BAB+II_10

15
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis Teori yang akan digunakan sebagai landasan meliputi teori yang berkaita dengan kecerdasan emosional dan prestasi belajar matematika. 1. Kecerdasa E!osioa" Menurut Cooper dan Sawaf ; “Emosi adalah sumber energi pengaruh informasi yang bersifat batiniah. Emosi yang baik atau buruk sudah ada sejak sehingga sangat penting dalam eksistensi kepribadian untuk mendukung kemapuan bertindak cerdas!. " Sedangkan yang dimaksud dengan kecerdasan emoisonal adalah “#eteramp memahami diri sendiri mengaturdiri sendiri moti$asi dariempati sebagai prediktor yang sangat kuat dan dapat dipercaya untuk meraih keberhasila bekerja. %ara ahli psikologi meyakini bahwa terdapat hubungan erat antara kemampua pengendalian emosi dengan kesuksesan dalam kehidupan. Menurut Mc Celland bahwa “#einginan untuk berprestasi adalah suatu motif untuk mencapai suatu s kualitas. Sesorang yang digerakkan oleh motif akan berusaha melakukan usahany atau pekerjaannya sebaik mungkin!. & 'leh karena itu emosi merupakan suatu sistem " (ilsafat %endidikan )akarta * +ayar Media %ratama ",,-. hal. " & /elajar dan %embelajaran & hal. 0 "& , ,

description

skripsi matematika 2012

Transcript of BAB+II_10

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL

9

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

Teori yang akan digunakan sebagai landasan meliputi teori yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dan prestasi belajar matematika.

1. Kecerdasan Emosional

Menurut Cooper dan Sawaf ; Emosi adalah sumber energi, pengaruh dan informasi yang bersifat batiniah. Emosi yang baik atau buruk sudah ada sejak lahir, sehingga sangat penting dalam eksistensi kepribadian untuk mendukung kemapuan bertindak cerdas.

Sedangkan yang dimaksud dengan kecerdasan emoisonal adalah Keterampilan memahami diri sendiri, mengatur diri sendiri, motivasi dari empati, sebagai prediktor yang sangat kuat dan dapat dipercaya untuk meraih keberhasilan dalam bekerja.

Para ahli psikologi meyakini bahwa terdapat hubungan erat antara kemampuan pengendalian emosi dengan kesuksesan dalam kehidupan. Menurut Mc Celland bahwa Keinginan untuk berprestasi adalah suatu motif untuk mencapai suatu standar kualitas. Sesorang yang digerakkan oleh motif akan berusaha melakukan usahanya atau pekerjaannya sebaik mungkin. Oleh karena itu emosi merupakan suatu sistem sebagai pemandu internal dalam melayani kebutuhan dasar manusia. Emosi dapat mempermudah dan mempersulit pengambilan keputusan, demikian pula sebaliknya.

Menurut Cery Y Young bahwa kecerdasan emosional ada lima dimensi, antara lain :

a. Sadar diri

b. Mampu mengatur diri

c. Mampu memotivasi diri

d. Memahami perasaan orang lain

e. Ketrampilan sosial / menjaga persahabatan

Kemampuan setiap orang berbeda beda, ada yang trampil menangani kecemasan diri sendiri dan ada yang tidak mampu untuk mengatasi kecemasan dalam dirinya. Oleh karena itu emosi pada dasarnya adalah motivasi untuk bertindak untuk mengatasi masalah atau kemampuan memecahkan masalah.

Kesiapan seorang anak untuk masuk sekolah tergantung pada hal yang paling dasar, yaitu belajar. Dalam lima dimensi itu terdapat tujuh perilaku kunci kecerdasan emosional antara lain :

a. Percaya diri

Penguasaan seseorang terhadap tubuh, perilakunya terhadap dunia sekitarnya.

b. Rasa ingin tahu yang besar

Perasaan bahwa menyelidiki segala sesuatu itu bersifat positif dan menimbulkan kesenangan terhadap dirinya sendiri.

c. Tekun dan bersungguh-sungguh

Hasrat dan kemampuan untuk berhasil dan untuk bertindak berdasarkan niat dengan tekun. Ini berkaitan dengan perasaan efektif dan terampil.

d. Kontrol diri

Kemampuan untuk mengontrol dan menyesuaikan aktivitas diri secara benar.

e. Kemampuan berhubungan dengan orang lain

Kemampuan untuk melibatkan diri dengan orang lain dengan berdasarkan saling memahami.

f. Kemampuan berkomunikasi

Kemampuan untuk bertukar fikiran, perasan dengan orang lain, ini berhubungan dengan rasa percaya pada orang lain.

g. Kemampuan bekerjasama.

Kemampuan untuk menyeimbangkan kebutuhan sendiri dengan kebutuhan lain.

Menurut uraian diatas bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dapat memperbaiki nilai prestasi belajarnya dan hampir semua siswa yang berprestasi kurang tidak memiliki satu atau lebih unsur-unsur kecerdasan emosional.

Kemampuan orang berbeda dalam wilayah ini, ada yang terampil menangani kecemasan diri sendiri tetapi agak kerepotan meredam kemarahan orang lain. Landasan dibalik ini adalah saraf, otak bersifat platis, sangat mudah dibentuk, dan terus menerus belajar. Kekurangan-kekurangan dalam ketrampilan emosional dapat diperbaiki sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya. Masing-masing wilayah dapat menampilkan bentuk kebiasaan dan respons yang tepat sesuai dengan kondisi.

Mayer dan Salovey mengategorikan kecerdasan emosional yang dimiliki manusia dalam tiga kelompok berdasarkan kesadaran emosional, yaitu :

a. Non conscious and regulation of emotion.

Ketidaksadaran dalam penyusunan dan pengaturan emosi, tidak mampu menahan emosi, pengeluaran terjadi diluar kesadaran diri.

b. Low level consciousness

Tipe kesadaran tingkat rendah, melibatkan kesadaran dalam sekejap, kurang melatih diri untuk mengendalikan emosi.

c. Higher consciousness

Mampu merefleksikan emosi dengan tepat, terlibat pemikiran tentang diri, dan sering me-recall pengalaman emosi.

Kesiapan seorang anak untuk masuk sekolah bergantung pada hal yang paling dasar diantara semua pengetahuan yaitu bagaimana belajar. Dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya, maka belajar ini disebut Rote Learning. Menurut Nasution belajar adalah penambahan pengetahuan, sehingga didalam praktek banyak dianut oleh sekolah dimana guru-guru berusaha memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid giat untuk mengumpulkannya, dan bukti bahwa seorang anak telah belajar dapat dilihat dari hasil ujian yang diadakan, sedangkan pada pendidikan modern definisi tentang belajar memperhatikan perkembangan seluruh pribadi anak seperti yang tercantum dalam pendidikan Nasional.

Belajar juga bisa diperoleh dengan jalan mengalami pengalaman itu sendiri memiliki arti sumber pengetahuan dan keterampilan, yang bersifat pendidikan. Pada garis besarnya pengalaman itu dibagi dua yaitu :

1. Pengalaman langsung, partisipasi sesungguhnya, berbuat dan lainnya.

2. Pengalaman pengganti.

a. Melalui observasi langsung

b. Melalui gambar

c. Melalui grafik

d. Melalui kata-kata

e. Melalui simbol-simbol

Belajar yang efektif dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan, apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan ulangan secara kontinu sheingga penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap.

2. Belajar memerlukan latihan, dengan jalan : relarning, recailing dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran akan lebih mudah dipahami.

3. Belajar akan lebih mudah berhasil jika belajar dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.

4. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajar.

5. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, pengalaman belajar yang lalu dengan yang baru diasosiasikan sehingga menjaid satu kesatuan pengalaman.

6. Pengalaman masa lalu besar peranannya dalam belajar, pengalaman ini menjadi dasar untuk menerima pengalaman baru.

7. Faktor kesiapan belajar, siswa yang telah siap belajar akan lebih mudah berhasil.

8. Faktor minat dan usaha, belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik dari pada tanpa minat.

9. Faktor-faktor psikologis, kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar, badan yang lemah tak mungkin melakukan belajar dengan sempurna.

10. Faktor intelegensi, siswa yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena anak yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena anak yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif dan lebih cepat mengambil keputusan, hal ini berbeda dengan siswa yang kurang cerdas.

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikanyang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implicit (tersembunyi). Kegiatan belajar terdiri dari kegiatan psikis dan kegiatan fisis yang saling bekerja sama secara terpadu dan konferhensif integral, sejalan dengan itu belajar dapat dipahami sebagai usaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian.

Menurut pengertian secara psikologi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baik secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkungan.

Untuk menangkap isi pesan belajar, maka dalam belajar individu menggunakan ranah-ranah :

a. Kognitif

yaitu keamanan yang berkenaan dengan pengetahuan, atau penalaran atau pikiran.

b. Efektif

yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi.

c. Psikotomorik

yaitu kemampaun yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan dan kreatifitas.

Arthur T Jersild menyatakan bahwa belajar adalah Modification of behavior through experience and traning yaitu perubahan atau membawa perubahan tingkat laku karena mengalami latihan.

Sebuah laporan dari National Center for Clinical Infant Programs menyatakan bahwa keberhasilan di sekolah bukanlah diramalkan oleh kemampuan dini siswa untuk membaca, melainkan oleh ukuran-ukuran emosional dan sosial seperti yakin pada diri sendiri dan mempunyai minat, tahu pola perilaku apa yang diharapkan orang lain dan bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk berbuat nakal, mampu menunggu, mengikuti petunjuk, dan mengacu pada guru untuk mencari bantuan, serta mengungkapkan kebutuhan-kebutuhannya saat bergaul dengan anak-anak lain. Menurut laporan tersebut, hampir semua siswa yang berprestasi sekolahnya buruk tidak memiliki satu atau lebih unsur-unsur kecerdasan emosional.

2. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar merupakan suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam prilaku individu sebagai hasil dari pengalaman, pada prinsipnya hasil belajar merupakan nilai (value) yaitu konsepsi prilaku abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Dalam praktiknya hasil belajar dijadikan instrumen (instrumental value) yaitu suatu nilai yang menjadi sarana bagi nilai lainnya. Perilaku yang dimaksud adalah perilaku yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, kebiasaan, kepandaian atau satu pengertian. Perubahan perilaku sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis dan psikologis seorang siswa sehingga perlunya guru memahami kondisi siswa tersebut, apabila ingin mendapatkan prestasi belajar yang maksimal.

Output pendidikan merupakan kinerja sekolah, yaitu prestasi yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Hal ini dapat diukur dari kualitas, efektivitas, produktivitas, efisiensi, inovasi, dan moral kerjanya. Kualitas dari sebuah keluaran sekolah dapat tercermin dari prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswanya menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, Ujian Akhir Nasional, karya ilmiah, dll. (2) prestasi non-akademik seperti peningkatan Imtak, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, ketrampilan dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya.

Prestasi belajar adalah hasil penilaian guru terhadap siswa untuk mengetahui beberapa jauh penguasaan siswa terhadap materi belajar yang telah diberikan. Penilaian prestasi belajar dalam pelajaran biasa ditentukan hasilnya melalui nilai angka atau pernyataan singkat.

Adapun maksud hasil belajar Matematika dalam skripsi ini adalah hasil penilaian guru terhadap siswa untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Matematika yang telah diberikan.

Prestasi belajar merupakan suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu. Pada prinsipnya hasil belajar matematika merupakan nilai yang konsepsi perilaku abstrak didalam diri manusia. Dalam praktiknya hasil belajar dijadikan suatu nilai berupa kecakapan, kepandaian atau satu pengertian. Oleh karena itu guru perlu memahami kondisi siswa, apabila ingin mendapatkan prestasi belajar yang maksimal. Prestasi sekolah dapat diukur dari kualitas, efektivitas, produktivitas, efisiensi, inovasi dan moral kerjanya.

Kualitas dari sebuah keluaran sekolah dapat tercermin dari prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswanya menunjukkan pencapaian yang tinggi berupa nilai ulangan umum, ujian akhir nasional, dl.

Prestasi belajar adalah hasil penilaian guru terhadap siswa untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan siswa terhadap materi belajar yang telah diberikan. Penilaian prestasi belajar dalam pelajaran bisa ditentukan hasilnya melalui nilai angka atau pernyataan singkat.

Adapun maksud prestasi belajar matematika dalam skripsi ini adalah hasil penelitian guru terhadap siswa untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika. Prestasi belajar matematika yang diambil sebagai data dalam penelitian ini adalah nilai murni ulangan umum siswa semsester khususnya pelajaran matematika.

3. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian Daniel Golamen menyatakan bahwa Setinggi tingginya IQ menyumbang sekitar 20% sebagai faktor yang menentukan sukses dalam hidup, sedang yang 80% disebabkan kekuatan-kekuatan lain, antara lain kelas sosial dan nasib baik sebagai kemampuan yang bernuansa kecerdasan emosional.

2. Penelitian Robert A. Baron menyatakan bahwa kemampuan berpikir secara abstrak dan belajar dari pengalaman, sehingga menunjukkan perilaku mampu mengerjakan tugas dan menerima informasi yang beragam secara cepat, mengerti dan mampu beradaptasi dengan situasi baru, sukses disekolah, dalam penelitian dan kehidupan.

B. Kerangka Berpikir

Supaya proses belajar efektif diperlukan motivasi yang cukup kuat, karena belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan untuk mencapai tujuan.

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah untuk :

1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.

2. Mengarahkan kegiatan belajar

3. Membesarkan semangat belajar

4. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian belajar.

Bila motivasi disadari oleh siswa, maka suatu pekerjaan dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.

Manusia adalah makhluk sosial. Perilakunya tidak hanya terpengaruh oleh faktor biologis saja, tetapi juga faktor-faktor sosial. Perilaku manusia terpengaruh oleh tiga komponen penting seperti afektif, kognitif dan konatif. Komponen afektif adalah aspek emosional yang terdiri dari motif sosial, sikap dan emosi. Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkait dengan pengetahuan. Sebagai anggota masyarakat, lingkungan dapat mempengaruhi cara belajar siswa. Oleh karena itu kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, kondisi sekolah yang sehat, lingkungan yang aman, tentram dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Keinginan untuk berprestasi adalah merupakan sebagai motif untuk mencapai suatu standar kualitas seseorang yang digerakkan oleh keinginan akan berusaha melakukan usahanya sebaik mungkin. Siswa yang mempunyai ketahanan yang tinggi dalam melakukan tugas tidak cepat menyerah. Mereka cenderung mempunyai hasil kerja yang baik.

Aktivitas siswa dikelas dibimbing dan diarahkan guru untuk menuntunnya dalam belajar matematika mereka diajak untuk melibatkan mental, fisik dan emosinya dalam proses memperoleh ilmu matematika. Dalam melakukan aktivitas tersebut, siswa dapat merasakan berbagai emosi seperti bersemangat, gembira, bosan dan putus asa, dan aktivitas seperti ini melibatkan kecerdasan emosional siswa. Adapun siswa yang mudah merasa kecewa, sedih, frustasi, cemas dalam mengikuti suatu pelajaran akan kesulitan dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam pelajaran matematika.

Siswa yang memiliki kemampuan yang baik dalam mengenali emosi dirinya, mengelola emosi, memotivasi diri, berhubungan dengan orang lain, dan mempunyai keinginan untuk berprestasi adalah siswa yang memiliki kecerdasan emosional yang baik. Sedangkan siswa yang kesulitan mengatasi satu atau lebih kemampuan diatas berarti kecerdasan emosionalnya kurang.

Dari kerangka berpikir di atas, diduga bahwa kecerdasan emosional siswa mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa SMP Advent VII Jakarta. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional stabil juga akan dapat memiliki prestasi belajar matematika yang tinggi. Adapun siswa yang kecerdasan emosionalya labil atau kurang stabil dalam belajar matematika diduga akan menjumpai banyak kesulitan dalam belajar matematika sehingga prestasi dalam pelajaran matematika kurang memuaskan.

Siswa yang lingkungan sekolahnya aman, tentram, indah, keluarga yang harmonis diduga akan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika dengan hasil yang baik dan siswa yang mempunyai keinginan untuk berprestasi akan berusaha untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Sedangkan siswa yang tidak mempunyai keinginan untuk berpretasi mereka akan cepat menyerah dan tidak mau berusaha sehingga hasil prestasi dalam pelajaran matematika kurang baik karena kehilangan minat untuk mencapai tujuan tersebut. Adapun siswa yang termotivasi cara belajarnya diduga akan dapat mengoptimalkan dirinya sehingga dapat memiliki prestasi belajar matematika yang tinggi dan sebaliknya bila siswa tidak memberi perhatian, proses belajar tidak akan berjalan dengan semestinya.

Oleh karena itu bisa diduga bahwa terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan emosionalnya stabil diduga akan memiliki hasil belajar matematika yang tinggi. Demikian sebaliknya siswa yang memiliki kecerdasan emosionalnya kurang stabil, diduga memiliki hasil belajar matematika yang rendah.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka befikir diatas, maka dapat dirumuskan :

Terdapat pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Advent VII Jakarta.

9

Filsafat Pendidikan Jakarta : Gayar Media Pratama, 1997. hal. 31

Belajar dan Pembelajaran 2 hal. 3 - 12

Program penyeteraan DIII Guru SMP PSI 039

Program penyetaraan DIII Guru SMP PSI 040

Nasution S. 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. hal. 39.

Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta ; Bumi Aksara., h. 29.

Ibid, h. 32

Bernadib, 1999. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. h. 7

H. Syaiful Sagala. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta, h. 12.

R. Madha Komala, berbagai faktor yang berpengaruh terhadap hasil pendidikan. Materi kuliah PPS Uhamka Jakarta, 200. h, 16

Depdiknas, Dirjen Dikdasmen. 200. Manajemen Pendidikan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta, h.8