Calon Laporan KP

download Calon Laporan KP

of 48

description

yap

Transcript of Calon Laporan KP

Laporan Kerja Praktek di PAIR-BATAN

LAPORAN KERJA PRAKTEKPUSAT APLIKASI ISOTOP DAN RADIASIBADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL(PAIR-BATAN)

JUDUL XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

DISUSUN OLEH :NIMAS AGUSTINA PRATOMONIM. 011200316

PROGRAM STUDI TEKNOKIMIA NUKLIRJURUSAN TEKNOKIMIA NUKLIRSEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIRBADAN TENAGA NUKLIR NASIONALYOGYAKARTALaporan Kerja Praktek di PAIR-BATANNimas Agustina P.

2015

13

LEMBAR PENGESAHAN JURUSAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI BIDANG PERTANIAN KELOMPOK PEMULIAAN TANAMAN PAIR - BATAN27 Juli 2015 28 Agustus 2015Disusun Oleh :Nama: Nimas Agustina PratomoNIM: 011200316Jurusan: Teknokimia NuklirProdi: Teknokimia Nuklir

Dengan Judul :xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Laporan ini dibuat untuk melengkapi kurikulum dan memenuhi persyaratan memperoleh gelar Diploma Empat ( D IV ) pada Program Studi Teknokimia Nuklir pada Jurusan Teknokimia Nuklir

Yogyakarta, xx Agustus 2015Menyetujui,Ketua Jurusan Teknokimia Nuklir

Sugili Putra, ST, M.ScNIP. 19671130 199001 1 001

Mengetahui,Dosen Pembimbing

Maria Christina P., S.ST, M.EngNIP. 19661005 198803 2 003

LEMBAR PENGESAHANLAPORAN KERJA PRAKTEK

XXXXXXXXXXXXXXXXX

)

Telah diperiksa dan disetujui sebagai Laporan Kerja Praktek di Pusat Aplikasi Isotop dan RadiasiBadan Tenaga Nuklir Nasional

Jakarta, XX Agustus 2015Mengetahui,Kepala Bidang Pertanian

Dr. Boky Jeanne Tuasikal NIP. 19580722 198603 1 004Menyetujui,Pembimbing Instansi

Ir. Ita DwimahyaniNIP. 19581007 198512 2 001

Mengetahui,

Kepala Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi

Dr. Hendig Winarno, M.Sc.NIP.19600524 198801 1 001

KATA PENGANTARAlhamdulilahirabbilalamin, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Kerja Praktek ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.Atas kehendak dan izin Allah SWT, Tugas Kerja Praktek ini yang berjudul xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini merupakan salah satu bentuk tangung jawab setelah penulis melaksanakan kerja praktek dan merupakan syarat untuk menyelesaikan diploma IV di program studi Teknokimia Nuklir pada Jurusan Teknokimia Nuklir STTN - BATAN.Laporan ini berisi tentang metode kultur jaringan pada tanaman xxxxxxx. Penyusunan laporan ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahhuan bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya. Kerja praktek ini dilaksananakan selama 5 minggu, mulai 27 Juli 2015 sampai 28 Agustus 2015 di laboratorium bidang pertanian kelompok pemuliaan tanaman PAIR - BATAN.Dengan adanya fasilitas yang tersedia dan bantuan dari pembimbing serta dukungan dari para karyawan Bidang Pertanian kelompok pemuliaan tanaman PAIR BATAN, segala kesulitan yang dihadapi selama melaksanakan kerja praktek dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :1. Bapak Dr. Sutomo Budihardjo, M.Eng selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional Yogyakarta.2. Bapak Dr. Hendig Winarno selaku Kepala PAIR BATAN yang telah mengizinkan saya melakukan kerja praktek di PAIR - BATAN. 3. Bapak Sugili Putra, ST, M.Sc selaku Ketua Jurusan Teknokimia Nuklir, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional Yogyakarta.4. Ibu Dr. Boky Jeanne Tuasikal selaku Kepala Bidang Pertanian PAIR-BATAN.5. Ibu Ir. Ita Dwimahyani selaku pembimbing di instansi yang telah memberikan banyak ilmu selama kerja praktek.6. Ibu Asih, Ibu Yulidar, Mbak Anisiyah, dan seluruh Karyawan PAIR-BATAN yang telah banyak memberikan ilmu dan kasih sayang serta membantu penulis dalam melaksanakan kerja praktek.7. Ibu Maria Christina P. selaku dosen pembimbing di STTN-BATAN yang selalu memberikan semangat.8. Kedua orang tua tercinta, adik serta keluargaku yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil dalam pelaksanakan kerja praktek.9. Teman-teman yang telah banyak memberikan kontribusi agar suksesnya kerja praktek ini.10. Seluruh teman-teman satu angkatan khususnya program studi Teknokimia Nuklir.11. Semua pihak yang telah membantu yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, mengingat terbatasnya kemampuan penulis.Oleh karena itu segala kritik,koreksi, dan saran selalu penulis harapkan yang bertujuan membangun guna menyempurnakan laporan kerja praktek ini. Semoga laporan kerja praktek ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi mahasiswa STTN BATAN Yogyakarta.

Yogyakarta, xx Agustus 2015

Nimas Agustina P.

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN JURUSANiLEMBAR PENGESAHANiiKATA PENGANTARiiiDAFTAR ISIviDAFTAR GAMBARviiDAFTAR TABELviiiDAFTAR LAMPIRANixINTISARIxABSTRACTxiBAB I1PENDAHULUAN11.1.Latar Belakang Kerja Praktek11.2.Latar Belakang Masalah21.3.Tujuan Kerja Praktek41.4.Manfaat Kerja Praktek5BAB II7INSTITUSI TEMPAT KERJA PRAKTEK72.1.Nama dan Lokasi Tempat Kerja Praktek72.2.Sejarah Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi72.3.Visi, Misi, dan Prinsip PAIR102.4.Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi PAIR11BAB III14TINJAUAN PUSTAKA143.1.Slag II143.2.Uranium15BAB IV21PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK214.1.Waktu dan Tempat214.2.Prosedur Kerja21BAB V32PENUTUP325.1.Hasil Kerja Praktek325.2.Saran32DAFTAR PUSTAKA34

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

INTISARI

ANALISIS KADAR URANIUM DAN LOGAM TANAH JARANG (LTJ) DALAM SLAG II HASIL PELEBURAN TIMAH DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS DAN INDUCTIVELY COUPLED PLASMA-OPTIC EMISSION SPECTROSCOPY (ICP-OES). Telah dilakukan kerja praktek di Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir-Badan Tenaga Nuklir Nasional (PTBGN-BATAN). Dalam kerja praktek terdapat tugas khusus yaitu : analisis kadar uranium dan logam tanah jarang dalam Slag II hasil peleburan timah menggunakan Spektrovotometer UV-Vis dan Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES). Sebelum dianalisis, satu sampel slag II dilarutkan dengan HNO3 1:1 dan satu sampel slag II lainnya dilarutkan dengan HCl 1:1. Uranium dalam sampel diekstraksi menggunakan TOPO dalam sikkloheksan 0,05 M kemudian dianalisis menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dengan pengomplek Br-PADAP. Br-PADAP dengan uranium akan membentuk senyawa komplek berwarna merah bata yang intensitas warnanya sebanding dengan konsentrasi uranium. Kandungan uranium dalam sampel slag II yang dilarutkan dengan HNO3 1:1 adalah sebesar 1,2505 mg/g, dan sampel yang dilarutkan dengan HCl 1:1 adalah 0,7699 mg/g. Unsur logam tanah jarang dianalisis secara serentak menggunakan Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES). Unsur logam tanah jarang yang terdapat dalam slag II adalah La, Nd, Y, Ce, Pr, Sm, Dy, Yb, Eu, Ho, Lu, dan Tm.

Kata Kunci : Slag II, Uranium, LTJ,

ABSTRACT

ANALYSIS OF URANIUM CONTENT AND RARE EARTH (RE) IN SLAG II MELTING OF TIN WITH UV-VIS SPECTROPHOTOMETER AND INDUCTIVELY COUPLED PLASMA- OPTIC EMISSION SPECTROSCOPY (ICP-OES). Practical work has been done in Minerals Technology Center- National Nuclear Energy Agency (PTBGN-BATAN). In practical work there are specific tasks : analyzing the levels of uranium and rare earth elements in the lead smelting Slag II using UV-Vis Spektrophotometer and Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES). Before analyzing, a sample of slag II was dissolved with HNO3 1: 1 and other was dissolved with HCl 1: 1. Uranium in the samples were extracted using 0.05 M TOPO in sikkloheksan then they were analyzed using UV-Vis Spectrophotometer with Br-PADAP complex. Br-PADAP with uranium will form a complex compound of red color that the color intensity is proportional to the concentration of uranium. Uranium content in the slag II samples were dissolved with HNO3 1: 1 is as much as 1.2505 mg / g, and sample that diluted with HCl 1: 1 is as much as 0.7699 mg / g. Rare earth elements were analyzed at once using Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES). Rare earth elements that contained in the slag II are La, Nd, Y, Ce, Pr, Sm, Dy, Yb, Eu, Ho, Lu, and Tm.

Keywords: Slag II, Uranium, Rare Earth,

[Type text] 28BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kerja PraktekPada era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang dengan pesat. Hal ini bisa dilihat dari munculnya pembangunan dan industri-industri baru di Indonesia. Tantangan yang sekarang harus mampu dihadapi adalah persaingan kerja yang tajam sehingga dibutuhkan sumber daya manusia yang handal dan profesional.Mengingat pemenuhan tenaga kerja sangat diperlukan dalam pembangunan, maka arah kebijakan pembangunan di bidang pendidikan harus dilaksanakan. Hal ini juga terkait dengan tuntutan industri untuk memperoleh tenaga kerja yang berkualitas dan dapat bekerja sesuai dengan bidangnya. Oleh sebab itu, lembaga pendidikan tinggi sebagai lembaga yang menyiapkan tenaga kerja profesional harus memiliki kualitas yang diharapkan dapat menghasilkan tenaga kerja berkualitas yang memiliki bekal cukup , tidak saja menguasai ilmu yang bersifat teoritis namun juga mampu untuk turun langsung ke dunia kerja untuk mengimplementasikannya ke kondisi yang nyata.Dalam hal ini, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) - BATAN Yogyakarta telah menyiapkan suatu program yaitu Kerja Praktek yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa. Kerja Praktek merupakan mata kuliah yang mempunyai bobot 3 satuan kredit studi (sks) yang wajib ditempuh sebagai syarat kelulusan mahasiswa program D-IV program studi Teknokimia Nuklir.Sebagai realisasi tuntutan pemenuhan tenaga kerja yang berkualitas bagi industri dan untuk memenuhi syarat wajib kelulusan maka kami melaksanakan kerja praktek di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PAIR-BATAN). Dalam rangka mengantisipasi kebutuhan sumber daya manusia yang kompeten di bidang pertanian, maka dalam melaksanakan kerja praktek ini kami mengambil tugas khusus dengan judul Analisis kandungan Uranium (U) dan logam tanah jarang (RE) dari Slag II hasil peleburan timah.Slag II dianggap sebagai limbah hasil peleburan timah karena kandungan timah didalamnya hanya 1%. Namun Slag II ini masih mengandung unsur-unsur yang cukup ekonomis seperti Ti 5 %, Fe 20 %, logam tanah jarang 8 %, U 0,03%, dan Th 0,30 %. Logam tanah jarang tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan dibutuhkan oleh industri-industri maju seperti industri di bidang kimia, katalisator, elektronik, dan optik. Sedangkan Uranium dan Thorium dapat digunakan sebagai bahan bakar reaktor PLTN. Oleh sebab itu, analisis kandungan U dan RE ini perlu dilakukan guna mengetahui mineral berekonomi tinggi yang terkandung dalam slag II.

1.2. Latar Belakang MasalahKrisan (Chrysanthemum morifoliumR.) merupakan salah satu tanaman hias yang sangat populer di Indonesia. Bunga ini dibudidayakan oleh petani kecil hingga pengusaha besar pada lahan dengan ketinggian 600-1.200 m dpl. Petani kecil membudidayakan krisan dengan menerapkan teknologi sederhana, sedangkan pengusaha besar menggunakan teknologi modern berbasis agribisnis. Pengembangan krisan juga berdampak positif terhadap perekonomian di daerah pedesaan, khususnya terhadap peningkatan pendapatan petani dan masyarakat yang terlibat dalam pengembangannya.Di Indonesia, permintaan terhadap bunga krisan meningkat 25% per tahun, bahkan menjelang tahun 2003 permintaan pasarnya meningkat 31,62%. Ekspor bunga krisan ke luar negeri seperti Belanda, Brunei, Singapura, Jepang, dan UEA mencapai 1,44 juta tangkai (Stasiun Karantina Tumbuhan Soekarno Hatta 2003). Permintaan pasar yang tinggi tersebut menjadikan tanaman krisan mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan baik pada saat ini maupun yang akan datang (Balai Penelitian Tanaman Hias 2000).Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), usaha produksi krisan di Indonesia dihadapkan pada beberapa kendala, antara lain ketergantungan pada bibit dari luar negeri seperti Belanda, Jerman, Amerika Serikat, dan Jepang yang harganya mahal. Selain itu, bila tanaman akan diperbanyak perlu membayar royalti 10% dari harga jual tiap tangkainya. Kondisi tersebut menyebabkan harga jual bibit tinggi dan menurunkan keuntungan petani atau pengusaha tanaman krisan.Masalah lain adalah degenerasi bibit, yaitu penurunan mutu benih sejalan dengan bertambahnya umur tanaman induk, dan rendahnya mutu bibit yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan tanaman krisan diperbanyak dengan setek pucuk maupun anakan (Rukmana dan Mulyana 1997). Untuk menghindari atau mengurangi degenerasi benih, produsen dituntut agar memperbarui tanaman induk secara periodik bila gejala degenerasi mulai tampak. Oleh karena itu, pengembangan varietas yang telah dihasilkan oleh pemulia tanaman dan penerapan teknik perbanyakan yang tepat diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk menghasilkan bibit krisan dalam jumlah banyak dan waktu relatif singkat adalah melalui teknik kultur jaringan. Kultur jaringan merupakan suatu teknik mengisolasi bagian tanaman, baik berupa organ, jaringan, sel atau pun protoplasma dan selanjutnya mengkultur bagian tanaman tersebut pada media buatan dengan kondisi lingkungan yang steril dan terkendali (Basri, 2004). Bagian-bagian tersebut dapat beregenerasi hingga membentuk tanaman lengkap kembali (Vasil, 1988).

1.3. Tujuan Kerja Praktek1.4.3. Tujuan UmumMengetahui secara langsung pekerjaan dan kegiatan yang ada pada Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR-BATAN). Dengan demikian, dapat menambah ilmu pengetahuan dan teknologi baru dari dunia kerja, sekaligus sebagai pengemban tugas baik di lembaga maupun di industri nantinya.1.4.3. Tujuan KhususTujuan khusus pelaksanaan kerja praktek adalah :a. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan keteknikan, serta teknologi baru yang diperoleh di instansi dan belum pernah didapatkan sebelumnya di lembaga pendidikan.b. Mempelajari manajemen instansi, struktur organisasi serta proses kerja dalam instansi tersebut. c. Membantu melaksanakan tugas-tugas dan kegiatan analisis di dalam instansi.d. Menyelidiki suatu kasus yang ditemukan dalam pekerjaan dan mencari jalan keluar pemecahan terbaik.e. Mempelajari proses dan analisis yang dilakukan di laboratorium Bidang Pertanian yang ada di PAIR-BATAN.f. Membuat laporan kerja praktek untuk memenuhi syarat wajib membuat laporan setelah praktek selesai.1.4. Manfaat Kerja Praktek1.4.3. Manfaat Bagi MahasiswaManfaat kerja praktek bagi mahasiswa adalah :a. Memperoleh pengetahuan yang nyata tentang kondisi suatu instansi baik dari segi manajemen yang diterapkan, kondisi fisik, peralatan yang digunakan, kondisi para karyawan dan kegiatan pekerjaan yang dilakukan. b. Memperoleh pengalaman nyata yang berguna untuk meningkatkan kemampuan keterampilan keteknikan yang relevan sesuai jurusan yang diambil.c. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.

1.4.3. Manfaat Bagi Lembaga PendidikanManfaat pelaksanaan kerja praktek bagi lembaga pendidikan adalah :a. Terjalinnya hubungan baik antara Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN Yogyakarta dengan PAIR ( Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi) - BATAN sehingga memungkinkan kerjasama ketenagakerjaan dan kerjasama lainnya.b. Mendapat umpan balik untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga selalu sesuai dengan perkembangan dunia industri.

1.4.3. Manfaat Bagi InstansiManfaat kerja praktek bagi instansi adalah :a. Memperoleh masukan-masukan baru dari lembaga pendidikan melalui mahasiswa yang sedang melakukan kerja praktek.b. Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama kerja praktek dapat menjadi bahan masukan bagi instansi untuk menentukan kebijaksanaan instansi di masa yang akan datang.c. Dapat menjalin hubungan yang baik dengan lembaga pendidikan khususnya Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN Yogyakarta.

BAB IIINSTITUSI TEMPAT KERJA PRAKTEK2.1. Nama dan Lokasi Tempat Kerja PraktekKerja Praktek dilaksanakan di Laboratorium Bidang Pertanian, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi - Badan Tenaga Nuklir Nasional (PAIR - BATAN) yang terletak di Jalan. Lebak Bulus Raya No. 49 Pasar Jumat, Jakarta Selatan.

2.2. Sejarah Pusat Aplikasi Isotop dan RadiasiBerdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 230 tahun 1954, pemerintah membentuk Panitia Negara untuk penelitian radioaktivitas yang mempunyai tugas melakukan penelitian tentang tingkat radioaktivitas yang ada di atmosfir Indonesia. Sejak itu mulailah kegiatan di bidang nuklir (tenaga atom).Sesuai perkembangannya, ruang lingkup kegiatan serta volume penggunaan tenaga atom untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat meningkat, maka berdasarkan Undang-Undang No. 65 tahun 1958 pada tanggal 5 Desember 1958, Panitia Negara untuk penelitian radioaktivitas ditingkatkan menjadi Lembaga Tenaga Atom Nasional (LTAN) yang merupakan Lembaga Riset yang menyelidiki dan mengembangkan nuklir dan Dewan Tenaga Nuklir (DTA) sebagai pengawas LTA. Akhirnya disempurnakan berdasarkan Undang-undang No. 31 tahun 1964 Lembaga Tenaga Atom Nasional diubah menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (Batan). Oleh karena itu setiap tanggal 5 Desember adalah merupakan hari bersejarah bagi perkembangan teknologi nuklir di Indonesia dan ditetapkan sebagai hari jadi Batan. Pada perkembangan berikutnya, untuk lebih meningkatkan penguasaan di bidang Iptek Nuklir, dibangun beberapa fasilitas litbangyasa yang tersebar di berbagai pusat penelitian antara lain pada tanggal 20 Desember 1966, berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral No. 220/0/M/1966 dibangun Pusat Penelitian Tenaga Atom Pasar Jumat, Jakarta. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 14 tanggal 20 Februari 1980, Pusat Penelitian Tenaga Atom Pasar Jumat berganti nama menjadi Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (disingkat PAIR). Karena itu setiap tanggal 20 Desember, PAIR merayakan Hari Ulang Tahunnya.Pemanfaatan teknologi nuklir semakin meluas di berbagai bidang kehidupan manusia seiring dengan perkembangan teknologi nuklir. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengatur kembali pemanfaatan teknologi nuklir dengan Undang-Undang tahun 1997 tanggal 10 April 1997 yang memisahkan fungsi regulasi dan pengawasan dengan fungsi promosi pemanfaatan tenaga nuklir. Berdasarkan undang-undang tersebut, pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Presiden RI No. 197 pada tanggal 7 Desember 1998 tentang perubahan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). BATAN merupakan Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. BATAN mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan kebijaksanaan di bidang nuklir dan melaksanakan pemanfaatan tenaga nuklir. 1).Berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 197 tahun 1998 inilah, Kepala BATAN menerbitkan Surat Keputusan Kepala BATAN No. 329/KA/VIII/2000 tentang rincian tugas Unit Kerja di lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional, yang mengubah PAIR menjadi P3TIR (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi). Di dalam SK. Ka. BATAN tersebut, P3TIR berada di bawah Deputi Bidang Penelitian Dasar dan Terapan.Selanjutnya dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi BATAN, dipandang perlu meninjau kembali Keputusan Kepala BATAN No. 166/KA/IV/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Tenaga Nuklir Nasional dengan menerbitkan Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor : 392/KA/XI/2005 tentang organisasi dan Tata Kerja BATAN. Salah satu perubahan yang terjadi adalah perubahan nama dari P3TIR menjadi PATIR (Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi). P3TIR mempunyai tugas membina dan melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang teknologi isotop dan radiasi. Setelah menjadi PATIR, maka tugasnya adalah melaksanakan pengembangan dan aplikasi teknologi isotop dan radiasi. Sehingga di dalam SK Kepala BATAN Nomor 392/KA/XI/2005, PATIR berada di bawah Deputi Bidang Pendayagunaan Hasil Penelitian dan Pengembangan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir.Sejalan dengan perkembangannya, Presiden mengeluarkan peraturan tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja BATAN yang tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 2013. Oleh karena itu BATAN perlu menetapkan susunan organisasi dan tata kerja BATAN yang tertuang dalam Peraturan Kepala BATAN Nomor 14 Tahun 2013. Dalam pasal 86 Peraturan Kepala BATAN No. 14 Tahun 2013 disebutkan tentang Susunan Organisasi dari Deputi Bidang Sains dan Teknologi Nuklir bahwa Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi diubah kembali menjadi Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi.

2.3. Visi, Misi, dan Prinsip PAIRVisi PAIR adalah terwujudnya teknologi isotop dan radiasi yang handal, mempunyai daya saing dan keselamatan tinggi serta berperan nyata dalam pembangunan pertanian, industri dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.Misi PAIR adalah :1. Melaksanakan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir sehingga menjadi pusat acuan dalam penerapan teknologi isotop dan radiasi di bidang pertanian, proses radiasi kebumian dan lingkungan2. Meningkatkan pengembangan pemanfaatan teknologi isotop dan radiasi untuk menghasilkan produk inovasi yang memiliki daya saing, menyentuh kepentingan masyarakat luas serta diserap dan dimanfaatkan oleh pengguna akhir.3. Menumbuhkan jenjang kerjasama dan sinergi antara lembaga penelitian baik di dalam maupun luar negeri serta membangun kemitraan dengan pelaksana usaha untuk menguatkan ketahanan pangan, meningkatkan kemampuan industri nasional serta pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan secara optimal.4. Menerapkan sistem mutu dalam manajemen litbang penelitian untuk mewujudkan budaya keselamatan yang tinggi pada setiap aspek kegiatan serta meningkatkan transparansi dalam pengelolaan adiministrasi menuju ke arah divensifikasi sumber pembiayaan penelitian.Prinsip :Pengembangan aplikasi teknologi isotop dan radiasi dilaksanakan secara profesional untuk kesejahteraan manusia dan peradaban bangsa dengan mengutamakan prinsip keselamatan, azas manfaat dan kelestarian lingkungan.

2.4. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi PAIRPusat Aplikasi Isotop dan Radiasi sesuai Peraturan Kepala Bada Tenaga Nuklir Nasional Nomor 14 Tahun 2013 tentang Organsiasi dan Tata Kerja Badan Tenaga Nuklir Nasional merupakan Unit Kerja Tingkat Eselon II di bawah Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir, mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pengendalian kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pembinaan dan bimbingan di bidang penelitian dan pengembangan aplikasi isotop dan radiasi di bidang industri dan lingkungan, pertanian dan proses radiasi. Struktur organisasi PAIR yang tertulis dalam pasal 165 Peraturan Kepala BATAN Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) tersebut di atas, PAIR menyelenggarakan fungsi :1. Pelaksanaan urusan perencanaan, persuratan dan kearsipan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga, dokumentasi ilmiah dan publikasi serta pelaporan;2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dan aplikasi isotop dan radiasi di bidang industri dan lingkungan;3. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dan aplikasi isotop dan radiasi di bidang pertanian;4. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dan aplikasi isotop dan radiasi di bidang proses radiasi;5. Pelaksanaan pemantauan keselamatan kerja dan pengelolaan limbah;6. Pelaksanaan jaminan mutu;7. Pelaksanaan pengamanan nuklir kawasan; dan8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan olseh Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir.Dalam melaksanakan kegiatannya sesuai dengan Struktur Organisasi PAIR yang tertuang dalam lampiran 1, maka PAIR dipimpin oleh seorang Kepala Eselon II dengan dibantu oleh 4 (empat)orang Kepala Bidang (Eselon III), 1 (satu) orang Kepala Bagian Tata Usaha (Eselon III), 1 (satu) orang Kepala Balai (Eselon III), serta 2 (dua) orang Kepala Unit (Eselon IV) yaitu Kepala Unit Pengamanan Nuklir dan Kepala Unit Jaminan Mutu dan 3 (tiga) orang Kepala Subbagian dibawah Kepala Bagian Tata Usaha, yaitu :1. Kepala Subbagian Persuratan, Kepegawaian dan Dokumentasi Ilmiah2. Kepala Subbagian Keuangan3. Kepala Subbagian PerlengkapanDengan mengutamakan Keselamatan yang merupakan prioritas utama pada seluruh kegiatan, sehingga mencapai nihil kecelakaan dengan tujuan untuk melindungi setiap karyawan, fasilitas, masyarakat dan lingkungan dari potensi bahaya, PAIR berperan nyata dalam meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan masyarakat melalui Aplikasi Isotop dan Radiasi untuk pembangunan industri dan lingkungan, pertanian, proses radiasi dan keselamatan kerja dan lingkungan. Semoga secercah harapan di atas menjadi pemicu semangat pegawai PAIR dalam memperluas aplikasi, isotop dan radiasi di berbagai bidang pembangunan. Aplikasi, isotop dan radiasi adalah kompetensi inti lembaga PAIR. Serta di masa yang akan datang pemanfaatan teknologi isotop dan radiasi akan lebih mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia yang maju, mandiri dan sejahtera.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA3.1. Slag IISlag II merupakan hasil sampingan dari proses peleburan bijih timah yang merupakan persenyawaan dari SnO, FeO, SiO2, CaO, dan Al2O3 yang sangat stabil baik secara fisik maupun kimia. Di dalam slag II juga terkandung unsur Ti 5%, Fe 20%, dan mineral monasit yang terdiri dari uranium 0,03 %, thorium 0,30 % dan juga logam tanah jarang (LTJ) 8 %. Kandungan timah pada slag II relatif cukup kecil yaitu sekitar 1 % sehingga slag II tidak diolah oleh di PT. Timah (Persero) Tbk.Beberapa tahapan proses pengolahan timah sehingga menghasilkan hasil samping Slag II yaitu [7] :1. Proses pengolahan mineralProses pengolahan mineral bertujuan untuk meningkatkan kadar bijih timah hasil penambangan secara fisik. Pada proses ini, bijih timah yang diperoleh dari hasil penambangan tersebut diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (Washing Plant). Melalui proses tersebut bijih timah dapat ditingkatkan kadar (grade) Sn-nya dari 20 - 30% Sn menjadi 70% Sn untuk memenuhi persyaratan peleburan. Proses peningkatan kadar bijih timah yang berasal dari penambangan di laut maupun di darat diperlukan untuk mendapatkan produk akhir berupa logam timah berkualitas dengan kadar Sn yang tinggi dengan kandungan pengotor (impurities) yang rendah.2. Proses persiapan peleburanProses ini dilakukan untuk mempersiapkan umpan ke proses peleburan agar proses peleburan lebih efisien. Hal yang dilakukan pada proses ini adalah preparasi material, pengontrolan dan penimbangan.3. Proses PeleburanTerdapat dua tahapan dalam proses peleburan yaitu : Peleburan tahap IBijih timah dari Washing Plant dimasukkan ke proses peleburan dengan suhu sebesar 1500 oC. Limbah sisa peleburan tahap I disebut slag/terak I yang masih mengandung Sn sebesar 30 %. Peleburan tahap IILimbah sisa peleburan tahap I yang masih mengandung 30% Sn dilebur kembali dengan suhu 1500 oC sehingga kadar Sn yang terdapat pada limbah tinggal 1%. Limbah sisa peleburan tahap II ini dikenal dengan slag/terak II.Tahap awal peleburan baik peleburan tahap I maupun tahap II adalah peroses charging yakni bahan baku (biji timah atau slag I) dimasukkan ke dalam tanur melalui hopper furnace. Di dalam tanur terjadi proses reduksi dengan suhu 1100-1500 oC, unsur-unsur pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa oksida yang larut dalam timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi logam timah murni namun adapula yang ikut ke dalam slag dan juga dalam bentuk debu bersamaan dengan gas-gas lainnya.

3.2. UraniumUranium ditemukan tahun 1789 oleh Martin Klaproth pada sebuah mineral yang disebutpitchblende. Beliau mengolah mineral tersebut dengan asam nitrat, kemudian dengan menambahkan KCl diperoleh suatu endapan kuning. Endapan tersebut direduksi dengan karbon dan boraks sehingga terbentuklah Uranit. Pada tahun 1841, seorang ahli kimia bernama Peligot mengatakan bahwa yang ditemukan Klaproth bukan uraniumnya tetapi oksidanya. Peligot kemudian mereduksikan uranium tetraklorida (UCl4) yang didapatkan itu dengan kalium sehingga diperoleh logam uranium.Uranium(U)merupakanunsur yang terjadi secara alami yang dapat ditemukan di dalam sebagian batu karang, tanah,maupunair. Uranium selalu ditemukan berikatan dengan unsur lain. Uranium yang terbentuk secara alami dari ledakan supernova memberiwarna fluorescence hijau dan kuning ketika ditambahkan ke gelas bersama dengan zat adiktif. Logam uranium bersifat sangat padat dan berwarna putih keperakan. Di udara,logam uranium menjadi terlapis oleh lapisan gelap oksidanya. Sedangkan dalam larutan, uranium terdapat sebagai :1. Larutan U (III) berwarna merah, tidak stabil dan akan berubah menjadi U (IV). Lebih stabil bila terlarut dalam asam kuat dan disimpan pada suhu rendah.2. Larutan U (IV) berwarna hijau, lebih stabil dari U (III) tetapi dapat teroksidasi oleh oksigen.3. Larutan U (V) tidak stabil, dan akan berubah setelah 2 jam pada suhu kamar.4. Larutan U (VI) berwarna kuning, dan paling stabil diantara yang lainnya.Logam uranium bereaksi dengan hampir semua unsur non logam dan senyawanya dengan peningkatan kereaktifan seiring peningkatan temperatur. Uranium dapat bereaksi dengan air dingin. Bijih uranium dapat di reaksikan secara kimiawi dan diubah menjadi uranium dioksida atau senyawa lain yang berguna di industri.Uranium membentuk senyawa biner dengan halogen (yang di kenal sebagai halida), oksigen (yang dikenal sebagai oksida), hydrogen (yang dikenal sebagai hidrida), dan beberapa senyawa lain dari uranium. Senyawa hidrida dibentuk dari reaksi hydrogen dengan logam uranium yang dipanaskan pada suhu 250o 300oC. Beberapa persenyawaan uranium dapet dilihat pada tabel berikut [8] :Tabel 3.1. Bentuk Persenyawaan UraniumNo.Unsur persenyawaanBentuk Persenyawaan

1.FlouridaUF3 UF4, UF5, UF6, U2F9, U4F17

2.KloridaUCI3, UCI4, UCI5, UCI6

3.BromidaUBr3, UBr4, UBr5

4.HidridaUH3

5.OksidaOU, OU2, UO3, U2O5, U3O7, U3O8, U4O9

6.SulfidaUS, U2S3

7.KarbidaUC, UC2, U2C3

8.SelenidaUSe3

9.TeluridaUTe2, UTe3

10.NitridaUN, U3N2, U2N3

Unsur Uranium dalam tabel periodik memiliki lambangUdan nomor atom 92. Uranium terletak pada deret Aktinida (Logam Transisi Dalam) periode ke-7. Uranium bersifat radioaktif dan memiliki beberapa isotop di alam yaitu Uranium-238 (U-238) sebanyak 99.28305%, Uranium-235 (U-235) sekitar 0,7110%, dan Uranium-234 (U-234) sekitar 0,0054%. Kandungan U-234 sangat kecil bila dibandingkan dengan dua isotop lainnya sehingga pada kebanyakan kasus U-234 tidak diperhitungkan. IsotopU-235 digunakan sebagai bahan bakar reaktor nuklir karena langsung dapat melakukan fisi jika bereaksi dengan neutron atau melewati massa kritisnya. Sedangkan isotop U-238 yang bereaksi dengan neutron dapat menghasilkan plutonium yang dapat bereaksi fisi.3.2.1. Pemisahan uranium dari Slag IIUranium dapat dipisahkan dari campurannya dengan cara pelarutan (leaching), ekstraksi maupun penukar ion.3.2.1.1. LeachingLeaching dapat dilakukan dengan asam maupun basa. Leaching asam dilakukan menggunakan oksidator yang dapat mengubah U (IV) menjadi U (VI) seperti asam nitrat (HNO3). Leaching dengan HNO3 biasanya dilakukan juga dengan penambahan asam perklorat (HClO4), asam fluorida (HF) dan asam klorida (HCl).HNO3 merupakan pereaksi yang paling umum digunakan dibandingkan dengan asam sulfat (H2SO4) karena asam nitrat dapat melarutkan oksida uranium (U3O8, UO2 dan UO3) membentuk uranil nitrat. Oksida U3O8 dan UO2 tidak mudah larut dalam H2SO4 encer dan HCl, masing-masing akan teroksidasi oleh pemanasan yang lama membentuk uranil klorida atau uranil sulfat. Reaksi pelarutan dengan HNO3 [8] :U3O8 + 8 HNO3 (pekat) 3UO2(NO3)2 + 2NO2 + 4H2OUO3 + 2HNO3 UO2(NO3)2 + H2OUO2 + 6 HNO3 2 UO2(NO3)2 + 3H2 + NO + NO2 Asam Fluorida dapat digunakan untuk melarutkan biji uranium yang sukar larut, yaitu uranium yang terbungkus (coating) oleh silika dan logam paduan uranium-zircon.Asam perklorat dapat melarutkan uranium dengan cepat. Asam perklorat berfungsi mempercepat pelarutan uranium bersama-sama HNO3 dan HF. Uranium dapat terlarutkan hingga 70%. [9]3.2.1.2. EkstraksiEkstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari campuran zat oleh suatu pelarut yang terjadi apabila kelarutan komponen yang akan dipisahkan itu lebih tinggi dalam pelarut daripada dalam campurannya.Pemisahan uranium yang paling efektif adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik TOPO (tri-n-oktil phospin oksid,(n-C8H17)3PO) dalam sikloheksan (C24H5OP). TOPO dalam sikloheksan dengan asam nitrat (HNO3) 2,5N, asam askorbat (C6H8O6) 5% dan natrium fluorida (NaF) 2% dapat memisahkan uranium dari unsur lain seperti logam tanah jarang dan unsur-unsur lain. Reaksi pada proses ekstraksi dengan TOPO :UO22+ + 2 NO3+ + 2(C8H17)3PO UO2(NO3)2.2(C8H17)3POEkstraksi uranium juga dapat dilakukan menggunakan TBP (tri butyl phospat) yang diencerkan dalam kerosen. Reaksi yang terjadi adalah [10] :UO22+ + 2NO3- + 2TBP UO2(NO3)2.2TBP3.2.1.3. Penukar IonPenukar Ion bekerja atas dasar kemampuan resin-penukar anion dalam menyerap anion U secara selektif dari lautan asam/basa. Setelah U terserap cukup banyak, maka dilakukan pengambilan U dari resin menggunakan garam tetentu, supaya bisa dihasilkan U lebih pekat dan relatif lebih murni. Kemudian hasil pemekatan ini bisa diendapkan dengan alkali menghasilkanYellow Cakedengan kadar U yang cukup tinggi.[10]Pembentukan sebuah kompleks sulfato anionik oleh uranium(II) dalam larutan asam sulfat yang relatif encer memberi dasar bagi pemisahan uranium dari larutan yang mengandung konsentrasi tinggi garam-garam besi. Uranium diekstraksi dari larutannya dalam asam sulfat menggunakan larutan penukar-anion cairan Amberlit LA.1 dalam kloroform. Ekstraksi kembali uranium dengan larutan natrium karbonat memberi suatu larutan basa yang bereaksi dengan hidrogen peroksida dengan memberi peruranat kuning. Reaksi yang selektif ini memungkinkan uranium (10-100 mg) untuk ditetapkan secara spektrofotometri dengan mengukur absorbans larutan pada 410 nm. [11]

BAB IVPELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

4.1. Waktu dan TempatWaktu: 27 Juli 2015 28 Agustus 2015Tempat: Laboratorium Bidang Pertanian kelompok pemuliaan tanaman, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi - BATAN4.2. Prosedur Kerja4.2.1. Pembuatan Larutan Stok 4.2.1.1. Larutan Stok MakroBahan-bahan yang akan dipakai untuk membuat larutan stok makro dihitung dan ditimbang sesuai dengan konsentrasi yang digunakan (Lampiran 1). Larutan 1000 ml dibuat dengan mencampur bahan-bahan tersebut dengan stirer dan volume larutan ditambah dengan aquades sampai tanda tera. Kemudian larutan stok makro disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 4C.200 ml larutan stok makro digunakan untuk membuat 1 L media MS.4.2.1.2. Larutan Stok MikroBahan-bahan yang akan dipakai untuk membuat larutan stok mikro dihitung dan ditimbang sesuai dengan konsentrasi yang digunakan (Lampiran 2). Larutan 1000 ml dibuat dengan mencampur bahan-bahan tersebut dengan stirer dan volume larutan ditambah dengan aquades sampai tanda tera. Kemudian larutan stok mikro disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 4C.10 ml larutan stok mikro digunakan untuk membuat 1 L media MS.4.2.1.3. Vitamin dan Asam AminoBahan-bahan yang akan dipakai untuk membuat larutan vitamin dan asam amino dihitung danditimbang sesuai dengan konsentrasi yang digunakan (Lampiran 3). Larutan 100 ml dibuat dengan mencampur bahan-bahan tersebut dengan stirer dan volume larutan ditambah dengan aquades sampai tanda tera.1 ml larutan vitamin dan asam amino digunakan untuk membuat 1 L media MS.4.2.1.4. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)IAA dtimbang sebanyak 0,5 mg dan dilarutkan ke dalam 100 ml aquades, diaduk sambil ditetesi alkohol setetes demi setetes hingga bahan larut sempurna dan ditepatkan volumenya hingga 100 ml dengan menambah aquades, disimpan dalam lemari pendingin.BAP ditimbang sebanyak 3 mg dan 5 mg, dilarutkan ke dalam 100 ml aquades, diaduk sambil ditetesi alkohol setetes demi setetes hingga bahan larut sempurna dan ditepatkan volumenya hingga 100 ml dengan menambah aqudes, disimpan dalam lemari pendingin.1 ml larutan zat pengatur tumbuh digunakan untuk membuat 1 L media MS.4.2.2. Pembuatan dan Sterilisasi MediaAgar ditimbang sebanyak 6 gr dan sukrosa ditimbang sebanyak 30 gr untuk 250 ml media sebanyak 4 kali ulangan (1000 ml) dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Larutan stok makro, stok mikro, vitamin, asam amino, dan zat pengatur tumbuh dipipet ke dalam labu 1000 ml kemudian diaduk dengan stirer dan ditambahkan aquades sampai tanda tera. pH diukur sebesar 5,7-5,8 sebelum disterilkan. Untuk mendapatkan pH yang sesuai ditambahkan HCl dan NaOH. Media dituang ke dalam erlenmeyer yang telah berisi agar dan sukrosa masing-masing sebanyak 250 ml. Erlenmeyer tersebut ditutup dengan aluminium foil dan plastik kemudian diikat dengan karet gelang.Media disterilkan dalam autoclave pada suhu 121C selama 15 menit. Kemudian media yang telah steril disimpan selama 3 hari, bila tidak terkontaminasi maka media dapat digunakan.4.2.3. Sterilisasi Alat dan BahanAlat dan bahan yang akan disterilisasi seperti botol kultur, cawan petri, dan erlenmeyer yang berisi aquades disiapkan dan ditutup dengan aluminium foil. Autoclave diisi dengan aquades sampai batas air yang telah ditentukan kemudian alat yang akan disteril dimasukkan (pastikan katup pembuangan air telah ditutup). Autoclave ditutup dengan rapat tanpa ada lubang udara dan kunci secara bersamaan. Tombol on ditekan, suhu maksimal diatur dan ditunggu sampai suhu mencapai 121C dengan tekanan 2 atm selama 15 menit, setelah itu autoclave dimatikan, didinginkan lalu clap dibuka.4.2.4. Pengambilan dan Sterilisasi EksplanEksplan yang berupa tanaman Krisan diambil dari Green House. Tanaman Krisan tersebut digunting pada bagian batang (satu pucuk dan enam daun) pada setiap nomor galur yang telah ditentukan.Eksplan yang telah didapat dimasukkan ke dalam botol kultur yang masing-masing telah diberi nomor sesuai galurnya dan dibilas dengan air sebanyak 3 kali, kemudian direndam dengan sabun cair selama 5 menit dan dibilas lagi dengan aquades sebanyak 3 kali. Sterilisasi dengan menuangkan klorox dan diberi 3 tetes tween. Botol ditutup dengan plastik dan karet gelang. Kemudian didiamkan selama 17 menit sambil dikocok.Air rendaman dibuang lalu dibilas dengan aquades steril sebanyak 3-4 kali dan botol ditutup dengan cawan petri steril.4.2.5. Induksi EksplanPinset dan pisau silet dipanaskan diatas api bunsen sampai pijar, kemudian disisihkan.Eksplan yang sudah disterilkan, selanjutnya dipotong untuk mengambil bagian pucuknya saja (1 pucuk 3 daun) dan ditanam pada botol berisi media MS secara aseptik dengan bantuan pinset (1 eksplan dalam satu botol).Botol berisi eksplan kemudian disimpan dalam ruang inkubasi pada suhu 25C dengan pencahayaan lampu TL selama 24 jam.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

1.3. PembahasanPada kerja praktek ini dilakukan analisis kandungan uranium dan logam tanah jarang (LTJ) di dalam slag II hasil peleburan timah. Sampel diperoleh dari PT. Timah (persero) Tbk. Sampel yang dikirimkan oleh PT. Timah sebelumnya telah disampling agar dapat mewakili slag II hasil peleburan timah di Bangka Belitung. Dari sampel tersebut, dilakukan sampling untuk mengiambil 50 gram sampel yang kemudian dihaluskan dan diayak sampai lolos pada ayakan ASTM 200 Mesh. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang seragam dengan ukuran butir 0,09 mm. Ukuran yang kecil menyebabkan luas permukaan kontak meningkat sehingga reaksi pada proses pelarutan akan lebih efisien. Pelarutan dilakukan menggunakan asam yang dapat melarutkan sampel dan mengikat unsur-unsur lain seperti silika. Setelah pelarutan dilakukan analisis uranium menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Selain itu juga dilakukan pengukuran logam tanah jarang (LTJ) dengan ICP-OES.

4.4.1 Pelarutan slag IISlag II yang lolos ayakan ASTM 200 Mesh atau berukuran 0,09 mm dilarutkan dengan campuran HClO4, HNO3, dan HF dan dipanaskan pada suhu 200 oC. Pada 1 jam pertama, pemanasan dilakukan pada wadah tertutup agar reaksi yang terjadi lebih sempurna. Kemudian setelah 1 jam wadah dibiarkan terbuka untuk menguapkan senyawa-senyawa yang dapat teruapkan hingga sampel pelarutan menjadi pasta. Setelah menjadi pasta, 2 buah sampel dilarutkan dengan HCl 1:1, sedangkan 2 sampel lainnya dilarutkan dengan HNO3 1:1.Senyawa HF digunakan karena Uranium dalam slag II dibungkus oleh silika. HF berfungsi memecah atau menghancurkan ikatan antara uranium dan silika. kemudian silika akan bereaksi dengan HF dan diuapkan sebagai SiF4. HF juga bereaksi dengan uranium membentuk senyawa intermediet yaitu UF4. Reaksi yang terjadi :6HF + SiO2 H2SiF6 + 2H2OH2SiF6 SiF4 + 2HFUO2 + 4HF UF4 + 2H2OAsam nitrat disini akan bereaksi dengan uranium membentuk uranil nitrat, persamaan reaksinya adalah :U3O8 + 8 HNO3 (pekat) 3UO2(NO3)2 + 2NO2 + 4H2OUO3 + 2HNO3 UO2(NO3)2 + H2OUO2 + 6 HNO3 2 UO2(NO3)2 + 3H2 + NO + NO2 Senyawa HClO4 yang ditambahkan berfungsi untuk mempercepat pelarutan uranium dalam sampel.

1.4.2. Analisis Uranium dengan Spektrofotometer UV-VisKandungan uranium dalam sampel hasil pelarutan di analisis dengan Spektrofotometer UV-Vis menggunakan pengompleks Br-PADAP. Analisis dilakukan dengan terlebih dahulu mengekstrak uranium dalam sampel hasil pelarutan menggunakan larutan Tri-n-Oktil Phospin Oksida (TOPO) dalam sikloheksan 0,05 M. Ke dalam larutan ekstrak juga ditambahkan asam nitrat (HNO3) 2,5 N, asam askorbat (C6H8O6) 5% dan natrium fluorida (NaF) 2%. TOPO dalam sikloheksan merupakan pelarut yang sangat baik untuk pemisahan uranium dari unsur pengotor lain. TOPO akan mengekstrak Uranium ke fasa organik. Namun tidak semua uranium dapat terekstrak, sebagian uranium tetap tertinggal di fasa cair sesuai dengan koefisien distribusinya. TOPO sangat baik untuk analisis namun kurang ekonomis jika digunakan untuk proses karena cukup mahal. Reaksi ekstraksi dengan TOPO adalah :UO22+ + 2 NO3+ + 2(C8H17)3PO UO2(NO3)2.2(C8H17)3POAsam askorbat 5% ditambahkan sebagai pereduksi, asam askorbat akan mengikat unsur-unsur lain seperti Se,V, dan Fe dalam fase organik. Penambahan NaF 2% bertujuan untuk mengikat unsur yang tidak diinginkan seperti Au, Bi, Mo, Sb, Sn, Zr, Th, dan unsur tanah jarang. NaF dapat membentuk kompleks yang stabil dengan unsur-unsur tersebut.Larutan ekstrak dikocok selama 1-2 menit menggunakan Mixer Maxi-Mix I Type 16700. Proses pengocokan harus dilakukan konstan (fase organik dan fase cair tercampur merata dan posisi larutan ekstrak di dalam tabung kocok tidak naik turun) agar uranium terekstrak dengan baik. Kemudian didiamkan sampai fase organik dan fase cair terpisah sempurna. Setelah itu 2 mL fase organik dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL, kemudian ditambahkan larutan komplek II, larutan buffer pH 8,35 dan Br-PADAP (bromo piridilazo dietilaminofenol) 0,05% lalu dibiarkan selama 10 menit. Setelah 10 menit, larutan ditandabataskan dengan etanol murni. Br-PADAP dengan uranium akan membentuk komplek berwarna merah bata yang intensitas warnanya dipengaruhi oleh konsentrasi uranium dalam campuran. Larutan inilah yang kemudian diukur menggunakan spekrofotometer UV-Vis. Pada pengukuran ini, pertama ditentukan panjang gelombang maksimum dari larutan. Penentuan panjang gelombang maksimum diperlukan untuk mengetahui panjang gelombang yang paling baik pada pengukuran. Rumus struktur Br-PADAP adalah :

Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh persamaan garis kurva kalibrasi y = 0,003x + 0,018 dengan nilai r = 0,999. Dari kurva kalibrasi tersebut dapat ditentukan konsentrasi uranium pada sampel yang diukur, kemudian dapat diketahui kandungan uranium per gram sampel slag II timah hasil samping peleburan PT. Timah (persero) Tbk. Kadar uranium dalam slag II yang dilarutkan dengan HCl adalah 0,7699, sedangkan kadar uranium dalam slag II yang dilarutkan dengan HNO3 adalah 1,2505. Dari data tersebut terlihat bahwa pelarutan dengan HNO3 lebih baik daripada pelarutan dengan HCl. Hal ini dapat disebabkan karena oksida uranium lebih mudah larut dalam HNO3 dibandingkan dengan HCl.

1.4.3. Analisis RE dengan ICP-OESAnalisis RE dilakukan dengan ICP-OES karena ICP-OES lebih peka dan mampu menganalisis banyak unsur dalam sekali pengukuran. Prinsip kerja ICP-OES adalah sampel diubah menjadi aerosol kemudian pelarut dalam sampel dihilangkan dan diperoleh aerosol kering yang ditransportasikan ke bagian plasma. Saat sampel gas masuk ke dalam plasma terjadi eksitasi atom, Atom yang tereksitasi kembali ke keadaan dasar dengan memancarakan energi pada panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang setiap unsur memiliki sifat yang khas. Intensitas energi yang dipancarkan pada panjang gelombang sebanding dengan jumlah (konsentrasi) dari unsur dalam sampel yang dianalisis. Selanjutnya panjang gelombang tersebut masuk ke dalam monokromator, dan diteruskan ke detektor lalu diubah menjadi sinyal listrik oleh detektor dan masuk ke dalam integrator untuk diubah ke dalam sistem pembacaan data.Sampel hasil pelarutan yang akan diukur harus diencerkan terlebih dahulu agar masuk dalam range standar. Pengukuran dilakukan dengan dua tahapan, yaitu pengukuran untuk logam tanah jarang minor dan logam tanah jarang mayor. Hal ini dilakukan karena dalam logam tanah jarang terdapat kelompok unsur yang kandungannya kecil dan ada kelompok unsur yang kandungannya tinggi atau dominan. Untuk mengetahui kandungan logam tanah jarang, harus dilakukan pengukuran standar terlebih dahulu kemudian dari standar tersebut diperoleh kurva kalibrasi dan kandungan unsur dalam sampel yang diukur dapat diketahui. Berdasarkan hasil analisis diperoleh kandungan logam tanah jarang per gram slag II adalah :

Tabel 4.6. Kandungan LTJ dalam Slag IIUnsurKandungan dalamSampel (mg/g)

12

Ce17,631816,3346

Gd--

La6,37316,3634

Nd4,01044,0093

Pr1,09901,0794

Sm1,21891,2063

Y6,91546,8887

Dy1,60851,5631

Er--

Eu0,01540,0149

Ho0,23330,2379

Lu0,14700,1422

Tb--

Tm0,11570,1137

Yb1,59451,5780

Sampel 1 merupakan sampel hasil pelarutan dengan HNO3 sedangkan sampel 2 adalah sampel hasil pelarutan dengan HCl, berdasarkan data di atas terdapat sedikit perbedaan kandungan LTJ antara sampel 1 dan sampel 2, namun tidak terlalu jauh. Kandungan LTJ pada sampel hasil pelarutan dengan HNO3 sedikit lebih besar daripada sampel hasil pelarutan dengan HCl, hal ini menunjukkan pelarutan dengan HNO3 lebih mampu mengekstrak LTJ daripada pelarutan dengan HCl.Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa kandungan logam tanah jarang di dalam slag II yang dominan adalah Ce, La, Nd, dan Y. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur logam tanah jarang yang memang sering dijumpai dalam mineral monasit. Di dalam slag II juga terdapat unsur Pr, Sm, Dy, dan Yb yang kandungannya lebih sedikit daripada Ce, La, Nd, dan Y. Unsur logam tanah jarang yang kandungannya paling sedikit di dalam slag II adalah unsur Eu, Ho, Lu, dan Tm. Di dalam slag II tidak terdapat unsur logam tanah jarang Gd, Er, dan Tb.

1.5. KesimpulanBerdasarkan analisis yang dilakukan selama kerja praktik di laboratorium pengolahan bahan galian nuklir PTBGN-BATAN, dapat diambil kesimpulan bahwa :1. Pelarutan slag II dapat dilakukan dengan campuran HNO3, HClO4, HF dan HCl disertai pemanasan2. Kadar Uranium dalam sampel slag II hasil pelarutan dengan HNO3 adalah 1,2505 mg/g dan kadar uranium pada sampel slag II hasil pelarutan dengan HCl adalah 0,7699

3. Kandungan Logam tanah jarang dalam slag II adalah :UnsurKandungan dalamSampel (mg/g)

1 (pelarutan dengan HNO3)2 (pelarutan dengan HCl)

Ce17,631816,3346

La6,37316,3634

Nd4,01044,0093

Pr1,09901,0794

Sm1,21891,2063

Y6,91546,8887

Dy1,60851,5631

Eu0,01540,0149

Ho0,23330,2379

Lu0,14700,1422

Tm0,11570,1137

Yb1,59451,5780

BAB VIPENUTUP6.1. Hasil Kerja PraktekKerja praktek yang dilakukan di Laboratorium Bidang Teknologi Penambangan dan Pengolahan, PTBGN-BATAN memberikan banyak manfaat kepada penulis. Selama kerja praktek, penulis banyak mendapat ilmu dan keterampilan baru dalam bidang pengolahan dan analisis unsur maupun dalam kehidupan sosial. Ilmu dan pengalaman yang di dapat di PTBGN-BATAN akan sangat berguna untuk menghadapi tantangan hidup kedepannya. Di bidang analisis unsur, penulis mendapatkan ilmu dan keterampilan baru dalam menganalisis uranium dan logam tanah jarang yang terdapat dalam slag II. Selain itu, penulis juga memperoleh ilmu dan atau keterampilan baru mengenai alat ICP-OES dan Spektrofotometer UV-Vis. Di bidang sosial, penulis mendapat keluarga baru dan kehangatan baru yang membuat suasana kerja praktek menjadi lebih nyaman.

6.2. SaranSelama pelaksanaan kerja praktek di PTBGN BATAN khususnya di Bidang Teknologi Penambangan dan Pengolahan terdapat sejumlah saran yang dapat diberikan yaitu :1. Diperlukan komunikasi dan koordinasi yang lebih baik lagi antara instansi, pembimbing maupun mahasiswa kerja praktek sehingga pelaksanaan kerja praktek dapat berlangsung dengan lancar.2. Dipertahankannya hubungan kerja sama antara PTBGN BATAN dengan STTN BATAN dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang ketenaganukliran.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ir. Soekarno.1954.Keputusan Presiden No. 230 tahun 1954 tentang Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet. Jakarta : Presiden RI[2]http://www.batan.go.id/sejarah.php diakses tanggal 13 Juli 2014 Pukul 11:44 WIB[3]Sulistio Wisnubroto, Djarot.2013. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 14 Tahun 2013 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Tenaga Nuklir Nasional. Jakarta : BATAN[4]http://www.batan.go.id/profil.php diakses tanggal 13 Juli 2014 Pukul 10:43 WIB[5]http://www.batan.go.id/ppgn/2011/index.php/tentang-kami.html diakses tanggal 13 Juli 2014 Pukul 11:45 WIB[6] http://www.batan.go.id/ppgn/2011/index.php/fasilitas.html diakses tanggal 14 Juli 2014 Pukul 09:10 WIB[7] Tri Atmanto, Kukuh.2012. Artikel Tahap-Tahap Penambangan Bijih Timah Oleh PT Timah Indonesia.Palembang : Universitas Sriwijaya[8] Long, J.T. 1978. Engineering for Nuclear Fuel Reprocessing. U.S : Nuclear Regulatory Commision Formely-Chemical Technology Division, Oak Ridge National Laboratory, Tennesse.[9] Pramudyani, niken.2010. Penetapan Kadar Uranium dalam Slag II Peleburan Timah dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Jakarta : Universitas Indonesia[10] Benedict, M., Pigford, T.H., and Levi, H.W. 1981. Nuclear Chemical Engineering. New York : Mcgraw-Hill Book Company[11] Vogel.1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC[12] Heiserman, David L.1992.Element 39 : Yttrium, Exploring Chemical Elements and Their Compounds.New York : TAB Books[13] Kanazawa,Y, dkk.2006. Rare Earth Minerals And Resources In The World- Journal Of Alloy And Compounds. Netherlands : International Atomic Energy Agency (IAEA)[14] http://id.wikipedia.org/wiki/Logam_tanah_jarang diakses pada 19 Juli 2014 Pukul 10:25 WIB[15]Anonim.2013. http://wocono.wordpress.com/2013/03/04/spektrofotometri-uv-vis/ diakses tanggal 18 Juli 2014 Pukul 15.10 WIB[16]Xiandeng Hou and Bradley T. Jones.2000. Inductively Coupled Plasma/Optical Emission Spectrometry in Encyclopedia of Analytical Chemistry R.A. Meyers (Ed.) pp. 94689485.Chichester : John Wiley & Sons Ltd[17] Charles B. Boss dan Kenneth J. Fredeen.1997. Concepts, Instrumentation and Techniques in Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectrometry. USA : The Perkin-Elmer Corporation