Contoh Laporan Pb

download Contoh Laporan Pb

of 103

description

Pertanian Berlanjut (Laporan Besar)

Transcript of Contoh Laporan Pb

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSistem pertanian berlanjut merupakan sistem pertanian yang layak secara ekonomi lingkungan dan social budaya. Pada tingkat bentang lahan pengelolaannya difokuskan pada pemanfaatan biodiversitas tanaman pertanian dalam mempertahankan polinator, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, hidrologi (kuantitas dan kualitas air) dan mengurangi emisi karbon. Banyak macam penggunaan lahan yang tersebar di seluruh bentang lahan, yang mana komposisi dan sebarannya beragam tergantung pada beberapa faktor antara lain iklim, topografi, jenis tanah, vegetasi dan kebiasaan serta adat istiadat masyarakat yang ada disekelilingnya. Tapi kebayakan pertanian di indonesia hanya memperhatikan aspek ekonomi mereka tidak memperhatikan aspek lingkungan salah satunya dengan menjaga hutan alami tetap alami kalau hutan alami terjaga dengan baik maka kelangsungan ekosistem disana akan berjalan dengan baik sehingga biodiversitas tanaman pun akan berjalan baik, dan kebayakan pertanian di Indonesia tidak menerapkan sistem pertanian berlanjut padahal sistem pertanian berlanjut ini dapat mengutung baik dari aspek ekonomi maupun lingkungan fieldtrip diadakan di Ngantang karena disana masih ada hutan alami kami melakukan menelitihan disana untuk mengetahui apakah disana termasuk pertanian berlajut apakah tidak dan untuk mengetahui biodiversitas tanaman pertanian yang mempertahankan polinator, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, hidrologi (kuantitas dan kualitas air) dan mengurangi emisi karbon serta adat istiadat masyarakat yang ada disekelilingnya. Serta mempelajari tentang beberapa indikator kegagalan pertanian berlanjut baik dari segi ekonomi, biofisik dan sosial. Guna meningkatkan pemahaman akan dasar-dasar konsep Pertanian Berlanjut di daerah Tropis dan penerapannya di tingkat lanskap maka pengenalan pengelolaan bentang lahan yang terpadu di bentang lahan sangat perlu dilakukan.

1.2. Maksud dan Tujuan1. Memahami macam-macam, sebaran dan interaksi antar tutupan lahan pertanian yang ada di suatu bentang lahan; 2. Memahami pengaruh pengelolaan lanskap pertanian terhadap kondisi hidrologi, tingkat biodiversitas, dan cadangan karbon. 1.3. Manfaat1. Mengetahui manfaat dari pertanian berlanjut2. Memahami karakteristik lanskap sehingga mampu menetukan tindakan yang diperlukan guana mencapai pertanian berlanjut3. Memahami indicator keberhasilan pertanian

BAB IIMETODOLOGI2.1. Tempat dan Waktu PelaksanaanFieldtrip Pertanian Berlanjut pada semester ganjil 2012-2013 ini dilaksanakan di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang. Lokasi ini masuk dalam kawasan Sub Daerah Aliran Sungai Kalikonto. Susunan/konfigurasi penggunaan lahan di lokasi ini adalah perkebunan monokultur pinus di lereng bagian atas lanskap (plot 1), kebun campuran atau agroforestri di lereng bagian tengah (plot 2), tanaman semusim di lereng bagian tengah dan bawah (plot 3), serta campuran antara tanaman semusim dan permukiman di lereng bawah (plot 3).Dalam melakukan pengamatan di Desa Tulungrejo ini. Empat kelas ini akan di pecah menjadi dua grup yaitu grup Tulungrejo I dan grup Tulungrejo II. Grup Tulungrejo I melakukan pengamatan di bagian sebelah kiri sungai (dengan arah menghadap ke lereng atas), sedangkan grup Tulungrejo II dibagian sebelah kanan sungai. Kecuali pada plot 3 dan 4, pada plot ini grup Tulungrejo I dan Tulungrejo II melakukan pengamatan dibagian sebelah kiri sungai. Plot 1 merupakan lahan hutan alami, plot 2 merupakan lahan agroforestri pisang, lamtoro, untuk plot 3 merupakan lahan tanaman semusim baik jagung maupun kubis. Dan yang terakhir plot 4 merupakan lahan semusim dan pemukiman warga.

2.2. Metode Pelaksanaan2.2.1. Pemahaman Karakteristik Lansekap1) Menentukan lokasi yang representatif untuk dapat melihat lansekap secara keseluruhan. 2) Melakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai bentuk penggunaan lahan yang ada. Isikan pada kolom penggunaan lahan, dokumentasi dengan foto. 3) Identifikasi jenis vegetasi yang ada, isi hasil identifikasi ke dalam kolom tutupan lahan. 4) Melakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai tingkat kemiringan lereng yang ada serta tingkat tutupan kanopi dan seresahnya. 5) isi hasil pengamatan pada form. 2.2.2. Pengukuran Kualitas AirPengambilan sampel untuk mengukur DO (dissolve oxygen) di laboratorium dilakukan dalam beberapa langkah: 1) Pada saat pengambilan contoh air, sungai harus dalam kondisi yang alami (tidak ada orang yang masuk dalam sungai). Hal ini untuk menghindari kekeruhan air akibat gangguan tersebut. 2) Ambil contoh air dengan menggunakan botol ukuran 1 liter (sampai penuh) dan tutup rapat. 3) Beri label berisi waktu (jam, tanggal, bulan, tahun), tempat pengambilan contoh, dan nama pengambil contoh. 4) Contoh air segera dianalisis di laboratorium.

Pendugaan kualitas air secara fisik (kekeruhan) dilakukan dalam beberapa langkah: 1) Tuangkan contoh air dalam tabung / botol air mineral sampai ketinggian 30 cm. 2) Aduk air secara merata. 3) Masukkan secchi disc ke dalam tabung yang berisi air secara perlahan-lahan dan amati secara tegak lurus sampai warna hitam-putih pada secchi disc tidak dapat dibedakan. 4) Baca berapa sentimeter kedalaman secchi disc tersebut. 5) Masukkan data kedalaman yang diperoleh ke dalam persamaan berikut: Konsentrasi sedimen (mg/l) = (3357.6 * D-1.3844) Dimana D adalah kedalaman secchi disc dalam cm. Pengamatan suhu air dilakukan dalam beberapa langkah: 1) Catat udara sebelum mengukur suhu dalam air. 2) Masukkan termometer ke dalam air selama 1-2 menit. 3) Baca suhu saat termometer masih dalam air, atau secepatnya setelah dikeluarkan dari dalam air. 4) Catat pada form pengamatan.

Pengamatan pH air dilakukan dalam beberapa langkah: 1) Siapkan gelas ukur / tabung untuk pengujian, isi dengan air yang akan diuji. 2) Celupkan kertas lakmus ke dalamnya, biarkan beberapa saat sampai terjadi perubahan warna. Bandingkan warna kertas lakmus dengan warna standar. 3) Catat pH sesuai dengan warna standar. 2.2.3. Pengukuran Biodiversitas2.2.3.1. Aspek AgronomiIndikator yang digunakan dalam mengukur biodiversitas dari aspek agronomi adalah populasi dan jenis gulma pada lahan. Metode yang digunakan adalah: 1) Membuat sebuah kerangka persegi berukuran 1m x 1m dari bahan bambu. 2) kerangka persegi dilempar secara acak ke tempat yang diduga memiliki populasi gulma yang dapat mewakili keseluruhan lahan. 3) Catat jumlah dan jenis gulma yang ditemukan dalam kerangka persegi tersebut. Untuk mengetahui jenis gulma dapat menggunakan buku Flora. 4) Olah semua data yang telah diperoleh dengan bantuan modul fieldtrip mata kuliah Pertanian Berlanjut.

2.2.3.2. Aspek Hama Penyakit1) Membuat jalur transek pada hamparan yang akan dianalisis 2) Menentukan titik-titik pengambilan sampel pada jalur (transek) yang mewakili mewakili agroekosistem dalam hamparan 3) Tangkap serangga ndengan menggunakan sweep net dengan metode yang benar pada agroekosistem yang telah ditentukan 4) Kumpulkan semua serangga yang tertangkap sweep net dan masukkan kedalam kantong plastik yang telah diberi secarik kertas tissu 5) Serangga yang telah terkumpu dibunuh dengan memberikan etil asetat. 6) Semua kantong plastik berisi serangga (sudah mati) dibawa ke Laboratorium Hama. Apabila belum segera diamati hendaknya semua serangga tersebut disimpan dilemari pendingin. 7) Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel. 2.2.4. Pendugaan Cadangan KarbonPeran lansekap dalam menyimpan karbon bergantung pada besarnya luasan tutupan lahan hutan alami dan lahan pertanian berbasis pepohonan baik tipe campuran atau monokultur. Besarnya karbon yang tersimpan di lahan bervariasi antar penggunaan lahan tergantung pada jenis, kerapatan dan umur pohon. Oleh karena itu ada tiga parameter yang diamati pada setiap penggunaan lahan yaitu jenis pohon, umur pohon, dan biomassa yang diestimasi dengan mengukur diameter pohon dan mengingrasikannya kedalam persamaan allometrik.

2.2.5. Identifikasi keberlanjutan lahan dari Aspek Sosial EkonomiDalam mengevaluasi keberlanjutan dari aspek sosial ekonomi menggunakan indikator-indikator sebagai berikut (dengan melakukan wawancara terhadap petani): 1. Macam/jenis komoditas yang ditanam 2. Akses terhadap sumber daya pertanian 3. Penguasaan lahan 4. Saprodi 5. Faktor-faktor produksi 6. Diversifikasi sumber pendapatan 7. Kepemilikan hewan ternak.

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN3.1. Hasil3.1.1. Kondisi Umum Wilayah.

Peta wilayah Desa TulungrejoSecara geografis Desa Tulungrejo terletak pada posisi 721-731 Lintang Selatan dan 11010-11140 Bujur Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 156 m di atas permukaan air laut.Secara administratif, Desa Tulungrejo terletak di wilayah Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang. Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Waturejo. Di sisi Selatan berbatasan dengan Desa Sumberagung/Kaumrejo Kecamatan Ngantang, sedangkan di sisi Timur berbatasan dengan Hutan Kecamatan Pujon.Luas Wilayah Desa Tulungrejo adalah 779,699 Ha. Luas lahan yang ada terbagi ke dalam beberapa peruntukan, yang dapat dikelompokkan seperti untuk fasilitas umum, pemukiman, pertanian, perkebunan, kegiatan ekonomi dan lain-lain.Luas lahan yang diperuntukkan untuk pemukiman adalah 46.859 Ha. Luas lahan yang diperuntukkan untuk Pertanian adalah 98,620 Ha. Luas lahan untuk ladang tegalan dan perkebunan adalah 216.645 Ha. Luas lahan untuk Hutan Produksi adalah 404,500 Ha. Sedangkan luas lahan untuk fasilitas umum adalah sebagai berikut: untuk perkantoran 0,050 Ha, sekolah 0,200 Ha, olahraga 0,020 Ha, dan tempat pemakaman umum 0,005 Ha.Wilayah Desa Tulungrejo secara umum mempunyai ciri geologis berupa lahan tanah hitam yang sangat cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Secara prosentase kesuburan tanah Desa Tulungrejo terpetakan sebagai berikut: sangat subur 10,600 Ha, subur 248,865 Ha, sedang 45,800 Ha, tidak subur/ kritis 0 Ha. Hal ini memungkinkan tanaman padi untuk dapat panen dengan menghasilkan 4 ton/ ha. Tanaman jenis palawija juga cocok ditanam di sini. 3.1.2. Indikator Pertanian Berlanjut dari Aspek Biofisik3.1.2.1. Kualitas Air Plot 1 : Hutan, Posisi Lereng: Lereng Atas, Kemiringan: 19o , 42%NoPenggunaan lahanTutupan lahanManfaatPosisi lerengTingkat tutupanJumlah spesies (per ha)KerapatanC-Stock

KanopiSeresah

1 Hutan ProduksiPinusGetah, KayuASR43S37,5

2PisangBuah, DaunARR8R

3LamtoroBiji, Daun, KayuARR10R

4Rumput GajahDaunATR2500T

5Paku-pakuan-ARR86S

6

7

8

9

10

Tabel 1. Hasil pengamatan di plot 1

Plot 2 : Agroforestri, Posisi Lereng: Lereng Tengah, Kemiringan: 10o , 18%Tabel 2. Pengamatan hasil plot 2NoPenggunaan LahanTutupan LahanManfaatPosisi LerengTingkat TutupanJumlah PopulasiKerapatanC-Stock (ton/ha)

KanopiSeresah

1AGROFORESTRINangkaBu

TENGAH

SEDANG

SEDANG3R20

2KopiBi20T80

3PisangBu10S50

4LamtoroBi15S50

5TalasA5S50

6Pohon waruD1R20

7KersenBu2R20

8

Plot 3:Tanaman semusim ,Kemiringan: 3o Lereng BawahNOpenggunaan lahan Tutupan lahanManfaat Posisi lerengTingkat tutupan Jumlah speciesKerapatan C-stock

Kanopi seresah

1Tegalan Rumput gajah DBRR156S1

2KelapaK, B, DBRR12R1

3SawahKubisDBRR31.250T1

4CabaiBBRR112R1

5JagungD, BBRR10R1

6PisangD, BBRR15.625T1

7Rumput gajah DBRR87S1

Tabel 3 hasil pengamatan plot 3 plot : 4 pemukiman dan pekaranganNoPenggunaan lahanTutupan lahanManfaatPosisi lerengTingkat tutupanJumlah spesiesKerapatanC-Stock

KanopiSeresah

1PemukimanRumahAS

2PekaranganPisangB/DTSR44S

3KelapaBTRR6R

4Rumput GajahDTTT594T

5PepayaBARR3R

6SingkongDTSS6S

7RambutanBTRR3R

8KelengkengBTRR2R

9ManggaBBRR1R

10bambuKTTT68T

11LabuBARR1R

12PokakBBRR1R

Tabel 4 hasil pengamatan plot 4Manfaat: B (buah). D (daun), K (kayu), B (biji). Posisi lereng: A (atas), T (tengah), B (Bawah). Tingkat tutupa kanopi dan seresah: T (tinggi), S (sedang), R (rendah). Dokumentasi Karakteristik lanskap Plot 1 hutan

Plot 2 agroforest

Plot 2 tanaman semusim

Plot 4 Pemukiman+ tan semusim

Penggunaan lahan dan jenis tutupan lahanKondisi Umum wilayah Fieldtrip Pertanian Berlanjut yaitu adalah Desa Tulungrejo,Kecamatan Ngantang untuk susunan penggunaan lahan di lokasi ini terdiri dari 4 Plot yaitu pada Plot 1 dengan penggunaan lahan Hutan, Plot 2 penggunaan lahan Agroforestri, Plot 3 penggunaan lahan Tanaman semusim dan Plot 4 dengan penggunaan lahan tanaman semusim dan pemukiman. Untuk mengetahui karakteristik lanskap di daerah Ngantang maka perlu mengidentifikasi jenis penggunaan lahan (landuse) dan jenis tutupan lahan (land cover) pada suatu lanskap.Pada plot 1 dengan tingkat kemiringan mencapai 42% dan posisi lereng berada paling atas, penggunaan lahan masyarakat menggunakan lahan sebagai hutan produksi dengan jenis tutupan lahan dengan tanaman pinus, pisang, lamtoro, rumput gajah dan paku-pakuan, untuk plot pada lereng atas ini sebenarnya milik perhutani. Akan tetapi masyarakat dijinkan untuk dapat memanfaatkan hasil dari hutan produksi dengan menyisipi tanaman budidaya diantara tanaman pohon perhutani. Dari tanaman pada plot 1 (hutan produksi ) masyarakat memanfaatkan tanaman pada bagian kayu dan getahnya untuk pohon pinus,kemudian untuk tanaman pisang masyarakat memanfaatkan pada bagian buah,daun,biji. Untuk tanaman lamtoro marayakat memanfaatkan kayunya sebagai bahan bakar atau untuk penggunaan lain, Sedangkan untuk rumput gajah masyarakat memanfaatkannya untk pakan ternak. Untuk tingkat tututapn lahan pada plot 1 yaitu paling tinggi adalah tanaman pinus dengan tingkat kerapatan kanopi tinggi sedangkan untuk tanaman lamtoro,pisang,rumput gajah memiliki tingkat tutupan lahan kanopi yang rendah. Tingkat tutupan lahan pada seresah dari berbagai jenis pohon di plot 1 memiliki tingkat tutupan seresah yang rendah.Pada Plot 2 dengan tingkat kemiringan 18% dan posisi lereng berada di tengah penggunaan lahan masyarakat yaitu sebagai lahan Agroforestri dengan jenis tutupan lahan yaitu nangka,kopi,pisang,lamtoro,talas,pohon waru,kersen. Masyarakat memanfaatkan jenis tanaman penanaman jenis tanaman tahunan dengan kombinasi tanaman semusim yaitu tanaman tahunan seperti kopi,lamtoro,pohon waru,nangka. Sedangkan untuk tanaman semusim yang dibudidayakan masyarakat yaitu tanaman pisang dan tanaman kersen. Untuk tanaman nangka masyarakat lebih memilih untuk memanfaatkan buah,pohon kopi dimanfaatkan bijinya,tanaman lamtoro dimanfaatkan pada bagian bijinya dan pohon waru dimanfaatkan masyarakat pada bagian daunnya. Sedangkan untuk tanaman semusim masyarakat memanfaatkan tanaman pisang yang diambil buahnya kemudian tanaman kersen yang dimanfaatkan buahnya. Tingkat kerapatan paling tinggi yaitu adalah pada pohon kopi kemudian kerapatan sedang pada jenis tutupan lahan pisang,lamtoro dan talas. Sedangkan untuk tanaman nangka,pohon waru dan kersen memiliki tingkat kerapatan tutupan lahan yang tendah. Pada plot 3 masyarakat memanfaatkan dengan penanaman tanaman semusim pada kemiringan 3 % bagian lereng bawah yaitu dengan penggunaan lahan sebagai tegalan dan lahan sawah. Untuk penggunaan lahan tegalan jenis tutupan lahan yaitu rumput gajah dan kelapa yang dimanfaatkan masyarakat pada bagian kayu,buah,daun pada pohon kelapa sedangkan untuk rumput gajah masyarakat memanfaatkanya untuk pakan ternak. Tingkat tutupan lahan pada penggunaan tegalan baik tingkat kanopi maupun tingkat seresah termasuk dalam kategori rendah. Penggunaan lahan sawah memilki jenis tutupan lahan kubis,cabai,pisang,jagung dan rumput gajah. Masyarakat setempat memanfaatkan pada bagian daun yaitu pada tanaman kubis dan rumpt gajah, cabai dimanfaatkan bagian buahnya sedangkan pisang jagung dimanfaatkan daun dan buahnya oleh masyarakat. Tingkat tutupan lahan pada penggunaan lahan sawah untuk tingkat kanopi dan seresah termasuk ke dalam jenis rendah.Pada plot 4, lahan dimanfaatkan masyarakat sebagai penggunaan tempat pemukiman dan pekarangan tanaman semusim untuk jenis tutupan lahan yaitu pada penggunaan pemukiman dengan jenis tutupan rumah masyarakat pada posisi lereng bagian atas, kemudian pada penggunaan pekarang dengan jenis tutupan lahan tanaman pisang yang dimanfaatkan bagian buah dan daun dimana terletak pada posisi lereng tengah,tanaman kelapa dimanfaatkan masyarakat pada bagian buah dengan posisi lereng bagian tengah,tanaman rumput gajah dimanfaatkan bagian daunnya untuk pakan ternak dimana terletak pada lereng tengah,tanaman pepaya dimanfaatkan masyarakat bagian buahnya pada lereng atas,tanaman singkong dimanfaatkan masyarakat bagian daunnya pada lereng tengah,tanaman rambutan diambil manfaatnya pada bagian buahnya pada lereng tengah,tanaman kelengkeng dimanfaatkan masayarakat pada bagian buahnya di lereng tengah,tanaman mangga dimanfaatkan masyarakat pada bagian buahnya di lereng bawah,pohon bambu juga dimanfaatkan masyarakat pada bagian kayunya untuk bahan bakar terletak pada lereng tengah,tanaman labu dimanfaatkan masyarakat pada bagian buahnya terletak pada lereng atas sedangkan untuk tanaman pokak dimanfaatkan pada bagian buah di lereng bawah. Untuk tingkat tututpan lahan dibagi menjadi dua yaitu dilihat dari tingkat kanopi dan tingkat seresah, tanaman yang memiliki tingkat kerapatan kanopi tinggi yaitu pohon bambu dan rumput gajah, tingkat kerapatan kanopi sedang pada tanaman pisang,singkong, tingkat kerapatan kanopi rendah yaitu pada tanaman kelapa ,pepaya, rambutan, kelengkeng, mangga, labu dan tanaman pokok. Untuk tingkat kerepatan seresah yang paling tinggi yaitu pada tanaman rumput gajah dan tanaman bambu, tingkat kerapatan seresah sedang yaitu pada tanaman singkong dan tingkat kerapatan seresah yang rendah yaitu pada tanaman pisang, kelapa, pepaya, rambutan, kelengkeng, mangga, labu dan pokak. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka lahan daerah tulungrejo ini termasuk dalam jenis lanskap Fragmented dengan karakteristik habitat alami yang masih tersisa sebesar 10-60%. Dimana tipe fragmented yaitu jenis lanskap dengan tipe konservasi habitat alami terpecah dalam kondisi yang baik artinya plot hutan terpecah antara plot agroforestri,semusim ataupun pemukiman akan tetapi masih dalam kondisi yang baik, kemudian untuk tipe perbaikan yaitu kualitas habitat alami yang telah terpecah dengan pengelolaannya pada bidang pertanian. Dalam hal ini dikatakan karakteristik lanskap yang tidak berkelanjutan karena penggunaan bahan-bahan kimia yang dilakukan masyarakat ataupun karakteristik lanskap baik penggunaan ataupun tutupan lahan yang tidak mencerminkan keberlanjutan pertanian. Dapat dilihat dari kondisi hutan yaitu sebagai habitat alami yang tidak memiliki koridor dengan habitat yang terdapat pada lahan agroforestri, semusim ataupun lahan pekarangan masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan biodiversitas fauna yang kurang antar tanaman. Dalam hal ini dapat dikatakan lanskap tidak berkelanjutan dimana seharusnya masyarakat tetap memperhatikan kelestraian lingkungan dengan penggunaan bahan yang ramah lingkungan sehingga tidak menyebabkan pencemaran lingkungan baik tanah,air ataupun udara sekitar, selain itu masyarakat juga memperhatikan lanskap yang saling berhubungan antara hutan,agroforestri, tanaman semusim ataupun lahan pekarangan sehingga dapat memudahkan organisme berpindah yang akan menimbulkan keseimbangan lingkungan akibat hama dan predator yang mampu menjalankan fungsinya dalam setiap plot. Perubahan bentuk lanskap terutama dalam bidang pertanian yang terjadi saat ini merupakan salah satu masalah yang dapat menimbulkan terjadinya kerusakan alam sehingga mengakibatkan adanya perubahan pada lingkungan manusia. Terjadinya kerusakan ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor dalam bidang pertanian misalnya terjadinya alih fungsi lahan, penebangan hutan, penanaman tanaman dengan pola monokultur dan lain-lain sehingga menyebabkan banyak tanah dan air menjadi kurang produktif dan banyak daerah yang kekurang air. Prospek dari pengelolaan lanskap dalam pembangunan pertanian berkelanjutan adalah adanya konservasi tanah dan air untuk memperbaiki kesimbangan ekosistem yang rusak dan membangun kembali lanskap serta dilakukan pendekatan dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan untuk meningkatkan produksi tanaman (Ryszkowski, 2002).3.1.2. Indikator Pertanian Berlanjut dari Aspek BiofisikParameterSatuanLokasi pengambilan sampel air

Plot 1Plot 2Plot 3Plot 4

UL 1UL 2UL 3UL 1UL 2UL 3UL 1UL 2UL 3UL 1UL 2UL 3

Suhu AirC27,2227,2227,2227272727,2727,2727,2727,7627,7627,76

Ph4,434,434,434,884,884,885,325,325,324,354,354,35

DOmg/L0,080,080,080,070,070,070,070,070,070,090,090,09

KedalamanCm363636303030303030363636

3.1.2.1. Kualitas AirTabel 5. Tabel kualitas airKlasifikasi kualitas air berdasarkan nilai DO dan pHParameterKelas (PP No. 82 Tahun 2001)

Plot 1Plot 2Plot 3Plot 4

DOIVIVIVIV

pHIVIVIIIIV

Tabek 6 klasifikasi kualitas air berdasarkan nilai DO dan pH

Dokumentasi Pengamatan Kualitas air Plot 1 hutan

Plot 2 agroforest

Plot 3 tanaman semusim

Plot 4 Pemukiman+ tan semusim

Pengamatan kualitas air dilakukan pada setiap plotnya. Parameter yang diamati antara lain suhu air, pH, DO, Kedalaman. Hasil pengamatan setiap parameter pada setiap plot pengamatan itu berbeda-beda. Akan tetapi, perbedaan hasil pengamatan pada setiap plot tidak terlalu signifikan. Pada setiap pengamatan dilakukan tiga kali pengulangan dan setiap pengulangan memperoleh hasil yang sama pada pengukuran pengulangan yang lain. Kedalaman sungai pada saat pengamatan juga diukur. Kedalaman sungai pada plot 2 dan plot 3 sebesar 30 cm, sedangkan pada plot 1 dan plot 4 sebesar 36 cm. Menurut Munir (2010), kedalaman suatu perairan dapat berpengaruh terhadap jumlah organisme yang ada. Naiknya tinggi permukaan air dan kecepatan arus sungai dapat menyebabkan substrat-substrat yang ada disungai mudah terkoyak dan terbawa arus, sehingga tingkat kecerahan menjadi berkurang atau sungai menjadi lebih keruh.Pengukuran suhu air, suhu yang paling tinggi adalah suhu air yang ada pada plot 4 yakni sebesar 27,760 dan yang paling rendah adalah pada plot pengamatan kedua yakni sebesar 270 sedangkan untuk plot 3 suhu air sebesar 27,270 dan plot pengamatan kualitas air plot 1 suhunya sebesar 27,220.Pola temperature ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopii (penutup oleh vegetari) dari pepohonan yang tumbuh sel tepi (Brehm dan Melfering, 1990, dalam Barus, 2010). Disamping itu pola temperature perairan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor anthrcopogen (faktor yang diakibatkan oleh aktifitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari pendinginan pabrik. Pengunduran BAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung. Hal ini terutama akan menyebabkan peningkatan temperatur suatu sistem perairan (Barus, 2001).Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi suhu dan salinitas di perairan ini adalah penyerapan panas (heat flux) curah hujan (prespiration) aliran sungai (Flux) dan pola sirkulasi air (Hadikusumah, 2008)Oksigen terlarut (DO) merupakan gas yang tercampur dengan air sedemikian rupa sehingga bagian yang terkecil berukuran molekuler. Dissolve oxygen (DO) pada pengamatan yang dilakukan data yang diperoleh pada setiap pengamatannya berbeda. DO yang paling rendah pada plot 2 dan 3 yakni sebesar 0,07 dan paling tinggi pada plot 4 sebesar 0,09, sedangkan pada plot 8 DO nya sebesar 0,08.Untuk nilai DO dari plot1 sampai dengan plot 4 termasuk dalam kelas kualitas air ke IV dimana air dapat digunakan untuk mengairi dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kualitas air tersebut.Tabel 7. Tingkat pencemaran perairan berdasarkan nilai DOTingkat PencemaranParameter DO (ppm)

Rendah>5

Sedang0-5

Tinggi0

Sumber : (Wirosarjono,1974)Berdasarkan data yang diperoleh pada setiap plot tersebut maka kita dapat menyimpulkan tingkat pencemaran pada semua plotnya sedang. Adanya oksigen terlarut dalam air berasal dari udara dan dari proses fotosintesa tumbuh-tumbuhan air kelarutan oksigen dalam air, tergantung pada temperatur, tekanan atmosfer, dan kandungan mineral dalam air. Kadar oksigen terlarut di perairan dipengaruhi oleh proses aerasi, fotosintesis, respirasi, dan oksidasi (Deazy,2011).Tabel 8. Klasifikasi Kualitas Air Berdasarkan Nilai DO dan pHParameterKelas (PP No. 82 Tahun 2001)

Plot 1Plot 2Plot 3Plot 4

DOIVIVIVIV

pHIVIVIVIV

Pengamatan pH setiap plotnya juga dilakukan 3 kali pengulangan. Berdasarkan data yang diperoleh maka air tersebut dapat diketahui asam hal ini dikarenakan pH dari setiap pengamatan itu dibawah dari 7. Pada plot 1 pH air yang diperoleh adalah sebesar 4,43, pada plot 2 sebesar 4,48, pada plot 3 sebesar 5,32, sedangkan plot 4 sebesar 4,35. Dengam demikian maka kondisi air asam terletak pada plot pengamatan plot 1 dengan pH 4,43.Untuk kelas kualitas air dilihat dari PH, plot 1 sampai dengan plot 4 masuk ke dalam kelas ke IV yaitu air diperuntukan untuk mengairi pertanaman dan untuk peruntukan lainyang mempesyaratkan mutu tanaman sama dengan kegunaannya.Peran masyarakat sangat diharapkan dalam menunjang keseimbangan kadar PH dalam air. Apabila kandungan PH rata-rata sangat rendah maka kualitas air buruk dan tidak layak dipergunakan. Air yang sudah terkontaminasi zat-zat kimia banyak mengandung zat asam contoh: karbondioksida. Apabila kadar PH tinggi berarti tingkat kandungan basa kuat. Kadar PH dapat dipengaruhi oleh faktor alami dan faktor manusia. Pengendapan mineral tanah dan zat-zat asam dari air hujan merupakan faktor alami siklus kadar asam. Faktor pendorong terjadinya tingkat pencemaran terbesar yaitu aktivitas manusia sehari-hari. Pembuangan limbah industry baik kecil maupun besar menjadi pemicu besar pencemaran air. Zat-zat asam ataupun basa akan mengikat kadar oksigen dalam air sehingga menyebabkan tingkat pencemaran air meningkat.

3.1.2. Biodiversitas Tanaman Plot 1

Titik pengambilan sample sampel tutupan lahanSemusim/ Tahunan/CampuranInformasi tutupan lahan dan Tanaman dalam lansekap

Luas (m2)Jarak tanamPopulasiSebaran

Plot 1.1 (Pinus)Tahunan2878,4 2,550Luas

Plot 1.2 (Lamtoro)Tahunan115,636Sedang

Plot 1.3 (Rumput Gajah)Campuran-AcakBanyakSedang

Plot 1.4 (Pisang)Musiman-36Sedang

Plot 1.5 (Paku-pakuan)Campuran-AcakBanyakSedang

Tabel 9. Biodiversitas pada plot 1Pada plot 1 terdapat tanaman pinus, lamtoro, rumput gajah, pisang, dan paku-pakuan. Tanaman pinus yang merupakan tanaman tahunan dengan luas 2878,4 m2, populasi 50, dengan sebaran yang luas. Tanaman lamtoro merupakan tanaman tahunan dengan luas 115,6 m2, populasi 6, dan sebaran yang sedang. Tanaman rumput gajah merupakan tanaman campuran dengan jarak tanam acak, jumlah populasinya banyak, dan sebaran yang sedang. Tanaman pisang merupakan tanaman semusim yang mempunyai populasi 6 tanaman dengan sebaran yang sedang. Pada plot tersebut terdapat sebaran tanaman paku-pakuan yang sedang dengan populasi yang banyak. Sehingga pada plot 1 tersebut memiliki sebaran sedang. Karena plot 1 merupakan daerah yang lebih tinggi daripada plot-plot yang lain maka daerah tersebut sudah sesuai untuk mencegah adanya erosi dan penanaman mengikuti pola agroforestri.

Biodiversitas tanamanTitik pengambilan sample sampel tutupan lahanSemusim/ Tahunan/CampuranInformasi tutupan lahan dan Tanaman dalam lansekap

LuasJarak tanamPopulasiSebaran

1(Kubis)Semusim8m x 10m30cm x 40cm667

2campuran (kopi ; pisang ; lamtoro) 5m x 10 m1m x 1m50 kopi

Plot 2Tabel 10. Biodiversitas pada plot 2

Pada plot 2 terdapat tanaman kubis dan tanaman campuran yaitu kopi, pisang, serta lamtoro. Tanaman kubis merupakan tanaman semusim yang pada plot tersebut ditanam secara monokultur. Tanaman kubis mempunyai luas 80 m2 dengan jarak tanam (30cm x 40cm). Kemudian pada lahan sebelahnya terdapat tanaman campuran yaitu tanaman kopi, pisang dan lamtoro. Pada lahan tersebut memiliki luas lahan 50 m2 dengan jumlah tanaman kopi 55.

Biodiversitas tanamanForm pengamatan biodiversitas tanaman pangan dan tahunanPlot 3

Titik pengambilan sampel tutupan lahanSemusim/ Tahunan/CampuranInformasi tutupan lahan dan Tanaman dalam lansekap

Luas (ha)Jarak tanam (cm x cm)PopulasiSebaran

Plot 3.1 (jagung)Semusim Monokultur1/440 x 4015.625Rapat

Plot 3.2 (kubis)Semusim Monokultur1/240 x 4031.250Rapat

Plot 3.3 (tanaman pagar cabai)--143Jarang

Tabel 11. Biodiversitas pada plot 3 Pada plot 3 memiliki tutupan yang beragam. Tanaman budidaya yang diamati pada plot 3 yaitu tanaman Jagung dan Kubis yang memiliki pola tanam monokultur. Tanaman Jagung pada lahan tersebut memiliki kerapatan yang rapat dengan jarak tanam (40 x 40) cm, luas lahan 1/4 ha, dan populasi 15.625 tanaman jagung. Tanaman Kubis pada lahan tersebut memiliki kerapatan yang rapat dengan jarak tanam (40 x 40) cm, luas lahan ha, dan populasi 31.250 tanaman Kubis. Pada tanaman pagar Cabai terdapat populasi 143 tanaman dengan kerapatan yang jarang. Sehingga pada plot tersebut memiliki kerapatan yang cukup rapat.

Biodiversitas tanamanForm pengamatan biodiversitas tanaman pangan dan tahunanPlot 4

Titik pengambilan sampel tutupan lahanSemusim/ Tahunan/CampuranInformasi tutupan lahan dan Tanaman dalam lansekap

LuasJarak tanamPopulasiSebaran

Jagung Semusim142 m2(100x40)cm355Sedang

Kopi Tahunan400 m 2(2 x 2) m100Sedang

PisangSemusim400 m 2(5x5)m16Rendah

LamtoroTahunan400 m2(5x4)m20Rendah

Tabel 12. Biodiversitas pada plot 4Pada plot 4 memiliki tutupan yang beragam. Tanaman budidaya yang diamati pada plot 4 yaitu tanaman Jagung dan Kopi yang memiliki tanaman pendamping yaitu Pisang dan Petai Cina(Lamtoro). Tanaman Jagung pada lahan tersebut memiliki kerapatan yang sedang dengan jarak tanam (100x20) cm, luas lahan 142 m2, dan populasi 355 tanaman jagung. Tanaman Kopi pada lahan tersebut memiliki kerapatan yang sedang dengan jarak tanam (4x4) m, luas lahan 400 m2, dan populasi 100 tanaman Kopi. Tanaman Pisang pada lahan kopi tersebut memiliki kerapatan yang rendah dengan jarak tanam (5x5) m, luas lahan 400 m2, dan populasi 16 tanaman. Tanaman Lamtoro pada lahan kopi tersebut memiliki kerapatan yang rendah dengan jarak tanam (5x4) m, luas lahan 400 m2, dan populasi 20 tanaman. Tanaman Lamtoro dengan pisang memiliki sebaran yang rendah karena tanaman-tanaman tersebut sebagai tanaman pendamping pada lahan Kopi. Dalam budidayanya, tanaman kopi memerlukan tanaman pelindung untuk mengurangi intensitas matahari yang sampai di kanopi daun, karena tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik apabila diusahakan pada areal yang terbuka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran tanaman pada plot 4 adalah sedang dengan plot yang dekat dengan pemukiman penduduk.

Pengelolaan GulmaTitik Pengambilan sampelKelebatan Gulma

Lebat (> 50%)Agak lebat (25%-50%)Jarang (< 25%)

1

2

3

4

Tabel 13. Pengelolaan gulma

Form Pengamatan biodiversitas gulmaPlot 1Nama lokalNama ilmiahLokasi sampelJumlahFungsi

Rumput GajahPennisetum purpureumPinus (Plot 1.1.1)80Gulma

Rumput tekiCyperus rotundusLamtoro (Plot 1.2.1)Gulma

BandotanAgeratum conyzoidesLamtoro (Plot 1.2.2)15Gulma

Rumput malelaBrachiaria muticaRumput gajah (Plot 1.3.1)10Gulma

Putri maluMimosa pudicaPisang ( Plot 1.4.1)12Gulma

Rumput grintingCynodon dactylonPisang ( Plot 1.4.2)10Gulma

Tabel 14. Form pengamatan biodiversitas gulma pada plot 1 Plot 3Nama LokalNama IlmiahLokasi SampelJumlahFungsi

Bayam DuriAmaranthus spinosusPlot 3.1 (kubis)13Gulma

Rumput GrintingCynodon dactylonPlot 3.1 (kubis)14Gulma

Rumput gajahPennisetum purpureumPlot 3.1 (kubis)1Gulma

KrokotPortulaca LPlot 3.1 (kubis)17Gulma

Bayam duriAmaranthus spinosusPlot 3.2 (kubis)46Gulma

Rumput GrintingCynodon dactylonPlot 3.2 (kubis)41Gulma

BabandotanAgeratum conyzoidesPlot 3.2 (kubis)9Gulma

KrokotPortulaca LPlot 3.2 (kubis)24Gulma

Rumput BelulangEleusine indicaPlot 3.1 (jagung)14Gulma

Rumput tekiCyperus rotundusPlot 3.1 (jagung)1Gulma

Rumput GrintingCynodon dactylonPlot 3.1 (jagung)30Gulma

Rumput BelulangEleusine indicaPlot 3.2 (jagung)80Gulma

BabandotanAgeratum conyzoidesPlot 3.2 (jagung)16Gulma

KrokotPortulaca LPlot 3.2 (jagung)14Gulma

Bayam duriAmaranthus spinosusPlot 3.2 (jagung)3Gulma

Tabel 15. Form pengamatan biodiversitas gulma pada plot 3Plot 2Nama lokalNama ilmiahLokasi sampelJumlahFungsi

Nama LokalNama IlmiahLokasi SampelJumlahFungsi

Krokot

Portulaca oleraceaPlot 2.1.1 (kubis)jarangGulma

Rumput grintingCynodon dactylonPlot 2.1.1 (kubis)jarangGulma

SemanggiMarsilea crenataPlot 2.1.2 (Kubis)jarangGulma

Putri MaluMimosa pudicaPlot 2.1.2 (Kubis)jarangGulma

Rumput malelaBrachiaria muticaPlot 2.2.1 (kopi)jarangGulma

Rumput kenopCyperus kyllingia EndlPlot 2.2.1 (kopi)jarangGulma

Rumput TekiCyperus rotundusPlot 2.2.2 (kopi)jarangGulma

Rumput kenopCyperus kyllingia Endl Plot 2.2.2 (kopi)jarangGulma

Tabel 16. Form pengamatan biodiversitas gulma pada plot 2Plot 4Nama lokalNama ilmiahLokasi sampelJumlahFungsi

Teki ladang

Cyperus rotundusPlot 4.1.1 (jagung)lebatGulma

KetulBidens pilosaPlot 4.1.1 (jagung)lebatGulma

Rumput grintingCynodon dactylonPlot 4.1.1 (jagung)lebatGulma

1. Rumput malelaBrachiaria muticaPlot 4.1.1 (jagung)lebatGulma

KetulBidens pilosaPlot 4.1.2 (jagung)lebatGulma

Rumput grintingCynodon dactylonPlot 4.1.2 (jagung)lebatGulma

Rumput malelaBrachiaria muticaPlot 4.1.2 (jagung)lebatGulma

KrokotPortulaca oleraceaPlot 4.1.2 (jagung)lebatGulma

BandotanAgeratum conyzoidesPlot 4.1.2 (jagung)lebatGulma

Rumput kenopCyperus kyllingia EndlPlot 4.2.1 (kopi)5Gulma

JamarakSetaria plicataPlot 4.2.1 (kopi)banyakGulma

BandotanAgeratum conyzoidesPlot 4.1.2 (jagung)18Gulma

JamarakSetaria plicataPlot 4.2.2 (kopi)banyakGulma

Tabel 17. Form pengamatan biodiversitas gulma pada plot 4

Form tabulasi dataKelompok A1Kelompok GulmaTutupan Lahan

Pinus (Plot 1.1)Lamtoro (Plot 1.2)Rumput Gajah (1.3)Pisang (1.4)

Teki-tekianPennisetum purpureum--

Daun sempit/rumput-Cyperus rotundusBrachiaria muticaCynodon dactylon

Daun Lebar-Ageratum conyzoides-Mimosa pudica

Tabel 18. Form tabulasi data kelompok A1Penjelasan Hasil Pengamatan Gulma Pada pengamatan gulma dilakukan pada lahan pinus, lamtoro, rumput gajah, dan pisang. Pada lahan pinus didapatkan Pennisetum purpureum yang merupakan kelompok gulma teki-tekian dengan jumlah 80. Pada lahan tersebut tidak terdapat kelompok gulma berdaun sempit dan lebar. Pada lahan lamtoro terdapat kelompok gulma daun sempit yaitu Cyperus rotundus dan kelompok kelompok gulma berdaun lebar yaitu Ageratum conyzoides dengan jumlah 15. Pada lahan rumput gajah hanya terdapat kelompok gulma bardaun sempit Brachiaria muticadengan jumlah 10. Pada tanaman pisang terdapat kelompok gulma berdaun sempit yaitu Cynodon dactylon dengan jumlah 10 dan kelompok gulma berdaun lebar yaitu Mimosa pudica dengan jumlah 12.

1. Cyperus rotundus ( teki ladang)

Gulma ini ditemukan pada lahan Jagung. Teki ladang atau Cyperus rotundus adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip. Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan.KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas: CommelinidaeOrdo: CyperalesFamili: CyperaceaeGenus: CyperusSpesies: Cyperus rotundus L.(Helmi, 2013)2. Rumput grintingRumput grinting ini ditemukan pada lahan jagung. Rumput grinting (Cynodon Dactylon) adalah jenis rumput yang memiliki kemampuan agak berlebihan dalam hal bertahan hidup dibandingkan rumput jenis lain seperti rumput teki, rumput gajah, rumput manila, dan sebagainya. Rumput ini mampu bertahan hidup di lahan yang tandus dalam musim kemarau sekalipun pertumbuhan daunnya menjadi minim. Ketika terkena mata bajak dan garu rumput ini akan tetap terus hidup selama akarnya bersinggungan dengan tanah. KlasifikasiKingdom : Plantae (tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas : CommelinidaeOrdo : PoalesFamili : Poaceae (suku rumput-rumputan)Genus : CynodonSpesies: Cynodon dactylon (L.) Cynodon dactylon memiliki daya ekspansi yang besar, pada awalnya adalah tumbuhan pantai, saat ini sudah merambah di areal pertanian sebagai gulma yangmenjengkelkan petani. Rumput grinting merupakan gulma pada tanamanjagung, tebu kapas dan pada tanah perkebunan. Rumput yang sulit untukdi basmi dengan cara mekanik, seperti dibajak atau di cangkul maupundengan cara kimia dengan menggunakan herbisida. Kemampuan diabertahan dan dapat menyebar dengan cepat di pinggiran sugai,pinggiran irigasi dan pematang sawah sehingga dapat mengalahkan tumbuhan lain, membuat menarik untuk dibicarakan.(Sutrisno, 2012)3. Brachiaria muticaGulma ini ditemukan pada lahan Jagung di titik pengamatan yang kami lakukan. Nama lokal gulma ini adalah rumput malela. Akar Brachiaria mutica merupakan akar serabut (radi x adventica), akar keluar dari pangkal batang, jumlahnya banyak dan hampir sama besar, memiliki banyak rambut pada akarnya.Batang Brachiaria mutica bagian bawahnya tumbuh menjalar, membentuk panjang 100-400 cm,bagian tetras tumbuh tegak buku-buku batang ditumbuhi bulu halus yang panjang, batang berwarna hijau pucat, didekat buku berwarna agak keunguan, duduk daun berseling. Daun Brachiaria mutica berupa lembaran atau helaian daun tegar atau tidak elastis bebrbentuk garis atau garis lanset, permukaan daun berambut jarang, warna helaian daun hijau muda, dan tepnya merah ungu. Ukuran panjang nya 10-30cm dan lebarnya 5-25 cm. Upih daun berbentuk bulat ditumbuhi rambut-rambut panjang. Bunga Brachiaria mutica merupakan bunga majemuk. Tumbuh di ujung batang atau cabang, sumbu utama persegi panjangnya 15-25cm, cabang tandan berjumlah 9-20.Buah berbentuk bulat terlur dengan ujung runcing berwarna hijau dan berukuran sangat kecil. Biji Brachiaria mutica berukuran kurang lebih 3mm, berbentuk bulat panjang dengan ujung yang runcing, berwarna hijau bercorak ungu, benang sari tiga biasanya cepat rontok, dan putik dua berwarna ungu.(Mentari, 2013)Klasifikasi Brachiaria mutica Kingdom: PlantaePhyllum: SpermatophytaSubPhyllum: AngiospermaeClassis: MonocotyledoneaeOrdo: GramineaeFamilia: GramineaeGenus: BrachiariaSpecies: Brachiaria mutica(Helmi, 2012)4. Mimosa pudica(Putri Malu)Klasifikasi Mimosa pudicaKingdom: PlantaeSubkingdom: TracheobiontaDivisi: MagnoliophytaSuper Divisi: SpermatophytaKelas: MagnoliopsidaSub Kelas: RosidaeOrdo: FabalesFamili: FabaceaeGenus: MimosaSpesies: Mimosa PudicaPutri malu tumbuh di pinggir jalan, tanah lapang cepat berkembang biak, tumbuh tidur ditanah. Bentuk batang bulat berbulu dan berduri. Bentu daun kecil2 tersusun majemuk, bentuk lonjong dengan ujung lancip, warna hijau ( ada yang warna kemerah-merahan). Apabila daun disentuh akan menutup (sensitif plant). Bunga bulat seperti bola, warna merah muda bertangkai.5. Pennisetum purpureum (Rumput Gajah)

Klasifikasi rumput gajah adalah :Phylum: SpermatophytaSub phylum : AngiospermaeClass : MonocotylOrdo : GlumifloraFamily : GraminaeSub Family : PanicoldeaGenus : PennisetumSpesies : Pennisetum PurpureumRumput gajah tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Pada lahan tumpang sari, rumput gajah dapat ditanam pada guludan-guludan sebagai pencegah longsor akibat erosi. Rumput ini baik sebagai bahan silage dan sebagai rumput potongan ataupun gembala asal pertumbuhannya bias dipertahankan pendek-pendek.6. Ageratum conyzoides L(bandotan ) Gulma Bandotan (Ageratum conyzoides) ditemukan di lahan Jagung dan Kopi. Gulma ini adalah sejenis gulma pertanian anggota suku Asteraceae. Gulma ini merupakan kelompok gulma berdaun lebar. Disebut juga sebagai babandotan atau babadotan (Sd.); wedusan (Jw.); dus-bedusan (Md.); serta Billygoat-weed, Goatweed, Chick weed, atau Whiteweed dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini mendapatkan namanya karena bau yang dikeluarkannya menyerupai bau kambing.KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: AsteridaeOrdo: AsteralesFamili: Asteraceae Genus: AgeratumSpesies: Ageratum conyzoides L.(Helmi, 2013)

Form tabulasi dataKelompok A2Kelompok GulmaTutupan Lahan

kubis (Plot 2.1.1)Kubis (Plot 2.1.2)Kopi(Plot 2.2)Kopi(Plot 2.2)

Teki-tekian-Cyperus rotundusCyperus kyllingia Endl

Cyperus rotundus

Daun sempit/rumputCynodon dactylonBrachiaria mutica

Daun LebarPortulaca oleraceaMarsilea crenata--

-Mimosa pudica--

---

Tabel 19. Form tabulasi data kelompok A2Penjelasan Pengamatan Gulma pada Plot 2Pada plot 2 mengamati gulma pada lahan kubis dan kopi. Pengamatan pada setiap lahan diambil dua titik. Pada lahan kubis di titik pertama tidak didapatkan kelompok gulma teki-tekian. Pada kelompok gulma berdaun sempit/rumput ditemukan Cynodon dactylon dengan jumlah jarang. Pada kelompok berdaun lebar ditemukan Portulaca oleracea dengan jumlah jarang. Pada lahan kubis di titik kedua tidak didapatkan adanya kelompok gulma teki-tekian dan kelompok gulma berdaun sempit. Pada kelompok berdaun lebar ditemukan Marsilea crenata dan Mimosa pudica dengan jumlah jarang. Pada lahan kopi di titik pertama didapatkan adanya kelompok gulma teki-tekian yaitu Cyperus rotundus dengan jumlah jarang. Selanjutnya pada kelompok gulma berdaun sempit/rumput ditemukan Brachiaria mutica dengan jumlah jarang. Pada lahan kopi di titik pertama tidak ditemukan adanya kelompok gulma berdaun lebar. Pada lahan kopi di titik kedua hanya didapatkan kelompok gulma teki-tekian yaitu Cyperus kyllingia Endl dan Cyperus rotundus dengan jumlah jarang.1. Cyperus rotundus ( teki ladang)

Gulma ini ditemukan pada lahan Jagung. Teki ladang atau Cyperus rotundus adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip. Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan.KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas: CommelinidaeOrdo: CyperalesFamili: CyperaceaeGenus: CyperusSpesies: Cyperus rotundus L.(Helmi, 2013)2. Cyperus kyllingia Endl Gulma ini ditemukan pada lahan kopi. Gulma Cyperus kyllingia Endl merupakan kelompok gulma berdaun sempit. Gulma tersebut memiliki nama lokal rumput knop.Kingdom: PlantaeDivisio : SpermatophytaSub Divisio : AngiospermaeKelas : MonocotyledoneaeBangsa : CyperalesFamili : CyperaceaeGenus : CyperusSpesies : Cyperus kyllingia Endl(Menatri, 2013)3. Rumput grintingRumput grinting ini ditemukan pada lahan jagung. Rumput grinting (Cynodon Dactylon) adalah jenis rumput yang memiliki kemampuan agak berlebihan dalam hal bertahan hidup dibandingkan rumput jenis lain seperti rumput teki, rumput gajah, rumput manila, dan sebagainya. Rumput ini mampu bertahan hidup di lahan yang tandus dalam musim kemarau sekalipun pertumbuhan daunnya menjadi minim. Ketika terkena mata bajak dan garu rumput ini akan tetap terus hidup selama akarnya bersinggungan dengan tanah. KlasifikasiKingdom : Plantae (tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas : CommelinidaeOrdo : PoalesFamili : Poaceae (suku rumput-rumputan)Genus : CynodonSpesies: Cynodon dactylon (L.) Cynodon dactylon memiliki daya ekspansi yang besar, pada awalnya adalah tumbuhan pantai, saat ini sudah merambah di areal pertanian sebagai gulma yangmenjengkelkan petani. Rumput grinting merupakan gulma pada tanamanjagung, tebu kapas dan pada tanah perkebunan. Rumput yang sulit untukdi basmi dengan cara mekanik, seperti dibajak atau di cangkul maupundengan cara kimia dengan menggunakan herbisida. Kemampuan diabertahan dan dapat menyebar dengan cepat di pinggiran sugai,pinggiran irigasi dan pematang sawah sehingga dapat mengalahkan tumbuhan lain, membuat menarik untuk dibicarakan.(Sutrisno, 2012)4. Brachiaria muticaGulma ini ditemukan pada lahan Jagung di titik pengamatan yang kami lakukan. Nama lokal gulma ini adalah rumput malela. Akar Brachiaria mutica merupakan akar serabut (radi x adventica), akar keluar dari pangkal batang, jumlahnya banyak dan hampir sama besar, memiliki banyak rambut pada akarnya.Batang Brachiaria mutica bagian bawahnya tumbuh menjalar, membentuk panjang 100-400 cm,bagian tetras tumbuh tegak buku-buku batang ditumbuhi bulu halus yang panjang, batang berwarna hijau pucat, didekat buku berwarna agak keunguan, duduk daun berseling. Daun Brachiaria mutica berupa lembaran atau helaian daun tegar atau tidak elastis bebrbentuk garis atau garis lanset, permukaan daun berambut jarang, warna helaian daun hijau muda, dan tepnya merah ungu. Ukuran panjang nya 10-30cm dan lebarnya 5-25 cm. Upih daun berbentuk bulat ditumbuhi rambut-rambut panjang. Bunga Brachiaria mutica merupakan bunga majemuk. Tumbuh di ujung batang atau cabang, sumbu utama persegi panjangnya 15-25cm, cabang tandan berjumlah 9-20.Buah berbentuk bulat terlur dengan ujung runcing berwarna hijau dan berukuran sangat kecil. Biji Brachiaria mutica berukuran kurang lebih 3mm, berbentuk bulat panjang dengan ujung yang runcing, berwarna hijau bercorak ungu, benang sari tiga biasanya cepat rontok, dan putik dua berwarna ungu.(Mentari, 2013)Klasifikasi Brachiaria mutica Kingdom: PlantaePhyllum: SpermatophytaSubPhyllum: AngiospermaeClassis: MonocotyledoneaeOrdo: GramineaeFamilia: GramineaeGenus: BrachiariaSpecies: Brachiaria mutica(Helmi, 2012)5. Portulaca oleracea (krokot)Klasifikasi krokot yaitu:Kingdom: PlantaeDivisi : SpermatophytaKelas : MonocotyledoneaeOrdo : PortulacalesFamilia : PortulaceaeGenus: PortulacaSpesies : Portulaca oleraceaKrokot merupakan gulma yang sukulen. Batangnya penuh berdaging lunak dan tumbuh tegak atau merata tergantung cahaya. Batang terbentang dan 10 50 cm, di mana ruas berwarna kemerahan, berbentuk bulat, panjang tua tak berambut. Tergolong tumbuhan semusim, yang berasosiasi dengan 45 jenis pertanaman. Berkembang biak dengan biji dan dapat tumbuh dari bagian batang apabila tumbuh pada tanah yang lembab. Daunnya sebagian tersebar, berhadapan, bertangkai pendek, ujung daun melekuk ke dalam, bulat, atau tumpul (0.2 4 cm). Biji (0.5 mm) berbentuk oval warna hitam mengkilat, permukaannya tertutup kulit yang agak mengekerut. Bunganya terbentuk sepanjang musim di daerah tropis (daur hidupnya 3 5 bulan) di bawah kondisi ternaung akan tumbuh membentang dan tegak, serta membentuk bunga. Di bawah intensitas cahaya yang tinggi dapat layu.(Mentari, 2013).6. Marsilea crenata KlasifikasiKingdom : Plantae (Tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Divisi : Pteridophyta (paku-pakuan)Kelas : Pteridopsida Ordo : SalvinialesFamili : Marsileaceae Genus : Marsilea Spesies : Marsilea crenata PreslSemanggi adalah sekelompok paku air (Salviniales) dari marga Marsilea) yang di Indonesia mudah ditemukan di pematang sawah atau tepi saluran irigasi. Morfologi tumbuhan marga ini khas, karena bentuk entalnya yang menyerupai payung yang tersusun dari empat anak daun yang berhadapan. Akibat bentuk daunnya ini, nama "semanggi" dipakai untuk beberapa jenis tumbuhan dikotil yang bersusunan daun serupa, seperti klover. Tumbuhan ini juga berpotensi sebagai tumbuhan bioremediasi, karena mampu menyerap logam berat Cd dan Pb. Kemampuan ini perlu diwaspadai dalam penggunaan daun semanggi sebagai bahan makanan, terutama bila daunnya diambil dari lahan tercemar logam berat. Habitat: Tumbuh pada tempat yang terkena sinar matahari atau agak rindang pada dataran rendah hingga ketinggian 3000 m dpl. 7. Mimosa pudica(Putri Malu)Klasifikasi Mimosa pudicaKingdom: PlantaeSubkingdom: TracheobiontaDivisi: MagnoliophytaSuper Divisi: SpermatophytaKelas: MagnoliopsidaSub Kelas: RosidaeOrdo: FabalesFamili: FabaceaeGenus: MimosaSpesies: Mimosa PudicaPutri malu tumbuh di pinggir jalan, tanah lapang cepat berkembang biak, tumbuh tidur ditanah. Bentuk batang bulat berbulu dan berduri. Bentu daun kecil2 tersusun majemuk, bentuk lonjong dengan ujung lancip, warna hijau ( ada yang warna kemerah-merahan). Apabila daun disentuh akan menutup (sensitif plant). Bunga bulat seperti bola, warna merah muda bertangkai.

Form tabulasi dataKelompok A3(Plot 3)Kelompok GulmaTutupan Lahan

3.1 (kubis)3.2 (kubis)3.1 (jagung)3.2 (jagung)

Teki-tekianCyperus rotundus

Daun sempit/rumputCynodon dactylonPennisetum purpureumCynodon dactylonEleusine indica

Eleusine indica

Daun LebarAmaranthus tricolor LAmaranthus spinosusAmaranthus tricolor L

Portulaca LAmaranthus tricolor LAgeratum conyzoides

Ageratum conyzoidesPortulaca L

Portulaca L

Tabel 20. Form tabulasi data kelompok A3Penjelasan Hasil Pengamatan Gulma Pada pengamatan gulma dilakukan pada lahan kubis dengan 2 titik pengamatan dan lahan jagung dengan dua titik pengamatan. Pada lahan kubis di titik pertama tidak didapatkan kelompok gulma teki-tekian. Selanjutnya pada kelompok gulma berdaun sempit/rumput ditemukan Cynodon dactylon dengan jumlah 14. Pada kelompok berdaun lebar ditemukan Amaranthus tricolor L dengan jumlah 13 dan Portulaca L dengan jumlah 17. Pada lahan kubis di titik kedua tidak didapatkan adanya kelompok gulma teki-tekian. Selanjutnya pada kelompok gulma berdaun sempit/rumput ditemukan Pennisetum purpureum dengan 1. Pada kelompok berdaun lebar ditemukan Amaranthus spinosus dengan jumlah 46, Portulaca oleracea dengan jumlah 24, dan Ageratum conyzoides dengan jumlah 9. Pada lahan jagung di titik pertama didapatkan adanya kelompok gulma teki-tekian yaitu Cyperus rotundus dengan jumlah 1. Selanjutnya pada kelompok gulma berdaun sempit/rumput ditemukan Cynodon dactylon dengan jumlah 30 dan Eleusine indica dengan jumlah 14.. Pada lahan kopi di titik pertama tidak ditemukan adanya kelompok gulma berdaun lebar. Pada lahan jagung di titik kedua tidak didapatkan adanya kelompok gulma teki-tekian dan gulma berdaun lebar. Di titik tersebut ditemukan kelompok gulma berdaun sempit yaitu Eleusine indica dengan jumlah 80. Pada lahan tersebut ditemukan kelompok gulma berdaun lebar yaitu Amaranthus spinosus dengan jumlah 3, Ageratum conyzoides dengan jumlah 16, dan Portulaca Ldengan jumlah 14.1. Cyperus rotundus ( teki ladang)

Gulma ini ditemukan pada lahan Jagung. Teki ladang atau Cyperus rotundus adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip. Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan.KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas: CommelinidaeOrdo: CyperalesFamili: CyperaceaeGenus: CyperusSpesies: Cyperus rotundus L.(Helmi, 2013)2. Rumput grintingRumput grinting ini ditemukan pada lahan jagung. Rumput grinting (Cynodon Dactylon) adalah jenis rumput yang memiliki kemampuan agak berlebihan dalam hal bertahan hidup dibandingkan rumput jenis lain seperti rumput teki, rumput gajah, rumput manila, dan sebagainya. Rumput ini mampu bertahan hidup di lahan yang tandus dalam musim kemarau sekalipun pertumbuhan daunnya menjadi minim. Ketika terkena mata bajak dan garu rumput ini akan tetap terus hidup selama akarnya bersinggungan dengan tanah. KlasifikasiKingdom : Plantae (tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas : CommelinidaeOrdo : PoalesFamili : Poaceae (suku rumput-rumputan)Genus : CynodonSpesies: Cynodon dactylon (L.) Cynodon dactylon memiliki daya ekspansi yang besar, pada awalnya adalah tumbuhan pantai, saat ini sudah merambah di areal pertanian sebagai gulma yangmenjengkelkan petani. Rumput grinting merupakan gulma pada tanamanjagung, tebu kapas dan pada tanah perkebunan. Rumput yang sulit untukdi basmi dengan cara mekanik, seperti dibajak atau di cangkul maupundengan cara kimia dengan menggunakan herbisida. Kemampuan diabertahan dan dapat menyebar dengan cepat di pinggiran sugai,pinggiran irigasi dan pematang sawah sehingga dapat mengalahkan tumbuhan lain, membuat menarik untuk dibicarakan.(Sutrisno, 2012)3. Portulaca oleracea (krokot)

Klasifikasi krokot yaitu:Kingdom: PlantaeDivisi : SpermatophytaKelas : MonocotyledoneaeOrdo : PortulacalesFamilia : PortulaceaeGenus: PortulacaSpesies : Portulaca oleraceaKrokot merupakan gulma yang sukulen. Batangnya penuh berdaging lunak dan tumbuh tegak atau merata tergantung cahaya. Batang terbentang dan 10 50 cm, di mana ruas berwarna kemerahan, berbentuk bulat, panjang tua tak berambut. Tergolong tumbuhan semusim, yang berasosiasi dengan 45 jenis pertanaman. Berkembang biak dengan biji dan dapat tumbuh dari bagian batang apabila tumbuh pada tanah yang lembab. Daunnya sebagian tersebar, berhadapan, bertangkai pendek, ujung daun melekuk ke dalam, bulat, atau tumpul (0.2 4 cm). Biji (0.5 mm) berbentuk oval warna hitam mengkilat, permukaannya tertutup kulit yang agak mengekerut. Bunganya terbentuk sepanjang musim di daerah tropis (daur hidupnya 3 5 bulan) di bawah kondisi ternaung akan tumbuh membentang dan tegak, serta membentuk bunga. Di bawah intensitas cahaya yang tinggi dapat layu.(Mentari, 2013).4. Amaranthus tricolor L (Bayam Daun) Sistematika tanaman bayam cabut adalah sebagai berikut :Divisio : SpermatophytaSub divisio : AngiospermaeClassis : DicotyledoneaeFamilia : AmaranthaceaeGenus : AmaranthusSpesies : Amaranthus tricolor LBentuk tanaman bayam cabut adalah terna (perdu), tinggi tanaman dapat mencapai 1,5-2 meter, dan berumur semusim atau lebih. Sistem perakaran menyebar dangkal pada kedalaman antara 20-40 cm dan berakar tunggang. Tanaman bayam mempunyai daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing serta urat-urat daun kelihatan jelas. Bayam banyak mengandung vitamin dan garam-garam mineral penting yang diperlukan tubuh. Bayam dapat tumbuh sepanjang tahun, baik pada dataran rendah maupun tinggi, namun demikian bayam lebih baik dibudidayakan di dataran rendah dan merupakan bentuk sayuran komoditas dataran rendah. pH tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bayam cabut adalah 6-7 dan temperatur yang dikehendaki adalah 35-400 C. Sayuran daun banyak menyerap unsur N,P,K dan mineral.5. Pennisetum purpureum (Rumput Gajah)

Klasifikasi rumput gajah adalah :Phylum: SpermatophytaSub phylum : AngiospermaeClass : MonocotylOrdo : GlumifloraFamily : GraminaeSub Family : PanicoldeaGenus : PennisetumSpesies : Pennisetum PurpureumRumput gajah tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Pada lahan tumpang sari, rumput gajah dapat ditanam pada guludan-guludan sebagai pencegah longsor akibat erosi. Rumput ini baik sebagai bahan silage dan sebagai rumput potongan ataupun gembala asal pertumbuhannya bias dipertahankan pendek-pendek.

6. Amaranthus spinosus L. (Bayam Duri)

Klasifikasi Bayam DuriKingdom : Plantae (Tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas : HamamelidaeOrdo : CaryophyllalesFamili : Amaranthaceae (suku bayam-bayaman)Genus : AmaranthusSpesies : Amaranthus spinosus L.Memiliki nama-nama lokal yaitu Bayem eri, bayem raja, bayem roda, bayem cikron (Jawa); Senggang cucuk (Sunda), Bayam keruai (Lampung); Ternyak duri, ternyak lakek (Madura), Podo aduri (Bugis); Thorny amaranthus (Inggris), Bayam Duri (Indonesia). Tanaman ini termasuk dari famili Amaranthaceae .Bayam duri tumbuh baik di tempat-tempat yang cukup sinar matahari dengan suhu udara antara 25 - 35 Celcius.Sebagai tanda khas dari tumbuhan bayam duri yaitu pada pohon batang, tepatnya dipangkal tangkai daun terdapat duri, sehingga orang mengenal sebagai bayamduri.Bentuk daunnya menyerupai belahan ketupat dan berwarna hijau.

7. Eleusine indica

KlasifikasiKingdom : Plantae (tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (berpembuluh)Superdivisio: Spermatophyta (menghasilkan biji)Divisio : Magnoliophyta (berbunga)Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub-kelas : CommelinidaeOrdo : PoalesFamilia : Poaceae (suku rumput-rumputan)Genus : EleusineSpesies : Eleusine indica Gulma tersebut memiliki perakaran kuat, berumpun dengan jumlah sedikit. Buluh sering bercabang pada bagian pangkalnya, tinggi tiap buluh bisa mencapai 50 cm, tiap buku terdapat 3-5 daun yang saling menutupi, dari ketiak daun tumbuh tunas baru. Pelepah berwarna hijau muda, berbulu halus penjang, 1 atau 2 bulir yang dibawah berseling, panjang bulir 3-5 cm, buliran rata dan licin.8. Ageratum conyzoides L(bandotan ) Gulma Bandotan (Ageratum conyzoides) ditemukan di lahan Jagung dan Kopi. Gulma ini adalah sejenis gulma pertanian anggota suku Asteraceae. Gulma ini merupakan kelompok gulma berdaun lebar. Disebut juga sebagai babandotan atau babadotan (Sd.); wedusan (Jw.); dus-bedusan (Md.); serta Billygoat-weed, Goatweed, Chick weed, atau Whiteweed dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini mendapatkan namanya karena bau yang dikeluarkannya menyerupai bau kambing.KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: AsteridaeOrdo: AsteralesFamili: Asteraceae Genus: AgeratumSpesies: Ageratum conyzoides L.(Helmi, 2013)

Form tabulasi dataKelompok GulmaTutupan Lahan

Jagung (Plot 4.1.1)Jagung (Plot 4.1.2)Kopi(Plot 4.2.1)Kopi(Plot 4.2.2)

Teki-tekianCyperus rotundus---

Daun sempit/rumputCynodon dactylonCynodon dactylonCyperus kyllingia EndlSetaria plicata

Brachiaria muticaBrachiaria muticaSetaria plicata-

Daun LebarBidens pilosaBidens pilosa

Ageratum conyzoidesPortulaca oleracea

Ageratum conyzoides

Kelompok A4Tabel 21. Form tabulasi data kelompok A4Penjelasan Hasil Pengamatan Gulma Pada pengamatan gulma dilakukan pada lahan Jagung dengan 2 titik pengamatan dan lahan kopi dengan dua titik pengamatan. Pada lahan jagung di titik pertama didapatkan Cyperus rotundus yang merupakan kelompok gulma teki-tekian dengan jumlah lebat. Selanjutnya pada kelompok gulma berdaun sempit/rumput ditemukan Cynodon dactylon dan Brachiaria mutica dengan jumlah lebat. Pada kelompok berdaun lebar ditemukan Bidens pilosa dan Ageratum conyzoides dengan jumlah lebat. Pada lahan jagung di titik kedua tidak didapatkan adanya kelompok gulma teki-tekian. Selanjutnya pada kelompok gulma berdaun sempit/rumput ditemukan Cynodon dactylon dan Brachiaria mutica dengan jumlah lebat. Pada kelompok berdaun lebar ditemukan Bidens pilosa dan Portulaca oleracea dengan jumlah lebat, dan Ageratum conyzoides dengan jumlah 18. Tanaman gulma pada lahan pertanaman jagung dapat menurunkan hasil dan mutu biji. Penurunan hasil bergantung pada jenis gulma, kepadatan, lama persaingan, dan senyawa allelopati yang dikeluarkan oleh gulma. Pola tanam yang dipakai pada lahan tersebut adalah monokultur. Pada lahan tersebut tidak ada pengelolaan tata letak gulma. Pengendalian gulma pada lahan jagung tersebut masih relatif kurang yang ditandai banyaknya gulma yang tumbuh di lahan tersebut. Jagung yang ditanam secara monokultur dan dengan masukan rendah dapat menurunkan hasil akibat persaingan intensif dengan gulma (Rizal, 2004). Pada lahan kopi di titik pertama tidak didapatkan adanya kelompok gulma teki-tekian . Selanjutnya pada kelompok gulma berdaun sempit/rumput ditemukan Cyperus kyllingia Endl dengan jumlah 5 dan Setaria plicata dengan jumlah banyak. Pada lahan kopi di titik kedua tidak didapatkan adanya kelompok gulma teki-tekian dan gulma berdaun lebar. Di titik tersebut ditemukan kelompok gulma berdaun sempit yaitu Setaria plicata dengan jumlah yang banyak.Macam-macam Gulma yang Ditemukan di Lahan Jagung dan Lahan Kopi1. Ageratum conyzoides L(bandotan ) Gulma Bandotan (Ageratum conyzoides) ditemukan di lahan Jagung dan Kopi. Gulma ini adalah sejenis gulma pertanian anggota suku Asteraceae. Gulma ini merupakan kelompok gulma berdaun lebar. Disebut juga sebagai babandotan atau babadotan (Sd.); wedusan (Jw.); dus-bedusan (Md.); serta Billygoat-weed, Goatweed, Chick weed, atau Whiteweed dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini mendapatkan namanya karena bau yang dikeluarkannya menyerupai bau kambing. Klasifikasi:Kingdom: Plantae (Tumbuhan)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: AsteridaeOrdo: AsteralesFamili: Asteraceae Genus: AgeratumSpesies: Ageratum conyzoides L.(Helmi, 2013)2. Cyperus rotundus ( teki ladang)

Gulma ini ditemukan pada lahan Jagung. Teki ladang atau Cyperus rotundus adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip. Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan.KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas: CommelinidaeOrdo: CyperalesFamili: CyperaceaeGenus: CyperusSpesies: Cyperus rotundus L.(Helmi, 2013)3. Rumput grintingRumput grinting ini ditemukan pada lahan jagung. Rumput grinting (Cynodon Dactylon) adalah jenis rumput yang memiliki kemampuan agak berlebihan dalam hal bertahan hidup dibandingkan rumput jenis lain seperti rumput teki, rumput gajah, rumput manila, dan sebagainya. Rumput ini mampu bertahan hidup di lahan yang tandus dalam musim kemarau sekalipun pertumbuhan daunnya menjadi minim. Ketika terkena mata bajak dan garu rumput ini akan tetap terus hidup selama akarnya bersinggungan dengan tanah. KlasifikasiKingdom : Plantae (tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas : CommelinidaeOrdo : PoalesFamili : Poaceae (suku rumput-rumputan)Genus : CynodonSpesies: Cynodon dactylon (L.) Cynodon dactylon memiliki daya ekspansi yang besar, pada awalnya adalah tumbuhan pantai, saat ini sudah merambah di areal pertanian sebagai gulma yangmenjengkelkan petani. Rumput grinting merupakan gulma pada tanamanjagung, tebu kapas dan pada tanah perkebunan. Rumput yang sulit untukdi basmi dengan cara mekanik, seperti dibajak atau di cangkul maupundengan cara kimia dengan menggunakan herbisida. Kemampuan diabertahan dan dapat menyebar dengan cepat di pinggiran sugai,pinggiran irigasi dan pematang sawah sehingga dapat mengalahkan tumbuhan lain, membuat menarik untuk dibicarakan.(Sutrisno, 2012)

4. Bidens pilosa (Ketul)Ketul (Bidens pilosa) ditemukan pada lahan jagung. Gulma ini adalah sejenis tumbuhan anggota suku Asteraceae dan merupakan kelompok gulma berdaun lebar. Tanaman ini umumnya ditemukan liar sebagai gulma di tepi jalan, di kebun-kebun pekarangan, di perkebunan-perkebunan, atau pada lahan-lahan terlantar. Nama-nama lainnya adalah acerang, ajeran, hareuga (ketul, petul, ketulan, ketul kebo, ketul sapi, jaringan, caringan; lanci thuwa, lancing thuwa, cing-lancingan. Tumbuhan ini tergolong terna, tinggi dapat mencapai 150 cm. Batang berbentuk segi empat, warna hijau. Daun bertiga-tiga, masing-masing berbentuk bulat telur, pinggir bergerigi. Bunga bertangkai panjang, mahkota bunga berwarna putih dengan putik berwarna kuning. Bagian yang digunakan Seluruh bagian tumbuhan yang berada di atas tanah. Kingdom: Plantae (Tumbuhan)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: AsteridaeOrdo: AsteralesFamili: AsteraceaeGenus: BidensSpesies: Bidens pilosa L.(Mentari, 2013)5. Cyperus kyllingia Endl Gulma ini ditemukan pada lahan kopi. Gulma Cyperus kyllingia Endl merupakan kelompok gulma berdaun sempit. Gulma tersebut memiliki nama lokal rumput knop. Kingdom: PlantaeDivisio : SpermatophytaSub Divisio : AngiospermaeKelas : MonocotyledoneaeBangsa : CyperalesFamili : CyperaceaeGenus : CyperusSpesies : Cyperus kyllingia Endl(Menatri, 2013)

6. Brachiaria muticaGulma ini ditemukan pada lahan Jagung di titik pengamatan yang kami lakukan. Nama lokal gulma ini adalah rumput malela. Akar Brachiaria mutica merupakan akar serabut (radi x adventica), akar keluar dari pangkal batang, jumlahnya banyak dan hampir sama besar, memiliki banyak rambut pada akarnya.Batang Brachiaria mutica bagian bawahnya tumbuh menjalar, membentuk panjang 100-400 cm,bagian tetras tumbuh tegak buku-buku batang ditumbuhi bulu halus yang panjang, batang berwarna hijau pucat, didekat buku berwarna agak keunguan, duduk daun berseling. Daun Brachiaria mutica berupa lembaran atau helaian daun tegar atau tidak elastis bebrbentuk garis atau garis lanset, permukaan daun berambut jarang, warna helaian daun hijau muda, dan tepnya merah ungu. Ukuran panjang nya 10-30cm dan lebarnya 5-25 cm. Upih daun berbentuk bulat ditumbuhi rambut-rambut panjang. Bunga Brachiaria mutica merupakan bunga majemuk. Tumbuh di ujung batang atau cabang, sumbu utama persegi panjangnya 15-25cm, cabang tandan berjumlah 9-20.Buah berbentuk bulat terlur dengan ujung runcing berwarna hijau dan berukuran sangat kecil. Biji Brachiaria mutica berukuran kurang lebih 3mm, berbentuk bulat panjang dengan ujung yang runcing, berwarna hijau bercorak ungu, benang sari tiga biasanya cepat rontok, dan putik dua berwarna ungu.(Mentari, 2013)Klasifikasi Brachiaria mutica Kingdom: PlantaePhyllum: SpermatophytaSubPhyllum: AngiospermaeClassis: MonocotyledoneaeOrdo: GramineaeFamilia: GramineaeGenus: BrachiariaSpecies: Brachiaria mutica(Helmi, 2012)

7. Portulaca oleracea (krokot)Klasifikasi krokot yaitu:Kingdom: PlantaeDivisi : SpermatophytaKelas : MonocotyledoneaeOrdo : PortulacalesFamilia : PortulaceaeGenus: PortulacaSpesies : Portulaca oleraceaKrokot merupakan gulma yang sukulen. Batangnya penuh berdaging lunak dan tumbuh tegak atau merata tergantung cahaya. Batang terbentang dan 10 50 cm, di mana ruas berwarna kemerahan, berbentuk bulat, panjang tua tak berambut. Tergolong tumbuhan semusim, yang berasosiasi dengan 45 jenis pertanaman. Berkembang biak dengan biji dan dapat tumbuh dari bagian batang apabila tumbuh pada tanah yang lembab. Daunnya sebagian tersebar, berhadapan, bertangkai pendek, ujung daun melekuk ke dalam, bulat, atau tumpul (0.2 4 cm). Biji (0.5 mm) berbentuk oval warna hitam mengkilat, permukaannya tertutup kulit yang agak mengekerut. Bunganya terbentuk sepanjang musim di daerah tropis (daur hidupnya 3 5 bulan) di bawah kondisi ternaung akan tumbuh membentang dan tegak, serta membentuk bunga. Di bawah intensitas cahaya yang tinggi dapat layu.(Mentari, 2013).8. Setaria plicataNama Daerah : JamarakKel. Gulma : Rumput(gulma berdaun sempit)Pengendalian : Penggunaan herbisida umum lebih efektif

3.1.2.3. Biodiversitas Hama Penyakia. KomoditasPada survey pertanian berlanjut dilakukan survey dikecamatan Ngantang, Desa Tulungrejo. Dimana terdapat pengamatan pengukuruan Biodiversitas dari aspek hama penyakit sebagai indikator pertanian berlanjut titik pengamatan yang dilakukan terletak di plot 2. Dalam plot 2 terdapat berbagai macam komoditas yang dibudidayakan, yaitu meliputi Petai cina (Leucaena leucocephala), kopi (Coffea arabica), dan pisang (Musa paradissiaca). Dalam plot yang diamati ada sebanyak 17 pohon petai cina, 30 pohon kopi, dan 14 pohon pisang yang tersebar didalamnya. Dapat diketahui bahwa komoditas unggulan di plot 2 adalah pohon kopi.b. Pola tanam yang digunakanPola tanaman yang digunakan adalah pola tanam tumpangsari, dimana suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Model pola tanam yang diaplikasikan pada plot 2 adalah adanya penanaman 3 jenis tanaman, yaitu petai cina Petai cina (Leucaena leucocephala), kopi (Coffea arabica), dan pisang (Musa paradissiaca). Pola tanam tumpang sari ini bisa diaplikasikan pada tanaman tahunan (Kopi, Petai cina) dan tanaman semusim (Pisang) dimana sering disebut dengan wana tani / sistem tanam agroforestri. a). Ketersediaan air dan unsur haraKandungan unsur hara dan air dalam tanah sangat dibutuhkan oleh tanaman. Keduanya termasuk kedalam komponen yang butuhkan saat tanaman melakukan fotosintesis. Ketersediaan suatu hara bagi tanaman merupakan fungsi bentuk kimia dan posisinya terhadap akar yang aktif menyerap. Unsur hara dapat diperoleh dari dalam tanah sendiri karena adanya sumber dari pelapukan mineral, dekomposisi bahan organik oleh organisme mikro, pupuk, dll. Tanah yang subur tidak hanya mampu menyediakan unsur hara dalam jumlah besar secara cepat, tetapi juga dapat membebaskan unsur-unsur yang belum tersedia sehingga dapat memenuhi kebutuhan tanaman dalam waktu lama. Sebaliknya tanah tidak subur/miskin perlu diberi tambahan unsur hara atau dipupuk agar mampu menyediakan hara untuk tanaman. Ketersediaan unsur hara yang ada dalam plot pengamatan, memiliki tingkat unsur hara yang mampu menyokong kebutuhan tumbuh tanaman dapat dilihat dari secara menyeluruh tanaman yang ada dalam plot dapat tumbuh dengan baik. Walaupun ada lebih dari 1 tanaman dalam plot tetapi sistem perakarannya yang digunakan untuk menyerap unsur hara berbeda-beda jenisnya, untuk tanaman pisang memiliki sistem perakaran serabut, dan tidak memiliki akar tunggang, untuk petai cina Mempunyai sistem perakaran akar tunggang, sedangkan untuk tanaman kopi Meskipun merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai akar tunggang dimana perakaran dangkal. Dengan begitu ketersediaan unsur hara dalam tanah dapat diserap oleh masing-masing tanaman sesuai dengan kebutuhannya.Ketersediaan air dalam tanah dapat diperoleh dari dalam tanahnya langsung, ataupun dengan menggunakan alat untuk melakukan irigasi. Ketersediaan air tergantung pada curah hujan, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melaluivegetasi), kedalaman solum tanah atau lapisan tanah, kadar bahan organik tanah. Air yang ada diserap oleh tanaman sesuai dengan kebutuhannya. Hasil dilapang plot 2 memiliki ketersediaan air yang baik, karena terdapatnya sungai yang ada di depan plot. Sungai tersebut yang menjadi salah satu penunjang ketersediaan air dalam tanah.1. Lahan 1a. Kupu-Kupu (Appias libythea)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: PieridaeGenus: Appias Spesies: Appias libytheaPeranan Serangga: Serangga Lain (Kartasapoetra,1991)b. Semut Hitam (Camponotus caryae)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: FormicideaeGenus: CamponotusSpesies: Camponotus caryaePeranan Serangga: Musuh Alami (Kusnaedi,1999)c. Capung (Neurothemis sp)Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: LibellulidaeGenus: NeurothemisSpesies: Neurothemis spPeranan Serangga: Musuh Alami (Sudarmono, 1999)d. Jangkrik (Gryllide)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: GryllidaeGenus: Gryllide Spesies: GryllidePeranan Serangga: Serangga Lain (Agus,2008)e. Laba-Laba (Lycosa pseudoannulata)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: -Genus: Lycosa Spesies: Lycosa pseudoannulataPeranan Serangga: Musuh Alami (Heru,2006)f. Belalang Hijau (Oxya chinensis)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: AcrididaeGenus: Oxya Spesies: Oxya chinensisPeranan Serangga: Hama (Raharjo,2012)

2. Lahan 2a. Belalang Hijau (Oxya chinensis)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: AcrididaeGenus: Oxya Spesies: Oxya chinensisPeranan Serangga: Hama (Raharjo,2012)b. Kepik Hitam (Coccinella arcuata)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: CoccinelidaeGenus: CoccinellaSpesies: Coccinella arcuataPeranan Serangga: Hama (Arifin,1994)c. Capung (Neurothemis sp)Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: LibellulidaeGenus: NeurothemisSpesies: Neurothemis spPeranan Serangga: Musuh Alami (Sudarmono, 1999)

d. Laba-Laba (Lycosa pseudoannulata)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: -Genus: Lycosa Spesies: Lycosa pseudoannulataPeranan Serangga: Musuh Alami (Heru,2006)e. Semut Hitam (Camponotus caryae)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: FormicideaeGenus: CamponotusSpesies: Camponotus caryaePeranan Serangga: Serangga lain (Kusnaedi,1999)

3. Lahan 3a. Semut Hitam (Camponotus caryae)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: FormicideaeGenus: CamponotusSpesies: Camponotus caryaePeranan Serangga: Serangga lain (Kusnaedi,1999)b. Kutu Busuk (Limex totundatus)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: CimicidaeGenus: Limex Spesies: Limex totundatusPeranan Serangga: Hama (Surachman,1998)

c. Belalang Hijau (Oxya chinensis)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: AcrididaeGenus: Oxya Spesies: Oxya chinensisPeranan Serangga: Hama (Raharjo,2012)d. Belalang Coklat (Phlaeoba furnosa)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: AcrididaeGenus: Phlaeoba Spesies: Phlaeoba furnosaPeranan Serangga: Hama (Arifin,1994)

e. Laba-Laba (Lycosa pseudoannulata)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: -Genus: Lycosa Spesies: Lycosa pseudoannulataPeranan Serangga: Musuh Alami (Heru,2006)4. Lahan 4a. Capung (Arthatrum sabina)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: LibellulidaeGenus: OrthetrumSpesies: Orthetrum sabinaPeranan Serangga: Musuh Alami (Sudarmono, 1999)

b. Belalang Hijau (Oxya chinensis)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: AcrididaeGenus: Oxya Spesies: Oxya chinensisPeranan Serangga: Hama (Raharjo,2012)c. Belalang Coklat (Phlaeoba furnosa)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: AcrididaeGenus: Phlaeoba Spesies: Phlaeoba furnosaPeranan Serangga: Hama (Arifin,1994)

d. Jangkrik (Gryllide)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: GryllidaeGenus: Gryllide Spesies: GryllidePeranan Serangga: Serangga Lain (Agus,2008)

e. Kupu-Kupu (Appias libythea)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: PieridaeGenus: Appias Spesies: Appias libytheaPeranan Serangga: Serangga Lain(Kartasapoetra,1991)

f. Semut Hitam (Camponotus caryae)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: FormicideaeGenus: CamponotusSpesies: Camponotus caryaePeranan Serangga: Musuh Alami (Kusnaedi,1999)g. Kepik Hijau (Nezara viridula)

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: PentatomidaeGenus: Nezara Spesies: Nezara viridulaPeranan Serangga: Hama (Surachman,1998)

h. Semut Merah

Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsektaFamily: FormicidaeGenus: Oechophylla Spesies: Oechophylla smaragdinaPeranan Serangga: Musuh Alami (Johnson,1992)

c. Form pengamatan biodiversitas

Tabel 22. Form pengamatan biodiversitas HPTd. Form pengamatan Tabulasi data Titik Pengambilan Sampel/AgroekosistemJumlah Individu

HamaMASLTotal

Titik 11539

Titik 23216

Titik 393214

Titik 4199230

Titik Pengambilan Sampel/AgroekosistemPresentase (%)

HamaMASL

Titik 111,1155,5633,33

Titik 250,0033,3316,67

Titik 364,2921,4314,29

Titik 430,0030,006,67

Tabel 23. Form tabulasi data

e. Segitiga Fiktorial1. Plot 1Musuh AlamiHamaSerangga Lain

0

0

0

2. Plot 2Musuh AlamiHamaSerangga Lain

00

0

3. Plot 3Musuh AlamiHamaSerangga Lain

00

0

4. Plot 4Musuh AlamiHamaSerangga Lain

000

Pembahasan dari hasil pengamatan plot 2 ( lahan kopi,lamtoro dan pisang)Berdasarkan hasil pengamatan yang telah didapatkan pada plot 2 yaitu dengan komoditas tanaman kopi sebanyak 28, pisang 20 dan tanaman lamtoro 23. Dari tanaman budidaya tersebut ditemukan 3 ekor hama yaitu seekor belalang hijau dan dua ekor kepik hitam, kemudian untuk musuh alami ditemuan 2 spesies terdiri dari capung dan laba-laba sedangkan untuk serangga lain pada lahan 2 ditemukan semut hitam. Presentasi dari hama yaitu sebesar 50%, musuh alami sebesar 33,33% dan untuk serangga lain ditemukan sebesar 16,67%. Sehingga dapat ditarik kesimpulan pada lahan 2 yang berpopulasi paling banyak adalah hama dimana presentasi populasinya mencapai 50% kemudian populasi terbesar kedua adalah musuh alami sebanyak 33,33% dan untuk presentasi populasi yang paling sedikit adalah serangga lain sebesar 16,67%. Ciri biologi dari hama kepik hitam adalah serangga dewasa (kumbang) berwarna hitam, aktif pada malam hari dan bersembunyi di dalam dan di sekitar bonggol pisang atau di antara pelepah batang semu pisang. Serangga dewasa berukuran 12 mm dan dapat hidup 1-3 tahun, akan tetapi produksi telur relatif sedikit yaitu 1-3 butir per minggu (Gold et al., 1993 cit Purnomo, 1996). Kebanyakan telur diletakkan pada tanaman pisang terutama dekat pelepah dan dasar batang semu kira-kira 5 cm di bawah permukaan tanah. Kerusakan yang ditimbulkan berupa larvanya membuat terowongan pada bonggol pisang yang merupakan tempat masuknya patogen penyebab penyakit lain seperti Fusarium sehingga menyebabkan kerusakan dan busuknya jaringan bonggol pisang. Pada serangan berat, bonggol pisang dipenuhi lubang gerekan yang kemudian menghitam dan membusuk. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini menyebabkan tanaman muda mati, lemahnya sistem perakaran dan transportasi makanan terhenti. Gejala serangan terlihat daun menguning dan ukuran tandan berkurang sehingga produksi menurun. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:a. Tanam bibit yang bebas dari hama penggerek bonggol.b. Sanitasi lingkungan dengan membersihkan sisa-sisa batang dan bonggol yang telah ditebang, kemudian dibakar.c. Menangkap kumbang dewasa dengan perangkap yang terbuat dari bonggol dan batang pisang, kemudian serangga dikumpulkan dan dimusnahkan.d. Menggunakan musuh alami seperti Beauveria bassiana Balsamo. e. Insektisida berbahan aktif karbofuran, monokrotofos.Capung (Ordonata) termasuk serangga karnivora karena capung suka menyantap hewan lain pada saat menetaskan telur-telurnya. Pada saat masih larva, mereka memakan plankton, ikan-ikan kecil, serta larva lain. Disaat sayap mereka mulai berkembang, capung muda memiliki bagian tubuh khusus yang berada disekitar kepalanya yang berfungsi sebagai tongkat untuk memudahkan menangkap ikan-ikan kecil. Disaat dewasa capung merupakan predator alami dari nyamuk sehingga populasi capung yang banyak bisa menjadi pengontrol yang efektif dalam menanggulangi penyebaran nyamuk pada suatu tempat(Price, 1997).Menurut Dadan hindayanan (2011), Bila terdapat banyak laba-laba di kebun petani, hama lebih mudah terkendali. Laba-laba tidak mengalami metamorfosa. Setelah telur menetas, keluarlah laba-laba kecil, dan berganti kulit beberapa kali. Laba-laba kecil bentuknya sama dengan laba-laba dewasa. Ada jenis laba-laba yang membuat jaring untuk menangkap mangsanya. Ada juga yang berburu di tanah atau di tanaman. Laba-laba betina biasanya jauh lebih besar daripada laba-laba jantan. Karenanya, sulit dipercaya bahwa betina dan jantan adalah jenis yang sama. Laba-laba jantan harus mendekati betina dengan hati-hati karena berbahaya. Mungkin si betina sedang lapar. Kadang-kadang jantan tidak jadi kawin, tetapi dimakan oleh si betina. Sering pula terjadi bahwa si betina memakan jantan setelah selesai kawin.Semut merupakan serangga yang tergolong ke dalam famili Formicidae dan ordo Hymenoptera. Sebagian besar semut mempunyai lokasi tertentu dan mempunyai sarang perenial dengan wilayah untuk mencari makan yang terbatas (Chung & Mohamed, 1996; Peck et al., 1998; Hashimoto et al., 2001, Andersen et al., 2002; Longino et al., 2002). Berdasarkan segitiga fiktorial plot 2 dapat diketahui bahwa titik-titik koordinat lebih mendekati titik sudut hama dan musuh alami dengan presentase hama sebesar 50% dan musuh alami sebesar 33,33%. Dari persentase tersebut kami menyimpulkan bahwa jumlah serangga paling dominan di plot agroforestri tersebut adalah serangga hama dibandingkan dengan populasi musuh alami dan serangga lain. Hal itu menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya ledakan hama agak besar sebab populasi musuh alami lebih sedikit dibanding populasi serangga hama.Tindakan yang perlu dilakukan untuk menangani kondisi tersebut adalah dengan cara melakukan pengendalian hama menggunakan pestisida tetapi dalam jumlah yang tidak terlalu banyak dan tidak mencemari lingkungan. Hal tersebut dikarenakan apabila pengendalian hama hanya dilakukan dengan musuh alami saja maka dapat dimungkinkan terjadi ledakan hama pada plot agroforestri tersebut. Oleh karena itu masih diperlukan penggunaan pestisida hingga jumlah dari serangga hama tidak jauh melebihi musuh alami atau selisih presentase jumlah serangga hama dan musuh alami hanya sedikit sehingga musuh alami masih bisa mengendalikan hama yang ada.Perbandingan Hasil Pengamatana. JumlahBerdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada titik 1, titik 2, titik 3, dan titik 4. Jumlah hama, musuh alami, serangga lain setiap titik memiliki jumlah yang berbeda.pada titik 1 jumlah hama yang ditemui sebanyak 1ekor atau 11,11% dari total jumlah hama yang ditemui pada plot tersebut, di titik 2 sebanyak 3 ekor atau 50% dari total jumlah hama yang ditemui pada plot tersebut , di titik 3 sebanyak 9 atau 64,29% dari total jumlah hama yang ditemui pada plot tersebut ekor dan dititik 4 ada 19 ekor atau 30% dari total jumlah hama yang ditemui pada plot tersebut. Hama yang paling banyak ditemui pada titik 4. Jumlah musuh alami juga berbeda-beda pada setiap titik. Pada titik 1 ditemui sebanyak 5 ekor atau 55,56% dari total jumlah hama yang ditemui pada plot tersebut, pada titik 2 sebanyak 2 ekor atau 33,33% dari total jumlah hama yang ditemui pada plot tersebut, pada titik tiga sebanyak 3 ekor 21,43% dari total jumlah hama yang ditemui pada plot tersebut dan pada titik 4 sebanyak 9 ekor atau 30% dari total jumlah hama yang ditemui pada plot tersebut. Keberadaan musuh alami yang paling banyak ditemui pada plot 4. Sedangkan untuk serangga lain, sama halnya. Setiap titik memiliki jumlah yang berbeda. Dititk satu ditemui serangga lain sebanyak 3 atau 33,33% dari total jumlah hama yang ditemui pada plot tersebut , pada titik dua sebanyak 1 atau 16,67% dari total jumlah hama yang ditemui pada plot tersebut, pada titik tiga sebanyak 2 ekor atau 14,29% dari total jumlah hama yang ditemui pada plot tersebut, dan pada titik empat sebanyak 2 ekor atau 6,67% dari total jumlah hama yang ditemui pada plot tersebut. pada plot 1 lebih banyak ditemui serangga lain. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka hama yang paling banyak pada titik pengamatan ke 4, hal ini juga dipengaruhi oleh factor pengolahan lahannya, yang mana pada lahan ke 4 sistem tanam yang dilakukan adalah system monokultur dengan tanaman pinus. Selain itu, factor lain yang menyebabkan adalah bahwa titik ke empat itu memiliki ketinggian yang lebih tinggi dari titik pengamatan yang lainnya hal ini akan mendorong penyebaran hama karena pada lahan yang tinggi itu anginnya lebih kencang.Angin akan berpengaruh terhadap proses penyebaran hama. Pergerakan udara merupakan salah satu faktor yang penting dalam penyebaran serangga. Arah dari penyebaran serangga terkadang mengikuti arah angin. Angin berpengaruh terhadap perkembangan hama, terutama dalam proses penyebaran hama tanaman. Misalnya kutu daun dapat terbang terbawa angin sejauh 1.300 km, seperti penyebaran kutu loncat (Heteropsylla cubana). Seperti pada tahun 1986, kutu loncat lamtoro mengalami ledakan (Outbreak atau Explosive) pada daerah yang luas dalam waktu relatif singkat. Belalang kayu (Valanga nigricornis Zehntneri Krauss), bila terdapat angin dapat terbang sejauh 3-4 km. Selain mendukung penyebaran hama, angin kencang dapat menghambat kupu-kupu untuk bertelur, bahkan dapat mematikannya (Tarumingkeng, 1994).b. Jenis hamaJenis hama, musuh alami, dan serangga lain yang dijumpai pada titik satu, titik dua, titik tiga dan titik empat memiliki jenis hama yang sama dan ada yang berbeda. Pada titik 1 hama yang ditemukan adalah belalang hijau (Oxya chinensis). Musuh alaminya adalah semut (Camponotus caryae), laba-laba (Lycosa pseudoannulata) dan capung (Neurothemis sp). Sedangkan untuk serangga lainnya,serangga lain yang ditemukan pada titik 1 adalah kupu-kupu (Appias libythea). Pada titik pengamatan yang kedua hamanya adalah belalang dan kepik hitam (Coccinella arcuata). Musuh alamniya capung dan laba-laba sedangkan serangga lainnya adalah semut. Titik pengamatan yang ketiga yang serangga lain yang ditemukan adalah semut hitam. Hama yang ditemui adalah kutu busuk, belalang hijau dan belalang coklat (Phlaeoba furnosa). Sedangkan untuk musuh alami yang ditemui adalah laba-laba. Pengamatan pada titik ke empat yang ditemui untuk musuh alaminya antara lain capung, semut hitam dan merah. Hama yang ditemui adalah belalang hijau, belalang coklat dan kepik hijau. Sedangkan untuk serangga lain yang ditemui antara lain jangkrik (Gryllide ) dan kupu-kupu. Keberadaan jenis hama pada suatu daerah itu dipengaruhi oleh jenis tanaman dan pola tanam yang sedang di aplikasikan. Jenis tanaman yang dimaksudkan sebagai inang pada hama tersebut.Tanaman inang adalah tanaman yang menjadi makanan dan tempat tinggal organisme hama. Makanan merupakan faktor lainnya yang sangat menentukan perkembangan populasi serangga hama. Faktor kualitas dan kuantitas makanan akan memberikan pengaruh pada tinggi rendahnya perkernbangan populasi. Makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan oleh serangga untuk hidup dan berkembang biak. Jika makanan tersedia dengan kualitas yang sesuai, maka populasinya akan cepat meningkat. Sebaliknya, jika makan kurang, maka populasinya akan menurun. Pengaruh jenis makanan, kandungan air dalam makanan dan besarnya butiran material juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu jenis serangga. Dalam hubungannya dengan makanan, masing-masing jenis serangga memiliki kisaran inang yang berbeda yaitu Monofag (hidup dan makan hanya pada satu atau beberapa spesies dalam satu famili tertentu), Polifag (hidup dan makan pada berbagai spesies pada berbagai famili), dan Oligofag (hidup dan makan pada berapa spesies dalam satu famili) (Jumar, 2000).3.1.2.4. Cadangan KarbonUpaya meningkatkan