BIODIVERSITAS

37
KEANEKARAGAMAN HAYATI Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biodiversitas \ Disusun oleh: 1. Asrizal Wahdan Wilsa 0402514003 2. Idah Hamidah 0402514024 3. Sinta Nurmei Mustika Devi 0402514076 PENDIDIKAN IPA KONSENTRASI BIOLOGI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

Transcript of BIODIVERSITAS

Page 1: BIODIVERSITAS

KEANEKARAGAMAN HAYATI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Biodiversitas

\

Disusun oleh:

1. Asrizal Wahdan Wilsa 0402514003

2. Idah Hamidah 0402514024

3. Sinta Nurmei Mustika Devi 0402514076

PENDIDIKAN IPA KONSENTRASI BIOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

Page 2: BIODIVERSITAS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keanekaragaman hayati (Biodiversitas) adalah keanekaragaman

organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan

ekosistem pada suatu daerah. Keseluruhan gen, jenis dan ekosistem merupakan

dasar kehidupan di bumi. Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati bagi

kehidupan maka keanekaragaman hayati perlu dipelajari dan dilestarikan.

Keanekaragaman hayati dapat diartikan pula sebagai keanekaragaman

makhluk hidup di berbagai kawasan di muka bumi, baik di daratan, lautan,

maupun tempat lainnya. Keanekaragaman makhluk hidup ini merupakan

kekayaan bumi yang meliputi hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan semua

gen yang terkandung di dalamnya, serta ekosistem yang dibangunnya.

Keanekaragaman hayati dipelajari untuk mengetahui bahwa spesies di muka

bumi ini banyak ragamnya, mengetahui peranan setiap spesies bagi

kelangsungan kehidupan bumi itu sendiri, dan bagi kelangsungan makhluk

lainnya. Kita dapat merasakan manfaat langsung keanekaragaman hayati melalui

perbandingan lingkungan yang baik dan lingkungan yang rusak.

Keterpurukan bangsa Indonesia yang terjadi selama ini diantaranya

disebabkan karena kesalahan dalam mengelola potensi kekayaan alam terutama

keragaman sumber daya hayatinya (Biodiversitas). Modal dasar yang

dianugerahkan oleh tuhan yang maha esa berupa keragaman hayati tidak dikelola

dan dimanfaatkan dengan baik sehingga tidak memperoleh manfaat maksimal

dalam pemenuhan kebutuhan hidup bangsa.

Kekayaan biodiversitas yang dikelola dalam sistem kawasan konservasi

belum sepenuhnya dapat memberikan nilai ekonomi, ekologi dan perlindungan

secara optimal. Menyadari perkembangan ekonomi global di bidang

pemanfaatan biodiversitas serta harapan menjadikannya modal andalan di masa

mendatang, upaya pengelolaan dan penetapan kawasan konservasi yang baru

telah menambah luasan areal pelestarian biodiversitas.

Page 3: BIODIVERSITAS

Sementara itu kawasan konservasi yang ada pun mengalami degradasi

habitat. Degradasi kawasan ini akan memerlukan biaya besar untuk pengamanan

dan restorasinya. Guna mengatasi hal ini pengembangan daerah penyangga

semakin terlihat pentingnya. Untuk pemanfaatan yang terencana dalam jangka

panjang memerlukan pengembangan ekonomi sumberdaya alam, keterlibatan

aktif masyarakat sekitar kawasan dan ditopang sistem lingkungan yang kondusif.

Kegiatan konservasi dan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya

berasaskan pelestarian dan kemampuan, serta pemanfaatan sumberdaya alam

hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang. Asas tersebut merupakan

landasan untuk mencapai tujuan, yaitu mengusahakan terwujudnya kelestarian

sumberdaya alam hayati serta ekosistemnya dan selanjutnya dapat mendukung

peningkatan kesejahteraan serta mutu kehidupan manusia.

B. Rumusan masalah

1. Apa definisi dari biodiversitas dan manfaatnya?

2. Bagaimana biogeografi dan keanekaragaman hayati di indonesia?

3. Bagaimana konservasi dan kelangkaan species ?

4. Bagaimana kebijakan keanekaragaman hayati ?

5. Bagaimana kawasan konservasi di indonesia dan asia tenggara?

6. Bagaimana keanekaragaman hayati tingkat gen ?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi dari biodiversitas dan manfaatnya

2. Mengetahui biogeografi dan keanekaragaman hayati di indonesia

3. Mengetahui konservasi dan kelangkaan species

4. Mengetahui kebijakan keanekaragaman hayati

5. Mengetahui kawasan konservasi di indonesia dan asia tenggara

6. Mengetahui keanekaragaman hayati tingkat gen

Page 4: BIODIVERSITAS

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Manfaat Biodiversitas

Biodiversitas memiliki fungsi secara biofisik dan secara ekologi yang

dapat memberikan dukungan terhadap kehidupan dan kesejahteraan manusia.

Diketahui bahwa biodiversitas dalam ekosistem lahan pertanian memberikan

peran yang sangat penting dalam proses-proses ekologi seperti pengendalian

hama, penyerbukan, penetu kesuburan tanah, penyedia sumber daya air serta

meningkatkan kendungan nutrien dalam tanah, (Alvarez et al : 2005).

Beberapa referensi lainya yang menyebutkan pengertian dari

biodiversitas sebagai berikut:

1. Pengertian biodiversitas (dari society of american foresters): biodivers itas

mengacu pada macam dan kelimpahan spesies, komposisi genetiknya, dan

komunitas, ekosistem dan bentang alam di mana mereka berada. Definis i

yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas kehidupan

dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam semua

bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan, binatang,

jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain. Semua level organisasi

menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen, spesies dan

ekosistem.

2. Biodiversitas juga mengacu pada macam struktur ekologi, fungsi atau

proses pada semua level di atas. Biodiversitas terjadi pada skala spasial yang

mulai dari tingkat lokal ke regional dan global. Biodiversitas dapat pula

dikelompokkan ke dalam: diversitas komposisional, struktural dan fungsi.

3. Biodiversitas komposisional mencakup apa yang dikenal dengan diversitas

spesies termasuk diversitas genetik dan ekosistem. Menjaga diversitas

genetik sangat penting bagi eksistensi diversitas spesies, sedangkan

menjaga diversitas ekosistem penting untuk menyediakan habitat yang

diperlukan untuk mengonservasi berbagai spesies.

Keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkatan yaitu:

Page 5: BIODIVERSITAS

1. Keanekaragaman genetik, merupakan keanekaragaman yang paling hakiki,

karena keanekaragaman ini dapat berlanjut dan bersifat ditunkan.

Keanekaragaman genetik ioni berhubungan dengan keistimewaan ekologi

dan proses evolusi.

2. Keanekareagaman jenis, meliputi flora dan fauna. Beraneka ragam jenis

memiliki perilaku, strategi hidup, bentuk, rantai makanan, ruang dan juga

ketergantungan antara jenis satu dengan yang lainnya. Adanya

keanekaragaman yang tinggi akan menghasilkan kestabilan lingkungan

yang mantap.

3. Keanekaragaman ekosistem, tercakup didalamnya genetik, jenis beserta

lingkungannya. Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman

hayati yang paling kompleks. Berbagai keanekaragaman ekosistem yang

ada di indonesia misalnya ekosistem hutan dan pantai, hutan payau

(mangrove), hutan tropika basah, terumbu karang, dan beberapa ekosistem

pegunungan, perairan darat maupun lautan. Pada setiap ekosistem terdapat

berbagai jenis organisme, baik flora maupun fauna, dan mereka memilik i

tempat hidup yang unik.

Pemanfaatan keanekaragaman hayati bagi masyarakat harus dilakukan

secara berkelanjutan, tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk

generasi yang akan datang. Nilai-nilai yang terdapa dalam keanekaragaman

hayati:

1. Nilai Komersial

Secara umum telah dipahami bahwa kehidupan manusia tergantung

mutlak kepada sumber daya alam hayati. Keanekaragaman hayati

mempunyai nilai komersial yang sangat tinggi. Sebagai gambaran, sebagian

dari devisa indonesia dihasilkan dari penjualan kayu dan bentuk-bentuk lain

eksploitasi hutan.

2. Nilai Sosial dan Budaya

Keanekaragaman hayati mempunyai nilai sosial dan budaya yang

sangat besar. Suku-suku pedalaman tidak dapat tinggal diperkotaan karena

bagi mereka tempat tinggal adalah hutan dan isinya. Sama halnya dengan

suku-suku yang tinggal dan menggantungkan hidup dari laut. Selain itu

Page 6: BIODIVERSITAS

keanekaragaman hayati suatu negara lain didunia. Konstribusi-konstribus i

ini tentunya memberikan makna sosial dan budaya yang tidak kecil.

3. Nilai Rekreasi

Keindahan sumber daya alam hayati dapat memberikan nilai untuk

menjernihkan pikiran dan melahirkan gagasan-gagasan bagi yang

menikmatinya. Kita sering sekali pergi berlibur ke alam, apakah itu gunung,

gua atau laut dan lain sebagainya, hanya untuk merasakan keindahan alam

dan ketika kembali ke perkotaan kita merasa berenergi untuk terus

melanjutkan rutinitas dan kehidupan.

4. Nilai Penelitian dan Pendidikan

Alam sering kali menimbulkan gagasan-gagasan dan ide cemerlang

bagi manusia. Nilai ini akan memberikan dorongan untuk mengamati

fenomena alam dalam bentuk penelitian. Selain itu alam juga dapat menjadi

media pendidikan ilmu pengetahuan alam, maka sangat diperlukan bahan

untuk penelitian maupun penghayatan berbagai pengertian dan konsep suatu

ilmu pengetahuan.

Adapun beberapa manfaat keanekaragaman hayati bagi manusia ialah :

5. Manfaat Nilai Ekologis dan Nilai Ekonomi terhadap Biodiversitas

Gagasan bahwa keanekaragaman hayati telah memberikan kita

dengan banyak manfaat dipahami dengan baik. Beberapa manfaat baik dari

segi ekonomi dan ekologi yang dapat langsung dinilai dan costed karena

mereka memberikan sesuatu yang dapat diambil dan dijual. Barang-barang

ini meliputi segalanya dari semua piaraan tanaman pertanian yang

membentuk dasar persediaan makanan dunia, untuk obat-obatan yang

melindungi dan menyembuhkan kita pada serat yang membentuk pakaian

yang kita kenakan. Dengan demikian keanekaragaman hayati secara luas

dinilai sebagai makanan dapur, gudang genetik untuk bioteknologi dan

tempat untuk mundur ketika kita perlu untuk melarikan diri dari keberadaan

kita sibuk perkotaan.

Keanekaragaman hayati juga memberikan manfaat tidak langsung

penting untuk manusia yang sulit untuk dihitung karena kami belum pernah

untuk meletakkan label harga pada mereka. Manfaat ini meliputi layanan

Page 7: BIODIVERSITAS

ekosistem, seperti udara dan air pemurnian, regulasi iklim, dan generasi

kelembaban dan oksigen. Sekelompok ahli ekologi yang baru-baru ini

mencoba untuk menghitung harga menggantikan layanan ekosistem ini

bahwa mereka akan menghitung biaya lebih dari $ 3 triliun. Itu lebih besar

daripada seluruh gnp global. Dengan kata lain, dunia tidak mampu

menggantikan layanan ini, oleh karena itu kita harus bekerja untuk

melindungi ekosistem kita.

Sebuah banyaknya organisme diperlukan untuk menciptakan dan

memelihara kesuburan tanah melalui siklus kompleks dan interaksi. Akar

tanaman putus batu untuk menciptakan partikel tanah, binatang-binatang

kecil seperti cacing tanah, tungau, serangga dan kaki seribu membantu

memberikan tekstur tanah dan kesuburan dan sangat penting untuk para

aerasi. Bahkan tanah mungil mikroorganisme dan jamur yang bertanggung

jawab untuk bersepeda nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor dan belerang

dan membuat mereka tersedia bagi tumbuhan tingkat tinggi. Dan jumlah

mereka yang mengejutkan. Sebuah gram tanah pertanian subur mungk in

mengandung 2,5 miliar bakteri, jamur 400 000, 50 000 ganggang dan

protozoa 30 000. Semua organisme memiliki fungsi tertentu dan

berinteraksi satu sama lain dan dengan lingkungan fisik mereka untuk

menciptakan tanah subur bahwa manusia tergantung pada produksi

pertanian.

Ekosistem alam juga membantu menyerap limbah kita menciptakan

dan membuat mereka nontoxic. Lahan basah yang besar filter yang

memurnikan air tawar dan menghilangkan logam berat dan kontaminan

lainnya dari itu. Kita sering bergantung pada sungai untuk menyiram diri

dan memecah limbah dan limbah bahwa kita dimasukkan ke dalam mereka,

yang lagi-lagi tergantung pada berbagai organisme besar dan kecil yang

membusuk dan mengubah limbah dalam air. Organisme tanah perlahan-

lahan dapat membusuk makanan, produk kertas dan limbah lainnya yang

dihasilkan oleh aktivitas manusia. (Erlich dan Erlich, 1992).

B. Biogeografi Dan Keanekaragaman Hayati Di Indonesia

Page 8: BIODIVERSITAS

1. Pengertian Biogeografi

Salah satu cabang geografi adalah “biogeografi” atau “geografi

biologi”. Biogeografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sebaran

secara spesial makhluk hidup pada saat yang lalu dan saat ini. Untuk tujuan

praktis sesuai dengan pembagian makhluk hidup menjadi tumbuhan dan

hewan, biogeografi pada umumnya dibagi atas geografi tumbuhan

(fitogeografi) dan geografi hewan (zoogeografi). Fitogeografi dan

zoogeografi adalah bagian dari ilmu pengetahuan biogeografi yang

mempelajari studi dan deskripsi perbedaan fenomena distribusi vegetasi di

bumi termasuk semua faktor yang mengubah permukaan bumi oleh faktor

fisik, iklim atau oleh interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.

Biogeografi berguna dalam mengetahui dan menentukan faktor yang

menyebabkan atau membatasi penyebaran suatu jenis makhluk hidup.

Faktor-faktor yang memungkinkan timbulnya varietas baru merupakan

pengetahuan dasar untuk memahami terjadinya species baru. Jika dua

individu yang mempunyai varietas suatu species tertentu menghuni dua

tempat yang berbeda tidak memungkinkan dapat melakukan hubungan

reproduksi, mereka akan mengalami perubahan-perubahan dan akhirnya

menjadi dua species yang berbeda, misalnya :

a. Munculnya berbagai species burung finch di kepulauan galapagos,

diperkirakan nenek moyangnya berasal dari daratan amerika.

b. Unta yang terdapat di asia, afrika dan ihana di amerika selatan,

diperkirakan nenek moyangnya berasal dari asia-afrika.

c. Monyet dunia baru amerika selatan dan monyet dunia lama di asia-afrika,

diperkirakan nenek moyangnya berasal dari asia-afrika.

2. Biogeografi

Indonesia merupakan negara yang amat kaya dengan flora dan fauna

yang tersebar di seluruh kepulauannya. Persebaran makhluk hidup yang

berbeda ini dapat ditentukan oleh geografis, seperti ketinggian, garis lintang,

dan keadaan iklim, misalnya curah hujan, suhu, dan radiasi cahaya.

Berdasarkan fauna dan floranya, biogeografi dapat dibagi menjadi dua, yaitu

persebaran hewan dan persebaran tumbuhan. Beragam tumbuhan, hewan,

Page 9: BIODIVERSITAS

jamur, bakteri, dan jasad renik lain banyak terdapat di indonesia. Sekitar

40.000 jenis tumbuhan, 350.000 jenis hewan, 5.000 jenis jamur, dan 1.500

jenis monera berada di indonesia. Bahkan banyak jenis makhluk hidup yang

merupakan makhluk hidup endemik atau hanya ditemukan di suatu daerah

saja. Misalnya, komodo (varanus komodoensis) di pulau komodo; burung

cendrawasih (paradisiae sp.), walabi (makropus agilis), kadal berjumbai

(chlamydosaurus kingii), dan kanguru pohon (dendrolagus inustus) di papua;

bekantan (nasalis larvatus) di kalimantan; harimau sumatra (panthera tigris )

dan siamang (hyolobates sp.) Di sumatra; macan tutul jawa (panthera pardus)

di jawa; serta anoa (bubalus depressicornis) dan maleo (macrochepalon

maleo) di sulawesi.

Indonesia terletak di antara 6º lu – 11º ls dan 95º bt - 141º bt, antara

lautan pasifik dan lautan hindi, antara benua asia dan benua australia, dan

pada pertemuan dua rangkaian pergunungan, iaitu sirkum pasifik dan sirkum

mediterranean.

Dilihat dari lintangnya, indonesia terletak di antara 6º lu (lintang

utara) dan 11º ls (lintang selatan). Letak lintang yang sedemikian itu

merupakan petunjuk bahwa:

a. Sebagian besar wilayah utara indonesia ialah 6º lu dan paling selatan

ialah 11º ls. (tempat paling utara ialah pulau we dan tempat yang paling

selatan ialah pulau roti).

b. Jarak lintangnya ialah 17º.

c. Sebaan besar wilayah indonesia terletak di belahan bumi selatan.

d. Wilayah indonesia dilalui oleh garis khatulistiwa.

Dilihat dari letak garis bujurnya, wilayah indonesia terletak diantara

95º bt dan 141º bt. Ini berarti:

a. Batas paling barat wilayah indonesia ialah 95º bt dan paling timur ialah

141º bt.

b. Jarak bujurnya ialah 46º (sekitar 5000 km, atau hampir 1/8 keliling

bumi). Perbedaan garis bujur sedemikian itu menyebabkan adanya

perbedaan waktu.

Page 10: BIODIVERSITAS

c. Semua wilayah indonesia terletak dibelahan bumi timur (dihitung dari

meridian 0º).

Letak astronomi yang demikian itu menunjukkan bahwa indonesia

terletak di daerah iklim tropika. Daerah iklim tropika terdapat di antara 23.5º

lu atau garisan sartan, dan 23.5º ls atau garisan jadi. Hal ini mengakibatkan

suhu di indonesia cukup tinggi (antara 26º c - 28º c), curah hujan cukup

banyak (antara 700mm – 7000mm per tahun), terdapata hujan zenital (hujan

naik khatulistiwa), proses pelapukan batu-batuan cukup cepat serta terdapat

berbagai jenis spesies haiwan dan tumbuhan.

Biogeografi indonesia adalah penghalang geografi (barrier) / sawar

yang merupakan faktor penghambat persebaran organisme. Sawar ada 3

macam, yaitu:

a. Sawar iklim yang meliputi temperature rata-rata, kelembaban, musim,

sinar matahari, dan lain-lain.

b. Sawar biologis yaitu adanya persaingan,penyakit, predator dan makanan

yang tersedia.

c. Sawar fisik seperti gunung yang tertinggi, gurun pasir, sungai, lautan

yang dapat membatasi penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies.

Adanya isololasi geografi juga menyebabkan perbedaan susunan

organisme di suatu daerah sehingga menyebabkan suatu organisme hanya

ada di suatu tempat tertentu. Hambatan geografis berdasarkan proses alam

yang menyebabkan keadaan biogeografi Indonesia berubah yaitu pada masa

pleistosin terjadi perubahan permukaan air laut di seluruh dunia disebabkan

karena mencairnya lapisan es dan gletser sehingga permukaan air laut naik

kurang lebih 150 m.

Hal ini mengakibatkan perubahan-perubahan daratan Indonesia, di

Indonesia bagian barat daratan sunda tenggelam dan hanya bagian yang

tinggi dari lipatan pegunungan yang tertinggal sebagai kepulauan selain itu

di indonesia bagian timur daratan sahul juga tenggelam. Papua terpisah dari

Australia dan membentuk laut arafuru dan daerah daerah yang tinggi

membentuk pulau-pulau seperti kepulauan aru dan daerah kepala burung di

papua. Jadi Indonesia memiliki kesamaan fauna dengan wilayah australian

Page 11: BIODIVERSITAS

dan oriental karena pada jaman dahulu sebelum mencairnya lapisan es dan

gletser indonesia dan kedua wilayah tersebut menyatu. Hal ini lah yang

menyebabkan fauna Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan wilayah

australian dan oriental.

3. Persebaran Flora Dan Fauna di Indonesia

a. Persebaran Fauna di Indonesia

1) Fauna Indonesia Barat

Fauna indonesia barat adalah berbagai jenis hewan yang terdapat

di pulau sumatra, jawa, kalimantan, dan pulau-pulau kecil di

sekitarnya. Macam-macam fauna indonesia barat sebagai berikut.

Pulau Jenis fauna

Sumatera Gajah, harimau, tapir, badak, orang utan, kera,

pelanduk, siamang, kijang, ular, kambing,

burung kakaktua, kutilang, tekukur, dan gereja

Jawa Harimau, badak, tapir, domba, kambing,

rusa, kerbau liar, monyet, ular, musang, burung

gereja dan burung belibis.

Kalimantan Orang utan, kukang, monyet bekantan, kijang,

musang, pelanduk, buaya, burung elang,

pekakak, kakatua, rajawali, serta ular piton dan

kobra.

2) Fauna Indonesia Tengah

Fauna Indonesia tengah meliputi berbagai jenis hewan yang terdapat

di pulau Sulawesi dan kepulauan Nusa Tenggara. Fauna Indonesia

Tengah sebagai berikut.

Pulau Jenis fauna

Sulawesi dan sekitarnya Rusa, Anoa, Musang, dan Monyet

Kepulauan Nusa

Tenggara

Sapi, Rusa, Komodo, Domba, Burung

Kakaktua, Jalak, dan Nuri

3) Fauna Indonesia Timur

Page 12: BIODIVERSITAS

Fauna Indonesia Timur meliputi jenis-jenis fauna yang ditemukan

di Papua, Maluku, dan pulau-pulau di sekitarnya. Fauna Indonesia

timur bercorak Australis. Berikut ini fauna Indonesia Timur.

Pulau Jenis fauna

Maluku Kuskus, Burung Nuri, dan Cenderawasih

Papua dan

sekitarnya

Rusa, Kanguru, Burung Cenderawasih,

Kakaktua Raja, Kasuari, dan Parkit.

b. Pesebaran Flora di Indonesia

Tanah yang subur menyebabkan berbagai jenis tanaman dapat

tumbuh dengan baik di wilayah Indonesia. Flora Indonesia terdiri dari

sekitar 4.000 jenis pohon, 1.500 jenis paku pakuan, dan 5.000 jenis

anggrek.

1) Flora Indonesia Barat

Flora Indonesia bagian barat meliputi berbagai jenis tanaman

yang tumbuh di pulau Sumatra, jawa, kalimatan, dan pulau-pulau

kecil di sekitarnya. Jenis flora Indonesia bagian barat memilik i

persamaan dengan tumbuhan yang terdapat di Asia.

Pulau Jenis Flora

Sumatera Pinus, Kamper, Meranti, Kayu Besi, Kayu

Manis, Beringin, dan Raflesia

Jawa Jati Meranti, Mahoni, Beringin, Pinang,

Bunga Anggrek, dan Bugenvil

Kalimantan Ramin, Kamper, Meranti, Besi, Jelutung,

Bakau, Pinus, dan Rotan

2) Flora Indonesia Tengah

Flora Indonesia Tengah meliputi tumbuhan yang terdapat di

Sulawesi, Nusa Tenggara, dan maluku. Di Nusa Tenggara

terdapat padang rumput alami yang baik untuk daerah peternakan.

Penyebabnya adalah curah hujan yang rendah.

Pulau Jenis flora

Sulawesi Eboni, Kayu Besi, Pinus, Kayu Hitam, Rotan,

dan beberapa jenis bunga Anggrek

Page 13: BIODIVERSITAS

Nusa

tenggara

Jati, Sandelwood, Akasia, Cendana, dan

beberapa jenis bunga Anggrek

Maluku Sagu, Meranti, Gotasa, Kayu Besi, Lenggua,

Jati, Kayu Putih, dan Anggrek

3) Flora Indonesia Timur

Flora Indonesia Bagian Timur adalah tumbuhan yang hidup di

pulau papua dan pulau-pulau sekitarnya. Jenis tanaman yang sering

dijumpai di Papua adalah jenis Conifera seperti Agatis Alba dan Obi.

Di daerah dataran rendahnya terdapat pohon Sagu, Nipah, dan Bakau.

c. Memiliki banyak hewan dan tumbuhan langka

Di indonesia banyak terdapat hewan dan tumbuhan yang telah

langka. Hewan langka misalnya:

Babirusa (babyrousa babyrussa)

Harimau sumatera (panthera tigris

sumatrae)

Harimau jawa (panthera tigris

sondanicus)

Macan kumbang (panthera

pardus)

Orangutan (pongo pygmaeus

abelii)

Badak sumatera (decerorhinus

sumatrensis)

Tapir (tapirus indicus)

Gajah asia (elephas maximus)

Bekantan (nasalis larvatus)

Komodo (varanus komodoensis)

Banteng (bos sondaicus)

Cendrawasih (paradisaea minor)

Kanguru pohon (dendrolagus

ursinus)

Maleo (marcochephalon maleo)

Kakatua raja (probosciger

atterimus)

Rangkong (buceros rhinoceros)

Kasuari (casuarius casuarius)

Buaya muara (crocodylus porosus)

Buaya irian (crocodylus

novaeguinae)

Penyu tempayan (caretta caretta)

Penyu hijau (chelonia mydas)

Sanca bodo (phyton molurus)

Sanca hijau (chondrophyton

viridis)

Bunglon sisir (gonyochepalus

dilophus)

Tumbuh-tumbuhan langka misalnya:

Bedali (radermachera gigantea) Putat (planhonia valida)

Page 14: BIODIVERSITAS

Kepuh (stereula foetida)

Bungur (lagerstromia speciosa)

Nangka celeng (artocarpus

heterophyllus)

Kluwak (pangium edule)

Bendo (artocarpus elasticus)

Mundu (garcinia dulcis)

Sawo kecik (manilkara kauki)

Winong (tertrameles nudiflora)

Sanca hijau (pterospermum

javanicum)

Gandaria (bouea marcophylla)

Matoa (pometis pinnata)

Sukun berbiji (artocarpus

communis)

d. Memiliki banyak hewan dan tumbuhan endemik

Di indonesia terdapat hewan dan tumbuhan endemik. Hewan dan

tumbuhan endemik indonesia artinya hewan dan tumbuhan itu haya ada

di indonesia, tidak terdapat di negara lain.

Hewan endemik misalnya harimau jawa, harimau bali (sudah

punah), jalak bali putih di bali, badak bercula satu di ujung kulon,

biturong, monyet presbytis thomasi, tarsius, kukang, maleo hanya di

sulawesi, komodo di pulau komodo dan sekitarnya.

Tumbuhan yang endemik terutama dari genus rafflesia arnoldii

(endemik di sumatera barat, bengkulu, dan aceh), r. Borneensis

(kalimantan), r. Ciliata (kalimantan timur), r. Horsfilldii (jawa), r. Patma

(nusa kambangan dan pangandaran), r. Rochussenii (jawa barat), dan r.

Contleyi (sumatera bagian timur).

C. Kelangkaan Species

1. Kebijakan Kelangkaan

a. UU no.5/1994: ratifikasi konvensi pbb mengenai keanekaragaman hayati

(kkh/united nations conventions on biological diversity)

b. Keppres no. 43/1978: ratifikasi cites (konvensi perdagangan

internasional spesies flora dan fauna liar yang terancam)

c. Keppres no.48/1991: ratifikasi konvensi ramsar mengenai lahan basah

d. UU no.5/1990 tentang pelestarian sumber daya hayati & ekosistemnya

yg mengatur konservasi ekosistem & spesies terutama d kawasan lindung

Page 15: BIODIVERSITAS

e. Undang undang nomor 5 tahun 1994 tentang pengesahan united nations

convention on biological diversity;

f. Undang undang nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya

alam hayati dan ekosistemnya;

g. Undang undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan

hidup;

h. PP RI no 18 th 1994 tentang pengusahaan pariwisata alam d zona

pemanfaatan taman nasional,taman hutan nasional & tman wisata alam

i. Peraturan pemerintah RI nomor 51 tahun 1993 tentang analis is

mengenai dampak lingkungan

j. Peraturan pemerintah nomor 68 tahun 1998 tentang suaka alam dan

daerah perlindungan alam

k. Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 1999 tentang penggunaan jenis

kehidupan liar peraturan pemerintah nomor 15 tahun 1984 tentang

pengelolaan sumber daya alam di dalam zone ekonomi eksklusif

Indonesia

l. Keppres nomor 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung

m. Tropical Forest Conservation Action for Sumatera. 2010. Tentang

kelestarian keanekaragaman hayati hutan tropis untuk menopang

terciptanya pembangunan berkelanjutan di pulau sumatera.

D. Kawasan Konservasi di Indonesia

Konservasi sumber daya alam adalah pengelolah sumber daya alam yang

menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumber daya terbarui

menjamin kesinambungan untuk persediannya dengan tetap memelihara dan

meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman.

Kategori status konservasi dalam iucn redlist. Kategori konservasi

berdasarkan iucn redlist versi 3.1 meliputi extinct (ex; punah); extinct in the

wild (ew; punah di alam liar); critically endangered (cr; kritis), endangered (en;

genting atau terancam), vulnerable (vu; rentan), near threatened (nt; hampir

terancam), least concern (lc; berisiko rendah), data deficient (dd; informas i

kurang), dan not evaluated (ne; belum dievaluasi).

Page 16: BIODIVERSITAS

1. Extinct (ex; punah) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies

yang terbukti (tidak ada keraguan lagi) bahwa individu terakhir spesies

tersebut sudah mati. Dalam iucn redlist tercatat 723 hewan dan 86 tumbuhan

yang berstatus punah. Contoh satwa indonesia yang telah punah diantaranya

adalah; harimau jawa dan harimau bali.

2. Extinct in the wild (ew; punah di alam liar) adalah status konservasi yang

diberikan kepada spesies yang hanya diketahui berada di tempat penangkaran

atau di luar habitat alami mereka. Dalam iucn redlist tercatat 38 hewan dan

28 tumbuhan yang berstatus extinct in the wild.

3. Critically endangered (cr; kritis) adalah status konservasi yang diberikan

kepada spesies yang menghadapi risiko kepunahan di waktu dekat.dalam iucn

redlist tercatat 1.742 hewan dan 1.577 tumbuhan yang berstatus kritis. Contoh

satwa indonesia yang berstatus kritis antara lain; harimau sumatra, badak

jawa, badak sumatera, jalak bali, orangutan sumatera, elang jawa, trulek

jawa, rusa bawean.

4. Endangered (en; genting atau terancam) adalah status konservasi yang

diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam

liar yang tinggi pada waktu yang akan datang. Dalam iucn redlist tercatat

2.573 hewan dan 2.316 tumbuhan yang berstatus terancam. Contoh satwa

indonesia yang berstatus terancam antara lain; banteng, gajah, anoa, mentok

rimba, maleo, tapir, trenggiling,bekantan, dan tarsius.

Gambar 1. Gajah Sumatera

5. Vulnerable (vu; rentan) adalah status konservasi yang diberikan kepada

spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu

yang akan datang. Dalam iucn redlist tercatat 4.467 hewan dan 4.607

Page 17: BIODIVERSITAS

tumbuhan yang berstatus rentan. Contoh satwa indonesia yang berstatus

terancam antara lain; kasuari, merak hijau, dan kakak tua maluku.

6. Near threatened (nt; hampir terancam) adalah status konservasi yang

diberikan kepada spesies yang mungkin berada dalam keadaan terancam atau

mendekati terancam kepunahan, meski tidak masuk ke dalam status terancam.

Dalam iucn redlist tercatat 2.574 hewan dan 1.076 tumbuhan yang berstatus

hampir terancam. Contoh satwa indonesia yang berstatus terancam antara

lain; alap-alap doria, punai sumba,

7. Least concern (lc; berisiko rendah) adalah kategori iucn yang diberikan untuk

spesies yang telah dievaluasi namun tidak masuk ke dalam kategori manapun.

Dalam iucn redlist tercatat 17.535 hewan dan 1.488 tumbuhan yang berstatus

contoh satwa indonesia yang berstatus terancam antara lain; ayam hutan

merah, ayam hutan hijau, dan landak.

8. Data deficient (dd; informasi kurang), sebuah takson dinyatakan “informas i

kurang” ketika informasi yang ada kurang memadai untuk membuat

perkiraan akan risiko kepunahannya berdasarkan distribusi dan status

populasi. Dalam iucn redlist tercatat 5.813 hewan dan 735 tumbuhan yang

berstatus informasi kurang. Contoh satwa indonesia yang berstatus terancam

antara lain; punggok papua, todirhamphus nigrocyaneus,

9. Not evaluated (ne; belum dievaluasi); sebuah takson dinyatakan “belum

dievaluasi” ketika tidak dievaluasi untuk kriteria-kriteria di atas. Contoh

satwa indonesia yang berstatus terancam antara lain; punggok togian,

Gajah sumatera merupakan ‘spesies payung’ bagi habitatnya dan

mewakili keragaman hayati di dalam ekosistem yang kompleks tempatnya

hidup. Artinya konservasi satwa besar ini akan membantu mempertahankan

keragaman hayati dan integritas ekologi dalam ekosistemnya, sehingga akhirnya

ikut menyelamatkan berbagai spesies kecil lainnya. Dalam satu hari, gajah

mengonsumsi sekitar 150 kg makanan dan 180 liter air dan membutuhkan areal

jelajah hingga 20 kilometer persegi per hari. Biji tanaman dalam kotoran

mamalia besar ini akan tersebar ke seluruh areal hutan yang dilewatinya dan

membantu proses regenerasi hutan alam (Anonim1).

a. Definisi Kawasan Konservasi

Page 18: BIODIVERSITAS

IUCN the world conservation unit mendefinisikan: “area darat

dan/atau laut yang secara khusus ditetapkan untuk melindungi dan

memelihara keanekaragaman hayati, sumber daya alam dan budaya yang

melekat padanya, dan dikelola secara legal atau dengan cara lain yang

efektif” (Anonim2)

Undang-undang no. 5/1990 tentang konservasi sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya mendefinsikan:

Kawasan konservasi terdiri dari kawasan suaka alam dan kawasan

pelestarian alam. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas

tertentu baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok

sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah. Sedangkan kawasan

pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan

maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga

kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati jenis tumbuhan dan satwa,

serta pemanfaatan secara lestari sumbe daya alam hayati dan ekosistemnya.

(Anonim2)

Kawasan konservasi secara global telah diatur melalui konvensi

keanekaragaman hayati pasal 8 tentang konservasi in-situ (konservasi di

dalam habitat aslinya) yang menekankan pentingnya pembentukan dan

pengelolaan kawasan konservasi bersama-sama dengan konservasi,

pemanfaatan berkelanjutan dan prakarsa inisiatif di area daratan dan laut

yang berdekatan dengannya. (Anonim2)

Secara nasional diatur melalui:

1) Undang-undang no. 5/1994 tentang pengesahan pbb united nations

convention on biological diversity (konvensi perserikatan bangsa-bangsa

mengenai keanekaragaman hayati)

2) Undang-undang no. 5/1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati

dan ekosistemnya;

3) Peraturan pemerintah no. 68/1998 tentang kawasan suaka alam dan

kawasan pelestarian alam;

b. Konservasi Ex-Situ

Page 19: BIODIVERSITAS

Konservasi ex-situ adalah melindungi individu atau spesies yang

tersisa dengan menempatkannya dalam suatu lingkungan yang dapat dipantau

secara berkelanjutan (Kleinman dkk, 1996 dalam Indrawan dkk, 2012).

Namun, konservasi ex-situ memiliki keterbatasan, sperti membutuhkan biaya

yang besar. Berikut adalah beberapa konservasi ex-situ:

1) Kebun-kebun binatang

2) Akuarium

a) Akuarium umum

b) Akuarium kelompok

c) Akuarium sejenis

d) Akuarium tanaman

3) Kebun raya

4) Bank benih

c. Konservasi In-Situ

Konservasi in situ berarti konservasi dari spesies target ‘di tapak (on

site)’, dalam ekosistem alami atau aslinya, atau pada tapak yang sebelumnya

ditempat oleh ekosistem tersebut. Khusus untuk tumbuhan meskipun berlaku

untuk populasi yang dibiakkan secara alami, konservasi in situ mungk in

termasuk regenerasi buatan bilamana penanaman dilakukan tanpa seleksi

yang disengaja dan pada area yang sama bila benih atau materi reproduktif

lainnya dikumpulkan secara acak.

E. Ekosistem Hutan Mangrove dan Padang Lamun

1. Ekosistem Hutan Mangrove

Hutan Mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang

selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut

air laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah

daratan yang terletak di bagian hilir daerah aliran sungai (das) yang

berbatasan dengan laut dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan

kelerengan kurang dari 8% (Departemen kehutanan, 1994 dalam Santoso,

2000).

Page 20: BIODIVERSITAS

Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat

berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara

makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu

sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan

didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh

dalam perairan asin/payau (Santoso, 2000).

Ciri-ciri lingkungan hutan mangrove:

Tumbuh pada daerah yang memiliki jenis tanah berlumpur, berlempung

atau berpasir

Tergenang air laut atau air payau secara teratur,

Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat.

a. Kondisi Hutan Mangrove Di Indonesia

Indonesia dikaruniai kawasan mangrove yang sangat luas, yaitu

sekitar 3,7 juta hektar. Kawasan mangrove tersebut tersebar di pesisir-

pesisir Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, hingga Papua. Tetapi, kegiatan

pembangunan di wilayah pesisir telah mengurangi luas hutan mangrove

di Indonesia. Penyebabnya antara lain adalah: pembukaan lahan atau

konversi hutan menjadi kawasan pertambakan, permukiman, industri dan

lain- lain. Selain konversi, kerusakan hutan mangrove juga terjadi akibat

pemanfaatan yang intensif untuk kayu bakar, bahan bangunan,

pemanfaatan daun mangrove sebagai makanan ternak, serta penambangan

pasir laut di sepanjang pantai bagian depan kawasan mangrove.

Beberapa data menunjukkan bahwa kerusakan dan penyusutan

luas hutan mangrove Indonesia terus terjadi. Pada tahun 1982 Indonesia

masih memiliki 5.209.543 ha hutan mangrove, namun di tahun 1992

jumlahnya telah menjadi 2.496.185 ha. Pada tahun 1985, pulau Jawa telah

kehilangan 70% hutan mangrovenya. Luas hutan mangrove di Sulawesi

selatan berkurang dari 110.000 ha pada tahun 1965 menjadi 30.000 ha

pada tahun1985. Sedangkan teluk bintuni (Papua) masih terdapat 300.000

ha mangrove, namun kini terus menerus mengalami tekanan,

sebagaimana terjadi pula di delta sungai mahakam dan pesisir kabupaten

Berau, Kalimantan Timur.

Page 21: BIODIVERSITAS

Berdasarkan data kementrian lingkungan hidup Republik

Indonesia (2008 dalam Luqman, 2013) berdasarkan direktorat jendral

rehabilitasi lahan dan perhutanan sosial (dirjen RLPS) luas hutan

mangrove di Indonesia pada tahun 1999 diperkirakan mencapai

8.204.840,32 hektar dengan kondisi baik 2.548.209,42 hektar dan

6.656.630,9 hektar dalam keadaan rusak sedang dan rusak parah. Menurut

dinas kelautan dan perikanan provinsi jawa barat (2008), luas hutan

mangrove di jawa barat saat ini mencapai 38,834 ha dimana 48,7%

(18,902ha) dalam keadaan rusak. Tabel 1. Luas dan Sebaran Kawasan

Mangrove di Jawa Barat

b. Konservasi Hutan Mangrove

Salah satu tempat konservasi hutan mangrove yaitu pulau biawak

yang terletak di lepas pantai laut jawa, ± 40 km di sebelah utara pantai

indramayu pada posisi 05o56’002” ls dan 108022’015” bt, atau terletak

26 mil (50 km) di sebelah utara indramayu. Keadaan topografi datar,

beberapa bagian pulau yang ditumbuhi mangrove tergenang air laut

terutama pada saat pasang naik. Luas pulau ± 120 ha, terdiri dari ± 80

ha hutan bakau dan ± 40 ha hutan pantai/darat. Panjang pulau dari timur

ke barat ± 1 km dan dari utara ke selatan ± 0.5 km. Untuk menuju ke p.

Biawak hanya bisa dengan menggunakan kapal nelayan dari pelabuhan

karangsong, dibutuhkan waktu sekitar 4 sampai 5 jam perjalanan untuk

sampai di p. Biawak. Pulau biawak merupakan daerah konservasi dan

wisata yang dihuni 1 kepala keluarga. Karena keindahan alamnya yang

Page 22: BIODIVERSITAS

masih terjaga, p. Biawak sering dijadikan daerah untuk destinasi wisata

baik wisata hutan mangrove ataupun wisata bawah airnya. Selain itu,

aktifitas nelayan yang berdekatan dengan p. Biawak menjadikan pulau

ini sebagai tempat persinggahan sementara baik untuk hanya sekedar

beristirahat sambil memperbaiki peralatan penangkapan maupun untuk

berlindung dari cuaca buruk dilaut.

Kondisi ekosistem mangrove pada pulau biawak masih baik

dengan tumbuhnya berbagai ragam jenis mangrove yang sudah langka

sebagaimana jarang dijumpai di pantai utara jawa. Jenis-jenis bakau

yang tumbuh diantaranya adalah sonneratia spp, avicennia sp,

bruguiera sp, rhizophora sp, ceriops sp, acanthus sp, lummitterae,

xylocarpus, aigicera, nipa sp, dan heriera sp. Sementara di pulau

gosong terdapat jenis avicennia sp dan di pulau candikian terdapat jenis

bruguiera sp. (Data kementrian kelautan dan perikanan, 2004)

Gambar 2. Pulau Biawak Tampak Atas

(https://iewenkphotos.files.wordpress.com/2014/12/dsc00850-copy.jpg) (https://dwinotari.files.wordpress.com/2014/07/3776138_201402211010

39.jpg)

Ekosistem terumbu karang di pulau biawak dan sekitarnya berada

pada kedalaman 3-5 meter. Komponen penyusun terumbu karangnya

sangat padat dan banyak didominasi oleh karang-karang keras, seperti

karang semi padat (acropora digitata) dan karang meja (acropora

tabulate). Selain itu, terdapat juga karang bercabang (acropora

branching), karang biru (coral heliopora), karang api (coral millepora),

karang padat (coral massive), karang menempel (acropora dan coral

encrusting), karang lingkar daun (coral foliose), dan karang jamur (coral

mushroom). Dan dijumpai beberapa karang lunak seperti sinularia sp.

Page 23: BIODIVERSITAS

Jenis ikan hias yang ditemukan di perairan pulau biawak dan

sekitarnya diantaranya adalah kiper (scatophagus argus), samandar

(siganus verniculator), kerapu (chremileptis altivelia), dokter (labroides

dmidiatus), kakatua (callyodon ghabbon), tikus (cinhiticthy aprianus),

zebra (dendrichirus zebra), kupu-kupu (chaetodon chrysurus),

kokotokan, merakan (pterois valiteus), pisau-pisau, petek perak

(desayllus reticulates), kapasan, buntul, kerong-kerong (plectorhynchus

spp), pembersih (thallasoma sp), sersan mayor (abudefduf sexfasciatus),

kerapu lumpur (cheilinus sp), dan ekor kuning (caesio cuning).

Jenis fauna yang dijumpai dan menjadi ciri khas pulau biawak

adalah biawak (veranus salvator). Fauna lainnya adalah dari jenis burung

diantaranya trinil pantai (bubulcus ibis), cangak abu (ardea cinerea),

cangak laut (ardea sumatrana), cekaka (halycon chloris), burung udang

biru (alcedo caerulescens), trulek (pluvalis dominica), dan lain-la in.

(data kementrian kelautan dan perikanan, 2004).

c. Manfaat dan fungsi hutan mangrove

Menurut davis, claridge & natarina (1995) dalam fppb (2009),

hutan mangrove memiliki fungsi sebagai berikut :

1) Habitat satwa langka

Hutan mangrove sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari

100 jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas

berbatasan dengan hutan mangrove merupakan tempat mendaratnya

ribuan burug pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka

blekok asia (limnodrumus semipalmatus).

Page 24: BIODIVERSITAS

2) Pelindung terhadap bencana alam

Vegetasi hutan mangrove dapat melindungi bangunan, tanaman

pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin

yang bermuatan garam melalui proses filtrasi.

3) Pengendapan lumpur

Sifat fisik tanaman pada hutan mangrove membantu proses

pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat

dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan

tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan

mangrove, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.

4) Penambah unsur hara

Sifat fisik hutan mangrove cenderung memperlambat aliran air dan

terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi

unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian

dari areal pertanian.

5) Penambat racun

Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan

terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kis i

molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan

mangrove bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif.

6) Sumber alam dalam kawasan (in-situ) dan luar kawasan (ex-situ)

Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan

atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam

kawasan. Sedangkan sumber alam ex-situ meliputi produk-produk

alamiah di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain

yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut,

menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan

fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir

dan lumpur.

Page 25: BIODIVERSITAS

7) Sumber plasma nutfah

Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi

perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untuk memeliha ra

populasi kehidupan liar itu sendiri.

Menurut davis, claridge & natarina (1995) dalam fppb (2009),

hutan mangrove memiliki manfaat sebagai berikut :

1) Transportasi

Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan

cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.

2) Rekreasi dan pariwisata

Hutan mangrove memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya

maupun dari kehidupan yang ada didalamnya. Hutan mangrove yang

telah dikembangkan menjadi obyek wisata alam antara lain di sinjai

(sulawesi selatan), muara angke (dki), suwung, denpasar (bali),

blanakan dan cikeong (jawa barat), dan cilacap (jawa tengah). Hutan

mangrove memberikan obyek wisata yang berbeda dengan obyek

wisata alam lainnya. Karakteristik hutannya yang berada di peralihan

antara darat dan laut memiliki keunikan dalam beberapa hal. Para

wisatawan juga memperoleh pelajaran tentang lingkungan langsung

dari alam. Pantai padang, sumatera barat yang memiliki areal

mangrove seluas 43,80 ha dalam kawasan hutan, memiliki peluang

untuk dijadikan areal wisata mangrove.

Kegiatan wisata ini di samping memberikan pendapatan langsung

bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu

menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan

menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti

membuka warung makan, menyewakan perahu, dan menjadi

pemandu wisata.

3) Sarana pendidikan dan penelitian

Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan

laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian.

2. Ekosistem Padang Lamun

Page 26: BIODIVERSITAS

a. Kondisi Padang Lamun di Indonesia

Keberadaan ekosistem padang lamun masih belum banyak

dikenal baik pada kalangan akdemisi maupun masyarakat umum, jika

dibandingkan dengan ekosistem lain seperti ekosistem terumnbu karang

dan ekosistem mangrove, meskipun diantara ekosistem tersebut di

kawasan pesisir merupakan satu kesatuan sistem dalam menjalankan

fungsi ekologisnya. Lamun hidup dan terdapat pada daerah mid-

intertidal sampai kedalaman 0,5-10 m. Namun sangat melimpah di

daerah sublitoral. Jumlah spesies lebih banyak terdapat di daerah tropik

dari pada di daerah ugahari (Barber, 1985 dalam Beribe, 2014).

Luas padang lamun di Indonesia diperkirakan sekitar 30.000

km2 atau sekitar 30-40% yang dihuni oleh 13 jenis lamun. Suatu padang

lamun dapat terdiri dari vegetasi tunggal yakni tersusun dari satu jenis

lamun saja ataupun vegetasi campuran yang terdiri dari berbagai jenis

lamun. Di setiap padang lamun hidup berbagai biota lainnya yang

berasosiasi dengan lamun, yang keseluruhannya terkait dalam satu

rangkaian fungsi ekosistem (Anonim3).

Kawasan taman nasional (TN) Bunaken adalah kawasan

pelestarian alam yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan menteri

kehutanan nomor : 730/kpts-ii/1991 tanggal 15 oktober 1991 dengan

luas 89.065 ha, memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Tn

bunaken terletak di provinsi sulawesi utara yang secara geografis terbagi

menjadi 2 wilayah yaitu bagian utara dan selatan. Bagian utara terletak

antara 1^35’41” – 1^32’16” lu dan 124^50’50” – 124^49’22,6” bt,

terdiri dari 5 pulau (bunaken, manado tua, siladen, mantehage, dan nain)

dan pesisir antara desa molas sampai tiwoho yang disebut pesisir molas

– wori dengan luas 75.265 ha. Bagian selatan terletak antara 1^24’0” -

1^16’44”lu dan 124^38’3” – 124^32’22” bt, seluruhnya terdiri dari

pesisir desa poopoh sampai desa popareng yang disebut pesisir arakan-

wawontulap dengan luas 13.800 ha.

b. Konservasi Padang Lamun

Page 27: BIODIVERSITAS

Perhatian terhadap ekosistem Padang Lamun (Seagrass beds)

masih sangat kurang dibandingkan terhadap ekosistem Bakau

(Mangrove) dan Terumbu Karang (coral reefs). Padahal, lestarinya

kawasan pesisir pantai bergantung pada pengelolaan yang sinergis dari

ketiganya. Terlebih, Padang Lamun merupakan produsen primer organik

tertinggi dibanding ekosistem laut dangkal lainnya.

Ekosistem Lamun sudah banyak terancam termasuk di Indonesia

baik secara alami maupun oleh aktifitas manusia.

1) Gangguan Alam

Fenomena alam seperti tsunami, letusan gunung api, siklon,

dapat menimbulkan kerusakan pantai, termasuk juga terhadap padang

lamun. Tsunami yang dipicu oleh gempa bawah laut dapat

menimbulkan gelombang dahsyat yang menghantam dan memorak -

perandakan lingkungan pantai, seperti terjadi dalam tsunami Aceh

(2004). Gempa bumi, seperti gempa bumi Nias (2005) mengangka t

sebagian dasar laut hingga terpapar ke atas permukaan dan

menenggelamkan bagian lainnya lebih dalam. Debu letusan gunung

api seperti letusan Gunung Tambora (1815) dan Krakatau (1883)

menyelimuti perairan pantai sekitarnya dengan debu tebal, hingga

melenyapkan padang lamun di sekitarnya.

Ancaman-ancaman alami terhadap ekosistem lamun berupa

angin topan, siklon (terutama di philipina), gelombang pasang,

kegiatan gunung berapi bawah laut, interaksi populasi dan komunitas

(pemangsa dan persaingan), pergerakan sedimen dan kemungkinan

hama dan penyakit, vertebrata pemangsa lamun seperti sapi laut.

Diantara hewan invertebrata, bulu babi adalah pemakan lamun yang

utama. Meskipun dampak dari pemakan ini hanya setempat, tetapi jika

terjadi ledakan populasi pemakan tersebut akan terjadi kerusakan

berat. Gerakan pasir juga mempengaruhi sebaran lamun. Bila air

menjadi keruh karena sedimen, lamun akan bergeser ke tempat yang

lebih dalam yang tidak memungkinkan untuk dapat bertahan hidup

(Sangaji 1994 dalam Beribe, 2014).

Page 28: BIODIVERSITAS

2) Gangguan dari Aktivitas Manusia

Pada dasarnya ada empat jenis kerusakan lingkungan perairan

pantai yang disebabkan oleh kegiatan manusia, yang bisa memberikan

dampak pada lingkungan lamun:

a) Kerusakan fisik yang menyebabkan degradasi lingkungan, seperti

penebangan mangrove, perusakan terumbu karang dan atau

rusaknya habitat padang lamun;

b) Pencemaran laut, baik pencemaran asal darat, maupun dari

kegiatan di laut;

c) Penggunaan alat tangkap ikan yang tak ramah lingkungan;

d) Tangkap lebih, yakni eksploitasi sumberdaya secara berlebihan

hingga meliwati kemampuan daya pulihnya

Di tempat hilangnya padang lamun, perubahan yang dapat

diperkirakan menurut Fortes 1989 dalam Beribe, 2014 yaitu:

a) Reduksi detritus dari daun lamun sebagai konsekuensi perubahan

dalam jaring jaring makanan di daerah pantai dan komunitas ikan.

b) Perubahan dalam produsen primer yang dominan dari yang

bersifat bentik yang bersifat planktonik.

c) Perubahan dalam morfologi pantai sebagai akibat hilangnya sifat-

sifat pengikat lamun.

d) Hilangnya struktural dan biologi dan digantikan oleh pasir yang

gundul.

Dalam pengelolaan padang lamun, yang terpenting adalah

mengenali terlebih dahulu akar masalah rusaknya padang lamun yang pada

dasarnya bersumber pada perilaku manusia yang merusaknya. Berdasar

acuan tersebut maka akar masalah terjadinya kerusakan padang lamun

dapat dikenali sebagai berikut:

a) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang lamun dan perannya

dalam lingkungan.

b) Kemiskinan masyarakat

c) Keserakahan mengeksploitasi sumberdaya laut;

d) Kebijakan pengelolaan yang tak jelas;

Page 29: BIODIVERSITAS

e) Kelemahan perundangan

f) Penegakan hukum yang lemah

Merujuk pada kenyataan bahwa padang lamun mendapat tekanan

gangguan utama dari aktivitas manusia maka untuk rehabilitasinya dapat

dilaksanakan melalui dua pendekatan: yakni: a) rehabilitasi lunak (soft

rehabilitation) , dan b) rehabilitasi keras (hard rehabilitation).

a) Rehabilitasi Lunak

Rehabilitasi lunak berkenan dengan penanggulangan akar

masalah, dengan asumsi jika akar masalah dapat diatasi, maka alam

akan mempunyai kesempatan untuk merehabilitasi dirinya sendiri

secara alami. Rehabilitasi lunak lebih menekankan pada pengendalian

perilaku manusia. Rehabilitasi lunak bisa mencakup hal-hal sebagai

berikut:

(1) Kebijakan dan strategi pengelolaan.

(2) Penyadaran masyarakat (Public awareness).

Penyadaran masyarakat dapat dilaksanakan dengan berbagai

pendekatan seperti:

(a) Kampanye penyadaran lewat media elektronik (televisi, radio),

ataupun lewat media cetak (koran, majalah, dll)

(b) Penyebaran berbagai materi kampanye seperti: poster, sticker,

flyer, booklet, dan lain-lain

(c) Pengikut-sertaan tokoh masyarakat (seperti pejabat

pemerintah, tokoh agama, tokoh wanita, seniman, dll) dalam

penyebar-luasan bahan penyadaran.

(d) Pendidikan

Pendidikan mengenai lingkungan termasuk pentingnya

melestarikan lingkungan padang lamun. Pendidikan dapat

disampaikan lewat jalur pendidikan formal dan non-formal.

Page 30: BIODIVERSITAS

(3) Pengembangan riset

Riset diperlukan untuk mendapatkan informasi yang akurat untuk

mendasari pengambilan keputusan dalam pengelolaan

lingkungan.

(4) Mata pencaharian alternative

Perlu dikembangkan berbagai kegiatan untuk mengembangkan

mata pencaharian alternatif yang ramah lingkungan yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang lebih

sejahtera lebih mudah diajak untuk menghargai dan melindungi

lingkungan.

(5) Pengikut sertaan masyarakat.

Partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan lingkungan dapat

memberi motivasi yang lebih kuat dan lebih menjamin

keberlanjutannya. Kegiatan bersih pantai dan pengelolaan sampah

misalnya merupakan bagian dari kegiatan ini.

(6) Pengembangan Daerah Pelindungan Padang Lamun (segrass

sanctuary) berbasis masyarakat

Daerah Perlindungan Padang Lamun (DPPL) merupakan bank

sumberdaya yang dapat lebih menjamin ketersediaan sumberdaya

ikan dalam jangka panjang. DPPL berbasis masyrakat lebih

menjamin keamanan dan keberlanjutan DPPL.

(7) Peraturan perundangan

Pengembangan pengaturan perundangan perlu dikembangkan dan

dilaksanakan dengan tidak meninggalkan kepentingan

masyarakat luas. Keberadaan hukum adat, serta kebiasaan

masyarakat lokal perlu dihargai dan dikembangkan.

(8) Penegakan hukum secara konsisten

Segala peraturan perundangan tidak akan ada manfaatnya bila

tidak dapat ditegakkan secara konsisten. Lembaga-lembaga yang

terkait dengan penegakan hukum perlu diperkuat, termasuk

lembaga-lembaga adat.

Page 31: BIODIVERSITAS

b) Rehabilitasi keras

Rehabilitasi keras menyangkut kegiatan langsung perbaikan

lingkungan di lapangan. Ini dapat dilaksanakan misalnya dengan

rehabilitasi lingkungan atau dengan transplantasi lamun di

lingkungan yang perlu direhabilitasi. Kegiatan transplantasi lamun

belum berkembang luas di Indonesia. Berbagai percobaan

transpalantasi lamun telah dilaksanakan oleh Pusat Penelit ian

Oseanografi LIPI yang masih dalam taraf awal. Pengembangan

transplantaasi lamun telah dilaksanakan di luar negeri dengan

berbagai tingkat keberhasilan.

Gambar 3. Padang lamun

c. Manfaat Padang Lamun

Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifita s

organiknya, dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada

ekosistem ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustasea,

moluska (Pinna sp., Lambis sp., dan Strombus sp.), ekinodermata

(Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp., Arcbaster sp., Linckia sp.) Dan

cacing ( Polichaeta) (Bengen, 2001 dalam Beribe, 2014). Menurut Azkab

1988 dalam Beribe 2014, ekosistem lamun merupakan salah satu

ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem

lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan

perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelit ian

diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal

sebagai berikut :

1) Sebagai Produsen Primer

Page 32: BIODIVERSITAS

Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila

dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal

seperti ekosistem terumbu karang (Thayer et al. 1975 dalam Beribe,

2014).

2) Sebagai Habitat Biota

Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel

berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang

lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang

pengembalaan dan makan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan–

ikan karang (coral fishes) (Kikuchi & Peres, 1977 dalam Beribe, 2014).

3) Sebagai Penangkap Sedimen

Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh

arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang.

Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengika t

sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar

permukaaan. Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap

sedimen dapat mencegah erosi (Gingsburg & Lowestan 1958 dalam

Beribe, 2014).

4) Sebagai Pendaur Zat Hara

Lamun memegang peranan penting dalam pendauran barbagai zat hara

dan elemenelemen yang langka di lingkungan laut. Khususnya zat-zat

hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.

Selanjutnya dikatakan Philips & Menez 1988 dalam Beribe,

(2014), lamun juga sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan

oleh masyarakat baik secara tradisional maupuin secara modern. Secara

tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk :

1) Digunakan untuk kompos dan pupuk

2) Cerutu dan mainan anak-anak

3) Dianyam menjadi keranjang

4) Tumpukan untuk pematang

5) Mengisi kasur

6) Ada yang dimakan

Page 33: BIODIVERSITAS

7) Dibuat jaring ikan

Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk:

1) Penyaring limbah

2) Stabilizator pantai

3) Bahan untuk pabrik kertas

4) Makanan

5) Obat-obatan

6) Sumber bahan kimia.

F. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen

Gen atau plasma nuftah adalah substansi kimia yang menentukan sifat

keturunan yang terdapat di dalam lokus kromosom. Setiap individu makhluk

hidup mempunyai kromosom yang tersusun atas benang-benang pembawa sifat

keturunan yang terdapat di dalam inti sel. Sehingga seluruh organisme yang ada

di permukaan bumi ini mempunyai kerangka dasar komponen sifat menurun

yang sama. Kerangka dasar tersebut tersusun atas ribuan sampai jutaan faktor

menurun yang mengatur tata cara penurunan sifat organisme. Walaupun

kerangka dasar gen seluruh organisme sama, namun komposisi atau susunan,

dan jumlah faktor dalam kerangka bisa berbeda-beda. Perbedaan jumlah dan

susunan faktor tersebut akan menyebabkan terjadinya keanekaragaman gen. Di

samping itu, setiap individu memiliki banyak gen, bila terjadi perkawinan atau

persilangan antar individu yang karakternya berbeda akan menghasilkan

keturunan yang semakin banyak variasinya. Karena pada saat persilangan akan

terjadi penggabungan gen-gen individu melalui sel kelamin. Hal inilah yang

menyebabkan keanekaragaman gen semakin tinggi.

Keanekaragaman tingkat gen disebut pula keanekaragaman genotip,

yaitu tingkatvariasi pada organisme sejenis sebagai akibat interaksi antar gena-

gena di dalamgenotipnya dengan lingkungan sehingga memunculkan fenomena

yang berbeda sekalipungena-genanya sama. Hal ini terjadi sebagai akibat sifat

gena-gena ada yang dominan danada yang resesif. Itulah sebabnya, sekalipun

gena-gena di dalam genotipnya sama dalamsatu keluarga terdapat anggota

Page 34: BIODIVERSITAS

keluarga yang memiliki ciri atau sifat penampilan yangberbeda dengan anggota

lainnya dalam keluarga itu. Penampakan sifat genotifberinteraksi dengan

lingkungannya disebut fenotif. Dengan begitu, akibat adanya sifatdominans i

dan resesif gena-gena dalam genotip induk organisme itu, suatu induk

akanmenghasilkan fenotip yang berbeda pada keturunannya. Keanekaragaman

genotip disebutjuga plasma nutfah. Individu yang masih alami atau belum

termutasi oleh manusia,memiliki kekayaan plasma nutfah yang berharga,

karena gena-genanya masih bisadirekayasa lebih lanjut. Keanekaragaman

hayati dalam bentuk hutan seisinya merupakansumber plasma nutfah untuk

kesejahteraan hidup manusia di masa kini dan masa datang,sehingga

keberadaan hutan di tiap wilayah semestinya dipelihara dan dilestarikan .

Keanekaragaman tingkat gen dapat kita pelajari pada pola-pola bentuk

daun pada tumbuhan. Pada tumbuhan dahlia memiliki bentuk daun yang

berbeda-beda antara daun semasa kecambah, semasa muda, dan semasa

dewasanya atau semasa akan menghasilkan bunga. Pada bagian-bagian bunga,

sekalipun memiliki genotip sama pada kelopak,mahkota, benang sari, dan

putiknya, kesemuanya memiliki bentuk yang berbeda-beda.demikian pula

bentuk daun ranunculus aquatalis, salvinia, dan myriophyllum adalah berbeda

antara daun yang berada di atas permukaan air dengan daun yang berada di

bawah permukaan air. Daun yang berada di bawah permukaan air memilik i

bentuk serupa akar, tetapi daun yang berada di atas permukaan air memilik i

bentuk yang lebih lebar. Hal ini berarti faktor lingkungan mempengaruhi

penampakan sifat genotip yang sama pada suatu bagian organisme sejenis di

tempat tertentu. Contoh keanekaragaman tingkat gen ini adalah pada ayam

kampung, ayam hutan, ayam ras, dan ayam lainnya. Anda akan melihat

keanekaragaman sifat antara lain pada bentuk dan ukuran tubuh, warna bulu dan

bentuk pial (jengger).

Page 35: BIODIVERSITAS

Gambar 4. Keanekaragaman Tingkat Gen pada Ayam

(https://iewenkphotos.files.wordpress.com/2014/12/dsc00850-copy.jpg)

Page 36: BIODIVERSITAS

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Alam Indonesia sangat kaya akan keberagaman flora dan fauna,

keberagaman tersebut dikenal dengan keanekaragaman hayati. Keanekaragaman

hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukakan keseluruhan

variasi gen, spesies, dan ekosisitem di suatu daerah. Penyebebab

keanekaragaman hayati ada 2 faktor, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor

genetik relatif konstan / stabil pengaruhnya terhadap morfologi (fenotip)

organisme. Sebaliknya faktor luar relatif labil pengaruhnya terhadap morfologi

(fenotip).

Penanganan konservasi perlu strategi yang tepat dan secara

komprehensif melibatkan multi pihak serta kerjasama internasional. Konversi

hutan menjadi perkebunan sawit, tanaman industry dan pertambangan menjadi

ancaman serius bagi kelestarian satwa liar, termasuk satwa langka seperti

orangutan, harimau Sumatera, dan gajah sumatera. Pengelolaan ekosistem

bahari padang lamun sangat penting dilihat dari aspek pertahanan pantai

dan produktivitas perairan.

Kegiatan manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati, baik

keanekaragaman gen, jenis maupun keanekaragaman lingkungan. Namun di

samping itu, kegiatan manusia juga dapat meningkatkan keanekaragaman hayati

misalnya penghijauan, pembuatan taman kota, dan pemuliaan.pelestar ian

keanekaragaman hayati dapat dilakukan secara in situ dan ex situ.

B. Saran

Diharapkan bagi pembaca agar dapat melestarikan keanekaragaman

hayati agar tidak punah.

Page 37: BIODIVERSITAS

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1____. Endangered Gajah Sumatera [online]. Http://www.wwf.or.id/program/spesies/gajah_sumatera/. Diakses pada 03 April 2015. Pukul 18:31 WIB.

Anonim2.____ 2010. Kawasan Konservasi. [online].

Http://www.indonesianchm.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=98&itemid=100&lang=in. Diakses pada 19 Maret 2015. Pukul 08:34 WIB.

Anonim3.____. 2013. Konservasi & Rehabilitasi Lamun (Sea grass).

http://nursamsirusmidin.blogspot.com/2013/07/konservasi-rehabilitasi-lamun-sea-grass.html. Diakses pada 15 April 2015. Pukul 018:34 WIB.

Alamendah. 2014. Daftar Kebun Raya di Indonesia [online]. Http://alamendah.org/2014/08/13/daftar-kebun-raya-di- indonesia/.

Diakses pada 03 April 2014. Pukul 03:03 WIB.

Beribe, Herlinda Dike. 2014. Makalah Biologi Laut Padang Lamun (Sea grass).

Kupang: Nusa Cendana.

Campbell. 1952. Bilogi jilid 2. Jakarta: erlangga. Delisumatran. 2013. Konservasi In-situ dan Ex-situ. [online].

Https://deslisumatran.wordpress.com/2010/03/13/konservasi-in-situ-dan-ex-situ/. Diakses pada 03 April 2015. Pukul 03:20 WIB.

Indrawan dkk. 2012. Biologi konservasi. Jakarta: buku obor kementrian kelautan

dan perikanan. 2004. Data Kawasan Konservasi. [online ].

Http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/basisdata-kawasan-konservasi/details/1/79.19 Maret 2015. Pukul 08:34 WIB.

Luqman, Ari. 2013. Analisis Kerusakan Mangrove Akibat Aktivitas Penduduk di

Pesisir Kota Cirebon. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas Penddikan

Indonesia.

Salim, e. 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: lp3es. Soemarwoto, o. 1994. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung:

penerbit djambatan.

Soerjani, m., Rofiq, m. Dan m. Rozy, m. 1987. Lingkungan Sumberdaya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta: UI Press.

Supriana, Jutna. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.