Buku saku muharrik masjid lengkap

46
Buku Saku MUHARRIK MASJID Pedoman bagi Penggerak Masjid Tim Penyusun: LTM NU dan PP Lakpesdam NU 2013

description

Buku Saku Mukharrik Masjid

Transcript of Buku saku muharrik masjid lengkap

Page 1: Buku saku muharrik masjid lengkap

Buku Saku

MUHARRIK MASJID Pedoman bagi Penggerak Masjid

Tim Penyusun: LTM NU dan PP Lakpesdam NU

2013

Page 2: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

1

Buku Saku

MUHARRIK MASJID Pedoman bagi Penggerak Masjid

Tim Penyusun:

LTM NU dan PP Lakpesdam NU 2013

Page 3: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

2

DAFTAR ISI BAB I Faham Aswaja dan Gerakan NU

A. Apa itu Aswaja | 4 B. Aswaja ala NU | 6 C. NU: Kebangkitan Ulama Menentang Wahabi | 7 D. Karakter Gerakan Aswaja | 9 E. Aswaja dalam Tataran Praktis | 12

BAB II Revitalisasi Masjid dan Posisi Muharrik

A. Revitalisasi Masjid ala LTM NU | 15 B. Siapa itu Muharrik Masjid | 19 C. Posisi Muharrik di Hadapan Allah SWT | 20 D. Peran dan Tugas Utama | 21

BAB III Organisasi dan Administrasi Keuangan

A. Karakteristik Masjid NU | 23 B. Struktur Organisasi Masjid NU | 24 C. Sumber Keuangan Masjid | 30 D. Dana Keluar untuk Apa Saja? | 32 E. Laporan Keuangan Masjid | 33

BAB IV Aksi Memakmurkan Masjid

A. Masjid sebagai Tempat Ibadah | 36 B. Masjid sebagai Tempat Pendidikan | 37 C. Masjid sebagai Pusat Pemberdayaan Ekonomi |

38 D. Masjid sebagai Tempat Pelayanan Sosial | 39

Page 4: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

3

BAB V Memperkuat Kelembagaan dan Jaringan

A. Sertifikasi dan Nazhir NU | 40 B. Membuat Database Jamaah | 41 C. Jaringan Kerjasama antar Masjid | 43

DAFTAR PUSTAKA | 45

Page 5: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

4

BAB I

Faham Aswaja dan Nahdlatul Ulama

A. Apa itu Aswaja?

Kata “Aswaja” adalah kepanjangan dari Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Ahlus Sunnah artinya orang-orang yang menganut atau mengikuti sunnah Rasulullah Muhammad saw. Sedangkan, Wal Jamaah berarti mayoritas umat atau mayoritas sahabat Rasulullah Muhammad saw. Jadi, definisi Ahlus Sunnah Wal Jamaah yaitu orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan mayoritas sahabat (ma ana ‘alaihi wa ashhabi), baik di dalam syariat (hukum Islam) maupun akidah dan tasawuf.

Istilah Aswaja ini muncul ketika Rasulullah menjelaskan di hadapan para Sahabat tentang adanya berbagai model firqah (kelompok) dalam Islam. Nabi Muhammad menjelaskan, umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan. Semua tidak ada yang selamat dari api neraka, kecuali satu kelompok, yaitu Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Aswaja). Sabda Rasulullah ini setidaknya dilansir dalam 6 riwayat hadits. Semuanya dapat dijadikan dalil yang kuat, karena tidak ada yang tergolong hadis dloif (lemah). Dari keenam hadits tersebut, ada yang hadits shohih, ada pula hadits hasan.

Page 6: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

5

Dari beberapa riwayat itu, ada yang secara tegas menyebutkan istilah Ahlus Sunnah Wal Jamaah atau Jamaah. Ada pula yang menyebutkan: maa ana alaihi wa ashhabi. Sebutan yang terakhir inilah yang paling banyak riwayatnya. Di antara kutipan Sabda Rasulullah tersebut adalah:

لبأتین على “ : عن عبد اهللا بن عمرو قال قال رسول اهللا صلى اهللا علیھ وسلمأمتي ما أتى على بني اســــرائیل حذو النعل بالنعل حتى ان كان منھم من بأتي

وان بني اســـرائیل تفرقت على ثنتین , أمھ عالنیة لكان في أمتي من یصنع ذالك ـبعین ملة كلھم فى النار اال واحدة وتفترق أمتي على ثالث وسـ, وســبعین ملة

الترمذي و . (“وأصـــحابي مـــا أنا علیھ“ : ؟ قال قالوا ومن ھي یا رسول اهللا .)حـــسن بشــواھد كثیرة. اآلجري والال لكائي وغیرھم

Artinya: Dari Abillah Bin ‘Amr berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Akan datang kepada umatku sebagaimana yang terjadi kepada Bani Israil. Mereka meniru perilakuan seseorang dengan sepadannya, walaupun diantara mereka ada yang menggauli ibunya terang-terangan niscaya akan ada diantara umatku yang melakukan seperti mereka. Sesungguhnya bani Israil berkelompok menjadi 72 golongan. Dan umatku akan berkelompok menjadi 73 golongan, semua di neraka kecuali satu. Sahabat bertanya; siapa mereka itu Rasulullah? Rasulullah menjawab: “Apa yang ada padaku dan sahabat-sahabatku “ (HR. At-Tirmidzi, Al-Ajiri, Al-lalkai. Hadits hasan)

ان بني “ : قال رســول اهللا صــلى اهللا علیھ وســلم : عن أنس بن مــالك قال وان أمتي ستفترق على ثنــتین , اســرائیل افترقت على احدى وســبعین فرقة

Page 7: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

6

ابن ماجھ وأحمد ( “ وھي الجمــاعة , وسبعین فرقــة كلھا في النار اال واحدة ). ھذا اســـناد جید. والال لكائي وغیرھم

Artinya: Dari Anas bin Malik berkata, rasulullah SAW bersabda; “Sesungguhnya bani Israil akan berkelompok menjadi 71 golongan dan sesungguhnya umatku akan berkelompok menjadi 72 golongan, semua di neraka kecuali satu yaitu al-jamaah”. (HR. Ibn Majah, Ahmad, al-Lakai dan lainnya. Hadits dengan sanad baik). B. Aswaja ala NU

KH. Hasyim Asy’ari, Rais Akbar Nahdlatul Ulama memberikan gambaran tentang Aswaja sebagaimana ditegaskan dalam Qanun Asasi. Aswaja versi NU yaitu golongan orang-orang yang mengikuti mazhab berikut ini:

1. Bidang fikih atau hukum Islam, mengikuti salah satu dari empat mazhab: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali.

2. Bidang teologi, mengikuti pendapat Abu Hasan al-asy’ari atau Abu Manshur al-Maturidi.

3. Bidang tasawuf, mengikuti pendapat Imam al-Ghazali atau Imam Junaid al-Baghdadi.

Penjelasan KH. Hasyim Asy’ari tentang Aswaja versi NU ini dapat dipahami dalam dua kerangka makna. Pertama, penjelasan Aswaja ala KH Hasyim Asy’ari ini tidak dilihat dari pandangan definitif (ta’rif), tapi lebih menekankan pada penjelasan makna Aswaja dengan cara yang lebih mudah

Page 8: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

7

dapat dipahami dan diamalkan oleh masyarakat pada umumnya. Ini dilakukan, karena memang secara definitif redaksional, para ulama berbeda pendapat dalam memaknai Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Tetapi, muaranya adalah sama yaitu: ma ana alaihi wa ashabii.

Kedua, pemaknaan Aswaja ini merupakan bagian dari perlawanan terhadap gerakan Wahabiyah yang digelorakan oleh kerajaan Arab Saudi. Gerakan Wahabi ini mengumandangkan konsep kembali kepada al-Quran dan hadis. Dengan begitu, konsekwensinya adalah beragama dengan tanpa mazhab dan anti taqlid. Aswaja ala NU yang menganjurkan umat Islam untuk bermazhab itu menjadi antitesa dari Wahabi. Penjelasan aswaja versi NU dapat dipahami, bahwa untuk memahami al-Qur’an dan hadis perlu penafsiran para Ulama yang memang ahlinya. Karena itu, penting bagi umat Islam untuk bermazhab atau bertaqlid pada pendapat ulama. C. NU: Kebangkitan Ulama Menentang Wahabi

Sejak dari lahir, NU bersikap tegas menolak Wahabi. Saat itu, Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal, yakni Wahabi di Mekah. Bahkan, berdasarkan ajaran Wahabi, raja mengeluarkan kebijakan hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak diziarahi, karena dianggap bid’ah. Bahkan, makam Rasulullah Muhammad juga termasuk kawasan yang harus dihancurkan.

Page 9: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

8

Gagasan kaum Wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab (Wahabi) dan penghancuran warisan peradaban Islam di tanah suci, hanya gara-gara dianggap bid’ah.

Akibat sikap yang berbeda ini, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres al-Islam di Yogyakarta 1925. Karena itu, kalangan pesantren juga secara otomatis tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu’tamar ‘Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan rencana keputusan Raja Ibnu Saud tersebut.

Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hijaz. Komite ini dipimpin oleh KH. Wahab Hasbullah (Ketua).

Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hijaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud akhirnya mengurungkan niatnya. Hasilnya, hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing-masing. Itulah peran pertama kalangan pesantren di kancah

Page 10: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

9

internasional. Kalangan pesantren berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta warisan peradaban Islam yang sangat berharga.

Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc (sementara), maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar. D. Karakter Gerakan Aswaja

Ada tiga ciri utama ajaran Ahlussunnah wal Jamaah atau kita sebut dengan Aswaja yang selalu diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya: Pertama, at-tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Ini disarikan dari firman Allah SWT: وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شھداء على الناس ویكون الرسول علیكم شھیدا “Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi

Page 11: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

10

(ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian.” (QS al-Baqarah: 143). Kedua, at-tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits). Firman Allah SWT:

لقد أرسلنا رسلنا بالبینات وأنزلنا معھم الكتاب والمیزان لیقوم الناس بالقسط “Sunguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti kebenaran yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS al-Hadid: 25) Ketiga, al-i'tidal atau tegak lurus. Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:

ال یجرمنكم شنآن قوم على یا أیھا الذین آمنوا كونوا قوامین للھ شھداء بالقسط و أال تعدلوا اعدلوا ھو أقرب للتقوى واتقوا اللھ إن اللھ خبیر بما تعملون

“Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena

Page 12: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

11

keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Maidah: 8) Selain ketiga prinsip ini, golongan Aswaja juga mengamalkan sikap tasamuh atau toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah SWT:

فقولا لھ قوال لینا لعلھ یتذكر أو یخشى “Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-mudahan ia ingat dan takut.” (QS. Thaha: 44) Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT kepada Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS agar berkata dan bersikap baik kepada Fir'aun. Al-Hafizh Ibnu Katsir (701-774 H/1302-1373 M) ketika menjabarkan ayat ini mengatakan, "Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS kepada Fir'aun adalah menggunakan perkataan yang penuh belas kasih, lembut, mudah dan ramah. Hal itu dilakukan supaya lebih menyentuh hati, lebih dapat diterima dan lebih berfaedah". (Tafsir al-Qur'anil 'Azhim, juz III hal 206).

Page 13: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

12

E. Aswaja dalam Tataran Praktis

Dalam tataran praktis, sebagaimana dijelaskan KH Ahmad Shiddiq bahwa prinsip-prinsip ini dapat terwujudkan dalam beberapa hal sebagai berikut: (Lihat Khitthah Nahdliyah, hal 40-44). 1. Akidah.

a. Keseimbangan dalam penggunaan dalil 'aqli dan dalil naqli.

b. Memurnikan akidah dari pengaruh luar Islam. c. Tidak gampang menilai salah atau menjatuhkan

vonis syirik, bid'ah apalagi kafir. 2. Syari'ah

a. Berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Hadits dengan menggunanakan metode yang dapat dipertanggung­jawabkan secara ilmiah.

b. Akal baru dapat digunakan pada masalah yang yang tidak ada nash yang je1as (sharih/qotht'i).

c. Dapat menerima perbedaan pendapat dalam menilai masalah yang memiliki dalil yang multi-interpretatif (zhanni).

3. Tashawwuf/ Akhlak

a. Tidak mencegah, bahkan menganjurkan usaha memperdalam penghayatan ajaran Islam, selama

Page 14: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

13

menggunakan cara-cara yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam.

b. Mencegah sikap berlebihan (ghuluw) dalam menilai sesuatu.

c. Berpedoman kepada Akhlak yang luhur. Misalnya sikap syaja’ah atau berani (antara penakut dan ngawur atau sembrono), sikap tawadhu' (antara sombong dan rendah diri) dan sikap dermawan (antara kikir dan boros).

4. Pergaulan antar golongan

a. Mengakui watak manusia yang senang berkumpul dan berkelompok berdasarkan unsur pengikatnya masing-masing.

b. Mengembangkan toleransi kepada kelompok yang berbeda.

c. Pergaulan antar golongan harus atas dasar saling menghormati dan menghargai.

d. Bersikap tegas kepada pihak yang nyata-nyata memusuhi agama Islam.

5. Kehidupan bernegara

a. NKRI (Negara Kesatuan Republik Indanesia) harus tetap dipertahankan karena merupakan kesepakatan seluruh komponen bangsa.

b. Selalu taat dan patuh kepada pemerintah dengan semua aturan yang dibuat, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama.

Page 15: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

14

c. Tidak melakukan pemberontakan atau kudeta kepada pemerintah yang sah.

d. Kalau terjadi penyimpangan dalam pemerintahan, maka mengingatkannya dengan cara yang baik.

6. Kebudayaan

a. Kebudayaan harus ditempatkan pada kedudukan yang wajar. Dinilai dan diukur dengan norma dan hukum agama.

b. Kebudayaan yang baik dan ridak bertentangan dengan agama dapat diterima, dari manapun datangnya. Sedangkan yang tidak baik harus ditinggal.

c. Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan (al-muhafazhatu 'alal qadimis shalih wal akhdu bil jadidil ashlah).

7. Dakwah

a. Berdakwah bukan untuk menghukum atau memberikan vonis bersalah, tetapi mengajak masyarakat menuju jalan yang diridhai Allah SWT.

b. Berdakwah dilakukan dengan tujuan dan sasaran yang jelas.

c. Dakwah dilakukan dengan petunjuk yang baik dan keterangan yang jelas, disesuaikan dengan kondisi dan keadaan sasaran dakwah.

Page 16: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

15

BAB II REVITALISASI MASJID DAN POSISI MUHARRIK

A. Revitalisasi Masjid ala LTM NU

Keberadaan masjid begitu penting di mata umat Islam sehingga jumlah masjid begitu banyak. Di negeri yang dihuni mayoritas umat Islam ini, jumlah masjid dan musola mencapai 1.070.000 (Kementerian Agama RI, 2009). Bahkan, berdasarkan data Lazuardi Biru tahun 2010, kurang lebih 80 persennya adalah menggunakan amaliyah ala NU dalam hal beribadah. Misalnya, qunut saat sholat subuh, wirid setelah imam salam, adzan Jumat dilakukan dua kali, dan sebagainya. Masjid dan mushola dalam kehidupan sehari-hari, tak ubahnya dimaknai hanya sebagai bangunan tempat shalat, tak lebih dari itu. Sayang sekali, padahal peran dan fungsi masjid sangat strategis, baik secara vertikal (habl min Allah) maupun horizontal (habl min al-nas). Ini ditunjukkan Rasulullah SAW saat berhijarah ke Madinah. Langkah pertama yang dia tempuh adalah membangun Masjid Nabawi, yang berlantaikan tanah dengan atap pelepah kurma. Mulai dari situ, Nabi Muhammad mengajarkan kepada para sahabat tentang aqidah Islam. Ternyata tidak berhenti di situ, Rasulullah Muhammad juga menjadikan masjid sebagai sentrum kegiatan, mulai dari dakwah, pendidikan, pemberdayaan masyarakat, pengembangan ekonomi, serta pelayanan sosial. Tak heran

Page 17: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

16

bila di kemudian hari, Masjid Nabawi mengangkat kota Madinah sebagai pusat peradaban. Begitu besar pengaruh masjid dalam kehidupan masyarakat. Inilah yang alpa dari keberadaan masjid dewasa ini. Fungsi dan peran masjid yang begitu besar, hanya dikerdilkan sebagai tempat shalat. Ini bisa terjadi karena adanya beberapa masalah yang melingkupinya. Pertama, pengelola masjid yang tidak kompeten. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ada yang bertani, berdagang, PNS, guru dan sebagainya. Mereka tidak fokus dalam mengurus dan mengelola masjid. Bahkan, mereka tidak mempunyai kemampuan dalam manajerial dan keuangan. Akibatnya, masjid dibiarkan begitu saja, hanya digunakan tempat shalat belaka. Padahal, banyak potensi yang perlu digali dan dikembangkan lebih lanjut. Kedua, penelantaran masjid. Karena tidak dikelola dengan optimal, masjid menjadi terlantar. Tidak ada riuh aktifitas, selain sholat. Keprihatinan ini mengundang “orang luar” yang punya kepedulian. Mereka membantu takmir masjid dalam mengelola masjid dan memakmurkannya dengan berbagai aktifitas dan even. Namun, ternyata belakangan ini mereka diketahui memiliki agenda lain selain memakmurkan masjid, yaitu memasukkan faham dan ideologi mereka kepada para jamaah. Bahkan, mereka perlahan tapi pasti, merubah amaliyah ubudiyah yang selama ini sudah dipraktikkan di masjid tersebut. Kebanyakan korbannya adalah masjid-masjid yang amaliyahnya ala NU, mereka ubah dengan alasan klise, bid’ah.

Page 18: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

17

Ketiga, konflik antar pengelola. Konflik ini bisa terjadi antara pengurus yayasan dengan takmir masjid. Ada juga antara nazhir (masjid wakaf) dengan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM). Bisa juga konflik disulut oleh perbedaan pendapat atau pendapatan antar pengurus masjid. Bahkan, dalam beberapa kasus, konflik terjadi antara pengurus masjid dengan jamaah. Ini semua berimbas pada eksistensi masjid, yang seharusnya berfungsi dan berperan secara optimal, menjadi tidak lagi bernilai strategis. Sayang sekali jika permasalahan yang mengitari masjid ini terus berlarut-larut. Harusnya segera dapat diatasi. Sebab, belakangan ini masjid-masjid ini dijadikan tempat rebutan oleh aliran-aliran baru bercokol di Indonesia, terutama yang berhaluan Wahabi Salafi. Aliran ini menyadari bahwa masjid merupakan tempat yang paling strategis bagi perjuangan mereka. Aliran tersebut kerap mem-bid’ah kan, dan mengkafirkan tradisi amaliyah keagamaan warga NU. Kenyataan inilah yang menyulut keprihatinan Lembaga Takmir Masjid (LTM) Nahdlatul Ulama (NU). Bagaimanapun, NU punya andil besar dan tanggung jawab dalam menyelesaikan masalah ini. Masjid dan musola yang tersebar dari kota sampai ke pelosok desa ini tak lepas dari keberadaan dan peran serta warga Nahdliyin, baik sebagai pendiri, pengelola, ataupun jamaah biasa. Meski begitu, kebanyakan masjid-masjid tersebut tidak menunjukkan identitas secara tegas, misalnya dengan mamasang plang atau papan nama yang menandakan, ini adalah masjid NU. Maka, tidak heran, bila ada beberapa masjid yang dulunya menggunakan amaliyah NU, belakangan berubah haluan.

Page 19: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

18

Untuk itu, dalam rangka mengoptimalkan fungsi dan mempertigas identitas NU di masjid, LTM NU terpanggil dan berkewajiban untuk melakukan beberapa langkah. Pertama, membangkitkan kembali semangat militansi ke-NU-an di setiap level: PWNU, PCNU, MWC dan Pengurus Ranting NU di seluruh Indonesia. Kedua, masjid dan Musholla sebagai tempat ibadah, dipandang strategis untuk dimakmurkan. LTM-NU berkewajiban membangun kepemimpinan dan perkhidmatan di wilayahnya masing-masing, karena kepengurusan NU sudah berada di jabhatil ma’rikah (medan pertempuran dalam konteks perebutan masjid). Karena itu, kepemimpinan NU khususnya Pengurus LTM-NU harus menjadi qo’idul ummah wa khodimuhu (pemimpin dan pelayan umat). Ketiga, Sebagai pemimpin umat di jajaran kepengurusan NU, maka kepada Pengurus LTM NU sudah saatnya bermental sebagai muharrik (sang penggerak) yang mampu menggerakkan jama’ahnya dan membangun generasi penerus NU di masjid-masjid dan musholla-musholla sebagai basis gerakannya. Muharrik ini harus mampu menjalankan 7 agenda revitalisasi masjid yang telah didesain oleh LTM NU, yaitu: 1. Masjid sebagai pusat gerakan pemeliharaan aqidah 2. Masjid sebagai pusat pelayanan dan kesehatan umat 3. Masjid sebagai pusat keilmuan, pemikiran, dan

pendidikan 4. Masjid sebagai pusat Pemberdayaan ekonomi 5. Masjid sebagai pusat dakwah islam rahmatan lil alamin

Page 20: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

19

6. Masjid sebagai pusat gerakan kepedulian sosial 7. Masjid sebagai tempat berdoa dan mendoakan orang

wafat.

B. Siapa itu Muharrik Masjid?

Untuk dapat menjalankan tujuh agenda revitalisasi masjid itu, maka dibutuhkan sosok yang disebut sebagai “muharrik masjid”. Siapa itu? Muharrik itu berasal dari ha ra ka yang artinya gerak atau bergerak. Jadi, muharik ialah penggerak, atau orang yang menggerakkan. Kalau begitu, muharrik masjid adalah penggerak masjid, yaitu orang yang kerjanya mengatur dan menggerakkan para takmir masjid dengan memanfaatkan segala sumber daya dan dana yang dimiliki oleh masjid. Apa bedanya dengan Takmir Masjid? Muharrik bukan pengurus masjid, melainkan seorang yang ditunjuk atau diangkat oleh LTM-PBNU untuk menjalankan tugasnya dengan cara mendampingi para Takmir Masjid dalam rangka implementasi memakmurkan masjid, yang dituangkan dalam tujuh agenda revitalisasi masjid. Kata kuncinya adalah seorang muharrik membantu pengurus takmir masjid untuk memahami, menghadapi kesulitan dan tantangan yang dihadapinya. Jadi, seorang muharrik tidak hanya memberi rekomendasi dan melakukan presentasi, akan tetapi dituntut selalu tampil dalam proses implementasi. Ia berperan sebagai pendamping takmir

Page 21: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

20

masjid dalam mengimplementasikan tujuh agenda revitalisasi masjid. C. Posisi Muharrik di Hadapan Allah SWT

Posisi Muharrik di hadapan Allah SWT adalah sebagai hamba (abdun) dan sekaligus khalifah. Sebagai hamba (abdun), seorang muharrik harus senantiasa menaati perintah Allah SWT. Sedangkan posisi sebagai Khalifah, yaitu posisi yang bisa merancang masa depan masjid dengan manajemen yang baik, memakmurkan bumi-Nya, dan memakmurkan rumah-Nya Sebagai khalifah, seorang muharrik bertanggung jawab atas mati atau makmurnya rumah Allah. Sebab beban itu ada dipundak seorang khalifah. Usaha muharrik ini seiring dengan apa yang telah Allah SWT firmankan: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang berusaha merubahnya.”(QS. Ar-Ra'du: 11).

Page 22: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

21

D. Peran dan Tugas Utama Peran muharrik masjid adalah membantu pengurus masjid untuk memakmurkan kegiatan-kegiatan masjid berdasarkan potensi yang dimiliki dan tantangan yang dihadapinya. Sedangkan tugas muharrik masjid adalah: 1. Melakukan pemetaan problem dan potensi yang dimiliki

masjid. 2. Mendampingi pengurus masjid dalam menyusun

program-program pengembangan masjid. 3. Mendampingi pengurus masjid dalam

mengimplementasian program-program pengembangan masjid.

4. Membantu pengurus masjid dalam mengevaluasi kegiatan masjid secara komprehensif. Dalam rangka menjalankan peran dan tugas tersebut, ruang lingkup kerja seorang muharriik masjid adalah sebagai berikut:

1. Melakukan analisis SWOT. 2. Menyusun langkah strategis setelah menemukan

kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh masjid tsb. 3. Menyusun target dan capaian masjid ke depan 4. Membantu mengimplementasikan kegiatan

pengembangan masjid. 5. Memantau/mengawasi, apakah inplementasi yang telah

diterapkan sesuai dengan tujuan dan capain yang diharapkan.

6. Evaluasi, jika hasilnya tidak sesuai dengan apa yang ditargtkan sebelumnya, maka ada evaluasi. Kenapa bisa seperti itu? Dan di mana letak kesalahannya?

Page 23: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

22

7. Menarik kesimpulan, jika semuanya sudah selesai, maka aka ada kesimpulan yang didapatkan untuk perbaikan ke depan.

Page 24: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

23

BAB III Organisasi dan Administrasi Keuangan

A. Karakteristik Masjid NU Masjid NU atau masjid nahdliyin adalah rumah Allah yang didirikan oleh seorang atau sekelompok orang yang menganut keyakinan dan tradisi kesislaman ala nahdliyin. Karena itu, bentuk syiar peribadatan dalam masjid tersebut juga mencerminkan amaliyah yang dianut oleh nahdliyin. Itulah yang menjadi karakteristik masjid NU. Seperti apa saja bentuk-bentuk syiarnya? 1. Secara simbolik, syiar masjid nahdliyin, antara lain

berupa bedug atau logo NU (gambar jagad) di dinding atau dalam lembaran jadwal waktu shalat.

2. Sesudah kumandang azan, ada puji-pujian kepada Allah SWT, sholawat untuk Rasulullah Muhammad SAW, atau nasihat-nasihat kebajikan.

3. Sesudah imam salam, imam memimpin makmum membaca wirid dan doa, dihangatkan dengan salam-salaman dan bacaan sholawat.

4. Secara berkala diadakan doa bersama, seperti manaqiban, istighotsah, ratiban, salawatan/barzanji/diba’i, dan tahlilan.

5. Membaca ushalli ketika takbiratul ihram. 6. Membaca basmalah sebelum membaca surat al-Fatihah

dan surat lain.

Page 25: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

24

7. Membaca qunut dalam shalat subuh. 8. Adzan 2 kali sebelum khutbah Jum’at, dan khatib

memegang tongkat ketika berkhutbah. 9. Tarawih dilaksanakan 20 rakaat, 10. Mengadakan beberapa peringatan hari besar Islam:

seperti mauludan, isra’ mi’raj, nuzulul Qur’an, dsb. B. Struktur Organisasi Masjid NU

Strukutr organisasi masjid adalah susunan unit-unit kerja yang menunjukkan hubungan antar unit, adanya pembagian kerja sekaligus keterpaduan fungsi-fungsi atau kegiatankegiatan yang berbeda.-beda. Struktur organisasi dari masing-masing masjid dapat disederhanakan atau bisa juga dibuat lengkap sesuai kebutuhan. Tapi dalam sebuah organisasi masjid yang penting atau minimal memiliki 3 (tiga) unsur sebagai berikut: 1. Pengurus/Ta’mir Masjid (Ketua, Sekretaris, Bendahara) 2. Imam Masjid 3. Tenaga Operasional (Peribadatan, Pengajian, dan Sarana

- Prasarana) Untuk memperjelas strukur organisasi masjid pada

umumnya dapat digambarkan dalam suatu sketsa yang disebut dengan bagan organisasi. Bagan organisasi adalah suatu gambar struktur organisasi yang di dalamnya memuat garis-garis yang menghubungkan kotak-kotak yang disusun menurut kedudukan atau fungsi tertentu sebagai garis penegasan wewenang atau hierarki.

Page 26: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

25

Struktur Organisasi Masjid Model-1

Pelindung/Nadzir NU

Dewan Syuriyah

Dewan Pembina Ketua

Bendahara Sekretaris

Seksi Sarana & Prasarana

Seksi Ibadah & Muamalah

Seksi Pengajian/Pendidikan

Page 27: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

26

Struktur Organisasi Masjid Model-2

Pelindung/Nadzir NU

Dewan Pembina Dewan Syuriyah

Ketua Umum

Bendahara Wakil Bendahara

Sekretaris Wakil Sekretaris

Ketua Bidang Dana & Pengembangan

Ketua Bidang Peribadatan & Dakwah

Seksi Pembinaan

Jamaah

Seksi Sarana & Prasarana

Seksi Kesejahteraan

Umat

Seksi Pendidikan &

Pelatihan

Page 28: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

27

Struktur Organisasi Masjid Model-3

Pelindung/Nadzir NU

Dewan Pembina Dewan Syuriyah

Ketua Umum

Bendahara Wakil Bendahara

Sekretaris Wakil Sekretaris

Klinik Perpustakaan

Kabid.

Dana & Peng

Kabid.

Kesra Umat

Kabid.

Diklat

Kabid.

Pdt & PJ

Seksi SoS

Seksi SP

Seksi UZIS

Seksi PdU

Seksi BM

Seksi Kdr

Seksi MTM

Seksi Ubd

Page 29: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

28

Keterangan: : Garis Intruksi/Komando : Garis Koordinasi Kabid : Ketua Bidang Pdt : Peribadatan PJ : Pembinaan Jamaah Diklat : Pendidikan & Pelatihan Kesra : Kesejahteraan Umat Ush : Usaha Ubud : Ubudiyah MT : Majelis Taklim Muslimat Kdr : Kaderisasi PdU : Pemberdayaan Umat UZIS : Usaha dan Layanan Zakat, Infaq &Sodaqah Sos : Sosial dan Santunan BM : Bina Muallaf SP : Sarana dan Prasarana

Page 30: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

29

Adapun bentuk komposisi susunan Pengurus Ta’mir Masjidnya adalah sebagai berikut:

PELINDUNG/NADZIR PENASEHAT (Dewan Syuriyah Masjid) (Sedikitnya di isi 3 orang yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan anggota) PENGURUS HARIAN: Ketua Umum Ketua Bid. Peribadatan dan Pembinaan Jamaah Ketua Bid. Pendidikan & Pelatihan Ketua Bid. Kesejahteraan Umat & Humas Ketua Bid. Dana & Pengembangan Sekretaris Wakil Sekretaris I Wakil Sekretaris II Bendahara Wakil Bendahara I Wakil Bendhara II

Page 31: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

30

Seksi-Seksi: 1. Ubudiyah 2. Majelis Taklim Muslimat 3. Kaderisasi 4. Bina Muallaf 5. Pemberdayaan Umat 6. Sosial & Santunan 7. Usaha & Layanan ZIS 8. Sarana & Prasarana

C. Sumber Keuangan Masjid Masjid memerlukan biaya yang tidak sedikit jumlahnya setiap bulan. Biaya itu dikeluarkan untuk mendanai kegiatan rutin, mengurus masjid, dan merawatnya. Kegiatan masjid tentu terlaksana dengan baik jika tersedia dana dalam jumlah yang mencukupi. Tanpa ketersedian dana, semua gagasan memakmurkan masjid tidak dapat dilaksanakan. Merupakan tugas dan tanggungjawab pengurus masjidlah memikirkan, mencari dan mengadakan dana yang sesuai dengan kemampuannya. Secara tradisional, aliran dana ke masjid di dapatkan dari hasil tromol Jumat atau dari sedekah jama’ah. Namun, mengandalkan income hanya dari kedua pos niscaya jauh dari memadai. Jumlah yang dihasilkan relatif sedikit, sedangakan anggaran pengeluaran masjid cukup besar.

Page 32: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

31

Berapa contoh masjid telah mengembangkan potensinya melalui usaha yang produktif, tidak hanya mengantungkan diri dari pemasukan rutin yang diberikan jama’ah. Misalnya, Masjid Nabawi. Masjid ini telah mengembangkan usaha produktif dengan cara memproduktifkan lahan-lahan wakaf. Antara lain digunakan untuk hotel, apartemen, pusat ruko dan perbelanjaan. Keuntungan dari penyewaan tersebut diputar untuk operasional rutin masjid dan kegiatan sosial lainnya. Ada beberapa sumber dana yang dapat dimanfaatkan oleh pengurus masjid, antara lain:

1. Zakat, infak, dan shodaqah dari para jamaah 2. Memproduktifkan Harta Benda Wakaf 3. Infak donatur, instansi, atau perusahaan 4. Infak dari jasa parkir dan penitipan barang 5. Usaha atau bisnis halal. Seperti:

a. Mengadakan pasar/bazar b. Hasil produktif dari sewa aula masjid c. Infak dari operasional lembaga pendidikan di

masjid (seperti TPA/ TKA, Madrasah Diniyah dll.) d. Infak dari hasil penjualan Buletin e. Menjual kelender f. Lelang bahan bangunan masjid g. Rumah sakit (klinik) h. Pembinaan Usaha Kecil (Mudharabah) i. Konsultasi Keagamaan

Page 33: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

32

D. Dana Keluar untuk Apa Saja?

Uang masjid adalah uang amanat. Karena itu, pengurus hendaknya berhati-hati dalam mengeluarkannya. Pengeluaran harus didasarkan pada rencana yang sungguh-sungguh dan atas dasar kepentingan yang nyata untk keperluan masjid. Pengeluaran rutin tiap bulan harus disesuaikan dengan tujuan pelaksanaan program masjid, di antaranya:

1. Masjid tetap terawat dengan baik dan selalu bersih 2. Roda organisasi dan administrasi masjid berjalan

lancar 3. Peribadatan terlaksana semestinya. 4. Program pendidikan dan sosial berhasil sebagaimana

direncanakan. Pos pengeluaran hendaknya disusun tiap awal tahun

anggaran, yang disebut Anggaran Pendapatan Dan Belanja Masjid (APBM). APBM yaitu suatu program yang menyangkut program pemasukan dan pengeluaran uang. Anggaran belanja masjid ditentukan oleh adanya program masjid. Artinya apa saja yang akan dikerjakan masjid dalam setahun yang akan datang.

Page 34: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

33

Di antara pos-pos pengeluaran kas masjid yang perlu adalah: 1. Pemeliharaan dan pembanguan fisik 2. Pembayaran honoraium atau upah pengajar dan

pemeliharaan kebersihan. 3. Pembelian barang-barang untuk perbaikan, seperti

mengganti pagar rusak, beli cat, beli kapur dan beli sapu dll.

4. Program pembangunan seperti membuat atau membesarkan WC, tempat wudlu, memindahkan ruang kantor, membangun ruang sekolah dan poliklinik.

5. Pembinaan peribadatan, seperti membayar uang transpor khatib dan membayar insentif imam tetap

6. Pembinaan pendidikan, seperti membayar honorarium tenaga pengajar, dan membeli alat peraga pendidikan.

7. Pembinaan social, seperti bantuan fakir miskin, dan bantuan meringankan musibah jamaah.

8. Pembinaan organisasi dan administrasi, seperti membayar honoraium tenaga staf, penyediaan uang transpor kegiatan, dan pembelian alat administrasi.

E. Laporan Keuangan Masjid Pengurus masjid harus dapat mengelola dan memberdayakan dana terutama dana yang pasif diupayakan aktif dan produktif. Ada beberapa hal yang harus dilakukan

Page 35: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

34

pengurus ketika mengelola dan memberdayakan dana masjid yaitu:

1. Transparan, membuat buku laporan, mencatat uang keluar masuk setiap bulannya dan sebaiknya setiap jum’at dilaporkan saat pelaksanaan shalat Jumat.

2. Pembukuannya harus siap diperiksa setiap saat. 3. Dana hanya digunakan untuk hal-hal yang dianggap

penting dan efisien. 4. Tidak melakukan pemborosan dalam menggunakan

uang. 5. Tidak melakukan mark up. 6. Dana masjid dikeluarkan untuk kepentingan masjid

tidak untuk kepentingan pribadi, kecali hal-hal yang sudah disepakati misalnya untuk membantu pengobatan imam/ khatib yang sakit.

7. Menggunakan dana masjid untuk hal-hal yang sudah disepakati oleh musyawarah pengurus, kecuali untuk hal-hal yang dipandang mendesak dan cukup penting misalnya perbaikan atap/genteng yang bocor yang harus disegerakan terutama pada saat musim hujan, dll.

8. Memproduktifkan dana masjid yang di miliki pada hal-hal yang diyakini menguntungkan dan tidak membiarkan vakum.

9. Pembukuan diaudit baik oleh akuntan yang dipercaya atau lebih pengurus yang dipercaya sesuai dengan keputusan musyawarah pengurus.

10. Hasil audit tahunan diumumkan pada jama’ah di samping hasil setiap pekan dan bulanan.

Page 36: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

35

Adapun laporan keuangan masjid dapat berupa:

1. Daftar harta, utang dan modal yang disebut laporan keuangan neraca, ini menggambarkan posisi keuangan masjid dalam satu priode tertentu

2. Laporan sumber dan penggunaan dana atau laporan surplus. Laporan dari mana sumber dana diperoleh dibuat jelas dari mana sumber dana itu dan juga bermanfaat untuk memotivasi jamaah untuk berpartisipasi dalam berzakat, infak dan sedekah untuk masjid.

(Mas Rizal, Pemberdayaan Masjid, Pekanbaru, Riau: http://maszal.blogspot.com)

Page 37: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

36

BAB IV Aksi Memakmurkan Masjid

A. Masjid sebagai Tempat Ibadah Tujuan utama masjid adalah sebagai tempat sujud, tempat ibadah menyembah kepada Allah SWT. Jika dikaitkan dengan agenda revitalisasi masjid yang digagas oleh LTM NU, sebagai tempat ibadah, pengelolaan masjid ini dapat berperan dalam pemeliharaan aqidah, dakwah, dan sarana untuk berdoa. Karena itu, dalam mengelola masjid sebagai tempat ibadah, aksi yang dapat dilakukan oleh pengurus masjid adalah:

8. Sebagai tempat pemeliharaan aqidah. Bentuk aksi yang dapat dilakukan, antara lain: a. Menegakkan shalat berjama’ah b. Membangun kebersamaan dengan

melaksanakan program IMANU c. Menanamkan pemahaman aqidah aswaja

melalui pengajian dan khutbah jum’at d. Pelatihan imam dan khatib e. Penulisan buku khutbah (NU online) f. Melabeli masjid dengan logo NU, seperti :

Almamak, tulisan dzikir/doa dan papan nama g. Mensertifikasi tanah wakaf masjd bernazdir NU

9. Sebagai tempat dakwah Islam rahmatan lil ‘alamin. Bentuk aksi yang dapat dilakukan, antara lain:

Page 38: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

37

a. Mengajak shalat berjama’ah b. Menyelenggarakan maulidan dan isro mi’raj c. Gerakan itikaf, tadarus, pengajian kitab kuning d. Pelatihan da’i e. Kursus dakwah

10. Sebagai tempat berdoa dan mendoakan orang wafat. Bentuk aksi yang dapat dilakukan, antara lain: a. Menyelanggarakan tahlilan b. Istigosah, ratiban, marhabanan c. Shalat jenazah d. Lailatul ijtima

B. Masjid sebagai Tempat Pendidikan Fungsi ini dapat dilihat dari masjid-masjid besar dan ternama seperti masjid al-Azhar Kairo, Mesir. Masjid ini mempunyai lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa kepada pelajar dan mahasiswa muslim di seluruh dunia. Di Indonesia, masjid-masjid yang mengembangkan lembaga pendidikan juga sangat banyak sekali, terutama lembaga pendidikan non formal, seperti TPQ, TPA, Madrasah Diniyah, dan sebagainya. Ke depan, masjid-masjid ini juga harusnya lebih produktif dalam menyelenggarakan pendidikan dan halaqah-halaqah keilmuan. Bentuk aksi yang dapat dilakukan dalam mengelola masjid sebagai tempat pendidikan, antara lain:

Page 39: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

38

a. Menyelenggarakan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ), Playgroup dan TK, pengajian al-Qur’an dan keilmuan keagamaan.

b. Kursus bahasa Arab, bahasa Inggris dan keilmuan umum.

c. Mendirikan lembaga pendidikan formal, mulai dirintis dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi.

C. Masjid sebagai Pusat Pemberdayaan Ekonomi

Masjid tempo dulu adalah masjid yang dikelola dengan mengandalkan kotak amal belaka. Masjid zaman sekarang tentu harus mempunyai sumber dana yang beragam. Dengan begitu, fungsi masjid sebagai tempat pemberdayaan ekonomi dapat terwujud. Jamaah masjid terdiri dari orang-orang yang beragam. Dari segi ekonomi, ada yang kaya banyak pula yang miskin. Keberadaan mereka perlu diorganisir dan diberdayakan. Satu sama lain saling berkepentingan dan saling menguntungkan. Karena itu, perlu dikelola dengan baik. Selain itu, lahan masjid juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi yang produktif. Terkait dengan fungsi ini, bentuk aksi yang dapat dilakukan antara lain: a. Melaksanakan program GISMAS (Gerakan Infaq

Shodaqoh Memakmurkan Masjid) di setiap masjid dan lingkungannya.

b. Membentuk UPZ Lazisnu di Masjid c. Melaksanakan kegiatan pelatihan kewirausahaan

Page 40: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

39

d. Membentuk Kumas (Kelompok Usaha Jamaah Masjid) e. Menjadi agen penjualan atas produk tertentu.

D. Masjid sebagai Tempat Pelayanan Sosial

Agenda revitalisasi masjid LTM NU yang masuk dalam kategori pelayanan sosial adalah pelayanan kesehatan umat dan kepedulian sosial. Sebagai tempat pelayanan kesehatan umat, bentuk aksi yang dapat dilakukan adalah: a. Melaksanakan gerakan kebersihan masjid dan

lingkungannya b. Mengadakan kerjasama dengan Puskesmas dan Dinas

Kesehatan dalam rangka pelayanan: posyandu, pengobatan dan donor darah

c. Kerjasama dengan Rumah Sakit d. PCNU menyediakan dan mengoperasikan mobil cleaning

service yang dilengkapi dengan alat-alat kebersihan

Sedangkan sebagai bentuk dari kepedulian sosial, pengurus masjid dapat melakukan aksi sebagai berikut: a. Menjenguk orang sakit b. Membantu yang jamaah terkena musibah c. Membimbing orang yang menghadapi sakaratul maut d. Menyediakan kain kafan dan tempat pemakaman

jenazah e. Ta’ziyah kepada yang terkena musibah/kematian f. Pelatihan tajhizul jenazah g. Memiliki ambulance h. Donasi kepada korban bencana

Page 41: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

40

BAB V Memperkuat Kelembagaan dan Jaringan

A. Sertifikasi dan Nazhir NU Belakangan ini banyak masalah menimpa masjid. Misalnya, dibongkar paksa, digusur, konflik kepemilikan, rebutan hak, dan sebagainya. Salah satu pemicunya adalah pengurus masjid tidak mempunyai sertifikat masjid. Untuk mengamankan dari problem ini, maka sertifikat masjid harus berupa sertifikat wakaf dan nazhirnya adalah NU. Sertifikat wakaf dengan nadzir NU tidak hanya penting, juga sangat diperlukan. Apabila masjid, musholla, madrasah tidak bersertifikat, maka diibaratkan punya sepeda motor atau mobil tapi tidak punya BPKB, bisa-bisa di tengah jalan dirampas oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kenapa perlu sertifikat wakaf dan nadzirnya NU? Bila nazhirnya perorangan, maka suatu saat kelak nadzir perorangan akan meninggal dunia. Ketika nadzirnya meninggal dunia, akan terjadi kekosongan penerima amanah wakaf, dan mau tidak mau nadzirnya diubah/diganti nazhir baru sebagaimana diatur pasal 45 ayat (1) Undang-undang No. 41 Tahun 2004. Lalu, dibuat sertifikat baru atas nama nadzir penggantinya. Kondisi seperti inilah yang di kemudian hari sering menimbulkan persoalan karena adanya konflik

Page 42: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

41

kepentingan, di mana masing-masing pihak merasa paling berhak menjadi nadzir pengganti. Dengan nadzir NU selamanya akan aman, tidak akan ada perubahan, bahkan tidak satu orang pun yang dapat menguasainya. Karena NU merupakan lembaga legal berbadan hukum, diakui sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yang notabena didirikan oleh para ulama. Adalah sangat tepat bila masjid adan musholla nahdliyin sertifikatnya harus wakaf dan nadzirnya atas nama NU. B. Membuat Database Jama’ah Para jama’ah masjid hendaknya didaftar dalam buku anggota jama’ah masjid. Data jama’ah memuat nama, alamat, jenis pekerjaan, pendidikan, keahlian khusus dll guna mengenal jama’ah masjid lebih baik. Keanggotaan masjid dapat dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu : 1. Anggota inti, yang terdiri dari para alim-ulama, kyai

kampung, para muballigh, ustadz-ustadzah, mualim, tokoh masyarat, para pengusaha, dan para pejabat birokrasi pemberintahan yang taat beragama yang jumlahnya minimal 40 orang. Aggota inti ini merupakan anggota organisasi masjid dan pendukung utama terhadap setiap kegiatan masjid baik moril maupun materiil.

Page 43: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

42

2. Anggota biasa, yaitu semua orang Islam yang taat dan taqwa bertempat tinggal dan menetap di daerah sekitar masjid tersebut. Mereka merupakan penunjang/ pendukung dari usaha-usaha, dan kegiatan-kegiatan masjid yang dilakukan oleh pengurus.

Contoh Formulir Databased Jamaah Masjid

1. Nama Lengkap : 2. Tempat & Tgl.

Lahir :

3. Pekerjaan : 4. Status : Kawin/Belum Kawin/

Janda/Duda 5. Alamat : 6. Pendidikan : 7. Keahlian Khusus : 8. Keterangan Lain-

lain :

Page 44: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

43

Contoh Rekap Databased Jamaah

NO

NAMA

TEMPAT

& TGL.LAHIR

PEKERJAA

N

STATUS

ALAMA

T

PENDIDIKAN

KEAHLIAN KHUSUS

1

2 C. Jaringan Kerjasama antar Masjid Hal penting yang harus dilakukan oleh Pengurus Takmir Masjid adalah menjalin kerjasama melalui jaringan kerjasama masjid. Paling tidak ada 5 (lima) bidang kemasjidan yang bisa dikerjasamakanmelalui jaringan kersama masjid 1. Tukar menukar informasi 2. Kerjasama program, seperti: pelatihan manajemen

masjid, pelatihan pemulasaraan jenazah, pengelol sendiri dan melihat kelebihan/keunggulan msajid lainaan BMT, pengelolaan perpustakaan dll.

3. Bantuan dana yang bisa dilakukan dalam bentuk bantuan barang-barang yang diperlukan masjid, seperti: buku-buku untuk perpustakaan, komputer dll.

4. Studi banding untuk menemukan kekurangan masjid sendiri, dan melihat kelebihan/ keunggulan masjid lain agar bisa dikembangkan pada masjid masing-masing.

Page 45: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

44

5. Pengembangan khatib dan muballigh melalui pelatihan, magang, atu penugasan di berbagai masjid.

6. Pendayagunaan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki masing-masing masjid.

Bila langkah-lagkah diatas dapat dilaksanakan dengan baik, niscaya kemakmuran masjid dapat terwujud. Upaya ini harus dilakukan secara optimal untuk menunjukkan tanggung jawab yang besar terhadap masjid. Jangan hanya bersusah payah membangun masjid, tetapi juga harus bersusah payah dalam memakmurkannya.

Page 46: Buku saku muharrik masjid lengkap

Pedoman bagi Penggerak Masjid

45

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Pedoman Pembinaan Masjid, Proyek Pembinaan Sarana Keagamaan Islam, tahun Anggaran 2000.

Gazalba, Sidi, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan, Jakarta:

Pustaka Antara, 2001. Hakim, Lukman, Hasibuan, Pemberdayaan Masjid di Masa

Depan, Pt. Bina Rena Pariwara, Jakarta, 2002. Tim LTM NU, Hasil-Hasil Rapimnas LTM NU, Jakarta: LTM

NU, 2013. Mas’udi, Masdar. F., Memakmurkan Masjid NU, Jakarta:

P3M, 2010. Syahidin, Dr, M.Pd, Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid,

Bandung: Alfabeta, 2003. Syafri, Syofyan, Harahap, Drs, MSAc, Manajemen Masjid,

Yogyakarta: PT Dana Bakti Prima Yasa, 2003.