Buletin Al - Ishlah
-
Upload
ksm-bintang-pena -
Category
Documents
-
view
248 -
download
3
description
Transcript of Buletin Al - Ishlah
KSM BIntang Pena Bulet n Dakwah
STAI Darul Ulum Kandangan kritis, inovatif dan aktual
Al-IshlahAl-IshlahEdisi 3/Februari 2015
AL-ISHLAH/edisi 3/Februari 2015#Hal. 1
“Kata2 Mutiara”“Kata2 Mutiara”
Imam Hasan Al-BasriImam Hasan Al-Basri
Salam Redaksi
Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt
yang telah melimpakan rahmat-Nya
serta tak lupa shalawat dan salam
kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad
saw beserta keluarga, sahabat-sahabatnya hingga
waktu di penghujung zaman.
Sahabat Bintang Pena yang kami hormati,
Sungguh kami panjatkan rasa syukur yang tiada
terkira, kami diberi kesempatan kembali untuk
menyajikan tulisan yang digoreskan dalam secarik
Assalamu’alaikum, Wb.Wr.
kertas hingga menjadi sebuah buletin dari KSM
BINTANG PENA. Tentunya hal ini tidak terlepas dari
dukungan para sahabat-sahabat Bintang Pena dan
nasehat dari pihak-pihak yang bekerja sama dalam
proses pembuatan buletin ini, langkah demi langkah
hingga sampai pada pucuk penyelesaian buletin ini.
Adapun bahasan kali ini, kami mengambil tema
tentang “Janji Yang Mengatasnamakan Insyaa
Allah” dimana hal ini sangat sering terjadi dalam
kehidupan kita, sehingga timbul pemikiran-pemikiran
untuk meluruskan hal ini, agar kita semua tak
termasuk dalam bagian orang-orang yang
menyimpang.
Akhirnya kami serahkan kepada sahabat
sekalian, semoga bermanfaat dan kita bisa mengambil
hikmah, serta kami juga selalu menerima saran – saran
yang membangun atau pun ide – ide brilliant dari para
Sahabat Bintang Pena...
Wassalamu'alaikum, Wr. Wb.
Topik Utama :
* Janji Mengatasnamakan “Insyaa Allah”* Tips dan Solusi Agar Dapat Menepati Janji
AL-ISHLAH/edisi 3/Februari 2015#Hal. 2
Topik Utama
Rasulullah
SAW
Bersabda :
Tanda-
tanda
munafik
ada tiga;
apabila
berbicara
dusta,
apabila
berjanji
mengingka-
ri, dan
apabila
dipercaya
khianat.(HR.
Muslim)
Hai sahabat Bintang Pena, bagaimana kabar kalian hari ini..? Tentunya
baik-baik saja kan..? Alhamdulillah..! semua pada sehat wal afiyat
dan tak kurang rejeki apapun. “kalau sakit gimana ?”
yaa Alhamdulillah juga.
Sahabat, kalau kita mau benar-benar bersyukur harusnya tidak pilih-pilih
keadaan, mau nikmat ataupun melarat kita harus tetap bersyukur, betul nggak
mas n mba bro..?
Kalau udah kayak gitu, Insya Allah berkah..!
Ooppsss.. Bicara tentang kalimat “Insya Allah”, Sahabat Sekalian pernah
mengucapkannya kan..?
Tentunya iya..
Nah, sahabat sekalian !
Zaman sekarang, tradisi mengucapkan janji disertai dengan kata Insya
Allah ternyata berkembang pesat, namun maksudnya telah condong ke arah
sebaliknya. Maksudnya Luarnya saja berkata Insya Allah, namun dalamnya
terbesit niat tidak ingin menepati janji itu. Sini kita kasih contoh : “Anda
diundang teman Anda untuk datang ke acara Maulidan Nabi saw, di rumahnya.
Terus Anda bilang, Insya Allah saya datang. Padahal Anda tidak berniat datang
karena Anda pengin nonton drama terbaru atau film terbaru di rumah anda. Anda
tidak berani langsung menolak karena tidak ingin mengecewakan teman Anda.
Sehingga dengan mudahnya Anda berkata Insya Allah” begitu maksudnya
tentang janji mengatasnamakan Insya Allah .
Nah disini kita akan membahas masalah tersebut, boleh atau engga hal
tersebut dilakukan ? Apa ada hukum tertentu dalam pengucapan Insya Allah ?
Ayo simak terus ya mas n mba bro buletinnya.....
INSYA ALLAH berkah.....
AL-ISHLAH/edisi 3/Fevruari 2015#Hal. 3
PENYALAH GUNAAN “INSYA ALLAH”
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Ngomongin masalah Insya Allah, tentu erat
kaitannya dengan janji. Janji sendiri adalah hutang
yang harus dibayar. Oleh sebab itu, jika berjanji harus
ditepati, jika seseorang berjanji lalu ia ingkari tanpa
uzur, naudzubillah ini sudah
termasuk ke dalam munafik . Karena
kata Rasulullah:
Namun, karena manusia
tidak bisa memastikan jika ia bisa
dan pasti melaksanakan sesuatu yang
telah dijanjikannya kepada orang lain pada waktunya,
maka seharusnya ia menepati janji-janjinya untuk
masa mendatang dengan sebuah kalimat “Insya
Allah” (jika Allah Menghendaki) atau “Illa An Yasya
Allah” ( kecuali jika Allah menghendaki).
Sebenarnya kalimat tersebut malah mengatas
Tanda-tanda
munafik ada tiga; apabila berbicara
dusta, apabila berjanji mengingkari,
dan apabila dipercaya khianat.(HR.
Muslim).
Seringkali dalam kehidupan sehari-hari kita
sering mengucapkan Insya Allah, namun dalam
kenyataannya, kalimat “Insya Allah” sudah berubah
makna. Seolah-olah Insya Allah itu diartikan
“Gimana nanti” intinya penolakan secara halus, tidak
berani mengatakan “tidak” jadi bilangnya “Insya
Allah” padahal dalam hatinya berniat tidak mau atau
hati menolak untuk memenuhinya.
namakan Allah untuk beralasan dan pasrah tanpa ada
niat untuk menepati janji. Bukan Qona'ah dan Ikhtiar
yang keduanya mempunyai makna berusaha dan
menyerahkan kembali kepada Allah. Sedangkan
dalam hal ini malah diam dan berniat untuk tidak
memenuhinya. Salah besar pemahaman yang seperti
itu. Ada orang yang mengatakan
bahwa “Insya Allah” berarti 99%
“ya”. Bisa dibilang seperti itu
karena dengan kalimat tersebut
kita sudah berjanji dengan orang
lain dan mengatasnamakan Allah
sebagai dzat penengah dari kedua
belah pihak. Jika sampai janji
tidak ditepati dan sebelumnya
mengucapkan Insya Allah, tidak
bedanya orang itu mempermainkan nama Allah.
Maka dari itu jika kita sudah mengucapkan
Insya Allah bagaimana pun janji itu harus dipenuhi.
Terkecuali, jika ada halangan yang sangat mendesak.
Bahaya tidak menepati janji tidak hanya diterima si
pengucap namun yang dijanjikan juga akan kecewa
akan apa yang dilakukan. Orang yang ingkar pada
janji yang ia buat sendiri adalah ia termasuk ke dalam
golongan orang yang munafik. Sikap munafik ini
sering terjadi dalam pergaulan kehidupan yang akan
merusak interaksi sosial atau hubungan dalam
bermasyarakat karena hilangnya kepercayaan dari
orang yang di beri janji itu.
AL-ISHLAH/edisi 3/Februari 2015#Hal. 4
Sahabat Bintang Pena sekalian yg setia, kita
paham pastinya maksud pembahasan kita kali ini
tentang kata “Insya Allah” yang di salah gunakan, dan
pastinya udah ngerti juga dampak yang dihasilkan bila
kita melakukan hal tersebut. Tapi sahabat Bintang
Pena pasti bertanya-tanya, apakah ada hukum tertentu
dalam pengucapan kata “Insya Allah” ? serta apa ada
dalil dalam pengucapan kata “Insya Allah” ?
Tenang di sini kita pasti jelaskan juga tentang
hal tersebut, maka dari itu tetap stay terus di Buletin
AL-ISHLAH ya mas n mba bro.....
MENGUCAP “INSYA ALLAH” KETIKA
BERJANJI APA HUKUMNYA ?
Sebelumnya mari kita perhatikan Firman Allah
swt, dalam Q.S. Al-Kahfi: 23-24, sebagai berikut :
Artinya :
“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan
tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan
mengerjakan ini besok pagi. kecuali (dengan
. menyebut): "Insya Allah" dan ingatlah kepada
Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: "Mudah-
mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada
yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini".
Menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy
bertanya kepada Nabi Muhammad saw tentang roh,
kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah
Dzulqarnain lalu beliau menjawab, datanglah besok
pagi kepadaku agar aku ceritakan. dan beliau tidak
mengucapkan Insya Allah (artinya jika Allah
menghendaki). tapi kiranya sampai besok harinya
wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal
tersebut dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka
turunlah ayat 23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada
Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana Nabi lupa
m e n y e b u t I n s y a A l l a h h a r u s l a h s e g e r a
menyebutkannya kemudian.
Dari kedua ayat di atas dapat disimpulkan
bahwa jika berjanji hendaknya ada pengecualian
dengan mengatakan “jika Allah menghendaki”.
Hal ini berfungsi jika orang yang janji itu lupa
atau ada uzur, sehingga tidak bisa menepati janjinya,
maka ia tidak tergolong orang yang berbohong atau
ingkar janji. Bahkan pada ayat berikutnya (ayat 24)
ada anjuran jika lupa mengucapkan Insya Allah lalu
ingat, maka tetap dianjurkan untuk mengucapkan itu,
walaupun sudah lama waktu antara janji (yang lupa
mengucapkan Insya Allah) dengan waktu ingatnya itu
bahkan walau sudah hampir satu tahun, sebagaimana
pendapat sahabat Ibn Abbas yang dinukil oleh Imam
Qurthubi dalam tafsirnya.
Dalam al-Qur'an sendiri terdapat pelajaran dari
kisah-kisah umat terdahulu tentang ucapan In Syaa
Allah yang terulang sebanyak 6 kali, yaitu: (1) Q.S. al-
Baqarah: 70, tentang janji Bani Israil kepada Nabi
Musa untuk menyembelih seekor sapi dengan ciri-ciri
tertentu; (2) Q.S. Yusuf: 99, tentang Janji Nabi Yusuf
pada saudara-saudranya untuk masuk Mesir dengan
aman; (3) Q.S. al-Kahfi: 69, tentang janji Nabi Musa
Ÿw ur £̀ s9q à) s? >ä ô“($ t± Ï9 ’ÎoT Î) ×@ Ïã$ sù š� Ï9º sŒ # ´‰ xî ÇËÌÈ
Hw Î) b r& uä !$ t± o„ ª! $# 4 �ä. øŒ$# ur š� / §‘ # sŒÎ) |MŠÅ¡ nS
ö@ è% ur #Ó |¤ tã b r& Ç` tƒÏ‰ ôg tƒ ’În1 u‘ z> t�ø% L{ ô` ÏB # x‹» yd # Y‰ x© u‘ ÇËÍÈ
AL-ISHLAH/edisi 3/Februari 2015#Hal. 5
termasuk orang munafik, tempat pembalasan bagi
orang munafik adalah neraka. Namun ada dua macam
janji yang boleh dibatalkan bahkan wajib diingkari,
yaitu janji kemaksiatan/mungkar dan janji karena
terpaksa.
Sahabat Bintang Pena yang dirahmati Allah,
janganlah kita bermain-main dengan janji dan
pengucapan kata yang berhubungan dengan lafadz
Allah karena pasti akan mendatangkan dampak yang
buruk atau mudharot pada diri kita sendiri, maka dari
itu mas n mba bro HATI-HATI dengan mulutmu dan
janji-janji yang telah diucapkan.
So…
“HATI-HATI DENGAN INSYA ALLAH”
Wallahu a'lam Bissawab.
Kelompok Studi Mahasiswa
Bintang Pena
STAI Darul Ulum Kandangan
pada Nabi Khidir untuk taat dan sabar saat belajar
padanya; (4). Q.S. al-Qashash: 27, tentang janji Nabi
Syu'aib pada Nabi Musa yang akan dinikahkan
dengan salah seorang putrinya setelah mahar dari
Nabi Musa berupa kerja di ladangnya dalam hitungan
waktu tertentu terpenuhi sebagiannya; (5) Q.S. al-
Shaaffat: 102, tentang janji Nabi Ismail pada ayahnya;
Nabi Ibrahim bahwa ia akan ikhlas dan tidak berontak
saat akan disembelih ayahnya, oleh karena itu ia minta
pada ayahnya agar ia tidak usah diikat, karena tidak
akan lari dan; (6) Q.S. al-Fath: 27, tentang janji Allah
pada Nabi Muhammad untuk bisa (dalam waktu
dekat) kembali menguasai kota suci mekkah dan bisa
berhaji lagi setelah sebelumya diembargo oleh orang-
orang kafir Quraisy.
Para ulama telah sepakat bahwa berjanji dengan
tambahan pengecualian kata Insya Allah atau semisal
dengan bahasa Arab atau bahasa apapun adalah
sunnah (dianjurkan dan berpahala) walau memang
ada sebagian kecil ulama yang berpendapat wajib
hukumnya tambahan kalimat Insya Allah. Namun
ulama yang berpendapat sunnah pun memberi syarat;
boleh berjanji tanpa Insya Allah, jika dalam hatinya
tidak ada keyakianan bahwa ia pasti bisa menepati
janjinya tanpa ada kaitanya dengan taqdir Allah.
Oleh karena itu, jelaslah bagi kita hukum dalam
pengucapan kata Insya Allah, dapat dikatakan bila
kita berjanji diharuskan mengucapkan kata
Insya Allah dengan niatan untuk
menepati janji tersebut, tapi jika kita
berjanji lalu mengucapkan kata
Insya Allah dengan niatan tidak
menepati janji tersebut, maka
kita termasuk orang yang
mengingkari janji dan orang
yang meng ingka r i j an j i
yang paling beratMEMEGANG
adalahAMANAH
AMANAH
yang paling beratMEMEGANG
adalah (Imam Ghazali)(Imam Ghazali)
AL-ISHLAH/edisi 3/Februari 2015#Hal. 6
Apa kita pernah berfikir
bahwa kadang kita terlalu
cepat membuat janji.
Janji itu kita ucapkan begitu
saja tanpa dipikirkan
dahulu.
Sehingga kadang juga
bingung bagaimana
menepatinya.
Lalu apa yang harus kita
lakukan sebelum membuat
janji ?
Tips dan SolusiTips dan Solusi
DapatDapat
Menepati “JANJI”Menepati “JANJI”
Berikut ada tips untuk dan solusi bagi sahabat
sekalian, monggo di simak mas n mba bro...
1. Pikir, Pertimbangkan dan Renungkan.
Sebelum kita membuat janji terutama dengan
mel iba tkan orang la in , k i ta harus
memikirkannya terlebih dahulu serta
mempertimbangkan dan merenungkannya
apakah tepat apa tidak terhadap janji yang
akan kita buat.
Misalnya saat akan mereferensikan teman di
tempat kerja kita. Sebelum berjanji dengan
t e m a n k i t a t e r s e b u t s e b a i k n y a
dipertimbangkan terlebih dahulu. Apakah
teman kita tersebut secara administratif
misalnya telah memenuhi syarat. Juga apakah
tempat kerja kita bisa menerima dia sesuai
dengan posisi yang diinginkan, dan lain
sebagainya.
2. Berjanji untuk diri sendiri.
Walaupun tidak melibatkan orang lain, justru
janji yang ditujukan untuk diri sendiri malah
jarang untuk ditepati. Apabila kita berjanji
untuk kepentingan diri sendiri, maka kita
harus komitmen terhadap janji tersebut.
Karena bila kita tidak berkomitmen untuk
menepatinya tidak akan ada orang yang tahu,
tetapi kadang secara mental kita akan sedikit
terbebani. Jadi tetaplah konsisten terhadap
janji yang telah kita buat sendiri tersebut.
3. Pikirkan konsekuensinya.
Misal, Rudi adalah perokok berat sampai-
sampai dia dijuluki dengan sebutan “Kereta
Api” oleh teman-temannya karena tidak
pernah lepas dari rokok. Suatu saat Rudi
masuk rumah sakit karena dadanya merasa
sangat sakit. Dokter mendiagnosis bahwa ada
yang tidak beres dengan paru-parunya. Sejak
saat itu Rudi berjanji tidak akan merokok lagi.
Sebulan kemudian seorang ibu di sebelah
rumahnya mengalami sakit pada paru-
AL-ISHLAH/edisi 3/Februari 2015#Hal. 7
parunya, padahal ibu itu tidak pernah
merokok. Rudi menjadikan hal tersebut
sebagai pembenar bahwa merokok tidak ada
hubungannya dengan sakit paru-paru. Maka
Rudi pun merokok lagi. Padahal jelas terbukti
bahwa merokok dapat mengganggu
kesehatan. Maka pikirkanlah konsekuensinya
sebelum melanggar janji dan memulai
kebiasaan buruk lagi.
4. Sesuaikan dengan kemampuan.
Membuat janji sesuai dengan kemampuan
bukan berarti meragukan kemampuan kita
masing-masing. Saat kita membuat janji
temukan motifasi yang kuat dalam janji
tersebut, apalagi untuk hal-hal yang sekiranya
diluar kemampuan. Karena apabila kita
membuat janji diluar kemampuan, sedangkan
kita tidak cukup termotifasi, maka besar
kemungkinan kita tidak akan dapat untuk
memenuhi janji tersebut.
Nah bagi sahabat sekalian yang udah terlanjur
sering tidak menepati janji, berikut ada solusinya.
Tapi kami yakin sahabat sekalian adalah orang-orang
yang menepati janji, namun gak ada salahnya kita tau
bagaimana solusi dalam hal ini, sehingga kita bisa
memberikan ilmu yang lain, Insya Allah berkah,
monggo di simak mas n mba bro.
1. Perlu pembiasaan dan pendisiplinan diri
send i r i , an ta ra l a in , mela lu i
penggemblengan spiritual yang
bersangkutan, bagi pihak yang
tak tepat waktu, mudah ingkar
janji, maka tak perlu berbasa-
basi lagi. Sampaikan saja
masukkan kita. Bila dibiarkan,
justru akan menjadi momok di
kemudian hari.
2. Jatuhkan sanksi edukatif. Ini seperti
diperlihatkan oleh para dosen di Universitas
Al-Azhar Kairo. Mahasiswa yang datang
terlambat tidak diperbolehkan masuk ruang
kelas. Sebaliknya, berikan apresiasi kepada
mereka yang komitmen dan konsisten pada
janjinya.
3. Usahakan mencontoh sosok yang disiplin dan
komitmen terhadap janjinya. Ini seperti
dilakukan oleh Imam as-Syaukani. Pengarang
kitab Nail al-Authar tersebut menaruh hormat
luar biasa kepada sang guru, yakni Imam al-
Khada'i. Sang guru tersebut tidak akan pernah
melewatkan jam mengajar walau hujan
menerpa. Pernah suatu ketika hujan turun
hampir tiap hari dari subuh hingga pagi,
sedangkan ba'da shalat Subuh ada jam
pengajian. Namun, Imam al-Khada'i tetap
datang ke taklim karena bagaimanapun bagi
sang guru hujan bukan halangan bila ada janji.
Wallahu a'lam Bissawab.
Kelompok Studi Mahasiswa
Bintang Pena
STAI Darul Ulum Kandangan
Bagi sahabat sekalian yang ingin request atau mau curhat masalah apapun, dan mau bertanya permasalahan yang belum paham betul tentang suatu hal
atau sahabat semua mau pasang iklan,bisa kirimkan ke kami dengan format :
Nama#request/curhat/pertanyaan/iklan sahabat
Kirim ke atau bisa sms ke no berikut
+6287716350552/+6287816758020
Buletin ini jangan diletakkan di sembarang tempat, karena terdapat ayat-ayat suci Al-Qur’an di dalamnya
Buletin Dakwah AL-ISHLAH, Terbit setiap dua bulan sekali
Penerbit : KSM Bintang Pena (STAI Darul Ulum Kandangan). Pembina : Ahmad Harisuddin, S.Th.I,M.Pd.I.Pimpinan Umum : Risni Nisviarisni. Pimpinan Redaksi : Ernawati. Redaktur Pelaksana : Abdurrahman, Ardiansyah,Burhanuddin, Ernawati, Norlina, Rafi’ah, Ratni. Editor : Masbudi, Syihabuddin. Desain dan Produksi : Bahrul HayyunAlamat : Jl. Budi Bhakti, No. 09, RT. 04/II, Kandangan-HSS, Kalsel-71213. Email Redaksi : [email protected] : 0517-23563, +6287716350552, +6287816758020
Tanya - JawabTanya - Jawab
Coming Soon di Edisi 4
Pada edisi berikutnya Buletin AL - ISHLAH akan menambah rubrik baru yaitu tentang :
Dimana sahabat bisa bertanya tentang berbagai hal, baik tentang agama atau pun masalah lainnya,yang jawabannya langsung kami berikan di edisi berikutnya, jadi sahabat Bintang Pena
tetap stay terus saja di Buletin AL-ISHLAH, Insya Allah dapat ilmu dan berkah.