Buku-3 Penelitian Lapan

196
BUKU 3 LAPORAN KEGIATAN TEMATIK TAHUN 2010

Transcript of Buku-3 Penelitian Lapan

Page 1: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU 3LAPORAN KEGIATAN TEMATIK

TAHUN 2010

Page 2: Buku-3 Penelitian Lapan
Page 3: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU 3LAPORAN KEGIATAN TEMATIK

TAHUN 2010

Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia Gedung II BPP Teknologi - Jl. MH Thamrin 8 Jakarta 10340

Tlp. (021) 316-9119, 316-9127, Fax. (021) 310-1835

Page 4: Buku-3 Penelitian Lapan
Page 5: Buku-3 Penelitian Lapan

iii

1

5

7

9

11

13

15

19

21

25

29

33

37

39

43

47

49

53

57

59

63

65

DaftarIsi

Daftar Isi

A. PANGAN

1. Perumusan Kebijakan Bidang Pangan: Pengembangan Iptek Pangan untuk Substitusi Impor

2. Pengembangan Sistem Kelembagaan Iptek – Penyusunan Roadmap Pengembangan Kelembagaan Iptek Bidang Pangan

Pendukung Industri Agro Andalan Nasional untuk Memperkuat SINas dengan Fokus Pengembangan Industri Sawit

3. Kontribusi Kelembagaan Iptek di Bidang Pertanian dan Peternakan -

Kebijakan Pengembangan Lembaga Intermediasi Iptek di Daerah

4. Penyusunan dan Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan (Pengembangan Konsorsium dan Roadmap Riset Pangan)

5. Penyusunan Kebijakan Pengembangan Ilmu Pertanian

6. Pengembangan Sistem Insentif Teknologi Industri Produksi Bibit dan Benih -

Pengembangan Jaringan Antar Peneliti dan Lembaga Litbang

7. Kajian Pemetaan Jaringan Penyedia Teknologi Rumput Laut dengan Daerah

8. Analisis Pengembangan Sistem Jaringan Teknologi Ketahanan Pangan Berbasis Peternakan

9. Peningkatan Jaringan Penyedia Iptek Kedelai dengan Daerah Pengguna

B. ENERGI - MATERIAL

10. Pengkajian Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Energi Baru dan Terbarukan

11. Litbang Biofuel : Peningkatan Preparasi Batubara

12. Litbang Biofuel : Peningkatan PLTH

13. Litbang Biofuel : Pengembangan Pengolah Biji Jarak

14. Litbang Biofuel : Dukungan Pengembangan SKEA Kapasitas 50 Kw

15. Litbang Biofuel : Peningkatan Produksi Bioetanol

16. Pengembangan PLTP Kecil 3 Mw

17. Peningkatan Produksi Biodiesel

18. Penguatan Sarana dan Prasarana Iptek Litbang Energi

19. Sosialisasi PLTN 2010

20. Pengembangan Energi Arus Laut (Kobold)

21. Pengembangan Sistem Investasi Iptek Rancangan Kebijakan Insentif

Penguatan Jaringan Intra Penyedia Iptek (Bidang Fokus: Energi Baru Terbarukan dan Teknologi Material Maju)

22. Analisis Pengembangan Litbangrap Ilmu dan Teknologi Nano

(Penguatan Kompetensi Lembaga Help Desk Center Penunjang UMKM Berbasis Teknologi)

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

iii

Page 6: Buku-3 Penelitian Lapan

C. TIK - TRANSPORTASI

23. Pengembangan Teknologi Broadband Wireless Access (BWA)

24. Pengembangan E-Government Berbasis Teknologi Open Source

25. Pengembangan Sistem Insentif Riset: Kebijakan Peningkatan Kinerja Forum Jaringan antar Peneliti dan Lembaga

Litbang (Bidang Fokus Teknologi Informasi dan Komunikasi serta Pertahanan dan Keamanan)

26. Peningkatan Pemanfaatan dan Pengembangan Perangkat Lunak Berbasis Open Source

27. Pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) untuk Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

28. Penguatan Jaringan Intra Penyedia Iptek (Bidang Fokus: Manajemen dan Teknologi Transportrasi)

29. Pengembangan Computer Based Interlocking (CBI)

D. HANKAM

30. Status dan Pengembangan Kerangka Revitalisasi Industri Pertahanan Indonesia (Kemampuan Teknologi Alutsista

Dalam Negeri serta Pengembangan Kerangka Kerjasama Industri Pertahanan dan Lembaga Litbang)

31. Pengembangan Integrated Weapon System (IWS)

32. Pengembangan Teknologi Dirgantara

33. Audit dan Pengembangan UAV untuk Keperluan Pengendalian Hankam yang Mendukung TNI dan POLRI

34. Pusat Riset Kelautan

E. KESEHATAN - OBAT

35. Analisis Pengembangan Kebijakan Perkembangan Ilmu Kedokteran dan Kesehatan: Pengembangan Kebijakan Iptek

Kesehatan untuk Penanganan Penyakit HIV/AIDS melalui Penggunaan Obat Alami

36. Analisis Pengembangan Kebijakan Perkembangan Ilmu Kedokteran dan Kesehatan: Pemanfaatan Iptek Kesehatan

untuk Penanggulangan Penyakit Diabetes Melitus

37. Kebijakan Pengembangan Sistem Kelembagaan Iptek yang Mampu

untuk Mendukung Penguatan Implementasi Bioetika dalam Kegiatan Litbangrap Vaksin

38. Pemetaan Kelembagaan Riset Iptek Bidang Gizi Bahan Baku Obat (BBO) dan

Obat Bahan Alam (OBA) serta Alat Kesehatan (ALKES)

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

iv

69

73

77

79

81

83

85

89

91

93

95

97

101

103

105

107

Page 7: Buku-3 Penelitian Lapan

39. Pengembangan Kebijakan Riset Iptek POPS (Persistent Organic Pollutants) dan Dampaknya terhadap Kesehatan

40. Pengembangan Kebijakan Riset Iptek Sel Punca

41. Kajian Kebijakan Pengelolaan Senyawa Persistent Organic Pollutants (POPS) di Indonesia

42. Pengembangan Budaya Pemanfaatan Pangan Fungsional dan Obat Bahan Alam

43. Penguatan Iptek Sarana Prasarana Litbang Kesehatan

44. Analisis Pengembangan Sistem Jaringan Riset dan Pengembangan Teknologi Farmasi

45. Sistem Analisa dan Manajemen Data Genomik

46. Kelainan Membran Protein Sel Darah Merah

47. Thalassemia dan Hemoglobinopati: Defek Molekul serta Patomekanisme Mutasi Thalassemia dan Hemoglobinopati

48. Keanekaragaman Genom Manusia dan Penyakit

49. Mitokondria dan Penyakit Terkait Gaya Hidup

50. Mitokondria dan Penyakit Infeksi: Mengubak Proses Dasar Kehidupan untuk Pengembangan Target Obat Antimalaria

51. Pemetaan Genom dan Pemanfaatan Informasi Genetik Patogen Emerging Disease

52. Keanekaragaman Genetik Virus Hepatitis “B” dan Virus Hepatitis “C” di Indonesia

53. Dasar Molekul dari Resistensi Parasit terhadap Obat Anti Malaria:

Identifikasi Target Kemoterapi Baru dengan Menggunakan Teknik Biomolekul

54. Patogenesis Molekuler Infeksi Malaria dan Kaitannya dengan Respon Host (Inang)

55. Pengembangan Pemanfaatan Penambangan Data (Data-Mining) untuk Kedokteran Molekul (Molecular Medicine)

56. Pengembangan Diagnosis Penyakit Genetik Kelainan Kromosom dengan Teknologi Sitogenik Molekuler

F. LINGKUNGAN DAN MITIGASI BENCANA

57. Pengembangan dan Penerapan Teknologi Identifikasi DNA Forensik

58. Penyelarasan Dukungan Iptek Sarana dan Prasarana Litbang Lingkungan

59. Analisa dan Perumusan Kebijakan Peningkatan Daya Saing Kompetensi Kelembagaan

dan Sumberdaya Iptek di Wilayah Pemekaran Perbatasan

60. Pengendalian Dampak Perubahan Iklim (Dukungan Litbang untuk Penurunan Emisi Gas CO2 dan Perubahan Iklim)

61. Pendayagunaan Teknologi Mitigasi Bencana

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

v

111

113

115

119

121

123

125

127

129

133

137

141

145

147

151

155

159

161

165

169

173

175

181

Page 8: Buku-3 Penelitian Lapan
Page 9: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

1

PERUMUSAN KEBIJAKAN BIDANG PANGAN : PENGEMBANGAN IPTEK PANGAN UNTUK SUBSTITUSI IMPORDr. Ir. Masrizal, MScStaf Ahli Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Pangan dan Pertanian.Anggaran : Rp. 750.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiIndonesia hingga tahun 2010 belum memiliki ketahanan

pangan nasional yang kokoh. Hal ini diindikasikan oleh tingginya impor bahan pangan di luar beras, seperti gandum, terigu, gula, susu, kedelai, dan daging sapi. Nilai impor untuk pangan ini telah melebihi Rp. 50 trilun/tahun. Impor pangan selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010) menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan ini sebagai akibat naiknya jumlah konsumsi dan jumlah penduduk Indonesia yang belum dapat diimbangi dengan peningkatan produksi, dan bahkan beberapa komoditas seperti kedelai dan gula jumlah produksi cenderung terus menurun.

Kajian ini mencakup 7 komoditas penting yang ketergantungan terhadap impor sangat tinggi, yaitu: (i) gula; (ii) kedelai; (iii) gandum dan terigu; (iv) susu; (v) daging sapi; (vi) pakan ikan; dan (vii) garam.

Tujuan kegiatan ini adalah menginventarisasi dan mengidentifikasi kebutuhan Iptek pangan yang berperan untuk mengurangi impor komoditi pangan. Untuk maksud tersebut dilakukan pemetaan kebutuhan iptek pangan substitusi impor dan rekomendasi pengembangan produksi serta konsumsi pangan produk dalam negeri, dan selanjutnya akan dapat disusun kebijakan pengembangan iptek untuk mendukung produksi pangan nasional pengganti bahan pangan impor.

Sasaran kegiatan adalah: (i) terinventarisasinya bahan pangan impor karbohidrat dan protein baik yang bersumber

dari pertanian, peternakan maupun perikanan; dan (ii) teridentifikasi potensi sumberdaya alam nasional dan kebutuhan iptek yang dapat dijadikan sebagai sumber pangan dan wahana peningkatan produksi pangan dalam rangka substitusi bahan pangan impor, (iii) diketahuinya gambaran tentang perkembangan impor komoditi pangan selama beberapa tahun terakhir; (iv) diketahuinya peluang dan kendala pegembangan komoditi pangan impor tersebut di Indonesia; dan (v) tersusunnya rekomendasi kebijakan pengembangan iptek untuk mendukung peningkatan produksi pangan karbohidrat dan protein nasional substitusi impor baik yang bersumber dari pertanian, peternakan maupun perikanan.

Metodologi melalui pengumpulan informasi dan data baik primer maupun sekunder ke berbagai lembaga Litbang dan instansi terkait dengan masalah pangan antara lain Badan Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kelautan serta Perindustrian, Perdagangan, BPS, dan dunia usaha/industri. Evaluasi dan analisis peningkatan produksi untuk mengatasi impor pangan dilakukan dengan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threat) untuk setiap komoditas. Berdasarkan analisis ini dapat ditentukan posisi komoditi dalam matriks SWOT untuk selanjutnya ditentukan strategi yang perlu diterapkan untuk mengatasi permasalahan untuk masing-masing komoditas.

Kegiatan dilakukan di Jakarta, dengan mencari informasi dan data ke Lampung, DIY, Padang, NTB, NTT dan Jatim.

Page 10: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

2

Output/Outcome1. Gula : pada masa pemerintahan Belanda (tahun

1930), komoditas ini pernah menjadi produk ekspor terbesar. Namun pada perkembangan 10 tahun terakhir, produktivitas gula terus mengalami penurunan baik secara kuantitatif sebagai akibat penurunan luas lahan minus 2% per tahun dan secara kualitatif yaitu sebagai akibat penurunan rendemen minus 1,3% per tahun. Sebagai akibat turunnya produksi gula tersebut, Indonesia saat ini menjadi pengimpor terbesar yaitu 2,2 juta ton per tahun atau sekitar 50%.

Berdasarkan hasil analisis SWOT diperlukan strategi yang mencakup: (i) mendorong pemanfaatan pengkajian dan penerapan teknologi, dan menjadikan target capaian produksi program swasembada gula sebagai target jangka menengah yang harus diraih pada tahun 2014; (ii) menggunakan hasil-hasil kegiatan litbang iptek yang unggul, inovatif, kompetitif dan efisien agar diperoleh produksi Gula yang maksimal; dan (iii) mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan teknologi baru untuk meningkatkan produksi gula.

2. Kedelai : Indonesia berswasembada kedelai sampai tahun 1974, dan sejak tahun 1975 Indonesia menjadi negara pengimpor kedelai yang dari tahun ke tahun meningkat. Kalau pada awal impor hanya 80.800 ton/tahun, maka pada tahun 2009 jumlah impor mencapai 1.169.000 ton, yang dalam hal ini ketergantungan impor telah mencapai sekitar 55,7%.

Produksi kedelai selama 10 tahun terakhir juga mengalami penurunan secara signifikan. Penurunan areal luas panen sedemikian cepat, sehingga tahun 2008 tercatat areal luas panen hanya sekitar 592.000 ha dengan produksi sebesar 0,776 juta ton pada tahun 2008.

Berdasarkan analisis SWOT, strategi yang diperlukan sebagai berikut: (i) menciptakan program peningkatan produktivitas melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi; (ii) Intensifikasi dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi yang sudah dikuasai (teknologi benih, teknologi budidaya) dan SOP pada sistem budidaya dan dengan memperhatikan luasan lahan secara ekonomis; dan (iii) Ekstensifikasi dilaksanakan dengan membuka sentra-sentra produksi (model farm food estate) khususnya di luar Jawa dengan menerapkan teknologi yang sudah dikuasai dan SOP pada sistem budidaya dengan lahan yang luas yang lebih ekonomis.

3. Gandum dan Terigu tidak diproduksi di dalam negeri, sehingga 100% impor. Volume impor cenderung meningkat dari tahun ke tahun, yaitu sebesar 5% per tahun. Pada tahun 2009 impor gandum merupakan komoditas impor pangan yang terbesar, yaitu sebesar 4.246.000 ton dengan nilai Rp 22,5 Triliun atau hampir 50% dari nilai total impor pangan. Sedangkan impor terigu pada tahun 2009 hanya sebesar 576.000 ton. Maka program diversifikasi konsumsi pangan pokok sumber karbohidrat perlu terus ditingkatkan dengan memanfaatkan sumberdaya karbohidrat lokal. Untuk itu pemerintah perlu terus mendukung penggunaan potensi sumber daya domestik pemanfaatan tepung pangan lokal non- terigu (tepung komposit berbahan baku pangan lokal dan tepung pangan lokal).

Berdasarkan analisis SWOT diperlukan : (i) Kampanye nasional membudayakan diversifikasi konsumsi (tepung) pangan lokal dalam upaya memberikan informasi & edukasi, penyadaran dan penyebarluasan produk olahan pangan non terigu-non beras kepada masyarakat; (ii) Dukungan terpadu antar instansi pemerintah dan sektor swasta dalam pengembangan/penggunaan pangan lokal nasional; dan (iii) Peningkatan produksi dan diversifikasi pangan lokal yang berkualitas dengan aplikasi teknologi baru hulu hilir untuk mengisi kebutuhan terigu (dengan tepung pangan lokal/komposit) di tahun mendatang.

4. Sejak akhir tahun 1980 sampai sekarang Indonesia telah mengimpor daging dan sapi bakalan untuk mencukupi kebutuhan daging yang terus meningkat. Pada tahun 2009 impor daging dan sapi bakalan sangat besar, yaitu masing-masing sebesar 70.000 ton/tahun dan 72.800 ton/tahun.

Dari trend perkembangan impor daging dan sapi bakalan menunjukkan adanya indikasi tingkat ketergantungan pada impor yang sangat besar, yang diperkirakan telah mencapai lebih dari 30%. Sementara itu pada tahun 2009, produksi daging dalam negeri mencapai 250.800 ton/tahun.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi diperlukan sebagai berikut : (i) Meningkatkan koordinasi dalam pengembangan teknologi inovatif dan pelaksanaan program pembangunan sapi potong; (ii) Mengembangkan paket teknologi pakan, reproduksi, pemuliaan dan veteriner untuk meningkatkan calf crop dan ADG,

Page 11: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

3

serta menurunkan mortalitas; dan (iii) Meningkatkan penyuluhan, pendampingan dan kelembagaan koperasi dalam kegiatan on farm maupun off farm.

5. Susu : jumlah konsumsi susu cenderung naik terus yang tidak dapat diimbangi dengan kemampuan produksi yang hanya rata-rata 2%/tahun. Kemampuan produksi susu segar dalam negeri pada tahun 2008 sekitar 1,4 juta kg/hari. Adapun bahan baku susu segar dari peternak sapi perah dalam negeri yang diserap oleh IPS berskala besar tahun 2008 sebesar 1,3 juta/kg/perhari. Jumlah produksi susu ini hanya dapat memenuhi 30-35% dari seluruh kebutuhan konsumsi susu dan produk turunannya, sehingga sisa kebutuhannya diimpor, yaitu sebesar 180.912 ton per tahun. Berdasarkan hasil analisis SWOT, rumusan strategi sebagai berikut: (i) Meningkatkan penerapan iptek maju untuk peningkatan produktivitas sapi perah; (ii) Melakukan efektivitas ketentuan pemerintah untuk meningkatkan industri berbasis susu; (iii) Mensosialisasikan produk berbasis susu yang lebih bermanfaat.

6. Tepung Ikan merupakan bahan baku utama dalam pakan baik pakan ikan maupun pakan ternak, sehingga peranannya sangat sentral untuk menunjang peternakan, khususnya unggas dan ikan. Meskipun Indonesia sebagai negara maritim, namun ternyata sekitar 70% dari kebutuhan tepung ikan masih impor. Produksi lokal tepung ikan pada tahun 2008 baru sebesar 33.000 ton per tahun atau 9% dari kebutuhan industri pakan ternak. Volume impor tepung ikan menunjukkan kecenderungan penurunan hingga 50%. Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan, pada tahun 2006 impor tepung ikan mencapai 89.000 ton, kemudian turun menjadi 46.000 ton pada tahun 2007 dan kemudian meningkat lagi pada tahun 2009 hingga mencapai 665.000 ton.

Berdasarkan hasil analisis, strateginya adalah : (i) Pengembangan teknologi pengolahan ikan kualitas rendah sebagai bahan baku industri tepung ikan; dan (ii) Pengembangan pabrik tepung ikan di beberapa sentra produksi perikanan.

7. Garam : secara rinci potensi Indonesia untuk produksi garam adalah luas laut : 5,8 juta km2, panjang garis pantai : 81.000 km, potensi lahan : 34.000-8.000 ha, lahan produktif : 20.000 ha dan lahan tidur : 14.000-18.000 ha. Namun demikian hingga saat ini Indonesia masih harus mengimpor garam terutama untuk kebutuhan garam industri dan farmasi. Data produksi garam konsumsi adalah 1,2 juta ton (garam rakyat 900.000 ton dan PT. Garam 300.000 ton). Sedangkan total kebutuhan garam (konsumsi rumah tangga, pengolahan ikan, ternak, kulit, dan industri kecil) mencapai sekitar 2,6 juta ton, sehingga masih diperlukan impor garam konsumsi sebesar 1,4 juta ton atau sekitar (115%).

Berdasarkan hasil analisis, rumusan strategi sebagai berikut : (i) Meningkatkan luas lahan, produksi dan jenis garam (diversifikasi); (ii) Mengadopsi dan menerapkan teknologi/ iptek untuk meningkatkan produksi dan kualitas.

Tindak Lanjut Analisis SWOT atas ke-7 komoditas tersebut

mengindikasikan bahwa semua komoditas (kecuali gandum) masih sangat berpotensi untuk ditingkatkan produktivitasnya dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap impor. Sedang ketergantungan terhadap impor gandum dapat dikurangi dengan diversifikasi yaitu dengan memanfaatkan bahan baku lokal.

Dukungan teknologi untuk peningkatan produktivitas dipandang telah memadai untuk mencapai swasembada pangan, namun pengembangan teknologi perlu terus ditingkatkan dalam rangka mengantisipasi kebutuhan pangan di masa mendatang yang cenderung meningkat. Untuk mendukung keberhasilan peningkatan produktivitas dan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap produk impor adalah perlunya dukungan kebijakan pemerintah dan komitmen yang kuat atas kebijakan tersebut, khususnya dalam mendukung ketersediaan benih dan lahan yang dirasakan menjadi kendala utama.

Page 12: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

4

Page 13: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

5

PENGEMBANGAN SISTEM KELEMBAGAAN IPTEK – PENYUSUNAN ROADMAP PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN IPTEKBIDANG PANGAN PENDUKUNG INDUSTRI AGRO ANDALAN NASIONALUNTUK MEMPERKUAT SINas DENGAN FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI SAWITDrs. Fajar Suprapto, M.Sc Asisten Deputi Pengembangan Kelembagaan, Deputi Bidang Kelembagaan IptekAnggaran : Rp. 400.000.000,-Lokasi : Jakarta, Surabaya, Medan, Bali dan Makasar

DiskripsiPenguasaan iptek akan membawa dampak yang

signifikan pada produktivitas total suatu bangsa dan pada gilirannya akan mampu menumbuhkan inovasi untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam persaingan global. Salah satu penentu daya saing adalah kemampuan teknologi (technological capabilities) yang menyangkut rekayasa, sistem, dan manajemennya. Untuk menjamin tercapainya hasil penerapan dan pengembangan iptek seperti yang diharapkan diperlukan konsep iptek yang jelas, realitis, dan dapat dilaksanakan secara konsekuen serta teknologi yang diperlukan untuk mewujudkannya. Ukuran bagi tepat tidaknya suatu teknologi dilihat dari kegunaannya memecahkan masalah-masalah yang nyata yang dihadapi masyarakat. Konsep saja belum cukup memadai mengingat di era knowledge-based society, diperlukan pula adanya pusat-pusat riset inovasi atau pusat-pusat iptek yang mampu memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dunia industri untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk.

Roadmap pengembangan kelembagaan iptek yang difokuskan pada pengembangan industri nasional merupakan kebijakan strategis guna mewujudkan pengembangan industri tertentu secara sistematis sesuai dengan struktur industrinya. Pengembangan kelembagaan iptek yang dilakukan berdasarkan sebuah roadmap pengembangan produk industri berbasis pada peningkatan nilai tambah akan memberikan sinergi bagi peningkatan daya saing industri nasional. Salah satu industri nasional

berbasis sumberdaya alam yang potensial menjadi industri andalan nasional masa depan adalah industri berbasis sawit. Pengembangan industri berbasis sawit berdasarkan struktur industri dengan peningkatan nilai tambah produk akan memberikan berbagai peluang terwujudnya sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional. Untuk mendukung terealisasinya industrialisasi dari industri-industri berbasis sawit maka perlu diimplementasikan kebijakan pengembangan lembaga litbang sejalan dengan roadmap industrialisasi industri berbasis sawit sesuai dengan struktur industrinya.

Lebih lanjut, advokasi pengembangan kelembagaan iptek dengan berdasarkan sebuah roadmap yang jelas akan lebih terfokus sehingga mampu mendukung terwujudnya strategi implementasi kebijakan pengembangan kelembagaan litbang iptek yang sinergis dengan industrialisasi industri berbasis sawit sesuai dengan roadmap pengembangan industri berdasarkan struktur pohon industrinya sehingga mampu diwujudkan industri andalan masa depan sebagai sumber pertumbuhan baru yang berkelanjutan bagi perekonomian nasional. Disamping itu, dengan berjalannya proses inovasi yang dilakukan secara simultan berdasarkan pada sebuah roadmap, maka pengembangan lembaga Litbang dapat dilakukan secara sistematik dan terfokus sehingga akan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas lembaga Litbang terkait agar mampu mendukung industrialisasi industri hulu, antara, dan hilir berbasis kelapa sawit yang berdaya saing tinggi di masa mendatang.

Page 14: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

6

Tujuan kegiatan adalah :• Menginventarisasidanmengidentifikasi industriberbasis

sawit pada saat ini;• Menginventarisasi permasalahan dalam pengembangan

industri sawit sesuai dengan struktur industri;• Menginventarisasikegiatanpengembangankelembagaan

iptek guna memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan industri sawit nasional;

• Menyusun roadmap pengembangan kelembagaan iptekbidang pangan pendukung industri agro andalan nasional untuk memperkuat SIN dengan fokus pengembangan Industri Sawit.

Metodologi kegiatan yang dilakukan meliputi : Pelaksanaan Desk Study, Penyusunan detail riset desain; Pengumpulan dan klarifikasi data; Penyusunan instrumen pengumpulan data; Pelaksanaan survei lapangan/wawancara mendalam (in-depth interview); Pelaksanaan analisis data secara komprehensif; Penyusunan roadmap pengembangan kelembagaan iptek; dan Penyusunan laporan akhir hasil kegiatan.

Output/Outcome Pengembangan industri berbasis sawit berdasarkan

struktur industri dengan peningkatan nilai tambah produk akan memberikan berbagai peluang terwujudnya sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional. Untuk mendukung terealisasinya industrialisasi dari industri-industri berbasis sawit maka perlu diimplementasikan kebijakan pengembangan lembaga litbang sejalan dengan roadmap industrialisasi industri berbasis sawit sesuai dengan struktur industrinya. Untuk mendukung hal tersebut maka output kegiatan berupa Roadmap Pengembangan Kelembagaan Iptek Bidang Pangan Pendukung Industri Agro Andalan Nasional Untuk Memperkuat SIN Dengan Fokus Pengembangan Industri Sawit perlu ditindaklanjuti dalam advokasi kebijakan.

Sedangkan outcome dari hasil kegiatan ini adalah mendukung terwujudnya strategi implementasi kebijakan pengembangan kelembagaan litbang iptek yang sinergis dengan industrialisasi industri berbasis sawit sesuai dengan roadmap pengembangan industri berdasarkan struktur pohon industrinya sehingga mampu diwujudkan industri andalan masa depan sebagai sumber pertumbuhan baru yang berkelanjutan bagi perekonomian nasional. Advokasi lebih lanjut akan menghasilkan impact berupa pelaksanaan pengembangan lembaga litbang dapat dilakukan secara

sistematik dan terfokus sehingga akan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas lembaga Litbang terkait agar mampu mendukung industrialisasi industri hulu, antara, dan hilir berbasis kelapa sawit yang berdaya saing tinggi.

Tindak Lanjut Tindak lanjut hasil kegiatan berupa pelaksanaan

advokasi kebijakan pengembangan kelembagaan iptek guna mendukung industrialisasi industri sawit nasional ke arah hilir dengan mengacu pada Roadmap Pengembangan Kelembagaan Iptek hasil kegiatan perlu dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal, antara lain : (1) Pengembangan Pusat-Pusat Iptek di Pusat dan Daerah: (a) Pusat : pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan iptek harus tuntas (sampai tahap komersialisasi/industrialisasi), serta komprehensif menjawab bukan hanya permasalahan teknologi, tetapi juga politik, ekonomi dan sosial budaya; (b) Daerah : pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan iptek lebih fokus pada teknologi dari elemen-elemen unik kedaerahan yang bernilai tambah; mampu mendukung peningkatan kapasitas SDM (petani inti dan plasma sawit) dalam pengembangan supply chain kewirausahaan; mendorong pertumbuhan produktivitas ekonomi non budidaya yang terkait dengan industri kelapa sawit; (2) Pengembangan Infrastruktur Iptek : (a) Lembaga Litbang harus mampu menghasilkan inovasi dalam teknologi proses/produk/jasa terbaik; (b) Inkubator iptek harus dilengkapi dan dibangun sehingga mampu menghasilkan produk Litbang yang bernilai tambah tinggi yang siap untuk komersialisasi/industrialisasi; (3) Pengembangan regulasi kelembagaan iptek: (a) Orientasi kebijakan Litbang harus 50:50 antara technology push dan market pull; (b) Tim Litbang harus memiliki stakeholders lain selain pemerintah (konsorsium); (c) Kebijakan mendorong komersialisasi produk-produk hasil RUSNAS Industri Sawit pada pertumbuhan industri hulu dan hilir kelapa sawit; (4) Pengembangan fungsi kelembagaan iptek : (a) Lembaga iptek harus mampu memberikan yang terbaik bagi industri; (b) Implementasi ‘one gate policy’ dalam pengembangan industri sawit nasional sehingga mampu mendorong pertumbuhan industri hilir sehingga industri sawit dapat berkontribusi secara maksimal pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan perekonomian nasional.

PublikasiPublikasi hasil kajian berupa Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan

Page 15: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

7

KONTRIBUSI KELEMBAGAAN IPTEK DI BIDANG PERTANIAN DAN PETERNAKAN – KEBIJAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA INTERMEDIASI IPTEK DI DAERAHDrs. Fajar Suprapto, M.Sc Asisten Deputi Pengembangan Kelembagaan, Deputi Bidang Kelembagaan IptekAnggaran : Rp. 300.000.000,-Lokasi kegiatan : Jakarta, Palembang, Gorontalo, dan Bali

DiskripsiPengembangan Lembaga Intermediasi Iptek di daerah

untuk mendukung tata kelola kelembagaan yang efektif pada Sistim Inovasi Daerah (SIDA) difokuskan pada pemberdayaan lembaga melalui peningkatan kapasitas dan kapabilitas iptek dari masing-masing lembaga. Pengembangan kapasitas dan kapabilitas iptek dari lembaga intermediasi di daerah ini bersifat unik karena kebutuhan dari masing-masing lembaga untuk mendukung berjalannya proses inovasi pada SIDA berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Pemberdayaan Lembaga Intermediasi Iptek melalui kebijakan peningkatan kapasitas dan kapabilitas iptek diharapkan akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi peningkatan perannya untuk mendukung pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan iptek sehingga proses inovasi pada SIDA dapat berjalan secara optimal. Lembaga Intermediasi di daerah memainkan peran sentral untuk mewujudkan interaksi yang saling mendukung antar stakeholders sehingga terbangun jejaring kerja yang sinergis di daerah.

Tujuan kegiatan ini adalah : • MenginventarisasiLembagaIntermediasiyangmendukung

pengembangan industri agro di daerah;• Mengidentifikasi kriteria yang tepat bagi Lembaga

Intermediasi untuk mendukung pengembangan industri agro;

• Merumuskan rekomendasi kebijakan pengembanganbagi 2 Lembaga Intermediasi terbaik di daerah untuk mendukung pengembangan industri agro.

Metodologi kegiatan dilakukan dengan cara : Pelaksanaan Desk Study; Penyusunan detail riset desain; Pengumpulan dan klarifikasi data; Penyusunan instrumen pengumpulan data; Pelaksanaan survai lapangan/wawancara mendalam (in-depth interview); Pelaksanaan analisis data secara komprehensif; Penyusunan roadmap pengembangan kelembagaan iptek; dan Penyusunan laporan akhir hasil kegiatan.

Page 16: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

8

Output/Outcome Output kegiatan berupa rekomendasi kebijakan

pengembangan Lembaga Intermediasi Iptek di daerah dimaksudkan sebagai masukan bagi penyusunan program Kementerian Riset dan Teknologi yang terkait dengan kebijakan pengembangan kelembagaan iptek. Pemanfaatan output kegiatan dalam perumusan program di tingkat lembaga diharapkan mampu menghasilkan program Kementerian Riset dan Teknologi untuk meningkatkan peran dan kemampuan Kementerian dalam mendorong percepatan pembangunan iptek nasional yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan riil masyarakat, terutama dalam lingkup SIDA (Sistem Inovasi Daerah), dengan mendorong kapasitas dan kapabilitas iptek dari lembaga intermediasi di daerah. Hal ini dapat dicapai apabila terwujud sebuah SIDA yang memungkinkan terjadinya proses inovasi secara menyeluruh, yaitu sistem yang tidak hanya dapat memperkuat proses pengembangan iptek, tetapi juga dapat menjembatani dan mengarahkan agar hasil-hasil pengembangan iptek yang dilakukan dapat termanfaatkan oleh pihak-pihak yang membutuhkannya. Pemanfaatan rekomendasi ke dalam penyusunan program di tingkat kementerian merupakan outcome dari kegiatan pengembangan lembaga intermediasi di daerah.

Lebih lanjut, manfaat yang dapat diperoleh adalah memberikan solusi terhadap permasalahan penguatan jejaring kerja antar stakeholders SIDA yang lebih terfokus baik pada sisi supply maupun demand berupa upaya ‘menjembatani’ kedua sisi itu sehingga optimal dalam

menghasilkan keterkaitan yang erat antar keduanya. Upaya menjembatani sisi supply dan demand dilakukan dengan kebijakan penguatan Lembaga Intermediasi untuk memperkuat jaringan rantai pemasok teknologi (technology supply chain) yang mengaitkan antara institusi publik pemasok teknologi dan sektor swasta pengguna teknologi dalam suatu wilayah daerah (SIDA).

Tindak Lanjut Tindak lanjut dari rekomendasi kebijakan yang

disampaikan dalam bentuk advokasi kebijakan, lebih lanjut diharapkan mampu memberikan sinergi pada program pembangunan iptek ke depan yang diarahkan untuk mewujudkan Sistem Inovasi Daerah (SIDA) yang mampu mengakselerasi proses inovasi di daerah sebagai bagian integral dari Sistem Inovasi Nasional (SINas) yang berbasiskan kepada Sistem Nasional Iptek (Sisnas Iptek).

Rekomendasi yang disampaikan perlu ditindaklanjuti dalam proses advokasi kebijakan lebih lanjut agar tujuan dari penerapan kebijakan yakni terwujudnya sinergi pada jejaring kerja dalam Sistem Inovasi Daerah (SIDA) dapat dicapai. Advokasi kebijakan yang dilakukan harus selaras dengan Renstra Kementerian Riset dan Teknologi, sebagai payung program pengembangan iptek nasional. Program disusun berlandaskan visi dan misi yang berpandangan jauh ke depan sesuai dengan dinamika lingkungan strategis dan paradigma pembangunan iptek masa mendatang berdasarkan tupoksi lembaga yang diamanatkan oleh regulasi nasional yakni Perpres Nomor 24 Tahun 2010.

Page 17: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

9

PENYUSUNAN DAN PERUMUSAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN (PENGEMBANGAN KONSORSIUM DAN ROADMAP RISET PANGAN) Dr. Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr Asisten Deputi Kompetensi Kelembagaan, Deputi Bidang Kelembagaan Iptek.Anggaran : Rp. 1.000.000.000,-Lokasi kegiatan di Jabodetabek, Bandung, Palembang, Medan, Gorontalo, Pontianak, Banjarmasin, dan Kupang.

DiskripsiPermasalahan pangan yang dihadapi bangsa Indonesia

sangat terkait dengan populasi Indonesia yang terus meningkat dan kendala teknis-ekonomis produksi pangan yang semakin kompleks. Kompleksitas itu ditandai dengan penyusutan luas lahan pertanian, degradasi kualitas lahan akibat pencemaran atau praktek pengelolaan lahan yang tidak berwawasan ekologis, menurunnya minat untuk berkerja di sektor pertanian, dan kondisi bisnis produksi pangan yang masih tetap kurang menjanjikan. Untuk menopang upaya mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan, riset dan teknologi yang dikembangkan harus sesuai dengan persoalan, kebutuhan, dan kapasitas adopsi para pelaku produksi pangan untuk menghasilkan komoditas atau produk pangan yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen pangan.

Dari aspek riset dan teknologi, tantangan yang dihadapi terkait belum selarasnya persoalan dan/atau kebutuhan nyata para pelaku pembangunan pangan; belum sesuai dengan kapasitas adopsi komunitas produsen pangan; dan secara finansial tidak menguntungkan jika diaplikasikan karena menyebabkan pembengkakan ongkos produksi sedangkan nilai komoditas pangan yang dihasilkan relatif rendah.

Persoalan yang berkaitan dengan konsumsi pangan di Indonesia dan perlu mendapat perhatian yaitu : ketergantungan masyarakat pada beras sebagai pangan pokok sumber karbohidrat, ketergantungan Indonesia pada impor untuk beberapa jenis komoditas pangan, dan keamanan pangan baik produk segar maupun olahan.

Teknologi dapat digunakan sebagai solusi bagi ketiga persoalan di atas, namun demikian, teknologi tidak dapat menjadi solusi tunggal, ada persoalan agroklimat yang

menjadi kendala produksi komoditas pangan asal daerah sub-tropik, dan ada peran pengawasan yang perlu diintensifkan dalam proses pengawetan dan pengolahan pangan.

Berdasarkan fakta akan kebutuhan pemenuhan pangan penduduk yang terus meningkat, sementara di satu sisi berbagai teknologi terkait dengan produksi pangan telah tersedia, serta berbagai fasilitas penelitian dan pengembangan terkait dengan pangan dan juga permasalahan global perubahan iklim yang telah terjadi, maka perlu disusun peta jalan (roadmap) kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi agar program pemenuhan pangan penduduk dapat tercapai berkelanjutan. Peta jalan disusun berdasarkan komoditas yaitu jagung, kedelai, sorgum, dan padi. Penyusunan roadmap secara garis besar dibagi dalam 3 kelompok kegiatan litbang yaitu pemuliaan, budidaya, dan pascapanen.

Jagung. Penyusunan roadmap jagung diarahkan untuk mencapai swasembada. Perkembangan produksi tanaman jagung di Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan 2010 terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 8,04 % per tahun. Meningkatnya kebutuhan jagung juga didorong untuk industri pakan ternak.

Kedelai. Penyusunan roadmap kedelai diarahkan untuk mencapai target swasembada pada tahun 2014. konsumsi kedelai diproyeksikan meningkat dari 1,84 juta ton pada tahun 2005 menjadi 2,64 juta ton pada tahun 2020 atau meningkat rata-rata 2,44% per tahun. Pencanangan program swasembada kedelai harus didukung oleh riset komoditas kedelai yang terintegrasi secara nasional. Penyusunan riset harus bergerak dari sisi riset di bidang hulu hingga

Page 18: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

10

hilir. Sasaran riset kedelai harus memayungi permasalahan keharaan untuk ekstensifikasi kedelai; perubahan iklim global; efisiensi usahatani; pasca panen kedelai.

Sorgum. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki potensi dan nilai sangat tinggi sebagai bahan pangan. Sorgum sangat cocok digunakan untuk diversifikasi pangan karena bijinya mengandung karbohidrat yang tinggi. Selain itu, batang dari sorgum manis (sweet sorghum) dapat diperas niranya untuk bahan baku pembuatan bioetanol (biofuel). Sebagai pangan, sorgum memiliki produktivitas biji yang tinggi, relatif lebih tahan kondisi lahan suboptimal. Kandungan protein, kalsium dan vitamin B1 sorgum lebih tinggi daripada padi dan jagung. Selain itu, biji sorgum juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas, sementara batang/daun untuk ternak ruminansia.

Roadmap diawali dari kegiatan Litbang (R&D) untuk menghasilkan teknologi tepat guna yang dapat meningkat-kan produktivitas dan kualitas produk sorgum. Bentuk luaran Litbang yang dihasilkan dapat berupa bermacam teknologi termasuk benih unggul, paket teknologi budidaya, SDM berkualitas dan biji komersial yang siap digunakan untuk industri pangan berbasis sorgum. Diharapkan pada tahun 2021-2025 produk-produk sorgum komersial sudah dapat dijumpai di pasaran. Target akhir adalah bahwa sorgum dapat berkontribusi 5 % dari total kebutuhan pangan Indonesia.

Padi. Roadmap riset budidaya padi meliputi penelitian dan pengembangan budidaya lahan basah dan kering. Produk yang diharapkan adalah peta kesehatan dan kualitas lahan (basah dan kering); pemulih kesehatan dan peningkatan kesuburan lahan berkelanjutan; dan model usaha tani hemat karbon, pengembangan perangkat lunak dan pengembangan instrumen.

Faktor lain yang sangat penting adalah teknologi pascapanen. Roadmap riset pascapanen padi tidak hanya berupa rekayasa alsintan (Alat Mesin Pertanian) untuk pasca panen tetapi juga untuk pra panen dan panen. Produk yang diharapkan adalah ketersediaan alsintan untuk pra panen, panen, pasca panen yang bermanfaat dan dapat menunjang

pencapaian kemandirian beras nasional dan ekspor. Kebijakan diarahkan untuk mendorong industri manufaktur dalam negeri dan investor asing untuk menghasilkan mesin dan peralatan produksi. Kebijakan ini kemudian diikuti dengan keharusan menggunakan mesin dan peralatan dalam negeri.

Output/Outcome Output • Terbentuknya forumantarpenelitiyang terkaitdibidang

pangan.• Roadmaprisetyangyangterkaitdibidangpanganuntuk3

komoditi pangan yaitu jagung, kedelai, dan sorgum.

Tindak Lanjut Beberapa tindak lanjut kegiatan yang perlu dilakukan dan

merupakan rekomendasi yang diberikan dari hasil kajian ini yaitu : • Roadmap riset ini diharapkan dapat menjadi referensi

seluruh pihak dalam pengembangan riset dan teknologi di instansi masing masing dan dapat mendorong kerjasama dan sinergi riset antar lembaga litbang pemerintah maupun swasta sehingga produk target yang ditetapkan dapat terwujud dan dimanfaatkan oleh pelaku usaha pertanian.

• Implementasiroadmapdilakukanmelaluikonsorsiumyangtelah dibentuk oleh Kementerian Pertanian (Padi, Kedelai, Jagung), maupun oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Sorgum).

• Keanggotaan konsorsium perlumelibatkan pihak swastaagar hasil riset yang dilakukan oleh lembaga litbang dan perguruan tinggi lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna.

• Pengawalanpelaksanaanroadmap riset pangan dilakukan melalui konsorsium untuk menjamin terlaksananya kegiatan riset sesuai dengan yang telah tertera dalam roadmap oleh masing-masing lembaga.

PublikasiPublikasi yang dilakukan pada kegiatan ini yaitu

penayangan berita kegiatan pada web ristek (www.ristek.go.id), judul “Roadmap Riset Harus Mempertimbangkan Kapasitas Pengembang dan Pengguna Teknologi”

Page 19: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

11

PENYUSUNAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ILMU PERTANIANDr. Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr Asisten Deputi Kompetensi Kelembagaan, Deputi Bidang Kelembagaan Iptek.Anggaran : Rp. 4.000.000.000,-Lokasi kegiatan utama dilakukan di Jakarta, sedangkan Sistem Inovasi dikembangkan pada 10 Kabupaten di 6 propinsi yaitu Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Maluku, dan Gorontalo. Implementasi Model dilakukan di 3 propinsi dengan fokus pada pengembangan teknologi lahan suboptimal yaitu Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.

DiskripsiSalah satu tantangan yang dihadapi Pemerintah

Indonesia adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Pangan merupakan kebutuhan paling asasi bagi setiap manusia, sehingga persoalan tentang pangan tidak hanya merupakan persoalan yang sangat mendasar dan universal, tetapi juga dapat dilihat dari berbagai perspektif. Persoalan dalam proses produksi pangan mempunyai banyak dimensi, mulai dari persoalan penyusutan luas lahan produksi akibat konversi penggunaannya untuk usaha non-pertanian pangan sampai pada petani yang tidak termotivasi untuk meningkatkan produktivitas lahannya karena tidak berkorelasi positif dengan peningkatan pendapatannya. Spektrum persoalan ini tak semuanya berada dalam ranah teknologi. Dengan demikian, teknologi tak dapat menyelesaikan semua persoalan pangan. Bahkan untuk persoalan yang berada dalam koridor teknologi, jika tanpa dukungan kebijakan yang tepat, maka solusi teknologi yang ditawarkan tak selalu dapat mujarab menyelesaikan persoalan pangan.

Oleh sebab itu, selain upaya pengembangan teknologi yang relevan dengan kebutuhan dan persoalan nyata, juga perlu dirumuskan kebijakan yang kondusif agar teknologi diadopsi oleh para pengguna. Sisi lain yang tidak boleh dilupakan, salah satu tujuan utama pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) adalah untuk mensejahterakan rakyat. Dengan demikian maka pem-bangunan iptek di bidang pangan, selain menyediakan pangan yang cukup bagi masyarakat, perlu dipastikan pula bahwa pilihan teknologi yang ditawarkan dan kebijakan

yang diberlakukan harus berdampak positif bagi upaya mensejahterakan aktor utamanya yaitu petani atau peternak. Hal inilah yang ingin dicapai dalam Sistem Inovasi Nasional.

Sistem Inovasi Nasional di bidang pertanian merupakan sistem yang mengintegrasikan seluruh elemen yang terkait dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi mencakup lembaga pengembang teknologi (lembaga litbang dan Perguruan Tinggi), petani dan badan usaha sebagai pengguna teknologi, dan lembaga penunjang yang bertujuan untuk mempercepat aliran teknologi dari lembaga litbang dan PT ke pengguna agar teknologi dapat berkontribusi bagi peningkatan produktivitas, nilai tambah, dan efisiensi pertanian sehingga meningkatkan daya saing nasional secara berkelanjutan.

Tujuan kajian ini adalah menyusun kebijakan pengembangan ilmu pertanian riptek untuk ketahanan pangan dengan pendekatan penguatan SINas Ketahanan Pangan. Sedangkan sasaran kajian adalah tersusunnya kebijakan pengembangan ilmu pertanian riptek untuk ketahanan pangan dan model SINas Ketahanan Pangan.

Kegiatan ini mendukung program prioritas nasional KIB II (No. 5, Ketahanan Pangan) dan kontrak kinerja (Renstra KRT), menstimulasi pembangunan SINas dan membangun sinergi dan optimalisasi pemanfaatan hasil hasil riset oleh pengguna dan mendukung pencapaian target Kementerian Pertanian (Renstra 2010-2014), yaitu swasembada pangan, diversifikasi pangan, peningkatan mutu, nilai tambah, dan daya saing produk pertanian, dan peningkatan kesejahteraan petani, serta sesuai dengan ARN 2010-2014.

Page 20: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

12

Kajian dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan :• IdentifikasidanAnalisisPermasalahanKetahananPangan,• ImplementasiModelSINasKetahananPangan,• EvaluasiModelSINasKetahananPangandan• PenyusunanRekomendasiKebijakanPengembanganIlmu

Pertanian Riptek untuk Ketahanan Pangan.

Metoda kajian meliputi pengumpulan data sekunder, survei, FGD, dan pengembangan model SINas.

Sistem Inovasi Nasional bidang Pertanian yang dikembangkan difokuskan pada solusi atas tiga permasalahan yang sedang dan akan dihadapi oleh pemerintah dan pelaku pertanian, yaitu produktivitas pertanian di lahan suboptimal, peningkatan nilai tambah dan produktivitas perikanan. Lahan pertanian yang subur semakin berkurang dan bergeser akan ke lahan suboptimal sehingga diperlukan teknologi untuk meningkatkan produktivitas pertanian di lahan suboptimal. Teknologi panen dan pasca panen diperlukan untuk mengurangi susut dan meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan perikanan, sedangkan teknologi perikanan dan kelautan diperlukan untuk peningkatan produktifitas tangkap dan budidaya perikanan.

Output/Outcome Hasil yang diperoleh dari kajian ini adalah :

• Model SINas/SIDa berbasis hasil-hasil litbang mampumeningkatkan produktifitas dan nilai tambah pertanian di 3 lokus (Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan);

• Pengembangan inovasi teknologi pertanian di lahansuboptimal relatif sangat terbatas, dibanding pada lahan subur yang berpotensi hasil tinggi. Berbagai Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi memang belum banyak memberikan perhatian pada lahan suboptimal;

• Terjadinya kesenjangan inovasi teknologi pertanian dilahan suboptimal antara lain menyebabkan masyarakat lapisan bawah yang sebagian besar berada pada lahan tersebut menjadi tidak dapat “diangkat” atau “dientaskan” dari kemiskinannya;

• Kurangnyakoordinasi antar lembagaPemerintahDaerah,LSM lokal, atau Perguruan Tinggi setempat, untuk mempertajam penyusunan senjang tematik. Keterlibatan LSM lokal dalam mengatasi senjang teknologi secara langsung di lapangan dapat memberikan kontribusi yang sangat baik dalam implementasi pemberdayaan petani;

• Pengalamanbeberapaproyekpengembanganlahankeringyang dilakukan oleh lembaga litbang perlu dijadikan Lesson learned, sehingga kita dapat menginventarisasi berbagai teknologi yang telah dihasilkan;

• Sumber inovasi teknologi tidak hanya dari lembagapenelitian formal, tetapi inovasi teknologi dapat muncul dari kalangan petani atau masyarakat pertanian, termasuk LSM yang telah nyata berhasil dalam pengembangan inovasi tekonologi pertanian di lahan suboptimal;

• Dalam melihat permasalahan di tingkat petani, perludibedakan secara jelas apakah memang ada senjang tema atau masalah dalam penerapan/adopsi teknologi, karena penanganannya akan berbeda.

Tindak Lanjut Kajian merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :

• Implementasi model SINas seyogyanya dilakukan secarakelembagaan dengan melibatkan lembaga yang sudah ada di Kementerian Teknis dan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) setempat, sehingga pengembangan inovasi dapat terus berlanjut dan berkesinambungan,

• Pemanfaatan lahan suboptimal sebagai salah satusumber pangan nasional perlu mendapat perhatian, baik dalam tataran penelitian maupun dalam kegiatan implementasinya,

• Kegiatanyangterkaitdenganpengelolaanlahansuboptimalharus melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan dengan memperhatikan kemampuan adopsi masyarakat,

• Perludikaji lebih lanjutperanmasing-masingpihakyangterlibat di dalam pemanfaatan lahan suboptimal sehingga dalam penerapan konsep SINas dapat berjalan dengan baik,

• Perlumemperkuatlembagaintermediasiagarhasillitbangdapat dengan mudah diterapkan oleh pengguna teknologi, demikian juga sebaliknya aliran informasi akan kebutuhan teknologi oleh pengguna teknologi, data segera sampai ke pengembang teknologi dan

• Pengembangan inovasi di lahan marjinal oleh berbagaiLembaga Penelitian termasuk Badan Litbang Pertanian seyogyanya difokuskan untuk menghasilkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna di lahan marjinal (petani dan Usaha Kecil Menengah Koperasi/UKMK).

PublikasiBeberapa kegiatan dipublikasikan di website ristek

yaitu : Harapan Untuk Memanen Lebih Dari Sekali di Lahan Suboptimal Pasang Surut, Sumatera Selatan; Inovasi Muncul Karena Kebutuhan dan Tantangan; Pembahasan Konsepsi Pengembangan Model SINAS Ketahanan Pangan; Identifikasi Awal Pengembangan Konsepsi Sistem Inovasi Nasional (SINas) Industri Perdesaan di Kabupaten Jepara di http://www.ristek.go.id/

Page 21: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

13

PENGEMBANGAN SISTEM INSENTIF TEKNOLOGIINDUSTRI PRODUKSI BIBIT DAN BENIH –PENGEMBANGAN JARINGAN ANTAR PENELITI DAN LEMBAGA LITBANG

Ir. Sri Setiawati, MAAsisten Deputi Jaringan Penyedia, Deputi Bidang Jaringan IptekAnggaran : Rp. 400.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiSampai dengan saat ini, produksi bibit dan benih unggul,

baik untuk tanaman pertanian maupun tanaman obat di Indonesia masih sangat terbatas. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa kendala, antara lain : kebijakan pemerintah yang kurang mendukung tumbuhnya industri bibit dan benih, insentif (fiskal dan dana riset) yang kurang bagi industri dan pemulia bibit dan benih, kurangnya SDM dan juga kurangnya (lemahnya) jaringan antar peneliti dan lembaga litbang yang menghasilkan bibit dan benih.

Tujuan dari kegiatan ini adalah :• Mendapatkan gambaran bagaimana interaksi dan pola

hubungan antar peneliti dalam lembaga litbang dan antar lembaga litbang dalam pengembangan teknologi, pembibitan dan pembenihan, khususnya untuk bidang pertanian (tanaman pangan dan non pangan, peternakan dan perikanan) dan kesehatan (tanaman khasiat obat/agrofarmaka).

• Menemukenalipendorongdanpenghambatpengembang-an interaksi dan pola hubungan antar peneliti dalam lembaga litbang dan antar lembaga litbang dalam pengembangan teknologi, pembibitan dan pembenihan, khususnya untuk bidang pertanian dan kesehatan.

Adapun sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan ini meliputi :• Mengetahui pola interaksi dan pola hubungan antar

peneliti dalam lembaga litbang, antar peneliti satu lembaga litbang dengan peneliti pada lembaga litbang lain dan antar lembaga litbang

• Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhiinteraksi dan pola hubungan antar peneliti dalam lembaga litbang, antar peneliti satu lembaga litbang dengan peneliti pada lembaga litbang lain dan antar lembaga litbang

• Mengidentifikasi barrier (penghambat) interaksi dan pola hubungan antar peneliti dalam lembaga litbang, antar peneliti satu lembaga litbang dengan peneliti pada lembaga litbang lain dan antar lembaga litbang

• Merumuskan pola interaksi dan pola hubungan(pengembangan forum) antar peneliti dalam lembaga litbang dan antar lembaga litbang

• Merumuskan rekomendasi kebijakan pengembanganjaringan antar peneliti dalam lembaga litbang dan antar lembaga litbang

Kegiatan ini terdiri dari beberapa tahapan, meliputi :• KajianTeoritis(StudiPustaka/Literatur)• KajianEmpiris Pada tahapan kegiatan ini meliputi kegiatan :

- Penyusunan kuisioner- Penentuan Subyek Kajian- Survei (Pengumpulan Data)

• AnalisisData• SeminardanHasilKajian

Output/OutcomeOutput

Rekomendasi Kebijakan untuk pengembangan sistem insentif teknologi industri produksi bibit dan benih

Page 22: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

14

OutcomeTumbuh dan berkembangnya interaksi antar peneliti

dan lembaga litbang dalam pengembangan teknologi, pembibitan dan perbenihan.

Tindak Lanjut Urgensi

Penting dilaksanakan untuk mengurangi ketergantungan ketahanan pangan Indonesia pada negara lain yang dapat dilihat dari naiknya volume impor pangan, baik dalam bentuk komoditas maupun bibit dan benih. Selain itu, kajian ini diperlukan untuk membangun pola jejaring antara penyedia teknologi khususnya di bidang ketahanan pangan.

KesinambunganKajian ini dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

mengarahkan insentif riset, sehingga menjadi lebih efisien.

Rekomendasi pengembangan jejaring• Mendorongberkembangnyainteraksidanhubunganyang

bersifat informal dengan cara mendorong keterbukaan bagi setiap peneliti dan menghilangkan egoisme penelti.

• Mengembangkanjejaringyangbersifatformalmelalui:- Forum komunikasi peneliti benih dalam litbang, Setiap

litbang perlu dilakukan akreditasi. Bobot akreditasi salah satunya adalah pola interaksi dan pola hubungan yang mereka jalin. Disamping substansi kinerjanya didalam melakukan kegiatan penelitian.

- Forum komunikasi peneliti benih antar litbang di tingkat daerah, Forum komunikasi daerah dibentuk di tingkat provinsi. Sebagai koordinator dipilih salah satu lembaga litbang di tingkat provinsi.

- Forum komunikasi penelti benih antar litbang tingkat nasional, Forum komunikasi ditingkat nasional dibentuk dan sebagai koordinator forum adalah Kementerian Riset dan Teknologi.

- Forum perbenihan nasional, Forum ini merupakan komunikasi antara peneliti, pelaku bisnis dan pengguna dan sebagai koordinatornya adalah Kementerian Pertanian.

• Meningkatkan publikasi baik publikasi ilmiah (jurnalpenelitian, buletin) maupun publikasi populer (majalah populer, leaflat, petunjuk praktis dan lain-lain).

• Mendorong organisasi-organisasi profesi yang terkaitdengan bidang perbenihan untuk memberi porsi yang cukup dalam pembahasan, pengkajian dan pengembangan perbenihan.

• MeningkatkandanmengembangkanjejaringmelaluiIT.• Meningkatkandanmengembangkanpoladiseminasi.

Rekomendasi umum untuk mendukung pengembangan jejaring• Perlunyadisusunroad-map penelitian dan pengembangan

perbenihan secara nasional.• Mengoptimalkan fungsi dan manfaat masing-masing

peneliti, melalui akreditasi bagi peneliti.• Penerapanreward and punishment.• Optimalisasipendanaan.• Pemetaankebutuhanbenihmasing-masingkomoditasdi

berbagai daerah.

Publikasi TematikKajian ini telah dibuat buku berbentuk laporan yang

diperuntukkan bagi kalangan internal.

Page 23: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

15

KAJIAN PEMETAAN JARINGAN PENYEDIA TEKNOLOGI RUMPUT LAUT DENGAN DAERAH1. Dr. Ir. Masrizal, MSc2. Dr. Eng. Hotmatua Daulay, M. Eng. B.EngAsisten Deputi Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pusat dan Daerah, Deputi Bidang Jaringan IptekAnggaran : Rp. 300.000.000,-Lokasi : DKI Jakarta

DiskripsiSebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas

wilayah lautan yang mencapai lebih dari 5 juta km2, garis pantai 80.000 km dan 17.500 pulau, Indonesia memiliki sumberdaya rumput laut dan kelautan yang cukup melimpah dengan keaneka ragaman yang cukup tinggi baik yang terbarukan (renewable resources) maupun tidak terbarukan (un renewable resources). Diantara sumberdaya perikanan yang cukup potensial dikembangkan untuk kemakmuran bangsa dan negara adalah rumput laut (seaweed). Berdasarkan manfaatnya, rumput laut dalam berbagai bentuk hasil olahan dapat dikonsumsi sebagai bahan pangan atau bahan industri untuk kebutuhan farmasi, kosmetik dan produk lainnya. Rumput laut memiliki nilai ekonomi yang tinggi (high value commodity), spektrum penggunaannya sangat luas, daya serap tenaga kerjanya tinggi, teknologi budidayanya mudah, masa tanamnya pendek (hanya 45 hari) atau quick yield dan biaya unit per produksinya yang sangat murah. Kondisi rumput laut yang demikian menjadikan rumput laut sebagai andalan bagi upaya pengembangan usaha skala kecil dan menengah (UKM). Namun demikian, pada kenyataannya tingkat kehidupan masyarakat pembudidaya rumput laut masih kurang berkembang jika dibandingkan dengan kemajuan budidaya ikan dan udang.

Dalam era globalisasi, sistem perdagangan bebas antar negara telah menjadi tantangan baru dalam pembangunan sektor perikanan termasuk rumput laut, disamping sederetan persoalan lainnya yang melanda negara ini. Dalam globalisasi perdagangan, produksi rumput laut dalam negeri

harus mampu bersaing dengan produksi rumput laut dari berbagai negara. Sehingga terbayangkan betapa ketatnya persaingan antar produksi dalam mencari pangsa pasar (market segmention). Bahkan anekdot siapa yang kuat pasti dapat; seperti halnya hukum rimba, merupakan keniscayaan yang suka atau tidak suka akan dihadapi oleh pelaku industri rumput laut bangsa ini.

Persaingan mendapatkan bahan baku produksi dan lahan rumput laut merupakan salah satu permasalahan yang harus mendapat perhatian serius dalam mendukung perkembangan rumput laut nasional dalam era globalisasi perdagangan. Permasalahan lain yang perlu segera dibenahi, antara lain perlunya pengembangan dan penguatan struktur usaha rumput laut dalam bentuk pola kemitraan yang kuat antara pembudidaya rumput laut dan sektor indutri pengguna, jaminan kesinambungan produksi baik kuantitas maupun kualitas, kesiapan sumberdaya manusia (SDM), modal kerja, jaminan pasar dan pola budaya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pengembangan jaringan sistem produksi untuk mengidentifikasi berbagai faktor pendukung yang dapat dijadikan sebagai acuan pemecahan masalah pengembangan usaha rumput laut sebagai inti kegiatan produksi, merupakan upaya yang cukup bermanfaat dalam mengatasi upaya percepatan pengembangan komoditas rumput laut sebagai salah satu komoditas unggulan perikanan nasional.

Dalam pengembangan jaringan sistem produksi komoditas rumput laut, model dan bentuk keterkaitan

Page 24: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

16

antara pusat-pusat produksi rumput laut dengan pusat pengolahan/pemanfaatan hasil hingga ke konsumen akhir, diharapkan dapat tertata secara efektif sehingga menjadi suatu sistem yang integratif dan efisien. Keberhasilan pengembangan industri rumput laut sangat tergantung pada kemampuan dan kehandalan pelaku-pelaku agribisnis dari berbagai sub-sistem pendukungnya dalam menjalankan perannya masing-masing. Seluruh komponen sub-sistem usaha rumput laut harus mampu mengemban misinya tidak hanya dalam menjalankan fungsinya secara parsial, tetapi juga harmonisasi dalam pengembangan industri rumput laut secara modern, termasuk sistem produksi dan distribusinya secara integral.

Secara keseluruhan, sistem produksi rumput laut seyogianya dikembangkan secara berkelanjutan dalam sistem pengelolaan agribisnis yang tidak hanya mengandalkan ‘kemurahan alam’ semata, tetapi lebih menitik-beratkan pada aplikasi teknologi dan ‘Best Management Practices’, baik on-farm maupun off-farm. Pelaku pelaku yang terlibat dalam usaha pengembangan rumput laut seyogianya diperlakukan sebagi tenant yang memiliki kemudahan mendapatkan sarana dan prasarana produksi, informasi pasar serta aspek off-farm lainnya seperti jaminan mutu dan keamanan produk, kemudahan pengurusan surat dan dokumen serta kemudahan mendapatkan akses ke institusi riset dan pengembang teknologi. Untuk mendukung maksud tersebut sangat diperlukan sinergitas antara pemerintah dan institusi riset serta pelaku bisnis itu sendiri. Tentunya peranan dan kontribusi masing-masing pihak akan mengikuti konsep dan pola pengembangan yang paling efisien dan diterima masyarakat. Pola pengembangan usaha rumput laut secara modern di Indonesia yang mencakup kebijakan, implementasi dan pengembangannya perlu dilengkapi dengan beberapa model jaringan pusat-pusat produksi rumput laut dari on-farm hingga konsumen akhir beserta faktor faktor pendukungnya yang nantinya dapat dijadikan model sesuai dengan keunggulan lokal dan spesifikasi komoditas di wilayah tersebut untuk dikembangkan sesuai dengan kondisi dan karakteristiknya masing-masing.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merumuskan jaringan sistem produksi komoditas rumput laut di Indonesia melalui pengkajian di beberapa sentra produksi rumput laut. Melalui pemetaan jaringan sistem produksi dapat disusun kebijakan peningkatan kapasitas iptek sistem produksi rumput laut di Indonesia.

Sasaran• Diketahuinyagambarantentangprosesproduksirumput

laut di beberapa sentra produksi rumput laut. • Tersusunnya model alur pengadaan dan pemanfaatan

teknologi untuk mendukung proses produksi pada setiap sistem produksi pada kawasan studi;

• Tersusunnyamodel alur pengadaan input produksi sertajaringan distribusi produk ke industri hilir maupun ke konsumen akhir;

• Tersusunya konsep harmonisasi dukungan riset dandukungan teknologi untuk pengembangan pusat pusat produksi rumput laut di wilayah yang diamati;

• Rekomendasi kebijakan pengembangan jaringan sistemproduksi rumput laut.

MetodologiKegiatan kajian ini dilaksanakan selama 10 bulan kerja

efektif, dan untuk mencapai luaran yang direncanakan, kajian sistem produksi pangan dengan fokus utama adalah macronutrient protein ternak dilakukan dengan metoda pengumpulan data primer, data sekunder, survei, kuisioner, in-depth interview, serta focus group discussion. Secara rinci metodologi yang digunakan adalah :• Pengumpulan data sekunder, kegiatan pengumpulan

data sekunder dilakukan untuk lokasi lokasi terpilih yang digunakan sebagai kajian yang meliputi sistim produksi, infrastruktur, komoditas, manajemen pegelolaan.

• Survei, kegiatan ini dilaksanakan melalui tracer study di pusat pusat produksi. Pada saat pelaksanaan survei dilakukan juga penyebaran kuisioner di masing-masing lokasi kajian untuk mengidentifikasi kondisi lokal masing-masing pusat produksi.

• Interviewdanfocus group discussion. Kegiatan ini dilakukan untuk menghimpun berbagai pendapat maupun informasi dari berbagai pihak yang menyangkut potensi produk, produk unggulan dan stakeholders, prasarana umum dan sarana pendukung, kelembagaan finansial, prospek pengembangan dan pengelolaan model yang terkait dengan program ketahanan pangan di Indonesia.

• Analisis data. Data yang telah diperoleh dianalisis untukmodel keterkaitan antara pusat pusat produksi pertanian ternak dan konsumen akhir di masing-masing lokasi kajian, mendeskripsikan potensi, peluang, kelemahan dan hambatannya.

Page 25: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

17

Tindak Lanjut

DiskripsiKesinambungan dengan kegiatan selanjutnya dalam

rangka Pengembangan Jaringan Penyedia Iptek Pusat dan Daerah (Rumah SINAS)• PenyusunanmetodepengukurankekuatanJaringanIptek

Pusat dan Daerah.• Pemetaan Jaringan Iptek Pusat yang terkait dengan

Daerah.• Analisis dan Rancang bangun Jaringan Iptek Pusat dan

Daerah.• PendayagunaanJaringan IptekPusatdanDaerahdengan

memanfaatkan Teknologi Informasi dan Teknologi lainnya.

MASALAH PERGURUAN TINGGI LITBANG BADAN USAHA

BudidayaPengembangan bioteknologi produksi yang lebih produktif

Pengembangan dan penerapan bioteknologi produksi rumput laut yang lebih produktif

Menerapkan produksi rumput laut yang lebih produktif dengan memanfaatkan hasil-hasil temuan bioteknologi

Industri Pengolahan

Pengembangan teknologi proses pengolahan dan produksi aneka produk pangan (dodol, manisan, dll) kualitas ekspor dan industri dari RL untuk mendukung pariwisata

Pengembangan dan penerapan teknologi proses pengolahan dan produksi aneka produk pangan (dodol, manisan, dll) kualitas ekspor dan industri dari RL untuk mendukung pariwisata

Penerapan teknologi proses pengolahan dan produksi aneka produk pangan (dodol, manisan, dll) kualitas ekspor dan industri dari RL untuk mendukung pariwisata

Kebijakan pemerintah

Mendukung sarana dan prasarana serta pendanaan dan kurikulum untuk mendukung pengembangan RL

Mendukung sarana dan prasarana serta pendanaan untuk penelitian dan penerapan produksi dan pengolahan RL

Bekerjasama dengan Lembaga Riset dan PT dalam menerapkan hasil-hasil LITBANGYASA RL

Faktor Alam Mengembangkan dan menerapkan IPTEK untuk mendukung kesinambungan produksi RL sepanjang tahun dengan mengembangkan strain baru yang adaftive terhadap perubahan lingkungan

Output/OutcomeOutput• Petajaringanpenyediaiptekrumputlautdengandaerah.• Rumusan kebijakan tentang pengembangan sistem

jaringan produksi rumput laut. Outcome• Tersusunnya konsepsi jaringan penyedia iptek dengan

daerah produsen dari produsen yang lebih efisien dan ekonomis pada masing-masing pusat-pusat produksi rumput laut di wilayah terpilih sesuai dengan kondisi bio-fisik dan sosial-budaya setempat.

• Terjadinya harmonisasi pengembangan pusat-pusatproduksi rumput laut di wilayah wilayah yang diamati.

Page 26: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

18

Page 27: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

19

ANALISIS PENGEMBANGAN SISTEM JARINGANTEKNOLOGI KETAHANAN PANGAN BERBASIS PETERNAKAN1. Dr. Ir. Masrizal, MSc2. Dr. Eng. Hotmatua Daulay, M. Eng. B.EngAsisten Deputi Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pusat dan Daerah, Deputi Bidang Jaringan IptekAnggaran : Rp. 300.000.000,-Lokasi : DKI Jakarta

DiskripsiTeknologi merupakan salah satu unsur penting

dalam mendukung proses produksi di berbagai sektor pembangunan. Selain berperan untuk meningkatkan produktifitas, teknologi juga berperan meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan mutu produk yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing produk. Teknologi dilahirkan melalui serangkaian inovasi, invensi, modifikasi dan adaptasi.

Pengembangan teknologi untuk mendukung pem-bangunan nasional telah banyak dilakukan oleh lembaga litbang departemen dan non-departemen, Perguruan Tinggi dan industri. Meskipun demikian, pendayagunaan dan pemanfaatan teknologi tersebut oleh masyarakat daerah masih rendah. Disamping disebabkan oleh keterbatasan penyebaran informasi oleh lembaga litbang tentang teknologi yang dikembangkan, juga disebabkan oleh rendahnya akses masyarakat daerah terhadap informasi tentang teknologi yang dihasilkan lembaga litbang. Banyak teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak dikembangkan oleh lembaga litbang. Hal tersebut diatas terjadi disebabkan salah satunya karena belum berkembangnya sistem jaringan riset dan teknologi antar lembaga iptek pusat dan daerah. Oleh karena itu, sistem jaringan riset dan teknologi antar lembaga iptek pusat dan daerah perlu dikembangkan.

Padahal jaringan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi pilar penting dalam sistem nasional penelitian, pengembangan dan penerapan iptek. UU No.18 Tahun 2002 menyebutkan bahwa sistem nasional penelitian,

pengembangan dan penerapan iptek berfungsi membentuk pola hubungan yang saling memperkuat antar unsur kelembagaan , unsur sumber daya dan unsur jaringan iptek.

Peternakan merupakan salah satu subsektor yang penting dalam pembangunan ketahanan pangan. Peternakan menghasilkan produk pangan yang kaya akan protein yang penting bagi pertumbuhan dan kecerdasan manusia. Oleh karena itu pengembangan subsektor peternakan akan berdampak positif pada peningkatan kualitas SDM. Hingga saat ini, Indonesia masih belum mencapai swasembada daging sapi dan susu. Padahal Indonesia memiliki potensi sumber daya lahan, air dan genetik yang cukup besar untuk pengembangan produktifitas peternakan. Salah satu titik kritis dalam pengembangan peternakan adalah rendahnya input teknologi sehingga produktivitas dan daya saing produk peternakan relatif rendah.

Oleh karena itu, pengembangan riset dan teknologi di bidang peternakan perlu dipacu untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing produk peternakan yang pada gilirannya akan meningkatkan ketahanan pangan nasional dan mewujudkan target swasembada daging sapi dan susu. Hasil riset lembaga litbang pusat yang telah teruji perlu disebarkan ke daerah potensi peternakan agar dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan produksi peternakan. Koordinasi dan sinkronisasi riset dan hasil riset yang melibatkan lembaga iptek pusat dan daerah perlu dilakukan agar hasil riset dan teknologi yang dikembangkan lembaga iptek pusat sesuai dengan kebutuhan daerah.

Page 28: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

20

Berdasarkan hal-hal tersebut, sistem jaringan antara lembaga iptek pusat dan daerah untuk mendukung subsektor peternakan perlu dikembangkan. Pada tahun 2007-2009, sistem Jaringan Teknologi Ketahanan Pangan asal tanaman dan ikan secara nasional telah dikaji. Pada tahun 2010 ini, pengembangan jaringan ketahanan pangan antara lembaga iptek pusat dan daerah difokuskan pada ketahanan pangan asal ternak.

Tujuan kajian adalah untuk mengembangkan sistem jaringan teknologi ketahanan pangan untuk peningkatan kerjasama riset dan teknologi antara lembaga iptek pusat dan daerah dalam rangka mendukung ketahanan pangan asal ternak.

Sasaran kajian adalah meningkatkan kerjasama antar unsur kelembagaan iptek (lembaga litbang pusat dan daerah) dalam pendayagunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mendukung ketahanan pangan asal ternak, meningkatkan akses masyarakat (stakeholders) terhadap informasi teknologi ketahanan pangan asal ternak dan meningkatkan pertukaran informasi tentang teknologi ketahanan pangan asal ternak diantara intitusi lembaga litbang pusat dan daerah dalam rangka memperkokoh ketahanan pangan nasional.

Metodologi• Koordinasi pertemuan lembaga litbang (iptek) pusat

dan daerah; a.l. melalui focus group discussion untuk peningkatan kerjasama lembaga litbang pusat dan daerah di bidang ketahanan pangan asal ternak.

• Sinkronisasi riset dan penerapan hasil litbang lembagaiptek pusat dengan kebutuhan daerah.

• Analisisdanevaluasisistemjaringanteknologiketahananpangan asal ternak.

• Pengembangan kebijakan sistem jaringan teknologiketahanan pangan asal ternak.

Output/OutcomeOutput• Laporanyangmemuatmodeljaringanlembagaiptekpusat

dan daerah untuk pengembangan dan aplikasi riset dan teknologi ketahanan pangan asal ternak.

• Rekomendasi pengembangan sistem jaringan teknologiketahanan pangan asal ternak.

Outcome• Terbangunnyasistemjaringanteknologiketahananpangan

asal ternak di daerah untuk mendukung pencapaian ketahanan pangan nasional.

• Terjalinnya kerjasama antara lembaga litbang pusat dandaerah yang terkait ketahanan pangan asal ternak.

Tindak Lanjut• Perludilaksanakanidentifikasiinovasiteknologiperbibitan,

teknologi pakan ternak dan teknologi pasca panen yang ada di Lembaga Litbang, Perguruan Tinggi dan Swasta.

• Perlu dilakukan pembuatan sistim informasi pakan,membuat SNI kebutuhan zat makanan dan pedoman pemberian pakan pada ternak ruminansia guna memenuhi kebutuhan pakan nasional.

• Perencanaan litbang harus lebih difokuskan untukkesejahteraan petani/peternak dan memenuhi kebutuhan masyarakat/swasta.

• Perlu dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) teknologi pembibitan, teknologi pakan ternak dan teknologi pengolahan pasca panen secara terencana dan berkelanjutan dengan melibatkan semua stake holder.

Kesinambungan dengan kegiatan selanjutnya dalam rangka Pengembangan Jaringan Penyedia Iptek Pusat dan Daerah (Rumah SINas) :• PenyusunanmetodepengukurankekuatanJaringanIptek

Pusat dan Daerah.• Pemetaan Jaringan Iptek Pusat yang terkait dengan

Daerah.• Analisis dan Rancang bangun Jaringan Iptek Pusat dan

Daerah.• PendayagunaanJairngan IptekPusatdanDaerahdengan

memanfaatkan Teknologi Informasi dan Teknologi lainnya.

Page 29: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

21

PENINGKATAN JARINGAN PENYEDIA IPTEK KEDELAIDENGAN DAERAH PENGGUNADr. Ir. Masrizal, MScDr. Eng. Hotmatua Daulay, M. Eng. B.EngAsisten Deputi Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pusat dan Daerah, Deputi Bidang Jaringan IptekAnggaran : Rp. 300.000.000,-Lokasi : DKI Jakarta

DiskripsiRendahnya laju peningkatan produksi kedelai dan terus

menurunnya produksi di Indonesia lebih di dominasi oleh dua penyebab utama yaitu : (1) Produktivitas yang masih rendah dan terus menurun; dan (2) Penurunan luas areal penanaman/panen di lahan pertanian pangan produktif di pulau Jawa. Kedua faktor tersebut mempertajam penurunan laju pertumbuhan produksi dari tahun ke tahun.

Disamping dua masalah di atas, beberapa isu nasional tentang kedelai yang juga merupakan bagian dari propaganda para importir adalah : • Produktivitas rata-rata kedelai nasional rendah yaitu 1,2

ton/ha sedangkan di Amerika mampu mencapai 2,3 ton/ha. Dengan teknologi yang tepat tanaman kedelai di Indonesia mampu mencapai produksi lebih dari 3 ton/ha dan bahkan dalam beberapa kasus percobaan produksi kedelai dapat melampaui 4,5 ton/ha.

Kelangkaan Benih saat musim tanam merupakan kenyataan yang kita alami selama ini. Sentra perbenihan kedelai kurang di kembangkan. Benih kedelai kalaupun ada, tidak mencukupi karena tidak ditanam dalam skala yang mencukupi kebutuhan. Alasannya antara lain karena produsen benih kurang berminat mengembangkannya. Produsen benih tidak mendapatkan kepastian kalau benih yang mereka produksi laku terjual. Hal ini sangat beralasan,

karena biaya untuk memproduksi benih cukup tinggi dan resiko penurunan daya tumbuh sangat tinggi. Harga benih kedelai yang di tetapkan pemerintah saat ini sangat rendah. Dengan kondisi seperti ini, minat untuk memproduksi benih kedelai menjadi sangat rendah.

• Tidak adanya kelembagaan kedelai nasional yangmemperjuangkan nasib petani kedelai di Indonesia. Di Kanada dan India ada asosiasi petani kedelai (soybean grower association) dan pusat pemasaran kedelai internasional yang memperjuangkan kepentingan para petani produsen kedelai nasionalnya, sedangkan di Indonesia belum ada dan bahkan sebaliknya (merugikan petani kedelai).

• Permasalahlainadalahlemahnyapermodalanpetaniuntukmenanam kedelai dalam lahan yang lebih luas. Kredit yang dapat menjamin usaha di sektor ini tidak ada. Kalupun ada hanya sebatas diwacanakan, milsalnya kebijakan KKP kedelai. Harga kedelai impor selalu lebih rendah dari kedelai lokal. Petani tidak terjamin pasarnya karena importer di Indonesia mendapatkan fasilitas GSM 102, Kredit Impor dan “Triple C”, PL-480, LC mundur dari negara produsen dan bea masuk kedelai yang rendah (sebelumnya nol %).

Kejadian ini telah menyulitkan pasar kedelai lokal yang diproduksi petani di dalam negeri. Petani produsen kedelai tidak mendapatkan perlindungan apalagi subsidi/insentif

Page 30: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

22

dari pemerintah. Hal ini menyebabkan petani kedelai beralih ke komoditi lain di luar kedelai yang lebih aman dan mengikuti mekanisme pasar yang mungkin dapat mereka tembus seperti produk-produk hortikultura.

Dari banyaknya persoalan perkedelaian nasional serta isu-isu yang makin menjatuhkan posisi kedelai, sebenarnya masih ada optimisme jika pemerintah dan para pelaku bisnis kedelai serius untuk membangun produksi dan membangun Agribisnis Perkedelaian Nasional.

Salah satu hal yang dapat diharapkan adalah adanya hasil-hasil penelitian di dalam negeri yang cukup memberikan harapan. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI telah berhasil mendapatkan berbagai jenis bakteri yang bekerja sangat efektif untuk meningkatkan produktivitas kedelai. Bakteri ini adalah bakteri penambat nitrogen (Rhyzobium dan Azospirillum) serta bakteri pengurai fosfat. Berbagai jenis bakteri ini telah berhasil disisipkan ke dalam benih kedelai. Dengan teknik yang dikembangkannya, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI ini berhasil mengembangkan benih kedelai plus. Dengan menggunakan benih kedelai plus, produktivitas kedelai meningkat tajam. Percobaan penggunaan benih kedelai plus di Musi Rawas (Palembang) berhasil mendapatkan hasil panen rata-rata 3,8 ton per hektar.

Sementara itu, berbagai varietas kedelai unggul telah berhasil dirakit oleh BATAN (varietas Muria, Meratus, Rajabasa dan Mitrani), DEPTAN dan perusahaan swasta. Mensinergikan program dan hasil litbang yang berpotensi tersebut tentunya akan bisa menunjang program swasembada kedelai nasional.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan jejaring kerjasama antara institusi penelitian yang terkait dengan perbenihan kedelai antara lembaga litbang, perguruan tinggi, pebisnis dan masyarakat agar produktivitas kedelai nasional meningkat melalui memperbaiki sistem perbenihan.

Sasaran kegiatan ini terbentuknya jejaring dan terbinanya kelembagaan perbenihan/penangkaran kedelai di ATP Sumsel, Sumatera Barat, dan Cianjur.

Metodologi• Koordinasipertemuanlembagalitbang-perguruantinggi-

dunia usaha-pemerintah; antara lain melalui focus group discussion dan Workshop untuk peningkatan kerjasama teknologi lembaga litbang-perguruan tinggi-dunia usaha-pemerintah di bidang ketahanan pangan.

• Analisis dan evaluasi jaringan teknologi produksi benihkedelai di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Cianjur

• PembaharuandanImplementasisistemjaringanteknologiproduksi benih kedelai di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Cianjur (demo plot).

Output/OutcomeOutput

Rumusan usulan kebijakan, demoplot, dan benih bersertifikat Outcome

Terbentuk/terbinanya petani penangkar kedelai yang bersertifikat. Dengan adanya petani penangkar kedelai dengan koordinasi dalam pemasarannya, dengan harapan bisa mencukupi benih unggul nasional.

Tindak Lanjut Kesinambungan dengan kegiatan selanjutnya dalam

rangka Pengembangan Jaringan Penyedia Iptek Pusat dan Daerah (Rumah SINAS)• PenyusunanmetodepengukurankekuatanJaringanIptek

Pusat dan Daerah.• Pemetaan Jaringan Iptek Pusat yang terkait dengan

Daerah.• Analisis dan Rancang bangun Jaringan Iptek Pusat dan

Daerah.• PendayagunaanJaringan IptekPusatdanDaerahdengan

memanfaatkan Teknologi Informasi dan Teknologi lainnya.

Page 31: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

23

Page 32: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

24

Page 33: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

25

PENGKAJIAN PENGEMBANGAN DANPEMANFAATAN TEKNOLOGI ENERGI BARU DAN TERBARUKANDr. Agus R. HoetmanStaf Ahli Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Energi dan Material MajuAnggaran : Rp. 750.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiKetersediaan energi secara berkesinambungan merupa-

kan prasyarat penting dalam menjamin keberlanjutan pembangunan nasional. Sektor energi bukan saja hal yang vital bagi industrialisasi, baik sebagai komoditas bahan baku maupun sebagai bahan bakar, tetapi juga penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan standar kehidupan masyarakat.

Sumberdaya energi nasional yang berupa sumberdaya energi fosil tersedia secara terbatas. Eksploitasi sumberdaya energi minyak bumi akan menguras cadangan minyak bumi dalam tempo kurang dari 20 tahun ke depan, sedangkan gas alam yang tersedia dalam cadangan yang besarpun akan habis dalam 50 tahun mendatang. Oleh karena itu permasalahan energi nasional jangka panjang harus di jamin keamanan pasokan dan keberlanjutannya, sehingga dapat mendukung pembangunan dan kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia dalam jangka panjang. Sedangkan permasalahan energi nasional jangka pendek yang harus segera diselesaikan adalah menyiapkan sumber energi selain BBM untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri nasional. Untuk pemecahan masalah energi nasional jangka pendek harus diletakkan dalam suatu kerangka untuk menjawab masalah jangka panjang, sehingga menjadi suatu penyelesaian yang integral.

Berbagai jenis teknologi energi baru dan terbarukan (EBT) yang diperhatikan untuk dikembangkan dan dimanfaatkan dalam rangka mendukung kebijakan tersebut antara lain: bahan bakar nabati (BBN), angin, batubara, panas bumi, surya, nuklir, CBM dan coal gasification.

Penempatan prioritas riset bidang energi juga sejalan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 5 tahun 2006 yang mengamanatkan peningkatan bauran energi untuk bidang

bahan bakar nabati sebesar 5%, panas bumi sebesar 5% dan energi dari sumber-sumber lain seperti pencairan batu bara, nuklir, surya, biomass, angin dan ombak sebesar 7%. Pada tahun 2010 kajian ini lebih difokuskan kepada sumber energi hidro, surya, bahan bakar nabati dan panas bumi serta pra studi kelayakan industrialisasi sel surya mulai dari identifikasi potensi pasir silika di Indonesia yang merupakan bahan baku untuk pembuatan sel surya.

Ruang lingkup dari kegiatan meliputi pengembangan dan pemanfaatan teknologi energi baru dan terbarukan, baik yang telah diterapkan maupun yang dalam waktu dekat ini telah siap untuk diterapkan dimasyarakat serta teknologi yang masih dalam tahapan penelitian dan pengembangan.

• BahanBakarNabati(BBN) Khusus untuk BBN, prioritas riset bidang ini sangat sejalan

dengan upaya pemerintah melalui Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati yang mana Kementerian Riset dan Teknologi berperan dalam mengarahkan pengembangan teknologi, memberikan saran aplikasi pemanfaatan teknologi penyediaan dan pengolahan, distribusi bahan baku serta pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar lain.

Ketergantungan energi nasional pada bahan bakar minyak (BBM) yang masih tinggi juga merupakan permasalahan nasional tersendiri. Dengan laju kebutuhan dan produksi saat ini, mengakibatkan kita menjadi negara pengimpor minyak. Oleh karena itu pengembangan teknologi untuk mencari sumber energi pengganti BBM menjadi prioritas utama.

Page 34: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

26

Fokus kajian dalam kegiatan ini adalah tentang “Life Cycle Analisys” (LCA), dengan pilihan terhadap aspek LCA atas dua komoditas bahan bakar nabati yakni Biodiesel dan Bioetanol dengan dibatasi cakupan dari mulai bahan baku sampai dengan produksinya keluar dari pabrik. Diharapkan hasil penilaian dengan metode LCA ini mampu memberikan masukan atas pemilihan kebijakan yang diambil dan perbaikan atas proses produksinya. Pemodelan dilakukan dengan sebuah paket software LCA komersial, SimaPro 5.1. Software tersebut adalah program dengan struktur terbuka yang dapat digunakan untuk berbagai tipe LCA. Tahapan produksi, tahapan penggunaan dan scenario endlife dapat ditentukan serinci mungkin dengan melakukan seleksi dari berbagai proses yang diperoleh dari data base dan pohon proses. Hasilnya ditunjukkan dalam bentuk grafik dan angka dengan berbagai variasi jenis bahan kimia (input dan output), serta nilai-nilai dalam bentuk nominal awalnya atau yang sudah dinormalisasikan.

• EnergiSurya Pemanfaatan sumber energi surya, khususnya dengan

menggunakan photovoltaik (PV) termasuk di dalam

proyeksi pengembangan pemanfaatan sumber energi terbarukan yang dimaksudkan di dalam BP PEN 2006-2025 tersebut. Dokumen tersebut mencantumkan bahwa energi surya photovoltaik diharapkan berkontribusi yang setara dengan kapasitas terpasang sekitar 1 GW. Target tersebut memerlukan adanya pertumbuhan yang tinggi dalam pemanfaatan energi surya photovoltaik melalui berbagai aplikasi teknologi PLTS untuk berbagai kegunaan. Diperkirakan pertumbuhan tersebut membutuhkan sistem PLTS yang setara dengan 50 MWp modul surya photovoltaik per tahunnya.

Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam rangka pemanfaatan energi alternatif untuk menunjang penghematan energi konvensional dan meningkatkan taraf hidup masyarakat perdesaan, maka penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai pembangkit listrik di tempat terpencil merupakan pilihan yang tepat. Penerapan sumber energi surya mempunyai prospek yang cerah, karena distribusi radiasi matahari hampir merata diseluruh kepulauan Indonesia yaitu rata-rata 4,5 kWh/m2 setiap harinya.

Konsep Pembuatan Sel Surya

Konsep Life Cycle Analysis (LCA)

Page 35: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

27

Kemampuan industri dalam negeri dibidang PLTS hingga saat ini untuk pabrikasi modul surya baru mencapai kandungan lokal (local content) sebesar 20%, sedangkan untuk Balance of System seperti BCR, batere dan lain-lainnya sudah mencapai 100%. Di dalam sistem SHS (PLTS individu), porsi modul surya mencapai 60% dari total harganya. Untuk SHS dan sistem-sistem PLTS skala kecil lainnya, kecuali sel surya, telah dapat diproduksi oleh industri lokal seperti PT. LEN Industri Persero dan beberapa industri swasta nasional lainnya yang telah mempunyai sertifikat internasional. Untuk pembuatan sel surya PT. LEN Industri mempunyai kapasitas minimum produksi ± 1,5 MWp/tahun serta investor-investor yang juga sebagai pemegang paten teknologi sel surya.

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan kajian awal kelayakan pembangunan industri panel surya yaitu dengan memetakan potensi penerapan pembangkit listrik tenaga surya (market study), status teknologi sel surya, kebijakan yang tersedia di Indonesia serta teknologi yang sudah masuk pasar di dunia dan memungkinkan untuk dibangun di Indonesia.

Output/OutcomeUntuk kajian Life Cycle Analysis hasil yang didapatkan

dari Analisa “life Cycle” adalah data inventori dan analisa atas proses life cycle bahan bakar nabati di Indonesia sehingga dapat digunakan sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan dampak lingkungan secara global.

Lebih spesifik tentunya sebagai masukan bahan kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi untuk menjawab klaim dari pihak pihak luar seperti European Community, NGO mapun pihak pihak yang berkepentingan lainnya untuk menjawab tentang kebenaran atas kualitas, keamanan pemanfaatan serta dampak lingkungan yang diakibatkan oleh Bahan Bakar Nabati (Biofuel).

Untuk kajian Pra “Studi Kelayakan” Industri Sel Surya hasil yang didapat adalah peta potensi penerapan pembangkit listrik tenaga surya (market study), status teknologi sel surya, kebijakan yang tersedia di Indonesia serta teknologi yang

sudah masuk pasar di dunia dan memungkinkan untuk dibangun di Indonesia.

Hasil kegiatan ini sebagai bahan masukan kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi dalam penentuan langkah pengembangan teknologi sel surya ke depan dan sebagai masukan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan industri sel surya nasional.

Tindak Lanjut Rekomendasi :• Kebijakan Penelitian, Pengembangan dan Penguasaan

Teknologi :- Mengintensifkan penelitian, pengembangan dan

penggunaan sumber energi surya, mini dan mikrohydro beserta kombinasinya yang berupa pembangkit listrik hibrida, baik untuk daerah terpencil maupun perkotaan.

- Perlu dilakukan penyusunan konsep pengembangan industri photovoltaik di Indonesia dengan mengaitkan jaminan adanya alih teknologi (penguasaan teknologi), sehingga tercipta kualitas SDM yang handal untuk menjamin kesinambungan industri photovoltaik di Indonesia.

- Dipertimbangkan untuk penyiapan kebijakan (surat keputusan menteri) guna menyusun konsep penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kemampuan nasional dalam rangka menjamin penguasaan iptek di bidang energi terbarukan khususnya : energi surya, mikro hidro, panas bumi.dan bahan bakar nabati.

- Perlu dilakukan optimalisasi Pembangkit Listrik Panas Bumi baik yang existing dan yang akan dibangun, dengan memanfaatkan brine untuk membangkitkan listrik dengan binary cycle.

- Mengintensifkan penggunaan bio-gas dan biomasa terutama untuk perdesaan.

- Mendorong pelaksanaan penelitian BBN yang menggunakan bahan baku lignocellusa, karena kendala yang menjadi penghambat saat ini adalah makin mahalnya harga bahan baku nabati (misal : CPO) dan perebutan bahan baku nabati sebagai bahan bakar dan pangan, menjadikan harga BBN sulit bersaing dengan BBM bersubsidi.

Page 36: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

28

• KebijakanStandardisasidanSertifikasi:- Penyusunan standar PLTS, PLTMH dan PLTP Nasional

dengan tujuan memberikan jaminan akan kualitas termasuk keamanan, keselamatan dan kesehatan.

- Kewajiban penerapan standar PLTS, PLTMH, PLTP dan BBN Nasional.

- Kewajiban untuk melakukan sertifikasi produk untuk komponen PLTS, PLTMH, PLTP dan BBN Nasional.

Pengembangan Mikro Hydro (PLTMH)

Page 37: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

29

LITBANG BIOFUEL: PENINGKATAN PREPARASI BATUBARA

Drs. Fajar Suprapto, M.Sc Asisten Deputi Pengembangan Kelembagaan, Deputi Bidang Kelembagaan IptekAnggaran : Rp. 210.705.000,-Lokasi kegiatan : Jakarta, Puspiptek Serpong dan Desa Semangus, Kec. Muara Lakitan, Kab. Musi Rawas, Sumatera Selatan

DiskripsiKebijakan energi nasional jangka panjang saat ini

mengarah pada peningkatan peran sumber energi batubara dalam penyediaan energi nasional, dengan target porsinya lebih besar dari 33% dalam bauran energi nasional pada 2025 (PerPres 05/2006) atau lebih dari dua kali dari kondisi saat ini. Khususnya dalam sektor penyediaan listrik, dibutuhkan pembangunan pembangkit listrik baru berbahan bakar batubara yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta kebijakan nasional diversifikasi energi guna mengurangi tekanan kenaikan harga minyak dunia akhir-akhir ini.

Indonesia diperkirakan memiliki cadangan batubara sebesar 50 milyar ton (data tahun 2002), dengan jumlah cadangan terbukti sebesar 5 milyar ton. Dengan laju produksi per tahun sekitar 100 juta ton (tahun 2002), maka batubara di Indonesia masih bisa dimanfaatkan sampai sekitar 50 tahun ke depan (asumsi laju tahun 2002). Sehingga untuk perencanaan pasokan energi hingga 50 tahun ke depan sangat tepat apabila batubara dijadikan andalan sebagai sumber bahan bakar untuk energi listrik nasional. RUKN (Rencana Umum Kelistrikan Nasional) merencanakan pada tahun 2010 batubara akan memasok sekitar 51% dari seluruh kapasitas pembangkit listrik nasional.

Mengingat sekitar 60 % batubara Indonesia merupakan batubara kualitas rendah yang tidak mempunyai peluang

ekspor, karena tidak layak secara ekonomi dengan resiko kebakaran spontan yang tinggi selama transportasinya, maka peluang yang terbaik adalah dengan memanfaatkan batubara tersebut di lokasi tambang setempat, diantaranya untuk pembangkit listrik skala kecil di mulut tambang dan bersifat tersebar (scattered mine mouth power plant). Namun, sistem teknologi dan komponen PLTU sampai saat ini masih mengandalkan pasokan dari luar negeri (produk impor). Dengan kata lain, kemampuan dalam negeri dalam menyediakan teknologi nasional PLTU belum memadai.

Salah satu langkah pemerintah untuk menaikkan kemampuan dalam negeri untuk pembangunan PLTU adalah Peraturan Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi No. 751-12/44/600.4/2005 Tanggal 7 September 2005 tentang Penggunaan Barang dan Jasa Produksi Dalam Negeri Pada Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara Kapasitas Terpasang Sampai Dengan 8 MW per unit, menunjukkan bahwa minimum 68% harus diproduksi didalam negeri.

Kegiatan ini merupakan salah satu tahapan dalam merintis dan menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah untuk merealisasi pembangunan PLTU skala kecil khususnya di daerah yang mengalami kekurangan pasokan listrik namun juga memiliki potensi batubara yang berlebih.

Kantor Bupati

Kawasan Industri

Remayu

Rencana PLTU

Tambang Batubara

Lokasi PLTU : Desa Semangus

Lokasi Pilihan Pembangunan dan Model Tiga Dimensi PLTU Musi Rawas 2x7 MW

Page 38: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

30

Kementerian Riset dan Teknologi melalui BPPT saat ini sedang mengupayakan dan berperan serta dalam proses kemandirian nasional, dengan kegiatan RDEO yang dimulainya dengan PLTU skala kecil 7 MW. Beberapa tahapan (piloting, demo plant) sekaligus tantangan memang harus dihadapi seperti perlunya learning cost untuk menuju ke tahap komersialisasi I. Komersialisasi II, III, dan seterusnya akan bisa dilalui dengan mudah dan dengan harga yang lebih kompetitif untuk mass production. Namun, Upaya yang dilakukan oleh Kementerian Ristek pasti sangat berat apabila ditanggung sendirian tanpa adanya mitra apalagi dengan anggaran yang sangat terbatas. Untuk itu, agar program tersebut berjalan diperlukan sinergi dengan semua pemangku kepentingan dengan komitmen nasional untuk mewujudkan kemandirian nasional tersebut.

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan monitoring dan evaluasi unit preparasi batubara yang telah dibangun oleh Kementerian Ristek pada tahun 2007, sehingga didapatkan unit preparasi batubara yang dapat berfungsi dan beroperasi sebagai pengalihan fungsi sementara sebagai unit instalasi pembuatan briket batubara. Sedangkan sasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya Standar Operasional Prosedur (SOP) unit preparasi batubara.

Metodologi yang dilakukan adalah melalui kunjungan ke lokasi unit preparasi batubara dan dilakukan monitoring teknis yang meliputi uji kinerja mesin kembali serta beberapa peningkatan fungsi mesin/peralatan. Untuk evaluasi teknis dan penyusunan SOP dilakukan melalui deks evaluation dan desk study.

Output/Outcome Hasil yang dicapai dalam kegiatan ini adalah dapat

berfungsi dan beroperasinya unit preparasi batubara dengan pengalihan fungsi sementara dari unit preparasi batubara PLTU skala kecil menjadi unit instalasi pembuat briket batubara.

Tindak Lanjut Keberhasilan program di daerah sangat diperlukan

sinergi dan komitmen dengan semua pemangku kepentingan yang terlibat guna tercapainya tujuan program yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat di daerah tersebut. Keberlanjutan dan kesinambungan program sangat diperlukan guna memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat dan daerah. Aset atau instalasi yang sudah dibangun memerlukan keberlangsungan operasi dan pemeliharaan sehingga memerlukan peran serta dan keterlibatan daerah dalam keberlanjutannya. Sumberdaya (Peralatan dan SDM) yang telah tersedia.

Pembangunan unit preparasi batubara yang telah dilakukan Kementerian Ristek akan lebih berdaya guna dengan peran daerah selaku stakeholder terkait. Banyak upaya yang dapat dilakukan Pemerintah Kabupaten Musi Rawas guna keberlangsungan dan keberlanjutan program diantaranya :• Pembentukankelembagaanyangmampumengorganisasi-

kan dan mengoperasikan unit preparasi menjadi unit bisnis potensial di daerah,

• Penyertaanmodalgunakeberlangsunganprosesproduksi,dan

• Merealisasikanpembangunanunit pengeringbriket ataubatubara untuk peningkatan kualitas briket.

Selain itu sebagai bentuk dukungan Kementerian Ristek sebagai pelaku pengembangan teknologi masih dapat berperan guna keberlanjutan program secara optimal, diantaranya :• Mengalokasikananggarangunakegiatanpendampingan

dan monitoring teknis sehingga proses bisnis di daerah dapat tercapai dan peralatan bermanfaat,

• Pengalihan asset secepatnya dapat dilakukan dariKementerian Ristek kepada Pemerintah Kabupaten Musi Rawas.

Page 39: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

31

Monitoring oleh Tim & Staf Ahli Unit Preparasi Batubara

Proses Operasi Cruser Modifikasi Peralatan (Cruser)

Uji Kinerja Peralatan Briket Batubara – Hasil Produksi Unit Preparasi Sementara

Foto Hasil Kegiatan

Page 40: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

32

Page 41: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

33

LITBANG BIOFUEL : PENINGKATAN PLTH

Drs. Fajar Suprapto, M.Sc Asisten Deputi Pengembangan Kelembagaan, Deputi Bidang Kelembagaan IptekAnggaran : Rp. 426.825.000,-Lokasi kegiatan : Jakarta, Puspiptek Serpong, Purwakarta, Bandung, Kabupaten Roten Ndao dan Kabupaten Timur Tengah Utara - Nusa Tenggara Timur.

DiskripsiEnergi mempunyai peranan yang sangat penting

dan strategis untuk pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan serta pendorong kegiatan perekonomian nasional. Kebutuhan energi diperkirakan akan terus mengalami peningkatan sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi dan pertambahan jumlah penduduk. Oleh karena itu, pengelolaan energi harus dilaksanakan secara optimal untuk menjamin penyediaannya, baik untuk kebutuhan saat ini maupun di masa mendatang.

Saat ini pengelolaan energi nasional didasarkan pada Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi. Berdasarkan UU tersebut, pengelolaan energi dilakukan berdasarkan azas kemanfaatan, rasionalitas, efisiensi berkeadilan, peningkatan nilai tambah, keberlanjutan, kesejahteraan masyarakat, pelestarian fungsi lingkungan hidup, ketahanan nasional dan keterpaduan dengan mengutamakan kemampuan nasional.

Energi surya dan angin merupakan sebagian dari sumber energi baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan. Di beberapa daerah, energi yang dihasilkan besar sehingga berpotensi sebagai sumber energi untuk pemasok listrik. Energi surya dan angin telah dimanfaatkan untuk penyediaan listrik di beberapa negara, seperti di negara-negara Eropa, Amerika dan sebagai Asia (Cina, India, dll), dan terbukti mampu memberikan kontribusi energi yang cukup signifikan. Pemakaian Sistem Konservasi Energi Angin (SKEA) dalam jumlah yang besar akan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang digunakan untuk pembangkit.

Pemerintah dengan berbagai kebijakan, keputusan, peraturan, strategi dan tindakan nyata secara terencana mendorong pengembangan dan pengimplementasian EBT yang mampu menyediakan pasokan energi yang didasarkan pada potensi yang tersedia dan kondisi pemanfaatan

setempat. Kontribusi EBT diharapkan semakin meningkat dan mencapai > 5% dari konsumsi energi nasional pada tahun 2025. Implementasi energi angin direncanakan mencapai 250 MW, sementara sampai saat ini pemanfaatannya di Indonesia baru mencapai 0,6 MW daya terpasang.

Dengan berbagai fasilitas yang dimiliki oleh BPPT, BPPT telah melakukan berbagai penerapan teknologi PV untuk kelistrikan, baik dalam bentuk Solar Home System (SHS), Hibrid dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), maupun terhubung dengan jala-jala PT. PLN. Sedangkan LAPAN telah mampu melakukan pengembangan SKEA dalam hal, kajian material turbin, kajian struktur dan aerodinamika, sistem generator serta sistem kendalinya.

Secara teknis pemanfaatan energi angin dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu : SKEA skala kecil (sistem stand-alone) dengan kapasitas sampai 10 kW per unit terpasang, SKEA skala menengah (sistem hibrida) dengan kapasitas 10 kW - 100 kW dan SKEA skala besar (sistem interkoneksi) dengan kapasitas > 100 kW.

Kementerian Riset dan Teknologi yang bersinergi dengan BPPT dan LAPAN telah mengembangkan dan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (PLTH) dengan SKEA dalam operasi hibrida dengan PV dan Diesel. Teknologi ini merupakan pengembangan sistem stand-alone baik PV maupun SKEA, yang diperkirakan merupakan sistem yang lebih efisien dalam menghasilkan listrik karena mampu mengkombinasikan keunggulan masing-masing sumber energi. PLTH yang telah dibangun mempunyai kombinasi sumber energi dan sistem yang berbeda sesuai dengan potensi sumber energi yang dimiliki masing-masing lokasi. PLTH tersebut berlokasi di 2 lokasi berbeda, yaitu Desa Nemberala, Kabupaten Rote Ndao (2007) dan Desa Wini, Kabupaten Timor Tengah Utara (2008) Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Page 42: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

34

Selain itu juga, untuk mensosialisasikan dan memberikan gambaran tentang pemanfataan energi terbarukan dan teknologi EBT, maka telah dikembangkan ”Ruang Pamer”, yang berisikan mini skala pengembangan PLTH. Ruang pamer yang terletak di KM 88 Tempat Peristirahatan Tol Cipularang sebagai wujud pengenalan dan pembelajaran bagi masyarakat tentang teknologi EBT dan pemanfataannya.

Kegiatan Peningkatan PLTH pada tahun 2010 bertujuan sebagai pendampingan pembangkit PLTH yang telah dibangun/dikembangkan Kementerian Riset dan Teknologi di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang saat ini masa pengoperasiannya dikelola oleh Pemerintah Kabupaten ditiap-tiap lokasi bekerjsama dengan PT. PLN (Persero) selaku operator kelistrikan di Indonesia. Adapun sasaran yang hendak dicapai meliputi : • Peningkatan kerjasama dan sinergi antara KRT dengan

LPNK Ristek, PT. PLN (Persero), Pemerintah Daerah dan Dunia Industri, khususnya dalam pengembangan sistem PLTH baik di Nusa Tenggara Timur maupun bagi daerah lain,

• Diperolehnya pengembangan pembangikit PLTH yangoptimal, guna diperolehnya energi listrik yang maksimal yang pada akhirnya diperoleh pemanfaatan energi listrik yang efesien,

• Diperolehnya data dan informasi bagi evaluasi sertapengembangan sistem PLTH, guna meningkatkan akses energi listrik ke seluruh pelosok Indonesia, alternatif yang dapat digunakan antara lain dengan memanfaatkan sistem PLTS atau PLTB khususnya untuk darah yang belum atau tidak mungkin terkoneksi dengan jaringan listrik konvensional di daerah lainnya.

Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan adalah melalui kunjungan ke lokasi unit PLTH di Rote Ndao, TTU dan Ruang Pamer di KM 88 Tol Cipularang dan dilakukan monitoring teknis yang meliputi uji kinerja pembangkit serta beberapa peningkatan fungsi mesin/peralatan. Selain itu juga dilakukan survey kepuasan pelanggan listrik di lokasi pembangkit dan pengumpulan data teknis operasi pembangkit.

Output/Outcome

Hasil yang dicapai dalam kegiatan adalah beroperasinya pembangkit secara optimal dan mampu memberikan pelayanan bagi masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan beroperasinya pembangkit selama 24 jam yang sebelumnya hanya 12 jam per hari. Selain itu juga dihasilkannya model pengembangan pembangkit listrik tenaga hibrida

bersumber energi local yang dapat dijadikan acuan/rujukan dalam pengembangan PLTH di “Remote Area”.

Tindak Lanjut Keberhasilan program di daerah sangat diperlukan

sinergi dan komitmen dengan semua pemangku kepentingan yang terlibat guna tercapainya tujuan program yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat di daerah tersebut. Keberlanjutan dan kesinambungan operasi pembangkit sangat bergantung pada kinerja operator (PT. PLN ) dan Pemerintah Kabuapaten Rote Ndao dan TTU dalam mengawasi pelaksaaan operasi, sehingga dapat tercipta harmonisasi sinergi kinerja yang berdampak pada berkesinambungan fungsi peralatan pembangkit.

Untuk tercapaikan keberlanjutan operasional PLTH yang telah dikembangkan terdapat beberapa upaya yang harus dilakukan, diantaranya : • Dilakukan peningkatan kapasitas (scale-up) terhadap

pembangkit yang telah dibangun,• Dilakukanpemeliharaansecaraberkala,gunapeningkatan

kinerja pembangkit,• Kerjasamayangterstrukturantarastakeholderyangterlibat

dalam pengelolaan dan operasional,• Gunatercapainyakemandirianteknologidankemandirian

bangsa, sebaiknya dalam pengembangan plth sudah melibatkan industri nasional (dalam negeri),

• Pengembanganduamodelpembangkitplthdidualokasiyang berbeda dengan potensi sumber energi yang berbeda, dapat dijadikan acuan dan model pengembangan plth selanjutnya,

• Keterlibatanpemerintahdaerahselakustakeholderdaerahdan pt. Pln (persero) selaku operator kelistrikan di indonesia mutlak terlibat dalam pengembangan pembangkit sejenis, sehingga keberlangsungan operasional pembangkit dapat terwujud.

Selain itu sebagai bentuk dukungan KRT sebagai pelaku

pengembangan teknologi masih dapat berperan guna keberlanjutan program secara optimal, diantaranya :• Mengalokasikan anggaran guna kegiatan monitoring

teknis, dan • Pengalihanasset”RuangPamer”PLTHdiRestAreaKM88

secepatnya dapat dilakukan dari KRT kepada LAPAN cq Pusa Teknologi Dirgantara untuk lebih mengoptimalkan peran riset lanjutan terkait energi angin.

Page 43: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

35

Foto Kegiatan

Page 44: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

36

Page 45: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

37

LITBANG BIOFUEL : PENGEMBANGAN PENGOLAH BIJI JARAKDrs. Fajar Suprapto, M.Sc Asisten Deputi Pengembangan Kelembagaan, Deputi Bidang Kelembagaan IptekAnggaran : Rp. 470.370.000,-Lokasi kegiatan : Jakarta, Puspiptek Serpong, Sumatera Selatan, dan Kabupaten Rote Ndao – Nusa Tenggara Timur

DiskripsiKrisis energi yang ditandai dengan naiknya harga minyak

dunia pada perioda 2005-2006 telah membuat perubahan paradigma terhadap ketersediaan energi masa yang akan datang dengan mengurangi pemanfaatan energi yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable), seperti energi fosil (BBM) dan mencari alternative sumber energi lain yang dapat diperbaharui (renewable). Hal ini dapat dicermati dari mulai banyak dikembangkan dan dimanfaatkannya energi alternative berbasis nabati seperti biofuel.

Menyikapi perkembangan dan kebutuhan energi tersebut, pada tahun 2006 Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan terkait dengan pengembangan dan pemanfaatan sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui. Kebijakan tersebut dituangkan dalam Perpres No.5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, disusul Inpres No.1/2006 tentang Penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (bio-fuel) sebagai bahan bakar lain. Selain itu untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam pengembangan energi alternatif tersebut, dibentuk juga Tim Nasional Pengembangan BBN untuk percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengangguran melalui Keppres Nomor 10 tahun 2006.

Kementerian Riset dan Teknologi sebagai salah satu unsur pemerintah yang berperan dalam bidang kebijakan dan pengembangan teknologi di Indonesia ikut mengambil peran dalam pengembangan dan pemanfataan energi alternatif. Hal ini didasarkan pada visi iptek yang embannnya yaitu : ”Iptek sebagai kekuatan utama peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan dan peradaban bangsa”. Salah satu upaya dan peran Kementerian Riset dan Teknologi dan LPNK-nya adalah dengan mengkoordinasikan pengembangan

teknologi energi alternatif berbasias nabati (BBN), seperti biofuel dengan berbahan baku singkong, Tebu, CPO dan Biji Jarak.

Pengembangan teknologi dilakukan oleh Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi yang kemudian diimplementasikan kedalam Pilot Plant instalasi pabrik oleh Kementerian Riset dan Teknologi. Beberapa Pilot Plant yang dikembangkan Kementerian Riset dan Teknologi bersama LPNK Ristek, diantaranya : • InstalasiPengolahBijiJarakPagardiKabupatenOKUTimur,

Provinsi Sumatera Selatan, • InstalasiPengolahBiji JarakPagar/KosambidiKabupaten

Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur,• InstalasiPabrikBiodieseldiKabupatenOKUTimur,Provinsi

Sumatera Selatan dan di Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan,

• Instalasi Pabrik Bioetanol di Kabupaten Lebak, ProvinsiBanten.

Kegiatan Pengembangan Pengolah Biji Jarak pada tahun 2010 bertujuan sebagai pendampingan kegiatan Pengembangan Pengolah Biji Jarak Pagar sebelumnya, dimana telah dilakukan pembangunan pilot plant pengolah biji jarak pagar di Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan dan di Kabupaten Rote Ndao dan melakukan monitoring dan evaluasi atas kegiatan yang telah dilaksanakan.

Sedangkan secara keseluruhan sasaran kegiatan yang hendak dicapai adalah terciptanya suatu sistem pengembangan pengolah biji jarak pagar yang terintegrasi

Page 46: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

38

yang meliputi penyiapan bahan baku, peralatan pengolahan, pemanfaatan produk, dan sumberdaya manusia dan tata niaga minyak jarak pagar.

Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Pengolah Biji Jarak Pagar dilakukan secara berkelanjutan dengan pola seri dan pararel. Hal ini dilakukan karena mencakup pada dua daerah kegiatan, yaitu di Kabupaten OKU Timur dan Kabupaten Rote Ndao. Secara umum metodologi kegiatan yang dilakukan, meliputi : • Persiapan dan Koordinasi dengan stakeholder terkait

dengan kegiatan dan para petani terkait dengan pengolahan dan pemanfaatan biji jarak pagar,

• Survey lapangandalamrangkaopengumpulandata-datapendukung pengembangan,

• Penyusunankonseppengembanganterkaitdengantekno-ekonomi pengeolah biji jarak pagar,

• Sosialisasi danbimbingan teknis kepadamasyarakat danpengolah pabrik minyak jarak pagar, dan

• Evaluasisertamonitoringkegiatan

Output/Outcome Selain hasil monitoring dan evaluasi kegiatan Energi

Baru Terbarukan (EBT), hasil yang dicapai dalam kegiatan adalah beroperasinya instalasi pengolah biji jarak pagar di Kabupaten OKU Timur dan terselenggaranya sosialisasi pemanfaatan EBT untuk kehidupan seharai-hari melalui pemanfaatan kompor minyak jarak pagar serta sosialisasi budidaya tanaman jarak pagar. Sedangkan manfaat/hasil kegiatan di Kabupaten Rote Ndao adalah terselenggaranya sosialisasi budi daya tanaman jarak pagar dan pemanfaatan kompor jarak pagar sebagai wujud sosialisasi pemanfaatan EBT dan Energi Hijau. Selain itu juga dihasilkan Kajian Tekno-Ekonomi Pengolah Biji Jarak Pagar di Kabupaten Rote Ndao.

Tindak Lanjut Keberhasilan program di daerah sangat diperlukan sinergi

dan komitmen dengan semua pemangku kepentingan yang terlibat guna tercapainya tujuan program yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat di daerah tersebut. Keberlanjutan dan kesinambungan program yang telah dilakukan sangat bergantung kepada peran serta Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan Sumberdaya dan Teknologi yang telah didifusikan di daerah dan peran serta masyarakat. Terdapat beberapa rekomendasi tindaklanjut yang dapat dilakukan guna tercapainya tujuan program yang optimal,

antara lain : • Pengembangantanamanjarakpagarsangatmemerlukan

dukungan serius pemerintah daerah. Khususnya dalam bentuk penyuluhan dan pendampingan lapangan dan bantuan bibit unggul. Pemda perlu menyiapkan SDM penyuluhan (PPL) dan pendampingan secara berkesinambungan, bukan saja untuk memfasilitasi pembudidayaan jarak pagar di masyarakat, tapi juga pengenalan, pengembangan dan pembudayaan iptek secara umum.

• Kehadiranpabrikpengolahbijijarakpagar/kosambiperludidukung oleh SDM yang memiliki keterampilan teknis memadai, dan oleh karena itu perlu ada langkah-langkah kongkret dalam mendidik dan melatih tenaga-tenaga semacam itu mengoperasikan dan merawat mesin-mesin pabrik tersebut.

• Mengingat program ini merupakan program dengankonsep pembentukan dan pengembangan desa mandiri energi maka perlu perencanaan tidak saja di sisi teknis tetapi perlu direncanakan pula dari sosial budaya dan ekonomi dengan sosialisasi kepada masyarakat secara cermat. Pengelolaan akan diserahkan pengaturannya oleh Pemda dan akan dilakukan supervisi, monitoring dan survei data oleh pihak ristek termasuk didalamnya dapat menciptakan pasar agar dunia usaha/swasta dapat mengambil peran dalam pengusahaan.

• Perluadanyasuatusistemyangsalingberinterraksimulaidari sumber bahan baku sampai dengan penggunaan hasil (end user) yang meliputi antara lain sosialisasi kepada masyarakat tentang sistem budidaya penanaman pohon jarak, produksi biji jarak, tata niaga yang saling menguntungkan dan berkesinambungan dalam satu program pengembangan pertanian dan perkebunan TERPADU, FOKUS, HANDAL DAN UNGGUL, yang telah dicanangkan oleh Bupati Rote Ndao hingga diharapkan tercapainya ketahanan pangan dan ketahanan energi.

• Peran Kelembagaan dalam pengembangan usaha jarakpagar sangat diperlukan. Pada tahap awal perlu dibentuk kelembagaan mikro guna menjembatani antara petani dan konsumen dengan menciptakan mekanisme pasar jarak pagar yang meliputi antara lain adalah penyediaan biji jarak untuk kompor, penyediaan kompor, serta unit usaha, dalam rangka meningkatkan kembali keinginan petani untuk menanam dan memelihara kembali tanamannya dan dapat menjual biji jaraknya melalui unit usaha kelompok tani.

Page 47: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

39

LITBANG BIOFUEL: DUKUNGAN PENGEMBANGAN SKEA KAPASITAS 50 KWDrs. Fajar Suprapto, M.Sc Asisten Deputi Pengembangan Kelembagaan, Deputi Bidang Kelembagaan IptekAnggaran : Rp. 500.000.000,-Lokasi kegiatan : Jakarta, Rumpin-Serpong, Bantul-Yogyakarta.

DiskripsiBerdasarkan Keputusan Kepala LAPAN Nomor : KEP/116/

IX/2002 tentang Uraian Tugas di Lingkungan LAPAN, maka Bidang Konversi Energi Dirgantara di Pusat Teknologi Dirgantara Terapan, Deputi Bidang Teknologi Dirgantara, memiliki tugas melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan dan penerapan sistem energi dirgantara, khususnya energi angin, pembuatan sistem konversi energi angin (SKEA) serta mensosialisasikan hasil-hasil tersebut dan sistem energi dirgantara lainnya. Program penelitian dan pengembangan teknologi energi angin di LAPAN meliputi :• Kegiatan Inventarisasi data dan pembuatan peta potensi

energi angin wilayah Indonesia. • Penelitian dan pengembangan teknologi SKEA dengan

rancang bangun perekayasaan, modifikasi prototipe SKEA untuk pembangkit listrik maupun pemompaan air

• UjicobapemanfaatanSKEAolehmasyarakatpenggunasertapenyebarluasan hasil-hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat dan dunia usaha.

Hasil penelitian dan pengembangan SKEA LAPAN yang sudah dapat dibuat untuk dimanfaatkan oleh masyarakat sampai saat ini adalah rancang bangun prototipe SKEA kapasitas skala kecil yakni : 80 W, 1kW, 2,5 kW, 5 Kw, 10 kW dan SKEA mekanik (kincir angin) sudu majemuk. SKEA tersebut telah dipasang di beberapa lokasi di Indonesia.

Pengembangan dan peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam penguasaan teknologi SKEA pada berbagai kapasitas mengikuti perkembangan teknologi SKEA yang ada saat ini. Penguasaan teknologi dilakukan melalui transfer teknologi, tahap demi tahap melakukan study balik (reverse enginering).

Rancang bangun SKEA 50 kW sebagai langkah awal dalam rancang bangun SKEA skala besar 300 kW - 1 MW yang dapat diproduksi menggunakan komponen dalam negeri (lokal). Untuk kondisi angin dan infrastruktur yang tersedia

di Indonesia, kapasitas antara 300 kW sampai dengan 1 MW dipandang cukup memenuhi syarat untuk dikembangkan di Indonesia. Di beberapa negara industri, turbin angin telah banyak digunakan dan telah mencapai kapasitas lebih dari 5 MW per unit sistem.

Tahun 2007 merupakan titik awal LAPAN merancang teknologi SKEA skala menengah kapasitas 50 kW. Dukungan dana untuk pembuatan SKEA 50 kW ini relatif kecil, maka untuk mewujudkan diperlukan waktu beberapa tahun dan beberapa sumber dana. Pada tahun 2007 dana LAPAN yang tersedia hanya mampu membuat generator, model sudu dan menara threeangle. Tahun 2008 tidak tersedia dana untuk pembuatan prototipe ini. Tahun 2009 melalui program riset insentif DIKTI berhasil dibuat beberapa komponen diantaranya : naf rotor, frame & nacelle, model sistem kontrol, dan sistem pembebanan. Pada tahun 2009 dana LAPAN digunakan untuk pembuatan sudu dan menara tubular. Pada tahun 2010 dana LAPAN digunakan untuk penyempurnaan berbagai komponen seperti system control, motor, berbagai peralatan bantu pemasangan dan pondasi untuk uji fungsi di LAPAN Rumpin. Tahun 2010 dukungan dana dari Kementerian Ristek digunakan untuk kegiatan akomodasi SKEA 50 kW dari Rumpin Ke pantai Pandansimo Bantul DIY, pekerjaan sipil pembuatan pondasi di Bantul, instalasi/ pemasangan di Bantul, pengadaan inverter, baterai penyimpan energi dan pengadaan mesin es. Uji fungsi dan operasional SKEA 50 kW dilakukan di Pandan Simo, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Provinsi DI Yogyakarta.

Secara umum tujuan kegiatan Dukungan Pengembangan SKEA Kapasitas 50 kW adalah dapat melakukan uji fungsi dan penyempurnaan komponen/sistem dan melakukan ujicoba prototipe SKEA 50kW sebagai sumber energi listrik dalam rangka mendukung program nasional listrik pedesaan (rural electrification program) dan pengembangan percontohan

Page 48: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

40

untuk skala yang lebih besar. Sedangkan sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan dukungan Kementerian Riset dan Teknologi ini adalah :• Meningkatkan kemapuan SDM dalam melakukan studi,

kajian, perancangan dan pembuatan dan pengujian SKEA 50 kW.

• MengujidanmengoperasikanSKEA50kW

Output/Outcome Konfigurasi SKEA di lokasi-lokasi terpilih didasarkan pada

upaya pemenuhan kebutuhan listrik, permintaan dan pola pemakaian atau pembebanan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat/pengguna. Jenis pemanfaatan dapat di kelompokkan sebagai berikut : • Penerangan rumah tangga, televisi, radio serta peralatan

rumah tangga lainya.• Pemompaan air untuk keperluan air minum, irigasi

pertanian, tambak perikanan dan penyediaan air minum peternakan

• Listrikuntukindustribaikuntukskalarumahtangga(home industry) maupun yang lebih besar tergantung potensi sumber energi dan pengguna.

Beberapa dampak menguntungkan dengan pemanfaatan SKEA antara lain :• PendapatanMasyarakat(Income) Salah satu dampak positif adalah bahwa dengan adanya

listrik, kegiatan dapat dikembangkan untuk meningkatkan produksi home industri dengan menggunakan peralatan listrik sehingga akan membantu peningkatan kualitas hasil home industri tersebut.

Demikian juga dengan tersedianya air dengan bantuan pompa listrik dapat meningkatkan pasokan air minum, produksi pertanian/peternakan, dan hal ini akan meningkat-kan taraf hidup masyarakat.

• Pendidikan Dengan tersedianya listrik, anak usia sekolah dapat

belajar dengan baik selama waktu yang diperlukan secara normal. Umumnya anak desa hanya belajar beberapa jam, dengan menggunakan lampu minyak yang sangat redup sehingga kesempatan belajar sangat terbatas dan kurang nyaman. Disamping informasi dari radio dan televisi dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat setempat.

• Kesehatan Kesehatan dan sanitari merupakan hal yang berhubungan

erat dengan energi, terutama pengadaan air bersih. Pengadaan air bersih untuk daerah terpencil dapat dilakukan dengan pengeboran air tanah dan kemudian dinaikkan dengan pompa listrik atau mekanik yang antara lain dihasilkan oleh SKEA. Di samping itu energi listrik diperlukan oleh PUSKESMAS untuk pelayanan kesehatan masyarakat, untuk penyimpan vaksin, obat-obatan dan lain-lain.

• Informasi Akses terhadap informasi akan menambah wawasan dan

pengetahuan, akses data informasi dan berita melalui radio, televisi dan sarana telekomunikasi umum. Desa tidak akan terisolasi secara sosial apabila dapat mengakses informasi dari luar yang juga dapat digunakan sebagai sarana belajar dan taraf hidup lebih baik.

Berbagai dampak lain yang mungkin adalah terhadap adat istiadat, penggunaan lahan dan infrastruktur. Daerah pedesaan akan mengalami dampak positif yang lebih besar dibandingkan dengan perkotaan karena perbedaan teknologi yang digunakan.

Tindak Lanjut Pengembangan rancang bangun rekayasa teknologi

SKEA skala menengah-besar sudah mendesak dilakukan untuk mengejar program nasional dalam penyediaan energi melalui penggalian energi non fosil yaitu pasokan dari energi alternatif/energi baru terbarukan khususnya dari energi angin.

Adapun program yang dapat direncanakan tahap berikutnya meliputi :• Penyempurnaan Rancang Bangun dan Pemanfaatan

prototipe SKEA 50 kW untuk pembangkit listrik, dengan uji coba lokasi di Kabupaten Bantul.

• Penyempurnaan desain untuk pembuatan prototype ke2 SKEA 50 kW untuk di uji cobakan di lokasi yang potensi energi anginnya baik seperti dilokasi wilayah Propinsi NTT.

• PengujiankarakateristikprototipeSKEA50kW.• Kajiandanrancangbanginpembuatan,danpemanfaatan

SKEA 300 kW. • RancanganSKEA750kWinterkoneksidengangrid/jaringan

umum ( PLN ) yang telah ada di lokasi terpilih.

Page 49: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

41

Komponen Pendukung Pemanfaatan SKEA Kapasitas 50 kW

Turbine Angin Kapasitas 50 KW

Foto Kegiatan

Page 50: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

42

Page 51: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

43

LITBANG BIOFUEL: PENINGKATAN PRODUKSI BIOETANOLDrs. Fajar Suprapto, M.Sc Asisten Deputi Pengembangan Kelembagaan, Deputi Bidang Kelembagaan IptekAnggaran : Rp. 307.950.000,-Lokasi kegiatan di Jakarta, Puspiptek - Serpong, Desa Muncang Kopong, Kec. Cikulur Kabupaten Lebak

DiskripsiEnergi mempunyai peranan yang sangat penting

dan strategis untuk pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan serta pendorong kegiatan perekonomian nasional. Kebutuhan energi diperkirakan akan terus mengalami peningkatan sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi dan pertambahan jumlah penduduk. Oleh karena itu, pengelolaan energi harus dilaksanakan secara optimal untuk menjamin penyediaannya, baik untuk kebutuhan saat ini maupun di masa mendatang.

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu jenis energi yang banyak digunakan oleh masyarakat baik dalam kegiatan rumah tangga maupun industri. Luasnya penggunaan BBM tidak lepas dari tersedianya BBM dipasaran dengan harga relatif terjangka karena masih disubsidi oleh Pemerintah. Keluarnya Perpres No. 5 Tahun 2006, Inpres No. 1 Tahun 2006 dan Keppres No.10 Tahun 2006 menjadi tonggak sejarah masuknya Indonesia dalam deretan negara-negara pengembang bahan bakar nabati (BBN). Selain untuk mengantisipasi habisnya minyak bumi 20 tahun yang akan datang, program pengembangan BBN memiliki nilai strategis dan potensi dalam penciptaan lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan rakyat dan pertumbuhan ekonomi secara masal.

Oleh karena itu pemerintah dan masyarakat perlu mengupayakan diversifikasi energi serta kampanye hemat energi guna mengurangi ketergantungan kepada penggunaan energi minyak. Salah satu strategi pengembangan energi nasional adalah meningkatkan kegiatan diversifikasi energi dengan mengembangkan pemanfataan energi baru dan terbarukan termasuk didalamnya pengembangan bahan bakar bioetanol sebagai pengganti bensin.

Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak mungkin produksi BBN (khususnya bioetanol) hanya mengandalkan pabrik-pabrik bioetanol skala besar yang memerlukan investasi ratusan milyar rupiah per-pabrik. Pabrik-pabrik skala kecil dapat dikembangkan di kawasan pertanian-perdesaan dengan kondisi-kondisi khusus, dengan pendampingan oleh koperasi/swasta dalam menjangkau akses-akses pendanaan, pasar dan lain-lain.

Secara umum tujuan dari kegiatan Peningkatan Produksi Bioetanol tahun 2010 yang merupakan kegiatan pendampingan adalah membantu Pemerintah Daerah khususnya masyarakat selaku pengelola yang akan menerima instalasi pabrik bioetanol agar mampu mengelolan instalasi bioetanol. Dari kegiatan tersebut sasaran yang hendak dicapai adalah : terwujudnya tenaga lokal yang memiliki kemampuan mengoperasikan instalasi pabrik bioetanol secara benar dan efesien sesuai dengan petunjuk best practices yang ada, sehingga dihasilkan bioetanol yang sesuai standar SNIDT 27-0001-2006, diperolehnya inovasi-inovasi baru dalam tata kelola instalasi pabrik, sehingga dapat teroptimalkannya investasi yang sudah dikeluarkan pemerintah dalam pengembangan pabrik, terwujudnya masyarakat yang memahami pentingnya penggunaan BBN (bioetanol) serta mampu memproduksi dan membudidayakan tanaman bahan baku.

Metodologi kegiatan dilakukan dengan cara : pelatihan di lapangan, pendampingan dan monitoring kegiatan, yang dijabarkan melalui beberapa kegiatan, antara lain : koordinasi dan penyusunan rencana kerja, penyiapan proses operasional dan uji kinerja instalasi pabrik, pengoperasian serta optimasi proses peralatan pabrik, dan pengujian/analisa kualitas produk di laboratorium.

Page 52: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

44

Output/Outcome Melalui pengembangan pabrik bioetanol ini, diharapkan

banyak manfaat yang dapat dicapai, antara lain : • Keterjaminanpasokanenergi Pengembangan Pabrik Bioetanol diharapkan akan mampu

mengurangi ketergantungan negara pada impor sehingga akan mendukung upaya-upaya menuju penjaminan pasokan energi nasional dan sekaligus memperluas basis sumberdaya bahan bakar cair di dalam negeri.

• Perbaikanekonominasional Pengembangan Pabrik Bioetanol sangat sejalan dengan

upaya termaksud dan juga secara bersamaan menciptakan pasar bagi produk pertanian dalam negeri berikut efek-efek turunannya seperti penciptaaan lapangan kerja di pedesaan dan pengembangan daerah. Di samping itu, seandainya kelak industri bioetanol cukup kuat dan secara nasional mampu menghasilkan surplus, BBN (bioetanol) berpotensi untuk diekspor mengingat negara-negara lain saat ini juga sedang mempromosikan pemakaian BBN karena bahan bakar ini bersifat akrab lingkungan dan dapat diperbaharui (renewable).

• Memacupembagunandaerah. Dengan mengembangkan pabrik bioetanol, suatu daerah

dapat lebih mandiri dalam pengadaan energi, baik energi untuk bahan bakar kendaraan bermotor maupun untuk kebutuhan penyediaan tenaga listrik (dengan mengoperasikan diesel Genset). Perlu dicatat bahwa selain untuk memenuhi kepentingan daerahnya sendiri, industri bioetanol di suatu daerah dapat pula dikembangkan untuk kepentingan perdagangan dengan daerahnya lain.

• Penguranganpolusiudaradanemisigasrumahkaca. Bioetanol merupakan bahan bakar yang akrab lingkungan.

Emisi polutan-polutan seperti SPM (Solid particulate

matter), CO, Hidtrokarbon (HC) dan Sox, dibudidayakan, bioetanol dianggap netral dalam hal emisi CO2 dan karenanya dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.

• Kompatibledengansistemperalatanyangtelahada Dari segi infrastruktur distribusi yang dibutuhkan maupun

sistem peralatan pada sisi konsumen, bioetanol secara umum dapat dikatakan kompatibel dengan sistem peralatan yang ada. Bioetanol dapat didistribusikan menggunakan sistem distribusi minyak bensin pada umumnya. Kalaupun diperlukan modifikasi, bagian dari sistem distribusi yang perlu diganti mungkin terbatas pada komponen-komponen yang terbuat dari plastik atau karet karena kemungkinan dapat bereaksi dan tidak kompatibel dengan bioetanol.

Tindak Lanjut Keberlangsungan dan keberlanjutan operasional pilot

plant pabrik bioetanol yang telah dibangun merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan program kegiatan. Untuk tercapaikan keberlanjutan operasional dan pengelolaan pabrik bioetanol di Kabupaten Lebak, maka dapat dilakukan beberapa upaya oleh Pemerintah Kabupaten Lebak, diantaranya : • Menerima pengelolaan pabrik untuk selanjutnya dapat

dikelola dan dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat.

• Membentukkelembagaanpengelolaanyangjelassehinggapabrik dapat beroperasi dengan normal.

• Menunjuk lembaga pengelola dan kredibel danberkomitmen tinggi untuk melakukan proses bisnis bioetanol secara terbuka dan profesional.

Page 53: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

45

Foto Hasil Kegiatan

Page 54: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

46

Page 55: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

47

PENGEMBANGAN PLTP KECIL 3 MW

Drs. Fajar Suprapto, M.Sc Asisten Deputi Pengembangan Kelembagaan, Deputi Bidang Kelembagaan IptekAnggaran : Rp. 2.351.685,000,-Lokasi kegiatan : Jakarta - Jawa Barat (Garut - Kamojang)

DiskripsiPenggunaan panas bumi sebagai sumber energi untuk

pembangkitan tenaga listrik menuntut peningkatan peran serta dalam negeri untuk mengambil peran di setiap aspek pemanfaatannya. Hal yang harus dikedepankan adalah kemandirian bangsa pada proses pemanfaatan itu sendiri dengan melakukan disain, rancang bangun dan konstruksi dari pembangkit listrik tenaga panas bumi. Oleh karena itu untuk mendukung kegiatan ini, khususnya pada tahapan disain enjinering rinci maka perlu dilakukan pengujian tanah calon lokasi pembangkit untuk mendapatkan disain yang sesuai dengan karakateristik lokasi.

Di Indonesia saat ini belum tersedia teknologi yang siap pakai dan proven untuk PLTP skala kecil, dan mengingat potensi sumber panas bumi di Indonesia yang relatif melimpah, maka sudah semestinya bangsa Indonesia dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari berbagai aspek terkait panas bumi. Pembangkit listrik sebagai salah satu pemanfaatan utama dari panas bumi sudah selayaknya dapat juga memberi manfaat bagi bangsa Indonesia dari sisi disain, rancang bangun dan konstruksinya dengan memperbesar tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Hal ini dapat meningkatkan kemandirian bangsa dalam memanfaatkan sendiri potensi-potensi yang dimiliki disamping juga memperkuat ketahanan energi nasional untuk kemaslahatan bersama.

Sebagai salah satu bagian dari proses pembelajaran menuju kemandirian desain, rancang bangun dan konstruksi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), maka Kementerian Riset dan Teknologi mengadakan kegiatan disain enjiniring rinci PLTP skala kecil (3 MW) yang diharapkan dapat menjadi salah satu tonggak pengembangan PLTP nasional secara mandiri.

Pemanfaatan potensi energi panas bumi skala kecil yang jumlahnya sangat besar terutama di Indonesia Bagian Timur sangat diperlukan dan mendesak untuk segera dilakukan, terutama dalam rangka program diversifikasi energi dan pemanfaatan energi lokal (indigenous energy) yang sebesar-

besarnya, serta program substitusi PLTD untuk menekan subsidi Pemerintah. Akan tetapi, pembangunan PLTP skala kecil, apalagi di daerah terpencil, tidak diminati oleh investor swasta, sehingga pengembangan PLTP skala kecil menjadi tanggungjawab Pemerintah. Oleh karena itu, Kementerian Ristek mengambil inisiatif pengembangan PLTP skala kecil dengan menggunakan komponen dalam negeri secara maksimal, sehingga industri ketenagalistrikan di dalam negeri, termasuk industri komponen oleh UKM, dapat berkembang.

Tujuan dalam kajian ini adalah : membuat detail engineering desain PLTP skala kecil dengan kapasitas 3 MW. Sedangkan sasaran pekerjaan ini adalah dikuasainya teknologi PLTP skala kecil yang dikembangkan oleh SDM dalam negeri dengan menerapkan komponen lokal yang sebesar-besarnya.

Output/Outcome Hasil engineering design PLTP skala kecil ini direncanakan

akan dibangun oleh BPPT sebagai sebuah pilot plant di lapangan panas bumi Kamojang, Jawa Barat, yang dikelola oleh PT Pertamina Geothermal Energy.

Outcome : dokumen desain engineering pembangkit listrik tenaga panas bumi skala kecil yang dapat digunakan sebagai referensi untuk acuan desain suatu pembangkit thermal berskala kecil dan siap digunakan dilokasi seluruh Indonesia.

Tindak Lanjut Data yang dihasilkan akan dimanfaatkan untuk

membangun PLTP skala kecil 3 MW di Kamojang Kabupaten Garut.

PublikasiPublikasi yang berkaitan dengan pembangunan

pembangkit listrik tenaga panas bumi skala kecil belum di tampilkan di web ristek dan media on-line terkait.

Page 56: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

48

Page 57: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

49

PENINGKATAN PRODUKSI BIODIESEL

Drs. Fajar Suprapto, M.Sc Asisten Deputi Pengembangan Kelembagaan, Deputi Bidang Kelembagaan IptekAnggaran : Rp 628.430.000,-Lokasi kegiatan di Jakarta, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Sumatera Selatan, Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan

DiskripsiSejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang

mengakibatkan makin meningkatnya jumlah perjalanan dan masih adanya kebijakan harga energi, di mana bahan bakar untuk kepentingan umum seperti minyak solar masih disubsidi, maka permintaan bahan bakar tersebut semakin hari semakin meningkat. Terbatasnya sumber daya minyak dan kemampuan kapasitas kilang di dalam negeri telah menjadikan pemenuhan kebutuhan bahan bakar solar dari impor menjadi persoalan yang perlu mendapat perhatian khusus. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah dengan segera mensubtitusi solar tersebut dengan bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui seperti biodiesel. Upaya tersebut, selain mampu mendapatkan keuntungan dari sisi security of supply juga diharapkan mampu menekan impor bahan bakar minyak solar tersebut.

Pada saat yang bersamaan, Indonesia memiliki sumber daya alam yang dapat diolah menjadi bahan bakar cair alternatif yang renewable, seperti minyak-minyak hayati. Biodiesel dapat di buat dari minyak trigliserida (minyak kelapa sawit, keledai, kacang tanah, biji bunga matahari, jarak pagar, kapuk, saga hutan, kelor, kemiri). Dilihat dari kesesuaian produk yang akan dibuat dengan bahan bakar mesin diesel yang digantikan, biodiesel merupakan pilihan utama sebagai pengganti bahan bakar solar.

Dengan alasan tersebut, pemerintah melalui Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Inpres No.1 tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemnafaatan Bahan Bakar Nabati telah mengamanatkan pemakaian bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bagian dari sistem

Energi Mix Nasional. Dalam kaitan tersebut telah ditargetkan agar biofuel - salah satunya adalah biodiesel - mempunyai peran minimal sebesar 5% dari konsumsi energi nasional tahun 2025.

Biodiesel dapat dibuat dari bermacam bahan baku yang ada di Indonesia, meskipun demikian bahan baku yang relatif telah tersedia pada saat ini adalah minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak jarak pagar (CJO). Jarak pagar sebagai bahan baku alternatif selain minyak kelapa sawit untuk memproduksi bahan bakar nabati pengganti minyak solar memegang peranan penting agar program bahan bakar nabati nasional tidak berpengaruh terhadap kestabilan harga pangan.

Hal tersebut sejalan dengan kebijakan energi nasional yang mengupayakan agar pembentukan desa mandiri energi dapat diwujudkan di 1.000 desa pada akhir 2010. Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak mungkin produksi BBN (bahan bakar nabati) hanya mengandalkan pabrik-pabrik bahan bakar nabati skala besar yang memerlukan investasi ratusan milyar rupiah per-pabrik. Pabrik-pabrik skala kecil dapat dikembangkan di kawasan pertanian-perdesaan dengan kondisi-kondisi khusus, dengan pendampingan oleh koperasi/swasta dalam menjangkau akses-akses pendanaan, pasar dan lain-lain.

Selain itu, penggunaan biodiesel sebagai BBM non-fosil merupakan langkah antisipasi dari dicabutnya monopoli Pertamina sebagai pensuplai BBM sesuai UU No. 20 Tahun 2002. Berdasarkan undang-undang tersebut, terbuka lebar peluang bagi swasta maupun daerah untuk mensuplai BBM.

Page 58: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

50

Produksi biodiesel memiliki peluang dalam distribusi ke masyarakat serta meningkatkan independensi suplai BBM dalam negeri.

Biodiesel dapat ditambahkan 5 s/d 30% ke dalam bahan bakar solar. Dengan komposisi tersebut mesin diesel konvensional tidak perlu dimodifikasi. Kandungan metyl esther pada solar di masa mendatang diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pengembangan teknologi mesin.

Adapun beberapa alasan yang mendorong pentingnya dikembangkan industri bahan bakar nabati skala kecil :• Indonesia terdiri dari belasan ribu pulau yang sebagian

besarnya terdiri dari pulau-pulau kecil. Praktis hanya beberapa pulau besar, khususnya di dataran rendah yang memungkinkan produksi Bahan bakar nabati skala besar.

• Padapulau-pulaubesar,selaindataranyangluas,terdapatperbukitan yang menghalangi budidaya secara mekanis dan masal. Beberapa daerah bahkan berada pada posisi terpencil.

• Distribusipenduduk Indonesiatidakmerata,bahkan60%penduduk Indonesia menempati pulau Jawa yang luasnya cuma sekitar 5% dari luas Indonesia. Untuk produksi masal dan skala besar di luar Jawa, diperlukan mobilisasi tenaga kerja dari Jawa untuk sektor budidaya bahan baku bahan bakar nabati. Secara sosial, politik dan ekonomi, ini merupakan hal yang tidak sederhana.

Sebagai salah satu upaya untuk ikut mendorong pengembangan bahan bakar nabati di daerah, maka Kementerian Riset dan Teknologi berperan serta dengan membangun dua buah pabrik biodiesel di Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan dan Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan masing-masing dengan kapasitas 6 ton/hari.

Tujuan Kegiatan adalah membantu masyarakat penerima peralatan ini untuk mampu melakukan pengelolaan operasional, bahan baku dan pengujian produk biodiesel serta sosialisasi tentang perlunya bahan bakar nabati sebagai energi alternatif.

Sasaran kegiatan ini adalah :• Terlaksananyakegiatanoptimalisasiprosesproduksi(bahan

baku dan uji produksi)• Dapat dioptimalkannya investasi yang telah dilakukan

pemerintah

Metodologi kegiatan dilakukan dengan cara: pelatihan di lapangan, pendampingan dan monitoring. Sedangkan tahapan kegiatan adalah : Koordinasi dan penyusunan rencana kerja keseluruhan; Pengoperasian pabrik serta optimasi proses; Pengujian/analisa kualitas produk di laboratorium; Analisa data; dan Pelaporan.

Output/Outcome Secara khusus kegiatan yang dilaksanakan dalam payung

pengembangan produksi biodiesel ini merupakan sarana pengembangan dalam penguasaan teknologi biodiesel beserta pemanfaatannya. Implikasi langsung maupun tidak langsung dari program ini adalah meningkatkan kemampuan domestik dalam proses produksi biodiesel dengan sebanyak mungkin menguasai teknologi terkait, sehingga bisa menjadi dasar bagi pengembangan lebih lanjut. Penguasaan teknologi ini menjadi begitu penting di era globalisasi saat ini sehingga Indonesia tidak hanya menjadi sekedar penonton dan pembeli teknologi dari luar negeri yang sebenarnya bisa dikuasai dalam rangka meningkatkan kemandirian teknologi.

Sementara itu manfaat umum dari program pengembangan produksi biodiesel ini adalah sebagai berikut :• Keterjaminanpasokanenergi Impor solar akan terus meningkat karena kapasitas

pasokan dalam negeri tidak akan bertambah dan bahkan kemungkinan besar akan menurun. Pengembangan biodiesel akan mampu mengurangi ketergantungan pada impor sehingga akan mendukung upaya-upaya menuju penjaminan pasokan energi nasional dan sekaligus memperluas basis sumberdaya bahan bakar cair di dalam negeri.

• Perbaikanekonominasional Agar dicapai ekonomi bangsa yang sehat, pengurangan

pengeluaran untuk impor perlu terus diupayakan, terutama impor barang-barang yang sebenarnya dapat dihasilkan di dalam negeri. Pengembangan biodiesel sangat sejalan dengan upaya termaksud dan juga secara bersamaan menciptakan pasar bagi produk pertanian dalam negeri berikut efek-efek turunannya seperti penciptaaan lapangan kerja di pedesaan dan pengembangan daerah. Disamping itu, seandainya kelak industri biodiesel cukup kuat dan secara nasional mampu menghasilkan surplus, biodiesel

Page 59: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

51

berpotensi untuk diekspor mengingat negara lain saat ini juga sedang mempromosikan pemakaian biodiesel karena bahan bakar ini bersifat akrab lingkungan dan dapat diperbaharui (renewable).

• Memacupembangunandaerah. Aneka tumbuhan penghasil minyak nabati untuk bahan

mentah biodiesel dapat ditanam di berbagai daerah dalam bentuk perkebunan. Industri pengolahannya pun dapat dibangun didaerah yang bersangkutan karena industri biodiesel dapat digolongkan dalam kelompok industri dengan teknologi kelas menengah dan akan dibangun dalam skala besar, menengah dan kecil. Dengan mengembangkan biodiesel, suatu daerah dapat lebih mandiri dalam pengadaan energi, baik energi untuk bahan bakar kendaraan bermotor maupun untuk kebutuhan penyediaan tenaga listrik (dengan mengoperasikan diesel Genset). Perlu dicatat bahwa selain untuk memenuhi kepentingan daerahnya sendiri, industri biodiesel disuatu daerah dapat pula dikembangkan untuk kepentingan perdagangan dengan daerahnya lain.

• Penguranganpolusiudaradanemisigasrumahkaca. Biodiesel merupakan bahan bakar yang akrab lingkungan.

Emisi polutan-polutan seperti SPM (Solid particulate matter), CO, Hidrokarbon ( HC) dan SOX bisa dikurangi. Biodiesel dianggap netral dalam hal emisi CO2 dan karenanya dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.

Tindak Lanjut Kegiatan ini adalah upaya perlu terus dipertahankan

mengingat target capaian nasional dalam penggunaan biofuel sebesar 5% dari bauran energi nasional pada tahun 2025 masih harus terus diupayakan. Keterlibatan daerah akan sangat menentukan dalam upaya pencapaian ini karena capaian nasional merupakan akumulasi dari capaian daerah-daerah di Indonesia. Kerjasama dengan pemerintah daerah dengan lembaga terkait lainnya seperti universitas dan swasta juga harus ditingkatkan agar percepatan program biodiesel nasional menjadi semakin tinggi.

Page 60: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

52

Page 61: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

53

PENGUATAN SARANA DAN PRASARANA IPTEK LITBANG ENERGIDr. Ir. Agus Puji Prasetyono, M.Eng.Asisten Deputi Investasi IPTEK, Deputi Bidang Sumber Daya IptekAnggaran: Rp. 500.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiPemerintah Indonesia berkeyakinan bahwa untuk

mewujudkan kemajuan ekonomi dan kemandirian bangsa membutuhkan dukungan penguasaan dan penerapan teknologi guna meningkatkan produktivitas, kreativitas dan kemampuan inovatif sumberdaya manusia. Kemandirian bangsa telah dicanangkan oleh pemerintahan dalam Kabinet Indonesia Bersatu jilid II dimana pembangunan yang dilaksanakan saat ini harus mengarah pada sasaran triple tract strategy, yaitu : pro-growth, pro-poor, dan pro-job. Realisasi kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain adalah dicanangkannya program desa mandiri termasuk dalam hal ini adalah mandiri dalam bidang energi, yang telah dimulai sejak tahun 2007 dengan tujuan untuk mempercepat pengentasan kemiskinan yang didasarkan pada program-program dengan implementasi teknologi atau (pro-poor technology). Realisasi pelaksanaan program pengentasan kemiskinan yang berorientasi teknologi ini hanya dapat terwujud melalui adanya penguasaan dan penerapan teknologi.

Untuk menumbuhkan penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) diperlukan sistem nasional Iptek yang merupakan keterkaitan dan saling memperkuat antara unsur-unsur kelembagaan, sumberdaya, serta jaringan Iptek dalam suatu kerangka yang utuh dan komprehensif. Untuk itu telah disusun dan diterbitkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (selanjutnya disebut Sisnas P3 Iptek) yang disahkan pada tanggal 29 Juli 2002. Salah satu amanat tersebut menyebutkan bahwa “Pemerintah wajib merumuskan arah, prioritas utama, dan kerangka kebijakan Pemerintah di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi “.

Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tersebut memberikan manfaat besar bagi pengembangan Iptek. Sedangkan tujuannya adalah untuk memperkuat daya dukung Iptek di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari manfaat seperti : memberikan landasan hukum bagi pengembangan Iptek, mendorong pertumbuhan dan pendayagunaan sumberdaya Iptek lebih efektif. Dalam upaya membangun Iptek nasional, telah diterbitkan pula Jakstranas Iptek Tahun 2005-2009 yang merupakan rangkaian dari Jakstranas Iptek 2000-2004 yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi (KNRT) Nomor 02/M/Kp/II/2000. Pada intinya Keputusan Menteri tersebut menegaskan bahwa penguasaan dan penerapan teknologi yang handal merupakan ujung tombak untuk membangun masyarakat yang mandiri.

Namun, dalam upaya pembangunan institusi Litbang ini masih menghadapi berbagai masalah, salah satunya adalah inovasi Iptek yang masih rendah. Salah satu penyebabnya ditengarai dalam hal ini adalah belum optimalnya kinerja Litbang yang ditunjang oleh sarana dan prasarana Litbang khususnya Litbang energi sehingga pengembangan daya saing yang masih rendah. Oleh karena itu arah pembangunan institusi Litbang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas Inovasi melalui pengembangan sarpras Iptek yang memadai disertai dengan pelibatan atau partisipasi aktif kelembagaan yang ada dalam mendukung inovasi dalam bidang energi.

Salah satu pembangunan yang saat ini sedang dirancang oleh Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) adalah pembangunan sarana dan prasarana Iptek Litbang energi. Pembangunan sarana dan prasarana bidang energi inilah yang bertujuan untuk menghasilkan inovasi-inovasi yang mampu mendukung pemberdayaan masyarakat lokal

Page 62: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

54

untuk menunjang pengembangan energi alternatif yang terbarukan sebagai pengganti energi yang berasal dari fosil yang pada suatu saat nanti akan habis cadangannya. Oleh karena itu dalam upaya pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan agar dapat mencapai kemandirian di bidang energi dipandang merupakan hal penting yang harus dilaksanakan.

Oleh karena itu upaya pembangunan sarana dan prasarana Iptek untuk mendukung kinerja Litbang khususnya dalam bidang energi ini dicoba untuk dilakukan pengkajian yang lebih mendalam. Tanpa sarana dan prasarana Iptek Litbang yang memadai maka kinerja lembaga Litbang kemungkinan besar tidak akan mencapai sasaran yang didinginkan dalam menunjang pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dalam hal ini Asisten Deputi Urusan Sarana dan Prasarana memandang perlu untuk merancang kajian Pengembangan Sarana dan Prasarana Iptek Litbang Energi yang khusus ditujukan untuk membangun masyarakat yang mandiri dari kebutuhan energi secara berkelanjutan.

Tujuan studi adalah terwujudnya pengembangan sarana dan prasarana institusi Litbang untuk meningkatkan inovasi teknologi khususnya dalam bidang energi terbarukan sehingga akan meningkatkan daya saing usaha dan mendukung terciptanya kemandirian energi secara berkelanjutan. Sasarannya melakukan monitoring dan evaluasi dalam pengembangan sarana dan prasarana Iptek Litbang energi dalam mewujudkan kemandirian energi secara berkelanjutan dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup serta dalam upaya menyediakan akses berbagai macam jenis energi untuk segala lapisan masyarakat dan kepentingan nasional. Termasuk dalam hal ini adalah melakukan kajian yang komprehensif mengenai upaya sistem koordinasi antar lembaga-lembaga terkait (Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang, dan Dunia Usaha) dalam upaya mengatasi kekurangan sarana dan prasarana Litbang yang merupakan kendala yang sampai saat ini sulit untuk diatasi.

Data primer dalam kegiatan ini dijaring dengan melalui serangkaian acara diskusi yang dilakukan dalam Focus Group Discussion (FGD) di beberapa institusi Litbang terpilih. Institusi Litbang dalam hal ini yang dipilih adalah institusi Litbang yang mempunyai kompetensi dalam pengembangan teknologi energi terutama yang menunjang pengembangan energi alternatif yang terbarukan.

Adapun data sekunder dikumpulkan melalui beberapa kebijakan pemerintah pusat/daerah dalam pengembangan bidang energi pada umumnya maupun data dari hasil penelitian yang dipublikasikan oleh berbagai lembaga penelitian, data statistik, dan lain-lain.

Lokasi pelaksanaan diskusi dalam rangka pengambilan

Data Primer maupun sekunder dilakukan di beberapa institusi Litbang terpilih yang mempunyai kompetensi dalam pengembangan bidang energi, yaitu di: Semarang (Propinsi Jawa Tengah), Padang (Propinsi Sumatera Barat), Bandung (Propinsi Jawa Barat), Bandar Lampung (Propinsi Lampung), DKI Jakarta, dan Manado (Propinsi Sulawesi Utara).

Data dan informasi dianalisis untuk mendeskripsikan kondisi eksisting sarana dan prasarana Iptek Litbang energi terutama untuk menunjang inovasi-inovasi baru yang lebih tepat guna khususnya dalam upaya membangun kemandirian energi yang tangguh.

Analisis penguatan sarana dan prasarana Iptek Litbang energi ini diarahkan dalam upaya untuk meningkatkan nilai tambah (added value), meningkatkan daya saing (competitiveness), dan meningkatkan efek pengganda (multiplier effects) dalam UMKM nasional. Penguatan sarana dan prasarana Iptek Litbang energi ini dikaji secara komprehensif melalui pertimbangan dari aspek lingkungan hidup yang bertujuan agar teknologi energi yang dihasilkan akan dapat bermanfaat pada masyarakat secara berkelanjutan. Disamping itu juga dikaji melalui pertimbangan efisiensi dan efektifitas sehingga dalam hal ini dianalisis pula adanya koordinasi yang sinergis antara lembaga-lembaga terkait yaitu: Perguruan Tinggi (Academic), Dunia Usaha (Business), dan Lembaga Litbang Pemerintah (Government) agar dalam pelaksanaannya dapat berfungsi secara signifikan menuju kemandirian energi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat secara nyata dan berkelanjutan.

Output/OutcomeHasil yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah

terwujudnya pengembangan sarana dan prasarana institusi Litbang khususnya dalam dalam bidang energi. Kegiatan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa memasuki abad baru sekarang ini atau dalam era globalisasi ini umat manusia akan mengalami perubahan tatanan kehidupan yang cepat dan mendasar yang dipicu oleh pesatnya perkembangan teknologi. Dengan diberlakukannya era globalisasi yang menuntut penguasaan iptek. Penguasaan iptek sangat diperlukan karena dunia usaha khususnya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) hanya mungkin berkembang melalui dorongan iptek.

Melalui kegiatan ini diharapkan sarana dan prasarana Litbang Iptek akan lebih handal dalam menghasilkan inovasi-inovasi teknologi yang dapat diterapkan ke masyarakat khususnya inovasi dalam bidang energi terbarukan di daerah pedesaan sehingga akan mendukung terciptanya kemandirian energi. Dengan demikian upaya membangun sarana dan prasarana Litbang Iptek bidang energi ini diharapkan akan merangsang serta mengembangkan

Page 63: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

55

suasana kreatif dan inovatif. Kesemua ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Tercapainya sarana dan prasarana Iptek Litbang energi yang mampu menghasilkan inovasi-inovasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal di daerah mengakibat-kan tercipta pemberdayaan ekonomi masyarakat secara optimal.

Output : teridentifikasinya Sarpras Iptek Litbang Energi yang bisa menjadi penunjang dalam pengembangan Inovasi Iptek; Outcome: terwujudnya Kebijakan Sarpras Iptek Litbang Energi yang bisa menjadi penunjang dalam pengembangan Inovasi Iptek,

Tindak Lanjut Rekomendasi

Arah dan sasaran pembangunan bidang Iptek di Indonesia akan dapat dicapai secara benar dan efektif melalui Sistem Inovasi Nasional yang difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sistem inovasi teknologi terutama dalam hal ini adalah teknologi energi. Langkah-langkah yang diperlukan untuk mengawali usaha tersebut adalah melalui penyediaan sarana dan prasarana Iptek Litbang yang memadai disertai dengan pemantapan kerjasama dan koordinasi yang mantap antara berbagai institusi terkait, yaitu perguruan tinggi, industri/dunia usaha, serta lembaga-lembaga litbang/LPND untuk memperkuat landasan perumusan kebijaksanaan iptek. Koordinasi yang kompak tersebut diarahkan untuk mencapai terjadinya sinergi diantara lembaga-lembaga tersebut dalam upaya pengembangan dan penguasaan iptek melalui peningkatan kemampuan Sumberdaya Manusia yang lebih produktif, kreatif, dan inovatif khususnya dalam bidang energi yang terbarukan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa untuk mengelola Litbang energi terbarukan sehingga mampu menghasilkan inovasi-inovasi yang maju perlu diselesaikan secara holistik dan komprehensif yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus.

Untuk itu diusulkan segera adanya perbaikan kebijaksana-an terutama instrumen kebijaksanaan dibidang fiskal yang berkaitan dengan energi, seperti diperlukan adanya berbagai insentif secara adil dan konsisten. Insentif yang diperlukan diantaranya adalah : pemberian insentif pajak berupa penangguhan, keringanan dan pembebasan pajak pertambahan nilai serta pembebasan pajak bea masuk sarana dan prasarana Iptek Litbang yang bergerak dibidang energi terbarukan dan konservasi energi, termasuk penghapusan pajak barang mewah terhadap peralatan energi terbarukan dan konservasi energi.

Page 64: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

56

Page 65: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

57

SOSIALISASI PLTN 2010

Ir. Sri Setiawati, MAAsisten Deputi Jaringan Penyedia, Deputi Bidang Jaringan IptekAnggaran : Rp. 2.000.000.000,-Lokasi : Jakarta, Kepulauan Bangka Belitung, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Jawa Tengah

DiskripsiLatar Belakang Sosialisasi ini adalah pentingnya penerima-

an masyarakat sebagai salah satu prasyarat dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang benar mengenai PLTN sehingga dapat menilai manfaat.

Tujuan• Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi kepada

masyarakat tentang manfaat penggunaan energi nuklir sebagai sumber energi listrik;

• Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi kepadamasyarakat tentang masalah keamanan reaktor;

• Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi kepadamasyarakat tentang masalah pengelolaan dan manajemen limbah.

Sasaran• Masyarakat mengetahui tentang manfaat penggunaan

energi nuklir sebagai sumber energi listrik;• Masyarakatmengetahuimasalahkeamananreaktor;• Masyarakat mengetahui pengelolaan dan manajemen

limbah.

Sosialisasi dilaksanakan dalam beberapa tahap :• RapatKoordinasidiPusat• Seminar• SarasehanPengenalanIptekNuklir• DialogPengenalanIptekNuklir• PelatihanPengenalanIptekNuklir

• DistribusiBukuPengenalanIptekNukliruntukAnakSekolah(SD, SMP, SMA) dan Buku Saku Pengenalan Iptek Nuklir

• MonitoringdanEvaluas

Output/OutcomeOutput : Laporan kegiatan sosialisasi PLTN 2010Outcome : Meningkatnya penerimaan masyarakat terhadap PLTN.

Tindak Lanjut Urgensi

Penting dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya Nuklir sebagai sumber energi alternatif, mengingat semakin menipisnya cadangan sumber energi yang tidak terbarukan.Kesinambungan

Apabila kesadaran masyarakat semakin meningkat akan pentingnya energi nuklir maka pembangunan PLTN dapat segera diaktualisasikan.Rekomendasi Kegiatan

Kegiatan ini harus terus dilaksanakan khususnya di daerah-daerah yang di plot sebagai lokasi pendirian PLTN, sehingga masyarakat tidak terpengaruh hasutan pihak yang tidak bertanggungjawab.

Publikasi TematikTelah disusun laporan dan survey penerimaan masyarakat

dan telah dimuat oleh beberapa media online dan cetak.

Page 66: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

58

Page 67: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

59

PENGEMBANGAN ENERGI ARUS LAUT (KOBOLD)Drs. Goenawan Wybisana Asdep Produktivitas Riset Iptek Strategis, Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas IptekAnggaran : Rp. 2.000.000.000,-Lokasi : DKI Jakarta, Kab. Lombok Timur (Pringgabaya) Provinsi NTB

DiskripsiIndonesia sebagai negara maritim dengan puluhan

ribu pulau kecil dan besar memiliki sumber daya energi laut yang berlimpah untuk energi alternatif/energi baru terbarukan. Untuk dapat mengambil manfaat maksimal dari potensi energi tersebut perlu dilakukan kajian komprehensif mengenai karakteristik dan peta distribusi angin, gelombang laut, pasang surut serta pola arus di berbagai perairan Indonesia. Dari data tersebut dapat diperhitungkan besaran potensi energi yang dapat dimanfaatkan beserta sistem konversi energi yang paling sesuai.

Posisi geografis Indonesia yang diapit samudera Pasifik di utara dan samudera Hindia di Selatan, menjadi pertimbangan utama dalam menentukan infrastruktur pembangkit listrik tenaga arus laut yang harus dibangun. Perubahan arus antar dua samudra tersebut yang melewati kepulauan Nusantara ini dikenal dengan Indonesian Through Flow, arus masif yang menjanjikan potensi energi sangat besar. Efek penyempitan ruang lintas saat melewati selat-selat di kepulauan yang ada mempercepat kecepatan aliran arus laut hingga memenuhi persyaratan teknologi pembangkit listrik tenaga arus laut.

Sistem Konversi Arus Laut (SKEAL) - Kobol merupakan salah satu teknologi yang ditawarkan untuk mengubah arus bawah laut menjadi listrik yang dapat menerangi pulau-pulau terpencil di Indonesia. Meskipun demikian, teknologi ini masih tergolong baru dan pertama kali dikembangkan di Italia. Teknologi Kobold yang akan dibangun di perairan Labuhan Haji Desa Pringgabaya merupakan pilot plant yang diharapkan menjadi sumber inspirasi bagi daerah pesisir/ terpencil lain dalam mengatasi permasalahan kelangkaan listrik. Sebagai Pilot Plant di Asia dan kedua di dunia diharapkan akan terjadinya transfer teknologi kepada para ahli/sumberdaya manusia Indonesia.

Pilot Plant Kobold ini terlaksana atas kerjasama antara The United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), Pemerintah Italia dan Pemerintah Indonesia - berdasarkan persyaratan teknis yang ditetapkan dan didapat setelah melalui beberapa survei, akan ditempatkan di perairan dalam wilayah Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Nusa

Tenggara Barat (NTB). Selain anggaran utama dari UNIDO, pendanaan yang terkait untuk kebutuhan pembangunan pilot plant ini akan ditanggung bersama antara Kementerian Riset dan Teknologi (KRT), Propinsi Nusa Tenggara Barat, dan Kabupaten Lombok Timur serta kemitraan UNIDO di Indonesia.

Dalam Pengadaan peralatan pendukung pengembangan energi arus laut (Kobold), KRT melaksanakan koordinasi ke seluruh stakeholders. Selain itu KRT, Prov. NTB, Kabupaten Lombok Timur dan juga kemitraan UNIDO di Indonesia, berkewajiban untuk berkontribusi dalam hal pendanaan terhadap bagian pekerjaan terkait di luar bagian pekerjaan utama (Floating Platform dan Turbin) yang menjadi kewajiban dari UNIDO. Pengadaan/pemasangan kelengkapan pendukung kobold (sub sea cable dan Mooring Line) ini merupakan salah satu bagian terkait dari kebutuhan pengembangan kobold secara keseluruhan. Setelah terbangun Pilot plant Kobold ini beserta seluruh kelengkapannya akan diserahterimakan kepada Pemerintah Daerah.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjamin ketersediaan peralatan pendukung Kobold dalam rangka mendukung kelancaran pengembangan Sistem Konversi Energi Arus Laut (SKEAL) - Kobold, sampai menghasilkan listrik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitarnya sehingga mengurangi rasio bauran bahan bakar fosil yang diharapkan dapat mengangkat perekonomian daerah terisolir.

Pengumpulan data dilakukan dalam rangka penentuan titik lokasi penempatan Pilot Plant Kobold, selain data sekunder yang telah dimiliki pengumpulan data juga dilakukan melalui survei-survei yang dilakukan di wilayah perairan Indonesia. Data-data tersebut dibutuhkan untuk mencari titik lokasi yang dapat memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan (wilayah laut yang memiliki kecepatan arus laut minimal 3 m/detik). Dari hasil survei yang dilakukan telah ditentukan titik lokasi penempatan Kobold yang ditindaklanjuti dengan pembangunan infrastruktur pilot

Page 68: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

60

plant dan sistem utama yang diikuti pula dengan program pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya dilakukan evaluasi yang melibatkan aparat dan masyarakat setempat.

Output/OutcomeEnergi listrik untuk masyarakat kepulauan terpencil.

Sebagai peralatan pendukung sistem utama Kobold, mooring line dan rope berfungsi mengikat flatform, buoy menahan gerakan kabel laut dan indikator keberadaan sistem kobold, dan kabel laut berfungsi menyalurkan listrik yang dihasilkan oleh sistem Kobold ke perangkat penyimpan daya (power storage), untuk selanjutnya akan diditribusikan ke masyarakat. Dikuasainya teknologi Kobold yang dapat dikembangkan lebih lanjut di wilayah lain di Indonesia.

Peralatan Pendukung Kobold

Tidak Lanjut Seluruh peralatan pendukung Kobold sudah tersedia

sejak Nopember 2010, dan telah diserahterimakan aset dari Kementerian Riset dan Teknologi kepada Pemeritah Kabupaten Lombok Timur. Pada dasarnya peralatan ini siap diinstalasikan setelah seluruh sistem Kobold tersedia di Lokasi.

Publikasi Publikasi yang berkaitan dengan pembangunan pem-

bangkit listrik arus laut KOBOLD sudah ditampilkan di website Ristek dan media on-line terkait. Bahkan beberapa perguruan tinggi sudah melakukan penelitian terkait Ilmiah dengan rencana keberadaan KOBOLD di Lombok Timur.

Page 69: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

61

Karena proyek ini sempat tertunda dari jadwal semula rampung tahun 2007 di tengah harapan masyarakat setempat yang sangat tinggi, untuk mengobati gejolak masyarakat yang mulai tak sabar segera menikmati listrik di dusun Ketapang dan desa Pringgabaya, Kementerian Ristek mengambil inisiatif menjalankan program jangka pendek Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (Surya-Bayu-Diesel) dengan kapasitas terpasang 15 kVAp. Hasil Monitor Tim Universitas Indonesia pada tahun 2010 Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida memberikan dampak positif pada sektor pendidikan, hubungan sosial, kesadaran lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Page 70: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

62

Page 71: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

63

PENGEMBANGAN SISTEM INVESTASI IPTEK RANCANGAN KEBIJAKAN INSENTIF PENGUATAN JARINGAN INTRA PENYEDIA IPTEK (Bidang Fokus: Energi Baru Terbarukan dan Teknologi Material Maju)

Ir. Sri Setiawati, MAAsisten Deputi Jaringan Penyedia, Deputi Bidang Jaringan IptekAnggaran : Rp. 400.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiKajian ini adalah semakin langkanya sumber energi yang

berasal dari bahan-bahan yang tidak terbarukan seperti minyak bumi dan batu bara. Telah banyak penelitian yang dilaksanakan untuk sumber energi terbarukan tetapi banyak sekali terjadi pengulangan penelitian. Sehingga perlu untuk dibuat skema investasi dan insentif guna menumbuhkan jejaring yang kuat agar terjalin kerjasama dan pendayagunaan hasil yang telah dicapai.

Tujuan dari kegiatan ini adalah :• Menggaliliteraturyangterkaitisujaringanlembagalitbang

dengan lembaga litbang yang medukungnya• Menggali pandangan dan persepsi langsung dari pihak

penyedia iptek (lembaga riset departemen, perguruan tinggi, industri) terhadap berbagai jaringan penyedia iptek yang telah ada mengenai jaringan penyedia iptek yang ideal dan efektif di Indonesia serta kondisi yang harus dipenuhi pemerintah dan swasta agar jaringan penyedia iptek dapat mencapai sasarannya secara efektif.

Adapun sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan ini meliputi :• Rekomendasi kebijakan untuk penguatan forum iptek

bidang fokus energi baru dan terbarukan dan teknologi material maju

• Berkembangnyaforumiptekbidangfokusenergibarudanterbarukan dan teknologi material maju

Kegiatan ini terdiri dari beberapa tahapan, meliputi : • KajianTeoritis(StudiPustaka/Literatur)• KajianEmpiris Pada tahapan kegiatan ini meliputi kegiatan penyusunan

kuisioner, penentuan subyek kajian, survei (pengumpulan data) dan diskusi.- Penyusunan kuisioner.- Penentuan Subyek Kajian.- Survei (Pengumpulan Data).- In-depth Interview.- Diskusi (FGD).

Output/OutcomeOutput

Naskah akademik pengembangan sistem investasi iptek, menyangkut bentuk, instrumen dan mekanisme operasionalnya serta rumusan instrumen kebijakan yang dibutuhkan untuk mendukung penguatan jaringan intra penyedia iptek bidang fokus energi baru dan terbarukan dan teknologi material maju.Outcome

Rekomendasi kebijakan untuk penguatan forum iptek bidang fokus energi baru dan terbarukan dan teknologi material maju

Page 72: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

64

Tindak Lanjut Urgensi

Penting dilaksanakan untuk menghindari pengulangan penelitian yang seringkali terjadi. Selain itu, kajian ini diperlukan untuk membangun pola jejaring antara penyedia teknologi khususnya di bidang energi yang terbarukan.

KesinambunganKajian ini dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

mengarahkan insentif riset, sehingga menjadi lebih efisien

Rekomendasi KegiatanDalam rangka pengembangan dan penguatan jaringan

antar penyedia iptek maka :• Pemerintahperlumengkoordinir lembaga-lembaga yang

bergerak pada pengembangan energi baru dan terbarukan serta material maju dibawah Kementerian Riset dan Teknologi agar kegiatan penelitian yang dilakukan dapat bersinergi dan sinkron (Perguruan Tinggi, industri, LIPI, BPPT, Bappeda, Kementerian ESDM, Kementerian Pertanian, dan lain-lain) dengan payung hukum yang berlaku (misal : Keppres).

• Perlu dibentuk suatu Forum Komunikasi secara formalsebagai penghubung antara lembaga-lembaga yang bergerak pada pengembangan energi baru dan terbarukan

serta material maju sehingga terjalin suatu hubungan atau komunikasi yang efektif antar jaringan penyedia iptek yang ada. Forum komunikasi ini dibentuk baik di tingkat lembaga litbang, tingkat daerah maupun nasional.

• Untuk meningkatkan penyebarluasan hasil penelitiandapat melalui publikasi ilmiah melalui jurnal maupun bulletin. Jurnal atau bulletin ini juga merupakan sarana untuk meningkatkan hubungan antara peneliti baik dalam lembaga maupun antar lembaga. Selain itu, penyebarluasan hasil penelitian juga dapat dilakukan melalui pembuatan demplot atau percontohan atau bentuk lain diseminasi yang lainnya.

• Penyelenggaraan FGD (Focus Discussion Group) secara rutin (misal : tiap tri wulan) antara lembaga-lembaga yang bergerak pada pengembangan energi baru dan terbarukan serta material maju dibawah koordinator Kementerian Riset dan Teknologi untuk mengetahui perkembangan dan kegiatan yang telah dilakukan di lembaga yang bersangkutan.

• Untukpengembangandanpenguatan jaringanpenyediaiptek dengan pengguna, Kementerian Riset dan Teknologi sebagai fasilitator perlu memfasilitasi untuk melakukan inisiasi dalam menjalin kerjasama dengan industri-industri yang bergerak dalam bidang energi baru dan terbarukan serta material maju.

Page 73: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

65

ANALISIS PENGEMBANGAN LITBANGRAP ILMU DAN TEKNOLOGI NANO (PENGUATAN KOMPETENSI LEMBAGA HELP DESK CENTERPENUNJANG UMKM BERBASIS TEKNOLOGI)

Dr. Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr Asisten Deputi Kompetensi Kelembagaan, Deputi Bidang Kelembagaan IptekAnggaran : Rp. 300.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiKementerian Riset dan Teknologi dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 menetapkan program utama yaitu Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas). Sistem Inovasi Nasional terdiri dari 3 pilar yaitu penguatan kelembagaan, sumberdaya dan jaringan iptek untuk meningkatkan relevansi dan produktivitas iptek serta pendayagunaan iptek. Dari ketiga pilar tersebut kelembagaan iptek merupakan salah satu pilar utama yang cukup penting dalam penguatan SINas. Salah satu permasalahan yang timbul dalam kelembagaan iptek yaitu masih tersendatnya interaksi antara penghasil dan pengguna teknologi. Untuk itu, peran lembaga penunjang/lembaga intermediasi sangat dibutuhkan guna memperlancar aliran teknologi dan informasi dari penghasil dan pengguna teknologi.

Masih terkendalanya peran lembaga penunjang/intermediasi antara lain disebabkan teknologi yang ditawarkan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar. Kendati teknologi yang ditawarkan sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna tetapi secara teknis masih kalah handal dengan teknologi lain atau masih jauh lebih mahal dibandingkan dengan teknologi impor yang sudah ada. Selain itu kemampuan marketing personal relatif masih lemah. Oleh karena itu, dipandang perlu adanya lembaga penunjang seperti Help Desk Center (HDC) yang mampu meningkatkan kompetensi UMKM berbasis teknologi agar dapat berperan secara maksimal.

Berkenaan dengan pemberdayaan UMKM yang merupakan salah satu unsur penting dan mampu memberikan kontribusi cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, peran lembaga penunjang berupa Help Desk Center (HDC) yang mampu menjembatani antara lembaga pengembang dan

pengguna teknologi, khususnya pengguna sektor UMKM yang lemah terhadap akses teknologi, sangat diperlukan. Dengan landasan pemikiran tersebut, Kementerian Riset dan Teknologi perlu mengembangkan kajian penguatan kompentensi Help Desk Center penunjang UMKM berbasis teknologi sehingga UMKM mampu berperan secara aktif dan maksimal terutama dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Tujuan kajian Penguatan Kompetensi Lembaga Help Desk Center Penunjang UMKM Berbasis Teknologi yaitu mendorong terbentuknya lembaga Help Desk Center regional penunjang klaster UMKM berbasis teknologi di Indonesia. Sedangkan sasaran dari kegiatan ini yaitu teridentifikasikannya data lembaga Help Desk Center penunjang UMKM di Indonesia dan tersusunnya arah kebijakan dan strategi penguatan kompetensi lembaga Help Desk Center penunjang UMKM berbasis teknologi di Indonesia.

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kajian ini yaitu pengumpulan data baik data primer maupun sekunder melalui wawancara langsung, FGD dengan narasumber terkait dan studi kepustakaan serta peraturan perundangan yang terkait. Metode pelaksanaan kegiatan dilakukan studi literatur, koordinasi dengan lembaga atau organisasi lain yang terkait, diskusi pakar atau narasumber, dan sosialisasi hasil kajian. Sedangkan tahapan pelaksanaan kegiatan yaitu : a) Penentuan tujuan, b) Analisis situasi dengan menggunakan metode analisis SWOT, c) Penentuan arah dan prioritas kebijakan serta strategi yang perlu dikembangkan dalam rangka penguatan kompetensi lembaga Help Desk Center penunjang UMKM berbasis teknologi; dan d) Rekomendasi kebijakan yang terkait dengan penguatan kompetensi lembaga Help Desk Center penunjang UMKM berbasis teknologi.

Page 74: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

66

Output/Outcome Dari hasil kajian dapat ditarik kesimpulan :

• Sampaisaatiniperanlembagaintermediasiterutamadalammenunjang UMKM masih dirasakan belum maksimal.

• Keberadaan UMKM terutama UMKM yang berbasisteknologi masih sangat terbatas. Keterbatasan yang timbul antara lain rendahnya kualitas sumberdaya manusia, rendahnya produktifitas tenaga kerja, rendahnya akses terhadap sumberdaya produktif, tingginya biaya transaksi/usaha (pungutan, perijinan, ketersediaan infrastruktur), dan masih rendahnya kualitas barang yang dihasilkan.

Manfaat dari kegiatan ini yaitu memberikan peta awal berupa gambaran kondisi lembaga Help Desk Center penunjang UMKM di Indonesia sebagai bahan rekomendasi kebijakan dan strategi penguatan kompetensi lembaga Help Desk Center penunjang UMKM berbasis teknologi di Indonesia.

Output dari kegiatan ini pada tahun 2010 yaitu Konsep Help Desk Center regional penunjang UMKM berbasis teknologi (termasuk didalamnya kebijakan dan strategi penguatan kompetensi lembaga tersebut) dan hasil identifikasi lembaga Help Desk Center (penunjang) dan UMKM di Indonesia.

Tindak Lanjut Tindak lanjut kegiatan yang perlu dilakukan dan

merupakan rekomendasi yang diberikan dari hasil kajian ini yaitu : • Dalam memperkuat sistem inovasi pada umumnya dan

daya saing UMKM khususnya, diperlukan dukungan terpadu yaitu teknologi, bisnis, dan bantuan keuangan

serta bantuan lainnya untuk mempercepat perkembangan UMKM inovatif di Indonesia. Semua ini dapat difasilitasi oleh Lembaga Intermediasi. Karenanya penguatan kompetensi Help Desk Center yang merupakan lembaga intermediasi sangat diperlukan.

• Pengembangan Help Desk Center penunjang UMKM berbasis teknologi harus dilakukan secara sinergis antar sektor terkait dengan Kementerian Riset dan Teknologi sebagai koordinator.

• Penguatan kompetensi Help Desk Center penunjang UMKM berbasis teknologi dapat dilakukan dengan cara pengembangan SDM dan teknologi melalui kerjasama antara industri dan lembaga pendidikan dan penelitian, akses pada penasehat dan bantuan tenaga ahli, penyediaan ketersediaan modal bagi UMKM inovatif, pengembangan jejaring dan klaster bagi UMKM inovatif, pembangunan struktur regulasi dan aspek legal yang memadai, pengembangan lingkungan ekonomi pasar yang konsisten.

PublikasiPublikasi yang dilakukan pada kegiatan ini yaitu berupa

penayangan berita kegiatan pada web ristek (www.ristek.go.id), judul “Identifikasi Lembaga Help Desk Centre Penunjang UMKM Berbasis Teknologi di Yogyakarta”. Tayangan berita kajian ini dapat dibuka pada link: http://www.ristek.go.id/

Page 75: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

67

Page 76: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

68

Page 77: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

69

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BROADBAND WIRELESS ACCESS (BWA)

Prof. Dr. Ir. Engkos Koswara Natakusumah, M.Sc Staf Ahli Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Teknologi Informasi, Komunikasi dan TransportasiAnggaran : Rp. 400.000.000,-Lokasi: DKI Jakarta

DiskripsiBroadband Wireless Access atau akses nirkabel pita lebar

memiliki kecepatan akses tinggi dengan jangkauan yang luas. Salah satunya adalah WiMAX, merupakan evolusi teknologi BWA sebelumnya dengan fitur-fitur yang lebih menarik; merupakan teknologi open standar, artinya komunikasi perangkat WiMAX beberapa vendor yang berbeda dapat dilakukan. Perangkat ini terdiri dari base station, CPE, antena, kabel dan asesoris lainnya. Ada dua jenis WiMAX yaitu (1) Fixed WiMAX, dikembangkan dari sistem WiFi, sehingga keterbatasan WiFi dapat dilengkapi oleh sistem ini, terutama dalam coverage jarak, kualitas dan garansi layanan (QoS). (2) Mobile WiMAX dikembangkan untuk mengimbangi teknologi seluler seperti GSM, CDMA 2000 maupun 3G. Keunggulannya terdapat pada konfigurasi sistem yang jauh lebih sederhana serta kemampuan pengiriman data yang lebih tinggi.

Standar 802.16 dikembangkan oleh Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE), yang disebut WirelessMAN, memberikan perspektif baru dalam mengakses internet dengan kecepatan tinggi, tanpa tergantung pada jaringan kabel atau modem. Tahun 2002 dibentuk forum Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) mengacu pada standar 802.16 dan bertugas menginterkoneksikan berbagai standar teknis yang bersifat global menjadi satu kesatuan. Teknologi WiMAX lebih murah dibandingkan dengan teknologi broadband lain seperti digital subscriber line (DSL) atau kabel modem. Standar IEEE 802.16 memberikan kemudahan dalam akses internet untuk area metropolitan dengan hanya mendirikan beberapa base station (BS) yang dapat meng-coverage jutaan subscriber (SS). Teknologi WiMAX merupakan solusi untuk kota atau daerah pedesaan yang belum berkembang dalam penyediaan akses internet.

Tuntutan kebutuhan layanan broadband yang semakin meningkat, didorong dengan aplikasi yang beragam membuat penyedia layanan akses berkompetisi untuk menyediakan layanan yang optimal. Fakta tersebut mendorong para penyedia layanan untuk mencari alternatif teknologi akses agar mampu memenuhi tuntutan kebutuhan layanan. Pemanfaatan ADSL untuk mengoptimalkan jaringan kabel yang telah terlanjur digelar. Dari sisi operator hal ini sangat menguntungkan karena tinggal memanfaatkan jaringan kabel yang ada. Namun, terdapat beberapa kendala yakni keterbatasan jarak jangkauan, kualitas kabel, keterbatasan bandwidth. Sehingga titik perhatian dari layanan DSL terbatas untuk peningkatan utilitas saluran dan skalabilitas perangkat.

Isu frekuensi Fixed WiMAX di band 3,3 GHz ternyata hanya muncul di negara-negara Asia. Hal ini terkait dengan penggunaan band 3,5 GHz untuk komunikasi satelit, demikian juga dengan di Indonesia. Band 3,5 GHz di Indonesia digunakan oleh satelit Telkom dan PSN untuk memberikan layanan IDR dan broadcast TV. Dengan demikian penggunaan secara bersama antara satelit dan wireless terrestrial (BWA) di frekuensi 3,5 GHz akan menimbulkan potensi interferensi terutama di sisi satelit.

Elemen atau perangkat WiMAX yang digunakan terdiri dari Base Station (BS) di sisi pusat dan CPE di sisi pelanggan. Namun demikian masih ada perangkat tambahan seperti antena, kabel dan asesoris lainnya. BS merupakan perangkat trasceiver (transmitter dan receiver) yang biasanya dipasang satu lokasi (colocated) dengan jaringan Internet Protocol (IP). Dari BS disambungkan ke beberapa CPE dengan media interface gelombang radio (RF) yang mengikuti standar WiMAX.

Page 78: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

70

Masalah yang dihadapi dalam teknologi broadband wireless access adalah : (1) teknologi BWA belum banyak digunakan secara komersial, terutama WiMAX sehingga biaya teknologi telekomunikasi yang ada sekarang masih relatif mahal, sulit untuk dijangkau oleh masyarakat yang kurang mampu; (2) regulasi penggunaan frequensi masih belum tertata rapi; (3) menentukan kebutuhan bandwidh, termasuk analisa kebutuhan trafik yang diperlukan untuk merumuskan estimasi awal kebutuhan bandwidth; (4) menentukan tipe daerah termasuk menentukan daerah yang digunakan untuk membedakan tipe sel yang akan digunakan; (5) menghitung bit rate; wimax merupakan teknologi baru, kemampuan untuk membawa data dalam jumlah besar perlu dibuktikan secara teori maupun secara praktek melalui pengukuran di lapangan; (6) merancang sel, termasuk merancang luas sel yang ada serta jumlah yang dibutuhkan sehingga dapat memenuhi seluruh kebutuhan bandwidth; (7) menentukan sektorisasi, agar bandwidth yang dibutuhkan dapat tercukupi dan pathloss paling sesuai, serta menentukan frekuensi re-use agar interferensi dapat dihindari; (8) menghitung power link budget, dapat menggunakan beberapa model yaitu LOS (Line Of Sight) dan SUI (Stanford University Interim).

Memperhatikan uraian tersebut di atas, maka dilakukan telaahan pengembangan teknologi broadband wireless access, terutama WiMAX untuk mengetahui apakah teknologi ini dapat dikembangkan lebih baik dan sesuai dengan kondisi Indonesia. Sasaran yang dicapai adalah digunakannya teknologi broadband wireless access, terutama WiMAX untuk meningkatkan kemampuan telekomunikasi yang handal dengan biaya yang relatif murah, sehingga dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat.

Metodologi kegiatan menggunakan literatur review dan forum group discussion untuk mendapat masukkan dari para stake holder dan para pakar, kemudian dilakukan analisis secara deskriptif tentang BWA yang sudah ada, menentukan kebutuhan teknologi, menetapkan pola teknologi, menetap-kan strategi pengembangan, dan menyarankan kebijakan BWA.

Output/OutcomeTeknologi WiMAX dapat dikembangkan dan sesuai dengan

kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memerlukan broadband wireless akses yang berkemampuan tinggi. Standar dan implementasi yang mampu beroperasi berdasarkan jaringan nirkabel IEEE 802.16, seperti WiFi yang beroperasi berdasarkan standar Wireless LAN IEEE802.11.

Dalam implementasinya WiMax berbeda dengan WiFi. Pada WiFi, sebagaimana OSI Layer, adalah standar pada lapis kedua, dimana Media Access Control (MAC) menggunakan metode akses kompetisi, yaitu beberapa terminal secara bersamaan memperebutkan akses. Sedangkan MAC pada WiMax menggunakan metode akses yang berbasis algoritma penjadualan (scheduling algorithm). Dengan metode akses kompetisi, maka layanan seperti Voice over IP atau IPTV yang tergantung kepada Kualitas Layanan (Quality of Service) yang stabil menjadi kurang baik. Sedangkan pada WiMax yang menggunakan algoritma penjadualan, bila setelah sebuah terminal mendapat garansi untuk memperoleh sejumlah sumber daya (seperti timeslot), maka jaringan nirkabel akan terus memberikan sumber daya ini selama terminal membutuhkannya.

Standar BWA untuk WiMax pada awalnya dirancang untuk rentang frekuensi 10 s.d. 66 GHz. 802.16a, diperbaharui pada 2004 menjadi 802.16-2004 (dikenal juga dengan 802.16d) menambahkan rentang frekuensi 2 sampai dengan 11 GHz dalam spesifikasi. 802.16d dikenal juga dengan fixed WiMax, diperbaharui lagi menjadi 802.16e pada tahun 2005 (yang dikenal dengan mobile WiMax) dan menggunakan orthogonal frequency-division multiplexing (OFDM) yang lebih memiliki skalabilitas dibandingkan dengan standar 802.16d yang menggunakan OFDM 256 sub-carriers. Penggunaan OFDM yang baru ini memberikan keuntungan dalam hal cakupang, instalasi, konsumsi daya, penggunaan frekuensi dan efisiensi pita frekuensi. WiMax yang menggunakan standar 802.16e memiliki kemampuan hand over atau hand off, sebagaimana layaknya pada komunikasi selular. Banyaknya institusi tertarik atas standar 802.16d dan .16e karena standar ini menggunakan frekuensi yang lebih rendah sehingga lebih baik terhadap redaman dan dengan demikian memiliki daya penetrasi yang lebih baik di dalam gedung. Pada saat ini, sudah ada jaringan yang secara komersial menggunakan perangkat WiMax bersertifikasi sesuai dengan standar 802.162.

Banyak keuntungan yang didapatkan dari terciptanya standardisasi industri ini. Para operator telekomunikasi dapat menghemat investasi perangkat, karena kemampuan WiMAX dapat melayani pelanggannya dengan area yang lebih luas dan tingkat kompatibilitas lebih tinggi. Selain itu, pasarnya juga lebih meluas karena WiMAX dapat mengisi celah broadband yang selama ini tidak terjangkau oleh teknologi Cable dan DSL (Digital Subscriber Line).

Page 79: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

71

BWA memudahkan untuk mendapatkan koneksi Internet yang berkualitas dan melakukan aktivitas, media wireless ini sudah terkenal sebagai media yang paling ekonomis dalam mendapatkan koneksi Internet. Area coverage-nya sejauh 50 km maksimal dan kemampuannya menghantarkan data dengan transfer rate yang tinggi dalam jarak jauh, sehingga memberikan kontribusi sangat besar bagi keberadaan wireless MAN dan dapat menutup semua celah broadband yang ada saat ini. Dari segi kondisi saat proses komunikasinya, teknologi WiMAX dapat melayani para subscriber, baik yang berada dalam posisi Line Of Sight (posisi perangkat-perangkat yang ingin berkomunikasi masih berada dalam jarak pandang yang lurus dan bebas dari penghalang apa pun di depannya) dengan BTS maupun yang tidak memungkinkan untuk itu (Non-Line Of Sight). Jadi di mana pun para penggunanya berada, selama masih masuk dalam area coverage sebuah BTS (Base Transceiver Stations), mereka mungkin masih dapat menikmati koneksi yang dihantarkan oleh BTS tersebut. Hal ini sesuai untuk kondisi Indonesia.

Sistem kerja MAC-nya (Media Access Control) yang ada pada Data Link Layer adalah connection oriented, sehingga memungkinkan penggunanya melakukan komunikasi ber-bentuk video dan suara. Siapa yang tidak mau, ber-Internet murah, mudah, dan nyaman dengan kualitas broadband tanpa harus repot-repot. Anda tinggal memasang PCI card yang kompatibel dengan standar WiMAX, atau tinggal membeli PCMCIA (Personal Computer Memory Card International Association) yang telah mendukung komunikasi dengan WiMAX. Atau mungkin Anda tinggal membeli antena portabel dengan interface ethernet yang bisa dibawa ke mana-mana untuk mendapatkan koneksi Internet dari BTS untuk fixed wireless.

Fasilitas Broadband Wireless Access (BWA), khususnya WiMAX sudah diuji coba di Puspiptek Serpong dengan melibatkan Industri lokal. Untuk Teknologi WiMAX nomadik atau versi d dilakukan oleh PT Harieff dan PT TRG dibantu oleh R&D Telkom. Sedangkan untuk WiMAX mobile atau versi e dilakukan oleh PT Xirka. Keberadan Puspiptek sebagai kawasan Uji Coba Lapangan untuk teknologi Wimax dikenal oleh komunitas BWA dan stakeholder. Beberapa vendor lokal (Pt.Xirka) dan vendor asing yang bermitra dengan lokal (Alvarion) pada saat mengajukan technical approval untuk produk lokalnya, selalu disarankan oleh Ditjen Postel untuk melakukan uji coba di Puspiptek. Uji coba ini berguna untuk beberapa pihak, untuk Ristek : merupakan kawasan pengembangan sistem inovasi bidang TIK; untuk Ditjen

Postel: hasil uji coba yang dihasilkan dapat dipakai sebagai bahan rujukan untuk penentuan Technical Approval pada produk wimax; untuk Vendor wimax : dapat melakukan uji coba wimax dan sekaligus pengembangan produk wimax; untuk Operator : dapat melihat kemampuan dari produk WiMAX yang akan digunakan; untuk Litbang & Perguruan Tinggi : pengembangan riset.

Tindak Lanjut Puspiptek dijadikan sebagai sarana ekosistem

pengembangan teknologi BWA yang dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai : kawasan laboratorium uji coba lapangan untuk functional test, performance test, dan mobile roaming test; Sertifikasi perangkat BWA (kerjasama dengan Ditjen Postel); Sertifikasi TKDN perangkat BWA untuk hardware dan software (kerjasama dengan Kementerian Perindustrian dan LPNK); Wimax Forum Certitication (test produk wimax dalam negeri dan luar negeri); BWA Certification (WiMAX dan LTE); sebagai wadah konsorsium bisnis BWA.

Page 80: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

72

Page 81: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

73

PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT BERBASIS TEKNOLOGI OPEN SOURCE

Prof. Dr. Ir. Engkos Koswara Natakusumah, MSc.Staf Ahli Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Teknologi Informasi, Komunikasi dan TransportasiAnggaran : Rp. 350.000.000,-Lokasi : DKI Jakarta

DiskripsiPengembangan e-government berbasis teknologi

open source merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien dengan menggunakan sumber terbuka. Perlu dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), melalui aktivitas (1) pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronis; (2) pemanfaatan kemajuan TIK agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah Indonesia, dan (3) memanfaatkan teknologi open source sehingga e-government mudah dikembangkan, dapat meningkatkan kreatifitas dan inovasi dibidang perangkat lunak.

Pengembangan e-government ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan cost-effective pemerintahan, memberikan berbagai jasa pelayanan kepada masyarakat secara lebih baik, menyediakan akses informasi kepada publik secara lebih luas, dan menjadikan penyelengaraan pemerintahan lebih bertanggung jawab (accountable) serta transparan kepada masyarakat. Sehingga e-government berfungsi untuk memperbaiki sistem pengelolaan informasi/data, membangun sarana informasi kompetensi, membangun sistem pelayanan terpadu untuk keperluan percepatan perizinan, membangun sarana komunikasi dengan masyarakat untuk mendorong percepatan siklus layanan dan menjaring informasi masyarakat, peningkatan produktivitas kerja di jajaran pemerintahan, membangun sarana untuk memudahkan terjadinya pertukaran informasi antar sektor, memperkaya pengetahuan di jajaran pemerintahan dan masyarakat, dan meningkatkan penghasilan asli daerah dengan terbukanya sarana pasar untuk komoditi daerah secara global.

Perkembangan layanan pemerintahan berbasis teknologi informasi sangat bervariasi, ada yang menggunakan sistem tertutup ada yang menggunakan sitem terbuka, kedua model sistem tersebut sulit untuk berintegrasi karena menggunakan prinsip dasar yang berbeda. Pengembangan dengan sistem tertutup sudah jarang dilakukan karena mempunyai beberapa konsekuensi yang harus diambil, antara lain sumber kode program tertutup sehingga kalau mau dikembangkan lebih lanjut harus berhubungan dengan vendor yang sama, kalau vendornya sudah tidak ada maka sistem tidak dapat diperbaiki atau dikembangkan. Bila ada kesulitan dengan sistem sulit dilacak oleh sistem analis lainnya karena sumbernya tertutup, sehingga sistem rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Ketergantungan pada vendor pembuat sistem sangatlah tinggi, keberlangsungan sistem tergantung pada orang lain. Harga pembangunan sistem menjadi lebih tinggi karena harus ditambah pembelian perangkat lunak yang tertutup.

Perkembangan sekarang lebih ke arah sistem terbuka dengan menggunakan open source software yang kode programnya terbuka sehinga mengurangi faktor resiko yang akan terjadi selama pemakaian dan pengembangan sistem. Sistem terbuka ini perlu didukung oleh sumber daya manusia sendiri yang handal, perlu ada training dan peningkatan kemampuan di bidang sistem analis dan pemrograman, bila ada masalah sistem atau perlu pengembangan sistem maka dapat diperbaiki atau dilakukan sendiri tanpa tergantung pada pihak lain, sehingga akan memacu kemandirian dalam pengembangan perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan pemerintahan.

Sistem informasi pemerintahan dibangun dengan menggunakan komponen : (1) perangkat keras berupa perangkat komputer, perangkat jaringan dan perangkat telekomunikasi, (2) perangkat lunak berupa sistem operasi dan aplikasi yang akan digunakan untuk pengolahan data, (3)

Page 82: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

74

data yang akan diolah dapat berupa data tekstual, gambar, grafik atau data spatial untuk peta, semua jenis data ini akan mempengaruhi spesifikasi perangkat lunak dan perangkat keras yang akan digunakan, (4) prosedur yang digunakan untuk menjalankan perangkat lunak atau pengolahan data yang mudah dimengerti dan mudah dilaksanakan, (5) sumberdaya manusia yang mampu menjalankan prosedur dengan benar dan mengerti tentang perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk mendukung beroperasinya sistem informasi. Sumber daya manusia antara lain terdiri dari para sistem analis yang mengerti bagaimana menganalisis sistem, para programmer yang mengerti bagaimana membuat perangkat lunak sehingga akan memudahkan dalam pengembangannya kelak, para teknisi yang akan membantu dalam melakukan data entri dan berbagai kegiatan teknis, sistem administrator yang akan mengatur jalannya e-government.

Pengelolaan layanan pemerintahan yang ada sekarang kebanyakan masih dilaksanakan secara manual, sehingga memerlukan waktu layanan yang cukup lama dengan biaya yang relatif tinggi dan tidak transparan. Keadaan ini tidak mungkin dipertahankan di era sekarang, dimana berbagai layanan sudah berbasis elektronik, seperti halnya sudah dilakukan di perbangkan dan sudah menjadi kebutuhan yang riil. Diperlukan adanya persiapan pada sistem pemerintahan, seperti meredefinisi praktek pengelolaan pemerintahan, memungkinkan pemenrintah menemukan kembali cara beroperasi seperti penyediaan layanan umum dan transaksi melalui internet, memberikan saluran baru bagi pemerintah dalam beinteraksi dengan dunia bisnis dan masyarakat, melakukan penghematan, meningkatkan kinerja ekonomi sosial. Penghematan berasal dari sejumlah besar pembelanjaan sektor publik dan dari peluang untuk membuat proses internal lebih efisien. Belum banyak leadership yang berkomitmen tinggi untuk menerapkan e-government, sumber daya manusia yang memadai dan berbudaya informasi, akses telekomunikasi, kebebasan memperoleh informasi, pembentukan e-society, belum mengetahui atau mengerti pentahapan pembangunan e-gov seperti pembangunan website atau homepage, layanan publik, database lintas sektor, dan e-transaction.

Memperhatikan berbagai kondisi tersebut maka diadakan telaahan tentang pengembangan e-government berbasis teknologi open source untuk menangani semua layanan pemerintahan sehingga dapat dijalankan sesuai dengan perencanaan. Sasaran yang dicapai adalah adanya layanan pemerintahan yang cepat, tepat, akurat dan transparan menggunakan teknologi open source; adanya peningkatan kemampuan dan kualitas sumber daya manusia lokal dalam memahami dan membangun perangkat lunak; adanya

peningkatan kreativitas dan penumbuhan inovasi untuk meningkatkan perekonomian Indonesia.

Metodologi kegiatan menggunakan literatur review dan forum group discussion untuk mendapat masukkan dari para stakeholder dan para pakar, kemudian dilakukan analisis secara deskriptif tentang sistem pemerintahan dan layanannya, menentukan pola pembangunan e-government, menetapkan strategi pengembangan, dan menyarankan kebijakan.

Output/Outcomee-government memerlukan sistem informasi manajemen

yang dikelola oleh berbagai instansi pemerintah, sehingga diperlukan suatu koordinasi antar instansi untuk merancang sistem e-government bersama, termasuk menentukan instansi yang akan mengelola, dan merawat sistem tersebut supaya berjalan dengan lancar. Misalnya sistem informasi manajemen kepegawaian dikelola oleh Badan Kepegawaian Daerah atau Pusat, SIM aset barang daerah dikelolah oleh Bagian Umum dan Perlengkapan, SIM Kependudukan dikelola oleh Dinas Kependudukan, SIM Jaringan Dokumentasi Hukum dikelola oleh Bagian Hukum, SIM Keuangan Daerah dikelola oleh Bagian Keuangan, Sistem Informasi Pendapatan Daerah dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah atau DISPENDA, Sistem Informasi Pemilihan Umum dikelola oleh Bagian Pemerintahan, SIM Proyek dikelola oleh Bagian Pembangunan, Sistem informasi organinasi dikelola oleh Bagian Organisasi, Sistem informasi perencanaan pembangunan daerah dikelola oleh BAPPEDA.

Layanan e-government dilakukan untuk pengelolaan kartu tanda penduduk atau kartu keluarga, Izin mendirikan bangunan, Ijin bangunan, Ijin reklame, tanda daftar perusahaan, surat ijin usaha perdagangan, akte kelahiran, akte kematian, akte perkawinan, akte perceraian, keterangan tempat usaha, Ijin lokasi, Ijin usaha kepariwisataan, Ijin trayek, dan Tanda daftar industri.

Sistem informasi perencanaan pembangunan daerah yang dikelola oleh BAPPEDA merupakan gabungan sistem untuk perencanaan dan pengembangan potensi daerah, seperti : (1) Sistem APBD yang diolah antara lain dari subsistem pengendalian proyek, anggaran pembangunan, dan pendapatan daerah; (2) Sistem perencanaan fisik yang diolah dari subsistem tata ruang dan tata bangunan, pertanahan, jaringan air minum/PDAM, jaringan listrik, jaringan telepon, pertambangan dan energi, dll.

e-government untuk aplikasi layanan warga masyarakat dan bisnis dapat melalui : sistem informasi pelayanan umum terpadu yang dikelola oleh kantor pusat pelayanan umum, SIM surat izin tempat usaha yang dikelola oleh bagian perekonomian, sistem informasi tata ruang dan

Page 83: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

75

tata bangunan yang dikelola oleh dinas tata ruang dan tata bangunan, sistem informasi penerangan jalan umum yang dikelola oleh dinas pemukiman dan prasarana wilayah, sistem informasi masyarakat miskin yang dikelola oleh dinas sosial, sistem informasi manajemen kebersihan yang dikelola oleh dinas kebersihan dan pertamanan, sistem informasi manajemen jaringan air minum daerah yang dikelola oleh PDAM.

e-government untuk aplikasi layanan antar dan intra lembaga teknis pemerintah dapat melalui : sistem informasi pertanian yang dikelola oleh dinas pertanian dan kehutanan, sistem informasi kesehatan hewan (rabies), sistem informasi pertambangan galian C, distem informasi manajemen pasar yang dikelola oleh dinas pasar meliputi : sistem informasi kontrak sewa tempat, sistem informasi retribusi keamanan, sistem informasi retribusi kebersihan, sistem informasi listrik, sistem informasi air/PDAM; aplikasi surat menyurat elektronik yang dikelola oleh bagian umum dan perlengkapan, sistem informasi lingkungan hidup yang dikelola oleh badan pengendalian dampak lingkungan hidup daerah, sistem informasi dinas perhubungan, sistem informasi KPN pemda yang dikelola oleh KPN pemda, sistem informasi ekspose yang dikelola oleh dinas informasi dan komunikasi, sistem informasi peta digital yang dikelola oleh KPDE, sistem iformasi perpustakaan yang dikelola oleh bagian organisasi, sistem informasi arsip daerah yang dikelola oleh kantor arsip.

Adanya pemahaman secara global tentang e-government merupakan kesatuan dari sistem pendataan, pengolahan, jaringan, komunikasi, dan pengamanan seperti pada level hardware berupa pengamanan untuk membatasi pengoperasian peralatan komputer, level aplikasi, level jaringan dan database, dan level user seperti setiap user mempunyai password dan wewenang, sehingga user dapat dipantau dan dibatasi tindakannya dalam mengoperasikan e-government. e-government berbasis teknologi open source dikembangkan di Kabupaten Jembrana, Bali.

Tindak Lanjut Melakukan sosialisasi, implementasi dan migrasi aplikasi

e-government berbasis open source di pemerintah provinsi, kabupaten dan kota.

Page 84: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

76

Page 85: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

77

PENGEMBANGAN SISTEM INSENTIF RISET : KEBIJAKAN PENINGKATAN KINERJA FORUM JARINGAN ANTAR PENELITI DAN LEMBAGA LITBANG (Bidang Fokus Teknologi Informasi dan KomunikasiSerta Pertahanan dan Keamanan)

Ir. Sri Setiawati, MAAsisten Deputi Jaringan Penyedia, Deputi Bidang Jaringan IptekAnggaran : Rp. 100.000.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiLatar Belakang Kajian ini adalah semakin semakin

pentingnya teknologi informasi. Telah banyak penelitian yang dilaksanakan untuk fokus teknologi informasi dan komunikasi serta pertahanan dan keamanan tetapi sering-kali berjalan sendiri-sendiri dan tidak bersinergi. Kajian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan interaksi diantara fihak yang berkepentingan dalam sistem transportasi.

Tujuan kajian adalah memperoleh rumusan/konsep instrumen kebijakan sebagai upaya untuk mendukung peningkatan kinerja forum jaringan antar peneliti dan lembaga litbang khususnya pada bidang fokus Teknologi Iinformasi dan Komunikasi serta Pertahanan dan Keamanan.

Adapun sasaran kajian adalah :• Teridentifikasinyapermasalahanyangterkaitdenganforum

jaringan antar peneliti dan lembaga litbang khususnya pada bidang fokus Teknologi Informasi dan Komunikasi serta Pertahanan dan Keamanan.

• Diperolehnya faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjaforum jaringan antar peneliti dan lembaga litbang

khususnya pada bidang fokus Teknologi Informasi dan Komunikasi serta Pertahanan dan Keamanan.

• Diperolehnya rumusan strategi dan instrumen kebijakan(kelembagaan dan perundang-undangan) yang men-dukung peningkatan kinerja forum jaringan antar peneliti dan lembaga litbang khususnya pada bidang fokus Teknologi Informasi dan Komunikasi serta Pertahanan dan Keamanan.

Metodologi

Page 86: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

78

Output/OutcomeOutput

Naskah akademik rumusan kebijakan untuk peningkatan kinerja forum jaringan antar peneliti dan lembaga litbang khususnya pada bidang fokus Teknologi Iinformasi dan Komunikasi dan Pertahanan dan Keamanan, menyangkut bentuk, instrumen dan mekanisme operasionalnya.

OutcomeKebijakan yang efektif untuk meningkatkan kinerja forum

jaringan antar peneliti dan lembaga litbang khususnya pada bidang fokus Teknologi informasi dan komunikasi serta pertahanan dan keamanan

Tindak Lanjut Urgensi

Penting dilaksanakan untuk memperkuat jejaring, menghindari pengulangan penelitian yang seringkali terjadi. Selain itu, kajian ini diperlukan untuk membangun pola jejaring antara penyedia teknologi khususnya di bidang energy yang terbarukan.

KesinambunganKajian ini dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

memperkuat interaksi antara peneliti di bidang teknologi informasi pertahanan dan keamanan.

Rekomendasi KegiatanBeberapa rekomendasi yang menjadi implikasi dari kajian

ini adalah sebagai berikut :• Merumuskankebijakan/regulasiyangberkenaandengan:

- Peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian TIK dan Hankam sehingga variasi dan jumlah penelitian bidang TIK dan Hankam lebih banyak dan bervariasi

- Peningkatan kapasitas SDM yang meliputi kinerja, kerjasama, sharing resource dan pertukaran informasi, HAKI antar peneliti/Litbang TIK dan Hankam.

- Penambahan insentif bagi penelitian di bidang fokus TIK dan Hankam.

- Pedoman pengembangan, implementasi dan pemanfaat-an FJPLL di lingkungan peneliti/lembaga litbang bidang fokus TIK dan Hankam.

- Pedoman platform TIK dan Hankam, Aplikasi, Layanan dan Interaksi di FJPLL.

- Pedoman pemanfaatan atau interkoneksi FJPLL dengan masyarakat luas.

- Pedoman penyusunan indikator kinerja FJPLL untuk monev.

- Pedoman kerjasama riset, pengurusan paten, dan diseminasi riset

- Mendorong dan meningkatkan aplikasi riset bidang TIK dan Hankam pada instansi terkait, masyarakat dan industri produktif. Hal ini mendukung kebijakan pemerintah yang mengutamakan pengunaan dan pemanfaatan produksi dalam negeri.

• MenyediakansistemkomunikasidaninformasibidangTIKdan Hankam yang dapat diakses peneliti/Litbang. Media komunikasi berupa portal FJPLL berbasis web/internet (http//www) dengan format sama yang dapat diakses oleh anggota. Portal web yang disarankan harus mengikuti Regulasi TIK (Cyberlaw) nasional dan internasional, UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik), UU KIP (Keterbukaan Informasi Publik), Regulasi tentang HKI (Hak Kekayaan Intelektual) dan Norma dan Kode Etik yang berlaku.

• PengaturanuntuksolusiPemasalahandalamkelembagaanjaringan.

• Terkait dengan Forum Jaringan Peneliti dan LembagaLitbang.- Keseragaman/kesesuaian Media Informasi di kalangan

peneliti & lembaga Litbang.- Format standar yang diadopsi oleh seluruh peneliti dan

lembaga Litbang.- Pedoman pelaksanaan pemanfaatan media bagi peneliti

dan lembaga Litbang.• Faktor-FaktoryangMempengaruhiKinerjaForumJaringan

- Peningkatan subsidi untuk kepentingan riset & pengembangan.

- Insentif yang menarik bagi peneliti dan lembaga Litbang.- Peran kelembagaan forum jaringan yang mendukung

kinerja peneliti dan lembaga Litbang.• StrategidanInstrumenKebijakan

- Regulasi yang mendukung peningkatan kinerja peneliti :• RegulasiyangmerangsangkreativitasdankinerjaSDM

(peneliti).• Regulasiyangmengaturpenangananmediainformasi.

- Membentuk Lembaga Forum Jaringan yang handal :• Regulasiyangmendorongkinerjaorganisasi(Litbang).• Regulasiyangmengaturtatakerjaforumjaringan.

Publikasi Kajian ini telah dibuat buku untuk kalangan sendiri

Page 87: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

79

PENINGKATAN PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS OPEN SOURCE

Ir. Kemal Prihatman, M.EngAsisten Deputi Iptek Industri Strategis, Deputi Bidang Pendayagunaan IptekAnggaran : Rp. 4.500.000.000,-Lokasi: Kabupaten : Merangin, Majalengka,Musi Banyuasin, Sumbawa,Batang, Sorolangun,Hulu Sungai Tengah, Semarang, Kotawaringin Timur; Kota : Pekalongan, Bukit Tinggi, Dumai; Propinsi: Sumatera Barat (Padang), Nusa Tenggara Barat. Surabaya, Bandung, Malang Yogyakarta, Batam , Banten, Samarinda, Palembang, Bandar Lampung, Gorontalo, Denpasar, Pontianak,Banjarmasin, Kendari, Pekanbaru, Makasar, Pontianak, Pekalongan, dan Belitung

DiskripsiDalam rangka mendukung SE Menpan No. SE/01/M.

PAN/3/2009 tanggal 30 Maret 2009 perihal Pemanfaatan Perangkat Lunak dan Open Source Software (OSS), Kementerian Ristek memberikan dukungan teknis pada instansi pemerintah yang akan melakukan migrasi ke open source.

Memberikan dukungan teknis pada instansi pemerintah dengan melakukan beberapa Program dan Kegiatan sebagai berikut :• PeningkatanKetersediaanAplikasiOSS.• Peningkatan Kemampuan SDM Berbasis Kreatif Digital

OSS.• PeningkatanInfrastrukturKreatifDigitalOSS.• PendayagunaanJejaringOSS.• PeningkatanKepedulianMasyarakat.• PeningkatanKontenKreatifDigitalOSS.• PenerapanS/WLegalBerbasisOSS.• PeningkatanKelembagaanBidangTIK.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempercepat implementasi penggunaan software legal dibidang e-gov dan multimedia.

Output/OutcomeOutput• 1 (satu) Kajian dan rekomendasi kebijakan berupa draft

dokumen SOP pengembangan konten melalui teknologi multimedia

• Edukasimasyarakat dalambentukpelatihanmultimedia/software OSS untuk bidang industri kreatif di 5 (lima) kota dengan 250 (dua ratus lima puluh) orang peserta.

• Penguatan1 (satu) repositoriKreatifDigitalberbasiswebuntuk pertukaran informasi, pengetahuan dan produk berbasis multimedi.

• Sosialisasi pembuatan konten dengan melibatkanmasyarakat dalam repositori Kreatif Digital di 5 (lima) kota.

• 2(dua)paketaplikasihasilpeningkatankemampuan(IgosNusantara 2010 dan Perisai).

• TersedianyafasilitasdukunganuntukIGOSCenterdanPOSSdi daerah dalam bentuk pendampingan,pengembangan S/W, layanan jasa migrasi dan sosialisasi hasil produk di 3 (tiga) kota.

• TerbentuknyamodelmigrasiOSSdi15(limabelas)instansipemerintah (pusat dan daerah).

• 1(satu)draftBukuPanduanMigrasiOSS.

OutcomeTerimplementasinya penggunaan software legal di

seluruh lapisan masyarakat. Dalam rangka menciptakan kemandirian bangsa.

Tindak Lanjut • Melakukan Monitoring dan evaluasi atas penggunaan

dan pemanfaatan software legal di instansi pemerintah daerah.

• Menyusunrekomendasimodelmigrasi.• Mengakomodir permintaan pemerintah daerah untuk

pelaksanaan Pelatihan dan Sosialisasi.

Publikasi Beberapa kegiatan sudah dipublikasikan melalui Media

cetak, Media Elektronik (Radio) dan Website.

Page 88: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

80

Page 89: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

81

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (SIAK) UNTUK REFORMASI BIROKRASI DAN TATA KELOLA

Ir. Kemal Prihatman, M.EngAsisten Deputi Iptek Industri Strategis, Deputi Bidang Pendayagunaan IptekAnggaran : Rp. 500.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiKegiatan Pengembangan Sistem Informasi dan

Administrasi Kependudukan (SIAK) untuk Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, adalah untuk memperoleh rekomendasi untuk pimpinan Kementerian Riset dan Teknologi terkait program strategis mengenai pemantapan tata kelola pemerintahan yang lebih baik melalui peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pendataan kependudukan yang baik.

Output/OutcomeOutput yang dicapai tersusunnya informasi kegiatan SIAK dan e-KTP sebagai bahan masukan dari Kementerian Riset dan Teknologi atau dan Ka BPPT kepada Kementerian Dalam Negeri.Outcome yang akan dicapai :• EfisiensipelaksanaanprogramSIAKdanpenerapane-KTP• Meningkatkan keterlibatan kemampuan dalam negeri

dengan mamanfaatkan semaksimal mungkin kemampuan dan teknologi dalam negeri

Program ini dapat berperan sebagai “kendaraan” untuk memicu inovasi teknologi dan industri TIK Nasional

Tindak Lanjut Rekomendasi dari hasil kegiatan ini terkait dengan

penerapan SIAK dan E-KTP dibutuhkan pendekatan teknologi terapan berupa pemanfaatan smart card dengan memperhatikan masalah keamanan, fungsi multipurpose card dan strategi pengembangan kemampuan lembaga penelitian nasional bidang chipset yang dapat meningkatkan peluang industri TIK nasional dapat tumbuh.

Page 90: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

82

Page 91: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

83

PENGUATAN JARINGAN INTRA PENYEDIA IPTEK(Bidang Fokus: Manajemen dan Teknologi Transportasi)

Ir. Sri Setiawati, MAAsisten Deputi Jaringan Penyedia, Deputi Bidang Jaringan IptekAnggaran : Rp. 300.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiLatar Belakang Kajian ini adalah semakin semakin

pentingnya manajemen transportasi yang mencakup kegiatan dari hulu ke hilir. Telah banyak penelitian yang dilaksanakan untuk fokus transportasi tetapi seringkali berjalan sendiri-sendiri dan tidak bersinergi. Sehingga kajian yang dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan interaksi diantara fihak yang berkepentingan dalam sistem transportasi.

Tujuan kegiatan Kajian Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Sistem Insentif pada Lemlitbang : Melalui Penguatan Jaringan Intra Penyedia Iptek (bidang fokus Manajemen dan Teknologi Transportasi) yaitu :• Menggaliliteraturyangterkaitdenganisujaringanlembaga

litbang dan pendukungnya. • Menggali pandangan dan persepsi langsung dari pihak

penyedia iptek terhadap berbagai jaringan penyedia iptek yang ada selama ini.

• Mendapatkanpolajaringanpenyediaiptekyangidealdanefektif di Indonesia.

• Mengetahui faktor-faktor yang harus dipenuhi olehpemerintah maupun swasta agar jaringan penyedia iptek tersebut dapat mencapai sasarannya secara efektif.

Sasaran yang ingin dicapai dalam Kajian Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Sistem Insentif pada Lemlitbang: Melalui Penguatan Jaringan Intra Penyedia Iptek (bidang fokus Manajemen dan Teknologi Transportasi) paling tidak terdiri dari dua hal pokok yaitu.• Rekomendasi kebijakan untuk penguatan forum iptek

bidang fokus Manajemen dan Teknologi Transportasi• BerkembangnyaforumiptekbidangfokusManajemendan

Teknologi Transportasi yang lebih efektif.Tahapan Pelaksanaan Kajian Peningkatan Kemampuan

Pengelolaan Sistem Insentif pada Lemlitbang : Melalui Penguatan Jaringan Intra Penyedia Iptek (bidang fokus Manajemen dan Teknologi Transportasi) ini dapat disampai-kan sebagai berikut :

• KajianTeoritis• PengintegrasianKonsep• SurveiLapangan

Tahapan survei lapangan yang merupakan proses pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :• PenyusunanKuesioner• PenentuanSubyekKajian• Survei(PengumpulanData)• Wawancaramendalam(DepthInterview)

Analisis• Kajianempiris• Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities,

Threats) • FGD(FocusGroupDiscussion)

Output/OutcomeOutput

Rekomendasi kebijakan penguatan jejaring iptek bidang transportasiOutcome

Efisiensi dan efektivitas alokasi dana insentif bidang teknologi dan management transportasi

Tindak Lanjut Urgensi

Penting dilaksanakan untuk memperkuat jejaring, menghindari pengulangan penelitian yang seringkali terjadi. Selain itu, kajian ini diperlukan untuk membangun pola jejaring antara penyedia teknologi khususnya di bidang energy yang terbarukan.Kesinambungan

Kajian ini dapat dipergunakan sebagai dasar untuk memperkuat interaksi antara peneliti di bidang teknologi dan management transportasi.

Page 92: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

84

Rekomendasi Kebijakan Sistem Insentif Kelembagaan Pendanaan

Pemberian insentif bagi peneliti yang dalam penelitiannya bekerja sama dengan lembaga litbang lain

Pemberian nilai tambah yang signifikan (tinggi) dalam pengajuan proposal riset bagi peneliti yang mengikutsertakan lembaga penyedia iptek lain dalam penelitiannya dengan penjelasan posisi dan tugas yang menjadi bagian kewajiban kerja dalam penelitian tersebut dan bukti surat pernyataan kesediaan bergabung. Bentuk insetif masih bisa diakomodir pada bentuk insentif riset yang sudah ada

KRT yang bekerjasama dengan lembaga litbang penerima insetif riset

APBN

Pemberian insentif bagi peneliti yang mempublikasikan hasil penelitiannya

Pemberian nilai tambah yang signifikan (tinggi) dalam pengajuan proposal riset bagi peneliti membuktikan riset yang pernah dilakukan dan mendukung proposal tersebut telah dipublikasikan. Dengan pemberian nilai sesuai dengan tingkatan publikasi yang telah dilakukannya. Bentuk insetif masih bisa diakomodir pada bentuk insentif riset yang sudah ada

KRT yang bekerjasama dengan lembaga litbang penerima insetif riset

APBN

Pemberian insentif bagi lembaga lemlit untuk membangun jaringan antar lemlitbang

Pemberian insetif bagi lembaga yang mengajukan proposal revitalisasi jejaring lembaga litbangnya. Program insentif ini mendanai pembuatan/perbaikan/optimalisasi web setiap lembaga litbang penyedia iptek dengan link ke Kementrian Riset dan Teknologi.

Kelembagaan bentuk web litbang berada dibawah lembaga tersebut. KRT berfungsi dalam pengawasan sesuai kesepakatan

Kerjasama = sebagian dana diberikan oleh KRT (melalui APBN) dan sebagian lembaga litbang tersebut

Pendanaan penelitian berorientasi produk unggulan yang langsung bagi pengguna iptek dan berorientasi pasar dengan mengoptimalkan proses interaksi antar lembaga

Pemberian bentuk block grant kepada beberapa lembaga litbang yang diwakili oleh para ahli pada bidangnya yang tergabung menjadi 1 (satu) tim untuk membuat satu produk unggulan bidang manajemen dan teknologi transportasi yang dapat diimplementasikan/dipergunakan/dimanfaatkan oleh pengguna iptek (masyarakat) luas. Oleh karena itu produk yang dihasilkan harus sesuai kebutuhan masyarakat luas, mudah diproduksi dan terjangkau.

Kementrian Riset dan Teknologi (KRT)

APBN dan berpeluang multi years.

Publikasi TematikKajian ini telah dibuat buku untuk kalangan sendiri

Rekomendasi Kegiatan

Page 93: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

85

PENGEMBANGAN COMPUTER BASED INTERLOCKING (CBI)

Dr. Erry Ricardo Nurzal, MT, MPAAsdep Produktivitas Riptek Industri, Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas IptekAnggaran : Rp. 3.000.000.000,-.Lokasi : Jakarta, Bandung, dan Surabaya

DiskripsiComputer Based Interlocking (CBI) adalah bagian

terpenting dari sistem persinyalan listrik kereta api. Pada era penggunaan teknologi mikroprosesor, CBI berfungsi sebagai “otak” yang mengendalikan operasi sistem persinyalan listrik menggantikan peran electromagnetic relay yang secara bertahap telah ditinggalkan. Begitu pentingnya fungsi CBI, maka performansi safety dan reliability dari suatu sistem persinyalan sangat ditentukan oleh CBI. Hingga saat ini produk CBI dari vendor luar negeri masih menjadi andalah sistem persinyalan di Indonesia. Diantaranya adalah produk VPI (Vital Processor Interlocking) dari GRS-USA (ALSTOM), Westrace dari Westinghouse UK-Australia, dan SSI dari Westinghouse-UK atau Alstom-France. Penggunaan produk luar ini membuat ketergantungan tinggi terhadap vendor luar negeri yang berakibat pada mahalnya biaya pembangunan, pengoperasian, dan perawatan sistem persinyalan, lamanya waktu realisasi pembangunan dan dukungan layanan yang terbatas.

Oleh karena itu, pengembangan produk CBI dalam negeri mutlak diperlukan untuk mengurangi ketergantungan dan sekaligus mendukung percepatan pembangunan prasarana perkeretaapian. Program pengembangan CBI dititikberatkan pada produk CBI yang diharapkan akan diperoleh suatu desain produk CBI lengkap dengan dokumentasinya, prototipe produk standar CBI, dan model sistem aplikasi interlocking berbasis CBI untuk stasiun model.

Pengembangan CBI ini merupakan upaya Kementerian Riset dan Teknologi untuk mengembangkan model sinergi pemerintah-lembaga riset-industri melalui konsorsium riset dengan pendekatan kebutuhan pasar. Dalam melaksanakan kegiatan R&D CBI ini, indutsri merupakan leader nya yang didukung oleh LPNK (Lembaga Pemerintah Non Kementerian) dan Perguruan Tinggi. Institusi yang terlibat dalam pengembangan CBI ini adalah Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Perhubungan, PT LEN, BPPT, ITB dan ITS.

Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi industri nasional bidang Elektronika Transportasi yang didukung oleh LPNK dan Perguruan Tinggi melalui pengembangan teknologi dan produk berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan ekspor. Secara khusus program pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan platform produk “Computer Based Interlocking” yang mampu memenuhi seluruh spesifikasi teknis. Sementara itu, sasaran kegiatan adalah (a) pengembangan sistem dan prototipe Computer Based Interlocking (CBI) dan (b) uji fungsi peralatan.

Output/OutcomeKegiatan pengembangan CBI mampu meningkatkan

kemampuan teknologi pelaku pengembang CBI, karena dalam proses pengembangannya terjadi pembelajaran teknologi dari aktor-aktor pengembang CBI, yaitu PT LEN, BPPT, ITB dan ITS. Selain itu, PT LEN juga terdorong untuk melakukan investasi R & D dalam pengembangan CBI. Hasil yang dicapai (output) berupa satu set rancangan sistem dan prototipe CBI.

Tindak LanjutKelanjutan dari kegiatan ini yang akan dilakukan pada

tahun 2011 adalah melakukan penyempurnaan CBI, desain aplikasi CBI pada stasiun uji, fabrikasi CBI, dan uji coba. Selain itu, beberapa hal penting dalam pengembangan CBI adalah:• Produktivitas dari pengembangan teknologi dapat

meningkatkan keuntungan yang berlipat ganda. Dalam pengembangan persinyalan generasi sebelumnya produktivitas riptek-nya telah mencapai beberapa kali dari input atau modal yang diinvestasikan. Dalam pengembangan CBI ini juga diharapkan akan mengalami hal yang serupa. Kebijakan untuk mewajibkan bahwa setiap perusahaan/industri untuk ikut mengembangkan riset perlu ditetapkan dan disosialisasikan, termasuk

Page 94: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

86

manfaat dan keuntungan yang diperoleh. PT.LEN dalam pengembangan peralatan ini walaupun telah melakukan investasi, namun dirasa kurang jumlahnya. Masuknya Kementerian Riset dan Teknologi untuk mendukung pengembangan teknologi ini dengan dana pendamping merupakan keputusan yang tepat dalam membantu percepatan realisasi pengembangan CBI.

• Kebijakan pemilihan pengembangan CBI diambilberdasarkan pertimbangan ekonomis dan teknis bahwa teknologi ini adalah yang paling menguntungkan, karena secara teknis, teknologi CBI menggunakan teknologi yang sudah teruji pada generasi sebelumnya yang berbasis PLC. Pada pengembangan CBI ini peralatan yang terwujud nantinya akan terjadi pengurangan jumlah komponen, sementara teknologi ini, juga merupakan bagian teknologi masa depan dari sistem perkeretaapian yang terintegrasi dengan modul-modul lain. Kebijakan pengembangan semacam ini dapat dijadikan prioritas nasional menyangkut nilai-nilai strategis dan terkait dengan kemandirian teknologi serta keberlajutan suatu industri.

• Berdasarkan perjalanan pengembangan peralatan CBIini, kemampuan SDM yang ada di industri ternyata tidak cukup mendukung jalannya R&D, karena itu perlu dukungan banyak pihak untuk mempercepat realisasi. Salah satunya dengan melakukan koordinasi melalui konsorsium riset, yang melibatkan banyak pihak atau

lembaga yang mempunyai kompetensi SDM sesuai dengan kebutuhannya. Kementerian Riset dan Teknologi dalam hal ini berkepentingan untuk mendorong kebijakan konsorsium riset untuk melakukan percepatan realisasi dalam peningkatan daya saing.

• Pengembangan teknologi persinyalan merupakanupaya yang harus dilakukan dan bernilai strategis. Masih banyaknya kandungan produk impor merupakan indikasi bahwa tingkat komponen dalam negeri (TKDN) juga masih rendah dan perlu ditingkatkan lagi. PT.LEN sendiri dengan peralatan yang ada dan dengan model konsorsium riset dukungan Kementerian Riset dan Teknologi dianggap mampu untuk mandiri dalam penguasaan teknologi persinyalan generasi CBI.

• Pelaksanaan dan dukungan program Relevansi danProduktivitas Iptek khususnya pada peningkatan produktivitas Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Industri dengan kasus produk persinyalan CBI dapat dijadikan contoh model dalam mendukung pelaksanaan pengembangan di industri yang lain.

Publikasi Tahun 2011, publikasi akan dilakukan dalam rangka

mendukung Hakteknas 2011 dalam acara Metro TV “I-update”.

Foto Hasil Kegiatan

Page 95: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

87

Page 96: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

88

Page 97: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

89

STATUS DAN PENGEMBANGAN KERANGKA REVITALISASI INDUSTRI PERTAHANAN INDONESIA(KEMAMPUAN TEKNOLOGI ALUTSISTA DALAM NEGERISERTA PENGEMBANGAN KERANGKA KERJASAMA INDUSTRI PERTAHANAN DAN LEMBAGA LITBANG)

Ir.Hari Purwanto, M.Sc, DIC Staf Ahli Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Pertahanan dan KeamananAnggaran : Rp. 750.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiIndonesia hingga tahun 2010 belum memiliki kemandirian

nasional di bidang alutsista dikarenakan hampir sebagian besar alutsista (alat utama sistim senjata) TNI yang dibutuhkan masih didominasi dengan produk-produk teknologi industri impor. Meski sebagian dari beberapa industri telah mampu memproduksi sarana pertahanan, namun dapat dikatakan masih belum menguasai teknologi alutsista secara memadai. Hal tersebut dapat diukur dari belum mampunya memproduksi alat perlengkapan pertahanan dan keamanan yang mengandung teknologi canggih, seperti teknologi peluru kendali, alat peralatan surveilance, komunikasi, sistim komputer dan intelejen, alat-alat optronik, dan sebagainya. Untuk itu revitalisasi industri pertahanan menjadi prioritas nasional, khususnya dalam rangka mengembalikan kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan fungsi pertahanan dan keamanan nasional.

Kajian ini mencakup 2 fokus yang saling berkaitan satu sama lain secara berurutan, yaitu : a) Kajian status dan pengembangan kerangka revitalisasi industri pertahanan Indonesia; dan b) Kajian kemampuan teknologi alutsista dalam negeri serta pengembangan kerangka kerjasama industri pertahanan dan lembaga litbang.

Tujuan kegiatan ini adalah memberikan perumusan rekomendasi peningkatan kebijakan pengembangan kerangka kerjasama industri pertahanan dan lembaga litbang nasional, dalam rangka mendukung kebijakan KKIP (Komite Kebijakan Industri Pertahanan) dimana Menteri Negara Riset dan Teknologi adalah salah satu anggotanya. Kajian yang dilakukan adalah menginventarisasi dan mengidentifikasi status kemampuan teknologi industri pertahanan dalam negeri (PT. Dirgantara Indonesia, PT. PINDAD, PT. PAL, dan PT. Krakatau Steel) serta mengembangkan kerangka kerjasama

industri dan lembaga litbang nasional guna dapat berperan dalam mengurangi ketergantungan teknologi impor. Untuk maksud tersebut dilakukan pemetaan kemampuan teknologi industri tersebut dan kemampuan penelitian dan pengembangan nasional, yang dihadapkan dengan kebutuhan teknologi alutsista TNI dalam membangun kemampuan pokok minimumnya.

Sasaran kegiatan adalah sebagai berikut : Kajian a) berfokus kepada : (i) terinventarisasinya status kemampuan teknologi industri pertahanan dalam negeri; dan (ii) terumuskannya pengembangan revitalisasi industri pertahanan Indonesia, ditindaklanjuti dengan Kajian b) berfokus kepada : (i) teridentifikasinya potensi kemampuan penelitian dan pengembangan lembaga universitas dan litbang yang dapat dijadikan sebagai komponen peningkatan produksi dalam rangka substitusi teknologi impor, (ii) teridentifikasinya kerjasama pengembangan teknologi alutsista; dan (iii) tersusunnya kerangka kerjasama industri pertahanan dan lembaga penelitian untuk mendukung peningkatan kemampuan teknologi nasional.

Metodologi dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus dan pengumpulan informasi serta data baik primer maupun sekunder ke berbagai instansi kebijakan sektor pertahanan, instansi pelaksana pengemban fungsi pertahanan/TNI, lembaga litbang dan perguruan tinggi, dan industri pertahanan antara lain Kementerian Pertahanan, Mabes TNI/Kotama TNI, Dinas Litbang TNI (AD/AL/AU), ITB, ITS, UGM, BUMN Industri Pertahanan, Industri swasta terkait pertahanan. Evaluasi dan analisis peningkatan kerjasama menggunakan supply-demand gap-analysis lembaga penyedia iptek dan pengguna iptek, serta dengan membandingkan studi kasus pengembangan industri pertahanan Republik Rakyat Cina,

Page 98: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

90

khususnya dalam mendalami lingkup strategi kebijakan sektor yang mempengaruhi pengembangan kapasitas industri pertahanannya. Berdasarkan analisis ini dapat dirumuskan rekomendasi kerjasama industri pertahanan dan litbang guna produktivitas kebijakan nasional di bidang revitalisasi industri pertahanan nasional dalam rangka berkontribusi dalam membangun kemandirian nasional.

Kegiatan kajian dilakukan di Jakarta, dengan pengumpulan informasi dan data serta validasi ke beberapa satuan TNI, Universitas dan lembaga litbang (Bandung, Surabaya, Jogjakarta, Malang, Medan, Batam, Balikpapan, Banyuwangi).

Output/Outcome• Status kemampuan teknologi industri pertahanan dalam

negeri :- PT. PINDAD, secara umum berkemampuan baik pada

produksi senjata ringan, mempunyai peralatan produksi senjata dan munisi, namun riset dan pengembangan masih belum terdukung kapasitas teknologi tinggi yang cukup;

- PT. Dirgantara Indonesia, meskipun kecenderungan kapasitas SDM menurun, namun dinilai masih cukup dipercaya berkemampuan peralatan dan teknologi setara dengan level tahun 1980, dengan komponen pentingnya masih impor, dan pengembangan produk teknologinya cenderung masih belum berkembang lebih jauh;

- PT. PAL Indonesia, meskipun kecenderungan SDM juga menurun, namun masih memiliki kapasitas melakukan kerjasama produksi kapal militer dengan ketergantungan impor peralatan elektro-mekanik. Kemampuan galangan dengan dapat membangun kapal kelas Landing Platform Deck LPD 125m;

- PT. Krakatau Steel, peralatan dan teknologi utamanya masih impor dengan produk utamanya besi baja kebutuhan pasar komersial dalam negeri, dengan kapasitas pengembangan produk terbatas kebutuhan armored special steel plate kebutuhan militer.

• Pengembangan kerangka revitalisasi industri pertahananIndonesia, diarahkan berkemampuan melaksanakan grand design KKIP yaitu produk teknologi dalam negeri : rudal, kapal perusak kawal rudal, pesawat tempur, kendaraan tempur, dan kapal selam.

• Pengembangankemampuanpenelitiandanpengembang-an lembaga universitas dan litbang yang dapat dijadikan sebagai komponen peningkatan produksi dalam rangka substitusi teknologi impor.

• Kerjasama pengembangan teknologi alutsista dalamindustri pertahanan dan lembaga penelitian untuk mendukung peningkatan kemampuan teknologi nasional : Panser 8X8, Senjata dan munisi kaliber besar 25mm, 35mm,105mm (PT. PINDAD), Kapal Perusak Kawal Rudal 105m (PT. PAL), Pesawat tempur, roket, rudal, torpedo (PT. Dirgantara Indonesia).

Tindak Lanjut Hasil gap-analysis antara demand-supply teknologi

pertahanan menunjukan bahwa masih cukup besar jarak produk hasil penelitian dan pengembangan teknologi pertahanan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi dan lembaga litbang yang dapat dimanfaatkan oleh industri pertahanan tersebut. Sedangkan kebutuhan pokok minimal alutsista TNI tidak pernah berkurang persyaratan teknologinya bahkan tuntutannya semakin padat teknologi impor yang belum dapat dipenuhi industri pertahanan nasional.

Dukungan teknologi untuk peningkatan produktivitas penelitian dan pengembangan produk teknologi alutsista dipandang perlu ditingkatkan bahkan dipercepat (akselerasi) guna mendukung program pemerintah kebijakan revitalisasi industri pertahanan yang komprehensif dan integral. Untuk mendukung keberhasilan peningkatan produktivitas dan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap produk impor adalah perlunya dukungan kebijakan pemerintah dan komitmen antar sektor khususnya Kementerian Pertahanan, Kementerian BUMN, Kementerian Perindustrian, Kementerian Ristek, dan Kementerian Keuangan yang didukung oleh lembaga legislatif, khususnya dalam mendukung penguasaan teknologi tinggi alutsista yang dirasakan menjadi kendala utama.

Publikasi KajianHasil kajian ini disampaikan sebagai bahan rekomendasi

kepada pimpinan Kementerian Ristek dan beberapa partner kerja di Kementerian Pertahanan maupun Mabes TNI untuk menyusun kebijakan, sehingga tidak dipublikasikan.

Page 99: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

91

PENGEMBANGAN INTEGRATED WEAPON SYSTEM (IWS)

Drs. Goenawan Wybisana Asdep Produktivitas Riset Iptek Strategis, Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas IptekAnggaran : Rp. 4.000.000.000,-Lokasi : DKI Jakarta

DiskripsiDewasa ini teknologi sistem persenjataan semakin

berkembang dengan berkembangnya sistem elektronik. Teknologi ini sudah masuk ke Indonesia dan merupakan bagian dari kapal-kapal perang yang dibeli dari luar negeri. Seringkali bila terjadi kerusakan, terpaksa dilakukan perbaikan ke luar negeri. Hal tersebut tidak begitu mudah dijalankan, terlebih jika Indonesia mengalami embargo.

Sistem persenjataan kapal perang terdiri dari beberapa sensor dan komponen elektronika serta instrumentasi yang dapat mengendalikan senjata-senjata di dalam kapal tersebut. Dalam sebuah kapal perang sistem persenjataan ini biasanya ditempatkan pada bagian ruang kendali yang dapat memonitor posisi kapal itu sendiri, kondisi persenjataan, kondisi di atas maupun di bawah permukaan air. Beberapa operator diperlukan untuk mengoperasikan sistem ini.

Mengingat hal tersebut, Kementerian Riset dan Teknologi memandang perlu melakukan koordinasi pengembangan teknologi sistem persenjataan agar nantinya Indonesia dapat mengurangi ketergantungan teknologi kapal perang dan dapat menghemat devisa negara. Presiden telah mengamanatkan dalam pidatonya dibeberapa kesempatan untuk tetap mendahulukan kemampuan produk nasional dalam mencukupi peralatan pertahanan. Disisi lain, terdapat sejumlah industri nasional yang memang sudah terlibat secara langsung maupun tidak langsung dengan teknologi sistem persenjataan seperti PT. LEN dan PT. PAL. Tidak kalah pentingnya adalah peranan penelitian dibeberapa LPNK RISTEK (BPPT, LAPAN, LIPI) dan Perguruan Tinggi yang berhubungan dengan teknologi pertahanan. Kegiatan ini diharapkan menghasilkan suatu sistem persenjataan, khususnya Integrated Weapon System yang dapat menggantikan sistem persenjataan yang selama ini didatangkan dari luar negeri.

Tujuan dari kegiatan ini adalah mengembangkan teknologi sistem persenjataan : Integrated Weapon System

pada kapal perang TNI-AL sebagai perangkat yang berfungsi sebagai sensor target permukaan, penentu posisi ownship dan eksekusi target serta distribution panel melalui strategi koordinasi dan kerja sama antara lembaga pemerintah-industri-akademisi.

Sedangkan sasaran kegiatan ini adalah :• Terciptanya pengembanganproduk nasional untuk Iptek

Hankam.• Terciptanya rancangan sistemdan produk dariTeknologi

Integrated Weapon System pada kapal perang TNI AL.• TerciptanyaprototipeTeknologiIntegrated Weapon System

untuk kapal perang TNI AL.Metodologi Penelitian

• Pengumpulandatamelaluidataprimerdansekunder.• Studi banding, pertemuan dengan narasumber, dan

pembuatan sistem, prosedur dan prototipe• Tahapan pelaksanaan kegiatan, manajemen strategi,

sharing knowledge, manajemen teknologi, kebijakan, pembuatan sistem, prosedur dan prototipe.

Output/OutcomeProduk sistem persenjataan : Integrated Weapon System

yang bermanfaat bagi peningkatan kemampuan industri nasional dan kemampuan peneliti serta menjadi model dalam kerjasama pengembangan produk. Prototipe akan dihibahkan ke TNI AL.

Tindak LanjutTindak lanjut hasil kegiatan ini adalah pengembangan

dan penyempurnaan sistem persenjataan : Integrated Weapon System subsistem Anti Air Warefare dan Anti Surface Warefare

Page 100: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

92

Page 101: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

93

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DIRGANTARA

Drs. Goenawan Wybisana Asdep Produktivitas Riset Iptek Strategis, Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas IptekAnggaran : Rp. 2.000.000.000,-Lokasi : DKI Jakarta/Bandung/Baturaja/Serpong

DiskripsiDengan bertitik tolak pada pertimbangan geografi

Indonesia dan peran pembangunan kedirgantaraan dalam fokus pembangunan nasional, maka pembangunan kedirgantaraan akan terus ditingkatkan. Hasil-hasil pembangunan kedirgantaraan selama ini akan dipelihara dan dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam pembangunan kedirgantaraan dimasa datang. Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah yang sangat luas serta kekayaan alam yang banyak. Dengan kondisi yang demikian, dimana kekayaan alam tersebut harus dilindungi dari pencurian dan pengrusakan, maka dibutuhkan sarana pemantauan dan perlindungan wilayah yang dapat diandalkan, mudah dioperasikan dan murah.

Dalam bidang pertahanan dan keamanan, TNI membutuhkan suatu wahana yang mempunyai fleksibilitas tinggi yang dapat dipergunakan untuk berbagai misi, seperti:• Alatpertahananpenjagapantai/selat• Alatpertahananalternatifuntukartileri jarakpendekdan

atau menengah, Dalam kondisi saat ini, dimana Indonesia sedang

mengalami krisis ekonomi, maka dana yang tersedia untuk pengadaan wahana tersebut cukup terbatas. Ditambah dengan adanya embargo dalam beberapa jenis barang, terutama yang berkaitan dengan keperluan militer, semakin sulit bagi Indonesia untuk memiliki sarana pertahanan ini.

Disisi lain, Indonesia memiliki sumber daya manusia (SDM) & industri yang telah mempunyai pengalaman yang cukup dalam teknologi kedirgantaraan. Hal ini merupakan

modal utama yang perlu dipertahankan dan dikembangkan. Dengan melakukan suatu kegiatan/kerjasama yang sinergis antara pihak industri dan lembaga litbang pemerintah serta perguruan tinggi, diharapkan akan menghasilkan suatu solusi inovasi teknologi yang dapat membantu memecahkan permasalahan tersebut diatas dan membebaskan diri dari salah satu ketergantungan pihak luar negeri.

Pengembangan Teknologi Peroketan dan Pengembangan Bom Tajam memiliki hubungan yang kuat guna mendukung pemenuhan kebutuhan alutsista dalam negeri sehingga diharapkan tercapainya kemandirian industri pertahanan. Oleh karena itu KRT sangat mendukung Kegiatan Pengembangan Teknologi Peroketan dan Bom Tajam untuk mencapai sasaran tersebut dengan memfasilitasi dan menjembatani pengguna dan Industri strategis dan Lembaga Penelitian terkait.

Tujuan dari kegiatan ini adalah dalam rangka rancang bangun kemandirian dalam memproduksi Roket Kaliber 122 dan 200 dengan mensinergikan kemampuan litbang dan industri nasional dan mengembangangkan Bom Tajam untuk memenuhi kebutuhan TNI.

Sasaran kegiatan ini adalah tercapainya kemandirian didalam mendisain, membuat prototype dan melakukan uji prototype roket yang dilanjutkan dengan memproduksi didalam negeri Roket kaliber 122 dan 200 untuk memenuhi kebutuhan TNI dan menghasilkan Bom tajam untuk memenuhi kebutuhan TNI.

Page 102: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

94

Metodologi kegiatannya adalah :• EvaluasikemampuanindustrihankamIndonesia[BUMNIS,

Swasta Nasional, Litbang HANKAM, Lembaga Riset / LPND /Perguruan Tinggi] dalam mendukung program litbang peroketan nasional dan pengembangan bom tajam.

• Evaluasi jenis roket yang sesuai dengan kebutuhan TNIjangka pendek, menengah dan panjang dan bom tajam untuk kebutuhan TNI AU.

• Penentuan disain dan kebutuhan roket dan bom tajamyang akan dikembangkan.

• Pembuatanlaporanterintegrasi.

Output/Outcome• Manfaatkegiatanadalahterjalinnyahubungankerjasama

antara peneliti dengan pengguna, yaitu TNI dan POLRI.• PembentukanKonsorsiumRoketNasionalyangmelibatkan

instansi pemerintah (Kemristek, Kemhan,Dislitbang TNI AL), lembaga riset (ITB, LAPAN, BMKG) dan industry (PT DI, PT Pindad, PT KS)

• Produk litbang dapat dimanfaatkan pengguna/TNI dandapat menjadi alutsista TNI.

Hasil dari kegiatan ini adalah penguasaan teknologi roket caliber 122 dengan jarak jangkau 15 Km

Output• PrototiperoketKaliber122denganjarakajangkau15Km• Launcher dan Multilauncher• Roadmappengembanganroket/rudalOutcome dari kegiatan ini adalah penguasaan secara mandiri teknologi roket jarak jangkau 15 Km

Tindak Lanjut• Program1000roketdalamnegeriolehKemhan• Pengembangan Roket caliber 122 jarak jangkau 30 Km,

caliber 200 jarak jangkau 40 Km dan roket kendali

Page 103: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

95

AUDIT DAN PENGEMBANGAN UAV UNTUK KEPERLUAN PENGENDALIAN HANKAM YANG MENDUKUNG TNI DAN POLRI

Drs. Goenawan Wybisana Asdep Produktivitas Riset Iptek Strategis, Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas IptekAnggaran : Rp. 1.500.000.000,-Lokasi : DKI Jakarta, Bandung

DiskripsiKementerian Riset dan Teknologi menetapkan

teknologi di bidang pertahanan sebagai salah satu fokus dalam penelitian, pengembangan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Litbangrap Iptek) sebagai mana tertuang dalam RPJM Kementerian Riset dan Teknologi. Hal ini sebagai implementasi amanat Undang-undang khususnya UU No. 18 tahun 2002. Semua regulasi dibuat tentu dalam rangka meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan teknologi dalam negeri khususnya untuk kepentingan bangsa Indonesia termasuk di dalamnya teknologi bidang pertahanan dan keamanan.

Sebagai langkah awal upaya sinkronisasi dalam penelitian, pengembangan dan penerapan iptek untuk untuk mendukung sistem pertahanan dan keamanan, telah dilakukan kerjasama antara KRT dan POLRI di bidang penelitian, pengembangan dan penerapan iptek untuk mendukung tugas POLRI yang tertuang dalam MoU No.04/M/III/2005 dan No.Pol. B/552/III/2005 tentang penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek dalam mendukung tugas Polri. Sebagai tindak lanjut MoU tersebut mulai dilakukan kerjasama pada 6 bidang yaitu : Teknologi Laboratorium Forensik, Teknologi Penginderaan, Teknologi Persenjataan, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Teknologi Transportasi Operasional Kepolisian dan Teknologi Narkoba.

Pada tanggal 22 April 2008, Kesepakatan Bersama antara KRT dan TNI AL No.04/M/SKB/IV/2008 dan No. PKB/2/IV/2008 tentang penelitian, pengembangan dan penerapan Iptek dalam mendukung tugas TNI AL telah ditandatangani. MoU

ini mengandung kesepatan dalam pemanfaatan potensi sumber daya yang dimiliki KNRT dan TNI AL, optimalisasi penelitian dan pengembangan Iptek, pendidikan dan pelatihan, survei dan pemetaan hidro-oseanografi, kegiatan dalam proses alih teknologi Alutsista.

Pada tanggal 8 April 2009, Kesepakatan Bersama antara KRT dan TNI AU No.NKB/5/IV/2009 dan No. 04/M/SKB/IV/2009 tentang penelitian, pengembangan dan penerapan Iptek dalam mendukung tugas TNI AU telah ditandatangani. MoU ini mengandung kesepatan dalam pemanfaatan potensi sumber daya yang dimiliki KNRT dan TNI AL, optimalisasi penelitian dan pengembangan Iptek, pendidikan dan pelatihan, survei dan pemetaan hidro-oseanografi, kegiatan dalam proses alih teknologi Alutsista.

Ketiga MoU tersebut ditindaklanjuti dengan melibatkan lembaga litbang, perguruan tinggi dan industri strategis. Demi keberlanjutan ketiga MoU tersebut, harus dilaksanakan koordinasi dengan POLRi, TNI AU, AL dan AD serta LPNK, BUMNIS dan Perguruan Tinggi dalam rangka kerjasama penelitian dan pengembangan iptek untuk mendukung tugas di bidang Hankam.

Berangkat dari permasalahan di atas, Kementerian Riset dan Teknologi harus menindaklanjuti kerjasama penelitian dan pengembangan Iptek yang selama ini sudah berjalan melalui koordinasi kebijakan yang berkelanjutan dalam kerjasama penelitian dan pengembangan iptek Hankam baik jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Page 104: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

96

Tujuan dari kegiatan ini adalah :• Mengembangkanprototipeyangmendukungkeselamatan,

keamanan dan pelayanan dalam rangka pemenuhan misi operasi

• MembantutugasPolisidalammelakukanpemantauandanpengendalian huru-hara

Sasaran kegiatan ini adalah :• Rekomendasi agar pemanfaatan teknologi alutsista

TNI dapat optimal dan menghasilkan luaran berupa keselamatan, keamanan dan pelayanan pemenuhan misi operasi yang tinggi

• Pengembangan spesifikasi dan fitur quad rotor sebagaialat pemantau

Metodologi kegiatannya adalah :• Metodologipenelitianinidimulaidenganpenelusurandata

dan informasi tentang langkah-langkah penanggulangan bencana yang ada.

• Dari hasil data yang telah terkumpul tersebut, dilakukananalisa mengenai apa saja yang dapat ditingkatkan proses penanggulangan bencana agar bisa lebih cepat dan lebih akurat.

• Melakukan rancang bangun UAV Autonomous yangdidasari persyaratan sesuai bidang penggunaannya, antara lain :- Harus mudah dibawa- Ukuran harus tidak terlalu besar (portable)- Sarana penunjang operasional harus minim (tidak perlu

lapangan untuk take off)- Diusahakan tidak memakai bahan bakar cair.- Payload berupa camera video dan GPS.

• Menggabungkan hasil analisa tersebut dengankemampuan rancang bangun Autonomous UAV untuk

menentukan misi apa saja yang memungkinkan dan dapat diterapkan pada UAV yang akan dibuat.

• Melaksanakan realisasi model flying platform untuk Unmanned Aerial Vehicle Autonomous Surveillance Pengendalian Pertahanan dan Keamanan.

Output/OutcomeManfaat dari kegiatan ini adalah terjalinnya hubungan

kerjasama antara peneliti dengan pengguna, yaitu TNI dan POLRI.

Hasil dari kegiatan ini adalah Prototipe Quadrotor yang akan digunakan POLRI dan pengembangan lebih lanjut.

Output : UAV yang bertipe Quadrotor memiliki empat baling-baling, terbuat dari alumunium ringan. Robot hasil pengembangan dapat difungsikan untuk kegiatan pengintaian yang efektif dan dapat disesuaikan dengan kepentingan pengguna. Kamera kontrol atau pengintai diletakkan di bagian tengah untuk merekam obyek yang menjadi sasaran. Quadrotor mampu mengudara tanpa landasan (seperti Helikopter) dan mampu terbang dan bergerak vertikal dan horizontal selama 1 hingga 2 jam dengan baterai lithium sebagai energi penggerak.

Outcome : rekomendasi sarana alutsista dalam negeri yang dapat digunakan untuk menunjang tugas TNI/ POLRI

Tindak Lanjut• Teknologi kontrol yang telah diaplikasikan akan dicoba

pada prototipe lainnya seperti kapal selam tanpa awak, UAV fixed wing, dan cruise missile

• Platform yang ada akan dikembangkan untukpengembangan platform cruise Missile

Foto Hasil Kegiatan

Page 105: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

97

PUSAT RISET KELAUTANDrs. Goenawan Wybisana Asdep Produktivitas Riset Iptek Strategis, Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas IptekAnggaran : Rp. 500.000.000,-Lokasi : DKI Jakarta

DiskripsiDalam rangka pemanfaatan potensi kelautan dibutuhkan

dukungan iptek kelautan yang sangat kuat. Pengembangan iptek kelautan secara nasional dapat dikatakan masih minim dan cenderung parsial serta kurang terkoordinir dan terintegrasi, sehingga dapat menimbulkan duplikasi riset yang berdampak pada penggunaan anggaran, produk-produk penelitian dan kajian kelautan nasional yang tidak efisien dan valuable.

Pemerintah Indonesia memiliki sejumlah kapal riset. Keberadaan kapal-kapal riset tersebut belum didukung oleh ketersediaan prasarana yang memadai, seperti fasilitas tambat labuh, laboratorium kelautan terpadu, pusat data kelautan nasional, pusat penyimpanan contoh, pusat pengolahan data kelautan, bengkel perbaikan, workshop peralatan survei, dan lain-lain. Dengan demikian diusulkan perlunya membangun sebuah Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan (Puspiptekla) untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan program, sarana dan prasarana riset kelautan.

Kegiatan Pusat Riset Kelautan ini bertujuan untuk membangun Pusat Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan yang terintegrasi antar lembaga dan mampu mewadahi seluruh institusi penelitian dan pengkajian teknologi kelautan dengan sasaran menjadi pendorong dalam upaya efisiensi biaya, efektifitas sistem pemeliharaan

dan perbaikan rutin, dan mengurangi biaya tambat labuh kapal-kapal riset nasional, memudahkan koordinasi pemanfaatan kapal, memudahkan pembangunan sistem basis data kelautan nasional, menjadikan pusat informasi ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan, pusat aktivitas penelitian dan pengkajian teknologi kelautan, dan bahkan dapat menjadi lokasi kunjungan bagi peneliti-peneliti kelautan baik nasional maupun internasional.

Metodologi penelitian : pengumpulan data melalui data primer dan sekunder, pelaksanaan kegiatan, diskusi konsultatif dan rapat koordinasi, survey dan pengumpulan data di lapangan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan survey dan hasil survey.

Output/OutcomeHasil yang dicapai adalah suatu pra desain dari lokasi

terpilih dan feasibilty study sebagai dasar pelaksanaan pembangunan fisik sebagai sasaran kegiatan Pusat Riset Ilmu Kelautan beserta sistem yang terbangun.

Tindak Lanjut Menjadi rujukan dan referensi pengembangan konsep

dan kebijakan terkait Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan (Puspiptekla).

Page 106: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

98

Foto Hasil Kegiatan

Page 107: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

99

Page 108: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

100

Page 109: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

101

ANALISIS PENGEMBANGAN KEBIJAKANPERKEMBANGAN ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATAN : PENGEMBANGAN KEBIJAKAN IPTEK KESEHATANUNTUK PENANGANAN PENYAKIT HIV/AIDS MELALUI PENGGUNAAN OBAT ALAMIProf. dr. Amin Soebandrio, Ph.D., Sp.MKStaf Ahli Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Kesehatan dan ObatAnggaran : Rp. 375.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiPara ahli epidemiologi Indonesia memperkirakan bila

tidak ada upaya peningkatan penanggulangan yang berarti, diperkirakan pada akhir 2015 akan terjadi penularan HIV secara kumulatif pada lebih dari 38.500 anak yang dilahirkan dari ibu yang positif HIV (KPAN, STRANAS Penanggulangan HIV/AIDS 2007-2010). KPAN juga menyatakan bahwa saat ini Indonesia telah memasuki epidemi terkonsentrasi. Laporan juga menunjukkan di Provinsi Papua dan Papua Barat terdapat pergerakan ke arah generalized epidemic dengan prevalensi HIV sebesar 2,4% pada penduduk 15-49 tahun (SRAN, KPAN, 2010).

HIV terutama menginfeksi sel limfosit dengan CD4 sebagai reseptor utama (molekul pada permukaan sel T limfosit), dimana protein gp 120 dari virus ini berikatan dengan molekul CD4. Disamping sel T limfosit, yang menjadi target infeksi virus HIV adalah sel fagosit mononuklear seperti monosit, makrofag, sel B, sel NK (Natural Killer), sel dendritis, sel induk hematopuitik, sel endotelial, sel mikrogial dan sel epitel gastrointestinal.

Upaya utama dalam pencegahan untuk memerangi virus HIV/AIDS adalah melalui kampanye kesetiaan pasangan suami-istri dan penggunaan kondom. Saat ini telah dikenal metoda pencegahan dengan menggunakan pendekatan ABCDE (ABSTINENCE, Be faithful, use CONDOM, do not inject

DRUG, EDUCATION). Abstinence adalah suatu langkah untuk menghindari sama sekali kontak seksual dengan mereka yang telah positif pengidap HIV sehingga tidak menularkan virus tersebut. Be faithful, merekomendasikan agar setiap pasangan setia hanya pada satu pasangan seksual saja sehingga mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV/AIDS. Use condom, merupakan usaha untuk melindungi diri dengan senantiasa menggunakan kondom terutama ketika ada kontak seksual dengan mereka yang sangat berisiko atau sudah terinfeksi HIV/AIDS. Penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik menunjukkan angka prosentasi yang sangat tinggi (~50 % dari seluruh kasus penularan).

Tujuan kegiatan ini adalah suatu upaya koordinasi pakar bidang kesehatan untuk mengembangkan kemampuan institusi riset dalam menguasai ilmu dan teknologi bidang kesehatan dan obat mulai dari pencegahan, diagnosis dan pengobatan untuk penanganan penyakit HIV/AIDS melalui pemanfaatan obat bahan alam. Sedangkan, sasaran kegiatan ini adalah terbangunnya sistem koordinasi riset pencegahan, diagnosis dan penanganan penyakit dengan melibatkan keseluruhan stakeholder di bidang kesehatan dan obat-obatan, khususnya yang terkait dengan pengembangan teknologi obat bahan alam untuk penanggulangan penyakit HIV/AIDS.

Page 110: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

102

Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan kajian ini dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara/interview/brainstorming dengan para pelaksana kegiatan, nara sumber dan orang-orang yang terkait dengan program pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS. Data sekunder didapat dari studi pustaka dan data-data/dokumen dari lembaga-lembaga yang terkait dengan penanggulangan HIV/AIDS.

Dalam menentukan pemecahan solusi beberapa aspek yang bersifat mikro, telah dilaksanakan pengumpulan ide dari para pakar/narasumber, dan disusun secara sistematis. Pelaksanaan kegiatan kajian dipusatkan di kantor KRT, melalui rapat, pertemuan reguler kelompok kerja, diskusi-diskusi dan seminar ilmiah untuk menentukan rumusan-rumusan kebijakan.

Kegiatan ini secara umum dilaksanakan di Jakarta dan pengambilan data ke narasumber di beberapa daerah seperti Semarang, Surabaya, Solo, Tawangmangu dan Papua.

Output/OutcomeOutput

Telah tersusunnya 1 (satu) buah kajian tentang kebijakan teknologi yang terkait dengan upaya penanggulangan penyakit diabetes melitus di Indonesia.

Outcome • Telah terbangunnya sistem koordinasi Pengembangan

Kebijakan Riset Kesehatan dan Obat-obatan khususnya yang terkait dengan sistem pencegahan, diagnosis dan penanganan penyakit melalui pengembangan kebijakan teknologi obat bahan alam untuk penanggulangan penyakit diabetes melitus, khususnya yang terkait dengan program Nasional Saintifikasi Jamu dari Kementerian Kesehatan.

• Telah terbentuknya jejaring antar stakeholder di bidang kesehatan dan obat-obatan khususnya bahan alam untuk penanggulangan penyakit

Tindak Lanjut Berdasarkan hasil analisis kelembagaan, model CLD dan

hasil Rakornas Ristek terkait dengan penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas) khususnya untuk pengembangan industri jamu nasional, maka dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :• Mengembangkan (reformasi) kerangka umum yang

kondusif bagi perkembangan inovasi dan bisnis jamu secara umum: misalnya penataan kebijakan dalam rangka riset insentif dengan memasukkan target terapi imuno modulator untuk meningkatkan sistem imunitas ODHA.

• MemperkuatkelembagaandandayadukungIptek/litbangUKM. Meningkatnya kelembagaan iptek juga terkait dengan kemampuan sarana prasarana laboratorium untuk melakukan penelitian terkait dengan pencarian obat anti HIV/AIDS maupun obat-obat yang berpotensi sebagai imunostimulan.

• Reformasi kelembagaan iptek/inovasi; peningkatankualitas SDM dan insentif non-struktural; pengembangan pusat-pusat unggulan (center of excellence); dan pengembangan kapasitas teknologis dan bantuan teknis (technical assistance) bagi dunia usaha (terutama pelaku UKM) khususnya yang terkait dengan pengembangan obat alami secara umum maupun yang terkait dengan pengembangan produk imuno stimulan.

• Meningkatkan difusi inovasi yang terkait dengan obatalami untuk HIV/AIDS : misalnya penguatan kelembagaan intermediasi dan aliansi strategis antar pelaku pada tingkat litbang maupun industri jamu.

• Penyelarasan dengan perkembangan global : misalnyakerjasama teknis regional dan internasional dalam pengembangan obat alami untuk HIV/AIDS.

PublikasiHasil kajian ini belum dipublikasikan di media cetak, on-

line, elekronik maupun diseminarkan baik tingkat nasional atau internasional. Namun demikian kajian ini telah dibahas oleh para narasumber dari berbagai lintas institusi dalam bentuk Focus Discussion Group (FGD).

Page 111: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

103

ANALISIS PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERKEMBANGAN ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATAN : PEMANFAATAN IPTEK KESEHATANUNTUK PENANGGULANGAN PENYAKIT DIABETES MELITUS

Prof.dr. Amin Soebandrio, Ph.D., Sp.MKStaf Ahli Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Kesehatan dan ObatAnggaran : Rp. 375.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiMenurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), sekarang ini

Indonesia merupakan negara dengan pengidap diabetes melitus (DM) nomor 4 terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India dan Cina. Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, prevelansi diabetes melitus di Indonesia mencapai 14,7 % di perkotaan dan 7,2 % di pedesaan. Masih menurut proyeksi WHO, pada tahun 2015 jumlah laki-laki dan perempuan Indonesia yang kelebihan berat badan diperkirakan berturut-turut 13 % dan 38 % dari total jumlah laki-laki dan perempuan. Jumlah ini meningkat dari angka 12 % dan 28 % pada tahun 2005, dan diperkirakan pada tahun 2009 penderitanya telah mencapai 20 juta jiwa penduduk di Indonesia.

Secara ekonomi, diabetes menjadi penyakit yang mahal karena prevalensi serta progresivitasnya yang terus meningkat secara tajam. Data menunjukkan biaya tahunan secara nasional di Amerika Serikat mencapai $ 116 milyar (± Rp. 100 trilyun ) untuk biaya langsung dan $ 58 ( ± Rp. 50 trilyun ) untuk biaya tidak langsung penanggulangan diabetes melitus. Menurut American Diabetes Association 2008, di AS biaya yang langsung dibelanjakan untuk perawatan diabetes mencapai 10% dari total belanja kesehatan nasional.

Selain kaya sumberdaya hayati, Indonesia juga kaya akan pengetahuan masyarakat (indigenous knowledge) mengenai penggunaan tanaman untuk dijadikan obat alami yang telah dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat secara turun temurun berdasarkan pengalaman (empiris) untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan

dan pengobatan penyakit. Berdasarkan etnofarmakologi dan data penelitian, beberapa jenis tanaman obat Indonesia mempunyai khasiat untuk menurunkan kadar gula darah, mengurangi stres atau bahkan mampu menurunkan berat badan. Banyak kajian yang telah dilakukan oleh lembaga pemerintah dan industri obat terkait dengan pengembangan tanaman obat untuk penanganan penyakit diabetes melitus. Namun hingga kini, penelitian dan data yang dihasilkan belum tertata dan terintegrasi secara baik, sehingga dampak yang dihasilkannya relatif kurang nyata.

Tujuan kegiatan kajian ini adalah koordinasi pakar bidang kesehatan untuk mengembangkan kemampuan institusi riset pemerintah dan swasta dalam penguasaan dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan dan obat-obatan secara menyeluruh mulai dari aspek pencegahan, diagnosis dan pengobatan untuk penanganan penyakit diabetes melitus (DM) melalui penggunaan obat alami Indonesia.

Sedangkan sasaran kegiatan ini adalah :• Terbangunnyasistemkoordinasirisetdalampencegahan,

diagnosis dan penanganan penyakit dengan melibatkan keseluruhan stakeholder di bidang kesehatan dan obat-obatan, khususnya yang terkait dengan pengembangan teknologi obat alami untuk penanganan penyakit diabetes melitus.

• Pembuatan roadmap risetobat alamiuntukpenangananpenyakit diabetes melitus.

Page 112: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

104

Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan kajian ini meliputi :• Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan

data primer dan data sekunder data primer didapatkan dari hasil wawancara, brainstorming dengan nara sumber, dan kunjungan pada lokasi yang relevan dengan tujuan dan sasaran dari kajian ini. Data sekunder diperoleh dari literatur -literatur yang bersumber dari studi pustaka dan data atau dokumen dari lembaga-lembaga terkait.

• Metode pelaksanaan kegiatan dilakukan denganmelakukan berbagai diskusi, pertemuan reguler antar tim ahli dan kunjungan ke lapangan. Model yang digunakan pada kajian ini adalah Model Sistem Dinamis, dimana pengolahan data menggunakan perangkat lunak Vensim.

Kegiatan ini secara umum dilaksanakan di Jakarta dan pengambilan data ke narasumber di beberapa daerah seperti Semarang, Solo dan Tawangmangu.

Output/OutcomeOutput

Telah tersusunnya 1 (satu) buah kajian tentang kebijakan teknologi yang terkait dengan upaya penanggulangan penyakit diabetes melitus di Indonesia.

Outcome• Telah terbangun sistem koordinasi Pengembangan

Kebijakan Riset Kesehatan dan Obat-obatan khususnya yang terkait dengan sistem pencegahan, diagnosis dan penanganan penyakit melalui pengembangan kebijakan teknologi obat bahan alam untuk penanggulangan penyakit diabetes melitus, khususnya yang terkait dengan program Nasional Saintifikasi Jamu dari Kementerian Kesehatan.

• Telah terbentuk jejaring antar stakeholder di bidangkesehatan dan obat-obatan khususnya bahan alam untuk penanggulangan penyakit diabetes melitus, yang melibatkan berbagai intitusi litbang dan industri jamu.

Tindak Lanjut Kajian ini merekomendasikan 6 (enam) agenda kebijakan

inovasi pokok, yaitu :• Mengembangkan (reformasi) kerangka umum yang

kondusif bagi perkembangan inovasi dan bisnis jamu:

misalnya penataan kebijakan perijinan pendaftaran jamu di instansi terkait dan pengembangan standar atau ketentuan teknis-teknologis dalam pengembangan obat alami untuk DM.

• Memperkuat kelembagaan dan daya dukung Iptek/litbang dan meningkatkan kemampuan absorbsi dunia usaha di bidang jamu, khususnya yang terkait dengan pengembangan obat alami untuk DM.

• Menumbuh kembangkan kolaborasi bagi inovasi danmeningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa yang terkait dengan obat alami untuk DM.

• MendorongBudayaKreatif-Inovatif.• Menumbuh kembangkan dan memperkuat keterpaduan

pemajuan sistem inovasi dan klaster industri jamu nasional dan daerah.

• Penyelarasan dengan perkembangan global yaknikerjasama teknis regional dan internasional dalam pengembangan obat alami untuk DM.

PublikasiHasil kajian ini belum dipublikasikan di media cetak, on-

line, elekronik maupun diseminarkan baik tingkat nasional atau internasional. Namun demikian kajian ini telah dibahas oleh para narasumber dari berbagai lintas institusi dalam bentuk (FGD).

Foto Hasil Kajian

Rumah Kaca untuk Penanaman dan Pengembangan Tanaman Obat Alami

Page 113: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

105

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM KELEMBAGAAN IPTEKYANG MAMPU UNTUK MENDUKUNG PENGUATAN IMPLEMENTASI BIOETIKA DALAM KEGIATAN LITBANGRAP VAKSIN

Drs. Fajar Suprapto, M.Sc Asisten Deputi Pengembangan Kelembagaan, Deputi Bidang Kelembagaan IptekAnggaran : Rp. 400.000.000,-Lokasi kegiatan di Jakarta, Palembang, Medan, Bali dan Makasar

DiskripsiKeberhasilan negara dalam mewujudkan kemandirian

dalam hal pengelolaan penyakit infeksi, baik yang bersifat preventif maupun kuratif perlu didukung penguasaan iptek, khususnya iptek kesehatan. Penguasaan iptek ini didukung oleh sistem kelembagaan iptek yang efektif dengan peran serta segenap komponen bangsa dari unsur-unsur ABG (akademisi, pemerintah, dan pelaku bisnis) dalam sebuah sistem inovasi nasional.

Dinamika perkembangan penyakit infeksi di bidang zoonosis seperti flu burung, flu babi, serta berbagai penyakit lain yang diakibatkan oleh virus memerlukan pengembangan sistem kelembagaan secara nasional sehingga lembaga-lembaga terkait baik di daerah maupun pusat dapat terintegrasi dalam sebuah sistem inovasi nasional yang responsif dalam menghadapi berbagai permasalahan publik di bidang zoonosis ini.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan menjadi perhatian dalam pengembangan sistem kelembagaan iptek yang terkait dengan zoonosis ini adalah implementasi prinsip-prinsip Bioetika dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan penanganan kasus penyakit infeksi pada hewan dan manusia, kegiatan litbangrap, produksi vaksin, serta kegiatan sosialisasinya. Di samping itu juga perlu diimplementasikan prinsip-prinsip Bioetika ini dalam hal perpindahan lintas lateral dari materi biologi terkait dalam pelaksanaan berbagai kegiatan di atas.

Mengingat luasnya lingkup kegiatan pengelolaan penyakit infeksi di bidang zoonosis, maka pelaksanaan kegiatan Bioetika Nasional Tahun 2010 difokuskan pada pengembangan sistem kelembagaan iptek untuk mendukung penguatan Bioetika di bidang litbangrap vaksin. Pengembangan sistem kelembagaan iptek dalam sistem inovasi nasional yang mampu mendukung penguatan implementasi bioetika akan memberikan sinergi bagi pengembangan sistem inovasi nasional yang mampu mengakomodasi nilai-nilai dalam regulasi internasional dengan tetap mengedepankan pada kepentingan nasional.

Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun rekomendasi kebijakan dalam pengembangan sistem kelembagaan yang mampu meningkatkan implementasi bioetika litbangrap vaksin sehingga memberikan sinergi bagi kemandirian nasional dalam pengelolaan penyakit infeksi di bidang zoonosis. Sedangkan sasaran yang hendak dicapai adalah :• Rumusan kondisi yang akan dicapai terhadap

pengembangan sistem kelembagaan iptek untuk mendukung penguatan Bioetika di bidang litbangrap vaksin;

• Rekomendasi kebijakan pengembangan kelembagaannasional yang mampu mendukung penguatan implemen-tasi bioetika di bidang litbangrap vaksin sehingga memberikan sinergi

Page 114: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

106

Metodologi kegiatan dilakukan dengan cara : Pelaksanaan Desk Study, Penyusunan detail riset desain, Pengumpulan dan klarifikasi data, Penyusunan instrumen pengumpulan data, Pelaksanaan survai lapangan/wawancara mendalam (in-depth interview), Pelaksanaan analisis data secara komprehensif, Penyusunan roadmap pengembangan kelembagaan iptek, dan Penyusunan laporan akhir hasil kegiatan.

Output/Outcome Output kegiatan berupa 1 (satu) rekomendasi kebijakan

pengembangan sistem kelembagaan iptek yang mampu mendukung penguatan implementasi Bioetika dalam kegiatan litbangrap vaksin perlu ditindaklanjuti sehingga menghasilkan outcome berupa dukungan strategi implementasi kebijakan pengembangan kelembagaan iptek yang sinergis dengan penguatan implementasi Bioetika pada pelaksanaan litbangrap vaksin. Advokasi kebijakan terkait secara berkelanjutan akan mendukung penguatan implementasi Bioetika dalam praktik Litbangrap vaksin pada lembaga Litbang dan industri farmasi nasional yang pada gilirannya akan memberikan sinergi bagi kemandirian nasional dalam pengelolaan penyakit infeksi di bidang zoonosis.

Tindak Lanjut Penguatan implementasi prinsip Bioetika di Indonesia

meskipun sudah lama menjadi wacana dan disadari arti pentingnya sehingga Pemerintah Indonesia telah melakukan ratifikasi terhadap regulasi internasional yang terkait dengan Bioetika ini, namun hingga saat ini masih belum

terwujud dalam suatu regulasi nasional yang dapat dijadikan payung bagi pengembangan kelembagaan yang mampu mendukung implementasi prinsip-prinsip Bioetika tersebut. Dari kondisi di atas, maka hasil kegiatan perlu ditindaklanjuti dengan berbagai program aksi dari Kementerian Riset dan Teknologi, antara lain :• Program aksi yang terkait dengan edukasi publik dan

mainstreaming prinsip-prinsip Bioetika kepada para pihak terkait sehingga para pihak mampu memahami prinsip Bioetika dengan benar dalam konteks kepentingan bersama sebagai suatu bangsa;

• Edukasipublik tersebutperludifokuskanpadakelompokend-users yang terlemah dalam peta kepentingan bidang kesehatan, seperti konsumen. Hal ini perlu dilakukan karena seringkali kelompok tersebut hanya ditempatkan sebagai penerima kebijakan, dan kurang dilibatkan dalam proses perumusan kebijakan padahal risiko dari implementasi kebijakan yang dilakukan sebagian besar akan diterima oleh kelompok tersebut.

• Penyusunanregulasiterkaitdenganimplementasiprinsip-prinsip Bioetika pada pengembangan sistem kelembagaan iptek terkait dengan litbangrap vaksin perlu dilakukan oleh para stakeholders sehingga dapat dirumuskan suatu konsep kebijakan yang mampu mengakomodasi kepentingan semua pihak, bukan untuk mengakomodasi kepentingan satu stakeholder saja.

PublikasiPublikasi hasil kajian berupa Laporan Akhir Pelaksanaan

Kegiatan

Page 115: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

107

PEMETAAN KELEMBAGAAN RISET IPTEK BIDANG GIZI BAHAN BAKU OBAT (BBO) DAN OBAT BAHAN ALAM (OBA) SERTA ALAT KESEHATAN (ALKES)

Dr. Ir. Sadjuga, M.Sc.Asisten Deputi Penataan Kelembagaan Deputi Bidang Kelembagaan IptekAnggaran : Rp. 500.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiPembangunan iptek didukung oleh kelembagaan iptek

yang kuat, yang mampu bersinergi satu dengan lainnya sehingga mampu berdaya saing di kancah nasional dan internasional. Salah satu bidang riset iptek yang cukup penting dalam pembangunan nasional yaitu riset iptek bidang kesehatan. Peningkatan kemampuan riset iptek kesehatan merupakan salah satu upaya dalam pembangunan kesehatan, di mana pembangunan kesehatan ini merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undang undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Beberapa riset iptek kesehatan yang dianggap cukup penting dalam pembangunan kesehatan di Indonesia antara lain riset iptek bidang gizi, Bahan Baku Obat (BBO) dan Obat Bahan Alam (OBA) serta Alat Kesehatan (Alkes). Sampai saat ini masih terdapat beberapa permasalahan terkait dengan riset iptek bidang kesehatan tersebut. Dalam bidang gizi, terdapat permasalahan gizi di Indonesia yaitu selain menyangkut masalah gizi kurang yang prevalensinya cukup tinggi, juga menyangkut masalah gizi lebih yang juga perlu diwaspadai.

Meningkatnya prevalansi gizi lebih dan obesitas yang dialami oleh anak-anak, dewasa muda dan perempuan, akan meningkatkan beban sistem kesehatan karena penyakit degeneratif berkaitan dengan gizi di Indonesia, dengan beban biaya kesehatan yang besar. Masalah gizi

juga sering dikaitkan dengan penyakit degeneratif sebagai konsekuensi dari pola hidup yang tidak sehat. Kurang gizi dalam kandungan menimbulkan risiko penyakit degeneratif di masa mendatang.

Dalam Bidang BBO dan OBA, saat ini kebutuhan masyarakat akan obat semakin tinggi. Untuk itu upaya penelitian, pengembangan dan pemanfaatan BBO dan OBA sangat diperlukan. Beberapa permasalahan terkait dengan BBO dan OBA yaitu masih terfragmentasinya program penelitian dan pengembangan BBO dan OBA, interaksi peneliti dan industri sebagai pengguna masih sangat lemah dan terbatas serta belum terkoordinasi dengan baik. Contoh sederhananya yaitu bervariasinya prioritas riset di antara peneliti obat herbal di Indonesia, hal ini akan berpengaruh terhadap kelangsungan pengembangan dan kebutuhan bahan baku industri jamu dan obat herbal di Indonesia. Diperlukan adanya kebijakan nasional yang komprehensif dalam arti bahwa kegiatan penelitian dan pengembangan pemanfaatan obat berbahan alam harus dilakukan secara multi sektoral mengingat setiap sektor tersebut harus dapat melengkapi.

Dalam Jakstranas iptek disebutkan bahwa kebijakan strategis nasional di bidang teknologi kesehatan dan obat harus mampu memberikan solusi permasalahan kesehatan nasional, dan salah satu upayanya adalah dengan kemandirian bahan baku obat untuk mengurangi kebutuhan import dan memberikan nilai tambah sumber daya hayati

Page 116: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

108

Indonesia menjadi produk obat alami/fitofarmaka yang berkualitas dan mempunyai daya saing di tingkat lokal, regional maupun global.

Dalam bidang Alkes, ketersediaan Alkes menjadi suatu kebutuhan yang sangat mendesak yang perlu segera dipenuhi baik segi kualitas maupun kuantitasnya. Ketersediaan Alkes dalam negeri sangat dibutuhkan seiiring dengan meningkatnya pemenuhan pelayanan kesehatan masyarakat. Selain itu, jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 230 juta dan meningkatnya kesadaran akan kesehatan juga meningkatkan permintaan alat kesehatan didalam negeri. Saat ini industri Alkes di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri karena berbagai keterbatasannya antara lain mahalnya bahan baku dan regulasi yang belum kondusif. Sehingga sampai saat ini, Indonesia masih tergantung terhadap produk luar negeri. Sebenarnya, potensi industri Alkes di Indonesia sangat besar didasarkan pada kebutuhan dan peluang pasar dalam negeri. Rencana perdagangan bebas pada tahun 2010 memperberat tantangan industri Alkes nasional. Kebijakan dan program pemerintah yang ada harus dapat meningkatkan daya saing industri Alkes dan diperlukan kesiapan dari berbagai pihak dalam menghadapi persaingan di tingkat global.

Mengenai riset iptek bidang gizi, BBO dan OBA serta Alkes, maka peran pemerintah sangat diperlukan dalam mewujudkan pembangunan iptek tersebut. Hal ini disebabkan pembagunan iptek merupakan landasan ketahanan ekonomi nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Selain itu faktor yang juga tidak kalah pentingnya adalah keterkaitan kelembagaan iptek. Masih terbatasnya kemampuan kelembagaan Iptek (organisasi, regulasi, koordinasi, intermediasi, sistem inovasi, budaya) juga merupakan permasalahan yang dihadapi.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Kementerian Riset dan Teknologi melalui kegiatan kajian pemetaan kelembagaan riset iptek bidang gizi, BBO dan OBA serta Alkes, menyiapkan suatu kebijakan berkaitan dengan hal tersebut. Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan pada tahun sebelumnya, dan pada tahun 2010 dihasilkan suatu peta perkembangan riset iptek bidang gizi, BBO dan OBA serta Alkes terkait dengan kelembagaannya sehingga mampu mendukung kemandirian industri dan ketersediaan obat serta alat kesehatan di Indonesia serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat

Tujuan kegiatan ini adalah mengetahui kapasitas lembaga riset iptek bidang gizi, Bahan Baku Obat (BBO) dan Obat Bahan Alam (OBA) serta Alat Kesehatan, serta menyusun konsep kebijakan tentang penataan kelembagaan litbang yang akan menjadi suatu kesatuan pemikiran dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan pengembangan iptek. Sedangkan

Sasaran kegiatan ini adalah tersusunnya peta perkembangan riset iptek yang terkait dengan riset iptek bidang gizi, BBO dan OBA serta Alkes yang akan berdampak pada berkembangnya sistem kebijakan penelitian, pengembangan dan penerapan iptek serta berkembangnya riset aplikatif yang mendorong berkembangnya industri bidang kesehatan.

Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Metode pelaksanaan kegiatan dilakukan secara ilmiah dengan berdasar pada metode ilmiah yang baku, yaitu dimulai dari pemetaan masalah yang dilanjutkan dengan penyusunan hipotesis kerja. Pembuktian hipotesis dilakukan dengan pengumpulan data dan analisis data. Hasil analisis disimpulkan dalam bentuk rekomendasi dalam mengatasi permasalahan yang ada. Rekomendasi yang disusun selanjutnya dijadikan sebagai draft kebijakan.

Output/OutcomeIndikator keluaran (output) dari kegiatan ini adalah

tersusunnya peta perkembangan riset iptek bidang gizi, BBO dan OBA serta Alkes yang mampu mendukung kemandirian industri dan ketersediaan obat Indonesia.

Indikator hasil (outcome) dari kegiatan ini adalah: (1) Berkembangnya penataan kelembagaan penelitian, pengembangan dan penerapan iptek yang terkait dengan gizi, bahan baku obat dan obat berbahan alam serta Alkes; (2) Berkembangnya riset aplikatif yang mendorong berkembangnya industri bidang kesehatan; (3) Terjadinya kerjasama antar akademisi, bisnis dan government (ABG) yang sinergi untuk pengembangan industri bidang kesehatan.

Tindak Lanjut • Riset iptekbidanggizi,BahanBakuObat (BBO)danObat

Bahan Alam (OBA) serta Alat Kesehatan (Alkes) masih sangat minim, walaupun potensi sumberdaya yang ada sangat berlimpah, diperlukan kerjasama kelembagaan dalam penelitian dan pengembangan iptek untuk memaksimalkan potensi lokal yang tersedia, untuk itu diperlukan pemetaan tentang gizi, BB0 dan OBA serta alkes agar hasil riset lebih optimal.

• Hasil pemetaan bidang gizi, BBO dan OBA serta Alkesmerupakan dasar yang akan digunakan untuk membuat kebijakan oleh pemerintah, dan khusus untuk bidang iptek dilakukan oleh Kementerian riset dan Teknologi, sampai saat ini hasil yang dicapai adalah rekomendasi kebijakan.

• Jumlah penduduk Indonesia yang demikian besarmerupakan potensi yang harus dimanfaatkan oleh peneliti, masyarakat dan industri untuk menyediakan iptek kesehatan dengan menggunakan kandungan lokal semaksimal mungkin dan mengurangi ketergantungan

Page 117: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

109

dari luar negeri. Pemerintah bersedia memfasilitasi kegiatan penelitian dan pengembangan iptek melalui penyertaan dana pemerintah.

• Risetyangadaharusdiarahkankepadarisetstrategisyangsangat berdampak terhadap masyarakat Indonesia dengan lebih intensif melakukan kerjasama dengan lembaga riset dalam negeri agar hasilnya secepat mungkin dapat dirasakan manfaatnya. Kerjasama ini juga dapat mengurangi tumpang tindih penelitian dan pengembangan iptek, yang saat ini menjadi topik pembicaraan dikalangan penentu kebijakan iptek.

• Diperlukan kerjasama yang lebih intensif dalam bidanggizi, BBO dan OBA serta Alkes agar permasalahan bidang kesehatan di Indonesia dapat segera dipecahkan.

Rekomendasi• Peningkatkan riset-riset bidang gizi harus sesuai

permasalahan gizi di masyarakat (demand driven) sehingga pengentasan masalah gizi di Indonesia dapat lebih optimal, serta perlu integrasi dengan berbagai pihak terkait dengan kepemimpinan yang kuat supaya hasil-hasil riset yang ada dapat diaplikasikan sehingga mampu menaikkan derajat gizi masyarakat Indonesia. Kementerian Kesehatan merupakan institusi yang paling kompeten dalam hal ini.

• KegiatanrisetBBOOBAlebihditingkatkanterutamapadakegiatan peningkatan kapasitas iptek sistem produksi serta percepatan difusi dan pemanfaatan iptek. Kementerian Riset dan Teknologi terus mendorong aktivitas riset BBO OBA, terutama pada tahapan riset tersebut. Industri harus ikut berperan serta dalam proses pengembangan hasil riset-riset dasar dan terapan untuk dikomersialkan. Selain itu perlu adanya sinergi dan integrasi antar peneliti/lembaga penelitian dalam kegiatan riset tersebut.

• Kementerian Riset dan Teknologi bersama institusipemerintah lainnya seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Kelautan dan Perikanan lebih fokus dalam upaya pencapaian swasembada bahan baku obat sesuai targetnya yaitu pada tahun 2011.

• Kementerian Kesehatan sebaiknya pengupayakan danmembuat pedoman sistem pelayanan kesehatan formal yang menggunakan produk obat bahan alam sebagai bahan farmasi.

• Kegiatan risetdanpengembanganalkesharusmengikutipermintaan dan standarisasi pasar, oleh karena itu peneliti bidang alkes harus mampu menghasilkan produk yang mampu bersaing dengan produk luar negeri. Penelitian alkes ke depan perlu dikembangkan pada produk alat kesehatan berbasis elektrik. Upgrading pemetaan mengenai alat kesehatan dan teknologi yang perlu dikembangkan di Indonesia, serta pemilahan porsi kegiatan R&D antara pemerintah dan swasta. Gugus tugas alkes yang menghimpun peneliti, baik dari lembaga litbang swasta, pemerintah maupun regulator harus terus didorong dalam optimalisasi pengembangan alkes dalam negeri.

• Kementerian Riset dan Teknologi serta KementerianPerindustrian agar mendorong penelitian-penelitian alkes yang sebagian besar masih dalam bentuk prototype, agar dapat cepat dikomersialisasi dan memberikan nilai secara ekonomi bagi bangsa.

• KementerianPendidikanNasionalperlumendukungupayapengembangan kapasitas sumber daya peneliti, dengan membuat panduan bidang studi di bidang biomedis pada perguruan tinggi yang mendukung penciptaan alat-alat kesehatan.

PublikasiKegiatan ini telah dipublikasikan dalam bentuk buku

dengan judul “Studi Kebijakan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Obat Herbal dan Bahan Baku Obat” yang diterbitkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi pada 2010 dengan nomor ISBN : 978-602-97120-0-1. Hasil kegiatan juga didiseminasikan kepada para pihak terkait dalam bentuk compact disk (CD), serta workshop : “Pengembangan Bahan Baku Obat Berbasis Sumber Daya Lokal”, diselenggarakan Kementerian Riset dan Teknologi pada hari Rabu tanggal 21 April 2010

Page 118: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

110

Page 119: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

111

PENGEMBANGAN KEBIJAKAN RISET IPTEK POPS(PERSISTENT ORGANIC POLLUTANTS) DANDAMPAKNYA TERHADAP KESEHATAN

Dr. Ir. Sadjuga, M.Sc.Asisten Deputi Penataan Kelembagaan Deputi Bidang Kelembagaan IptekAnggaran : Rp. 200.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiSejak 28 September 2009, Indonesia meratifikasi Konvensi

Stockholm dalam upaya mengurangi atau menghilangkan produksi dan penggunaan senyawa Persistent Organic Pollutants (POPs) yang berisiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu,terdapat juga pestisida tertentu yang mendapat prioritas untuk diawasi karena memiliki tingkat risiko yang tinggi.

Kajian resiko senyawa POPs dan pestisida dilakukan untuk untuk memperkirakan paparan maksimum residu pestisida dan POPs melalui konsumsi pangan di Indonesia. Nilai estimasi paparan yang diperoleh diharapkan dapat menjadi landasan dalam pengelolaan risiko senyawa POPs dan pestisida.

Senyawa POPs dan pestisida yang dikaji dipilih berdasarkan rekomendasi internasional, yaitu Stockholm Convention, GEMS/FOODs dan WHO. Senyawa POPs juga dipilah antara memiliki nilai ambang batas (treshold value) atau tidak memiliki nilai ambang batas (non-treshold value). Selanjutnya, dicari referensi nilai Acceptable Daily Intake/ Tolerable Daily Intake (ADI/TDI) serta batas maksimum residu nasional dan batas maksimum residu internasional dari masing-masing senyawa POPs dan pestisida. Estimasi paparan senyawa POPS dan pestisida diperoleh dengan mengalikan batas maksimum residu dengan data konsumsi pangan yang mengandung residu senyawa pestisida dan POPs tersebut. Data konsumsi pangan diolah berdasarkan

Data Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia dari Badan Pusat Statistik. Nilai estimasi paparan yang diperoleh dibandingkan dengan nilai ADI.

Hasil estimasi paparan nasional menunjukkan bahwa beberapa senyawa baik pestisida maupun POPs memiliki estimasi paparan maksimum melebihi ADI, yaitu senyawa POPs aldrin dan dieldrin serta heptaklor, serta senyawa pestisida endosulfan.

Untuk estimasi paparan secara individu, simulasi dengan menggunakan data Batas Maksimum Codex menghasilkan estimasi paparan yang melebihi ADI pada senyawa Aldrin/Dieldrin, Chlordane, heptachlor, dan PCDD/PCDFEndrin (hanya untuk kelompok pengkonsumsi tinggi).

Simulasi paparan individu Senyawa Pestisida GEMS/Foods menghasilkan paparan melebihi ADI pada Batas Maksimum Indonesia dengan metode pemetaan Pure MRL : paration, endosulfan, diazinon, metil pirimifos, fenitrotion (juga untuk metode pemetaan guidance level), dimetoat (juga untuk metode pemetaan guidance level), aldikarb (hanya untuk pengkonsumsi tinggi) dan kaptan (hanya untuk pengkonsumsi tinggi), serta melebihi Nilai ADI pada Batas Maksimum Codex: endosulfan (hanya kelompok pengkonsumsi tinggi), mancozeb (hanya kelompok pengkonsumsi tinggi), klorpirifos (juga untuk pemetaan dengan metode guidance level), dan dimetoat (juga untuk pemetaan dengan metode guidance level).

Page 120: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

112

Pengawasan dan monitoring kandungan residu pestisida dan lepasan POPs yang lebih cermat pada produk pangan melalui perencanaan dan pelaksanaan terintegrasi antar sektor sangat penting untuk dilakukan. Selain itu perlu dilakukan kajian dengan melibatkan data Supervised Trials Median Residue dan penggunaan data konsumsi individu agar perhitungan estimasi paparan lebih akurat.

Tujuan kegiatan ini adalah tersusunnya konsep kebijakan tentang kajian risiko senyawa POPs yang akan menjadi suatu kesatuan pemikiran dalam perencanaan, pelaksanaan dan penerapan kajian risiko senyawa POPs. Sedangkan Sasaran kegiatan ini adalah tercapainya target penyusunan kebijakan kajian risiko senyawa POPs agar dapat dimanfaatkan sebagai landasan dalam pengelolaan risiko senyawa POPs.

Metode pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan melaksanakan kajian berkaitan dengan aspek substansi antara lain meliputi pengumpulan dan pengolahan data, analisis, perumusan dan penyusunan konsep. Pelaksanaan kegiatan kajian dipusatkan di kantor Kementerian Ristek, melalui rapat, pertemuan reguler kelompok kerja, diskusi, seminar ilmiah dan sosialisasi untuk menentukan rumusan-rumusan kebijakan. Untuk memperkaya bahan masukan dan pandangan, diminta masukan narasumber yang terdiri dari para ahli berasal dari beberapa institusi.

Output/OutcomeIndikator keluaran (output) dari kegiatan ini adalah

tersusunnya peta paparan senyawa POPs yang terdapat di Indonesia, tersedianya estimasi risiko senyawa POPs, serta tersusunnya rekomendasi kebijakan kajian risiko senyawa POPs.

Indikator hasil (outcome) dari kegiatan ini adalah: (1) Berkembangnya kebijakan riset Iptek POPs; (2) Menguatnya jaringan antar lembaga akademisi, regulator dan industri dalam analisis risiko POPs; (3) Menguatnya pengelolaan dampak buruk cemaran POPs.

Tindak Lanjut• Senyawa POPs sudah dilarang, namun dampaknya perlu

diwaspadai. Hal tersebut dikarenakan senyawa POPs tidak mudah terdegradasi oleh lingkungan dan dapat bertahan selama bertahun-tahun. Beberapa peraturan telah melarang penggunaan senyawa POPs sebagai bahan aktif

pestisida serta membatasi keberadaan senyawa POPs di lingkungan, namun diyakini metabolitnya masih terdapat di lingkungan sebagai dampak penggunaannya di masa lampau.

• Selain senyawa POPs yang merupakan karsinogen,kajian ini menunjukkan terdapatnya senyawa POPs dan pestisida yang perlu dicermati penggunaannya, antara lain Aldrin/dieldrin dan heptachlor, klordan, endrin, PCBs, dan PCDD/PCDFs. Hal tersebut disebabkan hasil simulasi menunjukkan nilai paparan melebihi acuan kesehatan. Sedangkan senyawa pestisida yang perlu dicermati adalah : Fenitrotion, Dimetoat, Paration, endosulfan, diazinon, metil pirimifos, aldikarb dan kaptan.

Rekomendasi :• Pengawasandanmonitoring kandungan residupestisida

dan lepasan POPs yang lebih cermat pada produk pangan perlu dilakukan dan dilanjutkan melalui perencanaan dan pelaksanaan terintegrasi antar sektor. Selain itu, diperlukan penetapan nilai batas maksimum residu yang mengacu pada Codex dan berdasarkan kajian risiko untuk beberapa senyawa POPs dan pestisida.

• Mengingat kajian ini hanya untuk penetapan prioritaspestisida yang diawasi, maka kajian yang mendekati kenyataan perlu dilaksanakan dengan melibatkan data Supervised Trials Median Residue serta data konsumsi individu agar perhitungan estimasi paparan lebih akurat.

PublikasiHasil kegiatan telah dipublikasikan di media on-line (www.

ristek.go.id) dengan judul : “Kementerian Riset dan Teknologi Memfasilitasi Kajian Risiko Senyawa POPs” tertanggal 9 April 2010; “Tingkatkan Koordinasi Riset Persistent Organic Pollutants/POPs” tanggal 21 Oktober 2010. Hasil kegiatan juga didiseminasikan kepada para pihak terkait dalam bentuk compact disk (CD) dengan judul “Kajian Risiko Senyawa POPs dan Pestisida”.

Hasil kegiatan juga diseminarkan, Judul seminar : “Pengembangan Kebijakan Riset Iptek POPs (Persistent Organic Pollutants) di Indonesia”, diselenggarakan di Kementerian Riset dan Teknologi pada tanggal 21 Oktober 2010.

Page 121: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

113

PENGEMBANGAN KEBIJAKAN RISET IPTEK SEL PUNCA

Dr. Ir. Sadjuga, M.Sc.Asisten Deputi Penataan Kelembagaan Deputi Bidang Kelembagaan IptekAnggaran : Rp. 400.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiSel punca adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi

yang mempunyai dua sifat, yaitu : 1) kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel lain, dalam hal ini stem cell mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas, dan lain-lain, 2) kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri (self-regenerate/self-renew).

Dalam ilmu kedokteran sel punca dimanfaatkan untuk berbagai macam tujuan, antara lain untuk: 1) penelitian biomedik, 2) pengembangan obat dan pengujian toksisitas, 3) upaya pengobatan. Sel punca dapat dibiakkan dan distimulasi sehingga terdeferensiasi menjadi jenis sel tertentu misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas, dan lain-lain yang secara genetik sama /identik dengan pasien. Sel-sel yang telah terdeferensiasi tersebut selanjutnya ditransplantasikan kepada pasien untuk menggantikan sel-sel yang rusak atau tak berfungsi tanpa ada risiko penolakan oleh sistem imun tubuh.

Pengobatan berbasis sel punca dapat diterapkan pada berbagai penyakit. Penerapan teknologi pengobatan berbasis sel punca di Indonesia pada awalnya hanya digunakan untuk transplantasi sumsum tulang terhadap penderita leukemia dan selanjutnya untuk mengobati pasien kanker dengan kemoterapi agresif. Saat ini berbagai penelitian telah mengusulkan penggunaannya untuk mengobati beberapa penyakit non-degeneratif misalnya leukemia dan luka bakar maupun penyakit degeneratif misalnya penyakit jantung koroner, diabetes melitus, alzheimer dan parkinson yang dalam tahap penelitian di laboratorium telah terbukti berhasil.

Perkembangan litbangrap iptek sel punca di tingkat dunia, potensi Indonesia untuk mengejar kemajuan litbangrap iptek sel punca, dan tingginya minat dan harapan terhadap pengobatan perbasis sel punca tersebut mendorong perlunya dilakukan pengembangan kebijakan litbangrap sel punca di Indonesia. Kebijakan yang dibuat diharapkan dapat mengendalikan dan memberikan arah yang tepat pada penelitiandan pengembangan sel punca, namun tidak menghambat.

Isu strategis dalam litbangrap sel punca antara lain: (1) Etika, (2) Regulasi, (3) Fokus penelitian, (4) Sumber Daya Manusia, (5) Fasilitas, (6) Pendanaan, (7) Hak Kekayaan Intelektual, (8) Sinergi ABG. Kajian Pengembangan Kebijakan Riset Iptek Sel Punca yang dilaksanakan mencakup berbagai isu strategis tersebut. Sasaran yang telah tercapai dalam Kajian Pengembangan Kebijakan Riset Iptek Sel Punca 2009 adalah : 1) Teridentifikasinya institusi yang melaksanakan kegiatan litbangrap teknologi sel punca, 2) Terpetakannya SDM, sarana peralatan dan kendala yang dihadapi oleh institusi litbangrap teknologi sel punca, 3) Teridentifikasinya fokus riset dan target terapi dari produk teknologi sel punca di Indonesia. Hasil kajian tahun 2009 ditindaklanuti dengan Kajian Pengembangan Kebijakan Riset Iptek Sel Punca 2010.

Tujuan kegiatan ini adalah tersusunnya rekomendasi kebijakan pengembangan riset iptek sel punca di Indonesia. Sedangkan sasaran kegiatan ini adalah 1) Penguatan forum komunikasi Academician, Business dan Government (ABG) untuk pengembangan riset iptek sel punca; 2) Penajaman fokus penelitian litbangrap sel punca di Indonesia dan penentuan target produk nasional; 3) Tersusunnya

Page 122: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

114

roadmap litbangrap sel punca di Indonesia, sinkronisasi dan harmonisasi dengan stakeholder sel punca; 4) Tersusunnya konsep Advance Biomolecular Centre (ABC); 5) Tersusunnya konsep Collaborative Infrastructure Network; 6) Tersusunnya rencana aksi program riset iptek sel punca di Indonesia.

Metode pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui pengumpulan data primer yaitu wawancara dengan para pelaku litbangrap sel punca. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi pustaka, penelusuran publikasi melalui media cetak maupun elekronik terkait dengan litbangrap teknologi sel punca baik yang berkaitan dengan regulasi dan etika, potensi pemanfaatan, teknologi terkini dan hal terkait lainnya. Analisis kemampuan institusi pelaku litbangrap, penyusunan rekomendasi kebijakan dan peta jalan serta rencana dengan cara diskusi dan konsultasi kepada pakar dan stakeholder sel punca, focus group discusion dan lokakarya.

Output/OutcomeManfaat dari kegiatan ini sebagai penguatan forum ABG

untuk pengembangan riset iptek sel punca dan kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan menunjukkan koordinasi semakin baik dan arah litbangrap sel punca di Indonesia semakin terarah. Dengan demikian potensi Indonesia untuk mengejar kemajuan litbangrap iptek sel punca dunia semakin besar, harapan untuk mengobati berbagai penyakit degenerative dan penyakit yang sampai sekarang belum ada obatnya semakin besar.

Indikator keluaran (output) dari kegiatan ini adalah tersusunnya peta dan hasil kajian pengembangan kebijakan riset Iptek sel punca di Indonesia. Berbagai kegiatan yang dilaksanakan sehubungan dengan kajian ini (wawancara/diskusi dengan para pakar dan stake holder, seminar, kunjungan ke lembaga litbang yang terkait sel punca) memberi dampak penguatan forum komunikasi Academician, Business dan Government (ABG) untuk pengembangan riset

iptek sel punca. Forum komunikasi tersebut menyepakati : 1) Penajaman fokus penelitian litbangrap sel punca di Indonesia pada enam klaster, yaitu : klaster ortopedi, jantung, saraf dan bedah saraf, imunologi, endokrinologi/DM dan ginjal; 2) Roadmap litbangrap sel punca di Indonesia dan rencana aksi enam klaster tersebut.

Indikator hasil (outcome) dari kegiatan ini adalah : (1) Meningkatnya kemampuan institusi riset sel punca; (2) Meningkatnya kapasitas iptek sel punca untuk terapi penyembuhan berbagai penyakit; (3) Meningkatnya pemahaman pemanfaatan teknologi sel punca pada masyarakat; (4) Meningkatnya efektivitas upaya pengobatan di Indonesia.

Tindak Lanjut• Kajian Pengembangan Kebijakan Riset Iptek Sel Punca

perlu ditindak lanjuti sehubungan dengan pesatnya perkembangan teknologi pengobatan berbasis sel punca di dunia dan potensi Indonesia untuk mengejar kemajuan litbangrap iptek sel punca dunia semakin besar.

• Kajianiniperluditindaklanjutidenganpenyusunanrencanaaksi bersama dengan pembentukan Advance Biomolecular Centre (ABC) dan penyusunan konsep Collaborative Infrastructure Network. Hasil kajian ini agar digunakan sebagai masukan program Riset Strategis Sel Punca.

PublikasiKegiatan ini telah dipublikasikan di media on-line (www.

ristek.go.id) dengan judul : “Pengembangan Teknologi Sel Punca di UNAIR Surabaya Membanggakan” tertanggal 16 Februari 2010; “Kebijakan litbangrap Iptek Sel Punca dan Sistem Inovasi Nasional” tertanggal 21 Oktober 2010.

Hasil kegiatan juga diseminarkan, judul : “Kebijakan dan Peta Jalan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan iptek Sel Punca di Indonesia”, diselenggarakan di Kementerian Riset dan Teknologi pada tanggal 20 Oktober 2010.

Page 123: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

115

KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SENYAWA PERSISTENT ORGANIC POLLUTANTS (POPS) DI INDONESIA

Dr. Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr Asisten Deputi Kompetensi Kelembagaan, Deputi Bidang Kelembagaan IptekAnggaran : Rp 200.000.000,-Lokas i: Jakarta

DiskripsiBahan pencemar organik yang persisten (persistent

organic pollutants) atau lebih dikenal dengan POPs memiliki sifat beracun, sulit terurai, bersifat bioakumulatif dan berpindah tempat melalui media udara, air, dan spesies, serta melintasi batas internasional yang jauh dari sumber atau tempat pelepasannya. Sifat tersebut harus diwaspadai mengingat dampaknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

Terdapat 12 senyawa kimia yang diklasifikasikan sebagai POPs, sembilan di antaranya merupakan senyawa yang terkandung dalam pestisida, yaitu aldrin, chlordane, DDT, dieldrin, endrin, heptachlor, hexachlorobenzene, mirex, dan toxaphene. Satu senyawa merupakan hasil dari industri kimia, yaitu polychlorinated biphenyls (PCB), sedangkan dua senyawa, yaitu polychlorinated dibenzo-p-dioxins dan polychlorinated dibenzofurans merupakan hasil samping dari industri kimia.

Keberadaan senyawa POPs di Indonesia merupakan suatu dilema karena sesungguhnya berbagai peraturan telah melarang untuk menggunakan atau mengimpor senyawa tersebut, namun kenyataannya masih dijumpai di lingkungan.

Tujuan kegiatan kajian ini adalah menyusun rumusan rekomendasi kebijakan pengelolaan senyawa POPs dengan mengikuti kaidah ramah lingkungan, dengan sasaran tersusunnya suatu rumusan rekomendasi kebijakan pengelolaan senyawa POPs di Indonesia.

Kegiatan yang dilakukan meliputi : Penelusuran sumber-sumber pustaka melalui buku, laporan, jurnal, media massa, internet, serta forum-forum komunikasi, seminar, lokakarya. Kegiatan ini dilaksanakan dengan membentuk tim pelaksana yang terdiri dari para peneliti terkait dengan bidang keahliannya. Tim pelaksana inilah yang merupakan tenaga inti melaksanakan kajian berkaitan dengan aspek substansi antara lain meliputi pengumpulan dan pengolahan data, analisis, perumusan, dan penyusunan konsep. Untuk memperkaya bahan masukan dan pandangan, diminta masukan dari nara sumber yang berasal dari beberapa institusi.

Output/Outcome Pengelolaan senyawa POPs dapat dilakukan dengan

memperhatikan aspek lingkungan (environmentally sound management / ESM). Menurut UNEP, terdapat 6 aspek yang perlu dicakup dalam menjalankan ESM yaitu : kerangka kebijakan dan hukum; pencegahan dan peminimalan bangkitan limbah; penelusuran dan pemetaan hot spot POPs; sampling, analisis, dan pemantauan; penanganan, pengumpulan, pengepakan, penandaan, pemindahan, dan penyimpanan; serta pembuangan berwawasan lingkungan.

Teknik pengolahan senyawa POPs dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu pengolahan secara biologi dan kimia fisik. Teknik pengolahan secara biologik lazim disebut bioremediasi, dan bila secara khusus menggunakan tanaman/

Page 124: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

116

tumbuhan, maka disebut fitoremediasi. Teknik bioremediasi terdiri dari landfarming, biopile, composting, dan bioslurry, sedangkan teknik fitoremediasi mencakup phytoextraction, phytostabilization, phytofiltration, phytostimulation, dan phytovolatilization. Teknik pengolahan senyawa POPs secara kimia fisik dapat dikelompokkan ke dalam 2 bagian yaitu pengolahan secara thermal dan non thermal. Pengolahan secara thermal mencakup pyrolisis, thermal desorption, catalized dehalogenation, combustion system, dan plasma arc, sedangkan pengolahan secara non thermal mencakup landfillcap, vaporextraction, solidification, dan electrochemical oxidation.

Di Indonesia, penelitian dan penanganan tentang POPs terutama di lingkungan pertanian belum mendapat perhatian yang besar. Padahal, hampir semua jenis POPs tersebut berada di lingkungan pertanian melalui formulasi pestisida terutama pestisida golongan organoklorin. Penggunaan pestisida organoklorin di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1965. Sejak tahun 1980 pestisida golongan organoklorin sudah tidak digunakan lagi di lingkungan pertanian, namun residunya masih ditemukan di tanah, air dan tanaman.

Penggunaan DDT telah dibuktikan masuk ke dalam sistem jejaring makanan (foodweb). Sejumlah studi yang dilakukan terhadap ibu menyusui memperlihatkan bahwa ASI telah tercemar oleh DDT pada berbagai konsentrasi. Misalnya saja penelitian di daerah Pengalengan Jawa Barat memperlihatkan adanya turunan DDT dalam ASI hingga kadar 0,2736 µg/mL. Penelitian serupa di wilayah Tambora (Jakarta Barat) menunjukkan DDT dalam ASI dapat mencapai kadar 0,440 µg/mL dan di daerah Pacet (Cianjur) m encapai 0,252 µg/mL. Padahal ambang batas dengan merujuk kepada World Health Organization (WHO) adalah tidak lebih dari 0,05 µg/mL. Demikian juga studi yang dilakukan pada kerang hijau dari sejumlah tempat di perairan Indonesia menunjukkan adanya cemaran DDT hingga 3,1 ng/g, PCB 2,7 ng/g, klordan 0,5 ng/g, HCH 0,1 ng/g serta HCB 0,03 ng/g. Demikian pula penelitian pada tanaman wortel memperlihatkan adanya aldrin hingga 0,698 µg/g. Menurut dokumen National

Implementation Plan on Elimination and Reduction of POPs in Indonesia 2008, adalah bahwa aldrin tidak pernah terdaftar di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pengawasan penegakan peraturan di Indonesia masih lemah.

Upaya pengelolaan senyawa POPs di Indonesia mengalami berbagai kendala antara lain : • Alat yang dapat mengukur senyawa-senyawa POPs

secara akurat pada umumnya masih sangat jarang karena mahalnya peralatan tersebut.

• Bahanyangdihadapiadalahsulitnyamendapatkanbahan-bahan kimia yang diperlukan dalam analisis senyawa POPs seperti larutan standard yang dibutuhkan dalam analisis senyawa POPs.

• Minatparapenelitiyanginginmendalaminyamasihsangatterbatas.

Dari hasil diskusi dengan lembaga penelitian, baik LPNK maupun LPK, telah dilakukan berbagai penelitian dalam upaya pengelolaan senyawa POPs oleh lembaga penelitian tersebut. Namun, lingkup atau topik penelitiannya berbeda satu sama lain dan belum terlihat adanya kerjasama riset. Riset yang dilakukan juga disesuaikan dengan kemampuan alat ukur yang tersedia, sedangkan untuk senyawa UPOPs belum banyak dilakukan karena alat analisis dan samplingnya yang mahal dan sampel harus dianalisis di luar negeri karena belum ada laboratorium yang memiliki alat analisis senyawa UPOPs.

Lembaga penelitian LIPI melakukan penelitian pengelolaan senyawa POPs dengan menggunakan biota air untuk menyerap senyawa POPs. Penelitian tentang proses bioakumulasi/biofiltrasi ini mengunakan berbagai jenis tanaman air.

Lembaga penelitian BATAN dalam skala terbatas juga melakukan penelitian dalam upaya pengelolaan senyawa POPs di Indonesia dengan memerankan aplikasi teknik nuklir. Kemampuan penelitiannya adalah mempelajari perilaku sorpsi-desorpsi senyawa POPs pada tubuh biota dengan menggunakan zat perunut radioaktif. Prinsipnya adalah

Page 125: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

117

simulasi limbah POPs yang akan digunakan pada penelitian proses bioakumulasi terlebih dahulu ditambahkan carrier yaitu limbah POPs sejenis yang telah dimodifikasi sehingga bersifat zat radioaktif.

Lembaga penelitian BPPT dalam upaya pengelolaan senyawa POPs lebih banyak bergerak di bidang pengembangan teknologi pengolahan. Beberapa teknologi pengolahan telah dikuasai dan telah diterapkan di beberapa lokasi. Saat ini BPPT sedang mengembangkan riset yang terkait dengan pengelolaan senyawa POPs mencakup bioremediasi tanah tercemar minyak berat dangan teknik biopile, bioremediasi oil drilling mud dengan teknik landfarming, fitoremediasi tanah tercemar minyak pasca penanganan dengan biopile, dan bioremediasi air tercemar minyak dengan teknik integrated biotreatment-pump and biotreatment.

Lembaga penelitian di Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian telah melakukan penelitian senyawa POPs sejak tahun 1980-an, dan telah memiliki peralatan analisis residu pestisida seperti GC, HPLC dan Spektrofotometer serta bahan standar. Pada tahun 2006 Badan Litbang Pertanian membentuk Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan) di bawah koordinasi Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) yang memiliki mandat dalam hal penelitian dan pengendalian pencemaran lingkungan pertanian dan Gas Rumah Kaca (GRK). Pada tahun 2009, Balingtan telah berupaya mengendalikan residu POPs (lindan) di tanah dengan penggunaan arang aktif yang dibuat dari limbah pertanian seperti tempurung kelapa, sekam padi dan tongkol jagung dan mampu menurunkan kadar residu lindan hingga > 50%.

Tindak Lanjut Berdasarkan kemampuan peralatan, sumberdaya

manusia, lingkup penelitian yang ada di berbagai lembaga penelitian, dan jejaring sesama pelaku penelitian, maka arah kebijakan riset yang direkomendasikan adalah :

• Pengembangan teknologi substitusi POPs, misalnya dibidang pertanian dengan mengembangkan biopestisida.

• Pengembangan teknologi remediasi lahan & perairantercemar POPs (misalnya senyawa DDT).

• Penerapan teknologi monitoring POPs dan UPOPs diindustri (dioksin dan furans).

Agar kebijakan riset yang direkomendasikan tersebut dapat berjalan dengan baik, maka perlu adanya suatu pendanaan khusus riset yang terkait dengan implementasi ke tiga rekomendasi kebijakan tersebut. Dana riset tersebut diharapkan menjadi wadah melakukan kolaboratif riset antar lembaga penelitian yang terlibat dalam upaya pengelolaan senyawa POPs di Indonesia.

PublikasiHasil kajian ini telah dipublikasikan pada forum Seminar

dengan judul ”Tingkatkan Koordinasi Riset Persistent Organic Pollutants/Pops” dengan alamat website adalah: http://www.ristek.go.id/index.php?module=News%20News&id=7114

Page 126: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

118

Page 127: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

119

PENGEMBANGAN BUDAYA PEMANFAATAN PANGAN FUNGSIONAL DAN OBAT BAHAN ALAM

Dra. Vemmie Diana Koeswara, MAAsisten Deputi Budaya dan Etika, Deputi Bidang Kelembagaan IptekAnggaran : Rp. 350.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiIndonesia merupakan negara tropis yang mempunyai

berbagai macam jenis tanaman dan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan fungsional dan obat bahan alam. Tanaman yang berfungsi sebagai pangan fungsional dan obat bahan alam sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Berbagai tanaman yang berfungsi sebagai pangan fungsional dan penyediaan konsumsi pangan tradisional yang bermanfaat sebagai pangan fungsional dan pemanfaatan tanaman obat bahan alam sebagai bahan obat-obatan herbal, di Indonesia telah dikembangkan dan dimanfaatkan melalui industri rumah tangga. Saat krisis ekonomi, cukup banyak masyarakat yang mengembangkan usaha ini. Selain memberi kontribusi ekonomi, berkembangnya usaha industri rumah tangga bidang pangan fungsional dan obat herbal dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan obat-obatan yang cukup aman.

Indonesia menduduki negara terkaya kedua di dunia setelah Brazillia dalam hal keanekaragaman hayati. Seperti kita ketahui bahwa di bumi kita ini tumbuh sekitar 40.000 spesies tumbuhan, dimana 30.000 spesies tersebar di kepulauan Indonesia. Diketahui pula sebanyak 9.600 spesies tumbuhan berkhasiat sebagai bahan pangan fungsional dan lebih dari 300 spesies telah digunakan sebagai bahan obat bahan alam asli Indonesia yang telah diproduksi oleh industri. Hal ini menjadi tantangan bagi seluruh bangsa Indonesia, baik pemerintah, kalangan peneliti, profesi kesehatan dan masyarakat umum, untuk dapat menjaga, melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan kekayaan alam yang sedemikian besar untuk kemakmuran seluruh bangsa.

Bangsa Indonesia telah memanfaatkan keanekaragaman hayati ini secara turun temurun sebagai bahan untuk meningkatkan kebugaran dan stamina yang sekarang

disebut dengan nama pangan fungsional. Juga untuk pengobatan penyakit secara tradisional yang diracik dalam bentuk jamu maupun dikonsumsi secara langsung yang disebut dengan obat herbal. Namun demikian pemanfaatan dan pengembangannya pada awalnya masih dilakukan secara tradisional dan belum ada dasar penelitiannya di laboratorium, termasuk belum dikenal masyarakat secara luas.

Dalam perjalanannya, pemanfaatan dan pengembangan pangan fungsional dan obat bahan alam ini terus dilakukan, baik untuk keperluan keluarga maupun dikomersilkan melalui industri rumah tangga, Bahkan ada yang dikembangkan dalam industri besar. Implikasinya, masyarakat semakin menyadari arti penting pangan fungsional dan obat bahan alam ini serta terus berusaha mengembangkan. Para para peneliti pun melakukan penelitian-penelitian dan mendorong masyarakat mulai menanamnya kembali.

Guna lebih meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pelestarian dan pemanfaatan pangan fungsional dan obat bahan alam diperlukan penyebaran informasi dan sentuhan-sentuhan iptek secara lebih luas. Untuk itu dibutuhkan pengembangan budaya iptek yang terarah dan sistimatis dalam mempengaruhi atau mengubah pola pikir, pola tindak, dan pola sikap masyarakat serta penghargaan terhadap local wisdom yang telah tumbuh dan berkembang di masyarakat melalui sentuhan-sentuhan iptek.

Tujuan kegiatan Pengembangan Budaya Pemanfaatan Pangan Fungsional dan Obat Bahan Alam adalah :• menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat dalam

pemanfaatan pangan fungsional dan obat bahan alam; • meningkatkankontribusiiptekdalammemenuhikebutuhan

masyarakat tentang manfaat tumbuhan Indonesia sebagai bahan pangan fungsional dan obat-obatan bahan alam

Page 128: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

120

• mendapatkanalternatifpolicy yang cukup komprehensif di dalam memperkuat budaya iptek di masyarakat terutama penguasaan dan pemanfaatan iptek di bidang kesehatan dan obat-obatan.

Sasaran dari kegiatan ini adalah sosialisasi tentang pengembangan budaya pangan fungsional dan obat bahan alam.

Metodologi kegiatan dilaksanakan melalui :• pengumpulan data melalui studi pustaka dan searching

internet serta kunjungan langsung ke institusi/lembaga terkait guna memperoleh data dan informasi yang akurat sebagai bahan masukan kegiatan dan

• pelaksanaan kegiatan untukmencapai tujuan yang telahditetapkan, dilakukan dalam beberapa tahap pelaksanaan dengan melibatkan para stakeholder dari berbagai instansi, yaitu: koordinasi dengan berbagai institusi di pusat dan daerah; pengumpulan data/informasi; konsinyering dan forum diskusi dalam peningkatan pemanfaatan pangan fungsional dan obat bahan alam; penyusunan buku bahan sosialisasi serta sosialisasi.

Output/Outcome Manfaat dari kegiatan pengembangan budaya

pemanfaatan pangan fungsional dan obat bahan alam adalah :• peningkatan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan

iptek bagi penyediaan dan pengolahan pangan fungsional dan obat bahan alam - penggunaan dan pemanfaatan tanaman sebagai pangan fungsional dan obat bahan alam di masyarakat baru terbatas kebiasaan. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan yang dapat memberikan sentuhan-

sentuhan teknologi berkaitan dengan pemanfaatan dan pengembangan tanaman obat alam dan pangan fungsional ini.;

• peningkatansinergi lembaga lembagapenelitiansebagaipenghasil iptek dalam pemanfaatan pangan fungsional dan obat bahan alam - perlu adanya insentif dari pemerintah dalam pengembangan pemanfaatan tanaman pangan fungsional dan tanaman obat bahan alam baik kepada masyarakat, peneliti dan industri-industri yang melakukannya dan juga memberikan perlindungan terhadap hasil penemuan-penemuan dan inovasi bidang pangan fungsional dan obat bahan alam, selain melakukan pengawasan dan penyuluhan-penyuluhan.

Tindak Lanjut Perlu dilakukan kegiatan aksi yang mendukung kegiatan

pengembangan budaya pemanfaatan pangan fungsional dan obat bahan alam dengan melibatkan instansi terkait seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan.

Publikasi Kajian ini telah dipublikasikan melalui website

Kementerian Riset dan Teknologi (www.ristek.go.id) berupa laporan kegiatan forum diskusi dan sosialisasi pengembangan budaya pemanfaatan pangan fungsional dan obat bahan alam serta penyusunan buku pangan fungsional dengan judul “50 pertanyaan populer tentang Pangan” dan obat bahan alam dengan judul “Mengenal Obat Bahan Alam - Menuju Indonesia Sehat” sebagai bahan untuk sosialisasi ke berbagai daerah dalam rangka memasyarakatkan dan membudayakan iptek bidang pangan fungsional dan tanaman bahan obat alam kepada masyarakat.

Page 129: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

121

PENGUATAN IPTEK SARANA PRASARANA LITBANG KESEHATAN

Dr. Ir. Agus Puji Prasetyono, M.Eng.Asisten Deputi Investasi IPTEK, Deputi Bidang Sumber Daya IptekAnggaran : Rp. 500.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiDalam Undang Undang Dasar 1945 tercantum jelas cita-

cita bangsa Indonesia yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan nasional tersebut adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan dunia, perdamaian abadi serta keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakan pembangunan yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terarah dan terpadu, termasuk diantaranya pembangunan kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pasal 21 mengamanatkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berperan mengembangkan instrumen kebijakan untuk melaksanakan fungsi menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitas, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia, dalam bentuk dukungan Sumber Daya, Dukungan Dana, Pemberian Insentif, Penyelenggaraan Program Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan Pembentukan Lembaga.

Untuk mewujudkan pembangunan kesehatan salah satu unsur dukungan yang dibutuhkan adalah dukungan sumber daya diantaranya adalah sumber daya Sarana Prasarana Litbang Kesehatan. Dimana Sarana Prasarana Litbang Kesehatan diarahkan untuk mencapai misi Pembangunan Iptek Kesehatan dan Obat tahun 2025 yang berbunyi ”Terwujudnya Iptek Kesehatan dan Obat yang Tepat Guna dalam Mendukung Tercapainya Indonesia Sehat 2025”. Adapun misi tersebut dicapai melalui penelitian, pengembangan dan penerapan Iptek kesehatan baik di bidang gizi dan makanan, pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, dan bahan baku obat, sediaan obat, perbekalan farmasi serta alat kesehatan atau dapat dikatakan juga dengan sarana dan prasarana litbang kesehatan. Oleh karena itu diperlukan sarana prasarana litbang kesehatan yang memadai sesuai kebutuhan masyarakat.

Dalam rangka perumusan kebijakan Penguatan Iptek Sarana Prasarana Litbang Kesehatan dibutuhkan data dan peta yang akurat dan komprehensif yang dapat dipakai sebagai instrumen dalam merumuskan kebijakan tersebut, dan salah satu komponen utama dalam upaya pembangunan kesehatan yang berdaya guna dan berhasil guna adalah sumber daya kesehatan, dimana sumber daya kesehatan mempunyai 3 (tiga) unsur yaitu Tenaga, Sarana, dan Pembiayaan.

Oleh karena itu pada tahun 2010 Kementerian Riset dan Teknologi bermaksud melakukan pemetaan yang menghasilkan data dan informasi tentang sarana prasarana litbang kesehatan, yang dilaksanakan dengan pendataan langsung melalui kunjungan ke institusi di bidang

Page 130: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

122

kesehatan di daerah serta pelaksanaan temuwicara dengan mengundang beberapa pakar dan narasumber.

Tujuan dari kegiatan Penguatan Iptek Sarana Prasarana Litbang Kesehatan adalah : 1) Melakukan inventarisasi data sarana prasarana litbang kesehatan di 10 (sepuluh) daerah terpilih sebagai sample; 2) Menyusun rumusan kebijakan penguatan iptek sarana prasarana litbang kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sedangkan sasarannya adalah : a) Terinventarisasikannya data sarana prasarana litbang kesehatan di 10 daerah terpilih; b) Tersusunnya rumusan kebijakan penguatan Iptek sarana prasarana litbang kesehatan.

Metodologi pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu : 1) Pendekatan secara individual yaitu pendekatan terhadap institusi kesehatan baik pusat maupun daerah serta masyarakat, dimana masyarakatpun sebagai obyek dari permasalahan pemenuhan kesehatan perlu didengar dan diperhatikan permasahalannya melalui wawancara dengan random sampling, sehingga data dan informasi yang diperoleh dari dua sisi diharapkan akan ditemukan titik temu permasalahannya yang pada akhirnya akan diperoleh suatu hasil yang bermanfaat dan dapat dijadikan suatu usulan rumusan kebijakan khususnya dalam hal penguatan iptek sarana prasarana litbang kesehatan. 2) Pendekatan secara persuasive melalui pelaksanaan temuwicara, dimana masing-masing kepentingan dapat berdiskusi secara mendalam sehingga ditemukan pokok permasalahan dari masing-masing pihak di berbagai daerah di lokasi pelaksanaan temuwicara tersebut.

Output/OutcomeTerinventarisasinya sarana prasarana litbang kesehatan

di 10 daerah, dan tercapainya penguatan sarana prasarana litbang kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal dimasing-masing daerah sehingga tercipta derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Tindak Lanjut Rekomendasi• Peran ristek sangat diperlukan dalam rangka penguatan

instrumen kebijakan di bidang peningkatan sarana prasarana litbang kesehatan baik di tingkat provinsi maupun secara nasional.

• ProgramInsentifpercepatandanpemanfaataniptekperludiarahkan sebagian untuk meningkatkan sarana prasarana litbang kesehatan, hal ini disebabkan permasalahan kesehatan di daerah yang spesifik dan perlu mendapatkan perhatian guna peningkatan sarana prasarana litbang kesehatan.

• Revitalisasi sarana prasarana litbang kesehatan secaramenyeluruh.

Page 131: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

123

ANALISIS PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN RISET DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI FARMASI

1. Dr. Ir. Masrizal, MSc2. Dr. Eng. Hotmatua Daulay, M. Eng. B.EngAsisten Deputi Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pusat dan Daerah, Deputi Bidang Jaringan IptekAnggaran : Rp. 300.000.000,-Lokasi : DKI Jakarta

DiskripsiKesehatan dan obat-obatan merupakan salah satu

bidang yang sangat penting di masa kini. Realita empirik menunjukkan bahwa kemajuan di bidang ini sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan bangsa. Masyarakat di negara maju memiliki tingkat kesehatan yang baik. Sementara negara-negara miskin masyarakatnya cenderung memiliki tingkat kesehatan yang rendah. Karenanya, badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah menetapkan beberapa aspek dari bidang kesehatan dan obat-obatan seperti penurunan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu dan memerangi HIV/AIDS menjadi prioritas pembangunan dalam rangka percepatan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs).

Menyadari pentingnya bidang kesehatan dan obat-obatan, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk memajukan bidang tersebut. Salah satunya adalah dengan menjadikan bidang kesehatan dan obat-obatan sebagai salah satu dari 6 (enam) bidang prioritas Agenda Riset Nasional (ARN) bersama 5 (lima) bidang lainnya yaitu Ketahanan Pangan; Sumber Energi Baru dan Terbarukan; Manajemen Transpotasi; Informasi dan Komunikasi;5). Pertahanan dan Keamanan; dan Kesehatan dan Obat-obatan (Dewan Riset Nasional, 2006).

Salah satu permasalahan pokok bidang kesehatan dan obat-obatan di Indonesia adalah belum optimalnya hasil dan pemanfaatan riset di bidang ini. Hal ini menyebabkan masih banyaknya penyakit endemik sepert flu burung dan SARS, maupun penyakit kronik dan degeneratif seperti

malaria, tuberkolosis, campak dan polio. Selain itu, hasil riset dalam negeri sangat minim dimanfaatkan oleh pelaku industri farmasi dan mereka lebih memilih hasil riset ataupun produk dari luar negeri. (Saputra et.al, 2008). Dampak dari permasalahan ini adalah harga obat di Indonesia relatif tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya. Dengan mengacu kepada pendapatan masyarakat saat ini, maka konsumsi obat perkapita di Indonesia yang terendah di ASEAN, yaitu hanya sekitar US$ 9 dollar per orang (Departemen Kesehatan RI). Hal ini tentunya sangat ironis, mengingat Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keanekaragaman plasma nutfah yang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan dan obat-obatan.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa salah satu faktor penyebab rendahnya pencapaian riset di Indonesia adalah disebabkan oleh lemahnya interaksi dan sinergi diantara pelaku (aktor) riset itu sendiri, yaitu ; perguruan tinggi, lembaga litbang dan Industri (Amir, 2003, Aiman et. al. 2004; dan Aminullah 2005). Perguruan tinggi lebih memposisikan diri sebagai lembaga pengajaran (teaching institution), lembaga litbang jarang melakukan riset yang terkait dengan kebutuhan industri ataupun pasar. Sedangkan industri jarang atau tidak mengetahui hasil penelitian dalam negeri dan lebih memilih menggunakan produk atau hasil penelitian dari luar negeri.

Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menegetahui hal-hal yang menghambat terjadinya jejaring litbang di sektor farmasi. jejaring (network) iptek merupakan suatu hubungan

Page 132: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

124

antar lembaga litbang yang terkait dan terintegrasi dalam bidang tertentu. Dalam jejaring, terjadi kerjasama aktif antar lembaga litbang baik lembaga pemerintah maupun swasta. Lembaga yang terlibat dalam jejaring diharapkan mampu berfungsi dalam membentuk pola hubungan yang saling memperkuat dalam usaha pengembangan, penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan iptek.

Tujuan kajian adalah untuk mengembangkan sistem jaringan litbang teknologi farmasi untuk peningkatan kerjasama riset dan teknologi antara lembaga iptek pusat dan daerah dalam rangka mendukung peningkatan kesehatan masyarakat.

Sasaran kajian adalah meningkatkan kerjasama di antara pelaku (aktor) inovasi yaitu perguruan tinggi, lembaga litbang dan industri (lembaga litbang pusat dan daerah) dalam pendayagunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mendukung peningkatan kesehatan masyarakat.

Metodologi• Koordinasi pertemuan lembaga litbang - dunia usaha

- pemerintah; antara lain melalui focus group discussion untuk peningkatan kerjasama alih teknologi lembaga litbang dan dunia usaha sektor teknologi farmasi

• Analisisdanevaluasisistemjejaringlitbangsektorteknologifarmasi

• PembaharuandanImplementasisisteminformasilitbangsektor teknologi farmasi

• Pengembangan kebijakan sistem jejaring litbang sektorfarmasi

Output/OutcomeOutput• Laporan yang memuat model pengembangan sistem

informasi jejaring litbang, dengan fokus sektor farmasi

• Rekomendasi pengembangan sistem jejaring litbang,dengan fokus sektor farmasi

Outcome• Terbangunnya sistem jejaring jejaring litbang, dengan

sektor farmasi • Terjalinnya kerjasama antara lembaga litbang-perguruan

tinggi-dunia usaha-pemerintah (ABG) yang terkait dengan sektor farmasi.

Tindak Lanjut• Perlu adanya suatu Jejaring Iptek Obat Indonesia yang

menjadi simpul utama. Simpul utama ini terdiri dari berbagai simpul terkiat dalam pengembangan obat di Indonesia seperti Jejaring GP Farmasi, Jejaring GP Jamu, Asosiasi Professi seperti Himpunan Kimia Indonesia, Himpunan Peneliti Bahan Alam, Konsorsium Biotek Indonesia, dll.

• Simpulutamadikoordinasiolehsuatuinstitusiyangbersifatnetral dan mempunyai kemampuan untuk menyediakan anggaran dalam menstimulasi pelaksanaan program Jejaring.

• Kemenristekdapatdipertimbangkansebagaisimpulutamadari jejaring Iptek industri farmasi (obat) Indonesia.

Kesinambungan dengan kegiatan selanjutnya dalam rangka Pengembangan Jaringan Penyedia Iptek Pusat dan Daerah (Rumah SINAS)• PenyusunanmetodepengukurankekuatanJaringanIptek

Pusat dan Daerah.• Pemetaan Jaringan Iptek Pusat yang terkait dengan

Daerah.• Analisis dan Rancang bangun Jaringan Iptek Pusat dan

Daerah.• PendayagunaanJairngan IptekPusatdanDaerahdengan

memanfaatkan Teknologi Informasi dan Teknologi lainnya.

Page 133: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

125

SISTEM ANALISA DAN MANAJEMEN DATA GENOMIK

Ismail Ekoprayitno Rozi, M.EngHidayat Trimarsanto, B.Sc. (Hons)Anggaran : Rp. 406.895.000,-Lokasi : LBM. Eijkman

DiskripsiLembaga Eijkman adalah lembaga penelitian dalam

bidang biologi molekul, maka seluruh kegiatan dalam sistem analisa dan manajemen data genomik pun secara umum bertujuan untuk menunjang semua penelitian biologi molekul tersebut. Dengan makin bertambahnya fungsi kelembagaan dalam penelitian bidang biologi molekul baik dari segi kuantitas dan kualitasnya, seperti bertambahnya jumlah dan ruang lingkup tema penelitian yang ditangani Lembaga, adanya kerjasama baru dengan beberapa organisasi/instansi atau dikerjakannya tema penelitian baru dan sebagainya, semua itu menuntut peningkatan kinerja dalam pengelolaan informasi dalam laboratorium, termasuk di dalamnya analisa data genomik, agar menjadi lebih baik dan efisien. Dengan begitu tujuan akhir dari penerapan sistem ini adalah pengelolaan sebuah sistem manajemen informasi laboratorium yang praktis dan efesien sesuai dengan kebutuhan laboratorium Lembaga saat ini.

Tujuan kegiatan ini adalah mengembangkan suatu sistem yang dapat mengelola dan menganalisa berbagai informasi yang dihasilkan oleh laboratorium Lembaga Eijkman dan informasi lain yang mendukungnya. Kegiatan yang dilakukan meliputi : 1) pengembangan buku catatan laboratorium elektronik (ELN), 2) pengembangan sistem manajemen informasi laboratorium (LIMS) dan 3) pengadaan perangkat keras komputer dan jaringan untuk menunjang analisa data genomik dengan sistem komputasi paralel.

Sasaran kegiatan ini adalah terbentuknya sebuah sistem manajemen informasi laboratorium dan sistem analisa data genomik yang sistematis dan efisien, yang dapat meningkatkan kinerja laboratorium menjadi lebih baik.

Output/OutcomeHasil sampai dengan tahun 2010 adalah :• Pengembangan perangkat lunak untuk buku catatan

laboratorium elektronik

Masih dalam taraf penjajakan penggunaan beberapa aplikasi open source berbasis web untuk pengecekan lebih mendalam lagi kelebihan dan kelemahan masing-masing, serta dipertimbangkan apakah benar-benar dapat memenuhi kriteria yang diajukan sebagai ELN yang diperlukan di Lembaga Eijkman.

• Pengembanganperangkatlunakuntuksistemmanajemeninformasi laboratorium (LIMS) dan penerapan sistematis kerja laboratorium yang menunjang pelaksanaannya.

Kegiatan LIMS lebih ditekankan kepada pengumpulan data mengenai LIMS yang sesuai diterapkan di Lembaga, bagaimana mengimplementasinya dan pengenalan LIMS melalui seminar dan diskusi internal.

• Pengadaan perangkat keras dan lunak untuk sistemkomputasi paralel.

Untuk tahap I telah terealisasi pengadaan perangkat keras sistem komputasi paralel yang diperlukan yaitu sebuah komputer paralel Blade Center E Chassis beserta unit Blade-nya sebanyak 1 unit. Untuk perangkat penunjang telah terealisasi sistem rackmount KVM (keyboard, video and mouse) dan sistem sensor mini untuk memonitor temperatur dan kelembaban di ruangan server.

Tindak Lanjut Diterapkannya penanganan sistem informasi manajemen

berbasis komputer di Lembaga Eijkman, khususnya yang berhubungan dengan data genomik, akan dapat meningkatkan kinerja SDM dan berdampak signifikan bagi kemajuan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Page 134: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

126

Page 135: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

127

KELAINAN MEMBRAN PROTEIN SEL DARAH MERAH

dr. Alida Harahap, SpPK,PhDAnggaran : Rp. 241.446.000,-Lokasi : Lembaga Biologi Molekuler Eijkman

DiskripsiAnemia merupakan masalah menyeluruh di Indonesia,

yang dapat disebabkan oleh defisiensi nutrisi seperti besi, penyakit infeksi kronis, dan juga kelainan genetik sel darah merah, terutama hemoglobinopati. Penelitian hemoglobinopati di Lembaga Eijkman, terutama thalassemia, sudah dimulai sejak awal dimulainya aktivitas penelitian di lembaga ini. Akan tetapi dengan berkembangnya penelitian di Lembaga Eijkman, penelitian di hemoglobinopati yang lain seperti anemia yang disebabkan oleh kelainan membran sel darah merah juga dilakukan melalui kerja sama dengan para klinisi yang menangani pasien tersebut. Ada beberapa protein membran sel darah merah yang punya peranan penting dalam menjaga integritas dan fleksibilitas dari membran sel darah merah seperti protein Band 3, Spectrin, Ankyrin, Protein 4.1 dan Protein 4.2.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada peranan kelainan membran protein sel darah merah terhadap anemia hemolitik. Dengan mengetahui pengaruh kelainan membran protein sel darah merah, dapat diimplementasikan dalam penanganan pasien dengan kelainan sel darah merah, dengan harapan dapat meringankan gangguan klinis. Untuk menganalisa protein mana yang menyebabkan kelainan di membran sel darah merah, SDS-PAGE / Western Blot digunakan untuk melihat ekspresi dari protein mana yang bermasalah secara kuantitatif. Sementara ini, penelitian di membran sel darah membran terfokus kekelainan di protein Band 3 yang akan diperiksa pada level DNA (PCR

dan sequencing) dan protein (2DE). Interaksi antara protein Band 3 dengan protein lainnya di sel darah merah juga akan menjadi fokus di masa yang akan datang.

Output/OutcomeBanyak dari pasien yang datang dengan keluhan anemia

dan ketergantungan pada transfusi darah ternyata tidak hanya disebabkan oleh thalassemia tetapi disebabkan oleh kelainan membran sel darah merah seperti sferocitosis herediter dan ini penting dalam penanganan pasien atau dalam pemberian obat. Dari segi biomolekuler, kita juga bisa melihat korelasi antara mutasi pada level DNA bisa menyebabkan protein yang disfungsional sampai menyebabkan gejala klinis tertentu pada pasien yang mungkin di masa depan bisa digunakan untuk mempermudah diagnosis para klinisi.

Tindak Lanjut Perlu mempelajari interaksi protein-protein membran

sel darah merah untuk mengetahui mengapa mereka bisa menyebabkan membran yang lebih rentan terhadap lisis sehingga menyebabkan hemolitik anemia.

Publikasi Presentasi Poster pada Eijkman-Institute and NEHCRI Joint

Symposium on Human Genetics and Infection : Towards better management of disease, Desember, 2010. Titel : Analyzing Band 3 Mutation(s) in Transfusion-dependent Hereditary Spherocytosis Patient.

Page 136: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

128

Page 137: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

129

THALASSEMIA DAN HEMOGLOBINOPATI : DEFEK MOLEKUL SERTA PATOMEKANISME MUTASITHALASSEMIADAN HEMOGLOBINOPATI

Penanggung Jawab Kegiatan :1. dr. Iswari Setianingsih, SpA, PhD2. Ita Margaretha Nainggolan, SSi, MBiomed3. Mewahyu Dewi, SSi, MBiomed4. Anak Agung Megawati, SSi5. Maria Swastika, SSi6. dr. Maria Dewi7. Denny FeriandikaAnggaran : Rp. 207.196.000Lokasi : kegiatan penelitian thalassemia dan hemoglobinopati adalah Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, sedangkan untuk pengambilan sampel dilakukan di Sumba, Ternate dan Papua

DiskripsiThalassemia dan hemoglobinopati merupakan

kelainan genetik yang paling sering ditemukan di dunia, dan merupakan masalah kedokteran dan sosial yang sangat penting di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh tidak efisiennya pembentukan hemoglobin sehingga terjadi abnormalitas serta gangguan fungsi sel darah merah. Penderita thalassemia major (berat) seumur hidup memerlukan transfusi darah secara berkala, sering sekali tiap satu bulan, dan itupun tidak menjamin kualitas hidup, yang nyatanya sering tetap tidak baik. Dengan frekuensi pembawa sifat yang bervariasi sekitar 5-10% di Indonesia, penyakit ini merupakan beban finansial besar dan penghasil sumber daya manusia kurang berkualitas. Untuk mengurangi jumlah penderita cara terbaik masih dengan mencegah lahirnya penderita baru, yang memerlukan pendekatan majemuk, mulai dari pendidikan masyarakat, pemeriksaan pra-nikah dan diagnosis prenatal.

Efektivitas penanganan masalah thalassemia sangat tergantung pada adanya data jenis cacat molekul tersering pada populasi yang bersangkutan, serta kaitannya dengan variasi ekspresi klinik dari penyakit. Dengan tingginya keanekaragaman genetik manusia di kepulauan Nusantara, penentuan tipe mutasi yang mendasari thalassemia di berbagai populasi Indonesia menjadi sangat penting. Selama

periode 2000-2009 laboratorium kami telah memfokuskan diri untuk menentukan cacat molekul yang mendasari thalassemia α dan β di berbagai populasi utama Indonesia, serta deteksi cacat molekul thalassemia-α dan β yang terletak di luar gen globin-α dan β. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan pengalaman di lapangan (populasi normal atau pasien) kami mengidentifikasi beberapa masalah yang penting dan menarik untuk diteliti.

Studi populasi yang telah dilakukan pada tahun 2000-2006 mencakup populasi Sumatera, Jawa, Sulawesi dan NTB. Oleh karena itu masalah thalassemia di Indonesia Bagian Timur belum dapat diketahui. Berdasarkan data klinis dari ahli medik setempat, kasus-kasus di Jakarta yang berasal dari wilayah ini serta hasil penelitian di PNG (REF), mengindikasikan masalah thalassemia tidak jarang di wilayah ini. Studi populasi di wilayah Indonesia Bagian Timur (Maluku, NTT dan Papua) akan dilakukan pada tahun I sampai dengan tahun III.

Penelitian terdahulu juga telah berhasil mengidentifikasi 30 jenis mutasi thalassemia-β dan 9 jenis mutasi, thalassemia-α. Pengetahuan mengenai cacat molekul yang mendasari thalassemia-β dan -α tersebut telah digunakan untuk mengembangkan program pencegahan dan penatalaksanaan penyakit thalassemia-β dan -αserta prosedur

Page 138: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

130

diagnosis yang cepat dan dapat diandalkan berdasarkan teknik PCR-RFLP, PCR multipleks dan PCR-ARMS. Deteksi mutasi thalassemia dilakukan berdasarkan manifestasi klinis dan hematologi yang dapat menentukan jenis thalassemia (α atau β) dan kemungkinan jenis mutasinya. Tetapi kami mendapatkan kasus yang jenis mutasinya tidak terdeteksi dan ternyata jenis thalassemia tidak sesuai dengan parameter hematologi. Bahkan tidak jarang parameter hematologi tidak khas untuk thalassemia karena ada kombinasi dengan kelainan sel darah merah jenis lain.

Mutasi thalassemia-α yang dideteksi pada penelitian terdahulu dan sangat spesifik untuk populasi Indonesia adalah mutasi Codon 59 atau biasa disebut Hb Adana dan mutasi PNG. Kedua mutasi ini menyebabkan manifestasi klinis yang cukup serius yaitu hydrops fetalis dalam bentuk homosigot Codon 59 dan thalassemia major bila mutasi Codon 59 berkombinasi dengan mutasi PNG. Karena jenis mutasi ini jarang ditemukan di negara lain maka penelitian mengenai patomekanisme mutasi ini belum banyak dilakukan.

Proyek penelitian yang diusulkan untuk periode tahun 2010 merupakan tahun pertama dari proyek baru untuk studi populasi di Indonesia Bagian Timur. Pada tahun-tahun selanjutnya akan diteliti/dipelajari cacat molekul thalassemia-α dan -β serta faktor genetik yang mempengaruhi pada kasus-kasus dengan manifestasi klinis dan hematologi tidak khas dan patomekanisme beberapa mutasi thalassemia-α dan thalassemia-β yang didapatkan di populasi/pasien Indonesia tetapi belum pernah diteliti oleh negara lain.

Output/OutcomeHasil penelitian yang diperoleh selama tahun 2010 adalah

sebagai berikut : • Dideteksi cacat molekul populasi di Maluku Utara, yaitu

Pulau Ternate hingga ke level molekular, dan mendapatkan hasil adanya cacat molekul thalassemia-α, pembawa sifat thalassemia-β, HbE, SAO dan kombinasi diantaranya.

• DideteksicacatmolekulpopulasidiNTT,yaituPulauSumbahingga ke level molekular, dan mendapatkan hasil adanya cacat molekul thalassemia-α, pembawa sifat thalassemia-β, HbE, SAO dan kombinasi diantaranya.

• DitemukannyamutasiPNGdisampelPapua(darikelompokpeneliti malaria), yaitu mutasi yang terletak di luar gen

globin-α tetapi mempengaruhi (menurunkan) ekspresi gen globin-α. Dari hasil deteksi mutasi PNG menggunakan metode PCR-RFLP didapat 2 (dua) orang positif.

• Telahdilakukanujicobapenggunaantekniklaboratoriumbaru, yaitu metode StripAssay dan MLPA Multiplex Ligation-dependent Probe Amplification).

• Metode deteksi mutasi menggunakan teknik MLPA(sekarang mulai digunakan untuk kasus thalassemia-β dan -α yang manifestasi klinis dan hematologi tidak khas atau mutasinya tidak dapat ditemukan dengan metode deteksi mutasi rutin yang terdapat di Lembaga Eijkman.

• TelahdilakukanworkshopdanseminarThalassemiapadaakhir tahun 2010. Tujuan dari workshop ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa penyakit ini tidak jarang ditemukan di Indonesia serta membangun jaringan peneliti thalassemia dan hemoglobinopati di seluruh Indonesia.

Tindak Lanjut Dengan didapatkan masalah yang harus segera

diselesaikan, dan perkembangan teknologi yang sangat dinamik dan kritikal sesuai masalah yang dihadapi saat mengaplikasikan hasil penelitian, perlu dilakukan optimasi teknologi deteksi mutasi yang dapat menjadi alternatif atau penunjang metode deteksi mutasi yang sudah rutin dipergunakan.

Hasil penelitian periode ini sesuai dengan prediksi bahwa thalassemia dan kelainan sel darah merah lain tidak jarang di Indonesia Bagian Timur bahkan frekuensinya sangat tinggi. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh (1). mekanisme pertahanan manusia terhadap infeksi malaria, dan/atau (2) migrasi penduduk yang membawa mutasi dan perkawinan terbatas antar penduduk setempat (“founder effect”). Berdasarkan hasil ini, perlu dievaluasi sarana diagnosis kelainan sel darah merah di wilayah Indonesia Bagian Timur dan dipertimbangkan untuk meningkatkan sarana dan kemampuan tenaga professional di daerah tersebut.

Publikasi Salah satu hasil penelitian telah dipublikasikan di jurnal

internasional yaitu : Nainggolan IM., Harahap A, Setianingsih I. 2010. Hydrops fetalis associated with homozygosity for Hb Adana [alpha59(E8)Gly-->Asp (alpha2)].Hemoglobin. 34(4):394-401.

Page 139: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

131

Page 140: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

132

Page 141: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

133

KEANEKARAGAMAN GENOM MANUSIA DAN PENYAKIT

Prof. dr. Herawati Sudoyo, PhD Anggaran : Rp. 222.166.000,-Lokasi : Lembaga Biologi Molekuler Eijkman

DiskripsiIndonesia merupakan negara maritim yang didiami oleh

lebih dari 220 juta penduduk dengan memiliki 728 kekayaan bahasa dan didiami oleh lebih dari 500 populasi yang etnik yang memiliki keragaman budaya, yang pada hakekatnya menggambarkan keanekaragaman genetiknya. Penelitian keragaman genom manusia terutama ditujukan dalam kaitannya dengan berbagai variasi DNA (yang disebut sebagai polimorfisme) maupun mutasi yang berhubungan dengan berbagai penyakit daerah tropik (seperti thalassemia dan hemoglobinopati serta kelainan membran sel darah merah) yang terjadi pada daerah endemik malaria. Pengumpulan data mengenai variasi urutan genom manusia (single nucleotide polymorphism-SNP) akan memberikan informasi penting mengenai kerentanan maupun ketahanan terhadap penyakit, di samping memberikan pemahaman mengenai sejarah dan identitas manusia serta hubungan antara genetika manusia dengan antropologi budaya, sejarah dan bahasa.

Penelitian keanekaragaman genetik di Lembaga Eijkman bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai keanekaragaman genom manusia di kawasan Nusantara. Studi struktur populasi dipusatkan pada analisa variasi urutan basa DNA mitokondria, single tandem repeats (STR) pada kromosom autosom maupun kromosom Y yang merupakan marka netral tidak terkait penyakit. Penelitian fundamental seperti ini bersifat strategis karena aplikasi kedokterannya nyata karena struktur populasi telah dibuktikan memiliki kaitan erat dengan berbagai penyakit genetik manusia yang disebabkan oleh penyakit malaria endemik. Variasi protein membran sel darah merah mungkin mempunyai hubungan dengan perjalanan penyakit dari infeksi malaria. Manifestasi klinik penyakit virus acapkali dihubungkan dengan subtipe genotip virus yang memiliki kaitan dengan struktur populasi.

Dari sudut mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, penelitian terdahulu memberikan indikasi tipe genetik virus ternyata mengikuti struktur populasi yang ada yang akan berdampak pada pengobatan, manajeman penyakit maupun jenis vaksin yang digunakan.

Disamping itu informasi mengenai variasi genetik dari berbagai populasi juga penting untuk pemahaman mengenai sejarah dan identitas manusia Indonesia, dinamika migrasi penduduk dan pola adaptasinya. Penelitian berkesinambungan ini merupakan suatu program besar tentang genomik yang bertujuan untuk memanfaatkan keanekaragaman genetik populasi kepulauan Nusantara guna mencari berbagai faktor yang penting sebagai penentu kerentanan (predisposisi) maupun ketahanan (resistensi) terhadap berbagai penyakit. • Kami telah mempelajari hubungan kekerabatan antara

berbagai kelompok etnik yang berdiam di kepulauan Indonesia, mulai dari Sumatera walaupun masih terbatas pada kelompok yang tinggal di Indonesia bagian barat, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Metode yang digunakan adalah dengan menganalisa urutan basa (sekuens) daerah DNA mitokondria yang sangat bervariasi (D-loop, gelung D). Daerah ini sangat unik karena mengalami evolusi yang sangat cepat Variasi sekuens yang terdapat pada daerah gelung D, terjadi 25-50 kali lebih cepat dari gen inti sehingga cocok untuk digunakan dalam mempelajari genetika populasi.

• Markanetrallainyangjugadigunakanuntukmempelajaristruktur populasi adalah kromosom Y (NRY), yang diturunkan dari pihak laki-laki. Marka ini, seperti juga marka mitokondria yang unik untuk penurunan maternal, telah dapat memperlihatkan adanya migrasi yang unik dari sudut paternal.

Page 142: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

134

• Lembaga Eijkman, merupakan salah satu pendirikonsorsium 17 negara yang disebut sebagai Pan-Asian SNP Initiative yang memiliki tujuan bersama untuk mempelajari keragaman genetik di antara populasi Asia serta gambaran pola migrasi populasi Asia. Studi ini yang menggunakan 50,000 SNP yang berasal dari kromosom autosom.

Salah satu faktor luar yang mempengaruhi genom manusia adalah seleksi variasi genetik yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Salah satu diantaranya adalah variasi genetik yang dapat menurunkan resiko kematian karena infeksi malaria. Banyak variasi genetik ini telah diidentifikasi dalam bentuk mutasi-terangkai penyakit yang mempengaruhi sintesis/fungsi hemoglobin atau fungsi protein membran sel darah merah. Kelainan genetik ini, hanyalah merupakan salah satu dari varian genetik yang mempengaruhi resistensi terhadap malaria, karena itu diperlukan pendekatan yang lebih luas untuk mengevaluasi keseluruhan genom manusia. Studi seperti yang telah disebutkan akan merupakan model yang tepat untuk mempelajari kerentanan serta kepekaan terhadap berbagai penyakit infeksi.

Program riset keanekaragaman genom manusia yang dikembangkan oleh Lembaga Eijkman merupakan suatu program kolaboratif, memiliki tujuan umum untuk memanfaatkan keanekaragaman genetik berbagai populasi kepulauan Nusantara guna mencari faktor-faktor yang penting sebagai penentu kerentanan (predisposisi) maupun ketahanan (resistensi) terhadap berbagai penyakit. Sebagai nilai tambah, program penelitian ini juga akan memberikan informasi mengenai asal muasal manusia dari berbagai penjuru kawasan Nusantara dan Asia Tenggara.

Secara lebih khusus, tujuan tersebut adalah sebagai berikut :• Mempelajari struktur populasi kepulauan Nusantara,

melalui pendekatan antropologi molekul• Mempelajari hubungan kekerabatan berbagai populasi

etnik ditinjau dari sudut migrasi perempuan melalui DNA mitokondria, laki-laki melalui kromosom Y dan interaksi keduanya melalui kromosom autosom

• Mempelajari hubungan kekerabatan manusia Indonesiamodern dengan DNA manusia prasejarah dari situs-situs arkeologi di Indonesia

• Melakukan meta analisis mengenai hubungan strukturpopulasi dengan berbagai penyakit genetika seperti kelainan sel darah merah seperti thalassemia, ovalositosis dan lain lain yang terdapat di daerah endemis malaria.

Output/Otcome• Informasiilmiahyangbergunauntukpemahamantentang

faktor genetik yang mendasari kerentanan dan ketahanan terhadap berbagai penyakit baik penyakit komplek maupun infeksi.

• Pengetahuanmengenaihubungankekerabatanberbagaipopulasi etnik.

• Dasarilmiahpenangananpenyakitdalambentukdiagnosis,pengobatan, gambaran prognosis penyakit yang akan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat di masa depan.

• Pengembangan sumber daya manusia genomik baikmelalui pendidikan formal (sarjana strata 1, 2 maupun 3) maupun informal dalam bentuk seminar, pelatihan tentang genomik dan analisa bioinformatik yang dihasilkan dari penelitian ini.

Tindak LanjutMelengkapi koleksi yang telah dikumpulkan dari

daerah : Papua, terutama di kabupaten Mimika; Maluku Utara, terutama di kabupaten Ternate; Aceh, terutama dari kabupaten Takengon.

Publikasi• KarafetTM,HallmarkB,CoxMP,SudoyoH,etal.2010.Major

east-west division underlies Y chromosome stratification across Indonesia. Mol. Biol.Evol 27: 1833-1844.

• Cox MP, Karafet TM, Lansing JS, Sudoyo H and HammerMF. 2010. Autosomal and X-linked single nucleotide polymorphisms reveal a steep Asian-Melanesian ancestry cline in eastern Indonesia and a sex bias in admixture rates. Proc R Soc Biol 277: 1589-1596.

• Nick Patterson, Petersen D.C, van der Ross R.E, SudoyoH, Glashoff R.H, Marzuki S, Reich D, and Hayes V.M. 2010. Genetic Structure of an admixed population in South Africa. Hum Mol Genet 19:411-419.

Page 143: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

135

Strata genetik timbul akibat migrasi manusia - empat model kolonisasi Dari latar belakang genetik kelompok admixture diketahui bahwa populasi berwarna sangat kompleks - penting utk evolusi penyakit

Foto Kegiatan

Page 144: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

136

Page 145: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

137

MITOKONDRIA DAN PENYAKIT TERKAIT GAYA HIDUP

drh. Safarina Golfiani, MS, PhDAnggaran : Rp. 252.699.000,-Lokasi : Lembaga Biologi Molekuler Eijkman

DiskripsiPenelitian mengenai mitokondria atau membran

transduksi energi yang menjadi dasar dari penelitian ini telah berlangsung sejak Lembaga Eijkman dibuka kembali. Sebagai “power house” dari sel hidup, organel mitokondria mengkonversi energi bahan makanan menjadi puluhan kilogram ATP per hari untuk memenuhi kebutuhan biologi sel dan tubuh. Kompleks enzim respirasi yang berperan dalam pembentukan ATP terdapat di membran dalam mitokondria dan dirakit dari berbagai subunit protein yang disandi oleh DNA di inti sel maupun di mitokondria. Metabolisme energi oksidatif mitokondria sangat berperan pada berbagai jalur biokimiawi nutrisi, dan juga sangat penting untuk fungsi dan kelangsungan hidup sel. Gangguan proses konversi energi yang sangat efisien tersebut, baik sebagai akibat mutasi bawaan maupun akibat faktor lingkungan, mempunyai dampak klinis yang luas. Berbagai mutasi mtDNA dilaporkan turut berperan pada penyakit kompleks, seperti sindroma metabolik hyang mencakup antara lain diabetes mellitus tipe 2 (DM tipe 2) dan obesitas, serta berat bayi lahir rendah.

Keanekaragaman genom manusia berperan penting dalam menjawab berbagai pertanyaan mengenai penyakit terkait gaya hidup. Perubahan metabolisme energi oleh mitokondria sebagai respon terhadap kelaparan dan perubahan gaya hidup berperan dalam evolusi genom manusia; “thrifty genotype” muncul untuk meningkatkan efisiensi makanan dan mengurangi pemakaian energi. Perbedaan latar belakang genetik antara orang Asia dan Kaukasia sangat mungkin berperan dalam meningkatkan kejadian penyakit akibat perubahan gaya hidup (penyakit terkait gaya hidup; lifestyle-related diseases) akhir-akhir ini,

yang muncul bersamaan sengan masuknya gaya hidup barat (westernisasi; westernisation).

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mungkin berperan dalam ekspresi yang kompleks dari metabolisme energi oleh mitokondria tidak hanya membawa kita ke dalam pemahaman patomekanisme molekul kelainan mitokondria, tetapi juga pemahaman terhadap regulasi sel dan proses biogenesis mitokondria, serta peran gangguan metabolisme energi mitokondria dalam proses ini. Program penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan memahami keterlibatan berbagai faktor genetika dan nutrisi dalam patomekanisme penyakit yang muncul karena perubahan gaya hidup. Secara khusus, penelitian ini melihat peran berbagai single nucleotide polymorphisms (SNPs) terkait dalam metabolisme energi, baik SNPs pada mtDNA maupun DNA inti, sebagai faktor resiko pencetus timbulnya penyakit kompleks akibat perubahan gaya hidup, seperti obesitas, diabetes mellitus tipe 2, dan sindroma metabolik. Penemuan-penemuan ini selanjutnya akan bermanfaat dalam memberikan gambaran patomekanisme penyakit, dalam implikasi klinis baik yang bersifat diagnostik, preventif, prediktif maupun terapeutik.

Sebanyak 528 sampel diperoleh dari tiga desa di Bali, dengan data klinis yang lengkap. Sejumlah 282 sampel berasal dari desa dekat perkotaan, dan 246 sampel dari desa di pegunungan. Pemeriksaan parameter klinis yang lengkap dilakukan oleh kolega dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, menggunakan kriteria IDF (International Diabetes Federation) untuk sindroma metabolik. Pemeriksaan biologi molekul dilakukan di Lembaga Eijkman, mencakup isolasi DNA, perbanyakan DNA dengan teknik polymerase

Page 146: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

138

chain reaction (PCR), kemudian fragmen DNA yang telah diperbanyak dipotong menggunakan enzim restriksi (RFLP) untuk mendeteksi adanya perubahan basa (polimorfisme), selanjutnya hasil dikonfirmasi dengan sekuensing DNA, dan dilakukan analisis statistik lanjut.

Output/OutcomeHasil penelitian 2010 menemukan bahwa :

• Prevalensi obesitas dan DM tipe 2 pada penduduk desasudah terpapar westernisasi (dekat perkotaan dan daerah turis) lebih tinggi dari penduduk desa asli (di pegunungan jauh dari kota) di Bali,

• Obesitas abdominal dan tingginya kadar trigliseridamerupakan penentu munculnya gejala sindroma metabolik,

• Beberapasingle nucleotide polymorphisms (SNPs) ditemukan berasosiasi dengan obesitas, DM tipe 2, dan sindroma metabolik,

• Asosiasiantaragenotipedanfenotipe,danantaragendanlingkungan dipengaruhi gender.

Tindak Lanjut• Lanjutan mempelajari pengaruh latar belakang genetik

dan perubahan gaya hidup pada manifestasi penyakit kompleks.

• Mempelajariperandanfungsimitokondriadanfaktorlainyang berperan dalam metabolisme energi pada plasenta pada kejadian berat bayi lahir rendah akibat infeksi malaria pada kehamilan.

Publikasi• Presentasipada forumpertemuan ilmiah internasionaldi

Busan, Korea dan Bali, Indonesia :- Malik SG, Sudoyo H, Trimarsanto H, Oktavianthi S,

Saraswati MR, Suastika K, Sulfianti A and Arindrarto W. Genetic Diversity and Lifestyle-related Diseases. 12th Symposium on Molecular Diabetology in Asia. Busan. South Korea. 18-19 October 2010.

- Saraswati MR, Suastika K, Malik SG, Sudoyo H. TCF7L2 Gene Polymorphisms rs12255372, rs7903146, rs10885406 and the Association with Type 2 Diabetes in Population of

Legian Village, Kuta, Bali. Asialink Clinical Epidemiology and Evidence-Based Medicine in Global Perspective. Bali. Indonesia. 27-28 November 2010.

• PosterpadaforumpertemuanilmiahinternasionalEijkmanInstitute and NEHCRI Joint Symposium on Human Genetics and Infection: Towards Better Management of Disease, 13-15 Desember 2010, di Jakarta :- Oktavianthi S, Trimarsanto H, Arindrarto W, Saraswati MR,

Sudoyo H, Suastika K and Malik SG. Uncoupling Protein 2 Gene Polymorphisms are Associated with Type 2 Diabetes Mellitus and Obesity in Balinese.

- Sulfianti A, Oktavianthi S, Trimarsanto H, Saraswati MR, Sudoyo H, Suastika K and Malik SG. 2010. Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) and Transcription Factor 7-like 2 (TCF7L2) Gene Polymorphisms: an Association Study in Penglipuran Village, Bangli, Bali.

• Publikasipadajurnalilmiahinternasional:- Malik SG, Irwanto KA, Ostrow JD and Tiribelli C. 2010.

Effect of bilirubin on cytochrome c oxidase activity of mitochondria from mouse brain and liver. BMC Res Notes 3:162.

- Malik SG, Saraswati MR, Suastika K, Trimarsanto H, Oktavianthi S and Sudoyo H. Association of Beta-3-Adrenergic Receptor (ADRB3) Trp64Arg Gene Polymorphism with Obesity and Metabolic Syndrome in the Balinese. BMC Res Notes (Accepted 2011).

- Saraswati MR, Suastika K, Malik SG, Sudoyo H. The Uncoupling Protein 2 Ala55val Polymorphism is Associated with Diabetes Mellitus in a Balinese Population. JAFES (Accepted 2011)

- Oktavianthi S, Trimarsanto H, Arindrarto W, Saraswati MR, Sudoyo H, Suastika K and Malik SG. Uncoupling Protein 2 Gene Polymorphisms are Associated with Type 2 Diabetes Mellitus and Obesity in Balinese. Manuscript in prep.

• Skripsi S1: Asri Sulfianti. Prevalensi Diabetes MellitusTipe 2 (DMT2) dan kaitannya dengan Polimorfisme Gen Transcription Factor 7-Like 2 (TCF7L2) di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia. 2010. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Departemen Biologi, Universitas Indonesia.

Page 147: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

139

Prevalensi obesitas, sindroma metabolik dan DM tipe 2di desa dekat perkotaan (urban) dan desa pegunungan (rural) di Bali

Deteksi SNP ADRB3 Trp64Arg dengan PCR-RFLP,dan konfirmasi heterozigot dengan sekuensing

Korelasi antara faktor-faktor ko-morbiditas

Page 148: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

140

Page 149: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

141

MITOKONDRIA DAN PENYAKIT INFEKSI : MENGUBAK PROSES DASAR KEHIDUPANUNTUK PENGEMBANGAN TARGET OBAT ANTIMALARIA

Prof.dr.Sangkot Marzuki, A.M,Ph.D, D.Sc.Anggaran : Rp. 256.995.000,-Lokasi : Lembaga Biologi Molekul Eijkman

DiskripsiSebagai pusat pembangkit energi sel, aktivitas

mitokondria dalam metabolisme energi sangat penting untuk fungsi normal sel makluk hidup seperti manusia. Dalam tiga dekade terakhir, pengertian kita mengenai peran kegagalan fungsi ini sebagai penyebab berbagai penyakit, termasuk kelainan saraf, otot, darah dan endokrin, telah banyak terungkap. Peneliti Lembaga Eijkman telah banyak memberikan sumbangan penting pada kocek ilmu pengetahuan mengenai hal ini. Dalam tahun-tahun terakhir disadari bahwa kelainan efisiensi metabolisme energi mitokondria juga merupakan kontributor penting pada munculnya kelainan poligenik kompleks seperti diabetes mellitus, dan pada proses keganasan; keduanya, merupakan luaran dari interaksi berbagai faktor genetik dan lingkungan.

Sebaliknya, meskipun secara ilmiah nyata merupakan faktor penting, pengetahuan kita mengenai peran variasi fungsi mitokondria dalam perjalanan penyakit infeksi masih sangat sedikit. Penelitian mengenai hal ini masih sangat kurang di dunia. Dan untuk negara tropis seperti Indonesia, dimana penyakit infeksi masih merupakan penyebab kematian utama, pengetahuan mengenai mitokondria dan penyakit infeksi amatlah penting karena potensi manfaatnya untuk pengembangan strategi penanganan penyakit, baik secara klinik, epidemiologi dan kesehatan masyarakat, maupun dalam pengembangan target obat baru.

Sebagai salah satu pusat penelitian mitokondria terpandang di dunia, Lembaga Eijkman bermaksud untuk menjadi pusat utama penelitian Mitokondria dan Penyakit Infeksi. Sebagai tahap awal, empat tahun yang lalu telah dimulai kegiatan penelitian yang dengan sengaja telah

difokuskan pada (a) karakterisasi mekanisme kerja dan penurunan genetik obat antimalaria atovaquone, dan (b) pemanfaatan marka genetik DNA mitokondria dalam epidemiologi molekul penyakit infeksi penting, Hepatitis B.

Kegiatan penelitian awal tersebut telah berjalan dengan baik, menghasilkan pengetahuan mendasar mengenai: (a) mekanisme molekul obat antimalaria atovaquone sebagai penghambat rantai respirasi mitokondria (Siregar et al, 2008), dan (b) struktur etnogeografis penyebaran Hepatitis B di Indonesia sesuai dengan pola migrasi purbakala nenek moyang populasi kepulauan Nusantara sekarang ini (Tedja et al, 2010). Akan tetapi, luaran terpenting dari kegiatan ini adalah suatu sistem eksperimen untuk penyidikan penurunan genetik mutasi DNA mitokondria parasit malaria, yang untuk pertama kali telah memungkinkan penentuan dasar genetika-molekul berbagai obat antimalaria lain yang diduga juga bekerja dengan mitokondria sebagai target. Permasalahan ini merupakan fokus kegiatan penelitian yang diusulkan untuk lima tahun kedepan.

Tujuan umum penelitian lima tahun ini adalah untuk mengeksplorasi perbedaan tingkat evolusi mitokondria manusia dan parasit malaria, sebagai usaha identifikasi target baru obat antimalaria.

Penelitian ini merupakan bagian dari program ber-kesinambungan Lembaga Eijkman, dalam mengungkap peran dan kontribusi variasi efisiensi fungsi metabolisme energi mitokondria, baik dari segi organisme-inang maupun agen-infeksi, terhadap patofisiologi dan epidemiologi penyakit infeksi.

Genetika Sitoplasmik Parasit Malaria dan Mekanisme Molekul Obat Antimalaria - merupakan kegiatan yang berbasis

Page 150: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

142

eksperimental di laboratorium dengan menggunakan model parasit pada mencit, Plasmodium berghei. P. berghei galur ANKA Leiden, yang terbukti dapat memproduksi gametosit, serta mencit BALB/c yang diperlukan untuk mengisolasi galur-galur yang resisten terhadap antimalaria secara rutin digunakan di Lembaga Eijkman.

Metodologi pelaksanaan kegiatan :• mengisolasigalur-galurP.bergheiyangresistenterhadap

obat antimalaria.• menyiapkanmarkagenetikgunapersilangangenetik.• memastikanbahwagalurP.bergheiyangmembawamarka

genetik diatas dapat memproduksi gametosit. • persilangangenetikantaragaluryangsensitifdanresisten

terhadap atovaquone pada nyamuk. • menganalisa genotipe keturunan hasil persilangan

pada inang mamalia (mencit) untuk pewarisan-bersama resistensi terhadap atovaquone dan mutasi pada mtDNA (gen cytochrome b).

Output/Outcome• Pengetahuan mendasar tentang mitokondria sebagai

target kemoterapi yang potensial bagi parasit malaria• Pengetahuan mendasar mengenai genetik sitoplasmik

pada parasit malaria.• Metode pertama yang ada untuk menentukan apakah

mitokondria merupakan target suatu obat antimalaria

Hasil penelitian :• Konformasi adanya hubungan antara corak mutasi pada

gen cytochrome b dengan penurunan aktivitas enzim kompleks dan laju pertumbuhan parasit in vivo (Tujuan I.1.a.)

Telah mempelajari lebih mendalam hubungan antara variasi mutasi dengan tingkat kelemahan parasit, dilihat dari fungsi kompleks III rantai respirasi. Perubahan struktur pada tempat perikatan quinone 2 mempengaruhi interaksi antara atovaquone dengan cytochrome b, tetapi pada saat yang sama juga mempengaruhi aktivitas kompleks respirasi. Penurunan aktivitas rantai respirasi mitokondria ini sejalan dengan pengaruh berbagai mutasi terhadap pertumbuhan parasit.

• Kebakaan resistensi terhadap atovaquone in vivo dalampasase berulang galur resisten pada mencit (Tujuan I.1.b)

Uji stabilitas P. berghei yang membawa mutasi resisten

terhadap atovaquone juga telah dilakukan, dengan percobaan pada mencit sebagai model. Mutasi pada gen sitikrom b parasit tersebut ternyata sangat stabil; tidak ada tanda-tanda munculnya wild-type yang sensitive sampai lebih dari 30 generasi pertumbuhan parasit di tubuh mencit.

• Doxycyclinejugabekerjasebagaiantimalariauntukinfeksimencit dengan P. berghei (Tujuan II.1.a)

Ditemukan bahwa dosis 6 mg/kg berat badan merupakan ID50 untuk doxycycline untuk pengobatan malaria mencit.

• Apakahpenggunaandoxycyclinesebagaiantimalariapadainfeksi mencit dengan P. berghei dapat memunculkan galur resisten (Tujuan II.1.b)

Tidak ada isolat parasit stabil yang resisten terhadap doxycycline dapat diperoleh; yang terjadi hanya masa kuratif yang memanjang. Kalau terbukti benar, pengamatan diatas sangat bermakna, karena menunjukkan bahwa mekanisme kerja doxycycline sebagai antimalaria adalah kompleks.

Tindak LanjutHasil-hasil eksperimen diatas merupakan landasan untuk pencapaian berbagai aspek lainnya. Untuk ini kegiatan tahun 2011 akan dimulai dengan mengumpulkan data berkualitas publikasi (publication quality) dengan dipandu oleh hasil awal diatas. Salah satu luaran yang sangat menggembirakan adalah kemungkinan pemanfaatan hasil-hasil proyek penelitian ini secara langsung dalam bentuk aplikasi klinik. Hasil Tujuan II proyek penelitian ini telah memunculkan pemikiran dan initiatif untuk menyelidiki secara lebih mendalam potensi thiamphenicol sebagai antimalaria.

PublikasiHasil penelitian ini telah di presentasikan pada Eijkman-

NEHCRI International Symposium on Human Genetics and Infection : Towards Better Management of Disease, pada tanggal 13-15 Desember 2010 (J.E. Siregar, L.S. Murdiyarso and, S. Marzuki. 2010. The effect of cytochrome b mutations conferring resistance to atovaquone in Plasmodium berghei), dan disiapkan untuk dipublikasikan secara formal pada tahun 2011.

Growth of P. berghei Leiden (a) and atovaquone-resistance clones (b-e) in the presence of atovaquone

Page 151: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

143

Page 152: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

144

Page 153: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

145

PEMETAAN GENOM DAN PEMANFAATAN INFORMASI GENETIK PATOGEN EMERGING DISEASE

Penanggungjawab;1. Prof. Sangkot Marzuki2. dr. David H. Muljono, SpPD, PhD3. Ir. I Made Artika, M.App.Sc, PhDAnggaran : Rp. 196.339.000,-Lokasi : Lembaga Biologi Molekul Eijkman

DiskripsiPenyebaran penyakit infeksi baru (new emerging diseases

= ED) dan penyakit infeksi yang sebelumnya sudah dapat ditanggulangi (re-emerging diseases = RED) merupakan masalah kesehatan dunia paling besar saat ini termasuk bagi Indonesia. ED maupun RED berdampak serius pada kesehatan dan aspek lain seperti ekonomi, pariwisata, dan aspek kemasyarakatan lainnya. ED dan RED tidak mengenal batas administratif wilayah dan negara karena agen penyebabnya dapat terbawa oleh vektor berupa manusia dan binatang yang tidak mungkin dibendung, sehingga ancaman ini bersifat global. Indonesia yang terletak pada posisi silang lalu lintas dunia, dengan populasi biologi yang padat dan bervariasi, baik manusia maupun binatang, adalah termasuk daerah yang terancam dan telah mengalami dampak negatif, khususnya flu burung. Saat ini sebagian besar provinsi di Indonesia telah dinyatakan tercemar flu burung pada unggas, dan di beberapa provinsi telah terjadi kasus-kasus flu burung pada manusia yang kian hari jumlahnya kian bertambah serta sebarannya semakin luas.

Peran iptek dalam penanggulangan flu burung sangat penting, baik dalam mengenali karakteristik penyakit dan agen penyebab, memonitor pola penyakit, maupun dalam menciptakan berbagai sistem yang berkaitan dengan diagnosis, pencegahan dan pengobatan. Sebagaimana penyakit virus lainnya, virus penyebab flu burung (H5N1) merupakan organisme yang memiliki karakteristik genetik tertentu yang harus diketahui sebagai dasar untuk menciptakan sistem penanggulangan dan solusi masalah di atas.

Penyakit flu burung yang disebabkan virus influenza tipe A subtipe H5N1 merupakan bentuk loncatan infeksi dari unggas ke mamalia (kucing, babi dan beberapa mamalia), dan telah dilaporkan sejumlah kasus manusia yang terjangkit infeksi virus ini di berbagai negara. Susunan genom virus influenza tipe A terdisi atas 8 segmen RNA dengan polaritas negatif. Semua subtipe virus influenza A dengan panjang genom 13,588 nukleotida = (nt) memiliki susunan genom yang sama: gen polimerase (P), PB1 dan PB1, masing-masing terdiri 2341 nt, dan gen PA, 2233; gen hemagglutinin (HA) yang menyandi protein selubung, 1778 nt; gen neuraminidase (NA) 1413 nt, gen matriks (M), 1027 nt; dan gen non struktural (NS), 890 nt. Bagian penting yang terlibat dalam ketahanan terhadap sistem imun tubuh terutama adalah gen HA dan NA. Gen HA merupakan gen penyandi protein selubung, yaitu bagian virus yang kontak langsung dengan sistem imun host dan mengandung reseptor spesifik sesuai dengan host yang diinfeksinya. Adanya perubahan HA dapat merupakan hasil adaptasi virus pada lingkungan host yang mengidapnya. Gen NA penting karena membantu beberapa tahap replikasi virus dan pelepasan virus baru dari sel.

Virus influenza merupakan virus RNA dengan mutasi tinggi sehingga terjadi variasi genetik yang sangat besar, baik di antara berbagai kelompok penderita, pada musim berbeda, pada lokasi geografis yang berbeda, dan bahkan dalam 1 individu dapat ditemukan lebih dari 1 populasi virus. Hal ini merupakan masalah tersendiri dan menyulitkan diagnosis, karena perubahan genetik virus dapat menyebabkan kegagalan deteksi virus. Kecepatan bermutasi yang tinggi

Page 154: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

146

ini juga menyulitkan usaha pembuatan vaksin yang dapat menanggulangi infeksi oleh berbagai galur virus. Karena itu, informasi genetik yang akurat dan cepat sangat diperlukan. Perbedaan genetik virus H5N1 ini juga merupakan faktor penentu terjadinya infeksi H5N1 pada seseorang individu dan lingkungannya.

Tujuan umum : Pemetaan genom virus flu burung (H5N1) di Indonesia guna mengetahui karakteristik genetik virus H5N1 di Indonesia dan pemanfaatan informasi genetik yang dihasilkan.

Tujuan khusus :• Memperoleh data genom dan protein virus H5N1 pada

pasien Flu Burung di Indonesia.• Mengetahui perubahan ciri-ciri H5N1 khususnya pada

manusia dari waktu ke waktu khususnya dalam kaitannya perubahan kapasitas H5N1 untuk beradaptasi dan kemampuannya menginfeksi manusia serta perubahan yang terkait dengan sensitivitas dan resistensi terhadap obat antivirus H5N1.

Output/Otcome • A.PembiakanH5N1 Sebanyak 39 isolat dan 1 isolat reverse genetic (RG) telah

berhasil dibiakkan. Terhadap 27 isolat telah dilakukan whole genome sequencing.

• AnalisisSekuensTotalGenom(Whole Genome Sequencing) Analisis data genom terutama ditekankan pada data

gen yang terkait langsung dengan patogenitas dan pola adaptasi pada inang baru khususnya pada manusia.

• GenPB2 Dilaporkan bahwa residu asam amino ke-627 dan 701 pada

protein PB2 terkait dengan adaptasi virus pada manusia. Pada virus tipe avian, residu 627 dan 701 masing-masing adalah glutamat dan aspartat. Pada virus tipe manusia, residu 627 dan 701 masing-masing adalah lisin dan asparagin. Dari 12 isolat virus yang dianalisis menunjukkan bahwa residu 627 dan 701 pada protein PB2 masing-masing adalah glutamat dan aspartat. Disimpulkan bahwa ke-12 isolat virus yang dianalisis adalah tipe avian.

• GenHA Analisis gen hemaglutinin menunjukkan bahwa isolat virus

mengandung residu asam amino polibasa pada daerah cleavage site protein hemagglutinin, sehingga disimpulkan bahwa virus yang berjangkit tergolong virus ganas.

• GenNA Dilaporkan bahwa resistensi virus terhadap obat antivirus

oseltamivir ditandai oleh adanya perubahan residu histidin 274 menjadi tirosin pada protein neuraminidase. Analisis gen neuraminidase menunjukkan bahwa virus yang beredar sensitif terhadap obat antivirus oseltamivir (tamiflu) karena tidak dijumpai adanya perubahan gen yang mengakibatkan perubahan residu H274Y.

Tindak Lanjut Perlu dilakukan karakterisasi genom virus H5N1 secara

rutin untuk memantau perubahan genetik virus yang berjangkit. Selanjutnya perlu dikembangkan vaksin dan obat anti-virus H5N1 yang berbasis pada karakter virus yang sedang berjangkit.

Page 155: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

147

KEANEKARAGAMAN GENETIK VIRUS HEPATITIS “B” DAN VIRUS HEPATITIS “C” DI INDONESIA

dr. David Handojo Muljono, SpPD, PhDAnggaran : Rp. 250.070.000,-Lokasi : Lembaga Biologi Molekul Eijkman

DiskripsiInfeksi oleh virus hepatitis B (VHB) merupakan salah satu

masalah kesehatan di Indonesia. Angka prevalensi Hepatitis B surface Antigen (HBsAg) positif di Indonesia kurang lebih 9,4%, sehingga oleh WHO Indonesia dikelompokkan dalam kelompok negara dengan prevalensi HBsAg positif tinggi atau endemik hepatitis B. VHB merupakan virus DNA dengan untai ganda dan 4 gen yang saling tumpah tindih. Sehingga, VHB mempunyai variasi genetik yang cukup tinggi dan diklasifikasikan menjadi 8 genotipe, genotipe A - H, yang terdistribusi secara spesifik di seluruh dunia. Beberapa genotipe bahkan dapat dikelompokkan dalam subgenotipe. Demikian pula dengan virus hepatitis C (VHC), yang merupakan ancaman baik di negara berkembang dan di negara maju. Dengan semakin tingginya pengguna obat-obat terlarang yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama maka prevalensi anti-HCV positif juga semakin tinggi. VHC merupakan virus RNA dan cenderung mengalami mutasi. Berdasarkan variasi genetik, maka VHC dikelompokkan dalam 6 genotipe yakni genotipe 1 - 6, dan tiap genotipe diklasifikasikan menjadi berbagai subtype misalnya 1a, 1b, 1c, 2a, 2b, dst. Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah geografis yang luas dan sebagai tempat tinggal kurang lebih 500 etnik dengan karakter, perilaku dan budaya berbeda-beda serta variasi genom berbagai etnik yang unik, maka sangatlah perlu untuk mengetahui pola penyebaran VHB dan VHC serta variasinya pada berbagai populasi etnik di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik keanekaragaman genetik Virus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C di Indonesia; dan berbagai implikasi dan kemaknaannya pada studi epidemiologi, pengembangan prototype vaksin hepatitis B dan hepatitis C, pengembangan alat dan metode

untuk melakukan diagnosa dan hal terkait bioteknologi, dan upaya pencegahan dan pengobatan serta sebagai dasar bagi penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan tentang Hepatitis B dan Hepatitis C.

Sasaran penelitian adalah mendapatkan peta genetik VHB dan VHC serta data karakteristik genom VHB dan VHC spesifik Indonesia.

Metodologi :• Melakukan sampling ke daerah yang menjadi target

penelitian• Pemeriksaanserologiberdasarkanreaksiantigen-antibodi• Pemeriksaanmolekuler:isolasiDNA/RNA,reaksiamplifikasi,

reaksi sekuensing, kloning, isolasi gen pejamu, amplifikasi DNA pejamu, reaksi sekuensing, Real-Time PCR dan studi bioinformatika.

Output/Outcome• Mendapatkan data karakteristik genom VHB dan VHC

dan mengetahui kaitan karakteristik tersebut dengan manifestasi penyakit dan bila memungkinkan dengan respon pengobatan

• Mengidentifikasi sifat-sifat antigen VHB yang beredar diIndonesia sehingga dapat menyempurnakan metode skrining donor darah.

Tindak Lanjut• Menjadidasarpemikiranbagipengembangandiagnostik,

pengobatan dan epidemiologi.• Menjadi dasar pemikiran untuk penetapan kebijakan

skrining donor darah.

Page 156: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

148

Publikasi• Occult hepatitis B in blood donors in Indonesia: altered

antigenicity of the hepatitis B virus surface protein. Hepatol Int (2010) 4:608–614

• Predictionof conformational changesby singlemutationin the hepatitis B virus surface antigen (HBsAg) identified in HBsAg-negative blood donors. Virology Journal 2010,7:326.

• EthnogeographicalstructureofhepatitisBvirusgenotypedistribution in Indonesia and discovery of a new subgenotype, B9. Arch Virol 2011.

• Pre-coreandbasalcoremutationsduringthenaturalhistoryof chronic hepatitis B patients in Indonesia. Presentasi poster pada APASL 2011, the 21st Conference of the Asian Pacific Association for the Study of the Liver. Bangkok, 17 – 20 February 2011.

• Hepatitis B Virus infection in multi-ethnic populationsof Ternate. Presentasi poster pada APASL 2011, the 21st Conference of the Asian Pacific Association for the Study of the Liver. Bangkok, 17 – 20 February 2011.

Page 157: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

149

Page 158: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

150

Page 159: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

151

DASAR MOLEKUL DARI RESISTENSI PARASITTERHADAP OBAT ANTI MALARIA: IDENTIFIKASI TARGET KEMOTERAPI BARUDENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOMOLEKUL

Dr. Syafruddin, PhD.Anggaran : Rp. 225.817.000,-Lokasi : Lembaga Biologi Molekuler Eijkman

DiskripsiSejak dipilihnya malaria sebagai salah satu topik yang

diteliti di Lembaga Eijkman, upaya-upaya strategis untuk menjawab permasalahan malaria telah dilakukan di Lembaga Eijkman baik pada tingkat penelitian dasar (hulu) maupun terapan (hilir). Pada awal kegiatan di tahun 1993-2000, Lembaga biologi molekuler Eijkman telah mengambil inisiatif untuk mengeksplorasi mekanisme perakitan sistem transduksi energi pada mitokondria parasit serta peran dari kedua genom ekstrakromosom, mitokondria dan plastid. Aktivitas ini kemudian diperluas untuk mengungkap dasar molekul resistensi terhadap obat antimalaria utama seperti golongan seskuiterpen lakton dan amino kuinolin serta penyebarannya di Indonesia (2000-2006), melalui kerjasama dengan lembaga Internasional, misalnya the Walter and Eliza Hall Institute, Monash University, Australia. Informasi-informasi yang telah diperoleh dari kegiatan tersebut telah mengungkap suatu target intervensi kemoterapi baru dan sekaligus menjelaskan bahwa genom ekstrakromosomal pada parasit malaria merupakan genom yang fungsional. Disamping itu, penyebaran resistensi terhadap obat antimalaria utama serta dasar molekulnya di Indonesia yang telah dijadikan acuan dalam penentuan kebijakan pengobatan malaria di Indonesia. Informasi tersebut sangat bernilai untuk menentukan strategi baru bagi pengembangan kemoterapi dan tindakan pencegahan malaria.

Sejak tahun 2007, aktivitas penelitian malaria di Lembaga Eijkman, telah diarahkan pada suatu sasaran dimana sistem pembiayaan utama dari pemerintah melalui daftar usulan kegiatan (DUK), hanya digunakan sebagai dana benih (seeding money) untuk sebagai dasar mendapatkan dana kompetitif yang bersifat hibah (grant-in-aid), tanpa syarat (unconditional), berkaitan dengan tema yang diteliti (relevant) dan saling menunjang (complementary), di tingkat nasional maupun internasional.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meng-identifikasi secara biomolekul target kemoterapi baru pada parasit malaria. Untuk mencapai tujuan utama, beberapa tujuan khusus telah dirancang sebagai berikut :• MengetahuidasarmolekulresistensiP.vivaxterhadapobat

antimalaria klorokuin dan derivatnya. • Mengetahui dasar molekul resistensi nyamuk Anopheles

sp. terhadap insektisida di Indonesia. • Mengetahui prevalensimalariapada ibuhamildidaerah

endemik malaria.

Kegiatan yang berkaitan dengan tujuan khusus 1,• Pengungkapan mekanisme molekuler yang mendasari

resistensi Plasmodium vivax terhadap obat antimalaria klorokuin. Upaya ini mendapatkan 2 sumber pendanaan tambahan dari dana internasional yaitu: Proyek PRIOR

Page 160: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

152

(Poverty-related Infectious Diseases Oriented Research) dan dana kerjasama dengan University of California at San Diego. Dengan tambahan pendanaan tersebut, telah dilakukan uji in vivo sensitivity test di Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Jayapura dan hasil-hasilnya telah dikomunikasikan. Penelitian ini telah mengungkapkan polimorphisme yang berkaitan dengan resistensi terhadap obat antimalaria klorokuin.

• Penelitian tentang severitas Plasmodium vivax di RumahSakit Umum Jayapura Dok-II, Papua berupaya mengungkap permasalahan malaria berat/otak yang diakibatkan oleh infeksi tunggal Plasmodium vivax di Indonesia. Kegiatan ini telah berlangsung sejak bulan Oktober 2007 dan dibiayai oleh dana internasional Oxford-Li Ka Shing Foundation. Penelitian ini telah mengungkap bahwa Plasmodium vivax juga dapat menyebabkan gejala malaria berat, seperti Plasmodium falciparum.

• Ujiaktivitasantimalariaobat-obatbersumberbahanalam Kegiatan ini dilakukan untuk mencari sumber-sumber obat

antimalaria baru, melalui kerjasama dengan lembaga/institusi dalam dan luar negeri. Kegiatan ini telah menguji dan mengidentifikasi beberapa senyawa yangmemiliki aktivitas antimalaria. Kegiatan ini merupakan bagian dari aktivitas lembaga Eijkman untuk membantu pembangunan sumber daya manusia di Perguruan Tinggi dan Institusi lain.

Kegiatan yang berkaitan dengan tujuan khusus 2,• AnalisisMolekul parasit danVektor nyamuk di Indonesia

(Malaria transmission Consortium). Penelitian ini berupaya mencari dan mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor yang berperan pada malaria di Indonesia. Penelitian ini melibatkan beberapa Institusi di Indonesia, misalnya Departemen Kesehatan, Univeristas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Airlangga dan Universitas Hasanuddin. Lembaga Eijkman bertanggung jawab dalam bidang biomolekul parasit dan nyamuk. Penelitian ini dijadwalkan selama 5 tahun dan pada saat ini analisis biomolekul parasit malaria dan nyamuk dari 3 sentinel sites, Lampung, Purworejo dan Halmahera sedang dilakukan.

• Upaya pengungkapan permasalahan malaria padakehamilan di Indonesia

Upaya ini dilakukan di dua kabupaten di Indonesia, Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Jayapura dan direncanakan dilakukan antara bulan Mei 2008-April 2010. Penelitian ini dibiayai oleh dana kompetitif internasional yang disalurkan melalui UNICEF. Hasil-hasil sementara

dari kegiatan di atas dari kegiatan menunjukkan bahwa prevalensi malaria pada wanita hamil di dua kabupaten tersebut cukup tinggi, yaitu sekitar 16%. Hasil ini telah dikomunikasikan pada pertemuan terbatas WHO di Manila dan Geneva.

Kegiatan yang berkaitan dengan tujuan khusus 3,• Pengungkapan mekanisme molekuler yang mendasari

resistensi Plasmodium vivax terhadap obat antimalaria klorokuin.

• Penelitian tentang severitas Plasmodium vivax di RumahSakit Umum Jayapura Dok-II, Papua berupaya mengungkap permasalahan malaria berat/otak yang diakibatkan oleh infeksi tunggal Plasmodium vivax di Indonesia.

• Pengungkapanpermasalahanmalaria pada kehamilan diIndonesia. Hasil sementara menunjukkan bahwa prevalensi malaria pada wanita hamil di kabupaten Sumba Barat dan Jayapura tersebut cukup tinggi, yaitu sekitar 16%.

• MelakukananalisismolekulparasitdanvektornyamukdiIndonesia (Malaria transmission Consortium).

• Ujiaktivitasantimalariaobat-obatbersumbarbahanalam.

Output/OutcomeHasil yang dicapai :• Pengungkapan mekanisme molekuler yang mendasari

resistensi Plasmodium vivax terhadap obat antimalaria klorokuin.

• Penelitian tentang severitas Plasmodium vivax di RumahSakit Umum Jayapura Dok-II, Papua berupaya mengungkap permasalahan malaria berat/otak yang diakibatkan oleh infeksi tunggal Plasmodium vivax di Indonesia.

• Pengungkapanpermasalahanmalaria pada kehamilan diIndonesia. Hasil sementara menunjukkan bahwa prevalensi malaria pada wanita hamil di kabupaten Sumba Barat dan Jayapura tersebut cukup tinggi, yaitu sekitar 16%.

Tindak Lanjut• Melakukananalisismolekulparasitdanvektornyamukdi

Indonesia (Malaria transmission Consortium).• Ujiaktivitasantimalariaobat-obatbersumbarbahanalam.

Publikasi• Din Syafruddin, Anggi PN Hidayati, Puji BS Asih,William

Hawley, Supratman Sukowati, Neil F Lobo. 2010. Detection of 1014F kdr mutation in four major Anopheline malaria vectors in Indonesia. Malaria J 9:315

Page 161: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

153

• AsihPBS,SadikinM,BairdJK,LeakeJ,SorontouY,SauerweinRW, Vinetz J, and, Syafruddin D. 2010. Polymorphisms of Pvmdr1 gene associated with Chloroquine Resistance Phenotype among Plasmodium vivax isolates in Indonesia. Suppl International Congress of Parasitology (ICOPA) 199-203.

• QuirijndeMast,DinSyafruddin,StephanKeijmel,TeunOldeRiekerink, Oktavian Deky, Puji B. Asih, Dorine W. Swinkels, Andre J. van der Ven. 2010. Increased serum hepcidin and alterations in blood iron parameters associated with asymptomatic Plasmodium falciparum and P.vivax malaria. Haematologica, 95, 7, 1068-1074.

• QuirijnDeMast,PhilipG.DeGroot,WaanderL.VanHeerde,Meta Roestenberg, Jeroen F. Van Velzen, Bert Verbruggen, Mark Roest, Matthew McCall, An-Emmie Nieman, Josien Westendorp, Din Syafruddin, Rob Fijnheer, Edmee C. Van Dongen-Lases, Robert W. Sauerwein, Andre J. Van Der Ven. 2010. Thrombocytopenia in early malaria is associated with GP1b shedding in absence of systemic platelet activation and consumptive coagulopathy British J Haematol, Volume 151, Issue 5, pages 495–503.

• Puji BS Asih. 2010. Dasar molekul resistensi Plasmodiumvivax terhadap klorokuin. Disertasi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

• D. Syafruddin, Krisin Chand, Suradi,Puji BS Asih, IsmailEP Rozi, Nanda R Pratama, Anggi PN Hidayati, Sylvia S Marantina, Cut Barussanah, Cut Ainun, Rahmadyani, Teuku Maulana, Cut Maneh, Herdiana, Simon P Sengkerij and William Hawley. Establishment of Malaria Microscopy Center in Aceh Province, Indonesia (submitted for publication).

• Puji BS Asih, Ismail E Rozi, Nanda R Pratama, Anggi PNHidayati, Sylvia S Marantina, Krisin Chand, Suradi, Faisal A Rusdjy, Maria E. Sumiwi, Ali Imran, Titik Yuniarti, Tahi Sianturi, Jamilah Nur, Asnita, Cut Barussanah, Muhammad Yani, Cut Ainun, Kurnia Jamil, Cut Mariam, Herdiana, Simon P. Sengkerij, Ferdinand Laihad, William Hawley, and D. Syafruddin. Baseline Distribution of Malaria In The Initial Phase of Elimination In Sabang Municipality, Aceh Province, Indonesia (submitted for publication).

• PujiBSAsih,DinSyafruddin,JohnLeake,YohannaSorontou,Mohamad Sadikin, Robert W Sauerwein, Joseph Vinetz, and J. Kevin Baird. Phenotyping Clinical Resistance to Chloroquine in Plasmodium vivax in Northeastern Papua, Indonesia (submitted for publication).

Laboratorium lapangan di Waitabula, Sumba barat, NTT Kegiatan Sampling di Sumba BaratUntuk Mengetahui Dasar Molekul Resistensi P. Vivax

Terhadap Obat Antimalaria Klorokuin dan Derivatnya

Page 162: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

154

Page 163: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

155

PATOGENESIS MOLEKULER INFEKSI MALARIA DANKAITANNYA DENGAN RESPON HOST (INANG)

Dra. Rintis Noviyanti, PhD.Anggaran : Rp. 190.092.000,-Lokasi : Lembaga Biologi Molekul Eijkman

DiskripsiSebagai negara endemik malaria, Indonesia diharapkan

memiliki strategi yang tepat untuk penanganan dan pengendalian penyakit ini. Usaha ini memerlukan pen-dekatan biologi yang terarah, dimulai dari pemahaman patogenesis penyakit ini baik dari aspek inang (host) maupun aspek parasit itu sendiri.

Gejala klinis malaria bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Populasi penderita malaria yang paling rentan terkena malaria adalah anak-anak, balita, ibu hamil, serta individu yang tidak imun terhadap malaria. Penelitian di Laboratorium Malaria 2 Lembaga Eijkman difokuskan untuk memahami dasar patogenesis malaria berat dan malaria pada kehamilan dilihat dari aspek genetika parasit malaria maupun host serta respons imun terhadap antigen parasit dalam kaitannya dengan gejala klinis malaria sebagai upaya bagi penemuan cara pencegahan penyakit ini.

Tujuan umum, sasaran, dan metodologi• Penelitianmalariapadakehamilan Penelitian ini bertujuan untuk memahami ekspresi gen

virulens var pada ibu hamil yang terinfeksi P. falciparum, melihat respons antibodi terhadap PfEMP1, serta menganalisis infeksi malaria pada plasenta dengan teknik histologi.

• Penelitianprosesinvasiparasitmalariakedalamseldarahmerah dan mengkarakterisasi polimorfisme reseptor pada sel darah merah

Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses invasi parasit malaria ke dalam sel darah merah dan melihat hubungan antara polimorfisme sel darah merah dengan kerentanan individu terhadap infeksi malaria. Penelitian

di Timika dimulai pada awal tahun 2011. Staf Lembaga Eijkman, Leily Trianty Msi melakukan sebagian penelitian ini untuk program doktornya di Universitas Indonesia. Penelitian Leily Trianty ini sebagian didukung oleh dana dari SEA ICRN selama 3 tahun hingga akhir 2012. Selanjutnya, untuk memperluas ruang lingkup penelitian ini, dana penelitian tambahan akan diusahakan untuk dicari dari hibah internasional pada tahun 2011. Kerjasama penelitian invasi parasit malaria dilakukan antara berbagai Institusi penelitian di antaranya dengan Menzies School of Health Research, Dawin; The Walter and Eliza Hall Institute of Medical Research, Melbourne; Burnet Institute, Melbourne, dan Yayasan Penelitian di Timika, Papua.

• Mengembangkan teknik baru untuk pembuatan vaksinmalaria pada kehamilan yang berbasis PfEMP1

Penelitian mengenai pengembangan teknik baru untuk pembuatan vaksin malaria pada kehamilan yang berbasis PfEMP1 sedang direncanakan. Telah mempersiapkan antigen PfEMP1 dalam bentuk protein fusi yang nantinya akan digabungkan dengan protein khusus yang memiliki target ke sel dendrit dari sistem imun manusia. Untuk melakukan penelitian ini, kami bekerja sama dengan Lipotek, Pty Ltd Australia dan University of Melbourne. Pada tahap ini kami sedang dalam tahap persiapan untuk memahami teknolgi vaksin yang berbasis target ke sel dendrit.

Output/Outcome Penelitian malaria pada kehamilan telah berhasil

dirampungkan pada tahun 2010. Beberapa kesimpulan yang dihasilkan antara lain : (1) Ekspresi gen var2CSA

Page 164: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

156

pengkode protein PfEMP1 ditemukan lebih tinggi pada isolat plasenta dibandingkan dengan isolat yang terdapat pada darah perifer; (2) Ibu hamil dengan jumlah kehamilan lebih dari 2 kali dan terinfeksi malaria memiliki respons antibodi terhadap PfEMP1/var2CSA yang lebih tinggi dibanding dengan ibu hamil dengan jumlah kehamilan 1 atau 2 kali dan terinfeksi malaria; (3) Plasenta dengan infeksi P. falciparum yang banyak menunjukkan korelasi dengan kelahiran bayi dengan berat badan rendah; (4) Tidak ditemukan adanya korelasi antara ekspresi gen var yang tinggi di plasenta dengan berat bayi lahir rendah yang kemungkinan disebabkan oleh jumlah sampel yang kecil. Berbeda dengan infeksi P. vivax pada ibu hamil dimana jarang ditemukan penumpukan/sekuestrasi parasit malaria di plasenta dan tidak dijumpai korelasi dengan berat bayi lahir rendah. Namun demikian, infeksi P. vivax dapat menyebabkan malaria berat pada individu yang rentan termasuk ibu hamil. Penelitan awal malaria pada kehamilan akibat infeksi P. vivax ini akan dilanjutkan untuk mencari faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan patogenesis malaria vivax.

• Penelitian malaria otak masih berlangsung, dan sedangmempersiapkan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor angiogenesis pada terjadinya patogenesis malaria otak. Telah mengumpulkan serum dan plasma dari penderita malaria di Sumba Barat. Sampel dikumpulkan dari individu terinfeksi malaria falciparum yang diikuti selama 5 (lima) hari setelah diobati untuk pengambilan darahnya. Serum/plasma digunakan untuk pemeriksaan protein VEGF, Ang-1, Ang-2, yang memiliki kaitan dengan patogenesis malaria berat dengan metode ELISA.

• Penelitian patogenesis molekul infeksi malaria vivaxdilakukan melalui program Master dengan Monash University oleh Andreas Kusuma, SSi yang bertujuan untuk melihat peranan antigen permukaan pada sel darah merah terinfeksi P. vivax yang mengekspresi Duffy Binding Protein (DBPII) yang juga merupakan kandidat vaksin malaria vivax. Penelitian ini telah berhasil mengkarakterisasi haplotype DBPII dan sedang dalam persiapan untuk membuat protein fusi yang akan dijadikan antigen untuk skrining antibodi terhadap protein ini.

• Kerjasama baru untuk mempelajari keanekaragaman P.vivax dari isolat Indonesia. Sebagian dana penelitian ini

diperoleh dari APMEN melalui kerja sama antara Lembaga Eijkman dengan Menzies School of Health Research, Darwin. Penelitian direncanakan akan dilakukan pada tahun 2011 selama 1 (satu) tahun. Sementara itu, telah selesai menganalisis keragaman genetik isolat P. vivax dari Timika yang dilakukan melalui program magang mahasiswa dari Departemen Biologi, FMIPA-UI (Retno Ayu Setya Utami, dibimbing oleh Dr. Rintis Noviyanti) pada tahun 2010. Hasilnya akan dipublikasikan pada pertemuan ilmiah pada tahun 2011 dan akan dimasukkan ke journal ilmiah internasional pada tahun 2011.

• Penelitianlanjutantentangekspresigenvarpadamalariaberat, bekerja sama dengan University of Melbourne, Australia dan Menzies School of Health Research, Darwin. Penelitian ini sebagian telah mendapatkan dana bantuan dari NHMRC selama 3 tahun dimulai dari tahun 2011-2014 (Peneliti Utama : Dr Michael Duffy dan Peneliti Partner dari Indonesia : Dr Rintis Noviyanti). Akan mengumpulkan sampel malaria berat dari Papua dan akan merekrut 1-2 mahasiswa pasca sarjana yang akan menyelesaikan program studinya baik di Indonesia maupun di Australia. Selain itu, Dr Rintis Noviyanti juga mendapatkan matching fund dari IlluminaTM untuk melakukan analisis sekuens transkriptom pada gen var pengkode PfEMP1. Telah diperoleh ijin etik untuk melakukan penelitian ini.

• Kerjasamabaru terbentuk untukmemahami patogenesisinfeksi malaria yang disebabkan oleh parasit malaria yang telah resisten terhadap obat anti malaria. Akan memulai penelitian ini di Timika, Papua pada tahun 2011. Kerjasama penelitian dilakukan dengan Menzies School of Health Research (MSHR), Darwin, Universitas Gadjah Mada, Yayasan Pengembangan Masyarakat Timika, serta Rumah Sakit Mitra Masyarakat, Timika. Selain itu, akan menganalisis pengaruh faktor genetika host terhadap infeksi malaria. Sebagian besar dana penelitian ini telah diperoleh dari Wellcome Trust dan AusAID melalui Prof Ric Price dari MSHR untuk jangka waktu penelitian minimal 3 (tiga) tahun sejak akhir 2010. Telah diperoleh ijin etik untuk melakukan penelitian ini.

• Penelitiangenetikahostyangberkaitandengankerentananterhadap infeksi malaria telah dilaksanakan dengan mendidik 1 (satu) mahasiswa program S1 Departemen Biologi, FMIPA UI (Fajar Muhammad) di bawah bimbingan

Page 165: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

157

Dr Farah Coutrier. Sedang menganalisis gen-gen pada host lainnya pada sampel yang telah dikoleksi sebelumnya dari Timika pada tahun 2006-2008. Selanjutnya, akan menganalisis lebih lanjut, sampel yang akan kami koleksi dari Timika bekerja sama dengan penelitian lain di Timika di antaranya penelitian tentang pola invasi parasit malaria serta penelitian skala besar pada populasi Timika yang akan dikumpulkan melalui survey house to house di Papua.

Tindak Lanjut• Sebagai kelanjutan pemahaman peran ekspresi gen var

pada patogenesis malaria pada kehamilan, sedang mencoba untuk mengekspresi gen var sebagai protein fusi untuk memperbanyak protein/antigen var2CSA. Selanjutnya akan menggunakan protein ini untuk melihat aktivitas serum ibu hamil dengan metode ELISA untuk menguji apakah aktivitasnya ditemukan meningkat pada ibu hamil dengan imunitas terhadap protein var2CSA. Penelitian malaria pada kehamilan ini merupakan kerjasama antara Lembaga Eijkman dengan Department of Medicine (DoM), University of Melbourne, Australia, Litbangkes, dan Menzies School of Health Research (MSHR), Darwin. Sebagian besar dana penelitian diperoleh dari WHO/TDR Desember 2005-November 2008 dan Endeavour Postdoctoral Research Fellowship dari AusAID September 2007-Maret 2008.

• Pada penelitian malaria otak : Bersamaan denganpengumpulan sampel dari individu yang terkena malaria

ringan maupun berat, sampel otak mencit yang terinfeksi malaria berghei sudah kami kumpulkan. Hasilnya akan di analisis dengan teknik imunohistokimia di Belanda pada tahun 2011. Sebagian besar dana penelitian diperoleh dari program SPIN/KNAW dari Belanda melalui kerjasama antara Lembaga Eijkman dengan Radboud University, Nijmegen dan Maastricht University, The Netherlands.

Publikasi • Penelitianmalariapadakehamilaninitelahdipublikasikan

dalam bentuk dua buah poster pada acara Eijkman Symposium pada tanggal 13-15 Desember 2010. Sebelumnya, hasil sementara penelitian ini telah dipublikasi dalam bentuk poster di berbagai pertemuan ilmiah internasional seperti Open Science Meeting, Bali, Indonesia, bulan Desember 2007, Molecular Approaches on Malaria, Lorne, Melbourne bulan Februari 2008; American Society of Tropical Medicine and Hygiene meeting, USA (Desember 2008), dan International Conference on AIDS, Tuberculosis, and Malaria, Malang, Jawa Timur, bulan Februari 2009.

• Penelitiangenetikahostyangberkaitandengankerentananterhadap infeksi malaria telah dipublikasikan dalam bentuk presentasi oral pada acara Eijkman Symposium pada tanggal 14 Desember 2010; dan Research Forum Sydney University - Universitas Airlangga pada tanggal 8 April 2011.

Page 166: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

158

Workshop Genotyping P. vivax. (2-5 May 2011)Pengajar: Dr. Jutta Marfurt (Menzies School of Health Research, Global Health Division,

CASUARINA, NT, Australia)

Asesmen wilayah sampling di Kabupaten Sumba Barat: cluster rumah penduduk yang akan diikutsertakan dalam kegiatan Malaria Blood Survey (MBS).

Kegiatan dilakukan pada 12 April 2011

Page 167: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

159

PENGEMBANGAN PEMANFAATAN PENAMBANGAN DATA (DATA-MINING) UNTUK KEDOKTERAN MOLEKUL (MOLECULAR MEDICINE)

Penanggunag jawab kegiatan 1. Hidayat Trimarsanto, BSc.2. Ismail Eko Prayitno Rozi, M.Eng Anggaran : Rp. 253.596.000,-Lokasi : Laboratorium Unit Bioinformatika Lembaga Eijkman

DiskripsiSalah satu bidang dalam bioinformatika yang mulai

populer dan berkembang dengan pesat, sesuai dengan pertambahan data-data molekuler yang dapat diakusisi dan dianalisis, adalah penerapan penambangan data atau data-mining dan simulasi model. Data-mining adalah serangkaian proses komputasi yang bertujuan untuk mereduksi kompleksitas data yang sangat besar, serta untuk menemukan hubungan dan pola yang berarti dari data-data tesebut yang sebelumnya tidak diketahui. Simulasi model adalah serangkaian proses untuk mendapatkan artificial data yang diharapkan dapat menyerupai data-data yang sebenarnya dari proses yang sedang dimodelkan. Kegiatan dalam data-mining dan simulasi model mencakup akusisi, manajemen, analisa, visualisasi dan interpretasi data.

Metodologi yang dilaksanakan pada kegiatan ini adalah kegiatan berbasis analisis eksperimental dan kegiatan berbasis pengembangan metode/software.

Output/OutcomeHasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah (i)

pendekatan/metode/software yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisa data-mining terhadap data-data biologi molekuler dan (ii) hasil analisa yang dapat memberikan insight atau kontribusi pengetahuan terhadap problema-problema dalam bidang biologi molekuler kedokteran.

Tindak Lanjut Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan mengaplikasikan

hasil yang telah dicapai untuk permalahan/problema lain dalam bidang biologi molekuler, terutama yang menyangkut pada penyakit-penyakit yang berbasis genetik.

Publikasi Hasil-hasil dari kegiatan ini akan ditulis dalam bentuk

publikasi ilmiah internasional/ nasional maupun presentasi poster.

Page 168: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

160

Page 169: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

161

PENGEMBANGAN DIAGNOSIS PENYAKIT GENETIK KELAINAN KROMOSOMDENGAN TEKNOLOGI SITOGENIK MOLEKULER

Penanggung jawab :1. Dr. Iswari Setianingsih, SpA, PhD2. Dr. Nanis Sacharina, SpA Anggaran : Rp. 293.330.000,-Lokasi: Lokasi : Lembaga Biologi Molekul Eijkman

DiskripsiJumlah kasus untuk pemeriksaan sitogenetik pasien DSD

makin meningkat setiap tahunnya. Pemeriksaan yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah kariotipe dengan G-banding, FISH (Flurescence InSitu Hybridisation), dan pemeriksaan gen SRY dengan teknik PCR atau FISH. Dari pemeriksaan tersebut 33,7% kasus dapat ditegakkan diagnosis penyebabnya adalah kelainan kromosom (DSD kromosomal); yang antara lain dapat digolongkan sebagai Sindrom Turner/ varian Sindrom Turner, atau Sindrom Kleinefelter. Pada keadaan 46,XX DSD 90% kasus merupakan kasus kongenital adrenal hiperplasia. Pemeriksaan gen SRY dengan teknik PCR dan FISH sampai saat ini sangat membantu dalam mengarahkan diagnosis kasus disgenesis gonad, sex-reversal (jenis kelamin bertolak belakang dengan hasil kariotipe). Namun masih cukup banyak kasus terutama dengan 46,XY DSD yang belum dapat ditegakkan diagnosisnya.

Dalam proses determinasi dan differensiasi jenis kelamin memang sangat banyak gen yang terlibat. Bahkan setelah terbentuknya gonad pun, masih cukup banyak gen berperan agar hormon dapat bekerja dengan baik di sel target. Gen 5ARD2 (5-alpha reductase 2) dan AR (Androgen Receptor) merupakan gen-gen yang ikut berperan dalam memaksimalkan kerja androgen di sel target. Mutasi pada gen 5ARD2 menyebabkan defisiensi enzim 5-alpha reductase. Enzim ini berperan dalam proses perubahan testosteron menjadi dihidrotestosteron, suatu bentuk androgen yang bekerja 3 kali lebih kuat dari testosteron dan berperan dalam penyempurnaan bentuk genitalia eksterna laki-laki (memanjangkan penis, dan fusi skrotum).

Mutasi pada gen AR, menyebabkan reseptor androgen tidak terbentuk atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk dapat bekerja di sel target androgen perlu berikatan dengan reseptor androgen. Defek pada reseptor androgen menyebabkan androgen tidak memiliki titik tangkap pada sel target, sehingga tidak dapat menimbulkan efek androgen pada sel target. Defek komplit pada gen AR mengakibatkan individu 46,XY berfenotip perempuan (dahulu disebut 46,XY female).

Pengembangan teknologi ini bertujuan untuk meningkat-kan spesifikasi dan akurasi dalam menentukan kelainan molekular pada kasus-kasus 46,XY DSD atau ambigus genitalia, serta infertilitas. Untuk mencapai tujuan umum di atas diajukan Tujuan khusus penelitian sebagai berikut :• Mengembangkan teknik PCR- sekuens untuk deteksi

mutasi pada gen 5ARD2.• MengembangkanteknikPCR-sekuensuntukmendeteksi

mutasi pada ekson 5 dan 7 gen AR.• Mengaplikasikanpengembanganteknologi

Sesuai dengan rencana tahapan pemeriksaan untuk tahun 2010 yang dilaksanakan adalah kegiatan dengan tujuan khusus sesuai butir 1 dan butir 2. Pada kasus DSD dan infertil dengan hasil pemeriksaan sitogenetik awal dengan G-banding dan/ atau FISH mempunyai kromosom Y atau bagian dari kromosom Y akan dilakukan pemeriksaan gen SRY dengan teknik PCR atau FISH. Bila hasil analisis kromosom 46,XY dan secara klinis mengarah ke defisiensi

Page 170: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

162

5ARD atau androgen insensitivity syndrome selanjutnya dilakukan deteksi mutasi gen 5ARD2 dan AR dengan teknik PCR sekuens.

Output/OutcomeUntuk deteksi mutasi gen SRD5A2 pada kasus 46,XY

DSD yang diduga mengalami defisiensi 5-alfa reduktase telah selesai dilakukan optimasi dan pemeriksaannya pada 7 kasus dari 4 keluarga. Dua mutasi baru, yang belum pernah dilaporkan di populasi lain sebelumnya, yaitu mutasi p.Gly34fs dan c.699-1G>T. Mutasi lainnya yang ditemukan adalah p.Arg227Gln, yang ditemukan cukup sering dan hampir selalu ada pada kasus. Hasil ini telah dipublikasikan dan dipresentasikan.

Untuk deteksi mutasi gen AR masih dalam tahap optimasi dan pengumpulan kasus.

Manfaat yang didapat dari penemuan ini adalah dapat dikembangkannya teknologi dan pengetahuan tentang jenis mutasi dan patomekanisme terjadinya DSD.

Tindak LanjutAkan dilakukan kegiatan sebagai berikut :• Melanjutkan deteksimutasi gen SRD5A2 dengan jumlah

kasus yang lebih besar dan menghubungkannya dengan profil klinis dan hormonal.

• MelanjutkandeteksimutasigenARpadakasusyangdidugamengalami sindrom androgen insensitivitas.

Publikasi• NanisSMarzuki,LitaPutriSuciati,MewahyuDewi,Bambang

Tridjaja. Two novel mutations of SRD5A2 gene in Indonesian siblings with clinical 5-alpha reductase deficiency. Journal of Pediatric Endocrinology and Metabolism 2010; 23:1329-1333.

• Molecular defects of Indonesian 5-alpha reductase 2deficient patients. Poster presentation in the 6th Biennial Scientific Meeting of the Asia Pacific Pediatric Endocrine Society (APPES 2010). Xian, China, 17-20 November 2010.

Gambar Hasil Kegiatan

Page 171: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

163

Page 172: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

164

Page 173: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

165

PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI IDENTIFIKASI DNA FORENSIK

Prof. dr. Herawati Sudoyo, PhD.Anggaran : Rp. 1.058.408.000,-Lokasi : Lembaga Biologi Molekuler Eijkman

DiskripsiBerkembangnya teknologi DNA yang canggih telah

meningkatkan kemampuan untuk melakukan penentuan identitas manusia. Identifikasi individu melalui penyidikan DNA sudah menjadi teknologi yang mutlak-perlu dalam pemberantasan terorisme, penanganan kriminalitas maupun bencana masal. Disamping itu teknologi identifikasi DNA ini juga telah digunakan untuk identifikasi DNA pada flora dan fauna yang dilindungi, teknik ini sangat berguna dalam menangani kasus pembalakan liar dan melestarikan flora dan fauna yang dilindungi.

Dengan pengalaman bertahun-tahun dalam penelitian keaneka ragaman genetik manusia Indonesia di Lembaga Eijkman, berbagai macam pendekatan mengguna-kan beragam marka telah dicoba untuk memperoleh metoda yang memiliki kemampuan diskriminasi antar individu serta analisis yang cepat. Dalam penentuan identifikasi DNA individu diperlukan DNA database populasi untuk analisa statistik probabilitas kecocokan secara random dalam populasi etnik tertentu, untuk itu perlu dilakukan pengembangan database polimorfisme DNA untuk kepentingan DNA forensik dalam penentuan profil DNA dalam kasus-kasus kriminalitas, perseteruan keluarga dan bencana masal.

Pengembangan dan pembangunan kapasitas nasional dalam bidang DNA forensik, diperlukan laboratorium DNA forensik yang khusus dan memenuhi persyaratan good laboratory practice (GLP), dengan tatalaksana kegiatan laboratorium harus mengikuti prosedur operasional standard yang tersusun dalam dokumen petunjuk laboratorium. Laboratorium pelayanan DNA forensik harus terakreditasi

secara internasional, sehingga hasil pemeriksaan identifikasi DNA yang dilakukan memiliki hasil yang akurat dan dapat dipercaya secara internasional.

Teknologi penentuan genotipe (DNA-typing) individu merupakan bukti ilmiah dalam bidang ilmu forensik, yang sangat dibutuhkan terutama dalam penanganan bencana massal, kasus kriminal, pemberantasan terorisme, kasus orang hilang, perdagangan manusia (human trafficking) khususnya dalam kasus perdagangan anak, dan adopsi ilegal, serta pengungkapan kasus perseteruan keluarga. Lembaga Eijkman dengan teknologi DNA typing yang sudah dikuasai dan terus menerus dikembangkan telah berhasil membantu masyarakat, khususnya POLRI dalam menangani kasus-kasus kriminal, terorisme dan kasus perdagangan anak serta kasus ilegal adopsi.

DNA typing dapat dilakukan dengan menggunakan marka: a) Marka DNA inti yang merupakan mikrosatelit DNA autosom yang disebut juga lokus STR (short tandem repeats), lokus STR merupakan marka polimorfik yang tersusun atas pengulangan 2-6 nukleotida (short tandem repeat, STR), untuk marka STR autosom ini digunakan 21 loci marka STR. Penggunakan marka STR autosom ini terutama untuk mengidentifikasi individu dengan menggunakan pembanding dari orang tua kandung atau saudara kandung, marka ini dapat mengidentifikasi antar individu menurut garis keturunan dari kedua orang tua biologis. b) Marka kromosom Y (Y-STR), mikrosatelit DNA kromosom Y merupakan marka polimorfik yang diturunkan secara garis keturunan ayah (paternal), marka Y-STR ini mencakup 17 Loci, Y-STR digunakan khusus pada kasus dengan sampel yang

Page 174: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

166

berupa campuran antara DNA perempuan dan DNA laki-laki. Sebagai contoh, pada kasus perkosaan, sel sperma tersangka tercampur dengan sel epitel korban, pada kasus seperti ini, analisis Y-STR dapat memberikan profil yang spesifik untuk DNA laki-laki. Selain itu marka kromosom Y juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi individu berdasarkan garis keturunan paternal. c) Marka DNA mitokondria (mtDNA) pada daerah D-loop, pada daerah ini terdapat dua daerah yang sangat bervariasi yaitu hypervariable region 1 (HV1) dan hypervariable region 2 (HV2), marka mtDNA ini digunakan utk kasus-kasus sampel DNA yang sudah terdegradasi atau rusak. Marka ini hanya dapat mengidentifikasi individu berdasarkan garis keturunan ibu.

Pemanfaatan teknologi identifikasi DNA selain digunakan untuk tujuan identifikasi manusia, teknik ini juga telah dikembangkan untuk identifikasi spesies dan subspesies satwa liar yang dilindungi. Sejak awal tahun 2010 telah membantu Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Direktorat Penyidikan dan Pengamanan Hutan, untuk mengidentifikasi satwa liar dalam kasus kriminal perdagangan satwa liar yang dilindungi. Seperti diketahui bahwa identifikasi spesies secara morfologi hanya berhasil dilakukan terhadap 0.01% dari organisme di dunia, disamping itu bila sampel barang bukti hanya berupa bagian tubuh satwa maka secara morfologi sulit ditentukan spesiesnya, oleh karena itu digunakan pendekatan dengan analisis DNA, marka yang digunakan adalah sekuen mtDNA 12S rDNA, 16S rDNA, dan gen sitokrom c oksidase subunit I (COI), sekuen ini dikenal sebagai COI barcode dan teknik identifikasi dengan marka COI ini dikenal dengan DNA barcoding. Dalam penentuan spesies dan subspecies selain marka sitokrom c oksidase subunit I (COI), juga digunakan marka mtDNA pada gen yang menyandi ND2 (NADH dehidrogenase subunit 2), ND6 (NADH dehidrogenase subunit 6), CytB (sitokrom b).

Tujuan khusus dan sasaran dari pengembangan teknologi ini adalah untuk menjadikan Laboratorium DNA Forensik Lembaga sebagai Pusat Pengembangan dan Pelayanan dibidang DNA Forensik dan difusi pada institusi/masyarakat yang membutuhkannya. Menerapkan teknologi DNA Forensik ini untuk membantu POLRI dan Kementerian Kehutanan dalam memberantas segala bentuk kejahatan yang merupakan bagian penting dari agenda utama pemerintah untuk menciptakan Indonesia yang lebih aman dan damai.

Output/Outcome• BerhasilmembantuPolridalammengungkapkasusyang

mendapat perhatian publik antara lain; kasus perkosaan anak serial di Bali (Feb-Apr 2010), kasus perdagangan Satwa liar langka yang dilindungi (Apr-Jul 2010), kasus perdagangan anak di Palembang (Agustus 2010) dan kasus mutilasi di Musi Banyuasin Sumatera Selatan (Sep 2010), serta kasus-kasus kriminal lainnya seperti : pembunuhan, perkosaan, identifikasi orang hilang.

• Berhasil melakukan validasi internal dan membangundatabase DNA dengan menggunakan Kit 16 Loci Marka STR Promega Powerplex® ESX17 pada populasi Jawa dan Melayu, dengan menggunakan 200 sampel DNA arsip di Lembaga Eijkman, database ini sangat diperlukan untuk perhitungan statistik.

• Berhasil melakukan validasi internal dan membangundatabase DNA dengan menggunakan Kit 15 Loci Marka STR AB AmpFlSTR®Identifiler Direct pada populasi di Maluku Utara, dengan menggunakan sampel darah pada FTA card terhadap 220 individu populasi An (Austronesian) dan nAn (non Austronesian).

• Lembaga Eijkman bekerjasama dengan Balai KonservasiSumber Daya Alam DKI Jakarta (BKSDA-DKI Jakarta), Provinsi Riau, penyidik Polri serta Wildlife Conservation Society Indonesia Program telah berhasil menentukan genotipe subspesies (genotyping) Harimau Sumatera - satwa liar langka yang dilindungi sebagai barang bukti yang diperdagangkan.

• Pengembangan tahap awal dalammengidentifikasi larvaFlesh Flies dengan marka DNA Barcode mtDNA gen yang menyandi Sitokrom Oksidase Subunit I (COI), identifikasi spesies larva Flesh Flies ini sangat penting dalam pengembangannya untuk menentukan asal spesies Flesh Flies yang ditemukan pada jenazah, disamping itu juga dapat memperkirakan umur kematian korban.

• Berkiprah didunia Internasional : sebagai anggota Asian Forensics Science Network (AFSN) dan Ketua Unit Identifikasi DNA Lembaga Eijkman menjadi wakil kenegaraan di organisasi ini dan sekaligus menjadi Wakil Ketua dari AFSN DNA Working group.

• Sebagai anggota ASEAN-WEN (Wildlife Enforcement Network) Wildlife Forensics.

• Memberikanpelatihankepada4personilLABFORCabangSurabya selama 2 minggu dan pelatihan dasar-dasar biologi molekul kepada personil Pusdokkes POLRI selama 2 bulan,

Page 175: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

167

serta pelatihan DNA forensik selama 2 minggu kepada 2 Dokter dalam pendidikan spesialis Ilmu Kedokteran Forensik UI.

• Melakukan sosialisasi mengenai program DNA-Prokids(Juni 2010) kepada media, instansi pemerintah dan LSM yang turut berperan serta dalam mencegah penculikan dan perdagangan anak. Disamping itu juga telah mengadakan Seminar dan Workshop DNA Prokids dengan tema: Using DNA Against Child-Trafficking, pada tanggal 4-5 Oktober 2010 di Jakarta.

• KerjasamayangbaikantaraPolridanLembagaEijkmanyangdiapresiasi oleh KAPOLRI dengan: Piagam Penghargaan dari KAPOLRI yang diberikan kepada Lembaga Biologi Molekul Eijkman (Sep 2010) atas kerjasamanya dalam mendukung POLRI Khususnya PUSLABFOR BARESKRIM POLRI dalam pemeriksaan DNA.

Tindak Lanjut Berusaha mempertahankan apa yang sudah berhasil

dicapai dan kedepan akan terus membantu POLRI dan Kementerian Kehutanan dalam menegakkan hukum di Indonesia, dan melanjutkan pengembangan teknologi identifikasi DNA dan meneruskan pembangunan database DNA untuk kepentingan identifikasi DNA baik manusia maupun satwa liar yang dilindungi.

Publikasi Kajian• Sudoyo Herawati 2010 Members Presentation in

Introducing the DNA Identification Unit of the Eijkman Institute for Molecular Biology. Proceeding : Asian Forensic Science Network 2nd Annual Meeting and Symposium. Brunei Darussalam, 1-3 June 2010.

• JoanmawantiWindy, Iskandar A. Adnan, Helena Suryadi,Herawati Sudoyo. Preliminary Study on Asian Specific Autosomal STR Markers using Promega Powerplex® ESX17. Proceeding: AFSN 2nd Annual Meeting & Symposium, Brunei Darussalam, 2010

• PurnomoGludhugA.IskandarA.Adnan,HidayatTrimarsanto,Helena Suryadi, Herawati Sudoyo. Internal Validation and Population Study using AB AmpFlSTR®Identifiler Direct System. Proceeding: AFSN 2nd Annual Meeting & Symposium, Brunei Darussalam, 2010

• Wulansari, Helena Suryadi, Hidayat Trimarsanto, AndryNur Hidayat, Noviar Andayani, Muslim Arief Toengkagie, Herawati Sudoyo. Subspecies Identification of Endangered

Panthera tigris: Case Report. Proceeding: AFSN 2nd Annual Meeting & Symposium, Brunei Darussalam, June 1-3, 2010

• Helena Suryadi Forensic DNA - Indonesian Experience.Proceeding: Reclaiming Stolen Lives Forensic Science and Human Rights Investigations Conference. Bogor 2010

• Sudoyo Herawati 2010 Peran DNA Dalam MemecahkanKasus Perdagangan Manusia. Proceeding: Sosialisasi Program DNA Prokids Indonesia dengan tema “DNA untuk Identifikasi Adopsi Ilegal: Pencegahan Perdagangan Anak”

• Sudoyo Herawati 2010 Tes DNA Di Indonesia: SenjataTerakhir Dalam Perang Melawan Perdagangan Manusia. Proceeding: Seminar and Workshop DNA-Prokids: Using DNA Against Child-Trafficking, Oktober 2010

• Windy Joanmawanti, Wulansari, Helena Suryadi, NgurahWijaya Putra, Anak Ayu Sri Wahyuni, Herawati Sudoyo. Penggunaan Y-STR Dalam Mengungkap Kasus Kejahatan Seksual. Proceeding: The Fifth National Congress and Annual Meeting of National Forensic Medicine Medicolegal. Makassar, 2010.

• Iskandar A. Adnan, Windy Joanmawanti, HidayatTrimarsanto, Helena Suryadi, Herawati Sudoyo. Frekuensi Alel 16 Loci Marka STR Powerplex® ESX17 Pada Populasi Jawa Dan Melayu. Proceeding: The Fifth National Congress and Annual Meeting of National Forensic Medicine Medicolegal. Makassar, 2010.

• GludhugA Purnomo, IskandarA. Adnan,Helena Suryadi,Hidayat Trimarsanto, Herawati Sudoyo. Frekuensi Alel 15 Loci Marka STR AB AmpFlSTR®Identifiler Direct Pada Dua Subpopulasi Utama Maluku Utara Proceeding: The Fifth National Congress and Annual Meeting of National Forensic Medicine Medicolegal. Makassar, 2010.

• Pradiptajati Kusuma 2010. Identifikasi BerbasisMolekulerLarva Flesh Flies (Diptera: Sarcophagidae) Di Wilayah Jakarta Menggunakan DNA Barcode Sitokrom Oksidase Subunit I. Skripsi S1 Program Studi Biologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, ITB

Page 176: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

168

Foto Kegiatan

Page 177: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

169

PENYELARASAN DUKUNGAN IPTEK SARANA DANPRASARANA LITBANG LINGKUNGAN

Dr. Ir. Agus Puji Prasetyono, M.Eng.Asisten Deputi Investasi IPTEK, Deputi Bidang Sumber Daya IptekAnggaran : Rp. 500.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiDalam upaya mendukung pengendalian dampak

dan pengelolaan lingkungan hidup untuk menunjang pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan diperlukan sarana dan prasarana yang memadai dan sesuai dengan standard dan persyaratan yang ditentukan. Salah satu usaha pengelolaan lingkungan hidup adalah melaksanakan pemantauan kualitas lingkungan. Pemantauan kualitas lingkungan harus didukung dengan sarana dan prasarana yang kompeten, sesuai standard dan dapat menghasilkan data yang dpaat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah gedung laboratorium, peralatan laboratorium, metode-metode sampling dan analisis pengujian, serta kompetensi sumber daya lainnya baik untuk memonitoring kualitas air (air pemukaan, air limbah), udara (udara ambien dan emisi) dan tanah.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 06/Tahun 2009 tentang laboratorium lingkungan secara tegas menyatakan bahwa untuk menjaga akuntabilitas pengujian parameter polutan kualitas lingkungan, maka diperlukan laboratorium lingkungan yang telah memenuhi persyaratan kompetensi. Persyaratan kompetensi yang harus dicakup yaitu gedung laboratorium, peralatan laboratorium dan sarana dan prasarana lainnya baik untuk safety, kesehatan dan keamanan dan pengelolaan limbahnya. Laboratorium lingkungan yang telah memenuhi persyaratan dalam Permen LH tersebut seharusnya sudah kompeten dan mampu melakukan pengujian parameter kualitas lingkungan dengan handal dan menyajikan data pemantauan kualitas lingkungan dengan benar yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Kegiatan ini ingin melakukan verifikasi terhadap sarana dan prasarana litbang lingkungan hidup didaerah baik di provinsi maupun di kabupaten/kota. Sarana dan prasarana harus lebih dikuatkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti penstandarisasian peralatan-peralatan, kompetensi sumber daya. Sehingga dari hasil inventarisasi dan penyelidikan terhadap sarana dan prasarana litbang lingkungan, maka akan didapatkan/dirumuskan kegiatan yang dapat membantu penguatan sarana dan prasarana tersebtu. Pembinaan dan pengembangan laboratorium lingkungan telah dilaksanakan dari ke tahun ke tahun, tetapi apabila sarana dan prasarana yang ada tidak mendukung, maka akan terjadi ketidak cocokan antara rencana kegiatan dan kesiapan sarana dan prasarana.

Menurut data hasil pemantauan dan hasil kajian berbagai instansi baik Internasional maupun nasional untuk 5 (lima) tahun terakhir ini telah ditemukan perubahan/pergeseran pencemaran lingkungan, ada kecenderungan bahwa pencemaran lingkungan sudah bukan saja masalah di kota-kota besar tetapi bahkan sudah sampai ke masalah di kota-kota kecil.

Dari data hasil pemantauan sungai utama dan juga pemantauan kualitas udara dari 33 (tiga puluh tiga) provinsi yang didapatkan oleh Pusarpedal sepanjang tahu 2003-2010 dari daerah Provinsi di seluruh Indonesia disimpulkan, bahwa diduga hampir semua daerah aliran sungai (DAS) Indonesia kualitas air sungainya sudah menurun dan bahkan sudah sampai pada ancaman penurunan kualitas yang sangat serius (Laporan Pusarpedal tentang Hasil Pemantauan 33 provinsi tahun 2003 s/d 2010).

Page 178: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

170

Pemantauan yang dilaksanakan sejak tahun 2003-2010 juga menunjukkan kecenderungan penurunan kualitas di setiap segmen dan kota yang dilalui DAS Sungai tersebut. Penurunan yang sangat drastis dari kualitas air sungai itu terjadi karena air seringkali dipandang sebagai sumber daya terbarukan yang ada di mana-mana, terdapat kapan saja, jumlahnya berlimpah, dan dapat diperoleh secara cuma-cuma. Selain kondisi seperti tersebut diatas penurunan kualitas air juga disebabkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi baik pada tata guna lahan, perkembangan jumlah penduduk yang sangat cepat meningkat, saluran irigasi yang berubah menjadi saluran penggolontoran kota yang membawa aliran limbah rumah tangga, pabrik, kantor dll.

Pengkajian metode standar adalah salah satu kegiatan yang sangat perlu dilakukan sebelum menjalankan suatu kegiatan pemantauan. Pengkajian metoda pengukuran kualitas air, udara saat ini merupakan kebutuhan yang sangat mendesak, karena kebutuhan akan data-data pemantauan yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan lingkungan. Program pengkajian metode pengukuran kualitas air, udara yang dilaksanakan pada tahun anggaran 2009 adalah merupakan program yang akan dilanjutkan karena setelah dievaluasi dan juga berdasarkan data-data hasil pemantauan yang didapatkan oleh Pusarpedal, maka dipandang perlu untuk mengkaji dan mengevaluasinya.

Pada kegiatan program pengkajian baku mutu ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data-data sekunder yang akan dipakai sebagai dasar dalam menentukan besaran nilai baku mutu yang sesuai, disamping data-data lainnya sebagai dasar ilmiah. Dalam rangka pengkajian baku mutu ini maka telah dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: pengumpulan literatur (referensi), pengumpulan data-data hasil pemantauan baik udara maupun air, diskusi teknis dengan para analis dilaboratorium, pembahasan nilai baku mutu yang sesuai dengan kondisi saat ini dan pertemuan-pertemuan teknis termasuk mengumpulkan pendapat dari para ahli. Selain itu diperlukan juga dukungan dari sarana dan prasarana laboratorium lingkungan yang sesuai dengan standard yang dipersyaratkan sehingga data-data yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Undang-Undang No.32/tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup memberikan ruang untuk melakukan pengkajian baku mutu lingkungan yang telah ada saat ini, apakah masih sesuai atau tidak dengan kondisi saat ini. Pengelolaan lingkungan hidup tidak akan berhasil dengan baik apabila dasar hukum dan peraturan perundangan yang lengkap dan jelas belum dioptimalkan dan

diaplikasikan oleh karena ketidak mengertian atau ketidak cocokan peraturan dan baku mutu yang ada. Disamping itu baku mutu masih banyak hasil adopsi dari peraturan yang ada di negara lain. Peraturan Pemerintah No. 82/tahun 2001, demikian juga Peraturan Pemerintah No. 41/tahun 1999 adalah merupakan dasar untuk melaksanakan pengendalian pencemaran air dan udara melalui pemantauan. Turunan dari PP tersebut seperti Peraturan Menteri/Keputusan Menteri masih banyak yang belum dibuatkan sehingga mengakibatkan belum diaplikasikannya secara baik dan benar hal ini tentu dipengaruhi juga kemampuan sumber daya dan teknologi yang dipunyai belum optimal.

TujuanTujuan adalah: Untuk mewujudkan penguatan sarana

dan prasarana litbang lingkungan pada Badan Usaha dan Lembaga Penunjang untuk mendukung Program Penguatan Kelembagaan Iptek sekaligus mewujudkan fungsi pelestarian lingkungan hidup serta pemberdayaan masyarakat dalam usaha-usaha mencapai kesejahteraan.

SasaranAdapun Sasaran yang dicapai :

• Melakukan monitoring perkembangan difusi teknologi(transfer of technology) dalam penguatan dukungan iptek pada sarana dan prasarana libang lingkungan di Badan Usaha dan Lembaga Penunjang untuk mendukung pelestarian fungsi lingkungan hidup

• Melakukanevaluasihasilperkembangandifusiteknologi• Penelaahan kebijakan penguatan iptek pada sarana dan

prasarana litbang lingkungan guna mewujudkan fungsi kelembagaan dan peran serta badan usaha dan lembaga penunjang dalam mengatasi, menguasai serta memajukan iptek dalam rangka penguatan sarana prasarana litbang di bidang lingkungan

Metodologi• PengumpulanData:- Data primer dan- Data sekunder tentang kebijakan Pemda terhadap sarpras

litbang lingkungan di daerah dan informasi pelstarian fungsi lingkungan hidup

• PelaksanaanKegiatan:- Desk study dan - survei lapangan• TahapanPelaksanaanKegiatan:- Analisis potensi daerah• Analisis peluang ekonomi sarana dan prasarana litbang

lingkungan dan kebijakan Daerah

Page 179: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

171

Output/Outcome• Belum semua kabupaten/kota di Provinsi terpilih,

penguatan sarana dan prasarana libang lingkungan optimal, hal ini terliat dari masih mininmnya sarana dan prasarana laboratorium lingkungan.

• Berbagaikendaladitemukandalampenguatansaranadanprasarana litbang lingkungan yang ada di daerah, seperti yang pernah dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup melalui dana DAK di daerah, kendala yang dihadapi adalah kurang tepatnya sasaran dan kurang siap menerima, perlalatan tersebut, seharusnya lebih dulu dilakukan studi kelayakan lengkap pada daerah terpilih yang sudah siap menerima sarpras tersebut.

• Sarana dan Prasarana litbang laboratorium lingkungandi daerah pada umumnya masih terfokus pada sarana pemantauan kualitas air dan itupun belum selengkap sesuai dengan stnadar yang ada.

• Kondisi SDM untuk mengoperasikan peralatanlaboratorium yang ada belum maksmimal, hal ini terlihat masih ada peralatan lanoratorium yang belum ada yang mengoprasikannya.

Tindak Lanjut RekomendasiMasih perlu peningkatan dan pengembangan sarana dan

prasarana litbang lingkungan hidup baik di Pusat maupun di daerah. Tetapi harus dilakukan pengawasan yang optimal untuk menjaga bahwa peralatan yang diperlukan sesuai dengan yang standard dan yang dibutuhkan.

Perlunya suatu rekomendasi kebijakan di daerah yang mengatur penempatan SDM teknis yang telah dilatih peralatan laboratorium lingkungan oleh pemerintah pusat agar tidak dipindah-pindahkan ke instansi yang tidak teknis di pemerintah daerah karena selama ini di daerah terjadi bagi SDM yang telah dilatih masalah peralatan laboratorium lingkungan sering dipindahkan pada tempat yang tidak semestinya “There are not the right man on the right place”.

Page 180: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

172

Page 181: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

173

ANALISA DAN PERUMUSAN KEBIJAKANPENINGKATAN DAYA SAING KOMPETENSI KELEMBAGAAN DAN SUMBERDAYA IPTEK DI WILAYAH PEMEKARAN PERBATASAN

Dra. Alvini Pranoto, M. Maritime Stud., M.SiAsisten Deputi Kekayaan Intelektual dan Standardisasi Iptek, Deputi Bidang Sumber Daya IptekAnggaran : Rp. 500.000.000,-Lokasi : Jakarta

DiskripsiKelajuan pembangunan iptek melalui penguatan

kompetensi iptek di wilayah perbatasan perlu ditingkatkan. Untuk mencapai hal tersebut, pendekatan yang ditempuh adalah dengan memberikan langkah-langkah konkrit, salah satunya adalah dengan melakukan pembangunan kompetensi sarana dasar iptek. Sarana dasar iptek tersebut seperti kelembagaan dan sumberdaya iptek di daerah yang ditunjukkan melalui kebijakan pembangunan iptek termasuk perhatian/dukungan fasilitas, stimulasi dan penciptaan iklim kondusif (aksi nyata dalam mensinerjikan perkembangan kelembagaan dan sumber daya iptek yang dimiliki daerah perbatasan dengan berbagai faktor lainnya). Tujuan : • Memicu pemerintah kabupaten dan kota untuk

meningkatkan perhatiannya dalam pembangunan iptek yang berwawasan kompetensi kelembagaan maupun sumberdaya yang terkait dengan Iptek;

• Menjadikan pembangunan iptek sebagai bagian daripengentasan masalah-masalah actual daerah terkait infiltrasi politik, ekonomi, social dan budaya negara tetangga.

• Merumuskan model strategi untuk meningkatkankompetensi kelembagaan dan mengoptimalkan sumber daya iptek di daerah perbatasan

Metodologi• Studi pustaka, pengumpulan bahan, dokumen dan

kebijakan yang terkait dengan pengembangan, pendaya-gunaan, dan penerapan Iptek bagi pembangunan daerah perbatasan, secara khusus kabupaten Kapuas Hulu, Sangihe, dan Rote-Ndao .

• Rapat koordinasi dengan instansi pelaksana kegiatanpengembangan, pendayagunaan dan penerapan Iptek di daerah Atambua.

• Menyusuninstrumenstudiuntukmenggalisegenapdatamengenai sumber daya iptek dan kompetensi kelembagaan iptek di daerah perbatasan, meliputi instrumen wawancara mendalam, panduan FGD, daftar kebutuhan data sekunder, panduan observasi, dan sebagainya

• Melakukanpengumpulandatadenganmetodeobservasi,pengumpulan data sekunder, wawancara menalam dan FGD

• Melakukanpengolahandata• Workshop, untuk menyempurnakan dan mempertajam

analisa terhadap temuan-temuan yang sudah diperoleh.• Penulisanlaporan.

Page 182: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

174

Output/OutcomeTersusunnya rekomendasi kebijakan peningkatan daya

saing kompetensi kelembagaan dan sumberdaya iptek di 3 (tiga) daerah perbatasan yaitu Kalbar, NTT dan Sulawesi Utara.

Tindak Lanjut • Urgensi: Melalui pembangunan iptek di wilayah perbatasan

diharapkan dapat meringankan beban pemerintah daerah setempat dalam menyelesaikan masalah-masalah aktual yang dihadapi guna mendorong daya saing di daerah tersebut. Tujuan utamanya adalah sebagai daya tangkal atas pelemahan pembangunan iptek daerah perbatasan antar negara yang rawan dengan intervensi negara tetangga dengan dalam bentuk infiltrasi sosial, ekonomi, dan budaya.

• RekomendasiKegiatan Dalam mendukung pengembangan kawasan perbatasan

yang sangat tertinggal dibandingkan dengan kawasan perbatasan negara tetangga maka diperlukan kebijakan dan strategi pembangunan yang terpadu. Kebijakan dan strategi yang mungkin dapat dilakukan diantaranya adalah: 1) Lebih mengoptimalkan peran Badan Perbatasan yang telah dibentuk sebagai bagian dari kepanjangan tangan pemerintah pusat dalam mengatur kawasan perbatasan; 2) Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM); 3) Diterapkannya teknologi ramah lingkungan yang sesuai dengan potensi unggulan daerah; 4) Mewujudkan komitmen politik pembangunan kawasan perbatasan untuk masing-masing sektor secara serentak dan berkelanjutan; 5) Memprioritaskan pembangunan infrastruktur di kawasan perbatasan untuk meminimalisir tingkat kesenjangan.

Page 183: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

175

PENGENDALIAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM(DUKUNGAN LITBANG UNTUK PENURUNAN EMISI GAS CO2 DAN PERUBAHAN IKLIM)

Dr. Ir. Pariatmono, M.Sc. Asisten Deputi Iptek Pemerintah, Deputi Bidang Pendayagunaan IptekAnggaran : Rp. 9.000.000.000,-Lokasi : Kecamatan Cikadu Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

Diskripsi• Teknologi Mikrohidro sebagai Alternatif Energi Indonesia kaya akan sumberdaya air, mikrohidro sebagai

pembangkit energi listrik terutama di daerah pelosok yang pembangunan infrastruktur jaringan listrik di lokasi tersebut tidak memungkinkan atau masih mahal. Termasuk salah satu jenis energi terbarukan yang potensi energinya terus mengalir, dampak kerusakan lingkungan yang kecil.

Manfaat : Kegiatan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat karena akan memperoleh sumberdaya energi listrik untuk kehidupan sehari-hari dan aktifitas ekonominya. Dari sisi perubahan iklim, masyarakat yang merasakan manfaatnya akan cenderung melindungi lingkungan sekitarnya dan/atau bagian hulu, sehingga kondisi ekosistem lebih terjaga dan tahan terhadap ancaman perubahan iklim

Manfaat lain adalah kesempatan untuk mengembangkan aktivitas ekonomi bagi masyarakat akan semakin luas yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat mengurangi kerentanan mereka terhadap perubahan iklim.

Publikasi Telah di cetak dalam bentuk flyer dan maket mengenai

mikrohidro ini. Flyer dan maket ini ditampilkan dalam event pameran terkait dengan perubahan iklim.

Foto Hasil Kegiatan

• Teknologi Pompa Tangan Pemurni Air Bersih Akses ke air bersih kadang sulit di daerah kekeringan,

daerah banjir atau di daerah lain seperti di tengah lautan. Membuat sistem penyaringan yang mandiri dan mampu menghasilkan air bersih berkualitas menjadikannya inovasi

Page 184: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

176

yang sangat dibutuhkan. Inovasi teknologi penjernih air dengan teknologi membran nanotechnology dan sistem ultrafiltrasi mampu menyisihkan kontaminan kekeruhan, koloid, zat organik, bakteri, dan bahkan virus.

Manfaat : sangat sederhana dan mudah dioperasikan, ukurannya yang relatif kecil membuatnya mudah dibawa, bekerja tanpa listrik untuk produksi air berkualitas, produk air yang dihasilkan bebas mikroba.

Lokasi Akan didistribusikan ke daerah-daerah terkena bencana

alam dampak perubahan iklim.

Publikasi Peroleh Patent dan telah ditampilkan dalam pameran-

pameran terkait dengan innovator dan perubahan iklim.

Foto Hasil Kegiatan

• Teknologi Penyerapan CO2 melalui Fotobioreaktor Upaya memitigasi dampak pemanasan global melalui

teknologi penangkapan dan penyerapan karbon, yang dikenal sebagai Carbon Capture and Storage (CCS) Technology. Merupakan salah satu teknologi CCS yang juga sedang dikembangkan oleh negara-negara maju di dunia

dengan memanfaatkan kultur mikroalga Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp, baik pada kolam kultur maupun pada fotobioreaktor.

Manfaat : mikroalga Nannochloropsis sp. dapat menyerap kadar CO2 sebesar 4,8% vol. CO2 per hari dan fotobioreaktor dengan kultur mikroalga air tawar Chlorella sp. dapat menyerap kadar CO2 sebesar 6% vol. per hari.

Lokasi Diterapkan di industri pabrik susu PT. Nestle, Kabupaten

Bogor Jawa Barat

Publikasi Liputan Kegiatan Teknologi Penyerapan CO2 melalui

Fotobioreaktor : Harian Media Indonesia, Republika dan Kompas.

Foto Hasil Kegiatan

• Teknologi Reduksi Emisi GRK di Industri Kecil Tahu Pabrik tahu ditengarai merusak lingkungan karena masih

menggunakan kayu bakar dan membuang limbah cairnya ke lingkungan. Modifikasi tungku dan penerapan pengolah limbah dapat mengatasinya, bahkan memberikan nilai ekonomis berupa biogas pengganti bahan bakar minyak dan kayu bakar.

Manfaat : Menurunkan tingkat keasaman, chemical oxygen demand (COD), dan biological oxygen demand (BOD) yang tinggi. Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan, tingkat

Page 185: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

177

keasaman pH 4-5 5, sedangkan COD dan BOD mencapai 10.000–15.000 mg per liter.

IPAL di Desa Kalisari berkapasitas 20 m3 per hari, setara dengan 1.200 kg kedelai per hari yang diperlukan 20 industri tahu. Adapun IPAL di Desa Cikembulan kapasitasnya 5 m per hari, setara 300 kg.

Lokasi : Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas

Publikasi Liputan Kegiatan Reduksi Emisi GRK di Industri Kecil Tahu,

Purwokerto : Harian KOMPAS dan Liputan 6 SCTV.

Foto Hasil Kegiatan

• Identifikasi Iptek Kelautan sebagai Sumber atau Penangkap Emisi GRK

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas laut 3,3 juta km2, dengan sumberdaya ini laut sangat berpotensi

untuk menyerap dan melepaskan karbon (carbon sink and carbon release). Pada saat ini belum terdapat data yang cukup memadai mengenai peran dari laut dalam konteks perubahan iklim khususnya perhitungan emisi Gas Rumah Kaca.

Manfaat : perhitungan siklus karbon laut di perairan Indonesia diharapkan memberikan kontribusi nyata dalam perhitungan siklus karbon nasional. Selain itu tersedianya data dan model karbon laut perairan Indonesia yang menjadi acuan nasional perhitungan neraca karbon nasional dalam perhitungan emisi Gas Rumah Kaca serta informasi Laut Jawa sebagai CO2 sink tertinggi pada Juli (238,63 mgC/m2/hari) dan terendah pada Maret (16,154 mgC/m2/hari). Di beberapa perairan pantai Laut Jawa menunjukkan sebagai source C02.

Lokasi : Perairan Laut Jawa

Foto Hasil Kegiatan

• Identifikasi dan Analisis Lahan Gambut sebagai Sumber Utama Emisi di Indonesia

Lahan gambut sumber daya lahan penting penyimpan karbon terestrial yang dalam keadaan hutan alam gambut berfungsi sebagai rosot karbon, namun lahan gambut akan berubah menjadi sumber emisi karbon bila hutan gambut dibuka dan di drainase.

Manfaat : menganalisis besaran dan sumber emisi CO2 pada berbagai sistem pertanian di lahan gambut dan menganalisis opportunity cost serta faktor sosial ekonomi dan kelembagaan yang mempengaruhi emisi CO2 dari lahan gambut

Lokasi : Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah

Page 186: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

178

Foto Hasil Kegiatan

• Identifikasi Iptek terhadap Dampak Perubahan Iklim di Sektor Kehutanan

Sumber utama emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Indonesia berasal dari perubahan lahan dan kehutanan (LULUCF) yaitu sebesar 83% termasuk kontribusi dari lahan gambut. Laju kerusakan hutan sebesar 1,1 juta ha/tahun sementara kemampuan pemerintah untuk rehabilitasi hanya 500ribu ha/tahun (REDD 2009).

Manfaat : pendayagunaan teknologi penginderaan jauh adalah salah satu solusi konkret untuk memonitor tutupan lahan, dan estimasi perubahan cadangan karbon yang bersifat akurat dengan cakupan yang luas secara spasial dan dapat mendukung program nasional di bidang perubahan iklim sektor kehutanan Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS). Dari sini dapat di analisis perubahan penutup lahan (hutan) dan deforestasi, Analisis perubahan lahan hutan akibat kebakaran hutan/lahan, Perhitungan penyerapan karbon di wilayah hutan tertentu dengan metode yang telah ada (Modis, Landsat, Spot, Terra)

Lokasi : Provinsi Kalimantan Tengah

Foto Hasil Kegiatan

•PenyusunanKajianKebutuhanTeknologiBidangLingkungan (TNA)

TNA sebagai aktivitas identifikasi dan penentuan prioritas teknologi adaptasi dan mitigasi negara berkembang yang melibatkan berbagai stakeholder dalam suatu proses konsultatif berikut identifikasi hambatan dalam transfer teknologi pada beberapa sektoral. TNA sudah dirintis sejak tahun 2009 dengan fokus pada 7 sektor dan melibatkan tidak kurang 50 tenaga ahli lintas sektor dan dipaparkan dalam side event COP -14 di Poznan Polandia. Ristek bersama BPPT dan DNPI bersama-sama dengan lembaga pemerintah, perguruan tinggi dan stakeholder lainnya menyusun Global TNA 2010.

Manfaat : seiring dengan perkembangan kebijakan nasional dalam perubahan iklim, dimana adanya kebijakan baru Pemerintah RI dalam pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% CO2e dengan biaya sendiri dan tambah 15% (menjadi 41%) dengan bantuan LN pada tahun 2020, maka diperlukan up-dating TNA yang bisa mendukung kebijakan ini.

Page 187: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

179

Output : Buku Global TNA yang berisikan pilihan prioritas teknologi yang berkaitan dengan mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim yang berguna untuk penyusunan rencana aksi teknologi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim Indonesia.

Tindak Lanjut Hasil Kegiatan Adaptasi Perubahan Iklim• Perumusan rekomendasi kebijakan pendayagunaan

teknologi untuk penurunan emisi gas CO2 dan adaptasi perubahan iklim (Iptek Energi, Transportasi, Lingkungan, Teknologi Energi Hijau, Air Bersih, Monitoring dan evaluasi).

• Pengembangan kegiatan aplikasi teknologi kearahkonsep pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDA) yang akan memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat, industri dan pemerintah.

Foto Hasil Kegiatan

Page 188: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

180

Page 189: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

181

PENDAYAGUNAAN TEKNOLOGI MITIGASI BENCANA

Dr. Ir. Pariatmono, M.Sc. Asisten Deputi Iptek Pemerintah, Deputi Bidang Pendayagunaan IptekAnggaran: Rp. 9.000.000.000,-

Diskripsi•Pendayagunaan Teknologi Imbuhan Buatan Kegiatan mengkonversi air tanah dengan sumur resapan

pada beberapa lokasi sehingga dapat menjaga ketersediaan cadangan air.

Lokasi : DKI Jakarta, Depok, Bogor.

Hasil : Laporan dan Diseminasi Teknologi Imbuhan Buatan

Foto Hasil Kegiatan

•Pendayagunaan Peta Mikrozonasi DKI Jakarta Kaji ulang terhadap besaran percepatan (hazard) gempa

untuk kota Jakarta yang dapat memberikan estimasi besaran percepatan gempa puncak dengan berbagai derajat kemungkinannya dari semua sumber gempa yang dipertimbangkan dapat memberikan potensi gempa bumi ke kota Jakarta.

Lokasi : DKI Jakarta.

Hasil : Laporan dan Diseminasi Peta Mikrozonasi

Foto Hasil Kegiatan

•Pendayagunaan Teknologi Peringatan Dini Longsor Data-data klimatologi dan litologi diambil secara langsung

ke Weather Envoy dengan menggunakan kabel, kemudian data tersebut dikirim dengan menggunakan gelombang mikro (telemetri) menggunakan jaringan selular (GSM). Sistem ini dapat bekerja secara stand alone maupun dapat bekerja secara terintegrasi.

Lokasi : Kabupaten Bandung

Hasil : Laporan dan Diseminasi Teknologi Peringatan Dini Longsor.

Page 190: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

182

Foto Hasil Kegiatan

•Pendayagunaan Indikator Geo untuk pengelolaan resiko bencana

Indikator geo ini dapat dipakai untuk keperluan perencanaan wilayah, khususnya dalam penyusunan rencana tata ruang yang menjadi kewajiban pemerintah daerah.

Lokasi : DKI Jakarta

Hasil : Laporan dan Diseminasi Indikator Geo untuk Pengelolaan Resiko Bencana

Foto Hasil Kegiatan

•Pendayagunaan Geofisika dan Geoteknik pada kestabilan tanggul situ

Mendayagunakan metode geofisika dan geoteknik untuk mengevaluasi kondisi kestabilan tanggul tanah homogen.

Lokasi : Kabupaten Brebes dan Kabupaten Bandung

Hasil : Laporan dan Keberlanjutan Geofisika dan Geoteknik pada kestabilan tanggul situ

Foto Hasil Kegiatan

Page 191: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

183

•Pendayagunaan Sistem peringatan dini lingkungan di Danau

Menetapkan parameter kritis yang menstimulasi proses pengadukan perairan melalui karakterisasi pola hubungan dinamika parameter fisika air dan cuaca dengan sistem monitoring on-line.

Lokasi : Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta

Hasil : Laporan dan Diseminasi sistem peringatan dini lingkungan di danau

Foto Hasil Kegiatan

•Pendayagunaan Iptek untuk pencegahan resiko bencana keruntuhan situ dan waduk

Menyusun peta risiko bencana terkait dengan pengelolaan situ dan waduk untuk mencegah risiko bencana keruntuhan situ dan waduk.

Lokasi : Jabodetabek dan Kabupaten Brebes

Hasil : Laporan dan Diseminasi Iptek untuk pencegahan resiko bencana keruntuhan situ dan waduk

Foto Hasil Kegatan

•Pendayagunaan Teknologi Peringatan Dini Kekeringan TRMM : satelit joint mission NASA dan the Japan Aerospace

Exploration Agency (JAXA) didesain untuk memonitor dan mempelajari curah hujan tropik

Lokasi : Provinsi Kalteng dan NTB

Hasil : Laporan dan Diseminasi Teknologi Peringatan Dini Kekeringan

Foto Hasil Kegiatan

•Pendayagunaan Kerjasama Internasional Kegiatan ini merupakan salah satu usaha untuk

meningkatkan pendayagunaan kerjasama dengan negara negara sahabat baik untuk melengkapi peralatan INA-TEWS maupun untuk menjaga kesinambungan sistem ini selanjutnya. Kegiatan ini bermaksud mengevaluasi capaian kerjasama internasional tersebut untuk pengembangan kapasitas nasional dalam hal pengembangan sistem peringatan dini tsunami.

Lokasi : DKI Jakarta

Hasil : Laporan dan Kerjasama Internasional (JICA)

Foto Hasil Kegiatan

Page 192: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3Laporan Kegiatan Tem

atik Tahun 2010

184

Lokasi : Kabupaten Bantul

Hasil : Laporan dan Diseminasi Rumah Tahan Gempa

Foto Hasil Kegiatan

•Pendayagunaan Strategi Keberlanjutan INA-TEWS Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk mengkaji arah,

tujuan, strategi dan mekanisme dari aspek keberlanjutan sistim peringatan dini tsunami di Indonesia. Dengan demikian tujuan yang hendak di capai dalam kegiatan pengkajian ini antara lain untuk mendapatkan gambaran aspek pendukung itu keberlanjutan sistim INA-TEWS

Lokasi : DKI Jakarta

Hasil : Laporan dan Keberlanjutan Ina-TEWS

Foto Hasil Kegiatan

•Pendayagunaan Hasil Monitoring Dan Evaluasi Program INA-TEWS

Maksud kegiatan ini adalah untuk menganalisis perkembangan program INA-TEWS selama ini guna mendapatkan point pembelajaran penting terutama dalam penguatan komponen struktur dan dan kultur dari pembangunan INA-TEWS.

•Pendayagunaan Fungsi dan Percepatan Pemasangan Accelerometer untuk peringatan Dini Tsunami

Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan dari tahun-tahun sebelumnya. Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan percepatan pengiriman dan keakuratan data tentang gejala dan tanda gempa sehingga di dapatkan pengiriman informasi dini yang akurat dan dapat di pertanggung jawabkan. Percepatan tersebut di hasilkan dari upaya semakin lengkapnya pemasangan peralatan accelerometer di beberapa lokasi yang menjadi target perencanaan yang ada.

Lokasi : Kabupaten Bandung

Hasil : Laporan dan Pemasangan Accelerometer

Foto Hasil Kegiatan

•Pendayagunaan Teknologi Rumah Sederhana Tahan Gempa Untuk Masyarakat

Secara umum kegiatan ini dimaksudkan untuk merumuskan kembali teknologi bangunan tahan gempa yang selama ini telah dikembangkan, kemudian memperkuat aspek pendayagunaan melalui pengkajian varian model bengunan sesuai peruntukan dan skala biaya yang diperlukan sehingga dapat menambah pilihan bagi masyarakat dalam berkeinginan untuk menerapkan teknologi di masyarakat.

Page 193: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU

3La

pora

n Ke

giat

an T

emat

ik T

ahun

201

0

185

Lokasi : DKI Jakarta

Hasil : Laporan dan Media/ Buku untuk sosialisasi

Foto Hasil Kegiatan

Tindak Lanjut Hasil Kegiatan Pendayagunaan Teknologi Mitigasi Bencana• Perumusan rekomendasi kebijakan pendayagunaan

teknologi untuk mitigasi bencana (Revitalisasi PIRBA, Grand Launching Ina-TEWS, Kerjasama Internasional, Monitoring dan evaluasi).

• Pengembangan kegiatan aplikasi teknologi kearahkonsep pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDA) yang akan memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat, industri dan pemerintah.

Lokasi : DKI Jakarta

Hasil : Laporan dan Sosialisasi Hasil Monev

Foto Hasil Kegiatan

•Pendayagunaan Sistem Peringatan Dini Tsunami Untuk Penguatan Kapasitas Kelembagaan

Tujuan yang ingin di capai melalui kegiatan ini adalah melihat efektifitas penguatan kapasitas kelembagaan. Diharapkan keseluruhan analisis tersebut akan dapat mendukung bagi perumusan rekomendasi terhadap kapasitas kelembagaan CBU-INA TEWS.

Lokasi : DKI Jakarta

Hasil : Laporan dan Sistem Peringatan Dini untuk Penguatan Kelembagaan

Foto Hasil Kegiatan

•Pendayagunaan Media Informasi INA-TEWS Untuk Diseminasi Peringatan Dini Bencana Di Indonesia

Maksud dan tujuan yang ingin di capai oleh kegiatan ini adalah mencari posisi dari kapasitas media informasi INA-TEWS yang lebih berkualitas dalam mendiseminasikan informasi atas gejala dan langkah mitigasinya.

Page 194: Buku-3 Penelitian Lapan
Page 195: Buku-3 Penelitian Lapan
Page 196: Buku-3 Penelitian Lapan

BUKU 3LAPORAN KEGIATAN TEMATIK

TAHUN 2010