Bentuk Bentuk Penerbitan Dakwah

21
BENTUK-BENTUK PENERBITAN DAKWAH Makalah Makalah Disampaikan dalam Pertemuan Kelas Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan di STAIN Pekalongan pada Tanggal 18 Maret 2016 Dosen Pengampu: Kuswandi, M. Pd. I Fatoni Prabowo Habibi 2042114007 Farida Aziz 2042114008 PROGRAM STUDI KPI JURUSAN USHULUDDIN DAN DAKWAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

description

Makalah Manajemen Penerbitan Dakwah

Transcript of Bentuk Bentuk Penerbitan Dakwah

Page 1: Bentuk Bentuk Penerbitan Dakwah

BENTUK-BENTUK PENERBITAN DAKWAH

Makalah

Makalah Disampaikan dalam Pertemuan KelasProgram Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongandi STAIN Pekalongan pada Tanggal 18 Maret 2016

Dosen Pengampu: Kuswandi, M. Pd. I

Fatoni Prabowo Habibi 2042114007

Farida Aziz 2042114008

PROGRAM STUDI KPIJURUSAN USHULUDDIN DAN DAKWAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)PEKALONGAN

2016

Page 2: Bentuk Bentuk Penerbitan Dakwah

A. PENDAHULUAN

Peradaban masa kini sering disebut sebagai peradaban masyarakat informasi. Informasi

menjadi suatu komoditi primer bahkan sumber kekuasaan. Informasi dapat dijadikan alat untuk

membentuk pendapat publik (public opinion) yang mempengaruhi dan mengendalikan pikiran,

sikap, dan perilaku manusia. Hingga pada akhirnya, muncul sebuah anggapan bahwa sumber

baru kekuasaan saat ini adalah “informasi di tangan banyak orang” (the new source of power is

information in the hand of many), dan siapa yang menguasai media massa maka dialah

pengendali atau penguasa dunia.

Tak heran jika sarana atau media informasi terus berkembang begitu pesat demi meraih

kepentingan di atas. Media-media tersebut hadir merepresentasikan maksud, tujuan, dan target-

target tertentu. Bagi khalayak ramai, kehadiran sebuah informasi tentu bisa menjadi sesuatu yang

positif namun juga sebaliknya. Informasi terkadang membuat seseorang bergerak secara gegabah

tanpa terlebih dahulu melakukan proses tabayyun yang cukup. Persoalannya menjadi semakin

rumit ketia sebuah informasi atau berita negatif mendapatkan tempatnya di benak pembaca,

mempengaruhi dan mengendalikan gerak serta prilaku mereka. Inilah yang menjadi dasar analisa

Lippmann. Menurut Lippmann, masyarakat menerima fakta bukan sebagaimana adanya, akan

tetapi apa yang mereka anggap sebagai fakta; “kenyataan fatamorgana” atau “lingkungan palsu”.

Distorsi-distorsi tidak hanya datang dari faktor emosional dan kebutuhan ego saja, tetapi juga

dari stereotip-stereotip, gambaran yang kita miliki tentang para tokoh figur publik, dan produk

benda-benda.

  Sejatinya, penggunaan media informasi sebagai alat komunikasi dapat dikategorikan ke

dalam lima bagian; alat penerangan massa, alat pendidikan massa, alat mempengaruhi massa,

alat hiburan, dan digunakan perorangan atau kelompok. Pada pembahasan ini, persoalan media

sebagai alat untuk mempengaruhi massa lebih dominan. Bahkan ia mampu mencakup secara

umum. Proses mempengaruhi masa justeru dapat dilakukan melalui penerangan, edukasi,

hiburan atau sebuah kelompok atau orang tertentu.

2 | H a l a m a n

Page 3: Bentuk Bentuk Penerbitan Dakwah

B. PEMBAHASAN

B.1. Penerbitan yang Melaksanakan Dakwah

Sejak bermulanya era komunikasi melalui media cetak yang ditandai dengan penemuan

mesin cetak pada tahun1456 oleh Johan Gensfleisch (lebih terkenal dengan Gutenberg) di

Jerman, ia berubah secara cepat menjadi suatu kekuatan tersendiri di tengah-tengah percaturan

kepentingan manusia di dunia. Maka pada tulisan ini penulis hendak mengkaji sejauhmana

kekautan informasi khususnya media cetak (pers) mampu menjadi sebuah kekuatan publik yang

efektif memberikan pengaruh ditengah-tengah masyarakat. Kaitannya dengan amal da’wah,

kajian ini hendak memotret urgensi antara pers dan kegiatan jurnalistik yang berperan

mengemban misi da’wah tersebut.

Posisi Jurnalis dalam Usaha Dakwah Islam

Betapa strategisnya posisi media massa dalam membangun citra (image) tertentu tentang

sesuatu objek melalui proses pembentukan opini public (public opinion). Karena posisi

strategisnya itu, sekarang media massa sudah menjadi salah satu kebutuhan primer tidak hanya

bagi kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi juga bagi bangsa dan Negara. Lebih-lebih pada era

informasi seperti sekarang ini, usaha tersebut menjadi sangat mudah karena didukung oleh

tersedianya fasilitas media massa yang memadai. Penemuan dan perkembangan teknologi

komunikasi dan informasi seperti yang saat ini terjadi telah memberikan peluang besar bagi

berkembangnya media massa. Istilah pers yang pada awalnya sangat terbatas hanya pada

kegiatan penerbitan media cetak, kini telah berkembang menjadi bentuk kegiatan yang leih luas

sehingga fungsi dan peranannya pun terus berkembang mengikuti tuntutan kebutuhan para

penggunanya. Kegiatan ekonomi, politik, dakwah agama, dan lain sebagainya sekarang hampir

tidak ada yang tidak memanfaatkan media massa.

Karena itu, masuk akal jika dunia pers kini telah diperalat untuk mencapai kepentingan-

kepentingan tertentu. Untuk kepentingan politik misalnya, pengalaman menunjjukkan bahwa

pers telah terbukti mampu berperan sebagai salah satu saluran efektif propaganda berbagai

kekuatan politik. Hampir setiap Koran menempatkan berita-berita seperti itu pada halaman muka

dan tajuk rencana. Majalah majalah mengangkat peristiwa itu sebagai laporan utamanya. Radio,

televise dan berbagai media massa lainya bahkan menyiarkan berita itu secara khusus. Bahkan

3 | H a l a m a n

Page 4: Bentuk Bentuk Penerbitan Dakwah

karena kekuatan pengaruhnya pula, semua pihak yang terlibat berusaha merancang program

sendiri sesuai dengan strategi propaganda yang dimainkannya.

Suasana seperti itu memang sengaja diciptakan karena jurnalistik memiliki tanggung

jawab serta tujuan utamanya membuat orang menjadi tahu. Membuat lawan dan kawan menjadi

tahu apa yang diinginkan seseorang ataupun sekelompok orang. Secara naluriah, setiap individu

cenderung ingin mengetahui segala sesuatu yang terjadi, baik menyangkut dirinya maupun

lingkungannya sehingga media jurnalistik otomatis menjadi barang yang sangat dibutuhkan

orang. Karena itu, H.G Wells pernah mengatakan bahwa suatu ketika Kerajaan Romawi tidak

lagi mampu menahan penderitaanya karena tidak ada surat kabar, tidak ada media yang dapat

memberitahukan biaya hidup orang-orang dipusat kerajaan itu (Bond, 1978: 7) tidak ada lagi alat

yang telah teruji dapat membuat suasana menjadi begitu transparan seperti apa yang dikehendaki

rakyat yag dipimpinya, kecuali pers.

Karena begitu pentingnya pers terutama dalam usaha membangun peradaban suatu

bangsa, James Russel Wiggin, seorang redaktur utama The St. Paul Pioneer Press dan terakhir

sebagai pemimpin redaksi The Washington Post, pernah menegaskan bahwa peradaban itu tidak

dapat muncul jika tidak ada fasilitas bagi penyebaran berita. Peradaban Islam di Baghdad,

peradaban Mesir Kuno, peradaba Arya disepanjang aliran sungai Indus di India, dan lain

sebagainya berkembang karena didukung oleh fasilitas penyebaran berita khususnya tentang

ilmu dan kebudayaan yang dikembangkannya. Tanpa berita, masyarakat akan kekurangan rasa

persamaannya. Persamaan hak dan kewajiban, persamaan status, fungsi dan peranya sebagai

manusia.

Dengan mendasarkan pada teori tersebut, bagi seorang juru dakwah keharusan dakwah

untuk menyeru umat yang tersebar diberbagai tempat sesuai dengan kedudukannya masing-

masing, dapat dengan mudah dilakukan, tanpa harus mempertimbangkan alat transportasi

ataupun cuaca alam. Seorang dai dapat menaungkan pesan-pesan agama dan memublikasikannya

leat Koran dan majalah atau merancang sebuah naskah mimbar agama untuk ditayangkan lewat

sajian menarik dalam televise. Dengan demikian, disinilah arti strategis perlu dikembangkannya

studi-studi kejurnalistikan pada lembaga-lembaga kejurnalistikan pada lembaga-lembaga

4 | H a l a m a n

Page 5: Bentuk Bentuk Penerbitan Dakwah

pendidikan tinggi agama Islam, khususnya untuk memberikan kebutuhan akademis tentang

pentingnya memperhatikan model dakwah di era media massa.1

Pers pop

Surat kabar dan majalah pop adalah saluran ketiga penyampian pesan-pesan dakwah yang

lebih menitikberatkan pada desain grafis dan keindahan visual. Majalah pop yang bisa kita akses

dan saksikan sendiri, isinya menyuguhkan pesan-pesan yang identic dengan konsumerisme dan

vulgarisme, seperti iklan makanan, kendaraan, visualisasi tubuh wanita cantik, dan informasi

tempat-tempat tertentu yang berorientasi pada kenikmatan sesaat (hedonisme) yang cenderung

tidak bermoral. Harus diakui bahwa kesan-kesan diatas tidak sepenuhnya disepakati. Norwegian

Jostein Gripsrud mengajukan usulan melahirkan pers popular yang berbeda dengan tendensi arus

pers sekarang yang lebih sopan, canggih, tetapi memasyarakat.

Sementara itu, menanggapi perkembangan pers pop, John Fiske membaginya menjadi

tiga bagian, yaitu pers popular dan pers pemerintah serta pers alternative. Pers pop sangat

potensial, sering menampilkan cara-cara actual, sensasional, terkadang skeptic, ungkapannya

populis, tidak jarang bersungguh-sungguh secara moralitas, menampik kelonggaran statistika

antara berita dan hiburan serta lebih progresif. Hal ini bias mendorong produksi makna yang

bekerja untuk mengubah atau mendestabilisasi tatanan sosial. Akan tetapi, pers pop dipandang

rendah oleh dua pers lainnya.

Pers pemerintah sebaliknya, yakni mengartikulasikan kepentingan penguasa melalui

aliran informasi top-down, yaitu informasi yang berdisiplin meskipun kedisiplinannya

disembunyikan dibawah gagasan objektivitas, tanggung jawab, dan pendidikan politik.

Sementara pers alternative adalah pers yang mampu mengakomodasi antara pers yang longgar

dan pewrs yang resmi yang diwakili oleh pemerintah. Persoalannya adalah bahwa pers

alternative tersebut harus mengakomodasi lebih besar peluang salah satu kecenderungan pers

dengan segala konsekuensinya.

Bagi pers pop atau juga yang lainnya, syarat naik tingkat untuk menjadi budaya pop

adalah harus diterima masyarakat. Masyarakat menerima informasi misalnya, karena informasi

itu memang diterima masyarakat. Sebagai contoh, siapa masyarakat kita yang tidak kenal

1 Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Dakwah (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2012) hlm 145-148

5 | H a l a m a n

Page 6: Bentuk Bentuk Penerbitan Dakwah

beberapa artis, seperti Cristine Hakim, Bella Saphira, atau Si Doel anak sekolahan. Bagi mereka

yang sering nonton tv dan melihat-membaca majalah nama-nama tersebut sudah tidak asing lagi.

Pada saat yang sama bahkan acara yang sama, pada tempat yang sama tampil Zaenuddin MZ

atau AA Gym misalnya maka serta merta posisi mereka menempati posisi kepopuleran artis-artis

tadi sehingga dikenal dan diterima masyarakat luas.

Dalam posisi seperti tersebut, media atau pers pop menjadi sarana proses pencarian dua

kekuatan budaya ekstrem. Pers telah menyodorkan proses pendidikan yang lebih humanis dan

menghindari pendekatan-pendekatan pendidikan konvensional, kaku, dan konservatif. Meskipun

harus diakui, penyampaian pesan-pesan islam melalui media pop belum sepenuhnya mewakili

pesan-pesan subtantif islam.

B.2. Lembaga Dakwah yang Menggunakan Metode Jurnalistik dalam Berdakwah

Baru-baru ini kita mengenal sebuah istilah baru dalam dunia jurnalisitk dengan sebutan;

jurnalistik da’wah atau jurnalistik Islami. Istilah yang dipopulerkan oleh Asep Syamsul M.

Romly, dalam bukunya “Jurnalistik Dakwah; Visi dan Misi Dakwah bil Qalam” menjelaskan

tentang sebuah keharusan da’wah yang diorganisir lewat media tulis menulis seperti buku, surat

kabar,2 majalah, dan lain-lain. Aktifitas jurnalistik yang dilakukan oleh seorang muslim

seharusnya adalah aktifitas da’wah itu sendiri. Oleh karenanya, Jurnalistik Islami dapat

dirumuskan sebagai suatu proses meliput, mengolah, dan menyebarluaskan berbagai peristiwa

dengan muatan nilai-nilai kebenaran yang sesuai dengan ajaran Islam, khususnya yang

menyangkut agama dan umat Islam.3

Istilah lain yang kemudian dimunculkan adalah da’wah bil qalam. Aep Kusnawan dalam

bukunya “Berdakwah Melalui Tulisan” menyebutkan istilah itu dengan merujuk kepada setiap

aktifitas yang berbasis penulisan di media apapun. Ia melihat bahwa da’wah melalui tulisan

merupakan bagian integral dari bidang kajian dakwah. Ia adalah salah satu unsur dakwah yaitu

media dakwah. Karena ia merupakan media maka ukuran utama penggunaannya adalah

keefektifan dan keefesienan. Semakin efektif dan efesien suatu media, maka ia akan semakin

2 Ana Nadhya Abrar, Teknologi Komunikasi Prespektif Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta: LESFI, 2003) hal. 433 ? Asep Syamsul M. Romly, Jurnalistik Dakwah; Visi dan Misi Dakwah bil Qalam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003) hal. 35-36

6 | H a l a m a n

Page 7: Bentuk Bentuk Penerbitan Dakwah

dipertimbangkan orang lain untuk menjadi pilihan. Oleh karena itulah tulisan dipandang sebagai

sesuatu yang efektif untuk menyampaikan pesan da’wah.4

Dalam ruang informasi yang begitu luas dimana era keterbukaan menjadi hal yang

disepakati secara umum maka jurnalistik islami atau jurnalistik da’wah harus memiliki eksistensi

yang diandalkan. Hanya saja, problematika itulah yang kini sedang diidapi oleh kaum muslimin.

Kebutuhan informasi masyarakat muslim belum diimbangi dengan lembaga informasi media

yang mampu betul-betul memiliki keberpihakan terhadap agenda besar kaum muslimin.

Sejumlah media yang eksis saat ini tak jarang cenderung menonjolkan eksistensi kelompok atau

ormas tertentu. Demikian pula dengan para jurnalis muslimnya. Aktifitas kerja yang mereka

lakukan seringkali terikat dengan kepentingan lembaga tempat mereka berkerja. Secara tak

langsung mereka telah larut dalam garis edar yang tak lagi merepresentasikan tugasnya sebagai

wartawan muslim. Asep Samsul dalam bukunya yang lain “Jurnalitsik Praktis” menyebutkan

setidaknya ada lima peranan yang harus dambil oleh seorang jurnalis muslim yaitu;5

a. Sebagai pendidik (mu’addib), yaitu menjelaskan fungsi edukasi yang Islami.

b. Sebagai pelurus informasi (musaddid). Setidaknya ada tiga hal yang harus diluruskan oleh

jurnlais muslim.Pertama, informasi tentang ajaran dan umat Islam. Kedua, informasi tentang

karya-karya atau prestasi umat Islam. Ketiga, lebih dari itu, jurnalis muslim dituntut untuk

mampu menggali informasi kondisi umat Islam di seluruh penjuru dunia

c. Sebagai pembaharu (mujaddid). Yakni penyebar faham pembaharuan akan pemahaman dan

pengamalan ajaran Islam.

d. Sebagai pemersatu (muwahhid). Yakni menjadi jembatan yang mempersatukan umat Islam.

e. Sebagai pejuang (mujahid). Yaitu jurnalis muslim yang memiliki ruh untuk memperjuangkan

Islam dan membelanya. Melalui media massa jurnlais muslim berusaha keras untuk

membentuk opini umum yang mendorong penegakan nilai-nilai Islam.

Lima peran di atas jika dilakukan secara maksimal dipastikan akan banyak membantu

roda informasi yang saat ini berbenturan terus menerus dengan peradaban kuffar. Di tangan

jurnalis muslim ini pulalah, diharapkan terbentuk sebuah informasi yang mampu mendorong

terciptanya opini publik berdasarkan pada informasi yang di verifikasi tidak hanya berdasarkan

4 Aep Kusnawan, Berdakwah lewat Tulisan, (Bandung: Mujahid Press, 2004) hal. 55 Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis (untuk pemula), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) hal. 89

7 | H a l a m a n

Page 8: Bentuk Bentuk Penerbitan Dakwah

teori-teori jurnalistik dan media massa akan tetapi juga berdasarkan pandangan hidup (world

view) Islam yang bersumber kepada al Qur’an dan as Sunnah. Oleh karena itu, visi da’wah

jurnalitik islami atau jurnalistik da’wah adalah mempersempit ruang gerak media-media berbasis

ideologi kuffar yang memiliki kemampuan teknologi dan sumber daya manusia handal.

Setidaknya, akan muncul konsumsi media yang berimbang di tengah-tengah masyarakat kita.

B.3. Lembaga Dakwah yang Menggunakan Jurnalistik

Jika ditelaah secara historis yang menyebabkan pers Islam selalu tertinggal dengan pers

umum, salah satunya adalah ‘punah’nya pendidikan jurnalisme dakwah di lingkungan kampus.

Padahal jika berkaca pada sejarah, pers Islam sebenarnya pernah tumbuh pesat dan berkembang

luas di tanah air. Kejayaan pers Islam puncaknya justru terjadi di awal masa pergerakan

kemerdekaan. Kejayaan pers Islam dapat dilihat dari kiprah dan nama-nama media besar yang

dapat dilihat berikut ini.

Awal 1900-an 1930-an 1945-an sampai sekarangMajalah Al-Munir (1911) Majalah Raya Kiblat

Munirul Manar Matahari Islam HarmonisAl-Itfaq Wal Iftiraq (Padang Panjang Persatuan Suara Masjid

Al-Basyir (Padang Panjang) Pelita Islam Media DakwahAl-Imam (Payakumbuh) Moslem Reveil Salam Estafet

Medan Rakyat Suluh Islam Tabloid Jum'atSumber: Diolah dari Romli (2003) Dewan Islam Mercu Suar

Pedoman Masyarakat LembagaPanji Islam Nusa Putera

Pedoman Islam Duta MasyarakatPanji Masyarakat Abadi

Sumber: Kasman (2004) Al-JihadPelita

Risalah IslamiahSuara Hidayatullah

Mimbar UlamaAmanah

SabiliHidayah

OASE-ICMIHikmah

Republika, dllSumber: Malik (1984)

8 | H a l a m a n

Page 9: Bentuk Bentuk Penerbitan Dakwah

Saat ini umat Islam di Indonesia, bahkan di seluruh dunia , dihadapkan pada sebuah

dilema yang pelik berkaitan dengan kurangnya media massa yang memadai untuk

memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilai keislaman. Konsekuensi dari kondisi ini tentu tidak

hanya kurang tersalurkannya aspirasi umat, tetapi umat Islam hanya menjadi konsumen pasif

bagi media massa non-Islam lain yang kerap memberikan informasi yang tidak relevan dan

kontraproduktif bagi pemberdayaan umat.

Agar mampu bersaing dengan pers umum yang sangat berorientasi komersial, wartawan

Islam sudah saatnya harus berani berhijrah menjawab tantangan. Diantaranya sebagai berikut, 1)

Jurnalis Islam harus menunjukkan akhlak sebagai pribadi muslim yang mendalami dan

menjalankan ajaran agama Islam secara kaffah; 2) Jurnalis Islam harus kritis terhadap pengaruh

barat; 3) Jurnalis Islam harus populis sehingga dapat ‘diterima’ oleh umat Islam; 4) Jurnalis

Islam harus mampu mengembangkan khazanah intelektual Islam; 5) Jurnalis Islam harus mampu

mempersatukan kelompok-kelompok umat. Semua bekal ini dapat diberikan sejak calon-calon

jurnalis duduk di bangku kuliah.6

B.4. Dakwah dan Kekuatan Media Massa

Media massa memiliki banyak kekuatan yang membuatnya sangat penting dan strategis

dalam berdakwah, terutama untuk pencitraan dan pembentukan perilaku Islami dalam

masyarakat. Oleh karena itu media massa seharusnya menjadi dai atau mubalig yang

terorganisasi dan terlembagakan. Media massa harus terlebih dahulu menjadi objek dakwah

dengan mewarnai kepribadiannya, sehingga dapat tampil sebagai subjek dakwah yang efektif.

Dengan adanya kekuatan yang dimiliki oleh media massa, maka dapat dipahami jika

media massa selalu menarik banyak minat dan perhatian. Penguasa otoriter menempatkan media

massa dekat dengan kekuasaan, dan menjadikan alat untuk membentuk, memengaruhi rakyat

sesuai kehendaknya. Demikian juga pemerintah Soviet-Komunis dahulu yang mengendalikan

media massa melalui Partai Komunis yang berkuasa, dengan menjadikan media massa sebagai

agitator kolektif, propagandis kolektif dan organisator kolektif untuk bebas menyebarkan

komunisme dan mempertahankan kekuasaannya.

Selain itu pengusaha yang bermodal besar juga berusaha menguasai media massa dengan

jalan memiliki dan menempatkannya sebagai industri jasa yang dekat dengan masyarakat dan 6 ? Iwan Awaluddin Yusuf, Hijrah Bermedia Massa dengan Jurnalisme Dakwah, https://bincangmedia.wordpress.com/tag/jurnalistik-dakwah/ Diakses 17 Maret 2016, jam 20.04

9 | H a l a m a n

Page 10: Bentuk Bentuk Penerbitan Dakwah

menjadikannya sebagai alat mencari keuntungan finansial sambil menjalankan fungsi sosial

politik. Demikian pula, para pejuang kemerdekaan pada masa lalu di Indonesia, juga mendirikan

surat kabar sebagai alat perjuangan politik melawan penjajah.

Media massa dapat dikuasai oleh kepentingan yang berbeda dengan tujuan yang sama

yaitu memengaruhi publik, dengan jalan merekayasa opini melalui pencitraan. Pengendalian

media massa pada hakikatnya, dapat berasal dari dunia politik atau dunia ekonomi. Hal ini dapat

dikaji dari karya Anwar Arifin yang berjudul Pers dan Dinamika Politik dan hasil studi Ibnu

Hamad yang bertajuk Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa.

Kepemilikan dan pengendalian media massa dan pengawasan terhadapnya sangat

berkaitan dengan sistem pengawasan sosial, terutama terkait dengan sistem ekonomi suatu

negara di mana media massa itu beroperasi. Pemerintah seanantiasa mengatur hubungan dirinya

dengan media massa melalui Undang-Undang atau peraturan-peraturan. Dari UU dan peraturan

itulah kemudian dapat dipahami secara normatif sistem media massa atau sistem dakwah yang

berkaitan dengan sistem politik suatu negara.

Banyak aspek dari media massa yang membuat dirinya penting dalam masyarakat. Salah

satu keunggulan media massa itu adalah daya jangkaunya (coverage) yang sangat luas dalam

menyebarluaskan berita dan opini dengan dukungan teknologi yang canggih. Selain itu media

massa juga mampu melipat gandakan pesan dakwah (multiplier of message) dengan jumlah yang

besar dan sekaligus menciptakan wacana pada khalayaknya, dalam menjalankan fungsinya

sebagai agenda setter. Pesan yang disalurkan itu telah dikemas melalui proses framing serta

berfungsi sebagai agenda setter. Demikian juga opini dan pemberitaan politik oleh satu jenis

media massa lazimnya berkaitan dengan media massa yang lain sehingga membentuk rantai

informasi (media as links in other chains), yang menambah kekuatan pada dampaknya terutama

dalam pembentukan Opini Publik.

Sejalan dengan itu, bahwa kekuatan media massa didukung oleh adanya kerjasama tiga

faktor yaitu (1) ubiquity; (2) cumulative of message; dan (3) consonance of journalists. Faktor

ubiquity atau “serba hadir” berarti bahwa media massa berada di mana-mana dan sulit dihindari

oleh khalayak, sehingga media massa mampu mendominasi lingkungan informasi. Faktor

cumulative of message atau “kumulasi pesan” terjadi karena dengan pesan media massa yang

bersifat kumulatif, dapat memperkuat dampaknya, melalui pengulangan pesan berkali-kali dan

penyatuan pesan yang terpotong-potong. Demikian juga faktor consonance of journalist atau

10 | H a l a m a n

Page 11: Bentuk Bentuk Penerbitan Dakwah

“keseragaman para wartawan” dari berbagai jenis media, semakin menambah dampak media

massa terhadap khalayak. Misalnya penyajian pesan dakwah yang cenderung sama oleh semua

media massa akan menjurus kepada pembentukan citra politik yang sama pada khalayak.

Kerjasama berbagai faktor tersebut, seperti (1) coverage; (2) multiple of message; (3)

agenda setter; (4) media as link in other chains; (5) ubiquity; (6) cumulative of message; (7)

consonance of journalists, akan membuat media massa semakin penting dan strategis dalam

dakwah dan terutama dalam pembentukan Opini Publik yang berpihak kepada dakwah.

Dengan mengacu kepada kekuatan media massa dan dalam upaya melakukan rekayasa

opini dan pembentukan Opini Publik, maka perhatian harus dipusatkan pada ruangan redaksi dan

pada institusi media massa sebagai lembaga sosial yang memiliki kepribadian. Nilai dasar yang

membentuk kepribadian sebuah jenis media massa atau setiap lembaga penyiaran dan penerbitan

pers sangat ditentukan oleh ideologi dan politik pemilik dan pemimpinnya masing-masing.

Ideologi dan politik yang membentuk kepribadian sebuah jenis dan institusi media massa

kemudian dijabarkan dalam bentuk “politik redaksi”. Setiap jenis dan setiap lembaga penyiaran

atau penerbitan pers masing-masing memiliki “politik redaksi” yang dapat berbeda atau sama

dengan yang lain. Hal ini dapat menimbulkan persaingan atau kerjasama dalam merekayasa

opini dan membentuk Opini Publik.7

7 ? Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) Hlm. 133

11 | H a l a m a n

Page 12: Bentuk Bentuk Penerbitan Dakwah

C. PENUTUP

C.1. BENTUK-BENTUK PERS DAKWAH

1. Berupa pers yang melaksanakan Dakwah.

2. Lembaga dakwah yang khusus menggunakan metode jurnalistik dalam pencapaian tujuan

dakwahnya.

3. Lembaga dakwah yang menggunakan jurnalistik

4. Lembaga kemasyarakatan lainnya yang menggunakan metode jurnalistik dalam melakukan

dakwahnya

PERS YANG MELAKUKAN DAKWAH

Bentuk organisasi yang terlibat dalam manajemen pers Dakwah, yaitu

1. Bentuk Presiden dan Penerbit

2. Bentuk Direktur Utama

3. Bentuk Milik Penyelenggara

4. Bentuk Pemilik dan Pengawasan Karyawan

LEMBAGA DAKWAH YANG MELAKUKAN KERJA JURNALISTIK

Lembaga kemasyarakatan yang berkiprah di bidang dakwah islamiyah dalam hal mencapai

tujuan dahwahnya mengunakan metode jurnalistik. Lembaga dimaksud ada dua macam, yaitu

yang khusus menggunakn metode jurnalistik dan yang menggunakan metode jurnalistik

disamping metode komunikasi lain dalam mencapai tujuan dakwahnya.

1. Lembaga dakwah yang khusus mengunakan jurnalistik.

2. Lembaga dakwah yang menggunakan metode jurnalistik disamping metode lain.

LEMBAGA KEMASYARAKATAN LAINYA

Organisasi masyarakat atau sosial lainya yang dia antara visi dan misinya terdapat tujuan dakwah

disamping tujuan utama organisasinya. Misalnya lembaga pendidikan, selain memiliki visi dan

utamanya yaitu mendidik atau mencerdaskan bangsa, juga menetapkan tujuan dakwah guna

melengkapi upaya pencapaian tujuan pendidikanya itu. Biasanya pencapaian tujuan dakwahnya

itu dilaksanakan oleh bagian tertentu dari organisasi tersebut.

12 | H a l a m a n

Page 13: Bentuk Bentuk Penerbitan Dakwah

DAFTAR PUSTAKA

Muhtadi, Asep Saeful. 2012. Komunikasi Dakwah. (Bandung: Simbiosa Rekatama

Media)

Abrar, Ana Nadhya. 2003. Teknologi Komunikasi Prespektif Ilmu Komunikasi,

Yogyakarta: LESFI.

Romly, Asep Syamsul M. 2003. Jurnalistik Dakwah; Visi dan Misi Dakwah bil Qalam,

Bandung: Remaja Rosdakarya,

Kusnawan, Aep. 2004. Berdakwah lewat Tulisan. Bandung: Mujahid Press.

Romly, Asep Syamsul M. 2001. Jurnalistik Praktis (Untuk Pemula), Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Arifin, Anwar. 2011. Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Yusuf, Iwan Awaluddin. Hijrah Bermedia Massa dengan Jurnalisme Dakwah,

https://bincangmedia.wordpress.com/tag/jurnalistik-dakwah/ Diakses 17 Maret 2016, jam 20.04

13 | H a l a m a n