Bukan Columbus, Penemu Benua Amerika Adalah Orang Islam
Click here to load reader
-
Upload
rizky-faisal -
Category
Documents
-
view
461 -
download
1
Transcript of Bukan Columbus, Penemu Benua Amerika Adalah Orang Islam
22/08/13 Koleksi Foto Kronologi
https://m.facebook.com/photo.php?fbid=559020514135440&set=a.455846547786171.92615.455842827786543&type=1&relevant_count=1 1/6
Mainstream Media Indonesia
Bukan Columbus, Penemu Benua Amerika Adalah Orang Islam
Sejarah Islam di Amerika
Ternyata sebelum kedatangan Christoper Columbus (yang katanya penemu benua Amerika), umat
Islam sudah terlebih dahulu menemukannya. Sebuah fakta yang tak terbantahkan lagi jika umat
Islam sudah lebih dulu berada di daratan luas yang kini bernama Amerika, jauh beberapa abad
sebelum kedatangan Columbus yang meng-klaim sebagai penemu Amerika. Fakta yang paling
gampang ditemui nama serupa dengan kota suci umat Islam seperti Mecca di Indiana, Medina di
Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota, Medina di Ohio, Medina di
Tennessee, Medina di Texas yang paling besar dengan penduduk 26,000, Medina di Ontario
Canada, kota Mahomet di Illinois, Mona di Utah, dan Arva di Ontario Canada, dan beberapa nama
seperti California (Caliph Haronia), Alabama (Alah Bumnya), Arkansas (Arkan-sah) dan Tennesse
(Tanasuh), T Allah Hassee (Tallahassee), Alhambra, Islamorada dan sekitar 500 nama kota lainnya
berasal dari kata Arab.
Masih penasaran? Silahkan baca lebih lanjut posting-an dibawah ini.
Distorsi Sejarah Islam Amerika
Sejarah resmi selama ini mengatakan bahwa Christopher Columbus-lah yang menemukan daratan
luas yang kemudian disebut Amerika. Hal ini ternyata tidak benar. Karena 70 tahun sebelum
Columbus menjejakkan kaki di amerika, daratan yang disangkanya India, Laksamana Muslim dari
China bernama Ceng Ho (Zheng He) telah mendarat di Amerika. Bahkan berabad sebelum Ceng
Ho, pelaut-pelaut Muslim dari Spanyol dan Afrika Barat telah membuat kampung-kampung di
Amerika dan berasimilasi secara damai dengan penduduk lokal di sana. Penemu Amerika bukanlah
Columbus. Penemu Amerika adalah Umat Islam. Mereka menikah dengan penduduk lokal, orang-
22/08/13 Koleksi Foto Kronologi
https://m.facebook.com/photo.php?fbid=559020514135440&set=a.455846547786171.92615.455842827786543&type=1&relevant_count=1 2/6
orang Indian, sehingga menjadi bagian dari local-genius Amerika.
Ada sejumlah literatur yang berangkat dari fakta-fakta empirik bahwa umat Islam sudah hidup di
Amerika beberapa abad sebelum Colombus datang. Salah satunya yang paling popular adalah
essay Dr. Youssef Mroueh, dari Preparatory Commitee for International Festivals to celebrate the
millennium of the Muslims arrival to the Americas, tahun 1996, yang berjudul “Precolumbian Muslims
in America”.
Dalam essaynya, Doktor Mroueh menulis, “Sejumlah fakta menunjukkan bahwa Muslimin dari
Spanyol dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Columbus. Pada
pertengahan abad ke-10, pada waktu pemerintahan Khalifah Umayyah, yaitu Abdurrahman III (929 –
961M), kaum Muslimin yang berasal dari Afrika berlayar ke Barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di
Spanyol, menembus “samudra yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama,
mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Ada kaum Muslimin
yang tinggal bermukim di negeri baru itu, dan mereka inilah kaum imigram Muslimin gelombang
pertama di Amerika.”
Granada, benteng pertahanan terakhir ummat Islam di Eropa jatuh pada tahun 1492. Pada
pertengahan abad ke-16 terjadilah pemaksaan besar-besaran secara kejam terhadap orang-orang
Yahudi dan Muslimin untuk menganut agama Katholik, yang terkenal dalam sejarah sebagai
Spanish Inquisition. Pada masa itu keadaan orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam sangat
menyedihkan, karena penganiayaan dari pihak Gereja Katolik Roma yang dilaksanakan oleh
inkuisisi tersebut. Ada tiga macam sikap orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam dalam
menghadapi inkusisi itu:
Pertama, yang tidak mau beralih agama. Akibatnya mereka disiksa kemudian dieksekusi dengan
dibakar atau dipancangkan di kayu salib.
Kedua, beralih agama menjadi Katholik Roma. Mereka itu diawasi pula apakah memang berganti
agama secara serius atau tidak. Kelompok orang Islam yang beralih agama itu disebut kelompok
Morisko, sedangkan yang dari agama Yahudi disebut kelompok Marrano.
Ketiga, melarikan diri atau hijrah menyeberang Laut Atlantik yang dahulunya dinamakan Samudra
yang gelap dan berkabut. Inilah kelompok imigran gelombang kedua di negeri baru itu.
Penganiayaan itu mencapai puncaknya semasa Paus Sixtus V (1585-1590). Sekurang-kurangnya
ada dua dokumen yang menyangkut inkusisi ini. Yang pertama, Raja Spanyol Carlos V
mengeluarkan dekrit pada tahun 1539 melarang penduduk bermigrasi ke Amerika Latin bagi
keturunan Muslimin yang dihukum bakar dan dieksekusi di kayu sula itu. Yang kedua dekrit itu
diratifikasi pada 1543, dan disertai perintah pengusiran Muslimin keluar dari jajahan Spanyol di
seberang laut Atlantik. Ini adalah bukti historis adanya imigran Muslimin gelombang kedua sebelum
tahun 1543 (dekrit kedua). Ada banyak literatur yang membuktikan adanya kehadiran Muslimin
gelombang pertama ke Amerika jauh sebelum zaman Columbus. Bukti-bukti itu antara lain:
Abul-Hassan Ali Ibnu Al-Hussain Al-Masudi merupakan seorang pakar sejarah dan geografi yang
hidup dari tahun 871-957 M. Dalam karyanya yang berjudul “Muruj adh-dhahab wa maad aljawhar”
(Hamparan Emas dan Tambang Permata), Abu Hassan menulis bahwa pada waktu pemerintahan
Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912), penjelajah Muslim Khasykhasy Ibn Sa’ied Ibn Aswad
dari Cordova-Spanyol, telah berlayar dari Delba (Palos) pada 889, menyeberang Samudra yang
gelap dan berkabut dan mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh majhul) dan kembali dengan
harta yang mentakjubkan. Pada peta Al-Masudi terbentang luas negeri yang disebutnya dengan al-
ardh majhul. [Al-Masudi: Muruj Adh-Dhahab, Vol. 1, P. 1385]
22/08/13 Koleksi Foto Kronologi
https://m.facebook.com/photo.php?fbid=559020514135440&set=a.455846547786171.92615.455842827786543&type=1&relevant_count=1 3/6
Loe Weiner, pakar sejarah dari Harvard University, dalam bukunya “Africa and the Discovery of
America” (1920) menulis bahwa Columbus telah mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang
tersebar seluas Karibia, Amerika Tengah dan Utara, termasuk Canada. Mereka berdagang dan
telah melakukan asimilasi perkawinan dengan orang-orang Indian dari suku Iroquois dan Algonquin.
Geografer dan pembuat peta bernama Al-Syarif Al-Idrisi (1099- 1166) menulis dalam bukunya yang
terkenal Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaaq (Ekskursi dari yang Rindu Mengarungi Ufuq) bahwa
sekelompok pelaut dari Afrika Utara berlayar mengarungi Samudra yang gelap dan berkabut dari
Lisbon (Portugal) dengan maksud mendapatkan apa yang ada di balik samudra itu, betapa luasnya
dan di mana batasnya. Mereka menemukan pulau yang penghuninya bercocok tanam dan telah
mempergunakan bahasa Arab.
Columbus dan para penjelajah Spanyol serta Portugis mampu melayari menyeberang Samudra
Atlantik dalam jarak sekitar 2400 km, adalah karena bantuan informasi geografis dan navigasi dari
peta yang dibuat oleh pedagang-pedagang Muslimin, termasuk informasi dari buku tulisan Abul
Hassan Al-Masudi yang berjudul Akhbar az-Zaman. Tidak banyak diketahui orang, bahwa Columbus
dibantu oleh dua orang nakhoda Muslim pada waktu ekspedisi pertamanya menyeberang
transatlantik. Kedua kapten Muslim itu adalah dua bersaudara Martin Alonso Pinzon yang
menakodai kapal Pinta, dan Vicente Yanez Pinzon yang menakodai kapal Nina. Keduanya adalah
hartawan yang mahir dalam seluk-beluk perkapalan, membantu Columbus dalam organisasi
ekspedisi itu, dan mempersiapkan perlengkapan kapal bendera Santa Maria. Bersaudara Pinzon ini
masih memiliki ikatan kekeluargaan dengan Abuzayan Muhammad III (1362-66), Sultan Maroko dari
dinasti Marinid (1196-1465). (Thacher, John Boyd: Christopher Columbus, New York 1950).
Para antropologis telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona.
Dari prasasti itu diperoleh keterangan bahwa imigran itu membawa juga gajah dari Afrika. (Winters,
Clyde Ahmad: Islam in Early North and South America, Al-Ittihad, July 1977, p.60)
Columbus menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober 1492, sementara ia berlayar dekat Gibara
pada bagian tenggara pantai Cuba, Columbus menyaksikan masjid di atas puncak bukit yang indah.
Reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta tulisan ayat Al Quran telah didapatkan di
berbagai tempat seperti Cuba, Mexico, Texas, dan Nevada. (Thacher, John Boyd: Christopher
Columbus, New York 1950)
Dr. Barry Fell dari Harvard University menulis bahwa fakta-fakta ilmiah telah menunjukkan bahwa
berabad-abad sebelum Columbus, telah bermukim kaum Muslimin di Benua Baru dari Afrika Utara
dan Barat. Dr. Fell mendapatkan adanya sekolah-sekolah Islam di Valley of Fire, Allan Springs,
Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe, dan Hickison Summit Pass (Nevada), Mesa Verde
(Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana) dalam tahun-tahun 700-800.
(FellL, Barry: Saga America, New York, 1980] dan GYR,DONALD: Exploring Rock Art, Santa
Barbara, 1989).
Jejak Peninggalan Muslim Amerika
Di sekujur benua Amerika kita akan bisa mendapatkan jejak-jejak umat Islam gelombang pertama
dan kedua, jauh sebelum kedatangan Columbus. Lihat peta Amerika hari ini buatan Rand McNally
dan cermati nama-nama tempat yang ada di Amerika. Di tengah kota Los Angeles terdapat nama
kawasan Alhambra, juga nama-nama teluk El Morro dan Alamitos, serta nama-nama tempat seperti
Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Alcazar, Alameda, Alomar, Almansor, Almar, Alva, Amber,
Azure, dan La Habra.
22/08/13 Koleksi Foto Kronologi
https://m.facebook.com/photo.php?fbid=559020514135440&set=a.455846547786171.92615.455842827786543&type=1&relevant_count=1 4/6
Di bagian tengah Amerika, dari selatan hingga Illinois terdapat nama-nama kota Albany, Andalusia,
Attalla, Lebanon, dan Tullahoma. Di negara bagian Washington misalnya, terdapat kota Salem. Lalu
di Karibia (ini jelas kata Arab) dan Amerika Tengah misalnya ada nama Jamaika, Pulau Cuba
(berasal dari kata Quba?) dengan ibukotanya La Habana (Havana), serta pulau-pulau Grenada,
Barbados, Bahama, dan Nassau.
Di Amerika Selatan terdapat nama kota-kota Cordoba (di Argentina), Alcantara (di Brazil), Bahia (di
Brazil dan Argentina). Nama-nama pegunungan Appalachian (Apala-che) di pantai timur dan
pegunungan Absarooka di pantai barat. Kota besar di Ohio pada muara sungai Wabash yang
panjang dan meliuk-liuk bernama Toledo, satu nama universitas Islam ketika Islam masih berjaya di
Andalusia, Spanyol.
Menurut Dr. Youssef Mroueh, sekarang saja terdapat tidak kurang dari 565 nama tempat di Amerika
Utara, baik di negara bagian, kota, sungai, gunung, danau, dan desa yang diambil dari nama Islam
ataupun nama dengan akar kata bahasa Arab. Sebanyak 484 di Amerika Serikat dan 81 di Canada.
Ini merupakan bukti yang tak terbantahkan bahwa Islam telah ada di sana sebelum Columbus
mendarat. Dr. A. Zahoor bahkan menegaskan bahwa nama negara bagian seperti Alabama,
sebenarnya berasal dari kata Allah-bamya, dan juga nama negara Arkansas berasal dari kata
Arkan-Sah, serta Tennesse dari kata Tanasuh.
Dr. Mroueh juga menuliskan beberapa nama yang dicatatnya malah merupakan nama kota suci kita
seperti Mecca di Indiana, Medina di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota,
Medina di Ohio, Medina di Tennessee, Medina di Texas yang paling besar dengan penduduk
26,000, Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illinois, Mona di Utah, dan Arva di Ontario
Canada.
Ketika Columbus mendarat di kepulauan Bahama pada 12 Oktober 1492, pulau itu sudah dinamai
Guanahani oleh penduduknya. Kata ini berasal dari bahasa Mandika yang merupakan turunan dari
bahasa Arab. Dilaporkan oleh Columbus bahwa penduduk asli di sini bersahabat dan suka
menolong. Guana, yang hingga hari ini masih banyak dipakai sebagai nama di kawasan Amerika
Tengah, Selatan dan Utara, berasal dari kata Ikhwana yang berarti ’saudara’ dalam bahasa Arab.
Guanahani berarti tempat keluarga Hani bersaudara. Namun Columbus dengan seenaknya
menamakan tempat ini sebagai San Salvador dan merampas kepemilikan pulau itu atas nama
kerajaan Spanyol. Columbus dalam catatannya menuliskan bahwa pada 21 Oktober 1492 dia
melihat rerunruthan masjid dan menaranya lengkap dengan tulisan ayat-ayat Al Qur’an telah
ditemukan selain di Cuba, juga di Mexico, Texas, dan Nevada.
Perlayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin
Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berangkat dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-
Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307), penguasa keenam dalam dinasti Marinid. Kapalnya mendarat
di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr. Mroeh, catatan perjalanan ini banyak
dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.
Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga
melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas
Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) mencatat berbagai ekpedisi ini dengan cermat. Timbuktu
yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan
yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu
22/08/13 Koleksi Foto Kronologi
https://m.facebook.com/photo.php?fbid=559020514135440&set=a.455846547786171.92615.455842827786543&type=1&relevant_count=1 5/6
atau berawal dari Timbuktu. Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu
adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337),
yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan
menyusuri sungai Mississippi.
Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai
Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian,
penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan
dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I (1517). Peta ini menunjukkan belahan bumi
bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil
secara akurat.
Indian dan Umat Islam
Beberapa nama-nama suku Indian dan kepala sukunya juga berasal dari akar kata bahasa Arab,
seperti: Anasazi, Apache, Arawak, Cherokee (Shar-kee), Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam,
Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni. Kepala suku Indian Cherokee yang terkenal,
Sequoyah yang nama aslinya Sikwoya, merupakan ketua suku yang sangat terkenal karena beliau
menciptakan sillabel huruf-huruf (Cherokee Syllabary) bagi orang Indian pada tahun 1821.
Namanya diabadikan sebagai nama pohon Redwood yang tertinggi di California, sekarang dapat
disaksikan di taman hutan lindung di utara San Francisco.
Berlainan dengan gambaran stereotip tentang suku Indian yang selalu mengenakan bulu-bulu
burung warna-warni di kepalanya, seperti yang banyak digambarkan para seniman Barat selama ini,
Sequoyah (lihat gambar) selalu mengenakan sorban. Dia tidak sendirian, masih banyak ketua suku
Indian yang mengenakan tutup kepala gaya orang Islam. Mereka adalah Chippewa, Creek, Iowa,
Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Bahkan
sebagian dari mereka mengenakan penutup kepala yang khas Arab seperti ditunjukkan pada foto-
foto tahun 1835 dan 1870
Orang-orang Indian Amerika juga memegang nilai ketuhanan dengan mempercayai adanya Tuhan
yang menguasai seluruh alam semesta ini, dan Tuhan tersebut tidak teraba oleh panca indera.
Mereka juga meyakini bahwa tugas utama manusia diciptakan oleh Tuhan adalah untuk memuja
dan menyembahnya. Seperti penuturan seorang kepala suku Ohiyesa: ”In the life of the Indian,
there was only inevitable duty -the duty of prayer- the daily recognition of the Unseen and the
Eternal”. Di dalam Al Qur’an, kita diberitahukan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin adalah
semata-mata demi untuk beribadah kepada Allah SWT.
Ahli sejarah seni Jerman, Alexander Von Wuthenau, dalam buku klasiknya “Unexpected Faces in
Ancient America” (1975); serta Ivan Van Sertima dengan buku “They Came Before Columbus”
(1976) dan juga mengedit buku “African Presence In Early America” di mana intelektual Perancis
abad ke-19 Brasseur de Bourboug di situ mengungkapkan keberadaan orang-orang Islam di
Amerika tengah, yang juga didukung essei dari P.V. Ramos dalam buku yang sama tentang
keberadaan ‘Mohemmedans’ di Karibia (Carib) yang dijumpai Columbus. Beberapa literature lainnya
yang bisa ditelusuri tentang hal yang sama antara lain dari ahli arkeologi dan linguis Howard
Barraclough (Barry) Fell berjudul “Saga America” (1980); Colin Taylor (editor) “The Native
Americans” (1991); dan orientalis Inggris De Lacy O’Leary yang menulis “Arabic Thought and It’s
Place In Western History” (1992).
Salah satu buku yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karya Gavin Menzies,
22/08/13 Koleksi Foto Kronologi
https://m.facebook.com/photo.php?fbid=559020514135440&set=a.455846547786171.92615.455842827786543&type=1&relevant_count=1 6/6
seorang bekas pelaut yang menerbitkan hasil penelusurannya, menemukan adanya peta empat
buah pulau di Karibia yang dibuat pada tahun 1424 dan ditandatangani oleh Zuane Pissigano,
kartografer dari Venesia. Peta ini berarti dibuat 68 tahun sebelum Columbus mendarat di Amerika.
Dua pulau pada peta ini kemudian diidentifikasi sebagai Puerto Rico dan Guadalupe. Menzies juga
mengemukakan bahwa Laksamana Zheng He (Ceng Ho), seorang Lkasamana Cina Muslim, telah
mendarat di Amerika pada tahun 1421, 71 tahun lebih awal ketimbang Columbus. Lima abad
sebelumnya, Khaskhas Ibn Saeed Ibn Aswad pun telah menjejakkan kaki di Amerika. Jelas, penemu
Amerika sama seklai bukan Colombus, tetapi para pionir pelayaran dunia, yakni pelaut-pelaut Islam
yang ulung.
http://misteryus.wordpress.com/2012/12/14/bukan-columbus-penemu-benua-amerika-adalah-orang-
islam/ (05) — bersama Immawan Wahyudi Ahyar
Koleksi Foto Kronologi · 3 jam yang lalu · Tampilkan Ukuran Penuh · Kirim sebagai Pesan · Laporkan Foto
Batal Suka · Komentari · Bagikan · Ikuti
Anda dan 27 orang lainnya menyukai ini.
Tulis komentar...