Bag.inti Proposal Evie 2A
-
Upload
munah-asrini -
Category
Documents
-
view
2.117 -
download
0
description
Transcript of Bag.inti Proposal Evie 2A
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak – kanak
ke masa dewasa.masa remaja adalah masa perkembangan transisi
antara masa anak –anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis kognitif dan sosial.dalam kebanyakan budaya,remaja dimulai
pada kira –kira usia 10 – 13 tahun dan berahir kira – kira pada usia 18
sampai 22 tahun.(.Santrock J.W,2003 hal 31)
Salah satu tanda seseorang perempuan memasuki masa pubertas
adalah terjadinya menstruasi.menstruasi adalah pengeluaran cairan
secara berkala dari vagina selama usia reproduksi.menstruasi normal
terdiri dari darah,sekresi dan lapisan uterus / rahim yang terlepas
(Ramaiah,2006)
Bagi sebagian orang perempuan,menstruasi merupakan siksaan
trsendiri yang harus dialami setiap bulan,menurut penelitian lebih dari
50% wanita pernah mengalami gangguan pada proses menstruasi.salah
satu gangguan pada proses menstruasi adalah dismenore.pengertian
dismenore adalah gangguan fisik yang sangat menonjol pada wanita
yng sedang mengalami pendarahan haid.manifestasi utama pada
disminore adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai terjadi pada
24 jam sebelum terjadinya pendarahan haid dan dapat bertahan selama
24 – 26 jam meskipun beratnya hanya berlangsung 24 jam pertama
2
saat terjadinya pendarahan haid.kram tersebut terutama dirasakan di
daerah perut bagian bawah ,tetapi dapat menjalar ke punggung /
permukaan dalam paha.pada suatu kasus berat disertai
mual,muntah,diare,pusing,atau bahkan pingsan (Hendrik,2006)
Bobak (2004) hal 981,menyebutkan bahwa,disminore bukanlah
suatu penyakit,melainkan gejla yang timbul akibat adanya kelainan
dalam rongga panggul dan sangat mengganggu aktifitas
perempuan,bahkan sering kali mengharuskan penderita beristirahat dan
meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam akibat
dismenore.dismenore primer dimulai saat seorang wanita berumur 2-3
tahun setelah menarche dan mencapai maksimalnya pada usia 15 – 25
tahun.berdasarkan data menunjukkan bahwa dismenore primer tersebut
di alami oleh 60 – 75% perempuan muda.dari tiga perempat jumlah
tersebut mengalami dismenore dengan intensitas ringan /
sedang.sedangkan seperampat lainya mengalami,dismenore dengan
tingkat berat dan terkadag menyebabkan si penderita tidak berdaya
dalam menahan nyerinya tersebut.(hendrik,2006).
Meskipun dismenore merupakan masalah fisik bukan masalah
psikis,namun dismenore dengan tingkatan nyerinya sering
menimbulkan bahaya.kondisi seperti ini membawa remaja pada situasi
yang tidak menyenangkan.melihat dampak dari dismenore tersebut
dapat dikatakan bahwa disminore merupakan salah satu problema
dalam kehidupan remaja putri yang memaksa mereka untuk
3
menggunakan bernagai macam cara untuk mencegah terjadinya nyeri
disminore.(Ramaiah.2006)
Dari studi pendahuluan remaja putri pembelajaran yang diperoleh
di sekolah tidak menunjang pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
khususnya menstruasi dan cara penanggulangan nyeri dismenore.hasil
studi pendahuluan di Ponpes Putri Mojosari ada 53 Santriwati
mengalami nyeri haid (dismenore)dengan skala ringan,sedang
danberat.dari 53 orang santriwati tersebut 9 orang mengatakan saat
nyeri menstruasi tidak dapat mengikuti aktivitas sekolah.dan 11 orang
mengatakan mengatasinya dengan minum obat.
maka dari itulah peneliti tertarik untuk mengidentifikasi pengaruh
teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri Dismenore
sebagai solusi bagi remaja putri yang acap kali merasakan nyeri saat
Haid (Menstruasi) dan teknik ini belum diketahui efektifitasnya secara
pasti.
Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengurangi ketegangan dan
mempermudah pernafasan sehingga meningkatkan oksigen dalam
darah dan memberikan perasaan tenang menurunkan nyeri.sehinga
teknik ini bisa digunakan sebagai solusi menurunkan nyeri haid.
4
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah ada pengaruh teknik relaksasi Nafas dalam
terhadap penurunan Dismenore pada remaja putri?
2. Bagaimanakah efektifitas teknik relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan dismenore pada remaja putri?
3. Bagaimanakah penurunan nyeri sebelum dan sesudah
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Menjelaskan pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan dismenore pada remaja putri
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi perubahan intensitas nyeri pada remaja
putri sebelum dan setelah melakukan teknik relaksasi nafas
dalam
b. Mengetahui efektifitas teknik relaksasi nafas dalam
terhadap nyeri.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi
profesi dalam mengembangkan perencanaan keperawatan
yang akan dilakukan tentang pengaruh teknik relaksasi
Nafas Dalam terhadap penurunan dismenore.
5
2. Bagi peneliti yang akan datang
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan kesehatan, khususnya bagi ilmu keperawatan.
3. Bagi responden
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan
penatalaksanaan dalam teknik menurunkan intensitas
Dismenore.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM
1. Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan,yang dalam hal ini perawat mengajarkan pada pasien
bagaimana cara melakukan nafas dalam,nafas lambat (menahan
Inspirasi secara maksimal )dan bagaimana menghembuskan nafas
secara perlahan,selain dapat menurunkan intensitas nyeri,teknik
relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah ( Smeltzer & Bare,2002)
Teknik relaksasi yaitu menganjurkan pasien untuk menarik
nafas dalam dan mengisi paru – paru dengan
udara,menghembuskanya secara perlahan,melemaskan otot- otot
tangan,kaki,perut,dan punggung,serta mengulani hal yang sama
sambil terus berkonsentrasi hingga di dapat rasa
nyaman,tenang,dan rileks.(Aziz A.,2006.hal.221)
Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien
yang mengalami nyeri kronis.latihan pernafasan dan teknik
relaksasi menurunkan konsumsi oksigen,frekuensi
pernafasan,frekuensi jantung, dan ketegangan otot,yang
7
menghentikan siklus nyeri-Ansietas-ketegangan otot
(McCaffery,1998)
Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa
nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis.relaksasi sempurna
dapat mengurangi Ketegangan otot,rasa jenuh dan kecemasan
sehinga mencegah menghebatnya stimulus nyeri. (Kusyati
E.2006.hal.198)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa relaksasi
merupakan metode efektif untuk menurunkan nyeri yang
merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan dengan meknismenya yang menghentukan siklus
nyeri.
2. Jenis – jenis Teknik Relaksasi
Relaksasi ada beberapa macam.Miltenberger(2004)
mengemukakan 4 macam relaksasi,yaitu relaksasi otot(progressive
muscle relaxation),pernafasan (diaphragmatic breathing),Meditasi
(Attention – focussing exercises),dan relaksasi perilaku
(behavioural relaxation training).
a. Autogenic relaxation
Autogenic relaxation merupakan jenis relaksasi yang
diciptakan sendiri oleh individu bersangkutan.cara seperti
ini dilakukan dengan mengabungkan imajinasi visual dan
8
kewaspaddan tubuh dalam menghadapi stress.teknik ini
dapat dilakukan dengan cara:
1. Memberikan sugesti sendiri dengan kata – kata tertentu
yang dapat memberikan ketenangan
2. Mengatur pernafasan dan rileks (memberikan rasa
nyaman) pada tubuh.
3. Membayangkan sesuatu atau tempat –tempat yang
indah dan tenang secara focus dan terkontrol sambil
mersakan sensasi berbeda yang muncul dalam fikiran.
4. Tangan saling melipat pada masing lengan yang
berlawanan.
b. Muscle relaxation
Teknik ini bertujuan untuk memberikan rasa nyaman
pada otot – otot.ketika terjadi stress otot –otot pada
beberapa bagian tubuh menjadi menegang seperti otot
leher,pungung,lengan.teknik dilakukan dengan cara
merasakan perubahan dan sensasi pada otot bagian tubuh
tersebut.teknik dapat dilakukan dengan:meletakkan kepala
diantara kedua lutut(kira –kira selama 5 detik.dan
merebahkan badan ke belakang secara berlahan selama 30
detik,sikap ini dilakukan terus secara beulang smabil
merasakan perubahan pada otot – otot tubuh.
c. Visualisasi
9
Teknik ini merupakan bentuk kemampuan mental utuk
berimajinasi seperti melakukan perjalanan ke suatu tempat
yang damai,atau situasi yang tenang.teknik visualisasi
seolah olah menggunkan beberapa indra secara bersamaan.
Beberapa teknik relaksasi lainya yang familiar dapat
dilkukan seperti:yoga,taichi,meditasi,mendengar musik,
hyponsis,pijat(spa),dll
3. Tujuan
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik
relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi
alveoli,memelihara pertukaran gas,mencegah atelektasis
paru,meningkatkan efisiensi batuk,mengurangi stress baik stress
fisik maupun emosional yaitu,menurunkan intensitas nyeri dan
menurunkan kecemasan.
4. Prosedur teknik relaksasi nafas dalam
a. Menurut Priharjo(2003)
Bentuk pernafasan yang digunakan pada prosedur ini
adalah diagfragma yang mengacu pada pendataran kubah
diagfragma selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran
abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk
selama inspirasi.
Adapun langkah –langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah
sebagai berikut:
10
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Usahakan tetap rileks dan tenang
3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru –paru
dengan udara melalui hitungan.
4. Perlahan –lahan udara di hembuskan melaluai mulut sambil
merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks.
5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali.
6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan
memalui mulut secara pelahan – lahan.
7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks.
8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9. Ada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri.
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hinga nyeri terasa
berkurang
11. Ulangi sampai 15 kali,dengan selingi istirahat singkat setiap
5 kali.
12. Bila nyeri menjadi hebat,seseorang dapat bernafas secara
dangkal dan cepat.
b. Teknik relaksasi secara umum
1. Duduk dengan tenang dalam posisi yang nyaman
2. Tutup mata
3. Ciptakan rasa relaks pada semua otot otot anda
4. Kosongkan pikiran anda
11
5. Atur pernafasan dengan cara bernafas dengan hidung dan
mengeluarkanya dengan mulut lalu hitunglah dengan
mulut,lakukan secara berulang –ulang
6. Saat menarik dan melepaskan nafas lewat mulut rasakan
perubahan dan sensasi pada dada dan anggota tubuh yang
lain.
7. Lakukan secara berulang – ulang selama 10 menit.
5. Faktor –faktor yang mempengaruhi teknik relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan nyeri
Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya dapat menurunkan
intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu
a. dengan merelaksasikan otot -otot skelet yang mengalami
spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostagladin
sehingga menjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan
meningkatkan aliran darah kedaerah yang mengalami spasme
dan iskemik.
b. Teknik relaksasi nafas dalam dipercayai mampu merangsang
tubuh untuk melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan
enkefalin(Smeltzer& Bare,2002)
c. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat.
Relaksasi melibatkan sistem otot dan respirasi dan tidak
membutuhkan alat lain sehingga mudah dilkukan akapan saja atau
sewaktu waktu.
12
Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi
terletak pada fisiologi sistem syaraf otonom yang merupakan
bagian dari sistem syaraf perifer yang mempertahankan
homeostasis lingkunagan internal individu.pada saat terjadi
pelepasan mediator kimia seperti bradikinin,prostaklandin,dan
substansi,akan merangsang syaraf simpatis sehingga menyebabkan
vasokonstriksi yang ahirnya meningkatkan tonus otot yang
menimbulkan berbagai efek seperti,spasme otot yang ahirnya
menekan pembuluh darah,mengurangi aliran darah dan
meningkatkan kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan
pengiriman implus nyeri dari medula spinalis ke otak dan
dipresepsikan sebagai nyeri.
B. KONSEP DASAR NYERI
1. pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatanya,dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya.(Aziz.A,2006 hal.214)
Nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
yang keberadaanya diketahui jika orang tersebut pernah
mengalaminya.(Mc.Coffery dalam buku Aziz A.2006 hal 214)
13
Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh,timbul
ketika jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu tersebut
bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.(Arthur
C.Curton,1983 dalam Aziz A.2006 hal 214)
Berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Nyeri merupkan suatu hal yang tidak menyenangakan bagi
individu yang bersifat subyektif yang timbul karena respon
emosional terhadap stimulus yang berlebihan atau dikarenakan
adanya jaringan yang rusak.
2. fisiologi nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri.Organ tubuh yang berperan sebagai
reseptor Nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial
merusak.reseptor nyeri disebut juga Nocireceptor,secara anatomis
reseptor nyeri(Nociceptor)ada yang bermielien dan ada juga yang
tidak bermielien dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya,nocireseptor dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit(kutaneus),somatik
dalam(deepsomatik)dan pada daerah viseral,karena letaknya yang
berbeda – beda inilah,nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang
berbeda.
14
Nocireceptor kutanius berasal dari kulit dan sub kutan,nyeri
yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan
didefinisikan.reseptor jaringan kulit(kutaneus)terbagi dalam dua
komponen yaitu:
a. Reseptor A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6 –
30 m /det)yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang
akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
b. Serabut C merupakan serabut komponen lambat(kecepatan
transmisi 0,5 m/det)yang terdapat pada daerah yang lebih
dalam,nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit
dilokalisasi.Struktur reseptor nyari somatik dalam meliputi
reseptor nyeri yang terdapat pada tulang,pembuluh
darah,syaraf,otot,dan jarinagan penyangga lainya.karena
struktur reseptornya kompleks,nyeri yang timbul merupakan
nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral,reseptor ini
meliputi organ –organ viseral seperti jantung,hati,usus,ginjal
dan sebagainya.nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya
tidak sensitif terhadap pemotongan organ,tetapi sangat sensitif
terhadap penekanan,iskemia dan inflamasi.
15
3. klasifikasi Nyeri
a. Nyeri akut nyeri yang berlangsung tidak melebihi 6
bulan,serangan mendadak dari sebab yang sudah diketahui dan
daerah nyeri biasanya sudah diketahui,nyeri akut ditandai
dengan ketegangan otot,cemas yang keduanya akan
meningkatkan persepasi nyeri.
b. Nyeri kronis,nyeri yang berlangsung 6 bulan atau lebih,sumber
nyeri tidak diketahui dan tidak bisa ditentukan lokasinya.sifat
nyeri hilang dan timbul pada periode tertentu nyeri menetap.
2.1 Perbedaan nyeri akut dan kronis,Aziz A.2006: Sumber :
barbara C.Long 1998.
Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronisPengalamanSumber
Serangan
Waktu
Pernyataan nyeri
Gejala –gejala klinis
Pola
Perjalanan
Satu kejadianSebab eksternal atau penyebab dari dalammendadak
sampai 6 bulan
daerah nyeri tidak diketahui secara pasti
pola respon yang khas dengan gejala yang lebih jelasterbatas
biasanya berkurang setelah beberapa saat
Satu situasi,status eksistensiTidak diketahui atau pengobatan terlalu lama
Bisa mendadak,berkembang dan terselubungLebih dari 6 bulan sampai bertahun –tahunDaerah nyeri sulit dibedakan intensitasnya,sehingga sulit dievaluasi
Pola respons yang bervariasi dengan sedikit gejala(adaptasi)
Berlangsung terus dapat bervariasiPenderitaan meningkat setelah beberapa saat
16
Selain klasifikasi nyeri diatas,terdapat jenis nyeri yang
spesifik,diantaranya nyeri somatik,nyeri viseral,nyeri menjalar
(referenpain) ,nyeri psikogenik,nyeri phantom dari
ekstremitas ,nyeri neurologis dan lain –lain.
Nyeri somatis dan viseral ini umumnnya bersumber dari
kulit dan jaringan dibawah kilit(superfisial)pada otot dan tulang.
2.2 Perbedaan nyeri somatik dan viseral,Aziz A.2006
karakteristik Nyeri somatik Nyeri viseral
Menjalar
StimulasiReaksi otonom
Reaksikontraksi otot
SuperfisialTajam,menusuk,MembakarTidak
Torehan,abrasi terlalu,panas dan dinginTidakTidak
DalamTajam,tumpul,nyeri terusTidak
Torehan,panas,Iskemia,pergeseran tempatYaYa
Tajam,tumpul,nyeri terus,kejangYa
Distensi,iskemia,spasmus,iritsi kimiawiya ya
4. Teori pengontrolan nyeri
Terdapat berbagai teori yang berusaha mengambarkan bagaimna
nocireceptor dapat menghasilkan rangsang nyeri.sampai saat ini di
kenal sebagai teory yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat
timbul,namun teori gerbang kendali nyeri di anggap paling
relevan(Tamsuri,2007)
Teory gate control dari melzack dan Wall (1965),implus nyeri
dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di
17
sepanjangsistem syaraf pusat.teori ini mengatakan bahwa implus nyeri
dihantarkan saat sebuah pertahanan tertutup.upaya menutup pertahanan
tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.
Suatu keseimbangan aktifitas dari neuron sensori dan serabut
control desenden dari otak mengatur proses pertahanan.neuron delta
penghubung A dan C melepaskan substansi P untuk mentransmisi
implus melalui mekanisme pertahanan.selain ini,terdapat
mekanoreseptor neuron beta pengubung A yang lebih tebal,yang lebih
cepat yang melepaskan neurotransmiter menghambat.apabila masukan
yang dominan yang berasal dari serabut beta penghubung A maka akan
menutup mekanisme pertahanan.
Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang
perawat menggosok punggung klien dengan lembut.pesan yang
dihasilkan akan mentimulasi mekanoreseptor apabila masukan yang
dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C maka akan
membuka pertahanan tersebut dan klien mempresepsikan sensasi
nyeri.bahkan jika implus nyeri dihantarkan ke otak,terdapat pusat
kortek yang lebih tinggi diotak yang memodifikasi nyeri.alur saraf
desenden melepaskan opiat endogen,seperti endorphin dan
dinorfin,suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh.neuro
medulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat
pelepasan substansi P.teknik distraksi,konseling,dan pemberian
plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (potter,2005)
18
5. Respon Nyeri
a. Respon fisiologis
Respon fisiologs sangat berkaitan dengan pemahman klien
terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien.arti nyeri bagi
individu berbeda-beda:
1. Bahaya atau merusak
2. Komplikasi seperti infeksi
3. Penyakit yang berulang
4. Penyakit baru
5. Penyakit yang fatal
6. Peningkatan ketidakmampuan
7. Kehilangan mobilitas
b. Respon fisiologis tehadap nyeri
1. Stimulasi simpatik (nyeri ringan,moderat,dan superfisial)
2. Stimulasi parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
a. Muka pucat
b. Nafas cepat dan irregular
c. Penurunan denyut jantung
d. Nafas cepat dan ireguler
e. Nausea dan vomitus
19
f. Kelelahan dan keletihan
c. Respon tingkah laku terhadap nyeri
1. Pernyataan verbal (mengaduh,menangis,sesak
nafas,mendengkur)
2. Ekspresi wajah (meringis,menggeletukkan gigi,mengigit bibir)
3. Gerakan tubuh ( gelisah,imobilisasi,ketegangan
otot,peningkatan gerakan jari dan tangan.
4. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (menghindari
percakapan dan kontak sosial,penurunan rentang perhatian)
Mainhehart&Mc.Caffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri:
1. Fase antisipsi (terjadi sebelum nyeri diterima)
Pada fase ni memungkinkan seseorang belajar tentang nyeri
dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut.
2. Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa)
Karena nyeri bersifat subyektif maka tipa orang dalam
menyikapi nyeri juga berbeda –beda.orang yang mempunyai
tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh
nyeri dalam stimulus kecil,sebaliknya orang yang toleransi
terhadap nyeri rendah akan mudah merasa nyeri dengan
stimulus nyeri kecil.klien dengan tingkat toleransi tinggi
terhadap neyeri mampu menahan nyeri tanpa
bantuan,sebalikanya orang yang toleransi nyerinya rendah
sudah mencari upaya mencegah nyeri,sebelum nyeri
20
datang.keberadaan enkefalin dan endorfin membentu
menjelaskan bagaimana seseorang yang berbeda merasakan
tingakt nyeri dari stimulus yang sama.kadar endorfin tidak
sama tiap individu,individ dengan endofin tinggi sedikit
merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin
merasakan nyeri lebih besar.
3. Fase akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti)
Pada fase ini klien masih membutuhkan kontrol,karena nyeri
bersifat krisis,sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala
sisa pasca nyeri.
6. Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri
1. Arti nyeri
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti dari nyeri merupakan arti yang negatif,keadaan ini
dipengaruhi olh beberapa faktor seperti: Usia,jenis kelamin,latar
belakang sosial budaya,lingkungan dan pengalaman.
2. Persepsi nyeri
Merupakan penilaian yang sangat subyektif tempatnya pada
korteks (pada fungsi evaluatif kognitif ).persepsi ini dipengaruhi
oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
3. Toleransi nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri .faktor yang
21
dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara
lain,alkohol,obat –obatan,hipnotis,gesekan dan garukan.dan
sebagainya.sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara
lain,kelelahan,rasa marah,bosan.cemas,nyeri yang tak kunjung
hilang,sakit,dan lain-lain
4. Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan respon sesorang terhadap
nyeri,seperti ketakutan,gelisah,cemas dan lain-lain,semua ini
merupakan bentuk respon nyeri yang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti:arti nyeri,tingkat persepsi nyeri,pengalaman
masa lalu,nilai budaya,harapan sosial,kesehatan fisik dan
mental,rasa takut,cemas,usia,dan lain-lain.
7. Intensitas nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu,pengukuran intensitas nyeri sangat
subyektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas
yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang
berbeda.pengukuran nyeri dengan pendekatan obyektif yaitu paling
mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap
nyeri iu sendiri namun,pengukuran dengan teknik ini juga tidak
dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.
(Tamsuri,2007)
Menurut Smeltzer,S.C Bare B.G (2002)adalah sebagai berikut:
22
a. Skala intensitas nyeri deskritif
b. Skala identitas nyeri Numerik
c. Skala analog visual
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik.
4-6 :Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan
baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,
23
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul.
C. KONSEP DISMENORE
1. Pengertian
Disminore adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai terjadi
pada 24 jam sebelum terjadinya pendarahan haid dan dapat bertahan
selama 24 – 36 jam meskipun beratnya berlansung 24 jam
pertama.kram tersebut terutama didaerah perut bagian bawah tetapi
dapat menjalar ke pungung atau permukaan dalam paha yang
terkadang menyebabkan penderita tidak berdaya dalam menahan
nyerinya tersebut.( Hendrik,2006)
Dismenore adalah nyeri haid menjelang atau selama haid,sampai
membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur.nyeri
kadang bersamaan dengan rasa mual,sakit kepala,perasaan mau
pingsan,lekas marah.(Kapita selekta Ked.vol.2 hal 372)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasanya disminore
atau nyeri saat haid adalah nyeri yang dirasakan sebelum atau selama
haid,terutama diaerah bawah perut dan menjalar ke daerah punggung
yang mengakibatkan seorang individu yang mengalami dismenore
berat harus meningalkan aktivitasnya.
24
2. Jenis –jenis disminore
Smeltzer (2002),menyebutkan bahwasanya dismenore ada 2
yaitu,dismenore primer dan sekunder.
1. Dismnore Primer
Dismenore primer adalah menstruasi yang sangat
nyeri,tanpa patologi pelvis yang dapat di identifikasikan,dapat
terjadi pada waku menarchi atau segera setelahnya.dismenore
ditandai oleh nyeri kram yang dimulai sebelum atu segera awitan
aliran menstrual dan berlanjut selama 48 jam hinga 72
jam.pemeriksaan pelvis menunjukkan temuan yang
normal.dismenore diduga sebagai penyebab dari pembentukan
prostagladin yang berlebihan yang menyebabkan uterus untuk
berkonstraksi secara berlebihan dan juga menyebbkan vasospasme
arteolar.dengan bertambahnya usia wanita,nyeri cenderung untuk
menurun dan ahinya hilang sama sekali setelah melahirkan anak.
(smeltzer,2002)
Bisa juga terjadi nyeri pada pantat,rasa nyeri pada paha
bagian dalam,mual,muntah,diare,pusing atau bahkan pingsan.jadi
anda menderita dismenore biasanya keluhan –keluhan yang paling
hebat muncul pada hari pertama haid.keluahan akan muali
berkurang pada hari – hari berikutnya.umumya berlangsung tidak
25
lebih dari 12 -16 jam.namun ada juga wanita yang mengalami dari
awal hingga hari terahir haid,yaitu sekitar 5 -6 hari(Ramaiah,2006)
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan yang
jalas ,kelainan anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai
infeksi,endometriosis,mioma uteri,polip endometrial,stenosis
servik,IUD juga dapat menyebabkan dismenore (Bobak,2004.hal
990)
3. Derajat nyeri haid (disminore)
Riyanto (2002) menyebutkan bahwa derajad dismenore ada 4 yaitu
derajad 0-3
1. Derajat 0
Tanpa rasa nyeri dan aktifitas sehari –hari tak terpenuhi.
2. Derajat I
Nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri namun aktifitas
jarang terpengaruh.
3. Derajat 2
Nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri namun
aktifitas sehari –hari tergangu
4. Derajat 3
Nyeri sangat hebat dan tak berkurang walaupun telah
menggunakan obat dan tidak dapat bekerja.
26
Sementara itu menurut potter(2005),karakteristik paling subyektif
pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri
tersebut.klien sering kali diminta ntuk mendeskripsikan nyeri
sebagai nyeri ringan,nyeri sedang,nyeri hebat.skala deskriptif
merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
obyaktif.skala pendeskripsi verbal (verbal discriptor
scale,VDS)merupakan sebuah garis yang terdiri 3 – 5
kata.pendiskripsi ini dirangking dari “tidak terasa
nyeri”sampai”nyeri yang tidak tertahan”.alat VDS ini
memungkinkan klien untuk mendiskripsi nyeri.skala peniaian
numerik (numerical rating scale,NRS)lebih digunakan sebagai
pengganti alat pendeskripsi kata,klien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10
4. Etiologi (penyebab )
Banyak teori dikemukakan untuk menerangkan penyebab
dismenore primer,tetapi tetap belum jelas penyebabnya hingga saat
ini.dahulu disebutkan faktor keturunan,psikis,dan lingkungan dapat
mempengaruhi penyebab hal itu,namun penelitian dalam tahun- tahun
ini menunjukkan adanya pengaruh zat kimia dalam tubuh yang disebut
prostaglandin.
Diantara sekian banyak hormon yang beredar dalam darah,terdapat
senyawa kimia yang disebut prostaglandin,telah dibuktikan
prostaglandin berperan dalam mengatur berbagai proses dalam tubuh
27
termasuk aktifitas usus,perubahan diameter pembuluh darah dan
konstraksi uterus.para ahli berpendapat ,bila pada keadaan tertentu
dimana kadar prostaglandin berlebihan,maka konstraksi
uterus(rahim)akan bertambah.hal ini menyebabkan terjadi nyeri yang
hebat yang disebut disminore.
5. Patofisiologi
Selama fase lutel dan menstruasi,prostaglandin F2 alfa
(PGF2α),disekresi.pelepasan PGF2α yang berlebuhan meningkatkan
amplitudo dan prekuensi konstraksi uterus dan menyebabkan
vasospasme arteriol uterus,sehingga mengakibatkan iskemia dan
kram abnomen bawah yang bersifat siklik.respon sistemik terhadap
PGF2α meliputi nyeri punggung,kelemahan,pengeluaran
keringat,gejala saluran cerna (anoreksia,mual,muntah,dan diare) dan
gejala sistem syaraf pusat meliputi:pusing,sinkop,nyeri kepala dan
konsentrasi buruk(bobak,2004 hal 989).
D. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara
kansep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti
melalui penelitian penelitian yang akan dilakukan.(Notoatmodjo,2002).
28
Keterangan :
= diteliti
Nyeri
Syaraf Otonom
Teknik relaksasi nafas dalam
Dismenore
Prostagladin F2 alfa (PGF2a)
Hipotalamus
HPA axis
TenangRelaks
Batang otak
AxisPituitary
Blok nyeri
Enkefalin EndorphinCortisol
29
E. HIPOTESIS
1. Ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas
Dismenore remaja putri.
= tidak diteliti
30
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Desaign penelitian
Desaign penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian ,yang
memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa
mempengaruhi validiti suatu hasil.desaign reet sebagai petunjuk peneliti
dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan
atau menjawab suatu pertanyaan.(Nursalam,2003)
Pada penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen dengan rancangan
“Non Randomized Control Group pretest – posttest design”dimana rancangan
ini mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan
kelompok kontrol disamping kelompok eksperimental.tetapi pemilihan kedua
kelompok ini tidak menggunakan teknik acak.
Subyek Pra Perlakuan PostK-A. O I O1-A.K-B. O - O1-B.
Time 1. Time 2. Time 3.Keterangan :
K-A. : Subyek perlakuan
K-B. : Subyek kontrol
31
O : Observasi sebelum teknik relaksasi nafas dalam
I : Intervensi ( teknik relaksasi nafas dalam)
O1( A + B ) : Observasi kemampuan dan intensitas Dismenore pada Remaja
putri
B. Kerangka kerja
Kerangka kerja merupakan salah satu tahap dalam penelitian. Pada
kerangka kerja disajikan alur penelitian, terutama variabel yang akan digunakan
dalam penelitian (Nursalam,2003). Kerangka kerja yang digunakan pada
penelitian disajikan pada bagan berikutKerangka kerja merupakan salah satu tahap
dalam penelitian. Pada kerangka kerja disajikan alur penelitian, terutama variabel
yang akan digunakan dalam penelitian (Nursalam,2003). Kerangka kerja yang
digunakan pada penelitian disajikan pada bagan berikut:
Sampel sesuai dengan kriteria inklusi (n=22 remaja putri)
Pengumpulan data
Pre test (11 remaja)Skala pengukuran VAS untuk perubahan
intensitas dismenore
32
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitien Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap Perubahan Kemampuan dan penurunan dismenore
Populasi:Remaja putri yang mengalami dismenore (N = 50)
Hasil
Post test
Skala pengukuran VAS perubahan intensitas dismenore
Intervensi
Teknik relaksasi nafas dalam
Tidak mendapat intervensi (kelompok kontrol)
Post test
Skala Pengukuran VAS untuk perubahan intensitas dismenore
Analisis data
Wilcoxon Signed Rank test
Desiminasi hasil
Pre test (11 remaja)
Skala pengukuran VAS untuk perubahan intensitas dismenore
Sampling (purposive sampling)
33
2.1 Tabel kerangka kerja penelitian
No.
BulanApril Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Usulan X2 Proposal3 Latar
BelakangX
4 Rumusan masalah
X
5 Tujuan X6 Manfaat X7 Judul X8 Tinjauan
teoriX X
9 Kerangka konsep
X
10 Hipotesis X11 Menentukan
DesaignX
12 Kerangka kerja
X
13 Sampling desaign
X
14 Menentukan variabel
X
15 Definisi operasional
X
16 Teknik pengumpulan data
X
17 Analisa data X18 Ujian X19 Penelitian X X X X20 Pembahasan X21 Hasil X22 Simpulan
saranX
34
C. Sampling desaign
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek (manusia,klien)yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.(Nursalam,2008)
Keseluruhan objek penelitian atau obyek yang diteliti
(Notoatmojo,2002)
Objek (populasi)dalam penelitian ini adalah santriwati Ponpes
Putri Mojosari yang mengalami nyeri haid (dismenore)berjumlah 50
Santriwati.
2. Sampel
Sampel menurut Notoatmojo,2002 adalah sebagian yang diamil
dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling.
(Nursalam,2008). Dari data tentang populasi di atas akan diseleksi
kriteria sampel yang terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria inklusi
yaitu karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target
yang terjangkau oleh peneliti (Nursalam, 2003).
1) Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Remaja putri
2. Remaja putri yang mengalami nyeri haid Ringandan sedang.
35
3. Remaja putri bersedia menjadi responden
4. Belum pernah mendapat pembelajaran teknik relaksasi nafas
dalam
2) Kriteria eksklusi pada penelitian ini ditetapkan dengan
mengeluarkan atau menghilangkan subyek dari penelitian karena
berbagai sebab dengan kata lain tidak layak untuk diteliti atau tidak
memenuhi kriteria inklusi pada saat penelitian berlangsung
(Nursalam & Pariani, 2000). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
adalah :
1. Remaja putri yang menolak menjadi subyek penelitian
2. Remaja yang memiliki kelainan atau penyakit organ
reprouksi
Pada penelitian ini diambil sampel dari siswi yang mengalami nyer
atau dismenore pada saat menstruasi baik 24 jam sebelum atau saat
menstruasi. Besar sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut :
n =
N . Zα2 . p .qd2( N−1)+z2 . p .q
n =
50 .(1 ,96 )2 . 0,5 . 0,5
0 ,052(50−1)+(1 , 96 )2 0,5 .0,5
n = 21,9
n = 22
Jadi perkiraan besar sampel adalah 22 remaja putri
36
Keterangan :
n : Perkiraan besar sampel
N : Perkiraan besar populasi
z : Nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)
p : Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50 %
q : 1 – p (100% - p)
d : Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)
(Nursalam, 2003).
3. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi.(Nursalam,2008)
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan
nonprobability sampling yaitu “teknik Purposive sampling”atau
disebut juga “Judgement Sampling”yaitu cara memilih sampel dari
populasi sesuai dengan yang di kehendaki peneliti(tujuan/masalah
dalam penelitian).
D. Identifikasi variabel
1. Variabel Independen
37
Variabel yang nialinya menentukan variabel lain.suatu kegiatan
stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada
variabel dependen.variabel bebas biasanya dimanipulasi,diamati, dan
diukur untuk diketahui hubungan dan pengaruhnya. (Nursalam,2008)
Variabel independen yang dipakai dalam penelitian ini adalah Teknik
relaksasi Nafas Dalam
2. Variabel Dependen
Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain.variabel
respon akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel – variabel
lain. (Nursalam,2008)
Variabel dependen yang dipakai dalam penelitian ini adalah
penurunan Dismenore
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan kerakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut.(Nursalam,2008)
Variabel Definisi
operasional
Indikator Alat ukur Skala
data
Skor
Variabel
Independ
en
Teknik
Relaksasi
Nafas
Dalam
suatu metode
relaksasi
mengurangi
intensitas nyeri
dengan
meningkatkan
ventilasi alveoli,
Kemampuan
Menarik nafas
melalui hidung
setelah
hitungan ke 7
SAP - -
38
Variabel
dependen
penuruna
n Nyeri
dismenor
e
memelihara
pertukaran
gas,mencegah
atelektasis
paru,meningkatk
an efisiensi
batuk,menguran
gi stress baik
stress fisik
maupun
emosional
yaitu,menurunka
n intensitas nyeri
dan menurunkan
kecemasan.
nyeri yang
terjadi akibat
konstraksi uterus
dan kejang otot
sebelum atau
saat haid
(menstruasi)
terutama di
daerah bawah
perut.
kemudian
menghembusk
an memalui
mulut secara
pelahan –
lahan.
Selama 3 X
Nyeri
Dismenore
-Derajat 0
Tanpa rasa
nyeri dan
aktifitas sehari
–hari tak
terpenuhi.
Skala
pengukur
an
VAS(visu
al analaog
Scale)
Ordin
al
0=
Tidak
nyeri
1-3=
Nyeri
ringan
4-6=
Nyeri
Sedang
7-9=
Nyeri
Berat
39
-Derajat I
Nyeri ringan
dan
memerlukan
obat rasa nyeri
namun
aktifitas jarang
terpengaruh.
-Derajat 2
Nyeri sedang
dan tertolong
dengan obat
penghilang
nyeri namun
aktifitas sehari
–hari tergangu
-Derajat 3
Nyeri sangat
hebat dan tak
berkurang
walaupun
telah
menggunakan
terkontr
ol
10=
Nyeri
Berat
tidak
terkontr
ol
40
obat dan tidak
dapat bekerja.
F. Teknik Pengumpulan data
1. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data untuk pengaruh
teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan dismenore pada remaja puti
adalah dengan menggunakan skala pengukuran VAS (visual analog
scale)menurut Nursalam 2003 dalam Konsep & Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Data yang telah dikumpulkan kemudian
ditabulasi. Data yang dianggap memenuhi syarat untuk selanjutnya diberi
tanda khusus (coding) untuk menghindari pencantuman identitas atau
menghindari adanya kesalahan dan duplikasi entri data.
2. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian adanya pengaruh teknik relaksasi nafas dalam ini
dilaksanakan di pondok pesantren putri mambaul ulum,Jl.raya Mojosari –
Pacet,Ds.Awang-Awang,Kec.Mojosari,Kab.Mojokerto.
penelitian ini diperkirakan membutuhkan waktu 4 minggu mulai bulan Juni –
Agustus.
G. Prosedur pengambilan data
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapatkan izin dari bagian
akademik Program Studi Ilmu Keperawatan Dian Husada yang kemudian juga
41
mendapat izin dari kepala Pondok pesantren putri Mambaul Ulum. Peneliti
kemudian mendatangi Santri Putri(remaja putri sebagai Responden).
Pengumpulan data dilakukan dengan mengacu pada kriteria inklusi. Untuk
menentukan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.Proses menyamakan
variabel perancu diantara dua kelompok (kontrol dan intervensi) ini disebut
proses matching. Inform consent diberikan terlebih dahulu sebelum dilakukan
teknik relaksasi nafas dalam pada responden. Inform consent disetujui dan
ditandatangani oleh responden.
pada kedua kelompok dilakukan pre test untuk mengetahui intensitas nyeri
skor awal dengan mengunakan skala pengukuran VAS.setelah dilakukan pre
test, responden (kelompok intervensi) dilakukan perlakuan berupa teknik
relaksasi nafas dalam selama 3 kali dan ketika responden mulai
relaks.peneliti melakukan post test pada perubahan intensitas nyeri
H. Analisa data
Analisa data merupakan suatu proses yang dilakukan secara sistematis
terhadap data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dengan tujuan supaya
trends dan relationship bisa dideteksi (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini
setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi data, dan analisis data
dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test (uji komparasi
2 sampel berpasangan) dengan derajat kemaknaan p ≤ 0,05, dengan rumus :
Z =
T−n(n+1 )
4
√ n(n+1)(2n+1)4
42
Keterangan :
T = Jumlah jenjang atau rangking yang kecil
N = Jumlah sampel
(Sugiyono, 2005)
Jika hasil analisis penelitian didapatkan nilai p ≤ 0.05 maka Ho ditolak dan
H1 diterima artinya ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan Dismenore pada remaja putri. Dalam pengolahan data ini peneliti
akan menggunakan perangkat lunak komputer dengan sistem SPSS (Software
Product and Service Solution) Versi 15.0 agar uji statistik yang diperoleh
lebih akurat.
I. Etika penelitian
Peneliti memohon ijin kepada pihak terkait sebelum penelitian dilakukan.
Penelitian akan dimulai dengan melakukan beberapa prosedur yang
berhubungan dengan etika penelitian meliputi :
1. Informed Consent
Informed Consent merupakan lembar persetujuan yang diberikan kepada
responden yang akan diteliti yaitu yang akan mendapatkan intervensi
teknik relaksasi nafas dalam. Peneliti memberikan penjelasan maksud
dan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama
43
pengumpulan data. Jika responden bersedia, maka mereka harus
menandatangani surat persetujuan penelitian. Peneliti tidak akan
memaksa dan tetap menghormati hak responden untuk menolak.
2. Anonimity
Kerahasiaan identitas responden harus dijaga. Peneliti menjaga
kerahasiaan identitas responden dengan tidak memplubikasikan nama
responden.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti
karena hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai
hasil penelitian.
J. Keterbatasan
1. Desain penelitian untuk penelitian ini masih perlu dikembangkan untuk
mencari desain yang tepat
2. Besar sampel yang tersedia terbatas sehingga hasilnya tidak dapat
digeneralisasikan
3. Kemampuan peneliti yang masih terbatas dalam bidang riset karena pada
penelitian ini merupakan penelitian yang pertama
44
DAFTAR PUSTAKA
Santrock.JW.2003.Adolenscence.Jakarta.Erlangga.Hal.31
Ramaiah.2006.Mengatasi Gangguan menstruasi.Yogyakarta.Diglogsia media.
Bobak.2004.Buku ajar keperawatan Maternitas.Jakarta.EGC.Hal.981
Bobak.2004.Buku ajar keperawatan Maternitas.Jakarta.EGC.Hal.990
Aziz A.2006. Kebutuhan dasar manusia konsep dan proses keparawatan. Jakarta.
Salemba Medika. Hal 221
Kushayati.E.2006.Keterampilan dan prosedur Laboratorium.Jakarta.EGC.
Hal.198
Aziz A.2006. Kebutuhan dasar manusia konsep dan proses keparawatan. Jakarta.
Salemba Medika. Hal 214
McCofery dalam Aziz A.2006. Kebutuhan dasar manusia konsep dan proses
keparawatan. Jakarta. Salemba Medika. Hal 214
Aziz A.2006. Kebutuhan dasar manusia konsep dan proses keparawatan. Jakarta.
Salemba Medika. Tabel hal 215
45
Aziz A.2006. Kebutuhan dasar manusia konsep dan proses keparawatan. Jakarta.
Salemba Medika. Tabel hal 216
Potter p.2006.Fundamental keperawatan.Vol:2.Jakarta.EGC.
Kapita Selekta.2006.Kapita selekta kedokteran edisi ke III Vol.2.Jakarta.Media
aesculapius.hal.372
Bobak.2004.Buku ajar keperawatan Maternitas.Jakarta.EGC.Hal.989
Tamsuri.2007.konsep dan penatalaksanaan nyeri.Jakarta.EGC
Barbara C.L.1996.perawatan medikal bedah.Jakarta.EGC
Notoatmojo.S.2002.Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta.PT Rineka Cipta.
Nursalam,2003.konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan.Jakarta.Salemba medika.
Mc cofery dalam Handerson.Cristine.2006.buku ajar konsep kebidanan.
Jakarta.EGC
Nursalam,2003.konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan.Jakarta.Salemba medika. Hal.55
Nursalam,2003.konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan.Jakarta.Salemba medika.Hal 76
Nursalam,2003.konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan.Jakarta.Salemba medika. Hal 89 -95
46
Nursalam,2003.konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan.Jakarta.Salemba medika. Hal 97,100.
Nursalam,2003.konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan.Jakarta.Salemba medika. Hal 110.
Notoatmojo.S.2002.Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta.PT Rineka Cipta.
Hal 83.