Bahan ajar ipb s2-agromet
-
Upload
khairullah-wahid -
Category
Food
-
view
337 -
download
1
Transcript of Bahan ajar ipb s2-agromet
PEMAHAMAN ASPEK EKOLOGIPHT BERKELANJUTAN
Ir. Sarsito Wahono Gaib Subroto, MM.
PHT Berkelanjutan
Pertanian Berkelanjutan
Produksi
Efisiensi
Kestabilan
Resiliensi
Perlu ditunjang pemahaman ekologi
Proses alami cenderung bergerak ke kanan
Pertanian umumnya berupaya menjaga ekosistem tetap di wilayah ini
Proses usahatani cenderung bergerak ke kiri
Pertanaman pangan: Ekosistem efemer Berumur singkat (3-4 bulan) Setiap awal tanam terjadi invasi hama Hama yang mobil Umumnya monofag
Areawide Pest Management/AWMP(PHT Skala Luas)
Gugus habitat
Metapopulasi
Source & sink
Beberapa konsep ekologi yang relevan dengan PHT Skala Luas
Filter
Koridor
Padi PadiPadiBera/
Palawija
PadiPadiPadiPadi
Pertanaman sebagai “pulau ekologi”• Setiap awal musim tanam, pertanaman yang baru ditanam terpapar untuk diinvasi oleh hama• Laju invasi tergantung pada
• Jarak pertanaman terhadap sumber invasi• Jumlah hama di sumber invasi• Daya tarik pertanaman terhadap hama
Kelimpahan populasi hama di pertanaman
Invasi(Dekat-Banyak)
Kematian
N1 N2 N3 N4
Amba
ng T
inda
kan
Invasi(Jauh-Banyak)
Invasi(Dekat-Sedikit)
Invasi(Jauh-Sedikit)
Laju
Ecosystem Services Penyediaan (provisioning)
Produksi bahan pangan Pendukung (supporting)
Siklus hara Penyediaan oksigen
Pengaturan (regulating) Ketahanan invasi Pengendalian hayati hama
Budaya (cultural) Estetika Pengetahuan
Keanekaragaman hayati - Kestabilan
Tanaman
Fitofag/Hama
Musuh Alami
Bahan OrganikTanaman padi Tanaman lain
Detritivora
Predator Parasitoid Parasitoid Predator
Herbivora HerbivoraNektar, pakan, tempat
berlindung
Lantai pertanaman Pertanaman padi Galengan
Siklus Mikrob
Filter Feeders
Ecosystem services terganggu
Ecosystem services bekerja dengan baik
Ambang Tindakan
Waktu
Kelim
paha
n po
pula
si h
ama
2. Pencegahan
4. Penanggulangan
AT
Waktu
1. Penangkalan
SumberOPT
Pendekatan “P4” dalam PHT
3. Pemantauan
Penguatan
ecosystem
services
DAMPAK VARIABILTAS IKLIM TERHADAP OPTVariabilitas iklim • Perubahan iklim• Anomali Iklim
Perubahan Budidaya• Pergantian komoditi• Tanam lambat/mundur• Tanam lebih cepat/maju
Tidak tanam serentakBerbagai stadia tanaman
Serangan OPT
Perubahan pola hidup OPT Perubahan ekobiologi Perubahan pola makan Daur hidup semakin pendek
Perubahan daur hidup OPT
BAHANORGANIK
MICROORGANISME
plankton
chyromidae
Musuh alami
silikat memperkuatketahanan tanamanterhadap pemakan
tanaman
nutrisiN,P,K
- cacing- belut
OPTCOLEOMBOLA
B O
CUACA
matahari
hujansuhu
kelembaban
OPT merupakan fenomena ekologis. Eksistensi dan pemunculan OPT tidak dapat dilepaskan dari dinamika ekosistem lokal, nasional dan global.
Organisme dan kumpulan organisme yang oleh manusia dianggap sebagai hama hidup dan berkembang bersama-sama dan berinteraksi dengan organisme-organisme lain termasuk tanaman inang pengganti, serangga predator dan parasitoid yang mengendalikan populasi mereka pada lokasi dan waktu tertentu.
Tidak semua jenis serangga dalam agroekosistem merupakan serangga hama, malahan sebagian besar jenis serangga yang kita jumpai merupakan musuh alami hama [parasit, parasitoid, predator] atau serangga lain seperti serangga penyerbuk dan serangga penghancur sisa bahan organik.
Adanya banyak jenis serangga di ekosistem tidak dapat diartikan bahwa tanaman dalam keadaan bahaya. Pertanaman yang kaya dapat mendatangkan kestabilan pada populasi hama sehingga tidak membahayakan pertanaman.
Penyebab terjadinya ledakan OPT :
Pola sebaran varietas / klon tanaman (pertanaman monokultur, hasil pemuliaan tanaman, jarak tanam, penanaman tidak serentak)
Faktor musuh alami Faktor abiotik Sarana pengendalian yang digunakan (merubah
fisiologi tanaman, pestisida yang kurang tepat)
Populasi setiap organisme pada ekosistem tidak pernah sama dari waktu ke waktu lainnya, tetapi naik turun yang berkisar dari suatu garis asymtot yang dinamakan kedudukan keseimbangan populasi
Naik turunnya populasi organisme ditentukan oleh dua kekuatan di ekosistem, yaitu kemampuan hayati [potensi hayati] dan hambatan lingkungan
Potensi hayati: kemampuan organisme untuk berkembangbiak dalam kondisi yang optimal, sehingga mampu melipatgandakan jumlahnya sesuai kemampuannya.
Hambatan lingkungan: berbagai macam faktor biotik dan abiotik di ekosistem yang cenderung menurunkan fertilitas dan kelangsungan hidup individu-individu dalam populasi organisme. Faktor-faktor tersebut menghalangi suatu organisme untuk berkembang sesuai potensi biotiknya.
Populasi organisme selalu diusahakan berada pada kedudukan idealnya / keseimbangannya [‘equilibrium position’] karena berfungsinya mekanisme umpan balik negatif yang dilakukan oleh Hambatan Lingkungan terhadap Potensi Biotik
POPULASI
Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu tertentu disebut populasi
Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut
dinamika populasi. Perubahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus perubahan jumlah
dibagi waktu. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi (laju pertumbuhan).
Ada beberapa faktor penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi OPT. Dari alam mungkin
disebabkan oleh dampak fenomena iklim (el-nino & la-nina), sedangkan dari manusia misalnya penggunaan
pestisida yang tidak bijaksana (resurgensi & resistensi).
Populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-masing
individu anggotanya.
Karakteristik ini antara lain : kepadatan (densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi
biotik, penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalitas dan mortalitas merupakan penentu utama
pertumbuhan populasi.
Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi
Hal ini khusus untuk organisme yang dapat bergerak, misalnya WBC dan Belalang
Kembara.
Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa
didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok dari jenisnya.
Imigrasi ini akan meningkatkan populasi.
Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme, sehingga populasi akan
menurun.
Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas
dan emigrasi akan menurunkan jumlah populasi.
Populasi organisme dapat berubah, namun perubahan tidak selalu menyolok.
Pertambahan atau penurunan populasi dapat menyolok bila ada gangguan drastis dari lingkungannya, misalnya
adanya perubahan iklim.
No Fase kritis patogen Faktor iklim Pengamatan
1 Infeksi Kebasahan daun (embun, hujan, kabut)SuhuKelembabanCahaya
Kebasahan daun per hariSuhu saat daun basahLama RH>90% per hari (jam)Lama penyinaran matahari
2 Inkubasi Suhu Standar suhu harian = DD (oC)3 Inokulum Kebasahan daun
SuhuCahayaAnginHujan
Kecepatan angin (m/m)Intensitas hujan (mm/jam)Lama penyinaran matahari
4 Perkembangan penyakit
SuhuKebasahan daunHujanCahaya
Jumlah infeksiJumlah inokulumLama suhu tertentu
5 Daya tahan hidup SuhuCahayaKebasahan daun
Jumlah suhu, lama suhu ekstrim (jam)Kalori/hariKebasahan daun
Faktor iklim yang dapat digunakan sebagai prediktor perkembangan patogens berdasarkan fase kritis
DAMPAK PERUBAHAN IKLIMSuhu udara meningkat 0,74oC dalam kurun waktu 100 tahun (1906-2005)(IPCC, 2007).Permukaan laut naik 0,7 mm/tahun (1961-2003)(dalam 100 tahun, ± tahun 2061 menjadi 70 mm)(IPCC, 2007).Perubahan spesies flora dan fauna (mis. NSK).Frekuensi dan volume hujan pada musim hujan semakin menurun sebaliknya pada musim kemarau semakin meningkat.Perubahan pola dan musim tanam.Siklus hidup organisme semakin cepat, sehingga dalam setahun dapat menyelesaikan beberapa generasi.Frequensi timbulnya hama atau penyakit manusia, hewan dan tumbuhan meningkat.
DENGAN DEMIKIAN DATA DAN INFORMASI IKLIM/CUACA MENJADI SANGAT PENTING
Dampak perubahan iklim, baik iklim makro maupun mikro terhadap serangga hama
proses biologi (keperidian, siklus hidup, ukuran tubuh, kemampuan makan),
kondisi inang (morfofisiologi, ketahanan), dan lingkungan (faktor biologi musuh alami, keefektifan),
patogen (reproduksi, patogenisitas, penularan, bertahan hidup),
inang (ketahanan/morfofisiologi, ekspresi gejala), dan lingkungan (sifat fisikokimia tanah, perkembangan dan
dominasi mikroba tanah, filosfer, dan simbion).
Dampak perubahan iklim, baik iklim makro maupun mikro terhadap penyakit tumbuhan
IKLIM
CUACA
KOMPETISI
Langsung
Tidak langsung
Mortalitas a.l. banjir, badai
Natalitas a.l. kemampuan bertelur, laju pertumbuhan
Pertumbuhan dan kondisitanaman inang
Efek diferensial padaserangga hama melaluimortalitas dan natalitasmusuh alami
Dengan musuh alami
Dengan spesies lain
Dengan sesama spesies
IKLIM
CUACA
KOMPETISI
Langsung
Tidak langsung
Mortalitas a.l. banjir, badai
Natalitas a.l. kemampuan bertelur, laju pertumbuhan
Pertumbuhan dan kondisitanaman inang
Efek diferensial padaserangga hama melaluimortalitas dan natalitasmusuh alami
Dengan musuh alami
Dengan spesies lain
Dengan sesama spesies
Klasifikasi faktor lingkungan (density independence dan density dependence) yang menentukan kelimpahan spesies di lapang (Van
Emden, 1974)
Erni Susanti dkk., 2010
Variasi serangan hama wereng pada periode 1989-2005 di Indonesia Sumber: Direktorat Perlindungan Tanaman (2006)
Kekurangan air hujan dapat menyebabkan nimfa wereng coklat, wereng hijau, dan wereng punggung putih hidupnya meranaHujan yang lebat (banjir) dapat membersihkan nimfa dari tanamanSecara umum serangan WBC lebih dominan terjadi pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau serangannya terjadi di daerah-daerah yang curah hujannya tinggi
Curah hujan vs Wereng
Larva diapause penggerek batang padi putih pada musim kemarau akan aktif kembali jika curah hujan mencapai 10 mm dan turun secara teratur.
Curah hujan vs Penggerek batang padi putih
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Hubungan tidak langsung curah hujan dengan serangan tungro di Kalimantan Selatan
Curah hujan vs Tungro
Log Yma = 0,445 + 0,0358 Yjj + 0,000000025 X2on
Yma = Luas serangan Maret + April tahun tanam yang akan datangYjj = Luas serangan Juni-Juli tahun iniXon = Rata-rata curah hujan Oktober-Nopember tahun ini.
Peramalan intensitas serangan Tungro pada pola tanam serempakLog (Y+1,02) = 0,19 √ X1 + 0,44 (X2+0,1)2 – 1,97
Y = Ramalan intensitas serangan tungro pada dekade berikutnya.X1 = Curah hujan pada satu dekade terakhir (mm) pada awal musim, dengan
kisaran 0 < X1 ≤ 100 mm.
X2 = Populasi wereng hijau (Nephotetix virescens) per 25 ayunan tunggal dengan jaring (sweeping) pada awal musim, dengan kisaran 0 ≤ X2 ≤ 2 ekor.
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Peramalan luas serangan HDB pada stadia pengisian
Y = (X1 * log X2 ) 0,46
Curah hujan vs Hawar daun bakteri
Y = Proporsi luas serangan penyakit HDB pada stadia pengisianX1 = Proporsi luas serangan penyakit HDB pada stadia awal pembungaan
X2 = Curah hujan harian pada stadia awal pembungaan
Peramalan intensitas serangan HDB pada stadia pengisian
Y2 = 3,31 Log (X1+5) + 0,69 (X2) + 1,09Y = Intensitas penyakit HDB pada stadia pengisian malai.X1 = Intensitas penyakit HDB pada stadia pembungaan.X2 = Curah hujan harian pada stadia pembungan.
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Curah hujan vs Belalang Kembara
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Curah hujan vs Ledakan Belalang Kembara di Lampung
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Model Peramalan Serangan Belalang Kembara di Lampung
Y = Luas serangan belalang kembara (ha)K = Koloni belalang kembaraC = Rata-rata curah hujan (mm)t = bulan
Peramalan luas serangan (Yt) dari luas serangan, koloni (K) lag 1 bulan dan curah hujan lag 1-3
bulan ( Ct-13 )
Log Yt = 4,976 + 0,2121 Log Yt-1 + 0,5093 Log Kt-1 – 2,0537 C
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Penyakit Embun Tepung (Peronospora destructor ) pada Bawang Merah
pembentukan spora dapat terjadi pada Suhu 4o – 26oCRH sangat tinggi (>95%), suhu 14o – 18oC spora terbentuk mulai dari 5 – 7 jam setelah inokulasi, suhu rendah 6o – 10oC mulai dari 2 jamJika suhu >27oC selama ≥8 jam, 28oC selama 4 jam, 29oC selama 2 jam tidak dapat membentuk sporaSurvival spora P. destructor tergantung dari suhu, kelembaban nisbi, dan radiasi matahariSpora yang disimpan pada suhu 10oC dengan RH >76% masih mampu berkecambah >50% setelah 72 jamPeningkatan suhu dapat menekan kelangsungan hidup spora, pada suhu 35oC masih mampu berkecambah <10% setelah 10 jam.
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Suhu meningkat = Waktu untuk 1 siklus hidup lebih panjang
Suhu optimum atau efektif
(hidup normal)
AMBANG SUHU
Suhu rendah inaktif atau hibernasi
(bertahan hidup)
Suhu minimum(mati)
Suhu maksimum
(mati)
Suhu tinggi inaktif atau
estivasi (bertahan
hidup)
Zona Suhu (oC)
Suhu Udara hyphothermal Suhu lingkungan vs OPT
eury-thermal (kisaran suhu luas)steno-thermal (kisaran suhu sempit)
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Ambang suhu terendah (base T) untuk perkembangan organisme
Maka perlu Analisis Degree Days(Suhu Konstan)
Suhu badan organisme menyesuaikan pada suhu lingkungan (Hyphothermal)
Kisaran suhu optimum yang dibutuhkan untuk perkembangan setiap organisme berbeda-beda
Pola suhu tidak konstan, mempunyai pola stasioner – seasonal yang beregerak pada suhu minimum malam hari dan maksimum siang hari
Suhu di tiap-tiap lokasi atau daerah berbeda-beda
Karena:
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
(T max + T min)Day-Degrees (DD) = ----------------------- – base T
2
Base temperature (T) adalah minimum temperatur (ambang suhu terendah) yang diperlukan untuk perkembangan
fisiologi organisme. Contoh : Ambang suhu rendah untuk perkembangan telur, larva, pupa ulat bawang S. exigua
adalah 13,2, 15,4, dan 15,4oC
Kalkulasi Day-Degrees (DD) dengan metode sederhana
menggunakan rata-rata temperatur harian
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Suhu dan Kelembaban Harian Pola Stasioner - SeasonalSumber: Data AWS BPPT Serpong, 28 Januari 2010
20
22
24
26
28
30
32
34
36
00:
00:0
4
02:
00:0
4
04:
00:0
4
06:
00:0
4
08:
00:0
4
10:
00:0
5
12:
00:0
4
14:
00:0
4
16:
00:0
4
18:
00:0
4
20:
00:0
4
22:
00:0
5
Menit, Jam
Suhu
( o C
)
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kele
mba
ban
( % )
Kelembaban
Suhu
Suhu udara vs GanjurLedakan serangan ganjur terjadi terjadi pada kisaran suhu 25o – 27oC
Suhu udara vs Tungro dan wereng hijau Transmisi virus meningkat mulai suhu 10o – 30oC dan akan menurun mulai 31o - 38oC. Perkembangan wereng hijau akan meningkat apabila suhu menurun dari 34o ke 13oC
Suhu udara vs Penggerek batang jagung
Hidup normal pada suhu udara 14,4oC dan jika dalam 2 hari suhu meningkat menjadi 22,8oC, lalu dalam 3 hari meningkat menjadi 26,7oC maka mortalitas meningkat menjadi 92,4%
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Suhu vs Penyakit kudis Apel Penyakit kudis apel,Venturia inaequalis berkembang memproduksi miselia.Kemunculan pertama miselia setelah 4 mng pada daun yang jatuhFaktor berpengaruh adalah suhu dan embun, faktor utamanya adalah suhu
Y = 0,08017 + 0,009 W i-b (sk) + 0,00211 H 2(i-10)
Y = Peluang laju intensitas serangan penyakit kudisW i-b (sk) = masa bertunas spora cendawan pada tanggal ke-i
dikurangi periode inkubasi (hari) sampai dengan n jumlah jam lamanya daun basah dan f(xi) suhu
H 2(i-10) = frekuensi jam dengan suhu 18-20oC, 10 hari sebelum menginfeksi
Model peramalan penyakit kudis:
Suhu vs Penyakit Embun Tepung Suhu paling cocok dalam pembentukan spora (4o – 26oC)RH sangat tinggi (>95%), suhu 14o – 18oC spora terbentuk mulai dari 5 – 7 jam setelah inokulasi, suhu rendah 6o – 10oC mulai dari 2 jamJika suhu >27oC selama ≥8 jam, 28oC selama 4 jam, 29oC selama 2 jam tidak dapat membentuk sporaSurvival spora P. destructor tergantung dari suhu, kelembaban nisbi, dan radiasi matahariSpora yang disimpan pada suhu 10oC dengan RH >76% masih mampu berkecambah >50% setelah 72 jamPeningkatan suhu dapat menekan kelangsungan hidup spora, pada suhu 35oC masih mampu berkecambah <10% setelah 10 jam.
Suhu vs Penetasan NSK
0
20
40
60
80
100
7 9 12 15 18 21 24 27
Suhu (C)
Pene
tasa
n (%
)
G. rostochiensisG. pallida
Suhu vs Multiplikasi NSK
0
10
20
30
40
50
60
7 9 12 15 18 21 24 27
Suhu (C)
Fakt
or m
ultip
likas
i
G. rostochiensisG. pallida
Ulat Bawang
Suhu: faktor utama perkembangan S. exiguaSurvival larva dikendalikan oleh makanan dan kondisi suhu. Pada suhu 20oC perlu 32,2 hari, 25oC perlu 17,3 hari dan 30oC perlu 10,5 hari (semakin panas semakin pendek)Masa pertumbuhannya selama 10-12 hari pada suhu 28oC, pada 16oC sampai 35 hari.Jika kondisi cocok dengan suhu berkisar antara 24-28oC dalam 1 musim tanam terjadi beberapa generasi (Rivnay, 1962). Preoviposisi berkurang dan mortalitas larva meningkat pada suhu tinggi. Ambang suhu rendah untuk telur, larva, pupa adalah 13,2, 15,4, dan 15,4oC. Suhu konstan (Days-Degree) untuk telur, larva, pupa, dan telur - dewasa berturut-turut 37,2, 155,8, 78,5, dan 271,0 (Lee et al., 1991)
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
(CABI, 2007)
Suhu meningkat = waktu semakin pendek dalam menyelesaikan 1 siklus
Planococcus citri Risso
Arai ( 1996) menyimpulkan bahwa perkembangan yang tertinggi terjadi pada sekitar ambang suhu 30°C. Perkembangan akan rendah jika suhu 7,7oC atau 401 DD sepanjang periode nimfa dan 8oC atau 378 DD sepanjang masa preoviposisi.Di P. Jawa, P. citri meningkat dengan nyata pada saat kering
panjang ((Bernard, 1926) terutama pada musim kemarau. (Betrem, 1936).Infestasi di lapang akan mulai meningkat jika kelembaban <70%, biasanya pada awal musim kemarau dan mencapai puncak populasi akan terjadi setelah 3 – 4 bulan kemudian.
Vektor Dioscorea alata bacilliform virus (DaBV), Schefflera ringspot virus (SRV), Grapevine leafroll associated virus 3 (GLRaV-3), Banana streak virus and Cucumber mosaic virus
Suhu meningkat dapat meningkatkan infestasi dan perkembangan populasi
Thrips tabaci Lindeman, 1889
Van Rijn et al. (1995) mencatat laju reproduksi setiap betina mencapai 26 telur, dengan puncak laju 5,5 telur per hari pada suhu 25°CLama perkembangan dari telur hingga menjadi dewasa dari 11 hari pada suhu 30°C sampai 23 hari pada suhu 22.4°C. Van Rijn et al. (1995) mencatat perkembangan dari telur hingga dewasa 12.9 hari pada suhu 25°C dengan masa pre-oviposition 1,9 hari.Median lamanya siklus hidup dewasa betina adalah 11,9 hari pada timun pada 25°C (van Rijn et al., 1995).
Suhu meningkat akan memperpendek periode perkembangan
Bemisia tabaci (Gennadius, 1889)
Setiap betina meletakkan telur >160. Penetasan terjadi setelah 5-9 hari pada suhu 30°C tergantung dari tanaman inang, suhu dan kelembaban.
Liriomyza sp.Telur menetas dalam 2-5 hari tergantung suhu. Lamanya perkembangan larva berkisat antara 4-7 hari pada rata-rata suhu di atas 24°C (Harris and Tate, 1933). Penurunan jumlah populasi terjadi jika suhu harian maksimum meningkat hingga 40°C (Lange et al., 1957). Pembentukan pupa kurang baik jika terjadi kering dan kelembaban tinggi. Dewasa terbentuk 7-14 hari setelah terbentuk pupa pada suhu antara 20 dan 30°C (Leibee, 1982). Jika temperatur rendah maka pembentukan dewasa akan terlambat.
Perkecambahan spora (germinasi) terjadi pada suhu optimum 20°C (Walker, 1969).
Colletotrichum sp.Terjadinya infeksi dan berkembangnya penyakit pada suhu optimum sekitar 26°C (Walker, 1921; 1969).
Pada cuaca panas dan basah, pathogen dapat menyelesaikan siklus hidupnya (dari infeksi hingga terbentuknya konidia) dalam 5-6 hari. Cuaca sangat panas dan kering dapat menekan perkembangan pathogen.Sejak cendawan berkembang dalam tanah, suhu tanah selama musim tanam adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan tingkat kerusakan oleh penyakit ini. Suhu tanah antara 20-30°C adalah kondisi terbaik untuk berkembang cepat penyakit ini (Walker, 1921) .
Suhu semakin panas dapat menekan perkembangan
Lengas/kelembaban udara
Kelembaban mikro oleh curah hujan/keadaan air berpengaruh terhadap perkembangan OPT
Trips tabaci dapat bertahan hidup dalam lengas udara nisbi dibawah 50%.
Dalam lengas udara nisbi 10% kumbang bubuk kacang hijau bertelur rata-rata 44,4 butir, namun pada 25% bertelur 49,8 butir, tertinggi pada 90% mencapai 75,4 butir setiap individu betina. Jika lengas nisbi mencapai 98% jumlah telur yang dihasilkan akan menurun menjadi rata-rata 60,8 butir.
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Kelembaban vs Busuk daun cendawan pada kentang
Model peramalan:
YU = [a0 – a1 hm ] (n-i)b
YU = Pengaruh periode kering terhadap kelangsungan hidup spora
hm = Frekuensi jam dengan kelembaban di bawah 70% a0 dan a1 = jumlah spora pada awal dan akhir periode keringi = periode inkubasi dalam harin = tanggalb = 7 hari
Cahaya dan radiasi matahari
Umumnya serangga sangat tertarik dengan cahaya
Untuk hidupnya memerlukan energi cahaya matahari atau bulan
Ngengat serangga nokturnal akan aktif pada malam hari.
Belalang kembara, mengembaranya seringkali mengkuti arah cahaya matahari. Gregraria terbang pada siang hari dan malamnya akan berkumpul pada tanaman untuk makan, kawin dan meletakkan telur. Soliter terbang pada malam hari dan siangnya tinggal di pepohonan.
Periodisitas radiasi matahari berpengaruh terhadap suhu udara, lengas udara dan lamanya pengembunan yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri, virus dan sporalisasi cendawan
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Intensitas radiasi matahari berpengaruh thd kuantitas spora cendawan P. destructor menyebar ke udara dari sumber inokulumRadiasi merah/inframerah dan getaran daun (tiupan angin 0,3 – 1 m/detik) sebagai faktor pentingPenyebaran spora terjadi sekitar 1,5 jam konsisten setelah terbit matahariRadiasi matahari juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup spora; penyinaran spora dengan kekuatan tinggi (630-900 W/m2) dan menengah (280-630 W/m2) radiasi matahari, tidak ada spora yang mampu berkecambah
Radiasi matahari vs Penyakit Embun Tepung
Angin dan gerakan udara
Tidak berpengaruh langsung, namun merupakan faktor penting dalam menyebarkan hama dan penyakit tumbuhan.
Membantu kecepatan terbang belalang kembara, pada saat angin spoy2 akan terbang melawan arah angin tapi jika angin kencang terbang mengikuti arah angin.
Serangga ordo Hymenoptera, Diptera, Coleoptera dan Orthoptera umumnya terbang pada cuaca cerah tanpa angin atau angin spoy2. Jika kecepatan angin >15 km/jam, aktivitas terbang akan terhenti.
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
KESIMPULAN
BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
1) Iklim merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan penyebaran serangga hama dan penyakit tumbuhan.
2) Pengetahuan tentang hubungan keadaan dan perubahan iklim makro, anomali iklim terhadap perubahan karakteristik populasi dan serangan hama/penyakit sangat penting.
3) Analisis dan penguatan basis data OPT dan iklim perlu ditingkatkan.
4) Iklim adalah kejadian alam yang sulit dikelola dan diatur oleh manusia dengan demikian maka manusia harus mampu menyesuaikan dan memanfaatkannya.
BBPOPT
Terima Kasih