brain gym

14
PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-5 TAHUN DI RAUDOTUL ATHFAL BAITUL MU’MININ (MUSLIMAT 17) GUNUNGREJO-MALANG Sudiarto, Rinik Eko Kapti, Puguh Sigit P ABSTRAK Senam otak merupakan kumpulan gerakan sederhana yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Metode ini akan mengaktifkan dua belah otak dan memadukan fungsi semua bagian otak untuk meningkatkan perkembangan anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam otak terhadap peningkatan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun. Desain penelitian ini adalah quasy experimental dengan pendekatan pre test-post test with control grup yang memberikan perlakuan senam otak pada kelompok perlakuan sedangkan kelompok control tidak. Responden dalam penelitian berusia 4-5 tahun yang berjumlah 27 responden yang terbagi dalam dua kelompok perlakuan dan kelompok control. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah senam otak sedangkan variabel terikat adalah motorik halus. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Analisa data menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank dan Mann-Whitney test. Berdasarkan uji Wilcoxon Sign Rank didapatkan nilai P = 0,005 mengindikasikan H 1 diterima dan pada uji Mann-Whitney P= 0,022 yang mengindikasikan hasil berbeda atau tidak identik. Ini berarti bahwa ada pengaruh senam otak terhadap peningkatan motorik halus anak usia 4-5 tahun di Raudotul Athfal Baitul Mu’minin Gunungrejo-Malang. Disarankan agar kepada perawat pediatrik, guru dan orangtua memperkenalkan dan melatih gerakan Brain Gym dimulai sejak usia dini dan secara dilakukan secara rutin agar memperoleh hasil yang maksimal. Kata kunci: Senam Otak (brain gym), Perkembangan Motorik Halus, Anak usia 4-5 tahun ABSTRACT Brain gym is an association of simple moval that can optimize children growth. This method will activate two sides of brain and integrate all of the brain function to increase children growth. This study aims to know the brain gym effect on smooth motoric increasing at 5 years old children. This study design is quasy experimental with pre-post test approaching with control group by giving brain gym treatment on treatment group and not giving any treatment on control group. Respondents for this study aged at 4-5 years old as many as 27 respondents that divided to treatment group and control group. Independent variable int his study is brain gym and the dependent variable is smooth motoric. Data is collected by using observational sheet. Data’s analyzed by using Wilcoxon Sign Rank and Mann-Whitney test. According to Wilcoxon Sign Rank test, p value= 0,005 which means H 1 is accepted and on Mann-Whitney test the p value=0,022 that indicate different or unidentic result. It means there’s an effect brain gym to smooth motoric increasing at children aged 4-5 years old at Raudotul Athfal Baitul Mu’minin Gunungrejo-Malang. There’s suggestion for pediatric nurse, teacher, and parent to introduce and train Brain Gym moval routinely since very early stage in order to get maximal result. Keyword: Brain gym, Smooth Motoric Increasing, Children aged 4-5 years old

Transcript of brain gym

Page 1: brain gym

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-5 TAHUN DI RAUDOTUL ATHFAL BAITUL MU’MININ (MUSLIMAT 17)

GUNUNGREJO-MALANG

Sudiarto, Rinik Eko Kapti, Puguh Sigit P

ABSTRAK

Senam otak merupakan kumpulan gerakan sederhana yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Metode ini akan mengaktifkan dua belah otak dan memadukan fungsi semua bagian otak untuk meningkatkan perkembangan anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam otak terhadap peningkatan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun. Desain penelitian ini adalah quasy experimental dengan pendekatan pre test-post test with control grup yang memberikan perlakuan senam otak pada kelompok perlakuan sedangkan kelompok control tidak. Responden dalam penelitian berusia 4-5 tahun yang berjumlah 27 responden yang terbagi dalam dua kelompok perlakuan dan kelompok control. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah senam otak sedangkan variabel terikat adalah motorik halus. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Analisa data menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank dan Mann-Whitney test. Berdasarkan uji Wilcoxon Sign Rank didapatkan nilai P = 0,005 mengindikasikan H1 diterima dan pada uji Mann-Whitney P= 0,022 yang mengindikasikan hasil berbeda atau tidak identik. Ini berarti bahwa ada pengaruh senam otak terhadap peningkatan motorik halus anak usia 4-5 tahun di Raudotul Athfal Baitul Mu’minin Gunungrejo-Malang. Disarankan agar kepada perawat pediatrik, guru dan orangtua memperkenalkan dan melatih gerakan Brain Gym dimulai sejak usia dini dan secara dilakukan secara rutin agar memperoleh hasil yang maksimal.

Kata kunci: Senam Otak (brain gym), Perkembangan Motorik Halus, Anak usia 4-5 tahun

ABSTRACT

Brain gym is an association of simple moval that can optimize children growth. This method will activate two sides of brain and integrate all of the brain function to increase children growth. This study aims to know the brain gym effect on smooth motoric increasing at 5 years old children. This study design is quasy experimental with pre-post test approaching with control group by giving brain gym treatment on treatment group and not giving any treatment on control group. Respondents for this study aged at 4-5 years old as many as 27 respondents that divided to treatment group and control group. Independent variable int his study is brain gym and the dependent variable is smooth motoric. Data is collected by using observational sheet. Data’s analyzed by using Wilcoxon Sign Rank and Mann-Whitney test. According to Wilcoxon Sign Rank test, p value= 0,005 which means H1 is accepted and on Mann-Whitney test the p value=0,022 that indicate different or unidentic result. It means there’s an effect brain gym to smooth motoric increasing at children aged 4-5 years old at Raudotul Athfal Baitul Mu’minin Gunungrejo-Malang. There’s suggestion for pediatric nurse, teacher, and parent to introduce and train Brain Gym moval routinely since very early stage in order to get maximal result.

Keyword: Brain gym, Smooth Motoric Increasing, Children aged 4-5 years old

Page 2: brain gym

2

PENDAHULUAN

Usia prasekolah merupakan periode

emas (golden age) dalam proses

perkembangan. Pada usia ini aspek

kognitif, fisik, motorik, dan psikososial

seorang anak berkembang secara pesat

dari 50% menjadi 80% (TPPA TK, 2010).

Menurut Havighurst (1961) dalam

Ernawulan (2003), jika seseorang individu

gagal menyelesaikan tugas perkembangan

pada fase tertentu, maka ia akan

mengalami kegagalan dalam pencapaian

tugas perkembangan pada masa

berikutnya.

Pada anak usia 4-5 tahun salah satu

aspek penting pada proses perkembangan

anak adalah perkembangan motorik karena

merupakan awal kecerdasan dan emosi

sosial (Santrock, 2007 ; Hurlock,2003).

Perkembangan motorik terdiri dari

perkembangan motorik kasar dan

perkembangan motorik halus.

Perkembangan motorik kasar merupakan

perkembangan gerakan anak yang

menggunakan otot-otot besar, sedangkan

perkembangan motorik halus merupakan

perkembangan gerakan anak yang

menggunakan otot-otot kecil (PMPN, 2009

; Heidrun, Albert, Philipp, 2008 ).

Keterampilan motorik halus memiliki arti

penting bagi proses perkembangan

keseluruhan, dan pencapaian berbagai

tonggak dalam sosialisasi anak (Heidrun,

Albert, Philipp, 2008).

Berdasarkan Hasil Survey Bavarian

Pre-School Morbidity Survey (BPMS) pada

anak prasekolah dari tahun 1997-2009

menunjukkan peningkatan keterlambatan

motorik halus yang signifikan dari 4,07%

menjadi 22,05% antaratahun 1997-2009

(Caniato, 2011). Penelitian yang dilakukan

di Ekuador, pada anak usia 48-61 bulan

tahun 2003-2004, tercatat 28,1% anak

mengalami keterlambatan motorik halus

(Handal, 2007), sedangkan dari jurnal

penelitian Indonesia yang diambil dari dua

rumah sakit di Jakarta menyebutkan bahwa

11,3% anak mengalami keterlambatan

motorik halus (Wisyastuti, 2005).

Keterlambatan motorik akan

menyebabkan rasa rendah diri,

kecemburuan terhadap anak lain,

kekecewaan terhadap orang dewasa,

penolakan sosial, ketergantungan dan malu

(Hurlock, 2003). Menurut Sulistyaningsih

(2010) rasa rendah diri, kecemburuan

terhadap anak lain, dan malu akan

menyebabkan anak kesulitan memasuki

bangku sekolah, sebab ketrampilan motorik

sangat diperlukan dalam bersosialisasi

dengan teman sebaya dalam hal bermain,

keterampilan menulis dan membaca,

sedangkan kekecewaan terhadap orang

dewasa, ketergantungan dan rasa malu

akan menyebabkan prestasi anak jauh di

bawah kemampuannya.

Perkembangan motorik halus secara

konsisten berhubungan positif dengan

kemampuan kognitif khususnya, dan

menjadi alat prediksi dalam prestasi belajar

yang rendah. Ada 3 hal yang paling penting

dari keterampilan motorik halus: (1)

Page 3: brain gym

3

Keterampilan motorik halus dapat

membentuk kemampuan dasar anak, (2)

keterampilan halus dan membaca memiliki

korelasi yang jelas dalam memenuhi

semua keperluan mata pelajaran, (3)

keterampilan motorik halus memiliki

dampak emosional pada perkembangan

anak (Heidrun, Albert, Philipp, 2008)

Faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan motorik halus, diantaranya

faktor internal dan eksternal. Faktor internal

antara lain faktor genetik, faktor IQ dan

kelainan kromosom, sedangkan faktor

eksternal antara lain riwayat kelahiran, pola

asuh, keadaan gizi dan faktor kesehatan

(Dinkes,2005, Hurlock,2003). Ras dan

genetic mempunyai pengaruh penting

dalam perkembangan motorik selaras

dengan hasil survey Bavarian Pre-School

Morbidity Survey (BPMS) yang

menunjukkan anak laki-laki 3x lebih sering

mengalami keterlambatan motorik halus

dari pada anak perempuan (Caniato,

2011).

Perkembangan motorik sangat

dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang

mengatur setiap gerakan yang dilakukan

oleh anak, semakin matangnya

perkembangan sistem saraf otak yang

mengatur otot memungkinkan

berkembangnya kompetensi atau

kemampuan motorik anak (Santrock,2007).

Otak terdiri dari dua belahan, kiri dan

kanan. 85% orang di dunia ini hanya

menggunakan otak kiri, sebagian dari

sisanya menggunakan otak kanan dan

sebagian lagi memakai kombinasi antara

keduanya. Senam otak / Brain gym

berfungsi untuk merangsang

perkembangan seluruh bagian otak, baik

otak kanan, otak kiri, otak depan maupun

otak belakang secara sinergis (Hilda, 2009

; guyton, 2006).

Berdasarkan studi pendahuluan

yang dilakukan di Raudotul Athfal Baitul

Mu’minin (Muslimat 17) Gunungrejo-

Malang, terdapat beberapa siswa yang

mengalami keterlambatan motorik halus.

Dari 36 siswa terdapat 30% siswa yang

mengalami keterlambatan motorik halus

dengan pedoman TPPA TK. Oleh karena

itu peneliti tertarik untuk mengetahui

“Pengaruh Senam Otak (Brain Gym)

Terhadap Peningkatan Motorik Halus

Siswa (4-5 Tahun) di Raudotul Athfal Baitul

Mu’minin (Muslimat 17) Gunungrejo-

Malang.

Tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui pengaruh senam otak (brain

gym) terhadap peningkatan motorik halus

siswa (usia 4-5 tahun) di Raudotul Athfal

Baitul Mu’minin (Muslimat 17) Gunungrejo -

Malang.

METODOLOGI PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan

quasy experimental dengan pendekatan

pretest-posttest with control grup. Teknik

sampling yang digunakan adalah purposive

sampling. Dalam penelitian ini

menggunakan sampel anak kelas A di

Raudotul Athfal Baitul Mu’minin (Muslimat

Page 4: brain gym

4

17) sebanyak 27 responden yang terdiri

dari 14 responden kelompok perlakuan dan

13 responden kelompok control yang telah

memenuhi kriteria tertentu. Kriteria

inklusinya adalah anak yang tidak memiliki

cacat fisik, berusia 4-5 tahun, anak yang

kooperatif, mendapat persetujuan dari

guru dan orang tua untuk mengikuti senam

otak serta mengikuti senam otak dari awal

hingga akhir. Penelitian dilakukan di

Raudotul Athfal Baitul Mu’minin (Muslimat

17) Gunungrejo-Malang pada bulan Januari

– Februari 2013.

Perkembangan motorik halus diukur

dengan DDST II (Denver Development

Screening Test II) khusus pada

perkembangan motorik halus. Untuk

mengetahui pengaruh senam otak (brain

gym) terhadap perkembangan motorik

halus di Raudotul Athfal Baitul Mu’minin

(Muslimat 17) Gunungrejo-Malang

menggunakan uji statistik Wilcoxon Sign

Rank Test dengan derajat kepercayaan 95

%, = 0,05 bermakna apabila p 0,05.

Pengolahan data menggunakan komputer

dengan program SPSS 19 for Windows.

Sehingga jika diperoleh ρ value < α (0.05)

artinya ada pengaruh senam otak (brain

gym) terhadap peningkatan motorik halus

anak usia 4-5 tahun di Raudotul Athfal

Baitul Mu’minin (Muslimat 17) Gunungrejo-

Malang.

HASIL PENELITIAN

Berikut akan disajikan hasil penelitian

pengaruh senam otak (brain gym) terhadap

peningkatan motorik halus anak usia 4-5

tahun di Raudotul Athfal Baitul Mu’minin

(Muslimat 17) Gunungrejo-Malang.

a. Deskripsi Usia Responden Interval Umur Jumlah

4 tahun -4 tahun 3 bulan 0

4 tahun 4 bulan - 4 tahun 6 bulan 1

4 tahun 7 bulan - 4 tahun 9 bulan 2

4 tahun 10 bulan – 5 tahun 11

Total 14

Gambar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur pada Kelompok Perlakuan

Gambar 1 menunjukkan bahwa

rata- rata responden berumur 4 tahun 10

bulan - 5 tahun sekitar 11 responden ( 79

%), dan tidak ada responden yang berumur

4 tahun- 4 tahun 3 bulan.

Interval Umur Jumlah

4 tahun -4 tahun 3 bulan 0

4 tahun 4 bulan - 4 tahun 6 bulan 0

4 tahun 7 bulan - 4 tahun 9 bulan 2

4 tahun 10 bulan – 5 tahun 11

Total 13

Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur pada Kelompok Kontrol

Gambar 2 menunjukkan bahwa

rata- rata responden berumur 4 tahun 10

bulan - 5 tahun sekitar 11 responden ( 85

%), dan tidak ada responden yang berumur

4 tahun - 4 tahun 3 bulan dan berumur 4

tahun 4 bulan – 4 tahun 6 bulan.

b. Deskripsi Jenis Kelamin Responden Laki-laki Perempuan Total

Perlakuan 8 (57%) 6 (43%) 14 (100%)

Kontrol 9 (69%) 4 (31%) 13 (100%)

Gambar 3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Gambar 3 menunjukkan bahwa,

pada kelompok perlakuan terdapat 8

Page 5: brain gym

5

responden (57 %) berjenis kelamin laki-laki

dan 6 responden (43 %) berjenis kelamin

perempuan. Sedangkan pada kelompok

control terdapat 9 responden (69%)

berjenis kelamin laki-laki, dan 4 responden

(31 %) berjenis kelamin perempuan.

c. Deskripsi Pendapatan Rumah Tangga Orang Tua Responden Pendapatan Rumah Tangga Orang Tua Responden

Perlakuan Kontrol

< 500 ribu 3 4 500 ribu s/d 1 juta 10 7 1 juta s/d 1,5 juta 1 0 1,5 juta s/d 2 juta 0 2

Total 14 13 Gambar 4. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Orang Tua Responden

Gambar 4 diatas menunjukkan

pendapatan rumah tangga orang tua

responden pada kelompok perlakuan

didapatkan bahwa 10 orangtua responden

memiliki pendapatan rumah tangga sekitar

500 ribu s/d 1 juta dan tidak ada orang tua

responden memiliki pendapatan rumah

tangga sekitar 1,5 juta s/d 2 juta.

Sedangkan pada kelompok control

didapatkan bahwa 7 orangtua responden

memiliki pendapatan rumah tangga sekitar

500 ribu s/d 1 juta dan tidak ada orang tua

responden memiliki pendapatan rumah

tangga sekitar 1 juta s/d 1,5 juta.

d. Deskripsi Tingkat Pendidikan Akhir Ibu Responden

Tingkat Pendidikan Akhir Ibu Responden

Perlakuan Kontrol

SD 7 3

SMP 3 6

SMA 3 4

S1 1 0

Total 14 13

Gambar 5. Distribusi Tingkat Pendidikan Akhir Ibu Responden

Gambar 5 diatas menunjukkan

tingkat pendidikan akhir ibu responden

pada kelompok perlakuan di atas, dapat

dijelaskan bahwa 7 ibu responden memiliki

tingkat pendidikan akhir SD dan hanya ada

1 ibu responden memiliki tingkat

pendidikan akhir S1. Sedangkan pada

kelompok kontrol di atas, dapat dijelaskan

bahwa 6 ibu responden memiliki tingkat

pendidikan akhir SMP dan tidak ada ibu

responden memiliki tingkat pendidikan

akhir S1.

d. Deskripsi Berdasarkan Posisi Anak dalam Keluarga

Perlakuan Kontrol Anak ke-1 6 6 Anak ke-2 6 4 Anak ke-3 2 2 Anak ke-4 0 1

Total 14 13 Gambar 6. Distribusi Berdasarkan Posisi Anak dalam Keluarga

Gambar 6 diatas menunjukkan

posisi anak dalam keluarga pada kelompok

perlakuan didapatkan bahwa 6 responden

merupakan anak ke-1 dan 6 responden

merupakan anak ke-2 dan tidak ada

responden yang merupakan anak ke-4

dalam keluarga. Sedangkan pada

kelompok kontrol di atas, dapat dijelaskan

bahwa 6 responden merupakan anak ke-1

dan 1 responden yang merupakan anak ke-

4 dalam keluarga.

Page 6: brain gym

6

0

10

4

0

2

4

6

8

10

Kurang Baik Cukup Baik Baik

Pretest Kelompok Perlakuan

0

2

12

0

2

4

6

8

10

12

Kurang Baik Cukup Baik Baik

Posttest Kelompok Perlakuan

0

9

4

0

2

4

6

8

10

Kurang Baik Cukup Baik Baik

Pretest Kelompok Kontrol

0

76

0

1

23

4

5

6

7

Kurang Baik Cukup Baik Baik

Posttest Kelompok Kontrol

d. Deskripsi Data pretest dan posttest Motorik Halus pada Kelompok Perlakuan

Gambar 7. Distribusi Data pretest Motorik Halus pada Kelompok Perlakuan

Gambar 7 diatas menunjukkan hasil

pretest kelompok perlakuan di atas, dapat

dijelaskan bahwa 4 responden memiliki

kemampuan motorik halus baik, 10

responden cukup baik dan tidak ada

responden yang memiliki kemampuan

motorik halusnya kurang baik.

Gambar 8. Distribusi Data posttest Motorik Halus pada Kelompok Perlakuan

Gambar 8 diatas menunjukkan hasil

posttest kelompok perlakuan didapatkan

bahwa 12 responden memiliki kemampuan

motorik halus baik, 2 responden cukup

baik dan tidak ada responden yang

memiliki kemampuan motorik halusnya

kurang baik. Hal posttest ini

mengindikasikan bahwa kemampuan

motorik halus responden pada kelompok

perlakuan mengalami banyak peningkatan

setelah melakukan senam otak (brain

gym).

e. Deskripsi Data pretest dan posttest Motorik Halus pada Kelompok Kontrol

Gambar 9. Distribusi Data pretest Motorik Halus pada Kelompok Kontrol

Gambar 9 diatas menunjukkan hasil

pretest kelompok kontrol didapatkan bahwa

4 responden memiliki kemampuan motorik

halus baik, 9 responden cukup baik dan

tidak ada responden yang memiliki

kemampuan motorik halusnya kurang baik.

Gambar 10. Distribusi Data posttest Motorik Halus pada Kelompok Kotrol

Gambar 10 diatas menunjukkan

hasil posttest didapatkan bahwa 6

responden memiliki kemampuan motorik

halus baik, 7 responden cukup baik dan

tidak ada responden yang memiliki

Page 7: brain gym

7

kemampuan motorik halusnya kurang baik.

Hal posttest ini mengindikasikan bahwa

kemampuan motorik halus responden pada

kelompok kontrol sedikit mengalami

peningkatan walaupun tidak diberi senam

otak.

ANALISA DATA

Pengolahan data dalam penelitian ini

menggunakan uji Wilcoxon dan Mann

Whitney dengan program SPSS (Statistical

Product and Service Solution) 19 for

Windows. Tabel 1 Wilcoxon

(p) Keterangan

Kelompok Perlakuan 0,005 H0 ditolak

Kelompok Kontrol 0,157 H0 diterima

Dari tabel 1 didapatkan bahwa

responden pada kelompok perlakuan

diketahui bahwa nilai signifikan (P) Asymp.

Sig. (2-tailed) 0,005. Hal ini menunjukkan

bahwa H0 ditolak sehingga senam otak

(brain gym) dapat meningkatkan

perkembangan motorik halus siswa usia (4-

5 tahun) secara signifikan.

Pada kelompok kontrol diketahui

bahwa nilai signifikan (P) Asymp. Sig. (2-

tailed) 0,157. Hasil uji statistik Wilcoxon

mempunyai tingkat kepercayaan 95% (α =

0,005), dimana di dapatkan nilai P < 0,05

(0,157 > 0,05), yang menunjukkan bahwa

Ho diterima atau tanpa penerapan Brain

Gym tingkat perkembangan motorik halus

siswa usia (4-5 tahun) sedikit meningkat. Tabel 2 Mann Whitney

Variabel (p) Keterangan

Kelompok Perlakuan

dan Kelompok Kontrol

0,02

2

H0 ditolak dan

H1 diterima

Berdasarkan hasil uji statistik Mann

Whitney diketahui bahwa nilai signifikansi

(P) Asymp. Sig (2 tailed) adalah 0,022.

Nilai P < α (0,022 < 0,05), menunjukkan

bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa senam otak (brain

gym) dapat meningkatkan perkembangan

motorik halus siswa usia (4-5 tahun).

PEMBAHASAN

Distribusi responden tentang perkembangan motorik halus siswa pada kelompok kontrol

Dari gambar 9 dan 10 dapat

dijelaskan bahwa terjadi penurunan jumlah

responden yang memiliki kemampuan

motorik halus cukup baik dari 9 responden

saat pretest menjadi 7 responden saat

posttest, dan terjadi sedikit peningkatan

kemampuan motorik halus dari 4

responden saat pretest menjadi 6

responden saat posttest. dan berdasarkan

analisis menggunakan uji wilcoxon pada

kelompok kontrol diketahui bahwa tidak

ada perbedaan

Hal ini mengindikasikan bahwa

kemampuan motorik halus responden pada

kelompok kontrol tidak mengalami

peningkatan atau sedikit meningkat

walaupun tidak diberi senam otak. Dalam

penelitian ini ada beberapa factor yang

mempengaruhi tidak meningkatnya

kemampuan motorik halus yaitu

pendapatan rumah tangga, pendidikan

orangtua (ibu) dan posisi anak dalam

keluarga.

Page 8: brain gym

8

Pendapatan rumah tangga

merupakan factor ekonomi yang secara

tidak langsung mempengaruhi

perkembangan anak. Hal ini berkaitan

dengan kemampuan orang tua dalam

menyediakan fasilitas yang mendukung

pertumbuhan dan perkembangan anak.

Selain untuk menyediakan fasilitas yang

mendukung. pertumbuhan dan

perkembangan anak, pendapatan rumah

tangga juga mempengaruhi perkembangan

otak melalui jalur nutrisi yang inadekuat, di

mana dalam nutrisi terdapat kebutuhan zat

gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan

dan perkembangan seperti protein,

karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan

air. Apabila kebutuhan nutrisi seseorang

tidak atau kurang terpenuhi maka dapat

menghambat pertumbuhan dan

perkembangannya (Novita, 2012 ; Puji,

2009 ; Hidayat, 2008).

Pendidikan orang tua juga

berpengaruh terhadap perkembangan anak

terutama pendidikan ibu. Menurut Subagyo

(2010) tingkat pendidikan ibu yang kurang

memadai memungkinkan pemahaman

tentang stimulasi kurang efektif, sebaliknya

tingkat pendidikan yang relative tinggi,

kemungkinan banyak memperoleh

pengalaman tentang perawatan anak yang

diperoleh dari referensi dan dari hasil

pendidikan, sehingga orang tua memiliki

pengetahuan yang terkait dengan

perkembangan anak, pada akhirnya dapat

diaplikasikan untuk memahami kebutuhan

perkembangan anak. Sebuah keluarga

dapat memberikan stimulasi dengan cara

penyediaan alat mainan, keterlibatan ibu

dan anggota keluarga lainnya terhadap

kegiatan anak.

Posisi anak dalam keluarga dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan. Menurut hidayat (2008)

dalam buku pengantar ilmu kesehatan

anak Secara umum, anak pertama atau

tunggal memiliki perkembangan motorik

yang kadang-kadang terlambat karena

tidak ada stimulasi yang biasanya

dilakukan saudara kandungnya.

Sedangkan pada anak kedua atau anak

tengah, kecenderungan orang tua merasa

sudah biasa dalam merawat anak lebih

percaya diri sehingga kemampuan anak

untuk beradaptasi lebih cepat dan mudah.

Keluarga yang memiliki anak yang relatif

banyak dan jarak anak yang relative dekat

lebih sering timbul persaingan antar

saudara, berebut perhatian orang tua

terutama ibu, yang mana berdampak pada

perkembangan emosional dan perilaku

anak (Subagyo, 2010).

Selain pendapatan rumah tangga,

tingkat pendidikan orang tua dan posisi

anak dalam keluarga yang mempengaruhi

tidak meningkatnya kemampuan motorik

halus, ternyata jenis kelamin responden

juga sangat mempengaruhi, dimana dalam

pada kelompok control lebih banyak

responden yang berjenis kelamin laki-laki

dari pada perempuan. Hal ini sesuai

dengan penelitian di Australia, yang mana

anak perempuan memiliki kemampuan

Page 9: brain gym

9

motorik halus yang lebih baik dari pada

laki-laki (Caniato, 2011).

Distribusi responden tentang perkembangan motorik halus siswa pada kelompok perlakuan

Dari gambar 7 dan 8 dapat

dijelaskan bahwa terjadi penurunan drastis

pada jumlah responden yang memiliki

kemampuan motorik halus cukup baik dari

10 responden saat pretest menjadi 2

responden saat posttest, dan terjadi

peningkatan drastis pada kemampuan

motorik halus dari 4 responden saat pretest

menjadi 12 responden saat posttest dan

berdasarkan analisis menggunakan uji

wilcoxon pada kelompok perlakuan

diketahui bahwa nilai signifikan 0,005.

Berdasarkan penjelasan diatas,

disimpulkan bahwa kemampuan motorik

halus responden usia 4-5 tahun pada

kelompok perlakuan mengalami banyak

peningkatan setelah melakukan senam

otak (brain gym). Penelitian ini sesuai

dengan penjelasan Paul Deninnson bahwa

senam otak dapat meningkatkan koordinasi

motorik halus. Hal ini disebabkan

perkembangan yang sangat penting pada

selama usia prasekolah ialah

perkembangan otak dan system syaraf

yang berkelanjutan. Semakin sempurna

susunan saraf maka semakin sempurna

pula proses pertumbuhan dan

perkembangan. Otak terus bertumbuh

pada masa awal anak-anak, namun

pertumbuhannya tidak sepesat pada masa

bayi. Pada saat bayi mencapai usia 2

tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari

ukuran orang dewasa dan pada usia 5

tahun, otak anak telah mencapai 95% dari

ukuran otak orang dewasa. (Hidayat,2008 ;

Wibowo,2005).

Usia prasekolah merupakan massa

pertumbuhan otak pada anak yaitu

terjadinya pertambahan myelination, yaitu

suatu proses di mana sel-sel syaraf ditutup

dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel

lemak. Proses ini berdampak terhadap

peningkatan kecepatan informasi yang

berjalan, melalui sistem saraf. Proses ini

penting dalam pematangan sejumlah

kemampuan anak, salah satunya

perkembangan motorik.

Perkembangan motorik

diklasifikasikan menjadi 2 yaitu motorik

kasar dan motorik halus. Motorik kasar

merupakan gerakan tubuh yang

menggunakan otot-otot besar atau

sebagian besar atau seluruh anggota tubuh

yang dipengaruhi oleh kematangan anak

itu sendiri. Kemampuan anak untuk duduk,

berlari, melompat, melempar, menangkap

dan memantulkan bola termasuk contoh

perkembangan motorik kasar. Sedangkan

perkembangan motorik halus merupakan

perkembangan gerakan anak yang

menggunakan otot-otot kecil atau sebagian

anggota tubuh tertentu. Kemampuan

menulis, menggunting, dan menyusun

balok termasuk contoh gerakan motorik

halus Setiap individu memiliki kecepatan

yang berbeda-beda dalam memaksimalkan

perkembangan motorik (Tingkat

Page 10: brain gym

10

Pencapaian Perkembangan Anak, 2010 ;

Hidayat,2008) .

Salah satu alternative paling efektif

untuk mempercepat perkembangan motorik

halus yaitu dengan diberikannya senam

otak. Senam otak merupakan bagian dari

Educational – Kinesiology. Education

berasal dari kata lain, yakni educare, yang

berarti menarik keluar. Sementara itu,

kinesiology berasal dari bahasa Yunani,

yakni kinestiology (kinesis), artinya

gerakan. Jadi, inti dari Educational –

Kinesiology yang biasa disingkat Edu-K

adalah ilmu tentang gerakan tubuh

manusia.

Menurut Paul Deninnson (2006),

Senam Otak / Brain Gym merupakan

serangkaian gerak sederhana yang

menyenangkan dan dapat membantu

perkembangan otak secara keseluruhan,

baik dalam sisi koordinasi mata, telinga,

tangan dan seluruh anggota tubuh. Senam

otak sangat berhubungan erat dengan

latihan fisik. Latihan fisik merupakan

komponen pertumbuhan dan

perkembangan yang penting, selain itu

salah satu cara terbaik untuk menstimulusi

otak (Dennison, 2006 ; Behrman,2000).

Pengaruh senam otak terhadap perkembangan motorik halus siswa

Berdasarkan analisis menggunakan

uji Mann Whitney terdapat pengaruh yang

signifikansi (P) Asymp. Sig (2 tailed) adalah

0,022. Hal ini mengindikasikan pemberian

intervensi senam otak pada kelompok

perlakuan dapat meningkatkan

perkembangan motorik halus siswa.

Gerakan – gerakan senam otak

merupakan suatu latihan kebugaran fisik

yang mengkhususkan pada upaya

mempertahankan kebugaran otak. Menurut

Markam (2005) dalam buku latihan

vitalisasi otak, secara neurologis,

pemeliharaan otak dapat dilakukan melalui

kegiatan structural dan fungsional.

Pemeliharaan secara struktural dilakukan

dengan mengalirkan darah, oksigen dan

energy yang cukup ke otak. Senam otak

merupakan salah satu cara pemeliharaan

otak secara fungsional, yang dilakukan

dengan meransang pusat-pusat otak

melalui gerakan-gerakan. Dalam penelitian

ini, digunakan 5 macam gerakan yaitu kait

relaks (hook-ups), gerakan silang, burung

hantu, 8 tidur, gerakan gajah.

Sebelum melakukan senam otak

setiap responden minum air putih yang

berfungsi menunjang segala

perkembangan motorik halus anak, dengan

melarutkan garam yang mengoptimalkan

fungsi energi listrik tubuh untuk membawa

informasi ke otak. Gerakan kait relaks

(hook-ups) termasuk dalam dimensi

pemusatan yang berfungsi untuk

melepaskan pengendalian emosi dan

mengurangi kesulitan belajar. Gerakan

dimensi pemfokusan bertugas

meringankan atau merelaksasikan bagian

belakang otak (batang otak) dan bagian

depan otak (frontal lobes), selain itu

merupakan gerakan yang meregangkan

Page 11: brain gym

11

otot dan membantu melepaskan hambatan

untuk pemfokusan. Dalam penelitian ini

dengan melakukan gerakan burung hantu.

Dimensi lateral terkait dengan fungsi

belahan otak kiri dan otak kanan. Gerakan–

gerakan menyilang garis tengah tubuh

dapat mengintegrasikan kedua belahan

otak. Dalam penelitian ini dengan

melakukan gerakan 8 tidur, gerakan gajah

dan gerakan silang.

Melakukan gerakan-gerakan senam

dapat menyebabkan aliran darah

meningkat di semua bagian otak, selain itu

membuat lebih baik dan lebih kuat dalam

hubungan antara kedua belahan otak

(Rachmah, 2008). Otak merupakan organ

yang dinamis, dimana tumbuh dan

membentuk jaringan antar syaraf. Stimulasi

sangatlah penting untuk pembentukan

jaringan antar syaraf otak karena dengan

semakin sering otak diberi stimulasi maka

semakin banyak dan kuat jalinan antar sel

syaraf. Hubungan syaraf juga ditentukan

oleh sel glia, hampir 90 % persen dari otak

tersusun oleh sel glia. Sel glia memiliki

berbagai fungsi penting seperti

menyingkirkan sisa neuron yang sudah

mati, melindungi otak dari bahan beracun,

memberi gizi pada neuron dan

menyelubungi neuron (Carole wade, 2007).

Terdapat 3 jenis sel glia yaitu sel astroglia

(astrosit), oligodendroglia (oligodendrosit)

dan sel mikroglia. Oligondroglia

(oligodendrosit) berfungsi sebagai

pembungkus akson, membentuk selubung

yang disebut membran mielin (M. Baehr &

M. Frotscher, 2007). Semakin panjang

membran myelin akan menyebabkan

perjalanan implus syaraf semakin cepat.

Sehingga dapat mengoptimalkan

perkembangan otak anak, salah satunya

perkembangan motorik halus.

Menurut William Greenough dalam

Rachmah (2008) mengungkapkan bahwa

latihan fisik dalam lingkungan yang

kondusif menyebabkan pembentukan

koneksi sinaptik (antar sel saraf) dalam

jumlah besar. Latihan fisik akan

memperkuat area-area otak seperti

serebelum, korpus kolasum dan ganglia

basalis. Ganglia basalis merupakan bagian

dari otak yang berfungsi mengatur

perkembangan motorik halus pada semua

orang (Rachmah,2008 ; Guyton, 2006).

Keterbatasan penelitian

1. Ketika melakukan gerakan senam otak,

tidak semua responden pada kelompok

perlakuan datang tepat waktu dan

melakukan gerakan ini secara serius.

Sehingga peneliti meminta 2 guru

responden untuk membantu

mengawasi setiap gerakan responden

dan membetulkan gerakan responden

yang salah satu persatu. 2. Sampel yang digunakan hanya terbatas

pada responden yang berusia 4-5

tahun. 3. Belum adanya sertifikat pengajar

senam otak (brain gym) pada penelitian

ini. 4. Banyaknya faktor yang mempengaruhi

hasil penelitian dan tidak dapat

dikontrol oleh peneliti seperti: genetik,

Page 12: brain gym

12

motivasi responden, peran keluarga

dalam pemberian nutrisi dan stimulasi

perkembangan yang kurang maksimal.

PENUTUP Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Senam otak (brain gym) meningkatkan

motorik halus siswa usia (4-5 tahun) di

Raudotul Athfal Baitul Mu’minin

(Muslimat 17) Gunungrejo Kecamatan

Singosari Kabupaten Malang.

2. Sebelum diberikan senam otak pada

kelompok perlakuan didapatkan 10

responden memiliki kemampuan

motorik halus cukup baik dan 4

responden kemampuan motorik halus

baik, sedangkan pada kelompok

kontrol didapatkan 9 responden

memiliki kemampuan motorik halus

cukup baik dan 4 responden memiliki

kemampuan motorik halus baik

3. Setelah diberikan senam otak pada

kelompok perlakuan didapatkan 2

responden memiliki kemampuan

motorik halus cukup baik dan 12

responden kemampuan motorik halus

baik. Sedangkan pada kelompok

kontrol yang tidak diberikan senam

otak didapatkan 7 responden memiliki

kemampuan motorik halus cukup baik

dan 6 responden kemampuan motorik

halus baik,

4. Terdapat perbedaan peningkatan

tingkat motorik halus anak usia 4-5

tahun Raudotul Athfal Baitul Mu’minin

(Muslimat 17) Gunungrejo-Malang

antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol. Yang dibuktikan

dengan uji statistika Mann-Whitney

dengan nilai signifikan (p=0,022). SARAN Untuk Keperawatan

Untuk mengembangkan kompetensi

perawat praktisi dalam keperawatan

pediatrik dan mengoptimalkan

perkembangan motorik halus anak sejak

usia dini dengan pemberian stimulus

senam otak yang bertujuan meningkatkan

fungsi seluruh bagian otak.

Untuk Institusi (TK)

Untuk guru Raudotul Athfal Baitul Mu’minin

(Muslimat 17) Gunungrejo-Malang

sebaiknya mengajarkan dan melakukan

senam otak yang diikuti oleh seluruh siswa,

dilaksanakan setiap pagi selama 15 menit

sebelum pelajaran berlangsung yang

bertujuan seluruh siswa mampu melakukan

kegiatan belajar dengan baik.

Untuk Orangtua

Untuk mengoptimalkan kemampuan otak

anak, bisa dilakukan dengan senam otak

karena gerakan-gerakan senam otak

merupakan gerakan yang sederhana dan

mudah diterapkan. Sebaiknya para orang

tua mengaplikasikan senam otak kepada

putra-putrinya di rumah setiap hari selama

15 menit.

Untuk Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang

Senam Otak terhadap perkembangan anak

secara keseluruhan menggunakan DDST II

Page 13: brain gym

13

(perilaku sosial, motorik kasar, motorik

halus dan bahasa)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ainur R. 2009. Pengaruh senam otak terhadap Motivasi Belajar Siswa kelas 1 SDN Gedangan 4 Kecamatan Gedangan Kabupaten malang. Skripsi. Tidak diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang.

2. Andrimeda, Freni. 2012. Pengaruh Kegiatan Seni Finger Painting Terhadap Perkembangan Keterampilan Motorik Halus Anak Kelompok B Di Tk Pembangunan Dsn. Lawan Ds. Kedungwangi Kec. Sambeng Kab. Lamongan. Skripsi. Tidak diterbitkan, Fakultas Ilmu Pendidikan Prodi Pendidikan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini. Surabaya.

3. Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 3. Jakarta: EGC.

4. Caniato. 2011, Increasing prevalence of motor impairments in pre-school children from 1997-2009: results of the Bavarian pre-school morbidity survey.

5. Carole, wade. 2007. Psychology edisi 9. EGC. Jakarta

6. Dennison, Paul E. 2006. Buku Panduan Lengkap Brain Gym (Senam Otak). Gramedia. Jakarta.

7. Depkes. 2005. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbang Anak. Jakarta.

8. Dian F .2009. Pengaruh senam otak terhadap Tingkat stress pada Remaja Kelas XII IPA 1 dan XII IPA di SMA Negeri 7 Padang. Skripsi. Tidak diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang.

9. Dinas Pendidikan. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang standart pendidikan anak usia dini (PAUD). Jawa Timur.

10. Ernawulan, 2003, Bahan Pelatihan Pembelajaran Terpadu Yayasan Pendidikan Salman Al Farisi. PGTK FIP UPI (Pendidikan Guru taman kanak-kanak Fakultas Ilmu pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung)

11. Gunadi, Tri. 2010. Gerakan Meningkatkan Kecerdasan Anak. Penebar Swadaya. Jakarta.

12. Guyton & Hall, 2007. Fisiologi Kedokteran edisi 11. EGC. Jakarta.

13. Handal A, et al. Sociodemographic and Nutritional Correlates of Neurobehavioral Development: A Study of Young Children In A Rural Region of Ecuador. Pan Am J Public Health, 2007, 21(5): 292-300.

14. Heidrun, Stoeger; Albert Ziegler & Philipp Martzog. Deficits In Fine Motor Skill as an important factor in the identification of gifted underachievers in primary school. Psychology Science Querterly, 2008; 50 (2): 134-146.

15. Hidayat, A. Azis Alimul.2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta.

16. Hilda N. 2009. Efektifitas Brain Gym dalam Meningkatkan Daya Ingat Siswa di TK & Playgroup Kreatif Primagama Malang. Skripsi. Tidak diterbitkan, Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang.

17. Hurlock, Elizabeth B. 2003. Perkembangan anak edisi 6. Erlangga. Jakarta

18. Kemendiknas. 2010. TPPA TK (Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Taman Kanan-kanak). Jakarta.

19. Markam, Soemarmo. 2004. latihan vitalisasi otak. PT Grasindo. Jakarta.

20. M. Baehr & M. Frotscher. 2007. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. EGC. Jakarta

Page 14: brain gym

14

21. Novita, Milda S; Ani Margawati. 2012. Hubungan derajat stunting, asupan zat gizi dan sosial ekonomi rumah tangga dengan perkembangan motorik usia 24-36 bulan di wilayah kerja puskesmas bugangan semarang. journal of nutrition college.

22. Nursalam, dkk.2011. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika. Jakarta.

23. Pipit F. 2010. Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan fungsi Kognitif Lansia Dikarang Werdha Peneleh Surabaya. Skripsi. Tidak diterbitkan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah, Surabaya.

24. Prihastuti. 2009. Pengaruh senam otak (Brain Gym) terhadap peningkatan kecakapan Berhitung siswa sekolah dasar. Skripsi. Tidak diterbitkan, Fakultas Psikologi Unair. Surabaya.

25. Puji L. 2009. Pengaruh Senam Otak terhadap fungsi memori jangka pendek anak dari keluarga Status Ekonomi Rendah. Tesis. Tidak diterbitkan, Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Bioedik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 Ilmu Kesehatan Anak Universitas Diponegoro, Semarang.

26. Rachmah L. 2008. Pendidikan Jasmani Dan Prestasi Akademik:Tinjauan Neurosains. Skripsi. Tidak diterbitkan, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

27. Santrock, John. (2007). Perkembangan anak. Jilid I.Edisi ke-11. Erlangga. Jakarta.

28. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.

29. Subagyo; Nurwening Tyas Wisnu. 2010. Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak Sesuai Usia Oleh Orang Tua Balita. Skripsi. Tidak diterbitkan, Kebidanan. Surabaya.

30. Wibowo , Daniel. 2005. Anatomi tubuh manusia. PT Grasindo. Jakarta

31. Widyastuti S, Soedjatmiko, dan Agus F. 2005. Growth and Development Profile of Children at Two Day Care Centers in Jakarta, Paediatrica Indonesiana.Jakarta.

32. Wong. Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC. Jakarta.

33. Yuni S. 2010. Meningkatkan Gerak Motorik Halus pada Jari-Jari Tangan Melalui Ketrampilan Kolase Siswa Tuna Grahita Ringan Kelas II SLB C Shanti Yoga Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi. Tidak diterbitkan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Telah disetujui oleh, Pembimbing I

dr. Sudiarto, MS