Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

85
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua `LAPORAN RENCANA i Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua yang disusun tahun 2004. Isi yang terkandung dari laporan Rencana ini antara lain gambaran mengenai konsep-konsep rencana terpilih setelah melalui proses pembahasan baik dengan tim teknis maupun stakeholders. Dengan selesainya penyusunan laporan Rencana, diharapkan dapat menjadi acuan dalam pembangunan nantinya, sehingga membawa manfaat yang besar bagi pembangunan daerah yang direncanakan. Atas kerjasamanya, Kami pihak CV. Air Consult Engineering sebagai Mitra kerja sama Bappeda Kabupaten Agam mengucapkan terima kasih. Padang, Desember 2004

Transcript of Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Page 1: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

`LAPORAN RENCANA i

Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua yang disusun tahun 2004.

Isi yang terkandung dari laporan Rencana ini antara lain gambaran mengenai konsep-konsep rencana terpilih setelah melalui proses pembahasan baik dengan tim teknis maupun stakeholders.

Dengan selesainya penyusunan laporan Rencana, diharapkan dapat menjadi acuan dalam pembangunan nantinya, sehingga membawa manfaat yang besar bagi pembangunan daerah yang direncanakan.

Atas kerjasamanya, Kami pihak CV. Air Consult Engineering sebagai Mitra kerja sama Bappeda Kabupaten Agam mengucapkan terima kasih.

Padang, Desember 2004

Page 2: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

`LAPORAN RENCANA ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

DAFTAR TABEL .................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................. I - 1

1.2 Tujuan Dan Sasaran ......................................................... I - 2

1.3 Pengertian Umum dan Dasar Hukum ............................... I - 2

1.3.1 Pengertian Umum .................................................. I - 2

1.3.2 Dasar Hukum Perencanaan ................................... I - 3

1.4 Pendekatan dan Lingkup Perencanaan ........................... I - 3

1.4.1 Pendekatan Perencanaan ...................................... I - 3

1.4.2 Ruang Lingkup Perencanaan ................................. I - 4

1.5 Sistematika Pembahasan ................................................ I - 4

BAB II KONSEP DAN ARAH PENGEMBANGAN KAWASAN PERENCANAAN

2.1. Dasar Pertimbangan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua ...................................................................... II - 1

2.1.1 Potensi dan Permasalahan Kawasan Perencanan II - 1

2.1.2 Kecenderungan Perkembangan Fisik Kota ............ II - 2

2.1.3 Penentuan Fungsi dan Peran Kawasan Perkotaan Sariak (Kawasan Perkotaan Sariak (Kawasan perencanaan) ……… II - 4

2.1.4 Fungsi dan Peran Kawasan Perencanaan.............. II - 4

2.2. Konsep Ararahan Pengembangan .................................. II - 5

2.2.1. Konsep Struktur Ruang Kawasn ........................... II - 5

2.2.2. Konsep Rencana Tata Ruang ............................... II - 6

2.2.3. Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Jalan .... II - 7

2.2.4. arahan Konsep Ruang (Spatial) ............................. II - 9

2.3. Konsep Organisasi Ruang .............................................. II - 9

BAB III RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN

3.1. Tujuan Pengembangan Kawasan Fungsional Perkotaan III - 1

3.2. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan ........................................................................ III - 1

3.2.1. Rencana Distribusi Penduduk Kawasan Perkotaan III - 1

3.2.2. Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan dan

Pemanfaatan Ruang Kawasan .............................. III - 2

3.2.3. Rencana Sistem Jaringan Pergerakan) ................ III - 15

3.2.4. Rencana Sistem Jaringan Utilitas ......................... III - 16

3.3. Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Blok Plan) ............. III - 30

3.4. Pedoman PelaksanaanPembangunan Kawasan Perkotaan III - 32

3.4.1. Arahan Kepadatan Bangunan ............................... III - 32

3.4.2. Arahan Ketinggian Bangunan ............................... III - 39

3.4.3. Arahan Perpetakan Bangunan .............................. III - 39

3.4.4. Arahan Garis Sempadan ....................................... III - 45

3.4.5. Rencana Penanganan Blok Peruntukan ............... III - 45

BAB IV ASPEK PEMBIAYAAN DAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN

4.1 Kemampuan Pembiayaan dan Sumber-sumber Pembiayaan Pembangunan ................................................................. IV - 1

4.1.1 Pembiayaan Pembangunan .................................. IV - 1

4.1.2 Peningkatan Penerimaan Daerah ......................... IV - 1

4.1.3 Peningkatan Aparatur Pelaksana dan Pengendalian

Pelaksana .............................................................. IV - 3

4.2. Aspek Hukum dan Perundang-undangan ........................ IV - 4

Page 3: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

`LAPORAN RENCANA iii

4.3. Perumusan Pokok-pokok Pelaksanaan Pembangunan .. IV - 4

4.3.1. Sistem Prioritas Pelaksanaan Pembangunan ........ IV - 4

4.3.2. Tahapan Pelaksanaan Pembangunan .................... IV - 5

4.3.3. Peranan Pelaksanaan/Pelaku Pembangunan Kota IV - ................................................................................ 8

4.4. Pedoman Pengendalian Pembangunan .......................... IV - 10

4.4.1. Mekanisme Perijinan ............................................... IV - 10

4.4.2. Mekanisme Pemberian Insentif dan Disinsentif ...... IV - 11

4.4.3. Mekanisme Pemberian Dispensasi ........................ IV - 12

4.4.4. Mekanisme Pelaporan ........................................... IV - 12

4.4.5. Mekanisme Pemantauan ........................................ IV - 12

4.4.6. Mekanisme Evaluasi ............................................... IV - 14

4.4.7. Mekanisme Pengenaan Sanksi ............................. IV - 14

Page 4: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN DRAFT RENCANA iv

Tabel III-1 Rencana Distribusi dan Kepadatan Penduduk ........... III - 2

Tabel III-2 Rencana Fungsi Unit Lingkungan Berdasarkan Struktur Kegiatan ...................................................................... III - 5

Tabel III-3 Rencana Kebutuhan Rumah dan Luas Lahan Tahun 2010 . III - 7

Tabel III-4 Rencana Kebutuhan Fasilitas Pendidikan dan Luas Lahan Tahun 2010 ................................................................. III - 8

Tabel III-5 Rencana Kebutuhan Fasilitas Kesehatan dan Luas Lahan

Tahun 2010 ................................................................. III - 8

Tabel III-6 Rencana Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Luas Lahan

Tahun 2010 ................................................................. III - 9

Tabel III-7 Rencana Kebutuhan Fasilitas Pelayanan Umum dan Luas

Lahan Tahun 2010 ...................................................... III - 9

Tabel III-8 Rencana Kebutuhan Fasilitas Tempat Bermain dan Olah

Raga serta Luas Lahan Tahun 2010 .......................... III - 10

Tabel III-9 Rekapitulasi Rencana Kebutuhan Pengembangan Fasilitas

Dan Luas Lahan Tahun 2010 . .................................... III - 20

Tabel III-10 Rencana Kebutuhan Air Bersih di Kawasan Perencanaan

Tahun 2010 . ................................................................ III - 20

Tabel III-11 Rencana Kebutuhan listrik di Kawasan Perencanaan

Tahun 2010 . ................................................................ III - 24

Tabel III-12 Rencana Kebutuhan Sambungan Telepon di Kawasan

Perencanaan Tahun 2010 . ......................................... III - 28

Tabel III-13 Perkiraan Produksi Sampah di Kawasan Perencanaan

Tahun 2010 . ................................................................ III - 28

Tabel III-14 Rencana Garis Sempadan Bangunan . ....................... III - 45

Tabel IV-1 Rencana Program Pembangunan di Kawasan Perencanaan

Tahun 2006 – 2010 ...................................................... VI - 7

Page 5: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN DRAFT RENCANA v

Gambar 2.1. Peta Kecenderungan Perkembangan Kawasan Terbangun II - 3

Gambar 2.2. Sistem Kota-kota Penyangga ................................... II - 4

Gambar 2.3. Konsep Sistem Pelayanan Regional ......................... II - 6

Gambar 2.4. Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Jalan ....... II - 8

Gambar 2.5. Konsep Organisasi Ruang ........................................ II - 10

Gambar 3.1. Peta Rencana Kepadatan Penduduk ........................ III - 3

Gambar 3.2. Peta Rencana Struktur Pelayanan Kawasan ............. III - 6

Gambar 3.3. Contoh Jenis dan Fungsi Tanaman .......................... III - 13

Gambar 3.4 ................................................................................... Peta Rencana Tata Hijau Kawasan ................................................................................... III - 14

Gambar 3.5 ................................................................................... Peta Rencana Jaringan Jalan .................................................................................. III - 17

Gambar 3.6. Peta Rencana Pola Sirkulasi Angkutan .................... III - 18

Gambar 3.7 ................................................................................... Desain Ruang Parkir III ................................................................................ -19

Gambar 3.8. Peta Rencana Pemanfaatan Lahan .......................... III - 21

Gambar 3.9. Peta Rencana Jaringan Air Bersih ............................ III - 22

Gambar3.10. Sistem Perpiaan ........................................................ III - 23

Gambar3.11. Rencana Jaringan Drainase ..................................... III - 25

Gambar3.12. Desain Geometrik Drainase ...................................... III - 26

Gambar3.13. Peta Rencana Jaringan Listrik .................................. III - 27

Gambar3.14. Peta Rencana JaringanTelepon ............................... III - 29

Gambar3.15. Pola Penanganan Sampah ....................................... III - 31

Gambar3.16. Peta Rencana Pemanfaatan Lahan UL - I ................ III - 33

Gambar3.17. Peta Rencana Pemanfaatan Lahan UL – II .............. III - 34

Gambar3.18. Peta Rencana Pemanfaatan Lahan UL - III .............. III - 35

Gambar3.19. Peta Rencana Pemanfaatan Lahan UL – IV ............. III - 36

Gambar3.20. Peta Rencana Pemanfaatan Lahan UL - V ............... III - 37

Gambar3.21. Peta Rencana Intensitas Bangunan UL - I ................ III - 40

Gambar3.22. Peta Rencana Intensitas Bangunan UL - II ............... III - 41

Gambar3.23. Peta Rencana Intensitas Bangunan UL - III ............. III - 42

Gambar3.24. Peta Rencana Intensitas Bangunan UL - IV ............ III - 43

Gambar3.25. Peta Rencana Intensitas Bangunan UL - V ............. III - 44

Gambar3.26. Peta Rencana Perpetakan Lahan UL - I .................. III - 46

Gambar3.27. Peta Rencana Pemanfaatan Lahan UL - II .............. III - 47

Gambar3.28. Peta Rencana Pemanfaatan Lahan UL - III ............. III - 48

Gambar3.29. Peta Rencana Intensitas Bangunan UL - IV ............ III - 49

Gambar3.30. Peta Rencana Intensitas Bangunan UL - V ............. III - 50

Gambar3.31. Peta Rencana Penanganan Blok Peruntukan .......... III - 52

Gambar 4.1. ................................................................................... Diagram Undang-undang dan Peraturan yang Dibutuhkan

Untuk Mendukung Pembangunan ............................ IV - 4

Gambar 4.2. Diagram Mekanisme Perijinan Pemanfaatan Ruang IV - 11

Gambar 4.3. Diagram Mekanisme Pelaporan Pemanfaatan Ruang IV - 13

Gambar 4.4. Diagram Pemantauan Pemanfaatan Ruang ............ IV - 13

Gambar 4.5. Diagram Mekanisme Evaluasi Pemanfaatan Ruang IV - 14

Gambar 4.6. Mekanisme Penerapan Sanksi .................................. IV - 15

Page 6: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA I - 1

1.1 Latar Belakang

Kecamatan Sungai Pua merupakan salah satu kecamatan termuda yang ada

di Kabupaten Agam. Lahirnya Kecamatan Sungai Pua merupakan hasil pemekaran

dari kecamatan lain yaitu Kecamatan Banuhampu Sungai Pua yang dimekarkan

menjadi dua, Kecamatan Banuhampu dan Kecamatan Sungai Pua melalui PERDA

Kabupaten Agam No. 33 tahun 2001 tentang Pembentukan Kecamatan Ampek

Nagari, Sungai Pua, Kamang Magek, dan Kecamatan Canduang.

Sebagai wilayah muda dan terbentuk dari hasil pemekaran, tentu saja

banyak hal yang harus dibenahi mulai dari pembenahan administrasi hingga

pengaturan ruang dalam mempersiapkan tugas baru yang diembannya.

Secara fisik permasalahan yang ada di Kecamatan Sungai Pua adalah

struktur ruang yang terbentuk terjadi secara alami yang menyebabkan selain

pemanfaatan dan penyediaan fasilitas apa adanya juga hubungan fungsional antar

sarana kegiatan tidak menunjukkan hubungan yang efektif (kurang akses), seperti

kedudukan antar fasilitas-fasilitas utama kota kecamatan

(perkantoran/pemerintahan, fasilitas kesehatan, peribadatan, pendidikan, olah raga

dan RTH) berada pada lokasi yang tersebar, biasanya fasilitas-fasilitas utama

penunjang kegiatan kawasan perkotaan dialokasikan secara terpusat, selain untuk

mempermudah interaksi antar fungsi fasilitas-fasilitas tersebut juga akan memberi

ciri/corak dari pusat pelayanan kegiatan (landmark kota).

Meskipun Kecamatan Sungai Pua termasuk kecamatan termuda, namun jika

dilihat dari potensi dan kedudukannya sangat mempunyai prospek dan berpeluang untuk

berkembang, diantara faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan Kecamatan

Sungai Pua diantaranya adalah :

1. Sebagai daerah hinterland dari Kota Bukittinggi yang berfungsi sebagai daerah

pengembangan sentra industri pariwisata.

2. Berada pada koridor antara Kota Padang Panjang ataupun Pusat Kabupaten Agam

(Lubuk Basung) dengan Kota Bukittinggi yang dilalui jalur jalan arteri, termasuk untuk

koridor Agam – Bukittinggi berdasarkan kebijaksanaan propinsi merupakan jalur yang

diarahkan sebagai pengembangan kawasan wisata.

3. Memiliki fasilitas perdagangan berskala pelayanan regional yaitu Pasar Amur yang

direncanakan akan dikembangkan.

4. Khusus untuk kawasan perencanaan akan menjadi jalur lalu lintas dua pusat

perdagangan yaitu antara Pasar Amur dan Pasar Aur Kuning.

5. Memiliki potensi-potensi alam yang dapat dikembangkan sebagai kawasan

pariwisata, seperti; lokasinya diapit oleh Gunung Merapi dan Gunung Singgalang,

terdapatnya potensi wisata air dan sebagainya.

6. Memiliki lahan pertanian yang cukup subur dan luas.

Berdasarkan faktor-faktor di atas, indikasi perkembangan Kecamatan Sungai Pua

cukup kuat, untuk itu dalam mengantisipasi perkembangan tersebut sangatlah

dibutuhkan rencana penataan ruang agar dalam perkembangannya nanti tidak terjadi

secara alami yang cenderung tidak terarah dan kesalahan dalam pemanfaatan lahan.

Dalam hal ini dirumuskan dalam bentuk penyusunan Rencana Detail Tata Ruang

(RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua yang berpusat di

Kenagarian Sariak yang mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Agam.

Pentingnya penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan ini

dalam implementasinya dapat dipakai sebagai pedoman/acuan pembangunan di

lapangan dan menjadi instrumen pengendalian ruang bagi pemerintah daerah, swasta,

maupun masyarakat.

Page 7: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA I - 2

1.2 Tujuan dan Sasaran

Secara umum maksud dari perencanaan kawasan perkotaan adalah

tersedianya suatu rencana kota yang mantap, yang sifatnya operasional dan

mengikat baik bagi pemerintah daerah termasuk instansi vertikal, maupun bagi

masyarakat untuk dipatuhi. Adapun tujuan perencanaan kawasan perkotaan adalah

peningkatan kualitas lingkungan kehidupan dan penghidupan warga kota, sehingga

suasana aman, tertib, lancar dan sehat dapat diciptakan. Tujuan tersebut dapat

dicapai melalui pemanfaatan ruang agar :

a. Serasi dan seimbang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung

pertumbuhan dan perkembangan kota.

b. Sejalan dengan kebijaksanaan pengembangan pembangunan di daerah.

Berdasarkan maksud dan tujuan, sebagaimana diuraikan di atas, maka

sasaran yang ingin di capai adalah :

1. Memantapkan pelaksanaan Otonomi Daerah.

2. Memantapkan pelaksanaan perencanaan terpadu antara kebijaksanaan

perencanaan regional dengan perencanaan tingkat lokal.

3. Meningkatkan kemampuan pelayanan pemerintahan daerah terhadap

masyarakat kota.

4. Meningkatkan dan memantapkan fungsi dan peruntukan lahan sesuai dengan

prinsip–prinsip kaidah perencanaan.

5. Meningkatkan mutu dan keseimbangan lingkungan sosial dengan lingkungan

fisik.

6. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan aparat pemerintah dan warga kota

sesuai dengan Tata Ruang yang telah ditetapkan, baik melalui pengawasan atau

peninjauan maupun tindakan penertiban.

7. Memberi kejelasan tata ruang dalam program pengembangan untuk menunjang

investasi berbagai kegiatan pembangunan.

1.3 Pengertian Umum dan Dasar Hukum

1.3.1 Pengertian Umum

Pengertian yang dimaksud dalam laporan ini diarahkan pada hal – hal yang terkait

dengan materi yang tertuang dalam perencanaan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 2 tahun 1987 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota.

A. Pengertian Perencanaan

1. Rencana kota adalah rencana pengembangan kota yang disiapkan secara teknis

dan non teknis, baik yang diterapkan oleh Pemerintahan Pusat maupun

Pemerintah Daerah yang merupakan rumusan kebijaksanaan pemanfaatan muka

bumi wilayah kota termasuk ruang di atas dan di bawahnya serta pedoman

pengarahan dan pengendalian bagi pelaksanaan pembangunan kota.

2. Perencanaan kota adalah kegiatan penyusunan dan peninjauan kembali rencana -

rencana kota.

3. Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan

wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundangan serta pemukiman

yang telah memperhatikan watak dan ciri kehidupan perkotaan atau kawasan

perkotaan yang berstatus wilayah administrasi kota,seperti kotamadya.

4. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukimn perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan

kegiatan ekonomi.

5. Rencana Datail Tata Ruang Kota selanjutnya disebut RDTR adalah Rencana

Pemanfaatan Ruang Kota secara rinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan

Ruang Kota dalam rangka pelaksanaan program-program serta pengendalian

pembangunan kota.

Page 8: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA I - 3

6. Bagian Wilayah Kota adalah satu kesatuan wilayah dari kota yang

bersangkutan yang merupakan wilayah yang berbentuk secara fungsional

dan administratif dalam rangka pencapaian daya guna fasilitas umum kota.

7. Unit Lingkungan adalah satuan permukiman terkecil yang secara fisik

merupakan bagian unit perkotaan wilayah terbangun yang berperan dalam

pengembangan kota.

B. Pengertian Teritorial Perencanaan

1. Wilayah adalah Kesatuan geografi dengan bentuk ukuran menurut

pengamatan tertentu. Definisi lain menyebutkan bahwa wilayah adalah suatu

bagian dari permukaan bumi yang ditentukan atas dasar pengertian batasan

– batasan dan perwatakan geografis.

2. Daerah yaitu suatu wilayah yang diartikan sebagai suatu teritorial yang

pengertian dan batasan serta perwatakannya didasarkan kepada wewenang

administratif pemerintahan yang ditentukan dengan peraturan perundangan

tertentu.

3. Kawasan adalah suatu wilayah yang teritorialnya didasarkan kepada

pengertian dan batasan fungsional yaitu bahwa wilayah tersebut dapat

ditentukan teritorialnya sebagai suatu wilayah yang secara fungsional

mempunyai perwatakan tersendiri, atau suatu wilayah yang batasannya di

tentukan berdasarkan lingkungan pengamatan fungsi tertentu.

1.3.2 Dasar Hukum Perencanaan

Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan Rencana Detail Tata

Ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua meliputi undang-

undang dan peraturan yang berlaku serta mempunyai keterkaitan yang cukup

penting. Pada tingkat Pusat, produk hukum dimaksud meliputi Undang-Undang

(UU), Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (Kepres), Keputusan

Menteri (Kepmen) serta keputusan-keputusan lainnya pada tingkat yang lebih

rendah. Sementara di tingkat Propinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Agam

produk hukum yang berlaku adalah Peraturan daerah (Perda). Adapun produk hukum

tersebut meliputi:

1. Undang-undang No. 5 Tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria,

khususnya mengatur aspek pertanahan yang berkaitan dengan masalah

kebijaksanaan tanah perkotaan dalam rangka penyediaan tanah untuk

pembangunan.

2. Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.

3. Undang-Undang RI No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

4. Undang-Undang N0. 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup beserta

peraturan turunannya yang terkait.

5. Undang-Undang RI No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

6. Undang-Undang RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

7. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000, tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.

8. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

9. Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor : 327/KPTS/M/2002 tanggal 12 Agustus 2002,

tentang Pedoman Penyusunan Tata Ruang.

10. Permendagri No. 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di

Daerah

11. Permendagri No. 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam

Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah

12. PERDA Propinsi Sumbar No. 9 Tahun 2000 tentang Ketentuan Pokok

Pemerintahan Nagari.

13. PERDA Kabupaten Agam No. 33 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kecamatan

Ampek Nagari, Sungai Pua, Kamang Magek dan Kecamatan Candung.

14. PERDA Kabupaten Agam No. 31 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari

15. PERDA Kabupaten Agam No. 7 Tahun 2002 tentang Tata Bangunan

16. PERDA Kabupaten Agam No. 4 Tahun 1998 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kabupaten Agam

Page 9: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA I - 4

1.4 Pendekatan dan Lingkup Perencanaan

1.4.1 Pendekatan Perencanaan

Langkah – langkah yang diambil untuk mencapai tujuan Perencanaan

Rencana Detail Tata Ruang Kota maka metoda pendekatan yang dilakukan antara

lain :

a. Tujuan Kebijaksanaan Pengembangan Regional

Tinjauan terhadap kebijaksanaan pengembangan regional ini dimaksudkan

untuk melihat kebijaksanaan program kepentingan pengembangan wilayah yang

berpengaruh terhadap kepentingan pengembangan daerah.

b. Pendekatan strategis yang menyangkut penentuan fungsi kota, pengembangan

kegiatan kota dan tata ruang kota yang merupakan penjabaran rencana yang

sudah ada.

c. Pendekatan teknis yang menyangkut upaya mengoptimasikan pemanfaatan

ruang, antara lain dengan memperbaiki fasilitas dan utilitas secara tepat,

mengefisienkan pola perangkutan, menjaga kelestarian dan meningkatkan

kualitas lingkungan perkotaan sesuai dengan kaidah teknis perencanaan.

d. Pendekatan politik yang menyangkut pada upaya menselaraskan kota – kota

sekaligus timbulnya kesenjangan antara kota – kota besar dengan kota – kota

kecil.

e. Pendekatan ekonomi yang menyangkut pada upaya efisiensi dan efektifitas

penggunaan potensi – potensi yang dimiliki kota.

f. Pendekatan sosial budaya yang menyangkut pada upaya penciptaan suasana

dan lingkungan kemasyarakatan dengan nilai – nilai sosial budaya yang

harmonis.

g. Pendekatan pertahanan dan keamanan yang menyangkut pada penciptaan

kondisi kota yang aman dan tertib untuk mendukung pertahanan nasional.

h. Pendekatan pengelolaan yang menyangkut aspek administrasi, keuangan,

hukum dan perundang – undangan agar rencana kota dapat diterapkan melalui

koordinasi, agar instansi vertikal di Daerah dan Dinas Otonomi dalam pelaksanaan

dan pengendalian rencana kota.

i. Penetapan rencana dan tahap pengelolaan pembangunan menyangkut beberapa

aspek :

- Aspek pelaksanaan pembangunan dalam tiap priode lima tahun

- Indikasi program dan proyek pembangunan

1.4.2 Ruang Lingkup Perencanaan

A. Ruang Lingkup Wilayah

Sesuai dengan Peraturan menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 2 tahun

1987 tentang pedoman penyusunan rencana kota bahwa Rencana Detail Tata Ruang

Kota mempunyai wilayah perencanaan mencakup sebagian atau seluruh wilayah kota

yang dapat merupakan satu atau beberapa kawasan tertentu.

Rencana Detail Tata Ruang Kota menurut rumusan kebijaksanaan pemanfaatan

ruang kota yang disusun dan diterapkan untuk penyiapan perwujudan ruang bagian –

bagian wilayah kota dalam rangka pelaksanaan program dan pengendalian

pembangunan kota baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat dalam

jangka panjang dan jangka menengah.

Berdasarkan acuan tersebut di atas dan acuan Rencana Tata Ruang Wilayah maka

kawasan perencanaan yang merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Sungai Pua

yang mempunyai luas 411,60 Ha adalah kawasan yang direncanakan. Adapun

daerah lainnya khususnya Kecamatan Sungai Pua merupakan wilayah kajian studi

yang sangat berpengaruh terhadap lingkup kawasan perencanaan.

B. Dimensi Waktu Perencanaan

Penetapan dimensi waktu perencanaan sesuai dengan Kepmen Kimpraswil No. 327

tahun 2002 ditetapkan 5 tahun yang akan datang diharapkan mampu menelaah unsur

Page 10: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA I - 5

– unsur yang berpengaruh terhadap kecenderungan perkembangan kawasan

perencanaan yang menjadi pusat pertumbuhan untuk Kecamatan Sungai Pua.

Pelaksanaan rencana dilakukan secara bertahap yaitu pada tiap tahunan selama

5 tahun secara time series.

1.5 Sistematika Pembahasan

Rencana Detail Tata Ruang Kota disusun berdasarkan sistematika

pembahasan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Berisikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran rencana, pengertian

dan dasar hukum perencanaan, metodologi dan lingkup perencanaan serta

sistematika pembahasan.

Bab II : Konsep dan Arah Pengembangan Kawasan Perencanaan.

Berisikan tentang konsep-konsep serta arahan dalam penatan ruang,

secara garis besar yaitu, arah perkembangan fisik kawasan, konsep struktur

pelayanan kegiatan, arahan pemanfaatan ruang, konsep pengembangan

jaringan jalan dan konsep mengenai oranisasi ruang.

Bab III : Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan

Berisikan mengenai arahan-arahan perencanaan, diataranya adalah; tujuan

pengembangan kawasan fungsional perkotaan, rencana struktur dan pola

pemanfaatan ruang kawasan perkotaan, meliputi; rencana distribusi

penduduk, rencana struktur pelayanan kegiatan, rencana pemanfaatan

ruang hingga pada perencnaan per blok peruntukan dan rencana

pengendalian pembangunan,

Bab IV: Aspek Pembiayaan dan Pengelolaan Pembangunan

Berisikan mengenai kemampuan pembiayaan dan sumber-sumber pembiayaan

pembangunan, aspek hukum dan perundang-undangan, perumusan pokok-pokok

pelaksanaan pembangunan dan pedoman pengendalian pembangunan.

Page 11: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA II - 1

2.1 Dasar Pertimbangan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

Sebagai perwujudan dari pelaksanaan otonomi daerah, dimana setiap daerah

dituntut dan dipacu untuk mengembangkan daerahnya masing-masing dalam

mengejar ketertinggalannya dari daerah-daerah lain yang sudah lebih dulu maju

dengan kekuatan potensi dan sumber daya yang dimilikinya.

Dalam hal ini peranan penataan ruang sebagai salah satu elemen dalam

mempersiapkan arahan pembangunan di daerah dengan berorientasi pada potensi

dan permasalahan yang ada di daerah itu sendiri untuk kepentingan hingga dalam

jangka waktu panjang.

Selain itu keperluan penataan ruang yang dilandasi dengan UU No. 24 Tahun

1992 Tentang Penataan Ruang, mengharuskan setiap daerah/wilayah baik pada

lingkup yang lebih luas hingga pada lingkup yang lebih kecil untuk dilakukan

penataan.

Sebagimana pertimbangan serta ketentuan UU No. 24 Tahun 1992, maka

penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua yang masih

tergolong muda dalam pembentukannya memang sudah seharusnya untuk disusun,

hal ini bukan saja telah melaksanakan amanah UU No. 24 Tahun 1992 di atas, lebih

jauh untuk kepentingan penduduk yang ada di Kecamatan Sungai Pua umumnya dan

penduduk di kawasan perencanaan khususnya. Karena dari penyusunan RDTR

Kawasan Perkotaan Ibukota Sungai Pua ini memberikan arahan mengenai

pembangunan secara fisik serta dalam upaya meningkatkan kesejateraan masyarakat

yang ada di Kecamatan Sungai Pua dan Kawasan Perencanaan.

2.1.1 Potensi dan Permasalahan Kawasan Perencanaan

Potensi dan permasalahan suatau daerah/kawasan adalah merupakan faktor

pendorong kuatnya suatu daerah/kawasan itu untuk berkembang, demikian juga

dengan Kawasan Perkotaan Sariak (kawasan perencanaan). Potensi dan

permsalahan yang dimiliki kawasan perencanaan, selain pada lingkup kawasan

perencanan itu sendiri (internal) juga dipengaruhi faktor dari luar (eksternal). Secara

garis besar potensi dan permasalahan yang mempengaruhi perkembangan kawasan

Perkotaan Sariak, adalah :

A. Potensi

1. Eksternal

Secara eksternal, potensi yang dapat mempengaruhi perkembangan kawasan

perencanaan, antara lain :

a. Lokasinya yang berdekatan dengan Kota Bukittinggi sebagai wilayah inti

(pusat pertumbuhan) akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

kawasan perencanaan, dalam hal ini kawasan perencanaan akan berperan

sebagai daerah penampung/penerima pengaruh tingginya kegiatan di Kota

Bukittinggi (counter efect).

b. Adanya Pasar Amur (pasar berskala regional) yang akan dikembangkan dan

dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang dalam rangka

pengoperasionalannya, pengaruh yang ditimbulkan terhadap kawasan

perencnaan adalah sebagai daerah pengembangan dalam peningkatan

sarana dan prasarana transportasi, serta akan menjadi salah satu daerah

pemasok produk perdagangan.

c. Adanya rencana pengembangan wisata air yang lokasinya berdekatan

dengan kawasan perencanaan.

d. Secara tidak langsung dilalui oleh jalan utama yang menghubungkan Kota

Padang – Bukittinggi (jalan arteri primer).

Page 12: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA II - 2

e. Lokasinya berada diantara Gunung Merapi dan Gunung Singgalang yang

mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai daerah wisata.

f. Terdapat sumber air bersih (mata air) yang berlokasi di kaki Gunung Merapi

(Jorong Sariak Ateh), saat ini dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih

penduduk di kawasan perencanaan.

2. Internal (kawasan perencanaan)

Faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi perkembangan kawasan

perencanaan sekaligus merupakan potensi bagi kawasan perencanaan, antara

lain meliputi :

a. Kawasan perencanaan merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Sungai

Pua.

b. Memiliki tanah yang subur serta iklim yang cocok untuk budidaya tanaman

pertanian, menyebabkan kawasan perencanaan merupakan salah satu

daerah pengembangan pertanian.

c. Dilalui oleh jaringan jalan yang direncanakan akan dikembangkan dan

berfungsi sebagai penghubung Koto Baru – Bukittinggi (jalan alternatif).

d. Masih memiliki lahan kosong yang dapat dikembangkan sebagai lahan

terbangun.

e. Sudah tersedia beberapa fasilitas penunjang, seperti; Puskesmas, fasilitas

pendidikan (Pesantren, SD dan SLTP), perkantoran selain kantor kecamatan

(KUA, Cadin Pertanian dan BPR), Pasar, Lapangan Olah Raga (RTH).

B. Permasalahan (Kendala)

1. Eksternal

Permasalahan (kendala) secara eksternal yang berpengaruh terhadap

perkembangan kawasan perencanaan meliputi :

a. Kegiatan/aktifitas yang tinggi masih bertumpu pada lokasi-lokasi tertentu,

seperti Pasar Aur Kuning, Padang Luar, Pasar Koto Baru dan sebagainya

serta belum memperlihatkan adanya gejala-gejala penyebaran kegiatan

khususnya terhadap kawasan perencanan.

b. Lokasi kawasan perencanaan, secara administrasi mempunyai jarak yang

cukup jauh dengan kota induknya (Ibukota Kabupaten Agam Lubuk Basung),

sehingga untuk kepentingan pelayanan pemerintahan cukup sulit.

c. Belum beroperasinya Pasar Amur secara optimal, sehingga pengaruh yang

diberikan terhadap perkembangan kawasan perencanaan menjadi lambat.

2. Internal (Kawasan Perencanaan)

Permasalahan atau kendala secara internal yang dihadapi dalam upaya

pengembangan kawasan perencanaan, antar lain adalah :

a. Kawasan perencanaan memiliki tanah yang subur menjadikan daerah

produktif untuk pertanian, hal ini akan membatasi terhadap perkembangan

secara fisik (kawasan terbangun).

b. Selain memiliki tanah yang subur, kondisi topografi yang bergelombang

menjadikan lebih banyak dipertahankan fungsinya dari pada untuk

pemanfaatan lahan terbangun.

c. Tidak adanya faktor penarik untuk kegiatan, sehingga aktifitas kawasan

perencanaan masih relatif rendah.

d. Sarana dan prasarana pergerakan relatif rendah, belum banyak jalur-jalur

transportasi yang dilalui serta sarana angkutan masih sangat terbatas.

e. Pertumbuhan penduduk relatif rendah dan terjadi fluktuasi perkembangan,

sebagai akibat kurangnya daya tarik penduduk untuk beraktifitas di kawasan

peencanaan, bahakan banyak penduduk yang cenderung beraktifitas di luar

kawasan.

2.1.2 Kecenderungan Perkembangan Fisik Kota

Pola dan arah kecenderungan fisik kawasan dalam pembahasan ini ditujukan

pada perkembangan kawasan untuk lahan terbangun yakni alokasi penempatan

sarana dan prasarana pelayanan, diantaranya; perumahan, prasarana jalan, sarana

sosial ekonomi, pemakaman dan lain-lain yang sifatnya buatan. Berdasarkan

luasannya lahan terbangun di kawasan perencanaan cukup luas yaitu 85,95 ha.

Page 13: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA II - 3

Lahan terbangun tersebut akan terus berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan

penduduk.

Pola perkembangan fisik yang akan terjadi cenderung linier mengikuti jaringan

jalan serta mengelompok mengikuti pola permukiman yang sudah ada (lihat gambar

2.1).

Gambar 2.1 Kecenderungan Arah Perkembangan

Page 14: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA II - 4

Jika dilihat dari kondisi fisik kawasan saat ini, banyak kendala yang dihadapi dalam

perkembangannya selain morfologi yang bergelombang juga sebagian besar fungsi

lahannya merupakan lahan pertanian produktif. Dengan kondisi seperti ini maka

perkembangan untuk lahan terbangun cenderung akan menggeser lahan pertanian.

2.1.3 Penentuan Fungsi dan Peran Kawasan Perkotaan Sariak (Kawasan

Perencanaan)

Sebelum menentukan fungsi dan peran kawasan Perkotaan Sariak (kawasan

perencanaan), ada baiknya jika dilihat dulu kedudukan kawasan perencanaan baik

dalam konteks yang lebih luas maupun dalam wilayah Kecamatan Sungai Pua itu

sendiri.

Berdasarkan letaknya, Kawasan perencanaan berada di bagian Timur

Kabupaten Agam dan terletak berdampingan – sebelah Selatan dari Kota Bukittinggi

sebagai pusat distribusi dan koleksi yang jaraknya ± sekitar 4,5 km.

Sebagai bahan kajian bahwa dekatnya lokasi kawasan perencanaan dengan

pusat distribusi dan koleksi barang merupakan keuntungan spasial yang sulit diperoleh

daerah lainnya. Pada umumnya proses aliran barang ataupun orang dari dan ke pusat

ini sangat tinggi, dan daerah yang memiliki kedekatan ruang secara formal harus

dapat menangkap peluang dari pergerakan tersebut. Keuntungan geografis kawasan

perencanaan tidak hanya diperoleh dari dekatnya dengan Kota Bukittinggi yang

berada di bagian Utara saja, melainkan juga berada pada perbatasan dengan

Kabupaten Tanah Datar bagian Utara. Secara teoritis, wilayah inti yang menjadi pusat

dari pertumbuhan perkotaan akan menjalarkan perkembangan kegiatan perkotaan

secara menyebar (spread efect) ke daerah-daerah hinterlandnya. Demikian pula

dengan pusat kegiatan Kota Bukittinggi akan memberikan pengaruh kuat terhadap

kota-kota kecil di sekitarnya.

Ibukota Kabupaten Tanah Datar walaupun letaknya berjauhan dengan pusat inti

pertumbuhan, namun ruang wilayah yang berada berdekatan dengan pusat tersebut

harus dapat mengimbangi kebutuhan kegiatan di pusat inti, sehingga perkembangan

perkotaan di pusat ke dua dalam sistem perkotaan menyebar secara dekonsentrasi

planologis, atau perkembangan berfungsi untuk meng-counter arus migrasi ke pusat

inti seperti terlihat pada gambar 2.2..

Dengan mengembangkan kota-kota kecil sebagai kota satelit di kota-kota

sekunder, diharapkan dapat menyebarkan pembangunan yang lebih merata ke

seluruh wilayah hinterland-nya.

Kedudukan kawasan perencanaan secara geografis diapit oleh dua wilayah

administrasi yang memiliki pengaruh berbeda yaitu Kota Bukittinggi sebagai kutub

pertumbuhan berpengaruh kuat terhadap keaneka ragaman kegiatan di daerah

pinggirannya (hinterland), daerah lainnya merupakan wilayah luas yang harus dapat

mengimbangi pertumbuhan yang ada di pusat inti.

Gambar 2.2 Sistem Kota-kota Penyangga Di Propinsi Sumatera Barat

Pusat Inti sebagaipemicu perkembangansecara terpusat (dekon-sentrasi planologis)

Pusat Sekunder harusmemberikan peluang kota-kotakecil untuk berkembangdengan membentuk kota-kotasatelit yang mendekati PusatInti

Kota-kota satelit berkembanguntuk mengurangi arus migrasike Pusat Inti, baik dari PusatSekunder maupun kota-kotakecil di sekitarnya

Lingkaran dalam yangdipengaruhi kuat olehkegiatan yang berkem-bang di wilayah PusatInti

Kawasan Perencanaan

Page 15: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA II - 5

2.1.4 Fungsi dan Peran Kawasan Perencanaan

Berdasarkan kondisi dan ketentuan di atas, maka peran dan fungsi kawasan

perencanaan terbagi dalam dua lingkup wilayah, yaitu;

A. Fungsi dan Peran Kawasan Perencanaan Dalam Konteks Regional

Kawasan perencanaan yang berada di wilayah Kabupaten Agam membentuk

koridor dengan Kota Bukittinggi sebagai kawasan andalan dibidang pariwisata

alam terbuka, menjadi bagian dari fungsi tersebut.

Dengan adanya kegiatan tersebut akan menghasilkan industri pariwisata yang

cukup menjanjikan bagi peningkatan sistem perekonomian masyarakat. Dewasa

ini pusat distribusi dan koleksi Pasar Aur Kuning menjadi titik orientasi

perdagangan grosir bagi produk-produk daerah setempat, banyak para pedagang

besar di luar Propinsi Sumatera Barat (bahkan dari Jakarta) datang ke Pasar Aur

Kuning ini untuk melakukan transaksi perdagangan.

Melihat prospek yang terjadi di Kota Bukittinggi tersebut, maka kawasan

perencanaan dengan kedekatan lokasinya diarahkan untuk bisa menjadi counter

part (pemasok utama) bagi kebutuhan beberapa produk perdagangan yang

berputar di Pasar Aur Kuning.

B. Fungsi dan Peran Kawasan Perencanaan Dalam Lingkup Wilayah Kecamatan Sungai Pua

Fungsi utama kawasan perencanaan dalam lingkup wilayah Kecamatan Sungai

Pua adalah sebagai pusat pemerintahan serta berdasarkan potensi yang

dimilikinya berfungsi sebagai pengembangan pertanian.

Berdasarkan fungsi di atas maka peran yang diemban oleh kawasan perencanaan

adalah memberikan pelayanan penduduk di wilayah Kecamatan Sungai Pua serta

menjadi titik tolak bagi pertumbuhan daerah-daerah yang ada di sekitarnya.

2.2 Konsep Arahan Pengembangan

2.2.1 Konsep Struktur Ruang Kawasan

Sistem Kegiatan yang ada di kawasan Sungai Pua pada awal perencanaan

tidak memperlihatkan jenjang struktur yang baik, sehingga berpengaruh besar

terhadap sempitnya konsep sistem pelayanan kota dan mengurangi keseimbangan

sistem pelayanan yang sebetulnya akan sangat dibutuhkan oleh masyarakat

sekitarnya.

Ruang (spatial) perkotaan yang terdiri dari lahan dan penduduk dengan

berbagai aktifitasnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sehingga satu

dengan yang lainnya akan saling mempengaruhi. Penduduk baik itu di perdesaan

maupun di perkotaan akan membutuhkan ruang untuk kegiatannya dan sarana

penunjang sebagai pelengkap bagi pemenuhan kebutuhan tersebut. Pertumbuhan

atau perkembangan yang terjadi pada tingkat kuantitas penduduk akan sangat

berpengaruh kuat terhadap kebutuhan ruang dan sarana pelayanannya.

Adapun ruang yang dalam hal ini adalah tanah, air dan udara sebagai sumber

utama kehidupan bagi penduduk di dunia ini, membutuhkan perlakuan secara khusus

dari manusia sebagai pengelola. Manakala pengelolaan tersebut salah maka yang

terjadi adalah bencana. Sedangkan di sisi lain, disadari atau tidak perkembangan

penduduk akan memanfaatkan ruang tersebut, mengisi ruang-ruang yang dianggap

siap dan sesuai untuk kelangsungan hidupnya.

Lebih lanjut, proses perkembangan penduduk yang senantiasa selalu

bertambah memberikan pengaruh terhadap penyiapan sarana yang sudah pasti akan

sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya. Misalnya adalah penyediaan

perumahan dan sarana kegiatan (seperti pertanian, perkebunan, perkantoran,

pelayanan kesehatan, pendidikan, peribadatan, dan lain sebagainya).

Perkembangan tersebut (baik penduduk maupun sarana pelengkap

kehidupannya) terus bertambah sejalan dengan semakin bertambahnya atau

meningkatnya kebutuhan, sehingga pada titik tertentu perlu adanya pengelolaan ruang

secara seksama.

Pada saat ini kawasan perencanaan walaupun berada pada wilayah

administratif Kabupaten Agam namun dilihat dari lokasi pusat pelayanan kabupaten

Page 16: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA II - 6

yang jauh dari lokasi kawasan perencanaan, maka untuk pelayanannya (terutama

pelayanan sosial dan ekonomi) cenderung lebih mengarah ke Kota Bukittinggi, jadi

Kecamatan Sungai Pua secara struktur dalam sistem pelayanannya terpisah dengan

wilayah administrasi di bagian barat Kabupaten.

Pada saat ini kawasan perencanaan walaupun berada pada wilayah

administratif Kabupaten Agam, Agam dan berorientasi ke Kota Bukittinggi lihat

gambar 2.3.

U

ntuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka hal utama dalam suatu perencanaan

perkotaan adalah merencanakan sistem pusat-pusat pelayanan masyarakat yang

berfungsi sebagai pusat interaksi masyarakat baik sosial maupun ekonomi. Adapun

pertimbangan di dalam menentukan sistem pusat pelayanan ini adalah sebagai berikut

:

Kebutuhan sarana penunjang disesuaikan dengan jumlah penduduk yang dilayani;

Lokasi diarahkan berada pada tempat yang mudah dijangkau (aksesibilitas tinggi)

oleh penduduk berdasarkan skala pelayanannya;Pada lokasi yang tidak memiliki

aksesibilitas kurang memadai akan tetapi lokasinya sangat memungkinkan sebagai

pusat pelayanan maka harus dikembangkan sistem aksesibilitas baru.

Kawasan perencanaan merupakan pusat dari Kecamatan Sungai Pua dengan

gambaran bahwa terdapatnya kantor kecamatan ditambah sarana pelengkap lainnya

seperti kantor wali nagari, kantor sub dinas pertanian, pendidikan tingkat dasar,

peribadatan, puskesmas dan bahkan tempat olah raga.

Elemen-elemen kegiatan kota tersebut merupakan pengikat dari pusat

pelayanan, baik itu pusat pelayanan kecamatan ataupun pusat pelayanan lokal. Oleh

sebab itu untuk kegiatan yang mempunyai skala pelayanan kecamatan diarahkan

terpusat pada satu lokasi sedangkan untuk pusat-pusat yang skala pelayanannya

lebih kecil diarahkan tersebar di seluruh kawasan perencanaan.

2.2.2 Konsep Rencana Tata Ruang

Konsep rencana tata ruang kawasan perencanaan diarahkan pada,

penempatan elemen, arahan pola pemanfaatan, elemen pembentukan ruang dan

hubungan fungsional.

A. Penempatan Elemen Ruang

Penempatan elemen ruang di kawasan perencanaan diadasarkan pada:

1. Setiap pengembangan kegiatan, harus disesuaikan dengan daya dukung

lingkungan, dan pembangunan fisik yang tidak sesuai dengan peruntukannya

bisa dihindari sedini mungkin.

2. Dalam menyusun tata ruang perlu upaya pemanfaatan potensi ruang kawasan

seoptimal mungkin, sehingga mampu menjawab permasalahan pada fisik dasar

maupun fisik buatan dimasa yang akan datang.

3. Kebutuhan untuk setiap elemen kegiatan berupa areal penggunaan disesuaikan

dengan standar yang berlaku, sehingga diperoleh pola kebutuhan yang sesuai

Gambar 2.3 Gambaran Sistem Pelayanan Regional

DanauManinjau

IbukotaKabupaten Agam

Lubuk Basung

KotaBukittinggi

IbukotaKecamatan Sungai Pua

Orientasi pelayanan birokrasi

Orientasi pelayanansosio - ekonomi

Kekuatan tarikan Kota Bukittinggidi bidang sosio - ekonomi lebih

besar dibandingkan dengan KotaKabupaten Agam, oleh karena itukarakter pergerakan pendudukberorientasi ke Kota Bukittinggi

Page 17: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA II - 7

dengan kebutuhan elemen-elemen ruang yang tidak terlepas dengan kaidah-

kaidah perencanaan dan struktur keruangan.

4. Penempatan elemen kegiatan pada kawasan perencanaan dilakukan atas

pertimbangan aturan penempatan antara lain:

Kemungkinan penempatan elemen kegiatan yang saling berdekatan.

Kemungkinan hubungan psenempatan elemen saling berjauhan, kedua

kemungkinan tersebut didasarkan atas analisis tingkat hubungan fungsional.

5. Perumusan tata letak elemen-elemen lingkungan perlu dipertimbangkan:

Adanya lalu lintas (barang dan orang) secara teratur sehingga menjamin

ketentraman suasana lingkungan.

Arahan pembangunan elemen-elemen kegiatan perlu mempertimbangkan

aspek biaya pelaksanaan pembangunan.

Rencana pembangunan elemen-elemen lingkungan harus mencerminkan

keserasian antara lingkungan alam dan lingkungan buatan sehingga menuju

kepada pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Pertimbangan faktor estetika, struktur keruangan (spasial) dinyatakan

sebagai susunan ruang terbuka fisik dari suatu tapak, struktur keruangan

pada umumnya menunjukkan hasil sifat khas topografi dan penataan

vegetasi.

B. Arahan Pola Pemanfaatan Ruang

Pola pemanfaatan ruang merupakan bentuk penyebaran elemen-elemen kegiatan

suatu kawasan yang terbentuk atas dasar pertimbangan kondisi fisik alam maupun

pertimbangan perencanaan, pola pemanfaatan ruang juga dapat mencirikan

orientasi penduduk terhadap kegiatannya. Pada kondisi existing di kawasan

perencanaan pola pemanfaatan ruang membentuk suatu pola linier dan semi

heksagonal pada lengkungan areal, sedangkan sistem penyebaran kawasan

permukiman mengelompok (memusat) dan linier mengikuti jaringan jalan.

Berdasarkan hal tersebut di atas untuk kawasan perencanaan pola bentuk

pemanfaatan ruang akan diciptakan suatu pola linier dan semi heksagonal untuk

kawasan perumahan yang terencana, sedangkan bentuk perumahan konvensional

akan mengarah pada kurva linier, bentuk Loop dan mengelompok.

C. Elemen Pembentuk Ruang Dan Hubungan Fungsional

Berdasarkan fungsi dan peran yang telah ditentukan bagi kawasan perencanaan,

maka elemen-elemen pembentuk ruang bagi kawasan perencanaan akan

diarahkan, seperti:

a. Wisma, dalam kaitannya dengan perumahan baik perumahan hunian

(Konvensional) maupun perumahan yang direncanakan.

b. Karya, dalam hal ini berkaitan dengan tempat kerja/aktifitas masyarakat seperti;

perkantoran, perdagangan dan jasa, pertanian dan industri.

c. Marga, yaitu prasarana transportasi yang menunjang pergerakan dan interaksi

orang dan barang dengan tingkat aksesibilitas cukup tinggi.

d. Suka, bahwa lingkungan perumahan secara individu maupun secara

keseluruhan (masyarakat) harus mencerminkan suasana gairah dan gembira,

elemen pembentuk ruangnya adalah; taman-taman, lapangan olah raga, Open

Space, jalur hijau pinggir jalan, dan fungsi hijau lainnya.

e. Penyempurna, merupakan elemen pelengkap seperti; fasilitas pendidikan,

kesehatan, pelayanan umum, fasilitas peribadatan dan sebagainya.

Pengaturan tata letak dari setiap elemen lingkungann di dalam kawasan

perencanaan dipengaruhi oleh derajat keterkaitan antara elemen lingkungan

pada suatu lingkungan dalam bentuk hubungan fungsional. Derajat keterkaitan

kegiatan antara elemen lingkungan akan menjadi dasar dalam pengaturan

distribusi elemen-elemen tersebut didalam ruang dengan mengusahakan

aksesibilitas yang perlu dimiliki oleh masing-masing elemen sesuai dengan

jaringan dan frekuensi kegiatan yang dilakukan.

2.2.3 Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Jalan

Manfaat utama dikembangkannya sistem jaringan jalan yang terkoordinasi

antara satu daerah dengan daerah lainnya di dalam satu kawasan adalah membantu

mempermudah dalam proses perjalanan baik barang maupun orang ke dan dari

Page 18: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA II - 8

dalam kawasan perencanaan, sehingga proses pertukaran perdagangan ataupun

sosialisasi penduduk menjadi lebih lancar.

Konsep pengembangan jaringan jalan di kawasan perencanaan dilandasi oleh

beberapa faktor yang mempengaruhi kecenderungan perkembangannya, diantaranya

adalah dekatnya dengan pusat perdagangan Pasar Aur Kuning (Bukittinggi), jaringan

jalan utama penghubung Kota Padang Pajang – Bukittinggi serta adanya rencana

pengembangan sarana dan prasarana penunjang Pasar Amur. Dengan

Beroperasinya Pasar Amur, maka jalan utama di kawasan perencanaan akan menjadi

jalan alternatif yang menghubungkan Pasar Amur – Pasar Aur Kuning yang lebih

dekat dibanding dengan jalan utama yang ada. Untuk lebih jelasnya mengenai konsep

pengembangan jaringan jalan dapat dilihat pada gambar 2.4.

Page 19: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA II - 9

2.2.4 Arahan Konsep Ruang (Spatial)

Karakteristik ruang kawasan perencanaan saat ini merupakan daerah

perdesaan, hal ini bisa digambarkan dari pola penyebaran permukiman membentuk

pola linier sepanjang jaringan jalan dan membentuk kelompok-kelompok kecil di

daerah-daerah tertentu, dominasi penggunaan lahan masih di sektor primer yaitu

pertanian dan perkebunan selain semak belukar, serta penyebaran kegiatan

perkotaan (berbentuk perkantoran, perdagangan, jasa, dan lain sebagainya) masih

sangat minim dan tidak terkonsentrasi pada satu lokasi (terpusat).

Faktor ini pula yang diperkirakan menjadi pendorong bagi penduduk setempat

untuk bermigrasi ke luar dari kawasan perencanaan. Berdasarkan karakter tersebut,

perlu adanya arahan yang dapat mendorong kegiatan perekonomian penduduk

setempat sehingga menjadi lebih bergairah dalam membangun daerahnya dan dapat

mendongkrak tingkat perekonomian masyarakat setempat yang selama ini terlihat

statis.

Konsep ruang yang diarahkan dikembangkan di kawasan perencanaan adalah

membentuk suatu kawasan pertanian atau perkebunan terpadu yang diarahkan untuk

menjadi pendamping kegiatan perekonomian utama (counter part) di wilayah

Kabupaten Agam bagi pusat pembangunan Kota Bukittinggi yang telah lebih dulu

berkembang dengan cepat.

Peluang yang bisa didapatkan kawasan perencanaan untuk mendukung

kegiatan yang ada di Kota Bukittinggi adalah sentra industri kecil (penganan makanan

atau bahan tenun daerah) yang nantinya di pasarkan ke Pasar Aur Kuning dan Pasar

Atas sebagai pusat distribusi dan koleksi Agam – Bukittinggi.

Adapun arahan lokasi dari kegiatan sentra industri kecil ini diarahkan ke unit

lingkungan II yang harus dilengkapi pula oleh fasilitas-fasilitas pendukung seperti

KUD, tempat penjualan barang, bank, dan lain sebagainya.

Arahan konsep ruang ini pada akhirnya mengarah pada pengembangan

kawasan agropolitan (sebagai cikal bakal), karena Kabupaten Agam umumnya dan

khusus untuk kawasan perencanaan merupakan daerah yang sangat potensial bagi

kegiatan pertanian dan perkebunan, sehingga paling penting saat ini dilakukan adalah

pengelolaan ruang untuk lebih dioptimalkan, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan taraf hidup masyarakat.

2.3 Konsep Organisasi Ruang

Konsep organisasi ruang untuk kawasan perencanaan akan diterapkan sistem

teori tempat sentral (central place Theori) yang dijabarkan dalam pusat-pusat

pelayanan mempunyai hubungan keterkaiatan antara satu elemen dengan elemen

lingkungan lainnya dengan mempertimbangkan faktor-faktor hubungan fungsional

antara elemen lingkungan, faktor aksesibilitas antara elemen ruang dan faktor estetika

lingkungan agar diperoleh kenyamanan. Penerapan pusat pelayanan diterapkan untuk

melayani masyarakat dalam struktur kawasan.

Untuk penerapan berbagai fasilitas dalam pengorganisasian ruang disesuaikan

dengan tingkat kepentingan ruang terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya

khususnya yang berada dalam pusat lingkungan, seperti :

Kenyaman lingkungan

Kecenderungan perkembangan

Kepentingan penggunaan sistem jaringan jalan

Kesesuaian lahan dan prospek pengembangan

Pola sirkulasi pergerakan masyarakat maupun barang.

Mengenai konsep organisasi ruang dapat dilihat pada gambar 2.5.

Adapun kriterianya adalah:

Batasan fisik atau batasan administrasi yang dapat memisahkan orientasi

secara global.

Adanya homogenitas fungsi kegiatan dalam suatu kawasan.

Page 20: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA II - 10

Aksesibilitas pencapaian

Gambar : 2.5 Konsep Organisasi Ruang

Fasilitas Sosial

Fasilitas Umum

RTH

Peruma han

Peruma han

Peru

ma

han

Peru

ma

han

Page 21: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 1

3.1 Tujuan Pengembangan Kawasan Fugsional Perkotaan

Dalam perkembangannya, kawasan perencanaan tidak hanya dipengaruhi oleh

adanya kedekatan dengan wilayah inti Kota Bukittinggi, tetapi juga akan dipengaruhi

oleh adanya Pasar Amur yang berlokasi sama dengan kawasan perencanaan yaitu

berada di Kecamatan Sungai Pua. Berdasarkan kondisi bangunan dan luasannya

pasar tersebut mempunyai skala pelayanan regional.

Dalam rangka meningkatkan pengoperasionalan Pasar Amur tersebut, saat ini

Pemerintah Kabupaten Agam sedang berusaha untuk mewujudkannya melalui

langkah pengembangan baik secara fisik (ruang) maupun menarik investor untuk

berinvestasi di Pasar Amur.

Berdasarkan sumber yang diperoleh, yaitu isi dari persetujuan MOU mengenai

kesepakatan antara pengelola Pasar Amur dengan Pedagang dari Malaysia, bahwa

tujuan rencana pengembangan Pasar Amur antara lain :

1. Mewujudkan Pusat Perdagangan (Bisnis Centre) barang-barang produksi luar

negeri (import).

2. Menjadikan Pasar Amur sebagai sentral penjualan mobil bekas luar negeri.

3. Menjadikan Pasar Amur sebagai sentral eksport barang-barang produksi lokal

seperti barang konveksi dan kerajinan.

4. Mendukung peningkatan sistem transportasi melalui rencana pembangunan

Terminal Lokal (Tipe C).

Dengan melihat faktor-faktor yang akan berkembang di sekitar kawasan

perencanaan, maka fungsi kawasan perencanaan selain sebagai pusat pemerintahan

Kecamatan Sungai Pua dan pengembangan kawasan pertanian, juga kawasan

perencanaan yang merupakan koridor Kota Bukittinggi yang berada pada wilayah

Kabupaten Agam, dimana Kota Bukittinggi merupakan kawasan andalan dibidang

pariwisata alam terbuka, menjadikan kawasan perencanaan merupakan bagian dari

fungsi tersebut dan dapat berperan sebagai counter part (pemasok utama) kebutuhan

barang dagangan.

Meskipun kawasan perencanaan tidak memiliki lahan yang potensial untuk

pengembangan pariwisata, tetapi sebagai kawasan yang mempunyai lokasi yang

berdekatan dengan kawasan wisata secara langsung maupun tidak langsung akan

mempunyai pengaruh yang cukup kuat dari perkembangannya.

Berkaitan dengan hal di atas, maka ada beberapa tujuan perlunya

pengembangan kawasan perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua ini, yaitu selain

dalam upaya penataan ruang perkotaan itu sendiri juga diharapkan :

1 Mampu meningkatkan pola perekonomian penduduk melalui pengembangan

sentra-sentra industri kecil.

2 Dapat menjadi counter part (pemasok utama) kebutuhan produk perdagangan

sesuai dengan potensi yang dimilikinya dengan didukung sistem infrastruktur yang

memadai.

3 Mempersiapkan diri dalam mengantisipasi perkembangan kegiatan di Pasar Amur

dan jenuhnya kegiatan di Kota Bukittinggi.

4 Dapat berperan sebagai counter magnet (penarik) dari tingginya kegiatan di Kota

Bukittinggi.

3.2 Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan

3.2.1 Rencana Distribusi Penduduk Kawasan Perkotaan

Page 22: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 2

Rencana distribusi penduduk diarahkan sesuai dengan daya tampung lahan

yang diperuntukan bagi kawasan terbangun. Alokasi kawasan terbangun itu sendiri

diperoleh dari hasil analisis kesesuaian lahan. Dari hasil analisis kesesuaian lahan

diperoleh luas lahan potensial untuk pengembangan seluas ± 181,50 Ha yang terbagi

dalam 4 unit lingkungan (tidak termasuk unit lingkungan IV) masing-masing adalah :

Unit Lingkungan I seluas 51,24 Ha

Unit Lingkungan II seluas 25,72 Ha

Unit Lingkungan III seluas 13,80 Ha

Unt Lingkungan V seluas 90,74 Ha

Jika dari masing-masing luas di atas 60% dialokasikan untuk pengembangan

perumahan dan 40% untuk fasilitas, maka diperoleh jumlah kapling tiap-tiap unit

lingkungan, sedangkan untuk memperkirakan daya tampung lahan untuk rata-rata

kepadatan penduduk yaitu dengan mengalikan jumlah kapling dengan 5 jiwa (asumsi

penghuni tiap rumah) diperoleh jumlah penduduk yang dapat ditampung secara

maksimal yaitu seperti terlihat pada tabel III-1 di bawah ini serta gambar 3.1 mengenai

rencana kepadatan penduduk di kawasan perencanaan.

Tabel III – 1 Rencana Distribusi Dan Kepadatan Penduduk

Di Kawasan Perencanaan

No. Unit

Lingkungan Luas (Ha)

Distribusi (Jiwa)

Kepadatan (Jiwa/Ha)

1. I 75,86 6.149 81

2. II 61,73 3.086 50

3. III 55,83 1.656 30

4. IV 74,08 0 0

5. v 144,10 10.889 76

Jumlah 411,60 21.780 53

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2004

3.2.2 Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Kawasan

A. Struktur Pelayanan Kegiatan

Struktur Tata Ruang Kawasan Perencanaan didasarkan kepada efektifitas

pemanfaatan ruang, sistem fungsi pelayanan dan hubungan fungsional antara

elemen lingkungan perkotaan dalam suatu kawasan. Adapun arahan

pemanfaatan ruang untuk kawasan perencanaan adalah:

1. Struktur Pusat Pelayanan

Pusat pelayanan merupakan alokasi dari berbagai elemen ruang yang dapat

memberikan pelayanan secara luas bagi kebutuhan penduduk serta menjadi

pengikat elemen-elemen ruang di bawahnya. Dalam hal ini elemen ruang yang

menjadi pengikat utama dari fungsinya sebagai pusat pelayanan adalah

terdapatnya Kantor kecamatan serta didukung oleh fasilitas perkantoran

lainnya seperti KUA dan kantor Cadin Pertanian.

Pusat pelayanan tersebut fungsinya memberikan pelayanan pada skala

regional maupun lingkungan. Dengan demikian secara hirarkis struktur pusat

pelayanan di kawasan perencanaan berada di Unit Lingkungan I (sebagai

pusat Kecamatan Sungai Pua).

2. Kawasan Perdagangan dan Jasa

Sesuai dengan arahan dalam fungsi utama setiap unit lingkungan, untuk

kawasan perdagangan jasa diarahkan di unit lingkungan V, elemen pengikat

untuk fungsi perdagangan dan jasa berdasarkan kondisi eksisting yaitu

terdapatnya fasilitas pasar yang didukung oleh fasilitas lain seperti perbankan,

serta aneka jasa yang tersebar di sekitar pasar. Serta khusus untuk

perdagangan yang dialokasikan untuk pengembangan pertokoan berdasarkan

hasil rencana berada di unit lingkungan III. Arahan tersebut didasarkan pada

kecenderungan yang akan berkembang di lokasi tersebut.

Fungsi perdagangan tersebut hanya melayani skala lingkungan sedangkan

untuk skala regional kecamatan maupun kabupaten tetap berorientasi ke

Pasar Amur.

3. Perumahan

Page 23: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 3

Rencana pengembangan perumahan di kawasan perencanaan diarahkan

pada pengembangan perumahan konvensional dan perumahan terencana

dengan dasar pertimbangan :

a. Faktor aksesibilitas terhadap kegiatan perkotaan.

b. Faktor kesesuaian dan nilai lahan

c. Faktor ketersediaan bahan baku air bersih.

GAMBAR 3.1 RENCANA DISTRIBUSI DAN KEPADATAN PENDUDUK

Page 24: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 4

d. Faktor estetika lingkungan dan sisitem pergerakan penduduk.

e. Arah kecenderungan perkembangan.

f. Faktor pelayanan fasilitas dan utilitas untuk memenuhi kebutuhan

perumahan.

g. Orientasi sistem jaringan jalan.

h. Untuk membentuk suatu kota yang kompak dalam membentuk suatu kota

sebagai pusat pelayanan.

4. Perkantoran

Untuk kawasan perkantoran yang ada saat ini, masih belum menandakan

atau membentuk suatu kawasan khusus perkantoran, mengingat secara

eksisting masih belum banyak sarananya, yang menjadi ciri adanya lokasi

perkantoran seperti diuraikan di atas yaitu terdapatnya kantor kecamatan dan

kantor lain yang berdekatan lokasinya, dengan kapasitas masih terbatas.

Untuk lebih mencirikan suatu kawasan serta memperkuat fungsi dari pusat

pelayanan, maka untuk pengembangan dimasa yang akan datang diarahkan

beberapa fasilitas perkantoran, antara lain; kantor pos pembantu, kantor

keamanan, serta sarana penunjang seperti parkir dan MCK.

5. Konservasi

Sesuai dengan kondisi alam yang dimiliki kawasan perencanaan yaitu selain

didominasi oleh lahan-lahan kosong (non terbangun) serta topografi yang

bervariasi, maka arahan untuk pengembangan lahan konservasi cukup sesuai

untuk kawasan perencanaan. Mengingat masih luasnya lahan-lahan yang

dapat dikembangkan sebagai kawasan konservasi, maka dalam arahan fungsi

ruang, kawasan konservasi diarahkan sebagai fungsi primer (F1) atau skala

regional. Alokasi pengembangan kawasan konservasi diarahkan di Unit

lingkungan IV pada saat ini fungsinya sebagai lahan kebun rakyat dan

sebagian lahan yang belum dimanfaatkan, yaitu sebagai daerah tangkapan air

bagi daerah bawah (menjaga tata air) yang bermanfaat oleh berbagai kegiatan

dan lain-lain.

6. Industri

Pengembangan industri di kawasan perencanaan adalah merupakan hasil

arahan dalam penyusunan rencana ini, adapun dasar pertimbangan

direncanakannya kawasan industri di kawasan perencanaan adalah :

Potensi yang dimiliki kawasan prencanaan dapat menunjang terhadap

perkembangan industri yang berorientasi pada sumber bahan baku

(Resourch Oriented) yaitu produksi pertanian dan perkebunan.

Mempunyai peluang pemasaran yaitu ke Kota Bukittinggi dan Pasar Amur

yang mempunyai akses cukup tinggi (Marketing Oriented)

Memiliki lahan yang cukup luas untuk pengembangan

Sebagai kawasan yang masih alami, maka dalam pengembangannya

diarahkan pada jenis industri yang ramah lingkungan. Jenis industri yang

direncanakan adalah industri kecil (home industri) yaitu industri pengolahan

makanan dan kerajinan. Untuk pengembangan industri diarahkan di unit

lingkungan II. Untuk itu maka unit lingkungan II difungsikan sebagai pusat

pengembangan sentra industri kecil.

7. Jalur Hijau

Dalam skala besar, fungsi jalur hijau dapat memanfaatkan kondisi yang ada

saat ini baik yang berfungsi sebagai lahan pertanian, sempadan sungai atau

jalur hijau sepanjang jalan yang umumnya terbentuk secara alami.

Mempertahankan dan mengembangkan fungsi hijau tersebut cukup penting

artinya, mengingat fungsi-fungsi jalur hijau memberikan peranan penting

dalam menjaga dan melestarikan lingkungan, sesuai dengan prinsip

Page 25: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 5

kelestarian lingkungan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menjaga

fungsi iklim mikro daerah setempat, selain itu berfungsi untuk melindungi

ekosistem setempat. Sedangkan untuk keindahan kota diarahkan pada

penghijauan kota baik berupa taman/open space pada pusat unit lingkungan

maupun penghijauan sekitar jalan.

8. Jalan

Dasar-dasar pengembangan jalan diarahkan pada fungsi pelayanan existing

dan fungsi pelayanan dimasa yang akan datang. Pengembangan jaringan

jalan diarahkan pada peningkatan jalan yang ada dan pengembangan jaringan

jalan baru penghubung antar kawasan permukiman dengan dilengkapi sarana

penunjangnya yaitu drainase, penerangan jalan, penghijauan dan trotoar

untuk pejalan kaki, jembatan dan sebagainya.

Peningkatan kondisi dan fungsi jalan diarahkan pada jalan utama kawasan

yang nantinya akan menjadi jalur lalu lintas perdagangan Pasar Amur dan

Pasar Aur Kuning.

9. Lahan Cadangan Pengembangan

Lahan cadangan pengembangan diarahkan pada lahan-lahan yang

mempunyai potensi pengembangan dimasa yang akan datang. Untuk

mengantisipasi perkembangan kota. Arahan lahan cadangan pengembangan

diarahkan pada lahan yang berpotensi terhadap aktifitas perkotaan yaitu areal

pertanian yang kurang produktif.

Adapun rencana struktur pelayanan kegiatan disajikan pada tabel III-2 yaitu

fungsi-fungsi pengembangan unit lingkungan dan gambar 3.2.

Kriteria arahan dalam pemanfaatan lahan berdasarkan konsep didasarkan oleh

nilai-nilai ruang antara lain :

1. Pertimbangan nilai dalam suatu ruang yang berkaitan dengan nilai fisik,

ketersediaan lahan bagi bangunan dan taman kota (Rica Ordian Rent).

2. Nilai Ruang yang berkaitan dengan posisi dalam suatu konfigurasi ruang,

sesuai dengan hubungan areal terhadap lingkungan perkotaan (Location

Rent).

3. Nilai ruang yang berkaitan dengan fungsi ekosistem seperti kawasan resapan

air, kawasan penyangga atau jalur hijau dan taman kota.

Tabel III – 2

Rencana Fungsi Unit Lingkungan Berdasarkan Struktur Kegiatan Di Kawasan Perencanaan

No.

Unit Lingkung

an

Luas (Ha)

Prosentase (%)

Fungsi

F1 F2

1. I 75,86 18,43 Pusat

Perkantoran

Fasilitas Sosial Permukiman

Pertanian Konservasi Setempat

2. II 61,73 15,00 Sentra Industri

Kecil

Permukiman Pertanian

Pemakaman

3. III 55,83 13,56 Simpul

Pergerakan

Permukiman Fasilitas Sosial

Konservasi Setempat

4. IV 74,08 18,00 Konservasi Perkebunan

5 V 144,10 35,01 Perdagangan

dan Jasa

Fasilitas Sosial Permukiman

Pertanian

Jumlah 411,60 100,00 -

Sumber : Hasil Pengukuran dan Hasil Rencana Tahun 2004

4. Nilai ruang yang berkaitan dengan tata nilai dan budaya masyarakat seperti

tempat suci, balai pertemuan dan tempat bersejarah lainnya (Sosio Kultural –

Rent).

5. Nilai ruang yang berkaitan dengan nilai strategis suatu lokasi (Merit-Rent)

yang dapat menunjang terhadap kepentingan umum.

Page 26: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 6

B. Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan

Berdasarkan pada rencana struktur pelayanan kegiatan sebagaimana telah

dibahas di atas dapat dijabarkan juga mengenai arahan pemanfaatan ruang

kawasan perkotaan berdasarkan kebutuhannya. Rencana alokasi pemanfaatan

ruang untuk kawasan perencanaan ditujukan untuk efisiensi pelayanan yang

disediakan pada tiap-tiap Unit Lingkungan.

GAMBAR 3.2 RENCANA STRUKTUR KEGIATAN PELAYANAN

Page 27: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 7

Dimana aktivitas kegiatan sosial yang sifatnya lokal dapat dipenuhi pada tiap-tiap

unit lingkungan, terkecuali untuk kebutuhan yang berskala primer tidak harus ada

pada setiap unit lingkungan. Untuk pelayanan lokal yang dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat setempat tersebar pada tiap-tiap unit lingkungan.

Kaitannya dengan kebutuhan pelayanan lokal untuk memudahkan pencapaian

terhadap lokasi kegiatan, diarahkan pada pusat-pusat kegiatan unit lingkungan

dengan sistem “Neigbourhood Unit “ sebagai dasar perencanaan efisiensi secara

teknis, karena pada prinsipnya sistem ini bisa memberikan pelayanan yang efektif

kepada masyarakat dengan penyediaan berbagai fasilitas kebutuhan pada suatu

unit lingkungan. Keuntungan-keuntungan sistem ini sebagai planning unit adalah :

- Memudahkan untuk mendapatkan kebutuhan barang dan jasa secara mudah,

sehingga menjamin ketentraman bagi penduduk.

- Memudahkan interaksi antar kegiatan yang satu dengan kegiatan lainnya.

- Penyebaran fasilitas secara merata dalam penyediaan fasilitas kota.

Adapun elemen-elemen pembentuk ruang yang direncanakan dan akan

dialokasikan menurut jenis, luas maupun penyebarannya dapat dijabarkan di

bawah ini, antara lain :

1. Fasilitas Perumahan

Pengembangan fasilitas perumahan pada kawasan perencanaan diarahkan

untuk pengembangan perumahan yang terencana dan konvensional. Dalam

pengembangan perumahan yang terencana sesuai dengan ketersediaan

lahan diarahkan pada unit lingkungan I, II, III, V, pelayanan kebutuhan selain

untuk menampung penduduk kawasan perencanaan dapat juga menyediakan

fasilitas perumahan bagi masyarakat di luar kawasan perencanaan. Untuk

pengembangan perumahan secara konvensional disesuaikan dengan

kebutuhan masyarakat pada tiap-tiap unit lingkungan sesuai dengan

peruntukan dan kemampuan berdasarkan tingkat golongan ekonomi

masyarakat.

Sesuai dengan kaidah perencanaan, untuk kebutuhan pengembangan

perumahan didasarkan pada standar REI dengan perbandingan 1 : 3 : 6

dimana untuk pengembangan perumahan baru secara proporsional adalah

10% luas lahan untuk perumahan tipe besar, 30% untuk perumahan tipe

sedang, dan 60% untuk perumahan tipe kecil. Adapun standar kebutuhan

perumahan untuk kawasan perencanaan :

- Perumahan tipe besar luas kapling 400 m2/kavling.

- Perumahan tipe sedang luas kapling 200 m2/kavling.

- Perumahan tipe kecil luas kapling 100 m2/kavling

Dari keadaan tersebut pengembangan luas lahan yang dibutuhkan di kawasan

perencanaan pada tahun 2010 sekitar 64.500 m² atau 6,45 Ha. Untuk labih

jelasnya kebutuhan fasilitas perumahan dan luas lahan dapat dilihat pada

tabel III.3.

Tabel III-3 Rencana Kebutuhan Rumah dan Luas Lahan

Di Kawasan Perencanaan Tahun 2010

No. Tipe Rumah

Kebutuhan Pengembangan

Fasilitas (Unit)

Lahan (m²)

1 Tipe Besar 40 16.000

2 Tipe Sedang 121 24.200

3 Tipe Kecil 243 24.300

Jumlah 404 64.500

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2004

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyebaran perumahan

terencana sesuai dengan kriteria kawasan perumahan yaitu :

- Aksesibilitas perumahan terhadap pusat kegiatan perkotaan cukup tinggi

dan terkait dengan fungsi kegiatan kawasan perencanaan.

Page 28: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 8

- Ketersediaan lahan dan kesesuain lahan sangat menunjang terhadap

kondisi kawasan.

- Dalam pengembangan perumahan tidak hanya diperuntukan bagi

pelayanan penduduk kawasan perencanaan, tetapi dapat melayani

penduduk dari luar kawasan

- Ketersediaan sumber air bersih harus terpenuhi, baik dari sumber air

setempat maupun pelayanan dari PDAM.

2. Fasilitas Pendidikan

Rencana kebutuhan fasilitas pendidikan didasarkan pada penduduk

pendukung. Bagi fasilitas yang sudah tersedia dan melebihi jumlah yang

direncanakan tidak perlu adanya penambahan, sedangkan fasilitas yang

jumlahnya kurang berdasarkan rencana perlu untuk disesuaikan. Secara lebih

jelasnya rencana kebutuhan fasilitas pendidikan di kawasan perencanaan

dapat dilihat pada tabel III-4. Untuk fasilitas pendidikan tingkat SLTP dan

SLTA kebutuhan fasilitas bisa melebihi jumlah dari rencana karena di

peruntukan tidak hanya melayani penduduk kawasan melainkan dari luar

kawasan atau daerah hinterlandnya.

Tabel III-4 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN DAN

LUAS LAHAN DI KAWASAN PERENCANAAN TAHUN 2010

No. Jenis Fasilitas Rencana Kebutuhan

Fasilitas (Unit) Lahan (m2)

1. 2. 3. 4.

TK SD SLTP SLTA

4 2 1 1

4.800 2.000 2.700 2.700

Jumlah 8 12.300

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2004

3. Fasilitas Kesehatan

Untuk melayani kebutuhan pelayanan kesehatan di kawasan perencanaan

saat ini terdapat puskesmas dan dapat melayani penduduk Kecamatan Sungai

Pua. Fasilitas tersebut ditunjang oleh ruang rawat inap, rawat jalan, praktek

dokter, toko obat dengan dibantu tenaga medis satu orang dokter dan 6 orang

bidan.

Dimasa yang akan datang kebutuhan fasilitas kesehatan diantaranya masih

ada yang perlu ditambah dan di sediakan. Berdasarkan hasil analisis rencana

kebutuhan fasilitas kesehatan dibutuhkan 1 unit Puskesmas Pembantu, 1 unit

Balai Pengobatan dan 1 unit praktek Dokter.

Lokasi fasilitas kesehatan untuk Puskesmas Pembantu diarahkan di sekitar

kantor kecamatan sedangkan fasilitas lainnya diarahkan di pusat-pusat

lingkungan. Adapun luas lahan yang dibutuhkan untuk pengembangan fasilitas

kesehatan seluas 1.000 m2. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana

kebutuhan fasilitas kesehatan seperti terlihat pada tabel III-5

Tabel III -5

RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN DAN LUAS LAHAN DI KAWASAN PERENCANAAN TAHUN 2010

No. Jenis Fasilitas

Kebutuhan Pengembangan

Fasilitas (Unit)

Lahan (m²)

1. Puskesmas Pembantu 1 500

2. Balai Pengobatan 1 300

3. Praktek Dokter 1 200

Jumlah 3 1.000 Sumber : Hasil Rencana Tahun 2004

Keterangan : Praktek Dokter dapat juga menyatu dengan rumah tinggal

4. Fasilitas Peribadatan

Sehubungan dengan penduduk yang ada di kawasan perencanaan umumnya

pemeluk agama Islam, maka untuk memenuhi pelayanan fasilitas peribadatan

hanya fasilitas untuk umat Islam. Berdasarkan jumlah eksisting jumlah fasilitas

yang ada sudah dapat melayani hingga akhir tahun perencanaan, tetapi

Page 29: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 9

berdasarkan kualitasnya belum memiliki fasilitas berskala regional, untuk itu

dalam perencanaan ini diarahkan pengembangan mesjid kecamatan yang

lokasinya direncanakan di sekitar kantor kecamatan. Adapun luas lahan untuk

pengembangannya dibutuhkan seluas 1.750 m².

5. Fasilitas Perdagangan

Penyebaran fasilitas perdagangan pada saat ini di kawasan perencanaan

teraglomerasi di unit lingkungan V berupa pasar, warung dan kios serta

umumnya masih merupakan skala pelayanan lingkungan.

Untuk kebutuhan dimasa yang akan datang direncanakan fasilitas pertokoan,

lokasi penempatannya diarahkan di unit lingkungan III sekaligus menjadikan

unit lingkungan sebagai pusat perdagangan, sedangkan jenis fasilitas

warung/kios penyebaranya diarahkan pada lingkungan-lingkungan

permukiman.

Kebutuhan lahan untuk pengembangan fasilitas perdagangan dibutuhkan

lahan seluas 1.600 m². Untuk lebih jelasnya lihat tabel III-6.

Tabel III-6

Rencana Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Luas Lahan Di Kawasan Perencanaan Tahun 2010

No. Jenis Fasilitas

Kebutuhan Pengembangan

Fasilitas (Unit) Lahan (m²)

1. Warung 8 400

2. Pertokoan/Toko 1/19 1.200

Jumlah 9 1.600 Sumber : Hasil Rencana Tahun 2004 Keterangan : 1 unit pertokoan terdiri dari 19 lokal toko ukuran bangunan 5x10 m atau 50 m², diperoleh dari 1200 m² x KDB 80% = 960 m² dibagi 50 = 19 lokal Penempatan bisa menyatu maupun tersebar.

6. Fasilitas Pelayanan Umum

Lokasi fasilitas pelayanan umum di kawasan perencanaan pada saat ini

penempatannya tersebar, disamping itu secara kualitas maupun kuantitas

masih relatif rendah, sehingga untuk tingkat pelayanan kecamatan fasilitas

yang ada kurang memberikan kesan bahwa kawasan perencanaan berfungsi

sebagai pusat kecamatan dan tidak memberikan tanda/ciri suatu kawasan

berupa landmark kota.

Untuk lebih memberikan kesan sebagai kawasan perkantoran, arahan

pengembangan dimasa yang akan datang untuk fasilitas perkantoran

diarahkan di unit lingkungan I sekitar kantor camat. Adapun untuk rencana

untuk pengembangan dibutuhkan fasilitas; seperti Kantor Pos Pembantu,

Kantor Keamanan serta fasilitas penunjang seperti parkir dan MCK. Untuk

lebih jelasnya mengenai kebutuhan fasilitas pelayanan umum dapat dilihat

pada tabel III-7.

Tabel III-7 Rencana Kebutuhan Fasilitas Pelayanan Umum

dan Luas Lahan Di Kawasan Perencanaan Tahun 2010

No. Jenis Fasilitas

Kebutuhan Pengembangan

Fasilitas (Unit) Lahan (m²)

1. Parkir dan MCK 2 650 2. Pos Keamanan 1 100 3. Kantor Pos Pembantu 1 200 Jumlah 4 950

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2004 Keterangan : Kapasitas 1 ruang parkir untuk 20 buah kendaraan dengan rung parkir per unit kendaraan ukuran 2,5x4 m terdiri dari 2 baris berhadap-hadapan. Untuk jalur sirkulasi 5 m (seperti terlihat pada gmbar tata letak ruang parkir)

Secara khusus kriteria pengarahan lokasi kawasan perkantoran untuk

kawasan perencanaan adalah :

a. Untuk menunjang fungsi kota sebagai pusat pelayanan administrasi.

b. Aksesibilitas yang cukup tinggi karena berada pada suatu kawasan yang

berfungsi sebagai kawasan perkotaan dimana fungsi pelayanannya harus

bisa memenuhi masyarakat dengan aksesibilitas yang tinggi.

Page 30: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 10

c. Kesesuaian lahan untuk pengembangan fasilitas perkotaan cukup sesuai.

d. Akan menambah peranan fungsi kota sebagai pusat pelayanan dan akan

mempengaruhi pelayanan secara efektif dalam bentuk ruang kawasan.

7. Fasilitas Taman Bermain dan Olah Raga

Fasilitas taman bermain dan olah raga merupakan fasilitas rekreasi bagi

lingkungan penduduk setempat berupa taman dan ruang terbuka. Kebutuhan

ruang terbuka/taman sampai tahun 2010 disesuaikan dengan tingkat

kebutuhan lingkungan berdasakan standar jumlah penduduk. Adapun rencana

kebutuhan pengembangan fasilitas tersebut dapat dilihat pada tabel III-8.

Tabel III-8 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS TEMPAT BERMAIN

DAN OLAH RAGA DI KAWASAN PERENCANAAN TAHUN 2010

No. Jenis Fasilitas Kebutuhan Pengembangan

Fasilitas (Unit) Lahan (m²) 1. Taman dan OR 1 2500 2. Taman Bermain 6 3600 Jumlah 7 6100

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2004

C. Rencana Jalur Hijau

Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan suatu kawasan baik yang

mencakup bumi, air, dan ruang angkasa diperlukan suatu upaya untuk

mempertahankan dan mengembangkan ruang terbuka hijau guna menunjang

kelestarian lingkungan. Untuk kawasan perencanaan pengembangan ruang

terbuka hijau diarahkan pada fungsi konservasi, jalur hijau sepanjang jalan, ruang

terbuka hijau, taman tempat bermain serta jalur hijau sebagai buffer zone atau

penyangga seperti sempadan sungai di daerah sepanjang sungai yang

diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi (10-15 meter).

Dalam kaitannya dengan rencana penghijauan kawasan, tentunya mempunyai

fungsi dan tujuan masing-masing, dalam hal ini adalah:

1. Tujuan rencana ruang terbuka hijau :

a. Meningkatkan kualitas lingkungan pada suatu kawasan yang nyaman,

segar, indah, bersih dan sebagai sarana pengaman lingkungan.

b. Menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang

berguna untuk kepentingan penduduk.

2. Fungsi ruang terbuka hijau adalah :

a. Sebagai areal perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan

penyangga kehidupan.

b. Sebagai sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan

keindahan lingkungan.

c. Sebagai sarana rekreasi.

d. Sebagai pengaman lingkungan hidup suatu kawasan terhadap berbagai

macam perencanaan di darat, perairan maupun udara.

e. Sebagai sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi

masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan.

f. Sebagai tempat perlindungan plasma nuftah.

g. Sebagai sarana untuk mempengaruhi dan memperlunak iklim intensitas.

h. Sebagai pengatur tata air.

3. Manfaat Ruang terbuka Hijau

a. Memberi kesegaran

b. Kenyamanan dan keindahan lingkungan yang bersih dan sehat bagi

penduduk dalam suatu kawasan.

c. Memberikan hasil seperti produksi kayu bahan bangunan dan buah-

buahan.

C.1. Jalur hijau Sepanjang Jalan

Jalur sepanjang jalan maksudnya adalah jalur hijau yang diperuntukan bagi

kenyamanan dan keindahan sepanjang jalan melalui penghijauan tepi jalan,

persyaratan tanaman untuk jalur hijau tepi jalan adalah :

1. Perakaran tidak merusak konstruksi jalan.

Page 31: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 11

2. Bentuk percabangan tidak merunduk dan tidak mudah patah.

3. Terawat dan padat.

4. Tanaman berbentuk pohon dengan tinggi percabangan 2 meter dari

permukaan tanah.

Secara keseluruhan maksud dari penghijauan jalan adalah :

1. Sebagai kontrol visual

2. Sebagai peneduh pada orang yang melakukan perjalanan (jalan kaki)

3. Sebagai pengarah pada suatu tujuan

4. Sebagai ciri suatu kawasan

5. Sebagai pembatas fisik, khususnya antar kendaraan dengan pejalan kaki

6. Pohon sebagai kontrol terhadap iklim mikro, sebagai penahan kecepatan

angin

7. Sebagai unsur keindahan/estetika lingkungan

8. Pohon sebagai pembentuk garis-garis bangunan

9. Sebagai pengendali polusi udara yang disebabkan polusi kendaraan

10. Sebagai pengatur tata air

C.2 Pola Hijau Kawasan Permukiman

1. Penataan pola hijau perumahan

Pola hijau perumahan berbentuk taman-taman yang berfungsi sebagai

unsur keindahan pelembut dan penyatu dari bentuk bangunan serta unsur

keteduhan dan kenyamanan bagi penghuni rumah.

Kriteria tanaman yang dibutuhkan adalah :

a. Selain mempunyai unsur estetika juga produktif dan tidak bergetah

atau beracun.

b. Tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

c. Mudah dalam perawatan.

Selain kriteria umum tersebut dalam kebijaksanaan ditetapkan dengan

persyaratan sebagai berikut :

a. Untuk daerah yang tidak padat bangunan koefisien penghijauan 0,20-

0,40 dari luas kapling.

b. Untuk permukiman di daerah padat bangunan, koefisien penghijauan

ditetapkan 0,10-0,20 dengan demikian daerah yang harus dihijaukan

minimum 10-20% dari luas kapling, selain ditetapkan pada kapling

areal penghijauan dapat pula ditanam di pot-pot bunga (tempat

bunga).

2. Pola hijau elemen lingkungan perumahan

Yang dimaksud dengan pola hijau lingkungan perumahan adalah taman-

taman yang diciptakan berdasarkan kebutuhan ruang terbuka hijau

dengan memperhatikan kepadatan penduduk, sarana-sarana ini

disamping fungsi utamanya sebagai taman, tempat bermain, dan

lapangan olah raga, juga akan memberi kesegaran-kesegaran kawasan,

dan dapat berfungsi sebagai paru-paru kawasan. Adapun kebutuhan

ruang terbuka hijau dapat dikelompokan menjadi:

a. Taman untuk kelompok 250 penduduk

Setiap 250 penduduk minimal membutuhkan taman dengan luas 250

m2. Lokasi taman diusahakan sedemikian rupa sehingga dapat

berfungsi untuk pengikat lingkungan.

b. Taman dan tempat bermaian untuk kelompok 2500 penduduk, luas

areal yang dibutuhkan untuk taman dengan skala pelayanan 2500

penduduk minimal 1250 m2.. Ruang terbuka ini sebaiknya dapat

dipergunakan untuk aktivitas olah raga seperti lapangan bolla volly.

Untuk lokasi dapat disatukan dengan pusat unit lingkungan.

3. Pola hijau untuk fasilitas pendidikan

Fasilitas pendidikan merupakan bangunan yang penggunaan utamanya

sebagai tempat belajar, maka dalam penerapannya harus dapat

mendukung fungsi areal pendidikan disamping faktor estetika lingkungan.

Penerapan jalur hijau disesuikan dengan :

Page 32: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 12

a. Koefisien dasar bangunan (KDB), sehingga areal yang dapat

dihijaukan minimal 25% dari luas kapling.

b. Selain itu harus mempunyai kriteria sebagai berikut :

Tidak bergetah dan beracun

Mempunyai nilai estetika

Dapat berfungsi sebagai Bufter-zona

Daun tidak mudah gugur dan berdaun sepanjang tahun

Mudah perawatan

4. Pola tata hijau pemakaman

Penghijauan pemakaman berfungsi sebagai peneduh dan keindahan dan

dapat berfungsi sebagai paru-paru suatu lingkungan, adapun jenis pohon

yang diperuntukan adalah pohon bunga tanjung, kemboja dan pinus lilin.

5. Pola tata hijau sepanjang aliran sungai

Maksud penghijauan sepanjang aliran sungai adalah untuk menahan erosi

sebagai konservasi lahan dan fungsi lainnya. :

a. Menjaga ketersediaan air, mengamankan sumber air dan mengatur

tata air.

b. Memberikan lingkungan yang mendukung kehidupan, aman terhadap

banjir.

c. Dapat dimanfaatkan sebagai jalan inspeksi untuk keperluan pengaman

sungai.

d. Lebar sempadan sungai untuk kawasan perencanaan antara 10-15

meter.

6. Pola tata hijau perkantoran

Pola hijau perkantoran dapat mendukung kenyamanan dan keindahan

dan dapat merupakan ciri khas untuk perkantoran, adapun kriteria

tanaman yang diarahkan untuk areal perkantoran adalah :

a. Dapat berfungsi sebagai penyejuk.

b. Daun hijau sepanjang tahun/tidak berguguran.

c. Dapat berfungsi sebagai buffer zone.

d. Mudah dirawat.

7. Pola tata hijau perdagangan

Luas areal hijau perdagangan dan jasa disesuaikan dengan luas daerah

terbangun. Untuk kawasan perdagangan dan jasa luas areal terbuka untuk

penghijauan diarahkan minimal 10% dengan jenis tanaman yang dapat

menunjang terhadap kawasan perdagangan dan jasa dengan kriteria

tanaman :

a. Dapat menjadi pelindung untuk kriteria tanaman

b. Mempunyai nilai estetika yang sesuai dengan kawasan perdagangan

dan jasa

c. Daun tidak mudah gugur

d. Perakaran tidak menggangu terhadap pondasi bangunan.

Lebih jelasnya mengenai jenis dan fungsi tanaman dapat dilihat pada

gambar 3.3.

C.3 Rencana jalur hijau kawasan tertentu

Jalur hijau kawasan tertentu untuk kawasan perencanaan diarahkan kepada

kawasan lindung sebagai kawasan konservasi dan kawasan pariwisata.

Untuk jalur hijau kawasan konservsi diarahkan pada kawasan lindung

dengan maksud untuk memberikan perlindungan kepada kawasan di

bawahnya sebagai pengatur tata air, pencegahan erosi serta memelihara

kesuburan tanah sedangkan jalur hijau untuk pariwisata mempunyai tujuan

keindahan. Kriteria lindung untuk kawasan perencanaan adalah :

a. Maksud untuk kelengkapan adalah :

Kawasan hutan yang mempunyai kelerengan lapangan 40% atau

lebih.

Page 33: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 13

Sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan

inspeksi

Lahan dengan kelerengan 25-45% dengan kondisi tanah sangat peka

terhadap erosi

Sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekeliling mata air

kecuali untuk kepentingan umum

Untuk sempadan pantai khusus pada kawasan perencanaan sesuai

dengan kondisinya diarahkan pada kawasan cadangan

pengembangan dan konservasi sesuai dengan peraturan yang ada

b. Kriteria jalur hijau untuk pariwisata :

Mempunyai nilai estetika yang sesuai dengan kawasan pariwisata

Mempunyai ciri terhadap suatu kawasan dalam hal ini kawasan

perencanaan (kontrol visual)

Perakaran tidak merusak pada pondasi bengunan

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana tata hijau di kawasan perencanaan dapat

dilihat pada gambar 3.4.

GAMBAR 3.3 BENTUK POHON

Page 34: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 14

GAMBAR 3.4 RENCANA FUNGSI HIJAU KAWASAN

Page 35: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 15

3.2.3 Rencana Sistem Jaringan Pergerakan

A. Rencana Jaringan Jalan

Manfaat utama dikembangkannya sistem jaringan jalan yang terkoordinasi antara

satu daerah dengan daerah lainnya di dalam satu kawasan adalah membantu

mempermudah dalam proses perjalanan baik barang maupun orang ke dan dari

dalam kawasan perencanaan, sehingga proses pertukaran perdagangan ataupun

sosialisasi penduduk menjadi lebih lancar.

Jaringan jalan yang membuka kawasan perencanaan ke wilayah lain menjadi

sangat penting dikembangkan mengingat infrastruktur jalan (aksesibilitas) ke luar

kawasan sangat kurang memadai, terutama bagi sistem pengangkutan barang ke

Kota Bukittinggi yang menjadi orientasi pergerakan barang dan orang.

Begitu pula dengan sistem jaringan jalan yang ada di dalam kawasan

perencanaan yang pada awal kegiatan perencanaan masih mengandalkan pada

jaringan jalan utama, akibatnya adalah sistem pelayanan yang terjadi tidak

memberikan keuntungan bagi sebagian penduduk kawasan perencanaan yang

berada lebih jauh lokasinya.

Untuk itu dasar pertimbangan dari rencana pengembangan sistem jaringan jalan

internal diutamakan bagi peningkatan hubungan terhadap pusat-pusat pelayanan

masyarakat, sedangkan sistem jaringan jalan eksternal diutamakan untuk

peningkatan pelayanan prasarana pengangkutan barang dan orang ke lokasi-

lokasi pusat pelayanan regional.

Untuk memenuhi kebutuhan pengembangan jaringan jalan, sesuai dengan

standar Departemen Pekerjaan Umum dan peraturan perencanaan kota,

kebutuhan lahan untuk pengembangan jaringan jalan baru idealnya tidak melebihi

dari 20-25% dari luas kawasan yang direncanakan.

Rencana pengembangan jaringan jalan di kawasan perencanaan, dibagi 2

arahan, yaitu peningkatan jaringan jalan yang ada dan pengembangan jaringan

jalan baru.

1. Peningkatan jaringan jalan

Sasaran dari arahan peningkatan jaringan jalan adalah peningkatan kualitas

jalan yang ada saat ini, baik melalui perbaikan maupun peningkatan fungsi

jaringan. Perbaikan jalan ditujukan pada jalan-jalan khususnya yang berada di

lingkungan permukiman (jalan lingkungan) yang saat ini kebanyakan

kondisinya rusak sedang hingga rusak berat, sedangkan peningkatan fungsi

jaringan ditujukan pada jalan-jalan penghubung antar pusat permukiman di

dalam kawasan perencanaan maupun dengan luar kawasan perencanaan,

seperti menjadi jalan lokal, kolektor dan seterusnya.

Jalan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan/ditingkatkan fungsinya

yaitu jalan yang menghubungkan Koto Baru – Bukittinggi pada saat ini belum

terlihat fungsinya secara optimal. Dimasa yang akan datang jalan tersebut

dapat berfungsi sebagai jalan alternatif, untuk itu persiapannya sudah harus

dipikirkan sejak awal. Jika jalan tersebut sudah berfungsi maka status jalan

akan meningkat fungsinya menjadi jalan kolektor.

2. Rencana pengembangan jaringan jalan baru

Arahan untuk pengembangan jaringan jalan baru ditujukan pada kawasan

yang dirasa kurang memiliki akses terhadap lokasi-lokasi tertentu atau pada

pusat kegiatan, hal ini dimaksudkan untuk menunjang pergerakan orang

maupun barang atau dapat berfungsi sebagai sarana perhubungan.

Page 36: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 16

Adapun arahan tersebut sesuai dengan peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 26 tahun 1985 Tentang Jalan, sistem jaringan jalan yang akan

dikembangkan terdiri dari:

a. Jaringan jalan kolektor yaitu jaringan jalan yang menghubungkan kawasan

sekunder dengan kawasan yang ada di luar wilayah perencanaan

(hinterlandnya) dan terkait dengan sistem pengembangan wilayah. Lebar

perkerasan jalan 7 meter sesuai dengan keputusan Menteri Dalam Negeri

Nomor 26 tahun 1985 tentang jalan, dengan batas luar daerah pengawasan

jalan (dawasja) 15 meter diukur dari as jalan untuk kolektor primer.

b. Jaringan jalan lokal yaitu jaringan jalan yang menghubungkan antara kawasan

sekunder dengan kawasan perumahan. Lebar perkerasan 6 meter dan

(dawasja) 12 meter.

c. Jaringan jalan lingkungan merupakan jalan-jalan lingkungan yang merupakan

jalan pergerakan penduduk untuk keluar masuk antar lingkungan permukiman.

Jalan lingkungan ini didesain dengan perkerasan 5 meter untuk jalan

lingkungan I dan 4 meter untuk jalan lingkungan II.

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan sistem jaringan jalan

dapat dilihat pada gambar 3.5.

B. Rencana Sistem Perangkutan dan Pola Sirkulasi

Rencana sistem perangkutan diarahkan dalam rangka memenuhi kebutuhan

pergerakan dan interaksi barang maupun orang.

Jika melihat kondisi saat ini mengenai sistem perangkutan di kawasan

perencanaan relatif masih kecil, hanya ada satu rute yang dilayani oleh kendaraan

umum (roda 4) yaitu antara pusat perkotaan Sungai Pua (Nagari Sariak) ke

Padang Luar - Bukittinggi dan sebaliknya dengan pola sirkulasi satu arah. Kecilnya

volume perangkutan dan terbatasnya pola sirkulasi kendaraan umum

mengakibatkan sebagian daerah yang tidak dilalui menjadi tertinggal.

Untuk lebih meratakan pembangunan dan membuka keterisoliran daerah-daerah

terpencil, maka kebutuhan sarana perangkutan dan pola sirkulasi sangat

menentukan, untuk itu rute-rute yang diarahkan dalam perencanaan ini akan

menjangkau lokasi-lokasi permukiman yang ada di kawasan perencanaan dengan

demikian keterisoliran daerah dapat terbuka. Mengenai rencana pola sirkulasi

angkutan umum dapat dilihat pada gambar 3.6.

C. Rencana Pangkalan Kendaraan dan Ruang Parkir

Simpul pergerakan suatu daerah/kawasan biasanya ditandai dengan terdapatnya

tempat pemberhentian kendaraan berupa terminal/sub terminal/ pangkalan

kendaraan umum yang ditunjang dengan jaringan jalan sebagai penghubungnya.

Kebutuhan utama pangkalan kendaraan adalah tempat naik dan turunnya orang

dan barang, selain itu dapat berfungsi sebagai tujuan akhir dari kendaraan,

sehingga tercipta ketertiban dalam berlalu lintas.

Keberadaan pangkalan kendaraan di kawasan perencanaan hingga saat ini

belum memiliki pangkalan yang permanen dan terarah, lokasi pemberhentian

kendaraan umum masih menggunakan badan jalan yang berada di unit

lingkungan II tepatnya di depan Kantor Kenagarian Sariak.

Untuk pengembangan kedepan perlu adanya pengarahan lokasi pangkalan,

karena bagaimanapun jika bertahan pada lokasi sekarang akan menggaggu lalu

lintas kendaraan. Lokasi pengembangan terminal di arahkan masih di unit

lingkungan II tetapi menempati lokasi yang masih kosong dan saat ini berfungsi

sebagai kebun campuran, luas lahan pengembangan untuk pangkalan kendaraan

seluas 0,50 Ha.

Satu hal yang juga perlu keberadaannya adalah ruang untuk parkir kendaraan.

Rencana perparkiran diarahkan pada lokasi-lokasi tempat terpusatnya fasilitas-

fasilitas yang membutuhkan areal parkir, seperti perkantoran, perdagangan dan

sarana hiburan. Mengenai desain ruang parkir dapat dilihat pada gambar 3.7.

Secara keseluruhan rencana pengembangan sarana dan prasarana perkotaan

serta kebutuhan lahan pengembangan dapat dilihat pada tabel III-9 dan gambar

3.8, yaitu rekap kebutuhan pengembangan di kawasan perencanaan hingga akhir

tahun 2010 dan Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan.

Page 37: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 17

3.2.4 Rencana Sistem Jaringan Utilitas

A. Rencana Sistem Air Bersih

Infrastruktur yang tidak kalah pentingnya dalam proses perencanaan untuk

kebutuhan masyarakat adalah air bersih, dimana kebutuhannya senantiasa terus

meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan aktifitas yang ada.

Investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan jaringan air bersih ini cukup

besar terkait dengan sistem perpipaan terpasang dan manajemen.

Dalam memenuhi kebutuhan air bersih penduduk di kawasan perencanaan saat

ini, dilayani oleh pelayanan air bersih yang dikelola oleh pemerintah nagari.

Sumber air bersih yang digunakan bersumber dari mata air berasal dari kaki

Gunung Merapi (Jorong Sariak Ateh) yang disalurkan dengan menggunakan

sistem gravitasi.

GAMBAR 3.5 RENCANA JARINGAN JALAN

Page 38: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 18

GAMBAR 3.6 RENCANA POLA SIRKULASI KENDARAAN

Page 39: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 19

GAMBAR 3.7 RENCANA DESAIN RUANG PARKIR

Page 40: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 20

Tabel III-9 RekapiTulasi Rencana Kebutuhan Pengembangan Fasilitas dan Luas Lahan

Di Kawasan Perencanaan Tahun 2010

No. Jenis Fasilitas Kebutuhan Pengembangan

Fasilitas (Unit) Lahan (m²) 1. Perumahan a. Tipe Besar 40 16.000 b. Tipe Sedang 121 24.200 c. Tipe Kecil 243 24.300 2. Pendidikan a. TK 4 4.800 b. SD 2 2.000 c. SLTP 1 2.700 d. SLTA 1 2.700 3. Kesehatan a. Puskesmas Pembantu 1 500 b. Balai Pengobatan 1 300 c. Praktek Dokter 1 200 4. Peribadatan Mesjid Kecamatan 1 1.750 5. Perdagangan a. Warung 8 400 b. Pertokoan/Toko 1/19 1.200 6. Pelayanan Umum a. Parkir dan MCK 2 650 b. Pos Keamanan 1 100 c. Kantor Pos Pembantu 1 200 7. Taman dan Olah Raga a. Taman dan OR 1 2.500 b. Taman Bermain 8 3.600 8. Industri - 5.000 9. Transportasi a. Pangkalan Kendaraan 1 5.000 b. Jalan Baru - 14.648

Jumlah 438 112.748

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2004

Untuk lebih meningkatkan pelayanan kebutuhan dimasa mendatang sejalan

dengan lajunya pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan akan terus meningkat.

Besarnya kebutuhan dimasa mendatang adalah suatu hal yang harus dipikirkan

saat ini, untuk itu diperlukan suatu prediksi untuk merencanakan kebutuhannya.

Dari hasil analisis, bahwa rencana besarnya kebutuhan air hingga akhir tahun

perencanaan (tahun 2010) adalah seperti terlihat pada tabel III-10, gambar 3.9

dan 3.10 yaitu gambar rencana jaringan air bersih dan sistem perpipaan.

Tabel III -10 Rencana Kebutuhan Air Bersih

Di Kawasan Perencanaan Tahun 2010

No Jenis Kebutuhan Standar Kebutuhan Kebutuhan (liter/hari)

1 Rumah (Domestik) 60 Liter/Orang/Hari 121320

2 Fasilitas Sosial 1/6 dari Kebutuhan Rumah Tangga 20220

3 Fasilitas Komersial 1/12 dari Kebutuhan Rumah Tangga 10110

4 Industri Rumah Tangga 10% dari Kebutuhan Rumah Tangga 12132

Jumlah (liter/Hari) I 163782

5 Kebocoran 10% dari jumlah I 16378.2

Jumlah Total (Liter/hari) 180160.2

Debit yang dibutuhkan (Liter/detik) 2,09

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2004

Untuk menjaga kelestariannya dimasa yang akan datang, keberadaan sumber air

yang dimanfaatkan saat ini perlu dijaga keutuhannya dan diberikan perlindungan

(preservasi) pada kawasan sekitar mata air guna menjaga kelestariannya dan

dapat bermanfaat dalam jangka waktu panjang.

B. Rencana Pengaliran Air Hujan (Drainase)

Kebutuhan sistem drainase pada dasarnya adalah untuk mengatur sistem

pengaliran air, terutama air hujan maupun air limbah rumah tangga (limbah cair).

Perencanaan sistem jaringan drainase pada prinsipnya berfungsi sebagai

pendukung terhadap sanitasi lingkungan. Pengembangan jaringan drainase di

kawasan perencanaan direncanakan dengan menggunakan sistem tertutup dan

terbuka. Sistem tertutup diarahkan pada drainase pinggir jalan utama (kanan – kiri

jalan) dalam hal ini diperuntukan pada kawasan yang mempunyai intensitas

kegiatan yang tinggi sedangkan sistem drainase terbuka diarahkan pada saluran

jalan yang tingkat intensitas kegiatannya rendah serta saluran-saluran di

lingkungan permukiman.

Rencana jaringan drainase primer akan menggunakan sungai yang ada serta

untuk lokasi yang cukup jauh dari sungai akan memanfaatkan drainase jalan.

Page 41: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 21

Gambar 3.8 Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan

Page 42: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 22

GAMBAR 3.9 RENCANA JARINGAN AIR BERSIH

Page 43: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 23

GAMBAR 3.10 SISTEM PERPIPAAN

Berdasarkan hasil pengamatan waktu hujan, untuk kawasan perencanaan tidak

ditemukan adanya limpasan air yang tidak tertampung pada jaringan drainase

yang ada, kecuali di sekitar jalan utama (depan kantor nagari) akibat terjadinya

sumbatan dan pendangkalan saluran. Dilihat dari arah aliran dan panjang

pengaliran air di kawasan perencanaan umumnya mempunyai pengaliran air yang

panjang karena aliran air tidak langsung mengalir pada drainase primer. Untuk

rencana pengembangan jaringan drainase dimasa yang akan datang di kawasan

perencanaan dapat diusulkan mengenai desain geometrik jaringan drainase yang

disesuaikan dengan fungsi jalan seperti terlihat pada gambar 3.11 dan 3.12 yaitu

rencana jaringan drainase dan geometrik drainase.

Dasar-dasar pemikiran dalam pengembangan sistem jaringan drainase adalah:

a. Jaringan drainase diperlukan untuk mengalirkan limpasan air hujan agar

Page 44: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 24

terarah pengalirannya dan tidak menurunkan kualitas lingkungan.

b. Sebagai fungsi pengendalian lingkungan perumahan, kebersihan dan

keteraturan sistem pembuangan limbah mandi dan cuci.

a. Untuk menghambat perusakan badan jalan dari limpasan air

hujan.

C. Rencana Jaringan Listrik

Jaringan listrik di kawasan perencanaan telah dilayani oleh Perusahaan Listrik

Negara (PLN). Untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat maka keberadaan

penerangan menjadi sangat dibutuhkan, oleh sebab itu di masa mendatang

pelayananannya diarahkan dapat mencakup seluruh penduduk kawasan

perencanaan.

Rencana kebutuhan listrik adalah untuk memenuhi kebutuhan penerangan

penduduk kawasan serta pemakaian fasilitas lingkungan permukiman lainnya.

Rencana jaringan listrik diarahkan pada sistem saluran udara untuk di

distribusikan kepada perumahan-perumahan dengan sistem pelayanan 24 jam.

Karena lokasi permukiman berada sekitar jaringan jalan maka diarahkan untuk

melayani minimal 80%.

Asumsi untuk kebutuhan listrik adalah didasarkan pada jumlah rumah tangga

dimana 1 kk diasumsikan 5 orang, jadi dalam hal ini 1 rumah tangga

membutuhkan satu sambungan daya listrik. Selain kebutuhan perumahan

diarahkan juga untuk memenuhi kabutuhan fasilitas komersil dan sosial ekonomi.

Dari hasil perhitungan, rencana kebutuhan listrik di kawasan perencanaan dapat

dilihat pada tabel III-11 dan gambar 3.13.

Tabel III-11 Rencana Kebutuhan Listrik

Di Kawasan Perencanaan Tahun 2010

No. Jenis Kebutuhan Standar Kebutuhan Jumlah

(Watt) (KW)

I Perumahan tipe besar. Perumahan tipe sedang. Perumhan Tipe kecil

1300 watt 900 watt 450 watt

52,00 108,90 109,35

Jumlah I 270,25

II Sosial dan ekonomi. 30 % dari I 81,08

Jumlah I+II 351,33

III Penerangan jalan 5 % dari I+II 17,37

Jumlah I+II+III 621,58

Sumber: Hasil Rencana Tahun 2004

D. Rencana Kebutuhan Jaringan Telepon

Kebutuhan jaringan telepon di kawasan perencanaan saat ini belum dapat

melayani sebagian besar penduduk. Kebutuhan pelayanan hubungan informasi

keluar daerah masih sangat terbatas hanya fasilitas-fasilitas tertentu seperti

perkantoran, sedangkan untuk rumah tangga hanya beberapa unit saja yang

sudah memanfaatkan jaringan telepon. Untuk memenuhi kebutuhan hubungan

dan informasi dimasa yang akan datang, maka sangat diperlukan pengembangan

jaringan telepon baik untuk kepentingan pribadi (rumah tangga) maupun telepon

umum.

Page 45: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 25

GAMBAR 3.11 RENCANA JARINGAN DRAINASE

Page 46: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 26

GAMBAR 3.12 GAMBAR GEOMETRIK DARINASE

Page 47: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 27

GAMBAR 3.13 RENCANA JARINGAN LISTRIK

Rencana kebutuhan telepon di kawasan perencanaan didasarkan pada hasil

perhitungan dengan menggunakan asumsi-asumsi yang berlaku diantaranya

adalah; untuk kebutuhan sambungan rumah (domestik) sebesar 20-25% dari

rencana jumlah rumah, kebutuhan non domestik 20 % dari kebutuhan domestik.

Adapun untuk telepon umum 1 sambungan telepon untuk 100 unit rumah, serta

kebutuhan cadangan 5 % dari seluruh kebutuhan. Untuk melihat rencana

kebutuhan sambungan telepon di kawasan perencanaan dapat dilihat pada tabel

III-12 dan gambar 3.14.

Tabel III-12 Rencana Kebutuhan Sambungan Telepon

Di Kawasan Perencanaan Tahun 2010

No. Jenis Kebutuhan Jumlah (ss)

1. 2. 3.

Domestik Non Domestik Telepon Umum

81 16 4

Jumlah 101

4 Cadangan 5

Jumlah Total (ss) 106

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2004

Sama halnya dengan rencana jaringan listrik, rencana pengembangan jaringan

telepon akan disesuaikan dengan jumlah permintaan penduduk. Namun untuk

fasilitas-fasilitas perkotaan harus sudah memiliki sambungan telepon sendiri.

Fasilitas yang perlu didahulukan pengembangannya adalah fasilitas

pemerintahan, fasilitas sosial dan fasilitas umum. Sedangkan untuk kawasan

perencanaan perlu adanya sarana telpon umum dan warung telepon (wartel) yang

lokasinya berada di daerah strategis pusat kota dan pusat-pusat lingkungan.

Page 48: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 28

E. Perkiraan Pengelolaan Persampahan

Pengelolaan sampah pada dasarnya adalah tanggung jawab setiap warga atau

masyarakat itu sendiri, yang dalam hal ini pelimpahan pelaksanaannya kepada

pengelola kota. Oleh karena itu keberhasilan pengelolaannya pun turut ditentukan

pula oleh partisipasi masyarakat baik dalam bentuk mematuhi peraturan yang

ditetapkan atau dalam bentuk memenuhi kewajiban membayar retribusi biaya

pengelolaan sampah itu sendiri.

Dalam kaitannya dengan sistem persampahan untuk kawasan perencanaan

sampai pada saat ini belum adanya penanganan persampahan yang dikelola oleh

pemerintah maupun oleh masyarakat sendiri secara benar. Adapun kebanyakan

pengelolaan sampah pada saat ini umumnya dibuang, dibakar dan ditimbun.

Jenis sampah yang ada di kawasan perencanaan berupa sampah organik dalam

hal ini sampah yang mudah diuraikan oleh bakteri pembusuk, sedangkan sampah

non organik merupakan sampah yang tidak bisa diuraikan secara alami, kecuali

dengan proses tertentu dengan teknologi. Dari hasil perhitungan perkiraan jumlah

produksi sampah menurut standar yang berlaku untuk produksi sampah di

kawasan perencanaan dapat dilihat pada tabel III-13.

TABEL III-13

PERKIRAAN PRODUKSI SAMPAH DI KAWASAN PERENCANAAN TAHUN 2010

No. Jenis Produksi dan Fasilitas Persampah

Jumlah (Liter)/ (Unit)

1. Sampah rumah tangga 5055

2. Sampah Non Rumah Tangga

1011

Jumlah (liter) 6066

3. Tong Sampah 506

4. Gerobak Sampah 3

5. Container 1

6. Truk Sampah 1 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2004

Keterangan :

- Untuk kebutuhan fasilitas persampahan diasumsikan bahwa rumah yang ada saat ini belum memiliki fasilitas persampahan

- Standar Produksi Sampah 2,5 liter/orang / hari - Standar produksi sampah non rumah tangga 20 % dari sampah rumah - Satu buah tong sampah melayani 1 Kepala keluarga - Satu gerobak sampah melayani 200 Kepala Keluarga - 1 unit Truk sampah melayani 1000 Kepala keluarga

GAMBAR 3.14 RENCANA JARINGAN TELEPON

Page 49: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 29

Kebutuhan penanganan persampahan perlu pengelolaan secara seksama antara

pihak pemerintah daerah bersama masyarakat sebagai pendukung. Untuk

mengatasi masalah timbulan sampah di kawasan perencanaan pada masa yang

akan datang perlu diupayakan penanganan sampah yang dilakukan oleh dinas

kebersihan yang dibentuk oleh pemerintah daerah. Perkiraan penanganan

sampah yang dilakukan oleh dinas Kebersihan Kabupaten Agam tersebut dibagi

dua sistem:

1 Sistem Makro

Sistem ini secara umum dilakukan oleh pemerintah, dengan proses

pengangkutan dan tempat pembuangan sementara (TPS/container) ke TPA,

yang terdiri dari sampah rumah tangga, fasilitas perdagangan dan jasa.

2 Sistem Mikro

Sistem ini dilakukan oleh masyarakat, berupa proses pengangkutan sampah

dari rumah ke TPS. Sub-sub sistem pengelolaan persampahan terdiri dari:

a. Sistem Pewadahan

Sistem pelayanan sampah diharapkan dapat melayani semua kawasan

termasuk sampah dari fasilitas sosial dan perdagangan.

b. Pola Pelayanan

Penanganan persampahan untuk kawasan perencanaan diarahkan sebagai

berikut:

1). Pada daerah permukiman konvensional disediakan bak sampah

(tempat pembuangan sementara) dan masyarakat membuangnya

langsung ke TPS, dan akhirnya diangkut ke gerobak sampah.

2). Pada daerah permukiman tertentu dapat diterapkan kantong-kantong

plastik dan tong-tong sampah, yang dapat menampung 50-60 liter

sampah.

3). Untuk jalan utama akan diterapkan melalui dua pelayanan dimana yang

pertama penanganan sampah hasil penyapuan di sekitar pinggir jalan

dan langsung diangkut ke roda, dan yang kedua hasil penyapuan tidak

Page 50: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 30

ditumpuk di pinggir jalan melainkan dikumpulkan oleh petugas ke bin-

bin yang disediakan di pinggir jalan yang nantinya akan dikumpulkan

oleh petugas gerobak sampah secara “Dor to dor”.

4). Pembuang akhir sampah diarahkan ke TPA.

5). Pengelolaan sampah an organik diarahkan untuk dikumpul maupun di

daur ulang atau di jual ke pedagang, untuk yang tidak bisa

dimanfaatkan diarahkan untuk dibakar.

6). Untuk sampah organik penanganannya bisa dibakar, didaur ulang

menjadi pupuk organik.

Secara jelasnya mengenai pola penanganan sampah dapat dilihat pada gambar

3.15.

3.3 Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Blok Plan)

Pada pembahasan disini yang dimaksud dengan istilah Rencana Blok (blok

plan) adalah unit lingkungan, pada dasarnya istilah tersebut mempunyai pengertian

yang sama yaitu luasan ruang/lahan dari bagian kawasan yang direncanakan

Tujuan pembagian unit lingkungan atau rencana blok (blok plan) pada kawasan

perencanaan adalah untuk menentukan pusat-pusat pelayanan pada skala lingkungan

serta sebagai pengikat dari beberapa fungsi kegiatan, selain itu untuk mengefektifkan

pelayanan pada masing-masing bagian unit analisis, fungsi pembagian unit

lingkungan antara lain :

a. Menyediakan dan melengkapi fasilitas-fasilitas utama lingkungan yang dibutuhkan

serta meningkatkan kualitasnya.

b. Menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang fungsi kawasan.

c. Memperkuat fungsi intern kawasan sebagai pusat pelayanan bagi kebutuhan

masyarakat dalam lingkungan.

d. Memberikan kemudahan pencapaian pelayanan pada masing-masing lingkungan.

Kriteria yang perlu diperhatikan dalam pembagian unit lingkungan yaitu sistem

pusat pelayanan pada setiap bagian unit lingkungan, ketentuan hubungan fungsional

unsur-unsur kegiatan dan kemudahan pencapaian pelayanan pada tiap-tiap pusat

pelayanan. Adapun ketentuan tersebut antara lain :

GAMBAR 3.15 POLA PENANGANAN SAMPAH

Page 51: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 31

a. Sistem pusat pelayanan dijadikan sebagai indikator dalam pembagian unit

lingkungan guna mempermudah pencapaian pelayanan pada masing-masing unit

lingkungan, agar orientasi pusat pelayanan mudah dijangkau secara efektif dari

masing-masing unit lingkungan.

b. Pembagian unit analisis pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk

mempermudah memberikan pelayanan kepada masyarakat secara terstruktur.

Secara administratif kawasan perencanaan berada di wilayah Kenagarian

Sariak dengan luas kawasan 411,60 Ha berdasarkan hasil pengukuran. Pada saat ini

fungsinya sebagai pusat pelayanan dan pemerintahan untuk Kecamatan Sungai Pua.

Dilihat dari karakter kegiatannya kawasan perencanaan merupakan daerah

perdesaan dimana basis sektor perekonomian penduduk sekitar masih bertumpu pada

sektor primer seperti pertanian dan perkebunan. Namun demikian, perkembangan

yang terjadi relatif stagnat (statis) atau bahkan cenderung menurun dibandingkan

dengan daerah lainnya. Jika dilihat dari data eksisting, hal ini menjadi faktor penting

untuk kajian dan perencanaan tata ruang di kawasan perencanaan, dengan

pengertian bahwa elemen-elemen ruang yang direncanakan harus dapat menumbuh

kembangkan kegiatan baru sehingga diharapkan dapat mengangkat tingkat

perekonomian masyarakat setempat.

Pengelompokan fungsi kawasan ini juga menjadi salah satu penentu di dalam

rencana pembagian unit lingkungan, selain faktor fisik alamiah (seperti jaringan jalan,

sungai, kontur perbukitan atau pegunungan) sebagai dasar penentuan pembagian unit

lingkungan karena faktor fisik ini secara kasat mata terlihat jelas di lapangan,

sementara batas wilayah administrasi merupakan salah satu pembagi yang sedikit

digunakan karena batasan di lapangan sering kali tidak terlihat. Untuk lebih jelasnya

mengenai rencana pemanfaatan ruang tiap blok perencanaan/unit lingkungan dapat

dilihat pada gambar 3.16 sampai dengan gambar 3.20.

3.4 Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perkotaan

Ruang perkotaan sebagai wadah dalam menampung penduduk dan berbagai

aktifitasnya senantiasa berubah pemanfaatannya setiap saat sesuai dengan keinginan

manusia sebagai pengguna (user), untuk selanjutnya pemanfaatan ruang oleh

penduduk dan aktifitasnya ini disebut fungsi kawasan/ruang.

Page 52: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 32

Tanpa adanya pengelolaan dan pengendalian dalam pemanfaatan ruang

biasanya perubahan tadi cenderung mengarah pada terjadinya kesalahan dalam

pemanfaatan lahan (disfungsi lahan) yang berakibat pada kerusakan lingkungan,

terbentuknya lingkungan kumuh (slum area) dan sebagainya.

Bagi kawasan perencanaan yang saat ini masih lambat perkembangannya

merupakan kesempatan dilakukannya penataan sebelum terjadinya hal-hal seperti di

atas, karena tidak menutup kemungkinan dimasa yang akan datang perkembangan

dikawasan perencanaan mengalami perkembangan yang pesat. Untuk mengantisipasi

perkembangan tersebut perlu adanya pengaturan dan pengelolaan pembangunan.

Pedoman pelaksanaan pembangunan merupakan salah satu langkah dalam

pengaturan pelaksanaan pembangunan melalui penerapan aturan dalam proses

membangun. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan

guna memperoleh hasil pembangunan yang optimal, serasi dan seimbang,

diantaranya melalui pengaturan yang akan dibahas di bawah ini.

3.4.1 Arahan Kepadatan Bangunan

Penanganan intensitas tata guna lahan dapat diasumsikan sebagai

pengendalian tingkat kepadatan bangunan pada setiap unit lahan dengan tingkat

kepadatan bangunan ditetapkan berdasarkan kawasan-kawasan yang berfungsi

sebagai lingkungan, yang diselaraskan dengan keadaan penggunaan lahannya.

Pengaturan kepadatan bangunan akan mempunyai arti kenyamanan. Bangunan yang

berkaitan dengan pola sirkulasi udara dan intensitas penyinaran matahari yang

dibutuhkan oleh setiap jenis bangunan. Hal tersebut sangat bermanfaat dalam upaya

menjaga kesehatan penghuni bangunan.

Gambar 3.16 Rencana Pemanfaatan Lahan Unit Lingkungan I

Page 53: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 33

Gambar 3.17 Rencana Pemanfaatan Lahan Unit Lingkungan II

Page 54: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 34

Gambar 3.18 Rencana Pemanfaatan Lahan Unit Lingkungan III

Page 55: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 35

Gambar 3.19 Rencana Pemanfaatan Lahan Unit Lingkungan IV

Page 56: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 36

Gambar 3.20 Rencana Pemanfaatan Lahan Unit Lingkungan V

Page 57: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 37

Yang menjadi dasar pertimbangan dalam pengaturan intensitas bangunan

dalam suatu ruang adalah :

- Kepadatan bangunan untuk segala jenis bangunan yang ada.

- Jumlah bangunan dan luas lahan yang tersedia untuk pembangunan fasilitas

pelayanan.

Tujuan dari penetapan kepadatan bangunan agar tercipta keseimbangan

lingkungan antar faktor fisik alam dan faktor buatan yaitu tercipta :

- Keseimbangan penyebaran penduduk di kawasan perencanaan sesuai dengan

peruntukan.

- Adanya keseimbangan penyebaran kawasan peruntukan dan kesesuaian

lingkungan.

- Membentuk suatu kesatuan lingkungan yang lebih kompak.

- Daya guna dan hasil guna pelayanan sarana dan prasarana sesuai dengan

kebutuhan.

- Agar tidak terjadi pemanfaatan lahan yang tidak berlebihan dan sesuai dengan

kaidah-kaidah perencanaan.

Langkah-langkah yang dituju untuk mencapai kepadatan bangunan yang

seimbang dapat dicapai, melalui :

A. Pengaturan Koefisien Dasar Bangunan

Maksud dan penetapan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) ditujukan untuk

menentukan intensitas penggunaan lahan yang berguna bagi pengendalian/kontrol

pembangunan fisik yang diselaraskan dengan pengembangan lingkungan.

Tujuan ditetapkan KDB pada suatu kawasan adalah :

- Agar dapat mempertahankan tingkat keberadaan ruang terbuka.

- Untuk menyediakan lahan parkir minimum bagi bangunan yang

memerlukannya.

- Dapat mempertahankan ruang antara bangunan guna mendapatkan

penyinaran matahari dan keserasian lingkungan.

- Mengarahkan struktur bangunan agar terdapat keselarasan dan kenyamanan

ruang gerak serta keteraturan bangunan-bangunan di masa yang akan datang.

Pengaturan koefisien Dasar Bangunan untuk masing-masing kelompok bangunan

secara garis besar dapat diterapkan sebagai berikut :

Untuk fasilitas perdagangan diperbolehkan memakai KDB antara 70% - 90%

Untuk perumahan diperbolehkan memakai KDB antara 60% - 70%

Untuk perkantoran diperbolehkan memakai KDB antara 50% - 70%

Untuk Jasa diperbolehkan memakai KDB antara 60% - 75%

Untuk fasilitas kesehatan diperbolehkan memakai KDB antara 50% - 70%

Untuk fasilitas pendidikan diperbolehkan memakai KDB antara 40% - 70%

Untuk fasilitas peribadatan diperbolehkan memakai KDB antara 60% - 70%

Untuk jenis bangunan yang ada di sekitar lahan pertanian produktif (jika

diperlukan) disarankan KDB antara 5% - 20%

Untuk jenis bangunan yang ada di sekitar lahan konservasi (jika diperlukan)

disarankan KDB tidak lebih dari 5 %

Untuk menunjang pada sistem kelestarian lingkungan disarankan untuk

kawasan parkir pada kawasan perdagangan dan jasa, lahan tidak ditutup

dengan tembok tetapi memakai system paving blok, untuk memudahkan

penyerapan air.

B. Koefisien Lantai Bangunan

Sesuai dengan pengertian diatas bahwa besarnya Koefisien Lantai Bangunan

(KLB) pada dasarnya mencerminkan jumlah lantai bangunan. Sesuai dengan

Page 58: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 38

kemampuan dan fungsinya pengaturan lantai bangunan yang diperuntukan bagi

kawasan perencanaan maksimal dua lantai atau paling tinggi 2 kali dari luas lantai

bangunan hal ini diperuntukan khusus disekitar koridor jalan utama. Secara lebih

rinci mengenai rencana intensitas penggunaan lahan untuk KLB maksimum 2 lantai

dapat dijelaskan di bawah ini :

Untuk fasilitas perdagangan KLB maksimum antara 1.40 – 1.80

Untuk perumahan KLB maksimum antara 1.20 – 1.40

Untuk fasilitas perkantoran KLB maksimum antara 1.00 – 1.40

Untuk fasilitas kesehatan KLB maksimum antara 1.00 – 1.40

Untuk fasilitas pendidikan KLB maksimum antara 0.80 – 1.40

Untuk fasilitas peribadatan KLB maksimum antara 1.20 – 1.40

KLB untuk bangunan di sekitar lahan pertanian produktif maksimum 0,05 – 0,20

KLB untuk bangunan di sekitar lahan konservasi maksimum 0,05

Dalam penentuan Koefisien Lantai Bangunan hal-hal yang perlu dipertimbangkan

adalah :

1. Tingkat perkembangan kegiatan.

Semakin tinggi tingkat perkembangan kegiatan pada suatu lokasi maka semakin

besar pembangunan secara vertikal.

2. Jenis Peruntukan Bangunan.

Pada umumnya bangunan-bangunan yang cenderung vertikal dalam kawasan

perekotaan adalah bangunan yang bersifat komersial yaitu perdagangan dan

jasa.

3. Luas Lantai Dasar Bangunan.

Luas Lantai Dasar Bangunan terhadap kavling, semakin kecil perbandingan luas

lantai terhadap kavling maka kecenderungan perkembangan bangunan vertikal.

4. Lokasi bangunan.

Faktor lokasi sangat berpengaruh terhadap perkembangan bangunan secara

vertikal. Bangunan yang berlokasi pada daerah yang strategis kecenderungan

orientasi bangunan akan mengarah vertikal.

3.4.2 Arahan Ketinggian Bangunan

Ketinggian bangunan untuk kawasan perencanan didasari oleh jumlah lantai

bangunan maksimal, sedangkan maksimal jumlah lantai yang diperuntukan 1 – 2

lantai maka rencana ketinggian bangunan maksimum direncanakan adalah 5 – 9 m

terdiri dari 2 lantai.

Ada beberapa pertimbangan dalam penentuan tinggi bangunan dikawasan

perencanaan, diantaranya :

Tidak menghalangi view yang ada di sekitar kawasan perencanaan, mengingat

kawasan perencanan memiliki panorama alam yang bagus.

Tingkat kestabilan tanah. Pada lahan pertanian subur biasanya sifat tanah gembur

dan porositas tinggi, sehingga tanah menjadi labil.

Ketersediaan lahan pengembangan masih cukup luas, sehhingga pengembangan

dapat dilakukan secara horizontal.

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengaturan intensitas bangunan dapat

dilihat pada gambar 3.21 sampai dengan 3.25.

3.4.3 Arahan Perpetakan Bangunan

Pengembangan tata ruang kawasan perkotaan pada prinsipnya untuk

menunjang perkembangan fungsi kawasan di masa yang akan datang dalam

mengantisipasi perluasan pengembangan bangunan lainnya. Pada kenyataan

pengembangan suatu kota tidak hanya mementingkan aspek perkembangan jumlah

penduduk dari dalam kawasan saja melainkan pertimbangan-pertimbangan kebutuhan

pengembangan di masa yang akan datang dengan mempertimbangkan faktor-faktor

kebutuhan dan luas kawasan dengan penyediaan fasilitas penunjang permukiman.

Adapun fasilitas pendukung permukiman fungsinya adalah untuk mendukung aktifitas

dalam kegiatan permukiman.

Sebagai konsekuensi dari pengembangan kawasan perencanaan dalam rangka

memenuhi kebutuhan pengembangan, maka diperlukan lahan kosong yang dapat

dikembangkan. Berdasarkan situasi ini, maka alternatif dalam pengembangan

pemanfaatan lahan dapat diarahkan sebagai berikut :

Page 59: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 39

1. Pengembangan lahan terbangun diarahkan pada lahan-lahan kosong yang tingkat

produktifitasnya rendah atau belum dimanfaatkan.

2. pengembangan ruang dilakukan dengan menerapkan konsep konsolidasi lahan,

site ini cenderung dikembangkan terutama pada lahan-lahan perumahan.

3. Pemanfaatan lahan eksisting yang mempunyai nilai ekonomis dan produktifitas

tinggi dipertahankan fungsinya.

Arahan luas perpetakan lahan yang dikembangkan untuk penggunaan

terbangun disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.

Gambar 3.21 Rencana Intensitas Bangunan UL - I

Page 60: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 40

Gambar 3.22 Rencana Intensitas Bangunan UL - II

Page 61: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 41

Gambar 3.23 Rencana Intensitas Bangunan UL - III

Page 62: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 42

Gambar 3.24 Rencana Intensitas Bangunan UL - IV

Page 63: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 43

Gambar 3.25 Rencana Intensitas Bangunan UL - V

Kebutuhan petak bangunan untuk perumahan, ketentuan luasannya

disesuaikan berdasarkan standar dengan perbandingan 1 : 3 : 6. Untuk kavling besar

dibutuhkan 400 m2 per unit bangunan, kapling sedang 200 m2 dan kapling kecil 80 –

100 m2 per unit bangunan, selain itu dilengkapi dengan fasilitas dan utilitas.

Adapun kriteria pengaturan tata letak bangunan diuraikan sebagai berikut :

1. Kapling diatur memanjang dan arahnya lurus dengan jalan, hal ini bertujuan untuk

mengurangi tingkat kebisingan dan meningkatkan efisiensi penggunaan lahan.

2. Fasilitas lingkungan letaknya dapat di jangkau di sekitar kawasan permukiman atau

di pusat-pusat unit lingkungan.

3. Pengaturan tata letak bangunan di sesuaikan dengan hirarki jalan yang ada.

Page 64: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 44

4. Ditunjang oleh jaringan jalan untuk mempermudah sirkulasi pergerakan.

5. Dapat mencerminkan aspek kelestarian lingkungan.

6. Untuk pemanfaatan lahan non terbangun (dipertahankan fungsinya) luas petak

lahan disesuaikan dengan keadaan aslinya, kecuali bila akan dilakukan perubahan.

Untuk lebih jelasnya mengenai perpetakan bangunan dapat dilihat pada

gambar 3.26 sampai dengan 3.30

3.4.4 Arahan Garis Sempadan

Arahan penentuan Garis Sempadan Bangunan (GSB) di kawasan perencanaan

dibedakan dalam dua arahan, yaitu Garis Sempadan Bangunan dan Garis Sempadan

Muka Bangunan. Ketentuan yang membedakan pengertian kedua garis sempadan

tersebut berdasarkan peraturan pemerintah No 26 tahun 1985 mengenai daerah

penggunaan jalan adalah, untuk jarak Garis Sempadan Bangunan ditentukan

setengah dari lebar daerah milik jalan atau ½ (damija), sedangkan Garis Sempadan

Muka Bangunan adalah setengah lebar daerah milik jalan ditambah satu atau ½

(damija) + 1.

Adapun pengertian Garis Sempadan Bangunan adalah jarak yang

diperbolehkan berdirinya bangunan dari tepi daerah milik jalan (damija), sedangkan

daerah Pengawasan Jalan, Batas Luar Pengawasan Jalan diukur dari as jalan yang

diperuntukan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan kontruksi jalan.

Berdasarkan hal tersebut penetapan rencana pengaturan Sempadan Bangunan di

kawasan perencanaan seperti pada tabel III-14. Untuk jalan di lingkungan permukiman

konvensional jarak GSB diarahkan minimal 2,5 m dari tepi luar untuk perluasan jalan.

TABEL III-14 RENCANA GARIS SEMPADAN BANGUNAN

DI KAWASAN PERENCANAAN

No

Fungsi Jalan Perkeras

an Damija

Garis Sempadan

Bangunan

Muka Banguan

1 Kolektor Primer 7 meter 13 meter 6,5 meter 7,5 meter

3 Lokal Primer 6 meter 10 meter 5 meter 6 meter

5 Jalan

Lingkungan I

5 meter 8 meter 4 meter 5 meter

6 Jalan

Lingkungan II

5 meter 7 meter - -

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2004

3.4.5 Rencana Penanganan Blok Peruntukan

Rencana penanganan blok peruntukan adalah rencana yang akan dilaksanakan

pada setiap blok peruntukan mengenai elemen-elemen ruang (fasilitas dan utilitas)

baik yang sifatnya, perbaharui, peningkatan, penetapan maupun pembangunan baru.

Berdasarkan pada kondisi eksisting, keberadaan elemen-elemen ruang (fasilitas

dan utilitas) di kawasan perencanaan cukup bervariasi khususnya mengenai

keberadaan kondisi bangunan yaitu diantaranya ada yang harus dipertahankan,

renovasi, ditingkatkan maupun perlu pengembangan baru. Sedangkan pada jenis

prasarana yang paling dominan untuk mendapatkan perhatian adalah prasarana jalan,

hal ini berkaitan dengan adanya rencana peningkatan jalan sebagai jalan alternatif

yang menghubungkan Koto Baru – Bukittinggi. Keadaan ini secara hirarakis akan

mempengaruhi terhadap perubahan-perubahan fungsi pada struktur elemen ruang

lainnya.

Page 65: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 45

Gambar 3.26 Rencana Perpetakan Lahan UL - I

Page 66: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 46

Gambar 3.27 Rencana Perpetakan Lahan UL - II

Gambar 3.28 Rencana Perpetakan Lahan UL - III

Page 67: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 47

Gambar 3.29 Rencana Perpetakan Lahan UL - IV

Page 68: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 48

Gambar 3.30 Rencana Perpetakan Lahan UL - V

Page 69: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA III - 49

Rencana penanganan blok peruntukan, diantaranya meliputi :

Jenis bangunan (rumah tempat tinggal) lama dengan arsitektur kuno rata-rata

dibangun pada tahun 1920 an, banyak tersebar di Unit Lingkungan III, rencana

penanganan melaui penetapan fungsi, perlindungan bangunan dan renovasi.

Fasilitas peribadatan (Mesjid Sariak) bangunan lama dan bersejarah yang terdapat

di Unit Lingkungan III. Rencana penanganan adalah dengan memberikan

perlindungan (dipertahankan).

Peningkatan jaringan jalan yang menghubungkan Koto Baru – Bukittinggi.

Pembangunan baru sarana hunian (perumahan) di Unit lingkungan I, II, III dan V.

Pengembangan baru fasilitas sosial

Peningkatan fasilitas pasar yang berada di unit lingkungan V

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana penanganan blok peruntukan dapat

dilihat pada gambar 3.31.

Page 70: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA IV - 1

4.1 Kemampuan Pembiayaan dan Sumber-sumber Pembiayaan Pembangunan

4.1.1 Pembiayaan Pembangunan

Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan rencana kota adalah tersedianya

dana yang cukup untuk membiayai setiap program pembangunan kota yang telah

dirumuskan. Secara yuridis, penyediaan dan pembiayaan fasilitas pelayanan kota

merupakan kewenangan dan tanggung jawab pemerintah daerah terutama pada

instansi yang membawahinya secara langsung. Dengan demikian karena Kecamatan

Sungai Pua merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Agam, maka pembiayaan

pembangunan Kecamatan Sungai Pua merupakan kewenangan dan tanggung jawab

Pemerintah Kabupaten Agam. Hal ini sesuai dengan apa yang tersirat dalam Undang-

Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 66 ayat 1, dimana

kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota yang dipimpin oleh kepala

kecamatan yang disebut camat.

Ketersediaan pembiayaan pembangunan Kabupaten Agam tergantung pada

kondisi dari sumber-sumber penerimaan, baik berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD),

dana perimbangan pajak, bukan pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) maupun dana-

dana lain yang sah (penerimaan dari propinsi maupun penerimaan dari pusat).

Adapun sumber-sumber penerimaan terdiri dari :

1. Pendapatan Asli Daerah :

a. Pos pajak daerah

b. Pos retribusi daerah

c. Pos bagian laba BUMN

d. Pos lain-lain PAD yang sah.

2. Dana perimbangan :

a. Pos bagi hasil pajak, yang mencakup pajak bumi dan bangunan, bea perolehan

hak atas tanah dan bangunan, bagi hasil PPH dan pajak bahan bakar

kendaraan bermotor.

b. Pos bagi hasil bukan pajak

c. Pos dana alokasi umum

d. Pos dana alokasi khusus

e. Pos dana darurat

3. Lain-lain Penerimaan yang sah :

a. Penerimaan dari propinsi

b. Penerimaan dari pusat.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam upaya meningkatkan penerimaan

dan partisipasi masyarakat serta warga kota dalam pembangunan adalah :

4.1.2 Peningkatan Penerimaan Daerah

Peningkatan penerimaan daerah dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan

volume/nilai bagi sumber penerimaan yang telah ada dan memungkinkan atau

berusaha untuk menggali sumber-sumber penerimaan baru sejauh yang

dimungkinkan oleh perundang-undangan yang berlaku. Beberapa cara yang dapat

ditempuh, yaitu :

a. Mengumpulkan dana dari pajak-pajak dan retribusi daerah yang tidak bertentangan

atau diperbolehkan oleh peraturan atau perundangan yang berlaku.

b. Pemerintah dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, pasar uang atau bank

atau pinjaman dalam negeri maupun dari luar negeri.

c. Ikut ambil bagian dalam pendapatan pajak sentral (pusat) yang dipungut daerah.

d. Pemerintah dapat menerima bantuan atau subsidi dari pemerintah propinsi atau

pemerintah pusat.

Page 71: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA IV - 2

Untuk mengetahui mobilisasi dana pembangunan tersebut, berikut ini cara–cara

dalam mobilisasi dana pembangunan yang akan dikemukakan sesuai dengan

pengelompokan sumber penerimaannya.

A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari hasil produksi dan

pengolahan semua potensi yang dimiliki oleh daerah termasuk didalamnya adalah

pungutan pajak dari segala kegiatan yang ada di daerah. Kemampuan pembiayaan

pembangunan kota di wilayah ini yang juga terkait erat dengan pendapatan dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif sangat menentukan kemampuan daerah,

dimana dengan meningkatnya PAD akan meningkatkan pula kemampuan

pembiayaan pembangunan.

Upaya lain yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah

adalah menaikan tarif pajak bagi jenis pajak yang potensial sejauh masih

memenuhi kriteria seperti dibawah ini :

1. Distribusi beban pajak harus sama.

2. Pajak harus meminimumkan beban yang berlebihan.

3. Dalam hal pajak dipergunakan untuk mencapai sasaran kebijaksanaan ekonomi

tertentu misalnya untuk mendorong investasi, maka perlu dilakukan sedemikian

rupa untuk mempertahankan equity of system.

4. Kebijaksanaan perpajakan harus dapat dipergunakan sebagai salah satu alat

untuk mencapai stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

5. Perpajakan harus didasarkan atas prinsip keadilan.

Mengingat retribusi daerah merupakan pungutan langsung yang dikenakan atas

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah, maka peningkatannya akan sangat

ditentukan oleh besarnya pelayanan yang diberikan serta kemampuan warga

masyarakat dalam menikmati atau memanfaatkan pelayanan yang disediakan.

Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan jumlah retribusi yang diterima

tidak jauh berbeda dengan upaya meningkatkan pajak daerah yaitu dengan

memprioritaskan pemungutan pada jenis retribusi yang mempunyai nilai ekonomi

tinggi.

Dari point-point di atas diharapkan dimasa mendatang tumbuh dan berkembang

komponen yang menjadi kontributor utama dalam mobilisasi pendapatan asli

daerah. Segi-segi yang perlu diperhatikan dalam peningkatan peranan perusahaan

daerah sebagai kontributor pendapatan asli daerah adalah efisiensi dalam

pengelolaan, dalam arti pengelolaan profesional, sebab pengelolaan tanpa efisiensi

akan terjadi keadaan yang sebaliknya dimana pendapatan asli daerah

dikhawatirkan akan menjadi beban bagi pemerintah Kabupaten Agam.

B. Pemanfaatan Dana Perimbangan

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang

dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi. Sumber dana pembangunan yang diperoleh

Pemerintah Kabupaten ini dari bagian Dana Perimbangan dengan tetap mengacu

pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Daerah dari data Kabupaten Agam Dalam Angka

2003 terdiri dari :

a. Pos bagi hasil pajak, yang mencakup : pajak bumi dan bangunan (PBB), bea

perolehan hak atas tanah dan bangunan, bagi hasil PPH dan pajak bahan bakar

kendaraan bermotor.

b. Pos bagi hasil bukan pajak.

c. Pos dana alokasi umum yaitu dari dana alokasi umum.

d. Pos dana alokasi khusus.

e. Pos dana darurat.

Berdasarkan sumber dana pembangunan tersebut, komposisi perolehan sumber-

sumber penerimaan daerah untuk dana perimbangan adalah :

a. Pajak bumi dan bangunan 10 % untuk pemerintah pusat dan 90 % untuk

daerah,

Page 72: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA IV - 3

b. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan 20 % untuk pemerintah pusat dan

80 % untuk daerah,

c. Sumber daya alam sektor pertambangan, kehutanan dan sektor lain 20 % untuk

pemerintah pusat dan 80 % untuk daerah,

d. Dana alokasi umum ditetapkan sekurang-kurangnya 25 % dari penerimaan

dalam negeri yang ditetapkan APBN, dimana yang ditetapkan untuk propinsi 10

% dan Kota sebesar 90 %,

e. Besarnya jumlah dana perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran dalam

APBN.

C. Pemanfaatan Sumber-sumber Pinjaman

Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima

dari pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga daerah tersebut

terbebani kewajiban untuk membayar kembali. Daerah dapat melakukan pinjaman

jangka panjang guna membiayai pembangunan prasarana yang merupakan aset

daerah dan dapat menghasilkan penerimaan untuk pembayaran kembali pinjaman

serta memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat. Pada pelaksanaanya,

pinjaman daerah ini dilakukan dengan tetap memperhatikan kemampuan daerah

untuk memenuhi kewajibannya dibawah persetujuan DPRD.

Sumber-sumber yang diperoleh dari bagian pinjaman daerah sampai saat ini belum

ada target anggaran dan realisasinya, sehingga keberadaan peluang ini perlu

dimanfaatkan dalam usaha lebih meningkatkan pula kemampuan pembiayaan

pembangunan di wilayah Kabupaten Agam. Sumber dana pembangunan yang

diperoleh Pemerintah Kabupaten dari bagian Pinjaman Daerah yang belum

dimanfaatkan, adalah sebagai berikut :

a. Pos pinjaman dalam negeri.

b. Pos pinjaman luar negeri.

D. Lain-lain Penerimaan Yang Sah

Jenis sumber dana pembangunan yang diperoleh Pemerintah Kabupaten Agam

dari bagian lain-lain Penerimaan Yang Sah dengan tetap mengacu pada Undang-

undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Pusat dan Daerah dari data Kabupaten Agam Dalam Angka 2003 terdiri dari :

a. Penerimaan dari propinsi.

b. Penerimaan dari pusat.

Dengan banyaknya program-program pembangunan yang memang selayaknya

dibiayai oleh pemerintah pusat maupun pemerintah atasan (propinsi), maka

diharapkan kontribusi penerimaan yang berasal dari penerimaan pemerintah pusat

maupun pemerintah propinsi tetap besar dimasa mendatang terkecuali apabila

pendapatan asli daerah atau sumber pendapatan lain telah dapat menggantikan

perannya.

4.1.3 Peningkatan Aparatur Pelaksana Dan Pengendalian Pelaksana

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan kota tergantung kepada aparat

pelaksananya, selain itu juga ditentukan oleh kemampuan pembiayaan/penyediaan

dana yang harus dialokasikan serta tertib administrasi pengelolaannya. Hal ini

disebabkan rencana kota yang sudah disahkan dalam bentuk Peraturan Daerah

mempunyai sifat yang mengikat, artinya rencana tersebut sifatnya mutlak untuk

dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah baik oleh instansi-instansi vertikal, lembaga

pemerintah, dan swasta maupun oleh seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapai

arah yang diinginkan dalam keberhasilan rencana, maka perlu dilakukan monitoring

dan pengawasan serta pengendalian pelaksanaan pembangunan.

Secara bersamaan perlu digalakan kesadaran masyarakat bahwa kerjasama

dengan pemerintah daerah akan membantu terlaksanannya pembangunan kota

sesuai keinginan dan kepentingan baik pemerintah daerah maupun masyarakat.

Hal yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan rencana adalah upaya pengisian

rencana itu sendiri. Upaya tersebut tidak hanya terbatas pada alokasi yang

diusahakan melalui jalur-jalur konvensional seperti proyek Pelita Nasional dan Daerah,

Page 73: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA IV - 4

proyek sektoral, proyek Inpres, dan lain-lain, tetapi juga harus bersifat ekstensif,

seperti usaha-usaha pendekatan untuk mendapatkan bantuan luar negeri dan

peningkatan proyek swasta berupa investasi baik PMDN maupun PMA.

4.2 Aspek Hukum Dan Perundang-undangan

Pada hakekatnya rencana kota adalah suatu usaha peningkatan fungsi tata

ruang yang dijelmakan dalam bentuk tata guna lahan kota untuk mencapai

kesejahteraan masyarakat. Atas dasar prinsip ini jelas bahwa masalah tanah akan

merupakan manifestasi dari keadaan lingkungan sosial ekonomi maupun kultural kota.

Dalam pelaksanaan rencana kota, terdapat beberapa hambatan yang timbul

diantaranya adalah :

1. Kesulitan dalam merubah atau menambah peraturan-peraturan yang telah ada

karena persoalan tersebut mempunyai latar belakang administratif dan politis yang

kompleks. Diharapkan setelah keadaan lingkungan kota diperbaiki setidaknya akan

menunjukkan perbaikan, maka kekuatan mengatur dari badan-badan berwenang

dalam perencanaan kota dapat ditingkatkan.

2. Masalah penguasaan tanah milik perseorangan, kaum dan adat yang akan

digunakan untuk fasilitas pelayanan umum sering menimbulkan permasalahan

yang panjang baik segi sosial, kultural dan administrasi.

Untuk memecahakan masalah tersebut, maka pemerintah dituntut berperan

lebih aktif bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam

merumuskan dan menyiapkan peraturan-peraturan baru untuk mengantisipasi

perkembangan kota dimasa mendatang.

Secara garis besar perangkat perundang-undangan yang diperlukan untuk

kepastian hukum dalam pelaksanaan rencana kota dapat dilihat dalam gambar 4-1

4.3 Perumusan Pokok-pokok Pelaksanaan Pembangunan

4.3.1 Sistem Prioritas Pelaksanaan Pembangunan

Sistem prioritas pelaksanaan pembangunan yaitu menyusun urutan

pelaksanaan program pembangunan dilihat dari bobot kepentingannya atau program

mana yang perlu diprioritaskan dan program yang harus ditangguhkan dalam indikasi

program. Sehubungan dengan hal tersebut pertimbangan-pertimbangan yang

digunakan dalam menentukan prioritas program-program pembangunan tersebut,

meliputi :

Gambar 4.1 UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN YANG DIBUTUHKAN

UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN

Page 74: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA IV - 5

UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN NASIONAL

- UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang

- UU No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman

- UU No.4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan

Lingkunga Hidup

- UU No.5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah

- UU Pengembangan dan Pembinaan Kota

- UU Tata Guna Tanah Nasional

- Instruksi Presiden No. 1/1976 tentang Sinkronisasi Pelaksanaan Tugas Bidang

Keagrariaan dengan Bidang Kehutanan, Pertambangan, Transmigrasi dan

Pekerjaan

Umum

- Permendagri No. 2/1987 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota

- Kepmendagri No. 59/1988 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Permendagri No. 2/

1987

- Kepmendagri No. 650-658 Tentang Keterbukaan Rencana Kota Untuk Umum

- Irmendagri No. 14/1988 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah

Perkotaan

- Dan Lain-lain.

UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN

PELAKSANAAN RENCANA

- UU No. 5/1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

- UU No. 20/1961 Tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Yang Berada

Diatasnya

- Instruksi Presiden Tentang Pelaksanaan UU No. 20/1960

- Permendagri No. 5/1973 Tentang Ketentuan-Ketentuan Mengenai Tata Cara

Pembebasan tanah

- Permendagri No. 15/1975 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pemberian Hak Atas

Tanah

- Undang-Undang, Keputusan, dan Peraturan lainnya

Rencana Kota

Yang Telah

Disahkan

Undang-Undang Dan Peraturan Daerah yang Dibutuhkan

Pengembangan

Wilayah Kota

Peruntukkan

Lahan kota

Pembangunan

Fasilitas kota

- UU Standar Bangunan Nasional

- Perda jalur Hijau

- Perda Konservasi Bangunan

- Perda Kawasan Parkir

- Perda Izin Mendirikan Bangunan

- Perda Lainnya

- UU Jaringan Jalan nasional

- UU Perhubungan Nasional

- Perda Terminal

- Pembuanga Air Kotor

- Perda Sampah dan Kebersihan Kota

- Perda Perparkiran

- Pajak Bumi dan Bangunan

- Perda Lainnya

- Perda Perubahan Pengunaan Lahan

- Perda Peremajaan Kota

- Perda Kawasan Wisata

- Perda Perluasan Wilayah Kota

- Perda Lainnya

a. Pemenuhan kebutuhan

Alokasi/penyediaan sarana dan prasarana perkotaan pada setiap tahapan

didasarkan pada kebutuhan sesuai dengan perkembangan jumlah penduduk.

b. Keterpaduan

Seluruh program pembangunan yang dilaksanakan pada setiap tahapan harus

terintegrasi secara sektoral maupun tata ruang sehingga memberikan manfaat

optimal.

c. Efek Ganda

Setiap sektor pembangunan yang dikembangkan pada suatu lokasi pada tahap

yang lebih awal merupakan sektor pembangunan yang mendasari sektor

pembangunan selanjutnya serta harus mampu merangsang perkembangan sektor

pembangunan pada tahap berikutnya atau pada lokasi-lokasi lainnya.

d. Pemecahan Masalah

Program pembangunan yang dilaksanakan pada setiap tahapan harus dapat

menyelesaikan persoalan yang dihadapi pada saat itu.

e. Strategis

Program pembangunan yang dalam jangka pendek tidak akan memberikan

manfaat secara langsung dan besar tetapi dalam jangka panjang akan memberikan

implikasi perubahan yang mendasar dan struktural yang akan termanifestasi dalam

pola tata ruang yang akan dituju.

f. Kesesuaian dengan rencana yang sudah ada (fleksibel)

Apabila suatu program pembangunan telah dicanangkan untuk dilaksanakan

berdasarkan rencana lainnya yang selama ini dijadikan pedoman pembangunan

pemerintah daerah, maka program tersebut perlu diprioritaskan.

4.3.2 Tahapan Pelaksanaan Pembangunan

Tahapan pelaksanaan pembangunan diatur dalam skala prioritas pembangunan

yang meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Prasarana dan sarana perkotaan yang bersifat strategis yang perlu dilaksanakan

pembangunannya.

2. Rencana-rencana terperinci dan detail teknis yang perlu disusun serta program-

program pembangunan yang meliputi jenis lokasi dan besaran setiap program.

Page 75: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA IV - 6

3. Cara pengelolaan prasarana dan sarana oleh pemerintah atau instansi lain.

Dari seluruh unsur-unsur strategis yang akan dikembangkan di kawasan

perencanaan secara garis besar meliputi :

a. Pengelolaan dan pengendalian lingkungan

b. Pembangunan Infrastruktur

c. Peningkatan dan pembangunan fasilitas perkotaan

d. Peningkatan dan pemeliharaan kawasan lindung dan konservasi

e. Peningkatan dan pengembangan sistem pertanian

Sedangkan uraian pelaksanaan dari bagian unsur-unsur di atas serta menjadi

skala prioritas dalam pelaksanaannya yang dirinci pertahun untuk masa jangka waktu

5 (lima) tahun ke depan, antara lain :

1. Tahun pertama (Tahun 2006), program yang dialokasikan meliputi :

a. Peningkatan dan pemeliharaan saluran drainase dan saluran pembuangan air

limbah.

b. Peningkatan dan pembangunan MCK

c. Penyediaan/pengadaan bak-bak sampah rumah tangga

d. Penyediaan gerobak sampah dan pengadaan TPS

e. Peningkatan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan

f. Pemeliharaan dan peningkatan jalan

g. Pembangunan jaringan drainase dan saluran pembuangan air limbah

h. Renovasi/pemugaran rumah-rumah yang kurang dan tidak layak huni

i. Peningkatan dan pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang ada, seperti;

- Fasilitas pendidikan

- Fasilitas kesehatan

- Fasilitas peribadatan

- Fasilitas perdagangan

- Fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum

- Fasilitas Olah raga

- Jalur hijau dan ruang terbuka hijau (RTH)

j. Pemeliharaan dan pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya perusakan

kawasan yang berfungsi lindung dan konservasi.

k. Pemeliharaan saluran-saluran (sungai) dengan pembentukan sempadan

l. Penyuluhan tentang pertanian

m. Peningkatan sistem pertanian (intensifikasi, diversifikasi maupun pengairan)

2. Tahun Kedua (Tahun 2007), program yang direncanakan meliputi :

a. Melanjutkan program pada tahun pertama

b. Pembangunan/pengadaan pangkalan kendaraan umum

c. Perluasan pelayanan jaringan listrik

d. Pembangunan fasilitas kesehatan BKIA

e. Penambahan tenaga medis

f. Penyediaan/pengadaan toko obat atau apotik

g. Pengadaan dan peningkatan fasilitas perdagangan

- Penambahan kios/warung

- Pembangunan pertokoan

- Peningkatan fasilitas pasar

h. Program penghijauan dan perbaikan lahan-lahan yang rusak pada lahan yang

berfungsi lindung dan konservasi.

i. Pengembangan dan peningkatan sistem pengairan

3. Tahun ketiga (Tahun 2008), program yang direncanakan meliputi;

a. Melanjutkan program tahun kedua

b. Pembangunan jaringan jalan baru

c. Perluasan pelayanan jaringan telepon dan pengadaan telepon umum

d. Pengembangan jaringan air bersih (pemasangan pipa)

e. Pembangunan dan penyediaan perumahan tahap pertama

f. Pembangunan fasilitas TK, SD dan SLTP

Page 76: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA IV - 7

g. Pembangunan dan penyediaan aneka jasa

h. Pembangunan sentra industri kecil

i. Pembangunan dan pengadaan sarana penunjang perkantoran (parkir, pos

keamanan dan MCK)

j. Pengadaan dan pembangunan fasilitas taman bermain dan olah raga yang

belum tersedia

4. Tahun keempat (tahun 2009), program yang direncanakan, meliputi;

a. Melanjutkan program tahun ketiga

b. Pembangunan dan penyediaan SLTA

c. Pembangunan dan pengadaan mesjid kecamatan

d. Pembangunan perumahan tahap II

5. Tahun kelima (tahun 2010), program yang direncanakan, meliputi;

Pada tahun kelima (tahun terakhir jangka waktu perencanaan), program yang

direncanakan lebih bersifat pada lanjutan dari program-program sebelumnya serta

penertiban/melengkapi dari seluruh proses pembangunan.

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana program pembangunan di kawasan

perencanaan tahun 2006 – 2010 dapat dilihat pada tabel IV-1.

Tabel IV-1 Rencana Program Pembangunan Kawasan Perencanaan

Tahun 2006 - 2010

Page 77: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA IV - 8

4.3.3 Peranan Pelaksanaan/Pelaku Pembangunan Kota

Peran pelaku dalam pelaksanaan pembangunan kota, komponen atau pelaku

pembangunan utamanya memiliki fungsi/peran, sebagai berikut :

A. Pemerintah

Hampir dalam setiap kegiatannya, pemerintah selalu mempunyai tujuan untuk

meningkatkan kemakmuran dan keadilan bagi masyarakatnya. Untuk mencapai

tujuan tersebut, pemerintah akan selalu dihadapkan dengan kepentingan-

kepentingan individu yang berbeda satu sama lainnya baik yang berasal dari dalam

maupun dari luar pemerintahan. Adapun peran dan fungsi pemerintah dalam hal

ini, meliputi :

1. Pemerintah Sebagai Stabilisator

Stabilitas dalam berbagai hal merupakan syarat utama dalam melaksanakan

pembangunan, di mana tanpa adanya kondisi yang stabil jangan berharap

pembangunan akan berjalan dengan baik. Tanggung jawab pemerintah daerah

dalam menciptakan kestabilan ini menjadi sangat besar diantaranya, meliputi :

a. Stabilitas keamanan, dengan fungsi dan peranan selaku stabilisator

pemerintah harus dapat menjamin keamanan bagi warganya.

b. Stabilitas ekonomi, meskipun stabilitas ekonomi daerah sangat tergantung

dari kondisi perekonomian negara pada umumnya, akan tetapi pemerintah

daerah harus tetap berupaya menciptakan stabilitas ekonomi pada wilayah

kewenangannya.

2. Pemerintah Sebagai Inovator

Inovasi berarti penemuan baru dalam cara-cara kerja, metode baru, sistem baru

dan yang terpenting berpikir baru. Pemerintah harus berupaya mengusahakan

mencari sumber-sumber ide baru terutama yang berhubungan dengan kegiatan-

kegiatan pembangunan diantaranya, meliputi :

a. Struktur pemerintah, dalam arti bahwa produktivitas aparat pemerintah itu

semakin meningkat dan pelayanan kepada masyarakat harus lebih baik.

b. Konsepsional, pemerintah dan seluruh aparaturnya harus memberikan

sumber ide-ide baru, di mana pemerintah dituntut tidak hanya sebagai

pelaksana keputusan yang telah diambil melainkan harus sekaligus

merupakan sumber ide, saran dan pendapat tentang keputusan-keputusan

yang kiranya perlu diambil.

c. Sistem, pada saat ini pelaksanaan kegiatan pembangunan berdasarkan

pendekatan yang bersifat legalitas. Pendekatan yang bersifat legalitas disini

berarti bahwa dalam menghadapi masalah dan persoalan berusaha

memecahkan dengan mengeluarkan peraturan-peraturan dan apabila

Page 78: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA IV - 9

peraturan telah dikeluarkan maka persoalan menjadi terpecahkan.

Pendekatan kerja aparatur pemerintah perlu pula dirubah dari pendekatan

legalitas kepada pendekatan problem solving dan action oriented, yaitu

pendekatan yang meneliti sumber timbulnya suatu masalah dan

memecahkannya secara rasional ilmiah dan praktis, sesuai dengan

kemampuan aparatur pemerintah. Dengan demikian, peranan pemerintah

selaku inovator dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa ide yang

sudah usang, nilai-nilai sosial yang tidak sesuai, dan cara kerja lama serta

pendekatan legalitas perlu disempurnakan dan memberikan jalan kepada

norma-norma sosial yang sesuai dengan tuntutan pembangunan.

3. Pemerintah Sebagai Pelopor

Kepeloporan pemerintah dalam pembangunan adalah sangat penting, dimana

kepeloporan dalam satu bidang akan mempunyai pengaruh yang positif

terhadap bidang lainnya. Pemerintah mempelopori kegiatan-kegiatan di mana

modal dan keterampilan swasta masih terbatas sehingga lambat laun

pemerintah akan menyerahkan usaha lanjutan dari bidang tersebut kepada

pihak swasta.

Kepeloporan yang demikian akan mempunyai pengaruh yang luas pada

perluasan kesempatan kerja, perbaikan sistem pendidikan yang ada yang

disesuaikan dengan permintaan terhadap tenaga kerja pada pasaran kerja.

Kepeloporan lain yang perlu dilaksanakan oleh pemerintah adalah kepeloporan

objektifitas bertindak sehingga masyarakat akan sangat hati-hati sebelum

melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum dan norma sosial yang

yang berlaku.

4. Pemerintah Sebagai Public Service/Fasilitator

Pemerintah dalam hal ini bertindak sebagai pelayan masyarakat, di mana

beberapa keuntungan yang bisa didapatkan dengan memberikan pelayanan

yang baik kepada masyarakat diantaranya, meliputi :

a. Dengan memberikan pelayanan yang baik maka proses pembangunan yang

dilakukan oleh masyarakat akan menjadi lancar. Semakin baiknya pelayanan

yang diberikan pemerintah kepada masyarakat sudah barang tentu akan

meningkatkan iklim yang akan menumbuh suburkan usaha-usaha

masyarakat, sehingga akan memberikan tambahan biaya pembangunan bagi

pemerintah berupa pajak.

b. Kekecewaan masyarakat pada pelayanan yang diberikan pemerintah

memang tidak akan menimbulkan permasalahan secara langsung.

Kekecewaan ini akan terakumulasi dan pada saat-saat tertentu akan

meledak sebagai emosi masa yang tentunya akan merugikan.

c. Menjaga kepercayaan masyarakat, di mana dengan pelayanan yang baik

tentunya akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

Kepercayaan ini tentunya akan mendorong kinerja pemerintah ke arah yang

lebih baik.

Mengingat sektor pembangunan kota merupakan tanggung jawab dan kewenangan

pemerintah, maka organisasi fungsional otonom dan instansi vertikal didaerah tetap

memegang peranan utama. Dengan demikian instansi-instansi yang berada

langsung dibawah Sekertariat Daerah Kabupaten Agam akan lebih dominan

peranannya dari pada organisasi fungsional lainnya. Hal ini sejalan pula dengan

kewenangan dan tugas pokok yang dimiliki oleh instansi-instansi tersebut.

B. Masyarakat

Community Base Development adalah sekelompok individu manusia yang secara

sadar ataupun tidak mengikuti norma-norma dan kaidah-kaidah sosial yang

berlaku, berarti semua individu mengikuti norma-norma dan kaidah sosial

masyarakat. Masyarakat bukanlah hanya sebagai objek pembangunan saja tetapi

lebih dari itu masyarakat mempunyai peran dalam setiap proses pembangunan.

Page 79: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA IV - 10

Untuk menangkap keinginan dan kebutuhan masyarakat dalam keikutsertaannya

dalam proses pembangunan tentunya harus dibuat suatu wadah yang

mempertemukan antara berbagai keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda

tersebut. Dalam wadah pertemuan ini diperlukan anggota masyarakat yang terlatih

dan bisa bertindak sebagai fasilitator.

Fasilitator ini dituntut untuk memilah-milah kepentingan dan kebutuhan masyarakat

mana yang harus didahulukan dan mana yang masih bisa ditangguhkan. Fasilitator

ini juga harus dapat bertindak sebagai mediator dan komunikator antara kebutuhan

dan kepentingan masyarakat dengan kebutuhan dan kepentingan pemerintah.

Dengan terjadinya komunikasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat

diharapkan akan tercipta hubungan yang harmonis, dinamis dan saling mengisi

satu sama lainnya. Dengan ini tentunya beban pemerintah dalam mengemban

tugas sebagai stabilisator, inovator dan pelopor menjadi lebih ringan karena dapat

dilakukan bersama-sama dengan masyarakat.

C. Lembaga Non Pemerintah

Lembaga non pemerintah dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu lembaga non

pemerintah yang profit oriented dan lembaga pemerintah yang non profit. Lembaga

non pemerintah yang profit oriented dalam masyarakat biasanya disebut swasta,

sementara lembaga non profit dalam masyarakat biasanya disebut Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM).

Kedua lembaga non pemerintah tersebut mempunyai bidang garapan dan berguna

dalam proses-proses pembangunan. Dalam penyelenggaraan pembangunan,

pemerintah kadangkala menemui jalan buntu akibat bidang garapannya yang

terlalu luas. Dalam hal ini kedua lembaga dapat diberdayakan dengan

menjadikannya sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan.

Dalam pengambilan sikap terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah,

pihak swasta akan berpendirian selama kegiatan tersebut dapat menguntungkan

pihaknya maka mereka akan selalu mendukungnya. Sementara untuk LSM tidak

sedikit dari mereka selalu menempatkan dirinya berseberangan dengan

pemerintah, terutama jika ada konflik antara kepentingan pemerintah dengan

kepentingan masyarakat. Sikap-sikap ini bukanlah merupakan kendala, sikap

seperti ini harus dapat dimanfaatkan dalam upayanya melakukan pembangunan.

Pada sikap swasta yang selalu mementingkan keuntungan, pemerintah dapat

mengupayakan hubungan yang saling menguntungkan malah dapat membantu

pemerintah dalam fungsinya sebagai inovator. Dalam sikap LSM yang kadangkala

apriori terhadap pemerintah juga bukanlah merupakan kendala dan sikap tersebut

bisa dijadikan sebagai media kontrol yang dapat menilai kinerja pembangunan.

4.4 Pedoman Pengendalian Pembangunan

Pengendalian pembangunan menurut Permendagri No. 9 tahun 1982 tentang

Pedoman dan Pengendalian Pembangunan di Daerah adalah proses kegiatan yang

megikuti, mengamati dan mendudukan pelaksanaan pembangunan di lapangan.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.

327/KPTS/M/2002 tanggal 12 Agustus Tahun 2002 tentang “Penetapan Enam

Pedoman Penyusunan Tata Ruang”, pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota

diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan

ruang berdasarkan mekanisme, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif,

pemberian kompensasi, mekanisme pelaporan, pemantauan, evaluasi dan mekanisme

pengenaan sanksi.

Penyusunan Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang ini dimaksudkan

sebagai pengendalian umum kaitannya dengan penyusunan Rencana Detail Tata

Ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua tahun 2005 – 2010, yaitu

sebagai upaya untuk meningkatkan fungsi dan pemanfaatan ruang sebagai acuan

praktis pelaksanaan pembangunan.

4.4.1 Mekanisme Perijinan

Perijinan yang dimaksud sebagai konfirmasi atas pemanfaatan ruang dalam

proses pengendalian pemanfaatan ruang. Sesuai dengan jenjang dan skala rencana

Page 80: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA IV - 11

tata ruang yang ada. Pada dasarnya dapat ditegaskan bahwa rencana tata ruang

yang dapat dijadikan acuan untuk menerbitkan suatu jenis ijin dalam pemanfaatan

ruang adalah rencana tata ruang yang lebih detail sifatnya untuk tingkat kawasan atau

kecamatan. Perijinan harus disesuaikan dengan tingkat rencana tata ruang yang

diacu, seperti Ijin Prinsip, Ijin Perencanaan, IMB, Ijin UUG/HO, AMDAL, Ijin tetap, Ijin

Usaha, dan Ijin tempat Usaha (SITU). Perijinan yang terkait langsung dengan

pemanfaatan ruang adalah Ijin Lokasi, Ijin Perencanaan, dan Ijin Mendirikan

Bangunan (IMB). Jenis ijin dan/atau pertimbangan kelayakan lingkungan adalah Ijin

Undang-Undang Gangguan (IUUG/HO), dan/atau Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL), sedangkan perijinan sektoral yang terkait dengan legalitas

usaha atau investasi, yaitu Ijin Prinsip, Ijin Tetap, dan Ijin Usaha.

Seringkali berbagai perijinan secara bersama-sama diterapkan dan

diintegrasikan ke dalam proses perijinan pertanahan, mulai dari ijin lokasi hingga

prosedur pengajuan/pemberian hak atas tanah (Hak Bangunan, Hak Guna Usaha,

dan/atau Hak Milik). Sesuai dengan hirarki rencana tata ruang, penertiban ijin dalam

pemanfaatan ruang harus mengacu pada rencana makro (skala kota/kabupaten) dan

rencana yang lebih rinci yaitu :

o RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kota, skala 1 : 100.000 – 1 : 50.000

digunakan sebagai acuan penertiban perijinan lokasi peruntukan ruang untuk suatu

kegiatan.

o RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota/Kawasan), skala 1 : 10.000 – 1: 5.000,

digunakan sebagai acuan penertiban perijinan perencanaan pembangunan (advis

planning) bangunan dan bukan bangunan.

o RTRK (Rencana Teknik Ruang Kota/Kawasan), skala 1 : 1.000 – 1 : 500, digunakan

sebagai acuan penertiban perijinan tata letak dan rancang bangun/bukan bangunan

termasuk Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).

Secara umum mekanisme perijinan pemanfaatan ruang dapat dilihat pada

Gambar 4-2.

Gambar 4-2

MEKANISME PERIJINAN PEMANFAATAN RUANG

4.4.2 Mekanisme Pemberian Insentif dan Disinsentif

Permohonan Ijin

Penugasan Evaluasi Evaluasi Dokumen

Melengkapi Kekurangan

Dokumen

Presentasi

Dokumen Tidak Dilengkapi

Surat Permintaan Pengadaan Presentasi

Merekomendasikan Permintaan

Diadakan Presentasi

Melakukan Kunjungan Lapangan Serta Evaluasi

Terhadap Presentasi Tersebut

Tata Ruang

Tidak Sesuai

Merekomendasikan Pemberian Ijin

Penerbitan Surat Ijin

Tdk Dpt Dilaksanakan Pemanfaatan

Ruang

Sesuai

Merekomendasikan Pemberian

Ijin

Penerbitan Surat Ijin

Dapat Dilaksanakan Pemanfaatan

Ruang Pengawasan Pelaksanaan

Pemanfaatan Ruang dan Evaluasi

Laporan Pemantauan

Penugasan Pengawasan

Pemanfaatan Ruang dan Evaluasi Laporan

Premantauan

Pemantauan

Laporan Hasil Evaluasi Pelanggaran

Pemanfaatan Ruang

WALIKOTA/ BUPATI INSTANSI TERKAIT

Indikasi Penyimpangan

Tdk Ada

PEMRAKARSA

Ada Merekomendasikan Penolakanan

Kegiatan Pemanfaatan Ruang Berlanjut

Stop Pemanfaatan

Ruang

Surat Pencabutan Ijin

Merekomendasikan Pemberian

Ijin

Page 81: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA IV - 12

A. Insentif :

1. Tujuan, mengatur dan memberikan rangsangan terhadap kegiatan yang sesuai

dengan rencana tata ruang wilayah.

2. Pertimbangan Pemberian Insentif

a. Kawasan Prioritas :

- Kawasan dengan tingkat perkembangan yang cepat, meliputi kawasan

yang memiliki potensi sumber daya unggulan dan kawasan perkotaan.

- Kawasan dengan tingkat perkembangan yang lambat, meliputi sebagian

desa tertinggal dan Daerah terisolir, namun memiliki potensi sumber daya

unggulan.

- Kawasan yang mempunyai potensi khusus dan perlu dipromosikan

perkembangannya.

b. Kawasan Andalan

Kawasan yang diprioritaskan perkembangannya secara nasional

berdasarkan pendekatan sektor unggulan

Bentuk Insentif.

Di bidang ekonomi dalam bentuk pemberian kompensasi pembebasan

pajak dan pemberian kemudahan sewa ruang dan atau urusan saham.

Di bidang fisik dalam bentuk pembangunan dan pengadaan sarana dan

prasarana sosial ekonomi (jaringan jalan, jaringan listrik dan

telekomunikasi) dan infrastruktur lainnya.

Di bidang perijinan dalam bentuk mempermudah prosedur administrasi

pemberian ijin pemanfaatan ruang.

Di bidang pelayanan informasi dalam bentuk mempermudah pemberian

data/ informasi yang diberikan dengan perencanaan dan pemanfaatan

ruang.

B. Disinsentif

a. Tujuan, mengendalikan dan membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan

yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

b. Pertimbangan Pemberian Disinsentif.

Kawasan berpotensi konflik dalam pemanfaatan ruang, seperti tumpang

tindih rencana dan pemanfaatan ruang.

Kawasan pembatas dan kawasan penyangga.

Kawasan rawan bencana.

Kegiatan-kegiatan yang berlokasi pada kawasan lindung.

c. Bentuk Disinsentif

Bidang ekonomi (pengenaan pajak yang tinggi)

Bidang fisik (membatasi atau tidak menyediakan srana dan prasarana)

Bidang teknis bangunan/persyaratan bangunan (KDB/KLB), dan tata

bangunan.

Bidang perijinan (pembatasan perijinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang

yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang atau pembatalan).

4.4.3 Mekanisme Pemberian Kompensasi.

Berupa mekanisme penggantian yang diberikan kepada masyarakat pemegang

hak atas tanah, hak pengelolaan sumber daya alam seperti hutan, tambang dan

bahan galian, kawasan lindung yang mengalami kerugian akibat perubahan nilai ruang

dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)

Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua.

4.4.4 Mekanisme Pelaporan

Mekanisme pelaporan dalam pengawasan adalah berupa pemberian informasi

obyektif mengenai pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai

Pua tahun 2006-2010.

Pada dasarnya, seluruh pelaku kunci (stakeholders) pembangunan dapat

dilibatkan. Jenis pelaporan apapun yang dilakukan oleh seluruh pihak yang apresiatif

terhadap kualitas tata ruang, perlu ditindaklanjuti dalam kegiatan pemantauan,

Page 82: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA IV - 13

khususnya bagi laporan yang menunjukkan adanya pembangunan yang tidak sesuai

dengan RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua.

Secara kelembagaan, pelaporan wajib dilakukan dan/atau dikoordinasikan oleh

Pemerintah Kabupaten Agam secara rutin dalam rangka pengendalian pemanfaatan

ruang. Untuk lebih jelasnya, mekanisme pelaporan dapat dilihat pada gambar 4-3.

4.4.5 Mekanisme Pemantauan

Pemantauan adalah usaha atau tindakan mengamati, mengawasi, dan

memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak

sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan

Sungai Pua.

Sebagaimana dalam usaha pelaporan, maka usaha mengamati, mengawasi

dan memeriksa perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan menjadi kewajiban

perangkat Pemerintah Kabupaten Agam sebagai kelanjutan dari temuan pada

proses pelaporan. Disini juga tidak tertutup kemungkinan pelaksanaan hak dan

kewajiban masyarakat untuk berperan serta dalam pemantauan tata ruang, yang

kemudian bersama-sama dengan perangkat Pemerintah Kabupaten Agam

menindaklanjuti hasil pemantauan sesuai proses dan prosedur yang berlaku.

Pada prinsipnya, pemantauan rutin terhadap perubahan Tata Ruang Kota

Sariak (Ibukota Kecamatan Sungai Pua) dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Agam

melalui pelaporan yang masuk, baik yang berasal dari individu/masyarakat, organisasi

kemasyarakatan, aparat daerah, hasil penelitian, statistik dan lainnya. Diagram

mekanisme pemantauan dan pengawasan dapat dilihat pada gambar 4-4.

Gambar 4-3

MEKANISME PELAPORAN PEMANFAATAN RUANG

Berakibat Pada Perubahan Pola Pemanfaatan Ruang

(Sesuai atau Tdk Sesuai Dengan Rencana Tata

Ruang) Data Instansi (sekunder) dan data lapangan

(primer)

Tdk Sesuai Dengan

Pemanfaatan Ruang

Pelaporan Perubahan Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan Ruang (Program Pembangunan dan

Intensif/Disintensif)

Sesuai Dengan Pemanfaatan Ruang

Pemantauan Pelanggaran Pemanfaatan Ruang

Kegiatan dan Fungsi Ruang Dilanjutkan

Pelanggaran Pemanfaatan Ruang

Akumulasi Penyimpangan

Pemanfaatan Ruang

Tipologi

Pelanggaran

Akibat yang ditimbulkan oleh

terjadinya pelanggaran

pemanfaatan ruang

Penyebab Pelanggaran

dan penanggungjawab pelanggaran (dari perijinan

yg dikeluarkan)

Penyusunan Daftar Indikasi Pelanggaran/Penyimpangan Pemanfaatan

Ruang (Tipologi dan Lokasi)

Pemantauan Pelanggaran Pemanfaatan Ruang

Tipologi penyimpangan

tata ruang (besaran,

kecenderungan dan arah

pergeseran ruang).

Penyimpangan Tata Ruang (Pemanfaatan dan Struktur Ruang

Jenis Pelanggaran

(bentuk bangunan, fungsi

bangunan,

sempadan bangunan, dll)

Page 83: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA IV - 14

Gambar 4-4

MEKANISME PEMANTAUAN PEMANFAATAN RUANG

4.4.6 Mekanisme Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan sebagai usaha untuk menilai kemajuan kegiatan

pemanfaatan ruang dalam mencapai tujuan rencana tata ruang. Evaluasi dilakukan

secara terus menerus dan pada akhirnya tahun disajikan melalui gambaran kondisi

tata ruang.

Evaluasi merupakan fungsi dan tugas rutin perangkat Pemerintah Kabupaten

Agam dengan masukan dan bantuan aktif dari masyarakat dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan. Kegiatan utama evaluasi adalah membandingkan antara temuan

hasil pemantauan lapangan dengan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan

Ibukota Kecamatan Sungai Pua. Diagram mekanisme evaluasi pemanfaatan ruang

pada gambar 4-5.

4.4.7 Mekanisme Pengenaan Sanksi

Pengenaan sanksi adalah untuk menertibkan pelanggaran terhadap

pemanfaatan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Bentuk sanksi adalah

sanksi administrasi, sanksi perdata, dan sanksi pidana. Pengenaan sanksi dilakukan

berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang sanksi yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Mengingat bahwa RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

berbentuk rencana struktur dan pola tata ruang serta arahan yang ditetapkan tidak

digunakan secara langsung dalam pemberian perijinan pembangunan, maka tindakan

penertiban dengan pengenaan sanksi harus mengacu kepada rencana tata ruang

yang lebih rinci dan/atau pedoman penataan ruang dan penataan bangunan sesuai

dengan penggunaannya sebagai acuan operasional pelayanan perijinan pemanfaatan

ruang, namun dengan tetap memperhatikan rencana sturktur dan arahan yang

ditetapkan di dalam RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua.

a. Sanksi Administrasi dan Pembatalan Kebijakan Daerah

Penyusunan Daftar Pelanggaran/ Penyimpangan Pemanfaatan Ruang (Tipologi dan Lokasi).

Penyelidikan Lapangan, yaitu penyesuaian atau klarifikasi bukti pelanggaran yang telah

ada pada tim penyidik dengan yang ada pada penguasa lahan atau bangunan

Pembentukan Tim Penyidik Pelanggaran Pemanfaatan Ruang

Pelaporan Pola Pemanfaatan Ruang

Rumusan klarifikasi penyimpangan/pelanggaran pemanfaatan ruang (jenis, akibat, sebab dan

penanggungjawab)

Laporan Kepada Bupati/Walikota

untuk

ditindaklanjuti

Evaluasi pemanfaatan ruang untuk merumuskan tindakan penertiban

Pemberitahuan kepada instansi

terkait untuk mempersiapkan

langkah selanjutnya

Tipologi Pemberitahuan kepada pelaku

pelanggaran untuk

persiapan pertanggungjawaban

Page 84: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA IV - 15

Sanksi administrasi dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang yang berakibat

pada terhambatnya pelaksanaan program pemanfaatan ruang. Sanksi administrasi

dapat berupa :

o Penghentian sementara pelayanan administratif.

o Penghentian sementara pemanfaatan ruang di lapangan.

Gambar 4-5

MEKANISME EVALUASI PEMANFAATAN RUANG

o Denda administratif.

o Pengurangan luas pemanfaatan ruang.

o Pencabutan ijin pemanfaatan ruang.

b. Sanksi Pidana dan Perdata

Dalam pelaksanaan tugas penyidikan, para pejabat penyidik berwenang :

o Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindakan

pidana.

o Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan

pemeriksaan.

o Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri

tersangka.

o Melakukan penyitaan benda dan atau surat.

o Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.

o Memanggil seseorang untuk dijadikan tersangka atau sanksi.

o Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara.

o Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum bahwa

tidak terdapat cukup bukti, atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindakan

pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut

kepada Penuntut Umum, tersangka dan keluarganya.

o Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bisa dipertanggungjawab-kan.

Setiap orang yang melanggar ketentuan yang diatur di dalam rencana tata

ruang, dapat diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda

sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah). Selain itu, tindak pidana atas

pelanggaran pemanfaatan ruang yang mengakibatkan perusakan dan pencemaran

lingkungan serta kepentingan umum lainnya dikenakan ancaman pidana sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Diagram mekanisme

pengenaan sanksi dapat dilihat pada gambar 4-6.

Rumusan klarifikasi simpangan/pelanggaran

pemanfaatan ruang (hasil pemantauan pelanggaran

pemanfaatan ruang)

Tipologi penyimpangan tata ruang (hasil

pelaporan penyimpangan tata ruang)

Evaluasi Pemanfaatan Ruang

Penertiban pelanggaran dan penyimpangan

Tidak direvisi (Penyimpangan masih

dalam batas dapat diterima)

Direvisi (pentimpangan

tidak dapat diterima)

Evaluasi terhadap rencana tata ruang Evaluasi terhadap

lembaga pemberi ijin

Usulan bentuk penertiban terhadap pelanggaran

(berhenti, bongkar, cabut ijin dll).

Penilaian perlu tidaknya revisi rencana tata ruang

Evaluasi terhadap pemanfaatan

ruang

Page 85: Buku laporan Rencana merupakan laporan akhir dari serangkaian ...

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Sungai Pua

LAPORAN RENCANA IV - 16

Gambar 4-6 MEKANISME PENERAPAN SANKSI

Usulan Bentuk Penertiban

Hasil Evaluasi Pelanggaran Pemanfaatan Ruang

Penetapan Pelaksanaan Sanksi oleh Bupati

Sanksi Tdk Terlaksana

Sanksi Administrasi

Penyerahan Kasus ke Pengadilan

Pembuktian Hukum dan Penetapan Sanksi

Oleh Lembaga Peradilan

Aparat Pemerintah :

Teguran

Pemecatan

Denda

Mutasi

Sanksi Terlaksana

Pemeriksaan Pelaksanaan Sanksi

Sanksi Pidana

Masyarakat :

Teguran

Pencabutan Ijin

Penghentian Pembangunan

Pembongkiaran

Tuntutan Masyarakat

Sanksi Perdata

Pelaksanaan :

Sukarela

Pemaksanaan

Dengan Persyaratan

Penertiban Terlaksana