Cerita Motivasi Bob Willen

download Cerita Motivasi Bob Willen

of 2

Transcript of Cerita Motivasi Bob Willen

  • 8/18/2019 Cerita Motivasi Bob Willen

    1/2

    Cerita Motivasi Bob Willen, Penyandang Cacat PantangMenyerah Menyelesaikan Lari Marathon

    Apakah tindakan Anda jika kedua kaki Anda telah diamputasi? Apakah itu berdiam diridan menerima keadaan ataukah terus m elangkah kedepan dan mencapai tujuan? Jikahal itu membuat A nda untuk berdiam diri saja, cob alah kalian lihat Bob Willen danpetiklah pelajaran darinya.

    Lomba m arathon internasional 1986 d i New York diikuti ribuan p elari dari seluruh d unia.Lomba ini berjarak 42,195 km, mengelilingi kota New York. Jutaan orang di seluruhdunia menyaksikan acara ini melalui televisi secara langsung.

    Ada satu orang peserta yang menjadi pusat perhatian di lomba tersebut, yaitu BobWillen. Bob seorang veteran perang Vietnam. Kedua kakinya, harus diamputasi karenaterkena ranjau yang di tanam oleh tentara Vietnam di dalam tanah. Bayangkan. Seorangtentara yang terlatih dan tentunya memiliki sik yang prima tiba-tiba harus kehilangankedua kakinya. Kehilangan bagian tubuh yang sangat penting bagi seorang tentara.

    Perlombaan itu tidak akan menjadi istimewa jika saja Bob tidak ikut t ampil disana.Bersama para atlit yang bertubuh normal, Bob berkumpul di garis st art perlombaan. Takpelak, ia pun menjadi pusat perhatian dalam lomba itu. Beberapa kalangan

    menganggap apa yang diakukan oleh Bob adalah hal yang sia-sia. Bagaimana tidak,orang normal saja banyak yang tidak bisa menyelesaikan lomba itu. Konon lagi seorangBob. Seorang tentara yang telah kehilangan kedua kakinya. Dengan apa ia akan berlari?Seberapa jauh jarak yang sanggup ditempuhnya? Untuk apa ia berlari sejauh itu? Danbanyak lagi pertanyaan dan pernyataan yang meragukan Bob, si pelari maraton tanpakaki. Namun, semua itu tak ada yang bisa mematahkan semangat Bob untuk ikutberlomba. Ia menulikan telinganya dari segala hal yang akan menghentikan langkahnya.Dan, saat itu ia telah berdiri di garis s tart tanpa ragu sedikitpun.

    Lomba pun dimulai. Semua pelari telah meninggalkan garis st art dengan semangat yangmembara untuk menjadi orang tercepat yang mencapai garis nish. Wajah merekamenunjukkan semangat yang kuat. Tepuk tangan dan sorak-sorai penonton mengguruhmeneriakkan dukungan kepada para pelari. Bob pun telah meninggalkan garis startseperti para pelari yang lain. Ia berlari dengan kedua tangannya yang dilapisi dengansarung tangan dan melemparkan bad annya ke depan .

    Sementara hampir sel uruh peserta telah berada di kilometer ke- 5 hingga ke-10, danmulai nampak siapa yang mempersiapkan diri dengan baik, dan siapa yang hanya

    sekedar ikut untuk iseng-iseng. Beberapa yang kelelahan memutuskan untuk berhentidan naik ke bis panitia. S ementara itu, B ob Willen masih berada di urutan paling

    http://ceritamotivasipenyemangat.blogspot.com/2013/02/cerita-motivasi-bob-willen-penyandang.htmlhttp://ceritamotivasipenyemangat.blogspot.com/2013/02/cerita-motivasi-bob-willen-penyandang.htmlhttp://ceritamotivasipenyemangat.blogspot.com/2013/02/cerita-motivasi-bob-willen-penyandang.htmlhttp://ceritamotivasipenyemangat.blogspot.com/2013/02/cerita-motivasi-bob-willen-penyandang.html

  • 8/18/2019 Cerita Motivasi Bob Willen

    2/2

    belakang, baru saja menyelesaikan kilometernya yang pertama. Bob berhenti sejenak,membuka kedua sarung tangannya yang sudah koyak, menggantinya dengan yangbaru, dan kemudian kembali berlari dengan melempar-lemparkan tubuhnya kedepandengan kedua tangannya.

    Ayah Bob yang berada bersama ribuan penonton lainnya tak henti-hentinya berseru “AyoBob! Ayo Bob ! Berlarilah terus”. Karena keterbatasan siknya, Bob hanya mampuberlari sejauh 10 km dalam satu hari. Di malam hari, Bob tidur di dalam sleeping bagyang telah d isiapkan oleh panitia yang m engikutinya.

    Empat hari telah berlalu, da n kini adalah hari kelima bagi Bob Willen. Tinggal du akilometer lagi yang h arus d itempuh. Hingga s uatu saat, hanya tinggal 100 meter lagi darigaris nish, Bob jatuh terguling. Kekuatannya mulai habis. Bob perlahan-lahan bangkit

    dan membuka kedua sar ung tangannya. Nampak di sana tangan Bob sudah berdarah-darah. Dokter yang mendampinginya sejenak memeriksanya, dan mengatakan bahwakondisi Bob sudah parah, bukan karena luka di tangannya saja, namun lebih ke arahkondisi jantung dan pernafasannya.

    Sejenak Bob memejamkan mata. Dan di tengah-tengah gemuruh suara penonton yangmendukungnya, samar-samar Bob dapat mendengar suara ayah nya yang b erteriak “AyoBob, bangki t ! Selesaikan apa yang telah kamu mulai. Buka matamu, dan tegakkanbadanmu. Lihatlah ke depan, garis n ish telah di depan mata. Cepat bangun..! Jangan

    menyerah! Cepat bangkit !!!”

    Perlahan Bob mulai membuka matanya kembali. Garis nish sudah dekat. Semangatmembara lagi di dalam dirinya, dan tanpa sarung tangan, Bob melompat- lompat kedepan. Dan satu lompatan terakhir dari Bob membuat tubuhnya melampaui garis nish.Saat itu meledaklah gemuruh dari para penonton yang berada di tempat itu. Bob bukansaja telah menyelesaikan perlombaan itu, Bob bahkan tercatat di Guiness Book ofRecord sebagai satu-satunya orang cacat yang berhasil menyelesaikan lari marathon.

    Di hadapan puluhan wartawan yang menemuinya, Bob berkata “Saya bukan oranghebat. Anda tahu saya tidak punya kaki lagi. Saya hanya menyelesaikan apa yang telahsaya mulai. Saya hanya mencapai apa yang telah saya inginkan. Kebahagiaan sayadapatkan adalah dari proses u ntuk mendapatkannya. Selama lomba, sik saya menurundrastis. Tangan saya sudah hancur berdarah-darah. Tapi rasa sakit di hati saya terjadibukan karena luka itu, tapi ketika saya memalingkan wajah saya dari garis nish. Jadisaya kembali fokus untuk menatap goal saya. Saya rasa tidak ada orang yang akangagal dalam lari marathon ini. Tidak masalah anda akan mencapainya dalam berapalama, asal anda terus berlari. Anda disebut gagal bila anda berhenti. Jadi, janganlah

    berhenti sebelum tujuan a nda t elah tercapai”