Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

18
Bagaimana Meliput Kekerasan Agama, Etnik dan Nasionalisme? Andreas Harsono @andreasharsono www.andreasharsono.net

Transcript of Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Page 1: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Bagaimana Meliput Kekerasan Agama, Etnik dan Nasionalisme?

Andreas [email protected]

Page 2: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Kekerasan Pasca-Soeharto

Di Aceh, sekitar 10,000 korban kekerasan nasionalisme 1998-2004.

1997-2000: Sanggau-Ledo dan Sambas, sekitar 4,100 korban Madura kekerasan etnik: Melayu dan Dayak. Di Sampit, sekitar 2,500 korban Madura pada 2001.

Poso 2000-2002 sekitar 1,000 korban. 1999-2005: Ambon sekitar 10,000 korban kekerasan

agama. Di Ternate, sekitar 15,000 korban - “kuning” vs “putih”.

Timor Leste, 178 ribu korban antara 1975-1999 Papua, sekitar 100,000 korban antara 1962-1999,

sampai sekarang tiap minggu jatuh korban Lebih dari 1,000 gereja disegel, ditutup, sebagian

dibakar di Indonesia sejak SBY keluarkan aturan 2006 soal rumah ibadah

Korban terorisme di Jawa dan Bali sekitar 1,000

Page 3: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Analisis soal Kekerasan

Daerah2 cari equilibrium baru sesudah Soeharto mundur pada Mei 1998

Orde Baru bikin banyak kekerasan sejak 1965: The Act of Killing dan The Look of Silence serta mereka masih berkuasa

Penegakan hukum lemah dan banyak produk hukum diskriminatif

Tak ada upaya menegakkan keadilan dan kebenaran dari berbagai pembunuhan massal

Page 4: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Peranan media?

Pontianak, rasialisme anti-Madura dikobarkan: “Dimana bumi dipijak disana langit dijunjung”

Ambon: Wartawan terbagi Kristen dan Islam. Jawa Pos punya dua harian.

Timor Timur: Provinsi 27 dan campur tangan asing

Papua: Stereotype orang Papua tak bisa dipercaya, malas, korupsi bahkan kanibal

Bias dipelihara: nasionalisme dan agama Wartawan tak biasa menulis opini, tak diberi

waktu dan tempat buat menulis panjang Tak ada budaya media meliput media apalagi

mengolok-olok

Page 5: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme
Page 6: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Fundamentalisme Islam?

Survei dilakukan Yayasan Pantau 2009 dgn random sample 600 wartawan kecuali Papua dan Maluku

63.5 persen setuju fatwa MUI larangan terhadap sekulerisme, liberalisme, pluralism

64 persen setuju Ahmadiyah dilarang dan 35 persen soal Syiah

41 persen setuju perempuan wajib berjilbab

Debat soal Pancasila versus Islam tampaknya belum selesai juga

73 persen tak setuju kekerasan oleh Front Pembela Islam

Page 7: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Sepuluh Elemen Jurnalisme

Bill Kovach kurator Nieman Foundation di Universitas Harvard

Tom Rosenstiel wartawan Los Angeles Times

Tiga tahun, wawancara 1,500 wartawan

Edisi pertama 2001 dan revisi 2007

Page 8: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Bill Kovach Nieman Foundation, Harvard

Goenawan Mohamad (1989-1990) Ratih Hardjono

(1995-1996)

Page 9: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Loyalitas utama kepada warga

Kepada siapa praktisi jurnalisme harus menempatkan loyalitas? Perusahaan? Audience? Citizen?

Praktisi jurnalisme punya tanggungjawab sosial yang tak jarang bisa langkahi kepentingan organisasi media mereka.

Ironisnya, tanggungjawab itu sekaligus sumber keberhasilan organisasi

Segitiga bisnis media: audience, advertiser, citizens. Bisnis kepercayaan menuntut pagar api dimana

business interest dipisahkan dgn interest masyarakat Advertorial = advertisement + editorial

Page 10: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Esensi jurnalisme adalah verifikasi

Disiplin verifikasi bedakan jurnalisme dgn hiburan, propaganda, fiksi, infotainment atau seni

Tak setiap orang tahu standar verifikasi. Bagaimana caranya?

“There is but one kind of unity possible in a world as diverse as ours. It is unity of method, rather than aim; the unity of disciplined experiment” – Walter Lippmann “Public Opinion” 1923

Metode jurnalisme bisa objektif. Tapi objektifitas bukan tujuan.

Page 11: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Dasar dari Verifikasi

Bersikaplah setransparan dan sejujur mungkin tentang metode dan motivasi sobat dalam liputan. Jelaskan nama lengkap, tujuan wawancara dsb. Harus pakai byline;

Bersandarlah terutama pada reportase sobat sendiri. Sadarilah prinsip “order of sources” dimana sumber pertama lebih bisa diandalkan daripada sumber kedua dan berikutnya. Bedakan dengan “official sources”;

Bersikaplah rendah hati. Verifikasi memerlukan open mindedness. Pikiran yang terbuka.

Page 12: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Breaking News: Metro TV

Ricardo Hutahaean dari Metro TV naikkan berita tanpa datang ke Tolikara

Breaking News: Masjid dibakar saat sholat Ied

Tanpa ada info soal penembakan polisi dan satu remaja Papua meninggal

Page 13: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Wartawan harus independen

Wartawan harus bersikap independen terhadap orang-orang yang mereka liput.

Wartawan perlu bisa berpendapat lewat kolom opini. Media bahkan perlu punya wartawan yang bekerja khusus sbg kolumnis.

Menjadi netral bukan prinsip dasar jurnalisme. Impartialitas dan objektifitas juga bukan.

Tapi wartawan tak diharapkan menulis tentang sesuatu dan ikut jadi pemain.

Independensi harus dijunjung tinggi di atas identitas lain seorang wartawan.

Page 14: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Wartawan boleh mata-mata?

Victor Mambor, redaktur harian Jubi, etnik Papua, bila relevan, Muslim sejak lahir

Pada 2011, bocor dokumen Kodam Cenderawasih dan Kopassus, sekitar 500 halaman, termasuk puluhan wartawan bekerja sebagai “agen” dan “informan” buat militer

Dikotomi antara “wartawan nasional” dan “wartawan Papua” di Jayapura

Bila ada wartawan Papua dipukul aparat, selalu dipertanyakan kapasitas dalam kapasitas apa dia ada di lapangan

Page 15: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Proporsional dan komprehensif

Ibarat sebuah peta, ada detail suatu blok, tapi juga gambaran lengkap sebuah kota.

Pahamilah berbagai konvensi internasional soal pemakaian kekuatan: UN Basic Principles on the Use of Force and Firearms by Law Enforcement Officials.

Pemilihan berita sangat subjektif. Justru karena subjektif wartawan harus ingat agar proporsional dalam menyajikan berita.

Pahamilah berbagai infrastruktur hukum yang diskriminatif yang diletakkan oleh pemerintahan Susilo B. Yudhoyono 2004-2014 a.l. aturan rumah ibadah dan “Forum Kerukunan Umat Beragama” 2006, aturan anti-Ahmadiya 2008 dll.

Page 16: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Indonesia teken konvensi

Hak Perempuan - Convention on the Elimination of all forms of Discrimination Against Women (CEDAW) 1980

Anti-Penyiksaan - Convention Against Torture and other cruel, inhuman or degrading treatment or punishment (CAT) 1985

Hak Anak - Convention on the Rights of the Child (CRC) 1990 Anti-Rasialisme - International Convention of the Elimination of

all forms of Racial Discrimination (ICERD) 1999 International Covenant on the Economic, Social and Cultural

Rights (ICESCR) 2006 International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR)

2006 Buruh Migran - International Convention on the Protection of

the Rights of All Migrant Workers and Members of Their Families (Migrant Workers Convention) 2012

Page 17: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Kewajiban Warga thd Jurnalisme

Gangguan digital bikin model bisnis media amburadul

Indonesia 2014: Internet 28 persen, tak imbang antara Indonesia barat dan timur

Google, You Tube, Twitter, Facebook, Wordpress, Apple, Microsoft, Whatsapp bikin fungsi jurnalisme sebagai gatekeeper berantakan

Semua bisa jadi wartawan?

Warga punya hak terhadap informasi. Namun jurnalisme beda dgn informasi

Jurnalisme memerlukan posisi yang sebanding dengan perkembangan teknologi

Jurnalisme harus diselamatkan dalam era internet. Bukan semata suratkabar

Demokrasi dan jurnalisme lahir bersama dan juga akan jatuh bersama-sama

Page 18: Bagaimana meliput kekerasan agama, etnik dan nasionalisme

Blur: How to Know What’s True in the Age of Information Overload

Ada delapan peran praktisi era internet:

Authenticator Sense Maker Investigator Witness Bearer Empowerer Smart Aggregator Forum Organizer Role Model