Buku SKI Kelas VIII Semester 1
-
Upload
muhammad-fauzi -
Category
Documents
-
view
5.772 -
download
26
description
Transcript of Buku SKI Kelas VIII Semester 1
Irwan Setiawan, S.Pd.I 1 | P a g e
BAB I
DINASTI ABBASIYAH
Standar Kompetensi :
Memahami Perkembangan Masyarakat Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Kompetensi Dasar :
6.1. Menceritakan sejarah berdirinya Bani Abbasiyah
6.2. Mendeskripsikan perkembangan kebudayaan / peradaban Islam pada masa Bani
Abbasiyah
Indikator :
6.1.1. Menjelaskan sejarah berdirinya Bani Abbasiyah
6.1.2. Menyebutkan proses terbentuknya sejarah Bani Abbasiyah
6.1.3. Menampilkan tokoh tokoh yang berperan dalam sejarah berdirinya Bani
Abbasiyah
6.1.4. Mengidentifikasi faktor pendukung sejarah berdirinya Bani Abbasiyah
A. RUNTUHNYA DINASTI BANI UMAYYAH
1. Kemunduran Dinasti Bani Umayyah
Terdapat lima kholifah yang dianggap menonjol dalam masa pemerintahan bani
umayyah, mereka yaitu :
1. Muawiyah bin Abi Sufyan
2. Abdul Malik bin Marwan
3. Al-Walid bin Abdul Malik
4. Umar bin Abdul Aziz
5. Hisyam bin Abdul Malik
Namun setelah pemerintahan Hisyam, para kholifah tidak ada yang dapat menjaga
stabilitas keamanan dalam Negara, mereka tidak dapat mengatasi para pemberontak, bahkan
terjadi perpecahan dalam keluarga besar Bani Umayyah
Irwan Setiawan, S.Pd.I 2 | P a g e
Sebab-sebab kemunduran Dinasti Bani Umayyah antara lain adalah :
1. Kekuasaan Kholifah yang absolut
Semua kebijakan kholifah tidak dapat diganggu gugat
2. Gaya hidup Kholifah yang bermewah-mewahan
Para Kholifah telah mengikuti gaya hidup para bangsawan Bizantium
3. Tidak adanya peraturan khusus tentang tata cara pengangkatan kholifah
Hal ini menyebabkan terjadi perebutan kekuasaan diantara putra mahkota
4. Banyaknya gerakan pemberontakan yang dilakukan selama pemerintahan bani Umayyah
Diantaranya adalah Golongan Syi‟ah, Khawarij, dan keluarga Bani Abbasiyyah
5. Pertentangan antara golongan Arab utara dan Arab selatan
Pertikaian itu terjadi antara Arab Utara, (Quraisy-Mudhariyah) dan Arab Selatan
(Yaman-Himariyah) dan Bani Umayyah lebih condong memihak pada kelompok Arab Selatan
6. Kekecewaan para tokoh agama tentang kebijakan pemerintah
Kebijakan Kholifah yang tidak sesuai dengan syari‟at Islam diantaranya Berfoya-foya,
dan selalu mencacimaki keluarga Ali.
2. Keruntuhan Dinasti bani Umayyah
Keluarga Bani Abbasiyyah sudah mulai menyusun kekuatan untuk dapat
menggulingkan pemerintahan bani Umayyah sejak pemerintahan Kholifah Umar bin Abdul
Aziz yang bersikap arif sehingga memberi kebebasan kelompok-kelompok lain untuk
melakukan dakwah (Propaganda), namun kegiatan tersebut masih besifat rahasia.
Perang Zab Hulu adalah perang terakhir Dinasti bani Umayyah, Perang antara Kholifah
Marwan bin Muhammad melawan pasukan Abu Muslim Al-Khurasani. Dalam perang ini terjadi
pembersihan etnis keluarga besar Dinasti bani Umayyah.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 3 | P a g e
Hanya ada satu dari keturunan Bani Umayyah yang dapat selamat, yaitu :
Abdurrahman Ad-Dakhil, beliau dapat menyelamatkan diri sampai ke Andalusia (Spanyol)
dan mendirikan Dinasti Bani Umayyah II disana.
Sebab-sebab runtuhnya Dinasti Bani Umayyah adalah :
1. Figur Kholifah yang lemah
Ada kholifah yang merupakan keturunan dari budak belian
2. Hak istimewa bangsa arab dan syuriah
Karena keluarga bani Umayyah berasal dari Syuriah, maka sebagian besar para
pejabat Negara berasal dari sana, sehingga menimbulkan kecemburuan social antara orang arab
lainnya terutama orang-orang Islam dari Persia
3. Pemerintahan yang korup dan tidak demokrasi
Sistem pemerintahan turun temurun telah menyalahi pemerintahan Khulafaur
Rosyidin, selain itu karena para pejabat Negara merupakansatu keluarga maka praktik korupsi
tidak dapat diadili
4. Terjadinya perebutan kekuasaan dalam anggota keluarga Dinasti bani Umayyah
Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Marwan bin Hakam yang menginginkan kedua
anaknya menjabat sebagai kholifah (Abdul malik dan Abdul Aziz)
5. Tidak adanya pemimpin politik dan militer yang handal
Setelah pemerintahan Hisyam, para Kholifah bani Umayyah bersifat lemah sehingga
gagal mengatasi pemberontakan-2 yang terjadi
6. Munculnya gerakan para pemberontak
Karena para Kholifah lemah, system pemerintahan kacau, dan para pejabat hanya
mengutamakan kepentingannya pribadi untuk memperkaya diri dan berfoya-foya, hal ini
mendorong terjadinya banyak pemberontakan
7. Serangan dari kelompok Abu Muslim Al-Khurasani dan Abul Abbas As-Shaffah
Panglima Abu Muslim bersatu dengan Abul Abbas sehingga terbentuk sebuah
kekuatan besar yang berusaha meruntuhkan kekuasaan bani Umayyah
Irwan Setiawan, S.Pd.I 4 | P a g e
3. Hikmah Dari Runtuhnya Dinasti Bani Umayyah
1. Tidak boleh rakus terhadap kekuasaan
2. Tidak boleh boros dalam menggunakan uang Negara
3. Harus bersikap adil dan bijaksana dalam menjalankan kekuasaan
4. Dekat dengan tuhan dan taat menjalankan syari‟at Islam
5. Dekat dengan rakyat dan mengasihi fakir, miskin.
B. Proses Berdirinya Dinasti Abbasiyah
1. Latar Belakang berdirinya Dinasti Abbasiyah
o Pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan kelanjutan dari
pemerintahan sebelumya yaitu Dinasti Umayyah yang telah
digulingkannya.
o Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya
merupakan keturunan Abbas bin Abdul Mutholib, paman Rosulululloh.
o Nama Abbasiyah berasal dari kata Al-Abbas dan Abbas itu adalah nama
seorang keturunan Bani Hasyim.
o Berdirinya Dinasti Abbasiyah dilatar belakangi oleh terjadinya
kekacauan dalam kehidupan bernegara Dinasti Umayyah.
o Menjelang runtuhnya Dinasti Umayyah ini para khalifah dan pejabat
negara lainnya melakukan kekeliruan dan kesalahan yang menyebabkan
terjadinya kekacauan tersebut. Kesalahan dan kekeliruan Dinasti
umayyah yang menyebabkan runtuhnya dinasti tersebut :
o Dinasti ini menganakemaskan (mengistimewakan) bangsa Arab atas
bangsa lainnya dan menganggap rendah kaum muslim non Aran
Irwan Setiawan, S.Pd.I 5 | P a g e
(Mawali), sehingga orang-orang Mawali merasa kecewa atas perlakuan
ini.
o Dinasti ini memihak pada salah satu golongan dari suku Arab yang
bersaing Dalam persaingan antara Arab Utara (Mudariyah) dan Arab
Selatan (Himyariyah), penguasa Dinasti Umayyah mendukung salah satu
suku yaitu suku Himyariyah, sehingga suku yang tidak mendapat
dukungan merasa kecewa.
o Dinasti ini selalu menindas para pengikut Ali dan Bani Hasyim. Dinasti
ini juga mengingkari salah satu isi dari perjanjian ”Ammul Jamaah” yaitu
setalah jabatan khalifah Muawiyah berakhir kekuasaan akan diserahkan
pada musyawarah kaum muslimin tetapi Muawiyah dan penerusnya
justru mengangkat putra mahkota.
o Banyak diantara pemimpin Dinasti Umayyah melakukan pelanggaran
terhadap ajaran Islam, yaitu bergaya hidup mewah dan berfoya-foya
meniru gaya hidup penguasa Romawi, sehingga para penguasa Dinasti
ini memiliki figur yang lemah.
Kelompok-kelompok yang merasa tidak puas terhadap Dinasti Umayyah
yang menyebabkan runtuhnya dinasti tersebut :
1. Kelompok muslim non Arab (Mawali) yang memprotes kedudukan
mereka sebagai warga kelas dua dibawah warga muslim Arab.
2. Kelompok Syiah dan Khawarij yang menganggap Dinasti Umayyah
telah merampas kekhalifahan.
3. Kelompok muslim Arab di Mekah, Madinah, dan Irak yang merasa
sakit hati atas perlakuan istimewa terhadap penududuk Suriah
Irwan Setiawan, S.Pd.I 6 | P a g e
4. Kelompok muslim yang saleh, baik Arab maupun non Arab yang
menganggap keluarga Dinasti Umayyah bergaya hidup mewah jauh
dari ajaran Islam.
Kelompok-kelompok tersebut membentuk suatu kekuatan
gabungan yang dikoordinasi dan dipimpin oleh keturunan Al-
Abbas, Paman Nabi Muhammad.
Untuk mencari dukungan masyarakat luas, kelompok Dinasti
Abbasiyah melakukan propaganda yang mereka sebut sebagai
Gerakan Dakwah.
Mereka mempropagandakan bahwa “menggulingkan kekuasaan
pemerintah Dinasti Umayyah merupakan perintah agama”.
Di samping itu untuk meraih simpati umat dan dukungan kaum
Syiah mereka tidak mengusung nama Bani Abbas tetapi
mengusung nama Bani Hasyim. Mereka mengatakan bahwa
jabatan khalifah merupakan hak keluarga Nabi.
Gerakan mereka didukung oleh kaum Syiah, Khawarij dan
Mawali di kota Khurasan yang sebelumnya selalu ditindas oleh
Dinasti Umayyah.
Persamaan nasib sebagai kelompok yang tertindas inilah yang
membuat ketiga kelompok itu mendukung propaganda ini.
Jadi latar belakang lahirnya Dinasti Abbasiyah, yaitu kekecewaan
yang menumpuk dan bersatu akibat dari kekeliruan dan kesalahan
para penguasa Dinasti Umayyah dalam mengambil kebijakan.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 7 | P a g e
Gerakan menentang Dinasti Umayyah semakin membesar saat
Dinasti Umayyah dijabat khalifah yang terkahir yaitu Marwan bin
Muhammad (Marwan II).
2. Proses Pembentukan Dinasti Abbasiyah
1. Pendiri Dinasti Abbasiyah
Dinasti ini didirikan oleh Abu Abbas As Saffah (As Saffah berarti penumpah
darah, Ia diberi gelar ini karena ia memiliki kemauan yang keras dan tidak segan-
segan untuk menumpahkan darah guna mewujudkan keinginannya).
Langkah-langkah Bani Abbas untuk mendirikan Daulat Abbasiyah :
1. Membentuk gerakan di bawah tanah dengan melakukan propaganda
(menyusun kekuatan secara diam-diam) dengan tokohnya antara lain :
Muhammad Al-Abbas
Ibrahim Al Imam
Abu Muslim Al-Khurasani
Dari ketiga tokoh propaganda tesebut Abu Muslim Al Khurasani
merupakan propagandis yang paling sukses dan terkenal.
2. Menerapkan politik bersahabat, artinya keturunan Bani Abbas tidak
memperlihatkan sikap bermusuhan dengan Bani Umayyah atau siapapun.
3. Menggunakan nama Bani Hasyim (Ahlul Bait). Hal ini dimaksudkan
agar mendapat simpati umat dan dukungan dari kelompok pendukung
Ali (Syiah).
Irwan Setiawan, S.Pd.I 8 | P a g e
4. Menjadikan Khurasan sebagai pusat kegiatan gerakan Bani Abbas yang
dipimpin oleh Abu Muslim Al-Khurasani.
Strategi ini ternyata berhasil menghimpun kekuatan besar dan dahsyat
yang tidak bisa dibendung lagi oleh golongan manapun juga. Dalam
perjuangannya untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah, para tokoh pendiri Dinasti
ini menerapkan cara kepemimpinan yang bersifat kolektif (kolegial leadership),
namun tertutup dengan gerakan bawah tanah. Para tokoh pendiri Dinasti
Abbasiyah menetapkan tiga kota sebagai pusat kegiatan,
yaitu : Humaymah sebagai pusat perencanaan organisasi, Kufah sebagai kota
penghubung dan Khurasan sebagai pusat gerakan praktis
Proses berdirinya Dinasti Abbasiyah dimulai dari tahap persiapan dan
perencanaan yang dilakukan oleh Ali bin Abdulloh bin Abbas. Gerakan bawah
tanah dan propaganda untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah ini dimulai ketika
Dinasti Umayyah berada di bawah kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz (717-
720 M). Pada waktu itu Umar bin Abdul Aziz memimpin dengan adil. Negara
dalam keadaan aman, tentram dan stabil. Ia juga menerapkan persamaan hak
kepada seluruh warga negara. Kondisi ini memberi peluang pada Bani Abbas
untuk menyusun kekuatan dengan melakukan gerakan bawah tanah dan
propaganda di kota Al Humayah.
Peluang emas yang dimiliki Bani Abbas untuk merebut kekuasaan Bani
Umayyah itu terjadi pada masa Kholifah Marwan Bin Muhammad (127 – 132
H/745 – 750 M) yakni kholifah Bani Umayyah terakhir, di mana waktu itu
pemerintahan Dinasti Umayyah mencapai puncak kekacauan yang sulit diatasi.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 9 | P a g e
Pemimpin gerakan Bani Abbasiyah pada waktu itu adalah Muhammad bin Ali
(wafat tahun 743 M) kemudian diteruskan anaknya Ibrahim Al Imam dengan
mengangkat Abu Muslim Al Khurasani sebagai panglima perang
Abu Muslim Al-Khurasani merupakan seorang pemuda yang pemberani,
pada usia 19 tahun ia diangkat sebagai panglima perang oleh Ibrahim Al Imam.
Ia banyak memperoleh dukungan di kota Khurasan. Pernah dalam sehari ia
berhasil menarik simpati penduduk dari sekitar 60 desa di sekitar Merv. Abu
Muslim Al Khurasani mengajak golongan Syiah, golongan Alawiyyin (Bani Ali)
untuk menentang Bani Umayyah yang telah menindas mereka.
Sebelum Abu Muslim Al Khurasani diangkat sebagai panglima perang,
gerakan dakwah dan propaganda dilakukan secara diam-diam. Hal itu dilakukan
karena belum berani melawan Dinasti Umayyah secara terang-terangan. Pada
tahun 747 M setelah Abu Muslim Al Khurasani diangkat menjadi panglima
perang, Ibrahim Al Imam menyuruhnya untuk merebut kota Khurasan dan
menyingkirkan orang-orang Arab yang mendukung Dinasti Umayyah. Namun
rencana ini tercium oleh khalifah Marwan II dan akhirnya Ibrahim Al Imam
ditangkap dan dipenjara hingga meninggal. Selanjutnya komando perlawanan
diambil alih keponakan Ibrahim Al Imam yang bernama Abdulloh bin
Muhammad yang dikenal sebagai Abu Abbas As Saffah. Ia tetap menunjuk Abu
Muslim Al Khurasani untuk menjadi panglima dan melakukan perlawanan di
Khurasan.
Tokoh-tokoh pendiri Bani Abbasiyah
1. Muhammad bin Ali bin Abdullah,
Irwan Setiawan, S.Pd.I 10 | P a g e
2. Ibrahim al Imam,
3. Abu Muslim Al Khurasani,
4. Abul Abbas as-Shaffah
5. Abu Ja‟far al Mansyur.
2. Silsilah Bani Abbasiyah dan Khalifah-khalifah Dinasti Abbasiyah
1. Silsilah Bani Abbasiyah
Qusyai dipandang sebagai tokoh besar yang mengumpulkan kembali suku-
suku turunan Fibri yang bergelar Quraisy. Suku-suku ini mula-mula terpencar
dan bertempat tinggal di Bakkah (Mekah) dan sekitarnya yang dipandang
sebagai tanah suci oleh bangsa Arab, sebab mereka sendiri keturunan langsung
dari Nabi Ibrahim AS.
Hasyim merupakan tokoh besar yang pertama merintis kebijaksanaan
mengirimkan kafilah dagang Mekah ke utara pada musim panas dan ke selatan
pada musim dingin. Dari keturunan Hasyim itulah lahir Bani Abbas yang disebut
Abbasiyah dan keluarganya Ali yang disebut Alawiyin.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 11 | P a g e
Dalam silsilah Bani Umayyah terdapat tiga keluarga besar yang saling
bersaing memperebutkan kekuasaan, yaitu :
1. Keluarga Alawiyyin (didukung oleh kaum Syiah)
2. Keluarga Umayyah
3. Keluarga Abasiyah
Irwan Setiawan, S.Pd.I 12 | P a g e
2. Khalifah-khalifah Dinasti Abbasiyah
a. Periode pertama
Kholifah Dinasti Abbasiyah pada periode pertama adalah sebagai berikut :
1. Abu Abbas As-Saffah (132 – 136H = 750-754M)
2. Abu Ja‟far Al-Mansur (136 – 158H = 754-775M)
3. Muhammad Al-Mahdi (158-169H = 775-785M)
4. Muhammad Al-Hadi (169 – 170H = 785 – 786M)
5. Harun Ar-Rasyid (170 – 193H = 786-809M)
6. Abdullah Al-Amin (193 – 198H = 809-813M)
7. Al Ma‟mun (198 – 218 = 813 – 833 M)
8. Al Mu‟tashim Billah (218 – 227H = 833-842M)
9. Abu Ja‟far Al-Watsiq (227 – 232H = 842-847M).
b. Periode Kedua
Khalifah Dinasti Abbasiyah pada periode kedua adalah sebagai berikut :
1. Al-Mutawakil (232 – 247H = 847-861M)
2. Al-Muntshir (247 – 248H = 861-862M)
3. Al-Mu‟tain (248 – 252H = 862-866M)
4. Al-Mu‟taz (252 – 255H = 866-869M)
5. Al-Muhtadi (255 – 256H = 869-870M)
6. Al-Mu‟tamid (256 – 279H = 870-892M)
7. Al-Mu‟tadhid (279 – 289H = 892-902M)
8. Al-Muktafi (289 – 295H = 902-908M)
Irwan Setiawan, S.Pd.I 13 | P a g e
9. Al-Muqtadi (295 320H = 908-932M)
10. Al-Qohir (320 – 322H = 932-934M)
11. Ar-Rodhi (322 – 329H = 934-941M)
12. Al-Muttaqi (329 – 333H = 941-945M)
13. Al-Mustaqfi (333 – 334H = 945-946M).
c. Periode Ketiga
Kholifah Dinasti Abbasiyah pada periode ketiga adalah sebagai berikut :
1. Al-Muti (334 – 363H = 946-974M)
2. At-Tho‟I (363 – 381H = 974–991M)
3. Al-Qodir (381 – 422H = 991-1031M)
d. Periode keempat
Khalifah Dinasti Abbasiyah pada periode keempat adalah sebagai berikut :
1. Al-Qoyyim (422 – 467H = 1031-1075M)
2. Al-Muqtadi (467 – 487H = 1075-1094M)
3. Al-Mustazhir (487 – 512H = 1094-1118M)
4. Al-Musytarsid (512 – 529H = 1118-1135M)
5. Al-Rasyid (529 – 530H = 1135-1136M)
6. Al-Muktafi (530 – 555H = 1136-1160M)
7. Al-Mustanjid (555 – 566H = 1160-1171M)
8. Al-Mustadi (566 – 575H = 1171-1180M)
9. An-Nashir (575 – 622H = 1180-1125M)
Irwan Setiawan, S.Pd.I 14 | P a g e
e. Periode kelima
Kholifah Dinasti Abbasiyah pada periode kelima adalah sebagai berikut :
1. Az-Zahir (622 – 623H = 1225-1226M)
2. Al-Mustanshir (623 – 640H = 1226-1242M)
3. Al-Musta‟shim (640 – 656H = 1242-1258M)
Dari ke-37 khalifah ini setidaknya terdapat tiga khalifah yang menonjol
yaitu Abu Ja‟far Al Mansur, Harun Ar Rasyid dan Abdulloh Al Ma‟mun.
Dari ketiga khalifah yang menonjol ini khalifah yang terkenal dari Dinasti
Abbasiyah adalah Harun Ar Rasyid.
3. Baghdad Sebagai Pusat Kekuasaan
Kota-kota yang pernah dijadikan Ibu Kota Abbasiyah adalah Kuffah,
Hirah, Anbar (Hasyimiah) dan Baghdad. Perpindahan ibu kota dari Kuffah ke
Hirah disebabkan karena penduduk kota Kuffah mayoritas pendukung Ali dan
dianggap tidak setia kepada golongan Abbas, sedangkan kota Hirah hanya
pilihan yang bersifat sementara, selanjutnya ibu kota pindah ke kota Anbar
(Hasyimiah).
Dengan adanya pemberontakan itu, khalifah Al-Mansyur memandang
bahwa kota Anbar tidak cocok lagi sebagai pusat pemerintahan. Kemudian
beliau memindahkan pusat pemerintahannya ke kota Bagdad.
Latar belakang dipilihnya kota Bagdad adalah :
Irwan Setiawan, S.Pd.I 15 | P a g e
1. Adanya pemberontakan Rowandiyah terhadap kholifah Abu Ja‟far
Al-Mansyur.
2. Wilayah Bahgdad cukup luas dan tanahnya subur.
3. Letak Bagdad sangat strategis dan mudah dijangkau oleh berbagai
wilayah.
Pendiri kota Baghdad adalah kholifah Abu Ja‟far Al-Mansyur dan arsitek
yang membangun kota itu adalah Hajjaj Bin Arthah dan Amran Bin Wahdhah
Para pekerjanya yang berpengalaman dari Syam, Kuffah, Basrah, Manshul,
Dailami dan lain-lain. Jumlah tenaga kerjanya kurang lebih 100.000 orang. Kota
Bagdad bentuknya bundar dengan gaya bangunan seni Islami. Di tengah kota
dibangun istana “Qashruzzahab” atau istana keemasan dengan luas 160.000
hasta persegi dan mesjid agung seluas 40.000 hasta persegi. Di luar kota
dibangun kota-kota satelit yang ditata rapi dan indah, serta dibangun istana
“Qashrulkhuldi” (Istana Abadi).
4. Mengambil ibrah dan meneladani peristiwa Sejarah Dinasti Abbasiyah.
Setelah kita membaca sejarah berdirinya Bani Abbasiyah, maka kita
dapat mengambil hikmah dan suri tauladan antara lain sebagai berikut :
1. Bersungguh-sungguh dalam meraih cita-cita tanpa pantang menyerah
walaupun banyak hambatan, rintangan bahkan penuh pengorbanan baik
berupa waktu, materi, tenaga bahkan nyawa demi tercapai cita-cita yang
diinginkan.
2. Bekerja sama dan saling menolong sesama umat Islam segala usaha.
3. Selalu mengutamakan kepentingan agama.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 16 | P a g e
4. Hidup yang optimis, dinamis, inovatif dan siap menerima kritik
konstruktif.
5. Punya pandangan hidup yang lebih baik yang berdasarkan pada norma
susila, norma budaya, norma hukum dan norma agama.
6. Berani berjuang demi nusa, bangsa, dan negara.
EVALUASI
Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan benar !
1. Sebutkan empat tokoh pendiri Bani Abbasiyah!
2. Sebutkan kelompok-kelompok yang tidak senang dengan kepemimpinan Dinasti
Umayyah !
3. Mengapa kelompok-kelompok tersebut tidak menyenangi kepimimpinan Dinasti
Umayyah?
4. Jelaskan usaha-usaha yang dilakukan oleh Abu Muslim Al Khurasani dalam
usahanya membangun Dinasti Abbasiyah!
5. Sebutkan latar belakang dipilihnya Bagdad sebagai ibukota Daulat Bani
Abbasiyah!
PENUGASAN
a. Tugas individu
Catatlah perilaku tokoh-tokoh pendiri Bani Abbasiyah!
b. Tugas kelompok
1. Ajaklah temanmu merangkum peristiwa yang melatarbelakangi berdirinya
Bani Abbasiyah!
2. Ajaklah temanmu mendiskusikan peristiwa proses berdirinya Bani
Abbasiyah!
Irwan Setiawan, S.Pd.I 17 | P a g e
BAB II
PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM
PADA MASA BANI ABBASIYAH
Standar Kompetensi
Memahami perkembangan Islam pada Masa Bani Abbasiyah
Kompetensi Dasar
Mendiskripsikan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani
Abbasiyah
Indikator
6.2.1. Menjelaskan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani
Abbasiyah
6.2.2. Menunjukkan sebab perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani
Abbasiyah
6.2.3. Mengidentifikasi munculnya tokoh dari perkembangan kebudayaan/peradaban
Islam pada Bani Abbasiyah
1. PerkembanganKebudayaan Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Kondisi sosial
Muslim non Arab merasa diangkat derajatnya hak-hak mereka disamakan
bahkan dalam beberapa periode masyarakat muslim non Arab memegang
peranan yang sangat penting dalam pemerintahan dan tidak ada pembedaan kelas
antara penduduk Arab dan non Arab. Dengan demikian mereka mampu
memberikan sumbangan yang penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan peradaban.
Kemajuan kebudayaan
perkembangan kebudayaan berjalan seiring dengan penyebaran islam. Pada
masa Bani Abbasiyah wilayah pemerintahan islam meluas sampai ke Spanyol di
barat dan India di timur. Pada masa itu Bagdad dan Andalusia menjadi pusat
Irwan Setiawan, S.Pd.I 18 | P a g e
peradaban dan ilmu pengetahuan. Bangsa-bangsa non Arab yang telah masuk
dalam wilayah islam memakai bahasa Arab dan adat istiadat Arab dalam
kehidupan sehari-hari.
Kemajuan politik dan militer
Perkembangan politik dan militer Bani Abbasiyah terbagi ke dalam lima
periode. Dalam setiap periode terjadi perubahan pemegang kekuasaan, sistem
pemerintahan dan kebijaksanaan militer. Periode pertama mulai tahun
132 – 232H/750-847 M. Periode kedua mulai tahun 232-334 H / 847-946 M,
peride ketiga mulai tahun 334- 464 H /946- 1075 M, periode ke empat mulai
tahun 464 – 623 H / 1075 – 1225 M, dan periode ke lima mulai tahun
623 – 656 H/1225–1258 M.
A. Kondisi Sosial
Menyebarnya Islam sampai ke luar jazirah Arab membuat bangsa arab
berinteraksi dengan bangsa non Arab,sehingga muncullah kelas dalam
masyarakat Arab :
1. Kaum muslim Arab
2. Kaum muslim non Arab (mawali)
3. Kaum non muslim (zimmi)
Irwan Setiawan, S.Pd.I 19 | P a g e
Akan tetapi karena runtuhnya Dinast Umayyah karena adanya perbedaan
perlakuan terhadap masyarakat maka kemudian Dinasti Abbasiyah berusaha
menghapus kelas-kelas sosial tersebut. Mereka menyamakan antara orang arab
maupun non arab. Setiap masyarakat punya hak yang sama dalam hal
berpendapat dan berkarya. Sehingga pada masa ini pengaruh dari orang non arab
pun sangat besar, termasuk dalam hal pemerintahan.
Beberapa Keluarga yang berperan penting dalam pemerintahan Dinasti
Abbasiyah:
1. Keluarga Barmak
Dipimpin oleh Khalid bin Barmak. Ia punya peran besar dalam gerakan
dakwah dan proses berdirinya dinasti Abbasiyah. Jasa besar Khalid bin
Barmak adalah menumpas pemberontakan di Mesopotamia. Kemudian dia jadi
Gubernur disana. Dia diangkat sebagai Wazir yang pertama kali, kemudian
diganti anaknya Yahya bin Khalid,kemudian Ja‟far bin Yahya. Selain itu
saudaranya Fadl bin Yahya jadi Gubernur Persia Barat dan Khurasan
2. Dinasti Buwaihiyah
Mereka berasal dari golongan Syi‟ah, punya peran penting selama satu
abad. Ia adalah putra-putra Buwaih yang berasal dari Dailami yang tinggal di
pegunungan barat daya Laut Kaspia. Mereka terdiri Ali bin Buwaih berkuasa
di Isfahan, Hasan bin Buwaih berkuasa di Ray dan Jabal dan Ahmad bin
Buwaih yang berkuasa di Al Ahwaz dan Khuzistan. Mereka diakui sebagai
Irwan Setiawan, S.Pd.I 20 | P a g e
Sultan oleh khalifah Abbasiyah, sebaliknya mereka mengakui kekhalifahan
Dinasti Abbasiyah
3. Dinasti Seljuk
Kedudukannya hampir sama dengan dinasti Buwaihiyah. Mereka jadi
penguasa yang sesungguhnya sementara khalifah hanya sebagai simbol saja.
2. Perkembangan Kebudayaan pada masa Bani Abbasiyah
Wilayah yang telah ditaklukkan penduduknya masuk Islam dengan sukarela
setelah mengetahui kemajuan peradaban arab dan rapinya pemerintahan Islam
Banyak wilayah yang ditaklukan ter-arabkan seperti: Mesir, suriah,
palestina, maroko, dan al jazair. Banyak bangsa ini yang lupa bahasa dan budaya
mereka sendiri, sehingga pengertian arab tidak hanya bagi orang yang di jazirah
arab saja.
Bangsa non arab yang telah masuk wilayah Islam mempergunakan bahasa
arab dan adat istiadat arab dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat ini Baghdad dan
Andalusia sebagai pusat peradaban dan ilmu pengetahuan.
Di Sisilia hal yg hampir sama terjadi Raja Roger I dari Normandia
menjadikan istananya sbg tempat pertemuan para filosof, dokter dan ahli islam
lainnya (meniru Harun Arasyid). Ketika Roger II menjadi raja, ia juga terpengaruh
budaya arab. Pakaian kebesarannya adalah pakaian arab, gerejanya dihiasi dg ukiran
dan tulisan arab. Wanita kristen Sisilia meniru mode pakaian Islam
Irwan Setiawan, S.Pd.I 21 | P a g e
Masa Harun Arasyid dan Al Makmun peradaban Islam mencapai puncak
kejayaan, ikut berperan juga bangsa india dan Yunani.
Banyak sastrawan dan Budayawan yang muncul saat Islam menguasai
Jundisabur, Harran, Antiokia dan Iskandariyah.
a. Bukti kemajuan budaya masa Bani Abasiyah
Munculnya sastrawan dan budayawan seperti : Umar Khayam, Az Zamakhsyari,
Al Qusyairi, AnNafisi, Ibnu Maskawaih, Al Kindi
Adanya peninggalan-peninggalan bersejarah, seperti: Istana, masjid dan
bangunan lainnya.
b. Sastrawan dan Budayawan tersebut antara lain:
1. Umar Khayam
Lahir di Nisabur, Khurasan. Seorang penyair yang juga ahli bidang
matematika, astronomi dan filsafat. Dia bekerja pada Sultan Maliksyah, raja
dinasti Seljuk yang menguasai Persia. Karyanya “Rubaiat”. Dia juga seorang
sufi yang mengkritik dan mengoreksi para ilmuwan. Dalam sajaknya selalu
mencari pembuktian logis dlm menghadapi problem-problem filsafat.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 22 | P a g e
2. Az Zamakhsyari
Dia adalah pakar bahasa dan kesusastraan arab, karyanya : Asas al
Balaghah, Al Mufrad wa al Mua‟allaf fi an Nahwi, al Mustaqim fi Amsal al
arab.
c. Peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut antara lain:
Istana Al Hasyimiyah yg didirikan oleh Abu Abbas Assafah
Pembangunan kota Baghdad pada masa Abu Ja‟far al Mansyur.
Pembangunan masjid sbg pusat kegiatan umat Islam seperti :
Masjid al Mansur oleh Abu Ja‟far al Mansyur
masjid Raya Ar Risyafah oleh al Mahdi
Masjid Jami‟ Qosr al Khilafah oleh al Muktafi
Masjid Raya Samarra oleh al Mutawakkil.
Masjid Agung Isfahan oleh Al Malik Syah.
Masjid Talkhatan Baba di Mery.
Masjid Alaudin Kaskobad di Nedge.
dan sebagainya
d. Fungsi masjid pada masa Bani Abbasiyah
Sebagai tempat sholat
Sebagai tempat bermusyawarah
Sebagai tempat berkumpulnya para ulama dan ilmuwan yang mendiskusikan
berbagai macam ilmu pengetahuan (tempat belajar)
Irwan Setiawan, S.Pd.I 23 | P a g e
Perkembangan Politik dan Militer Bani Abbasiyah, di bagi 5 periode :
Periode Pengaruh Persia Pertama
Periode Pengaruh Turki Pertama
Periode Pengaruh Persia Kedua
Periode Pengaruh Turki Kedua
Periode Non Pengaruh
1. Periode Pengaruh Persia Pertama
Dinamakan demikian karena periode ini terdapat satu keluarga
bangsawan Persia yang sangat berpengaruh dalam pemerintahan Bani
Abbasiyah, yakni keluarga Barmak. Periode ini merupakan masa keemasan
dan kejayaan Bani Abbas, walaupun demikian, bibit kemunduran Bani Abbas
sudah muncul pada periode ini, yaitu ketika terjadi perang saudara antara al
Amin dan al Ma‟mun.
Khalifah Bani Abbasiyah yang memerintah pada periode pertama :
1. Abu Abbas As-Saffah 750-754 M
2. Abu Ja‟far al Mansur 754-775 M
3. Al Mahdi 775-785 M
4. Al Hadi 785-786 M
5. Harun Ar Rasyid 786-809 M
6. Al Amin 809-813 M
Irwan Setiawan, S.Pd.I 24 | P a g e
7. Al Ma‟mun 813-833 M
8. Al Mu‟tasim 833-842 M
9. Al Wasiq 842-847 M
2. Periode Pengaruh Turki Pertama
Disebut demikian karena tentara Turki yang menjadi tentara Bani
Abbasiyah sangat mendominasi pemerintahan. Mereka diangkat oleh Khalifah
al Mu,tasim serta al Wasiq pd periode pertama. Pada periode ini pengaruh
mereka sangat kuat Bahkan mereka dapat mempengaruhi pengangkatan atau
pemberhentian khalifah.
Khalifah yg memerintah pada periode kedua :
1. Al Mutawakkil 847-861 M
2. Al Muntasir 861-862 M
3. Al Musta‟in 862-866 M
4. Al Mu‟taz 866-869 M
5. Al Muhtadi 869-870 M
6. Al Mu‟tamid 870-892 M
7. Al Mu‟tadid 892-902 M
Irwan Setiawan, S.Pd.I 25 | P a g e
8. Al Muktafi 902-908 M
9. Al Muktadir 908-932 M
10. Al Qahir 932-934 M
11. Ar Radi 934-940 M
12. Al Muttaqi 940-944 M
3. Periode Pengaruh Persia kedua
Disebut demikian karena pada masa ini sebuah golongan dari bangsa
Persia berperan penting dalam pemerintahan Bani Abbasiyah, yaitu Bani
Buwaih.Mereka memegang jabatan amir-al umara, yakni pelaksana kekuasaan
dan pemerintahan Bani Abasiyah. Khalifah pada masa ini hanya sebagai
simbul Istana.
Khalifah-khalifah yang berkuasa, al :
1. Al Muktafi 944-946 M
2. Al Muti 946-974 M
3. At Ta‟i 974-991 M
4. Al Qadir 991-1031 M
5. Al Qa‟im 1031-1075 M
Irwan Setiawan, S.Pd.I 26 | P a g e
4. Periode Pengaruh Turki Kedua
Disebut demikian karena pada saat ini sebuah golongan dari bangsa
Turki berperan penting dalam pemerintahan Bani Abbasiyah, yakni Bani
Seljuk. Sama halnya dengan Bani Buwaih, mereka juga memegang jabatan
amirul-umara, yakni pelaksana kekuasaan dan pemerintahn Bani Abbasiyah
Khalifah pada periode ini adalah :
1. Al Qa‟im 1031-1075 M
2. Al Muqtadi 1075-1094 M
3. Al Mustazir 1094-1118 M
4. Al Mustarsid 1118-1135
5. Ar Rasyid 1135-1136
6. Al Muqtafi 1136-1160
7. Al Mustanjid 1160-1170
8. Al Mustadi 1170-1180
9. An Nasir 1180-1225
Irwan Setiawan, S.Pd.I 27 | P a g e
5. Periode Non Pengaruh
Pada periode ini Bani Abbasiyah sudah tidak lagi dipengaruhi pihak
manapun. Akan tetapi, kekuatan politik dan militer Bani Abbasiyah sudah
lemah sehingga kekuasaan mereka tinggal meliputi wilayah Irak dan
sekitarnya saja. Bani Abbasiyah runtuh pada tahun 1258 M karena serangan
Bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
Khalifah pada periode kelima ini antara lain :
1. An Nasir 1180-1225 M
2. Az Zahir 1225-1226 M
3. Al Mustansir 1226-1242 M
4. Al Musta‟sim 1242-1258 M
Irwan Setiawan, S.Pd.I 28 | P a g e
Perbedaan sikap politik antara Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah
Bani Umayyah
Dalam segala bidang masih bercorak arab murni
Bani Abbasiyah
Dalam berbagai bidang sudah mulai bercampur dengan corak persia, turki dan
lainnya.
Baghdad jadi kota terbuka sehingga segala bangsa yang menganut berbagai
keyakinan dijinkan bermukim di dalamnya, karena merupakan pusat kegiatan
politik,ekonomi sosial dan budaya.
Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya.
Para menteri keturunan persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan
pemerintahan sehingga mereka memegang peranan yang penting dalam
pembinaan Tamaddun Islam.
Lembaga Pemerintahan
Pengangkatan wazir (perdana menteri) sebagai pembantu khalifah dalam
menjalankan roda pemerintahan.
Pembentukan Diwanul Kitabah yang dipimpin oleh Raisul Kitabah(sekretaris
negara)
Raisul Kitabah dibantu oleh beberapa sekertaris :
Irwan Setiawan, S.Pd.I 29 | P a g e
Katibul Rasa‟il/urusan persuratan
Katibul Kharaj/urusan keuangan atau pajak
Katibul Jundi/urusan tentara atau kemiliteran
Katibul Qudha/urusan kehakiman
Katibul Syurtan /urusan kepolisian
Pengangkatan Amir (pemimpin dari Imarat) dan Syaikh al Quran
Pembentukan Angkatan Bersenjata, panglima besar angkatan perangnya
bernama Amirul Umara
Pembentukan Baitul Maal (kas negara)
Perbendaharaan negara/Diwanul khazanah
Urusan Hasil bumi /Diwanul Azra‟a
Perlengkapan tentara/Diwanul Khazainushsilah
Pembentukan Mahkamah Agung
Al Qadla, mengurus perkara agama, hakimnya disebut qadli
Al Hisbah, mengurus masalah umum, perdata maupun pidana, hakimnya Al
Mustashib
An Nashar Fil Mazhalim, menyelesaikan perkara banding dari tingkat al qadla
dan al hisbah, hakimnya Shahibul Madzalim
Irwan Setiawan, S.Pd.I 30 | P a g e
Kemajuan dalam bidang Militer
Angkatan perang pada masa bani Abbasiyah terdiri dari :
Al Jundul Murtaziqah
Al Jundul Muthauwilah, yaitu tentara sukarela
Lima karakteristik pemerintahan Bani Abbasiyah
Khalifah dari keturunan arab murni sedangkan menteri, gubernur , panglima dan
pegawainya dari Mawali (ket. Persia)
Baghdad sebagai ibu kota
Ilmu pengetahuan dipandang sesuatu yang sangat penting dan mulia
pengakuan terhadap kebebasan berpikir sebagai bagian dari hak asasi manusia
para menteri bukan arab diberikan kebebasan penuh dalam menjalankan
pemerintahan dan mengembangkan peradaban Islam
Kemajuan Ilmu Pendidikan
Bukti perkembangan pendidikan dan pengetahuan :
1. Berdirinya lembaga-lembaga pendidikan :
Darul Hikmah,yang didirikan Harun Al-Rasyid dan disempurnakan oleh
Kholifah Al-Ma‟mun.
Darul Hikmah ini merupakan perguruan tinggi (universitas) yang luas dan
memiliki perpustakaan besar. Untuk belajar ilmu kedokteran, matematika,
optika, geografi, fisika, astronomi, sejarah, filsafat, dan lain-lain.
Madrasah-madrasah
Irwan Setiawan, S.Pd.I 31 | P a g e
Majelis Mumadharuh, yaitu majelis tempat pertemuan para ulama, sarjana, ahli
pikir dan pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
Berdirinya perguruan tinggi “An-Nizhamiyah”. Guru besarnya “Imam Al-
Ghazali”
2. Berdirinya kota pendidikan seperti : Mekah, Madinah, Kuffah, Damaskus,
Hijjaj, Kairawan, Mesir dll
3. Berkembangnya Ilmu Naqli spt :
Ilmu tafsir : Ibnu Jarir ath Thobari, As Suda
Ilmu Hadits : Imam Bukhori
Ilmu Tasawuf
Peran Baitul Hikmah dalam Transformasi Ilmu Pengetahuan
1. Sebagai perpustakaan yang menyediakan buku-buku / literature dari berbagai
sumber dan bahasa, sehingga menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi umat
Islam.
2. Sebagai lembaga penterjemah buku-buku / karya-karya asing ( Yunani, India,
Persia ) ke dalam bahasa Arab, sehingga buku-buku asing tersebut dapat
diketahui isinya oleh umat Islam dan dapat dikembangkan oleh ilmuwan-
ilmuwan muslim.
3. Sebagai pusat kegiatan studi dan riset keilmuwan.. Dari kegiatan ini dapat
melahirkan karya-karya besar dalam ilmu pengetahuan baik dalam ilmu Filsafat,
Astronomi maupun Kedokteran.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 32 | P a g e
4. Sebagai tempat para ahli / ilmuwan muslim berkumpul untuk membahas dan
berdiskusi tentang suatu ilmu atau masalah. Dari kegiatan ini dapat melahirkan
ilmuwan-ilmuwan Muslim yang terkenal sepanjang sejarah baik ilmuwan
dibidang Filsafat, Astronomi maupun Kedokteran.
Dampak Positif Berdirinya Baitul Hikmah
1. Ilmu pengetahuan semakin berkembang.
2. Melahirkan ahli-ahli / ilmuwan-ilmuwan di bidang ilmu pengetahuan.
3. Peradaban dan kebudayaan Islam semakin maju.
4. Melahirkan karya-karya besar dalam ilmu pengetahuan.
Bidang-bidang Ilmu Pengetahuan yang Berkembang pada Masa Dinasti
Abbasiyah
1. Ilmu Filsafat
2. Ilmu Kedokteran
3. Ilmu Astronomi.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 33 | P a g e
Bidang-bidang Ilmu Agama Islam yang berkembang pada masa Dinasti
Abbbasiyah
Perkembangan dan kemajuan Ilmu Agama Islam pada masa Dinasti
Abbasiyah ini ditandai dengan :
1. Munculnya tokoh-tokoh / ulama-ulama besar dalam ilmu agama Islam
yang memiliki integritas tinggi, seperti : Imam Syafii, Malik, Hanafi dan
Hambali ( 4 imam mazhab fiqh ), Imam Bukhori, Muslim, Abu Dawud,
At Tirmizi, An Nasai dan Ibnu Majah ( 6 imam dalam ilmu Hadist )
2. Lahirnya karya-karya besar dan monumental di bidang ilmu agama
Islam, seperti : Kutubussitah (enam kitab Hadist), Tafsir At Tabari, Kitab
Al Muwatta, Kitab Ar Risalah dan lain-lain.
3. Berdirinya Madrasah-madrasah mulai dari tingkat Dasar, Menengah dan
tingkat Atas.
4. Berdirinya Majlis Munadzaroh, tempat membahas dan mendiskusikan
persoalan agama yang dianggap sulit untuk dipecahkan.
Faktor kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam pada masa Bani
Abbasiyah
1. Adanya kontak antara Islam (Arab) dengan Persi, di mana Persia banyak
berperan dalam pengembangan tradisi keilmuwan Yunani, salah satunya melalui
Akademi Jundishabur.
2. Peran keluarga Barmak yang sengaja dipanggil khalifah harun Ar Rasyid untuk
mendidik keluarga istana dalam pengembangan keilmuwan.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 34 | P a g e
3. Adanya gerakan penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab. Pada
waktu itu para penguasa dan masyarakat memberi penghargaan yang besar
kepada para penerjemah.Salah satu bentuk penghargaan adalah ”para
penerjemah diberi hadiah emas seberat buku yang berhasil ia terjemahkan”.
4. Besarnya perhatian para khalifah Dinasti Abbasiyah terhadap ilmu pengetahuan
terutama Harun Ar Rasyid dan Al Ma‟mun yang sangat mencintai ilmu.
5. Adanya percampuran berbagai kebudayaan seperti Persia, Yunani, India dan
Arab.
6. Para khalifah Dinasti Abbasiyah tidak memprioritaskan perluasan wilayah Islam
karena wilayah kekuasaan Islam waktu itu sudah sangat luas. Oleh karena itu
pemerintah dapat lebih berkonsentrasi mengurus urusan dalam negeri.
7. Didirikannya pabrik kertas, yang memungkinkan masyarakat dapat memperoleh
kertas dengan harga yang murah. Dan juga memudahkan penyalinan naskah-
naskah asing ke dalam bahasa Arab secara besar-besaran.
8. Berdirinya lembaga Baitul Hikmah sebagai tempat penterjemahan, diskusi dan
mengadakan penelitian.
Mengambil ibrah dari perkembangan kebudayaan Islam pada masa Bani
Abbasiyah
1. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam pada masa Bani
Abbasiyah telah memberikan dampak positif terhadap kehidupan umat Islam.
Banyak ilmuwan besar muslim yang melahirkan karya besar pada masa ini.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 35 | P a g e
Penemuan-penemuan ilmiah dibidang politik, sosial, budaya dan ilmu
pengetahuan berikutnya.
2. Pada masa Abbasiyah, Islam benar-benar mencapai puncak peradaban dan
memberikan kontribusi besar bagi perkembangan peradaban dunia.
3. Hampir semua ilmu pengetahuan yang berkembang dasar-dasarnya telah
ditemukan pada masa Abbasiyah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban
menjadikan masyarakat Dinasti Abbasiyah hidup tenteram, perekonomian pun
berjalan stabil. Para kholifahnya berhasil mengatsi muusuh-musuhnya.
EVALUASI
Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan benar !
1. Tunjukkan bukti-bukti kemajuan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti
Abbasiyah!
2. Apa yang menjadi alasan filsuf Islam berpendirian bahwa tujuan filsafat mirip
dengan tujuan agama!
3. Jelaskan peran ilmu astronomi dengan pelaksanaan beberapa ketentuan agama
Islam !
4. Bagaimana bentuk penghargaan terhadap para penterjemah !
5. Sebutkan fungsi Baitul Hikmah pada masa Dinasti Abbasiyah!
PENUGASAN
1. Tugas Individu
Bacalah dan ceritakan kembali kemajuan dibidang sosial dan kebudayaan pada masa
Bani Abbasiyah
2. Tugas Kelompok
Diskusikan bersama temanmu kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan pada masa
Bani Abbasiyah.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 36 | P a g e
BAB III
TOKOH-TOKOH MUSLIM DAN PERANANNYA
DALAM KEMAJUAN KEBUDAYAAN/ PERADABAN ISLAM
PADA MASA BANI ABBASIYAH
Standar Kompetensi :
Memahami perkembangan Islam pada masa bani Abbasiyah
Kompetensi Dasar :
Mengidentifikasi Tokoh-tokoh Ilmuwan Muslim dan perannya dalam
kemajuankebudayaan /peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah.
Indikator
6.3.1. Mengklasifikasi Tokoh ilmuwan muslim masa Bani Abbasiyah
6.3.2. Menunjukkan peran tokoh ilmuwan muslim pada pada masa Bani Abbasiyah
6.3.3. Mengklasifikasi kemajuan ilmuwan muslim masa Bani Abbasiyah
6.3.4. Mengidentifikasi kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah
A. Kemajuan Dinasti Abbasiyah di Bidang Ilmu Pengetahuan
1. Tokoh-tokoh dan Hasil Karya di Bidang Filsafat
a. Al – Kindi
Al Kindi adalah filsuf besar pertama Islam. Ia lahir pada tahun 801 M
(pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid) dan meninggal pada tahun 869 M.
Pada masa pemerintahan khalifah-khalifah besar Dinasti Abbasiyah, yaitu al-
Amin, al-Ma‟mun, al-Mu‟tasim, al-Wasiq, dan al-Mutawakkil, ia diangkat
sebagai guru dan tabib kerajaan.
Al-Kindi lahir di Kufah dan nama lengkapnya adalah Abu Yusuf
Ya‟qub bin Ishak bin Sabah bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin al-
Asy‟as bin Qais al-Kindi. Nama al-Kindi berasal dari nama salah satu suku
Arab yang besar sebelum Islam, yaitu suku Kindah.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 37 | P a g e
Al-Kindi dikenal sebagai filsuf muslim yang pertama karena ia adalah
orang Islam pertama yang mendalami ilmu-ilmu filsafat. Hingga abad ke-7 M,
pengetahuan filsafat masih didominasi orang-orang Kristen Suriah. Selain
menerjemahkan, al-Kindi juga menyimpulkan karya-karya filsafat Helenisme.
Ia juga dikenal sebagai pemikir muslim pertama yang menyelaraskan filsafat
dan agama. Al-Kindi memandang filsafat sebagai ilmu yang mulia. Ia
melukiskan filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu dan kearifan dari segala
kearifan. Filsafat bertujuan untuk memperkuat kedudukan agama dan
merupakan bagian dari kebudayaan Islam
Gambar : Al-Kindi Ibnu Ishaq Al-Kindi
Karya Al Kindi
Karya-karya al-Kindi berjumlah kurang lebih 270 buah. Karya tersebut
kebanyakan berupa risalah-risalah pendek dan banyak yang sudah tidak
ditemukan lagi. Karya –karya itu dapat dikelompokkan dalam bidang filsafat,
logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis, astrologi, psikologi,
politik, dan meteorologi. Salah satu karya Al Kindi di bidang filsafat
adalah Risalah fi Madkhal al Mantiq bi Istifa al Qawl fih yang berisi tentang
sebuah pengatar logika. Dari karya-karyanya itu dapat diketahui bahwa al-
Irwan Setiawan, S.Pd.I 38 | P a g e
Kindi adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan
mendalam.
b. Al-farabi
Al-Farabi lahir di Farab pada tahun 870 M dan wafat di Aleppo (Suriah)
pada tahun 950 M. Nama lengkapnya adalah Abu Nasr Muhammad bin
Muhammad bin Tarkhan bin Uzlag al-Farabi. Ia selalu berpindah tempat dari
waktu ke waktu. Ia dikenal rajin belajar serta memiliki otak yang cerdas. Al-
Farabi banyak belajar agama, bahasa Arab, bahasa Turki, dan bahasa Persi.
Setelah dewasa, ia pindah ke Baghdad dan tinggal di sana selama 20 tahun
serta mempelajari filsafat, logika, matematika, etika, ilmu politik, dan musik.
Al-Farabi mengarang beberapa buku dalam berbagai bidang diantaranya
logika, fisika, ilmu jiwa, kimia, ilmu politik, dan musik.
Gambar : Al-Farabi
Dua karya yang termasyur adalah al-Jam’u Baina Ra’yi al-
Hakimaini (mempertemukan dua pendapat filsuf, Plato dan Aristoteles)
dan Uyun al-Masail (pokok-pokok Persoalan).
Irwan Setiawan, S.Pd.I 39 | P a g e
Pendapat Al Farabi Tentang Negara
Ada Lima bentuk Negara yaitu : negara utama, negara orang-orang
bodoh, negara orang-orang fasik, negara yang berubah-ubah, dan negara sesat.
1. Negara Utama (al-Madinah al Fadlilah)
Negara utama adalah negara yang penduduknya berada dalam
kebahagiaan. Bentuk negara ini dipimpin oleh para nabi dan dilanjutkan oleh
filsuf.
2. Negara orang-orang bodoh adalah negara yang penduduknya tidak mengenal
kebahagiaan.
3. Negara orang-orang fasik (al-Madinah al-Fasiqah)
Negara orang-orang fasik adalah negara yang penduduknya mengenal
kebahagiaan, tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negara orang-
orang bodoh.
4. Negara yang berubah-ubah (al-Madinah al-Mutabaddilah)
Penduduk negara ini awalnya mempunyai pikirkan dan pendapat seperti
yang dimiliki penduduk negara utama, tetapi mengalami kerusakan.
5. Negara sesat (al-Madinah ad-Dallah)
Negara sesat adalah negara yang pemimpinnya menganggap dirinya
mendapat wahyu. Ia kemudian menipu orang banyak dengan ucapan dan
perbuatannya
Irwan Setiawan, S.Pd.I 40 | P a g e
c. Ar Razi
Ar Razi adalah seorang dokter dan filsafat besar, beliau dilahirkan di Rayy
(Taheran) pada tahun 865 M dan wafat tahun 932 M. beliau mempelajari beberapa
ilmu pengetahuan seperti ilmu matematika, ilmu astronomi, ilmu logika, ilmu sastra,
dan ilmu kimia. Kemudian beliau memusatkan perhatiannya pada ilmu kedokteran dan
ilmu filsafat.
Gambar : Ar-Razi
Kesungguhan Ar-Razi dalam belajar, meneliti, dan menulis sangat luar biasa. Ia
pernah menulis dalam setahun lebih dari 20.000 lembar kertas. Karya Ar-Razi
mencapai 232 buku risalah dan kebanyakan dalam bidang kedokteran.
Karya tulis Ar-Razi yang terbesar adalah Al-Hawi, yaitu sebuah ensiklopedia
kedokteran yang berjumlah 20 Jilid. Buku ini berisi ilmu kedokteran Yunani, Arab,
dan suriah yang ditulis dari hasil penelitian Ar-Razi sendiri.
Buku tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Latin pada tahun 1279 M. sejak
itu buku tersebut dipakai sebagai rujukan di universitas-universitas Eropa hingga abad
ke 17 M. Bukunya yang lain adalah Fial Judari Hasbat, buku ini membahas penyakit
Irwan Setiawan, S.Pd.I 41 | P a g e
campak dan cacar yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin. Pada tahun 1866 M
buku ini dicetak untuk yang ke 40 kalinya.
d. Ibnu Sina
Ibnu Sina memiliki nama asli Abu al-Husain bin Abdullah. Ia dilahirkan
di Afsyanah, Bukhara pada tahun 890 M dan meninggal di Hamdan pada
tahun 1037 M. Ia merupakan seorang dokter dan filsuf Islam yang ternama.
Di Barat ia dikenal dengan nama Avicenna. Sejak kecil, Ibnu Sina
mempelajari Al-Qur‟an dan ilmu-ilmu agama. Setelah itu, ia mempelajari
matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika, dan kedokteran.
Gambar : Ibnu Sina
Karya Ibnu Sina
Ibnu Sina meninggalkan tidak kurang dari 200 karya tulis. Kebanyakan
tulisan itu menggunakan bahasa Arab, sedangkan sebagian lain menggunakan
bahasa Persia. Buku-bukunya yang terkenal, antara lain seperti berikut :
1. Asy-Syifa’ (Penyembuhan). Sebuah buku yang menjadi literature
penting dalam dunia kedokteran di Eropa.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 42 | P a g e
2. Al-Qanun fit-Tibb (Peraturan-peraturan dalam Kedokteran)
3. Al-Isyarat wa at-Tanbihat (Isyarat dalam Penjelasan)
4. Mantiq al-Masyriqiyyin (Logika Timur).
5. „Uyun al Hikmah ( Mata air Hikmah ).
e. Ibnu Maskawaih
Ibnu Maskawaih lahir pada tahun 941 M dan meninggal pada tahun
1030 M. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin
Ya‟kub bin Maskawaih terkenal sebagai ahli sejarah dan filsafat. Selain itu, ia
juga seorang moralis, penyair, serta ahli ilmu kimia.
Ibnu Maskawaih mempunyai hubungan yang baik dengan para penguasa
pada zamannya. Ia pernah mengabdi kepada Abu Fadl al-Amid sebagai
pustakawan. Setelah itu, ia mengabdi kepada putranya, Abu al-Fath Ali bin
Muhammad. Kedua orang tersebut menjadi menteri pada masa Dinasti
Buwaihiyah. Ia juga pernah mengabdi kepada Adud Daulah, seorang
penguasa Dinasti Buwaihiyah. Ibnu Maskawaih merupakan seorang pemikir
muslim yang produktif
Karya Ibnu Miskawaih
Beberapa karya tulisnya yang sampai kini masih ada, antara lain sebagai
berikut :
1. Al-Fauz al-Akbar (Kemenangan Besar)
2. Al-Fauz al-Asgar (Kemenangan Kecil)
3. Tajarib al-Umam (Pengalaman Bangsa-bangsa)
Irwan Setiawan, S.Pd.I 43 | P a g e
4. Uns al-Farid (Kesenangan yang tiada tara)
5. Tartib as-Sa’adah (Akhlaq dan politik)
6. As-Siyas (Aturan hidup)
7. Jawidan Khirad (Ungkapan Bijak)
8. Tahzib al-Akhlaq (Pembinaan Akhlaq)
Pemikiran filosofis Ibnu Maskawaih yang ditunjukkan pada etika dan
moral dimuat dalam tiga bukunyaq, yaitu Tartib as-Sa’adah, Tahzib al-
Akhlaq, dan Jawidan Khirad
f. Al-Gazali
Al-Gazali lahir di kota Gazalah, sebuah kota kecil di dekat Tus,
Khurasan. Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad
at-Tusi al-Gazali. Ia lahir pada tahun 1058 M danmeninggal pada tahun 1111
M. Al-Gazali adalah seorang pemikir, teolog, filsuf, dan sufi termasyhur
sepanjang sejarah Islam.
Gambar : Al-Gazali
Irwan Setiawan, S.Pd.I 44 | P a g e
Ia lahir dari keluarga sederhana yang taat beragama. Pendidikannya dimulai
dengan belajar Al-Qur‟an dari ayahnya sendiri. Sepeninggal ayahnya, ia dan
saudaranya dititipkan pada Ahmad bin Muhammad ar-Razikani, seorang temah
ayahnya dan sufi besar. Dari ar-Razikani, al-Gazali mempelajari ilmu fiqih, riwayat
hidup, dan kehidupan spiritual para wali. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke
Jurjan dan berguru pada Imam Abu Nasr al-Isma‟il. Beberapa tahun kemudian, ia
pergi ke Nisabur dan memasuki Madrasah Nizamiyah, yaitu madrasah yang didirikan
oleh Nizamuk Mulk, perdana menteri dari Dinasti Saljuk. Di sana, al-Gazali berguru
kepada Imam Haramah al-Juwaini tentang ilmu usul fiqih, ilmu mantiq, dan ilmu
kalam. Karena bakatnya, al-Gazali diangkat sebagai asisten yang menggantikan al-
Juwaini mengajar jika ia berhalangan hadir.
Karya Al Ghazali
Di Nisabur ini, bakat menulis al-Gazali berkembang. Ia menulis hampir
100 buku tentang teologi, fiqih, tasawwuf, akhlak, dan autobiografi dalam
bahasa Arab dan Persia. Karena keahliannya diberbagai bidang ilmu, baik
filsafat, ilmu kalam, fiqh dan tasawuf maka Ia mendapat gelar Hujjatul Islam.
Diantara bukunya yang terkenal adalah sebagai berikut :
1. Maqasid al-falasiyah (Tujuan dari Filsuf)
2. Tahafut al-Falasiyah (Kekacauan para Filsuf)
3. Ihya’Ulumudin (Menghidupkan ilmu-ilmu Agama). Berisi tentang
perpaduan antara fiqh dan tasawuf dan merupakan buku yang terkenal
dalam ilmu tasawuf dan ilmu kalam.
4. Al-Munqiz min ad-Dalal (Penyelamat dari Kesesatan)
Irwan Setiawan, S.Pd.I 45 | P a g e
g. Ibnu Rusyd
Ia seorang filsuf ulung yang juga ahli ilmu Al-Qur‟an dan ilmu-ilmu
yang lain, seperti biologi, kedokteran, dan astronomi. Ibnu Rusyd lahir di
Cordova, Spanyol pada tahun 1126 M dan meninggal di Maroko pada tahun
1198 M. Di Barat/Eropa dia dikenal dengan nama Averroes. Ulasan-ulasannya
terhadap filsafat Aristoteles berpengaruh besar pada kalangan ilmuwan di
Eropa sehingga muncul di sana suatu aliran filsafat yang dinisbahkan pada
namanya, yaitu Averroisme. Salah satu dampak pemikiran Ibnu Rusyd di
Eropa adalah terjadinya kebebasan berpikir di sana.
Gambar : Ibn Rusyd
Karya Ibnu Rusyd
Diantara karyanya ialah Fasl al-Maqal fi ma baina asy-Syari’ah wal
Hikmah minal Ittisal (Pembeda yang jelas hubungan antara Syariat dan
Filsafat). Al-Kasyf’an Manahij al-Adillah fi Aqaid al-Millah (Menyingkap
Metodologi Dalil dalam Akidah Agama), dan Tahafut at-Tahafut (Kerancauan
Berpikir dalam buku kerancauan filsafat). Buku terakhir ini ditujukan untuk
Irwan Setiawan, S.Pd.I 46 | P a g e
membantah pendapat-pendapat al-Gazali dalam buku Tahafut al-
Falasifah (Kerancauan Filsafat). Selain seorang filsuf, Ibnu Rusyd juga
seorang dokter dan ahli hukum Islam (fiqih). Kitab fiqihnya yang terkenal
adalahBidayatul Mujtahid (Permulaan bagi Mujtahid).
2. Tokoh – tokoh dan Hasil Karya di Bidang Kedokteran
1. Ibnu Musawah
Nama lengkapnya adalah Abu Zakariya Yuhana bin Musawah. Ia
seorang dokter yang masyhur pada abad ke-9 M/3 H. Kariernya sebagai
dokter dimulai sejak masa khalifah Harun ar-Rasyid hingga al-Mutawakkil. Ia
pernah menjadi dokter istana dan terkenal sebagai dokter spesialis diet.
Diantara karyanya yang terpenting ialah An-Nawadir at-Tibbiyah, sebuah
kumpulan aforisme medis, danKitab al-Azmina, sebuah deskripsi tentang
musim sepanjang tahun. Ia juga banyak berjasa dalam menerjelahkan buku-
buku kedokteran Yunani.
2. Jabir bin Hayyan
Jabir bin Hayyan dikenal sebagai seorang ahli kimia dan dokter
termasyhur. Di Barat, ia terkenal dengan nama Geber. Ia lahir di Tus pada
tahun 721 M dan meninggal pada tahun 815 M di Kufah. Ia dekat dengan
keluarga khalifah Dinasti Abbasiyah di Baghdad karena hubungan baiknya
dengan keluarga Barmak. Seiring dengan tersingkirnya keluarga Barmak pada
masa Khalifah Harun ar-Rasyid, ia ikut menyingkir ke Kufah hingga wafat.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 47 | P a g e
Selain ilmu kimia, Jabir bin Hayyan juga menulis tentang logika,
matematika, kedokteran, dan fisika. Karya tulisnya berjumlah hamper 80 buah
dan banyak diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Diantara karya tulisnya
adalah at-Tajmi’ dan az-Zi’biq asy-Syargiy
3. Ar-Razi
Ar-Razi adalah seorang dokter dan filsuf besar pada zamannya. Nama
lengkapnya Abu bakar Muhammad bin Zakaria ar Razi. Ia berasal dari Persia.
Ia lahir di Ray pada tahun 865 M dan wafat pada tahun 932 M di kota yang
sama. Setelah mempelajari matematika, astronomi, logika, sastra, dan kimia,
ia memusatkan perhatiannya pada kedokteran, dan filsafat.
Kesungguhan ar-Razi untuk belajar, meneliti, dan menulis sangat luar
biasa. Ia pernah menulis dalam setahun lebih dari 20.000 lembar kertas. Karya
ar-Razi mencapai 232 buku atau risalah dan kebanyakan dalam bidang
kedokteran.
Karya tulisnya yang terbesar adalah al-Hawi, sebuah Ensiklopedi
Kedokteran yang berjumlah 20 jilid. Buku ini mengandung ilmu kedokteran
Yunani, Arab, dan Suriah yang ditulis dari hasil penelitian ar-Razi sendiri.
Buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada tahun 1279 M. Sejak
itu, buku tersebut dipakai sebagai rujukan di universitas –universitas Eropa
hingga abad ke-17 M. Bukunya yang lain adalah Fi al-Judari wa al-Hasbat.
Buku ini membahas penyakit campak dan cacar yang diterjemahkan ke dalam
bahasa latin. Pada tahun 1866 M, buku itu dicetak untuk yang ke-40 kalinya.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 48 | P a g e
4. Ibnu Sina
Ketika membicarakan filsafat, kita telah mengenal Ibnu Sina. Di Barat
ia dikenal dengan nama Avicenna. Konon, karyanya mencapai 200 buah yang
meliputi filsafat, kedokteran, geometri, astronomi, teologi, filologi, dan
kesenian. Karya monumentalnya berjudul Al-Qanun fit-Tibb. Buku ini
merupakan kumpulan pemikiran kedokteran Yunani-Arab. Karya Ibnu Sina
ini dipakai sebagai buku panduan bagi para mahasiswa yang mempelajarai
kedokteran dari abad ke-12 sampai abad ke-17 M. Buku ini membedakan
antara mediastinum dan pleurisy (pembengkakan pada paru-paru); mengenai
kemungkinan penalaran wabah penyakit phthisis (penyakit saluran
pernafasan, utamanya asma dan TBC) melalui pernafasan dan penyebaran
berbagai penyakit melalui air dan debu. Ibnu Sina juga memberikan diagnosis
ilmiah tentang penyakit ankylostomisis dan menyebutkan cacing pita sebagai
penyebabnya. Sekitar 170 jenis obat-obatan disebutkan dalam buku ini.
3. Tokoh-tokoh dan Hasil Karya di Bidang Astronomi
1. Al-Battani
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Jabir bin Sinan al-
Battani. Ia termasuk astronom Arab terbesar. Astronom yang dilahirkan
sekitar tahun 858 M ini bekerja di observatorium yang dibangun oleh
Khalifah al-Ma‟mun. Ia wafat pada tahun 929 M di Kasr al-Jis, sebelah Timur
Sungai Tigris/ Dajlah. Diantara karyanya ialah Kitab al-Buruj fi ma baina
Arba’ al-Falak, sebuah buku yang berbicara tentang naiknya tanda-tanda
zodiac, dan memberikan penyelesaian terhadap persoalan-persoalan
Irwan Setiawan, S.Pd.I 49 | P a g e
astrologis. Kitabnya yang berjudul Risalat fi Tahqiq Akdar al-Ittisalat berisi
uraian mengenali penentuan secara tepat kuantitas dari penerapan-penerapan
astrologis.
2. Al-Biruni
Al-Biruni adalah saintis muslim terkemuka pada masa Abbasiyah.
Selain ahli astronomi, ia juga ahli dalam bidang kedokteran, fisika, dan
matematika. Ilmuwan bernama lengkap Abu ar-Rayhan Muhamamd bin
Ahmad al-Biruni ini lahir di pinggiran kota Khawirizmi pada tahun 973 M. Ia
telah berjasa dalam menentukan arah kiblat. Selama hidupnya ia telah menulis
banyak buku, seperti Kitab at-Tafhim li Awa’il Sina’i at Tanjim (berisi
astronomi, geometri, aritmatika dan astrologi). Karya lainnya adalah al-
Qanun al-Ma’udi (ketentuan-ketentuan al-Mas‟udi), Kitab al-Hind (buku
tenang India), dan Maqalid ‘Ilm al-Hay’ah (kunci ilmu perbintangan). Pada
tahun 1048 M ia meninggal di Ghazna.
3. Al Khawarizmi
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Musa Al Khawarizmi. Ia
hidup pada tahun 780-850 M/194- 266 H.Di samping ahli dibidang astronomi
ia juga ahli di bidang matematika. Salah satu jasanya di bidang matematika
adalah menyusun buku tentang al jabar ( dalam bahasa Inggris disebut Al
goritme ) yang berjudul Muktasar fi Hissab al jabiwa al muqaballah (
Ringkasan Perhitungan Al jabar dan Perbandingan ) yang disusun pada tahun
825 pada masa pemerintahan Al Makmun. Ia dikenal sebagai Bapak Al Jabar
dan di Barat / Eropa dikenal dengan nama Algoarisme / Algorisme.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 50 | P a g e
Di samping itu ia juga berhasil menemukan angka “nol” ( 0 ) yang
dalam bahasa Arab disebut “sifr” dalam bukunya Al jam’wa at Tafriq bi
Hisab al Hind ( Menambah dan memecah dengan perhitungan India ). Pada
mulanya angka 1 sampai 9 berasal dari Hindu (India), kemudian
dikembangkan oleh umat Islam (Arab), sehingga angka 1 sampai 9 dan angka
nol ( 0 ) disebut sebagai angka (bilangan) Arab, kemudian berkembang lagi
menjadi angka (bilangan) Latin.
4. Tokoh-tokoh yang Berperan dalam Bidang Ilmu Agama Islam dan Karya-
karyanya
1. Tokoh-tokoh Ilmu Hadist, Perkembangan dan Karya Besarnya
2. Tokoh-tokoh Ilmu Tafsir, Perkembangan dan Karya Besarnya
3. Tokoh-tokoh Ilmu Fiqh, Perkembangan dan Karya Besarnya
4. Tokoh-tokoh Ilmu Tasawuf, Perkembangan dan Karya Besarnya.
1. Tokoh-tokoh Ilmu Hadist, Perkembangan dan Karya Besarnya
BUKHARI, karyanya antara lain Sahih al-Bukhari, at-Tarikh as-Sagir, at-
Tarikh, al-Ausat, Tafsir al-Musnad al-Kabir, Kitab al-illal, Kitab ad-Duafa,
Asami as-Sahab, dan Kitab al-Kura.
MUSLIM, karya terbesarnya adalah al-Jami’as-Shahih Muslim yang lebih
dikenal dengan sebutan Shahih Muslim. Hadits-hadits yang dimuat dalam
Shahih Muslim adalah hadits yang telah disepakati dan disaring dari 300.000
hadits yang diketahuinya
Irwan Setiawan, S.Pd.I 51 | P a g e
ABU DAWUD, karyanya yaitu Sunan Abi Dawud. Para ulama memasukkan
kitab tersebut ke dalam kutubus-sittahh atau enam hadits utama. Kitab hadits itu
memuat 4.800 hadits dari sekitar 500.000 hadits yang dikumpulkannya. Kitab
Sunan Abi Dawud merupakan yang paling popular diantara karangan-karangan
Abu Dawud yang berjumlah 20 judul. Tidak kurang dari 13 judul kitab telah
ditulis untuk mengulas karya tersebut dalam
bentuk syarh (komentar), mukhtasar (ringkasan), dan tahzib (revisi).
AT TIRMIDZI , diantara kelebihan Sunan at-Tirmidzi adalah pencantuman
riwayat dari sahabat lain mengenai suatu masalah yang dibahas dalam hadits
pokok, baik yang isinya semakna, berbeda, maupun bertentangan secara
langsung atau tidak langsung. Hal itu membuat pembahasan suatu masalah
dalam Sunan at-Tirmizi lebih mudah dipahami daripada dalam Sahih al-Bukhari
atau Sahih at-Tirmizi lebih mudah dipahami daripada dalam Sahih al-Bukhari
atau Sahih Muslim. Apabila kitab Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim hanya
dapat dipahami oleh seorang ahli, Sunan at-Tirmizi dapat dipahami oleh siapa
pun.
AN-NASA’I menulis beberapa kitab, as-Sunan al-Kubra (Sunah-sunah yang
Agung), as-Sunan al-Mujtaba’ (Sunah-Sunah Pilihan) yang terkenal
dengan Sunan an Nasa’i, Kitab at-Tamyiz (Kitab Pembeda), Kitab ad-
Duafa (Kitab tentang Orang-orang Kecil), Khasa’is Amirul Mu’minin Ali bin
Abi Thalib (Keistimewaan Amirul Mu‟minin Ali bin Abi Thalib), Musnad
Ali (Hadits dari Ali), danMusnad Malik (Kitab Hadits dari Malik), dan tafsir.
Kitab as-Sunan al-Mujtaba’ atau lebih dikenal Sunan An
Nasa’i merupakan kitab yang terkenal dari Imam an-Nasa‟i pada saat ini.
Kitab ini memuat 5.716 hadits dan termasuk dalamkutubussittah.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 52 | P a g e
Usaha-usaha untuk memelihara hadits diantaranya sebagai berikut :
1. Menghafal hadits-hadits
2. Memperbaiki susunan kitab-kitab hadits
3. Mengumpulkan hadits-hadits yang masih berserakkan ke dalam bagian-bagian
yang lebih sistematis
4. Membuat kitab syarah atau penjelasan terhadap kitab-kitab hadits terdahulu
Beberapa jenis kitab yang dihasilkan para ulama dalam periode ini adalah
sebagai berikut :
1. Kitab Mustakhrij
Yaitu kitab yang dihasilkan dengan metode istikhraj. Cara kerja
metode ini adalah mengambil hadits dari seorang ulama hadits tertentu, lalu
meriwayatkannya dengan sanad sendiri yang berbeda dari sanad ulama
tersebut.
2. Kitab Atraf
Yaitu kitab yang menyebut sebagian dari teks atau matan hadits saja,
kemudian menjelaskan seluruh sanad dari matan itu.
3. Kitab Mustadrak
Irwan Setiawan, S.Pd.I 53 | P a g e
Yaitu kitab yang menghimpun hadits-hadits yang memiliki syarah dari
al-Bukhari dan Muslim atau salah satu diantara keduanya.
4. Kitab Jami’
Yaitu kitab yang menghimpun hadits-hadits yang telah termuat dalam
kitab-kitab yang telah ada
2. Tokoh-tokoh Ilmu Tafsir, Perkembangan dan Karya Besarnya
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at Thabari,
Fakhruddin Ar Razi,
Az Zamakhsyari
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at Thabari,
Karya terbesar at-Tabari di bidang tafsir adalah sebuah kitab yang
berjudul Jami’al- Bayan fi Tafsir Al-Qur’an yang bisa disingkat at-
Tafsir atau Tafsir Tabari. Dalam kitab itu, at-Tabari menyebutkan bahwa tafsir
yang baik adalah tafsir yang juga menghargai pendapat para Sahabat dan Tabiin.
Selain dalam ilmu Tafsir Ia juga menghasilkan beberapa karya lain,
diantaranya Tarikh ar-Rasul wa al-Muluk (Sejarah para Rasul dan Raja-
raja). Tarikh ar-Rijal (Sejarah Para Tokoh), dan Tahzib al-Asar (Sebuah buku
dalam bidang hadits)
Fakhruddin Ar Razi,
Irwan Setiawan, S.Pd.I 54 | P a g e
Nama lengkap Abu Abdullah Muhamamd bin Umar bin Usain at-Taimi al-
Bakhri. Ia juga dikenal dengan nama ar-Razi atau Imam Fatkhruddin. Ia lahir di
Ray, Iran pada tahun 1149 M dan meninggal di Heart, Afganistan pada tahun
1209 M.
Beberapa karyanya dalam ilmu kalam adalah al-Matalib al-Aliyah min al-
llm al-Ilahi, Asas Taqdis dan al-Arba’in fi Usuluddin. Dalam bidang tasawwuf
karyanya adalah hikmah al-Irsyad dan an-Nazar ila Lata’if al-Assas dan
Kitab Syarh ‘Uyun al-Hikmah. Dalam bidang filsafat karyanya adalah
Kitab Syarh Qism al-Ilahiyat min al-Isyarah li Ibn Sina dan Lubah al-Isyarah. Ia
juga menuliskan buku dalam bidang sejarah, antara lain Kitab Manaqib al-Imam
asy-Syafi’i dan Kitab Syarh Saqt al-Zind li al-Mu’ri. Salah satu bukunya dalam
bidang usul fiqih adalah al-Mahsuf fi ‘Ilm Usul al-Fiqh.
Az Zamakhsyari
Az-Zamakhsyari memiliki nama lengkap Abu Kasim Mahmud bin Umar
az-Zamakhsari. Ia lahir di Khawarizmi tahun 1075 M dan meninggal di
Jurjaniyah tahun 1134 M.
Karya tafsir az-Zamakhsyari yang sangat terkenal adalah al-Kasyaf an
Haqaid at-Tanzil wa Uyun al-Aqawil (Penyingkap Tabir Hakikat Wahyu dan
Mata Air Hikmah) yang selesai ditulis pada tahun 1134 M. Dalam kitab ini, az-
Zamakhsyari menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an dengan merunjuk pada balaghoh
atau keindahan retorika untuk membuktikan sebagian aspek mukjizat Al-
Qur‟an. Kitab ini dikritik karena disisipi pandangan Muktazilah.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 55 | P a g e
3. Tokoh-tokoh Ilmu Fiqh, Perkembangan dan Karya Besarnya
Imam Hanafi,
Imam Hanafi lahir di Kufah pada tahun 699 M/80 H dan meninggal di
Baghdad pada tahun 776 M/157 H.
Imam Hanafi memiliki banyak guru dari kalangan tabiin, seperti Ata‟ bin
bin Abi Rabah, Imam Nafi Maula bin Amr, dan Imam Hammad bin Abi
Sulaiman. Selain mendalami ilmu fiqih, Imam Hanafi juga mendalami hadits
dan tafsir. Kedua ilmu itu sangat erat kaitannya denga ilmu fiqih. Dalam
menetapkan sebuah hukum, Imam Hanafi menggunakan beberapa dasar, yaitu
Al-Qur‟an, sunah Rasulullah SAW, fatwa dari sahabat, kias, istihsan, ijmak, dan
urf. Pemikirannya dalam fiqh sebagian besar diikuti oleh umat Islam di Turki,
Mesir, Turkistan, Afganistan, India dan Pakistan.
Imam Malik,
Imam Malik merupakan keturunan Yaman yang lahir di Madinah
pada tahun 715 M/93 H dan meninggal di kota yang sama pada tahun 795
M/179 H. Nama lengkapnya adalah Abdullah Malik bin Abi Amir bin Haris bin
Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbani.
Kitab termasyhur yang ditulis oleh Imam Malik adalah al-Muwatta‟. Inilah
kitab hukum Islam tertua yang sampai pada kita. Kitab itu ditulis atas
permintaan Khalifah al-Mansur dan selesai penulisannya pada masa Khalifah al-
Irwan Setiawan, S.Pd.I 56 | P a g e
Mahdi. Kitab itu merupakan kitab hadits sekaligus kitab fiqih karena berisi
hadits-hadits yang berkaitan dengan bidang-bidang fiqih
Imam Syafi’I
Imam Syafi‟i lahir di Gaza, Palestina pada tahun 767 M/150 H dan
meninggal di Fustat, Kairo pada tahun 820 M/204 H
Beberapa karya tulisnya adalah ar-Risalah (membahas tentang usul fiqih),
al-Umm (membahas kitab fiqih yang menyeluruh), al-Musnad (berisi hadits-
hadits nabi), dan ikhtilaf al-Hadits (hadits mengenai perbedaan-perbedaan dalam
hadits).
Imam Hambali
Imam Hambali lahir di Baghdad pada tahun 708 M/164 H dan meninggal
di tempat yang sama pada tahun 855 M/241 H. Nama lengkapnya Ahmad bin
Muhammad bin Hambal.Ia hidup pada masa khalifah al Makmun sampai masa
al Mutawakkil
Karya besar dalam ilmu hadits yaitu Kitab al-Musnad yang menghimpun
40.000 hadits yang disusun berdasarkan tertib nama sahabat yang
meriwayatkannya, kebanyakan hadits dalam kitab al-Musnad berderajat sahih
dan hanya sedikit sekali yang berderajat dhaif.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 57 | P a g e
Beberapa karya tulisnya yang lain adalah Kitab as Salah, Ar Roddu „ala az
Zindiq (sebuah risalah tentang sanggahannya terhadap ajaran Muktazilah), Kitab
At Tarikh (Kitab Sejarah), Tafsir Al-Qur’an, Kitab an-Nasikh wal Munsukh,
Kitab al-Muqaddam wa al-Muakhkhar, Kitab al-Manasikh al-Kahir, Kitab al-
Illahh, Kitab al-Wara, dan Kitab Ta’at ar-Rasul
4. Tokoh-tokoh Ilmu Tasawuf, Perkembangan dan Karya Besarnya.
Diantara tokoh tasawuf Suni adalah :
1. Al-Haris bin Asad al-Muhasibi yang wafat tahun 838 M di Baghdad. Ia
meninggalkan beberapa karya antara lain ar-Ri’ayat li Huquqillah (menjaga
hak-hak Alloh, mengajarkan kita disiplin diri ataumuhasabah), Kitab Al
Wasaya (mengurai perilaku hidup zuhud), Fasl fi mahabbah (mengungkap
kecintaannya kepada Tuhan).
2. Junaid al Baghdadi, menurut pendapatnya memperdalam pengenalan kepada
Alloh harus bersamaan dengan pengingkatan amal dan disiplin diri.
3. Abu Nasr as Sarraj at Tusi yang menulis Kitab al Luma’
Adapun tasawuf yang bersifat filsafat adalah tasawuf yang sudah
tercampur dengan metafisika. Tasawuf model ini juga disebut tasawuf filsafat.
Diantara tokohnya adalah :
Irwan Setiawan, S.Pd.I 58 | P a g e
1. Zunnun al-Misri yang wafat tahun 899 M di Iskandariah. Selain ahli tasawuf ia
juga dikenal ahli kimia dan ahli tulisan Mesir kuno ( hieroglif ). Ia sering disebut
sebagai bapak teori ma‟rifat.
2. Abu Yazid al-Bustami yang wafat tahun 875 M di Bistam.
3. Husain bin Mansur al Hallaj yang terkenal dengan teorinya hulul dan al
Haqiqat al Muhammadiyah.
3. Identifikasi Kebudayaan / Beradaban Pada Masa Bani Abbasiyah
Dengan ringkas pengidentifikasian terangkum sebagai berikut :
1. Bani Abbasiyah cukup cerdas dari pengalaman, bahwa sebuah negara menjadi
kuat dikarenakan militernya kuat, rakyat menjadi kuat karena mendapatkan
pengayoman, ketenangan , ketentraman dari militer yang memang untuk
membela rakyat.
2. Militer yang dibangun abbasiyah, bukan militerisme tetapi militer yang
membesarkan rakyat dan dibesarkan rakyat untuk tujuan daulat rakyat.
3. Penguatan di bidang militer akan menciptakan stabilitas politik yang
dikembangkan dan berdampak positif pada kemajuan-kemajuan ilmu
pengetahuan, ekonomi,sosial dan kebudayaan.
4. Kemajuan Abbasiyah merupakan buah dari setrategi politik yang dikembangkan
dengan pendekatan kepentingan bersama. Bani abbasiyah dapat mengendalikan
dari berbagai kepentingan untuk satu tujuan yaitu kemulyaan Islam,
kesejahteraan dan keadilan masyarakat secara menyeluruh.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 59 | P a g e
5. Penataan internal mulai dari khalifah secara pribadi, para menteri, para pejabat
negara, wazir, gubenur sampai dengan pimpinan ditingkat paling
bawah.Kekhalifahan ini didirikan dengan tekat satu, yaitu bersatu untuk
memakmurkan dunia Islam dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
6. Sistem politik dengan mengedepankan demokrasi atau musyawarah dengan
seluruh jajaran kekhalifahan bersama rakyat dan membuahkan keputusan yang
memuaskan di semua fihak.
7. Kedisiplinan, ketertiban dengan dasar kejujuran dan pengabdian yang dilaksan
akan oleh semua fihak, dengan tetap menjaga kehormatan pribadi dan
keteladanan umum, menjadikan kekhalifahan sangatlah berwibawa dimata lawan
dan kawan.
8. Sealain itu hal yang prinsipil dan organ, yaitu berkat rahmat Alla SWT. Yang
diberikan dinasti abbasiyah, sehingga mengalami kejayaan sampai 500 tahun. Ini
semua merupakan kemurahan dan karunia Allah SWT.
Tokoh Ilmuwan Muslim Masa Bani Abbasiyah
1. Ilmu Hadis : Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi , An Nasa‟I dan Ibnu
Majah
2. Tafsir : Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir at Thabari, Fakhruddin Ar Razi, Az
Zamakhsyari
3. Ilmu Fiqih : Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi‟I dan Imam hambali
4. Ilmu Tasawuf : Kharis bin Asad al Muhasibi, Abu Nashr as Sarraj at Tusi, Abu
Thalib al Maki, Abu Bakar al Kalabasi, Dzunun al Misri, Abu Yazid al bistami
Irwan Setiawan, S.Pd.I 60 | P a g e
Ilmuwan Muslim Masa Bani Abbasiyah
1. Ilmu Filsafat : Al Kindi, Ar Razi, Al Farabi, Ibnu Sinna, Ibnu Maskawaih dan
Al Ghozali
2. Ilmu Astronomi : Abu Mansur Al Fallaki, Jabir Batani, Abu Hasan dan
Raihan al Biruni
3. Ilmu Kedokteran : Ibnu Sina, Ibnu Rusydi, al Kindi, Jabir bin Hayyan,
Ibnu Sahal, Abu Bakar ar Razi dan Ali bin Abbass
4. Ilmu Matematika : Al Kindi, Al Khawarizmi, Al Fazari dan Al Farghani.
Prestasi Bani Abbasiyah :
Bani Abbasiyah cukup cerdas dari pengalaman, bahwa sebuah negara menjadi
kuat dikarenakan militernya kuat, rakyat menjadi kuat karena mendapatkan
pengayoman, ketenangan , ketentraman dari militer yang memang untuk
membela rakyat.
Militer yang dibangun abbasiyah, bukan militerisme tetapi militer yang
membesarkan rakyat dan dibesarkan rakyat untuk tujuan daulat rakyat.
Penguatan di bidang militer akan menciptakan stabilitas politik yang
dikembangkan dan berdampak positif pada kemajuan-kemajuan ilmu
pengetahuan, ekonomi,sosial dan kebudayaan.
Kemajuan Abbasiyah merupakan buah dari setrategi politik yang dikembangkan
dengan pendekatan kepentingan bersama. Bani abbasiyah dapat mengendalikan
Irwan Setiawan, S.Pd.I 61 | P a g e
dari berbagai kepentingan untuk satu tujuan yaitu kemulyaan Islam,
kesejahteraan dan keadilan masyarakat secara menyeluruh.
Penataan internal mulai dari khalifah secara pribadi, para menteri, para pejabat
negara, wazir, gubenur sampai dengan pimpinan ditingkat paling
bawah.Kekhalifahan ini didirikan dengan tekat satu, yaitu bersatu untuk
memakmurkan dunia Islam dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
Sistem politik dengan mengedepankan demokrasi atau musyawarah dengan
seluruh jajaran kekhalifahan bersama rakyat dan membuahkan keputusan yang
memuaskan di semua fihak.
Kedisiplinan, ketertiban dengan dasar kejujuran dan pengabdian yang dilaksan
akan oleh semua fihak, dengan tetap menjaga kehormatan pribadi dan
keteladanan umum, menjadikan kekhalifahan sangatlah berwibawa dimata lawan
dan kawan.
Sealain itu hal yang prinsipil dan organ, yaitu berkat rahmat Alla SWT. Yang
diberikan dinasti abbasiyah, sehingga mengalami kejayaan sampai 500 tahun. Ini
semua merupakan kemurahan dan karunia Allah SWT.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 62 | P a g e
EVALUASI
a. Tugas Individu
Pelajarilah materi tentang tokoh-tokoh ilmuwan muslim masa bani abbasiyah beserta
karyanya..
b. Tugas Kelompok
Ajaklah temanmu mendiskusikan tentang tokoh ilmuwan muslim dan perannya dalam
kemajuan kebudayaan Islam pada masa bani abbasiyah.
Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan benar !
1. Sebutkan tokoh-tokoh ilmuwan bidang ilmu tafsir pada masa bani abbasiyah !
2. Sebutkan 4 imam madzhab dalam ilmu fiqih !
3. Jelaskan perbedaan antara ilmu tasawuf Sunni dengan ilmu tasawuf filasafat !
4. Apa yang dimaksud dengan Ta‟assub Madzab, dan apa dampaknya terhadap
perkembangan perkemb angan hukum Islam!
5. Sebutkan enam Kitab Hadist yang termasuk Kutubus-sitah!
Irwan Setiawan, S.Pd.I 63 | P a g e
BAB IV
MENGAMBIL IBRAH DARI PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN /
PERADABAN ISLAM PADA MASA ABBASIYAH PADA MASA KINI DAN
MASA YANG AKAN DATANG
Standar Kompetensi :
Perkembangan Islam Masa Bani abbasiyah
Kompetensi Dasar :
Mengambil Ibrah dari Perkembangan Kebudayaan / Peradaban Islam pada masa Bani
Abbasiyah Untuk masa kini dan yang akan datang
Indikator
1. Peserta didik mampu mengaitkan ibrah nilai nilai positif dari perkembangan
kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah untuk masa kini
2. Peserta didik mampu menunjukkan contoh negatif dari perkembangan
kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah
3. Mengelompokkan nilai nilai positif yang bisa diteladani dari ketekunan
perkembangan kebuda-yaan/peradaban Islam Bani Abbasiyah
4. Mengubah prilaku nilai-nilai negatif ke nilai-nilai positif yang bisa diteladani dari
ketekunan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam Bani Abbasiyah
5. Mendemonstrasikan kegigihan para tokoh perkembangan kebudayaan/peradaban
Islam Bani Abbasiyah
Irwan Setiawan, S.Pd.I 64 | P a g e
A. Nilai-nilai Positif dari Perkembangan Kebudayaan/peradaban Islam pada
masa Abbassiyah
1. Penerapan Nilai Keseimbangan antar Sistem Pemerintahan dan Kekuatan Rakyat
Kemajuan peradaban dan kebudayaan Bani Abbasiyah dapat menandingi
dan mengalahkan kemajuan peradaban-peradaban sebelumnya seperti dari
Bangsa Yunani, Byzantium, India, dan sebagainya. Sebab peradaban Bani
Abbasiyah, tidak hanya mendapat pencerahan ilmu-ilmu Yunani, Persia, dan
India melainkan karena mendapat ”cahaya Al-Qur‟an dan Hadits-hadits
Rasululllah SAW.”
2. Nilai Kesungguhan dan Kebersamaan Khalifah dalam memajukan Negara
dengan Keihlasan para Ilmuwan dan Ulama
Adapun hikmah yang dapat diambil umat Islam atas peran ulama dan para
ilmuwan antara lain :
1. Ke-Istiqomahan mereka dalam menegakkan Islam
2. Para ulama bener-benar menegakkan dasar dan prinsip : ilmu amaliah
dan amal ilmiah
3. Keikhlasan mereka baik jiwa, raga, harta, dan waktu hanya satu untuk
kemajuan Islam dan mencari ridho Allah swt
B. Nilai-nilai Negatif dari Perkembangan Kebudayaan/peradaban Islam pada
masa Abbassiyah
Irwan Setiawan, S.Pd.I 65 | P a g e
Adapun sebab-sebab dampak negatif atau kemunduran Bani Abbasiyah antara
lain:
1. Perpecahan antar bangsa keturunan Arab dan bangsa non-Arab (‟Ajam);
2. Perbedaan pendapat antara tradisi muslim Arab dan muslim Non-Arab;
3. Sikap keirian kaum Dzimmy terhadap kemajuan Islam secara signifikan;
4. Keturunan khalifah yang merasa berhak untuk melanjutkan kekhalifahan,
sedangkan rezim baru tidak peduli dengan sistem keturunan;
5. Munculnya beragam aliran keagamaan seperti: Syiah, Qaramithah, Ismailiyah,
dan sebagainya yang melahirkan ideologi baru;
6. Kehidupan keduniaan akibat kemajuan di segala bidang, melahirkansikap
konsumtif di lingkungan keluarga khalifah;
7. Kepemimpinan pada generasi kedua tidak cakap sebagaimana pemimpin
generasi sebelumnya;
8. Adanya perang yang berlangsung sampai 2 abad, sehingga cukup melelahkan
militer Islam.
C. Identifikasi kebudayaan/Peradaban pada masa Dinasti Abbasiyah
1. Bani Abbasiyah cukup cerdas dari pengalaman, bahwa sebuah negara menjadi
kuat dikarenakan militernya kuat, rakyat menjadi kuat karena mendapatkan
pengayoman, ketenangan , ketentraman dari militer yang memang untuk
membela rakyat.
2. Militer yang dibangun abbasiyah, bukan militerisme tetapi militer yang
membesarkan rakyat dan dibesarkan rakyat untuk tujuan daulat rakyat.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 66 | P a g e
3. Penguatan di bidang militer akan menciptakan stabilitas politik yang
dikembangkan dan berdampak positif pada kemajuan-kemajuan ilmu
pengetahuan, ekonomi,sosial dan kebudayaan.
4. Kemajuan Abbasiyah merupakan buah dari setrategi politik yang dikembangkan
dengan pendekatan kepentingan bersama. Bani abbasiyah dapat mengendalikan
dari berbagai kepentingan untuk satu tujuan yaitu kemulyaan Islam,
kesejahteraan dan keadilan masyarakat secara menyeluruh.
5. Penataan internal mulai dari khalifah secara pribadi, para menteri, para pejabat
negara, wazir, gubenur sampai dengan pimpinan ditingkat paling
bawah.Kekhalifahan ini didirikan dengan tekat satu, yaitu bersatu untuk
memakmurkan dunia Islam dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
6. Sistem politik dengan mengedepankan demokrasi atau musyawarah dengan
seluruh jajaran kekhalifahan bersama rakyat dan membuahkan keputusan yang
memuaskan di semua fihak.
7. Kedisiplinan, ketertiban dengan dasar kejujuran dan pengabdian yang dilaksan
akan oleh semua fihak, dengan tetap menjaga kehormatan pribadi dan
keteladanan umum, menjadikan kekhalifahan sangatlah berwibawa dimata lawan
dan kawan.
8. Sealain itu hal yang prinsipil dan organ, yaitu berkat rahmat Alla SWT. Yang
diberikan dinasti abbasiyah, sehingga mengalami kejayaan sampai 500 tahun. Ini
semua merupakan kemurahan dan karunia Allah SWT.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 67 | P a g e
D. Dampak Perkembangan Ilmu Agama Bagi Perkembangan Umat
Dampak positif tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Muncul ulama-ulama hadits dan karya besarnya sehingga umat Islam
tidak akan ragu lagi dan ditipu oleh hadits-hadits palsu karana hadits-
hadits tersebut sudah teruji kesahihannya.
2. Adanya pembukuan dan penyeleksian hadits akan memudahkan umat
Islam mengikuti teladan hidup dari Rasul
3. Berkembangnya ilmu tafsir akan mempermudah umat Islam mengetahui
isi, dan makna kandungan Al Qur‟an sebagai pedonam dalam kehidupan
sehari-hari
4. Berkembangnya ilmu fiqih serta munculnmya ulama-ulama fiqih dan
karya besarnya, maka umat Islam bebas memilih mazhab yang akan
menjadi panutan dalam menentukan hukum dan tidak akan buta mazhab
yag kadang menimbulkan perpecahan
5. Perkembangan ilmu tasawuf sangat berperan dalam kehidupan umat agar
manusia tidak terbuai dengan urusan keduniaan saja, berpola hidup
sederhana dan menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan agama.
Irwan Setiawan, S.Pd.I 68 | P a g e
EVALUASI
A. Tugas individu
Bacalah dan ceritakan kembali ibrah dari perkembangan kebudayaan / peradaban
islam pada masa bani abbasiyah untuk masa kini dan yang akan datang.
B. Tugas kelompok
Mencari buku / literatur yang berkaitan dengan hasil ibrah dari perkembangan
kebudayaan / peradaban islam pada masa bani abbasiyah untuk masa kini dan yang
akan datang di perpustakaan
Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan benar !
1. Sebutkan ibrah nilai nilai positif dari perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada
masa Dinasti Bani Abbasiyah untuk masa kini !
2. Tunjukkan 3(tiga) contoh dampak negatif dari kemunduran perkembangan
kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah !
3. Tulislah 4 (empat) contoh nilai nilai positif yang bisa diteladani dari ketekunan
perkembangan kebuda-yaan/peradaban Islam Bani Abbasiyah !
4. Tunjukkan 3 (tiga) dampak positif dari perkembangan kebudayaan/peradaban Islam
Bani Abbasiyah!