bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

28
TUGAS ASKEB IV PATOLOGI KEBIDANAN KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT HIV/AIDS Dosen Pembimbing: Siti Hamidah SST. MMkes. Oleh: 1. Aghniya’ul fitri (09 03 002) 2. Alviyatul khoiriyah (09 03 005) 3. Mar’atus sholichah (09 03 080) 4. Susilawati (09 03 146) 5. Zuhratul hayati (09 03 170) SEMESTER IV B AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA GRESIK 1

Transcript of bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

Page 1: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

TUGAS ASKEB IVPATOLOGI KEBIDANAN

KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT HIV/AIDS

Dosen Pembimbing:

Siti Hamidah SST. MMkes.

Oleh:

1. Aghniya’ul fitri (09 03 002)

2. Alviyatul khoiriyah (09 03 005)

3. Mar’atus sholichah (09 03 080)

4. Susilawati (09 03 146)

5. Zuhratul hayati (09 03 170)

SEMESTER IV B

AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA GRESIK

2011

1

Page 2: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan

rahmat, taufiq serta hidayahNya sehigga makalah ini dapat selesai meski dalam

bentuk yang sederhana.

Tugas yang berjudul “KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT HIV/AIDS “ ini

disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Askeb IV. Tak lupa pula rasa terima

kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan, baik

material maupun spiritual. Sehingga kami dapat terus berusaha untuk segera

menyelesaikan karya tulis ini.

Selain itu,kami mohon maaf apabila masih terdapat kekeliruan dan kekurngan

dalam penyusunan tugas ini, untuk itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak agar kami dapat menyusun tugas berikutnya dengan

lebih baik.

Semoga tugas ini bermanfaat bagi siapa saja yang berkenan untuk

membacanya. Atas kerja sama dan waktu yang telah diberikan,kami sampaikan

terimakasih

Gresik, 24 Maret 2011

Penulis

2

Page 3: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

....................................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN....................................................................................................................6

2.1 Pengertian Hiv/Aids.....................................................................................................6

2.2 Pengaruh Kehamilan Terhadap Infeksi Hiv/Aids........................................................7

2.3 Rute Melahirkan Dan Resiko Penularan......................................................................9

2.4 Penatalaksanaan Dan Pencegahan................................................................................9

2.5 Pengobatan Untuk Hiv Selama Kehamilan................................................................13

2.6 Sistem Pendukung Bagi Wanita Yang Terinfeksi......................................................15

BAB III....................................................................................................................................17

PENUTUP............................................................................................................................17

3.1 Kesimpulan................................................................................................................17

3.2 Saran...........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

3

Page 4: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human

Immunodeficiency Virus (HIV), termasuk penyakit infeksi yang mengancam jiwa.

Hingga kini penyakit HIV & AIDS masih merupakan masalah kesehatan global

termasuk Indonesia. Menurut UNAIDS/WHO pada Desember 2002, jumlah ODHA

mencapai 42 juta jiwa, 19,2 juta diantaranya adalah perempuan. Kematian dalam

tahun 2002 mencapai 3,1 juta jiwa diantaranya perempuan. Meskipun telah

dilakukan berbagai upaya pencegahan primer maupun sekunder, tetapi transmisi HIV

tetap berlangsung . Dalam tahun 2002 tersebut, 5 juta jiwa terinfeksi baru HIV, 2 juta

jiwa yang tertular adalah perempuan. Salah satu transmisi HIV terjadi secara vertical

dari ibu ke anak. Transmisi dari ibu ke anak meliput 15-45%, terjadi pada saat

kehamilan, intrapartum, pascapersalinan.

Orang hamil dengan infeksi HIV dan AIDS (OHDHA) akan dihadapkan pada

dua masalah yaitu pengaruh kehamilan terhadap progresifitas infeksi HIV, infeksi

HIV terhadap kehamilan.

Transmisi HIV kedalam tubuh manusia melalui 3 cara, yaitu:

1. Secara vertical dari ibu ke anak

2. Secara transeksual (homoseksual maupun heteroseksual)

3. Secara horizontal yaitu kontak antardarah ( pemakaian jarum suntik barsama-

sama secara bergantian, tato, tidik, transfuse dara, transplantasi organ, tidakan

hemodialisis, perawatan gigi, khitanan massal, dll )

Sampai Desember 2002, 3,2 juta jiwa anak dibawah 15 tahun hidup dengan HIV dan

AIDS, Infeksi baru terjadi pada 800.000 anak dalam tahun 2002 tersebut.

4

Page 5: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

Kebanyakan bayi/anak terinfeksi berasal dari ibu yang terinfeksi HIV. Jadi transmisi

pada masa perinatal terjadi pada masa intrauterine ( transplasenta ), intrapartum,

postpartum (terutama melalui ASI). Sekitar 85-90% infeksi HIV pada anak

didapatkan pada persalinan dari ibu yang telah terinfeksi HIV, Sedangkan sebagian

karena transfusi darah atau komponen darah yang tercemar HIV, Transmisi melalui

ASI, 14% terjadi pada 6 bulan pertama postpartum. Oleh karena itu, Centers For

Disease Control (CDC) menyarankan agar ibu hamil dengan HIV tidak menyusui.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari penyakit HIV/AIDS?

2. Bagaimana pengaruh kehamilan terhadap infeksi HIV/AIDS?

3. Bagaimana rute melahirkan dan resiko penularannya?

4. Apa saja tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS?

5. Bagaimana penatalaksanaan masalah tersebut?

6. Bagaimana sistem pendukung bagi wanita yang terinfeksi?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Agar mahasiswa memahami pengertian dari HIV/AIDS.

2. Mahasiswa mengetahui pengaruh kehamilan terhadap infeksi HIV/AIDS.

3. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan masalah tersebut sesuai dengan

prosedur yang telah ditentukan.

4. Mahasiswa mengetaahui tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS.

5. Supaya mahasiswa memahami rute melahirkan dan resiko penularannya.

6. Mahasiswa mengetahui sistem pendukung bagi wanita yang terinfeksi.

5

Page 6: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HIV/AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah sindroma dengan gejala

penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem

kekebalan tubuh oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Virus masuk kedalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah,

semen, dan sekret vagina. Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan

seksual. HIV awalnya dikenal dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus

(LAV) merupakan golongan retrovirus dengan materi genetik Ribonucleid Acid

(RNA) yang dapat diubah menjadi Deoxyribonucleic Acid (DNA) untuk

diintegrasikan ke dalam sel penjamu dan diprogram membentuk gen virus. Virus ini

cenderung menyerang sel jenis tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen

permukaan CD4, terutama limfosit T yang memegang peranan penting dalam

mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh.

Infeksi HIV memberikan gambaran klinis yang tidak spesifik dengan

spektrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala (asimptomatik) pada stadium

awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada stadium lanjut. Setelah diawali

dengan infeksi akut, maka dapat terjadi infeksi kronik asimptomatik selama beberapa

tahun disertai replikasi virus secara lambat. Kemudian setelah terjadi penurunan

sistem imun yang berat, maka terjadi berbagai infeksi oportunistik dan dapat

dikatakan pasien telah masuk pada keadaan AIDS. Perjalanan penyakit lambat dan

gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi pertama, bahkan

bisa lebih lama lagi.

6

Page 7: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

Transmisi vertikal merupakan penyebab tersering infeksi HIV pada bayi dan

anak-anak di amerika Serikat transmisi serikat. Transmisi HIV dari ibu dari janin

dapat terjadi intrauterin (5-10%), saat persalinan (10-20%), dan pascapersalinan (5-

20%). Kelainan dapat terjadi pada janin adalah berat badan, bayi lahir mati, partus

preterm, dan abortus spontan.

Tingkat infeksi HIV pada perempuan hamil di negara-negara Asia

diperkirakan belum melebihi 3-4 %, tetapi epideminya berpotensi untuk terjadi lebih

besar. Penelitian prevalensi HIV pada ibu hamil di daerah miskin di jakarta pada

tahun 1999-2001 oleh Kharbiati mendapatkan angka prevalensi sebesar 2,86%.

Pada tahun 1999 the institute of medicine (IOM) telah merekomendasikan

pemeriksaan HIV untuk semua perempuan hamil sepengetahuan perempuan tersebut,

disertai hak pasien untuk menolak. Rekomendasi ini juga telah diadopsi oleh

American Academy of Pediatrics, American College of Obstetricians and

Gynecologists, serta United States public health services (USOPHS).

Antibody virus mulai dapat dideteksi kira-kira 3 hingga 6 bulan sesudah

infeksi. Pemeriksaan konfirmasi menggunakan Westren Blot (WB) cukup mahal,

sebagai penggatinya dapat dengan melakukan 3(tiga) pemeriksaan ELISA sebagai tes

penyaring memakai reagen dan teknik berbeda.

Telah banyak bukti menunjukkan bahwa keberadaan IMS meningkatkan

kemudahan seseorang terkena HIV, sehingga IMS dianggap sebagai kofaktor HIV.

Oleh karena itu, upaya pengendalian infeksi HIV dapat dilaksanakan dengan

melakukan pengendalian PMS.

2.2 PENGARUH KEHAMILAN TERHADAP INFEKSI HIV/AIDS

Selama kehamilan, banyak perubahan “peraturan” dalam pengobatan penyakit

HIV. Dalam populasi yang tidak diobati resiko absolut standar penularan menyusui

banyak 25%. sekitar 5% sampai 10% adalah antepartum, dan sampai 20%

intrapartum. Menyusui menambah resiko absolut penularan sampai 5 sampai 15%.

7

Page 8: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

Penatalaksanaan biasanya seperti tertulis di sini untuk menunda awitan terapi

antriretrovirus pada orang dewasa sampai CD4 menurun sampai 350 sel/mm3 atau

kurang, terapi untuk pencegahan MTCT ditunjukan untuk mempertahankan muatan

virus yang tidak terdeteksi tanpa memperhatikan hitung CD4. Rasionalnya dalah

tingkat virus secara langsung berkaitan dengan infeksi. Walaupun sebagian besar

infeksi parinatal (66-75%) terjadi di sekitar waktu melahirkan, porsi tetap telah terjadi

saat antenatal. Banyak factor yang mempengarui resiko penularan selama kehamilan

dan melahirkan. Muatan virus yang meningkat, perkembangan kliniks penyakit,

koinfeksi dengan PMS, hepatitis c, dan penyakit lain, penyalagunaan zat, perokok,

banyak pasangan seksual dan hubungan seksual tanpa pelindung, kehamilan

premature, korioamnionitis, dan pemantauan uji janin invasive, adalah beberapa

factor yang meningkatkan resiko MTCT (Mother to child transmition). Muatan virus

juga bervariasi di antara kompertemen tubuh, sehingga tingkat darah HIV mungkin

tidak secara langsung berkolarelasi dengan sekresi servik, walaupun keduanya

muncul dengan perilaku sama.

Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa kehamilan itu sendiri tidak

mempengaruhi progresivitas infeksi HIV ke arah AIDS. Penurunan CD4 memang

terjadi pada ibu hamil dengan HIV, tetapi penurunan tersebut lebih diakibatkan oleh

karena dilusi.

Pengaruh kehamilan terhadap CD4 pertama kali dilaporkan Burns dkk. Pada

kehamilan yang tidak menderiata HIV, persentase CD4 akan meningkat kembali

mulai trimester ketiga hingga 12 bulan setelah melahirkan, sedangkan pada OHDHA

penurunan tetap terjadi selama kehamilan dan setelah melahirkan. Penelitian yang

dilakukan European Collaborative Study dan Swiss HIV Pregnancy Cohort dengan

jumlah sampel yang lebih besar, menunjukkan persentase penurunan CD4 selama

kehamilan sampai 6 bulan setelah melahirkan. Kehamilan ternyata hanya sedikit

meningkatkan kadar virus HIV ( viral load ). Kadar HIV meningkat terutama setelah

2 tahun persalinan, walaupun secara statistic tidak bermakna. Jadi kehamilan tidak

mempercepat progresivitas HIV ke arah AIDS.

8

Page 9: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

2.3 RUTE MELAHIRKAN DAN RESIKO PENULARAN

Beberapa studi telah menunjukkan resiko penularan ketika kelahiran dengan

seksio sesaria, cukup bulan, sebelum awitan persalinan, dan bersentuhan dengan

membran amnion. Penurunan ini dapat melebihi 50 persen, dan faktor lain seperti

muatan virus atau terapi antiretroviral. Bila wanita hanya mendapatkan program

zidovudin dan telah menjalani pelahiran sesar secara profilaktitik, angka penularan

ditemukan serendah 2 persen, dibandingkan dengan angka yang dicapai dengan

HAART -Lebih banyak regimen terapeutik disebut regimen terapi antiretroviral

sangat aktif (Higlly Active Antiretroviral Therapy, HAART)-, muatan virus yang

tidak terditeksi, dan kelahiran vaginal. Tidak jelas seberapa tambahan penurunan

dapat dicapai dengan kelahiran sesar pada wanita yang tidak terditeksi muatan virus

HAART, beberapa kasus penularan antepartum dapat terjadi seawal mungkin pada

trimester pertama. Oleh karena itu, kelahiran vaginal merupakan pilihan yang masuk

akal bagi wanita ini. Juga diketahui bahwa semakin lama membran ruptur, semakin

besar resiko penularan pada waktu melahirkan. Untuk alasan ini, wanita dengan

muatan virus lebih dari 1000 sebaiknya selalu dilakukan sesar, dan wanita yang

mengikuti konseling berkenaan dengan resiko dan keuntungan melahirkan

pervaginam dibanding sesar untuk ibu dan janin, permintaan pelahiran secara sesaria

sebaiknya diakomodasi.

2.4 PENATALAKSANAAN

Selama beberapa tahun terakhir, ditemukan bahwa penularan HIV perinatal

dapat dikaitkan lebih akurat dengan pengukuran jumlah RNA-virus didalam plasma

(Dickover dkk.,1996). Dalam dua studi, infeksi neonatus adalah sekitar 5% apabila

kadar kurang dari 1000 persalinan/ ml. Mofenson dkk. (1999) melaporkan temuan-

temuan dari 480 penilitian yang diteliti oleh pediatrik AIDS Clinical Trials Group.

Dengan menggunakan analisis multifariat, mereka mendapatkan bahwa kadar RNA

sebesar HIV-1 dalam plasma merupak prediktor terbaik untuk resiko penularan

perintal. Yang penting, terapi zidovudin yang mengurangi kadar ini menjadi kurang

9

Page 10: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

dari 500 persalinan/ ml akan memperkecil resiko. Mereka juga mengamati bahwa

infus globulin hiperimun HIV-AIDS 1 tidak mengubah resiko penularan.

Banyak wanita yang melahirkan bayi yang kemudian mengidap AIDS

assimtomatik saat hamil. Menurut Center For Disease Control and Prevention

(1998), pada wanita seropositif tetapi asimtomatik, morbiditas dan mortalitas tidak

meningkat oleh kehamilan. Sebaliknya, infeksi pada ibu mengganggu hasil akhir pada

janin.

Penatalaksanaan HIV-AIDS selama kehamilan dapat dilakukan dengan 2 cara,

diantaranya:

1) Konseling

Konseling merupakan keharusan bagi wanita positif HIV. Hal ini sebaiknya

dilakukan pada awal kehamilan, dan apabila ia memilih untuk melanjutkan

kehamilannya, perlu diberikan konseling berkelanjutan untuk membantu

wanita tersebut secara psikologis. Perkembangan penatalaksanaannya selama

kehamilan mengikuti kemajuan-kemajuan dalam pengobatan individu dan

hamil yang terinfeksi HIV.

2) Terapi

Terapi merupakan standart penanganan yang berlaku bagi wanita hamil dan

janinnya saat ini. Dan ini merupakan cara paling efektif yang tersedia. Karena

konsekuensi penyakit yang tidak diobati sangat merugikan, terjadi pergeseran

dari fokus pengobatan yang semata-mata untuk melindungi janin menjadi

pendekatan yang lebih berimbang bagi pengobatan ibu dan janinnya (Kass

dkk., 2000).

Dalam waktu singkat banyak terjadi kemajuan dalam pengobatan HIV.

Sejumlah penelitian membuktikan bahwa kombinasi analog nugleosida

zidovudin, zalsitapin, atau namifudin yang diberikan bersama dengan

inhibitor protease-indinavir, ritonavir, sapuinavir- sangat efektif untuk

menekan kadar RNA-HIV (Carperter dkk.,1996).

10

Page 11: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

Pencegahan penularan

Tindakan pencegahan pada perawatan untuk antepartum, peripartum, dan

pediatrik bagi ibu yang terinfeksi dan bayinya serupa dengan yang dilakukan pada

hepatitis B, berupa menghindari kontak terhadap darah dan cairan tubuh. Apabila

peningkatan tindakan pencegahan ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang

diketahui positif, sejumlah besar wanita yang sedang dalam masa tunas atau yang

asimtomatik tetapi tidak terdiagnosis akan terjadi ancaman besar bagi petugas

kesehatan.

Centers For Disease Control (1987) menekan bahwa karena anamnesis dan

pemeriksaan tidak dapat secara handal mengidentifikasi semua pasien yang terinfeksi

oleh virus immunodefisiensi manusia atau patogen darah lainnya, maka tindakan

pencegahan terhadap darah dan cairan tubuh ini harus ditetapkan secara konsisten

pada semua pasien.

Tindakan-tindakan pencegahan tersebut mencakup:

1. Semua petugas kesehatan yang ikut serta dalam prosedur invasif, termasuk

prosedur bedah dan obstetri harus menggunakan pelindung yang menandai

untuk pencegah kontak antara kulit dan selaput lendir dengan darah atau

cairan tubuh lain darin pasien. Sarung tangan, masker bedah, dan

pelindung mata (goggle) harus digunakan pada semua prosedur invasif

yang sering menghasilkan butiran, percikan darah atau cairan tubuh lain,

atau pecahan tulang. Apron/gaun kedap cairan yang menghasilkan sawar

efektif harus digunakan selama prosedur invasif yang mungkin

menyebabkan terperciknya darah atau cairan tubuh lain. Mereka yang

melakukan atau membantu pelahiran pervaginam atau secsio sesarea harus

mengenakan sarung tangan dan gaun saat memegang plasenta atau bayi

sampai darah dan cairan amnion dibersihkan dari kulit bayi, dan harus

mengenakan sarung tangan, selama merawat tali pusat. Alat penghisap

11

Page 12: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

yang menggunakan mulut untuk membersihkan jalan nafas jangan

digunakan.

2. Apabila sarung tangan robek atau tertusuk atau terjadi cedera lainnya,

maka sarung tangan tersebut harus dilepas dan segera gunakan sarung

tangan baru setelah keamanan pasien memungkinkan. Jarum atau

instrumen yang terlibat dalam insiden tersebut juga harus disingkirkan

dari lapangan steril.

“Universal precaution” (tindakan pencegahan universal) ini segera diikuti oleh

”Standart Precaution” ( tindakan pencegahan standar), yang menambahkan sejumlah

kebijakan tentang isolasi bahan. Bahan-bahan tersebut mencakup :

1. Darah

2. Semua cairan, secret, dan ekskresi (kecuali keringat) tubuh tanpa

memandang apakah cairan tersebut tampak mengandung darah.

3. Kulit dan selaput lendir yang tidak utuh ( Garner, 1996; West dan Cohen,

1997).

Yang agak membingungkan adalah laporan baru-baru ini oleh Ganuly dan

Sinnott (1999) mengenai suatu survei terhadap 150 mahasiswa kedokteran dan

pajanan ke cairan tubuh. Walaupun sebagian besar dari mereka mengikuti petunjuk

universal, 62 melapor mengalami 101 pajanan ke cairan tubuh dan 9 dengan spesimen

positif- HIV.

Bagi petugas kesehatan yang terpajan secara bermakna kecairan tercemar-

misalnya, cedera tertusuk jarum-Centers For Disease Control and Prevention

(1996b) menganjurkan profilaksis pasca pajanan. Terapi berupa zidovudin, 200 mg 3

kali sehari, dan lamifudin, 150 mg 2 kali sehari selama 4 minggu. Apabila pasien

sumber pengidap AIDS tahap lanjut, jumlah virus tinggi, atau pernah diterapi dengan

analog nugleosida, perlu ditambahkan inhibitor protease misalnya indinavir 800 mg 3

kali sehari.

12

Page 13: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

Berikut ini dua pendekatan utama yang digagas untuk mencegah penularan

infeksi HIV dari ibu kepada bayi adalah:

1.Terapi antiretrovirus

Untuk antepartum-terapi kombinasi dengan dua analog nugleosida, inhibitor

reverse transcriptase, plus analog non-nukleosida atau inhibitor protease. Sedangkan

regimennya harus mencakup: zidovudin, 100 mg 5 kali sehari, dimulai pada minggu

ke 14-34 dan dilanjutkan selama hamil ditambah analog nukleosida lain dan analog

non-nukleosida atau inhibitor protease. Lallemant, dkk. (2000) menkonfirmasi bahwa

efektifitas dari ibu hamil yang dimulai pada usia gestasi 28 minggu.

2.Seksio sesarea

Dalam sebuah studi retrospektif, European Collaborative Study Group (1994)

melaporkan bahwa seksio sesarea efektif dapat mengurangi resiko penularan vertikal

sekitar 50%. Seksio sesarea terencana harus dibahas bersama dengan dan dianjurkan

bagi wanita terinfeksi HIV dengan jumlah RNA HIV-1 lebih dari 1000 persalinan/ml.

Hal ini dilakukan tanpa memandang apakah pasien sedang atau belum mendapat

terapi antiretroviral. Persalinan terencana dapat dilakukan sedini 38 minggu untuk

mengurangi kemungkinan pecahnya selaput ketuban. Stringter star, dkk. (1999 )

menghimbau agar para dokter menahan diri untuk melakukan seksio sesarea

profilaktik atas indikasi mencegah penularan vertikal, Mereka menyimpulkan bahwa

terapi antiretrovirus kombinasi dapat menurunkan resiko penularan vertikal sampai

2%. Karena itu, seksio sesarea profilaktik hanya bermanfaat bagi sejumlah kecil

wanita yang sedang menjalani pengobatan.

2.5 PENGOBATAN UNTUK HIV SELAMA KEHAMILAN

Menoterapi zidovudin, sebagai pengobatan semula untuk pencegahan

penularan HIV selama kehamilan pada awalnya sebagai percobaan pediatric (ACTG)

pada awal tahun 1990. Pengaruh klinis pengobatan 3 bagian ini (antepartum,

intapartum dan neonatal) adalah untuk mengurangi MTCT sebanyak 2/3, dari 256

13

Page 14: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

sampai 8,3% ini tetap merupakan standar minimum perawatan wanita hamil dengan

HIV, tanpa memperhatikan muatan virus. Lebih banyak regimen terapeutik disebut

regimen terapi antiretroviral sangat aktif (Higlly Active Antiretroviral Therapy,

HAART), telah lebih jauh mengurangi resiko 1 sampai 2%. Bidan yang menyediakan

perawatan untuk wanita HIV positive selama kehamilan mengoordinasikan terapi

obat kepada spesialis penyakit infeksi atau dokter perawatan primer yang

berpengalaman dalam penatalaksanaan HIV untuk mempertahankan pilihan

pengobatan jangka panjang yang paling efektif. wanita yang sudah mengkonsumsi

HAART harus melanjutkan tanpa meneruskan obat pada trimester pertama; wanita

didiagnosis baru, dan mereka yang sedang tidak diobati, sebaiknya menungu sanpai

organoginesis lengkap sebelum memulai terapi. Pertimbangan meresepkan obat

selama kehamilan termasuk kebutuhan obat wanita itu sendiri dan kemampuan untuk

mematuhi progam yang kompleks, terapi sebelumnya dan potensial untuk

berkembangnya resistensi. Menyeimbangkan pencegahan jangka pendek MTCT

dengan terapi seumur hidup ibu adalah di luar lingkup praktik kebidanan dasar.

Walaupun semua obat HIV yang saat ini dipasarkan oleh VDA di

klasifikasikan sebagai kelas B atau C, data efek pada janin dan neonatal secara luas

berasal dari resep obat pragmatic bagi kebutuhan ibu itu sendiri dan pengurangan

muatan virus. Zidovudin tetap satu satunya obat yang digunakan untuk priode lama

untuk menyatakan bahwa hasil untuk anak-anak yang tidak terinfeksi

mengindikasikan tidak ada masalah jangka panjang.

Studi pada wanita yang mengonsumsi antiretroviral selama kehamilan,

dibandingkan dengan wanita HIV positif yang tidak sedang dalam pengobatan, telah

menunjukkan tidak ada peningkatan dalam kehilangan janin, kelahiran prematur, atau

berat badan lahir rendah. Namun, kejadian berat bermakna telah terjadi yang dapat

mempengaruhi hasil kehamilan individu, seperti insufisiensi mitokondria dan asidosis

laktat. Dengan hanya mengetahui kategori FDA tidak cukup untuk menjamin

penggunaan yang aman. Efavirenz ( Sustiva ) diketahui menghasilkan pengaruh

teratogenik pada primata dan karenanya tidak digunakan selama kehamilan walaupun

14

Page 15: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

kategori C. Pendaftaran kehamilan antiretroviral mempertahankan penyimpanan data

hasil janin secara berkelanjutan.

Saat persalinan, wanita yang telah menerima terapi antiretroviral selama

kehamilan sebaiknya menerima zidovudin intravena. Bergantung peda keadaan

spesifik mereka juga diberikan dosis tunggal nevirapil oral. Wanita yang belum

menerima antiretroviral selama kehamilan, apakah karena mereka tidak mendapatkan

perawatan prenatal atau karena mereka baru terdiknosis pada saat persalinan,

sebaiknya menerima zidovudin dan nevirapin.

2.6 SISTEM PENDUKUNG BAGI WANITA YANG TERINFEKSI

Wanita yang hidup dengan HIV sering diisolasi dari sisterm pendukungnya

selama kehamilan, yang tidak sesuiai keinginan mereka untuk mendiskusikan

diagnosis HIV dan ketakutan akan merespon komunitas. Gangguan sosial dan

ekonomi merupakan dua hal berpasangan yang sering ada pada kehidupan wanita ini,

isolasi ini dapat mengarah pada depresi, kurang perawatan diri, dan masalah medis

lain. Penyalahgunaan zat mungkin juga memainkan peranan. Untuk semua alasan ini,

bidan yang merawat wanitra hamil. HIV positif butuh untuk memepertahankan

jaringan sumber-sumber termasuk program pengobvatan, bantuan perumahan,

konseling, kerja sosial, nutrisi, dan bahkan pelayanan Doula (urang terlatih yang

membantu pelahiran) yang mungkin. Di antara penghalang untuk merawat yang

dirasakan oleh wanita, tema yang disebutkan termasuk tidak ada asuransi kesehatan,

ketidakmampuan fisik menjangkau klinik, kurang perawatan anak, jadwal yang tidak

efisien sehingga menunggu lam, dan perilaku penyedia yang mengecilkan hati wanita

yang mencari perawatan. Wanita dalam melihat kedua faktor gender dan ras sebagi

faktor-faktor dalam pengobatan mereka.

Studi oleh Meredith pada tahun 1997 yang menanyai wanita HIV positif apa

yang mereka inginkan dari perawatan mereka. Jawaban mereka adalah seperti berikut

ini:

15

Page 16: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

1. Perawatan personal dan dihargai

2. Memepunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalh-masalah

3. Jawaaban-jawaban jujur

4. Tindak lanjut medis

5. Mengurangi penghalang untuk perawatan

6. Pendidikan tentang kondisi mereka

Penganiayaan fisik dan emosi juga merupakan faktor dalam kehidupan wanita

yang hidup dengan HIV. Studi-studi terbaru telah mencatat bahwa oenyingkapan

dapat dihubungkan dengan pengabain oleh keluarga dan teman-teman,

penyalahgunaan verbal, atau penghinaan fisik. Wanita yang sebelumnya memiliki

riwayat penyalahgunaan atau penggunaan zat, tanpa tempat tinggal, atau yang hidup

dengan pasangan prianya adalah yang paling beresiko.

16

Page 17: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human

Immunodeficiency Virus (HIV), termasuk penyakit infeksi yang mengancam jiwa.

Hingga kini penyakit HIV & AIDS masih merupakan masalah kesehatan global

termasuk Indonesia.

Orang hamil dengan infeksi HIV dan AIDS (OHDHA) akan dihadapkan pada

dua masalah yaitu pengaruh kehamilan terhadap progresifitas infeksi HIV, infeksi

HIV terhadap kehamilan.

Transmisi HIV kedalam tubuh manusia melalui 3 cara, yaitu:

1. Secara vertical dari ibu ke anak

2. Secara transeksual (homoseksual maupun heteroseksual )

3. Secara horizontal yaitu kontak antardarah ( pemakaian jarum suntik barsama-

sama secara bergantian, tato, tidik, transfuse dara, transplantasi organ, tidakan

hemodialisis, perawatan gigi, khitanan massal, dll )

Tingkat infeksi HIV pada perempuan hamil di negara-negara Asia

diperkirakan belum melebihi 3-4 %, tetapi epideminya berpotensi untuk terjadi lebih

besar.

Penatalaksanaan HIV-AIDS selama kehamilan dapat dilakukan dengan 2

cara, diantaranya:

1. Konseling

2. Terapi

3. Pencegahan penularan

17

Page 18: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

3.2 SARAN

Oleh karena itu, pencegahan idan penatalaksanaa bagi kehamilan dengan

infeksi HIV/AIDS harus segera di tangani, penanganan masalah tersebut harus sesuai

dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Karena apabila tidak dilakukan dengan

segera maka akan bisa berakibat buruk bagi kehamilan dan kondisi janin tersebut.

18

Page 19: bu mida TUGAS ASKEB IV HIV AIDS 2003

DAFTAR PUSTAKA

Barakbah Jusuf, dkk. 2007. HIV & AIDS (Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis, dan

Sosial). Surabaya: Airlangga University Press

F. Gary Cunningham, dkk. 2006. Obstetri Williams Ed.21. Jakarta: EGC

M. Rudolp Abraham, dkk. 2002. Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol. 1 Ed. 20. Jakarta:

EGC

Prawirohardjo, Sarwono, dkk. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

19