contoh laporan TA

55
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha batu permata untuk dijadikan perhiasan seperti cincin, mata kalung, perhiasan pada gagang keris atau tombak, dan sebagainya merupakan salah satu alternatif dalam meraih penghasilan ketika menghadapi masa krisis moneter sekarang ini. Karena disamping biaya untuk mendapatkan batu itu tidak terlalu mahal, proses pengerjaannya sederhana, dan harga jual batu permata tersebut adalah tinggi. Usaha ini banyak dijumpai di Kabupaten Karangasem Bali dalam bentuk industri kecil atau industri rumah tangga. Namun dalam mengerjakannya masih menggunakan cara-cara tradisional. Umumnya mereka hanya mempunyai alat berupa gerinda untuk memotong dan membentuk batu tersebut. Permata yang semula masih berbentuk batu baik batu pirus, batu akik, batu kecubung, dan semacamnya dipotong-potong menjadi bagian kecil dengan teknik tertentu. Kemudian potongan kecil dibentuk dan dihaluskan dengan menggunakan gerinda. Proses akhir adalah menggosok atau mengasah batu permata tersebut biar licin dan menggkilap. Proses ini dilakukan dengan cara manual yaitu batu kecil yang sudah dibentuk dilengketkan pada ujung kayu sebagai gagang kemudian digosok-gosok menggunakan tangan pada permukaan kertas atau kain 1

Transcript of contoh laporan TA

Page 1: contoh laporan TA

BABI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha batu permata untuk dijadikan perhiasan seperti cincin, mata kalung,

perhiasan pada gagang keris atau tombak, dan sebagainya merupakan salah satu

alternatif dalam meraih penghasilan ketika menghadapi masa krisis moneter

sekarang ini. Karena disamping biaya untuk mendapatkan batu itu tidak terlalu

mahal, proses pengerjaannya sederhana, dan harga jual batu permata tersebut

adalah tinggi. Usaha ini banyak dijumpai di Kabupaten Karangasem Bali dalam

bentuk industri kecil atau industri rumah tangga. Namun dalam mengerjakannya

masih menggunakan cara-cara tradisional. Umumnya mereka hanya mempunyai

alat berupa gerinda untuk memotong dan membentuk batu tersebut. Permata yang

semula masih berbentuk batu baik batu pirus, batu akik, batu kecubung, dan

semacamnya dipotong-potong menjadi bagian kecil dengan teknik tertentu.

Kemudian potongan kecil dibentuk dan dihaluskan dengan menggunakan gerinda.

Proses akhir adalah menggosok atau mengasah batu permata tersebut biar licin

dan menggkilap. Proses ini dilakukan dengan cara manual yaitu batu kecil yang

sudah dibentuk dilengketkan pada ujung kayu sebagai gagang kemudian digosok-

gosok menggunakan tangan pada permukaan kertas atau kain halus. Hal ini

menimbulkan banyak keluhan pada perajin permata tersebut terutama keluhan

pada otot lengan dan pinggang. Disamping itu juga produktivitasnya rendah

karena penggosokan secara manual memakan waktu yang agak lama dengan hasil

yang sangat minim. Dari keluhan dan produktivitas yang rendah ini perlu adanya

suatu alat bantu yang dapat dipakai oleh para perajin permata dalam rangka

memperbaiki produktivitasnya.

Manuaba (1992) menyatakan bahwa usaha pengadaan/perbaikan peralatan

kerja hendaknya bersifat sederhana, murah biayanya, mudah dilakukan, dan dapat

memberikan keuntungan secara ekonomi. Demikian juga menurut

prasetyowibowo (1999) yaitu dalam merancang suatu peralatan agar dapat

memenuhi fungsinya dan menjadi perhatian utama dari keinginan masyarakat

(pemakai). International Labour Organization yang bekerja sama dengan

1

Page 2: contoh laporan TA

International Ergonomics Association (2000) merekomendasikan bahwa untuk

pekerjaan yang berulang-ulang sebaiknya digunakan peralatan khusus yang

disesuaikan dengan kebutuhan operasi, penggunaannya aman, dan harganya

murah sehingga bisa mempercepat operasi dan dapat meningkatkan produktivitas.

Sedangkan Adiputra, dkk (2000) mengatakan bahwa melalui intervensi ergonomi

pada industri skala kecil dengan menggunakan meja dan kursi yang ergonomis

akan menurunkan beban kerja dan keluhan subjektif, serta meningkatkan

produktivitas kerja secara signifikan.

Untuk memberikan solusi dari permasalahan masyarakat masyarakat

perajin batu permata terutama di Karangasem perlu dilakukan suatu rancangan

peralatan yang dapat digunakan untuk menggosok batu permata sehingga bisa

meningkatkan produktivitas dan pengasilan para perajin. Sehingga dipandang

perlu melakuan penelitian tentang perancangan alat pengasah batu permata.

1.2. Rumusan Masalah

Bertitik tolak pada uraian pendahuluan diatas maka yang menjadi rumusan

permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah dengan penggunaan rancangan alat pengasah batu permata dapat

meningkatkan produktivitas kerja perajin batu permata di kelurahan Subagan

Karangasem.

2. Seberapa besar peningkatan produktivitas kerja perajin permata akibat dari

penggunaan rancangan alat pengasah batu permata pada perajin batu permata

di kelurahan Subagan Karangasem.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengkaji secara terukur peningkatan

produktivitas kerja perajin permata akibat dari penggunaan rancangan alat

pengasah batu permata di Kelurahan Subagan Karangasem Bali.

2

Page 3: contoh laporan TA

1.4 Manfaat Penelitian

Secara Teoritis diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

serta dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang sejenis atau penelitian lebih

lanjut yang mendalam. Secara praktis, penelitian ini diharapkan :

a. Dapat memberikan solusi untuk meningkatkan produktivitas kerja dengan biaya

yang murah dan mudah dilakukan bagi industri kecil terutama dibidang usaha

batu permata.

b. Menjadi salah satu masukan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan

untuk membina industri kecil dan menengah sebagai upaya peningkatan

produktivitas dan menjaga tingkat kesehatan serta kesejahteraan pekerja

terutama di sektor informal seperti industri kecil atau industri rumah tangga.

c. Dapat dipraktekkan oleh para pengusaha ataupun pekerja industri kecil di

bidang kerajinan batu permata untuk menaikkan pendapatan atau mendapatkan

keuntungan ekonomi yang lebih besar.

3

Page 4: contoh laporan TA

BABII

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perancangan Alat Bantu Kerja

Manuaba (1998) dan Prasetyowibowo (1999) menyatakan bahwa dalam

merancang suatu peralatan agar dapat memenuhi fungsinya yang menjadi

perhatian utama adalah keinginan dari pemakai yang disebut pendekatan

partisipatori. Pendekatan ergonomi yang diperlukan dalam perencanaan atau

disain tersebut dan sekaligus merupakan syarat alih teknologi adalah sebagai

berikut :

a. Pertimbangan teknis, yaitu pertimbangan kekuatan, pemilihan material dan

spesifikasi teknis.

b. Pertimbangan ergonomi yaitu penyesuaian peralatan terhadap ukuran tubuh,

keselamatan, keamanan dan kenyamanan pemakai.

c. Pertimbangan ekonomi yaitu mempertimbangkan setiap perencanaan ke arah

efisiensi, efektivitas dan harga.

d. Pertimbangan lingkungan yaitu mempertimbangkan proses produksi dan

limbah agar tidak merusak lingkungan.

e. Pertimbangan sosial budaya yaitu mempertimbangkan agar proses produksi

bisa diterima oleh masyarakat dan penggunaannya secara berlanjutan.

Setiap tenaga kerja membutuhkan peralatan kerja yang telah teruji

keserasiannya terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan-batasan pemakainya

(Manuaba, 1992; Rainbird and O’Neill, 1995; Grandjean, 1998). Melakukan

modifikasi peralatan kerja yang belum memenuhi aspek ergonomi sangat

diperlukan agar perlatan tersebut bisa dipakai secara aman, nyaman dan sesuai

batasan-batasan kemampuan pemakai.

Untuk merancang atau memodifikasi suatu peralatan perlu dilakukan juga

pendekatan secara partisipatori terhadap pekerja/pemakai. Hal ini juga

diungkapkan oleh Skepper, et al (1998) yang menyebutkan bahwa dalam desain

produk, partisipasi dan komunikasi dari pengguna sangatlah dibutuhkan.

4

Page 5: contoh laporan TA

2.2 Beban Kerja

Beban kerja (work load) merupakan faktor stressor tubuh yang dibedakan

menjadi dua kelompok (Rodahl, 1989; Van Wonterghem, 1994 ) yaitu :

a. Beban kerja eksternal.

1. Berdasarkan tugas (task) : jenis pekerjaan, analisis pekerjaan

bersifat kualitatif dan kuantitatif tergantung dari kegiatan fisik, peralatan

yang dipergunakan, cara kerja, dan tempat kerja.

2. Aspek organisasi : kerja tim, lama kerja, jadwal kerja, istirahat,

dan lain-lain.

3. Lingkungan kerja : suhu lingkungan, kelembaban udara, intensitas

penerangan, bising, vibrasi, debu, sosial budaya, dan sebagainya.

4. Aspek manusia : ukuran tubuh dan biomekanik.

b. Beban kerja internal.

1. Beban somatis : jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, pendidikan,

latihan/pengalaman, dan adaptasi.

2. Beban psikis : motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, harapan,

norma adat dan budaya, tabu, ketegangan akibat manajemen.

Adiputra (1998) juga menyebutkan bahwa secara umum beban kerja ada

dua macam yaitu:

a. Beban kerja eksternal (stressor) adalah beban kerja yang berasal dari pekerjaan

yang sedang dilakukan. Beban eksternal meliputi pekerjaan, organisasi dan

lingkungan.

b. Beban kerja internal adalah beban kerja yang ditimbulkan oleh faktor individual

pekerja yang bersifat somatis dan psikis.

Dalam penilaian beban kerja ini, ada dua kriteria yang dapat dipakai

(Rodahl, 1989) yaitu :

a. kriteria objektif, yang dapat diukur dan dilakukan oleh pihak

lain yang meliputi: reaksi fisiologis, reaksi psikologis/ perubahan tindak

tanduk;

5

Page 6: contoh laporan TA

b. kriteria subjektif yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan

sebagai pengalaman pribadi, misalnya beban kerja yang dirasakan sebagai

kelelahan yang menggangu, rasa sakit atau pengalaman lain yang dirasakan.

Penilaian beban kerja secara objektif yang paling mudah dan murah,

secara kuantitatif dapat dipercaya akurasinya adalah pengukuran frekuensi denyut

nadi. Frekuensi nadi kerja dari seluruh jam kerja, selanjutnya dipakai dasar

penilaian beban kerja fisik, karena perubahan rerata denyut nadi berhubungan

linier dengan pengambilan oksigen. Hal ini merupakan refleksi dari proses reaksi

(strain) terhadap stressor yang diberikan oleh tubuh, dimana biasanya besar strain

berbanding lurus dengan stress (Adiputra, 1998).

Penilaian beban kerja secara subjektif dapat dilakukan dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner tersebut akan menunjukkan tanda-tanda yang

menyatakan adanya suatu kelelahan yang dialami orang akibat beban kerja yang

membebaninya, oleh karena interaksi pekerja dengan jenis pekerjaan, tempat

kerja, organisasi/cara kerja, peralatan kerja dan lingkungannya (Bridger, 1995).

2.3 Produktivitas

Produktivitas merupakan suatu perbandingan antara keluaran dan masukan

persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila jumlah

keluaran meningkat dengan jumlah masukan yang sama (Chew, 1991). Konsep

tersebut tentunya dapat dipakai di dalam menghitung produktivitas di semua

sektor kegiatan, termasuk pada modifikasi gerinda sebagai alat pengasah batu

permata.

Menurut Manuaba (1992) peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan

menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan

sumber daya manusia dan menigkatkan keluaran sebesar-besarnya. Pengukuran

produktivitas secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam.

1. Produktivitas total, yaitu perbandingan antara total keluaran dengan total

masukan per satuan waktu. Dalam hal ini, semua faktor masukan terhadap total

keluaran di perhitungkan.

2. Produktivitas parsial, yaitu perbandingan dari keluaran dengan satu jenis input,

seperti upah kerja, bahan, energi, beban kerja, skor keluhan subjektif, dll.

6

Page 7: contoh laporan TA

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas.

Soedirman (1996) dan Tarwaka (1991) merinci faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi produktivitas antara lain ; tingkat pendidikan, ketrampilan,

disiplin, motivasi, sikap dan etika kerja, lingkungan kerja, sarana kerja,

manajemen dan kesempatan tenaga kerja berprestasi. Manuaba (1992),

mengemukakan bahwa faktor alat, cara dan lingkungan kerja sangat berpengaruh

terhadap produktivitas. Dengan memperbaiki serta mengendalikan faktor-faktor

pengaruh tersebut diatas, maka dapat diharapkan produktivitas kerja akan

meningkat.

Pada proses produksi batu permata produktivitas dihitung dengan

menggunakan rumusan :

OpP = -------------

I x t

Dimana P adalah produktivitas, Op adalah out put yaitu banyaknya batu

permata yang dihitung, I adalah input (denyut nadi kerja rata-rata), dan t adalah

waktu (jam). Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja ini adalah

peralatan, cara kerja, dan lingkungan kerja. Untuk mendapatkan produktivitas

yang tinggi maka faktor tersebut harus benar-benar serasi dengan kemampuan,

kebolehan, dan keterbatasan pekerja. Disisi lain ada faktor yang berpengaruh juga

terhadap produktivitas yaitu tinggkat pendidikan/ketrampilan, disiplin, motivasi,

etika, manajemen, dan kesempatan kerja untuk berprestasi.

Manuaba (1999) mengatakan bahwa upaya peningkatan produktivitas

yang paling tepat untuk dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan

ergonomi yaitu meningkatkan efisiensi kerja baik dari sisi tuntutan tugas, aspek

lingkungan, maupunorganisasi kerja.

2.3 Break-even Cost Analysis

Untuk memastikan apakah peningkatan produktivitas juga memberikan

manfaat yang riil bagi unsur manajemen perusahaan maupun pekerja maka perlu

dilakukan analisa terhadap Break-even cost. Break-even cost analysis adalah

analisa rugi-laba dengan membandingkan antara alternatif dimana biaya masing-

masing alternatif dipengaruhi oleh variabel tunggal. Sedangkan Break-even Point

7

Page 8: contoh laporan TA

adalah analisis dimana nilai variabel untuk poin pada biaya masing-masing

alternatif adalah sama.

Untuk menganalisis Break-even Point pada proses produksi batu permata

adalah dilakukan dengan cara :

a. menghitung seluruh biaya intervensi yang dilakukan dalam upaya

peningkatan produktivitas kerja (termasuk modifikasi pada gerinda).

b. Menghitung peningkatan atau selisih antara hasil kerja sebelum dan

sesudah intervensi dilakukan.

c. Break-even Point dicapai pada saat terjadi titik temu antara biaya dan

manfaat yang diperoleh setelah intervensi dilakukan (saat biaya terbayar oleh

manfaat yang diperoleh setelah intervensi dilakukan).

8

Page 9: contoh laporan TA

BABIII

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan menggunakan rancangan group within – treatment (sama subyek).

Diantara kedua grup perlakuan ada waktu washing out. Rancangan penelitian

dapat digambarkan seperti bagan berikut.

Gambar 4.1 Bagan PenelitianKeterangan :P = populasiRS = random sederhanaS = sampelP1 = Perlakuan 1 (mengasah permata dengan tangan)P2 = Perlakuan 2 (mangasah permata dengan alat bantu)WO = Washing Out selama dua hari

O1 dan O3 menunjukan pendataan yang dilakukan sebelum kerja (pre-test), terhadap : Frekuensi denyut nadi istirahat dari subjek penelitian.O2 dan O4 menunjukan pendataan yang dilakukan setelah kerja (post-test), terhadap:1. frekuensi denyut nadi kerja, sesaat setelah kerja .2. perhitungan produktivitas kerja.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Subagan Kecamatan Karangasem

Kabupaten Karangasem. Pengambilan data akan dilaksanakan pada bulan April

2006 hingga Oktober 2006.

3.3 Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perajin permata pada proses

penghalusan di Kelurahan Subagan Kecamatan Karangasem Kabupaten

9

WO

P2

O4O3O2O1

RS P1

P S

Page 10: contoh laporan TA

Karangasem. Jumlah populasi adalah 29 orang perajin permata. Variasi umur

minimum 18 tahun dan maksimal 54 tahun. Variasi pengalaman satu sampai 15

tahun.

Jumlah sampel minimal dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan

rumus Colton (1974) sebagai berikut.

Keterangan:

n = jumlah sampel (group/kelompok)Z = batas atas kemaknaan pada tingkat kepercayaan 95 % Z = batas bawah kemaknaan pada tingkat kepercayaan 90 % µ0 = rerata variabel penelitian tanpa perlakuan.µ1 = rerata variabel penelitian dengan perlakuan. Dalam penelitian ini

penurunan atau peningkatan ditetapkan 10 % dan 15 %. = standar deviasi

Perhitungan besar sampel didasarkan atas hasil penelitian pendahuluan

terhadap produktivitas perajin permata yang didapat sebesar (µ0) = 0,13 dengan

simpang baku (σ) = 0,026. Rerata produktivitas setelah perlakukan diharapkan

naik sebesar 20 %, sehingga menjadi (µ1) = 0,156. Kesalahan sampling tipe I

ditetapkan = 0,05; dan kesalahan sampling tipe II = 0,10 maka diperoleh Z

= 1,96 dan Z = -1,645.

Sehingga besarnya sampel (n):

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, besar sampel yang diperoleh adalah

13 perajin. Untuk menghindari apabila terjadi subjek droup out dari penelitian,

maka besarnya sampel ditambah 20 % menjadi 15,6 dan dibulatkan menjadi 16.

Sehingga besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan menjadi 16 perajin.

Teknik penentuan sampel untuk penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor terlebih

dahulu sesuai dengan jumlah anggota populasi (Bakta, 1997; Sugiyono, 2003;).

Jumlah populasi perajin permata pada proses kerja penghalusan yang masuk

kriteria inklusi sejumlah 24 orang. Dari 24 orang perajin ini, diundi sehingga

10

Page 11: contoh laporan TA

terpilih 16 perajin sebagai sampel penelitian. Sampel ini mendapatkan dua

perlakuan. Perlakuan pertama yaitu menggosok permata secara manual

menggunakan tangan kemudian washing out selama dua hari. Hari berikutnya

mendapatkan perlakuan kedua, yaitu menggosok permata dengan menggunakan

gerinda modifikasi.

3.4 Variabel Penelitian

a. Variabel bebas meliputi dua kategori yaitu :

1) P0 (menggosok permata menggunakan tangan dengan sikap kerja duduk

bersila di lantai);

2) P1 (menggosok permata menggunakan rancangan alat pengasah permata

dengan sikap kerja duduk di kursi).

b. Variabel tergantung adalah produktivitas kerja.

d. Variabel pengganggu yang akan dikontrol adalah :

1) kondisi subjek (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama pengalaman,

dan kondisi kesehatan);

2) pekerjaan (jenis pekerjaan, bahan baku, dan tempat kerja);

3) organisasi kerja (jam kerja, jam istirahat, dan sistem kerja); dan

4) kondisi lingkungan (suhu basah, suhu kering, kelembaban, WBGT,

intensitas penerangan, dan intensitas suara).

3.5 Rancangan Alat Pengasah Batu Permata

Rancangan alat pengasah dapat dilihat pada gambar berikut.

11

Page 12: contoh laporan TA

Keterangan :1. Motor penggerak (motor yang biasa dipakai untuk mesin jahit yang

digerakkan dengan energi listrik, banyak dijual di pasaran dengan harga yang tidak terlalu mahal)

2. Puli3. Mata asah permata (terbuat dari plat baja ST 37 dengan ketebalan 1mm)

dipasang pada lempeng kayu yang dihubungkan dengan poros4. Dudukan untuk mata asah permata5. Meja kerja.

Gambar 4.2 Rancangan alat pengasah batu permata

3.6. Definisi operasional

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat didefinisikan

sebagai berikut.

a. Kelompok Kontrol (menggosok permata secara manual dengan

sikap kerja duduk bersila di lantai) : adalah pekerjaan menghaluskan batu

permata yang sudah dilengketkan pada sebuah tangkai kayu kecil dengan sikap

kerja duduk bersila di atas lantai dengan cara menggosok-gosokkan batu

permata tersebut pada sebuah kertas kalkir yang sudah dilapisi sedikit minyak

pelumas. Minyak pelumas ini berupa minyak kelapa. Kertas kalkir diletakkan di

atas lantai dengan posisi di depan perajin. Kegiatan penggosokan dilakukan

12

1 2

3

4

5

Page 13: contoh laporan TA

oleh tangan kanan, sedangkan tangan kiri diam. Posisi tangan, lengan, dan sikap

kerja perajin lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut.

Gambar 4.3 Menggosok permata secara manual dengan sikap kerja duduk di lantai

b. Kelompok Perlakuan (menggosok permata menggunakan alat

pengasah dengan sikap kerja duduk dikursi) : adalah pekerjaan menghaluskan

batu permata yang sudah dilengketkan pada sebatang kayu kecil dengan cara

menempelkan batu permata tersebut pada mata alat pengasah dengan pola

tertentu hingga batu tersebut mengkilap. Alat pengasah batu permata ini terletak

diatas meja kerja sehingga diperlukan pula kursi kerja sebagai tempat duduk

perajin. Hal ini merubah sikap kerja perajin yaitu menjadi sikap kerja duduk di

atas kursi. Meja dan kursi ini disesuaikan dengan antropometri perajin. Lebih

jelasnya dapat dilihat seperti sketsa gambar berikut.

13

Page 14: contoh laporan TA

Gambar 4.4 Sketsa menggosok permata menggunakan alat pengasah dengan sikap kerja duduk di kursi

c. Umur perajin adalah selang waktu dari sejak lahir sampai pada saat

dilakukan pengukuran, dilihat dari KTP berdasarkan tahun lahir, satuan tahun;

d. Jenis kelamin adalah jenis kelamin subjek yang ditentukan secara

penotif berdasarkan KTP.

e. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir dari perajin, dilihat

dari ijazah/sertifikat yang dimilikinya.

f. Lama pengalaman adalah selang waktu dari mulai bisa bekerja

pada proses kerja menghaluskan batu permata sampai pada saat dilakukan

pengukuran, yang diperoleh dengan mencatat pengakuan subjek, dinyatakan

dalam tahun.

g. Kondisi kesehatan adalah kondisi kesehatan perajin yang tidak

cacat fisik, mental, dan tidak sedang sakit. Kondisi ini dapat diketahui dari

keterangan dokter dan pengakuan subjek.

h. Bahan baku adalah bahan untuk pembuatan batu permata yaitu

berupa batu akik. Bentuk dan ukuran batu akik sebagai bahan baku ini

diupayakan sama untuk masing-masing perlakuan (P0, P1, P2), yaitu berbentuk

oliv dengan ketebalan kira-kira 0,5 cm, diameter 0,7 cm dan 1 cm.

14

Page 15: contoh laporan TA

i. Jam kerja adalah waktu kerja mulai pukul 08.00 WITA s.d 15.00

WITA.

j. Jam istirahat adalah lama waktu istirahat biasa yang umum

dilakukan selama satu jam mulai dari pukul 12.00 sampai 13.00 WITA.

k. Sistem kerja adalah sistem kerja dengan upah harian.

l. Suhu basah adalah suhu basah lingkungan kerja yang diukur

dengan sling psychrometer merek Hisamatsu buatan Jepang dengan skala

Celcius, yang tabungnya dihubungkan dengan air melalui media kapas;

m. Suhu kering adalah suhu kering lingkungan kerja yang diukur

dengan sling psychrometer dengan merek Hisamatsu buatan jepang dengan

skala Celcius;

n. Kelembaban adalah kelembaban udara relatif di lingkungan kerja

yang diperoleh dengan mengkonversikan nilai suhu basah dan suhu kering ke

dalam grafik/tabel psikrometrik dengan satuan % RH (Prosentase Relatif

Humidity);

o. Intensitas penerangan adalah fluks cahaya yang jatuh pada suatu

bidang seluas 1 m2 satuan untuk intensitas penerangan adalah luks (lx), diukur

dengan luxmeter, merek Sanwa buatan Sanwa Electronic Japan; dan

p. Kebisingan adalah kebisingan di tempat kerja karena pukulan pada

saat penempaan logam yang diukur dengan soundlevel meter yang dinyatakan

dengan satuan desibel

q. Produktivitas kerja : perbandingan dari keluaran (jumlah produksi

batu permata yang dihasilkan) terhadap masukan (rerata nadi kerja dan waktu

yang dipergunakan).

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

a. Sling psycrometer merek Hisamatsu buatan Jepang, digunakan untuk

mengukur kondisi mikroklimat yang meliputi suhu basah, suhu kering dan

ISBB.

15

Page 16: contoh laporan TA

b. Luxmeter untuk mengukur intensitas penerangan, dengan spesifikasi merek

Sanwa, buatan Sanwa Electric Japan;

c. Stop watch merek Diamon buatan Shanghai – Cina digunakan untuk mencatat

waktu dan menghitung denyut nadi.

d. Soundlevel meter NA.24 merk Rion buatan Tokyo Japan, digunakan untuk

mengukur tingkat kebisingan.

e. Antropometer merek Super buatan Jepang untuk mengukur antropometri

badan perajin.

f. Meteran logam, digunakan untuk mengukur tempat kerja dan sarana kerja

(meja dan kursi).

g. Kamera film merek Sony digunakan untuk mendokumentasikan proses kerja

selama kerja.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dihasilkan diolah dan dianalisis dengan bantuan komputer

dengan menggunakan program aplikasi SPSS 12.0. Adapun langkah-langkahnya

sebagai berikut:

a. Data masing-masing kelompok diuji normalitas dengan one

samples Kolmogorov-Smirnov goodness of fit test;

b. Data kedua kelompok diuji homogenitasnya dengan Levene’s test;

c. Data keluhan subyektif dan otot skeletal dianalisis dengan

menggunakan statistik non parametrik yaitu metode Wilcoxon test dan

deskriptive statistic.

d. Data beban kerja dan produktivitas jika terdistribusi normal akan

dianalisis dengan menggunakan uji t pired.

e. Uji kemaknaan antar kelompok penelitian dengan uji statistik pada

taraf kemaknaan = 0,05.

3.9 Analisis Biaya dan Manfaat

16

Page 17: contoh laporan TA

Untuk memastikan apakah peningkatan produktivitas juga memberikan

manfaat yang riil bagi unsur manajemen perusahaan maupun pekerja maka perlu

dilakukan analisis biaya dan manfaat.

Untuk menganalisis biaya dan manfaat pada penggunaan gerinda asah

modifikasi ini dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Menghitung seluruh biaya intervensi ergonomi yang dilakukan dalam

upaya peningkatan produktivitas kerja.

b. Menghitung peningkatan atau selisih antara hasil kerja sebelum dan

sesudah intervensi dilakukan.

c. Titik impas dicapai pada saat terjadi titik temu antara biaya dan manfaat

yang diperoleh setelah intervensi dilakukan (saat biaya terbayar oleh manfaat

yang diperoleh setelah intervensi dilakukan).

d. Secara ekonomis, intervensi ergonomis ini memberikan manfaat jika :

Benefit Cost Ratio (BCR) > 1 dengan formulasi sebagai berikut :

Dari segi kesehatan sangat besar manfaatnya, akan tetapi hal ini sulit

dihitung secara ekonomis. Dengan menggunakan gerinda modifikasi yang secara

tidak langsung juga harus menggunakan meja dan kursi kerja maka keluhan

subjektif para perajin akan menurun serta sikap kerja menjadi alamiah.

17

Page 18: contoh laporan TA

BABIV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Subjek

Hasil analisis deskriptif terhadap data karakteristik subjek yang meliputi

variabel umur, berat badan, tinggi badan dan pengalaman kerja disajikan pada

Tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Data Karakteristik Fisik Subjek Perajin Permata

Di Kelurahan Subagan, Karangasem

No Variabel Rerata SB Rentangan

95% Confidence Interval for

Meanlower upper

1 Umur (th) 26,38 5,898 20 – 39 23,23 29,52

2 Berat badan (kg) 59,77 3,168 55,5 – 65 162,46 165,66

3 Tinggi badan (cm) 164,06 2,999 159 – 168 58,08 61,46

4 Pengalaman kerja (th) 7,75 5,053 3 – 17 5,06 10,44

5 Indeks Massa Tubuh 22,19 0,69 21,15 – 23,25 21,82 22,56

Rerata umur subjek adalah 26,38 ± 5,898 tahun. Hal ini menunjukkan

subjek berada dalam usia produktif. Rerata pengalaman kerja adalah 7,75 ± 5,053

yang menunjukkan bahwa subjek sudah berpengalaman dalam hal pengerjaan batu

permata. Indeks massa tubuh dihitung berdasarkan perbandingan berat badan

satuan kg dengan kuadrat dari tinggi badan dalam satuan meter pada subjek yang

bersangkutan.

Berdasarkan analisis statistik seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.1,

umur subjek 95% berada pada interval 23,23 hingga 29,52 tahun. Sehingga dapat

dikatakan bahwa rentangan umur subjek masih berada dalam keadaan fisik yang

optimal untuk melakukan pekerjaan karena dalam usia produktif. Irawan &

Suparmoko (2002) mengatakan bahwa umur produktif berkisar antara 15 – 64

tahun. Manuaba dan Kamiel (1996) menggunakan rentang umur antara 28 –54

tahun sebagai sampel penelitian di bagian laundry hotel Bali Beach Sanur

untuk melihat beban kerja dan produktivitasnya. Di samping itu Grandjean (1988)

18

Page 19: contoh laporan TA

mengatakan bahwa kondisi umur berpengaruh terhadap kemampuan kerja fisik

atau kekuatan otot seseorang. Kemampuan fisik maksimal seseorang dicapai pada

umur antara 25 –35 tahun dan akan terus menurun seiring dengan bertambahnya

umur.

4.2 Lingkungan Tempat Kerja

Komponen lingkungan yang diukur di lokasi penelitian selama penelitian

adalah suhu basah, suhu kering, suhu bola, kelembaban, Indeks Suhu Bola Basah

(ISBB), dan kecepatan angin. Data kondisi lingkungan ini diuji normalitasnya

dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan diperoleh hasil data

lingkungan kerja tersebut pada kelompok Kontrol maupun Perlakuan terdistribusi

secara normal. Hasil pengukuran kondisi lingkungan kerja disajikan pada

Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Kondisi lingkungan tempat penelitian

No VariabelKontrol Perlakuan

t prerata SB rerata SB

1Suhu kering

( o c )28,69 1,07 29,12 1,25 -1,433 0,195

2Suhu basah

( o c )24,75 0,71 24,75 0,71 -0,798 0,451

3Kelembaban

relatif (%)71,50 3,66 71,25 3,73 0,509 0,626

4Suhu Bola

(oC)30,25 0,80 30,38 1,03 -0,683 0,516

5 ISBB (oC) 26,24 0,63 26,31 0,66 -1,949 0,092

6Kecepatan

angin (m/s)1,26 0,43 1,30 0,46 -2,049 0,080

7Intensitas

Suara (dBA)68,50 2,78 68,31 2,53 1,158 0,285

Dari Tabel 5.2 menunjukkan bahwa kondisi lingkungan kerja untuk para

pekerja pemetik jeruk baik pada kelompok Kontrol maupun Perlakuan masih

dalam batas-batas adaptasi untuk melakukan suatu aktivitas kerja. Variabel suhu

basah, suhu kering, kelembaban, suhu bola, kecepatan angin, dan kebisingan tidak

mempunyai perbedaan yang nyata antara masing-masing kelompok perlakuan (p

19

Page 20: contoh laporan TA

> 0,05), sehingga dapat dinyatakan bahwa kondisi lingkungan antara kelompok

Kontrol dan Perlakuan adalah sama.

Dalam penelitian ini diperoleh komponen lingkungan kerja yang tertulis

pada Tabel 5.2 masih dalam batas normal, sehingga tidak menimbulkan efek

fisiologis yang dapat mengganggu pekerjaan. Analisis statistik juga mendapatkan

hasil bahwa antara kelompok kontrol dan perlakuan tidak berbeda secara

signifikan, sehingga kedua kelompok subjek penelitian bisa dinyatakan

mempunyai kondisi lingkungan yang sama.

Manuaba (1998) menyatakan bahwa nilai ambang batas dari suhu udara

untuk pekerja adalah 33 C dan kelembaban relatif pekerja orang Indonesia yang

masih tergolong nyaman adalah antara 70% - 80%. Nilai ambang batas intensitas

suara tertinggi yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan

gangguan daya dengar yang tetap untuk waktu kerja tidak lebih dari 8 jam sehari

adalah 85 dBA (Pulat, 1992; WHS, 1993; dan Permennaker, 1999).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutjana

(1998) yang berlokasi di Subak Yeh Gde Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan

dengan suhu kering berkisar antara 28-29° C. Penelitian yang dilaksanakan oleh

Kerana, et al., (1997) mengungkapkan bahwa rerata suhu kering 29,94 °C,

sedangkan Manuaba dan Vanwonterghem (1996) mengemukakan, bahwa suhu

pada musim kering meningkat 31-32 °C di tempat yang teduh dan sampai 36°C di

bawah sinar matahari langsung.

4.3 Analisis Beban Kerja

Beban kerja diukur berdasarkan denyut nadi perajin permata baik pada

saat istirahat (denyut nadi istirahat) maupun pada saat kerja (denyut nadi kerja).

Berdasarkan denyut nadi ini pula bisa dihitung %CVL (Cardio Vasculer Load).

Sebelum dilakukan analisis efek perlakuan, perlu dilakukan uji normalitas

terhadap data denyut nadi tersebut. Uji normalitas ini dilakukan dengan

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dari uji tersebut diperoleh bahwa

denyut nadi istirahat maupun denyut nadi kerja pada ketiga perlakuan

berdistribusi normal (P 0,05).

20

Page 21: contoh laporan TA

Sebelum dilakukan analisis efek perlakuan, terlebih dahulu dilakukan

komparabilitas denyut nadi istirahat. Hal ini dilakukan untuk melihat kondisi awal

dari para perajin apakah berbeda secara bermakna atau tidak. Hal ini diperlukan

untuk melihat apakah perubahan beban kerja itu murni karena efek perlakuan atau

ada faktor luar yang ikut andil memberikan perubahan beban kerja tersebut.

Komparabilitas denyut nadi istirahat pada perajin permata ini dilakukan dengan

mengunakan uji t. Hasil analisis disajikan pada Tabel 53.

Tabel 5.3 Komparabilitas Denyut Nadi Perajin Permata

VariabelKontrol Perlakuan

t pRerata SB Rerata SB

Denyut Nadi Istirahat

(denyut/menit)67,35 4,293 67,01 4,061 0,030 0,971

Denyut Nadi Kerja

(denyut/menit)104,29 4,649 88,64 2,333 105,039 0,000

Keterangan :SB : Simpang Baku

Dari Tabel 5.3 diperoleh bahwa denyut nadi istirahat pada masing-masing

kelompok perlakuan tidaklah berbeda secara bermakna (p > 0,05). Hal ini bisa

diartikan bahwa kondisi awal denyut nadi istirahat para perajin pada masing-

masing perlakuan bisa dianggap sama.

Efek perlakuan menunjukkan perubahan terhadap beban kerja dari masing-

masing kelompok perlakuan. Efek perlakuan ini dianalisis dengan melakukan uji

beda kemaknaan pada denyut nadi kerja perajin pada masing-masing perlakuan

yang diberikan. Uji beda kemaknaan ini dilakukan dengan menggunakan uji t.

Hasil uji t pada denyut nadi kerja (beban kerja) perajin disajikan pada

Tabel 5.4. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara Kontrol dan Perlakuan (p<0,05). Dilihat dari reratanya diperleh

penurunan denyut nadi kerja dari 104,29 denyut permenit menjadi 88,64 denyut

permenit, atau menurun sebesar 15,0%.

Pada kelompok kontrol beban kerja termasuk sedang karena pekerjaan

menggosok permata menggunakan tangan memerlukan sedikit tekanan dan

melakukan penggosokan secara berulang-ulang sehingga dapat meningkatkan

denyut jantung. Pekerjaan ini memerlukan tenaga atau energi yang lebih besar.

21

Page 22: contoh laporan TA

Tenaga atau energi ini secara fisiologis berasal dari proses metabolisme tubuh.

Metabolisme ini memerlukan O2 sebagai bahan bakar yang diambil melalui

pernafasan sehingga semakin besar keperluan tenaga maka akan semakin cepat

frekuensi nafas dan jantung berdenyut.

Sedangkan pada kelompok Perlakuan, denyut nadi kerja mengalami

penurunan yang signifikan (p < 0,05) terhadap Kontrol sebesar 15,0% Hal ini

terjadi karena pada Perlakuan pekerjaan menggosok permata dilakukan dengan

alat bantu mesin pengasah dan sikap kerja duduk di kursi, sehingga pekerja

merasa lebih nyaman dari pada duduk bersila di lantai. Secara fisiologis keperluan

energi pada kelompok Perlakuan ini lebih kecil dibandingkan kelompok Kontrol

karena pekerjaan mengasah batu permata dibantu dengan mesin, sehingga

menggosok menggunakan tangan secara berulang-ulang yang menyerap banyak

energi tidak ada lagi.

Sikap kerja kelompok Kontrol adalah duduk bersila di lantai secara statis.

Hal ini akan membuat peredaran darah pada bagian bawah tubuh berjalan kurang

lancar. Sedangkan sikap kerja pada kelompok Perlakuan adalah duduk secara

alamiah di kursi, sehingga peredaran darah akan lebih lancar dibandingkan dengan

kelompok Kontrol. Hal ini juga membuat penurunan denyut nadi antara kelompok

Perlakuan terhadap kelompok Kontrol.

4.4 Analisis Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja perajin permata didapatkan dari perbandingan antara hasil

produksi permata dengan nadi kerja dikalikan waktu yang diperlukan. Sedangkan

Hasil produksi didapatkan dari banyaknya batu permata yang dihasilkan oleh

setiap perajin permata selama tiga jam kerja.

Sebelum dilakukan uji kemaknaan antar masing-masing perlakuan, data

produksi dan produktivitas kerja ini diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dari hasil uji normalitas tersebut diperoleh bahwa

data hasil produksi dan produktivitas kerja terdistribusi secara normal (P 0,05).

Hal ini menunjukkan bahwa data produksi dan produktivitas bisa dilanjutkan

untuk analisis parametrik berikutnya.

22

Page 23: contoh laporan TA

Untuk mengetahui efek perlakuan maka dilakukan uji beda kemaknaan

rerata antar masing-masing kelompok (kelompok Kontrol dengan Perlakuan). Uji

statistik yang digunakan adalah uji t. Hasil analisis ditampilkan pada Tabel 5.4

berikut.

Tabel 5.4 Hasil produksi dan Produktivitas Kerja Perajin Permata

VariabelKontrol Perlakuan t p

Rerata SB Rerata SBProduksi

(buah/hari kerja)

3,13 0,095 15,41 0,224 19009,648 0,000

Produkti-vitas

0,01002 0,00042 0,05801 0,00207 3839,179 0,000

Dari Tabel 5.4 di atas, dapat dilihat bahwa hasil produksi dan

produktivitas kerja perajin permata mempunyai perbedaan yang signifikan antar

masing-masing kelompok (p<0,05).

Rerata hasil produksi batu permata pada kelompok kontrol adalah 3,13 ± 0,09

buah. Sedangkan pada kelompok Perlakuan, rerata hasil produksinya adalah 15,41

± 0,22 buah atau naik sebesar 392,3%. Rerata produktivitas kerja perajin permata

pada kelompok Kontrol adalah 0,01002 ± 0,00042, dan rerata produktivitas

Perlakuan adalah 0,05801 ± 0,00207 atau mengalami kenaikan yang signifikan (p

< 0,05) sebesar signifikan (p < 0,05) sebesar 478,9%.

Keadaan ini menunjukkan bahwa kelompok Perlakuan (bekerja

menggosok permata menggunakan mesin pengasah pengasah dengan sikap kerja

duduk di kursi) memberikan efek peningkatan produktivitas kerja yang lebih baik

dari pada kelompok Kontrol (menggosok permata secara manual dengan tangan

dan sikap kerja duduk bersila di lantai). Hal ini terjadi karena pekerjaan mengosok

permata dibantu dengan gerinda pengasah modifikasi sehingga penggosokan

secara berulang-ulang dengan tangan diganti dengan hanya menempelkan batu

permata kepada mata gerinda. Disamping itu sikap kerja duduk bersila di lantai

yang merupakan sikap duduk tidak alamiah diperbaiki menjadi duduk di kursi

secara alamiah. Dengan demikian maka hasil produksi akan mengalami

peningkatan, denyut nadi kerja akan mengalami penurunan, dan keluhan-keluhan

yang dirasakan pekerja dapat dikurangi.

23

Page 24: contoh laporan TA

Intervensi ergonomi dalam hal perbaikan sikap kerja atau stasiun kerja

adalah mutlak diperlukan terutama di industri kecil (Manuaba 1998). Karena

dengan intervensi ergonomi di industri kecil ini misalnya intervensi menggunakan

kursi kerja yang sesuai antropometri dan sebagainya akan dapat menurunkan

beban kerja ataupun keluhan secara subjektif serta dapat meningkatkan

produktivitas kerja (Adiputra et al.,2000; Azmi dan Marentani, 2001).

4.5 Analisis biaya dan Manfaat

Analisis biaya dan manfaat pada penggunaan gerinda pengasah modifikasi

dan perbaikan sikap kerja dihitung berdasarkan Rumus Benefit Cost Ratio (BCR).

Secara ekonomis, intervensi ergonomis ini memberikan manfaat jika : Benefit

Cost Ratio (BCR) > 1 dengan formulasi sebagai berikut :

Biaya pada perlakuan 0 (P0) :

Bahan baku batu permata perhari (Rp 50,- x 16 x 3,13) = Rp. 2.504,-

Kertas kalkir per hari (Rp 7.000 / 7) = Rp. 1.000,-

Minyak kelapa perhari (Rp. 3.500 / 7) = Rp. 500,-

Listrik rerata perhari (Rp. 75.000/30) = Rp. 2.500,-

Upah Pekerja per hari (16 x Rp 15.000,-) = Rp. 240.000,-

Jumlah = Rp. 246.504,-

Biaya pada perlakuan 2 (P2) :

Bahan baku batu permata perhari (Rp 50,- x 16 x 15,41) = Rp. 12.328,-

Kertas kalkir per hari (Rp 7.000 / 7) = Rp. 1.000,-

Minyak kelapa perhari (Rp. 3.500 / 7) = Rp. 500,-

Biaya Investasi alat pengasah (Rp500.000/(5x365 hari) = Rp. 300,-

Listrik rerata perhari Rp. 110.000/30 = Rp. 3.700,-

Biaya Investasi Meja dan kursi kerja (Rp1.600.000/365 hari) = Rp. 4.384,-

Upah Pekerja 16 x Rp 15.000,- = Rp. 240.000,-

Jumlah = Rp. 262.212,-

24

Page 25: contoh laporan TA

Rerata produksi tanpa penggunaan alat pengasah dan perbaikan sikap kerja

dalam sehari kerja seperti yang ditunjukkan Tabel 5.10 adalah 3,13 buah permata

untuk kelompok Kontrol, dan 15,41 buah untuk Perlakuan. Harga rerata permata

perbuah jenis batu akik adalah Rp. 20.000,-. Besar pendapatan perhari dapat

dijabarkan sebagai berikut.

Pendapatan untuk kelompok Kontrol :

Pendapatan Kotor 3,13 x 16 x Rp 20.000 = Rp. 1.001.600,-

Biaya untuk P0 perhari = Rp. 246.504,- _

Pendapatan Bersih untuk P0 = Rp. 755.096,-

Pendapatan untuk kelompok Perlakuan :

Pendapatan Kotor 15,41 x 16 x Rp 20.000 = Rp. 4.931.200,-

Biaya untuk P2 (termasuk biaya investasi) = Rp. 264.544,- _

Pendapatan Bersih untuk P2 = Rp. 4.666.656,-

Dari uraian tersebut dapat kita lihat bahwa terjadi peningkatan pendapatan

antara kelompok Kontrol terhadap Perlakuan adalah Rp 4.666.656 – Rp 755.096 =

Rp 3.911.560

Titik impas terjadi jika biaya intervensi sudah dipenuhi oleh peningkatan

pendapatan. Titik impas ini terjadi dalam satu hari kerja saja dengan besar benefit

cost rasio sebagai berikut.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa intervensi secara ergonomi

memberikan keuntungan/manfaat dari segi ekonomi setelah menempuh satu hari

kerja. Intervensi ergonomis yang dilakukan terhadap perajin bertujuan untuk

menciptakan rasa nyaman, sehat dan lebih produktif dalam bekerja. Apabila

keadaan ini bisa terwujud diharapkan dapat memberikan keuntungan atau manfaat

yang lebih besar baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pekerja

maupun pemilik usaha. Analisis keuntungan atau manfaat tersebut bisa ditinjau

dari berbagai aspek (Dalton dan Smitten, 1991).

25

Page 26: contoh laporan TA

Beberapa keuntungan atau manfaat lain yang mampu diberikan akibat

intervensi ergonomis dilakukan pada penelitian ini baik terhadap pekerja maupun

pemilik usaha dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Penghasilan pemilik usaha menjadi meningkat, karena hasil produksi

meningkat dan waktu pengerjaan lebih cepat bahkan bisa menambah upah

bagi para pekerja yang secara borongan ataupun harian dan memberikan

insentif lebih banyak/sering kepada para pekerja untuk meningkatkan

motivasi kerja mereka.

b. Bagi pekerja, selain bisa menyebabkan penghasilan atau aspek insentif

(yang diberikan pemilik usaha) bertambah, mereka bekerja menjadi lebih

nyaman, sehat, dan lebih produktif. Hal ini disebabkan karena menggosok

permata dibantu dengan menggunakan gerinda pengasah modifikasi dengan

sikap kerja duduk secara alamiah di kursi, sehingga pekerjaan lebih ringan dan

lebih cepat selesai, keluhan subjektif baik pada otot skeletal maupun kelelahan

juga bisa dikurangi.

c. Kemungkinan timbulnya perubahan fisiologis pada tubuh pekerja

karena sikap duduk bersila yang tidak alamiah bisa ditanggulangi dengan

perubahan sikap kerja duduk di kursi.

d. Bila pekerja bekerja secara borongan, waktu luang yang terjadi lebih

banyak karena pekerjaan bisa diselesaikan lebih cepat dan bisa digunakan

untuk kegiatan lain seperti menggarap sawah, atau untuk keperluan upacara

agama/adat di Bali.

Intervensi ergonomi sudah terbukti memberikan manfaat baik dari segi

ekonomi maupun dari segi kesehatan kerja. Banyak penelitian yang mendukung

hal ini, seperti yang dilakukan oleh Sutajaya (1998); Artayasa (2000); Azmi dan

Maretani (2001); Arjani (2003); dan Murniasih (2003), yang mengungkapkan

banyak manfaat akibat dari perbaikan sarana kerja dan sikap kerja secara

ergonomis.

26

Page 27: contoh laporan TA

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan antara lain.

a. Penggunaan rancangan alat pengasah batu permata dapat

meningkatkan produktivitas kerja perajin batu permata di kelurahan Subagan

Karangasem.

b. Peningkatan produktivitas kerja perajin permata akibat dari

penggunaan rancangan alat pengasah batu permata pada perajin batu permata

di kelurahan Subagan Karangasem adalah sebesar 478,8%

c. Penggunaan rancangan alat pengasah batu permata ini tidak hanya

bermanfaat dari segi ekonomi, tetapi dari segi kesehatan kerja juga

bermanfaat.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Dari penelitian yang sudah dilakukan terbukti bahwa penggunaan

rancangan alat pengasah batu permata dapat meningkatkan hasil produksi dan

produktivitas kerja perajin permata sehingga disarankan alat ini digunakan

pada proses penghalusan batu permata.

b. Bekerja menggosok permata dengan sikap kerja duduk bersila di lantai

menimbulkan banyak keluhan subjektif sedangkan bekerja menggosok

permata menggunakan stasiun kerja (meja dan kursi kerja) yang ergonomis

pada penelitian ini terbukti dapat menurunkan keluhan subjektif para perajin

permata. Oleh karena itu disarankan kepada para perajin permata yang masih

menggunakan sikap kerja yang tidak ergonomis (seperti duduk bersila di

lantai) untuk memperbaiki sikap kerja tersebut dengan cara menggunakan

stasiun kerja (kursi dan meja kerja) yang ergonomis.

27

Page 28: contoh laporan TA

28

Page 29: contoh laporan TA

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, N, Sutjana D.P. & Manuaba, A. 2000. Ergonomics Intervention in Small Scale Industry in Bali. Dalam : Lim, KY ed. Proceding of the Joint Conference of APCHI and ASEAN Ergonomics, Singapore.

Bakta, I.M. 1997. Seminar Metodologi Penelitian. Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana.

Bridger, R.S. 1995 Introduction to Ergonomic. Singapore : McGrraw – Hill Inc.

Chew, D.C.E. 1991. Productivity and Safety and Health dalam : permeggiani, L.ed. Encyclopedia of Occupational Health and Safety, Third (Revised) edt. ILO, Geneva : 1796 – 1797.

Colton, T. Sc.D. 1974. Statistic in Medicine. Boston : Litle Brown and Company.

Grandjean, E. 1998. Fitting the Task To the Man. A Textbook of Occupational Ergonomics. 4th Edition. London: Taylor & Francis Inc.

International Labour Office (ILO) dan International Ergonomics Association (IEA). 2000. Petunjuk Praktis Ergonomik, Petunjuk yang Mudah Diterapkan Dalam Meningkatkan Keselamatan dan Kondisi Kerja. Diterjemahkan oleh Tim Penterjemah DK3N. Jakarta

Isaac, S. dan W.B. Michael. 1971. Handbook in Research and Evaluation. A Collection of Principles, Methods and Strategies Usefull in Education and the Behavioral Sciences. California: Robert R. Knapp Publiser

Lilik, S. 2002. Penurunan Landasan Molen Sesuai Ukuran Tubuh Pekerja dan Pemberian Peneduh Meningkatkan Produktivitas Pengadukan Spesi Beton Secara Tradisional. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Denpasar.

Manuaba, A. 1992. Pengaruh Ergonomi Terhadap Produktivitas. Bunga Rampai Ergonomi Vol. 11. Program Studi Ergonomi – Fisiologi Kerja Universitas Udayana, Denpasar. 1998. 126 – 133

Manuaba, A. 1998. Dengan Desain yang Aman Mencegah Kecelakaan dan Cedera. Bunga Rampai Ergonomi vol.1. Denpasar: Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja. Universitas Udayana.

Manuaba, A. 1999. Ergonomi meningkatkan kinerja tenaga kerja dan perusahaan. Makalah disajikan dalam simposium dan pameran ergonomi Indonesia 2000 di Bandung, 18 – 19 Nopember 1999.

29

Page 30: contoh laporan TA

Prasetyowibowo, B. 1999. Desain Produk Industri Bandung. Bandung : Yayasan Delapan Sepuluh. Indonesia.

Rainbird, G. and O’Neill, D.H. 1995. work – Related Diseaes in Tropical Agriculture : A Review of Occupational Disorders Affecting Agricultural Workers in Tropical Developing Countries. Silsoe Research Institute.

Skepper, Straker, And Pollock. 1998. Is Ergonomics Information Used in the Engineering Design Process. Journal Article for Applied Ergonomics. Vol 25. no 4. ESA Engineer Desain. Available from www.elsevier.nl/inca/publications/store/ 3/0/3/8/9/30389.pub.istaut.shtml. Acessed June 3, 2006.

Soedirman. 1996. Uji Coba Intervensi Gizi Kerja Dalam Rangka Peningkatan Ketahanan Fisik dan Produktvitas Tenaga Kerja. Departemen Tenaga Kerja. Jakarta.

Suardana, E. 2001. Penggunaan Tangkai Tambahan Pada Sekop Menurunkan Beban Kerja Serta Keluhan Subjektif Penyekop Pasir. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Denpasar.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.

Tarwaka. 1991. Produktivitas dan Pemanfaatan Sumber Daya Manusia. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Jakarta : XXIV (2) : 55 – 57.

Taufiq Rochim. 1993. Teori dan Teknologi Proses Pemesinan. Lab Teknik Produksi Jurusan Teknik Mesin ITB. Bandung

Wijaya IR. 2000. Analisis Statistik dengan Program SPSS 10.0. Alfabeta. Bandung

30

Page 31: contoh laporan TA

LAMPIRAN 1

PERSONALIA PENELITIAN

1. Ketua Peneliti

a. Nama : M. Yusuf, S.Si, M.Ergb. Golongan Pangkat dan NIP : IIIb, Penata Muda Tk I, 132232496c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahlid. Jabatan Struktural : -e. Fakultas : Politeknik Negeri Balif. Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Balig. Bidang Keahlian : Ergonomi-Fisiologi Kerjah. Waktu untuk Penelitian ini : 8 jam/minggu

2. Anggota 1 Peneliti : a. Nama : Ir. I Ketut Gde Juli Suarbawa, M.Ergb. Golongan Pangkat dan NIP : IIId, Penata, 132055426c. Jabatan Fungsional : Lektord. Jabatan Struktural : -e. Fakultas : Politeknik Negeri Balif. Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Balig. Bidang Keahlian : Ergonomi-Fisiologi Kerjah. Waktu untuk Penelitian ini : 8 jam/minggu

3. Anggota 2 Peneliti : a. Nama : Ir. I Nyoman Gede Baliartab. Pangkat/Gol./NIP : Penata/IIIc/132003368c. Jabatan Fungsional : Lektord. Jabatan Struktural : -e. Fakultas : Politeknik Negeri Balif. Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Balig. Bidang Keahlian : Teknik Mesin

h. Waktu untuk Penelitian ini : 8 jam/minggu

3. Tenaga Teknisi :a. Nama : -b. Keahlian : -

4. Pekerja Lapangan : -5. Tenaga Administrasi : -

31

Page 32: contoh laporan TA

LAMPIRAN 2

BIAYA PENELITIAN

Rincian besarnya biaya yang dikeluarkan untuk penelitian ini dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Persiapan (kuesioner, alat tulis) = Rp 500.000

2. Penyewaan alat-alat ukur (stop watch,

soundlevel meter, anemometer, sling

thermometer, physicrometer, timbangan

badan dengan ketelitian 0,1 Kg) selama penelitian = Rp 1.000.000

3. Biaya perancangan 2 alat pengasah + meja kursi = Rp 2.400.000

4. Biaya transportasi peneliti = Rp 600.000

5. Insentif untuk orang coba(sampel) selama penelitian = Rp 2.700.000

6. Biaya penulisan laporan = Rp 500.000

7. Pemuatan di jurnal ilmiah = Rp 300.000

Jumlah = Rp 8.000.000 Terbilang : (Delapan juta rupiah)

32

Page 33: contoh laporan TA

LAMPIRAN 3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI

Ketua Proyek Penelitian

1. Nama : M. Yusuf, S.Si., M.Erg.2. Pangkat/Gol./NIP : Penata muda Tk.I/IIIb/132 232 4963. Jabatan : Asisten Ahli4. Tempat/Tgl. Lahir : Probolinggo, 20 Nopember 19755. Jenis Kelamin : Laki-Laki6. Pendidikan Terakhir :

a. S1 : Fisika-FMIPA Universitas Udayana, Th. 1998b. S2 : Ergonomi-Fisiologi Kerja, Program Pascasarjana

Universitas Udayana, Th. 2004

7. Pengalaman Penelitian :a. Sistem Pengindera Data Cuaca Dengan Memanfaatkan Perangkat

Cassy-E, tahun 1998b. The Utilization Of Music To Increase The Work Motivation And

Productivity Of The Art Carpenter In Sukowati Gianyar. Dimuat dalam prosiding seminar International Ergonomi di Kucing Malaysia Tahun 2003.

c. Tekanan Suhu Panas Dan Alat Kerja Yang Menimbulkan Getaran Serta Bunyi Bising Meningkatkan Beban Kerja Pada Pekerja Pembajak Sawah Di Kabupaten Tabanan Bali. Disampaikan pada acara Kongres dan Seminar Nasional Ergonomi di gedung pertemuan FTP UGM jogjakarta tanggal 13 September 2003.

d. Penggunaan Gerinda Modifikasi Dapat Menurunkan Beban Kerja Dan Meningkatkan Produktivitas Kerja Perajin Permata Bagian Proses Penghalusan Di Desa Subagan Karang Asem. Disajikan Pada Acara Seminar Nasional Aplikasi Ergonomi Dalam Industri di Gedung Fakultas Teknologi Mineral Upn Jogjakarta Tanggal 27 Maret 2004.

e. Penerapan Istirahat Pendek Dan Pemberian Snack Mengurangi Beban Kerja Dan Gangguan Otot Skeletal Serta Meningkatkan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Goreng Kerupuk Di Bukit Sanggulan Kediri Kabupaten Tabanan. Disajikan pada acara Seminar Nasional Ergonomi di Gedung Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada Jogjakarta Tanggal 9 Oktober 2004.

Anggota 1 :1. Nama : Ir. I Nyoman Gede Baliarta2. Pangkat/Gol./NIP : Penata/IIIc/1320033683. Tempat/Tgl Lahir : Pujungan,Tabanan, 30 September 19654. Jenis Kelamin : Laki-Laki5. Jabatan : Lektor 6. Pendidikan Terakhir : S1 Teknik Mesin7. Pengalaman Penelitiana. Perbedaan Kekerasan Baut M 6 Sampai Dengan M 16 Antara Baut Warna Putih

Dengan Warna Kuning. Penelitian Dana Mandiri Tahun 1999

33

Page 34: contoh laporan TA

b. Pengaruh Pembukaan Katup Gas Terhadap Pemakaian Bahan Bakar Pada Mobil Yang Menggunakan AC dan Tanpa AC. Disampaikan pada acara seminar Penelitian Dana Rutin Politeknik Negeri Bali Tahun 1999.

c. Pengujian Karakteristik Water Hammer Pada Sistim Suply Air Dengan Atau Tanpa Tangki Hidro-Pneumatik. Disampaikan pada acara seminar Penelitian Dana Rutin Politeknik Negeri Bali Tahun 2001.

d. Rancang Bangun Perangkat Praktek AC Mobil Dengan Penggerak Motor Listrik. Disampaikan pada acara seminar Penelitian Dana Rutin Politeknik Negeri Bali Tahun 2003.

Anggota 2 :1. Nama : Ir I Ketut Gde Juli Suarbawa, M.Erg.2. Pangkat/Gol./NIP : Penata/IIId/1320554263. Jabatan : Lektor4. Jenis Kelamin : Laki-Laki5. Tempat/Tanggal lahir : Belega/ 11 Juli 19666. Pendidikan Terakhir :

a. S1 : Teknik Mesin Universitas Udayana, Th. 1992b. S2 : Ergonomi-Fisiologi Kerja, Program Pascasarjana

Universitas Udayana, Th. 20037. Pengalaman Penelitian/Kegiatan Ilmiah:

a. Pengaruh Paparan Suhu Dingin Terhadap Kelelahan Pekerja di Bagian Could Storage PT. (Persero) PSB Cabang Bali. Disajikan dalam acara Kongres dan Seminar Nasional III BKSTI di Hotel Sahid Raya Surakarta, 30 – 31 Juli 2002.

b. Paparan Suhu Panas Pada Proses Nguwad dan Waktu Asupan Kalori Yang Tidak Tepat Dapat Meningkatkan Kelelahan dan Keluhan Otot Skeletal Perajin Gong "Sri Sedana" di Desa Tihingan Kabupaten Klungkung. Disajikan dalam Seminar Ilmiah XIII Ikatan Ahli Ilmu Faal Indonesia di Denpasar Bali, Tanggal 15 –17 Oktober 2002

c. Asupan Kalori Yang Kurang Dapat Meningkatkan Beban Kerja dan Keluhan Subyektif Perajin Gamelan Di Desa Tihingan Kabupaten Klungkung. Disajikan dalam Seminar Nasional dan Workshop Ergonomi 2003 “ Ergonomi Dalam Desain Produk Dan Sistem Kerja. Jakarta 7-10 April 2003.

d. Perbaikan Sikap Kerja Bongkar Muat Dapat Menurunkan Beban Kerja dan Keluhan Otot Skeletal Pekerja pada proses Pembakaran Keramik di UD Cik-Cak Keramik denpasar. Disajikan dalam Seminar Nasional Ergonomi dan Olahraga , Semarang 12 April 2003.

34

Page 35: contoh laporan TA

LAMPIRAN 4

Surat Persetujuan

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : ..............................................................................................

Umur : ..................... Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : ..............................................................................................

Dengan ini menyatakan sepenuhnya menyadari manfaat dan resiko penelitian

yang berjudul “ Perancangan Alat Pengasah Batu Permata Untuk Meningkatkan

Produktivitas Kerja Perajin Batu Permata di Kelurahan Subagan Karangasem

Bali”, oleh karena itu dengan sukarela saya menyetujui untuk diikut sertakan

sebagai subjek penelitian dengan catatan apabila suatu saat merasa dirugikan

dalam bentuk apapun dapat menarik diri dari persetujuan ini.

Mengetahui Karangasem, ..........................

Peneliti, Hormat Saya,

M. Yusuf ________________________

35

Page 36: contoh laporan TA

LAMPIRAN 5

Foto alat pengasah batu permata

36