Cerita Sahabat Rasulullah

download Cerita Sahabat Rasulullah

of 159

Transcript of Cerita Sahabat Rasulullah

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    1/159

    1 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    10 Sahabat Nabi Yang Dijamin Masuk Surga

    Senin 6 Jamadilawal 1434 / 18 Maret 2013 17:21

    Bagi seorang Muslim, masuk surga adalah sebuah tujuan akhir dari perjalanan hidup ini.

    Maka, ketika Rasulullah menyatakan bahwa ada di antara para sahabatnya yang dijamin masuk

    surga, tentu saja menimbulkan ghirah bagi kita semua.

    Siapa saja mereka, berikut adalah sahabat-sahabat tersebut:

    1. Abu Bakar Siddiq ra. 

    Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah saw. Selain itu Abu bakar juga

    merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat

    dalam sejarah, bahkan juga dalam al- Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40)

    sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah

    telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari

    Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya

     berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah berduka cita,

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    2/159

    2 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad)

    dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan

    orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa

    lagi Maha Bijaksana.” 

    Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadits.

    2. Umar Bin Khatab ra. 

    Beliau adalah khalifah kedua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat

    dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, beliau

    merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat

    dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi

    salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri

    Nabi dan sahabat.

    Di zaman kekhalifahannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat,

    kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukinya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau

    meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar

    dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak dalam masjid Nabawi di Madinah.

    3. Usman Bin Affan ra. 

    Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannya lah seluruh tulisan-tulisan

    wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun

    menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab

    (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang

    meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi’. 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    3/159

    3 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    4. Ali Bin Abi Thalib ra. 

    Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang

    tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam

    peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai

    Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64

    tahun dan dikuburkan di Kufah, Iraq sekarang.

    5. Talhah Bin Abdullah ra. 

    Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain

    Perang Badar. Di dalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah saw

    sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Talhah Bin

    Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64

    tahun, dan dimakamkan di Basrah.

    6. Zubair Bin Awaam 

    Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah

    dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di

    Basrah pada umur 64 tahun.

    7. Sa’ad bin Abi Waqqas 

    Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan

    musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud.

    Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi’. 

    8. Sa’id Bin Zaid 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    4/159

    4 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama

    Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh

    (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’. 

    9. Abdurrahman Bin Auf  

    Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan

     bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun

    (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’. 

    10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah 

    Masuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua

    dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah saw. Meninggal pada tahun 18 H di

    Urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih

    sering diziarahi oleh kaum Muslimin

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    5/159

    5 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Aku Ingin Bertemu Umar Bin Khattab

    Ahad 2 Jamadilawal 1433 / 25 Maret 2012 09:25

    Kesederhanaan penampilan Umar bin Khattab sesungguhnya merupakan nasihat dan

    ajakan berdakwah kepada siapa saja yang melihatnya. Sepeninggal Rasulullah, sebenarnya tidak

    sedikit sahabat yang cenderung memilih Umar bin Khattab sebagai pengganti. Umar itu berani,

    gagah perkasa, jujur, dan adil. Bahkan pada waktu tengah dibicarakan siapa yang pantas

    menjadi pemimpin setelah Nabi wafat, Abu Bakar ash-Shiddiq mendekati Umar dan

    mengulurkan tangannya seraya berkata, “Berikan tanganmu, hai sahabatku. Kami akanmembaiatmu sebagai khalifah pengganti Rasulullah.” 

    Umar menyodorkan tangannya. Tetapi untuk menyanggah. “Tidak,” ujarnya. “Akulah yang

    akan mengambil tanganmu. Sebab engkaulah yang akan kami baiat.” 

    “Engkau lebih baik dan lebih kuat dariku, Umar,” kilah Abu Bakar. 

    “Kebaikan dan kekuatanku akan menyertaimu sebagai pemimpin kami,” jawab Umar. 

    Maka para sahabat pun serempak menyetujui pendapat Umar untuk menahbiskan Abu

    Bakar selaku khalifah yang akan melanjutkan tampuk kepemimpinan Rasulullah demi

    kepentingan umat banyak. Dan ketika tengah sakit keras menjelang ajanya, dengan meminta

    pertimbangan para sahabat yang lain, Abu Bakar menetapkan Umar supaya kelak

    menggantikan kedudukannya. Sebenarnya Umar ingin menolak mengingat tanggung jawab

    seorang pemimpin dianggapnya terlalu berat baginya. Apalagi dalam pandangan Umar,

    pemimpin suatu kaum, pada hakikatnya adalah pelayan kaum itu sendiri. Namun lantaran

    sudah dipilih secara bulat, maka ia tidak bisa lagi mengelak. Ia terpaksa menerima keputusan

    itu.

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    6/159

    6 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Satu tahun setelah kepemimpinannya, seorang pedagang Yahudi dari Mesir datang ke

    Madinah. Ia ingin menemui Khalifah Umar. Namun ia sungguh belum tahu, yang mana Umar

     bin Khattab, kepala pemerintahan negeri Islam yang wilayahnya makin meluas itu. Kepada

    seseorang yang ia temui di perjalanan, ia bertanya, “Di manakah istana raja negeri ini?” 

    Orang itu men jawab, “Lepas dhuhur nanti, ia akan berada di tempat istirahatnya di depan

    masjid. Dekat pohon kurma. Jika kau ingin menemuinya, pergilah ke tempat itu.” 

    Yahudi itu sesunguhnya membayangkan, alangkah indahnya istana Khalifah, dihiasi

    kebun kurma yang rindang, tempat berteduh merintang-rintang waktu. Maka tatkala tiba di

    muka masjid, ia kebingungan. Sebab di situ tidak ada bangunan megah yang mirip istana.Memang ada pohon kurma, tetapi cuma sebatang saja. Dan di bawahnya, tampak seorang lelaki

    kekar dengan jubah yang sudah luntur warnanya tengah tidur-tidur ayam. Yahudi itu

    mendatangainya dan bertanya, “Maaf, saya mau berjumpa dengan Umar bin Khattab.” 

    Sambil bangkit dan tersenyum Umar menjawab, “Akulah Umar bin Khattab.” 

    Yahudi itu terbengong- bengong, “Maksud saya Umar yang khalifah, pemimpin negeri ini.” 

    Umar menjelaskan, “Akulah Khalifah, pemimpin negeri ini.” 

    Yahudi itu makin kaget. Mulutnya terkatup rapat, tidak bisa bicara. Ia membandingkan

    dengan para rahib Yahudi yang hidupnya serba gemerlapan dan para raja Israel yang istananya

     juga tak kalah agung. Sungguh tidak masuk akal, kalau ada seorang pemimpin dari suatu negara

    yang begitu besar, tempat istirahatnya hanya di atas selembar tikar, di bawah pohon kurma di

    tengah langit yang terbuka.

    “Di manakah istana Tuan?’ tanya sang Yahudi. 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    7/159

    7 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Umar menuding, “Di sudut jalan itu. Bangunan nomor tiga dari yang terakhir, kalau yang

    kaumaksudkan adalah kediamanku.” 

    “Maksud Tuan, yang kecil dan kusam itu?” Si Yahudi tambah keheranan.

    “Ya. Namun itu bukan istanaku. Seba b istanaku berada dalam hati yang tenteram dengan ibadah

    kepada Allah swt,” sambut Umar sembari tetap tersenyum. 

    Yahudi itu kian tertunduk. Kedatangannya yang tadinya hendak melampiaskan

    kemarahan dan tuntutan-tuntutan, berubah menjadi kepasrahan dengan segenap jiwa raga.

    Sambil matanya berkaca-kaca ia berkata, “Tuan saksikanlah, sejak hari ini saya meyakini

    kebenaran agama Islam. Izinkah saya memeluk Islam sampai mati.” 

    Setelah mengikrarkan syahadat, orang itu akhirnya pergi dengan dadanya dipenuhi suka

    cita. Umar sendiri terus memperhatikannya dengan baik-baik. Ia memandangi pohon kurma

    di hadapannya. Ia juga memandangi pakaiannya sendiri — tidak baru, namun bersih dan masih

    sangat layak dikenakan. Baginya, sebagai seorang pemimpin penampilannya harus benar-benar

    mencerminkan kesederhanaan. Baginya, apalah artinya sebuah kekuasaan jika hanya harus

    menyakiti umatnya yang banyak?

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    8/159

    8 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Aku Tidak Menerima Alasan Umar

    Senin 22 Jamadilakhir 1433 / 14 Mei 2012 09:26

    Suatu hari Syuraih bin al-Harits al-Kindi kedatangan Amirul Mukminin Umar bin Khaththab

     bersama seorang penjual kuda. Keduanya bermaksud mengadukan permasalahan yang sedang

    mereka hadapi dan meminta Qadhi (hakim) Syuraih untuk menuntaskannya. Syuraih

    mempersilahkan si penjual kuda untuk menjelaskan maksud kedatangannya. Lalu ia

    menjelaskan bahwa suatu hari Khalifah Umar membeli seekor kuda darinya. Namun selang

     beberapa hari Umar megembalikan kuda tersebut dan menuntut ganti rugi.

    Setelah mendengar penjelasan si penjual kuda, Syuraih kemudian mempersilahkan

    Khalifah Umar untuk memberikan penjelasan. Umar yang mengangkat Syuraih jadi hakim ini

    pun menjelaskan bahwa ia mengembalikan kuda tersebut dan menuntut ganti, karena kuda

    itu berpenyakit dan cacat sehingga larinya tidak kencang.

    Syuraih kembali mempersilahkan si penjual kuda untuk memberikan jawaban.

    “Saya tidak menerima alasan Khalifah Umar, karena saya menjualnya dalam keadaan sehat  dan

    tidak cacat,” kata penjual kuda menyanggah. 

    Syuraih kemudian bertanya kepada Umar, “Apakah benar ketika Anda membeli kuda itu

    keadaannya sehat dan tidak cacat?” 

    Umar menjawab singkat , “Benar.” 

    Syuraih pun segera memberikan putusan terhadap perkara tersebut. Ia menyatakan

     bahwa Umar tidak berhak meminta ganti kepada si penjual kuda karena ketika bertransaksi,

    kuda itu dalam keadaan sehat dan tidak cacat.

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    9/159

    9 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Ia kemudian berkata kepada Umar, “Peliharalah apa yang Anda beli. Atau jika ingin

    mengembalikannya, kembalikanlah seperti ketika Anda menerimanya.” 

    Mendengar keputusan Syuraih, Umar bertanya, “Benarkah keputusan Anda?” 

    Syuriah mengangguk pasti.

    Umar memandang kagum Syuraih lantas berkata, “Beginilah seharusnya putusan itu,

    ucapan yang pasti dan dan keputusan yang adil. Pergilah Anda ke Kufah, aku telah

    mengangkatmu sebagai hakim di sana.” 

    Sementara itu, pada masa kekalifahan Ali bin Abu Thalib, Syuraih yang masih menjadi

    hakim pernah juga didatangi oleh khalifah keempat itu bersama seorang Yahudi. Ali mengadu

    kepada Syuraih bahwa baju perangnya dicuri oleh si Yahudi. “Aku menemukan baju besiku

    dibawa oleh orang ini, tanpa melalui jual beli ataupun hibah,” terang Ali. 

    Mendengar pengaduan Ali, Syuraih kemudian mempersilahkan si Yahudi menyampaikan

    pembelaan. “Ini baju perangku, sebab sekarang berada di tanganku,” si Yahudi menyanggah

    tuduhan Ali.

    Syuraih kemudian bertanya kepada kepada Ali, “bagaimana Anda yakin jika ini baju perang

    Anda?” 

    Kemudian Ali menjawab, “Karena orang yang  memiliki baju perang seperti ini hanya aku.” 

    Syuraih kemudian berkata “Aku  tidak meragukan bahwa Anda adalah orang yang jujur wahai

    Amirul Mukminin, dan aku yakin baju besi ini milik Anda, tetapi Anda harus mendatangkan

    dua orang saksi untuk menguatkan pengakuan Anda ini.” 

    Maka Ali mengajukan dua orang saksi, yakni pembantunya, Qanbar, dan anak

    kesayangannya Hasan. Tetapi Syuriah tidak mau menerima kesaksian Hasan dengan alasan

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    10/159

    10 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    dalam Islam kesaksian anak terhadap ayahnya tidak dapat diterima. Mendengar keputusan

    Syuriah itu Ali bertanya, “Apakah Anda tidak menerima kesaksian seorang calon penghuni

    surga? Apakah Anda tidak mendengar Rasullulah bersabda bahwa Hasan dan Husain adalah dua

    ahli surga?” 

    “Aku hanya tidak menerima kesaksian seorang anak terhadap ayahnya,” jawab Syuraih tegas

    sembari membacakan surah Al-Maidah ayat 8, “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah

    kamu menjasi orang-orang yang selalu menegakan kebenaran karena Allah, menjadi saksi

    dengan Adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk

     berlaku tidak adil.” 

    Mendengar penjelasan Syuraih, Ali pun menerima keputusan itu dengan lapang

    dada.karena menurutnya apa yang diputuskan Syuraih adalah sesuai dengan ketentuan Alah

    Taala dan Rasul-Nya. Ia pun merasa bangga karena hakim yang dipilihnya dapat berlaku adil,

    termasuk kepada dirinya yang sedang memangku amanah sebagai Khalifah. Ia kemudian

    menyerahkan baju perang itu kepada si Yahudi dan berkata, “Ambilah baju perang ini, karena

    aku tidak mempunyai saksi selain keduanya.” 

    Menyaksikan keadilan Syuraih dan keagungan Ali, yahudi itu terpana dan berkata, “Baju

    perang ini memang milik Anda, aku memungutnya ketika terjatuh di perang siffin. Hari ini

    saya menyaksikan seorang hakim yang sangat adil dan teguh menegakan ajaran Allah demi aku.

    Sungguh aku telah melihat kebenaran Islam. Maka saat ini juga aku menyatakan diri masuk

    Islam.” 

    Syuraih kemudian membimbingnya mengucapkan dua kalimat syahadat. Sebagai rasa

    gembira atas keislaman si Yahudi, Ali menghadiahkan baju perang yang baru saja

    diperselisihkannya ditambah seekor kuda. Keadilan dan keberanian Syuraih juga berlaku bagi

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    11/159

    11 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    keluarganya. Saat anaknya menghadapi suatu masalah, Syuraih menyuruh anaknya mengajukan

    ke pengadilan. Namun, ternyata di pengadilan Syuraih memenagkan lawan dari anaknya.

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    12/159

    12 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    ‘Apakah Engkau Telah Mengetahui Isi Hatinya?’ 

     Jumat 7 Rejab 1434 / 17 Mei 2013 11:15

     Jundub ibn Abdullah al-Bajali meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. mengirim

    sekelompok sahabat untuk memerangi kaum musyrik. Kedua pihak pun bertemu di medan

    perang. Seorang musyrik bertempur dengan hebat dan membunuh banyak pasukan muslim.

    Lalu seorang muslim, menurut keterangan Jundub adalah Usamah ibn Zaid, bergerak dengan

    cepat melawan orang itu dan berusaha membunuhnya.

    Saat Usamah hendak menebaskan pedangnya, orang musyrik itu berseru, “la ilaha

    illallah.” Namun  yang terjadi selanjutnya, Usamah tetap membunuh orang itu. Berita ini

    kemudian sampai kepada Rasulullah saw. yang kemudian segera memanggil Usamah dan

    menanyainya, “Mengapa kau tetap membunuhnya?” 

    Usamah menjawab, “Wahai Rasul, ia telah menyebabkan banyak penderitaan kepada kaum

    muslim. Ia membunuh beberapa korban — seraya menyebut satu per satu korban orang

    musyrik itu. Karena itulah aku menyerangnya, dan saat hendak kutebas, ia berucap la ilaha

    illallah.” 

    Rasulullah saw. bertanya, “Dan kau tetap membunuhnya?” 

    “Ya.” 

    “Apa yang akan kau lakukan ketika la ilaha illallah muncul pada Hari Kebangkitan?” 

    Usamah segera menjawab, “Wahai Rasulullah, mohonkanlah ampunan untukku.” 

    Rasul kembali bertanya, “Apa yang akan kau lakukan ketika la ilaha illallah muncul pada Hari

    Kebangkitan?” 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    13/159

    13 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Di dalam riwayat lain Usamah ibn Zaid menuturkan, “Rasulullah saw. mengutus kami

    untuk memerangi kaum musyrik dan kami tiba di al-Haraqat dekat Juhainah di pagi hari.

    Dalam pertempuran itu aku menangkap seorang musyrik dan saat aku hendak menebas

    lehernya, ia mengucapkan la ilaha illallah, namun aku tetap membunuhnya. Aku merasa

     bersalah dan kemudian kulaporkan peristiwa ini kepada Rasulullah saw. Rasulullah bertanya,

    “Ia telah mengucapkan la ilaha illallah dan kau tetap membunuhnya?” 

    Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengucapkan kalimat itu hanya untuk menyelamatkan

    dirinya dari pedangku.” 

    “Apakah engkau telah mengetahui isi hatinya? Bagaimana kau bisa yakin apakah ia tulus atautidak?” 

    Tak seorang pun, yang tahu isi hati. Bahkan Nabi saw. sendiri tak mengetahui isi hati

    tiap-tiap umatnya secara pasti. Islam sendiri tidak bisa menghukumi persoalan hati. Ia terletak

    dalam dan hanya Allah ta’ala yang mampu menjangkaunya. Itulah sebab mengapa Nabi saw.

    kemudian memarahi Usamah ibn Zaid yang padahal sudah dianggap seperti cucu sendiri. Ia

    sering berada dalam pangkuan beliau sejak masih amat kecil

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    14/159

    14 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Apakah Kalian Hendak Membunuh Seseorang Yang Mengatakan Tuhanku

    Adalah Allah?’ 

    Kamis 29 Muharram 1434 / 13 December 2012 11:36

    Hari itu tiba-tiba saja orang-orang Mekkah melihat suatu kerumunan yang tidak

     biasanya. Orang-orang berkumpul di tempat ramai. Beberapa orang mencibir ketika

    mengetahui siapa yang tengah dikerumuni oleh orang-orang itu. Rasulullah saw. Orang-orang

    Quraisy bahkan melihat apa yang dilakukan oleh Rasulullah ketika itu adalah suatu hal yang

    sangat menyinggung harga diri mereka. Salah seorang dari mereka berkata, “Hm, dia tengah berusaha mengubah agama kita semua…” 

    Rasulullah memang tengah menyeru orang untuk beralih ke agama Allah dan iman

    kepadaNya. Tak ada teman, tak ada pendukung. Bahkan banyak di antara orang-orang itu yang

    menertawainya. Orang-orang Quraisy itu menolak apa yang disampaikan oleh Rasulullah.

    Rasulullah berdiri di tengah-tengah kerumunan itu. Ia berseru, “Wahai semua orang,

    ucapkanlah la ilaha illallah. Niscaya kalian akan beruntung…” 

    Orang-orang tertawa kembali. Tiba-tiba beberapa di antara mereka seperti dikomando

    menghampiri beliau, dan meludahi wajahnya. Rasulullah tertegun. Belum hilang

    ketertegunnya, ada yang menghamburkan debu ke badan beliau. Mereka terus mengolok-

    oloknya sampai matahari benar-benar di atas kepala. Rasulullah hanya menarik nafas panjang.

    Ketika orang-orang sudah meninggalkannya, seorang perempuan elok tergopoh-gopohmenghampirinya. Ia membawa sebuah bejana berisi air. Perempuan itu adalah Zainab, putri

    Rasulullah. Zainab tampak menangis melihat apa yang menimpa ayahnya.

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    15/159

    15 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Rasulullah memeluk Zainab. Ia merasakan kepedihan Zainab, “Putriku,” ujarnya, “Usah

    kamu menangis. Sesungguhnya Allah selalu melindungi ayahmu ini…”  Zainab kemudian

    dengan penuh kesabaran membersihkan badan dan wajah Rasulullah. Hari itu memang terasa

     berat. Rasulullah mendapat perintah langsung dari Allah swt untuk menyebarkan dakwah

    secara terang-terangan, tidak lagi sembunyi-sembunyi. Selama ini memang hanya orang-orang

    tertentu saja yang ia dakwahi. Kaum Quraisy sendiri tampaknya cukup terkejut dengan

    kemunculan Rasulullah di tempat ramai itu dan kemudian menyebarkan ajarannya. Selama ini

     benarlah kecurigaan mereka. “Muhammad memang ingin mengubah agama nenek moyang

    kita…” Ujar salah seorang dari mereka. 

    Kebencian Kaum Quraisy kepada Rasulullah membawa mereka pada suatu hari. Semua

     berkumpul dan mereka membicarakan Rasulullah. Saat itu mereka sedang duduk di Kabah dan

    Rasulullah saw sedang melakukan salat di dekat makam Nabi Ibrahim. Tiba-tiba salah seorang

    dari mereka, Uqbah bin Muith bangkit menghampiri Rasulullah. Serta-merta dia

    mengalungkan selendang ke leher Rasulullah dan menariknya keras-keras, hingga beliau

    terjerambab jatuh ke tanah. Rasulullah tidak bangun-bangun lagi. Tampaknya beliau

    mengalami benturan yang cukup hebat.

    Orang-orang Quraisy bersorak-sorak. Mereka mengira Rasulullah sudah mati. Saat itu

    datanglah Abu Bakar dengan terburu-buru. Ia melihat apa yang dilakukan Uqbah terhadap

    Rasulullah. Semua orang meminggir demi melihat Abu Bakar. Mereka semua terdiam hanya

    memandangi. Abu Bakar langsung memberikan pertolongan terhadap Rasulullah. Ia memgang

    ketiak Rasululah dari belakang untuk membantunya. Ia memandangi kaum Quraisy dan

     berkata, “Apakah kalian hendak membunuh seseorang yang mengatakan Tuhanku adalah

    Allah?” 

    Tidak ada yang menjawab. Orang-orang Quraisy itu cukup segan terhadap Abu Bakar.

    Akhirnya kemudian mereka menyingkir. Peristiwa itu belum bisa dilupakan oleh Rasulullah,

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    16/159

    16 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    namun tidak ada tanda ia menyimpan dendam terhadap Uqbah bin Muith. Rasulullah masih

    terus menyeru orang-orang secara terang-terangan selama belum ada perintah dari Allah swt,

    tidak ada alasan baginya untuk berhenti berdakwah.

    Satu hari, Rasulullah berada di mesjid. Selain beliau, di situ juga ada Abu Jahal, Syaibah,

    Utbah dan Uqbah bin Muith, Umayyah bin Khalaf, dan dua orang lainnya. Jumlah mereka ada

    tujuh orang. Namun Rasulullah tidak begitu mempedulikannya. Rasulullah salat, dan ketika

     beliau bersujud — ia memanjangkan sujudnya —ia mendengar Abu Jahal berkata, “Siapakah di

    antara kalian yang ingin mendatangi domba-domba Bani Fullan dan membawa kotorannya ke

    sini untuk ditimpukkan pada Muhammad?” 

    Mendengar itu, Uqbah menyeringai. Ia setidaknya sudah membuat “prestasi” dengan 

    mencekik Rasulullah menggunakan selendang tempo hari. Ia berdiri mengambil kotoran

    domba dan langsung dengan sebat melemparkannya ke pundak Rasulullah yang sedang sujud.

    Semua orang tertawa melihat itu. Sedang beberapa orang pengikut Rasulullah hanya

     berdiri dan memandang saja tanpa bisa berbuat apa-apa. Ketika itu datanglah Fatimah, putri

    Rasulullah. Ia serta-merta membersihkan kotoran itu. Kemudian ia mendatangi orang-orang

    Quraisy. Dengan berani Fatimah mencaci-maki mereka. Melihat Fatimah sedemikian rupa,

    orang-orang Quraisy tidak berani kembali untuk untuk berbuat sesuatu. Ketika itu salat

    Rasulullah usai. Ia mengucapkan salam. Beliau mengangkat kepala sebagaimana lazimnya orang

    yang usai salat. Dari mulutnya terdengar lirih ucapan, “Ya Allah, kepadaMu kuserahkan

    mereka. Kuserahkan orang-orang Quraisy, kepadaMu kuserahkan Utbah, Uqbah, Abu jahal

    dan Syaibah..” 

    Semua orang yang ada di dekatnya tertegun mendengar ujaran Rasulullah. Rasulullah

    mengulangi hingga sampai tiga kali dengan doa yang sama. Orang-orang di dekatnya tidak

    menyangka bahwa hati Rasulullah sedemikian rupa kasihnya. Ia mendapat perlakuan begitu

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    17/159

    17 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

     buruk dan hina, namun ia masih tetap mendoakan orang-orang yang memusuhinya. Semua

    orang tertunduk. Mereka merasa masih harus banyak belajar kepada Rasulullah dalam dakwah

    ini. Menyayangi orang yang memusuhi kita, alangkah beratnya. Namun apalah jadinya jika

    dakwah harus terus-menerus dilakukan dengan kekerasan? Untuk beberapa hal, ada yang hanya

     bisa disentuh dengan kasih sayang. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasulullah tidak

    akan pernah berhenti untuk menghampiri kerumunan orang-orang mengajaknya dengan

    lembut dan penuh kasih agar ikut meyakini Allah.

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    18/159

    18 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Biarkan Aku Hidup Tanpa Jabatan’ 

    Rabu 5 Rejab 1434 / 15 Mei 2013 16:24

    Lelaki berperawakan tinggi itu

    wajahnya memancarkan semburat

    cahaya, begitu kemenangan datang.

    Ubullah, salah satu wilayah jajahan

    yang dikuasai rezim Persi, dapatditaklukkan pasukan Muslim.”Allahu

    akbar, shadaqa wa’dah (Allah

    Mahabesar, yang menepati janji-Nya),”

    seru dia dihadapan sisa-sisa pasukan

    Muslim yang ia pimpin.

    Utbah bin Ghazwan, lelaki tersebut, tentu saja tidak segera meninggalkan daerah itu.

    Ia langsung menunjuk orang-orang yang tepat untuk membangun dan mengembangkan daerah

    itu menuju kemandirian. Masjid menjadi bangunan pertama dan utama yang ia bangun.

    Setelah masjid beserta infrastruktur pemerintahan di kota yang disebut Basrah itu

    terbentuk, Utbah menulis surat kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Isinya, ia

    meminta pada Khalifah agar dirinya kembali ke kota Madinah untuk meneruskan tugas-tugas

     jihad bersama sang Khalifah Umar.

    Akan tetapi, permintaan itu tidak dikabulkan oleh Amirul Mukminin. Umar

    memerintahkan Utbah tetap tinggal dan memimpin penduduk Basrah agar tercipta masyarakat

    yang hidup di bawah naungan Al-Quran dan As-Sunnah. Mendengar argumen Amirul

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    19/159

    19 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Mukminin yang kuat, Utbah memutuskan untuk mengikuti perintahnya, seraya berdoa

    memohon kekuatan menghadapi persoalan pada Rabbnya. Selama beberapa kurun dia terjun

    langsung bersama pasukannya membina, mendidik, dan mendakwahkan syariat dan nilai-nilai

    Islam kaffah.

    Salah satu taushiah yang kerap dituturkan Utbah pada warga Basrah adalah soal

    pentingnya hidup zuhud (sederhana). Karena ia bicara dengan keteladanan maka masyarakat

    dengan cepat menerima dan mempraktikannya. Ia dikenal luas sebagai orang yang tidak hanya

    pandai bicara tapi juga isiqomah dalam perbuatannya. Sekelompok orang yang semula hidup

     berlimpah harta tanpa memedulikan orang-orang di sekitar lingkunganya yang serba

    kekurangan mulai sadar dan insyaf. Sebagian lain masih membandel, bahkan selalu tersinggung

    dengan ajakan Utbah untuk zuhud.

    Menghadapi kelompok orang yang belum menerima gerakan hidup zuhud itu, Utbah

    dengan tegas mengingatkan manfaatnya serta contoh dari kehidupan Rasulullah SAW. “Demi

    Allah, sesungguhnya telah kalian lihat aku bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

    sebagai salah seorang kelompok tujuh, yang tak punya makanan kecuali daun-daun kayu,

    sehingga bagian mulut kami pecah-pecah dan luka-luka. Di suatu hari aku beroleh rizki sehelai

     baju burdah, lalu kubelah dua, yang sebelah kuberikan kepada Sa’ad bin Malik dan sebelah lagi

    kupakai untuk diriku…! 

    Bukannya kelompok orang kaya itu menerima nasihatnya, ada segelintir dari mereka

    yang berupaya keras mempengaruhi Utbah. Mereka membanding-bandingkan soal kewajaran

    hidup sebagai seorang penguasa yang memiliki “kekuatan” di tangannya. Mendengar kisah-

    kisah seperti itu, Utbah hanya dapat bersabar dan menahan amarah, seraya berkata, “Aku

     berlindung diri kepada Allah dari sanjungan orang terhadap diriku karena kemewahan dunia,

    tetapi kecil pada sisi Allah!” 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    20/159

    20 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Begitulah, setiap kali mendengar perbincangan tentang dunia dan kemewahan, Utbah

    tampak takut. Ia takut terhadap dunia yang diyakininya dapat merusak agamanya dan umat

    secara luas. Entahlah, apa yang membuat kelompok pembesar di Basrah berhati keras. Nasihat

    yang berulang kali dilontarkan tak begitu digubris. Suatu hari, karena mereka tidak menerima

    masukan Utbah sebagai pemimpin mereka, Utbah pun berkeras, “Besok luasa kalian akan lihat

    pimpinan pemerintahan dipegang orang lain menggantikan aku.” 

    Beberapa saat setelah peristiwa itu, datanglah musim haji. Utbah tak menyia-nyiakan

    kesempatan untuk mengadukan masalah yang dihadapinya pada sang Khaliq. Ia mendelegasikan

    pekerjaan sehari-hari pemerintahan pada salah seorang karibnya. Di Tanah Suci Utbah

    menyempurnakan ibadah haji dengan penuh harap dan takut. Air matanya ditumpahkan demi

    kecintaan pada Rabbnya. Ia pun tak menyia-nyiakan waktu untuk menyampaikan maksud dan

    keinginannya pada Amirul Mukminin. Ia menemuinya di Madinah. Setelah diterima Umar,

    Utbah mengungkapkan isi hatinya bahwa ia sangat ingin mengundurkan diri dari arena

    kekuasaan. Ia ingin menjadi rakyat biasa yang senantiasa beribadah dan siap berjihad jika datang

    perintah.

    Keinginannya kali ini pun tak dikabulkan Khalifah Umar. Ia, sebagaimana biasa

    diungkapkan dalam menghadapi kasus demikian, berkata pada Utbah, “Apakah kalian hendak

    menaruh amanat di atas pundakku? Kemudian kalian tinggalkan aku memikulnya seorang diri?

    Tidak! Demi Allah tidak kuizinkan selama-lamanya…” 

    Pernyataan itu, sekali lagi, membuat Utbah tak dapat berargumen lagi. Ia pun bersiap-

    siap kembali ke Basrah, wilayah binaannya. Sebelum naik kendaraan ia menghela nafas sesaat.

    Badannya dihadapkan ke arah kiblat.

    Sambil mengangkat kedua telapak tangannya ke langit ia memohon supaya tidak

    dikembalikan ke Basrah dan tidak pula memimpin di sana. Di benaknya masih tertanam

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    21/159

    21 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    perilaku sekelompok pembesar yang tak bisa menerima ajakan hidup zuhud, wara’, dan

    menegakkan keadilan. Itu mengakibatkan penduduk lain terpengaruh dengan kelompok

    tersebut.

    Dengan sisa-sisa tenaganya ia berangkat ke Basrah untuk memenuhi tugas Khalifah.

    Takdir Allah menentukan seorang Utbah harus wafat di tengah perjalanan antara Madinah dan

    Basrah. Kesyahidannya membawa jalan baginya tetap istiqamah pada hidup zuhud. Tanpa gelar

    dan jabatan.

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    22/159

    22 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Bilal Tak Kuasa Meneruskan Adzan

    Senin 24 Rejab 1434 / 3 Juni 2013 15:59

    Pada waktu dhuha di hari Senin 12

    Rabi’ul Awal 11 H (hari wafatnya Rasulullah

    shalallahu alaihi wasallam) masuklah putri

     beliau Fathimah radhiyallahu anha ke dalam

    kamar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam,

    lalu dia menangis saat masuk kamar

    Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Dia

    menangis karena biasanya setiap kali dia

    masuk menemui Rasullullah Shalallahu

    ‘Alaihi Wassalam, beliau berdiri dan

    menciumnya di antara kedua matanya, akan

    tetapi sekarang beliau tidak mampu berdiri

    untuknya. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda kepadanya: “Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun

    membisikkan sesuatu di telinganya, maka dia pun menangis. Kemudian beliau bersabda lagi

    untuk kedua kalinya: “Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu

    sekali lagi, maka diapun tertawa.

    Maka setelah kematian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, mereka bertanya

    kepada Fathimah : “Apa yang telah dibisikkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam

    kepadamu sehingga engkau menangis, dan apa pula yang beliau bisikkan hingga engkau

    tertawa?” 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    23/159

    23 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Fathimah  berkata: “Pertama kalinya beliau berkata kepadaku: ‘Wahai Fathimah, aku akan

    meninggal malam ini.’ Maka akupun menangis. Maka saat beliau mendapati tangisanku beliau

    kembali berkata kepadaku: ‘Engkau wahai Fathimah, adalah keluargaku yang pertama kali akan

     bertemu denganku.’ Maka akupun tertawa.” 

    Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memanggil Hasan dan Husain, beliau mencium

    keduanya dan berwasiat kebaikan kepada keduanya. Lalu Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam

    memanggil semua istrinya, menasihati dan mengingatkan mereka. Beliau berwasiat kepada

    seluruh manusia yang hadir agar menjaga shalat. Beliau mengulang-ulang wasiat itu. Lalu rasa

    sakitpun terasa semakin berat, maka beliau bersabda: “Keluarkanlah siapa saja dari rumahku.”

    Beliau bersabda: “Mendekatlah kepadaku, wahai ‘Aisyah!” Beliaupun tidur di dada istri beliau

    ‘Aisyah radhiyallahu anha. 

    ‘Aisyah berkata: “Beliau mengangkat tangan beliau seraya bersabda: ‘Bahkan Ar -Rafiqul A’la

     bahkan Ar-Rafiqul A’la’.” Maka diketahuilah bahwa disela-sela ucapan beliau, beliau disuruh

    memilih di antara kehidupan dunia atau Ar-Rafiqul A’la. 

    Masuklah Malaikat Jibril alaihis salam menemui Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam

    seraya berkata: “Malaikat maut ada di pintu, meminta izin untuk menemuimu, dan dia tidak

    pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu.” 

    Maka beliau berkata kepadanya: “Izinkan untuknya, wahai Jibril.” 

    Masuklah malaikat Maut seraya berkata: “Assalamu’alaika wahai Rasulullah. Allah telah

    mengutusku untuk memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di dunia atau bertemudengan Allah di akhirat.” 

    Maka Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la

    (Teman yang tertinggi), bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la, bersama-sama dengan orang-

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    24/159

    24 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu :para nabi, para shiddiqiin, orang-orang yg

    mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah rafiq (teman) yang sebaik- baiknya.” 

    ‘Aisyah menuturkan bahwa sebelum Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam wafat, ketika

     beliau bersandar pada dadanya, dan dia mendengarkan beliau secara seksama, beliau berdo’a:

    “Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku pada ar-rafiq al-a’la. Ya Allah (aku

    minta) ar-rafiq al-a’la, Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la.” 

    Berdirilah malaikat Maut disisi kepala Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam- sebagaimana dia

     berdiri di sisi kepala salah seorang diantara kita- dan berkata: “Wahai roh yang bagus, roh

    Muhammad ibn Abdillah, keluarlah menuju keridhaan Allah, dan menuju Rabb yang ridha dantidak murka.” 

    Sayyidah ‘Aisyah berkata: “Maka jatuhlah tangan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dan kepala

     beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.” 

    Dia berkata: “Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, tidak ada yang kuperbuat

    selain keluar dari kamarku menuju masjid, yang di sana ada para sahabat, dan kukatakan,

    ‘Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat.’ Maka mengalirlah

    tangisan di dalam masjid. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu terduduk karena beratnya kabar

    tersebut, ‘Ustman bin Affan radhiyallahu anhu seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke

    kanan dan kekiri. Adapun Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu berkata: ‘Jika ada

    seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal,

    akan kupotong kepalanya dengan pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya

    sebagaimana Musa alaihis salam pergi untuk menemui Rabb-Nya.’ 

    “Adapun orang yang paling tegar adalah Abu Bakar radhiyallahu anhu, dia masuk kepada

    Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, memeluk beliau dan berkata: ‘Wahai sahabatku,

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    25/159

    25 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    wahai kekasihku, wahai bapakku.’ Kemudian dia mencium Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam

    dan berkata : ‘Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati’.” 

    “Keluarlah Abu Bakar menemui manusia dan berkata: ‘Barangsiapa menyembah Muhammad,

    maka Muhammad sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka

    sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati.’ Maka akupun keluar dan menangis,

    aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku menangis sendiri.” 

    Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmat Allah orang yang paling

    mulia, orang yang paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul

    Awal 11 H tepat pada usia 63 tahun lebih 4 hari. Semoga shalawat dan salam selalu tercurahuntuk Nabi kiat tercinta Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. 

    Langit Madinah kala itu mendung. Bukan mendung biasa, tetapi mendung yang kental

    dengan kesuraman dan kesedihan. Seluruh manusia bersedih, burung-burung enggan berkicau,

    daun dan mayang kurma enggan melambai, angin enggan berhembus, bahkan matahari enggan

    nampak. Seakan-akan seluruh alam menangis, kehilangan sosok manusia yang diutus sebagai

    rahmat sekalian alam. Di salah satu sudut Masjid Nabawi, sesosok pria yang legam kulitnya

    menangis tanpa bisa menahan tangisnya.

    Waktu shalat telah tiba.

    Bilal bin Rabah, pria legam itu, beranjak menunaikan tugasnya yang biasa:

    mengumandangkan adzan.

    “Allahu Akbar, Allahu Akbar…” 

    Suara beningnya yang indah nan lantang terdengar di seantero Madinah. Penduduk

    Madinah beranjak menuju masjid. Masih dalam kesedihan, sadar bahwa pria yang selama ini

    mengimami mereka tak akan pernah muncul lagi dari biliknya di sisi masjid.

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    26/159

    26 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    “Asyhadu anla ilaha illallah, Asyhadu anla ilaha ilallah….” 

    Suara bening itu kini bergetar. Penduduk Madinah bertanya-tanya, ada apa gerangan.

     Jamaah yang sudah berkumpul di masjid melihat tangan pria legam itu bergetar tak beraturan.

    “Asy…hadu.. an..na.. M..Mu..mu..hammmad…” 

    Suara bening itu tak lagi terdengar jelas. Kini tak hanya tangan Bilal yang bergetar

    hebat, seluruh tubuhnya gemetar tak beraturan, seakan-akan ia tak sanggup berdiri dan bisa

    roboh kapanpun juga. Wajahnya sembab. Air matanya mengalir deras, tidak terkontrol. Air

    matanya membasahi seluruh kelopak, pipi, dagu, hingga jenggot. Tanah tempat ia berdiri kini

    dipenuhi oleh bercak-bercak bekas air matanya yang jatuh ke bumi. Seperti tanah yang habis

    di siram rintik-rintik air hujan. Ia mencoba mengulang kalimat adzannya yang terputus. Salah

    satu kalimat dari dua kalimat syahadat. Kalimat persaksian bahwa Muhammad bin Abdullah

    adalah Rasul ALLAH.

    “Asy…ha..du. .annna…” 

    Kali ini ia tak bisa meneruskan lebih jauh.

    Tubuhnya mulai limbung.

    Sahabat yang tanggap menghampirinya, memeluknya dan meneruskan adzan yang

    terpotong. Saat itu tak hanya Bilal yang menangis, tapi seluruh jamaah yang berkumpul di

    Masjid Nabawi, bahkan yang tidak berada di masjid ikut menangis. Mereka semua merasakan

    kepedihan ditinggal Kekasih ALLAH untuk selama-lamanya. Semua menangis, tapi tidak

    seperti Bilal. Tangis Bilal lebih deras dari semua penduduk Madinah. Tak ada yang tahu persis

    kenapa Bilal seperti itu, tapi Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu anhu tahu.

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    27/159

    27 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Ia pun membebastugaskan Bilal dari tugas mengumandangkan adzan. Saat

    mengumandangkan adzan, tiba-tiba kenangannya bersama Rasulullah shalallahu alaihi

    wasallam berkelabat tanpa ia bisa membendungnya. Ia teringat bagaimana Rasulullah shalallahu

    alaihi wasallam memuliakannya di saat ia selalu terhina, hanya karena ia budak dari Afrika. Ia

    teringat bagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjodohkannya. Saat itu Rasulullah

    meyakinkan keluarga mempelai wanita dengan berkata, “Bilal adalah pasangan dari surga,

    nikahkanlah saudari perempuanmu dengannya”. 

    Pria legam itu terenyuh mendengar sanjungan Sang Nabi akan dirinya, seorang pria

     berkulit hitam, tidak tampan, dan mantan budak. Kenangan-kenangan akan sikap Rasul yang

     begitu lembut pada dirinya berkejar-kejaran saat ia mengumandangkan adzan. Ingatan akan

    sabda Rasul, “Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat.” lalu ia pun beranjak adzan, muncul

     begitu saja tanpa ia bisa dibendung.

    Kini tak ada lagi suara lembut yang meminta istirahat dengan shalat. Bilal pun teringat

     bahwa ia biasanya pergi menuju bilik Nabi yang berdampingan dengan Masjid Nabawi setiap

    mendekati waktu shalat. Di depan pintu bilik Rasul, Bilal berkata, “Saatnya untuk shalat,

    saatnya untuk meraih kemenangan. Wahai Rasulullah, saatnya untuk shalat.” 

    Kini tak ada lagi pria mulia di balik bilik itu yang akan keluar dengan wajah yang ramah

    dan penuh rasa terima kasih karena sudah diingatkan akan waktu shalat. Bilal teringat, saat

    shalat ‘Ied dan shalat Istisqa’ ia selalu berjalan di depan. Rasulullah dengan tombak di tangan

    menuju tempat diselenggarakan shalat. Salah satu dari tiga tombak pemberian Raja Habasyah

    kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Satu diberikan Rasul kepada Umar bin Khattab,

    satu untuk dirinya sendiri, dan satu ia berikan kepada Bilal. Kini hanya tombak itu saja yang

    masih ada, tanpa diiringi pria mulia yang memberikannya tombak tersebut. Hati Bilal makin

    perih. Seluruh kenangan itu bertumpuk-tumpuk, membuncah bercampur dengan rasa rindu

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    28/159

    28 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    dan cinta yang sangat pada diri Bilal. Bilal sudah tidak tahan lagi. Ia tidak sanggup lagi untuk

    mengumandangkan adzan.

    Abu Bakar tahu akan perasaan Bilal. Saat Bilal meminta izin untuk tidak

    mengumandankan adzan lagi, beliau mengizinkannya. Saat Bilal meminta izin untuk

    meninggalkan Madinah, Abu Bakar kembali mengizinkan. Bagi Bilal, setiap sudut kota

    Madinah akan selalu membangkitkan kenangan akan Rasul, dan itu akan semakin membuat

    dirinya merana karena rindu. Ia memutuskan meninggalkan kota itu. Ia pergi ke Damaskus

     bergabung dengan mujahidin di sana. Madinah semakin berduka. Setelah ditinggal al-

    Musthafa, kini mereka ditinggal pria legam mantan budak tetapi memiliki hati secemerlang

    cermin.

    Awalnya, ash-Shiddiq merasa ragu untuk mengabulkan permohonan Bilal sekaligus

    mengizinkannya keluar dari kota Madinah, namun Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika

    dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku,

    tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju

    kepada-Nya.” 

    Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku

    memerdekakanmu juga karena Allah.” 

    Bilal menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan azan untuk

    siapa pun setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam wafat.” 

    Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkanMadinah bersama pasukan pertama yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal di daerah Darayya

    yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal benar-benar tidak mau mengumandangkan

    adzan hingga kedatangan Umar ibnul Khaththab ke wilayah Syam, yang kembali bertemu

    dengan Bilal Radhiallahu ‘anhu setelah terpisah cukup lama. 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    29/159

    29 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

     Jazirah Arab kembali berduka. Kini sahabat terdekat Muhammad shalallahu alaihi

    wasallam, khalifah pertama, menyusulnya ke pangkuan Ilahi. Pria yang bergelar Al-Furqan

    menjadi penggantinya. Umat Muslim menaruh harapan yang besar kepadanya. Umar bin

    Khattab berangkat ke Damaskus, Syria. Tujuannya hanya satu, menemui Bilal dan

    membujuknya untuk mengumandangkan adzan kembali. Setelah dua tahun yang melelahkan;

     berperang melawan pembangkang zakat, berperang dengan mereka yang mengaku Nabi, dan

     berupaya menjaga keutuhan umat; Umar berupaya menyatukan umat dan menyemangati

    mereka yang mulai lelah akan pertikaian. Umar berupaya mengumpulkan semua muslim ke

    masjid untuk bersama-sama merengkuh kekuatan dari Yang Maha Kuat. Sekaligus kembali

    menguatkan cinta mereka kepada Rasul-Nya.

    Umar membujuk Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan. Bilal menolak, tetapi

     bukan Umar namanya jika khalifah kedua tersebut mudah menyerah. Ia kembali membujuk

    dan membujuk.

    “Hanya sekali”, bujuk Umar. “Ini semua untuk umat. Umat yang dicintai Muhammad, umat

    yang dipanggil Muhammad saat sakaratul mautnya. Begitu besar cintamu kepada Muhammad,

    maka tidakkah engkau cinta pada umat yang dicintai Muhammad?” Bilal tersentuh. Ia

    menyetujui untuk kembali mengumandangkan adzan. Hanya sekali, saat waktu Subuh..

    Hari saat Bilal akan mengumandangkan adzan pun tiba.

    Berita tersebut sudah tersiar ke seantero negeri. Ratusan hingga ribuan kaum muslimin

    memadati masjid demi mendengar kembali suara bening yang legendaris itu.

    “Allahu Akbar, Allahu Akbar…” 

    “Asyhadu anla ilaha illallah, Asyhadu anla ilaha illallah…” 

    “Asyhadu anna Muhammadarrasulullah…” 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    30/159

    30 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    … 

    Sampai di sini Bilal berhasil menguatkan dirinya. Kumandang adzan kali itu beresonansi

    dengan kerinduan Bilal akan Sang Rasul, menghasilkan senandung yang indah lebih indah dari

    karya maestro komposer ternama masa modern mana pun jua. Kumandang adzan itu begitu

    menyentuh hati, merasuk ke dalam jiwa, dan membetot urat kerinduan akan Sang Rasul.

    Seluruh yang hadir dan mendengarnya menangis secara spontan.

    “Asyhadu anna Muhammadarrasulullah…” 

    Kini getaran resonansinya semakin kuat. Menghanyutkan Bilal dan para jamaah di

    kolam rindu yang tak berujung. Tangis rindu semakin menjadi-jadi. Bumi Arab kala itu

    kembali basah akan air mata.

    “Hayya ‘alash-shalah, hayya ‘alash-shalah…” 

    Tak ada yang tak mendengar seruan itu kecuali ia berangkat menuju masjid.

    “Hayya `alal-falah, hayya `alal-falah…” 

    Seruan akan kebangkitan dan harapan berkumandang. Optimisme dan harapan kaum

    muslimin meningkat dan membuncah.

    “Allahu Akbar, Allahu Akbar…” 

    Allah-lah yang Maha Besar, Maha Perkasa dan Maha Berkehendak. Masihkah kau takut kepada

    selain-Nya? Masihkah kau berani menenetang perintah-Nya?

    “La ilaha illallah…” 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    31/159

    31 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Tiada tuhan selain ALLAH. Jika engkau menuhankan Muhammad, ketahuilah bahwa ia telah

    wafat. ALLAH Maha Hidup dan tak akan pernah mati.

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    32/159

    32 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Damaikanlah Dua Orang Mukmin Yang Berselisih

    Sabtu 22 Rejab 1434 / 1 Juni 2013 10:16

    Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (ishlah) antara kedua

    saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS. 49:10)

    Abdullah ibn Abi Aufa menuturkan bahwa Abdurrahman ibn Auf pernah mengadukan

    Khalid ibn Walid kepada Rasulullah saw. karena Khalid dianggap telah mencela Abdurrahman.

    Menanggapi hal tersebut, Rasulullah saw. bersabda kepada Khalid, “Jangan mengejek setiap

    orang yang ikut berperang dalam Perang Badar. Bahkan seandainya kau bersedekah dengan

    emas sebesar Gunung Uhud, amalmu itu tidak akan pernah setara dengan amal mereka.” 

    Abdurrahman berkata, “Mereka menghinaku lebih dahulu dan aku hanya membalasnya.” 

    Nabi saw. bersabda, “Jangan mengejek Khalid, karena ia adalah salah satu pedang Allah yang

    diutus untuk memerangi orang kafir.” 

    Kedua orang yang berselisih tadi adalah sahabat-sahabat Rasulullah saw. Mereka

    memiliki kedudukan yang penting di sisi beliau. Abdurrahman ibn Auf adalah seorang sahabat

    yang lebih dahulu memeluk Islam, turut berhijrah bersama Nabi, berpartisipasi dalam Perang

    Badar serta perang-perang lainnya. Sementara Khalid ibn Walid baru masuk Islam ketika

    menjelang takluknya Makkah. Bahkan dalam Perang Uhud, Khalid berada di pihak Quraisy

    yang memusuhi Nabi.

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    33/159

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    34/159

    34 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Detik-Detik Terakhir Kehidupan Rasulullah SAW (1)

     Jumat 8 Jamadilakhir 1434 / 19 April 2013 11:24

    Diriwayatkan , bahwa setelah

    turun wahyu Al quran Surat

    Almaidah ayat 3, menangislah

    Umar bin Khattab ra. Maka

    Nabi SAW berkata kepadanya,

    “Apakah gerangan yang

    menyebabkan engkau

    menangis, hai Umar? ” 

    Umar menjawab, “Kita semua

    sudah berada dalam agama yang

    sempurna. Tetapi bila ia sudah sampai kepada titik puncak kesempurnaan, maka diatas itu tidak

    ada lagi yang lain, kecuali suatu kemunduran.” 

    Nabi menukas, “Benar engkau!” 

    QS Al-Maidah Ayat 3 yang berbunyi :

    http://islampos.com/wp-content/uploads/2012/10/Camels_In_The_desert_Night_by_Waxflower.jpg?87984d

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    35/159

    35 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    diturunkan di Padang Arafah pada hari Jumat sesudah Ashar, yakni di saat Nabi berkendaraan

    di atas untanya. Sesudah itu apa-apa yang berkenaan dengan perintah- perintah yang fardhu

    tidak turun- turun lagi dari langit.

    Pada mulanya Nabi tidak mampu untuk mendugaduga kemungkinan- kemungkinan

    yang terselip dalam arti yang di atas sehingga beliau hanya terengah dan bertelekan di atas

    untanya saja. Unta pun berhenti terhenyak dan Malaikat Jibril pun datanglah sambil berkata

    kepada Nabi, “Ya Muhammad! Hari ini telah sempurna urusan agamamu, telah selesai apa yang

    diperintahkan Tuhanmu dan juga segala apa yang dilarangNya. Dari itu, kumpulkanlah semua

    sahabatmu, dan beritahukan kepada mereka, bahwa aku tidak akan turun- turun lagi membawa

    wahyu kepadamu sesudah hari ini!”. Maka pulanglah Nabi dari Makkah kembali ke Madinah.

    Di sana dikumpulkanlah oleh beliau para sahabatnya dan dibacakanlah ayat ini kepada mereka

    serta diberitahukannya apa yang dikatakan Jibril padanya itu.

    Semua sahabat menjadi gembira mendengarnya kecuali Abu Bakar. Para sahabat

     berkata, “Telah sempurnalah agama kita!” 

    Tetapi Abu Bakar Asshidiq pulang ke rumahnya sendirian dalam keadaan murung dan

    sedih. Dikuncinya pintu rumahnya dan ia pun sibuk menangis sepanjang malam dan siang. Hal

    itu didengar oleh para sahabat dan mereka berkumpul bersama-sama untuk mendatangi rumah

    Abu Bakar assidiq ra.

    “Kenapa kerjamu menangis saja, hai Abu bakar, di saat orang lain semua bersuka ria. Bukankah

    Tuhan telah menyempurnakan agama kita?” tanya para sahabat. 

    Abu bakar sidiq ra menjawab: “Kamu semua tidak tahu bencana-bencana apakah kelak

    yang akan terjadi menimpa kita semua. Apakah kamu tidak mengerti bahwa tidak ada sesuatu

    apabila ia telah sampai kepada titik kesempurnaan, melainkan itu berarti permulaan

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    36/159

    36 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    kemerosotannya. Dalam ayat terbayang perpecahan di kalangan kita nanti, dan nasib HAaan

    Husein yang akan menjadi anak yatim, serta para isteri Nabi yang menjadi janda.” 

    Mendengar itu terpekiklah para sahabat dan dalam suasana penuh keharuan mereka

    menangislah semuanya, dan terdengarlah ratap tangis yang sayu dari rumah Abu Bakar itu oleh

    para tetangga yang lain. Mereka datang langsung kepada Nabi Muhammad SAW sendiri sambil

    menanyakan kepada beliau tentang hakikat kejadian yang sebenarnya.

    “Ya Rasul Allah, kami tidak tahu keadaan yang menimpa diri para sahabat, kecuali kami hanya

    mendengar pekik tangis mereka belaka.” 

    Mendengar itu berubahlah wajah Rasulullah dan ia pun bertanya, : “Apakah yang kalian

    tangiskan?” 

    Yang menjawab adalah Ali, “Abu bakar berkata kepada kami, ‘Sesungguhnya aku

    mendengar angin kematian RAsulullah berdesir melalui ayat ini,’ dan dapatkah ayat ini

    dijadikan bukti bagi kematian engkau?” 

    Nabi menjawab, “Benarlah Abu Bakar dalam segala apa yang dikatakannya itu. Telah

    dekat masa kepergianku dari kalian semua, dan telah datang masa perpisahanku dengan kalian

    semua.” 

    Penegasan Nabi itu adalah isyarat, bahwa benarlah Abu bakar seorang yang paling arif

    dan cerdas di antara para sahabat Nabi. Dan ketika Abu Bakar mendengar ucapan Nabi itu, ia

    pun berteriak dan lantas jatuh pingsan. Ali menjadi gemetar, para sahabat menjadi gelisah;

    mereka semua ketakutan dan menangis menjadi-jadi. Begitu juga para malaikat di langit,

    makhluk-makhluk yang melata di bumi. Kemudian Nabi bersalam berjabat tangan dengan satu

    demi satu para sahabat mengucapkan perpisahan dan beliau pun menangislah sambil

    memberikan amanah nasihat kepada mereka semua

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    37/159

    37 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Detik-Detik Terakhir Kehidupan Rasulullah SAW (2 –  abis)

     Jumat 8 Jamadilakhir 1434 / 19 April 2013 13:07

    Setelah turun ayat Alquran yang terakhir itu Nabi Muhammad SAW menjalani

    hidupnya 81 hari lagi. Setelah ayat itu turun beliau naik ke atas mimbar mengucapkan khutbah

    sambil menangis, dan hadirin mendengarkannya sambil bercucuran air mata pula. Suatu

    khutbah yang mendebarkan hati dan menegakkan bulu roma, tetapi di samping itu juga

    khutbah yang mengungkapkan harapan- harapan dan peringatan- peringatan.

    Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, bahwasanya setelah dekat waktu wafatnya Rasulullah,

     beliau memerintahkan Bilal supaya adzan, memanggil manusia sholat berjamaah. Maka

     berkumpullah kaum Muhajirin dan Anshor ke masjid Rasulullah SAW. Setelah selesai sholat

    dua rakaat yang ringan kemudian beliau naik ke atas mimbar lalu mengucapkan puji dan

    sanjung kepada Allah SWT. Dan kemudian beliau membawakan khutbahnya yang sangat

     berkesan, membuat hati dan mencucurkan air mata. Beliau berkata antara lain:

    “Sesungguhnya aku ini adalah Nabimu, pemberi nasihat dan da’i yang menyeru manusia ke

     jalan Allah dengan izinNya. Aku ini bagimu bagaikan saudara yang penyayang dan bapak yang

    pengasih. Siapa yang merasa teraniaya olehku diantara kamu semua, hendaklah ia bangkit

     berdiri sekarang juga untuk melakukan qisas kepadaku sebelum ia melakukannya di hari kiamat

    nanti.” 

    Sekali dua kali beliau mengulangi kata-katanya itu, dan pada ketiga kalinya barulahseorang laki-laki bernama ‘Ukasyah Ibnu Muhsin’ berdiri di hadapan Rasulullah. 

    Ukasyah berkata, “Ibuku dan ayahku menjadi tebusanmu, ya Rasul Allah. Kalau tidaklah

    karena engkau telah berkali-kali menuntut kami supaya berbuat sesuatu atas dirimu, tidaklah

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    38/159

    38 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    aku berani tampil untuk memperkenankannya. Sesuai dengan permintaanmu. Dulu aku

    pernah bersamamu di medan Perang Badar sehingga untaku berdampingan sekali dengan

    untamu, maka aku pun turun dari atas untaku dan aku menghampiri engkau, lantas aku pun

    mencium paha engkau.

    “Kemudian engkau  mengangkat cambuk memukul untamu supaya berjalan cepat,

    tetapi engkau sebenarnya telah memukul lambung sampingku; aku tidak tahu apakah itu

    dengan engkau sengaja atau tidak ya Rasul Allah, ataukah barangkali maksudmu dengan itu

    hendak melecut untamu sendiri?” 

    Rasulullah menjawab: “Maha suci Allah, ya ‘Ukasyah, bahwa Rasulullah akan bermaksudmemukul engkau dengan sengaja.” 

    Kemudian Nabi menyuruh Bilal supaya pergi ke rumah Fatimah, “Am bil cambukku

    darinya,” kata beliau. 

    Bilal segera ke luar masjid dengan tangannya diletakkannya di atas kepalanya keheranan

    sambil berkata sendirian, “Inilah Rasulullah memberikan kesempatan qisas terhadap dirinya!” 

    Diketuknya pintu rumah Fatimah yang menyahut dari dalam, “Siapakah di luar?” 

    “Aku datang kepadamu untuk mengambil cambuk Rasulullah,” jawab Bilal. 

    “Apakah yang akan dilakukan ayahku dengan cambuk ini?” tanya Fatimah pada Bilal. 

    “Ya Fatimah! Ayahmu memberikan kesempatan kepada orang untuk mengambi l qisas atas

    dirinya,” Bilal menjawab. 

    “Siapakah pula gerangan itu yang sampai hati untuk mengqisas Rasulullah?” tukas Fatimah

    keheranan.

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    39/159

    39 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Bilal pun mengambil cambuk dan membawanya masuk masjid, lalu diberikannya

    kepada Rasulullah, dan Rasulullah pun menyerahkannya ke tangan Ukasyah.

    Tatkala hal itu dilihat Abu Bakar sidik dan Umar ra, keduanya berkata kepada ‘Ukasyah:

    “Hai Ukasyah! Kami sekarang berada di hadapanmu, pukul-qisaslah kami berdua, dan jangan

    sekali- kali engkau pukul Rasulullah saw!” 

    Rasulullah menyela dengan katanya, “Duduklah kalian keduanya, Allah telah mengetahui

    kedudukan kamu berdua!” 

    Kemudian berdiri pula Ali bin Abi Thalib sambil berkata, “Hai ukasyah! Aku ini

    sekarang masih hidup di hadapan Rasulullah. Aku tidak sampai hati melihat kalau engkau akan

    mengambil kesempatan qisas memukul Rasulullah. Inilah punggungku, maka kisaslah aku

    dengan tanganmu dan deralah aku dengan tangan engkau sendiri!” 

    Nabi menukas pula, “Allah telah tahu kedudukanmu dan niatmu, wahai Ali!” 

    Kemudian tampil pula kedua kakak beradik, Hasan dan Husein. “Hai Ukasyah!

    Bukankah engkau telah mengetahui, bahwa kami berdua ini adalah cucu kandung RAsulullah,

    dan qisaslah terhadap diri kami dan itu berarti sama juga dengan mengqisas Rasulullah sendiri!” 

    Tetapi Rasulullah menegur pula kedua cucunya itu dengan kata beliau:, “Duduklah

    kalian keduanya, wahai penyejuk mataku!” 

    Dan akhirnya Nabi berkata, “Hai Ukasyah! Pukullah aku jika engkau berhasrat mengambil

    qisas!” 

    “Ya Rasul Allah! sewaktu engkau memukul aku dulu, kebetulan aku sedang tidak memakai

    kain di badanku,” kata Ukasyah. 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    40/159

    40 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Lantas tanpa bicara Rasulullah segera membuka bajunya, maka berteriaklah kaum muslimin

    yang hadir sambil menangis.

    Maka tatkala Ukasyah melihat putih tubuhnya Rasulullah, ia segera mendekat tubuh

    Nabi dan mencium punggung beliau sepuas-puasnya sambil berkata: “Tebusanmu Rohku ya

    Rasul Allah, siapakah yang tega sampai hatinya untuk mengambil kesempatan mengqisas

    engkau, ya Rasul Allah? Aku sengaja berbuat demikian hanyalah karena berharap agar supaya

    tubuhku dapat menyentuh tubuh engkau yang mulia, dan agar supaya Allah SWT dengan

    kehormatan engkau dapat menjagaku dari sentuhan api neraka.” 

    Akhirnya berkatalah Nabi SAW, “Ketahuilah wahai para sahabat! Barangsiapa yangingin melihat penduduk syurga, maka melihatlah kepada pribadi laki-laki ini.” 

    Lantas bangkit berdirilah kaum muslimin beramai-ramai mencium Ukasyah di antara

    kedua matanya. dan mereka berkata: “Berbahagialah engkau yang telah mencapai derajat yang

    tinggi dan menjadi teman Rasulullah saw di surga kelak!” 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    41/159

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    42/159

    42 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata

    Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani

    ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.

    “Siapakah itu, wahai anakku?” 

    “Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu

    Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian

    wajahnya seolah hendak dikenang.

    “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara,  dialah yang memisahkan

    pertemuan di dunia. dialah Malaikat Maut,” kata Rasulullah. Fatimah pun menahan tangisnya. 

    Malaikat Maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut

    menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit untuk

    menyambut ruh kekasih Allah dan Penghulu dunia ini. (sepertinya Malaikat Jibril Tidak

    Sanggup melihat Rasulullah dicabut nyawanya)

    “Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Rasulullah 

    dengan suara yang amat lemah.

    “Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti Ruhmu, semua pintu Surga

    terbuka lebar menanti kedatanganmu” kata Jibril. Tapi itu semua ternyata tidak membuat

    Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

    “Engkau tidak senang mendengar kabar ini, Ya Rasulullah?” tanya Jibril lagi. 

    “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    43/159

    43 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    “Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:

    ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya’,” kata

     Jibril.

    Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan Ruh Rasulullah

    ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

    “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini,” ujar Rasulullah mengaduh lirih.

    Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan

    muka.

    “Jijikkah engkau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu, wahai Jibril?” tanya Rasulullah pada

    malaikat pengantar wahyu itu.

    “Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direngut ajal,” kata Jibril. 

    Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tak tertahankan lagi.

    “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada

    umatku.” 

    Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya

     bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.

    “Peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu” 

    Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah

    menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah

    yang mulai kebiruan.

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    44/159

    44 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    “Ummatii. ummatii. ummatii.” 

    “Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya,

    maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam jannah-Ku.” 

    Detik-Detik Kematian Ustman

    Sabtu 2 Zulkaedah 1434 / 7 September 2013 11:05

    Dalam masa usianya yang panjang Utsman senantiasa ditinggal wafat oleh isteri-

    isterinya dan beliau segera menikah kembali.

    Nailah binti Furaifisha dinikahi Utsman ketika beliau telah menjabat sebagai Khalifah

    kaum muslimin. Namun posisinya sebagai isteri di saat suami menduduki posisi yang terberat

    itu tidak membawanya kepada ketenangan yang sejati. Tiba-tiba saja badai berhembus keras.

    Sedangkan sang suami yang tergolong manusia terpandang tak berdaya menahan gelombang

    itu, apalagi tangan-tangannya yang kecil dan amat bersahaja itu… 

    Tuduhan-tuduhan itu begitu bertubi-tubi datangnya. Desas-desus menyebar ke

    seantero negeri. “Mereka menuduhku kelewat mencintai keluargaku.” Seru Utsman tatkala

     berbicara di mimbar masjid Nabawi. “Tetapi kecintaanku itu tidak membuatku berlaku

    sewenang-wenang. Bahkan aku mengambil tindakan-tindakan jika perlu. Tentang pemberian-

    pemberianku, maka semuanya aku keluarkan dari harta kekayaanku sendiri. Aku tidak

    mengambil agak sepeserpun dari harta yang merupakan hak kaum muslimin. Bahkan pada masa

    Nabi Muhammad SAW pun aku memberikan sumbangan-sumbangan yang besar, begitu pula

    pada masa khilafah Abu Bakar dan Umar…” 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    45/159

    45 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Namun pidato beliau tidaklah mampu meredakan suasana. Pasukan kaum muslimin saat

    itu banyak yang tersebar di berbagai wilayah. Mereka sama sekali tidak menyiapkan pasukan

    tempur cadangan di ibukota. Mereka juga tidak menyangka bahwa konflik yang telah

     berlangsung secara diam-diam itu pada akhirnya membesar dan membuahkan pemberontakan.

    Penduduk madinah yang ada pada saat itu segera membentuk lapisan-lapisan

    pertahanan. Ali bin Abi Thalib mengepalai sebuah kelompok dan mengirim kedua puteranya

    Hasan dan Husain ke gedung tempat tinggal khalifah untuk melindungi pemimpin kaum

    muslimin itu. Zubair bin Awwam pun mengepalai sebuah kelompok dan mengirim kedua

    puteranya Abdullah dan Mush’ab ke gedung Utsman. Thulhah juga mengepalai sebuah

    kelompok dan mengirim kedua puteranya ke gedung Utsman. Begitu pula shahabat-sahabat

    yang lain yang tengah berada di kota itu berupaya memberikan sumbangannya bagi

    keselamatan Khalifah.

    Perundingan-perundingan coba diadakan, namun semua menemui jalan buntu. Gedung

    tempat kediaman Khalifah dan keluarganya dikepung berhari-hari lamanya. Namun, saat itu

    Utsman masih menunjukkan dirinya dengan keluar pada waktu-waktu shalat guna mengimami

    shalat berjamaah. Pendekatan-pendekatan ke berbagai pihak terus diupayakan, namun keadaan

    telah begitu tak menentu.

    Nailah tetap berada di dalam rumah yang terkepung itu, setia mendampingi suaminya

    yang dari segi usia telah udzur itu.

    Diluar perkiraan, pemberontak menyerbu lewat atap rumah Utsman bin Affan. Ketika

    mereka berhasil menerabas ke dalam tidak ada perlawanan apapun yang dapat dilakukan,

    karena semua pintu tertutup rapat. Al Ghafikki bin Al Harb kepala pemberontak yang datang

    dari Mesir itu menyerbu ke dalam. Saat itu Utsman tengah menanti shalat shubuh dan

    membaca kitab suci Al Qur’an di atas sajadahnya. 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    46/159

    46 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Sebilah besi diayunkan Al Ghafikki ke tubuh khalifah yang malang itu. Tubuh Utsman

    mendadak gontai, kepalanya koyak dan darah mengalir deras. Nailah menyaksikan peristiwa

    itu dengan penuh kepedihan. Tiba-tiba datang seorang pemberontak yang lain, Sudan bin

    Hamran, sambil mengayunkan pedangnya menebas leher Utsman. Segera Nailah merahap

    tubuh suaminya dan menolak ayunan pedang itu dengan tangannya. Ia pun mengerang, jari-

     jari tangannya putus terhantam pedang… 

    Pagi itu, 8 Dzulhijjah 35 H, di saat-saat manusia menantikan ibadah haji, Nailah

    menyaksikan tubuh suaminya terkapar tak berdaya. Khalifah itu rebah meregang nyawa sambil

    memeluk mushaf yang tengah dibacanya.

    Detik-Detik Umar Bin Khattab Masuk Islam

    Ahad 26 Jamadilawal 1434 / 7 April 2013 19:59

    Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah

    mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan

    kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha

    Mengetahui. (Q.S. 2:137)

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    47/159

    47 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad

    dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang.(Al Qur’an).

     Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang kepada (agama)-Nya, niscaya Allah

    akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya.

    Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya. (Q.S. 4:174-175)

    Dari Jubair bin Nuth’im r.a. berkata : Rasulullah saw. pernah bersabda : “Hendaklah

    kamu sekalian bergembira, karena sesungguhnya Al-Qur’an ini ujungnya (ada) di tangan Allah

    dan ujungnya yang lain di tangan kamu sekalian; maka dari itu hendaklah kamu berpegang

    teguh kepadanya, maka sungguh kamu tidak akan binasa dan tidak pula akan sesat selama-

    lamanya.” (Riwayat at-Thabrani)

    Umar bin Khatthab adalah salah seorang sahabat terdekat Rasulullah saw. dan termasuk

    khulafaurasyidin. Ia merupakan pribadi yang dibekali tabiat yang peka dan kuat. Bila ia

    mengambil pendirian maka akan ia pegang hingga mencapai akhir. Semenjak belum mengenal

    Islam-pun, sifat dan tabiatnya sudah seperti itu. Dalam sebuah riwayat yang menceritakan

     bagaimana akhirnya Umar dapat tunduk terhadap ayat suci Al-Qur’an: 

    Pada suatu hari, Umar keluar dengan pedang terhunus dan melangkahkan kakinya ke

    rumah Arqam, tempat Rasulullah saw. Di tengah jalan, ia bertemu dengan Nu’aim bin

    Abdillah. Nu’aim bertanya kepada Umar “Hendak ke mana hai Umar?” 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    48/159

    48 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    “Mencari si murtad itu” jawab Umar, “yang telah memecah belah kesatuan negeri Quraisy serta

    mempersetankan cendekiawannya, menghina agamanya dan mencaci maki tuhan-tuhannya.

    Akan saya tamatkan riwayatnya!” 

    Umar merasa saat itu dirinyalah yang paling benar, bahkan sangat bencinya kepada

    Muhammad dan mengatakan bahwa Muhammad dan pengikutnya telah murtad dari agama

    kaumnya. Hingga kesabaran Umar habis dan dikejarnya Muhammad. Kemudian apa yang

    terjadi setelah itu? Ketika diketahuinya dari Nu’aim bahwa adiknya pun telah menjadi pengikut

    Muhammad, maka langkah kakinya kini diarahkan ke rumah adiknya itu. Dengan amarah yang

    menyala-nyala Umar pun sampai di sana. Akan tetapi ayat-ayat Allah mampu menundukkan

    Umar bin Khatthab. Ia pun akhirnya menjadi pembela Islam yang paling unggul.

    Inilah gambaran bahwa petunjuk Allah datang dalam kondisi yang beragam. Ia dapat

    turun ke dalam berbagai macam komunitas dan kalangan. Bahkan terhadap orang yang teramat

    memusuhi petunjuk itu sekalipun. Kisah Umar di atas merupakan gambaran bahwa seorang

    manusia pun tidak lantas dengan mudah menilai manusia lainnya sebelum jelas bukti

    kebenarannya. Umar melakukan yang demikian itu pun karena Rasulullah saw. pun pernah

    mengatakan “Apakah kamu bisa membelah isi hati manusia?”. 

    Bagi seorang Umar bin Khatthab, rupa lahir yang tampak sekilas pandang tidaklah

    cukup untuk mengadakan penilaian terhadap orang lain. Pernah didengarnya seseorang

    menyanjung orang lain dengan ucapan:

    “Ia seorang yang lurus”. 

    Maka ditanya oleh Umar:

    “Pernahkah suatu hari kamu mengadakan perjalanan bersamanya?” 

    “Tidak”, jawabnya 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    49/159

    49 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    “Ataukah pernah kamu suatu kali bermusuhan dengannya?” 

    “Tidak” 

    “Kalau begitu tidak ada pengetahuanmu mengenai orang itu; mungkin kamu melihatnya sedang

    shalat di masjid!” 

    Beginilah Umar mencontohkan bagaimana kita sebaiknya membuat pandangan dan

    penilaian terhadap orang lain yang belum kita kenal sepenuhnya. Apalagi kondisi zaman

    sekarang yang serba tidak menentu. Dalam sebuah hadits dikatakan:

    Dari Abdullah bin Amr r.a. berkata: saya pernah Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya

    Allah tidak akan mencabut pengetahuan agama sesudah Ia memberikan kepada mereka dengan

    sekali cabut, tetapi Dia mencabutnya dari mereka itu beserta kematian orang-orang yang

     berpengetahuan agama dengan pengetahuan mereka, lalu tinggallah orang-orang yang bodoh,

    mereka meminta fatwa, lalu mereka memberikan fatwa dengan pikiran mereka, maka mereka

    sama sesat dan menyesatkan.” (Riwayat Bukhari) 

    Di riwayat yang lain: “Sehingga tidak  ada lagi orang yang mengerti tentang urusan

    agama, segenap manusia mengangkat ketua orang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya,

    lantas memberi fatwa dengan tidak ada pengetahuan, maka sesatlah mereka dan menyesatkan.” 

    Berabad jaraknya antara hari ini dan zaman Rasulullah saw. Bahkan Rasulullah saw.

    mengatakan akan datang suatu zaman kekacauan yang digambarkan dalam hadits di atas. Lantas

     bagaimana caranya agar kita tetap bertahan dalam nilai kebenaran dan nilai petunjuk?

    Petunjuk Nabi saw. adalah sebaik-baik petunjuk, seperti dikatakan oleh Umar ibnul

    Khaththab r.a., “Keduanya (Al-Qur’an dan sunnah) adalah kalam dan petunjuk, sebaik-baik

    kalam adalah kalam Allah SWT dan sebaik- baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw..“ 

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    50/159

    50 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Umar mengutip redaksi ini dari sabda Rasulullah saw. yang diucapkan oleh beliau dalam

    khotbahnya, “Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik pembicaraan adalah Kitab Allah, dan

    sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Seburuk-buruk perkara adalah perbuatan

     bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” 

    Inilah yang dapat dilakukan oleh kita selaku umat Islam, yaitu dengan tetap berpegang

    teguh kepada apa yang telah disabdakan Nabi saw. seperti yang tertera dalam keterangan di

    atas. Ditambah lagi, kondisi umat Islam yang hari ini semakin kritis, maka sangatlah diperlukan

    hadirnya sebuah “petunjuk” yang betul-betul dapat menyelamatkan nasib umat Islam dunia.

    Hadirnya petunjuk Allah dapat mengubah seorang Umar hingga ia jadi pembela Islamyang tangguh. Mudah-mudahan pula citra petunjuk itu dapat kita gali dan maknai, agar umat

    Islam mendapatkan kembali tempat kejayaannya di mata dunia. Manusia akan mencapai puncak

    peradabannya, menjadi umat yang satu manakala mereka kembali kepada petunjuk Allah yang

    hakiki, Al-Qur’an. Itulah jalan yang lurus yang dikehendaki oleh Allah.

    Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabisebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab

    dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.

    Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab,

     yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    51/159

    51 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang

    mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang

    dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. 2:213)

    Diantar Umar dan Utsman

    Tsalasa 28 Jamadilawal 1434 / 9 April 2013 20.00

    Tak ada perdebatan panjang ketika Abu Bakar Siddiq ra menjadi khalifah meneruskan

    apa yang telah dibangun Rasulullah saw. Walau telah muncul riak-riak dari mereka kaum

    munafik seperti enggan membayar zakat, tapi Abu Bakar tetap tegas dalam segala urusannya.

    Di samping itu, Abu Bakar mempunyai seorang Umar bin Khattab yang sanggup menjadi

    penyelesai kerikil-kerikil dalam dakwah Islam ketika itu.

    Ketika Abu Bakar mangkat, tak banyak pula debat kusir siapa harus menggantikannya.

    Umar bin Khattab menjadi satu-satunya kandidat yang paling memenuhi syarat di antara yang

    lainnya. Namun ketika mencari pengganti Umar bin Khattab, umat mulai terbelah dengan

    keraguan yang begitu tinggi: Siapa di antara Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Saad bin

    Malik, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin Ubaidillah?

    Ini berdasarkan dari perkataan Rasulullah sebelum wafat, “Hai umatku, Abu Bakar

    sedikitpun tak pernah mengecewakanku, maka ketahuilah haknya itu. Hai umatku, aku ridho

    kepada Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Ustman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah,

    Zubair bin Awwam, Saad bin Malik, Abdurrahman bin Auf, serta Muhajirin yang mula

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    52/159

    52 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    pertama, maka ketahuilah hak mereka itu.” Abu Bakar dan Umar wafat, maka hanya tertinggal

    enam orang tersebut.

    Abdurrahman buru- buru mengundurkan diri dengan menyatakan, “Hendaknya aku

    hanya ingin memilih sa ja, bukan dipilih.” Ia pun mendatangi rakyat untuk mengumpulkan opini

    dan kecenderungan rakyat. Di sinilah mulai terkuak sesuatu yang kelak menjadi pengulangan

    sejarah beradab-abad kemudian bahkan sampai kini. Di antara keenam orang itu, jelas Ustman

     bin Affan dan Ali bin Abi Thalib menjadi yang paling diutamakan — ini karena kelebihan-

    kelebihan mereka tentu saja. Tapi siapa: Ustman ataukah Ali?

    Umat akhirnya memilih Ustman.

    Seperti kita ketahui, Umar bin Khattab memimpin dengan ketat. Ia tak akan segan

    menyeret gubernurnya yang hidup mewah, bahkan memecatnya. Cara yang ditempuh oleh

    Umar adalah mengurangi keinginan untuk bersenang-senang, bahkan dalam hal-hal yag

    terhitung halal. Ini dilakukannya agar tidak terlena pada kenikmatan duniawi —  bayangkan,

    Umar adalah seorang khalifah, dan ia mungkin tinggal menjentikan jari jika menginginkan

    sesuatu, tapi itu tidak ia lakukan.

    Umar memulai dari dirinya sendiri, keluarganya, serta karib kerabatnya. Jika terdengar

    seorang pembesar yang hidup mewah, dengan segera dipanggilnya ke Madinah, kemudian

    diperkarakan. Bila di kemudian hari, pembesar itu masih melakukan hidup seperti itu juga,

    Umar memecatnya. Tujuan Umar jelas, agar umat menemukan pada pribadi pembesar mereka

    sebuah teladan yang membantu mereka untuk tidak terpikat oleh gelimang harta dan silau

    dunia.

    Beberapa hari setelah diangkat jadi khalifah, Ustman teringat akan sebuah kejadian.

    Ketika hari yang panas menyengat, Ustman tengah berada dalam rumahnya, memandang

    keluar jendela dan dilihatnya seseorang yang menyusuri jalan. Ustman berpikir orang itu

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    53/159

    53 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    adalah seorang musafir, maka ia sudah menyiapkan diri untuk memanggilnya jika sudah dekat

    rumahnya, agar lelaki itu menepi dan berteduh dahulu, dan Ustman akan diberinya

    pertolongan dari kesusahan yang dialaminya.

    Namun alangkah terkejutnya Ustman ketika mendapati lelaki itu adalah Amirul

    Mukminin Umar bin Khattab. Umar sempoyongan menghela seekor unta yang berjalan di

     belakangnya. Matahari jelas telah menyengat Umar sedemikian rupa. Ustman bergegas

    menghampiri Amirul Mukminin, “Dari mana engkau Amirul Mukminin?” 

    “Sebagaimana yang kau lihat,” jawab Umar tersenyum, “Ada seekor unta dari hasil zakat

    yang lepas dan melarikan diri. Hingga aku segera menyusulnya, kemudian membawanyapulang kembali.” 

    Ustman mengerutkan keningnya, “Bukankah masih ada orang lain selain engkau yang

     bisa melakukan pekerjaan itu?” 

    “Tetapi,” tukas Umar lagi, “siapakah yang bersedia menggantikan aku di pengadilan Illahi,

    kelak?”.

    Ustman meminta Umar untuk beristirahat sejenak menunggu panas matahari mereda.

    Tapi Umar bin Khattab menolak. “Kembalilah ke tempatmu, hai Ustman…” ujarnya. 

    Umar melanjutkan perjalanannya, meninggalkan Ustman, “Sungguh, engkau telah

    menyusahkan orang yang akan menjadi penggantimu, Amirul Mukminin…” gumam Ustman

    seraya tertunduk.

    Ustman sadar sepenuhnya, bahwa orang-orang menyokongnya untuk menjadi

    khalifah —  bukannya Ali bin abi Thalib. Itu disebabkan keinginan umat yang ingin bebas dari

    aturan dan gaya hidup yang diterapkan dan dijalani Umar bin Khattab selama ini. Jika Ali yang

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    54/159

    54 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    menjadi khalifah, maka akan merupakan kelanjutan sistem yang ditempuh Umar, yaitu tegas

    dan ketat.

    Ustman berpendirian bahwa harta itu diciptakan untuk mempermudah dan

    memperlancar kehidupan. Selama harta itu halal dan diperbolehkan menikmatinya, ia

    mempersilakan umat untuk memperoleh kebahagian hidup dan kenikmatan dunia — tidak

    peduli ia pejabat, pembesar , atau rakyat biasa. Bagi Ustman, tidak ada alasan untuk memcat

    seorang gubernurnya yang hidup mewah dan mereguk kehidupan duniawi, selama ia tidak

    melakukan dosa dan berbuat salah. Ustman tidak seperti Umar yang menganggap harta

    kekayaan akan menimbulkan bahaya layaknya minuman keras.

    Sejak kepimpinan Ustman, dimulailah kehidupan umat yang bergelimang harta dan

    sedikit demi sedikit, dan akhirnya sepenuhnya menjadi terbuka pada berbagai kecenderungan

    harta duniawi selama beratus tahun, dan mungkin sampai kini — mereka berpegang, bahwa

    Ustman pun, salah satu yang dikasihi oleh Rasulullah saw membolehkan hidup mewah. Namun

    umat lupa bahwa Ustman, yang membolehkan kehidupan mewah, tidak menjalani hidup

    mewah, hanya sedikit berkecukupan. Ustman adalah seseorang yang peka terhadap keadaan

    dan kebutuhan orang lain, mendahulukan kepentingan orang banyak, lemah lembut, dan

    cerdas. Inilah yang tidak dicontoh dari umat berikutnya; mereka mengambil yang

    diperbolehkan Ustman bin Affan namun mengabaikan sifat Ustman yang demikian mulia.

    Mereka membolehkan diri hidup mewah namun sama sekali tidak peka terhadap kesulitan yang

    diderita umat. Wallohu alam bishawwab

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    55/159

    55 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    Ekspedisi Daun Khabbath

    Kamis 9 Jamadilawal 1434 / 21 Maret 2013 14:16

    Abu Ubaidillah bertanya-tanya dalam hati. Ada apakah gerangan hari ini Rasulullah

    memanggilnya? Ia memang selalu mendapat panggilan dari Rasulullah untuk menangani suatu

    urusan, namun kabarnya sekarang ini, Abu Ubaidah mendengar bahwa Rasullah telah

    menyiapkan lebih dari tiga ratus orang prajurit untuk menemaninya dalam tugas itu. Ya,

    sepertinya ini akan menjadi sesuatu yang penting dan berat.

    Ketika dilihatnya Rasulullah, ia segera menghampiri orang yang dikasihinya itu. Sudah

    terkenal di semua orang bahwa tidak ada yang bisa mengalahkan kecintaan Abu Ubaidah kepada

    Rasulullah. Peristiwa yang paling terkenal adalah ketika Perang Uhud Abu Ubaidah

    mencabut dua buah mata rantai baju besi penutup kepala Rasulullah menancap di kedua belah

    pipinya. Usahanya itu mengakibatkan gigi manisnya patah, dan sejak saat itu, Abu Ubadiah

    mendapat sebutan Abu Ubaidah yang ompong.

    Ternyata benar kiranya Rasulullah menugaskan Abu Ubaidillah untuk suatu tugas.

    Tugas yang bukan main beratnya. Seperti yang telah ia dengar sebelumnya, ia akan memimpin

    lebih dari tiga ratus orang untuk mencari Daun Khabath. Kelak peristiwa ini terkenal sebagai

    “Ekspedisi Daun Khabath”. 

    Mungkin orang lain akan mengerutkan kening dan mungkin pula akan dengan secara

    halus menolaknya. Kenapa? Pasukan itu dibekali perbekalan yang sangat sedikit. Hanya sebakulkurma. Sebakul kurma? Ya untuk tiga ratus orang lebih, dan mereka semua tidak pernah tahu

    sejauh mana perjalanan yang akan mereka tempuh. Mereka tidak tahu seberat apa perjalanan

    yang akan mereka lalui. Hanya orang-orang yang penuh dengan keimanan dan kepercayaan

    yang bisa mengemban tugas ini. Dan itulah yang terjadi pada Abu Ubaidillah. Di wajahnya

  • 8/19/2019 Cerita Sahabat Rasulullah

    56/159

    56 | S e p e r c i k C e r i t a I s l a m  

    tampak rona yang berseri-seri menandakan ia sangat senang akan tugas yang dibebankan

    kepadanya itu.

    Maka dimulailah segera ekspedisi itu. Dengan persiapan yang seadanya namun dengan

    tekad yang membara merekapun pergi.

    Kepergian itu diwarnai dengan kesungguhan tekad. Sepeanjang perjalanan, yang

    terdengar hanya canda tawa yang senantiasa menjaga semangat itu untuk terus membara. Tapi

    sebenarnya semua orang pun tahu, mereka sama sekali tidak mempunyai perbekalan yang

    cukup.

    Hari pertama itu, masing-masing prajurit hanya dibekali dengan segenggam biji kurma.

    Siapapun yang ikut dalam perjalanan itu berusaha untuk menghemat perbeka