Cerita Anak Burung Yang Malang
Transcript of Cerita Anak Burung Yang Malang
O l e h
ERNAWATY. SNim. 094724313
Judul Cerita : Burung Yang Malang
Sumber : Kompas 13 Januari 2008, dengan pengubahan
BURUNG YANG MALANG
Hari minggu, Mia bangun pagi untuk berolahraga bersama orang tuanya. Mia
membuka pintu lebar-lebar. Namun, ketika Mia membungkukkan badan untuk melakukan
sedikit peregangan, dia melihat seekor burung kecil tergeletak lemas di lantai teras rumah.
Sayap burung itu terkulai penuh darah. Mia berjongkok untuk mengamati lebih dekat.
“Ooh… lengan sayapnya terluka. Darahnya cukup banyak,” gumamnya.
Mia segera mengambil obat antiseptik yang biasa diletakkan ibu di dalam kotak obat.
Ia lalu meneteskan obat antiseptik ke lengan burung itu pelan-pelan.
“Kau tenang saja burung cantik, ini akan sedikit sakit. Tapi kau akan segera sembuh
dan bisa terbang lagi bersama keluargamu,” ujarnya lirih pada burung malang itu seperti
seorang dokter.
“Kau boleh meletakkan burung itu di kebun belakangb rumah, jangan lupa jauhkan
dari jangkauan si meong”.
Setelah memberikan tempat yang nyaman, Mia segera menyusul orang tuanya lagi
pagi.
Sepulang dari berlari, Mia tak henti-hentinya menjenguk pasiennya. Sesekali paruh
kecil itu disuapi dengan air dan biji beras.
Dua hari berlalu, tetapi burung itu tetap terbaring lemah meskipun lukanya telah
mengering. Ketika suatu pagi Mia bangun untuk melihat pasien kecilnya, betapa terkejutnya
dia.
“Ayah… Ibu…!” teriak Mia. Ayah dan Ibu pun tergopoh-gopoh menghampiri Mia.
“Lihat, Yah! Burung ini kenapa? Sayap dan tubuhnya kaku sekali dan dadanya tidak
baik turun seperti kemarin.” Seru Mia.
Ayah dengan lembut mengelus rambut putrinya lalu berkata, “Mia, burung ini terluka
cukup parah waktu kau menemukannya. Dia sekarang tidak kuat lagi.”
“Mmm… maksud Ayah dia sudah mati?” pekik Mia.
“Iya, Mia. Ayah turut menyesal.”
“Tetapi, Mia kan sudah mengobati lukanya, memberi minum serta makan,” protes Mia.
“Mia sudah benar, tetapi burung ini terlalu lemah. Ini bukan salah Mia,” hibur Ibu.
“Maafkan aku burung kecil, aku tidak bisa menyelamatkanmu.” Mia memandangi
burung itu dengan penuh iba dan penyesalan.
“Tuhan tahu Mia telah berusaha dengan sebaik-baiknya dan burung ini juga tahu. Dia
pasti berterima kasih kepadamu jika dia bisa bicara,” lanjut Ayah.
Mia mulai tersenyum di sela tangisnya. “Kita akan menguburnya, Ayah”
Ayah mengangguk, “Iya. Ayah akan menggali lubang di tanah pojok sana.”
Mia masih menangis, tetapi dia senang sekali bisa merawat burung yang malang itu,
walaupun hasilnya tidak seperti yang dia harapkan.
1. Sinopsis
Mia adalah seorang anak yang penyayang dan penolong termasuk kepada binatang.
Pada suatu hari tepatnya hari minggu, ketika ia akan berolahraga dengan orang tuanya,
Mia menemukan seekor burung yang lagi terluka. Mia berusaha menolong burung itu
dengan memberi obat pada lukanya dan meletakkannya di kebun belakang rumah. Setiap
hari Mia memberi makan dan minum pada burung itu. Namun Mia harus kecewa, karena
burung itu terluka cukup parah dan akhirnya mati. Kedua orang tuanya berusaha
menghibur Mia yang sedih. Akhirnya Mia mulai tersenyum di sela tangisnya, ia senang
bisa menolong burung itu meskipun hasilnya tak seperti yang ia harapkan.
2. Analisis Bentuk
a. Alur
Alur cerita ini bergerak maju. Dari kebaikan Mia menolong burung itu,
memberi obat pada lukanya dan memberinya tempat yang nyaman. Kemudian konflik
terjadi ketika burung yang ditolongnya mati. Akhirnya konflik menurun setelah kedua
orang tuanya berusaha menghibur kesedihannya sebagai pemecahan masalah. Dan alur
berakhir ketika Mia kembali tersenyum di sela tangisnya.
b. Penokohan
Watak tokoh dalam cerita ini digambarkan secara jelas oleh pengarangnya.
Watak Mia penyayang, penolong, baik, tidak suka berlarut-larut dalam kesedihan. Sifat
kedua orang tua Mia yang penyayang, baik.
c. Latar
Latar cerita ini terjadi di lingkungan rumah
d. Point of View / Pusat Pengisahan
Pada cerita ini pengarang bertindak sebagai orang ketiga. Pengarang tidak
terlibat pada cerita, dia memakai nama ganti orang ketiga untuk pelaku utamanya
dengan menyebut nama orang “Mia”.
e. Gaya Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam cerita ini sederhana, mudah
dipahami, kalimatnya tidak terlalu panjang.
3. Analisis Isi
Cerita ini menggambarkan kehidupan dalam keluarga, perhatian orang tua pada
anaknya, serta hubungan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain yaitu binatang. Cerita
ini dapat membentuk sikap positif yaitu toleransi terhadap makhluk ciptaan Tuhan yang
lain yaitu binatang.
a. Tema cerita
Tema cerita adalah kekecewaan Mia yang tidak berhasil menolong burung yang
terluka.
b. Amanat / pesan cerita
Pesan pengarang yang dipetik dari cerita ini adalah :
1) Kita harus saling tolong menolong termasuk makhluk Tuhan yang lain yaitu
binatang.
2) Pembaca dapat mencontoh perilaku orang tua Mia yang senantiasa memberikan
perhatian pada anaknya yang lagi sedih.
3) Kita jangan terlalu larut dalam kesedihan
D R A M A
a. Tema dan Amanat
- Tema : Permasalahan Yanti dan kawan-kawan yang belum mendapatkan jalan
keluarnya.
- Amanat : - Kita tidak boleh melakukan hal-hal yang terlarang, apalagi
menganggu kesehatan, seperti merokok.
- Kita sebaiknya punya teman untuk menceritakan hal-hal yang tidak
bisa kita tanggung sendiri.
b. Alur dan Plot
Alur drama ini bergerak maju mundur, karena pemeran dalam hal ini Yanti dan kawan-
kawan tidak berhasil menemukan sesuatu hasil sebagaimana yang mereka harapkan.
c. Setting : Adanya di dalam paling atas yang digaris bawahi.
d. Tokoh dan Penokohan
- Yanti, sebagai pelaku pratagonis.
Orangnya tenang dalam menghadapi permasalahan.
- Asdiarti, pemeran antagonis.
Orangnya senantiasa melampiaskan persoalan kepada hal-hal yang terlarang tanpa
peduli akibatnya dan berusaha mempengaruhi Yanti untuk melakukan hal-hal yang
sama dengan yang dilakukannya.
- Kusni, Surti, pemeran titragonis
Menjadi penengah, penasehat antara Yanti dan Asdiarti.
e. Dialok : Permasalahan antara Yanti dan Asdiarti yang seakan-akan tidak dapat
menemukan titik terang karena permasalahan yang mereka hadapi sangat sulit.
f. Penonton : Peserta drama dalam hal ini Yanti bersama kawan-kawannya, dapat
memberikan kesimpulan bahwa ada gambaran dalam drama ini yang
mempunyai sifat-sifat yang tidak sewajarnya mereka lakukan.
g. Sutradara : Pemeran dalam drama ini menggambarkan bahwa suatu keberhasilan dalam
sekolah tempat mereka menuntut ilmu tidak sepenuhnya didapatkan.
Mereka mengharapkan perhatian dan pengertian dari pembimbingnya tapi
juga tidak tercapai.