Cerpen

11
Cerpen Cinta: Bukan Cerita Biasa Bukan Cerita Biasa oleh Fahrial Jauvan Tajwardhani Cinta itu ibarat perang, berawalan dengan mudah namun sulit di akhiri. Suatu hari, bermula dari pertemuan-pertemuan yang menyenangkan disekolah. Kebiasaan-kebiasaan ramah, saling bertatap wajah. Bercanda gurau habiskan masa-masa sekolah (dari tk, sd, smp, sampe sma) penuh suka, penuh gembira. Hingga akhirnya tercipta sebuah rasa yang dinamakan cinta. *** Tak terasa masa-masa sekolah akan berakhir didepan mata. Masa muda yang penuh cita siap menantang dunia berupaya mengubah jalan cerita di hidupnya. Kemudian ada cinta yang merangkul rasa menemani ceria yang sebentar lagi akan berbalut luka. Karna akan berpisah selamanya. Begini ceritanya, Anatasha dan Reza, sejak kecil sampai remaja selalu bersama. Alasan apapun tak pernah membuat mereka berpisah. Tak pula mereka hanya sahabat saja, melainkan sejoli yang tangguh dan kokoh dalam cintanya. Meski Reza tau Anatasha tak bisa bertahan hidup lebih lama darinya. Hal itu tak membuatnya goyah ataupun menyerah mencintai kekasihnya. Hanya saja, Reza tak kuasa menahan airmatanya manakala Anatasha memintanya pergi dan mencari pengganti dirinya yang tak sampai 1 bulan lamanya menikmati dunia.

description

Cerpen

Transcript of Cerpen

Page 1: Cerpen

Cerpen Cinta: Bukan Cerita Biasa

Bukan Cerita Biasaoleh Fahrial Jauvan Tajwardhani

Cinta itu ibarat perang, berawalan dengan mudah namun sulit di akhiri.

Suatu hari, bermula dari pertemuan-pertemuan yang menyenangkan disekolah. Kebiasaan-kebiasaan ramah, saling bertatap wajah. Bercanda gurau habiskan masa-masa sekolah (dari tk, sd, smp, sampe sma) penuh suka, penuh gembira. Hingga akhirnya tercipta sebuah rasa yang dinamakan cinta. ***

Tak terasa masa-masa sekolah akan berakhir didepan mata. Masa muda yang penuh cita siap menantang dunia berupaya mengubah jalan cerita di hidupnya. Kemudian ada cinta yang merangkul rasa menemani ceria yang sebentar lagi akan berbalut luka. Karna akan berpisah selamanya.

Begini ceritanya,

Anatasha dan Reza, sejak kecil sampai remaja selalu bersama. Alasan apapun tak pernah membuat mereka berpisah. Tak pula mereka hanya sahabat saja, melainkan sejoli yang tangguh dan kokoh dalam cintanya.

Meski Reza tau Anatasha tak bisa bertahan hidup lebih lama darinya. Hal itu tak membuatnya goyah ataupun menyerah mencintai kekasihnya. Hanya saja, Reza tak kuasa menahan airmatanya manakala Anatasha memintanya pergi dan mencari pengganti dirinya yang tak sampai 1 bulan lamanya menikmati dunia.

Bukit berbunga, tepat dibelakang sekolah akan jadi saksi cinta mereka yang setia. Tempat favorit yang sering mereka kunjungi untuk mendengarkan lagu kesukaan bersama, belajar bersama, menikmati indahnya sunset yang jingga, tempat yang penuh akan kenagan manis mereka.

Itu semua akan jadi kenangan yang kemudian akan segera pudar sebagaimana tinta hitam yang melekat pada kertas putih kemudian terkena air lalu memudar dan akhirnya menghilang. ***

Ada pula cinta yang coba memaksa, datang menghantui Reza, memburamkan pandangannya agar Anastasha menghilang dari hatinya. Lantas cinta itu tak kuat

Page 2: Cerpen

merasuk ke hatinya hingga hilang dan berlalu begitu saja. Anatasha lah pemilik hati Reza seutuhnya. Hingga tak ada celah yang tersisa. 

Tak sedikit air mata Reza yang tertumpah untuk Anatasha, manakala melihat tempat yang sering mereka lalui berdua hanya akan jadi kenangan. 

Tak kalah hebat cinta Anatasha untuk Reza, korban rasa jadi hal biasa untuknya. Berpura-pura lupa telah mencinta, menyiksa hatinya demi kebohongan belaka. Hingga Reza tak terluka lagi dihatinya. Meski ceroboh tapi Anatasha melakukan yang terbaik untuk kekasihnya.

Tak terasa sampai pada waktu dimana 1 bulan kebersamaan mereka hanya tersisa 1 jam saja.

T ak banyak yang bisa dipersembahkan Reza untuk Anatasha yang waktunya hanya tersisa satu jam saja. Kemudian handphonenya berdering. Tak lama membuka handphone, airmatanya bercucuran di pipi. ‘waktu anda tersisa 1 jam’ begitulah tertulis pada catatan handphonenya. Pantas airmatanya berderai.

“Kenapa Reza menangis.”

“Aku hanya bahagia pernah berdampingan denganmu. Airmata ini sepertinya tulus keluar dari mataku,” Reza hanya tersenyum agar Anatasha tak mengkhawatirkan perasaannya.

“Meski itu bohong tapi aku bahagia mendengar ucapanmu,” tepisnya ragu perasaan Reza.

Reza hanya tersenyum. Kemudian bergerak, jalan menuju Anastasha.

“Hanya ada satu jam waktuku bersamamu, lalu apa yang kamu inginkan dariku? Apa aku harus melompat dari gedung tertinggi itu,” ujar Reza menunjuk gedung paling tinggi ditempat mereka berada, “Atau kamu mau aku menunggumu kembali?” lanjut Reza.

Airmata tulus mulai meleleh dari mata Anatasha. “Sudah saatnya cintamu diperbarui!!! Hari ini kurasa cintamu sudah sampai dibatas akhir.”

“Kalaupun kudapatkan kesempatan itu. Aku hanya ingin memperbarui cintaku dengan orang yang sama bukan dengan yang baru.”

“Bagaimana jika orang yang sama itu tiba-tiba menghilang?”

Page 3: Cerpen

“Aku akan menunggunya kembali!!! Kapanpun aku menemukannya, aku akan mencintainya lagi. Seperti ini, iya benar-benar seperti ini.”

Anatasha menangis tanpa suara, melangkah tak bernada, kemudian bergerak, berdiri tepat membelakangi lelaki yang di cintainya.

“Waktumu hanya tersisa setengah jam. Lalu apa yang kamu inginkan dariku?”

“Gendong aku kemanapun kamu mau, kemudian bila aku diam, jangan pernah menoleh kebelakang. Jangan pernah berbalik melihatku, biarkan aku menghilang.”

“Sekali lagi aku mohon, saat aku tiada jangan pernah berbalik untuk mencariku, biarkan saja aku menghilang. Kumohon biarkan aku jadi bagian terindah dimasa lalumu. Biarkan aku tergantikan oleh orang lain.” Lanjut Anatasha terbata-bata dengan airmata yang membasahi pipinya.

“Bagaimana kubisa lakukan itu? Sementara sebentar saja aku tak melihatmu, aku berlari mencarimu. Mungkinkah aku bisa membiarkanmu pergi untuk selamanya? Aku tak akan menemukanmu lagi meski aku berlari lebih cepat dari biasanya.” 

“Sebelum bertemu denganmu, aku hanya punya lem dan benang ditepian hatiku. Kemudian kamu datang merajut hatiku dengan benang itu, dan kamu kuatkan rajutan itu dengan lemnya. Lantas, bagaimana ia akan terbuka lagi?” lanjut Reza dengan airmata yang perlahan menetes.

“Biarkan ia sampai mengeras, tak lama ia akan pecah. Kemudian ada celah yang terbuka disana. Perlahan benangnya akan putus karna rapuh. Lalu ia sepenuhnya akan terbuka.”

“Tidak….! Jika benangnya putus dan hatiku terbuka, aku akan merajutnya kembali, meski itu menyakitkan. Tapi aku akan melakukannya.”

“Biarkan saja ia terbuka.” Suara Anatasha mulai letih, matanya terpejam. Tak lama badannya memberat. 

Akhirnya, cinta mereka berhenti pada masa yang berbahagia. Dimana mereka saling tau apa yang dirasa, meski airmata yang jadi saksinya. Cukup yang dicinta tau apa yang di rasa, itu sudah cukup untuk bahagia.

SELESAI

Page 4: Cerpen

Aku dan Kisahku (True Story) - Cerpen PerjuanganAKU DAN KISAHKUCerpen Karya Whieya

Mentari mulai menyapaku dari sela-sela tembok bambu kamarku, seolah ia ingin mengucapkan selamat pagi. Aku segera beranjak dari kasur kapuk yang kumal, hadiah pernikahan dari nenek untuk ayah dan ibuku 15 tahun yang lalu yang kini aku dan kedua kakakku yang memakainya. Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi dan lekas mandi. Secara cepat ku kenakan seragam putih biru ku, menyantap nasi hangat dengan lauk sayur semalam yang sudah di hangatkan ibuku sebelumnya. Dan bergegas berangkat sekolah dengan berjalan kaki, 6 KM pulang pergi. Seusai sekolah, aku diajak ibuku mencari kayu bakar di ladang dan mencari rumput untuk sapi milik tetangga yang dititipkan ke ayahku. Tak jarang kakiku terluka, terkena duri atau terkena sabit saat mencari rumput. Tapi itu semua tak menjadi masalah buatku karena sudah menjadi makananku dan ketiga saudara perempuanku sehari-hari. Rumah yang bocor sana- sini saat musim hujan membuatku merasa malu jika mengajak teman-temanku bermain ke rumahku. 

Sampai – sampai aku di anggap sombong. Mereka tidak tahu bagaimana menjadi orang yang kesusahan seperti keluargaku. Aku malu saat sepatu sekolahku harus di panggang di tungku karena kehujanan, karena itu satu-satunya sepatu yang ku punya dan besok harus ku pakai ke sekolah. Setiap hari raya aku selalu menantikan mendapat giliran dapat baju baru dari orang tuaku, giliran?? Yah giliran. Ibu dan ayahku hanya mampu membeli 1 pasang baju setiap hari raya, jadi kami di gilir setiap tahunnya dan baju bagus itu harus bertahan selama 4 tahun. Bagaimana dengan liburan? Jangan harap aku memikirkan liburan. Liburan adalah waktu untukku mencari uang, biasanya aku membantu mengupas kacang tanah atau jagung milik tetanggaku. Dari situlah aku mendapatkan uang, uang itu aku tabung di celengan bambu buatan ayahku dan akan aku pecah saat kenaikkan kelas untuk beli buku tulis baru.

Pernah suatu hari aku di undang ke pesta ulang tahun tetanggaku. Dalam hatiku, aku ingin sekali merayakan ulang tahunku dan mengundang teman-temanku, mendapatkan banyak hadiah dan menjadi putri dengan gaun yang bagus, tapi harapanku sia-sia. Gaji ayahku sebagai buruh tani hanya bisa untuk membeli beras dan sayur setiap hari. Sejak saat itu aku bermimpi jika aku bisa punya uang sendiri nanti, aku akan merayakan ulang tahunku dengan orang-orang terkasihku, membeli gaun seperti di film

Page 5: Cerpen

Barbie yang biasa aku lihat di tv hitam putih di rumah nenekku dan membagikan makanan untuk tetangga-tetanggaku.

Ketika aku kelas 1 smp, aku di panggil guruku. Dia memberitahuku bahwa SPP ku sudah nunggak 4 bulan dan uang buku 1 semester. Waktu itu perbulannya masih Rp.45.000,00. Jadi uang yang harus ku bayar sebesar Rp. 450.000,00, Angka yang sangat besar bagiku. Dari mana ayahku bisa mendapat uang sebanyak itu, pikirku dalam hati. Yah, aku tahu ini salahku karena aku tak pernah memberikan tagihan itu pada ayah, awalnya aku pikir nunggu ayah punya uang dulu tapi kenyataannya uang ayah selalu kekurangan. Ayahku bukanlah pemalas, ayah seorang pekerja keras. Ia akan melakukan apa saja untuk keluarganya, itulah sebabnya aku gak mau membebani ayah. Tapi gak ada pilihan lain, uang itu harus ada sebelum akhir minggu. Karena jika tidak, aku tidak bisa ikut ujian kenaikkan kelas dan terpaksa tinggal kelas. Akhirnya ayahku harus meminjam pada tetanggaku, itu adalah hal paling memalukan bagi ayahku. Tapi ia tetap melakukannya demi aku, demi sekolahku. Sejak saat itu aku berusaha keras agar mendapat prestasi di kelas dan mendapatkan beasiswa, sehingga aku bisa mengurangi beban ayah. Akhirnya perjuanganku tak sia-sia. Sejak kelas 2 SMP sampai lulus aku mendapat beasiswa, suatu kebanggaan tersendiri buatku karena tidak begitu menyusahkan ayah. Sebenarnya aku sejak kelas 4 SD sampai lulus juga mendapat beasiswa karena aku menyumbang piala di sekolahku dalam rangka lomba cerdas cermat tingkat kecamatan.

Aku punya mimpi besar saat kelas 3 SMP. Aku gak mau menjadi buruh pabrik rokok seperti kebanyakan gadis di daerahku. Aku ingin lebih, aku harus mempunyai pendidikan yang tinggi, aku harus terus sekolah. Banyak tetanggaku yang mengejekku. Mereka bilang aku seorang kerdil yang mendambakan bulan ( orang miskin yang ingin pekerjaan yang enak). Aku tak peduli apa kata mereka. Aku dan ketiga sahabatku percaya dengan kekuatan mimpi. Menjelang Ujian Nasional, aku dan ketiga sahabatku (santi, yana, minah) belajar mati-matian. Aku spesialis matematika dan fisika, yana spesialis biologi, santi spesialis bahasa inggris dan minah spesialis bahasa Indonesia. Kami tahu kekurangan dan kekuatan kami masing-masing. Kami berkolaborasi agar teman kami 1 kelas ( 25 anak) bisa lulus semua, bukan hanya kami ber empat. Sebuah moment tak terlupakan saat itu. Tak ada permusuhan, tak ada yang merasa paling hebat, semua sama, satu tujuan, satu impian, lulus UNAS. Sebuah perjuangan dan doa dari kami akhirnya berbuah manis. Kami lulus 100% dan aku menjadi lulusan terbaik waktu itu. Betapa bahagianya aku saat itu, kupeluk ayahku yang menemaniku ke sekolah untuk mendengar pengumunan, tanpa terasa aku meneteskan air mata. Aku lekas teringat bahwa aku tidak bisa melanjutkan sekolah SMA, biayanya terlalu besar.

Sesampainya di rumah aku langsung menuju ke kamarku. Aku berdoa sesuai kepercayaanku, hindu. Aku percaya, jika kita punya keinginan mulia, Tuhan akan

Page 6: Cerpen

mempermudah jalan kita. Aku utarakan keinginanku kepada ayah dan ibuku. Aku tahu dari mata mereka, mereka tak ingin mengecewakanku. Tapi keadaan keluarga kami yang memaksa mereka. Aku tahu jawaban itu sebelum aku mengutarakan pada mereka, tapi aku berharap mereka akan mengatakan iya. Ada beberapa alternative sekolah yang ditawarkan padaku sebenarnya. Sekolah berasrama yang masih 1 yayasan dengan SMP ku, disana aku akan di bina oleh guruku di Smp dan ikut semua program beliau atau sekolah gratis di Kota Batu yang masih belum jelas kebenarannya.

Entah kenapa dorongan untuk ku mengirim berkas ke sekolah di Kota Batu itu sangat besar. Akhirnya aku putuskan untuk mencobanya siapa tahu aku di terima. Aku, yana dan santi yang mendaftar disana waktu itu. Dengan semangat yang membara, kami bertiga melengkapi semua perlengkapan administrasi yang dibutuhkan. Dibantu wali kelas kami, akhirnya formulir sudah terkirim hari itu juga. Keesokan harinya kami bertiga dikumpulkan oleh wali kelas kami, mereka mengatakan hanya 2 anak yag di terima. Betapa tegangnya aku saat itu, karena sekolah ini adalah harapan satu-satunya, atau aku akan menjadi buruh pabrik rokok seperti kakakku dan tetangga-tetanggaku. Hari itu persahabatan kami benar-benar di uji. Kami tidak mungkin pergi berdua sedangkan salah satu dari kami harus tinggal. Tapi guru kami mengatakan bahwa kami akan tetap sekolah, walaupun salah satu dari kami harus sekolah di SMA lain, yaitu SMA yang masih 1 yayasan dengan SMP kami. Hari itu kami masih belum tahu siapa yang terpilih. Kepastiannya besok pagi. Hatiku seolah di koyak, aku sudah siap menerima keputusan terburuk sekalipun.

Esok paginya kami dikumpulkan lagi, dan nama orang yang terpilih sudah di tangan guruku. Sebelum mendengar pengumuman itu, kami bertiga berjanji untuk berjuang demi impian kita, dimanapun kita berada. Dan dalam hatiku kembali kukatakan “aku siap dengan kemungkinan terburuk sekalipun, aku percaya ini jalan tuhan”. Guruku mengatakan 2 orang yang tepilih adalah…… yana…. Dan aku….. suatu hal yang sulit di percaya tapi nyata. Jadi malam ini adalah malam terakhirku dengan kasur kapukku, dengan tembok bamboo dan plafon yang bocor menuju ke sebuah tempat yang aku sendiri belum tahu bagaimana keadaannya. ibuku membantuku memilih dan memilah baju yang masih layak aku pakai. Dengan tas ransel pink milikku, ku masukkan beberapa potong baju dan beberapa perlengkapan pribadiku. Sebelum tidur aku berdoa mengucap syukur, dan berharap ini adalah yang terbaik untukku.

Hari yang ditunggu tlah tiba, inilah saatnya. Menjelang keeberangkatan, aku merasa ada keraguan di hati kecilku, tapi lekas aku hempaskan keraguan itu. 4 kali oper angkot dan sempat kesasar, akhirnya aku berdiri di depan pintu bercat hijau. Inilah dia SMA SELAMAT PAGI INDONESIA, dari namanya saja sudah aneh, gumamku dalam hati. Kulayangkan pandanganku ke segala penjuru. Hanyalah 2 gedung yang menjulang tinggi dikelilingi rumput liar di tanah seluas 3,2 ha yang ku dapati. Ketika ku berdiri di

Page 7: Cerpen

depan salah satu gedung itu, kudapati berbagai warna Indonesia di sini. Ada yang berkulit hitam, rambut keriting, rambut lurus, kulit putih, suku jawa, batak, papua, sunda, dayak dan masih banyak lagi. Apakah aku tersesat?... tanyaku dalam hati. Dag… dig,…. Dug… dag… dig… dug…. Detakk jantungku berdegub semakin kencang ketika kulangkahkan kakiku memasuki sebuah lorong di dalam gedung itu. Kumasuki sebuah kamar nomor 1, ya ampun Gusti…. Mati sudah aku, disana ternyata tempat perkumpulan anak-anak berkulit hitam. Yah mereka anak-anak papua. Aku terdiam seribu bahasa. Pikiranku mulai melayang-layang, bagaimana kalau tubuhku di potong-potong, rambutku di bakar…. “OOHHH… TIDAAAKKKK………….” Teriakku dalam hati….

Hari-hari menegangkan itu berlangsung kurang lebih 3 minggu, sebelum aku belum benar-benar mengenal keluargaku di sekolah aneh ini. Perlahan-lahan aku mulai menyadari bahwa semua tak seburuk yang ku pikirkan. Buktinya tak ada yang berkurang dari tubuhku dan tak ada yang lecet juga. Yah mungkin ini efek dari kabar tentang konflik antar suku yang ku dengar selama ini sehingga memuatku jadi paranoid. Kini aku mulai bisa terbiasa dengan semua perbedaan disini. Beda bahasa, beda suku, beda cara kita menyembah Tuhan, dan beda kebiasaan pastinya. Tapi kita punya 1 hal yang sama. MIMPI….. kami punya mimpi yang sama, mengangkat derajat keluarga kami, dan membuat mereka bangga pada kami ( walaupun sebagian besar dari kami sudah tidak punya orang tua). Kekuatan itulah yang menguatkan kami bertahan di sekolah aneh ini.

Setelah lulus SMA, aku memutuskan untuk tetap tinggal di SMA SELAMAT PAGI INDONESIA, membangun usaha dan memperbesar usaha ini bersama 25 teman yang lain. Setelah lulus aku pindah divisi ke merchandise store. Aku harus belajar dari nol lagi, mulai mempelajari product knownledge nya, cara menawarkan barang, dan yang paling susah adalah aku harus memahami setiap anggota team di merchandise store. Aku merasa sangat down saat itu, aku merasa tidak punya peran yang penting seperti saat aku masih di restaurant dulu. Apalagi partner ku adalah anak yang pernah bermasalah denganku…. Tak pernah aku merasa ada kedamaian…. Kejadian ini berlangsung berbulan-bulan. Sampai pada satu titik, partnerku resign. Entah kenapa aku merasa satu beban hilang. Aku bisa lebih bersemangat dan melakukan segala sesuatunya dengan hati. Aku mulai belajar mengenal setiap adik-adik yang menjadi teamku. Aku menginvestasikan hatiku untuk mereka, aku menyayangi mereka lebih dari sekedar hubungan senior dan junior. Aku menemukan keluarga disini.

Kini aku sudah mempunyai pendapatan yang sangat cukup untuk memnuhi kehidupanku, aku mulai mewujudkan mimpiku. Aku membeli high hils, gaun yang bagus, dan aku bisa merayakan ulang tahunku dengan adik-adik di divisiku. Di suatu tempat yang dari dulu aku impi-impikan. Surabaya, Jakarta, lamongan, dan Palembang

Page 8: Cerpen

sudah aku jelajahi, pesawat terbang terbaik Indonesia (Garuda Indonesia) sudah aku naiki. Dan satu hal yang sangat luar biasa yang diberikan tuhan, aku mendapatkan kesempatan untuk belajar di Singapore bersama 13 teman yang lain. Aku yakin Singapore bukanlah tempat terakhir yang akan aku kunjungi, tapi akan ada banyak lagi tempat-tempat yang akan aku kunjungi, bersama keluargaku pastinya.Semua yang aku alami adalah buah dari perjuangan dan doa yang selama ini aku lalui. Dan yang aku7 percaya, ini adalah wujud dari kasih tuhan untukku.aku percaya dengan kekuatan mimpi…. Dan kepercayaan itulah yang membuat mimpi itu akan menjadi nyata…..