Bahan Ajar SKL

23
BAHAN AJAR DIKLAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Materi Kompetensi Pedagogi STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Proses Kognitif Peserta Didik Oleh: Dr. Zaenal Fanani, M.Ed Widyaiswara LPMP Kalsel Dimensi Proses Kognitif PADA, Bab 4, kami menjelaskan empat jenis pengetahuan secara terperinci. Banyak pembelajaran terfokus pada Pengetahuan Faktual, dan kami menyarankan fokus yang sempit ini diperlebar ke jenis-jenis pengetahuan lain: Pengetahuan Faktual, Pengetahuan Prosedural, dan Pengetahuan Metakognitif. Demikian pula, pembelajaran dan asesmen umumnya menekankan satu jenis proses kognitif, yakni Mengingat, dan kami sarankan pembelajaran dan asesmen mencakup proses-proses kognitif lainnya. Handbook paling sering digunakan untuk menganalisis kurikulum dan ujian dan kemudian diketahui bahwa kurikulum dan ujian itu terlalu menekankan pada proses kognitif Mengingat dan kurang memerhatikan proses-proses kognitif yang lebih kompleks (Anderson dan Sosniak,

description

Bahan Ajar SKL --

Transcript of Bahan Ajar SKL

Page 1: Bahan Ajar SKL

BAHAN AJAR DIKLAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Materi Kompetensi Pedagogi

STANDAR KOMPETENSI LULUSANProses Kognitif Peserta Didik

Oleh:Dr. Zaenal Fanani, M.Ed

Widyaiswara LPMP Kalsel

Dimensi Proses KognitifPADA, Bab 4, kami menjelaskan empat jenis pengetahuan secara terperinci. Banyak pembelajaran terfokus pada Pengetahuan Faktual, dan kami menyarankan fokus yang sempit ini diperlebar ke jenis-jenis pengetahuan lain: Pengetahuan Faktual, Pengetahuan Prosedural, dan Pengetahuan Metakognitif. Demikian pula, pembelajaran dan asesmen umumnya menekankan satu jenis proses kognitif, yakni Mengingat, dan kami sarankan pembelajaran dan asesmen mencakup proses-proses kognitif lainnya. Handbook paling sering digunakan untuk menganalisis kurikulum dan ujian dan kemudian diketahui bahwa kurikulum dan ujian itu terlalu menekankan pada proses kognitif Mengingat dan kurang memerhatikan proses-proses kognitif yang lebih kompleks (Anderson dan Sosniak, 1994). Bab ini hendak memaparkan senora proses kognitif secara mendetail.

Dua dari banyak tujuan pendidikan yang paling penting adalah meretensi dan mentransfer (yang mengindikasikan pembelajaran yang bermakna). Meretensi adalah kemampuan untuk mengingat materi pelajaran sampai jangka yang tertentu sama seperti materi yang diajarkan. Mentransfer ialah kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari guna menyelesaikan masalah-masalah baru, menjawab pertanyaan-pertanyaan baru, atau memudahkan pembelajaran materi pelajaran ban, (Mayer dan Wittrock, 1996). Pendeknya, tujuan meretensi menuntut siswa untuk mengingat apa yang sudah mereka pelajari, sedangkan mentransfer menuntut siswa bukan hanya untuk mengingat, melainkan juga untuk memahami dan menggunakan apa yang sudah mereka pelajari (Bransford, Brown, dan Cocking, 1999;

Page 2: Bahan Ajar SKL

Detterman dan Sternberg, 1993; McKeough, Lupart, dan Marini, 1995; Mayer, 1995; Phve, 1997). Dengan perkataan lain, meretensi terfokus pada masa lalu, sementara mentransfer mengacu pada masa depan. Misalnya, setelah siswa membaca buku pelajaran tentang hukum Ohm, tes meretensi bisa berupa perintah kepada siswa untuk menuliskan rumus hukum Ohm. Lain halnya, tes mentransfer bisa berupa perintah kepada siswa untuk menyusun ulang rangkaian listrik guna memaksimalkan jumlah lompatan elektron atau untuk menggunakan hukum Ohm guna menjelaskan rangkaian listrik yang rumit.

Tujuan-tujuan pendidikan yang menumhuhkan kemampuan untuk mengingat cukup mudah dirumuskan, tetapi tujuan-tujuan yang mengembangkan kemampuan untuk mentransfer lebih sulit dirumuskan, diajarkan, dan diases (Baxter, Elder, dan Glaser, 1996; Phve, 1997). Kerangka pikir kami ini dimaksudkan untuk membantu memperluas tujuantujuan pendidikan supaya mencakup pengembangan kemampuan untuk mentransfer. Setelah sedikit membahas kemampuan untuk meretensi dan mentransfer, kami selanjutnya akan menjelaskan enam kategori proses kognitif (kategori pertama menekankan retensi, sedangkan kategori kelima, meski mendukung kemampuan retensi, menekankan transfer). Kami akan menyudahi bab ini dengan memberikan contoh tentang bagaimana pembahasan ini dapat diterapkan untuk mengajar, mempelajari, dan mengases pelajaran perihal hukum Ohm.

TIGA MACAM BASIL BELAJARKita terlebih dahulu akan secara ringkas membicarakan tiga skenario belajar. Skenario

pertama adalah tidak ada aktivitas belajar (yakni tiada aktivitas belajar yang diinginkan), skenario kedua ialah belajar menghafat (rote learning), dan skenario ketiga adalah belajar yang bermakna (meaningful learning).

Tiada Aktivitas BelajarAmy membaca buku teks sains pada bab tentang rangkaian listrik untuk menghadapi tes. Ia

membacanya secara sepintas lalu lantaran merasa yakin bahwa tesnya gampang. Saat diminta untuk mengingat kembali materi pelajarannya di kelas (sebagai tes retensi), ia hanya dapat menyebutkan sedikit sekali istilah dan fakta kuncinya. MisaInva, ia tidak dapat menyebutkan komponen-komponen pokok pada rangkaian listrik kendati semua itu dipaparkan dalam bab yang dibacanya. Sewaktu diminta menggunakan informasi tersebut untuk menyelesaikan masalah pada rangkaian listrik (sebagai bagian dart tes transfer), ia tidak bisa. Misalnya, ia tidak dapat menjawab pertanyaan esai untuk mendiagnosis suatu masalah pada rangkaian listrik. Dalam skenario yang paling buruk ini, Amy tidak mempunyai atau tidak dapat menggunakan pengetahuan yang relevan. Amy tidak terlalu memerhatikan atau memahami materi yang diajarkan gurunya di kelas. Pada dasamya, ia tidak belajar; tidak ada aktivitas belajar di sini.

Belajar MenghafalBecky membaca buku dan bab yang sama seperti yang dibaca Amy. la membaca setiap

kata dengan cermat. la membaca seluruh bab itu dan mengingat fakta-fakta kuncinya. la masih ingat hampir semua istilah dan fakta penting yang diajarkan gurunya di kelas. Berbeda dengan Amy:Becky dapat menyebutkan komponen-komponen pokok pada rangkaian listrik. Akan tetapi, sewaktu diminta menggunakan informasi tersebut untuk menyelesaikan masalah, Becky tidak bisa. la pun tidak dapat menjawab pertanyaan sederhana tentang diagnosis masalah pada rangkaian listrik. Dalam skenario ini, Becky mempunyai pengetahuan yang relevan, tetapi

1

Page 3: Bahan Ajar SKL

ia tidak dapat menggunakan pengetahuan itu untuk menyelesaikan masalah. la tidak dapat mentransfer pengetahuannya pada situasi yang baru. Becky menyimak informasi yang relevan, tetapi is tidak memahaminya dan, karenanya, tidak dapat menggunakannya. Hasil belajar semacam ini disebut belajar menghafal.

Belajar yang Bermakna

Carla membaca bab tentang rangkaian listrik yang sama. la membaca secara teliti dan berusaha memahaminva. Sebagaimana Becky, ia dapat menyebutkan hampir semua istilah dan fakta penting yang diajarkan di kelas. Sewaktu diminta menggunakan informasi tersebut untuk menyelesaikan masalah, ia dapat mengemukakan barnyak alternatif solusi. Dalam skenario ini, Carla bukan hanya mengetahui pengetahuan yang relevan, tetapi juga dapat menggunakannva untuk menyelesaikan masalah dan memahami konsep-konsep baru. la dapat mentransfer pengetahuannya pada masalah-masalah baru dan situasi-situasi belajar yang baru pula. Carla memerhatikan informasi yang relevan dan memahaminya. Hasil belajar seperti ini dinamakan belajar yang bermakna.

Belajar yang bermakna menghadirkan pengetahuan dan proses-proses kognitif yang siswa butuhkan untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian masalah terjadi ketika siswa menggagas cara untuk mencapai tujuan yang belum pemah dia capai, yakni mengerti bagaimana cara mengubah keadaan jadi keadaan yang diinginkan (Duncker, 1945; Mayer, 1992). Dalam penyelesaian masalah ini terdapat dua komponen pokok, vakni gambaran masalah siswa menggambarkan masalahnya dalam mentalnya dan solusi siswa membuat rencana penyelesaian masalah dan melaksanakannya (Mayer, 1992). Selaras dengan hasil-hasil penelitian terbaru (Gick dan Holyoak, 1980, 1983; Vosniadou dan Ortony, 1989), para penulis Handbook mengatakan bahwa siswa sexing menvelesaikan masalah dengan analogi. Siswa merumuskan kembali masalahnva dalam Bahasa yang lebih familier, mengenali bahwa masalahnya serupa dengan masalah yang sudah familier bagi mereka, mengabstraksikan solusi untuk masalah yang familier itu, dan mengaplikasikan solusi tersebut pada masalah yang hendak diselesaikannya.

BELAJAR YANG BERMAKNA ADALAH MENGKONSTRUKSI KERANGKA PENGETAHUAN

Fokus pembelajaran yang bermakna sesuai dengan pandangan bahwa belajar adalah mengkonstruksi pengetahuan, yang di dalamnya siswa berusaha memahami pengalamanpengalaman mereka. Dalam pembelajaran konstruktif ini, sepelah disebutkan pada awal Bab 4, siswa melakukan proses kognitif secara aktif, yakni memperhatikan informasi relevan yang datang, menata informasi ini di otak jadi gambaran yang koheren, dan memadukan informasi tersebut dengan pengetahuan yang telah tersimpan di otak (Mayer, 1999). Lain halnya, fokus pembelajaran menghafal sejalan dengan pandangan bahwa belajar adalah menerima pengetahuan, yang di dalamnya siswa berusaha menyimpan informasiinformasi baru pada memorinya (Mayer, 1999).

Pembelajaran konstruktif (yakni belajar yang bermakna) dipandang sebagai tujuan pendidikan yang penting. Pembelajaran konstruktif mensyaratkan pembelajaran yang tidak sekadar menyampaikan pengetahuan faktual dan juga mensyaratkan pertanyaanpertanyaan asesmen yang menuntut siswa bukan sekadar mengingat atau mengenali pengetahuan faktual (Bransford, Brown, dan Cocking, 1999; Lambert dan McCombs, 1998; Marshall, 1996; Steffe

2

Page 4: Bahan Ajar SKL

dan Gale,1995). Proses-proses kognitif yang dibahas di bab ini menjadi alat untuk mendeskripsikan aktivitas-aktivitas kognitif siswa dalam pembelajaran konstruktif; proses-proses kognitif adalah cara-cara yang dipakai siswa secara a ktif dalam proses mengkonstruksi makna.

PROSES KOGNITIF DALAM MERETENSI DAN MENTRANSFERApabila kita mengajar dan mengases siswa supaya mereka mempelajari suatu materi

pelajaran dan mengingatnya selama sekian lama, berarti fokus kita mengarah pada satu kategori proses kognitif, yaitu Mengingat. Apabila kita memperluas fokus, yakni mengembangkan pembelajaran untuk menumbuhkan dan mengases pembelajaran yang bermakna, kita harus mengembangkan proses-proses kognitif yang melampaui Mengingat.

Apa proses-proses kognitif yang digunakan untuk meretensi dan mentransfer? Kategori proses kognitif yang paling dekat dengan meretensi adalah Mengingat, sedangkan lima kategori lainnya merupakan proses-proses kognitif yang dipakai untuk mentransfer. Berdasarkan pembahasan terhadap tujuan-tujuan pendidikan yang terdapat dalam Handbook dan studi terhadap sistem-sistem klasifikasi lainnya (misalnya, DeLandsheere, 1977; Metfessel, Michael, dan Kirsner, 1969; Mosenthal, 1998; Royer, Ciscero, dan Carlo, 1993; Sternberg, 1998), kami memilih 19 proses kognitif yang sesuai dengan enam kategori Tabel 5.1 berisikan definisi ringkas dari 19 proses kognitif tersebut dan contoh-contohnya, serta nama-nama lain dan proses-proses kognitif itu. Sembilan belas proses kognitif ini saling terpisah satu sama lain, dan menggambarkan keluasan dan batas-batas enam kategori proses kognitif.

KATEGORI-KATEGORI DALAM DIMENSI PROSES KOGNITIF

Kami akan mendedahkan proses-proses kognitif dalam setiap kategori secara mendetail, membandingkannya dengan proses-proses kognitif lain secara proporsional. Kami juga menunjukkan contoh-contoh tujuan pendidikan dan asesmen dalam berbagai materi pelajaran, serta contoh-contoh tugas asesmen. Setiap contoh tujuan pendidikan hbrus dibaca seolah-olah diawali dengan katakata "Siswa dapat..." atau "Siswa belajar...".

1. MENGINGAT (C1)Jika tujuan pembelajarannya adalah menumbuhkan kemampuan untuk meretensi

materi pelajaran sama seperti materi yang diajarkan, kategori proses kognitif yang tepat adalah Mengingat. Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh jadi Pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, atau Metakognitif, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan ini.

Untuk mengases (menilai) pembelajaran siswa dalam kategori proses kognitif yang paling sederhana ini, guru memberikan pertanyaan mengenali atau mengingat kembali dalam kondisi yang sama persis lengan kondisi ketika siswa belajar materi yang diujikan. Guru dapat sedikit mengubah kondisinya. Jika, misalnya, siswa belajar kata-kata bahasa Inggris yang sepadan dengan 20 kata bahasa Indonesia, tes nengingatnya dapat berupa perintah kepada siswa untuk mencocokkan kata-kata bahasa Indonesia pada kolom pertama dengan padanan katanya dalam bahasa lnggris pada kolom kedua (yakni mengenali) atau menuliskan kata bahasa Inggris dengan kata-kata bahasa Indolesia yang tertera pada sebuah kolom (yaitu mengingat kembali).

3

Page 5: Bahan Ajar SKL

Pengetahuan Mengingat penting sebagai bekal untuk belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang lebih kompleks. Misalnya, pengetahuan tentang ejaan beberapa kata bahasa Inggris yang tepat dibutuhkan oleh siswa untuk menulis esai. Apabila guru hanya terfokus pada belajar menghafal, pengajaran dan asesmennya hanya akan terfokus pada mengingat elemenelemen atau bagian-bagian iari pengetahuan, yang sering kali terlepas dari konteksnya. Akan tetapi, manakala guru terfokus pada belajar yang bermakna, mengingat pengetahuan terintegrasi dalam tugas yang lebih besar, yaitu mengkonstruksi pengetahuan baru atau menyelesaikan masalah baru.

1.1. Mengenali

Proses Mengenali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang untuk membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima. Dalam mengenali, siswa mencari di memori jangka panjang suatu informasi yang identik atau mirip sekali dengan informasi yang baru diterima (seperti terjadi dalam memori kerja). Jika menerima informasi baru, siswa menentukan apakah informasi tersebut sesuai dengan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya atau tidak; siswa mencari kesesuaian di antara keduanya. Istilah lain dari mengenali adalah mengidentifikasi.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam pelajaran iImu-ilmu sosial, tujuannya bisa berupa mengenali tanggal terjadinya peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Tesnya adalah "Benar atau salah: Sumpah Pemuda berlangsung pada 28 Oktober 1928". Dalam pelajaran sastra, tujuannya bisa berupa mengenali sastrawansastrawan Indonesia. Tugas asesmennya berupa tes menjodohkan yang berisi sepuluh nama pengarang dan lebih dari sepuluh judul novel. Dalam pelajaran matematika, tujuannya bisa berupa mengenali jumlah sisi bangun-bangun datar sederhana. Tugas asesmennya berupa tes pilihan ganda; misalnya: "Berapa jumlah sisi persegi? (a) tiga, (b) empat, (c) lima, (d) enam."

Format asesmen. Seperti telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, tiga macam tugas asesmen pokoknya adalah verifikasi, menjodohkan, dan pilihan paksaan. Dalam tugas verifikasi, siswa diberi suatu informasi dan harus memilih apakah pemyataannya benar atau salah. Format benar-salah paling lazim dipakai. Dalam tugas menjodohkan, disajikan dua daftar nama pengarang dan judul novel, dan siswa harus memilih setiap nama pengarang yang sesuai dengan judul novel. Dalam tugas pilihan paksaan, siswa diberi soal dengan beberapa pilihan jawaban dan diharuskan memilih jawaban yang tepat atau "paling tepat". Pilihan ganda merupakan format yang paling jamak.

1.2. Mengingat kembali

Proses mengingat kembali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dan memori jangka panjang ketika soalnya menghendaki demikian. Soalnya sering berupa pertanyaan. Dalam mengingat kembali, siswa mencari informasi di memori jangka panjang dan membawa informasi tersebut ke memori kerja untuk diproses. lstilah lain untuk mengingat kembali adalah mengambil.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam proses mengingat kembali, siswa mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya ketika diberi soal. Dalam pelajaran ilmu-ilmu sosial, tujuannya bisa berupa mengingat kembali barang-barang ekspor utama dari negara-negara Asia. Tesnya adalah "Apa barang ekspor utama dari Indonesia?". Dalam pelajaran sastra, tujuannva bisa berupa mengingat kembali penyair-penyair yang menulis beragam puisi. Pertanyaan tesnya adalah "Siapakah pengarang puisi yang Perjudul Aku?".

4

Page 6: Bahan Ajar SKL

Dalam pelajaran matematika, tujuannya bisa berupa mengingat kembali operasi perkalian bilangan. Tesnya adalah "Berapakah jumlah dari 7 x 8 (atau 8 x 7)?".

Format asesmennya. Tugas-tugas asesmen untuk mengingat kembali dapat berbeda-beda dalam hal kuantitas dan kualitas petunjuk yang diberikan kepada siswa. Jika siswa tidak diberi petunjuk atau informasi yang terkait, artinya petunjuknya Iemah (misalnya "Apakah meter itu?"). Jika siswa diberi beberapa petunjuk, berarti petunjuknya kuat (misalnya "Dalam sistem pengukuran, meter adalah ukuran ......").

Tugas-tugas asesmen untuk mengingat kembali juga berbeda-beda dalam hal jumlah informasi yang harus diingat, atau sejauh mana butir-butir tes ditempatkan dalam konteks yang bermakna dan lebill luas. Jika jumlah informasi yang hams diingat sedikit, tugas asesmennya berupa sebuah peristiwa tunggal yang terpisah, sebagaimana dalam contoh-contoh di atas. Jika jumlah informasi yang mesti diingat banyak, tugasnya berupa pernyataan atau pertanyaan yang menyertakan konteks masalah yang lebih besar; misalnya soal cerita yang meminta siswa untuk mengingat kembali rumus luas lingkaran.

2. Memahami (C2)

Seperti telah disinggung sebelumnya, jika tujuan utama pembelajarannya adalah menumbuhkan kemampuan retensi, fokusnya ialah Mengingat. Akan tetapi, bila tujuan pembelajarannya adalah menumbuhkan kemampuan transfer, fokusnya ialah lima proses kognitif lainnya, Memahami sampai Mencipta. Dari kelimanya, proses kognitif yang berpijak pada kemampuan transfer dan ditekankan di sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi ialah Memahami. Siswa dikatakan Memahami bila mereka dapat mengkonstruksimakna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku atau layar komputer. Contoh-contoh pesan pembelajaran adalah demonstrasi fisika di kelas, bentuk-bentuk permukaan tanah yang dilihat selama karyawisata, simulasi pembuatan karya seni dengan komputer di museum seni, dan komposisi musik yang dimainkan oleh orkestra, juga tulisan, gambar, simbol di kertas.

Siswa memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan "baru" dan pengetahuan lama mereka. Lebih tepatnya, pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan skemaskema dan kerangka-kerangka kognitif yang telah ada. Lantaran konsep-konsep di otak seumpama blok-blok bangunan yang di dalamnya berisi skema-skema dan kerangkakerangka kognitif, Pengetahuan Konseptual menjadi dasar untuk memahami. Proses-proses kognitif dalam kategori Memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.

2.1. MenafsirkanMenafsirkan terjadi ketika siswa dapat mengubah informasi dari satu bentuk ke bentuk lain.

Menafsirkan berupa pengubahan kata-kata jadi kata-kata lain (misalnya, memparafrasakan), gambar dari kata-kata, kata-kata jadi gambar, angka jadi kata-kata, kata-kata jadi angka, not balok jadi suara musik, dan semacamnya. Nama-nama lainnya adalah menerjemahkan, memparafrasakan, menggambarkan, dan mengklarifikasi. Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam Menafsirkan, ketika diberi informasi dalam bentuk tertentu, siswa dapat mengubahnya jadi bentuk lain. Dalam pelajaran ilmuilmu sosial, misalnya, tujuannya adalah belajar memparafrasakan pidato-pidato dan dokumen-dokumen penting dalam sejarah Perang

5

Page 7: Bahan Ajar SKL

Kemerdekaan Indonesia. Tugas asesmennya meminta siswa memparafrasakan sebuah pidato terkenal, misalnya pidato Soekarno dalam rapat BPUPKI.

Dalam pelajaran sains, tujuannya adalah belajar menggambar berbagai fenomena alam di kertas. Asesmennya ialah meminta siswa menggambar diagram-diagram yang menjelaskan fotosintesis. Siswa diberikan teks yang menjelaskan tentang proses terjadinya fotosintesis kemudian siswa diminta menggambarkan diagram-diagram yang menjelaskan fotosintesis. Atau, siswa mengamati proses terjadinya fotosintesis kemudian siswa diminta menggambarkan diagram-diagram yang menjelaskan fotosintesis. Atau dibalik, siswa diberikan diagram-diagram yang menjelaskan fotosintesis, siswa diminta menjelaskannya dengan teks narasi.

Dalam pelajaran matematika, contoh tujuanya adalah belajar mengubah nama-nama bilangan dalam kata-kata jadi persamaan-persamaan matematika dalam lambang-lambang bilangan. Asesmennya ialah meminta siswa menuliskan sebuah persamaanmatematika (dengan menggunakan L untuk jumlah siswa lelaki dan P untuk jumlah siswa perempuan) dari kalimat berikut: "Di kelas, jumlah siswa lelaki dua kali lipat daripada jumlah siswa perempuan". Simbulnya menjadi 2L=P.

Contoh soal TIMMS 2011 untuk Matematika kelas 4 SD

6

Page 8: Bahan Ajar SKL

Format asesmennya. Format tes yang tepat adalah jawaban singkat (siswa mencari jawaban) dan pilihan ganda (siswa memilih jawaban). Informasinya disampaikan dalam satu bentuk, dan siswa diminta untuk menyusun atau memilih informasi yang sama dalam bentuk yang berbeda. Contoh asesmen jawaban singkat: "Tulislah persamaan matematika dari pernyataan berikut dengan menggunakan T untuk total biaya dan K untuk jumlah kilogram. Total biaya pengiriman paket adalah Rp 20.000,00 untuk satu kilogram pertama dan Rp 15.000,00 untuk setiap satu kilogram berikutnya." Contoh asesmen pilihan ganda: "Manakah persamaan yang sesuai dengan pernyataan berikut, dengan T untuk total biaya dan K untuk jumlah kilogram? Total biaya pengiriman paket adalah Rp 20.000,00 untuk satu kilogram pertama dan Rp 15.000,00 untuk setiap satu kilogram berikutnya. (a) T = Rp 35.000 + P, (b) T Rp 20.000 + Rp 15.000 (P), (c) T = Rp 20.000 + Rp 15.000 (P-1)."

Guna memastikan bahwa yang diases adalah kemampuan untuk menafsirkan, bukan untuk mengingat, informasi dalam tugas asesmennya harus baru. "Baru" di sini berarti bahwa siswa belum pernah menjumpainya dalam aktivitas pembelajaran. Jika informasinya tidak baru, kita tidak dapat memastikan apakah yang diases kemampuan untuk menafsirkan atau mengingat. Jika tugas asesmennya serupa dengan tugas atau contoh yang diberikan selama pembelajaran, kita mungkin malah mengases kemampuan untuk mengingat, bukan untuk menafsirkan.

7

Page 9: Bahan Ajar SKL

Syarat bahwa informasi dalam tugas asesmennya mesti baru juga berlaku untuk menguji kemampuan-kemampuan dalam kategori-kategori proses dan proses-proses kognitif di luar Mengingat. Untuk mengases proses-proses kognitif yang tinggi, tugas asesmennya harus dapat menjamin bahwa siswa tidak akan bisa menjawab secara tepat hanya dengan mengandalkan ingatan.

2.2. Mencontohkan

Proses kognitif mencontohkan terjadi manakala siswa memberikan contoh tentang konsep atau prinsip umum. Mencontohkan melibatkan proses identifikasi ciri-ciri pokok dari konsep atau prinsip umum (misalnya, segitiga sama kaki harus mempunyai dua sisi yang sama panjang) dan menggunakan ciri-ciri ini untuk memilih atau membuat contoh (misalnya, siswa dapat memilih segitiga sama kaki dari tiga segitiga yang ditunjukkan). Nama-nama lain untuk mencontohkan adalah mengilustrasikan dan memberi contoh.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam proses kognitif mencontohkan, siswa diberi sebuah konsep atau prinsip dan mereka harus memilih atau membuat contohnya yang belum pernah mereka jumpai dalam pembelajaran. Dalam pelajaran sejarah seni, tujuannya adalah belajar memberikan contoh tentang berbagai gaya lukisan. Tugas asesmennya ialah meminta siswa untuk memilih sebuah lukisan yang bergaya impresionis dari empat lukisan yang disajikan. Dalam pelajaran sains, contoh tujuannya adalah dapat memberikan contoh tentang berbagai jenis senyawa kimia. Tugas asesmennya ialah meminta siswa menunjukkan sebuah senyawa anorganik di tempat karyawisata dan menjelaskan mengapa senyawa itu termasuk anorganik (misalnya, menyebutkan ciri-ciri pokoknya). Dalam pelajaran sastra, tujuannya adalah belajar memberikan contoh pelbagai genre drama. Tugas asesmennya ialah memberi siswa potongan-potongan dari empat drama (hanya satu yang merupakan drama komedi romantis) dan meminta siswa menyebutkan nama genre yang merupakan drama komedi romantis.

Format asesmennya. Tugas mencontohkan dapat berupa jawaban singkat —siswa harus membuat contoh— atau pilihan ganda —siswa harus memilih jawaban dari pilihan-pilihan yang disodorkan. Contoh format asesmen jawaban singkat untuk pelajaran sains: "Tunjukkan sebuah senyawa anorganik dan jelaskan mengapa senyawa itu termasuk anorganik". Contoh pilihan gandanya: "Manakah senyawa anorganik dari senyawa-senyawa berikut ini? (a) besi, (b) protein, (c) darah, (d) pupuk kompos".

Diberikan salah satu sila pancasila, siswa dapat memberikan contoh penerapanya dalam kehidupan sehari-hari.

2.3. MengklasifikasikanProses kognitif mengklasifikasikan terjadi ketika siswa mengetahui bahwa sesuatu

(misalnya, suatu contoh) termasuk dalam kategori tertentu (misalnya, konsep atau prinsip). Mengklasifikasikan melibatkan proses mendeteksi ciri-ciri atau pola-pola yang "sesuai" dengan contoh dan konsep atau prinsip tersebut. Mengklasifikasikan adalah proses kognitif yang melengkapi proses menncontohkan. Jika mencontohkan dimulai dengan konsep atau prinsip umum dan mengharuskan siswa menemukan contoh tertentu, mengklasifikasikan dimulai dengan contoh tertentu dan mengharuskan siswa menemukan konsep atau prinsip umum. Nama-nama lain dari mengklasifikasikan adalah mengategorikan dan mengelompokkan.

8

Page 10: Bahan Ajar SKL

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam pelajaran ilmu-ilmu sosial, contoh tujuannya adalah belajar mengklasifikasikan kasus-kasus kelainan mental yang diamati atau digambarkan. Tugas asesmennya meminta siswa melihat video yang menayangkan perilaku seseorang yang sakit jiwa dan kemudian menyebutkan kelainan mentalnya.

Dalam pelajaran sains, tujuannya adalah belajar mengategorikan spesies-spesies berbagai hewan prasejarah. Tugas asesmennya adalah memberi siswa beberapa gambar binatang prasejarah dan meminta mereka mengelompokkan binatang-binatang tersebut dengan binatang-binatang lain dari spesies yang sama. Klasifikasi daun. Saat barang dari truk, petugas mencatat dan meletakkan barang-barang di toko sesuai kolompok-kelompok.

Dalam pelajaran matematika, tujuannya ialah belajar menentukan kategorikategori bilangan dari angka-angka. Tugas asesmennya adalah memberi siswa beberapa gambar binatang prasejarah dan meminta mereka mengelompokkan binatang-binatang tersebut dengan binatang-binatang lain dari spesies yang sama. Dalam pelajaran matematika, tujuannya ialah belajar menentukan kategorikategori bilangan dari angka-angka. Tugas asesmennya adalah memberi siswa angka-angka dan kemudian meminta siswa melingkari seluruh angka yang memiliki kategori sama.

Format asesmen. Dalam tes jawaban singkat, siswa diberi suatu contoh dan diharuskan membuat konsep atau prinsip yang sesuai dengan contoh itu. Dalam tes pilihan ganda, siswa diberi suatu contoh dan kemudian diharuskan memilih konsep atau prinsipnya dari pilihan-pilihan konsep atau prinsip. Dalam tes pilihan, siswa diberi sejumlah contoh dan diharuskan menentukan manakah yang termasuk dalam suatu kategori dan manakah yang tidak, atau diharuskan menempatkan satu contoh ke dalam salah satu dari banyak kategori

2.4. MerangkumProses kognitif merangkum terjadi ketika siswa mengemukakan satu kalimat yang

merepresentasikan informasi yang diterima atau mengabstraksikan sebuah tema. Merangkum melibatkan proses membuat ringkasan informasi, misalnya makna suatu adegan drama, dan proses mengabstraksikan ringkasannya, misalnya menentukan tema atau poin-poin pokoknya. Nama-nama lain untuk merangkum adalah menggeneralisasi dan mengabstraksi.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam merangkum, ketika siswa diberi informasi, mereka membuat rangkuman atau mengabstraksikan sebuah tema. Contoh tujuan dalam pelajaran sejarah adalah belajar menulis rangkuman pendek dari peristiwa peristiwa yang ditunjukkan dengan gambar-gambar. Tugas asesmennya meminta siswa melihat film tentang penjajahan Belanda dan kemudian menulis rangkuman pendek. Contoh tujuan dalam pelajaran sains ialah belajar merangkum sumbangan-sumbangan penting dari para ilmuwan ternama setelah membaca beberapa tulisan mereka. Tugas asesmennya meminta siswa untuk membaca tulisan tulisan tentang Albert Einstein dan kemudian merangkum poinpoinnya. Dalam pelajaran komputer, tujuannya adalah belajar merangkum tujuan-tujuan dari berbagai petunjuk pemakaian program komputer. Tugas asesmennya berupa paparan suatu program komputer dan kemudian meminta siswa menulis sebuah kalimat yang mendeskripsikan subtujuan yang dicapai oleh setiap bagian program.

Format asesmennya. Tugas asesmennya bisa berupa tes jawaban singkat atau pilihan ganda, yang berkenaan dengan penentuan tema atau pembuatan rangkuman. Secara umum, tema lebih abstrak ketimbang rangkuman. Misalnya, dalam tes jawaban singkat, siswa diminta

9

Page 11: Bahan Ajar SKL

membaca sebuah paragraf tanpa judul tentang Kota Yogyakarta dan kemudian menulis judul yang tepat. Dalam tes pilihan ganda, siswa diminta membaca sebuah paragraf tentang Kota Yogyakarta dan kemudian memilih judul yang paling tepat dari empat pilihan judul atau mengurutkan judul-judulnya dari yang "paling tepat" sampai yang "tidak tepat".

2.5. Menyimpulkan

Proses kognitif menyimpulkan menyertakan proses menemukan pola dalam sejumlah contoh. Menyimpulkan terjadi ketika siswa dapat mengabstraksikan sebuah konsep atau prinsip yang menerangkan contoh-contoh tersebut dengan mencermati ciri-ciri setiap contohnya dan, yang terpenting, dengan menarik hubungan di antara ciri-ciri tersebut. Misalnya, ketika siswa diberi angka-angka 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, mereka memerhatikan nilai numerik setiap digit, bukan ciri-cirinya yang tak relevan seperti bentuk setiap digit atau apakah setiap digitnya ganjil atau genap. Mereka dapat membedakan pola dalam susunan angka tersebut (yakni setelah dua angka pertama, setiap angkanya merupakan jumlah dari dua angka sebelumnya).

Proses menyimpulkan melibatkan proses kognitif membandingkan seluruh contohnya. Misalnya, untuk menentukan angka berapa pada urutan selanjutnya, siswa harus mengidentifikasi polanya. Proses kognitif lain yang terkait adalah menggunakan pola itu untuk menciptakan contoh baru (yakni angka pada urutan selanjutnya adalah 34, jumlah dari 13 dan 21). Inilah contoh mengeksekusi, yang merupakan proses kognitif dalam kategori Mengaplikasikan. Menyimpulkan dan mengeksekusi sering dipakai secara bersamaan dalam tugas-tugas kognitif.

Menyimpulkan berbeda dengan mengatribusikan (proses kognitif yang terdapat dalam kategori Menganalisis). Sebagaimana nanti akan kita bicarakan di bagian berikutnya pada bab ini, mengatribusikan hanya berpusat pada sisi pragmatisnya, yaitu menentukan sudut pandang atau tujuan pengarang, sedangkan menyimpulkan berpusat pada penarikan pola informasi yang disuguhkan. Cara lain untuk membedakan antara kedua proses ini adalah bahwa mengatribusikan dapat diterapkan secara luas dalam situasi yang di dalamnya siswa harus "membaca antarbaris", terutama ketika mereka berusaha menentukan sudut pandang pengarang. Sementara itu, menyimpulkan terjadi dalam konteks yang memberikan harapan akan apa yang disimpulkan. Nama-nama lain dari menyimpulkan adalah mengekstrapolasi, menginterpolasi, memprediksi, dan menyimpulkan.

Berikut contoh kompetensi "Menyimpulkan" dari Kelly Gilchrist (2011)Facts Inferences

The bear was soft, fuzzy, and squished when it was hugged

The bear was a stuffed bear

The rabbit was injured The fox will catch himThe beetle has large, pointy antennae, and it is brightly colored

Enemies will stay far away to avoid being hurt by the beetle

Flies lay their eggs in decayed food. People don’t eat food that is decayed.The turtle hides in his shell Other predators can’t get to the turtle when he is

hidden in his shell.Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam menyimpulkan, ketika siswa diberi

sejumlah contoh, mereka menemukan konsep atau prinsip yang menerangkan contohcontoh tersebut. Misalnya, dalam belajar bahasa Spanyol, tujuannya adalah menyimpulkan prinsip-prinsip gramatikal dari contoh-contoh itu. Tugas asesmennya adalah siswa diberi dua artikel

10

Page 12: Bahan Ajar SKL

kata benda "la casa, el muchacho, la senorita, el pero" dan kemudian diminta mengemukakan prinsip kapan harus menggunakan "la" dan kapan harus menggunakan "el".

Dalam pelajaran matematika, tujuannya ialah belajar menyimpulkan hubungan antarangka dalam bentuk persamaan matematika. Tugas asesmennya meminta siswa untuk menentukan persamaan x dan y jika x = 1 dan y = 0; jika x = 2 dan y = 3; x = 3 dan y = 8.

Format asesmennya. Tiga tes asesmen menyimpulkan (kerap kali berbarengan dengan mengimplementasikan) yang banyak dipakai adalah tes melengkapi, tes analogi, dan tes pengecualian. Dalam tes melengkapi, siswa diharuskan menentukan urutan berikutnya, seperti pada contoh tes susunan angka di atas. Dalam tes analogi, siswa diberi analogi A dengan B seperti C dengan D, seperti "negara" dengan "presiden" seperti "provinsi" dengan ...............Siswa harus mencari atau memilih istilah yang tepat untuk mengisi titik-titik tersebut dan melengkapi analoginya (misalnya, "gubernur"). Dalam tes pengecualian, siswa diberi tiga atau lebih butir pernyataan dan diharuskan menentukan pernyataan yang berbeda.

Misalnya, siswa diberi tiga soal fisika, dua di antaranya berkenaan dengan satu prinsip dan satunya berkenaan dengan prinsip yang berbeda. Untuk memfokuskan asesmen hanya pada proses kognitif menyimpulkan, soalnya menyatakan konsep atau prinsip dasar yang siswa gunakan untuk mencari atau memilih jawaban yang benar.

Berikut ini contoh soal pada IPA SD.

Diberikan tabel hasil percobaan, siswa dapat membuat kesimpulan dengan bhasa sendiri. Tabel Hasil Percobaan

Kesimpulannya adalah............................................ Lihat pola data kedua variabel!

Pada kolom (Variabel) "Berat Beban" menunjukkan semakin ke bawah angka semakin besar. Sedangkan pada kolom (Variabel) "Panjang Karet) menunjukkan semakin ke bawah angka juga semakin besar. Kesimpulannyan: "Semakin besar beban pada karet, semakin panjang karet."

Percobaan berikutnya adalah siswa meniup tiga botol dengan volumen air yang berbedabeda. Setelah melakukan percobaan meniup tiga botol dengan volume air yang berbedabeda, siswa dapat membuat kesimpulan dengan bahasa sendiri.

Gambar di samping menunjukkan ketiga botol yang sama berisi air berbeda-beda. Saat ditiup masing-masing botong menghasilkan nada bunyi yang berbeda-beda.

Kesimpulannya adalah ...................................

Untuk membuat kesimpulan pada hasil percobaan ini, siswa harus melibatkan konsep bunyi yang telah dipelajari sebelum.Konsep pertama: bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar. Pada kasus botol ditiup, bunyi

yang dihasilkan adalah dari udara yang bergetar. Berdasarkan data hasil percobaan ketiga botol di atas dapat disimpulkan, "Semakin besar (banyak) udara yang bergetar, semakin rendah bunyi yang dihasilkan."

11

TinggiNada

SedangNada

RendahNada

Page 13: Bahan Ajar SKL

2.6. MembandingkanProses kognitif membandingkan melibatkan proses mendeteksi persamaan dan

perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi, seperti menentukan bagaimana suatu peristiwa terkenal (misalnya, skandal politik terbaru) menyerupai peristiwa yang kurang terkenal (misalnya, skandal politik terdahulu). Membandingkan meliputi pencarian korespondensi satu-satu antara elemen-elemen dan pola-pola pada satu objek, peristiwa, atau ide dan elemen-elemen dan pola-pola pada satu objek, peristiwa, atau ide lain. jika digunakan bersama menyimpulkan (misalnya, pertama, mengabstraksikan suatu kaidah dari situasi yang familier) dan mengimplementasikan (misalnya, kedua, menerapkan kaidah tersebut pada situasi yang kurang familier), membandingkan dapat mendukung penalaran dengan analogi. Nama-nama lainnya adalah mengontraskan, memetakan, mencocokkan.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam membandingkan, ketika siswa diberi informasi baru, mereka mendeteksi keterkaitannya dengan pengetahuan yang sudah familier. Dalam pelajaran ilmu-ilmu sosial, tujuannya adalah memahami peristiwaperistiwa sejarah dengan membandingkan antara peristiwa-peristiwa tersebut dan kondisi sekarang. Pertanyaan asesmennya adalah "Bagaimanakah Perang Kemerdekaan Indonesia dibandingkan dengan pertengkaran keluarga atau perseteruan antar teman?"

Dalam pelajaran sains, tujuannya ialah belajar membandingkan aliran listrik dengan sistem yang lebih familier. Contoh pertanyaan asesmennya adalah "Bagaimana aliran listrik dibandingkan dengan aliran air dalam pipa?"Membandingkan juga melibatkan proses menentukan keterkaitan antara dua atau lebih objek, peristiwa, atau ide yang disuguhkan. Dalam pelajaran matematika, contoh tujuannya adalah belajar membandingkan soal-soal kalimat matematika yang serupa. Tugas asesmennya ialah meminta siswa membandingkan soal kalimat matematika dengan masalah pekerjaan.

Format asesmennya. Teknik utama untuk mengases proses kognitif membandingkan adalah pemetaan. Dalam memetakan, siswa harus menunjukkan bagaimana setiap bagian dari sebuah objek, ide, masalah, atau situasi berkaitan dengan setiap bagian dari sebuah objek, ide, masalah, atau situasi lain. Siswa memetakan dua objek, ide, atau masalah. Misalnya, siswa diminta untuk menjelaskan secara mendetail perbandingan antara batu baterai, kabel, dan resistor dalam rangkaian listrik di satu sisi dan pompa air, pipa, dan susunan pipanya dalam rangkaian aliran air di sisi lain.

2.7. Menjelaskan

Proses kognitif menjelaskan berlangsung ketika siswa dapat membuat dan menggunakan model sebab-akibat dalam sebuah sistem. Model ini dapat diturunkan dari teori (sebagaimana sering kali terjadi dalam sains) atau didasarkan pada hasil penelitian atau pengalaman (sebagaimana kerap kali terjadi dalam ilmu sosial dan humaniora). Penjelasan yang lengkap melibatkan proses membuat model sebab-akibat, yang mencakup setiap bagian pokok dari suatu sistem atau setiap peristiwa penting dalam rangkaian peristiwa, dan proses menggunakan model ini untuk menentukan bagaimana perubahan pada satu bagian dalam sistem tadi atau sebuah "peristiwa" dalam rangkaian peristiwa tersebut memengaruhi perubahan pada bagian lain. Nama lain dari menjelaskan adalah membuat model.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam menjelaskan, ketika siswa diberi gambaran tentang sebuah sistem, mereka menciptakan dan menggunakan model

12

Page 14: Bahan Ajar SKL

sebabakibatnya. Misalnya, dalam pelajaran ilmu-ilmu sosial, contoh tujuannya adalah menjelaskan penyebab-penyebab dari peristiwa-peristiwa sejarah abad ke-19. Tugas asesmennya meminta siswa membaca dan mendiskusikan sepenggal sejarah Perang Kemerdekaan Indonesia, serta membuat rangkaian peristiwa sebab-akibat yang menjelaskan mengapa terjadi Perang Kemerdekaan. Dalam pelajaran sains, contoh tujuannya adalah menjelaskan bagaimana cara kerja hukum-hukum fisika dasar. Tugas asesmennya meminta siswa yang telah belajar hukum Ohm untuk menjelaskan apa yang terjadi pada jumlah arus listrik ketika ditambahkan sebuah baterai pada rangkaian listrik, atau meminta siswa yang telah melihat video tentang halilintar untuk menjelaskan bagaimana perbedaan suhu dapat menimbulkan halilintar.Format asesmennya. Tugas-tugas penalaran, penyelesaian masalah, desain ulang, dan prediksi bisa digunakan untuk mengases kemampuan siswa dalam menjelaskan. Dalam tugas penalaran, siswa diminta menjelaskan alasan terjadinya suatu peristiwa. Misalnya, "Mengapa udara dari ban sepeda masuk ke dalam pompa ketika Anda berhenti memompanya?" Jawabannya: "Udaranya tertekan karena tekan udara di dalam pompa lebih kecil daripada di dalam ban" melibatkan proses menemukan prinsip kerja yang menerangkan peristiwa tersebut.

Dalam tugas penyelesaian masalah, siswa diminta mendiagnosis apa yang salah dalam sistem multifungsi. Misalnya, "Anda memompa ban sepeda, tetapi tiada udara yang masuk ke dalam ban. Apa yang salah?" Di sini, siswa harus mencari penjelasan atas masalah itu, misalnya "Pompanya tidak terpasang sempurna pada pentil ban" atau "Selang udaranya bocor".

Dalam tugas desain ulang, siswa diminta mengubah sistem untuk mencapai suatu tujuan. Misalnya, "Bagaimana cara Anda meningkatkan efisiensi kerja pompa sepeda?" Untuk menjawab pertanyaan ini, siswa harus membayangkan perubahan satu atau lebih komponen dalam sistemnya, misalnya "Memberi minyak pelumas pada pompanya".

Dalam tugas prediksi, siswa ditanya bagaimana perubahan pada satu bagian sistem akan memengaruhi bagian lain pada sistem tersebut. Misalnya, "Apa yang akan terjadi jika Anda memperbesar diameter silinder pompa sepeda?" Pertanyaan ini mengharuskan siswa "mengoperasikan" model pompa dalam benaknya untuk mengetahui bahwa jumlah udara yang masuk ke dalam pompa dapat ditambah dengan memperbesar diameter silindernya.

13

Page 15: Bahan Ajar SKL

KATEGORI-KATEGORI DALAM DIMENSI PROSES KOGNITIF Anderson & Krathwohl (2001)

KATEGORI DAN PROSES KOGNITIF

NAMA-NAMA LAIN DEFINISI DAN CONTOH

1. MENGINGAT — Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.

1.1. Mengenali Mengidentifikasi Menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut (Misalnya, mengenali tanggal terjadinya peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia)

1.2. Mengingat kembali

Mengambil Mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang (Misalnya, mengingat kembali tanggal peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia)

2. MEMAHAMI — Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran. termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru.

2.1. Menafsirkan Mengklarifikasi, Memparafrasakan,Merepresentasi,Menerjemahkan

Mengubah satu bentuk gambaran (misalnya, angka) jadi bentuk lain (misalnya, kata-kata) (Misalnya, memparafrasakan ucapan dan dokumen penting)

2.2. Mencontohkan Mengilustrasikan, Memberi contoh

Menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip (Misalnya, memberi contoh tentang aliran-aliran seni lukis)

2.3. Mengklasikasikan Mengategorikan, Mengelompokkan

Menentukan sesuatu dalam satu kategori (Misalnya, mengklasifikasikan kelainan-kelainan mental yang telah diteliti atau dijelaskan)

2.4. Merangkum Mengabstraksi, Menggeneralisasi

Mengabstraksikan tema umum atau poin (poin) pokok. (Misalnya, menulis ringkasan pendek tentang peristiwa-peristiwa yang ditayangkan di televisi)

2.5. Menyimpulkan Menyarikan,Mengekstrapolasi,Menginterpolasi,Memprediksi

Membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima (Misalnya, dalam belajar bahasa asing, menyimpulkan tata bahasa berdasarkan contoh-contohnya)

2.6. Membandingkan Mengontraskan, Memetakan,Mencocokkan

Menentukan hubungan antara dua ide, dua objek, dan semacamnya (Misalnya, membandingkan peristiwa-peristiwa sejarah dengan keadaan sekarang)

2.7. Menjelaskan Membuat model Membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem (Misalnya, menjelaskan sebab-sebab terjadinya peristiwa-peristiwa penting pada abad ke-18 di Indonesia)

3. MENGAPLIKASIKAN — Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu.

3.1. Mengeksekusi Melaksanakan Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familier (Misalnya, membagi satu bilangan dengan bilangan lain, kedua bilangan ini terdiri dari beberapa digit)

3.2. Mengimplementasikan

Menggunakan Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak familier (Misalnya, menggunakan hukum Newton kedua pada konteks yang tepat.)

4. MENGANALISIS — Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan

Page 16: Bahan Ajar SKL

4.1. Membedakan Menyendirikan, Memilah,Memfokuskan,Memilih

Membedakan bagian materi pelajaran yang relevan dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang tidak penting (Membedakan antara bilangan yang relevan dan bilangan yang tidak relevan dalam soal cerita matematika.)

4.2. Mengorganisasi Menemukan koherensi,Memadukan,Membuat garis besar,Mendeskripsikan peran,Menstrukturkan

Menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau berfungsi dalam sebuah struktur (Misalnya, menyusun bukti-bukti dalam cerita sejarah jadi bukti-bukti yang mendukung dan menentang suatu penjelasan historis.)

4.3. Mengatribusikan Mendekonstruksi Menentukan sudut pandang, bias, nilai, atau maksud di balik materi pelajaran (Misalnya, menunjukkan sudut pandang penulis suatu esai sesuai dengan pandangan politik si penulis)

5. MENGEVALUASI — Mengambil keputusan berdasarkan kriteria dani atau standar.

5.1. Memeriksa MengoordinasiMendeteksi,Memonitor,Menguji

Menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu proses atau produk: menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki konsistensi internal; menemukan efektivitas suatu prosedur yang sedang dipraktikkan (Misalnya, Memeriksa apakah kesimpulan-kesimpulan seorang ilmu wan sesuai dengan data-data amatan atau tidak)

5.2. Mengkritik Menilai Menemukan inkonsistensi antara suatu produk dan kriteria eksternal; menentukan apakah suatu produk memiliki konsistensi eksternal: menemukan ketepatan suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah (Misalnya, menentukan satu metode terbaik dari dua metode untuk menyelesaikan suatu masalah)

6. MENCIPTA — Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.

6.1. Merumuskan Membuat hipotesis Membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria (Misalnya, membuat hipotesis tentang sebab-sebab terjadinya suatu fenomenon)

6.2. Merencanakan Mendesain Merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu tugas (Misalnya, merencanakan proposal penelitian tentang topik sejarah tertentu)

6.3. Memproduksi Mengkonstruksi Menciptakan suatu produk (Misalnya, membuat habitat untuk spesies tertentu demi suatu tujuan)

Dimensi PengetahuanJenis dan Subjenis ContohA. PENGETAHUAN FAKTUAL —Elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa untuk mempelajari satu

disiplin ilmu atau untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut.1. Pengetahuan tentang terminologi

2. Pengetahuan tentang detail-detail elemenelemen yang spesifik.

Kosakata teknis, simbol-simbol musik Sumbersumber daya alam pokok, sumbersumber informasi yang reliabel

Page 17: Bahan Ajar SKL

B. PENGETAHUAN KONSEPTUAL—Hubungan-hubungan antarelemen dalam sebuah struktur besar yang memungkinkan elemen-elemennya berfungsi secara bersamasama.1. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori2. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi3. Pengetahuan tentang teori, model dan struktur

Periode waktu geologis, bentuk kepemilikan usaha bisnisRumus Pythagoras, hukum penawaran dan permintaanTeori evolusi, struktur Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

C. PENGETAHUAN PROSEDURAL —Bagaimana melakukan sesuatu, mempraktikkan metodemetode penelitian, dan kriteria-kriteria untuk menggunakan keterampilan, algoritme, teknik dan metode.

1. Pengetahuan tentang keterampilan dalam Keterampilan-keterampilan dalam melukis bidang tertentu dan algoritmedengan cat air, algoritme pembagian seluruh

2. Pengetahuan tentang teknik dan metode bilangan.dalam bidang tertentu

3. Pengetahuan tentang kriteria untuk me-Teknik wawancara, metode ilmiah nentukan kapan harus menggunakan rosedur yang tepatKriteria yang digunakan untuk menentukan

kapan harus menerapkan prosedur hukum Newton, kriteria yang digunakan untuk menilai fisibilitas suatu metode

D. PENGETAHUAN METAKOGNITIF-Pengatahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi itu sendiri

1. Pengatahuan strategis2. Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif3. Pengetahuan diri

Pengetahuan tentang skema sebagai alat untuk mengetahui struktur suatu pokok bahasan dalam buku teks, pengetahuan tentang penggunaan metode penemuan atau pemecahan masalah.

Pengetahuan tentang macam-macam tes yang dibuat guru, pengetahuan tentang tuntutan beragam tugas kognitif.

Pengetahuan bahwa diri (sendiri) kuat dalam mengkritisi esai, tetapi lemah dalam hal menulis esai; kesadaran tentang tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh diri (sendiri)