Bahaya Jika Iri Hati

6
Allah SWT mewasiatkan pada kita dalam Al-Qur’an agar berbuat baik kepada tetangga : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada ke dua orang-tua, karib-kerabat, anak- anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Q.S. An-Nisaa : 36). Pengertian tetangga, ada tiga yaitu : 1. Tetangga muslim yang masih mempunyai ikatan kekeluargaan yang dekat, dengan demikian dia memiliki hak sebagai tetangga, hak sebagai sesama muslim dan hak sebagai keluarga dekat; 2. Tetangga sesama muslim, sehingga dia mempunyai hak sebagai tetangga dan hak sebagai saudara seakidah. 3. Tetangga non-muslim, hanya memiliki hak bertetangga saja. Menyakiti tetangga termasuk perbuatan dosa yang dilarang agama.. Yang dimaksud dengan menyakiti tetangga adalah melakukan suatu perbuatan yang dapat mengusik ketenangan dan ketenteraman kehidupan mereka, baik dengan cara membuka rahasia pribadi tetangga, mengganggu dan mengambil hak milik mereka, mencari-cari kesalahan mereka dan melakukan perbuatan dzalim kepada mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jibril terus menasihatiku agar berbuat baik kepada tetangga hingga aku khawatir ia akan menjadikannya sebagai pewaris.” Beliau saw. juga bersabda : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya.” Menyakiti tetangga diharamkan demi menjaga haknya yang agung. Dari Abu Syuraih r.a., Rasulullah bersabda : “Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman. Dikatakan : “Siapa, ya Rasulullah?” Beliau menjawab : “Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya.” 1) Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW. menjadikan pujian tetangga dan celaannya sebagai ukuran baik dan buruknya kelakuan seseorang. Dari Ibn Mas’ud r.a., ia berkata : “Ya Rasulullah, bagaimana saya mengetahui saya telah berbuat baik atau buruk kepada tetangga

Transcript of Bahaya Jika Iri Hati

Page 1: Bahaya Jika Iri Hati

Allah SWT mewasiatkan pada kita dalam Al-Qur’an agar berbuat baik kepada tetangga : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada ke dua orang-tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Q.S. An-Nisaa : 36).

Pengertian tetangga, ada tiga yaitu :

1. Tetangga muslim yang masih mempunyai ikatan kekeluargaan yang dekat, dengan demikian dia memiliki hak sebagai tetangga, hak sebagai sesama muslim dan hak sebagai keluarga dekat;2. Tetangga sesama muslim, sehingga dia mempunyai hak sebagai tetangga dan hak sebagai saudara seakidah.3. Tetangga non-muslim, hanya memiliki hak bertetangga saja.

Menyakiti tetangga termasuk perbuatan dosa yang dilarang agama.. Yang dimaksud dengan menyakiti tetangga adalah melakukan suatu perbuatan yang dapat mengusik ketenangan dan ketenteraman kehidupan mereka, baik dengan cara membuka rahasia pribadi tetangga, mengganggu dan mengambil hak milik mereka, mencari-cari kesalahan mereka dan melakukan perbuatan dzalim kepada mereka.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jibril terus menasihatiku agar berbuat baik kepada tetangga hingga aku khawatir ia akan menjadikannya sebagai pewaris.”

Beliau saw. juga bersabda : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya.”

Menyakiti tetangga diharamkan demi menjaga haknya yang agung. Dari Abu Syuraih r.a., Rasulullah bersabda : “Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman. Dikatakan : “Siapa, ya Rasulullah?” Beliau menjawab : “Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya.” 1)

Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW. menjadikan pujian tetangga dan celaannya sebagai ukuran baik dan buruknya kelakuan seseorang. Dari Ibn Mas’ud r.a., ia berkata : “Ya Rasulullah, bagaimana saya mengetahui saya telah berbuat baik atau buruk kepada tetangga saya?” Nabi SAW. menjawab : “Yaitu apabila engkau mendengar tetangga-tetanggamu berkata : “Engkau telah berlaku baik,” maka sesunguhnya engkau telah berbuat baik. Dan apabila engkau mendengar mereka mengatakan : “Engkau berbuat buruk,” maka sesungguhnya engkau telah berlaku buruk.” 2)

Dalam riwayat lain diterangkan, bahwa Rasulullah telah menegaskan : “Tidak akan masuk sorga orang yang tetangganya tidak pernah merasa aman dari gangguan perbuatannya.” (HR.Muslim dari Abu Hurairah).

Rasulullah pernah ditanya tentang dosa yang paling besar di sisi Allah. Jawab Rasulullah : “Ada tiga : Menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Allah yang menciptakanmu. Membunuh anak hanya karena takut miskin. Dan berselingkuh dengan isteri tetangga.” (HR.Bukhari, Muslim, Tirmizi, dan Nasai dari Abdullah bin Mas’ud).

Page 2: Bahaya Jika Iri Hati

Dosa melanggar hak-hak tetangga sangat besar dan berlipat ganda sebagaimana yang disabdakan Nabi SAW. : “Seseorang melakukan perbuatan zina dengan sepuluh orang wanita lebih ringan dosanya daripada ia berzina dengan isteri tetangganya, dan seandainya ia mencuri dari sepuluh rumah lebih ringan dosanya daripada ia mencuri dari rumah tetangganya.” 3)

Sebagian laki-laki pengkhianat menunggu-nunggu waktu tetangganya tidak ada di rumah, ketika membagi giliran malam, ia masuk ke rumahnya untuk menebar kerusakan, maka kecelakaanlah baginya pada hari kiamat berupa adzab yang pedih.

Menyakiti tetangga mempunyai beberapa cara dan bentuk. Misalnya dengan cara melarangnya menancapkan tiang di dinding yang dimiliki bersama, membangun gedung lebih tinggi sehingga menghalangi cahaya matahari atau masuknya udara tanpa seizinnya. Atau membuka jendela di depan rumahnya dan mengintip serta melihat ‘aurat’ (rahasia rumah-tangganya). Dan mengganggunya dengan suara-suara bising seperti menyalakan radio/tape-recorder/TV dengan volume suara yang keras, menggedor pintu atau tembok atau berteriak terutama di waktu-waktu tidur dan istirahat, memukul anak-anaknya dan membuang sampah di depan pintu rumahnya.

Untaian ayat Al-Qur’an dan hadis Rasul diatas, telah memberikan pengertian bahwa orang yang menyakiti hati tetangga, berarti dia telah melakukan dosa besar, dan konsekuensinya kelak di hari kiamat dia akan mendapatkan siksa yang sangat pedih. Seharusnya antar sesama tetangga kita selalu menebar dan menciptakan suasana yang aman, tentram dan damai, bahu-membahu dan tolong-menolong dan menjaga untuk tidak menyinggung perasaan dan menyakiti hati tetangga.

Tetangga yang baik pada kenyataannya merupakan saudara kita yang paling dekat, meskipun bukan saudara yang punya pertalian darah atau garis keturunan. Ketika kita ditimpa musibah atau sakit, tetanggalah yang paling awal akan memberikan pertolongan, maka celakalah kita manakala tidak akur dengan tetangga. Rasulullah SAW dalam satu hadis bahkan meminta kita untuk memperbanyak kuah sayur, untuk dihadiahkan kepada para tetangga.

Setiap muslim harus selalu menjaga perasaan hati tetangga, berhubungan dengan mereka secara baik, dan melindungi keselamatan serta hak-hak mereka. (Sudi Al-Fakir – Jatiwaringin, 14 Shafar 1424 H)

Page 3: Bahaya Jika Iri Hati

Suatu ketika Nabi Muhammd saw duduk di masjid dan berbincang2 dengan sahabatnya. Tiba2 beliau bersabda: “Sebentar lagi seorang penghuni surga akan masuk kemari”. Semua matapun tertuju ke pintu masjid dan pikiran para hadirin membayangkan seorang yang luar biasa. “Penghuni surga… penghuni surga…”, demikian gumam mereka.

Beberapa saat kemudian, masuklah seorang dengan air wudhu yang masih membasahi wajahnya dan dengan tangan menjinjing sepasang alas kaki. Apa gerangan keistimewaan orang itu sehingga mendapat jaminan surga? Tidak seorangpun yang berani bertanya walau seluruh hadirin merindukan jawabannya.

Keesokan harinya peristiwa di atas terulang kembali. Ucapan Nabi dan “si penghuni” surga dengan keadaan yang sama semuanya terulang, bahkan pada hari ketiga pun terjadi hal yang demikian.

Abdullah ibnu ‘Amr tidak tahan lagi, meskipun ia tidak berani bertanya dan khawatir jangan sampai ia mendapt jawaban yang tidak memuaskannya. Maka timbullah sesuatu dalam benaknya. Dia mendatangi si penghuni surga sambil berkata: “Saudara, telah terjadi kesalahpahaman antara aku dan orang tuaku, dapatkah aku menumpang di rumah anda selama tiga hari?”

“Tentu, tentu…”, jawab si penghuni surga.Rupanya, Abdullah bermaksud ingin melihat secara langsung “amalan” si penghuni surga.

Tiga hari tiga malam ia memperhatikan, mengamati bahkan mengintip si penghuni surga, tetapi tidak ada sesuatu pun yang istimewa. Tidak ada ibadah khusus yang dilakukan si penghuni surga. Tidak ada shalat malam, tidak pula puasa sunnh. Ia bahkan tidur dengan nyenyaknya hingga beberapa saat sebelum fajar. Memang sesekali ia terbangun dan ketika itu terdengar ia menyebut nama Allah di pembaringannya, tetapi sejenak saja dan tidurnya pun berlanjut.

Pada siang hari si penghuni surga bekerja dengan tekun. Ia ke pasar, sebagaimana halnya semua orang yang ke pasar. “Pasti ada sesuatu yang disembunyikan atau yang tak sempat kulihat. Aku harus berterus terang kepadanya”, demikian pikir Abdullah..

“Apakah yang Anda perbuat sehingga Anda mendapat jaminan surga dari Rasululllah?”, tanya Abdullah.“Ya.. seperti yang Anda lihat itulah..!”, jawab si penghuni surga.

Dengan kecewa Abdullah bermaksud kembali saja ke rumah, tetapi tiba-tiba tangannya dipegang oleh si penghuni surga seraya berkata: “Apa yang Anda lihat itulah yang saya lakukan, ditambah sedikit lagi, yaitu saya tidak pernah merasa iri hati terhadap seseorang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, dan tidak pernah pula saya melakukan penipuan dalam segala aktivitas saya”.

Dengan menundukkan kepala, Abdullah meninggalkan si penghuni surga sambil berkata: “Rupanya, yang demikian itulah yang menjadikan Anda mendapat jaminan surga”.

Page 4: Bahaya Jika Iri Hati

Saudara2 sekalian…

Untuk menjadi penghuni surga ternyata, menurut Nabi saw, tidak cukup hanya sekedar menjalankan ritual ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dll. Dari kisah di atas, ada dua hal yang dapat menjadikan seseorang sebagai penghuni surga, yaitu:

1. TIDAK IRI HATI/DENGKI TERHADAP SESEORANG YANG DIANUGERAHI NIKMAT OLEH ALLAH.

Iri hati/dengki dalam bahasa agama dinamakan HASAD. Nabi saw memperingatkan umatnya dalam sebuah hadits:“Hendaklah kalian menjauhi sifat HASAD, karena sesungguhnya sifat HASAD akan ‘memakan’ amal kebaikan seperti halnya api ‘memakan’ kayu bakar”

Di akhirat nanti, ada golongan yang disebut oleh Nabi saw dengan MUFLISH. Suatu ketika Nabi saw pernah bertanya: “Atadruuna mal muflis? Tahukan kalian apa itu bangkrut?”Ada sahabat yang menjawab: “Bangkrut adalah dimana seorang pedagang yang rugi krn modalnya tidak kembali”

Nabi saw menggelengkan kepala, kemudian menjelaskan:“Muflis (bangkrut) adalah dimana seseorang rajin dalam ibadahnya, dia sholat, puasa, zakat, namun di sisi lain dia juga menghina, melakukan ghibah (gossip), memfitnah, mengadu domba saudaranya. Pada saat dia akan dimasukkan kedalam surga, orang yg pernah difitnah memprotes kepada Allah: ‘Ya Allah, dahulu waktu di dunia si fulan telah memfitnah saya’, kemudian sebagai penggantinya, Allah swt mengambil amal kebaikannya dan menyerahkannya kepada org yang telah difitnahnya.Kemudian datang lagi orang lain mengadukan hal yang sama, dan kemudian Allah swt mengambil amal kebaikannya sebagai penggantinya. Demikian selanjutnya, sehingga amal kebaikannya habis, namun orang yg difitnah, dihina atau disakiti masih ada. Karena amal kebaikannya sudah habis, dosa orang yang difitnah, dihina atau disakiti itu diberikan kepadanya. Sehingga timbangan dosanya lebih besar daripada timbangan pahalanya, dan akhirnya dimasukkan ke dalam neraka”… Na’udzubillah…

Saudara2 sekalian…Dalam Islam, keshalehan seseorang bukan hanya diukur dari banyaknya amal ibadah “mahdhoh” yang ia lakukan, tapi juga diukur sejauh mana sikapnya terhadap orang lain. Mungkin banyak diantara kita yg rajin sholat, puasa, zakat, dll, tapi kita juga seringkali menyakiti hati orang lain, menyakiti hati tetangga, seperti menghina, memfitnah, ghibah, dll.

Hati kita seringkali merasa iri pada saat melihat orang lain/tetangga mendapatkan rezeki yang melimpah. Panas hati kita ketika melihat tetangga membeli barang baru, panas hati kita ketika melihat tetangga merenovasi rumahnya, panas hati kita ketika melihat tetangga naik jabatan, dan lain sebagainya.

Hubungan “vertikal” seseorang juga ditentukan oleh sejauh mana hubungan “horizontal”nya.

Page 5: Bahaya Jika Iri Hati

2. TIDAK MELAKUKAN PENIPUAN/DUSTA/BOHONG DALAM SEGALA AKTIVITAS KEHIDUPAN

Nabi saw pernah menjelaskan kepada seseorang yang bertanya soal Islam. Nabi saw menjawab: “Islam adalah meninggalkan BOHONG/DUSTA”.

DUSTA/Bohong juga termasuk salah satu kejahatan lisan, selain ghibah. Dusta/bohong seringkali menghiasi obrolan kita. Rasanya belum “sedap” jika obrolan kita dengan orang blm dihiasi dengan kebohongan.

Dusta dapat mengarahkan seseorang kepada sifat khianat, yang merupakan salah satu tanda orang munafik. Nabi saw bersabda: “Seorang pemimpin yang mati dalam keadaan dia berkhianat kepada rakyatnya, maka tidak ada tempat yang paling cocok baginya selain neraka jahanam”… Na’uudzubillah…

Iri hati dan dusta adalah 2 penyakit yang sangat berbahaya bagi kita. Hendaknya kita dapat menjauhi kedua sifat tersebut, agar kita bisa mendapatkan predikat sebagai “Penghuni Surga”… Amin ya robbal ‘aalamin..