukung minat anak-anak mereka untuk melanjutkan

pendidikan mereka keperguruan tinggi adalah sebagai pemberi biaya. Sedangkan

pemelihan perguruan tinggi dan jurusan diserahkan sepenuhnya kepada anak, hal ini

terjadi karena orang tua tidak mengerti dengan sistem perkuliah dan apa itu pendidikan

tinggi, mereka hanya mengenal istilah kuliah. Kebudayaan menjadi berperan penting

dalam membentuk pola pikir orang tua atau masyarakat setempat. Penafsiran yang

keliru tentang kebudayaan oleh masyarakat setempat, berimbas pada pendidikan anak.

17

Ibid

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

Istilah “makan konyang minum mabuk” dimaknai dengan menjabarkan apa adanya.

Orang tua hanya memandang dukungan pendidikan bagi anak, mereka hanya dari sisi

materi atau uang yang dibutuhkan, sehingga pendekatan dan dorongan secara emosional

dari para orang tua kurang dirasakan. Dalam menentukan pilihan untuk pendidikan anak

mereka, peran serta orang tua masih sangat minim. Sehingga segala keputusan masih

berada pada tangan anak itu sendiri, tanpa campur tangan orang tua. Hal ini menunjukan

masih minimnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya pendidikan, khususnya

pendidikan tinggi untuk membangun daerah mereka. Masyarakat terpaku pada hasil

bumi yang masih melimpah, sehingga membiarkan anak-anak mereka terlena dengan

hasil sumber daya yang masih melimpah. Untuk saat sekarang ini memang diakui, hasil

dari Sumber Daya Alam yang di olah masih lebih dari cukup untuk kehidupan

penduduk setempat. Jika ditelisik lebih dalam pengahasilan dari kerja emas saja, yang

dikerjakan oleh mayoritas masyarakat setempat, penghasilan untuk anak-anak yang usia

14 (emapat belas tahun) jika dia bekerja menjadi karyawan dompeng ditambang dan

berhasil artinya tidak ada kendala bisa mengahasilkan pendapatan Rp. 2.500.000,00 (

gaji bersih) per bulan. Sedangkan untuk menjadi pemilik dompeng bisa mendapat

pengasilan paling kecil Rp. 7.000.000,00 per bulan. Kejadian seperti ini jika tidak

dicermati oleh orang tua dan orang tua tidak membatasi anaknya maka yang terjadi

adalah kemalasan anak untuk sekolah. Maka tidak mengherankan banyak anak-anak

yang tidak melanjutkan sekolah dan memilih langsung bekerja di pertambangan.

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

4.2.2. Peran Dinas Pendidikan dalam Mendukung Minat Lulusan SMA/SMK

Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi

Pemerintah mempunyai peran untuk mendukung pendidikan rakyat dalam upaya

untuk mencerdaskan masyarakat. Pendidikan sebagai kunci untama dalam

pembangunan manusia dipandang perlu, untuk memanjukan suatu daerah. Hal ini

sangat disadari oleh pemerintah daerah Kabuapaten Ketapang. Hal ini terbukti dengan

dimasuknya pendidikan, dalam visi-misi Bupati Ketapang. Pemerintah daerah dalam

menunjang pendidikan di daerah Kabupaten Ketapang, dengan memasukan pendidikan

dalam program jangka menengah Kabupaten Ketapang yang kemudian dikuatkan

dengan dikelurkanya Peraturan daerah nomor 9 (Sembilan) tahun 2011 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Ketapang tahun 2011-

2015, dikeluarkan pada tanggal 21 Oktober 2011 sebagai payung hukum dan acuan

Pemda dalam program-program kerja tahun. Dibukanya Sekolah Mengah Atas di

Kecamatan Sungai Melayu Rayak pada tahun 2009, menjadi bukti keseriusan

pemerintah mendorong pendidikan di daerah Kecamatan sungai Melayu Rayak. Sekolah

Menengah Atas sebagai pintu untuk masuk ke perguruan tinggi telah disiapkan oleh

pemerintah untuk para peserta didik di daerah. Ini membuktikan adanya peran

pemerintah dalam mendorong pendidikan. Dalam mendorong pendidikan tinggi di

daerah pemerintah juga membangun Poltek (Politeknik) di Kabupaten Ketapang dan

Akademi Keperawatan. Fasilitas yang telah disiapkan pemerintah ini menjadi milik

bersama karena merupakan barang publik, tergangtung dari masyarakat apakan ingin

menggunakannya atau tidak. Hanya mememang secara sepintas pendidikan tinggi tidak

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

menjadi prioritas pemerintah saat ini. Terlihat dari program jangka menengah

Kabupaten Ketapang, yang tidak memasukan pendidikan tinggi sebagai agenda utama.

Dalam RPJM Daerah Kabupaten Ketapang pemerintah konsen pada pendidikan dasar

Sembilan tahun. Ini membuktikan bahwa pendidikan dasar di daerah Kabupaten

Ketapang masih perlu penanganan serius dari pemerintah. Untuk mendorong

pendidikan tinggi penting pula pembenahan pada pendidikan dasarnaya. Peran

pemerintah dalam mendorong pendidikan di Kabupaten Ketapang, sebagai penyedia

fasilitas pendidikan dan penyuluhan pendidikan. Untuk pendidikan tinggi peran

pemerintah terlihat dari penyediaan fasilitas pendidikan tinggi di Kabupaten Ketapang

dan penyediaan program beasiswa dari berbagai sumber melalui dinas pendidikan,

meski jumlahnya yang masih terbatas. Pemerintah selain menyiapkan berbagai beasiswa

dan fasiliatas yang perlu diperhatikan adalah perlunya penyuluhan kepada para orang

tua tentang pentingnya pendidikan tinggi.

4.2.3. Peran Budaya dalam Mendukung Minat Lulusan SMA/SMK Melanjutkan

Pendidikan ke Perguruan Tinggi

Kebudayaan dalam tatanan kehidupan masyarakat sangat penting. Kebudayaan

juga yang mempengaruhi pola kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat

Suku Dayak peranan budaya sangat kental dalam setiap sendi kehidupan. Perubahan

jaman dan arus globalisasi tidak mengerus kebudayaan masyarakat. Adat istiadat masih

menjadi tumpuan hidup masyarakat suku Dayak. Dalam kehidupan masyarakat suku

daya dikenal dengan Istialah “kerosek mula tumboh tanah mula menjadik, hidup

dikandung adat matik dikandung tanah” dari peribahasa ini mencerminkan bahwa adat

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

budaya masih menjadi tutunan hidup masyarakat, dan hukum adat masih berlaku dalam

masyarakat. Masyarakat sebagai pelaku kebudayaan dan adat istiadat sangat tidak bisa

melepaskan hidup dari adat, inilah yang selau dipegang teguh oleh masyarakat.

Meskipun terdapat pepatah yang terdengar sangat bertentangan dengan pendidikan yaitu

“makan konyang minum mabuk” ini sebenarnya merupakan penafsiran yang keliru dari

para pelaku adat. Istilah ini sebenarnya bermakna, setiap tamu yang datang atau jika kita

mengundang orang untuk datang kerumah kita berikanlah makanan yang baik, sehingga

orang tersebut bisa kenyang dan senangkanlah hati orang tersebut, tetapi oleh

masyarakat keliru penafsirannya, sehingga berimbas pada bagaimana mereka

mengaktualisaikan budaya itu dalam kehudupan mereka. Memang harus diakui bahwa

setiap acara adat Suku Dayak tidak bisa dilepaskan dari tuak dan arak serta minuman

alkohol lainya. Tetapi barang-barang ini sebenarnya bisa jadikan sebagai syarat adat

bukan sebagai menu utama dalam kegiatan adat. Peristiwa seperti ini yang

menimbulkan kesalah pahaman antara kalangan tua dan golongan muda yang telah

berlangsu selama ini. Kaum muda dan terpelajar menganggap bahwa penggunaan

alkohol dalam setiap acara adat perlu dikurangi, dengan tujuan supaya acara adat dapat

terlaksana dengan baik dan kesehatan tetap terjaga. Tetapi disisi lain kaum tua merasa

sejak jaman dahulu acara adat selau ada tuak sebagai minuman wajib ada dalam setiap

acara adat. Orang-orang tua merasa ada kebanggaan didalam dirinya jika dia mampu

minum alkohol banyak pada acara adat dan tidak mabuk. Kaum tua mengganggab,

bahwa pendidikan bertolak belakang dengan kebudayaan dan tradisi masyarakat

setempat. Jika ditelisik lebih mendalam kebudayaan Suku Dayak sebetulnya sangat

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

menjujung tinggi pendidikan kepada anak-anak, ini tercermin dari istilah dalam bahasa

daerah yang menjadi falsapah hidup orang Dayak “ belajar henggai tohok, beguruk

henggai pandai” sejak dari lahir seorang anak telah didik untuk menjadi orang pintar,

dijaman dahulu orang tua mencita-citakan anak laki-laki supaya menjadi „‟domung

patih sirah mantir’’ arti dari istilah itu ialah berlajar supaya tahu berbagai ilmu,

tuntutlah ilmu dari guru yang lebih pandai supaya dapat ilmu dengan harapan menjadi

orang terpandang dimasyarakat. Ini membuktikan pula bahwa Masyarakat Suku Dayak,

sangat menjunjung tinggi pendidikan dalam hidupnya, bukan hanya terbatas pada

makan kenyang minum mabuk saja.

4.2.4. Faktor –Faktor Penyebab Rendahnya Minat Lulusan SMA/SMK

Melanjutkan Keperguruan Tinggi

Pilihan untuk melanjutkan sekolah atau tidak, bergantung pada bagaimana kesempatan

yang ada ketika sudah lulus sekolah. Pilihan untuk melanjutkan pendidikan keperguruan

tinggi bagi anak-anak Dayak di Kecamatan Sungai Melayu Rayak merupakan pilihan

kedua. Ini terlihat dari masih minimnya minat melanjutkan pendidikan mereka

keperguruan tinggi. Faktor-faktor yang menyebabkan minimnya pilihan anak-anak

lulusan SMA/SMK tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah;

1. Sumber Daya Alam yang Memadai.

Sumber Daya Alam (SDA) yang menciptakan kesempatan pada anak-anak untuk

bekerja berwiraswasta khususnya dibidang pertambangan sangat memberikan andil

penting dalam mempengaruhi pilihan masyarakat. Hasil dari Sumber Daya Alam berupa

hasil tambang dan perkebunan yang memberikan pengahasilan yang memadai pada

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

masyarakat. Keinginan dari para lulusan SMA/SMK untuk langsung terjun

berwiraswasta membuktikan bahwa hasil dari Sumber Daya Alam masih menjadi

maknet utama dalam mempengaruhi pilihan masyarakat. Pendapat yang mengatakan

bahwa “sekolah tinggi pada akirnya mencari uang‟‟ juga merupakan pandangan yang

keliru. Pendidikan hanya diukur dengan uang yang dihasilkan dari pendidikan yang

didapatkan merupakan pemahaman yang kurang memiliki dasar. Hal ini membuktikan

bahwa pengelolan dari sumber daya alam yang berlebihan oleh rakyat, berimbas pada

minat anak-anak untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

Kemampuan dan ilmu yang mereka dapatkan dari bangku sekolah menengah, mereka

anggap sudah cukup untuk langsung terjun berusaha diberbagai bidang usaha, yang

dipandang memberi jaminan penghasilan yang memadai. Pembukaan pertambangan dan

perkebunan yang menyebabkan taraf hidup masyarakat menjadi meningkat, khususnya

dibidang ekonomi keluarga dimanfaatkan oleh para lulusan SMA/SMK anak-anak Suku

Dayak untuk membuka usaha, baik dibidang pertambangan, perkebunan, perdangan

maupuan trasportasi.

2. Kejenuhan Setelah Belajar di Sekolah

Keluarga memiliki peranan penting dalam hidup anak-anak. Kemampuan

keluarga, untuk menanamkan nilai-nilai dasar dan cita-cita pada anak menjadi nilai

tambah tersendiri bagi anak. Pengetahuan orang tua akan berbagai hal yang berguna

bagi anak dalam menentukan pilihan. Dikalangan Masyarakat Suku Dayak, hal

semacam ini masih kurang ditanamkan pada anak. Orang tua lebih mendukung

pendidikan anak dari segi materi. Ketika lulus SMA/SMK anak menemui kejenuhan

Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

untuk sekolah sehingga perlu peran orang tua untuk memotivasi anak untuk kuliah atau

melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Para lulusan SMA/SMK ketika lulus

dari bangku sekolah merasa senang. Senang yang mereka rasakan bukan hanya senang

karena telah berhasil lulus dari sekolah dengan nilai baik, tetapi karena mereka merasa

telah bebas dari tugas selama mereka sekolah. Ketika lulus dari sekolah mereka bersiap-

siap untuk terjun langsung berwiraswasta, bukan untuk melanjutkan pendidikan meraka.

Mereka menganggap bahwa kuliah bisa ditunda setelah mereka sudah punya

penghasilan sendiri. Hal ini membuktikan bahwa suasana pendidikan di daerah ini

masih membosankan bagi anak, dengan kata lain tidak menciptakan suasana yang

nyaman yang mampu menumbuhkan semangat pada anak untuk terus belajar. Pilihan

yang tersedia untuk dipilih ketika lulus dari sekolah berupa tersedianya lapangan usaha

yang mampu menampung lulusan SMA/SMK untuk bekerja juga memberikan pengaruh

penting terhadap minat melanjutkan pendidikan mereka keperguruan tinggi. Pilihan

lulusan SMA/SMK jatuh pada pilihan untuk berwiraswata menunjukan bahwa

pendidikan tinggi belum menjadi maknet yang mampu memikat bagi sebagian besar

lulusan SMA/SMK Suku Dayak di Kecamatan Sungai Melayu Rayak. Kejenuhan yang

dirasakan selama menenpuh pendidikan selama kurang lebih 12 tahun membuat mereka

berpaling pada dunia usaha daripada dunia pendidikan. Pemanfaatan sumber daya alam

yang melimpah merupakan kesempatan jangka pendek, yang pada waktunya akan habis.

Pertambangan yang ada saat ini pada hakekatnya bagikan gula yang memberikan rasa

manis yang tanpa disadari jika tidak diatur pemakaiannya akan menyebabkan penyakit

diabetes. Begitupun pertambangan emas saat ini pada suatu saat akan habis dan

Page 32: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3588/5/T1_162008019_BAB IV.pdf · ... ada pula di Desa Jairan Jaya, dan Desa Sungai

dampaknya akan terasa bagaikan badai bagi masyarakat. Seperti kasus PT. Benua Indah

Group yang dulu memberikan gula tetapi pada gilirannya menimbulkan kepanikan pada

masyarakat. Pertambagan dan pertanian memang memberikan daya pikat dalam

membangun usaha, tetapi dampak yang timbul adalah lesunya semangat untuk menuntut

ilmu secara formal dikalangan lulusan SMA/SMK yang tidak melanjutkan pendidikan

ke perguruan tinggi di Suku Dayak di Kecamatan Sungai Melayu Raya.