buku CSL PMBS 3
-
Upload
sawachikaeri -
Category
Documents
-
view
445 -
download
3
Transcript of buku CSL PMBS 3
Buku Panduan CSL pmbs 3
PANDUAN CSL
PRE MEDICAL BASIC SCIENCE 3
Edisi Ketiga
Editor
dr. Rizki Hanriko
dr. Iswandi Darwis
Buku Panduan CSL pmbs 3
PANDUAN PREMEDICAL BASIC SCIENCE 3 edisi ketiga
Editor: dr. Rizki Hanriko & dr. Iswandi Darwis
Diterbitkan oleh Percetakan Internal Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Disain Kulit muka oleh : dr. Iswandi Darwis
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penyusun
Cetakan I : 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Jln. Prof Soemantri Bojonegoro No1
Bandar lampung-Indonesia
Telp / Fax : (0721) 77665
P a g e | 2
Buku Panduan CSL pmbs 3
KONTRIBUTOR MATERI
Kerangka Anamnesis
dr. Syazili Mustofa
Pemeriksaan Urinalisis
dr. Oktadoni Saputra, dr. Intantri Kurniati
Pewarnaan Gram
dr. Ety Apriliana, M.Biomed
Vena Puncture
dr.Oktafani, dr. Iswandi Darwis
3 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan serta kemudahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan buku panduan Clinical Skill Laboratorium (CSL) Premedical Basic Science (PMBS) 3 edisi ketiga ini. Buku ini disusun sebagai panduan bagi mahasiswa maupun instruktur dalam proses pembelajaran CSL pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (FK Unila) semester 2 tahun ajaran 2010-2011.
Buku panduan edisi ketiga ini disusun dengan mengacu pada kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter yang tertuang dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). Pada ketrampilan ini mahasiswa diharapkan menguasai teknik melakukan anamnesis penyakit pasien, melakukan pemeriksaan pewarnaan gram dan pemeriksaan urinalisis serta melakukan prosedur pengambilan darah vena (Vena Puncture).
Terimakasih juga kepada para contributor materi serta editor edisi 1 dan 2, yang telah memberikan sumbangsihnya sehingga buku panduan ini terisi lengkap oleh ketrampilan yang harus dimiliki oleh mahasiswa kedokteran sebelum lulus pendidikan sarjana dan siap untuk diaplikasikan pada saat pendidikan di jenjang profesi
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada, semoga buku ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Untuk kesempurnaan penyempurnaan berikutnya kritik dan saran dapat diharapkan.
Bandar Lampung, Mei 2011
Editor
P a g e | 4
Buku Panduan CSL pmbs 3
DAFTAR ISI
Prakata ............................................................................................................................................. 4
Daftar Isi............................................................................................................................................ 5
Regulasi CSL.................................................................................................................................... 6
Lesson Plan, level of competence..................................................................................................... 9
CSL 1. Kerangka Anamnesis............................................................................................................ 10
CSL 2. Pemeriksaan Urinalisis.......................................................................................................... 24
CSL 3. Pewarnaan Gram.................................................................................................................. 31
CSL 4. Vena Puncture....................................................................................................................... 48
5 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
REGULASI CSL
1. Kegiatan CSL setiap topik terbagi atas 2 sesi.2. Pada kegiatan CSL terdapat 2 buku, yakni Buku Panduan CSL dan Buku Kegiatan CSL yang
wajib dibawa setiap sesi.3. Wajib mengikuti kegiatan CSL 100% 4. Harap hadir tepat waktu5. Jika terlambat ≤ 15 menit dapat mengikuti CSL dengan pre test susulan di ruangan tersebut dan
nilai pre test dikurangi 10 poin6. Jika terlambat >15 menit sejak CSL dimulai sesuai jadwal, tidak diperkenankan mengikuti CSL 7. Pada Sesi 1 akan dilakukan Pre test (10 menit) secara serentak dan dikumpulkan pada instruktur
penanggung jawab pre test yang bertugas. 8. Pelaksanaan pre test dilakukan serentak di ruang CSL dengan instruktur masing-masing atau
dikumpulkan di ruang tertentu untuk jenis keterampilan tertentu seperti keterampilan Laboratorium9. Saat pretest mahasiswa tidak diperkenankan melakukan kecurangan seperti mencontek atau
bekerjasama dengan temannya, melirik lebih dari 3 kali, memberikan jawaban, langsung ditarik lembar jawabannya dan jawaban di anulir kemudian diberikan soal baru dan akan dikurangi 20 poin
10. Pada akhir sesi 1 akan diumumkan mahasiswa/i yang mendapat nilai pre test <70 dan penugasannya yang wajib (tugas terstruktur sesuai dengan materi, rekaman prosedur kegiatan, foto atau gambar yang dibuat sendiri) dikumpulkan sebelum CSL sesi 2 pada instruktur penanggung jawab pre test
11. Jika mendapat nilai tugas < 60 maka diwajibkan untuk memperbaiki tugas tersebut dengan catatan nilai checklist tidak diparaf
12. Jika tidak mengumpulkan tugas tepat waktu (sebelum CSL pertemuan ke 2) tidak diperbolehkan mengikuti pertemuan ke 2 dan dianggap tidak hadir
13. Pada Sesi 2 mahasiswa melakukan keterampilan klinik dengan dinilai oleh rekannya dan harus dilakukan satu persatu oleh masing-masing mahasiswa dibawah pengawasan instruktur
14. Penilaian dilakukan pada buku kegiatan mahasiswa dan ditanda tangani oleh instruktur saat pelaksanaan skills lab berlangsung sebagai bukti otentik latihan serta tidak boleh disobek
15. Nilai pada ceklist latihan terdapat nilai 0,1 dan 2. Jika poin tersebut tidak dikerjakan maka diberi nilai 0, jika dilakukan tetapi masih dengan kekurangan (tidak sempurna) maka diberi nilai1 dan jika dilakukan dengan sempurna maka diberi nilai 2.
16. Nilai latihan diperinci sebagai berikut :< 70% : Belum terampil70% – 85% : Terampil> 85% : Sangat terampilDimana nilai latihan harus ≥ 70%. Apabila <70% maka mahasiswa yang bersangkutan diwajibkan untuk mengikuti Belajar Mandiri sebelum OSCE
17. Mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL baik sesi 1 atau ke-2 dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan (forced majeur dan alasan penting) harus mengajukan surat permohonan kepada Pimpinan Program Studi untuk dapat diadakan CSL susulan sebelum Ujian OSCE diadakan.
18. Mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL tanpa alasan yang jelas/ tidak dapat dipertanggungjawabkan tidak dapat mengikuti Ujian OSCE
19. Mahasiswa yang tidak lengkap kegiatan latihannya tidak dapat mengikuti Ujian OSCE20. Pada halaman terakhir Buku Kegiatan CSL terdapat Lembar Rekapitulasi Nilai CSL yang harus
diparaf setiap selesai latihan oleh instruktur yang bertugas.
P a g e | 6
Buku Panduan CSL pmbs 3
21. Pada akhir blok, rekapitulasi nilai tersebut akan diperiksa dan diberikan rekomendasi layak/tidaknya mengikuti OSCE oleh PJ CSL blok yang bersangkutan.
22. Mahasiswa/i yang tidak menghadiri CSL (salah satu atau kedua kegiatan) karena force majeur, alasan penting dan kegiatan kemahasiswaan atas izin pimpinan maka PJ CSL blok yang bersangkutan harus mendapatkan rekomendasi dari PD 1 FK Unila untuk mengadakan CSL susulan .
23. Hal-hal yang belum diatur dalam regulasi ini akan ditetapkan kemudian
Bandar Lampung, Mei 2011
Tim CSL
7 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
DAFTAR KETERAMPILAN CSL BLOK PMBS 2
LEVEL OF COMPETENCE
Level Kompetensi 1 Mengetahui dan menjelaskan
Level Kompetensi 2 Pernah melihat / didemonstrasikan
Level Kompetensi 3 Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi
Level Kompetensi 4 Mampu melakukan secara mandiri
P a g e | 8
Komunikasi
Laboratorium
Laboratorium
Prosedural
Kerangka Anamnesis
Punksi Vena
Gram Stain
Urinalisis
Buku Panduan CSL pmbs 3
LESSON PLAN CSL SESI 1
No Kegiatan Alokasi Waktu
1 Perkenalan instruktur dan absensi mahasiswa/i 5 menit
2 Pre Test 10 menit
3 Overview materi 5 menit
4 Demonstrasi 10 menit
5 Mahasiswa/i berlatih 60 menit
6 Feed back dan penutup 10 menit
LESSON PLAN CSL SESI 2
No Kegiatan Alokasi Waktu
1 Perkenalan instruktur dan absensi mahasiswa/i 5 menit
2 Persiapan dan pengaturan latihan 5 menit
3 Penilaian terhadap mahasiswa yang berlatih 80 menit
4 Feed back dan penutup 10 menit
9 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
KERANGKA ANAMNESIS
dr.Syazili Mustofa
A. TEMAKeterampilan Anamnesis
B. LEVEL KOMPETENSINo Jenis Kompetensi Level Kompetensi1 History taking 1 2 3 4
C. TUJUAN PEMBELAJARAN1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis
2. Tujuan Instruksional Khusus1. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis mengenai keluhan utama yang
membawa pasien datang ke dokter2. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis mengenai riwayat penyakit sekarang3. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis mengenai riwayat penyakit dahulu4. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis mengenai riwayat penyakit keluarga5. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis mengenai riwayat personal atau
riwayat sosial
D. ALAT DAN BAHAN
Meja dan kursi periksa
E. SKENARIO
Seorang laki-laki terlihat pucat dan lemas yang diantar oleh keluarganya datang ke tempat praktek saudara untuk berobat. Anda sebagai seorang dokter yang ingin mengetahui riwayat penyakit pasien melakukan wawancara yang terstruktur dengan tujuan untuk mengeksplorasi keluhan dan gejala yang dialami oleh pasien. Bagaimanakah cara menggali informasi mengenai penyakit pasien sehingga dapat ditegakkan diagnosa yang tepat ?
P a g e | 10
Buku Panduan CSL pmbs 3
F. DASAR TEORI
1. PENDAHULUAN
Dewasa ini, tantangan sebagi tenaga kesehatan semakin mempengaruhi kinerja tenaga kesehatan tersebut dalam menangani pasien. Sebagai tenaga kesehatan, khususnya seorang dokter, sangat diperlukan adanya kesiapan untuk berani melakukan tatap muka dan aktif dalam membangun keakraban dengan pasiennya. Pada umumnya kontak pertama antara seorang dokter pasien dimulai dari anamnesis. Dari sini hubungan terbangun sehingga akan memudahkan kerjasama dalam memulai tahap-tahap pemeriksaan berikutnya.
Dalam menegakkan suatu diagnosis anamnesis mempunyai peranan yang sangat penting bahkan terkadang merupakan satu-satunya petunjuk untuk menegakkan diagosis. Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya. Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis.
Secara umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar. Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang baik antara seorang dokter dengan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup. Tugas seorang lah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.
Anamnesis yang baik akan mengalir lancar dan spontan layaknya sebuah obrolan. Suasana anamnesis yang nyaman seperti itu hanya bisa dicapai jika dokter maupun pasien bersikap ramah dan santun serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Perlu diketahui bahwa sebuah anamnesis yang baik adalah modal dasar bagi seorang dokter untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit. Idealnya pasien dapat menggambarkan dengan jelas keluhan sakit yang dideritanya. Misalnya pasien dengan keluhan nyeri dada, akan sangat membantu jika ia dapat menyebutkan dan menunjukkan di bagian dada mana nyeri tersebut muncul. Bagaimana sifat nyeri tersebut, apakah seperti ditimpa benda berat, seperti ditusuk atau diremas, perih dan sebagainya. Sejak kapan nyeri itu mulai dirasakan dan apakah terjadi terus-menerus atau hilang timbul. Apa saja yang dapat memicu munculnya nyeri
11 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
tersebut, aktivitas fisik, gangguan emosional atau kondisi-kondisi khusus lainnya yang dapat dijelaskan dengan bahasa pasien sendiri.
Pasien pun diharapkan dapat menginformasikan hal-hal tertentu yang memperberat atau meringankan keluhan nyeri tersebut, juga keluhan-keluhan penyerta lainnya yang dirasakan berhubungan. Seorang dokter juga akan menggali informasi seputar riwayat perjalanan penyakit tersebut, riwayat pengobatan, riwayat penyakit lain yang pernah diderita sebelumnya dan riwayat sakit dalam keluarga. Dalam hal ini keluarga pasien memegang peranan penting. Karena itu, disarankan anggota keluarga yang mengantar pasien adalah orang terdekat yang betul-betul memahami perjalanan sakit sang pasien. Sangat sering dijumpai seorang istri jauh lebih mengetahui riwayat perjalanan penyakit sang suami atau mungkin juga nenek yang lebih mengerti tentang sakit yang diderita cucunya.
Untuk riwayat pengobatan sebelumnya, penting diingat kapan pengobatan itu dilakukan, obat apa saja yang diberikan dan bagaimana aturan pakainya. Jika ada obat-obat tradisional yang diminum sampaikan pula hal tersebut kepada dokter yang menganamnesis. Uraian tersebut hanyalah sebuah contoh, tentu banyak pertanyaan lain yang akan diajukan dokter tergantung pada informasi yang dibutuhkannya. Penting untuk digarisbawahi, dalam proses anamnesis pasien atau keluarga pasien jangan merasa seperti sedang dihakimi atau disalahkan. Perasaan seperti itu sangat merugikan karena akan banyak informasi yang membias atau bahkan disembunyikan pasien atau keluarga pasien dari dokternya. Pasien pun memiliki hak yang sama dengan dokter, pasien berhak untuk memperoleh berbagai informasi tentang penyakitnya. Tak perlu sungkan untuk bertanya pada dokter. Meskipun cara penyampaiannya berbeda-beda, namun setiap dokter akan senang untuk berbagi pengetahuan demi kesembuhan pasiennya. Jadi jelas sudah bahwa komunikasi antara pasien-dokter merupakan salah satu unsur penting yang dapat membantu seorang pasien sembuh dari penyakitnya.
2. ISI
Definisi Anamnesis
Anamnesis berasal dari bahasa Yunani anamneses, yang artinya mengingat kembali. Anamnesis merupakan pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien. Jenis pertanyaan yang akan diajukan kepada pasien dalam anamnesis sangat beragam dan bergantung pada beberapa faktor.
Cakupan dan banyaknya informasi dibutuhkan bergantung dari kebutuhan dan keluhan pasien, keadaan klinis yang ingin dicapai dokter, dan keadaan klinis (misalnya pasien rawat
P a g e | 12
Buku Panduan CSL pmbs 3
inap atau rawat jalan, jumlah waktu yang tersedia, praktek umum atau spesialisasi). Untuk pasien baru, seorang dokter membutuhkan suatu anamnesis kesehatan komprehensif. Untuk pasien lain dengan kunjungan klinik karena keluhan spesifik seperti batuk atau sakit pada saat kencing, membutuhkan anamnesis yang lebih spesifik berdasar pada keluhan pasien tersebut, anamnesis seperti ini biasa disebut anamnesis berorientasi dari masalah (problem-oriented history). Biasanya 80% untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari anamnesis.
Tujuan Anamnesis
1. Memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar.
2. Membangun hubungan yang baik antara seorang dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan dokter akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup. Tugas seorang dokterlah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.
Jenis-jenis Anamnesis
1. Auto anamnesis, merupakan anamnesis yang didapat langsung dari keluhan pasien. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan. Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahnnya.
2. Allo anamnesis atau Hetero anamnesis, merupakan anamnesis yang didapat dari orang tua atau sumber lain yang dekat dan tahu betul tentang riwayat pasien. Tidak jarang dalam praktek sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama auto dan allo anamnesis.
Persiapan Anamnesis
Hal yang harus dikuasai dalam anamnesis antara lain :
13 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
1. Keterampilan proses : meliputi bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien, menggali dan mendapatkan riwayat pasien, menggali dan mendapatkan riwayat pasien, kemampuan verbal dan non verbal yang digunakan, bagaimana menciptakan suatu hubungan dengan pasien, serta bagaimana cara berkomunikasi secara terstruktur dan terorganisasi.
2. Keterampikan isi : yaitu keterampilan mengenai isi pokok dari pertanyaan dan respon yang diberikan kepada pasien.
3. Ketermapilan perseptual : yakni apa yang dipikirkan dan rasakan mempengaruhi pembuatan keputusan internal.
Selain itu dokter juga perlu terampil dalam mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka ataupun tertutup dan terampil dalam mendengarkan baik secara aktif, empatik, dan reflektif. Wawancara yang dilakukan selama anamnesis harus berdasarkan five basic task of doctor patient interview, sebagai berikut :
1. Initiating the sessiona. Menetapkan hubungan awal b. Mengidentifikasi keluhan
2. Gathering informationa. Mengeksplorasi masalah b. Memahami pandangan pasien c. Membuat struktur pada konsultasi pasien
3. Building relationshipa. Mengembangkan hubungan b. Menyertai pasien
4. Explanation and planninga. Mengoreksi jumlah dan jenis b. Membantu pemahaman dan mengakuratkan daya ingat
5. Clossing the sessiona. Menutup wawancara
Adapun hal yang harus diperhatikan oleh seorang dokter sebelum memulai wawancara, antara lain :
1. Tempat dan suasana
Tempat dan suasana dimana anamnesis ini dilakukan harus diusahakan cukup nyaman bagi pasien. Anamnesis akan berjalan lancar kalau tempat dan suasana mendukung. Suasana diciptakan agar pasien merasa santai, tidak tegang dan tidak merasa diinterogasi.
P a g e | 14
Buku Panduan CSL pmbs 3
2. Penampilan dokter
Penampilan seorang dokter juga perlu diperhatikan karena ini akan meningkatkan kepercayaan pasiennya. Seorang dokter yang tampak rapi dan bersih akan lebih baik dari pada yang tampak lusuh dan kotor. Demikian juga seorang dokter yang tampak ramah, santai akan lebih mudah melakukan anamnesis daripada yang tampak galak, ketus dan tegang.
3. Periksa kartu dan data pasien
Sebelum anamnesis dilakukan sebaiknya periksa terlebih dahulu kartu atau data pasien dan cocokkan dengan keberadaan pasiennya. Tidak tertutup kemungkinan kadang-kadang terjadi kesalahan data pasien atau mungkin juga kesalahan kartu data, misalkan pasien A tetapi kartu datanya milik pasien B, atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama yang sama persis. Untuk pasien lama lihat juga data-data pemeriksaan, diagnosis dan terapi sebelumnya. Informasi data kesehatan sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis dan pemeriksaan saat ini.
4. Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya
Pada saat anamnesis dilakukan berikan perhatian dan dorongan agar pasien dapat dengan leluasa menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan pasien bercerita dengan bahasanya sendiri. Ikuti cerita pasien, jangan terus menerus memotong, tetapi arahkan bila melantur. Pada saat pasien bercerita, apabila diperlukan ajukan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk minta klarifikasi atau informasi lebih detail dari keluhannya. Jaga agar jangan sampai terbawa cerita pasien sehingga melantur kemana mana
5. Gunakan bahasa atau istilah yang dapat dimengerti
Selama tanya jawab berlangsung gunakan bahasa atau istilah umum yang dapat dimengerti pasien. Apabila ada istilah yang tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia atau sulit dimengerti, berikan penjelasan atau deskripsi dari istilah tersebut.
6. Buat catatan
Adalah kebiasaan yang baik untuk membuat catatan-catatan kecil saat seorang dokter melakukan anamnesis, terutama bila pasien yang mempunyai riwayat penyakit yang panjang.
7. Perhatikan pasiennya
Selama anamnesis berlangsung perhatikan posisi, sikap, cara bicara dan gerak gerik pasien. Apakah pasien dalam keadaaan sadar sepenuhnya atau apatis, apakah dalam posisi bebas
15 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
atau posisi letak paksa, apakah tampak santai atau menahan sakit, apakah tampak sesak, apakah dapat bercerita dengan kalimat-kalimat panjang atau terputus-putus, apakah tampak segar atau lesu, pucat dan lain-lain.
8. Gunakan metode yang sistematis
Anamnesis yag baik haruslah dilakukan dengan sistematis menurut kerangka anamnesis yang baku. Anamnesis yang sistematis bertujuan untuk melihat keterlibatan setiap sistem dalam penyakit yang sekarang diderita dan kemungkinan adanya masalah lain selain masalah yang dikeluhkan oleh pasien. Dengan cara ini diharapkan tidak ada data anamnesis yang tertinggal.
Cara Melakukan Anamnesis
Dalam menganamnesis pasien, ada baiknya jika seorang mengetahui data-data umum mengenai pasien terlebih dahulu, seperti :
1. Nama pasien : sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias. 2. Jenis kelamin : sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya 3. Umur : terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-kadang digunakan
untuk menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan penyakit yang diderita, beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.
4. Alamat : apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan bukan hanya alamat sekarang saja tetapi juga alamat pada waktu pasien merasa sakit untuk pertama kalinya. Data ini kadang diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit endemis atau untuk data epidemiologi penyakit.
5. Pekerjaan : bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit pasien dengan pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi juga pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.
6. Perkawinan : kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi pasien. 7. Agama : keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh
(pantangan) seorang pasien menurut agamanya. 8. Suku bangsa : berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan ras atau suku bangsa tertetu.
Setelah melakukan pemeriksaan data-data tersebut, maka langkah selanjutnya adalah :
1. Menanyakan keluhan utama pasien
Keluhan utama adalah yang menyebabkan penderita datang berobat. Keluhan utama merupakan titik tolak penelusuran informasi mengenai penyakit yang diderita pasien
P a g e | 16
Buku Panduan CSL pmbs 3
2. Menanyakan riwayat penyakit sekarang
Merupakan tujuh macam pertanyaan yang bersifat pribadi dari diri pasien tersebut, diantaranya :
Onset : dari sejak kapan sakit atau keluha tersebut dirasakan. Lokasi : di mana rasa sakit atau keluhan tersebut dirasakan (di bagian tubuh
yang mana) Kronologis : bagaimana cerita tentang sakit atau keluhan tersebut hingga bisa
sampai seperti ini. Kualitas : rasa sakit dari keluhan pasien seperti apa (sakit sekali, sakit bila
disentuh, dan lain-lain). Kuantitas : apakah penyakitnya sering kumat, atau seberapa sering penyakit
tersebut menyerang pasien. Gejala penyerta atau keluhan penyerta: keluhan-keluhan lain. Faktor modifikasi : faktor yang memperberat atau memperingan penyakit dari
pasien. Faktor modifikasi juga terkadang dibagi menjadi faktor risiko dan faktor diagnostik. Faktor risiko adalah faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya suatu penyakit, sedangkan faktor prognostik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan suatu penyakit atau hasil pengobatan penyakit. Faktor risiko dan faktor prognostik dapat berasal dari pasien, keluarganya maupun lingkungan.
3. Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu (Past health history) : keluhan seputar apakah dulu pernah mengalami sakit yang sama seperti saat ini, apakah ada penyakit lain sebelumnya, apakah dulu pernah dioperasi, atau pun jenis obat apa saja yang pernah dikonsumsi pasien sebelumnya.
4. Menanyakan Riwayat Penyakit Dalam Keluarga: apakah ada keluarga atau kerabat dekat yang pernah mengalami gangguan yang sama atau penyakit keturunan yang lain.
5. Menanyakan Riwayat Personal atau riwayat sosial : pertanyaan mengenai tempat bekerja, pola makan setiap hari, aktivitas olahraga, perokok atau tidak, dan pernah meminum minuman dengan kadar akohol tinggi atau tidak.
Reanamnesis
Reanamnesis berarti anamnesis ulang atau pengambilan data anamnesis tambahan setelah dokter melakukan pemeriksaan fisik atau setelah dokter merawat pasien. Reanamnesis kadang kala diperlukan untuk mengkonfirmasi data yang dianggap kurang konsisten atau kurang lengkap.
Ringkasan Anamnesis
17 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
Ringkasan anamnesis dibuat berdasarkan analisis data anamnesis. Dokter mengelompokkan data yang diperoleh yang mengarah pada sindrom atau kriteria diagnostik yang berhubungan dengan diagnosis tertentu. Ringkasan anamnesis menggunakan bahasa dokter, tidak lagi menggunakan bahasa pasien.
Kesimpulan Anamnesis
Pada akhir anamnesis seorang dokter harus dapat membuat kesimpulan dari anamnesis yang dilakukan. Kesimpulan tersebut berupa perkiraan diagnosis yang dapat berupa diagnosis tunggal atau diagnosis banding dari beberapa penyakit. Kesimpulan yang dibuat haruslah logis dan sesuai dengan keluhan utama pasien. Bila menjumpai kasus yang sulit dengan banyak keluhan yang tidak dapat dibuat kesimpulannya, maka cobalah dengan membuat daftar masalah atau keluhan pasien. Daftar tersebut kemudian dapat digunakan untuk memandu pemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang yang akan dilaksanakan, sehingga pada akhirnya dapat dibuat suatu diagosis kerja yang lebih terarah.
Panduan untuk Keluarga
Kelengkapan dan kebenaran data yang diberikan keluarga sangat berarti bagi dokter untuk menentukan diagnosis penyakit. Keluarga tidak perlu merasa segan atau malu dalam memberikan informasi. Kesalahan data akan mempengaruhi diagnosis dan tindakan dokter. Dalam langkah anamnesis, dokter akan bertindak seperti seorang detektif yang menyelidiki suatu kasus, jadi keluarga tidak perlu merasa bosan apabila untuk kepentingan tertentu dokter menanyakan hal yang sama secara berulang. Sebaliknya kadangkala keluarga terpancing untuk memberikan informasi yang tidak diperlukan oleh dokter, mungkin karena pasien atau keluarga dapat merasakan kehangatan komunikasi yang diciptakan oleh dokter. Pada tahap anamnesis sebaiknya pasien atau keluarga membatasi diri dalam hal yang tidak berhubungan dengan anamnesis. Pada saatnya dokter akan memberi kesempatan untuk komunikasi di luar anamnesis. Data yang diperoleh dokter dalam anamensis akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik dan akan menentukan langkah selanjutnya, yakni penetapan diagnosis sementara dan penentuan pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan (laboratorium, radiologi, dan sebagainya). Kerja sama yang baik antara pasien, keluarga dan dokter mempunyai makna yang sangat besar.
Tantangan dalam Anamnesis
Adapun beberapa tantangan dalam menganamnesis pasien, yaitu sebagai berikut :
1. Pasien yang tertutup. Anamnesis akan sulit dilakukan bila pasien membisu dan tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan dokternya. Keadaan ini dapat disebabkan pasien merasa cemas atau tertekan, tidak leluasa menceritakan keluhannya atau dapat pula perilakunya yang demikian karena gangguan depresi atau psikiatrik. Tergantung
P a g e | 18
Buku Panduan CSL pmbs 3
masalah dan situasinya kadang perlu orang lain (keluarga atau orang-orang terdekat) untuk mendampingi dan menjawab pertanyaan dokter (heteroanamnesis), tetapi kadang pula lebih baik tidak ada seorangpun kecuali pasien dan dokternya. Bila pasien dirawat di rumah sakit maka anamnesis dapat dilanjutkan pada hari-hari berikutnya setelah pasien lebih tenang dan lebih terbuka.
2. Pasien yang terlalu banyak keluhan. Sebaliknya tidak jarang seorang pasien datang ke dokter dengan begitu banyak keluhan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tugas seorang dokter untuk memilah-milah keluhan mana yang merupakan keluhan utamanya dan mana yang hanya keluh kesah. Diperlukan kepekaan dan latihan untuk membedakan mana yang merupakan keluhan yang sesungguhnya dan mana yang merupakan keluhan mengada-ada. Apabila benar-benar pasien mempuyai banyak keluhan harus dipertimbangkan apakah semua keluhan itu merujuk pada satu penyakit atau kebetulan pada saat tersebut ada beberapa penyakit yang sekaligus dideritanya.
3. Hambatan bahasa dan atau intelektual. Seorang dokter mungkin saja ditempatkan atau bertugas disuatu daerah yang mayoritas penduduknya menggunakan bahasa daerah yang belum kita kuasai. Keadaan semacam ini dapat menyulitkan dalam pelaksanaan anamnesis. Seorang dokter harus segera belajar bahasa daerah tersebut agar dapat memperlancar anamnesis, dan bila perlu dapat meminta bantuan atau petugas kesehatan lainnya untuk mendampingi dan membantu menerjemahkan selama anamnesis. Kesulitan yang sama dapat terjadi ketika menghadapi pasien yang karena intelektualnya yang rendah tidak dapat memahami pertanyaan atau penjelasan dokternya. Seorang dokter dituntut untuk mampu melakukan anamnesis atau memberikan penjelasan dengan bahasa yang sangat sederhana agar dapat dimengerti pasiennya.
4. Pasien dengan gangguan atau penyakit jiwa. Diperlukan satu tehnik anamnesis khusus bila seorang dokter berhadapan dengan penderita gangguan atau penyakit jiwa. Mungkin saja anamnesis akan sangat kacau, setiap pertanyaan tidak dijawab sebagaimana seharusnya. Justru di dalam jawaban-jawaban yang kacau tersebut terdapat petunjuk-petunjuk untuk menegakkan diagnosis. Seorang dokter tidak boleh bingung dan kehilangan kendali dalam melakukan anamnesis pada kasus-kasus ini.
5. Pasien yang cenderung marah dan menyalahkan. Tidak jarang dijumpai pasien-pasien yang datang ke dokter sudah dalam keadaan marah dan cenderung menyalahkan. Selama anamnesis mereka menyalahkan semua dokter yang pernah memeriksanya, menyalahkan keluarga atau orang lain atas masalah atau keluhan yang dideritanya. Umumnya ini terjadi pada pasien-pasien yang tidak mau menerima kenyataan diagnosis atau penyakit yang dideritanya. Sebagai seorang dokter kita tidak boleh ikut terpancing dengan menyalahkan sejawat dokter lain karena hal tersebut sangat tidak etis. Seorang dokter juga tidak boleh terpancing dengan gaya dan pembawaan pasiennya sehingga terintimidasi dan menjadi takut untuk melakukan anamnesis dan membuat diagnosis yang benar.
3. KESIMPULAN
19 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan :
1. Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien.
2. Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan menentukan beberapa hal yaitu : 1. Identifikasi pasien2. Keluhan utama3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Onset Lokasi Kronologis Kualitas Kuantitas Gejala penyerta atau keluhan penyerta Faktor modifikasi
4. Riwayat Penyakit Dahulu (Past health history) 5. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga6. Riwayat Personal atau riwayat sosial 7. Ringkasan anamnesis dan kesimpulan anamnesis
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Elsevier. Swartz: Textbook of Physical Diagnosis. History and Examination. 5e – www.studentconsult.com didownload dari http://www.studentconsult.com/content/default.cfm?ISBN=141600307X&ID=S1
2. Guyton and Hall, 1996 , Fisiologi Kedokteran, edisi 9,,EGC,3. Snell,Richard S, 2006, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, edisi 6, EGC,
Jakarta. 4. Szilagy, Peter G. , 2002 , Bate's guide to physical examination, McGraw – Hill ,
Chapter 5: 155-2085. Harrison, 2005, Principles of Internal Medicine, edisi 16,McGraw – Hill, Part
14,2067 – 2231
P a g e | 20
Buku Panduan CSL pmbs 3
H. EVALUASI
Check List Latihan
No Item PenilaianNilai
0 1 2Item Interaksi dr-Pasien
1 Senyum, Salam, Sapa & Membina sambung rasa2 Menjelaskan prosedur dan melakukan Informed consent sebelum
melakukan pemeriksaanmenanyakan data-data umum mengenai pasien
3 Menanyakan : Nama pasien, Jenis kelamin ,Umur, Alamat, Pekerjaan, Perkawinan ,Agama ,Suku bangsaMenanyakan keluhan utama
4 Menanyakan keluhan hal menyebabkan penderita datang berobatMenanyakan riwayat penyakit sekarang
5 Menanyakan bagaimana onset, lokasi, kronologis, kualitas, kuantitas, gejala penyerta, dan faktor modifikasiMenanyakan riwayat penyakit Dahulu
6 Menanyakan keluhan seputar apakah dulu pernah mengalami sakit yang sama seperti saat ini, apakah ada penyakit lain sebelumnya, apakah dulu pernah dioperasi, atau pun jenis obat apa saja yang pernah dikonsumsi pasien sebelumnya.Menanyakan riwayat penyakit Dalam keluarga
7 Menanyakan apakah ada keluarga atau kerabat dekat yang pernah mengalami gangguan yang sama atau penyakit keturunan yang lain.Menanyakan riwayat personal dan kehidupan sosial
8 Menanyakan pertanyaan mengenai tempat bekerja, pola makan setiap hari, aktivitas olahraga, perokok atau tidak, dan pernah meminum minuman dengan kadar akohol tinggi atau tidak.Membuat ringkasan anamnesis dan kesimpulan anam nesis
9 mengelompokkan data yang diperoleh yang mengarah pada sindrom atau kriteria diagnostik yang berhubungan dengan diagnosis tertentu, dan membuat kesimpulan dari anamnesis yang berupa perkiraan diagnosis yang dapat berupa diagnosis tunggal atau diagnosis banding dari beberapa penyakit.
10 Mengakhiri pemeriksaan dengan baik dan menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasienItem Professionalisme
11 Percaya diri, minimal error12 Penalaran klinik baik dan bersesuaian dengan kasus13 Memperhatikan aspek kerahasiaan & etika pemeriksaan kepada
pasien
21 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
T O T A L
Rancangan Check List OSCE
No Item PenilaianNilai
0 1 2 3 4Item Interaksi dr-Pasien
1 Senyum, Salam, Sapa & Membina sambung rasa dan informed concentItem Prosedural
2 Menanyakan data-data umum mengenai pasien3 Menanyakan keluhan utama 4 Menanyakan riwayat penyakit sekarang5 Menanyakan riwayat penyakit Dahulu6 Menanyakan riwayat penyakit Dalam keluarga7 Menanyakan riwayat personal dan kehidupan sosial8 Membuat ringkasan anamnesis dan kesimpulan anamnesis
Item Professionalisme9 Percaya diri, minimal error10 Penalaran klinik baik dan bersesuaian dengan kasus11 Memperhatikan aspek kerahasiaan & etika pemeriksaan
kepada pasienT O T A L
P a g e | 22
Buku Panduan CSL pmbs 3
PEWARNAAN GRAMdr. Ety Apriliana, M.Biomed.
A. TEMA
Prosedur pewarnaan gram
B. STANDAR KOMPETENSI No Jenis Kompetensi Level Kompetensi1 Gram stain 1 2 3 4
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa dapat melakukan secara mandiri pewarnaan gram
D. SKENARIOAnda adalah seorang dokter yang bertugas di Puskesmas. Seorang penderita datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk disertai demam dan sesaknafas. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik anda menyimpulkan bahwa pasien tersebut suspek Pneumonia bacterial dan perlu dilakukan pemeriksaan sputum dengan pewarnaan Gram.
E. ALAT DAN BAHAN1. Kultur bakteri (berumur 24-48 jam pada media cair)2. Zat warna :
a. Crystal Violet (primary Stain) b. Iodine Solution (mordant) c. Ethanol (decolorizer) d. Safranin (counterstain) e. Water (dianjurkan dalam botol semprot)
3. Mikroskop cahaya4. Lampu Bunsen5. Gelas objek6. Ose bulat7. Minyak emersi8. Kertas lensa
F. DASAR TEORISebagian besar bakteri memiliki dinding sel yang mengandung lapisan
peptidoglikan yang tebal atau lapisan peptidoglikan tipis yang dilengkapi dengan membrane luar yang tersusun dari lipopolisakarida. Perbedaan struktur kimia pada dinding sel bakteri
23 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
diidentifikasi dengan pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram adalah pewarnaan yang paling sering digunakan untuk mengidentifikasi kultur bakteri yang belum diketahui, karena pewarnaan Gram menghasilkan informasi berupa reaksi gram yang terjadi, ukuran sel, bentuk sel, dan susunan sel bakteri.
Gambar 1. Perbandingan dinding sel bakteri Gram positif dan Gram negatif
Pada prosedur pewarnaan Gram, semua bakteri berwarna ungu oleh kristal violet sebagai zat warna primer. Sel bakteri yang memiliki lapisan peptidoglikan tebal mempertahankan kristaal violet pada tahap berikutnya yaitu pelunturan (decolorization) dan counterstain. Bakteri tersebut dengan mikroskop akan terlihat ungu dan disebut sebagai Gram positif. Sel bakteri yang memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis dan dilengkapi dengan membrane luar lipopolisakarida, kristal ungu akan hilang pada tahap pelunturan dan akan menyerap zat warna safranin sebagai counterstain. Bakteri tersebut dengan mikroskop terlihat berwarna merah dan disebut sebagai Gram negatif.
Gram positif Gram negatif
Coccus Batang Coccus Batang
1. Sel transparan sebelum diwarnai
2. Sel berwarna ungu oleh zat warna primer
kristal violet dan Iodin
3. Etil alcohol sebagai bahan peluntur, menghilangkan
warna ungu pada Gram negatif dan Gram positif
tetap mempertahankan warnanya.
4. Gram negative menyerap counterstain safranin dan
berwarna merah, Gram positif tetap ungu
G. PROSEDUR
P a g e | 24
Buku Panduan CSL pmbs 3
Sebelum memulai, pastikan bahwa semua reagen sudah tersedia dan mudah dijangkau selama bekerja, sebab proses pewarnaan perlu dilakukan dengan memperhatikan ketepatan waktu. Selalu menggunakan jas laboratorium dan sebaiknya melakukan semua prosedur di dekat bak cuci.
Langkah 1 :
Letakkan slide pada rak pewarnaan. Genangi seluruh permukaan slide dengan crystal violet. Biarkan selama 60 detik, kemudian cuci slide di bawah air mengalir selama 5 detik. Specimen seharusnya terlihat berwarna biru-ungu.
Langkah 2 :
Genangi slide dengan larutan iodine, biarkan selama 1 menit, kemudian cuci dengan air mengalir selama 5 detik. Spesimen seharusnya terlihat tetap berwarna biru-ungu.
Langkah 3 :
Langkah ini meliputi penambahan decolorizer (peluntur) etanol. Langkah ini seringkali bersifat subjektif karena apabila menggunakan terlalu banyak decolorizer akan menghasilkan Gram negatif palsu. Sebaliknya apabila tidak menggunakan decolorizer dalam jumlah cukup dapat menyebabkan Gram positif palsu. Untuk berhati-hati sebaiknya etanol diteteskan sedikit demi sedikit sampai warna biru ungu luntur pada specimen. Kemudian cuci dengan air 5 detik.
Langkah 4 :
Langkah ini meliputi penambahan counterstain, safranin. Genangi slide dengan zat warna seperti langkah sebelumnya, biarkan selama 1 menit supaya bakteri menyatu dengan safranin. Bakteri Gram positif tidak akan menyerap counterstain dan tetap tampak biru ungu. Bakteri Gram negatif akan berwarna pink dan mudah dibedakan dari bakteri Gram positif. Kemudian cuci dengan air mengalir selama 5 detik untuk menghilangkan zat warna.
Setelah langkah 1 sampai 4, keringkan dengan kertas saring atau biarkan kering sendiri di udara. Kemudian lihat di bawah mikroskop. Jangan sampai merusak specimen.
25 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
Gambar 2. Prosedur pewarnaan Gram
H. DAFTAR PUSTAKA
1. Mahon R Corie, Lehman C Donald, Manuselis George. 2007. Textbook of Diagnostik Microbiology 3 rd Ed. Elsier
2. Alexander, S.K., Strete D., Niks M.J. 2004. Laboratory Exercise in Organisme and Molecular Microbiology Mc Graw Hill
P a g e | 26
Buku Panduan CSL pmbs 3
I. EVALUASI
No Item Penilaian
Nilai 0 1 2 3 4
INTERPERSONAL Membina sambung rasa (salam, perkenalan diri, sikap terbuka)
x X
Eksplorasi permasalahan pasien x XCONTENTCek kelengkapan peralatan dan bahan x XCuci tangan x xMembuat preparat hapusanPewarnaan Gram : langkah 1Pewarnaan Gram : langkah 2Pewarnaan Gram : langkah 3Pewarnaan Gram : langkah 4Mengeringkan preparatPeriksa di bawah mikroskopPROFESSIONALISMmelakukan dengan penuh percaya diri X XMelakukan dengan kesalahan minimal X xTOTAL
27 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
J. LAPORAN PRAKTIKUM
1. Preparat demo
Bakteri ________________________ Bakteri ____________________
Bentuk sel _____________________ Bentuk sel _________________
Susunan sel ___________________ Susunan sel _______________
Reaksi Gram ___________________ Reaksi Gram ______________
P a g e | 28
Buku Panduan CSL pmbs 3
2. Hasil praktikum
Bakteri ________________________ Bakteri ____________________
Bentuk sel _____________________ Bentuk sel _________________
Susunan sel ___________________ Susunan sel _______________
Reaksi Gram ___________________ Reaksi Gram ______________
29 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
URINALISISURINALISISdr. Oktadoni Saputra, dr. Intanri Kurniatidr. Oktadoni Saputra, dr. Intanri Kurniati
A. TEMAKeterampilan pemeriksaan laboratorium Urine Rutin (Urinalisis)
B. LEVEL KOMPETENSINo Jenis Kompetensi Level Kompetensi
Diagnostic procedures
1 Preparation and examination of urinarysediment 1 2 3 4
Laboratory Investigation, Urine2 Testing for protein 43 Testing for glucose 44 Testing for bile 45 Testing for blood 46 Preparation of slide and microscopy of urine 47 Dip slide method (urine culture) 48 Pregnancy test 4
Nefrourologi9 Urinary tract infection 1 2 3A 3B 4
10 Urinary stone diseases or urinary calculi without colic 1 2 3A 3B 4
11 Acute glomerulonephritis 1 2 3A 3B 412 Chronic glomerulonephritis 1 2 3A 3B 4
C. TUJUAN PEMBELAJARANC.1. Tujuan Instruksional Umum
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan urine rutin (urinalisis) secara makroskopis
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan urinalisis secara mikroskopis (sedimen urine)
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan urinalisis dengan carik celup (dip strips)
C.2. Tujuan Instruksional Khusus6. Mahasiswa mampu melakukan persiapan pemeriksaan urinalisis7. Mahasiswa mampu melakukan edukasi dan pengambilan sampel pemeriksaan
urinalisis8. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan bau, warna, kekeruhan, keasaman
(pH) dan berat jenis urine
P a g e | 30
Buku Panduan CSL pmbs 3
9. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan mikroskopik (sedimen) urine berupa unsur organik ; lekosit, eritrosit dan silinder (hialin, epitel, berbutir, lekosit, eritrosit, lemak, lilin, campuran, fibrin)
10. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan mikroskopik (sedimen) urine berupa unsur anorganik (Normal; kristal urat, kalsium oksalat, tripel fosfat, kalsium fosfat, kalsium karbonat dan Abnormal; Kristal cystin, tyrosin, Amorf)
11. Mahasiswa mampu menilai parameter-parameter pada kertas carik (reagent strips)
12. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi dan menyimpulkan hasil pemeriksaan urinalisis
D. ALAT DAN BAHAN1. Sarung tangan Non sterile2. Sampel urine midstream & containernya3. Pipet 4. Tabung reaksi 3 buah5. Kertas lakmus6. Alat sentrifugasi7. Reagent strips/ Dipstick8. Mikroskop9. Objek Glass dan cover-glassnya10. Lembar hasil pemeriksaan Lab
E. SKENARIOAcute “Honey Moon” Cystitis
Seorang wanita, 20 tahun, baru menikah 10 hari yang lalu, datang ke klinik saudara dengan keluhan nyeri saat buang air kecil. Keluhan dirasakan sejak 1 minggu belakangan. Pasien juga merasa anyang-anyangan (igin kencing tetapi sedikit-sedikit), harus mengejan saat kencing, kencing terasa panas dan keruh. Selama sakit, pasien merasa demam tetapi tidak tinggi, makan dan minum berkurang, mual dan muntah tidak ada. Nyeri di daerah pinggang dan keputihan disangkal. Dari pemeriksaan didapatkan nyeri tekan suprapubik dan tidak didapatkan nyeri ketok sudut costovertebra pada region flank baik kanan maupun kiri. Anda memutuskan untuk melakukan pemeriksaan penunjang urinalisis pada pasien.
F. DASAR TEORI1. Urine
Urine adalah cairan yang dihasilkan melalui ultra filtrasi plasma oleh ginjal dan dikeluarkan dari tubuh melalui saluran kemih. Di dalam urine terdapat bahan-bahan hasil metabolism tubuh (5%) dan air (95%), dengan demikian bahan-bahan tersebut dapat menentukan status kesehatan seseorang. Pemeriksaan urine untuk kepentingan menentukan status kesehatan seseorang disebut juga dengan urinalisis.
2. Urinalisis
31 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
Urinalisis merupakan suatu prosedur laboratoris untuk pemeriksaan urine dalam rangka menentukan status kesehatan individu terutama ginjal dan saluran kemih serta faal dari berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, dll. Berdasarkan kepentingan klinisnya, pemeriksaan urine dibagi menjadi :
Pemeriksaan Urine Rutin Pemeriksaan Urine atas Indikasi
Pemeriksaan urine atas indikasi misalnya; pemeriksaan Urobilin, Urobilinogen, Bilirubin, Benda Keton, Darah Samar (benzidin), serta pemeriksaan Protein Kuantitatif. Dalam kegiatan CSL kali ini, yang akan dilaksanakan adalah pemeriksaan urin rutin. Pemeriksaan Urine rutin meliputi :
Pemeriksaan Makroskopik Pemeriksaan Kimiawi Pemeriksaan Mikroskopik (Sedimen)
3. Jenis-jenis specimen (sampel) urinea) Urine Sewaktu/ Random
Urine yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus. Digunakan untuk pemeriksaan rutin, skrining, tanpa saran khusus. Dikenal juga urine segar (Fresh Voided Urine) = sampel untuk pemeriksaan rutin.
b) Urine PagiUrine yang dikeluarkan kedua kali pada pagi hari setelah bangun tidur sebelum makan dan sebelum gerak badan (urine lebih pekat). Digunakan untuk pemeriksaan sedimen, BJ, Protein, Tes kehamilan)
c) Urine Postpandrial/ 2 jam PPUrine yang dikeluarkan pertama kali 2-3 jam setelah makan. Digunakan untuk pemeriksaan glukosa
d) Urine tampung 24 jamUrine yang ditampung satu hari penuh (24 jam) digunakan untuk pemeriksaan zat-zat dalam urine secara kuantitatif misalnya protein serta penilaian diuresis ginjal
e) Clean Catch “Midstream”Mengambil urin pancaran tengah, meminimalisasi kontaminasi dari meatus
f) KateterisasiDiambil dari kateter. Untuk kultur tetapi masih memungkinkan kontaminasi
g) Punksi supra pubikDiambil dengan melakukan punksi suprapubik. Untuk kultur urin
4. Pengumpulan spesimenPengumpulan specimen menjadi bagian yang penting dalam rangka keberhasilan
pemeriksaan urin. Urine segar sebagai sampel pemeriksaan rutin diambil dalam waktu kurang dari 1 jam setelah pasien buang air kecil. Status hidrasi pasien juga berpengaruh terhadap konsentrasi bahan-bahan terlarut dalam urine. Pengumpulan specimen sebaiknya dilakukan sebelum pemeriksaan genital maupun rectal untuk mencegah kontaminasi dari
P a g e | 32
Buku Panduan CSL pmbs 3
introitus ataupun sekresi prostat. Pengumpulan urin dari bahan-bahan seperti kondom, kateter tidak dianjurkan untuk pemeriksaan urinalsis.
Cara pengumpulan urine yang baik adalah dengan metode “urine midstream” atau urine pancar tengah. Adapun cara pengambilan sampelnya sebagai berikut :
1. Pada Laki-laki. Pada laki-laki relative lebih mudah.o Tarik (retraksikan) preputium (jika belum sunat), kemudian
bersihkanmeatus (oue) dengan antiseptic (untuk mencegah kontaminasi)o Lewatkan pancaran pertama-tama dari urine (15-30 ml)o Tampung pancaran tengah dari urine (50-100 ml) dengan wadah steril
yang telah disediakan, lansung ditutup kemudian serahkan kepada petugas lab.
2. Pada Wanita. Pada wanita agak rumit dan memerlukan kerjasama dari pasieno Pasien duduk di atas WC duduko Sibakkan kedua labia dan bersihkan dengan antiseptic sekali usap dari
depan ke belakango Kencingkan/ buang 10-15 mil pertama urine kemudian tamping 50-100ml
berikutnya.o Posisi container/botol penampung menempel dekat di vulva serta
langsung ditutup setelah mendapatkan sampel3. Pada Anak-anak
Pada anak agak susah karena kurang kooperatif, untuk pemeriksaan bakteriologis/ kultur bakteri, yang banyak digynakan adalah dengan metode kateterisasi atau Punksi suprapubik. Selanjutnya akan dipelajari pada CSL blok Genitourinary System
5. Pengiriman, Penyimpanan dan PenampunganSebaiknya sampel urin segar langsung ditutup untuk menghindari kontaminasi dan
langsung dikirim untuk dilakukan pemeriksaan lab. Urine segar sebaiknya sudah diperiksa dalam waktu kurang dari 1 jam. Jika belum memungkinkan sebaiknya sampel urin disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 5ºC. Adapun botol penampungan yang dianjurkan seperti gambar berikut:
Syarat: Bersih/Steril Kering Muara/bibir botol lebar Mempunyai penutup Transparan Diberi Label; identitas pasien, tanggal
dan waktu pengambilan(Gambar Botol Penampungan Urin/ Container)
6. Pemeriksaan Urine
33 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
Pemeriksaan urine meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimiawi. Adapun bagan pemeriksaan urin sebagai berikut.
Gambar 3 Alur Pemeriksaan Urinalisis
7. Pemeriksaan Makroskopik UrinePemeriksaan makroskopik urine meliputi : pemeriksaan warna, kekeruhan,
keasaman, bau dan berat jenisNormalnya Urine sebagai berikut :
NoVariabel
yang diperiksa
Interpretasi
Normal Abnormal
1 WarnaKuning muda (Kuning pucat sampai agak gelap)
Pengaruh obat-obatan Orange : phenazopyridine (Pyridium) kuning-orange : rifampin Coklat : nitrofurantoin Coklat kemerahan : L-dopa, α-
methyldopa, and metronidazoleMerah : hematuria, Hb-uria, PorfiriaKuning-coklat : Bilirubinuria.Hijau-coklat : obstructive jaundice
2 Bau Bau ureum/ asam Abnormal; bau jengkol, Keton (buah-
P a g e | 34
Buku Panduan CSL pmbs 3
organic buahan)
3 Kekeruhan Jernih
Kemerahan = darahsedimen eriBerkabut : Bakteri (gram)Keruh : pus, fosfat/Kristal karbonatSpermatozoa
4 Keasaman 4,7-7,5 (rata-rata 6,0)
asam urat pH>6,5 (larut alkaline)Batu kalsium pH tak pernah <6,0Infeksi Sal Kencing ≥7,0 (pemecahan urea)
5 Berat jenisSewaktu : 1,003-1,030Urine 24 jam : 1,015-1,025
Trauma intracranialADH menurun atau diabetes insipidus BJ <1,010Acute renal tubulus = BJ plasma 1.010
Untuk pemeriksaan pH menggunakan kertas lakmus. Merah jika asam, biru jika alkalis/basa dan tetap jika netral. Berat jenis diperiksa dengan refraktometer ataupun dengan urinometer. Perbedaan keduanya sebagai berikut :
Refractometer UrinometerKeuntungan : Bahan sedikit Mudah
Kerugian : Kurang akurat
Keuntungan : Akurat
Kerugian : Bahan banyak
Adapun cara pemeriksaan dengan refraktometer dapat dilihat pada gambar berikut :
35 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
8. Pemeriksaan KimiawiDalam CSL ini pemeriksaan kimiawi yang sederhana dan mudah, murah, cepat dan
cukup akurat adalah dengan menggunakan metode carik celup/ reagen strips, atau dikenal dengan dip-strips atau dipstick.
Reagen strips dicelupkan sesaat kemudian hasil dibandingkan dengan standar pada botol sesuai dengan waktu yang ditentukan.Urut-urutan parameter yang diperiksa berbeda-beda sesuai dengan merk dan pabrik buatannya. Prinsip kerja dapat dilihat pada gambar berikut
Prinsip kerja reagen pada dipstick sebagai berikut :No Parameter Waktu Prinsip Kerja
1 Glukosa 30” D-glukosa--glukosa oksidaseD-glukonolakton+H2O2
H2O2 -- oksidasi + kromogen Warna Coklat2 Bilirubin 30” Bilirubin+garam diazonium (2-6-
P a g e | 36
Buku Panduan CSL pmbs 3
diklorobenzendiazoniumfluoro-borat) -- (asam) azobilirubin (warna merah violet)
3 Keton 40” Na-nitroprussid (oksidator kuat) + asam asetoasetat & aseton (basa) senyawa berwarna ungu
4 Berat Jenis 45” Bromthymol blue + poly (methyl) vynil ether maleic acid sodium salt bereaksi pada urine dengan berat jenis ≥ 6,5
5 Darah 60”H2O2 -- peroksidase (Hb) H2O + On
On + Kromogen (benzidin) senyawa berwarna hijau-biru
6 pH 60”
Kertas uji mengandung indicator-indikator methyl red dan bromthymol blue, kombinasi indicator-indikator tersebut memungkinkan perubahan warna yang jelas, sesuai dengan warna pada tabung
7 Protein 60” 3’,3”,5’,5” tetraklorofenol – 3,4,5,6 tetrabromosulfoftalein (buffer) + protein warna hijau muda sampai tua
8 Urobilinogen 60” Urobilinogen + p-aminobenzaldehid – (asam) zat
warna azo (merah)
9 Nitrit 60”Nitrat -- Gram negative NitritNitrit + p-arsinilic acid + tetrahydrobenzoquinolin senyawa merah
10 Lekosit 2 menit Asam karbonat ester -- esterase (granulosit) indoxyl – oksidasi senyawa indigo berwarna indigo
Interpretasi dari hasil pemeriksaan dipstick sebagai berikut :
9. Pemeriksaan Mikroskopik (Sedimen)
37 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
Pemeriksaan sedimen urin dilakukan untuk memeriksa hal-hal sebagai berikut : Sel : Eritrosit, Lekosit, Epitel Silinder : hyaline, eritrosit, lekosit, lemak, dll. Silinder terbentuk di Tubulus
convulatus distal dan ductus collectives akibat kondisi asam, konsentrasi garam tinggi, aliran urin yang menurun serta adanya protein Tamm-Horsfall
Kristal : Urine Asam (asam urat, amorphous urat, sodium urate, Ca-oksalat), Urine Alkali (Triple fosfat, fosfat amorf, Ca-fosfat, Amm biurat), Kristal abnormal (Csytine, Cholesterol, Leucine, Tyrosine, Bilirubin, Sulfonamide)
Bakteri, jamur, parasit Lain-lain : spermatozoa,mucous threads
Kondisi yang berkaitan/ berkenaan dengan hasil pemeriksaan sedimen urine sbb :Type of
cast Composition Associated conditions
Hyaline Mucoproteins Pyelonephritis, chronic renal Disease; May be a normal finding
Erythrocyte
Red blood cells Glomerulonephritis; May be a normal finding in patients who play contact sports
Leukocyte White blood cells Pyelonephritis, glomerulonephritis, interstitial nephritis, renal inflammatory processes
Type of cast
Composition Associated conditions
Epithelial cells
Renal tubule cells
Acute tubular necrosis, interstitial nephritis, eclampsia, nephritic syndrome, allograft rejection, heavy metal ingestion, renal disease
Granular Various cell types
Advanced renal disease
Waxy Various cell types
Advanced renal disease
Fatty Lipid-laden renal tubule cells
Nephrotic syndrome, renal disease, hypothyroidism
Broad Various cell types
End-stage renal disease
Berikut ini gambar hasil pemeriksaan mikroskopik urine (sedimen)
P a g e | 38
Buku Panduan CSL pmbs 3
Gambar 5 :Hasil pemeriksaan mikroskopik urin
G. PROSEDUR1. Senyum, salam, sapa dan membina sambung rasa
Untuk item ini sama seperti CSL komunikasi yang sudah dipelajari sebelumnya.2. Melakukan informed consent dan pengumpulan specimen urine
Dalam informed consent perlu dijelaskan tentang3. Mempersiapkan alat dan bahan
Cek kelengkapan alat dan bahan Tulislah identitas pasien, tanggal dan waktu pemeriksaan pada lembar hasil
pemeriksaan Memasang Alat Pelindung Diri (APD) ; Hanschoen, masker, google dll Bagilah specimen pada 3 tabung reaksi @ minimal 10-15 ml untuk pemeriksaan
makroskopis, mikroskopis dan dipstick4. Pemeriksaan makroskopis urine
Pemeriksaan bau urine
39 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
Pemeriksaan warna urine Pemeriksaan kekeruhan urine Pemeriksaan keasaman (pH) urine
O Pemeriksaan pH dengan kertas lakmus atau reagen strips Pemeriksaan berat jenis urine
O Dengan refraktometer atau urinometer5. Pemeriksaan mikroskopis urin
Ambillah dan persiapkan urine pada tabung reaksi kedua Sentrifus urine dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit Pisahkan sedimen hasil sentrifus dari supernatannya Sedimen hasil sentrifus diteteskan ke atas objek gelas Tutup dengan cover glass/ kaca penutup Periksa di bawah mikroskop
Perbesaran 10X untuk silinder Perbesaran 40X untuk eritrosit dan lekosit
Tuliskan hasil pemeriksaan pada lembar laboratorium6. Pemeriksaan Kimiawi dengan Dip-strips/ Dipstick(Carik-celup)
Ambil tabung reaksi ketiga yang berisi urine Basahi seluruh permukaan reagen strips dengan urine, tarik dengan segera Ketukkan strips pada bibir gelas untuk mengurangi urine yang berlebih Pegang carik secara horizontal dan bandingkan dengan kertas standar warna
yang terdapat pada label tabung Lakukan satu persatu untuk setiap parameter sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan masing-masing (lihat tabel) Lakukan pencatatan hasil untuk setiap parameter pada lembar yang telah
disediakan7. Selesaikan semua pencatatan dan berikan tanda tangan dan nama terang
pemeriksa8. Interpretasikan dan simpulkan hasil pemeriksaan9. Jelaskan hasil pemeriksaan serta rencana tindak lanjut pada pasien10. Akhiri dan tutup pemeriksaan dengan baik
P a g e | 40
Buku Panduan CSL pmbs 3
G. DAFTAR PUSTAKA Baluyut, Benedict F. Interpretation of Urinalysis Results and Clinical Correlations: A
brief overview. Assistant Section-in-charge, Clinical Microscopy. Angeles University Foundation Medical Center. Center for Anatomic Pathology and Laboratory Medicine. Angeles City, Pampanga. Didownload tgl 1-2-2011 pukul 10:01 PM dari : http://dc182.4shared.com/download/U0ohww1I/Interpretation_of_Urinalysis_R.ppt?tsid=20110201-095010-d81f1f43 http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/0f72169df5c0ba8d8e6bbb2c1a8e3f8a24f0c95e.pdf
Fischbach, Frances Talaska. 2003. A manual of Laboratory and Diagnostic Test. 7 th
edition. Lipincott Williams & Wilkins Publisher. Kumalawati, July. MD. Urinalysis. Clinical Pathology Department. Medical Faculty
University of Indonesia-Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. Jakarta. Indonesia. Didownload pada tanggal 1 februari 2011 pukul 09:32 PM dari :
Sudoyo, Aru.et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat jilid 1. Bab Ginjal dan Hipertensi. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam-FKUI. Jakarta. Indonesia
Sylvia R. et al. 2003. Buku Praktikum Patologi Klinik 1. Bagian Patologi Klinik FK UNPAD/ RS. Dr. Hasan Sadikin. Bandung. Indonesia
Tanagho, Emil A. & Jack W. McAninch. 2008. Smith’s General Urology. 17th edition. Lange Medical Books/ The McGraw-Hill Companies, USA.
41 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
H. EVALUASI
I.1. CEK LIST LATIHAN
No Item PenilaianNilai
0 1 2Interpersonal
1 Senyum, salam, sapa dan membina sambung rasa2 Melakukan informed consent dan pengumpulan specimen urine
Item Prosedural3 Mengecek kelengkapan alat dan bahan4 Menulis identitas pasien, tanggal dan waktu pemeriksaan pada
lembar hasil pemeriksaan5 Memasang APD ; Hanschoen, masker dll6 Membagi specimen pada 3 tabung reaksi dengan baik
Pemeriksaan makroskopis urine7 Pemeriksaan bau urine dan menuliskan hasilnya8 Pemeriksaan warna urine dan menuliskan hasilnya 9 Pemeriksaan kekeruhan urine dan menuliskan hasilnya10 Pemeriksaan keasaman (pH) urine dan menuliskan hasilnya11 Pemeriksaan berat jenis urine dan menuliskan hasilnya
Pemeriksaan mikroskopis urin12 Mengambil dan mempersiapkan urine pada tabung reaksi kedua13 Mensentrifus urine dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit14 Memisahkan sedimen hasil sentrifus dari supernatannya15 Meneteskan sedimen hasil sentrifus ke atas objek gelas16 Menutup dengan cover glass/ kaca penutup17 Memeriksa di bawah mikroskop, dimulai dengan perbesaran 10 x
untuk silinder18 Memeriksa dengan perbesaran 40X untuk eritrosit dan lekosit19 Menuliskan hasil pemeriksaan pada lembar hasil pemeriksaan
laboratoriumPemeriksaan Dip-strips/Dipsticks (Carik-celup)
20 Ambil tabung reaksi ketiga yang berisi urine 21 Basahi seluruh permukaan reagen strips dengan urine, tarik dengan
segera22 Ketukkan strips pada bibir gelas untuk mengurangi urine yang
berlebih23 Pegang carik secara horizontal dan bandingkan dengan kertas
standar warna yang terdapat pada label tabung24 Lakukan satu persatu untuk setiap parameter sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan masing-masing (lihat tabel)25 Lakukan pencatatan hasil untuk setiap parameter pada lembar yang
P a g e | 42
Buku Panduan CSL pmbs 3
telah disediakan26 Selesaikan semua pencatatan dan berikan tanda tangan dan nama
terang pemeriksaItem Penalaran Klinik dan Profesionalisme
27 Interpretasikan dan simpulkan hasil pemeriksaan 28 Jelaskan hasil pemeriksaan serta rencana tindak lanjut pada pasien29 Akhiri dan tutup pemeriksaan dengan baik30 Percaya diri, minimal error
T O T A L
I.2. CEK LIST UJIAN (OSCE)
No Item Penilaian Skor0 1 2 3 4
Interpersonal1 Senyum, Salam, Sapa, Sambung Rasa dan Informed
ConsentItem Prosedural
2 Mempersiapkan alat dan bahan3 Pemeriksaan makroskopis urine4 Pemeriksaan mikroskopis urin5 Pemeriksaan Dip-strips (Carik-celup)
Item Penalaran Klinik dan Profesionalisme6 Interpretasikan dan simpulkan hasil pemeriksaan serta
jelaskan kepada pasien7 Percaya diri, minimal error
T O T A L
43 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
P a g e | 44
Buku Panduan CSL pmbs 3
CATATAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS(Diisi saat CSL sesi 2 Urinalisis, selain dinilai di buku log!!)
A. Pemeriksaan Makroskopis
NoVariabel
yang diperiksa
Hasil Pemeriksaan
Interpretasi
Normal Interpretasi
1 Warna Kuning muda
2 Bau Bau ureum/ asam organic
3 Kekeruhan Jernih4 Keasaman 4,7-7,5 (rata-rata 6,0)
5 Berat jenisSewaktu : 1,003-1,030Urine 24 jam : 1,015-1,025
B. Pemeriksaan Kimiawi secara Dipstick/ Carik CelupNo Parameter Waktu Hasil Pemeriksaan Interpretasi1 Glukosa 30”2 Bilirubin 30”3 Keton 40”4 Berat Jenis 45”5 Darah 60”6 pH 60”7 Protein 60”8 Urobilinogen 60”9 Nitrit 60”10 Lekosit 2 menit
C. Pemeriksaan Mikroskopik (Sedimen)
No Unsur yang diperiksa Pemeriksaan Slide Demonstrasi
A. Unsur Organik1 Lekosit
o Bundar Bergrabulo Jumlah ………. /lpb
2 Eritrosito Bulat, tidak berwarna, tidak refraktilo Jumlah ………. /lpb
Silinder3 Silinder Hialin
45 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
o Bening, homogeny4 Silinder Epitel
o Silinder mengandung beberapa epitel5 Silinder Granular
o Silinder mengandung granula halus-kasar6 Silinder Lekosit
o Silinder mengandung beberapa Lekosit7 Silinder Eritrosit
o Silinder mengandung beberapa Eritrosit8 Silinder Lemak
o Silinder mengandung butir-butir lemak9 Silinder Lilin
o Tidak berwarna, lebih besar daripada silinder lainnya
10 Silinder Campurano Silinder mengandung berbagai unsure
11 Silinder fibrino Silinder mengandung fibrin
B. Unsur Anorganik Normal
12 Kristal Asam Urat13 Kristal Kalsium Oksalat14 Kristal Tripel Fosfat15 Kristal Kalsium Fosfat16 Kristal Kalsium Karbonat
Abnormal17 Kristal Cystin18 Kristal Tyrosin19 Amorf
Amal baik yang tidak seberapa, tak akan mampu menutup butir-butir pasir dosayang kita tumpuk sepanjang hayat
===== S e k I a n =====- By : ODS –
P a g e | 46
Buku Panduan CSL pmbs 3
VENA PUNCTUREdr. Oktafani, dr.Iswandi Darwis
A.TEMA
Prosedur pengambilan darah vena (Vena Puncture)
B. LEVEL KOMPETENSI
No Jenis Kompetensi Level Kompetensi1 Vena Puncture 1 2 3 4
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa dapat melakukan prosedur pengambilan darah vena (Vena Puncture)
D. BAHAN DAN ALAT
1. Spuit disposable.2. Kapas alcohol 70 %.3. Kapas kering.4. Tabung sempel.5. Tourniquet.6. Plester
E. SKENARIO
Tn.Andi datang ke Poliklinik Penyakit Dalam mengeluh demam sudah lebih dari 7 hari yang disertai dengan menggigil dan keringat malam. Dua minggu sebelumnya Tn.Andi pergi bertamasya ke pantai Hanura bersama dengan keluarganya. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, dokter menyarankan untuk diambil sampel darah dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis. Untuk mendapatkan sampel darah Tn.Andi maka dilakukan prosedur pengambilan darah vena (Vena Puncture) oleh petugas laboratorium. Akan tetapi karena banyaknya permintaan pengambilan darah di tempat lain maka anda sebagai Dokter Muda yang sedang bertugas di Poli Klinik Penyakit Dalam diminta untuk melakukan prosedur pengambilan darah tersebut. Bagaimanakah prosedur pengambilan darah vena (Vena Puncture).
F. DASAR TEORI
47 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.
Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median.
Gambar 6 : Vena superficialis yang digunakan untuk pengambilan darah vena
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
Lengan pada sisi mastectomy Daerah edema Hematoma
P a g e | 48
Buku Panduan CSL pmbs 3
Daerah dimana darah sedang ditransfusikan Daerah bekas luka Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan
darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
Pemasangan turniket (tali pembendung) o pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
o melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan
masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah. Penusukan
o penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
o tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma
Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring) merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Selain itu pula berbagai ukuran syring disesuaikan dengan volume yang dapat diisi 1 cc, 3 cc, 5 cc dan 10 cc.
Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).
49 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
Gambar 7 Prosedur pengambilan darah vena
G. PROSEDUR
1. Persiapkan alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%, tali pembendung (turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat.
2. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.
3. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.4. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum
obat tertentu, tidak puasa dsb.5. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.6. Minta pasien mengepalkan tangan.7. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.8. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
9. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
10. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena.
11. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
12. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.
H. EVALUASI
P a g e | 50
Buku Panduan CSL pmbs 3
Check List Latihan
No Item PenilaianNilai
0 1 2Interpersonal
1 Senyum, salam, sapa dan membina sambung rasa2 Melakukan informed consent
Item Prosedural3 Persiapkan alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%, tali
pembendung (turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat
4 Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin
5 Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
6 Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
7 Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
8 Minta pasien mengepalkan tangan9 Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.10 Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan
(palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
11 Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
12 Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena.
13 Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan
14 Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibukaItem Penalaran Klinik dan Profesionalisme
15 Percaya diri, minimal error
51 | P a g e
Buku Panduan CSL pmbs 3
T O T A L
P a g e | 52