Copyright @ Kementerian Desa, Pembangunan Daerah...
Transcript of Copyright @ Kementerian Desa, Pembangunan Daerah...
Copyright @ Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Hak Cipta Dilindungi Undang Undang
Pengarah: Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP.
Penanggungjawab: Drs. Daryoto, M.ScIr. Rr. Aisyah Gamawati, MM
Koordinator Substansi: 1. Sukandar 2. Teuku Chaerul 3. Sudrajat4. Agus Wicaksono5. Diah Ratri Kushermini
Penulis: 1. Frans Jelong2. Heri Kuswanto3. Hendrikus Paulus Kaunang4. Muhammad Ardiansyah5. Rupita6. Fansiskus X. J. Perdana
Desain Grafis Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Diterbitkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
PercetakanCetakan Pertama, November, 2016
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI2016
i Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
EXECUTIVE SUMMARY
Indeks Ketahanan Konflik di Daerah Tertinggal yang disajikan dalam Laporan ini disusun dalam suatu semangat merespon dua gambaran situasi aktual yang terjadi saat ini: 1) situasi nasional yang meyakinkan dan situasi daerah yang menuntut diperhatikan. 2) Momentum kepemimpinan nasional menjadi basis legitimasi politik tersendiri bagi relevansi dan keaktualan upaya pencegahan konflik kekerasan, penguatan kapasitas dan kinerja birokrasi pemerintahan dalam rangka percepatan dan pemerataan pembangunan dan penguatan kapasitas masyarakat untuk cegah dan kelola konflik terutama melalui payung hukum Undang-Undang No 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial dan Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Kategori Tertinggal Tahun 2015 – 2019. Membaca hasil indeks ini dalam konteks baru tersebut berarti membawa kembali konflik dan kekerasan ke dalam isu kebijakan pembangunan, reformasi birokrasi termasuk penegakan hukum yang adil dan partisipasi aktif warga negara ke dalam pembuatan kebijakan khususnya di daerah-daerah tertinggal di Indonesia.
Executive Summaryii .................................
...............................................................................................................................................................
IKKDTI 2016 dirumuskan dan dihasilkan untuk memberi gambaran cepat mengenai ketahanan sekaligus kerawanan suatu daerah atau kabupaten terhadap konflik kekerasan. Kekhususan indeks ini terletak pada kerangka berpikir atau konsep yang membaca kerawanan konflik suatu kabupaten melalui interaksi antara tiga konteks aktual dan pemilihan 122 kabupaen daerah tertinggal sebagai wilayah indeks. Daerah tertinggal untuk periode 2015 - 2019, sebanyak 122 kabupaten tersebar di 24 propinsi yang ditangani Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, adalah deretan daerah yang menanggung resiko-resiko struktural dari ketertinggalan dalam hal kualitas pembangunan, kualitas demokrasi dan kualitas penegakan hukum.
IKKDTI 2016 yang disajikan dalam laporan ini dibangun dari kerangka berpikir yang peka terhadap kondisi struktural daerah tertinggal dan peka terhadap konteks nasional terkini. Indeks ini kemudian berusaha memahami interaksi antara dua dimensi tersebut melalui capaian dan keterbatasan yang tergambar dalam 3 aspek penting yakni tata kelola, kapasitas kelembagaan dan ketahanan masyarakat. Kombinasi antara capaian ketiga aspek tersebut secara kuantitatif menentukan tingkat ketahanan dan kerawanan suatu daerah terhadap konflik kekerasan sekaligus memberi informasi tentang kapasitas perdamaian baik yang secara aktual telah diaktivasi maupun secara potensial siap untuk diperkuat.
Gambaran Hasil Akhir IKKDTI 2016IKKDTI 2016 menggunakan 4 kategori ketahanan konflik yakni
tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Keempat kategori tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan secara detil tingkat ketahanan suatu daerah terhadap kon-flik kekerasan sekaligus terbaca tingkat kerentanannya. Bersamaan dengan itu, penggunaan keempat kategori tersebut memberi gambaran umum prioritas daerah tertinggal yang patut mendapat intervensi kebijakan dan program. Berikut disampaikan sejumlah poin penting dari hasil
iii Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
analisis terhadap IKKDTI 2016.Kategori Ketahanan. Dalam IKKDTI 2016 ini, terdapat 31
kabupaten (25,41 %) yang memiliki angka indeks tinggi atau memiliki tingkat ketahanan konflik tinggi, terdapat 44 kabupaten (36,07 %) masuk dalam kategori sedang atau memiliki tingkat ketahanan sedang, 22 kabupaten (18,03 %) dengan kategori indeks ketahanan rendah atau memiliki tingkat ketahanan rendah, terdapat 25 kabupaten (20,49 %) yang memiliki nilai indeks sangat rendah atau ketahanan konflik sangat rendah.
Bertolak dari hasil IKKDTI 2016, pesan utamanya adalah tingkat ketahanan sekaligus kerawanan daerah tertinggal terhadap konflik kekerasan dikondisikan oleh kombinasi capaian tata kelola, capaian kapasitas kelembagaan dan daya tahan masyarakat.
Hasil IKKDTI 2016 memberi basis empirik bagi keharusan memahami ketahanan dan kerawanan konflik kekerasan di daerah tertinggal melalui dinamika interaksi antara demokrasi, pembangunan ekonomi dan penegakan hukum-keamanan. Tata kelola sebagai episentrum kebijakan atau sebagai fundamen pembangunan perdamaian (infrastructures of peace) tidak saja penting bagi daerah tertinggal yang miskin SDM dan SDA tapi juga berlaku bagi daerah tertinggal yang ditandai surplus kedua sumber daya tersebut termasuk surplus demografi. Persoalan terletak pada kerentanan struktural berkenaan dengan akses kepada pelayanan publik, akuntabilitas kebijakan, dan keadilan hukum yang menghasilkan kelompok-kelompok rentan (vulnerable groups) terhadap kekerasan kolektif baik sebagai pelaku maupun sebagai korban. Dalam situasi tersebut, tata kelola kepemerintahan dapat memicu kerentanan menjadi konflik kekerasan atau sebaliknya dapat mengubah kerentanan menjadi resiliensi bagi kepentingan publik melalui partisipasi, transparansi dan akuntabilitas kebijakan. Tata kelola yang peka konflik memadukan kearifan demokrasi, menjunjung tinggi keadilan sosial dan ekonomi serta mencegah rusaknya kohesi sosial.
Executive Summaryiv .................................
...............................................................................................................................................................
v Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan TransmigrasiRepublik Indonesia
Salah satu amanat penting ditetapkannya UU No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial adalah menciptakan kehidupan masyarakat yang aman, tenteram, damai, dan sejahtera. Hal ini bisa terlaksana jika negara secara konsisten hadir untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara Indonesia sebagaimana “Nawa Cita” Pemerintah Indonesia periode 2015-2019.
Peran pemerintah menjadi sangat strategis sebagai representasi kehadiran negara dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman, tentram, damai dan sejahtera. Kehadiran negara untuk melindungi dan memberikan rasa aman bagi seluruh warga bangsa tentu sangat tergantung pada kesiapan pemerintah dalam merespon berbagai potensi kerawanan dan dinamika sosial yang berkembang dalam masyarakat sejak dini, melalui kebijakan-kebijakan dan
Kata Pengantarvi .................................
...............................................................................................................................................................
pendekatan pembangunan yang disesuai dengan realitas masalah dan kebutuhan masing-masing daerah.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, yang memiliki tugas dan fungsi serta tanggungjawab dalam perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan, pemberdayaan masyarakat desa, pengembangan daerah tertentu, pembangunan daerah tertinggal, penyiapan pembangunan permukiman, dan pengembangan kawasan transmigrasi, memandang perlu untuk memberikan kontribusi dalam upaya mendorong pembangunan perdamaian yang berkelanjutan di Indonesia, melalui penyedian data dan informasi terkait penanganan konflik sosial di Indonesia, dalam bentuk Indeks Ketahanan Konflik Daerah Tertinggal di Indonesia (IKKDTI), sebagai bahan rujukan semua pihak dalam merumuskan kebijakan pembangunan dan upaya pencegahan konflik sosial di Indonesia.
IKKDTI 2016 dirumuskan dan dihasilkan untuk memberi gambaran cepat mengenai ketahanan sekaligus kerawanan suatu daerah atau kabupaten terhadap konflik kekerasan. Indeks ini merupakan sebuah eksperimentasi akademik dengan tujuan praktis: mendorong agenda nasional pencegahan konflik kekerasan di Indonesia. Dengan mengambil sampel 122 kabupaten daerah tertinggal sebagai wilayah indeks.
Indeks ini hendak memberi gambaran serba cepat kondisi kapasitas perdamaian dan kerentanan konflik di Indonesia. Capaian melalui angka hasil olahan statistik barangkali tidak selalu berhasil sebagai cermin realitas, apalagi sebagai neraca yang akurat bagi dinamika sosial, ekonomi dan politik lokal yang terus bergerak. Namun demikian, kondisi terkini kerawanan konflik di Indonesia patut diselidiki sedini mungkin, dan Indeks Ketahanan Konflik Daerah Tertinggal pun hadir sebagai alat deteksi dan proyeksi mengenai apa saja harus dilakukan untuk mencegah agar konflik tidak berubah menjadi kekerasan kolektif di daerah.
vii Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Akhirnya, atas nama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, saya menyampaikan ucapan terima kasih serta apresiasi yang setinggi-tingginya, khususnya kepada Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertentu beserta seluruh jajarannya, yang telah menginisiasi penyusunan Indeks Ketahanan Konflik Daerah Tertinggal di Indonesia (IKKDTI) Tahun 2016 ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Indeks Ketahanan Konflik Daerah Tertinggal ini.
Besar harapan saya agar Indeks ini dapat dijadikan rujukan dalam penyusunan berbagai kebijakan pembangunan, khususnya kebijakan pembangunan yang terkait dengan pembangunan perdamaian di Indonesia.
Jakarta, Nopember 2016
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan TransmigrasiRepublik Indonesia
Eko Putro Sandjojo
Kata Pengantarviii .................................
...............................................................................................................................................................
ix Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
PENGANTAR PENULIS
Indeks Ketahanan Konflik di Daerah Tertinggal 2016 merupakan kelanjutan dari kajian IKKDTI 2014. Indeks ini merupakan sebuah eksperimentasi akademik dengan tujuan praktis: mendorong agenda nasional pencegahan konflik kekerasan di Indonesia. Dengan mengambil sampel 122 kabupaten daerah tertinggal sebagai wilayah indeks, indeks ini hendak memberi gambaran serba cepat kondisi kapasitas perdamaian dan kerentanan konflik di Indonesia. Capaian melalui angka hasil olahan statistik barangkali tidak selalu berhasil sebagai cermin realitas, apalagi sebagai neraca yang akurat bagi dinamika sosial, ekonomi dan politik lokal yang terus bergerak. Namun demikian, kondisi terkini kerawanan konflik di Indonesia patut diselidiki sedini mungkin dan Indeks pun hadir sebagai alat deteksi dan proyeksi mengenai apa saja harus dilakukan untuk mencegah konflik berubah menjadi kekerasan kolektif.
Pengantar Penulisx .................................
...............................................................................................................................................................
Banyak pihak telah mengambil bagian aktif dalam penyusunan Indeks ini. Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) telah memberi kepercayaan dan dukungan kepada tim penyusun (UGM) untuk mengerjakan penyusunan indeks ini. Berkat dukungan dan kerja sama selama tiga bulan, IKKDTI akhirnya sampai pada bentuk buku ini. Karena itu, ucapan terima kasih patut dihaturkan kepada Bapak Suprayoga Hadi selaku Dirjen Pengembangan Daerah Tertentu, dan semua pihak yang mendukung penyusunan Indeks ini.
Akhirnya, patut kami sampaikan bahwa segala keterbatasan dalam Indeks ini merupakan tanggung jawab tim penyusun. Keterbukaan kepada pembaharuan indeks pada tahun-tahun berikutnya merupakan keniscayaan baik dari sisi akademik maupun dari kebutuhan praktis agar Indeks ini tetap bermanfaat bagi pembuatan kebijakan, diskusi publik, dan penelitian ilmiah.
Tim Penyusun
xi Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Pengantar Penulisxii .................................
...............................................................................................................................................................
Daftar Isi
xiii Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
DAFTAR ISI
EXECUTIVE SUMMARY ................................................................i KATA PENGANTAR .........................................................................vPENGANTAR PENULIS ..................................................................ixDAFTAR ISI ....................................................................................xiiiDAFTAR TABEL ................................................................................xvDAFTAR LAMPIRAN .......................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................1 1.1 IKKDTI 2014: Momentum Perubahan ................................3 1.2 IKKDTI 2014: Potret Ketahanan dan Kerentanan DaerahTertinggal .....................................................................6 1.3 ImplikasiIKKDTI .......................................................................19 1.4 Tujuan&RelevansiIKKDTI ....................................................20
Daftar Isixiv .................................
...............................................................................................................................................................
BAB II PERTIMBANGAN METODOLOGI ............................23 2.1 IsuKonflik:PembangunanDemokrasidanKeamanan .....23 2.2 WilayahIndeks .........................................................................29 2.3 SumberDataIndeks ................................................................35 2.4 MetodeAnalisis ........................................................................40 2.5 FormulasiIndeks ......................................................................47 2.6 Limitasi .......................................................................................53 BAB III KONSEP DASAR IKKDTI .............................................55 3.1 Konflik,KekerasandanRawanKonflik.................................55 3.2 KetahanandanKerentananKonflikDaerahTertinggal ....59 3.3 Aspek,VariabeldanIndikator ................................................61 3.4 TigaAspekIKKDTI ...................................................................61 3.5 VariabeldanIndikatorIKKDTI ...............................................69 BAB IV IKKDTI 2014: HASIL DAN ANALISIS .......................73 4.1 GambaranHasil ........................................................................74 4.2 CapaianAspekTataKelola .....................................................84 4.3 CapaianAspekKapasitasKelembagaan ..............................87 4.4 CapaianAspekKetahananMasyarakat ...............................94 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...........................101 5.1.Kesimpulan ...............................................................101 5.2 Rekomendasi ............................................................105
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................107LAMPIRAN ....................................................................................113
xv Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Cakupan Wilayah IKKDTI 2016 ...........................32Tabel 2.2 Penentuan Kategori Berdasarkan IntervalKonfidensi ..................................................52Tabel2.3 PenentuanKategoriBerdasarkanKuantil ..........52Tabel 3.1. Aspek, Variabel, dan Indikator IKKDTI 2016 .....70Tabel 4.1. Capaian IKKDTI 2016 ............................................78Tabel 4.2. Parameter untuk Aspek Tata Kelola .....................85Tabel 4.3. Parameter untuk Aspek Kapasitas Kelembagaan ............................................................89Tabel 4.4. Parameter untuk Aspek Kapasitas Kelembagaan ............................................................90Tabel4.5. Perbandinganjumlahkonflikdengancapaian aspek TK, aspek KK, aspek KM dan capaianIKKDTI ........................................................93
Daftar Tabelxvi .................................
...............................................................................................................................................................
Tabel 4.6. Parameter untuk Aspek Ketahanan Masyarakat................................................................95Tabel 4.7. Capaian Aspek Ketahanan Masyarakat TertinggidanTerendah ...........................................96
xvii Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Penghitungan IKKDTI ....................................................114Lampiran 2. Aspek, Variabel, dan Indikator ..............................................141Lampiran 3. Bobot Variabel dan Aspek IKKDTI ........................................144Lampiran 4. Jumlah Konflik Kekerasan dan Perbandingan Isu Konflik Kekerasan yang Dominan ...................................150Lampiran 5. Sumber Data .............................................................................170
Daftar Lampiranxviii .................................
...............................................................................................................................................................
1 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
PENDAHULUAN
BAB I
Kondisi terkini Indonesia ditandai oleh stabilitas sosial dan politik yang relatif lebih baik dibanding periode awal transisi menuju demokrasi. Kekerasan berskala massif, baik yang disebabkan oleh konflik vertikal maupun konflik horisontal, sudah tidak terjadi lagi. Dibandingkan dengan perkembangan stabilitas sosial dan politik regional dan internasional, kondisi Indonesia saat ini jauh lebih baik dibandingkan sejumlah negara di Asia Tenggara, Asia Tengah dan Timur Tengah.1 Kepercayaan publik kepada institusi dan mekanisme demokrasi meningkat tajam, sementara kontrol sipil terhadap militer semakin terlembaga.2 Bersamaan dengan itu, reformasi birokrasi
1 Lihat Global Peace Index 2014.2 Lihat Marcus Mietzner. 2006. “The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance”.Policy Studies 23. Washington: East-West Center Washington
Pendahuluan2 .................................
...............................................................................................................................................................
gencar dilakukan mulai dari penataan dan koordinasi antar-lembaga sampai pada perubahan paradigma pelayanan publik yang lebih pro-aktif, responsif dan inklusif.
Gambaran makro yang positif ini tidak terlepas dari membaiknya kapasitas dan kinerja pemerintah serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perdamaian bagi akselerasi pembangunan ekonomi. Aceh pasca-konflik, misalnya, melewati masa transisi tanpa gangguan keamanan yang sigfnifikan. Pelembagaan demokrasi dan transformasi politik pasca konflik berjalan relatif aman dan tertib meski kerap ditandai persaingan antar elit mantan kombatan merebut kepemimpinan daerah.3 Papua dan Papua Barat juga mengalami hal serupa khusus melalui desentralisasi berupa pemekaran wilayah dan akselerasi pembangunan ekonomi melalui paket Kebijakan Otonomi Khusus. Demikian halnya dengan daerah-daerah pasca konflik komunal seperti Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Barat. Akselerasi pembangunan dan desentralisasi menjadi pilar utama transformasi konflik dengan ragam dinamika dan tantangan yang khas. Terlepas dari sejumlah masalah warisan masa konflik yang belum tuntas, daerah-daerah pasca konflik tengah bertransformasi secara bertahap melalui penguatan kapasitas pemerintah dan promosi kohesi sosial.
Kendati demikian, gambaran makro tersebut tidak dapat menyembunyikan geliat konflik sosial yang dikondisikan oleh akselerasi pembangunan ekonomi, desentralisasi dan demokratisasi di tingkat lokal. Konflik ini tidak lagi berkaitan dengan transisi tetapi transformasi sosial berkenaan dengan pelembagaan demokrasi serta sinergisitasnya dengan akselerasi pembangunan dan penegakan hukum. Sumber konflik pun beragam mulai dari kontestasi politik lokal, perebutan akses sumber daya alam, sampai pada konflik identitas yang bersumber pada rekognisi dan supremasi budaya, agama dan teritori.
3 Untuk kasus Sebagai ilustrasi bisa dirujuk United Nations Development Program. 2012. Governance and Capacity Building in Post-Crisis Aceh. Laporan Australian National University Enterprise
3 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Di satu sisi, konflik-konflik tersebut mencerminkan dinamika sosial sebagai respon terhadap perubahan kondisi struktural di atas namun di sisi lain, juga mencerminkan interaksi atau pelembagaan saling pengaruh yang belum padu antara demokrasi, pembangunan dan keamanan di tingkat lokal. Dengan kata lain, stabilitas sosial-politik di tingkat makro belum sejalan dengan persoalan kapasitas kelembagaan dan tata kelola di tingkat daerah yakni merumuskan dan melembagakan sinergi yang kontekstual antara trayek demokrasi, pembangunan dan keamanan-penegakan hukum.
1.1 IKKDTI 2016: Momentum PerubahanIndeks Ketahanan Konflik di Daerah Tertinggal yang disajikan
dalam Buku Indeks ini disusun dalam suatu semangat merespon dua gambaran situasi aktual yang dijelaskan sebelumnya: situasi nasional yang meyakinkan dan situasi daerah yang menuntut diperhatikan. Momentum kepemimpinan nasional menjadi basis legitimasi politik tersendiri bagi relevansi dan keaktualan upaya pencegahan konflik kekerasan, penguatan kapasitas dan kinerja birokrasi pemerintahan dalam rangka percepatan dan pemerataan pembangunan dan penguatan kapasitas masyarakat untuk cegah dan kelola konflik terutama melalui payung hukum Undang-Undang No 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial dan Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Kategori Tertinggal Tahun 2015 – 2019. Membaca hasil indeks ini dalam konteks baru tersebut berarti membawa kembali konflik dan kekerasan ke dalam isu kebijakan pembangunan, reformasi birokrasi termasuk penegakan hukum yang adil dan partisipasi aktif warga negara ke dalam pembuatan kebijakan khususnya di daerah-daerah tertinggal di Indonesia.
Sebagaimana IKKDTI 2014, IKKDTI 2016 dirumuskan dan dihasilkan untuk memberi gambaran cepat mengenai ketahanan sekaligus kerawanan suatu daerah atau kabupaten terhadap konflik kekerasan. Sebagaimana akan diuraikan pada bab-bab selanjutnya,
Pendahuluan4 .................................
...............................................................................................................................................................
kekhususan indeks ini terletak pada kerangka berpikir atau konsep yang membaca kerawanan konflik suatu kabupaten melalui interaksi antara tiga konteks aktual dan pemilihan 122 kabupaen daerah tertinggal sebagai wilayah indeks. Tiga konteks aktual merupakan bagian dari produk dan proses kebijakan nasional dalam lebih dari satu dekade terakhir sementara ketertinggalan daerah bercerita tentang kondisi struktural dan daya respon pemerintah daerah dan masyarakat. Karena itu, tingkat ketahanan dan kerentanan terhadap konflik kekerasan di seluruh kabupaten sampel dalam indeks ini memberi informasi berharga mengenai efektivitas dan dampak transformasi struktural dari proyek nasional sekaligus kerentanan dan kapasitas daerah mengelola manfaat dan keterbatasan sumber daya dalam 3 aspek penting yakni tata kelola (governance), kapasitas kelembagaan (institutional capacity) dan ketahanan masyarakat (community resilience).
Daerah tertinggal untuk periode 2015 - 2019, sebanyak 122 kabupaten tersebar di 24 propinsi yang ditangani Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, adalah deretan daerah yang menanggung resiko-resiko struktural dari ketertinggalan dalam hal kualitas pembangunan, kualitas demokrasi dan kualitas penegakan hukum. Dalam hal kualitas pembangunan, 6 indikator yang digunakan KPDT mencakup (1) perekonomian masyarakat, (2) sumberdaya manusia; (3) infrastruktur (prasarana); (4) kemampuan keuangan lokal (celah fiskal); (5) aksesibilitas dan (6) karakteristik daerah.4 Dalam hal kualitas demokrasi, konflik politik dan tata kelola kebijakan seringkali berujung pada konflik kekerasan. Sementara kualitas penegakan hukum yang buruk tercermin dari meningkatnya ketidakpuasan masyarakat terhadap diskriminasi penegakan hukum, rendahnya kinerja aparat kepolisian dan kejaksanaan dalam penanganan kasus, termasuk praktek mafia hukum yang melibatkan polisi, jaksa dan hakim dan praktek telah
4 Lihat Website Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, www.kemendespdtt.go.id/. Lihat juga Peraturan Presiden Indonesia Nomor 131 Tahun 2015.
5 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat daerah tertinggal. IKKDTI 2016 yang disajikan dalam buku ini dibangun dari
kerangka berpikir yang peka terhadap kondisi struktural daerah tertinggal dan peka terhadap konteks nasional terkini. Indeks ini kemudian berusaha memahami interaksi antara dua dimensi tersebut melalui capaian dan keterbatasan yang tergambar dalam 3 aspek penting yakni tata kelola, kapasitas kelembagaan dan ketahanan masyarakat. Kombinasi antara capaian ketiga aspek tersebut secara kuantitatif menentukan tingkat ketahanan dan kerawanan suatu daerah terhadap konflik kekerasan sekaligus memberi informasi tentang kapasitas perdamaian baik yang secara aktual telah diaktivasi maupun secara potensial siap untuk diperkuat.
Menakar kerawanan tidak sama dengan menakar kekerasan atau kemiskinan. Dua hal terakhir memiliki object of reference yang bersifat langsung dengan indikator-indikator yang kategorial yang relatif populer digunakan. Dalam penyusunanan indeks ini, tingkat ketahanan dan kerentanan relatif bersifat abstrak dan potensial, yang dihasilkan dari pengukuran terhadap kerentanan struktural (structural vulnerabilities).5Sebagaimana diuraikan pada Bab 3, ketahanan dan kerentanan struktural tercermin dalam dalam seluruh indikator IKKDTI yang mencakup representasi politik, kualitas pelayanan publik dasar, kebijakan pemerintah daerah yang sensitif konflik, kinerja lembaga penegak hukum, dan kapasitas ekonomi daerah. Selain itu, ketahnanan dan kerentanan struktural juga disebabkan oleh daya tahan komunitas atau masyarakat terhadap tekanan internal dan eksternal yang memicu konflik menjadi kekerasan kolektif. Ketahanan dan kerentanan struktural terkait daya tahan masyarakat diukur melalui sejumlah indikator yang mencakup dinamika masyarakat sipil, ketersediaan aktivitas livelihood yang
5 Structural Vulnerabilities merupakan konsep yang menggambarkan kerentanan individu atau kelompok terhadap kekekerasan, krisis dan bencana sebagai resiko dari pengabaian pembangunan ekonomi terhadap dimensi manusia atau pembangunan manusia (human development). Lihat uraian lengkap dalam United Nations Development Program. 2014. Human Development Report, Sustaining Human Progress: Reducing Vulnerabilities and Building Resilience. New York: UNDP publication
Pendahuluan6 .................................
...............................................................................................................................................................
memperkuat solidaritas sosial dan promosi perdamaian melalui pendidikan dan budaya lokal.
Seberapa jauh kerentanan struktural yang lahir dari kapasitas kelembagaan dan daya tahan masyarakat melahirkan kerentanan aktor-institusi negara dan masyarakat terhadap kekerasan kolektif sangat bergantung pada kualitas tata kelola kepemerintahan. Sentralitas tata kelola terletak pada pertama, kapasitasnya untuk mengelola konflik demi menghasilkan kepentingan bersama dan kedua, kapasitasnya melipatgandakan sikap saling percaya dan visi bersama berkat kerja sama dan kemitraan. Ketiadaan tata kelola adalah kondisi terburuk yang menyebabkan kelompok kepentingan, baik yang berkuasa maupun yang dirugikan, mengambil jalan pintas dengan menggunakan instrumen kekerasan seperti pembunuhan, pengeroyokan, penyiksaan, pengrusakan, pengambilalihan secara paksa dan juga ancaman atau teror.
1.2 IKKDTI 2016: Potret Ketahanan dan Kerentanan Daerah Tertinggal
IKKDTI 2016 menggunakan 4 kategori ketahanan konflik yakni tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Keempat kategori tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan secara detil tingkat ketahanan suatu daerah terhadap kon-flik kekerasan sekaligus terbaca tingkat kerentanannya. Bersamaan dengan itu, penggunaan keempat kategori tersebut memberi gambaran umum prioritas daerah tertinggal yang patut mendapat intervensi kebijakan dan program. Berikut disampaikan sejumlah poin penting dari hasil analisis terhadap IKKDTI 2016.
Kategori Ketahanan. IKKDTI 2016 mengklasifikasikan 122 kabupaten dae-rah tertinggal ke dalam empat kategori ketahanan konflik yakni tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Dalam IKKDTI 2016 ini, terdapat 31 kabupaten (25,41 %) yang memiliki angka indeks tinggi atau memiliki tingkat ketahanan konflik tinggi, antara lain : Pandeglang, Landak, Puncak Jaya, Sumbawa, Sorong
7 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Selatan, Sampang, Situbondo, Polewali Mandar, Lebak, Lombok Tengah, Bima, Lombok Barat, Bondowoso, Lombok Timur, Nunukan, Pohuwato, Lombok Utara, Melawi, Hulu Sungai Utara, Pasa-man Barat, Sintang, Manggarai Barat, Seruyan, Aceh Singkil, Sumbawa Barat, Timor Tengah Selatan, Tolitoli, Sigi, Solok Selatan, Ende dan Parigi Moutong. Berikut terdapat 44 kabupaten (36,07 %) masuk dalam kategori sedang atau memiliki tingkat ketahanan sedang, antara lain: Alor, Tambrauw, Nias Utara, Bengkayang, Lembata, Maluku Teng-gara Barat, Maybrat, Halmahera Timur, Kepulauan Yapen, Manggarai, Kapuas Hulu, Nabire, Timor Tengah Utara, Donggala, Jeneponto, Sorong, Kepulau-an Mentawai, Ketapang, Boalemo, Mahakam Ulu, Musi Rawas, Musi Rawas Utara, Kepulauan Sula, Biak Numfor, Manggarai Timur, Banggai Laut, Buol, Bombana, Mamuju Tengah, Banggai Kepulauan, Konawe, Tojo Una-Una, Sarmi, Pesisir Barat, Kayong Utara, Seram Bagian Barat, Keerom, Merauke, Bangkalan, Buru, Lampung Barat, Dom-pu, Seluma dan Maluku Tengah. Terda-pat 22 kabupaten (18,03 %) dengan kategori indeks ketahanan rendah atau memiliki tingkat ketahanan rendah, antara lain : Jayawijaya, Pulau Morotai, Tolikara, Supiori, Pegunungan Bintang, Puncak, Deiyai, Mamberamo Raya, Yahukimo, Pulau Taliabu, Paniai, Hal-mahera Selatan, Teluk Bintuni, Boven Digoel, Asmat, Nias, Raja Ampat, Mappi, Waropen, Halmahera Barat, Kepulauan Aru dan Buru Selatan. Sementara itu, terdapat 25 kabupaten (20,49 %) yang memiliki nilai indeks sangat rendah atau ketahanan konflik sangat rendah, yakni : Morowali Utara, Maluku Barat Daya, Lanny Jaya, Seram Bagian Timur, Mamberamo Tengah, Intan Jaya, Dogi-yai, Nduga, Nias Barat, Malaka, Yalimo, Sambas, Sumba Timur, Sabu Raijua, Gorontalo Utara, Konawe Kepulauan, Sumba Barat, Teluk Wondama, Rote Ndao, Nias Selatan, Kupang, Nagekeo, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah dan Belu.
Kontribusi Aspek dalam IKKDTI. Capaian IKKDTI suatu daerah sangat dipengaruhi oleh besarnya capaian dalam aspek Tata Kelola (0.780734), diikuti oleh capaian Ketahanan Masya-rakat (0.156998),
Pendahuluan8 .................................
...............................................................................................................................................................
dan capaian Kapasitas Kelembagaan (0.062267). Ketiga aspek ini secara bersama-sama menentukan besarnya capaian IKKDTI suatu daerah, di mana Aspek Tata Kelola menjadi elemen yang paling berpengaruh seba-gai sumber kerentanan struktural. Capaian Aspek ini dalam IKKDTI mencerminkan tinggi rendahnya kapasitas respon dan kinerja negara, dalam hal ini pemerintah daerah di daerah tertinggal, terhadap kebutuhan dasar dan persoalan krusial yang sedang dialami masyarakat daerah tertinggalseperti belum membaiknya akses pelayanan publik dasar (tingkat partisipasi sekolah dasar, angka kematian bayi dan kasus korupsi pejabat terhadap dana publik); kualitas dan performa kebijakan publik yang kerap ditandai kekerasan antara aparat Pemda dan masyarakat; rendahnya kinerja lembaga hukum dan keamanan di daerah yang ditandai oleh frekuensi tindak kekerasan yang dilakukan masyarakat maupun aparat keamanan, praktek korupsi di lembaga penegak hukum dan kekerasan antara aparat TNI dan POLRI; rendahnya representasi politik masyarakat dan kinerja lembaga penyelenggara yang juga tercermin melalui frekuensi tindak kekerasan antar kelompok; dan rendahnya kapasitas ekonomi daerah yang tercermin dalam rasio PAD terhadap pendapatan daerah dalam APBD, tingkat pertumbuh-an ekonomi dan tingkat PDRB.
Capaian Aspek Tata Kelola.Capaian aspek Tata Kelola di 122 kabupaten tertinggal cukup mencolok. Daerah-daerah yang memiliki capaian IKKDTI tinggi (ketahanan konflik tinggi dan sebaliknya kerawanan konflik rendah) umumnya memiliki capaian aspek Tata Kelola yang sangat tinggi juga. Sementara daerah yang memiliki ketahanan konflik sedang, rendah dan sangat rendah (atau kerawanan konflik sedang, tinggi dan sangat tinggi) umumnya memiliki capaian aspek ini yang jauh lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh besarnya bobot aspek Tata Kelola terhadap penghitung-an IKKDTI 2016 (lihat lampiran mengenai bobot masing-masing aspek). Dalam capaian IKKDTI 2016, semua kabupaten yang mempunyai skor tinggi pada aspek tata kelola cenderung memi-liki IKKDTI tinggi, sebaliknya jika
9 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
skor aspek tata kelola rendah, demikian pun IKKDTI menjadi rendah. Indeks Aspek Tata Kelola (TK) dihitung dari capaian 3 variabel, yakni: Mekanisme Pencegahan Konflik Inklusif (TK1), Proses Cegah Konflik Nir-kekerasan (TK2), dan Institusi dalam Pencegahan Konflik (TK3). Karena keterbatasan data, perumusan indikator dalam Aspek Tata Kelola ini hanya bisa difokuskan pada indikator dengan skala data yang bersifat biner (ada-atau-tidak).
Capaian aspek Tata Kelola di 122 kabupaten daerah tertinggal terkonsentrasi dalam 3 kelompok kategori yakni ketahanan sangat rendah (45 kabupaten), ketahanan sedang (44 kabupaten) dan ketahanan tinggi (31 kabupaten). Hanya ada dua kabupaten yang memiliki ketahanan rendah. Kabupaten-kabupaten yang dikategorikan memiliki capaian indeks ketahanan konflik tinggi pada umumnya memiliki capaian aspek Tata Kelola yang tinggi pula. Sedangkan kabupaten yang memiliki capaian IKKDTI rendah, tercermin dalam rendahnya capaian aspek Tata Kelola. Lima kabupaten dengan capaian tata kelola terendah (ketahanan sangat rendah) adalah Morowali Utara, Maluku Barat Daya, Dogiyai, Lanny Jaya dan Intan Jaya. Rendahnya capaian Aspek Tata Kelola lima kabupaten ini karena mereka tidak memenuhi beberapa indikator yang cukup menentukan capaian indeksnya. Indikator-indikator tersebut mewakili dua variabel signifikan yakni Mekanisme Pencegahan Inklusif (TK1) dan Proses Kelola Cegah Konflik nirKekerasan (TK2). Variabel TK1 sangat signifikan dipengaruhi oleh indikator ada tidaknya perda cegah konflik (TK13), sementara indikator ada tidaknya program early warning sistem (TK12) dan ada tidaknya program cegah konflik dalam RPJMD (TK11), meski masing-masing tidak signifikan terhadap variabel TK1, akan sangat signifikan mempengaruhi nilai variabel TK1 jika keduanya absen (daerah tidak memiliki keduanya sekaligus). Variabel TK2 sangat ditentukan oleh indikator ada tidaknya forkopimda terkait cegah konflik dan promosi perdamaian (TK21) karena merupakan satu-satunya indikator dalam variabel tersebut. Sementara variabel
Pendahuluan10 .................................
...............................................................................................................................................................
institusi dalam pencegahan konflik (TK3) tidak signifikan terhadap aspek TK. Kelima kabupaten dengan capaian terendah dalam aspek TK umumnya tidak mempunyai indikator-indikator signifikan di atas. Misalnya, Morowali Utara sangat rendah capaian aspek TK-nya karena tidak adanya perda cegah konflik (TK13), pun tidak mempunyai program cegah konflik dalam RPJMD (TK11) dan tidak adanya early warning system (TK12). Morowali Utara juga tidak mempunyai agenda Forkopimda terkait cegah konflik dan promosi perdamaian (TK21). Kabupaten Maluku Barat Daya memiliki capaian aspek TK rendah karena tidak adanya perda cegah konflik (TK13), tidak adanya EWS (TK12) serta tidak ada agenda Forkopimda terkait cegah konflik (TK21). Dogiyai, Lanny Jaya dan Intan Jaya juga memiliki capaian rendah dalam aspek TK karena tidak mempunyai perda cegah konflik (TK13), EWS (TK12) dan absennya agenda Forkopimda terkait cegah konflik (TK21). Meski ketiga kabupaten di Papua tersebut memiliki indikator FKPM (TK31) dan lembaga khusus cegah konflik (TK32), kedua indikator tersebut tidak banyak mempengaruhi capaian ketiganya dalam aspek TK.
Capaian Aspek Kapasitas Kelembagaan. Aspek Kapasitas Kelembagaan diperoleh dari capaian lima variabel, yakni: Kualitas Pelayanan Publlik (KK1), Kebi-jakan Pemerintah Peka Konflik (KK2), Kinerja Lembaga Penegak Hukum dan Keamanan (KK3), Representasi Politik Masyarakat (KK4), dan Kapasitas Ekonomi Daerah (KK5). Variabel yang paling berpengaruh dalam menentukan capaian Aspek Kapasitas Kelembagaan adalah KK5 (0.329398). Dalam variabel KK5, indikator-indikator yang paling signifikan adalah rasio PAD (KK51) dan tingkat PDRB (KK52). Keempat variabel lain (KK1, KK2, KK3 dan KK4) mempunyai bobot relatif sama terhadap aspek KK. Masing-masing keempat variabel tersebut tidak signifikan terhadap capaian aspek KK, namun jika semua variabel itu mempunyai capaian rendah atau paling tidak kombinasi keempatnya memiliki capaian rendah, hasilnya cukup membawa pengaruh bagi capaian aspek. Dalam varibael KK1, indikator signifikan adalah tingkat APM
11 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
(KK11), sementara tingkat AKB (KK12) dan jumlah kasus korupsi (KK13) cukup berpengaruh jika dikombinasikan. Untuk variabel KK2, kedua indikator relatif sama-sama signifikan yakni indikator kasus kekerasan merespon kebijakan pemda (KK21) dan kasus kekerasan Pol PP dalam meng-amankan kebijakan pemda (KK22). Capaian rendah kedua indikator ini akan mempengaruhi capaian variabel KK2, demikian pun sebaliknya. Indikator-indikator yang paling signifikan dalam variabel KK3 adalah kasus kekerasan polisi dalam menangani demo (KK33) dan kasus kekerasan merespon keputusan pengadilan (KK31). Sementara dalam variabel KK4, indikator yang paling signifikan adalah tingkat partisipasi dalam pemilu (KK41). Sebagaimana disampaikan pada poin pertama, capaian dalam aspek ini memberi gambaran mengenai rendahnya tingkat kepercaya-an masyarakat terhadap negara, me-nguatnya praktek pembuatan kebijakan yang elitis dan tidak inklusif, terus berlangsungnya diskriminasi hukum dan perilaku atau pendekatan represif aparat, dan rendahnya legitimasi politik pemimpin daerah yang dihasilkan melalui pemilihan yang berbasis primordialisme dan patronase, dan politik APBD yang tidak pro-pertumbuhan ekonomi makro daerah dan tidak pro pemberdayaan ekonomi rakyat.
Aspek KK dalam IKKDTI 2016 mempunyai range nilai paling kecil dibanding dua aspek lainnya. Ini tampak dari capaian aspek KK untuk 122 kabupaten daerah tertinggal yang relatif berkisar dari angka terendah 0.338619 (Lebak) hingga angka tertinggi 0.595517 (Musi Rawas). Dari hasil kategorisasi capaian aspek KK, 122 kabupaten daerah terting-gal hanya terkonsentrasi pada dua kategori, yakni ketahanan konflik sangat rendah dan ketahanan konflik rendah. Fakta ini mengafirmasi keter-tinggalan 122 kabupaten tersebut sekaligus kapasitas kelembagaannya. Kontribusi signifikan dari variabel KK5 serta kombinasi capaian rendah dari empat variabel lain (KK1, KK2, KK3 dan KK4) sangat mempengaruhi capaian pada aspek KK. Lima kabupaten yang memi-liki capaian terendah dalam aspek Kapasitas Kelembagaan adalah Lebak (0.338619), Maybrat
Pendahuluan12 .................................
...............................................................................................................................................................
(0.348472), Pulau Morotai (0.377349), Tambrauw (0.393486), dan Pandeglang (0.402613). Meski rasio PAD Lebak relatif tinggi, rendahnya capaian tingkat PDRB cukup mempengaruhi kapasitas ekonomi. Kombinasi capaian rendah pada variabel KK2, KK3 dan KK4 mempengaruhi capaian Lebak dalam aspek KK. Rendahnya variabel KK2 dipengaruhi oleh rendahnya capaian dalam indikator konflik kekerasan merespon kebijakan pemda (KK21) dan kasus kekerasan Pol PP dalam mengamankan kebijakan (KK22). Capaian rendah dalam indikator kekerasan polisi dalam demo (KK33) dan kasus kekerasan merespon keputusan pengadilan (KK31) mempengaruhi rendahnya capaian dalam variabel KK3. Sementara itu, rendahnya capaian indikator partisipasi dalam pemilu (KK41) mempengaruhi rendahnya capaian dalam KK4. Capaian-capaian di atas mempengaruhi rendahnya capaian aspek KK di Lebak. Rendahnya capaian aspek KK kabupaten Maybrat sangat dipengaruhi oleh rendahnya capaian variabel kapasitas ekonomi daerah (KK5). Capaian indikator rasio PAD (KK51) dan tingkat PDRB (KK53) sangat mempengaruhi capaian KK5. Sementara itu, capaian variabel KK2 juga rendah karena rendahnya capaian indikator konflik kekerasan merespon kebijakan pemda (KK21) dan kekerasan Pol PP dalam mengamankan demo (KK22). Capaian variabel KK1, KK3 dan KK4 juga berkontribusi terhadap capaian aspek KK Kabupaten Maybrat karena relatif tidak tinggi. Capaian rendah dalam aspek KK di Kabupaten Pulau Morotai juga dipengaruhi oleh rendahnya capai-an variabel kapasitas ekonomi daerah (KK5) dan variabel kebijakan pemda peka konflik (KK2). Rendahnya capaian rasio PAD (KK51) dan tingkat PDRB (KK52) signifikan mempengaruhi varia-bel KK5. Sementara, capaian rendah pada variabel KK2 dipengaruhi oleh rendahnya capaian indikator KK21 dan KK22. Kombinasi capaian variabel KK1, KK3 dan KK4 yang tidak cukup tinggi juga mempengaruhi capaian aspek KK. Di Kabupaten Tambrauw, capaian ren-dah pada aspek KK sangat signifikan dipengaruhi oleh rendahnya capaian variabel KK5. Ini dipengaruhi oleh rendahnya capaian indikator rasio PAD
13 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
(KK51) dan tingkat PDRB (KK53). Sementara, kombinasi capaian yang tidak cukup tinggi pada variabel KK1, KK2, KK3 dan KK4 juga ikut mempengaruhi capaian pada aspek KK. Capaian rendah Kabupaten Pandeglang dalam aspek KK dipengaruhi oleh kombinasi semua variabel. Pandeglang memang mempunyai capaian sedang dalam variabel kapasitas ekonomi daerah, namun sangat rendah dalam variabel kebijakan pemda peka konflik (KK2) dan kinerja lembaga penegak hukum (KK3). Capaian rendah dalam variabel KK2 sangat signifikan dipe-ngaruhi oleh sangat rendahnya capaian pada indikator kekerasan Pol PP (KK22). Sementara, capaian rendah pada variabel KK3 dipengaruhi signifikan oleh rendahnya capaian pada indikator kekerasan merespon putusan pengadilan (KK31) dan kasus kekerasan polisi dalam demo (KK33). Capaian KK1 dan KK4 juga relatif sedang sehingga tidak mampu meningkatkan capaian pada aspek KK.
Capaian Aspek Ketahanan Masyarakat. Aspek Ketahanan Masyarakat (KM) diperoleh melalui capaian 3 variabel, yakni Dinamika Masyarakat (KM1), Livelihood (KM2), dan Pendidik-an dan Budaya Cegah Konflik dan Promosi Perdamaian (KM3). Kontribusi tiap variabel dalam mempengaruhi capaian Aspek Ketahanan Masyarakat adalah sebagai berikut: Variabel Pendidikan dan Budaya Cegah Konflik dan Promosi Perdamaian (0.397612), Liveli-hood (0.161194), dan Dinamika Masyara-kat (0.441194). Capaian dalam aspek ini menunjukkan bahwa variabel dinamika masyarakat (KM3) variabel pendidikan dan sosialiasi pencegahan konflik dan promosi perdamaian (KM1) berperan cukup signifikan bagi daya tahan masyarakat terhadap ketegangan sosial dan kekerasan antar kelompok namun tidak mengurangi pentingnya variabel livelihood (KM2) dalam memberi pengaruh terhadap capaian aspek KM. Hal ini disebabkan karena tidak ada gap yang sangat besar dalam bobot ketiga variabel terhadap aspek KM. Capaian variabel KM1 sangat dipengaruhi oleh capaian indikator konflik kekerasan antar-masyarakat (KM12) dan indikator kon-flik kekerasan terkait sumber
Pendahuluan14 .................................
...............................................................................................................................................................
daya (KM14). Capaian variabel KM3 sangat dipengaruhi oleh variabel kasus tawuran pelajar/mahasiswa (KM31). Sementara capaian variabel KM2 secara merata dipengaruhi oleh capaian indikator ting-kat pengangguran terbuka (KM21) dan indikator ada tidaknya protes terhadap program pemberdayaan masyarakat (KM22).
Capaian aspek KM untuk 122 kabupaten daerah tertinggal adalah sebagai berikut : 3 kabupaten untuk capaian sangat ren-dah atau kategori ketahanan sangat rendah (2,46 %), 4 kabupaten mem-punyai capaian rendah atau kategori ketahanan rendah (3,29 %), 10 kabu-paten mempunyai capaian sedang atau kategori ketahanan sedang (8,20 %) dan 105 kabupaten mempunyai capaian tinggi atau ketahanan tinggi (86,05 %). Tiga kabupaten dengan capaian paling rendah atau tergolong memiliki tingkat ketahanan sangat rendah dari aspek ketahanan masyarakat adalah Sumbawa (0.262825), Sampang (0.374976), Situ-bondo (0.432895). Sementara meleng-kapi lima urutan terendah adalah Maluku Tengah (0.51933) dan Polewali Mandar (0.554616) yang memiliki capaian rendah atau kategori ketahanan konflik rendah. Sangat rendahnya capaian aspek KM Kabupaten Sumbawa signifikan dipengaruhi oleh rendahnya capaian pada variabel KM1 dan KM3. Rendahnya capaian variabel KM1 sangat dipengaruhi oleh rendahnya capaian pada indikator konflik antar-masyarakat (KM12) dan indikator konflik terkait sumber daya (KM14). Sumbawa adalah kabupaten dengan jumlah konflik kekerasan antar-masyarakat terbanyak dalam IKKDTI 2016. Sementara itu, capaian rendah pada variabel KM3 signifikan dipengaruhi oleh rendahnya capaian indikator kasus tawuran pelajar/mahasiswa (KM31). Kabupaten Sampang mempunyai capaian rendah dalam aspek KM karena kontribusi yang merata dari capaian variabel KM1, KM2 maupun KM3. Meski tidak serendah capaian KM1 dan KM3 pada Kabupaten Sumbawa, capaian KM1 dan KM3 di Kabupaten Sampang dan dikombinasikan dengan capaian rendah KM2 membuat capaian aspek KM menjadi sangat rendah. Capaian rendah pada variabel KM1 dipengaruhi oleh capaian rendah pada
15 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
indikator konflik antar-masyarakat (KM12) dan indikator konflik terkait sumber daya (KM14). Capaian rendah pada variabel KM3 sangat signifikan dipengaruhi oleh rendahnya capaian indikator tawuran pelajar/mahasiswa (KM31). Sementara capaian rendah pada variabel KM2 dipengaruhi oleh capaian rendah indikator ada tidaknya protes terhadap program pemberdayaan (KM22). Kabu-paten Situbondo memiliki capaian sedang untuk variabel KM1, namun ren-dah dalam capaian variabel KM2 dan KM3. Capaian rendah dua variabel tersebut mempengaruhi capaian pada aspek KM. Rendahnya capaian variabel KM3 dipengaruhi oleh rendahnya capaian indikator tawuran pelajar/mahasiswa (KM31), sementara rendah-nya capaian variabel KM2 dipengaruhi oleh capaian rendah pada indikator ada tidaknya protes terkait program pem-berdayaan (KM22). Capaian yang relatif tidak tinggi pada variabel KM1 dipengaruhi oleh capaian yang relatif rendah pada indikator kekerasan antar-masya-rakat (KM12).
Kabupaten Maluku Tengah memiliki capaian rendah pada aspek KM karena rendahnya capaian variabel KM2 serta relatif rendahnya capaian variabel KM1. Rendahnya capaian KM2 dipengaruhi oleh capaian rendah pada indikator tingkat pengangguran terbuka (KM21) dan indikator ada tidaknya protes terkait program pemberdayaan (KM22). Semen-tara capaian relatif rendah pada variabel KM1 dipengaruhi oleh sangat rendahnya capaian pada indikator konflik kekerasan antarmasyarakat (KM12). Capaian pada variabel KM3 juga relatif sedang capaian sedang pada indikator tawuran pelajar/mahasiswa (KM31). Capaian rendah pada aspek KM di Kabupaten Polewali Mandar dipengaruhi oleh rendahnya capaian pada variabel KM3 dan KM2. Rendahnya capaian pada variabel KM3 dipengaruhi oleh rendahnya capai-an pada indikator tawuran pelajar/mahasiswa (KM31), sementara rendahnya capaian variabel KM2 dipengaruhi oleh rendahnya capaian pada indikator ada tidaknya protes terhadap program pemberdayaan (KM22). Meski capaian pada variabel KM1 cukup tinggi, capaian tersebut tidak cukup mengimbangi capaian
Pendahuluan16 .................................
...............................................................................................................................................................
rendah pada KM3 dan KM2.Signifikansi Aspek Tata kelola dan Variasi Saling Pengaruh.
IKKDTI 2016 menemukan Aspek Tata Kelola secara aktual sangat berpengaruh terhadap capaian indeks ketahanan konflik pada 122 kabupaten daerah tertingga. Kabupaten-kabupaten yang memiliki ketahanan konflik rendah berbanding lurus dengan capaian Aspek Tata Kelolanya. Ini menandakan bahwa tata kelola berperan signifikan dalam membentuk ketahanan konflik daerah tertinggal. Dalam grafik capaian IKKDTI 2016 dan aspek-aspek pembentuknya (lihat grafik 4.1), tampak bahwa bentuk grafik capaian IKKDTI cenderung mengikuti bentuk grafik capaian aspek tata kelola.
Capaian aspek Kapasitas Kelembagaan dalam IIKDTI 2016 tidak signifikan dalam mempengaruhi capaian indeks. Namun, gambaran penting dari capaian aspek ini dalam IKKDTI 2016 adalah fakta bahwa semua kabupaten daerah tertinggal sangat rentan dan rentan terhadap konflik jika ditilik dari kapasitas kelembagaannya. Capaian aspek Kapasitas Kelembagaan juga relatif sama untuk semua kabupaten daerah tertinggal, tampak dari range capaian aspek yang kecil. Sementara itu capaian aspek Ketahanan Masyarakat cukup bervariatif. Aspek ini berkontribusi dalam penentuan capaian indeks, meski tidak signifikan seperti aspek tata kelola. Informasi penting dari capaian aspek ini adalah, secara umum, ketahanan masyarakat terhadap konflik di 122 daerah tertinggal relatif sedang dan tinggi. Sangat sedikit kabupaten yang rentan konflik ditinjau dari capaian aspek ketahanan masyarakat. Ini menandakan kohesi masyarakat yang cukup tinggi sebagai modal utama kapasitas perdamaian.
Kerentanan dan Kekerasan. IKKDTI 2016 mencatat, sepanjang tahun 2014-2016, terdapat 576 peristiwa konflik kekerasan di 122 kabupaten daerah. Beberapa kabupaten dengan jumlah konflik kekerasan tinggi, antara lain Sumbawa (28 kasus), Sampang (23 kasus), Maluku Tengah (17 kasus), Bangkalan (17 kasus), Pandeglang (15 kasus), Lebak (14 kasus), Dompu (13 kasus), Situbondo (13 kasus), Seluma (12 kasus), Lombok Timur (12 kasus) dan Buru (11
17 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
kasus). Namun, semua kabupaten di atas mempunyai kategori ketahanan konflik sedang dan tinggi, meski capaian pada aspek Kapasitas Kelembagaan dan Ketahanan Masyarakat tergolong rendah. Data di atas memberi informasi bahwa tingkat ketahanan sekaligus kerawanannya tidak sepenuhnya ditentukan oleh frekuensi peristiwa kekerasan tetapi merupakan kombinasi dari capaian indikator-indikator lain dalam tiga aspek IKKDTI. Kendati demikian, dalam indeks ini frekuensi kekerasan memberi gambaran cepat mengenai isu konflik kekerasan yang dominan di 122 kabupaten daerah tertinggal (Lihat Lampiran). Secara umum, capaian IKKDTI kabupaten dengan prosentase agregat frekuensi konflik kekerasan yang terjadi tidak berhubungan linear secara signifikan, kecuali mempengaruhi capaian dalam aspek KK dan KM. Jadi, tidak bisa dikatakan semakin banyak konflik otomatis daerah tidak memiliki kapasitas perdamaian. Terdapat faktor-faktor lain, sebagaimana dirumuskan dalam aspek, variabel dan indikator IKKDTI, yang perlu dipertimbangkan untuk menilai tingkat kerentanan daerah atas konflik kekerasan dan sekaligus potensi perdamaiannya.
Bertolak dari hasil IKKDTI 2016, pesan utamanya adalah tingkat ketahanan sekaligus kerawanan daerah tertinggal terhadap konflik kekerasan dikondisikan oleh kombinasi capaian tata kelola, capaian kapasitas kelembagaan dan daya tahan masyarakat. Penjelasannya sebagai berikut:
Pertama, kemiskinan, sebagai konsekuensi kegagalan pembangunan, beririsan langsung dengan kinerja buruk kepemimpinan daerah dan kapasitas respons Pemda yang tidak efektif, sarat korupsi dan kolusi. Buruknya kinerja kepemimpinan daerah adalah konsekuensi nyata dari penerapan pemilihan kepala daerah dan anggota legislatif secara langsung tanpa didukung oleh proses pendalaman demokrasi di tingkat lokal.
Kedua, ketertinggalan infrastruktur, akses pasar dan belum memadainya pelayanan publik dasar berkontribusi terhadap rendahnya sumber daya manusia yang menghambat dan
Pendahuluan18 .................................
...............................................................................................................................................................
memperlambat proses pembentukan kapabilitas individual dan kapabilitas kolektif dalam urusan bersama atau publik. Defisit sumber daya manusia mempengaruhi kinerja pelayanan birokrasi yang tidak kompeten, tidak responsif dan miskin inovasi kebijakan publik.
Ketiga, meningkatnya ketidakpercayaan publik dan sikap antipati terhadap penegakan hukum dan ketertiban umum disebabkan oleh kinerja buruk lembaga kepolisian, kejaksaan, peradilan dan Satpol PP. Penegak hukum merawat praktek mafia hukum dengan memperjualbelikan sangkaan dakwaan, dan hukuman sementara Satpol PP mengamankan kebijakan daerah yang tidak peka konflik dengan cara-cara represif.
Diintegrasikan ke dalam spektrum nasional, hasil IKKDTI 2016 memberi basis empirik bagi keharusan memahami ketahanan dan kerawanan konflik kekerasan di daerah tertinggal melalui dinamika interaksi antara demokrasi, pembangunan ekonomi dan penegakan hukum-keamanan. Tata kelola sebagai episentrum kebijakan atau sebagai fundamen pembangunan perdamaian (infrastructures of peace) tidak saja penting bagi daerah tertinggal yang miskin SDM dan SDA tapi juga berlaku bagi daerah tertinggal yang ditandai surplus kedua sumber daya tersebut termasuk surplus demografi. Persoalan terletak pada kerentanan struktural berkenaan dengan akses kepada pelayanan publik, akuntabilitas kebijakan, dan keadilan hukum yang menghasilkan kelompok-kelompok rentan (vulnerable groups) terhadap kekerasan kolektif baik sebagai pelaku maupun sebagai korban. Dalam situasi tersebut, tata kelola kepemerintahan dapat memicu kerentanan menjadi konflik kekerasan atau sebaliknya dapat mengubah kerentanan menjadi resiliensi bagi kepentingan publik melalui partisipasi, transparansi dan akuntabilitas kebijakan. Tata kelola yang peka konflik memadukan kearifan demokrasi, menjunjung tinggi keadilan sosial dan ekonomi serta mencegah rusaknya kohesi sosial.
19 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
1.3 Implikasi IKKDTI Hasil IKKDTI 2016 membawa sejumlah implikasi bagi perdebatan
publik, perdebatan ilmiah dan perdebatan kebijakan penanganan konflik kekerasan.
Pertama, Implikasi bagi diskusi publik berupa penawaran wawasan mengenai kekerasan kolektif kontemporer di Indonesia yang dikondisikan oleh faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi perilaku atau tindak kekerasan. Kekerasan kolektif tidak semata-mata disebabkan oleh lemahnya kesadaran hukum atau menguatnya politik identitas tetapi terkondisikan oleh kuatnya tekanan eksternal seperti keterbatasan akses kepada kebijakan yang akuntabel, pelayanan publik dasar yang merata dan keadilan hukum. Tekanan eksternal tersebut tidak mampu dikelola aktor atau kelompok kepentingan karena lemahnya kapabilitas dan kapasitas mengelola dan mengatasi krisis. Pesan pentingnya adalah semakin publik kita dibekali informasi yang memadai mengenai kekerasan kolektif maka semakin komprehensif wacana publik dan konstruktif mengawal pembuatan dan implementasi kebijakan penanganan konflik di daerah tertinggal.
Kedua, implikasi bagi perdebatan ilmiah berupa penegasan kembali kontekstualisasi pendekatan-pendekatan konflik pada interaksi dan dinamika pembangunan, demokrasi dan penegakan hukum-keamanan di tingkat lokal khususnya kabupaten. Teori-teori normatif seperti Rasional Choice dan ‘Greed & Grievances’ perlu diuji kembali kesahihannya karena mengutamakan kapasitas individu-kolektif sambil mengabaikan kerentanan struktural. Teori-teori tersebut masih berkutat mencari korelasi antara pembangunan ekonomi dan kekerasan tanpa memperhitungkan dinamika demokratisasi dan pelembagaan tata kelola kebijakan.
Ketiga, implikasi kebijakan berupa pengarusutamaan kerangka kebijakan pencegahan dan penanganan konflik dan intervensi program yang mengadres kerentanan struktural dan kelompok rentan di 122 kabupaten daerah tertinggal di Indonesia. Dengan
Pendahuluan20 .................................
...............................................................................................................................................................
prinsip utama pencegahan lebih baik daripada penanganan, hasil indeks ini berujung pada kesimpulan penting mengenai pentingnya penguatan kapasitas kelembagaan Pemda, penguatan mekanisme dan basis otoritas tata kelola yang peka konflik di tingkat kabupaten, dan penguatan kapasitas masyarakat untuk pencegahan konflik dan promosi perdamaian.
Di atas semuanya, IKKDTI 2016 merupakan terobosan yang menanti untuk terus disempurnakan khususnya dalam pengembangan formulasi indikator. Sebagaimana akan diuraikan pada Bab 2 (Bagian Limitasi), penyempurnaan metodologi diperlukan untuk memastikan relevansi dan signifikansi indikator, aksesibilitas data, penambahan jumlah kabupaten sampel, konsistensi penggunaan umur data serta pengembangan metode pengoleksian data dengan memaksimalkan pendekatan kualitatif demi terjaminnya obyektivitas dan validitas data serta terbangunnya kemitraan penyusunan indeks bersama stakeholder kunci khususnya di daerahtertinggal.
1.4 Tujuan dan Relevansi IKKDTI Penyusunan IKKDTI memiliki tujuan dan relevansi sebagai
berikut:Tujuan. Indeks Ketahanan Konflik di Daerah Tertinggal Indonesia
memiliki tujuan sebagai berikut. Indeks Ketahanan Konflik di Daerah Tertinggal Indonesia
(IKKDTI) secara umum dimaksudkan untuk memetakan dan memberi informasi lengkap mengenai tingkat ketahanan dan kerawanan daerah tertinggal terhadap konflik kekerasan kolektif. Sasaran informasi indeks adalah Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Daerah Tertinggal, masyarakat sipil dan pusat-pusat penelitian dan lembaga-lembaga advokasi.
Dengan menggunakan 122 kabupaten daerah tertinggal yang tersebar di 24 propinsi, IKKDTI secara khusus dimaksudkan untuk memberi informasi awal tingkat ketahanan dan kerawanan konflik kekerasan yang berguna bagi Kementerian Desa, Pembangunan
21 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi sebagai input perumusan dan implementasi program kelola konflik dan pencegahan kekerasan kolektif di daerah tertinggal.
Menimbang besarnya tantangan penguatan kapasitas kelembagaan yang berkaitan langsung dengan kerentanan struktural di daerah tertinggal, tujuan IKKDTI bagi pelembagaan tata kelola dan perumusan kebijakan khusus adalah memperlihatkan keniscayaan koordinasi dan kemitraan baik antar lembaga pemerintahan, dalam hal ini Kementerian DesaPDT dan Transmigrasi dengan BAPPENAS, dan Kementerian-Departemen lain, maupun antara Kemendes PDTT dan Pemerintah Daerah, termasuk antara Kemendes PDTT dan masyarakat sipil di tingkat lokal. Koordinasi dan kemitraan dalam perencanaan program di kalangan pemerintah untuk mengurangi tingkat kerawanan konflik kekerasan menjadi preseden tersendiri atau best practice yang dapat direplikasi di daerah tertinggal.
Relevansi. IKKDTI memiliki empat relevansi berdimensi strategis bagi Kemendes PDTT dan advokasi kebijakan pembangunan peka konflik dalam pemerintahan baru Jokowi-Jusuf Kalla (2014-2019).
Pertama, relevansi IKKDTI di arena negara yakni pengarusutamaan kerangka kebijakan pencegahan dan pengurangan tingkat kerawanan konflik daerah tertinggal melalui Kemendes PDTT sebagai simpul dan lokomotif kemitraan dan koordinasi. Selain itu, peran sentral ini dapat dimaksimalkan dengan memanfaatkan payung hukum Undang-Undang Penanganan Konflik Sosial Nomor 7 Tahun 2012 dan Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang daerah tertinggal khususnya untuk urusan pencegahan konflik kekerasan melalui kerangka kebijakan pembangunan daerah tertinggal, penguatan kapasitas masyarakat sipil, kelompok rentan dan komunitas budaya.
Kedua, relevansi IKKDTI sebagai basis empiris bagi komunitas pegiat perdamaian dalam memantapkan agenda program pencegahan konflik kekerasan dan aktivitas pengarusutamaan kerangka kebijakan peka konflik khususnya melalui Musrenbang
Pendahuluan22 .................................
...............................................................................................................................................................
Peka Perdamaian dan Conflict Prevention Framework (CPF). Indeks ini diharapkan memberi input tentang kondisi terkini ketahanan dan kerawanan konflik di daerah tertinggal.
Ketiga, relevansi IKKDTI terhadap orientasi kebijakan lembaga internasional. Kerangka konseptual IKKDTI dan analisis terhadap hasil indeks sebagian besar mengacu pada konsep Tata Kelola untuk Perdamaian (Governance for Peace)6, dan konsep Kerentanan Struktural terkait ketidakmerataan akses pelayanan publik, Sumberdaya Ekonomi, keadilan hukum, dan representasi politik yang mempengaruhi kerentanan individu dan kelompok terhadap konflik kekerasan.7
Keempat, relevansi strategis terkini dari IKKDTI pada tingkat nasional berupa momentum pemerintahan baru Jokowi-Jusuf Kalla yang mengusung agenda percepatan reformasi birokrasi, keterpaduan pelayanan publik yang efektif, konektivitas pembangunan antar daerah, dan pemerataan ekonomi.
6 Lihat UNDP, Governance for Peace, 2012. New York: Bureau for Crisis Prevention and Recovery-Bureau for Development Policy7 Lihat UNDP, Human Development Report. 2014. Sustaining Human Progress:Reducing Vulnerabilities and Building Resilience. New York: UNDP Publication.
23 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
METODOLOGI
BAB II
Metodologi dalam penyusunan IKKDTI mencakup (1) isu-isu konflik yang menjadi perhatian indeks, (2) wilayah indeks, (3) sumber data indeks, (4) Metode analisis dan (5) limitasi atau keterbatasan indeks. Dalam penyusunan indeks ini isu-isu konflik dirumuskan berdasarkan kondisi aktual dan terkini dari interaksi antara praktik demokratisasi, praktik desentralisasi dan praktik pembangunan di tingkat lokal khususnya daerah tertinggal. Interkasi antara tiga konteks tersebut melahirkan 4 jenis konflik (konflik kebijakan yang terkait pelayanan publik, konflik terkait kelola sumber daya alam, konflik identitas dan konflik politik ).
2.1 IsuKonflik:Pembangunan, Demokrasi dan KeamananKonteks ketahanan dan kerentanan terhadap konflik kekerasan
di Indonesia kontemporer sebagain besar bersumber dari
Metodologi24 .................................
...............................................................................................................................................................
ketidakpaduan antara praktik-praktik pembangunan, demokrasi dan kea-manan. Sejak tumbangnya rejim Orde Baru, Indonesia telah melakukan demo-kratisasi dan desentralisasi pembangunan sebagai kelola konflik politik dan penataan hubungan antara pemerintah dan masyarakat. Namun demikian penerapan kebijakan tersebut berada dalam konteks dan struktur ekonomi politik yang beragam di tiap daerah. Implikasinya, liberalisasi politik dan desentralisasi pembangunan itu tidak bisa semata-mata dibaca secara otomatis sebagai pelembagaan politik dan demokrasi. Alih-alih menjadi pelembagaan politik, proses-proses tersebut justru menjadi arena baru bagi para aktor untuk mengkonsolidasikan kepentingan politiknya.8Akibatnya, proses-proses tersebut dalam banyak kasus justru melahirkan dan menguatkan artikulasi politik berbasis identitas dan sektarian, elitisme dan krisis representasi, praktik korupsi, dan eksploitasi sumber daya alam yang destruktif.
Desentralisasi dan Elite Capture. Perubahan lanskap politik lokal berlangsung dalam konteks pembangunan ekonomi yang dijalankan berbasis pada patronase dan klientelisme9. Dua model kelola urusan publik ini dibentuk sejak masa kolonial dan terstruktur dengan sangat kuat selama Orde Baru. Perubahan-perubahan politik yang diintroduksi pasca otoritarianisme Suharto sama sekali tidak mengubah fondasi ekonomi politiknya yang bersumber pada patronase dan klientalisme. Justru melalui kebijakan demokratisasi politik dan desentralisasi pembangunan, prak-tik-praktik tersebut menjadi sangat menguat. Contoh paradigmatik yang paling jelas adalah konflik kekerasan terkait pilkada, pemekaran kabupaten dan akses sumber daya alam. Praktik-praktik klientalismemenjadi
8 Kesimpulan sebagian besar hasil kajian terhadap hubungan liberalisasi politik, desentralisasi, dan pembangunan di Indonesia bisa dibaca dalam Vedi Hadiz. 2010. Localising Power in Post-Authoritarian Indonesia: A Southest Asia Perspective. Stanford: Stanford University press, hal 40-62. 9 Lihat Gerry van Klinken, Patronage Democracy in Provincial Indonesia, dalam Olle Tornquist dkk (ed), 2009, Rethinking Popular Representation. New York: Palgrave Macmillan, hal 141-157. Mengenai patronase sebagai warisan kepemerintahan kolonial dan pemerintahan Orde Baru lihat Nordholt, Decentralization in Indonesia: Less State, More Democracy?, dalam J Harris dkk (ed), 2004, Politicizing Democracy: The New Local Politics of Democracy. New York: Palgrave, hal 29-50.
25 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
instrumen paling dominan untuk mengakses sumber daya ekonomi dan politik. Itulah mengapa perebutan akses politik dan sumber daya alam menjadi ajang pertarungan para patron dan klien, dan pertarungannya menjadi zero-sum, kalah-menang. Oleh karenanya sejumlah studi berkesimpulan bahwa korupsi (money politics) dan kekerasan menjadi bersifat fungsional dalam proses-proses tersebut. Kekerasan telah menjadi cara bagaimana komunitas bisa mengakses sumber daya politik dan ekonomi, sekaligus menjadi cara untuk mengekspresikan kekecewaan dan protes10.
Pola hubungan antara praktik demokrasi dan pembangunan yang tidak padu ini sangat berkontribusi dalam melanggengkan kerentanan suatu wilayah atas konflik. Selain itu, pola-pola ini juga membuat konflik kekerasan pada era desentralisasi ini menjadi semakin terfragmentasi, dengan skala yang relatif kecil namun intensitasnya sangat tinggi dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Ilustrasi data yang disediakan SNPK Bank Dunia dan Indeks Intensitas Kekerasan 2014 dan IKKDTI 2014, misalnya, dengan sangat jelas menunjukkan kecenderungan konflik kekerasan yang kian meningkat ini.11Konflik antar-komunitas, sebagai contoh, tentu tidak terjadi begitu saja. Desentralisasi dalam konteks praktik pembangunan yang klientalistik menjadikan pihak mana yang dapat dan tidak dapat mengakses sumber daya ekonomi dan politik semakin jelas. Melalui narasi seperti “putra daerah”, “transmigran-lokal”, “warga lama-warga baru” praktik-praktik eksklusi masyarakat dan kekerasan simbolik berlangsung. Pecahnya konflik kekerasan antar-komunitas seperti fenomena gunung es dan memerlukan deteksi dini yang sistematis.
10 Lihat Studi klasik tentang kaitan antara desentralisasi, demokrasi dan kekarasan lihat Gerry van Klinken. 2007. Communal Violence and Democratization in Indonesia: Small Town Wars. London: Routledge. Patut juga disimak studi terkait demokratisasi dan kekerasan di wilayah pasca konflik komunal lihat Patrick Barron and M Najib Asca. 2012. After the Communal War: Understanding and Addressing Post-Conflict Violence in Eastern Indonesia. Yokyakarta: CSPS Books. 11 Indeks Intensitas Kekerasan 2014 membagi tipe konflik kekerasan berdasarkan data kekerasan terkini, antara lain kekerasan terkait sumber daya, pemilihan dan jabatan, tata kelola pemerintahan, identitas, separatisme, main hakim sendiri, kekerasan aparat dalam bertugas, dan kriminalitas.
Metodologi26 .................................
...............................................................................................................................................................
Konflik antara masyarakat dengan apa-rat pemerintah, khususnya polisi, juga memili akar persoalan yang jauh lebih kompleks daripada sekedar isu profesionalitas polisi dalam menangani konflik kekerasan. Seringkali konflik kekerasan terkait kebijakan pem-bangunan terjadi karena memang kebijakan tersebut perumusannya tidak sensitif terhadap potensi konflik kekerasan dan tidak partisipatif. Survey Kohesi Sosial yang dilakukan PSKP-UNDP (2011) di daerah-daerah paska-konflik menunjukkan perencanaan pembangunan yang sangat teknokratis dan tidak partisipatif. Bahkan, seringkali instrumen keamanan seperti lembaga kepolisian pun tidak terlibat dalam perumusan kebijakan. Mereka dianggap sebagai pihak yang harus “menanggung” akibat apabila suatu kebijakan ternyata menciptakan konflik kekerasan di masyarakat. Hal ini tentu akan semakin buruk jika ternyata kapasitas dan kredibilitas lembaga keamanan juga bermasalah. Singkat kata, konflik kekerasan dalam pelbagai bentuknya tidaklah terjadi dalam konteks yang ber-diri sendiri, melainkan sebagai resultan dari hubungan tak padu dari dinamika tiga praktik besar dalam lanskap politik Indonesia kontemporer: demokrasi, pembangunan dan keamanan.
Dengan mengacu pada kajian-kajian PSKP-UNDP sebelumnya (2011, 2012), kajian PSKP Kemendes PDTT (2014 dan 2015) seperti IKKDTI 2014 dan Kajian Identifikasi dan Pemetaan Kebutuhan Daerah Paska-Konflik, dan studi-studi terkini mengenai konflik dan kekerasan di Indonesia, dapatlah dirumuskan isu-isu konflik ke dalam 4 tipologi isu yakni: (1) Konflik Kebijakan/Pelayanan Publik, (2) Konflik Sumber Daya Alam, (3) Konflik Identitas, (4) Konflik Politik. Keempat jenis konflik ini tidak berdiri sendiri tetapi saling beririsan. Begitu pula halnya, satu daerah tertinggal mengalami lebih dari satu jenis konflik dengan tingkat komplikasi dan eskalasi yang berbeda pula. Berikut diuraikan keempat isu konflik tersebut:
a. Konflik Kebijakan dan Pelayanan PublikKonflik ini berkaitan langsung dengan kondisi faktual di daerah
27 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
tertinggal, yakni ketimpangan akses (deprivasi) yang melahirkan persepsi di kalangan kelompok masyarakat tentang adanya diskriminasi (ketidakadilan). Deprivasi mencakup masalah rentang kendali pelayanan rutin, penyediaan pelayanan, dan kapasitas respon. Kapasitas kelem-bagaan ini tidak terlepas dari ketersediaan infrastruktur, regulasi, jaringan atau koordinasi program serta imple-mentasi, dan kapasitas sumber daya birokrasi daerah. Efektifitas, efisiensi, keberlanjutan dan dampak pelayanan publik bergantung secara signifikan pada terpenuhinya unsur-unsur tersebut dan secara langsung mempengaruhi level deprivasi dan dan tingkat persepsi masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik.12Selain pelayanan publik dasar, belakangan timbul gejolak sosial di daerah tertinggal terkait skema bantuan sosial, baik skema bantuan pasca kon-flik, bencana, maupun bantuan-bantuan lain BLT, raskin, bantuan perumahan, air bersih dan pupuk. Selain keraguan publik akan urgensi dan manfaat bantuan tersebut, isu konflik mengemuka mulai dari validitas pendataan, distribusi, dan akuntabilitas penyeleng-garaan yang sarat korupsi.
b. Konflik Sumber Daya AlamKonflik SDA dialami sebagian besar daerah tertinggal sekaligus
isu konflik yang sangat dominan. Konflik ini dikunci oleh masalah utama yaitu kelangkaan (scarcity) dan dampak eksploitasi bagi komunitas dan lingkungan hidup (externality). Meningkatnya kebutuhan akan kesejahteraan akibat dari laju pertum-buhan penduduk tidak sejalan dengan ketersediaan sumber daya alam. Dalam situasi ini, buruknya tata kelola SDA menyebabkan konflik kepentingan antar pihak menjadi konflik kekerasan. Konflik tersebut melibatkan tiga aktor utama yang berselisih satu sama lain bergantung pada masalah spesifik dalam hal tata kelola: masyarakat
12 Buruknya kinerja pelayanan publik dasar bisa dilihat dalam hasil survey 24 Provinsi yang dilakukan oleh UGM bersama University of Oslo, lihat hasil survey dalam Demokrasi di Indonesia: Antara Patronase dan Populisme, 2013.
Metodologi28 .................................
...............................................................................................................................................................
versus perusahaan, masyarakat versus masya-rakat, masyarakat versus pemerintah, dan terdapat juga kasus perselisihan antara pemerintah dan perusahaan.13 Selain itu, kinerja buruk penegakan hukum dan keamanan mempengaruhi eskalasi kekerasan.14
c. Konflik IdentitasKonflik ini berkaitan dengan kebutuhan akan pengakuan
(recognition) dan kedaulatan atas properti budaya (agama, etnis, dan adat) sekaligus menegaskan kontrol atas wilayah, tanah dan perilaku.15Kendati demikian, dalam banyak kasus di daerah tertinggal, konflik identitas tidak terlepas dari masalah sosial-ekonomi yang merupakan dampak migrasi (pribumi-pendatang) dan masalah akses politik lokal dan sumber daya alam. Contoh paling umumnya adalah pemekaran kabupaten. Pemekaran kerap dipicu oleh kelompok etnis tertentu yang berkeinginan untuk memiliki daerah administratif sendiri, memudahkan mereka mengakses sumber daya negara (DAU, PAD, dll) dan sumber daya alam.Konflik identitas bermotifkan akses sumber daya alam paling banyak terjadi di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Aceh dan Sulawesi Tengah.
d. Konflik PolitikKonflik politik di tingkat lokal merupakan tema sentral dalam
kajian sosiologi dan antropologi, khsususnya muncul dalam praktek pemekaran dan pilihan kepala daerah (pilgub, pilbup, dan
13 Kajian klasik mengenai kegagalan tata kelola sumber daya alam lihat Elizabeth Fuller Collins.2007.Indonesia Betrayed: How Development Fails. Honolulu: University of Hawaii Press. Tipologi ini juga mengacu pada kajian terkini tata kelola SDA yang diselenggarakan PSKP UGM di Provinsi Aceh, lihat Laporan Penelitian Tata Kelola SDA di Aceh: Kasus Medco, 2014.14 Negara sebagai aktor konflik SDA dan sumber daya ekonomi umumnya memperlihatkan buruknya kinerja pejabat daerah, kepolisian dan kejaksaan. Ekonomi informal-ilegal di mana negara terlibat dapat dilihat dalam kajian Edward Aspinall dan Gerry van Klinken (ed). 2011. The State and Illegality in Indonesia. Leiden: KITLV Press.15 Salah satu topik aktual adalah Revitalisasi “Adat” yang gencar diarusutamakan pasca Reformasi.Berbagai studi sosiologi dan antropologi menemukan potensi konflik kekerasan, baik bersifat horisontal dan vertikal, di balik wacana dan praktik revitalisasi ini. Lihat James Davidson and David Henley (ed). 2007. The Revival of Tradition in Indonesian Politics: The Deployment of Adat from Colonialism to Indigenism. London: Routledge
29 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
pilkades).16Patronase yang kokoh dan mobilisasi massa mem-perlihatkan wajah sektarian politik lokal di daerah tertinggal. Logik politik ‘kalah-menang’ membuat pemekaran dan pilkada sebagai ajang peragaan fisik, teror dan kalkulasi ‘hidup-mati’ kelompok kepentingan pasca ritual demokrasi diselenggarakan. Dalam skala dan komplikasi faktor yang berbeda, konflik politik di daerah pasca konflik yang tertinggal dapat menyulut konflik skala komunal jika tidak segera ditangani. Maluku, Maluku Utara, dan Aceh, misalnya, menyembunyikan kerentanan konflik yang akut, ibarat api dalam sekam. Demikian halnya dengan konflik terkait batas wilayah administrasi (propinsi, kabupaten, desa) yang terjadi di banyak wilayah daerah tertinggal terutama terkait pemekaran.
2.2. Wilayah IndeksPresiden Republik Indonesia melalui Peraturan Presiden Nomor
131 Tahun 2015 telah menetapkan 122 daerah kategori tertinggal untuk periode 2015 – 2019 yang tersebar di 24 kabupaten. IKKDTI 2014 menempatkan 143 daerah kabupa-ten sebagai populasi daerah rawan konflik lalu mengambil 50 daerah kabupaten sebagai sampel secara proporsional. Adapun persebaran ke-50 kabupaten tersebut adalah 3 kabupaten berada dalam prioritas I, 19 kabupaten berada dalam prioritas II, dan 28 kabupaten berada dalam prioritas III. Sementara dalam IKKDTI 2016, keseluruhan 122 kabupaten daerah tertinggal dijadikan wilayah penyusunan indeks. Keputusan ini dilakukan melalui proses diskusi tim pakar dan diskusi bersama para stakeholder utama dalam penyusunan indeks.
Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 menetapkan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019 sebagaimana tercantum dalam lampirannya sebagai berikut :
16 Kajian klasik yang dirujuk dalam membuat tipologi ini adalah laporan-laporan penelitian lapangan sejumlah penstudi yang memperlihatkan konflik kekerasan dari berbagai tipologi yang berakar pada proses politik tingkat lokal; lihat Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken (ed). Politik Lokal di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor-KITLV-Jakarta
Metodologi30 .................................
...............................................................................................................................................................
1. Provinsi Aceh : Aceh Singkil. 2. Provinsi Sumatera Utara : Nias; Nias Selatan; Nias Utara; Nias
Barat. 3. Provinsi Sumatera Barat : Kepulauan Mentawai; Solok Selatan;
Pasaman Barat. 4. Provinsi Sumatera Selatan: Musi Rawas; Musi Rawas Utara. 5. Provinsi Bengkulu: Seluma. 6. Provinsi Lampung: Lampung Barat; Pesisir Barat.7. Provinsi Jawa Timur: Bondowoso; Situbondo; Bangkalan;
Sampang. 8. Provinsi Banten: Pandeglang; Lebak. 9. Provinsi NTB: Lombok Barat; Lombok Tengah; Lombok Timur;
Sumbawa; Dompu; Bima; Sumbawa Barat; Lombok Utara. 10. Provinsi NTT: Sumba Barat; Sumba Timur; Kupang; Timor
Tengah Selatan; Timor Tengah Utara; Belu; Alor; Lembata; Ende; Manggarai; Rote Ndao; Manggarai Barat; Sumba Tengah; Sumba Barat Daya; Nagekeo; Manggarai Timur; Sabu Raijua; Malaka.
11. Provinsi Kalimantan Barat: Sambas; Bengkayang; Landak; Ketapang; Sintang; Kapuas Hulu; Melawi; Kayong Utara.
12. Provinsi Kalimantan Tengah: Seruyan. 13. Provinsi Kalimantan Selatan: Hulu Sungai Utara. 14. Provinsi Kalimantan Timur: Mahakam Ulu.15. Provinsi Sulawesi Tengah: Banggai Kepulauan; Donggala; Toli-
Toli; Buol; Parigi Moutong; Tojo Una-Una; Sigi; Banggai Laut; Morowali Utara.
16. Provinsi Sulawesi Selatan: Janeponto. 17. Provinsi Sulawesi Tenggara: Konawe; Bombana; Konawe
Kepulauan. 18. Provinsi Gorontalo: Boalemo; Pohuwato; Gorontalo Utara. 19. Provinsi Sulawesi Barat: Polewali Mandar; Mamuju Tengah.20. Provinsi Maluku: Maluku Tenggara Barat; Maluku Tengah; Buru;
Kepulauan Aru; Seram Bagian Barat; Seram Bagian Timur; Maluku Barat Daya; Buru Selatan.
31 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
21. Provinsi Maluku Utara: Halmahera Barat; Kepulauan Sula; Halmahera Selatan; Halmahera Timur; Pulau Morotai; Pulau Taliabu.
22. Provinsi Papua Barat: Teluk Wondama; Teluk Bintuni; Sorong Selatan; Sorong; Raja Ampat; Tambrauw; Maybrat.
23. Provinsi Papua: Merauke; Jayawijaya; Nabire; Kepulauan Yapen; Biak Numfor; Paniai; Puncak Jaya; Boven Digoel; Mappi; Asmat; Yahukimo; Pegunungan Bintang; Tolikara; Sarmi; Keerom; Waropen; Supiori; Memberamo Raya; Nduga; Lanny Jaya; Memberamo Tengah; Yalimo; Puncak; Dogiyai; Intan Jaya; dan Deiyai.
24. Provinsi Kalimantan Utara : Nunukan
Gambar 2.1. | Cakupan Wilayah IKKDTI 2016
Metodologi32 .................................
...............................................................................................................................................................
Tabel2.1. | Cakupan Wilayah IKKDTI 2016
No Kawasan ProvinsiJumlah Daerah
Tertinggal Nama Kabupaten
Jumlah Daerah
Tertinggal Dalam
Kawasan1 Sumatera Aceh 1 Aceh Singkil 13
Sumatera Utara 4 Nias BaratNias UtaraNias SelatanNias
Sumatera Barat 3 Kepulauan MentawaiSolok SelatanPasaman Barat
Bengkulu 1 SelumaSumatera Selatan
2 Musi RawasMusi Rawas Utara
Lampung 2 Lampung BaratPesisir Barat
2 Jawa Banten 2 Pandeglang 6Lebak
Jawa Timur 4 BangkalanSampangBondowosoSitubondo
3 Nusa Tenggara
NTB 8 Bima 26SumbawaSumbawa BaratDompuLombok UtaraLombok BaratLombok TimurLombok Tengah
NTT 18 Manggarai BaratManggaraiManggarai TimurNagekeoEndeLembata
33 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
No Kawasan ProvinsiJumlah Daerah
Tertinggal Nama Kabupaten
Jumlah Daerah
Tertinggal Dalam
KawasanAlorBeluMalakaTTSTTUKupangSabu RaijuaRote NdaoSumba TimurSumba TengahSumba BaratSumba Barat Daya
4 Papua dan Papua Barat
Papua 26 Merauke 33JayawijayaNabireKepulauan YapenBiak NumforPaniaiPuncak JayaBoven DigoelMappiAsmatYahukimoPegununganBintangTolikaraSarmiKeeromWareponSupioriMamberamo RayaNdugaLanny JayaMemberamo TengahYalimoPuncak
Metodologi34 .................................
...............................................................................................................................................................
No Kawasan ProvinsiJumlah Daerah
Tertinggal Nama Kabupaten
Jumlah Daerah
Tertinggal Dalam
Kawasan
DogiyaiIntan JayaDeiyai
Papua Barat 7 Teluk WondamaTeluk BintuniSorong SelatanSorongRaja AmpatTambrauwMaybrat
5 Maluku Dan Maluku Utara
Maluku 8 Maluku Tenggara Barat
14
Maluku TengahBuruKepulauan AruSeram Bagian BaratSeram Bagian TimurMaluku Barat DayaBuru Selatan
Maluku Utara 6 Halmahera BaratKepulauan SulaHalmahera SelatanHalmahera TimurPulau MorotaiPulau Taliabu
6 Sulawesi Sulawei Tengah 9 Banggai Kepulauan
18
DonggalaToli-ToliBuolParigi MoutongTojo Una-UnaSigiBanggai Laut
35 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
No Kawasan ProvinsiJumlah Daerah
Tertinggal Nama Kabupaten
Jumlah Daerah
Tertinggal Dalam
KawasanMorowali Utara
Sulawesi Tenggara
3 KonaweBombanaKonawe Kepulauan
Sulawesi Barat 2 Polewali MandarMamuju Tengah
Sulawesi Selatan 1 JenepontoGorontalo 3 Boalemo
PohuwatoGorontalo Utara
7 Kalimantan Kalimantan Barat 8 Sambas 12BengkayangLandakKetapangSintangKapuas HuluMelawiKayong Utara
Kalimantan Tengah
1 Seruyan
Kalimantan Selatan
1 Hulu Sungai Utara
Kalimantan Timur
1 Mahakam Ulu
Kalimantan Utara
1 Nunukan
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun
2.3. Sumber dan Jenis Data IndeksSumber dan jenis data IKKDTI 2016 berdasarkan pada data
sekunder, dengan menggunakan kajian dokumen-dokumen resmi lembaga pemerintah baik versi cetak atau online, berita surat kabar dan sumber lainnya yang relevan. Sebagian besar sumber data mengacu pada sumber data IKKDTI 2014. Secara detail sumber dan jenis data indeks disajikan sebagai berikut:
Metodologi36 .................................
...............................................................................................................................................................
A. Sumber Data Indeks
1. Pemerintah KabupatenPemerintah kabupaten merupakan salah satu sumber utama
data penyusunan indeks. Data dari peme-rintah kabupaten diakses melalui website pemkab.Data-data yang diperoleh melalui website pemda antara lain visi-misi pemkab, profil anggota DPRD, produk hukum kabupaten, data pembangunan kabupaten, agenda-agenda pemkab dan berita-berita terkait kegiatan pemkab. Namun, data-data tersebut tidak seragam untuk semua kabu-paten karena memang ada perbedaan mengenai standar informasi dalam masing-masing website pemda. Daftar pemerintah kabupaten dan website yang menjadi sumber data indeks dapat dilihat di lampiran Sumber Data.
2. Pemerintah ProvinsiSumber pemerintah provinsi da-lam beberapa hal membantu
pencarian data terutama bila informasi tentang kabupaten tertentu tidak tersedia di website pemkab.Data dari pemerintah provinsi diakses melalui website pemprov. Data-data yang diperoleh antara lain agenda pemerintah provinsi yang terkait dengan pemkab, berita terkait kegiatan bersama pem-prov dan pemkab dan beberapa data pembangunan (kesehatan, pendidikan, ekonomi, dll). Daftar pemerintah provinsi dan website yang menjadi sumber data indeks dapat dilihat di lampiran Sumber Data.
3. Badan Pusat Statistik KabupatenBPS kabupaten merupakan salah satu sumber utama data
indeks.Data BPS kabupaten diakses melalui websitenya. Data-data yang diperoleh melalui website BPS kabupaten antara lain data kesehatan (kematian bayi), data pendidikan (APM di tingkat dasar), data ekonomi (PAD, pertumbuhan ekonomi, PDRB), data ketenagakerjaan (tingkat pengangguran) dan profil anggota DPRD.
37 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Namun, tidak semua data di atas tersedia dalam website BPS kabupaten karena antara satu kabupaten dengan kabupaten lain ada perbedaan penyajian dan belum ada keseragaman informasi. Dalam proses pencarian data, ditemukan adanya website BPS kabupaten yang tidak menyajikan data-data di atas. Daftar BPS kabupaten dan websitenya yang menjadi sumber data indeks dapat dilihat di lampiran Sumber Data.
4. Badan Pusat Statistik ProvinsiDalam hal data yang diperlukan untuk penyusunan indeks tidak
ditemukan di BPS Kabupaten, maka tim melakukan penelusuran melalui website BPS provinsi. Daftar BPS provinsi dan websitenya yang menjadi sumber data indeks dapat dilihat di lampiran Sumber Data.
5. Kementrian dan Lembaga NegaraPencarian data yang tidak tersedia dalam empat sumber data di
atas kemudian dilakukan dengan melakukan penelusuran website ke-menterian dan lembaga negara yang memiliki kaitan dengan suatu urusan tertentu. Data-data yang dapat ditemukan melalui website kementerian dan lembaga negara antara lain data tingkat partisipasi sekolah dasar, data kesehatan, data perekonomian, data partisipasi pemilu legislatif, data produk hukum, data korupsi, data ketenagakerjaan, data jumlah forum lintas komunitas, data keberadaan forum penanggulangan dini dan sebagainya. Daftar kementerian dan lembaga negara yang menjadi sumber data indeks dapat dilihat di lampiran Sumber Data.
6. Dinas dan Lembaga DaerahDinas dan beberapa lembaga daerah juga berkontribusi sebagai
sumber data indeks. Selain sebagai sumber data utama, data di beberapa dinas dan lembaga daerah juga digunakan sebagai pembanding dan pendukung dari data dari sumber lain. Misalnya,
Metodologi38 .................................
...............................................................................................................................................................
apabila tim menemukan keraguan terhadap data dari sumber BPS atau media maka tim menggunakan data dari dinas atau lembaga daerah lain sebagi pembanding atau pengkonfirmasi. Namun, perlu dicatat bahwa dinas dan lembaga daerah ini tidak berasal dari semua kabupaten. Tim hanya menggunakan sumber data dinas dan lembaga daerah bilamana ada kesulitan men-cari data dalam sumber-sumber utama lainnya. Daftar dinas dan lembaga daerah yang menjadi sumber data indeks dapat dilihat di lampiran Sumber Data.
7. Info Korupsi IndonesiaData korupsi dalam indeks ditemukan juga dalam website http://
www.infokorupsi.com.Namun, ada juga limitasi tertentu dalam data info korupsi seperti umur data dan jangkauan data. Meski kemudian menjadi sumber data bagi kasus korupsi, website info korupsi tidak menjadi sumber utama karena data korupsi justru lebih banyak ditemukan dari KPK, ICW, Kejak-saan, Kepolisian maupun media surat kabar nasional dan lokal.
8. Surat KabarPencarian data dari surat kabar di-lakukan dengan menelusuri
web-site surat kabar bersangkutan (ko-ran online). Sumber surat kabar dikelompokkan menjadi surat kabar nasional dan surat kabar lokal. Pencarian data melalui surat kabar terutama dilakukan untuk mencari kasus-kasus konflik kekerasan bagi kabupaten yang datanya tidak tersedia dalam SNPK, seperti Sumatera Barat, Jawa Barat dan Jawa Timur. Selain itu, surat kabar dipakai untuk mencari data tentang kasus korupsi di daerah, agenda dan kegiatan pemda dan lain-lain. Daftar website surat kabar nasional dan lokal yang menjadi sumber data indeks dapat dilihat di lampiran Sumber Data.
9. Website LainWebsite lain yang dimaksud adalah sumber data internet yang
39 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
tidak termasuk ke dalam 9 sumber data yang telah disebutkan di atas. Pencarian data melalui website-website tersebut dilakukan karena data-data yang dibutuhkan terkait kabupaten tertentu tersedia di sana. Data-data seperti praktek budaya lokal cegah konflik dapat ditemukan dalam website-website tersebut. Ada juga website yang khusus menyediakan data profil anggota DPRD . Daftar website lain yang menjadi sumber data indeks dapat dilihat di lampiran Sumber Data.
10. Jenis Data IndeksJenis data dalam penyusunan IKKDTI diklasifikasikan sebagai
data publikasi, laporan, dan berita. Mengenai ketiga jenis data ini, penjelasannya adalah sebagai berikut:
11. PublikasiJenis data publikasi adalah infor-masi dari sumber data yang
diterbitkan dan dicetak menjadi buku oleh badan atau lembaga tertentu. Jenis data publikasi dikelompokkanmenurut badan/lembaga yang menerbitkannya. Jenis data publikasi yang paling banyak dipakai adalah Kabupaten dalam Angka 2014-2016 (BPS Kabupaten), Statis-tik Kabupaten 2014-2016 (BPS Ka-bupaten), Provinsi dalam Angka 2014-2016 (BPS Provinsi), Statistik Provinsi 2014-2016 (BPS Provinsi), Annual Report 2014 – 2016 (KPK) dan APK/APM PAUD – PT Tahun 2014/2015 (Pusat Data dan Statistik Pendidikan Kementerian Pendidik-an dan Kebudayaan). Ada juga pub-likasi lain seperti buku yang digu-nakan sebagai sumber data namun dipilih secara ketat dengan mem-pertimbangkan umur data dan relevansinya dengan informasi yang dibutuhkan dalam indeks.
12. LaporanJenis data laporan adalah informasi dari sumber data yang
berupa laporan kinerja lembaga atau badan. Jenis data laporan ini jumlahnya cukup banyak dan dipakai untuk mengisi cukup banyak
Metodologi40 .................................
...............................................................................................................................................................
indikator. Laporan biasa dipakai untuk me-ngisi data yang tidak tersedia da-lam data publikasi. Jenis data laporan yang banyak dipakai adalah LGF Anggaran 2014-2016 (Kementerian Keuangan), Profil Kesehatan per Provinsi Tahun 2012–2016 (Kementerian Kesehatan), LAKIP Pro-vinsi (Pemerintah Provinsi), LAKIP Kabupaten (Pemerintah Kabupaten), Laporan Hasil Pemilu Legis-latif 2014 Per Provinsi (KPU), Ana-lisis Kesenjangan Sosial 2014-2016 (Bappenas), Pembangunan Daerah Dalam Angka 2014-2016 (Bappenas) dan Laporan Data Pembangunan Daerah Provinsi dan Kabupaten (Simreg Bappenas).
13. BeritaJenis data berita adalah informasi dari sumber data surat kabar
(nasional dan lokal) serta informasi yang termuat dalam laman website yang tidak termasuk dalam kategori jenis data publikasi dan laporan. Semua informasi dari website surat kabar termasuk ke dalam berita. Demikian juga informasi da-lam website pemkab dan pemprov yang berisi agenda dan kegiatan pemda bisa digolongkan ke dalam jenis data berita.
2.4. Metode AnalisisIKKDTI 2016 dihitung dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif secara menyeluruh berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Konsep yang digunakan adalah “data driven”, yakni bahwa hasil indeks sangat ditentukan oleh data yang ada dilapangan.Formulasi IKKDTI melibatkan perhi-tungan bobot untuk masing-masing indikator, variabel dan aspek, yang dihitung secara hirarki. Bobot dihitung dengan kerangka CFA (Confirmatory Factor Analysis), yang biasa digunakan untuk menganalisis unidimensionality dari suatu variabel konstruk pada analisis SEM (Structural Equation Modeling).
Beberapa justifikasi penggunaan CFA dalam analisis formulasi IKKDTI adalah sebagai berikut:
41 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
• Data yang dikumpulkan di lapangan adalah data indikator, sedangkan variabel dan aspek tidak dapat diukur secara langsung melainkan hanya bisa diukur dari indikator-indikator yang membentuknya. Sehingga, dalam konteks CFA variabel dan aspek merupakan variabel latent (tidak terukur) dan indikator merupakan variabel manifest (terukur)
• Data yang sudah terkumpul terbagi menjadi beberapa jenis menurut skala datanya. Beberapa indikator mempunyai skala data biner (tipe jawaban ya dan tidak), sementara sebagian besar mempunyai skala data rasio (frekuensi, jumlah, persentase, dll). Dalam CFA telah banyak dikembangkan metode estimasi bobot model, yang memungkinkan men-dapatkan hasil bobot untuk skala data yang tidak berdistribusi normal seperti Generalized Least Square, Scale free least square, Asymptotically distribution free serta pendekatan Bayesian. Untuk data biner (termasuk data kategori), telah dikembangkan perhitungan “polychoric correlation” dan “asymptotic covariance ma-trices” dalam CFA yang dalam aplikasinya telah dikembangkan pada perangkat lunak LISREL.
• Data yang digunakan untuk menghi-tung indeks adalah data sampel dari populasi daerah tertinggal di Indonesia. Bobot CFA merupakan bobot dari suatu model linier antara variabel laten dengan variabel manifest (terukur) yang tentunya menghasilkan suatu error prediksi. Sehingga, hasil bobot yang dihitung dari sampel sangat memungkinkan untuk bisa digunakan memprediksi nilai capaian indeks pada daerah lain yang tidak masuk dalam sampel.
CFA berbeda dengan metode AHP (Analytical Hierarchical Process) yang telah banyak digunakan dalam perhitungan bobot indeks. AHP digunakan untuk tipe data berupa ranking (yang biasanya merupakan hasil penilaian pakar tentang suatu aspek tertentu), sedangkan IKKDTI dihitung dengan memanfaatkan output
Metodologi42 .................................
...............................................................................................................................................................
data yang ada di lapangan untuk masing-masing daerah. Namun, secara konsep statistik, kedua metode analisis tersebut mempunyai kesamaan yaitu menghitung kontribusi berdasarkan nilai eigen vector (loading factor). Perhitungan bobot dalam AHP didasarkan pada nilai eigen vector untuk masing-masing variabel/aspek yang di-ukur melalui ranking yang didapatkan. Perhitungan bobot untuk CFA dijelaskan pada sub-bab tersendiri.
Output yang dihasilkan dari proses CFA berupa suatu model linear antara vari-abel laten terhadap variabel manifest, yang dihubungkan oleh suatu nilai yang disebut dengan regression weight. Un-tuk bobot IKKDTI, digunakan nilai standardized regression weights yang mewakili jumlah perubahan pada variabel dependen (latent) yang diakibatkan oleh perubahan satu unit (standar devisasi) pada variabel prediktor (variabel terukur). Artinya, dalam konteksunidimensionality untuk mengukur sebuah konstruk, nilai standardized regression weight menunjukkan kontribusi dari masing masing variabel manifest dalam mengukur variabel laten.
Indikator yang digunakan dalam meng-hitung IKKDTI ini merupakan hasil explorasi tim ahli (melalui kajian literatur, FGD, diskusi internal) sehingga validitasnya tidak perlu diuji lagi secara statistik. Oleh karenanya CFA hanya akan digunakan sebagai alat untuk mengestimasi bobot masing-masing indikator, tanpa dilakukan pengujian signifikansi statistik. Pendekatan ini sangat berbeda dengan analisis faktor seperti biasanya (Exploratory Factor Analysis), dimana proses analisis dimulai dengan mengumpulkan indikator-indikator tanpa ada acuan aspek yang mendasari untuk kemudian di lakukan reduksi dimensi sehingga menghasil-kan faktor baru dengan dimensi yang lebih kecil. Faktor inilah yang kemudian dijadikan aspek.
Berikut ini adalah justifikasi teoretik tentang analisis faktor dengan berbagai skala variabel manifes sebagaimana digunakan dalam IKKDTI ini:
43 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
a. Analisis Faktor untuk variable manifest berskala metrik (kontinyu)Misalkan terdapat variable manifest (indikator) berskala metrik
yang akan diekspresikan sebagai kombinasi linier dari variabel latent, dimana . Analisis ini dilakukan melalui matrik kovarian atau korelasi dari sebanyak variabel manifest .
Misal adalah r variabel metric, maka model linear faktor dapat dituliskan sebagai
Atau dalam bentuk matrik dapat dituliskan sebagai
Dimana .
Anggap bahwa variabel latent mengikuti distribusi normal standard yang independent . Melalui asumsi independen bersyarat, maka respon terhadap r variabel manifest diberikan variabel latent z adalah independen, distribusi bersyarat dari w diberikan z mengikuti distribusi normal dimana
adalah matrik koefisien (loading factor) berukuran , dan adalah matrik diagonal dari varians yang berukuran r x r.
Parameter dari model di atas didasarkan pada maximum likelihood dari distribusi marjinal variabel manifest. Detail pen-jelasan mengenai ini dapat dilihat pada Lawley and Maxwell (1971) dan Bartho-lomew (1987). Maksimum likelihood dilakukan dengan algoritma EM yang diperkenalkan oleh Rubin and Thayer (1982). Algoritma EM memperlakukan variabel latent z sebagai data missing dan secara iterative memaksimumkan livelihood dengan menggangap z teramati.
Metode lain yang bisa digunakan adalah Unweighted Least
Metodologi44 .................................
...............................................................................................................................................................
Square (ULS) dan Generalized Least Square (GLS). Kedua metode ini mencoba menaksir model dengan memilih penaksir sedemikian hingga matriks korelasi yang diamati dan teoritis menjadi sedekat mungkin.
b. Analisis Faktor untuk Variabel Manifest Berskala BinerTerdapat dua pendekatan yang bisa digunakan untuk menaksir
model dengan indikator berskala biner. Salah satunya merupakan perluasan dari metode yang diaplikasikan pada variabel manifest berskala metrik (disebut dengan underlying variable), sedangkan satunya disebut dengan Response Function.
Metode pertama menganggap bahwa variabel manifest berskala biner dihasilkan dari variabel kontinyu yang didichotomouskan. Metode kedua mendefinisikan response function yang memberikan probabilitas positif response untuk indvidu dengan posisi latent z. Bartholomew (1987) menunjuk-kan bahwa kedua pendekatan tersebut ekuivalen untuk indicator berskala biner namun tidak untuk indicator berskala polytomous. Dalam bab ini akan dibahas hanya mengenai metode pertama, yang relavan dengan analisis yang dilakukan untuk dalam metodologi perhitungan indeks.
Pendekatan ini membawa analisis vari-abel biner ke dalam kerangka analisis faktor untuk variabel manifest berskala metric, dengan menagasumsikan bahwa masing-masing variabel biner dibangkit-kan dari variable kontinyu yang mendasari dengan skema berikut:
Dimana disebut dengan parameter threshold dan
Oleh sebab itu, jika kita menggunakan asumsi yang sama dengan sebelumnya untuk distribusi z dan e maka model linear faktor dapat ditaksir pada matrik kovarian atau korelasi dari variabel v. Terdapat
45 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
metode maksimum likelihood yang bisa digunakan untuk mengesti-masi koefisien korelasi dari 2 x 2 data hasil korelasi silang, yang disebut dengan koefisien korelasi tetrachoric.
Asumsi normalitas untuk variabel res-pon yang mendasari bisa jadi tidak sela-manya sesuai selamanya dan dengan semua variabel. Semua asumsi ini hanya diperlukan agar analisa dari variabel bersespon biner konsisten dengan ana-lisis faktor untuk variabel kontinyu. Christofferson (1975) menaksir model linear faktor pada serangkaian variabel biner dengan mengestimasi parameter yang meminimkan jarak antara observed dan expected dari orde per-tama dan kedua proporsi marjinal dengan mengasusmsikan bahwa variabel v* mengikuti distribusi multivariate normal.
c. Analisis Faktor untuk Variabel Manifest berskala CampuranMetode ini dikembangkan oleh Bartho-lomew (1987) untuk
menaksir model variabel latent. Konsepnya adalah sama dengan underlying variable approach yang diaplikasikan untuk kauss dengan variabel manifest berskala campuran. Muthén (1984) mengajukan 3 stage metode estimasi sebagai pengembangan dari teori yang dikembangkan oleh Muthén dan Christoffersson (1981) untuk variabel manifest kategorik.
Pada tahap pertama, first order statistic seperti threshold, mean, dan varian diestimasi dengan maksimum likeli-hood. Pada tahap kedua, second order statistics seperti korelasi tetrachoric, polychoric (Olsson, 1979) diestimasi dengan menggunakan conditional maxi-mum likelihood dengan diberikan hasil pada tahap pertama. Pada tahap ketiga, parameter dari structural part pada model diestimasi menggunakan metode limited -information GLS. Estimasi pada 2 tahap pertama didasarkan pada me-maksimumkan univariat dan bivariat log likelihood function untuk respon variabel latent (underlying variable). Hal ini menjadi alasan mengapa parameter yang diestimasi menggunakan maksi-mum likelihood disebut dengan limited information ML estimate.
Metodologi46 .................................
...............................................................................................................................................................
Dengan metode ini, diperoleh estimator yang konsisten dari asumsi matrik kovarian dari estimator pada dua tahap pertama. Partisi dari estimate ML mungkin mempengaruhi goodness of fit dari propoerti statistic dari penaksir yang diturunkan pada tahap ketiga. Namun Muthén (1984) menunjukkan bahwa estimate ini selalu secara asimptotik berdistribusi normal dan efisien.
Lee, Poon, Benther (1992) mengajukan prosedur dua tahap untuk mengestimasi Model Persamaan Struktural dengan indikator polythomous. Pada tahap 1, mereka mengestimasi threshold, polychoric, Polyserial kovarians dengan full maksimum likelihood. Pada tahap 2, parameter structural part dari model diestimasi menggunakan GLS.
Pendekatan LISREL (Jöreskog dan Sör-bom, 1993) didasarkan pada korelasi polychoric dan polyserial (diestimasi menggunakan PRELIS) dan Weighted Least Square (WLS) untuk mengestimasi parameter structural. Jöreskog (1990) menyatakan bahwa pada LISREL, telah dikembangkan koefisien korelasi polyserial yang dapat diperoleh dari summary statistic bivariat yang berisi frekuensi pada masing masing sel, mean dan varians dari variabel kontinyu dalam masing-maisng kategori pada indicator kategorik. Salah satu prosedur estimasi yang digunakan di LISREL adalah WLS. GLS mensyaratkan normalitas pada variabel respon, sementara WLS adalah distribution free secara asimptotis. WLS lebih cocok digunakan untuk kasus variabel manifest campur-an walaupun secara komputasi lebih lambat.
Arminger dan Küsters (1988) memberi-kan general framework tentang estimasi Structural Equation Modeling (SEM) dengan variabel teramati pada level penghitungan untuk semua tipe dan variabel latent metric. Formulasi ini memungkinkan variabel metric dan dummy (0/1) dimasukkan dalam model. Variabel variabel ini diperlakukan secara terpisah dalam estimasinya karena fungsi loglikelihood dimaksimumkan untuk masing-masing variabel. Model ini sama dengan LISREL model (Confirmatory Factor Analysis).
47 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
2.5. Formulasi IndeksIKKDTI dibangun dengan menghitung bobot dan capaian
untuk masing-masing indikator, variabel maupun aspek. Terdapat 3 struktur hirarki dalam perhitungan IKKDTI ini yaitu indikator, vari-abel dan aspek. Tahapan formulasi IKKDTI adalah sebagai berikut:
Indikator menuju Variabel Tahapan pertama yang dilakukan dalam perhitungan Indeks
untuk Indikator adalah menghitung capaian masing-masing kab/kota untuk indikator yang ada. Nilai capaian ini dihitung dengan melakukan tranformasi data capaian awal, sehingga data capaian mempunyai skala yang sama yaitu dalam selang interval 0 sampai 1. Tranformasi dilakukan dengan cara yang berbeda tergantung dari indikator yang diukur, yang mempertimbangkan nilai terburuk, nilai ideal, serta capaian awal. Proses transformasi adalah sebagai berikut:
Untuk indikator yang tidak mempunyai benchmark nilai terburuk atau nilai idealnya, maka nilainya dihitung dengan melihat distribusi dari capaian semua kab/kota, sehingga nilai terburuk/ideal bisa dihitung dengan
Setelah didapatkan capaian untuk masing-masing indikator, selanjutnya dilakukan CFA untuk menghitung bobot dari indikator ke variabel. Sebagai ilustrasi, berikut disajikan struktur path dari CFA:
Metodologi48 .................................
...............................................................................................................................................................
Gambar 2.2. |Struktur CFA untuk perhitungan bobot
Gambar 2. 1. di atas menunjukkan struk-tur CFA, dimana Indikator yang tidak terukur (variabel latent = KK1) diwakili oleh gambar berbentuk “oval”, sedang-kan indikator (KK11, KK12, KK13) meru-pakan -indikator yang terukur, diwakili oleh gambar berbentuk “kotak”. Dalam proses estimasi nilai bobot, akan di-dapatkan “measurement error (e1,e2,e3)” yang diwakili oleh tanda “bulat”. Nilai yang terdapat pada garis panah yang menghubungkan variabel latent (variabel) dengan indikator adalah nilai koefisien regresi yang tidak terstandarisasi (unstandardized estimate) hasil CFA, namun dalam perhitungan indeks digunakan nilai standardized estimate sebagai bobot.
Setelah didapatkan bobot dan capaian masing-masing indikator, dilakukan perkalian antara bobot dengan capaian sehingga didapatkan capaian untuk variabel sebagai berikut:
Selanjutnya, nilai KK1 yang didapatkan dari hasil diatas merupakan nilai capaian variabel KK1 (kualitas layanan publik) yang akan dianalisis pada tahapan selanjutnya.
49 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Pada tahapan ini, estimasi bobot dilaku-kan dengan GLS (Generalized Least Square) untuk indikator yang berskala rasio denga bantuan paket AMOS, se-dangkan indikator berskala biner (kategorik) dilakukan dengan Diagonal-ly Weighted Least Square yang didalam-nya melibatkan perhitungan korelasi Polychoric, dengan bantuan paket LISREL, begitu juga dengan variabel manifest berskala campuran.
Variabel menuju Aspek Tahapan yang dilakukan untuk meng-hitung bobot variabel
terhadap aspek adalah sama seperti tahapan sebelumnya.Namun, dalam tahapan ini tidak lagi dihitung nilai terburuk dan
nilai ideal bagi masing-masing indikator karena data yang ada sudah merupakan data standard dengan range antara 0 sampai 1, yang didapatkan dari tahapan sebelumnya. Pada tahapan ini, variabel menjadi sesuatu yang terukur sedangkan Aspek menjadi latent. Estimasi bobot pada semua variablel dilakukan secara simultan, dengan mempertimbangkan pula struktur korelasi antar indikator. Struktur path diagram CFA ditunjukkan sebagai berikut:
Metodologi50 .................................
...............................................................................................................................................................
Gambar 2.3. |. Stuktur CFA simultan dengan korelasi antar-vaiabel laten
Dari struktur pada Gambar 2. 2. di atas, terlihat bahwa ada tiga aspek yang ingin diukur menggunakan indikator masing-masing. Interpretasi dari diagram di atas sama dengan path CFA sebelumnya, yang berbeda adalah strukur korelasi yang digambarkan dengan tanda panah ganda. Angka pada panah ini menujuk-kan nilai korelasi antar latent variable (aspek).
Setelah didapatkan bobot masing-masing, maka indeks capaian untuk aspek dihitung dengan cara mengalikan capaian variabel dengan bobot sebagai berikut (ilustrasi):
51 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Aspek Menuju IKKDTI Tahapan terakhir dalam perhitungan IKKDTI adalah perhitungan
bobot aspek dalam membangun IKKDTI. Bobot dihi-tung melalui CFA yang menghasilkan regresi antara aspek dan IKKDTI sebagai berikut:
Gambar 2.3. |. Stuktur CFA simultan dengan korelasi antar-vaiabel laten
Dari struktur di atas, akan dapat diketahui aspek mana yang paling dominan dalam membentuk IKKDTI. Hasil akhir dari tahapan ini adalah indeks untuk masing-masing kab/kota yang didapatkan dengan perhitungan sebagai berikut:
Kategorisasi IKKDTI Tujuan akhir dari perhitungan IKKDTI adalah mendapatkan
gambaran profil ketahanan (dan dibaca secara terbalik sebagai kerentanan) masing-masing kabupaten terhadap konflik. Nilai Indeks yang didapatkan sebelumnya perlu ditransformasi menjadi suatu kategori yang mewakili tingkatan kelompok ketahanan, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, dan tinggi.
Metodologi52 .................................
...............................................................................................................................................................
Proses penentuan kategori dilakukan dengan melihat distribusi atau sebaran indeks. Jika sebaran indeks mengikuti distribusi normal, maka akan dambil ukuran berikut sebagai threshold yaitu :
Tabel 2.2 Penentuan kategori berdasarkan interval konfidensiIndeks Nilai Indeks Ketahanan Kerawanan
< (Mean – 1.96* standard deviasi)
sangat rendah sangat rendah sangat tinggi
(Mean – 1.96* standard deviasi) < Indeks
rendah rendah tinggi
Indeks < (Mean + 1.96* standard deviasi)
sedang sedang sedang
>(Mean + 1.96* standard deviasi)
tinggi tinggi rendah
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun
Angka 1.96 diperolah dari nilai table 2.1 pada distribusi normal standard dengan tingkat kesalahan 5%. Namun demikian, sangat memungkinkan jika sebaran indeks tidak berdistribusi secara normal. Dalam situasi ini, penentuan kategori kerawanan akan didasarkan pada nilai kuantil, yaitu kuantil pertama (Q1) dan kuantil ketiga (Q3). Artinya, 25% capaian indeks terendah dikategorikan sebagai ketahanan sangat rendah tinggi, 25% berikutnya (antara Q1 hingga median) sebagai ketahanan rendah, selanjutnya 25% (antara median hingga Q3) sebagai ketahanan sedang sedangkan 25% capaian indeks tertinggi dikategorikan sebagai ketahanan tinggi.
Tabel 2.3 Penentuan kategori berdasarkan kuantilIndeks Nilai Indeks Ketahanan Kerawanan
< Q1 sangat rendah sangat rendah sangat tinggi
Q1 < indeks < median rendah rendah tinggi
median <indeks < Q3 sedang sedang sedang
>Q3 tinggi tinggi rendah
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun
53 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
2.6. LimitasiPenyusunan IKKDTI 2016 ini masih jauh dari sempurna. Sama
seperti penyusunan IKKDTI 2014, harus diakui sejak awal bahwa IKKDTI 2016 ini memiliki sejumlah keterbatasan baik secara substantif maupun teknis. Mengidentifikasi limitasi ini menjadi penting, setidaknya, untuk dua tujuan. Pertama, membuat kerangka batasan (framework of bound-aries) untuk memahami dalam batas-batas mana IKKDTI disusun. Kedua, dan yang terpenting, sebagai pijakan untuk perbaikan dan penyempurnaan IKKDTI di masa-masa mendatang. Beberapa limitasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
IKKDTI disusun berdasarkan panduan konseptual untuk memahami kondisi kerentanan konflik di Indonesia kontemporer melalui keterkaitan (interlink) antara aspek tata kelola, kapasitas kelembagaan, dan ketahan-an masyarakat. Variabel dan indikator dalam IKKDTI ini disusun sedemikian rupa untuk menggambarkan inter-link tersebut dan memberi gambaran kondisi kerentanan sekaligus potensi perdamaian suatu daerah. Namun demikian, dalam pengerjaannya IKKDTI sangat mengandalkan data lapangan (data driven), yang hanya didasarkan pada data-data media dan dokumen-dokumen resmi pemerin-tah. Keterbatasan waktu dan sumber daya membuat penyusunan IKKDTI ini hanya mengandalkan data sekunder, tanpa ada wawancara mendalam, observasi, atau diskusi kelompok di setiap lokasi sampel. Implikasinya, IKKDTI cukup mampu memberi gambaran indikatif mengenai kerentanan dan potensi perdamaian suatu daerah sampel, namun kurang memiliki daya penjelas untuk isu-isu yang lebih detail dan kualitatif sifatnya.
Keterbatasan sumberdaya dan keter-sediaan data juga memaksa penyusun untuk tetap menggunakan formulasi variabel dan indikator IKKDTI 2014 dalam penyusunan IKKDTI 2016. Sebelumnya, rencana awal IKKDTI terbangun atas 15 variabel dan 62 indikator. Setelah mengalami penyederhanaan, versi akhir IKKDTI (versi 2014) mencakup 11 variabel dan 28 indikator. Tentu
Metodologi54 .................................
...............................................................................................................................................................
saja penyederhanaan ini berimplikasi pada kedalaman indeks ini, karena beberapa indikator terpaksa harus ditanggalkan karena kesulitan data lapangan. Pembuatan indeks semacam ini selalu saja merupakan resultan paling optimal dari negosiasi panjang untuk mempertahankan kerangka konseptual pada satu sisi dan ketersediaan data lapangan pada sisi yang lainnya.
Tantangan terberat dalam penyusunan IKKDTI ini adalah fase pengumpulan dan input data. Karena IKKDTI ini banyak mengandalkan data internet, baik laman resmi lembaga atau data media koran lokal, seringkali distribusi data tidak merata baik secara geografis maupun cakupan tahun data. Misalnya, kualitas laman resmi BPS di setiap kabupaten berbeda fasilitas dan kontennya. Di masa mendatang kerjasama dan kemitraan antar-lembaga untuk proses penginputan menjadi sangat penting dikembangan demi efisiensi pengumpulan data IKKDTI.
55 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KONSEP DASAR IKKDTI
BAB III
IKKDTI 2016, sama halnya dengan IIKDTI 2014, dibangun melalui sejumlah konsep dasar antara lain Konflik, Konflik Kekerasan, Kerentanan dan Ketahanan Konflik. Konsep-konsep dasar tersebut menjadi basis perumusan Aspek, Variabel dan Indikator yang dikontekskan dengan kondisi terkini daerah tertinggal. Kontekstualisasi konsep tersebut mengacu pada hasil-hasil kajian terkini mengenai fenomena konflik nirkekerasan dan konflik yang disertai kekerasan.
3.1. Konflik,KekerasandanRawanKonflikBagian ini akan menguraikan dan meng-klarifikasi tiga konsep
dasar yang menjadi fondasi penyusunan IKKDTI. Klarifikasi konsep konflik, kekerasan, keta-hanan dan kerentanan konflik ini sangat
Konsep Dasar IKKDTI56 .................................
...............................................................................................................................................................
penting mengingat seringkali terdapat kerancuan pemahaman atas tiga konsep dasar berikut ini baik di kalangan akademisi maupun pengambil kebijakan.
ApaituKonflik?Harus diakui belum ada keseragaman makna yang muncul dari
penggunaan terminologi ini. Berbeda dari pengunaan lazim dalam kajian akademik internasional, kata konflik dalam diskusi publik dan diskusi sehari-hari di Indonesia mengandung makna pertikaian fisik, pertengkaran, atau singkatnya sudah menyertakan kekerasan baik yang bersifat fisik maupun simbolik-kultural. Konotasi kekerasan dalam terminologi ini tak lepas dari dampak depolitisasi Orde Baru terhadap perbe-daan kepentingan ekonomi dan perbedaan identitas budaya. Dalam skala global, penyempitan makna konflik semata-mata kekerasan merupakan dampak ikutan dari hegemoni ekonomi-politik neoliberal yang menjadikan pasar dan hukum semata sebagai kom-pas perubahan.
Hal ini tentu bertolak belakang dengan makna konflik dalam cara pandang demokrasi dalam mana konflik merupakan wujud dari interaksi antara kepentingan, kekuatan dan nilai yang menjadi fundasi dinamika dan perubahan sosial, ekonomi dan politik. Dalam khasanah demokrasi, yang menjadi pokok soal adalah bagaimana mengelola konflik agar bersifat produktif demi kebaikan bersama. Sistem demokrasi termasuk tata kelola kebijakan publik yang efektif diselenggarakan sebagai respon terhadap konflik demi menghadirkan keadilan ekonomi-sosial, kesetaraan politik, dan penghargaan atas keragaman identitas.
Sejalan dengan arus demokratisasi saat ini, konsep konflik dalam IKKDTI tidak mengandung konotasi kekerasan me-lainkan sebuah konsep deskriptif mengenai benturan kepentingan, kekuatan dan nilai. Idealnya, regulasi, kebijakan dan praktek demokrasi prosedural, misalnya, merupakan respon sistemik dan terlembaga terhadap keragaman kepentingan publik. Dalam pengertian ini, pilkada
57 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
misalnya adalah proses dan mekanisme kelola konflik politik demi menghasilkan pemimpin daerah yang representatif dan memiliki basis legiti-masi yang kokoh dalam mengorientasi-kan program pembangunan daerah.
ApaituKonflikKekerasan?Kendati jarang digunakan dalam diskusi publik dan media
massa, terminologi konflik kekerasan (violent conflict) dirasa lebih memadai untuk mendeskripsikan hubungan antara konflik dan kekerasan yang termanisfestasi dalam insiden atau kasus kekerasan. Indikator utama adalah sikap dan perilaku yang berlangsung dalam konflik yang melibatkan dua atau lebih pihak. Tidak ada kekerasan tanpa belitan konflik, baik yang bersifat struktural maupun kultural. Tugas peneliti konflik atau pen-studi kekerasan tidak saja mencari tahu dan memetakan aktor kekerasan tapi juga medeteksi apa saja konteks dan isu konfliknya.
ApaituKerawananKonflik?Bertolak dari kesepahaman dua konsep di atas, kerawanan
konflik mendeskripsikan kerentanan peristiwa atau proses konflik terhadap timbulnya perilaku kekerasan. Kerentanan (fragility) selalu merupakan dampak, resiko atau akibat langsung maupun tak langsung dari kelola konflik yang tidak efektif. Tak ada pihak yang menghendaki kekerasan sebagai solusi mutlak. Kekerasan lebih merupakan konsekuensi dari tidak tersedianya proses penyelesaian dan resolusi yang dirasa adil dan dapat pula dilakukan sebagai pilihan taktis atau strategis untuk mencapai tujuan.
Arti penting konsep kerawanan diperlukan untuk mendeteksi atau prediksi eskalasi konflik dan berguna untuk merumuskan peringatan dini serta intervensi pencegahan konflik kekerasan. Laporan World Bank, Conflict, Security and Development (WDR, 2011), misalnya, menteorisasi kekerasan sebagai akibat dari adanya tekanan internal dan tekanan eksternal yang melilit sektor keamanan, ekonomi dan
Konsep Dasar IKKDTI58 .................................
...............................................................................................................................................................
keadilan, terutama di negara-negara pasca-konflik. Begitu kuatnya tekanan tersebut tidak sanggup direspon secara efektif oleh negara. Hal ini diperburuk oleh kapasitas respon kelembagaan yang terbatas dan negara tidak mendapat kepercayaan publik.
Berbeda dari WB yang menitikberatkan krisis kapasitas respon negara, asesmen lapangan yang dilakukan UNDP (Governance for Peace, 2012) di berbagai negara pasca konflik dan mengalami demokratisasi, kerentanan konflik dipahami sebagi risiko belum terlembaganya mekanisme kontrak sosial. Selain masih lemahnya kapasitas negara, disebutkan juga rendahnya daya tahan komunitas dan praktek politik yang tidak inklusif sebagai sebab-sebab utama kerentanan konflik. Tidak adanya koneksi antara ketiga variabel tersebut berpotensi menjerumuskan kembali masyarakat dan negara ke dalam lingkaran setan kekerasan. Kata kunci utamanya adalah belum terlembaganya model dan mekanisme tata kelola yang dapat mempertemukan negara dan masyarakat. Dalam alam demokrasi, praktek pembangunan, keamanan dan demokrasi berjalan dalam jalur masing-masing. Keterkaitan konteks dan isu diabaikan dengan capaian-capaian parsial yang tak menyumbang bagi pembangunan perdamaian (peacebuilding) dan penataan negara (statebuilding).
Dalam penyusunan IKKDTI ini, konseptualisasi rawan konflik UNDP tersebut dianggap lebih memadai untuk memahami, mendeteksi dan mengukur tingkat dan dinamika kerentanan konflik terhadap kekerasan. Secara umum, infrastruktur perdamaian sudah tersedia antara lain mekanisme dan aturan demokrasi prosedural, mekanisme koordinasi pusat daerah, deretan regulasi/peraturan kelola SDA dan SDE, koordinasi lintas sektoral, mekanisme bersama perumusan kebijakan pembangunan seperti Musrenbang, pembagian kerja lembaga penegak hukum dan peradilan serta pemisahan tupoksi dan basis kelembagaan militer dan polisi. Dengan menggunakan konsep segitiga rumusan UNDP, dapat dielaborasi gap atau kesenjangan antara variabel yang mengakibatkan tidak tersambungnya antara harapan publik dan kenyataan di lapangan.
59 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Secara makro, belum ada kerangka yang memadukan demokrasi dan pembangunan dengan akibat kerakusan kuasa (greed) yang membiak dalam lembaga-lembaga negara memicu letupan ketakpuasan (grievance) di berbagai lapisan akar rumput.
Sementara konsep ketahanan dapat dipahami dalam tiga perspektif berikut: ketahanan sebagai kemampuan untuk mempertahankan situasi perdamaian positif; ketahanan sebagai kemampuan untuk mengatur proses mentransformasi situasi perdamaian negatif menjadi perdamaian positif; dan, ketahanan sebagai transformasi (Geneva Peacebuilding Platform 2012, paper presented by Ken Menkhaus). Jika kerentanan dibaca sebagai resiko munculnya konflik maka ketahanan dapat dibaca sebagai kemampuan atau kapasitas yang dapat mencegah munculnya konflik kekerasan dan mempromosikan perdamaian. Dalam IKKDTI, ketahanan dilihat sebagai interkoneksi antara tata kelola, kapasitas kelembagaan dan ketahanan masyarakat yang berkontribusi terhadap pencegahan konflik dan promosi perdamaian.
3.2. KetahanandanKerentananKonflikdiDaerahTertinggalPerlu dicatat bahwa tantangan konsep-tual mengemuka ketika
kerawanan dan ketahanan konflik dikontekskan pada sejumlah persoalan mendasar yang dialami daerah-daerah tertinggal di Indo-nesia. Bagaimana memahami hubung-an antara ketertinggalan daerah dan kerawanan serta ketahanan konflik? Mengacu pada hasil kajian IKKDTI 2014 yang mengambil sampel 50 kabupaten dari 143 daerah rawan konflik, diperolah gambaran sebagai berikut : daerah tertinggal dengan kategori kerawanan konflik tinggi berjumlah 12 kabupaten (24%), daerah tertinggal dengan kerawanan konflik sedang berjumlah 26 kabupaten (52%) dan daerah tertinggal dengan kerawanan konflik rendah ber-jumlah 12 kabupaten (24%). Potret sebaran daerah rawan konflik dengan 3 kategori tersebut memperlihatkan kategori pertama paling banyak dihuni oleh kabupaten-kabupaten di Indonesia Timur seperti di Papua dan
Konsep Dasar IKKDTI60 .................................
...............................................................................................................................................................
NTT (masing-masing 3 kabupaten) dan diikuti oleh NTB, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Lampung, NAD dan Banten (masing-masing 1 kabupaten). Selain itu, Kemendes PDTT mencatat dari 143 daerah tertinggal, 10 kabupaten masuk dalam prioritas I (6.99%), 53 kabupaten masuk prioritas II (37.06%) dan 80 kabupaten masuk prioritas III (55.94%). Data tersebut menjadi basis empiris untuk mempertajam ataupun menguji korelasi antara ketertinggalan dari tilikan 6 indikator Kemendes PDTT dan tingkat kerawanan konflik sebagaimana diukur melalui variabel dan indikator IKKDTI.
Hubungan antara ketertinggalan dan rawan konflik tentu tidak otomatis bersifat sebab-akibat. Keterbatasan akses dan rendahnya respon kelembagaan misalnya tidak dapat digeneralisasi sebagai faktor utama kerawanan konflik. Demikian juga halnya sejumlah studi antropologi ekonomi dan politik menunjukkan bahwa daerah tertinggal dengan HDI rendah tak serentak menjadi wilayah konflik kekerasan yang akut. Justru seringkali terjadi adalah masyarakat daerah tertinggal memiliki dan menghasilkan mekanisme kolektif-lokal untuk mengatasi kemiskinan kronis dan mencegah konflik kekerasan. Pesan pentingnya adalah bahwa kapasitas negara dan kapasitas masyarakat saling mengisi satu sama lain.
Fakta semacam ini merupakan catatan kritis agar konseptualisasi kerawanan konflik dalam IKKDTI tidak terjebak dalam logik berpikir statist, develop-mentalist dan modernist. Tiga perspektif dominan ini seringkali mengaburkan fakta lapangan bahwa masyarakat atau komunitas lokal memiliki keagenan dan agenda aksi bersama. Karena itu pula, 6 indikator Kemendes PDTT dalam penyusunan indeks ini lebih dipahami sebagai deskripsi makro untuk menjadi pijakan awal medeteksi korelasi antara kemiskinan dan kerawanan konflik. Ketiga aspek berserta variabel dan indikator harus mencakup informasi-informasi penting yang dapat menggambarkan kondisi kapasitas negara, komunitas dan interaksi di antara keduanya.
61 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
3.3 Aspek,VariabeldanIndikatorTujuan utama IKKDTI adalah memberikan gambaran empiris
mengenai tingkat ketahanan dan kerawanan konflik di Indonesia. Karena itu, menjadi sangat penting untuk sebisa mungkin menghasilkan indeks yang obyektif (seusai dengan kondisi aktual), ekplanatif (berdaya penjelas), dan legitimate (disepakati para pihak terkait). Tingkat obyektivitas yang tinggi berguna terutama untuk intervensi program pemerintah dan masyarakat sipil; tingkat eksplanasi yang terbuka ber-guna untuk dijadikan bahan penelitian dan debat kebijakan; sementara tingkat legitimasi berguna untuk membangun kepercayaan terhadap hasil indeks dan intervensi program.
Bertolak dari pembahasan konseptual terdahulu, rumusan aspek, variabel dan indikator dalam IKKDTImerupakan penajaman dan penyederhanaan kon-sepsi ketahanan dan kerentanan konflik yang bersifat praktis dan operasional. Proses perumusan tersebut dikawal oleh tiga prinsip utama. Pertama, relevansi dalam arti dimensi/aspek dan variabel dapat memotret kondisi aktual ketahanan dan kerentanan konflik. Kedua, signifikansi dalam arti aspek dan variabel memiliki kapasitas penjelas yang memadai terhadap kondisi aktual ketahanan dan kerentanan konflik. Dan ketiga, ketersediaan data dalam arti indikator-indikator yang diturunkan dari variabel dan aspek sebisa mungkin memiliki sumber data baik data primer maupun data sekunder.
3.4. TigaAspekIKKDTIDalam merumuskan aspek atau dimensi ketahanan dan
kerentanan konflik IKKDTI, konsep-konsep utama perlu dikontekskan sesuai kondisi terkini di 183 daerah tertinggal dan di Indonesia pada umumnya. Mengacu pada berbagai hasil penelitian terkini, evaluasi program dan advokasi, khususnya yang dilakukan oleh PSKP bekerjasama dengan UNDP, World Bank, dan lembaga internasional lainnya, diperoleh tiga aspek fundamental
Konsep Dasar IKKDTI62 .................................
...............................................................................................................................................................
untuk memotret kerentanan konflik dan ketahanan atau kapasitas perdamaian yakni (1) Tata Kelola, (2) Kapasitas Kelembagaan dan (3) Daya Tahan Masyarakat, sebagaimana diilustrasikan dalam segitiga ke-tahanan-kerentanan konflik berikut.
Gambar 3.1. |Tiga Aspek Ketahanan-Kerentanan Konflik
Adapun ketiga aspek ini menjadi dasar untuk (1) pemahaman makro mengenai tingkat dan dinamika ketahanan sekaligus kerentanan konflik dan (2) perumusan variabel dan indikator dalam proses penyusunan IKKDTI.
Terkait pendasaran pertama, peng-gunaan tiga aspek ini adalah untuk memahami secara mudah saling pengaruh antar isu dan aktor konflik di daerah tertinggal. Hal ini pun dikondisikan oleh tiga konteks aktual: proses demokratisasi, akselerasi pembangunan, dan dina-mika keamanan. Karena itu, pemahaman holistik terhadap ketahanan dan kerentanan konflik harus dipandu oleh kepekaan akan tiga konteks tersebut yang secara aktual mempengaruhi relasi baik antara masyarakat dan pemerintah maupun antar kelompok masyarakat.
Terkait pendasaran kedua, dengan digunakannya 3 aspek ini dapat dengan mudah dirumuskan variabel dan indikator. Ketiganya
63 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
merupakan tiga pilar utama dalam dalam kerangka kelola konflik dan promosi perdamaian baik pada tingkat global, regional maupun nasional. Kesepakatan mengenai ketiga aspek ini akan mempercepat perumusan variabel dan indikator yang tentu lebih mudah dilakukan tim ahli IKKDTI mengingat adanya ketersediaan data penelitian, dokumen dan data media.
TataKelolaPekaKonflikTata Kelola (governance) berarti perencanaan, perumusan dan
implementasi program, kebijakan atau regulasi yang melibatkan semua pemangku kepentingan, baik antar instansi pemerintah maupun antara pemerintah dan masyarakat.17 Dalam cara pandang Demo-cratic Governance, tata kelola yang peka konflik memberi perhatian pada proses, koordinasi, dan kerja sama yang secara langsung maupun tak langung mengelola konflik kepentingan. Kelola konflik kepentingan yang efektif harus mencerminkan prinsip-prinsip dasar demokrasi seperti partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Selain tercapainya tujuan, tata kelola tersebut tidak saja memperkuat otoritas dan kewibaan negara tetapi terpenting lagi membentuk kapasitas kewarganegaraan yang aktif dan bertanggung jawab. Dengan kata lain, norma, institusi tata kelola dan mekanismenya harus bersifat otoritatif sekaligus inklusif.
Tata kelola sebagai aspek ketahanan dan kerentanan konflik memiliki dasar konseptual dan faktual. Secara konseptual, teorisasi mengenai hubungan tata kelola dan perdamaian telah dijadikan bahan perdebatan kebijakan publik, manajemen dan resolusi konflik baik di tingkat global, regional maupun nasional.18 Konteks yang
17 Dalam perdebatan kebijakan mengenai tata kelola terdapat dua pendekatan, pertama pendekatan good governance dan kedua democratic governance.Konsep tata kelola dalam IKKDTI ini merujuk pada pendekatan kedua.Acuan utamanya adalah John Gerring dan Strom Thacker. 2008. A Centripetal Theory of Democratic Governance. New York: Cambridge University Press. 18 Selain mengacu pada teori democratic governance, konsep Tata kelola dalam IKKDTI mengacu pada konsep tata kelola yang peka konflik atau tata kelola untuk perdamaian sebagaimana merujuk pada United Nations Development Program. 2012. Governance for Peace: Securing the Social Contract. New York: Bureau for Crisis Prevention and Recovery-Bureau for Development Policy
Konsep Dasar IKKDTI64 .................................
...............................................................................................................................................................
melatarbelakangi adalah pentingnya partisipasi dan koordinasi dalam pembuatan kebijakan publik demi menghasilkan produk kebijak-an dan regulasi yang efektif mengatasi masalah sosial, politik dan ekonomi. Tata kelola juga dipandang mementing-kan proses dalam mana kedudukan dan peran stakeholder yang setara dapat berkontribusi maksimal untuk menghasilkan kebijakan yang adil dan berdampak luas serta mempengaruhi implementasi dan monitoring. Asumsi dasarnya adalah tata kelola yang efektif berkorelasi secara positif dengan promosi perdamaian melalui kebijakan publik.
Di Indonesia, konsep dan praktek tata kelola sebagai manajemen konflik dido-rong oleh dinamika demokrasi dan percepatan pembangunan. Dua dinamika ini menuntut partisipasi warga-negara, menguatnya advokasi masyarakat sipil, meningkatnya jumlah kelompok kepentingan, dan ragam lembaga negara yang menangani masalah yang sama. Bersamaan dengan itu, ketegangan sosial dan konflik kekerasan muncul ke permukaan dan menuntut diselesaikan secara tuntas. Partisipasi, transparansi dan akuntabilitas menjadi tiga prinsip operasional agar akar masalah konflik tersebut dapat dibahas dan solusi diterima semua pihak. Dari konsep dan praktek tata kelola yang sensitif konflik bisa disimpulkan tujuan utama (1) masyarakat merasa memiliki masalah dan solusi bersama, (2) lembaga-lembaga negara bekerja dalam kerangka kerja bersama mengatasi masalah, (3) kepercayaan publik terhadap negara meningkat.
Secara faktual, penempatan tata kelola sebagai aspek penting ketahanan dan kerentanan konflik bisa dicermati dari 4 jenis konflik utama yang diuraikan sebelumnya. Hasil survey Kohesi Sosial di 5 Propinsi dan 12 daerah tertinggal (2012) serta kajian IKKDTI 2014, misalnya, ketegangan sosial dan insiden konflik kekerasan disebabkan oleh absennya atau tidak efektifnya mekanisme tata kelola konflik kepentingan. Akar konflik kekerasan antara lain ketidakpuasan publik dengan elitisme pem-buatan kebijakan, program-program pembangunan justru menjadi sarang konflik kepentingan lokal, dan juga korupsi dan kolusi yang menjadi prak-tek normal dalam kelola
65 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
sumber daya anggaran, SDA dan SDM. Demikian pula hasil review terhadap pelaksanaan prog-ram PTD (UNDP-BAPPENAS) di 3 propinsi pasca-konflik komunal menunjukkan bahwa Musrenbang sebagai praktek rutin kelola kebijakan publik belum sensitif perdamaian dan bias gender. Intervensi PTD berhasil menjadikan Musrenbang sebagai test case untuk promosi perdamaian dan meminimalisir ketegangan sosial pasca-konflik.Sementara hasil Kajian Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Daerah Paska-Konflik (Kemendes PDTT-PSKP UGM, 2015), menegaskan bahwa tata kelola menjadi basis utama pembentukan ketahanan konflik daerah, terutama bagi daerah-daerah paska-konflik. Tata kelola menjadi upaya logis memaksimalkan kapasitas ketahanan konflik sekaligus memperkuat ketahanan konflik dalam segi kapasitas kelembagaan dan ketahanan masyarakat.
KapasitasKelembagaanKapasitas Kelembagaan (institutional capacity) mencakup
kemampuan dan keahlian personel, pembidangan kerja, mekanisme kerja, kepemimpinan dan kapasitas respon institusi pemerintah terhadap kebutuhan dan aspirasi warga negara. Termasuk juga kapasitas anggaran, staffing, rekruitmen, dan dukungan regulasi. Kualitas pelayanan publik dasar (pendidikan, kesehatan dan keamanan) mempengaruhi otoritas dan legitimasi pemerintah. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur merupakan potret kapasitas kelembagaan. Dimensi ini secara langsung maupun tak langsung memperlihatkan sejauh mana kapasitas kelembagaan mempengaruhi ketahanan dan kerentanan terhadap konflik kekerasan.
Secara faktual, 122 daerah tertinggal di-dera masalah kronis buruknya kapasitas kelembagaan pemerintah dalam menyediakan pelayanan publik dasar dan pembangunan ekonomi. Terlepas dari adanya terobosan kelembagaan untuk menghubungkan pusat dan daerah, rendahnya kinerja pelayanan birokrasi daerah dipengaruhi dinamika politik lokal. Kolusi, korupsi dan nepotisme menjadi
Konsep Dasar IKKDTI66 .................................
...............................................................................................................................................................
praktek rutin dan dianggap normal agar pembangunan daerah bisa berlangsung. Sebagaimana ditunjukkan oleh sejumlah penelitian, daerah tertinggal terkena sindrom ‘self-serving government’, pemerintahan yang hanya melayani dirinya sendiri. Tidak heran jika tingkat kepercayaan publik sangat rendah dan seringkali bermuara pada ketegangan sosial dan konflik kekerasan antara pemerintah dan masyarakat. Kendati demikian, sebagaimana nantinya terkait dengan aspek Daya Tahan Masyarakat, pelayanan birokrasi yang tidak efektif setali tiga uang dengan rendahnya tingkat kepadatan asosiasional dalam masyarakat. Tidak banyak tersedia basis dan kanal representasi kelompok kepentingan yang menghubungkan masyarakat dan negara. Partai politik semata-mata kendaraan politik elit massa dan anggota DPRD dililit hutang politik yang harus ditebus dengan konspirasi menjarah dana proyek SKPD. Fakta ini telah menjadi rahasia umum masyarakat daerah tertinggal. Ketika dampak pembangunan merugikan masyarakat, kekerasan kerap digunakan untuk menegaskan kemarahan terhadap pemerintah.
Merujuk pada perdebatan dan panduan global yang diarusutamakan oleh World Bank, peran negara, dalam hal ini melalui kapasitas kelembagaannya, sangat krusial dalam sejumlah bidang untuk pembangunan manusia, ekonomi, politik dan koordinasi19. Sebagaimana tercermin dalam aspek Kapasitas Lembaga IKKDTI, kapasitas kelembagaan diperiksa melalui (1) pelayanan publik dasar, (2) sistem hukum dan pene-gakan hukum tanpa diskriminasi, (3) koordinasi pusat-daerah untuk mengatasi fenomena elite-capture, (4) dukung-an politik masyarakat terhadap program pemerintah dan (5) penguatan kapasitas sistem politik untuk partisipasi warga-negara dan kualitas kepemimpinan daerah baik legislatif maupun eksekutif, serta keterlibatan kaum perempuan dalam politik.
19 Lihat World Bank. 2011. World Development Report 2011. Conflict, Security and Development. Washington DC: WB Publication. Lihat juga, World Bank. 1997. World Development Report. The State in a Changing World. Washington DC: WB Publication.
67 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
DayaTahanMasyarakatDaya Tahan Masyarakat (community resilience) merupakan
konsep populer dalam studi demokrasi, studi ekonomi, studi konflik dan perdamaian khususnya pembangunan perdamaian. Jauh lebih luas pengertiannya dari konsep modal sosial (social capital), daya tahan masyarakat merupakan resultan dari hubungan antara negara, pasar dan komunitas yang pada gilirannya mem-pengaruhi kapasitas dan aktivitas masyarakat mengelola kerentanan so-sial terhadap krisis, kekerasan dan bencana. Mengacu pada kerangka kebijakan Pembangunan Manusia20, daya tahan maupun kerentanan masyarakat terhadap kekerasan perlu di-letakkan dalam konteks ketahanan dan kerentanan struktural dalam arti seberapa jauh pembangunan secara efektif mendorong sikap saling percaya, kebersamaan dan terbentuknya kepadatan asosiasional yang melampaui sekat-sekat etnis, agama dan wilayah.
Dalam rincian konkritnya, daya tahan masyarakat mencakup kondisi dan ka-pasitas sosial-ekonomi, praktek kolektif, sikap dan perilaku individu atau kelom-pok yang secara langsung dan tak langsung mempengaruhi kapasitas perdamaian dan kerentanan masyarakat terhadap konflik kekerasan. Sebagai sebuah unit sosial yang khusus, masya-rakat atau komunitas ditandai keberagaman budaya, kepentingan, dan afiliasi kolektif. Interaksi antar individu dan interaksi antar kelompok dipengaruhi latar belakang budaya, ekonomi dan politik. Aspek-aspek tersebut memberi gambaran apakah masyarakat berada dalam situasi krisis sosial, perdamaian negatif (negative peace) atau perdamai-an positif (positive peace).21
20 Lihat United Nations Development Program. 2014. Human Development Report, Sustaining Human Progress: Reducing Vulnerabilities and Building Resilience. New York: UNDP publication. 21 Negative peace dan positive peace merupakan dua konsep standar mengenai kondisi perdamaian.Negative peace menggambarkan kondisi tak ada kekerasan atau perang tetapi masih menyimpan ketegangan sosial, baik horintal maupun vertikal, karena konflik belum dikelola secara efektif.Sementara positive peace menggambarkan kondisi stabilitas keamanan, politik dan ekonomi yang kondusif di mana konflik dikelola dengan efektif dan institusi negara maupun non-negara memainkan peran produktif bagi penguatan perdamaian.
Konsep Dasar IKKDTI68 .................................
...............................................................................................................................................................
Ketahanan ataupun kerentanan masya-rakat terhadap konflik kekerasan dan krisis sosial lainnya tidak otomatis datang dari kapasitas budaya dan perilaku sosial. Agar terhindar dari bias kulturalist yang gemar memberi stigma negatif pada masyarakat daerah tertinggal, rumusan aspek ini memahami ketahanan dan kerentanan masyarakat sebagai konsekuensi dari efektif atau tidak efektifnya tata kelola dan kapasitas kelembagaan. Rendahnya tingkat pen-dapatan, pendidikan, dan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari keterse-diaan dan akses pelayanan publik dan pasar ekonomi lokal.22 Begitu pula maraknya ormas dan asosiasi etnik dan keagamaan yang menjadi aktor konflik kekerasan tak dapat dipisahkan dari cara kerja dan hasil pembangunan daerah.23 Etnisasi politik lokal dan kekerasan yang terjadi berkaitan dengan proses politik pilkadal dan pemilu. Juga konflik kekerasan yang melibatkan masyarakat, korporasi dan polisi harus dipandang sebagai masalah yang terkait tata kelola sumber daya ekonomi dan kapasitas pemerintahan.
Demikian halnya dengan konflik keke-rasan antar komunitas, antar pelajar/mahasiswa atau antar suku, mengajak kita mencermati dua hal. Pertama, hubungan sosial antara komunitas dan ketersediaan mekanisme atau praktek sosial yang memungkinkan interaksi antar para pihak. Kedua, advokasi pemerintah dan masyarakat sipil terhadap kapasitas lokal untuk promosi perdamaian dan pencegahan konflik kekerasan. Tiap-tiap konflik kekerasan antar kelompok tentu memiliki konteks dan isu konflik yang harus diperhatikan. Perhatian terhadap konteks dan isu itulah yang pada gilirannya membawa kita pada hubungan antara daya tahan masyarakat dan dua aspek IRDKTI lainnya yakni tata kelola peka konflik dan kapasitas kelembagaan.
22 Studi antropologi mutakhir menunjukkan bahwa ketersediaan, kapasitas dan efektivitas ‘modal sosial’ (social capital) di berbagai wilayah di Indonesia tidak terlepas dari peran negara memperkuat kapasitas modal sosial tersebut melalui program-program pembangunan yang yang bersifat langsung maupun tak langsung. Lihat Milan Titus and Paul Burgers (ed). 2008. Rural Livelihood, Resource and Coping with Crisis indonesia: A comparative Study. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies .23 Lihat Laporan Tahunan Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS-UGM). 2013. Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia 2012.
69 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
3.4 VariabeldanIndikatorIKKDTIVariabel dan indikator IKKDTI diturun-kan dari 3 Aspek:
tata kelola peka konflik, kapasitas kelembagaan dan daya tahan masyarakat. Terdapat 11 variabel dan 29 indikator. Penetapan variabel dan indikator ini dilakukan melalui pertimbangan berikut. Pertama, relevansi dan kesesuaian dengan as-pek masing-masing. Kedua, memiliki daya penjelas terhadap aspek dalam kaitan dengan daya penjelas tiap-tiap variabel dan indikator terhadap keta-hanan dan kerentanan terhadap konflik kekerasan. Ketiga, dipertajam melalui diskusi dan perdebatan konstruk-tif bersama stakeholder pencegahan konflik dan promosi perdamaian. Ke-empat, ketersediaan data indeks sangat mempengaruhi penetapan variabel dan indikator final.
Dua pertimbangan pertama dilakukan melalui dua kegiatan yakni pertama review kajian konflik dan perdamaian terkini di Indonesia dan kedua evaluasi terhadap kegiatan penelitian dan advokasi yang dilakukan PSKP UGM di berbagai daerah tertinggal. Pertimbangan ketiga dilakukan melalui rangkaian FGD untuk menghasilkan kesepahaman dan kepemilikan bersama terhadap hasil IKKDTI. Sementara pertimbangan ketersedian data pada akhirnya menjadi faktor penentu dalam penetapan variabel dan indikator mengingat jenis data yang digunakan adalah data sekunder.
Terlepas dari keterbatasan yang ditim-bulkan oleh ketersediaan data, variabel dan indikator IKKDTI dapat dipertanggungjawabkan dari sisi substansi. Ketiga aspek dalam indeks ini memuat variabel-variabel yang mencerminkan hal-hal penting yang harus termuat dalam tata kelola, kapasitas kelembagaan dan daya tahan masyarakat.
Konsep Dasar IKKDTI70 .................................
...............................................................................................................................................................
Tabel 3.1. | Aspek, Variabel, dan Indikator IKKDTI 2016ASPEK VARIABEL INDIKATOR
TATA KELOLA I. Mekanisme Pencegahan Iklusif
1. Ada tidaknya program cegah konflik dan promosi perdamaian dalam RPJMD
2. Ada tidaknya kerangka early warning system/CPF
3. Ada tidaknya Perda terkait pencegahan konflik dan promosi perdamaian
II. Proses Kelola cegah konflik nirkerasan
4. Ada tidaknya pertemuan Forkominda terkait isu konflik
III. Institusi dalam pencegahan konflik
5. Keberadaan FKPM di daerah
6. Ada tidaknya lembaga khusus resolusi konflik dan cegah konflik dalam strutur Pemda
KAPASITAS KELEMBAGAAN IV. Kualitas
Pelayanan publik dasar
7. Angka Partisipasi Murni (APM) di tingkat sekolah dasar
8. Angka Kematian Bayi
9. Frekuensi kasus korupsi pejabat daerah yang masuk ke pengadilan
V. Kebijakan pemerintah daerah yang peka konflik
10. Frekuensi kejadian atau kasus konflik kekerasan yang dilakukan masyarakat merespon kebijakan pemerintah daerah
11. Frekuensi kejadian/kasus kekerasan yang dilakukan Satpol PP dalam mengamankan kebijakan/perda
VI. Kinerja lembaga penegak hukum dan Keamaan
12. Jumlah kasus konflik kekerasan antar-masyarakat merespon keputusan pengadilan
13. Frekuensi kasus korupsi lembaga penegak hukum daerah yang masuk ke pengadilan
14. Frekuensi penggunaan kekerasan oleh kepolisian dalam menangani demonstrasi masyarakat
71 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
ASPEK VARIABEL INDIKATOR
15. Ada tidaknya kasus konflik kekerasan yang melibatkan personel TNI dan polisi
VII. Representasi politik masyarakat
16. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu legislative
17. Rasio anggota DPRD perempuan di daerah
18. Frekuensi kasus atau konflik kekerasan masyarakat dipicu keputusan penyelenggara pemilu legislatif dan pilkadal
19. Rasio PAD terhadap pendapatan daerah dalam APBD
VIII. Kapasitas ekonomi daerah
20. Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah
21. Tingkat PDRB daerah
KETAHANAN MASYARAKAT
IX. Dinamika masyarakat sipil
22. Frekuensi konflik kekerasan antar-ORMAS
23. Frekuensi konflik kekerasan antar masyarakat
24. Jumlah forum lintas komunitas
25. Frekuensi konflik kekerasan antar-kelompok masyarakat di daerah terkait akses sumberdaya
X. Livelihood 26. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di daerah
27. Ada tidaknya protes kelompok masyarakat terhadap pelaksanaan program pemerintahterkait pemberdayaan ekonomi
XI. Pendidikan dan Budaya untuk cegah konflik dan promosi perdamaian
28. Frekuensi perkelahian/tawuran antar- pelajar/mahasiswa di daerah
29. Ada tidaknya praktik budaya lokal untuk pencegahan konflik dan promosi perdamaian
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun
Konsep Dasar IKKDTI72 .................................
...............................................................................................................................................................
Pertama, Aspek Tata Kelola yang Peka Konflik memuat 3 variabel utama yakni mekanisme pencegahan inklusif, proses kelola dan cegah konflik, dan institusi pencegahan konflik. Variabel mekanis-me pencegahan inklusif memuat indikator yang mencari tahu visi-misi dan program strategis dalam RPJMD Pemda yang secara tersurat atau tersirat mempengaruhi pencegahan konflik dan promosi perdamaian. Variabel proses kelola dan cegah konflik berisikan satu indikator terkait forum komunikasi pimpinan daerah. Sementara itu variabel institusi cegah konflik direpresentasikan oleh indikator kemitraan polisi dan masyarakat dan keberadaan badan khusus cegah konflik dan resolusi konflik dalam struktur pemerintah daerah.
Kedua, Aspek Kapasitas Kelembagaan memuat 5 variabel utama yakni (1) akses layanan publik dasar, (2) kebijakan pemerintah peka konflik, (3) kinerja lembaga hukum dan keamanan daerah, (4) representasi politik masyarakat, dan (5) kapasitas ekonomi daerah. Variabel 1, 2 dan 5 berkaitan dengan pembangunan ekonomi, variabel 3 menyangkut keadilan hukum dan variabel 4 berkaitan dengan legitimasi politik kepemimpinan daerah dan perwakilan politik kelompok kepentingan termasuk representasi perempuan.
Ketiga, Aspek Daya Tahan Masyarakat memuat 3 variabel utama yakni (1) dinamika masyarakat sipil, (2) liveli-hood, dan (3) pendidikan dan budaya untuk cegah konflik dan promosi perdamaian. Variabel dinamika masyarakat sipil memuat indikator berkaitan dengan kekerasan antar kelompok sipil dan keberadaan forum lintas komunitas (lintas etnis, agama dan wilayah). Variabel livelihood berkaitan dengan aktivitas ekonomi lokal yang memperkuat kohesi sosial termasuk persoalan terkait program-program pemberdayaan ekonomi lokal baik yang diseleng-garakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sementara itu varia-bel pendidikan dan budaya mengambil indikator tawuran atau perkelahian antar pelajar dan keberadaan praktek budaya yang berdampak pada pencegahan konflik dan promosi perdamaian baik secara langsung maupun tak langsung.
73 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
IKKDTI 2016: HASIL DAN ANALISIS
BAB IV
Bab ini menyajikan deskripsi hasil Indeks Ketahanan Konflik Daerah Ter-tinggal Indonesia (IKKDTI) 2016. Caku-pan Indeks ini meliputi 122 daerah kabupaten yang dikategorikan sebagai daerah tertinggal dalam periode data 2014-2016. Angka-angka dalam capaian indeks ini memberi gambaran indikatif dua hal secara bersamaan: tingkat keta-hanan dan kerentanan suatu daerah terhadap konflik kekerasan. Melalui capaian-capaian seluruh variabel dan aspek, indeks ini juga memberi gam-baran secara lebih detail mengenai sumber kerentanan dan potensi per-damaian suatu daerah yang sangat penting baik sebagai peringatan dini maupun rumusan intervensi.
IKKDTI 2016: Hasil dan Analisis74 .................................
...............................................................................................................................................................
4.1. Gambaran HasilIKKDTI 2016 dibangun dari pemahaman makro mengenai
tingkat dan dinamika kerawanan konflik dan kapasitas perdamaian di Indonesia pasca-Orde Baru, khususnya di kabupaten-kabupaten yang dikategorikan sebagai daerah ter-tinggal. Terdapat tiga konteks aktual di mana kerawanan konflik di Indonesia bersumber: proses demokratisasi, akse-lerasi pembangunan, dan dinamika keamanan. Perumusan Aspek, Variabel dan Indikator dalam IKKDTI ditujukan untuk melihat hubungan tiga konteks tersebut yang mempengaruhi dinamika relasi baik antara masyarakat dan pemerintah ataupun antar-kelompok masyarakat. Rumusan tersebut sebisa mungkin ditujukan untuk memperlihatkan secara langsung isu politik, sumber daya, identitas dan kebijakan publik yang mengkarakterisasi konflik di Indo-nesia kontemporer. Dengan dipandu oleh konseptualisasi kerentanan (vulne-rability), data-data indikator dalam setiap variabel dalam IKKDTI ini ditujukan untuk melihat secara seimbang antara sumber ketahanan dan kerentanan daerah tertinggal atas konflik kekerasan.
IKKDTI dihasilkan melalui agregat dari capaian tiga aspek yang membentuknya, yakni: (1) Tata Kelola, (2) Kapasitas Ke-lembagaan, dan (3) Ketahanan Masya-rakat. Secara umum, nilai IKKDTI suatu daerah sangat dipengaruhi oleh besarnya capaian dalam aspek Tata Kelola (0.780734), diikuti oleh capaian Ketahanan Masyarakat (0.156998), dan capai-an Kapasitas Kelembagaan (0.062267). Ketiga aspek ini secara bersama-sama menentukan besarnya capaian IKKDTI suatu daerah, di mana Tata Kelola menjadi elemen paling berpengaruh.
Dengan memperhitungkan tiga aspek tersebut, IKKDTI 2016 mengklasifikasikan 122 kabupaten daerah tertinggal ke dalam empat kategori ketahanan konflik yakni tinggi, sedang, rendah dan sangatrendah. Dalam IKKDTI 2016 ini, terdapat 25 kabupaten yang memiliki angka indeks paling kecil, yang berarti memiliki tingkat ketahanan konflik sangat rendah. Sementara itu, daerah yang
75 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
dikategorikan memiliki tingkat ketahanan konflik rendah ada 22 kabupa-ten. Berikutnya ada 44 kabupaten masuk dalam kategori ketahanan konflik sedang dan terakhir, terdapat 31 kabupaten dengan kategori ketahanan konflik tinggi. Dibaca dengan cara berlawanan, dapat dikatakan bahwa semakin kecil nilai indeks suatu kabupaten maka semakin tinggi tingkat kerentanan kon-fliknya.
IKKDTI 2016: Hasil dan Analisis76 .................................
...............................................................................................................................................................
77 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
IKKDTI 2016: Hasil dan Analisis78 .................................
...............................................................................................................................................................
Tabel 4.1. | Capaian IKKDTI 2016
No Kabupaten IRKDTI Kategori Ketahanan No Kabupaten IKKDTI Kategori
Ketahanan
1 Morowali Utara
0.198952 Sangat rendah
62 Banggai Kepulauan
0.671139 sedang
2 Maluku Barat Daya
0.294641 Sangat rendah
63 Mamuju Tengah
0.671348 sedang
3 Lanny Jaya 0.298333 Sangat rendah
64 Bombana 0.671542 sedang
4 Seram Bagian Timur
0.302194 Sangat rendah
65 Buol 0.672442 sedang
5 Mamberamo Tengah
0.303161 Sangat rendah
66 Banggai Laut
0.673284 sedang
6 Intan Jaya 0.304307 Sangat rendah
67 Manggarai Timur
0.67352 sedang
7 Dogiyai 0.311098 Sangat rendah
68 Biak Numfor
0.674928 sedang
8 Nduga 0.321559 Sangat rendah
69 Kepulauan Sula
0.678675 sedang
9 Nias Barat 0.324625 Sangat rendah
70 Musi Rawas Utara
0.678833 sedang
10 Malaka 0.325112 Sangat rendah
71 Musi Rawas 0.67953 sedang
11 Yalimo 0.418377 Sangat rendah
72 Mahakam Ulu
0.679611 sedang
12 Sambas 0.41928 Sangat rendah
73 Boalemo 0.679739 sedang
13 Sumba Timur 0.429114 Sangat rendah
74 Ketapang 0.679778 sedang
14 Sabu Raijua 0.432587 Sangat rendah
75 Kepulauan Mentawai
0.680199 sedang
15 Gorontalo Utara
0.436207 Sangat rendah
76 Sorong 0.681546 sedang
16 Konawe Kepulauan
0.437704 Sangat rendah
77 Jeneponto 0.681726 sedang
17 Sumba Barat 0.438149 Sangat rendah
78 Donggala 0.682095 sedang
18 Teluk Wondama
0.445082 Sangat rendah
79 Timor Tengah Utara
0.683904 sedang
19 Rote Ndao 0.446493 Sangat rendah
80 Nabire 0.686732 sedang
79 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
No Kabupaten IRKDTI Kategori Ketahanan No Kabupaten IKKDTI Kategori
Ketahanan
20 Nias Selatan 0.446915 Sangat rendah
81 Kapuas Hulu
0.687134 sedang
21 Kupang 0.4507 Sangat rendah
82 Manggarai 0.688955 sedang
22 Nagekeo 0.454783 Sangat rendah
83 Kepulauan Yapen
0.690962 sedang
23 Sumba Barat Daya
0.455632 Sangat rendah
84 Halmahera Timur
0.69223 sedang
24 Sumba Tengah
0.456358 Sangat rendah
85 Maybrat 0.693683 sedang
25 Belu 0.45741 Sangat rendah
86 Maluku Tenggara Barat
0.697312 sedang
26 Jayawijaya 0.527516 Rendah 87 Lembata 0.701777 sedang
27 Pulau Morotai 0.53015 Rendah 88 Bengkayang 0.707313 sedang
28 Tolikara 0.535686 Rendah 89 Nias Utara 0.711581 sedang
29 Supiori 0.547981 Rendah 90 Tambrauw 0.716764 sedang
30 Pegunungan Bintang
0.547982 Rendah 91 Alor 0.724795 sedang
31 Puncak 0.551842 Rendah 92 Pandeglang 0.788878 tinggi
32 Deiyai 0.551855 Rendah 93 Landak 0.794967 tinggi
33 Mamberamo Raya
0.554776 Rendah 94 Puncak Jaya 0.828673 tinggi
34 Yahukimo 0.556681 Rendah 95 Sumbawa 0.846092 tinggi
35 Pulau Taliabu 0.556895 Rendah 96 Sorong Selatan
0.852236 tinggi
36 Paniai 0.557104 Rendah 97 Sampang 0.861482 tinggi
37 Halmahera Selatan
0.557375 Rendah 98 Situbondo 0.880448 tinggi
38 Teluk Bintuni 0.557865 Rendah 99 Polewali Mandar
0.891674 tinggi
39 Boven Digoel 0.558435 Rendah 100 Lebak 0.908302 tinggi
40 Asmat 0.559341 Rendah 101 Lombok Tengah
0.912316 tinggi
41 Nias 0.562637 Rendah 102 Bima 0.913532 tinggi
42 Raja Ampat 0.564482 Rendah 103 Lombok Barat
0.914653 tinggi
43 Mappi 0.564716 Rendah 104 Bondowoso 0.916519 tinggi
IKKDTI 2016: Hasil dan Analisis80 .................................
...............................................................................................................................................................
No Kabupaten IRKDTI Kategori Ketahanan No Kabupaten IKKDTI Kategori
Ketahanan
44 Waropen 0.564869 Rendah 105 Lombok Timur
0.917304 tinggi
45 Halmahera Barat
0.565226 Rendah 106 Nunukan 0.922414 tinggi
46 Kepulauan Aru
0.569592 Rendah 107 Pohuwato 0.924907 tinggi
47 Buru Selatan 0.56987 Rendah 108 Lombok Utara
0.927272 tinggi
48 Maluku Tengah
0.625976 Sedang 109 Melawi 0.927562 tinggi
49 Seluma 0.632399 Sedang 110 Hulu Sungai Utara
0.932816 tinggi
50 Dompu 0.637543 sedang 111 Pasaman Barat
0.933753 tinggi
51 Lampung Barat
0.652449 sedang 112 Sintang 0.936097 tinggi
52 Buru 0.653965 sedang 113 Manggarai Barat
0.940779 tinggi
53 Bangkalan 0.659727 sedang 114 Seruyan 0.94103 tinggi
54 Merauke 0.661447 sedang 115 Aceh Singkil 0.94111 tinggi
55 Keerom 0.661557 sedang 116 Sumbawa Barat
0.945471 tinggi
56 Seram Bagian Barat
0.662246 sedang 117 Timor Tengah Selatan
0.946603 tinggi
57 Kayong Utara 0.663569 sedang 118 Toli-Toli 0.951089 tinggi
58 Pesisir Barat 0.665499 sedang 119 Sigi 0.95303 tinggi
59 Sarmi 0.668076 sedang 120 Solok Selatan
0.953313 tinggi
60 Tojo Una-Una 0.669496 sedang 121 Ende 0.953993 tinggi
61 Konawe 0.669878 sedang 122 Parigi Moutong
0.961035 tinggi
Sumber: Hasil Analisis Tim PenyusunKeterangan: Angka Indeks merupakan indikasi untuk tahun 2016, dan bersifat dinamis tergantung dari kondisi perkembangan indikator dan variabel IKKDTI di masing-masing daerah tertinggal, guna dijadikan referensi yang sifatnya indikatif dan bukan menunjukkan kondisi absolut ketahanan konflik di daerah tertinggal.
Dilihat secara lebih saksama, sebagaimana tampak dalam grafik 4.1, bentuk grafik capaian IKKDTI tampak cenderung mengikuti
81 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
bentuk grafik capaian aspek Tata Kelola. Hal tersebut dapat dibaca sebagai signifikannya pengaruh capaian aspek TK terhadap capaian IKKDTI. Sementara range capaian aspek Kapasitas Kelembagaan relatif kecil karena hanya berkisar pada separuh sumbu vertikal. Pengaruh capaian KK terhadap capaian indeks tidak tampak signifikan, yang berarti berapa pun capaian aspek KK, capaian IKKDTI tidak tampak terpengaruh oleh capaian tersebut. Capaian IKKDTI lebih dipengaruhi oleh capaian aspek TK, yang dalam beberapa kasus juga dipengaruhi (meski tidak signifikan juga) oleh aspek KM. Aspek KM dalam beberapa kasus mam-pu memperkuat capaian aspek TK sehingga mampu membuat capaian IKKDT lebih tinggi. Namun, dalam beberapa kasus lain, dapat ditemui juga daerah-daerah di mana capaian aspek KM tinggi tetapi mempuyai capaian IKKDTI yang rendah. Secara lebih ringkas, dapat dikatakan bahwa daerah yang mempunyai capaian TK tinggi dapat dipastikan memiliki capaian IKKDTI tinggi. Begitu juga sebaliknya. Ini dapat dibaca juga sebagai berikut, problem ketahanan konflik di daerah tertinggal cenderung disebabkan oleh persoalan pada tata kelola cegah konflik dan promosi perdamaian. Hal itu dapat dipastikan melalui capaian-capaian IKKDTI kabupaten yang menduduki dua posisi terendah, yakni Morowali Utara dan Maluku Barat Daya. Keduanya juga merupakan kabupaten dengan capaian terendah dalam aspek TK. Dua puluh lima kabupaten dengan capaian IKKDTI sangat rendah juga merupakan wilayah-wilayah dengan capaian aspek TK sangat rendah. Lain halnya dengan capaian Aspek Kapasitas Kelembagaan. Meski tidak berkontribusi signifikan terhadap capaian IKKDTI, capaian aspek ini untuk 122 kabupaten tergolong rendah dan sangat rendah. Dari 122 kabupaten, 91 kabupaten (74,60%) mempunyai capaian KK sangat rendah dan 24 kabupaten (19,70%) mempunyai capaian KK rendah. Tujuh kabupaten (5,70%) mem-punyai capaian KK tepat di batas antara kategori sangat rendah dan rendah. Ini menggambarkan bahwa ketahanan konflik dari sisi kapasitas kelembagaan di semua kabupaten daerah tertinggal masih
IKKDTI 2016: Hasil dan Analisis82 .................................
...............................................................................................................................................................
lemah. Lemah-nya kapasitas ekonomi daerah, kualitas pelayanan publik, kebi-jakan pemerintah daerah peka konflik, kinerja lembaga penegak hukum dan representasi politik merupakan variabel-variabel yang relatf sama-sama mempengaruhi lemahnya kapasitas kelembagaan. Lima kabupaten dengan capaian terendah dalam aspek KK adalah Lebak, Maybrat, Pulau Morotai, Tambrauw dan Pandeg-lang. Lebak dan Pandeglang mempunyai capaian rendah karena rendahnya capaian dalam variabel kinerja lembaga penegak hukum dan kebijakan pemda peka konflik. Sementara, Maybrat, Pulau Morotai dan Tambrauw mempunyai capain rendah karena lemahnya kapa-sitas ekonomi daerah serta kombinasi lemahnya keempat variabel lainnya.
Capaian 122 kabupaten dalam aspek Ketahanan Masyarakat relatif lebih baik dari capaian dua aspek lainnya. Dari 122 kabupaten tersebut, hanya 7 kabupaten (5,74%) yang memiliki capaian sangat rendah dan rendah. Sepuluh kabupaten (8,20%) mempunyai capaian sedang sementara sisanya, 105 kabupaten (86,06%), mempunyai capaian yang tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat ketahanan konflik dari aspek ketahanan masyarakat di 122 kabupaten daerah tertinggal sudah cukup tinggi, yang ditandai dengan kuatnya kapasitas ketahanan dalam variabel pendidikan dan budaya cegah konflik, dinamika masyarakat dan livelihood. Kontribusi ketiga variabel relatif saling memperkuat satu sama lain. Adapun lima dari tujuh kabupaten dengan capaian sangat rendah dan rendah ditandai dengan lemahnya ketiga variabel tersebut. Sumbawa, Sampang, Situbondo, Maluku Tengah dan Polewali Mandar adalah kabupaten-kabupaten dengan capaian-capaian rendah dalam variabel pendidikan budaya cegah konflik dan dinamika masyarakat, yang ditandai dengan tingginya jumlah konflik antar-masyarakat, konflik terkait sumber daya serta kasus tawuran pelajar/mahasiswa. Capaian rendah pada dua variabel tersebut bersama dengan capai-an yang relatif rendah pada variabel livelihood, yang ditandai dengan capai-an indikator ada tidaknya
83 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
protes terhadap program pemberdayaan, berkontribusi terhadap capaian rendah dalam aspek KM.
Proses tata kelola sangat mempengaruhi ketahanan konflik di daerah tertinggal. Kapasitas kelembagaan yang relatif rendah jika dimbangi dengan kuatnya tata kelola dapat meningkatkan secara signifikan ketahanan konflik. Sama halnya, ketahanan masyarakat yang tinggi jika tidak diimbangi dengan proses tata kelola yang baik tidak akan membantu signifikan terhadap meningkatnya ketahanan konflik. Ini juga menjelaskan bahwa, ketahanan konflik tidak bisa secara parsial ditentukan oleh tingginya jumlah konflik kekerasan yang menjadi indikator-indikator dalam variabel kapasitas kelembagaan dan keta-hanan masyarakat. Jumlah konflik tinggi mungkin akan membuat suatu daerah rentan konflik dari sisi ketahanan masyarakat atau mungkin kapasitas kelembagaan, tetapi tidak serta merta berarti ketahanan konflik menjadi rendah. Ini disebabkan karena adanya tata kelola cegah konflik yang baik dapat mengatasi kelemahan pada kapasitas kelembagaan dan ketahanan masyarakat. Lebih lengkap, capaian IKKDTI 2016 dan masing-masing aspek diilus-trasikan dalam grafik 4.1 berikut ini:
Grafik 4.1. | Capaian IKKDTI dan Tiga Aspek Pembentuknya
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
Ace
h Si
ngki
lA
lor
Asm
atBa
ngga
i Kep
ulau
anBa
ngga
i Lau
tBa
ngka
lan
Belu
Beng
kaya
ngBi
ak N
umfo
rBi
ma
Boal
emo
Bom
bana
Bond
owos
oBo
ven
Dig
oel
Buol
Buru
Buru
Sel
atan
Dei
yai
Dog
iyai
Dom
puD
ongg
ala
Ende
Gor
onta
lo U
tara
Hal
mah
era
Bara
tH
alm
aher
a Se
lata
nH
alm
aher
a Ti
mur
Hul
u Su
ngai
Uta
raIn
tan
Jaya
Jaya
wija
yaJe
nepo
nto
Kapu
as H
ulu
Kayo
ng U
tara
Keer
omKe
pula
uan
Aru
Kepu
laua
n M
enta
wai
Kepu
laua
n Su
laKe
pula
uan
Yape
nKe
tapa
ngKo
naw
eKo
naw
e Ke
pula
uan
Kupa
ng
IKKDTI 2016
TK
KK
KM
IKKDTI 2016: Hasil dan Analisis84 .................................
...............................................................................................................................................................
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2La
mpu
ng B
arat
Land
akLa
nny
Jaya
Leba
kLe
mba
taLo
mbo
k Ba
rat
Lom
bok
Teng
ahLo
mbo
k Ti
mur
Lom
bok
Uta
raM
ahak
am U
luM
alak
aM
aluk
u Ba
rat
Day
aM
aluk
u Te
ngah
Mal
uku
Teng
gara
Bar
atM
ambe
ram
o Ra
yaM
ambe
ram
o Te
ngah
Mam
uju
Teng
ahM
angg
arai
Man
ggar
ai B
arat
Man
ggar
ai T
imur
Map
piM
aybr
atM
elaw
iM
erau
keM
orow
ali U
tara
Mus
i Raw
asM
usi R
awas
Uta
raN
abir
eN
agek
eoN
duga
Nia
sN
ias
Bara
tN
ias
Sela
tan
Nia
s U
tara
Nun
ukan
Pand
egla
ngPa
niai
Pari
gi M
outo
ngPa
sam
an B
arat
Pegu
nung
an B
inta
ngPe
sisi
r Bar
at
IKKDTI 2016
TK
KK
KM
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
Lam
pung
Bar
atLa
ndak
Lann
y Ja
yaLe
bak
Lem
bata
Lom
bok
Bara
tLo
mbo
k Te
ngah
Lom
bok
Tim
urLo
mbo
k U
tara
Mah
akam
Ulu
Mal
aka
Mal
uku
Bara
t D
aya
Mal
uku
Teng
ahM
aluk
u Te
ngga
ra B
arat
Mam
bera
mo
Raya
Mam
bera
mo
Teng
ahM
amuj
u Te
ngah
Man
ggar
aiM
angg
arai
Bar
atM
angg
arai
Tim
urM
appi
May
brat
Mel
awi
Mer
auke
Mor
owal
i Uta
raM
usi R
awas
Mus
i Raw
as U
tara
Nab
ire
Nag
ekeo
Ndu
gaN
ias
Nia
s Ba
rat
Nia
s Se
lata
nN
ias
Uta
raN
unuk
anPa
ndeg
lang
Pani
aiPa
rigi
Mou
tong
Pasa
man
Bar
atPe
gunu
ngan
Bin
tang
Pesi
sir B
arat
IKKDTI 2016
TK
KK
KM
85 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
4.2. Capaian Aspek Tata KelolaTata Kelola dipahami sebagai perencanaan, perumusan, dan
implementasi program, kebijakan atau regulasi yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Fokus utamanya adalah pada proses, koordinasi dan kerjasama secara langsung atau tidak untuk mengelola konflik kepentingan. Asumsi dasarnya adalah bahwa tata kelola yang efektif berkorelasi positif dengan promosi perdamaian melalui kebijakan publik. Capaian Aspek Tata Kelola ini memberi gambaran mengenai tersedianya dan bekerjanya mekanisme inklusif pengelolaan konflik dan promosi perdamaian di 122 kabupaten wilayah IKKDTI 2016.
Capaian aspek Tata Kelola (TK) dihitung dari capaian 3 variabel, yakni: Mekanis-me Pencegahan Konflik Inklusif (TK1), Proses Cegah Konflik Nir-kekerasan (TK2), dan Institusi dalam Pencegahan Konflik (TK3). Capaian aspek ini ditentukan oleh variabel TK1 (0.639296) disu-sul oleh variabel TK2 (0.307918). Tetapi, karena keterbatasan data, perumusan indikator dalam aspek Tata Kelola ini hanya bisa difokuskan pada indikator dengan skala data yang bersifat biner (ada-atau-tidak). Kelemahan utama penghitungan aspek ini adalah bahwa ia hanya bisa menggambarkan ketersediaan mekanisme cegah konflik dan promosi perdamaian di daerah, namun tidak bisa mendapatkan gambaran kualitatif termasuk dinamikanya. Tentu saja ketersediaan suatu mekanisme cegah konflik di daerah tidak secara otomatis berarti ia berjalan dengan baik.
Tabel 4.2. | Parameter untuk Aspek Tata KelolaVariabel Indikator Skala Bobot
TK 1 Ada tidaknya program cegah konflik (TK11)
Biner (dummy) 0.2075472
Ada tidaknya early warning system/EWS (TK12)
Biner (dummy) 0.2641509
Ada tidaknya perda pencegahan konflik dan promosi perdamaian (TK12)
Binner (dummy) 0.5283019
IKKDTI 2016: Hasil dan Analisis86 .................................
...............................................................................................................................................................
Variabel Indikator Skala Bobot
TK 2 Ada tidaknya pertemuan Forkominda (TK21)
Binner (dummy) 1
TK 3 Ada tidaknya FKPM di daerah (TK31)
Nominal (dummy)
0.5769231
Ada tidaknya lembaga khusus untuk cegah konflik dalam struktur Pemda (TK32)
Nominal (dummy)
0.4230769
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun
Estimasi bobot dalam tabel di atas dilakukan dengan menghitung korelasi polychronic yang dihasilkan melalui CFA. Dalam variabel TK1 indikator yang berpengaruh adalah ada tidaknya perda penanganan konflik dan promosi perdamaian (TK13), namun kontribusinya tidak sangat dominan karena bobotnya juga tidak sangat besar selisihnya dengan indikator TK11 dan TK12. Dengan kata lain, kontribusi TK11 dan TK12 juga mampu mempengaruhi capaian variabel TK1. Variabel TK2 sangat dipengaruhi ada tidaknya agenda Forkopimda terkait cegah konflik, karena merupakan satu-satunya indikator dalam variabel tersebut. Jadi, ada tidaknya agenda Forko-pimda terkait cegah konflik signifikan bagi capaian aspek TK, karena variabelnya juga berkontribusi signifikan. Variabel TK3 juga dipengaruhi oleh dua indikator (TK31 dan TK32) yang mempunyai bobot relatif sama. Namun, pengarus variabel ini bagi capaian aspek tidak signifikan.
Sebagaimana terlihat dalam grafik 4.1, capaian aspek Tata Kelola di 122 kabupaten sampel terkonsentrasi dalam 3 kelompok yakni ketahanan sangat rendah (45 kabupeten; 36,90%), ketahanan sedang (44 kabupaten; 36,10%) dan ketahanan tinggi (31 kabupaten; 25,50%). Hanya dua kabupaten (1,50%) yang masuk kategori ketahanan sedang. Kabupaten-kabupaten yang dikategorikan memiliki capaian indeks ketahanan konflik tinggi pada umumnya memiliki capaian aspek Tata Kelola yang tinggi pula. Sedangkan kabupaten yang memiliki capaian IKKDTI rendah, tercermin dalam
87 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
rendahnya capaian aspek Tata Kelola. Lima kabupaten dengan capaian tata kelola terendah (ketahanan sangat rendah) adalah Morowali Utara, Maluku Barat Daya, Dogiyai, Lanny Jaya dan Intan Jaya. Rendahnya capaian Aspek Tata Kelola lima kabupaten ini karena mereka tidak memenuhi beberapa indikator yang cukup menentukan capaian indeksnya. Indikator-indikator tersebut mewakili dua variabel signifikan yakni Mekanisme Pencegahan Inklusif (TK1) dan Proses Kelola Cegah Konflik nir-Kekerasan (TK2). Variabel TK1 sangat signifikan dipengaruhi oleh indikator ada tidaknya perda cegah konflik (TK13), sementara indikator ada tidaknya program early warning sistem (TK12) dan ada tidaknya program cegah konflik dalam RPJMD (TK11), meski masing-masing tidak signifikan terhadap variabel TK1, akan sangat signifikan mempengaruhi nilai variabel TK1 jika keduanya absen (daerah tidak memiliki keduanya sekaligus). Variabel TK2 sangat ditentukan oleh indikator ada tidaknya forkopimda terkait cegah konflik dan promosi perdamaian (TK21) karena merupakan satu-satunya indikator dalam variabel tersebut. Sementara variabel institusi dalam pencegahan konflik (TK3) tidak signifikan terhadap aspek TK. Kelima kabupaten dengan capaian terendah dalam aspek TK umumnya tidak mempunyai indikator-indikator signifikan di atas. Misalnya, Morowali Utara sangat rendah capaian aspek TK-nya karena tidak adanya perda cegah konflik (TK13), pun tidak mempunyai program cegah konflik dalam RPJMD (TK11) dan tidak adanya early warning system (TK12). Morowali Utara juga tidak mempunyai agenda Forko-pimda terkait cegah konflik dan promosi perdamaian (TK21). Kabupaten Maluku Barat Daya memiliki capaian aspek TK rendah karena tidak adanya perda cegah konflik (TK13), tidak adanya EWS (TK12) serta tidak ada agenda Forkopimda terkait cegah konflik (TK21). Dogiyai, Lanny Jaya dan Intan Jaya juga memiliki capaian rendah dalam aspek TK karena tidak mempunyai perda cegah konflik (TK13), EWS (TK12) dan absennya agenda For-kopimda terkait cegah konflik (TK21). Meski ketiga kabupaten di Papua terse-but memiliki indikator
IKKDTI 2016: Hasil dan Analisis88 .................................
...............................................................................................................................................................
FKPM (TK31) dan lembaga khusus cegah konflik (TK32), kedua indikator tersebut tidak banyak mempengaruhi capaian ketiganya dalam aspek TK.
4.3. Capaian Aspek Kapasitas KelembagaanKapasitas Kelembagaan dipahami seba-gai kemampuan dan
keahlian personel, mekanisme kerja, dan kapasitas respon institusi pemerintah terhadap kebutuh-an warga negaranya. Dimensi aspek ini meliputi kapasitas anggaran, staffing, rekrutmen, dan dukungan regulasi, ketersediaan dan kualitas infrastruktur, dan kualitas pelayanan publik dasar (pendidikan, kesehatan dan keamanan). Capaian aspek Kapasitas Kelembagaan ini ditujukan untuk memperlihatkan sejauh mana kapasitas kelembagaan mempengaruhi konflik dan kapasitas perdamaian di 122 kabupaten wilayah IKKDTI.
Capaian aspek Kapasitas Kelembagaan diperoleh dari capaian lima variabel, yakni: Kualitas Pelayanan Publlik (KK1), Kebijakan Pemerintah Peka Konflik (KK2), Kinerja Lembaga Penegak Hu-kum dan Keamanan (KK3), Representasi Politik Masyarakat (KK4), dan Kapasitas Ekonomi Daerah (KK5). Kontribusi variabel-variabel dalam aspek KK relatif sama, kecuali variabel KK5 yang mempunyai bobot tertinggi. Empat variabel yang lain mempunyai bobot relatif seimbang terhadap capaian aspek. Tidak ditemukan adanya variabel yang sangat signifikan, karena capaian aspek dipengaruhi oleh kombinasi setiap variabel.
89 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Tabel 4.3. | Parameter untuk Aspek Kapasitas KelembagaanVariabel Indikator Skala Bobot
KK1 Angka partisipasi di tingkat sekolah dasar (KK1)
Rasio 0.4620253
Angka kematian bayi (KK12) Rasio 0.2594937
Frekuensi kasus korupsi pejabat daerah yang masuk ke pengadilan (KK13)
Rasio 0.278481
KK2 Frekuensi konflik kekerasan masyarakat merespon kebijakan pemerintah (KK21)
Rasio 0.5283019
Frekuensi konflik kekerasan yang dilakukan satpol PP untuk mengamankan Perda (KK22)
Rasio 0.4716981
KK3 Frekuensi konflik kekerasan antar-masyarakat merespon keputusan pengadilan (KK31)
Rasio 0.3287671
Frekuensi kasus korupsi lembaga penegak hukum daerah yang masuk ke pengadilan (KK32)
Rasio 0.0958904
Frekuensi penggunaan kekerasan oleh kepolisian dalam menangani demonstrasi (KK33)
Rasio 0.5616438
Ada tidaknya kasus konflik kekerasan yang melibatkan personel TNI dan Polri (KK34)
Nominal (dummy)
0.0136986
KK4 Tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu Legislatif (KK41)
Rasio 0.7045455
Rasio anggota DPRD Perempuan di daerah (KK42)
Rasio 0.1931818
Frekuensi konflik kekerasan masyarakat dipicu oleh keputusan KPU (KK43)
Rasio 0.1022727
KK5 Rasio PAD terhadap pendapatan daerah (KK51)
Rasio 0.4895105
Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah (KK52)
Rasio 0.0699301
Tingkat PDRB daerah (KK53) Rasio 0.4405594
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun
Sebagaimana dibahas dalam bagian Metodologi, dalam hal ketika di dalam satu variabel terdapat skala data campuran (mixed scale), yakni antara data berskala rasio dan biner, penentuan bobot-
IKKDTI 2016: Hasil dan Analisis90 .................................
...............................................................................................................................................................
nya dilakukan melalui program LISREL dengan terlebih dahulu melakukan set-ting skala data biner untuk membuat estimasi parameter. Melalui penghitungan dalam IKKDTI ini lima daerah yang memiliki capaian aspek Kapasitas Kelembagaan tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4. | Parameter untuk Aspek Kapasitas KelembagaanCapaian Tertinggi Capaian Terendah
Kabupaten Indeks Kabupaten Indeks
Musi Rawas 0.595517 Lebak 0.338619
Lombok Barat 0.595299 Maybrat 0.348472
Bondowoso 0.571661 Pulau Morotai 0.377349
Nias Selatan 0.571283 Tambrauw 0.393486
Ketapang 0.570202 Pandeglang 0.402613Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun
Variabel Kapasitas Ekonomi Daerah (KK5) merupakan variabel dengan bobot tertinggi dalam aspek KK (bobot : 0.329398). Variabel ini sangat dipeng-aruhi oleh dua indikator, yakni rasio PAD (KK51) dan tingkat PDRB (KK53). Indikator tingkat pertumbuhan daerah (KK52) tidak berpengaruh signifikan terhadap capaian variabel KK5. Kabu-paten Maybrat, Pulau Morotai dan Tambrauw sebagai tiga dari lima kabupaten dengan capaian terendah dalam aspek KK sangat dipengaruhi oleh rendahnya capaian dalam variabel KK5 ini. Semen-tara Kabupaten Lebak dan Pandeglang mempunyai capaian rendah dalam aspek KK meski kapasitas ekonomi daerah relatif tidak rendah. Hal ini karena kombinasi capaian dalam empat variabel lain (KK1, KK2, KK3, KK4) relatif rendah sehingga berkontribusi terhadap capaian aspek. Kedua kabupaten ini mempunyai capaian rendah dalam variabel kebijakan pemda peka konflik (KK2) dan variabel kinerja lembaga penegak hukum (KK3).
Variabel kualitas pelayanan publik (KK1) dipengaruhi oleh kombinasi antara indikator-indikatornya karena tidak ada indikator
91 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
yang sangat dominan. Kontribusi masing-masing indikator, yakni angka partisipasi murni tingkat dasar (KK11), Angka Kematian Bayi (KK12) dan frekuensi korupsi pejabat (KK13), secara bersamaan, mempengaruhi capaian variabel. Catatan penting untuk variabel ini adalah mengenai indikator AKB (KK12). Karena pertimbangan keterbatasan ketersediaan data, maka untuk penghitungan IKKDTI 2016, indikator AKB menggunakan proxy tingkat lahir mati. Meski demikian, masih ada juga beberapa wilayah yang datanya tidak tersedia. Tingkat lahir mati mempunyai nilai yang relatif lebih rendah dari AKB. Dari proses koleksi data, ditemukan bahwa capaian rendah untuk indikator APM dan AKB paling banyak tersebar pada kabupaten-kabupaten di wilayah Indonesia Timur, seperti di Sulawesi, NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat ditambah daerah yang mempunyai keterbatasan infrastruktur seperti Nias, Nias Barat, Lebak, Nunukan, Bondowoso dan Mahakam Ulu. Sementara indikator kasus korupsi relatif merata di semua kabupaten daerah tertinggal, dengan jumlah terbanyak di Maluku Tengah (10 kasus), Lebak, Nunukan, Lombok Timur, Sumbawa Barat, Maluku Tenggara Barat dan Sarmi (6 kasus).
Variabel kebijakan pemda peka konflik (KK2) dipengaruhi oleh dua indikator yang bobotnya relatif sama, yakni indikator konflik kekerasan merespon kebijakan pemda (KK21) dan kasus kekerasan Pol PP dalam mengamankan kebijakan pemda (KK22). Selain memberi gambaran kualitas kapasitas kelembagaan daerah, indikator ini secara konseptual sangat terkait dengan aspek tata kelola yakni seberapa partisipatif suatu kebijakan pemerintah itu diru-muskan. Asumsinya, masyarakat melakukan protes terhadap kebijakan pemerintah karena aspirasinya tidak diakomodasi dalam formulasi dn implementasi kebijakan. Kabupaten-kabupaten dengan akumulasi jumlah kekerasan merespon kebijakan dan kekerasan Pol PP tertinggi adalah Lebak, Pandeglang, Sumbawa, Maybrat, Pulau Morotai, Bima, Lombok Timur dan Sampang (antara 3 – 5 kasus).
Variabel Kinerja Lembaga Penegak Hukum dan Keamanan
IKKDTI 2016: Hasil dan Analisis92 .................................
...............................................................................................................................................................
(KK3) signifikan dipengaruhi oleh indikator kasus konflik kekerasan merespon keputusan pengadilan (KK31) dan indikator kasus kekerasan polisi dalam menangani demo (KK33). Indikator KK31 menggambarkan tingkat imparsialitas lembaga pengadilan dan efektivitas penegakan hukum. Untuk memperoleh pemahaman lebih mendalam, tentu dibutuhkan kajian kualitatif yang lebih mendalam. Indikator ini hanya mendiagnosis per-mukaan persoalan tanpa bisa memberikan penjelasan mendalam menge-nai konstelasi aktor, kepentingan dan motif para pelaku. Kasus yang paling banyak terjadi adalah konflik terkait penguasaan tanah, baik antara masyarakat maupun dengan perusahaan, antar-masyarakat, maupun masyarakat dengan pemerintah. Sementara indikator KK 33 mencerminkan tendensi pendekatan yang digunakan kepolisian dalam penanganan demonstrasi.
Secara umum, capaian IKKDTI kabupa-ten dengan prosentase agregat frekuensi konflik kekerasan yang terjadi tidak berhubungan linear secara signifikan, kecuali mempengaruhi capaian dalam aspek KK dan KM. Jadi, tidak bisa dikatakan semakin banyak konflik otomatis daerah tidak memiliki kapasitas perdamaian. Terdapat faktor-faktor lain, sebagaimana dirumuskan dalam aspek, variabel dan indikator IKKDTI, yang perlu dipertimbangkan untuk menilai tingkat kerentanan daerah atas konflik kekerasan dan sekaligus potensi perdamaiannya. Berikut tabel gambaran capaian IKKDTI, aspek KK beberapa kabupaten yang mempunyai agregat tinggi konflik kekerasan.
93 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Tabel 4.5. | Perbandingan jumlah konflik dengan capaian aspek TK, aspek KK, aspek KM dan capaian IKKDTI
Kabupaten Jumlah Konflik Capaian TK Capaian KK Capaian KM Capaian
IKKDTI
Seluma 12 sedang sangat rendah sedang sedang
Jayawijaya 10 sangat rendah sangat rendah tinggi rendahNabire 9 sedang sangat rendah tinggi sedangPaniai 6 sangat rendah sangat rendah tinggi rendahSumbawa 28 tinggi sangat rendah sangat rendah tinggiLombok Timur 12 tinggi sangat rendah sedang tinggiDompu 13 sedang rendah rendah sedangSampang 23 tinggi sangat rendah sangat rendah tinggiBangkalan 17 sedang sangat rendah sedang sedangLebak 14 tinggi sangat rendah sedang tinggiPandeglang 15 tinggi sangat rendah rendah tinggi
Situbondo 13 tinggi rendah sangat rendah tinggi
Pulau Morotai 9 sangat rendah sangat rendah tinggi rendahMaluku Tengah 17 sedang sangat rendah rendah sedangBuru 11 sedang sangat rendah sedang sedang
Sumber: Hasil Analisis Tim PenyusunKeterangan: Angka Indeks merupakan indikasi untuk tahun 2016, dan bersifat dinamis tergantung dari kondisi perkembangan indikator dan variabel IKKDTI di masing-masing daerah tertinggal, guna dijadikan referensi yang sifatnya indikatif dan bukan menunjukkan kondisi absolut ketahanan konflik di daerah tertinggal.
Dalam capaian aspek Kapasitas Kelembagaan, variabel Representasi Politik Masyarakat (KK4) ditujukan untuk memberi gambaran dua hal: pertama, tingkat keterwakilan kelompok masyarakat dalam struktur pemerintahan, khususnya di lembaga legislatif, kedua, kredibilitas penyelenggara pemilu yang berdampak pada kualitas representasi politik. Asumsinya adalah bahwa saluran politik yang terlembaga sangat efektif sebagai mekanisme pencegahan dan pengelolaan konflik. Indikator ini sangat terkait dengan Aspek Tata Kelola. Di antara tiga indikator yang dirumuskan, variabel ini sangat dipengaruhi oleh tingkat partisipasi dalam pemilu (KK41), kemudian diikuti oleh indikator rasio anggota DPRD perempuan di daerah (KK42) dan konflik kekerasan masya-rakat yang dipicu oleh keputusan penyelenggaraan pemilu (KK43). Bobot
IKKDTI 2016: Hasil dan Analisis94 .................................
...............................................................................................................................................................
KK41 cukup jauh di atas KK42 dan KK43, sehingga kontribusinya terhadap capaian variabel paling signifikan. Sementara bobot KK42 dan KK43 relatif sama, namun tidak signifikan terhadap variabel.
Indikator tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu legislatif (KK41) relatif tinggi capaiannya karena nilai terendahnya adalah 66% di Belu, sementara tertinggi adalah di beberapa kabupaten di Papua yang menggunakan sistem noken, sehingga partiipasi pemilu mencapai 100%. Sementara itu rasio keterwakilan perempuan di DPRD di 122 kabupaten tertinggal sangat timpang. Ada dua kabupaten yang melebihi nilai ideal 30%, yakni Nias Selatan (37,14%) dan Raja Ampat (35%). Delapan belas kabupaten mempunyai rasio antara 20% - 30%. Sementara jumlah kabupaten dengan rasio anggota DPRD perempuan 10%-20% ada 40 kabupaten. Sisanya, 62 kabupaten, mempunyai rasio anggota DPRD perempuan kurang dari 10%. Jumlah kasus konflik terkait penye-lenggaraan pemilu relatif berkurang dibanding IKKDTI 2014. Jumlah tertinggi adalah di Manggarai Barat (3 kasus), diikuti oleh Solok Selatan, Mamberamo Raya, Nabire dan Melawi, masing-masing 2 kasus. Ada 16 kabupaten yang mengalami satu konflik terkait penyelenggaraan pemilu. Secara keseluruhan, pada periode 2014 – 2016 terdapat 27 kasus konflik terkait pemilu (konflik politik), jauh lebih sedikit dibandingkan konflik-konflik lainnya.
4.3 Capaian Aspek Ketahanan MasyarakatKetahanan Masyarakat mencakup kondisi sosial ekonomi, praktek
kolektif, sikap dan perilaku individu atau kelom-pok yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kerentanan masyarakat terhadap konflik kekerasan. Basis argumen aspek ini adalah bahwa interaksi antar-individu dan antar-kelompok dipengaruhi oleh latar belakang budaya, ekonomi dan politik. Indeks Aspek Ketahanan Masyarakat ditujukan untuk memberi gambaran indikatif apakah masyarakat berada dalam kondisi krisis sosial, perdamaian negatif (negative peace) atau perdamaian positif (positive peace).
95 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Indeks Aspek Ketahanan Masyarakat (KM) diperoleh melalui capaian 3 variabel, yakni: Dinamika Masyarakat (KM1), Livelihood (KM2), dan Pendidikan dan Budaya Cegah Konflik dan Pro-mosi Perdamaian (KM3). Kontribusi tiap variabel dalam mempengaruhi capaian Indek Ketahanan Masyarakat adalah sebagai berikut: Variabel Pendidikan dan Budaya Cegah Konflik dan Promosi Perdamaian (0.441194), Livelihood (0.161194), dan Dinamika Masyarakat (0.397612). Tampak bahwa variabel pendidikan dan sosialiasi pencegahan konflik dan promosi perdamaian dan variabel dinamika masyarakat mempunyai kontribusi yang relatif sama terhadap capaian aspek KM serta sedikit lebih tinggi kontribusinya dibanding variabel livelihood.
Tabel 4.6. | Parameter untuk Aspek Ketahanan MasyarakatVariabel Indikator Skala Bobot
KM1 Frekuensi konflik kekerasan antar-Ormas (KM11) Rasio 0.008921
Frekuensi konflik kekerasan antar-masyarakat (KM12) Rasio 0.660125
Jumlah forum lintas komunitas (KM13) Rasio 0.000892Frekuensi konflik antar-kelompok masyarakat dalam akses sumber daya (KM14)
Rasio 0.330062
KM 2 Tingkat pengangguran di daerah (KM21) Rasio 0.413793
Ada tidaknya protes masyarakat terhadap pelaksanaan program pemerintah terkait pemberdayaan ekonomi (KM22)
Binner (dummy)
0.586207
KM3 Frekuensi perkelahian/tawuran antar pelajar/mahasiswa (KM31)
Rasio 0.833333
Ada tidaknya praktik budaya lokal untuk pencegahan konflik dan promosi perdamaian (KM32)
Binner (dummy)
0.166667
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun
Kontribusi Aspek Ketahanan Masyarakat dalam membentuk capaian IKKDTI suatu daerah memang tidak signifikan namun aspek ini sangat penting untuk mendapat gambaran ketangguhan masyarakat, kesolidan, dan kapasitasnya dalam menghadapi situasi krisis atau dalam konflik kekerasan. Melalui penghitungan IKKDTI 2016, lima kabupaten sampel yang memiliki capaian Indeks Aspek Ketahanan Masyarakat tertinggi dan terendah adalah:
IKKDTI 2016: Hasil dan Analisis96 .................................
...............................................................................................................................................................
Tabel 4.7. | Capaian Aspek Ketahanan Masyarakat Tertinggi dan Terendah
Capaian Tertinggi Capaian TerendahKabupaten Indeks Kabupaten Indeks
Aceh Singkil 0.999274 Morowali Utara 0.044098Toli-Toli 0.999108 Maluku Barat Daya 0.160097Bondowoso 0.997201 Dogiyai 0.16411Situbondo 0.996996 Lanny Jaya 0.169422Seruyan 0.996781 Intan Jaya 0.172824
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun
Capaian 122 kabupaten dalam aspek Ketahanan Masyarakat relatif lebih baik dari capaian dua aspek lainnya. Dari 122 kabupaten tersebut, hanya 7 kabupaten (5,74%) yang memiliki capaian sangat rendah dan rendah. Sepuluh kabupaten (8,20%) mempunyai capaian sedang sementara sisanya, 105 kabupaten (86,06%), mempunyai capaian yang tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat ketahanan konflik dari aspek ketahanan masyarakat di 122 kabupaten daerah tertinggal sudah cukup tinggi, yang ditandai dengan kuatnya kapasitas ketahanan dalam variabel pendidikan dan budaya cegah konflik, dinamika masyarakat dan livelihood. Kontribusi ketiga variabel relatif saling memper-kuat satu sama lain.
Capaian dalam aspek ini menunjukkan bahwa variabel dinamika masyarakat (KM3) variabel pendidikan dan sosialisasi pencegahan konflik dan promosi perdamaian (KM1) berperan cukup signifikan bagi daya tahan masyarakat terhadap ketegangan sosial dan kekerasan antar kelompok namun tidak mengurangi pentingnya variabel livelihood (KM2) dalam memberi pengaruh terhadap capaian aspek KM. Hal ini disebabkan karena tidak ada gap yang sangat besar dalam bobot ketiga variabel terhadap aspek KM. Capaian variabel KM1 sangat dipengaruhi oleh capaian indikator konflik kekerasan antar-masyarakat (KM12) dan indikator konflik kekerasan terkait sumber daya (KM14). Capaian variabel KM3 sangat dipengaruhi oleh variabel kasus tawur-an pelajar/mahasiswa (KM31). Sementara capaian variabel KM2 secara merata dipengaruhi
97 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
oleh capaian indikator tingkat pengangguran terbuka (KM21) dan indikator ada tidaknya protes terhadap program pemberdayaan masyarakat (KM22).
Capaian aspek KM untuk 122 kabupaten daerah tertinggal adalah sebagai berikut : 3 kabupaten untuk capaian sangat rendah atau kategori ketahanan sangat rendah (2,46 %), 4 kabupaten mempu-nyai capaian rendah atau kategori keta-hanan rendah (3,29 %), 10 kabupaten mempunyai capaian sedang atau kategori ketahanan sedang (8,20 %) dan 105 kabupaten mempunyai capaian tinggi atau ketahanan tinggi (86,05 %). Tiga kabupaten dengan capaian paling rendah atau tergolong memiliki tingkat ketahanan sangat rendah dari aspek ketahanan masyarakat adalah Sumba-wa (0.262825), Sampang (0.374976), Situbondo (0.432895). Sementara me-lengkapi lima urutan terendah adalah Maluku Tengah (0.51933) dan Polewali Mandar (0.554616) yang memiliki capaian rendah atau kategori ketahan-an konflik rendah. Sangat rendahnya capaian aspek KM Kabupaten Sumbawa signifikan dipengaruhi oleh rendahnya capaian pada variabel KM1 dan KM3. Rendahnya capaian variabel KM1 sangat dipengaruhi oleh rendahnya capaian pada indikator konflik antar-masyarakat (KM12) dan indikator konflik terkait sumber daya (KM14). Sumbawa adalah kabupaten dengan jumlah konflik kekerasan antar-masyarakat terbanyak dalam IKKDTI 2016. Sementara itu, capaian rendah pada variabel KM3 signifikan dipengaruhi oleh rendahnya capaian indikator kasus tawuran pelajar/mahasiswa (KM31). Kabupaten Sampang mempunyai capaian rendah dalam aspek KM karena kontribusi yang merata dari capaian variabel KM1, KM2 maupun KM3. Meski tidak serendah capaian KM1 dan KM3 pada Kabupaten Sumbawa, capaian KM1 dan KM3 di Kabupaten Sampang dan dikombinasikan dengan capaian rendah KM2 mem-buat capaian aspek KM menjadi sangat rendah. Capaian rendah pada variabel KM1 dipengaruhi oleh capaian rendah pada indikator konflik antar-masyarakat (KM12) dan indikator konflik terkait sumber daya (KM14). Capaian rendah
IKKDTI 2016: Hasil dan Analisis98 .................................
...............................................................................................................................................................
pada variabel KM3 sangat signifikan dipengaruhi oleh rendahnya capaian indikator tawuran pelajar/mahasiswa (KM31). Sementara capaian rendah pada variabel KM2 dipengaruhi oleh capaian rendah indikator ada tidaknya protes terhadap program pemberdayaan (KM22). Kabupaten Situbondo memiliki capaian sedang untuk variabel KM1, namun rendah dalam capaian variabel KM2 dan KM3. Capaian rendah dua variabel tersebut mempengaruhi capaian pada aspek KM. Rendahnya capaian variabel KM3 dipengaruhi oleh rendahnya capaian indikator tawuran pelajar/mahasiswa (KM31), sementara rendahnya capaian variabel KM2 dipengaruhi oleh capaian rendah pada indikator ada tidaknya protes terkait program pemberdayaan (KM22). Capai-an yang relatif tidak tinggi pada variabel KM1 dipengaruhi oleh capaian yang relatif rendah pada indikator kekerasan antar-masyarakat (KM12).
Kabupaten Maluku Tengah memiliki capaian rendah pada aspek KM karena rendahnya capaian variabel KM2 serta relatif rendahnya capaian variabel KM1. Rendahnya capaian KM2 dipengaruhi oleh capaian rendah pada indikator tingkat pengangguran terbuka (KM21) dan indikator ada tidaknya protes terkait program pemberdayaan (KM22). Sementara capaian relatif rendah pada variabel KM1 dipengaruhi oleh sangat rendahnya capaian pada indikator konflik kekerasan antar-masyarakat (KM12). Capaian pada variabel KM3 juga relatif sedang capaian sedang pada indikator tawuran pelajar/mahasiswa (KM31). Capaian rendah pada aspek KM di Kabupaten Polewali Mandar dipengaruhi oleh rendahnya capaian pada variabel KM3 dan KM2. Rendahnya capaian pada variabel KM3 dipengaruhi oleh rendahnya capaian pada indikator tawuran pelajar/mahasiswa (KM31), sementara rendahnya capaian variabel KM2 dipengaruhi oleh rendahnya capaian pada indikator ada tidaknya protes terhadap program pemberdayaan (KM22). Meski capaian pada variabel KM1 cukup tinggi, capaian tersebut tidak cukup mengimbangi capaian rendah pada KM3 dan KM2.
Variabel pendidikan dan budaya cegah konflik (KM3) dipengaruhi
99 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
sangat signifikan oleh indikator frekuensi tawuran pelajar/mahasiswa (KM31). Tawuran pelajar/mahasiswa bukan fenomena yang jamak terjadi di daerah tertinggal. Mayoritas dari 122 kabupaten wilayah IKKDTI 2016 tidak mengalami kejadian tawuran pelajar/mahasiswa. Jumlah tawuran pelajar terbanyak ada di Sumbawa (4 kasus), Polewali Mandar (3 kasus), Situbondo (3 kasus), Pandeg-lang (2 kasus), Sampang (2 kasus) dan Bondowoso (2 kasus). Ditilik dari sebaran kasus tawuran pelajar, ada di Jawa 10 kasus, NTB 8 kasus, Sulawesi 3 kasus, Maluku 1 kasus, Papua 1 kasus, Lampung1 kasus, Bengkulu 1 kasus dan Aceh 1 kasus.
Variabel Dinamika Masyarakat (KM1) sangat dipengaruhi oleh indikator kekerasan antar-masyarakat (KM12) dan konflik kekerasan terkait sumber daya (KM14). Kabupaten-kabupaten dengan jumlah kasus kekerasan antar-masyarakat terbanyak adalah Sumbawa dengan 17 kasus, diikuti Maluku Tengah (14 kasus), Sampang (10 kasus), Bang-kalan 8 kasus, Seluma 8 kasus dan Jayawijaya 8 kasus. Menurut sebarannya, kasus kekerasan antar-masyarakat dapat digambarkan sebagai berikut : Papua dan Papua Barat 67 kasus, Sula-wesi 13 kasus, Jawa 30 kasus, NTT 25 kasus, Sumatera 33 kasus, Kalimantan 24 kasus, NTB 51 kasus, Maluku dan Maluku Utara 31 kasus. Sementara kabupaten-kabupaten dengan jumlah konflik sumber daya terbanyak adalah Buru (4 kasus), Sumbawa (4 kasus), Landak (4 kasus), Sampang (3 kasus), Melawi (3 kasus), Manggarai Timur (3 kasus), Dompu (3 kasus), dan Lombok Utara (3 kasus). Sebaran kasus konflik sumber daya meliputi wilayah : Nusa Tenggara (24 kasus), Kalimantan (14 kasus), Sulawesi (14 kasus), Maluku dan Maluku Utara (11 kasus), Sumatera 10 kasus, Jawa 9 kasus serta Papua dan Papua Barat (7 kasus). Kasus paling banyak adalah antara masyarakat dengan perusahaan dan antar-sesama masyarakat.
Variabel Livelihood (KM2), meski tidak signifikan terhadap capaian aspek KM, penting untuk menggambarkan tersedianya aktivitas penghidupan bagi masyarakat serta adanya mekanisme
IKKDTI 2016: Hasil dan Analisis100 .................................
...............................................................................................................................................................
ekonomi bersama yang mampu mencegah konflik. Logika seder-hananya adalah dengan adanya sumber penghidupan yang layak, kecenderungan untuk berkonflik berkurang. Capaian variabel KM2 banyak ditentukan oleh kombinasi capaian indikator tingkat pengangguran terbuka (KM21) dan indikator ada-tidaknya protes terhadap program pemberdayaan (KM22). Beberapa kabupaten dengan tingkat pengangguran cukup tinggi antara lain : Maluku Tengah (12,75%), Lebak (10,74%), Pandeglang (10,22%), Supiori (10,75%), Nabire (10,14%), Biak Numfor (10,8%), Konawe (10,7% ), Pulau Morotai (9,97%), Pulau Taliabu (9,72%), Lombok tengah (9,92%), dan Buru Selatan (9,14%). Rataan per kawasan untuk tingkat pengangguran paling tinggi adalah Maluku (6,94%) dan terendah adalah Sumatera (3,25%). Indikator ada tidaknya protes terhadap program pemberdayaan umumnya ada di setiap kabupaten wilayah IKKDTI 2016.
Dalam penghitungan IKKDTI 2016, sepanjang tahun 2014-2016, tercatat terdapat 576 peristiwa konflik kekerasan di 122 kabupaten daerah tertinggal. Jika dilihat dari segi tipologi konflik kekerasannya, frekuensi konflik selama periode tersebut adalah konflik keke-rasan antar-masyarakat dan konflik identitas sebanyak 302 kasus (52,43%), konflik dan kekerasan aparat 95 kasus (16,49%), konflik sumber daya 89 kasus (15,45%), konflik kebijakan pemerintah 63 kasus (10,94%) dan konflik terkait penyelenggaran pemilu atau konflik politik sebanyak 27 kasus (4,69%). Dilihat dari sebaran konflik kekerasan, dapat diurutkan sebagai berikut : Nusa Tenggara 139 kasus (24,13%), Papua dan Papua Barat 122 kasus (21,18%), Jawa 86 kasus (14,93%), Maluku dan Maluku Utara 66 kasus (11,46%), Sulawesi 58 kasus (10,07%), Sumatera 57 kasus (9,90%) dan Kalimantan 48 kasus (8,33%).
101 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V
5.1 KesimpulanIKKDTI 2016 memberikan gambaran kondisi ketahanan dan
kerentanan daerah tertinggal terhadap konflik kekerasan. Melalui empat kategori capaian indeks dapat diperoleh informasi mengenai capaian-capain positif dan persoalan-persoalan krusial yang berpengaruh terhadap tingkat ketahanan dan kerentanan. Persoalan-persoalan krusial di 122 kabupaten daerah tertinggal tercermin baik dalam capaian indeks masing-masing maupun dalam capaian Aspek. Terdeteksinya persoalan krusial merupakan pintu masuk menuju pemahaman terhadap kaitan antar tiga aspek, sekaligus sebagai pijakan awal bagi perdebatan kebijakan, penyusunan program, perumusan penelitian lapangan untuk kegiatan advokasi.
Kesimpulan dan Rekomendasi102 .................................
...............................................................................................................................................................
Buku Indeks ini memuat sejumlah kesimpulan sekaligus rekomendasi yang bersifat umum dan strategis. Terdapat empat poin kesimpulan antara lain (1) Prioritas Kabupaten berdasarkan capaian indeks terendah (ketahanan terendah), (2) Prio-ritas Kabupaten berdasarkan capaian per aspek, (3) Penguatan kapasitas dan otoritas institusi negara untuk koordinasi dan kemitraan, dan (4) Perubahan Paradigma Kebijakan Pencegahan dan Kelola Konflik.
1. Prioritas Kabupaten dengan tingkat Ketahanan TerendahTerdapat 25 kabupaten yang mem-punyai kategori ketahanan
konflik sangat rendah dalam IKKDTI 2016. Dua puluh lima kabupaten tersebut tersebar di: NTT ((10 kabupaten), Papua (7 kabupaten), Sulawesi (3 kabupaten), Maluku (2 kabupaten), Sumatera (2 kabupaten) dan Kalimantan (1 kabupaten). Prioritas ini dibuat dengan mempertimbangkan representasi wilayah serta tingkat kerawanan di tiap kawasan tersebut. Atas pertimbangan itu, maka ditetapkan 6 kabupaten prioritas, yakni Malaka (NTT), Lanny Jaya (Papua), Morowali Utara (Sulawesi), Maluku Barat Daya (Maluku), Nias Barat (Sumatera) dan Sambas (Kalimantan).
2. Prioritas Kabupaten berdasarkan 3 AspekAspek Tata Kelola. Sumba Timur (NTT), Mamberamo Tengah
(Papua), Teluk Wondama (Papua Barat), Nias Selatan (Sumatera), Seram Bagian Timur (Maluku), Gorontalo Utara (Sulawesi), Pulau Taliabu (Maluku Utara).
Aspek Kapasitas Kelembagaan.Kabu-paten Lebak (Jawa), Kabupaten Maybrat (Papua Barat), Kabupaten Pulau Morotai (Maluku Utara), Kabupaten Pandeglang (Jawa), Tojo Una-Una (Sulawesi), Mahakam Ulu (Kalimantan), Pesisir Barat (Su-matera).
Aspek Daya Tahan Masyarakat. Sum-bawa (NTB), Sampang (Jawa), Maluku Tengah (Maluku), Polewali Mandar (Sulawesi), Dompu (NTB), Situbondo (Jawa).
103 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
3. Penguatan kapasitas dan otoritas institusi negara untuk koordinasi dan kemitraan. Hasil IKKDTI 2016 menunjukkan kom-plikasi sumber-sumber
ketahanan dan kerentanan yang tidak berdiri sendiri tapi saling mempengaruhi dalam mem-bentuk ketahanan dan kerentanan daerah tertinggal terhadap konflik kekerasan. Pesan penting dari hasil indeks ini adalah upaya mengatasi kerentanan dan mempromosikan perdamaian tidak akan efektif jika hanya dilakukan satu atau dua lembaga, ataupun dilakukan oleh banyak institusi negara dengan jurus dan resep masing-masing. Mengatasi kondisi kerentanan daerah tertinggal dibutuhkan koordinasi dan kemitraan aksi yang padu, dipandu suatu kerangka kebijakan strategis pencegahan konflik dan promosi perdamaian. Hal ini pun tidak hanya krusial bagi koordinasi dan kemitraan aksi antar institusi negara di tingkat pusat tapi juga koordinasi antar level pusat, provinsi dan kabupaten atau daerah tertinggal. Hal tersebut perlu ditunjang oleh basis autoritas yang kuat dan berkelanjutan baik dengan dasar hukum seperti Undang-Undang, Per-aturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah maupun legitimasi politik di parlemen.
Dari segi ini, Kementerian Desa PDTT perlu mengambil peran aktif melaku-kan koordinasi dan kemitraan prog-ram untuk pencegahan konflik dan promosi perdamaian di daerah tertinggal. Intervensi program pada 3 aspek IKKDTI menuntut koordinasi dan kemitraan bersama kementerian, badan dan institusi negara yang terkait dengan isu atau persoalan krusial dalam hal tata kelola, kapasitas kelembagaan dan ketahanan masyarakat. Antara lain Bappenas, Kemenko Kesra, Kemenko Polhukam, Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi, Kementerian Sosial Kemendagri, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Kementerian Kesehatan dan kementerian lain yang terkait dan juga POLRI. Mengingat hasil indeks ini menunjukkan gambaran rendahnya kapasitas, daya jangkau dan
Kesimpulan dan Rekomendasi104 .................................
...............................................................................................................................................................
kualitas kepemimpinan daerah, koordinasi dan kemitraan dengan pemerintah daerah menjadi penting tidak saja untuk mengeksekusi program dan mencari sinergi demi dampak dan keberlanjutan program tapi terpenting dalam rangka mendorong reorientasi kebijakan pembangunan Pemda agar lebih peka konflik dan memiliki rencana pem-bangunan yang strategis dan relevan dengan situasi kerentanan struktural di daerahnya masing-masing.
Patut dicatat adalah bahwa melalui Kementerian Desa PDTT, skenario prog-ram pencegahan konflik dan promosi perdamaian dapat dimulai dari akar rumput, yakni komunitas di pedesaan. Program pencegahan konflik dan promosi perdamaian dapat saja menjadi lebih berakar dan berdampak langsung dan meluas tanpa harus menghilangkan koordinasi dan kemitraan dengan pemerintah tingkat kabupaten. Mengacu pada kerangka berpikir dan hasil IKKDTI, skenario ini dinilai efektif untuk merespon persoalan-persoalan dominan yang muncul dalam Aspek Tata Kelola dan Aspek Ketahanan Masyarakat. Selain hubungan negara dan warga negara menjadi lebih interaktif, tanggung jawab untuk pencegahan konflik kekerasan dan promosi perdamaian berlahan-lahan melekat dalam peran sosial warga komunitas di tingkat desa.
4. Perubahan Paradigma Kebijakan Pencegahan dan Kelola Konflik.Mengubah ‘paradigma keamanan’ yang diwariskan Orde Baru
tidaklah mudah. Paradigma tersebut mengajarkan kekeliruan mendasar yang ditentang oleh demokrasi, yakni penyebab konflik dan kekerasan ada dalam kintal masyarakat dan negara sajalah yang bertanggung jawab dan berperan mencegah dan mengelola konflik. Hasil IKKDTI memperlihatkan sebaliknya bahwa pertama, kebijakan negara atau pemerintahan daerah yang tidak inklusif merupakan salah satu faktor utama di balik konflik kekerasan di daerah tertinggal. Ketidak-hadiran warga negara dalam proses pembuatan kebijakan merupakan jalan tol bagi warga negara menuju ketidak-puasan dan ketidakpercayaan terhadap kebijakan, program dan tujuan-
105 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
tujuannya. Demikian pula performa buruk lembaga penegak hukum seperti kepo-lisian, kejaksaan dan kehakiman mem-buat keadilan menjadi barang langka akibat praktek mafia hukum yang berjejaring antar institusi tersebut. Kedua, konflik kekerasan bukanlah sebatas persoalan pidana dan urusan kebudaya-an, tetapi kejadian sosial ekstrim dalam kesumpekan yang dikondisikan olehdefisit tata kelola, buruknya kinerja pemerintahan dan lemahnya daya tahan masyarakat.
Bertolak dari cara berpikir dan hasil IKKDTI, konflik kekerasan diletakkan kembali di dalam kerangka kebijakan pembangunan, demokrasi dan keamanan. Hal ini menjadi dasar rekomendasi mengenai pentingnya koordinasi dan kemitraan antar instansi dan antar level pemerintahan, sebagaimana tercermin dalam UU No 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial. Pengarus-utamaan wacana pencegahan konflik kekerasan harus dimulai dari membaca sumber-sumber kerentanan pada ne-gara atau institusi, masyarakat-komunitas dan pada mekanisme kelola kebijakan baik untuk isu keamanan, demokrasi dan pembangunan ekonomi di daerah tertinggal. Karena itu, komitmen untuk koordinasi dan kemitraan multi-pihak akan bermanfaat dan berdampak sepanjang dituntun paradigma baru yang lebih holistik memandang konflik, kon-flik kekerasan dan kerentanannya.
5.2. Rekomendasi Bagi Pengguna IKKDTI 2016IKKDTI 2016 ini memberikan gambaran secara menyeluruh
tentang ketahanan daerah terhadap konflik sebagai bahan penyusunan kebijakan pencegahan konflik oleh para pemangku kepentingan di berbagai tingkatan. Oleh karena itu, hasil IKKDTI 2016 ini dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan diantaranya :
Pemerintah Pusat: Hasil IKKDTI 2016 dapat dijadikan informasi dan rujukan bagi Kementerian/Lembaga di tingkat Pusat dalam rangka penyusunan kebijakan dan strategi penanganan konflik sosial
Kesimpulan dan Rekomendasi106 .................................
...............................................................................................................................................................
di 122 abupaten Daerah Tertinggal di Indonesia, serta sekaligus dapat dijadikan acuan dalam rangka penetapan lokasi sasaran pelaksanaan program pembangunan penanganan konflik sosial oleh Kementerian/Lembaga Terkait;
Pemerintah Daerah: Hasil IKKDTI 2016 ini dapat dijadikan informasi awal tingkat kerawanan dan sekaligus ketahanan daerah terhadap konflik social didaerah masing-masing. Hasil IKKDTI 2016 ini juga dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan program/kegiatan pencegahan konflik sosial berdasarkan nilai indeks pada aspek Tata Kelola, Koordinasi Kelembagaan dan Ketahanan Masyarakat.
LSM, Pegiat Perdamaian dan Lembaga International. Hasil IKKDTI 2016 ini dapat dijadikan basis data empiris bagi organisasi/lembaga non-pemerintah dalam rangka merumuskan strategi advokasi, prioritas dan focus pendampingan masyarakat serta pemantapan agenda-agenda program pencegahan konflik social di 122 Kabupaten Tertinggal.
Akademisi. Hasil IKKDTI 2016 ini dapat dijadikan basis diskusi ilmiah untuk mengembangkan formula, variable, dan indikator serta model-model analisis baru yang sesuai dengan karakteristik sosial masyarakat Indonesia.
107 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Pustaka Metode IndeksArminger, G. dan Küsters, U. 1988. “Latent trait models with
indicators of mixed measurement level”, dalam R. Langeheine and J. Rost (Eds.), Latent trait and latent class models. New York: Plenum press.
Bartholomew, D. J. 1987. Latent Variable Models and Factor Analysis. London: Charles Griffin Si Co. Ltd.
Christofferson, A. 1975. “Factor Analysis of Dichotomized Variables”, Psychometrika 40, 5-32.
Jöreskog, K. G. 1990. “New Developments in LISREL: Analysis of Ordinal Variables Using Polychoric Correlations and Weighted Least Squares”, Quality and Quantity 24, 387-404.
Jöreskog, K. G. dan Sörbom, D. 1993. LISREL 8 - User’s Reference Guide. Chicago: Scientific Software, Inc.
Daftar Pustaka108 .................................
...............................................................................................................................................................
Lawley, D. N. and A. E. Maxwell. 1971. Factor Analysis as a Statistical Method. London: Butterworth.
Lee, S.-Y., W.-Y. Poon, and P. Bentler. 1992. “Structural Equation Models with Continuous and Polytomous Variables”, Psychometrika 57,89-105.
Muthén, B. 1984. “A General Structural Equation Model with Dichotomous, Ordered Categorical and Continuous Latent Variables Indicators”, Psychometrika 49, 115-132.
Muthén, B and Christoffersson, A. 1981. “Simultaneous Factor Analysis of Dichotomous Variables in Several Groups”,Psychometrika 46, 407-419.
Olsson, U. 1979. “Maximum likelihood Estimation of The Polychoric Correlation Coeficient”, Psychometrika 44, 443-460.
Rubin, D. B. and Thayer, D. T. 1982. “EM algorithms for ML factor analysis”, Psychometrika 47, 69-76.
Pustaka Kajian dan DokumenAspinnal, Edward dan Gerry van Klinken (ed). 2011. The State and
Illegality in Indonesia. Leiden: KITLV PressBankoff, Greg (ed). 2004. Mapping Vulnerabilities: Disasters,
Development and the People. London: Earthscan Barron, Patrick and M Najib Asca. 2012. After the Communal
War: Understanding and Addressing Post-Conflict Violence in Eastern Indonesia. Yogyakarta: CSPS Books
Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS-UGM). 2013. Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia 2012
Choi, Nankyung. 2011. Local Politics in Indonesia: Pathways to Power. New York: Routledge
Collins, Elizabeth Fuller. 2007.Indonesia Betrayed: How Development Fails. Honolulu: University of Hawaii Press
Cox, Michaelene (ed). 2009. Social Capital and Peace-Building: Creating and Resolving Conflict with Trust and Social Networks. London: Routledge
109 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
CSPS-CPRU (UNDP). 2012. Strengthening Social Cohesion for Sustainable Development, A Baseline Survey. Laporan Survey untuk 5 Provinces
Davidson, James and David Henley (ed). 2007. The Revival of Tradition in Indonesian Politics: The Deployment of Adat from Colonialism to Indigenism. London: Routledge
Djalong, Frans dan Muhadi Sugiono. 2011. “Crossing Borders: Indonesia Experience with Local Conflict Resolution”, dalam Morgan Brigg and Roland Bleiker (ed) Mediating Across Difference: Oceanic and Asian Approaches to Conflict Resolution.Honolulu: Hawaii University Press, hal 185-204.
Erb, Maribeth and Priyambudi Sulistiyanto (ed). 2005. Regionalism in Post-Suharto Indonesia. New York: Routledge-Curzon
Executive Report, Indonesia Governance Index 2012. Toward a Well-Informed Society and Responsive Government. Jakarta: The Partnership for Governance Reform
Fine, Ben. 2010. Theories of Social Capital: Researcher Behaving Badly. London: Pluto Press
Gerring, John dan Strom Thacker. 2008. A Centripetal Theory of Democratic Governance. New York: Cambridge University Press
Gismar, Abdul Malik dkk. Executive Report Indonesia Governance Index 2012, “Toward a Well-Informed Society and Responsive Government’. The Partnership for Governance Reform, 2013
Global Peace Index. 2014. Measuring Peace and Assessing Country Risk. New York: Institute for Economics and Peace
Hadiz, Vedi. 2010. Localising Power in Post-Authoritarian Indonesia: A Southest Asia Perspective. Stanford: Stanford University press
Hiariej, Eric dkk. 2013. Demokrasi di Indonesia: Antara Patronase dan Populisme. Ringkasan Eksekutif, Power, Welfare and Democracy Project. Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan University of Oslo dan Norwegian Embassy
Daftar Pustaka110 .................................
...............................................................................................................................................................
Indeks Demokrasi Indonesia. 2010. Kebebasan yang Bertanggung Jawab dan Substansial, Sebuah Tantangan. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Indonesia Governance Index 2012. Tantangan Kelola Pemerintahan di 33 Provinsi di Indonesia. Jakarta: Australian Aid dan Kemitraaan
Meier, Kenneth. 2006. Bureaucray in Democratic State: a Governance Perspective. Baltimore: John Hopkins University Press
Mietzner, Marcus. 2006. The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance.Policy Studies 23. Washington: East-West Center Washington
Nordholt, Henk Schulte and Gerry van Klinken. 2007. Renegotiating Boundries: Local Politics in Post-Suharto Indonesia. Leiden: KITLV Press
PTD-ITP. 2012. Panduan Pelembagaan Sistem Peringatan dan Tanggap Dini Konflik di Indonesia, CEWERS. PTD-Bappenas
Sugiono, Muhadi dan Frans Djalong. 2008. “ Indonesian Paths to Peace: From Liberal Framework to Local Conflict Resolution, dalam Journal of Power, Conflict and Democracy (PCD),Vol I, 1 (October 2008, hal 166-184.
The Habibie Center. 2014. Indeks Intensitas Kekerasan 2014. Program Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan Indonesia (SNPK)
Titus, Milan and Paul Burgers (ed). 2008. Rural Livelihood, Resource and Coping with Crisis indonesia: A comparative Study. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies
United Nations Development Program. 2012. Governance for Peace: Securing the Social Contract. New York: Bureau for Crisis Prevention and Recovery-Bureau for Development Policy
United Nations Development Program. 2014. Human Development
111 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Report, Sustaining Human Progress: Reducing Vulnerabilities and Building Resilience. New York: UNDP publication
United Nations Development Program. 2012. Governance and Capacity Building in Post-Crisis Aceh. Laporan Australian National University Enterprise
Van Klinken, Gerry. 2007. Communal Violence and Democratization in Indonesia: Small Town Wars. London: Routledge
Van Klinken, Gerry, 2009, Patronage Democracy in Provincial Indonesia, dalam Olle Tornquist dkk (ed), 2009, Rethinking Popular Representation. New York: Palgrave Macmillan, hal 141-157.
Vltchek, Andre. 2012. Indonesia: Archipelago of Fear. London: Pluto Press
World Bank. 2011. World Development Report 2011. Conflict, Security and Development. Washington DC: WB Publication
World Bank. 1997. World Development Report. The State in a Changing World. Washington DC: WB Publication
Daftar Pustaka112 .................................
...............................................................................................................................................................
Lampiran
113 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Lampiran 1. Hasil Penghitungan IKKDTI 2016
Capaian Indeks Aspek IKKDTIData yang digunakan dalam perhitungan bobot pada tahapan
ini adalaha data capaian untuk masing-masing indikator yang sudah dihitung dari indikator. Dalam hal ini, variabel merupakan “manifest variable” sedangkan aspek merupakan latent variabel.
Aspek tata kelola (TK) diukur dari tiga variabel yaitu Mekanisme Pencegahan Inklusif (TK1), Proses Cegah Konflik Nir-Kekerasan (TK2) dan Institusi dalam pencegahan konflik (TK3).
Aspek Kapasitas kelembagaan (KK) diukur oleh 5 variabel yaitu: Kualitas Pelayanan Publik (KK1), Kebijakan Pemerintah Daerah yang peka konflik (KK2), kinerja lembaga hukum dan keamanan (KK3), Representasi politik masyarakat (KK4), dan Kapasitas ekonomi daerah (KK5).
Aspek Ketahanan Masyarakat (KM) diukur melalui variabel Dinamika Masyarakat Sipil (KM1), Livelihood (KM2) serta Pendidikan Budaya untuk cegah konflik dan promosi perdamaian (KM3).
Berikut adalah bobot yang didapatkan untuk masing-masing variabel dalam mengukur aspek.
Aspek Variabel Bobot
Aspek Tata Kelola (TK) TK1 0.639296
TK2 0.307918
TK3 0.052786
Aspek Kapasitas Kelembagaan (KK)
KK1 0.194212
KK2 0.146992
KK3 0.169078
KK4 0.16032
KK5 0.329398
Aspek Ketahanan Masyarakat (KM)KM1 0.397612
KM2 0.161194
KM3 0.441194
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun
Lampiran114 .................................
...............................................................................................................................................................
Terlihat dari tabel di atas bahwa untuk aspek tata kelola sangat ditentukan variabel Mekanisme Pencegahan Inklusif (TK1). Sedangkan untuk aspek kapasitas kelembagaan, kontribusi terbesar adalah variabel Kapasitas Ekonomi Daerah (KK5). Variabel-variabel lain dalam aspek kapasitas kelembagaan mempunyai bobot yang relatif sama terhadap aspek tersebut. Pengaruh variabel pendidikan budaya untuk cegah konflik (KM3) dan dinamika masyarakat sipil (KM1) cukup signifikan terhadap aspek ketahanan masyarakat.Berikut adalah capaian untuk masing-masing daerah:
115 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
0
0.2
0.4
0.6
0.81
1.2
Aceh SingkilAlor
AsmatBanggai Kepulauan
Banggai LautBangkalan
BeluBengkayangBiak Numfor
BimaBoalemo
BombanaBondowoso
Boven DigoelBuolBuru
Buru SelatanDeiyai
DogiyaiDompu
DonggalaEnde
Gorontalo UtaraHalmahera Barat
Halmahera SelatanHalmahera TimurHulu Sungai Utara
Intan JayaJayawijayaJeneponto
Kapuas HuluKayong Utara
KeeromKepulauan Aru
Kepulauan MentawaiKepulauan Sula
Kepulauan YapenKetapang
KonaweKonawe Kepulauan
Kupang
Asp
ek T
K
Asp
ek T
K
Gra
fik 1
.
Lampiran116 .................................
...............................................................................................................................................................
0
0.2
0.4
0.6
0.81
1.2
Lampung BaratLandak
Lanny JayaLebak
LembataLombok Barat
Lombok TengahLombok TimurLombok UtaraMahakam Ulu
MalakaMaluku Barat Daya
Maluku TengahMaluku Tenggara Barat
Mamberamo RayaMamberamo Tengah
Mamuju TengahManggarai
Manggarai BaratManggarai Timur
MappiMaybrat
MelawiMerauke
Morowali UtaraMusi Rawas
Musi Rawas UtaraNabire
NagekeoNduga
NiasNias Barat
Nias SelatanNias Utara
NunukanPandeglang
PaniaiParigi MoutongPasaman Barat
Pegunungan BintangPesisir Barat
Asp
ek T
K
Asp
ek T
K
Gra
fik 2
.
117 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
0
0.2
0.4
0.6
0.81
1.2
PohuwatoPolewali Mandar
Pulau MorotaiPulau Taliabu
PuncakPuncak JayaRaja AmpatRote Ndao
Sabu RaijuaSambas
SampangSarmi
SelumaSeram Bagian BaratSeram Bagian Timur
SeruyanSigi
SintangSitubondo
Solok SelatanSorong
Sorong SelatanSumba Barat
Sumba Barat DayaSumba Tengah
Sumba TimurSumbawa
Sumbawa BaratSupiori
TambrauwTeluk Bintuni
Teluk WondamaTimor Tengah Selatan
Timor Tengah UtaraTojo Una-Una
TolikaraToli-Toli
WaropenYahukimo
Yalimo
Asp
ek T
K
Asp
ek T
K
Gra
fik 3
.
Lampiran118 .................................
...............................................................................................................................................................
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
Aceh SingkilAlor
AsmatBanggai Kepulauan
Banggai LautBangkalan
BeluBengkayangBiak Numfor
BimaBoalemo
BombanaBondowoso
Boven DigoelBuolBuru
Buru SelatanDeiyai
DogiyaiDompu
DonggalaEnde
Gorontalo UtaraHalmahera Barat
Halmahera SelatanHalmahera TimurHulu Sungai Utara
Intan JayaJayawijayaJeneponto
Kapuas HuluKayong Utara
KeeromKepulauan Aru
Kepulauan MentawaiKepulauan Sula
Kepulauan YapenKetapang
KonaweKonawe Kepulauan
Kupang
Asp
ek K
K
Asp
ek K
K
Gra
fik 4
.
119 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
Lampung BaratLandak
Lanny JayaLebak
LembataLombok Barat
Lombok TengahLombok TimurLombok UtaraMahakam Ulu
MalakaMaluku Barat Daya
Maluku TengahMaluku Tenggara Barat
Mamberamo RayaMamberamo Tengah
Mamuju TengahManggarai
Manggarai BaratManggarai Timur
MappiMaybrat
MelawiMerauke
Morowali UtaraMusi Rawas
Musi Rawas UtaraNabire
NagekeoNduga
NiasNias Barat
Nias SelatanNias Utara
NunukanPandeglang
PaniaiParigi MoutongPasaman Barat
Pegunungan BintangPesisir Barat
Asp
ek K
K
Asp
ek K
K
Gra
fik 5
.
Lampiran120 .................................
...............................................................................................................................................................
0
0.2
0.4
0.6
0.81
1.2
PohuwatoPolewali Mandar
Pulau MorotaiPulau Taliabu
PuncakPuncak JayaRaja AmpatRote Ndao
Sabu RaijuaSambas
SampangSarmi
SelumaSeram Bagian Barat
Seram Bagian TimurSeruyan
SigiSintang
SitubondoSolok Selatan
SorongSorong Selatan
Sumba BaratSumba Barat Daya
Sumba TengahSumba Timur
SumbawaSumbawa Barat
SupioriTambrauw
Teluk BintuniTeluk Wondama
Timor Tengah SelatanTimor Tengah Utara
Tojo Una-UnaTolikaraToli-Toli
WaropenYahukimo
Yalimo
Asp
ek K
K
Asp
ek K
K
Gra
fik 6
.
121 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
0
0.2
0.4
0.6
0.81
1.2
Aceh SingkilAlor
AsmatBanggai Kepulauan
Banggai LautBangkalan
BeluBengkayangBiak Numfor
BimaBoalemoBombana
BondowosoBoven Digoel
BuolBuru
Buru SelatanDeiyai
DogiyaiDompu
DonggalaEnde
Gorontalo UtaraHalmahera Barat
Halmahera SelatanHalmahera Timur
Hulu Sungai UtaraIntan Jaya
JayawijayaJeneponto
Kapuas HuluKayong Utara
KeeromKepulauan Aru
Kepulauan MentawaiKepulauan Sula
Kepulauan YapenKetapang
KonaweKonawe Kepulauan
Kupang
Asp
ek K
M
Asp
ek K
M
Gra
fik 7
.
Lampiran122 .................................
...............................................................................................................................................................
0
0.2
0.4
0.6
0.81
1.2
Lampung BaratLandak
Lanny JayaLebak
LembataLombok Barat
Lombok TengahLombok TimurLombok UtaraMahakam Ulu
MalakaMaluku Barat Daya
Maluku TengahMaluku Tenggara Barat
Mamberamo RayaMamberamo Tengah
Mamuju TengahManggarai
Manggarai BaratManggarai Timur
MappiMaybrat
MelawiMerauke
Morowali UtaraMusi Rawas
Musi Rawas UtaraNabire
NagekeoNduga
NiasNias Barat
Nias SelatanNias Utara
NunukanPandeglang
PaniaiParigi MoutongPasaman Barat
Pegunungan BintangPesisir Barat
Asp
ek K
M
Asp
ek K
M
Gra
fik 8
.
123 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
0
0.2
0.4
0.6
0.81
1.2
PohuwatoPolewali Mandar
Pulau MorotaiPulau Taliabu
PuncakPuncak JayaRaja AmpatRote Ndao
Sabu RaijuaSambas
SampangSarmi
SelumaSeram Bagian BaratSeram Bagian Timur
SeruyanSigi
SintangSitubondo
Solok SelatanSorong
Sorong SelatanSumba Barat
Sumba Barat DayaSumba Tengah
Sumba TimurSumbawa
Sumbawa BaratSupiori
TambrauwTeluk Bintuni
Teluk WondamaTimor Tengah Selatan
Timor Tengah UtaraTojo Una-Una
TolikaraToli-Toli
WaropenYahukimo
Yalimo
Asp
ek K
M
Asp
ek K
M
Gra
fik 9
.
Lampiran124 .................................
...............................................................................................................................................................
Tabe
l 1. C
apai
an In
deks
Asp
ek d
an K
ateg
ori K
etah
anan
nya
KKKM
TKKa
bupa
ten
Kapa
sitas
Ke
lem
baga
an K
ateg
ori
Keta
hana
nKa
bupa
ten
Keta
hana
n M
asya
raka
t K
ateg
ori
Keta
hana
nKa
bupa
ten
Tata
Kel
ola
Kate
gori
Keta
hana
n
Leba
k0.
3386
19 S
anga
t Re
ndah
Sum
baw
a0.
2628
25 S
anga
t Re
ndah
Mor
owal
i U
tara
0.04
4098
Sang
at
Rend
ah
May
brat
0.34
8472
San
gat
Rend
ahSa
mpa
ng0.
3749
76 S
anga
t Re
ndah
Mal
uku
Bara
t D
aya
0.16
0097
Sang
at
Rend
ah
Pula
u M
orot
ai0.
3773
49 S
anga
t Re
ndah
Situ
bond
o0.
4328
95 S
anat
Re
ndah
Dog
iyai
0.16
411
Sang
at
Rend
ah
Tam
brau
w0.
3934
86 S
anga
t Re
ndah
Mal
uku
Teng
ah0.
5193
3 R
enda
hLa
nny
Jaya
0.16
9422
Sang
at
Rend
ah
Pand
egla
ng0.
4026
13 S
anga
t Re
ndah
Pole
wal
i M
anda
r0.
5546
16 R
enda
hIn
tan
Jaya
0.17
2824
Sang
at
Rend
ah
Sera
m B
agia
n Ti
mur
0.40
4007
San
gat
Rend
ahPa
ndeg
lang
0.57
4596
Ren
dah
Mam
bera
mo
Teng
ah0.
1757
38Sa
ngat
Re
ndah
Buru
0.40
4595
San
gat
Rend
ahD
ompu
0.59
5341
Ren
dah
Sera
m B
agia
n Ti
mur
0.17
7471
Sang
at
Rend
ah
Sarm
i0.
4144
72 S
anga
t Re
ndah
Selu
ma
0.61
2613
Sed
ang
Nia
s Ba
rat
0.17
8642
Sang
at
Rend
ah
Sam
pang
0.41
8002
San
gat
Rend
ahBo
ndow
oso
0.65
2068
Sed
ang
Mal
aka
0.17
973
Sang
at
Rend
ah
Soro
ng S
elat
an0.
4227
37 S
anga
t Re
ndah
Bim
a0.
6855
36 S
edan
gN
duga
0.18
1783
Sang
at
Rend
ah
Pesis
ir Ba
rat
0.42
3758
San
gat
Rend
ahLo
mbo
k Te
ngah
0.69
5283
Sed
ang
Yalim
o0.
3015
55Sa
ngat
Re
ndah
Tolik
ara
0.43
5484
San
gat
Rend
ahLe
bak
0.69
5987
Sed
ang
Sum
ba T
imur
0.31
5428
Sang
at
Rend
ah
125 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KKKM
TKTo
jo U
na-U
na0.
4375
1 S
anga
t Re
ndah
Lom
bok
Bara
t0.
6968
81 S
edan
gSa
mba
s0.
3277
11Sa
ngat
Re
ndah
Inta
n Ja
ya0.
4376
72 S
anga
t Re
ndah
Bang
kala
n0.
7314
72 S
edan
gKu
pang
0.34
038
Sang
at
Rend
ah
Mah
akam
Ulu
0.44
0656
San
gat
Rend
ahLa
mpu
ng
Bara
t0.
7355
14 S
edan
gSa
bu R
aiju
a0.
3452
94Sa
ngat
Re
ndah
Aceh
Sin
gkil
0.44
1326
San
gat
Rend
ahLo
mbo
k Ti
mur
0.73
642
Sed
ang
Belu
0.34
6784
Sang
at
Rend
ah
Telu
k W
onda
ma
0.44
15 S
anga
t Re
ndah
Buru
0.74
546
Sed
ang
Rote
Nda
o0.
3469
3Sa
ngat
Re
ndah
Mam
bera
mo
Raya
0.44
2097
San
gat
Rend
ahM
erau
ke0.
7556
11 T
ingg
iN
ias
Sela
tan
0.35
1787
Sang
at
Rend
ah
Lem
bata
0.44
2488
San
gat
Rend
ahLa
ndak
0.75
9136
Tin
ggi
Sum
ba B
arat
0.35
1831
Sang
at
Rend
ah
Nag
ekeo
0.44
4883
San
gat
Rend
ahJa
yaw
ijaya
0.76
0433
Tin
ggi
Nag
ekeo
0.35
205
Sang
at
Rend
ah
Tim
or T
enga
h U
tara
0.44
5274
San
gat
Rend
ahSe
ram
Ba
gian
Bar
at0.
7627
51 T
ingg
iSu
mba
Te
ngah
0.35
25Sa
ngat
Re
ndah
Sigi
0.44
6877
San
gat
Rend
ahKe
erom
0.77
5252
Tin
ggi
Sum
ba B
arat
D
aya
0.35
2554
Sang
at
Rend
ah
Kepu
laua
n Ar
u0.
4501
72 S
anga
t Re
ndah
Lom
bok
Uta
ra0.
7794
01 T
ingg
iKo
naw
e Ke
pula
uan
0.35
2633
Sang
at
Rend
ah
Sabu
Rai
jua
0.45
0437
San
gat
Rend
ahH
ulu
Sung
ai
Uta
ra0.
7881
51 T
ingg
iG
oron
talo
U
tara
0.35
3476
Sang
at
Rend
ah
Jaya
wija
ya0.
4517
12 S
anga
t Re
ndah
Pula
u M
orot
ai0.
7892
03 T
ingg
iTe
luk
Won
dam
a0.
3549
83Sa
ngat
Re
ndah
Lampiran126 .................................
...............................................................................................................................................................
KKKM
TKM
aluk
u Te
ngah
0.45
3171
San
gat
Rend
ahN
unuk
an0.
7893
91 T
ingg
iAs
mat
0.48
4065
Sang
at
Rend
ah
Kona
we
Kepu
laua
n0.
4544
09 S
anga
t Re
ndah
Pasa
man
Ba
rat
0.79
5787
Tin
ggi
Pegu
nung
an
Bint
ang
0.48
4149
Sang
at
Rend
ah
Bang
gai L
aut
0.45
553
San
gat
Rend
ahKa
yong
U
tara
0.79
8466
Tin
ggi
Map
pi0.
4858
45Sa
ngat
Re
ndah
Buol
0.45
7115
San
gat
Rend
ahM
elaw
i0.
8088
52 T
ingg
iM
ambe
ram
o Ra
ya0.
4866
43Sa
ngat
Re
ndah
Yahu
kim
o0.
4581
17 S
anga
t Re
ndah
Man
ggar
ai
Tim
ur0.
8121
07 T
ingg
iJa
yaw
ijaya
0.48
6724
Sang
at
Rend
ah
Biak
Num
for
0.45
9117
San
gat
Rend
ahTo
likar
a0.
8144
47 T
ingg
iBo
ven
Dig
oel
0.48
6805
Sang
at
Rend
ah
Yalim
o0.
4595
04 S
anga
t Re
ndah
Mam
uju
Teng
ah0.
8156
37 T
ingg
iPu
lau
Talia
bu0.
4873
25Sa
ngat
Re
ndah
Dei
yai
0.46
0249
San
gat
Rend
ahPo
huw
ato
0.81
9109
Tin
ggi
Tolik
ara
0.48
7622
Sang
at
Rend
ah
Bang
kala
n0.
4606
31 S
anga
t Re
ndah
Bang
gai
Kepu
laua
n0.
8233
79 T
ingg
iTe
luk
Bint
uni
0.48
7822
Sang
at
Rend
ah
Nab
ire0.
4611
64 S
anga
t Re
ndah
Pesis
ir Ba
rat
0.82
4972
Tin
ggi
Hal
mah
era
Bara
t0.
4886
36Sa
ngat
Re
ndah
Raja
Am
pat
0.46
1269
San
gat
Rend
ahKo
naw
e0.
8258
14 T
ingg
iW
arop
en0.
4889
Sang
at
Rend
ah
Pani
ai0.
4620
6 S
anga
t Re
ndah
Gor
onta
lo
Uta
ra0.
8283
52 T
ingg
iRa
ja A
mpa
t0.
4894
16Sa
ngat
Re
ndah
127 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KKKM
TKPu
lau
Talia
bu0.
4621
64 S
anga
t Re
ndah
Sam
bas
0.82
861
Tin
ggi
Pula
u M
orot
ai0.
4902
43Sa
ngat
Re
ndah
War
open
0.46
29 S
anga
t Re
ndah
Mus
i Raw
as0.
8354
18 T
ingg
iH
alm
aher
a Se
lata
n0.
4908
3Sa
ngat
Re
ndah
Tim
or T
enga
h Se
lata
n0.
4643
22 S
anga
t Re
ndah
Sum
ba B
arat
0.84
262
Tin
ggi
Supi
ori
0.49
0832
Sang
at
Rend
ah
Mal
uku
Teng
gara
Bar
at0.
4648
57 S
anga
t Re
ndah
Soro
ng0.
8446
5 T
ingg
iPu
ncak
0.49
1451
Sang
at
Rend
ah
Selu
ma
0.46
4925
San
gat
Rend
ahTo
jo U
na-
Una
0.84
6202
Tin
ggi
Dei
yai
0.49
2349
Sang
at
Rend
ah
Supi
ori
0.46
5386
San
gat
Rend
ahKe
pula
uan
Aru
0.84
641
Tin
ggi
Yahu
kim
o0.
4924
91Sa
ngat
Re
ndah
Mam
bera
mo
Teng
ah0.
4660
49 S
anga
t Re
ndah
Seru
yan
0.84
8469
Tin
ggi
Nia
s0.
4927
86Sa
ngat
Re
ndah
Dog
iyai
0.46
6769
San
gat
Rend
ahAc
eh S
ingk
il0.
8500
9 T
ingg
iPa
niai
0.49
2922
Sang
at
Rend
ah
Keer
om0.
4677
45 S
anga
t Re
ndah
Kepu
laua
n Su
la0.
8517
66 T
ingg
iBu
ru S
elat
an0.
5170
94Re
ndah
Lann
y Ja
ya0.
4677
83 S
anga
t Re
ndah
Kona
we
Kepu
laua
n0.
8541
22 T
ingg
iKe
pula
uan
Aru
0.52
3451
Rend
ah
Mam
uju
Teng
ah0.
4685
52 S
anga
t Re
ndah
Keta
pang
0.85
6082
Tin
ggi
Sarm
i0.
6418
1Se
dang
Punc
ak0.
4686
81 S
anga
t Re
ndah
Beng
kaya
ng0.
8568
41 T
ingg
iBo
mba
na0.
6438
93Se
dang
Kona
we
0.46
8799
San
gat
Rend
ahM
aybr
at0.
8570
94 T
ingg
iBi
ak N
umfo
r0.
6456
59Se
dang
Lampiran128 .................................
...............................................................................................................................................................
KKKM
TKTe
luk
Bint
uni
0.47
0284
San
gat
Rend
ahSa
bu R
aiju
a0.
8596
09 T
ingg
iBa
ngga
i Lau
t0.
6480
84Se
dang
Hal
mah
era
Bara
t0.
4706
27 S
anga
t Re
ndah
Mus
i Raw
as
Uta
ra0.
8602
69 T
ingg
iBu
ol0.
6488
23Se
dang
Kapu
as H
ulu
0.47
181
San
gat
Rend
ahM
orow
ali
Uta
ra0.
8606
76 T
ingg
iLa
mpu
ng
Bara
t0.
6495
44Se
dang
Buru
Sel
atan
0.47
2069
San
gat
Rend
ahBo
alem
o0.
8628
09 T
ingg
iSe
lum
a0.
6497
35Se
dang
Mor
owal
i U
tara
0.47
2133
San
gat
Rend
ahM
ahak
am
Ulu
0.86
4766
Tin
ggi
Kayo
ng U
tara
0.65
0395
Seda
ng
Sum
baw
a0.
4723
07 S
anga
t Re
ndah
Supi
ori
0.86
4935
Tin
ggi
Hal
mah
era
Tim
ur0.
6510
76Se
dang
Punc
ak Ja
ya0.
4724
99 S
anga
t Re
ndah
Nia
s Se
lata
n0.
8706
48 T
ingg
iKa
puas
Hul
u0.
6516
2Se
dang
Man
ggar
ai
Tim
ur0.
4727
96 S
anga
t Re
ndah
Don
ggal
a0.
8707
88 T
ingg
iTo
jo U
na-U
na0.
6524
64Se
dang
Ndu
ga0.
4729
65 S
anga
t Re
ndah
Sum
baw
a Ba
rat
0.87
1033
Tin
ggi
Pesis
ir Ba
rat
0.65
271
Seda
ng
Sum
ba T
enga
h0.
4732
03 S
anga
t Re
ndah
Buru
Sel
atan
0.87
1107
Tin
ggi
Keta
pang
0.65
3064
Seda
ng
Pegu
nung
an
Bint
ang
0.47
3471
San
gat
Rend
ahLa
nny
Jaya
0.87
2181
Tin
ggi
Tim
or T
enga
h U
tara
0.65
414
Seda
ng
Bang
gai
Kepu
laua
n0.
4747
77 S
anga
t Re
ndah
Mam
bera
mo
Teng
ah0.
8722
17 T
ingg
iKe
erom
0.65
4151
Seda
ng
Jene
pont
o0.
4752
87 S
anga
t Re
ndah
Jene
pont
o0.
8737
6 T
ingg
iKe
pula
uan
Men
taw
ai0.
6544
34Se
dang
129 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KKKM
TKSe
ruya
n0.
4753
68 S
anga
t Re
ndah
Buol
0.87
5297
Tin
ggi
Kona
we
0.65
4558
Seda
ng
Man
ggar
ai
Bara
t0.
4758
19 S
anga
t Re
ndah
Bom
bana
0.87
5503
Tin
ggi
Kepu
laua
n Ya
pen
0.65
4662
Seda
ng
Bove
n D
igoe
l0.
4768
93 S
anga
t Re
ndah
Man
ggar
ai
Bara
t0.
8800
09 T
ingg
iM
usi R
awas
0.65
4883
Seda
ng
Mal
uku
Bara
t D
aya
0.47
7323
San
gat
Rend
ahSe
ram
Ba
gian
Ti
mur
0.88
2047
Tin
ggi
Mer
auke
0.65
4904
Seda
ng
Lom
bok
Uta
ra0.
4777
14 S
anga
t Re
ndah
Kepu
laua
n M
enta
wai
0.88
3986
Tin
ggi
Dom
pu0.
6554
38Se
dang
Kepu
laua
n Su
la0.
4779
17 S
anga
t Re
ndah
Dei
yai
0.88
4105
Tin
ggi
Buru
0.65
5455
Seda
ng
Lam
pung
Ba
rat
0.47
9431
San
gat
Rend
ahBa
ngga
i Lau
t0.
8849
63 T
ingg
iBo
alem
o0.
6556
87Se
dang
Mel
awi
0.48
0358
San
gat
Rend
ahPu
ncak
0.88
5144
Tin
ggi
Man
ggar
ai0.
6559
25Se
dang
Kepu
laua
n Ya
pen
0.48
0568
San
gat
Rend
ahTo
li-To
li0.
8907
65 T
ingg
iSe
ram
Bag
ian
Bara
t0.
6560
32Se
dang
Nia
s Ba
rat
0.48
0913
San
gat
Rend
ahM
aluk
u Ba
rat D
aya
0.89
1257
Tin
ggi
Bang
gai
Kepu
laua
n0.
6561
86Se
dang
Asm
at0.
4812
41 S
anga
t Re
ndah
Tim
or
Teng
ah
Sela
tan
0.89
1621
Tin
ggi
Mus
i Raw
as
Uta
ra0.
6572
91Se
dang
Lom
bok
Tim
ur0.
4825
07 S
anga
t Re
ndah
Telu
k W
onda
ma
0.89
4555
Tin
ggi
Mam
uju
Teng
ah0.
6585
06Se
dang
Lampiran130 .................................
...............................................................................................................................................................
KKKM
TKM
appi
0.48
47 S
anga
t Re
ndah
Pegu
nung
an
Bint
ang
0.89
4967
Tin
ggi
Mal
uku
Teng
gara
Ba
rat
0.65
9001
Seda
ng
Gor
onta
lo
Uta
ra0.
4847
9 S
anga
t Re
ndah
Sarm
i0.
8992
77 T
ingg
iJe
nepo
nto
0.65
9574
Seda
ng
Don
ggal
a0.
4855
25 S
anga
t Re
ndah
Inta
n Ja
ya0.
9052
6 T
ingg
iD
ongg
ala
0.65
9827
Seda
ng
Mal
aka
0.48
5655
San
gat
Rend
ahN
abire
0.90
5882
Tin
ggi
Kepu
laua
n Su
la0.
6598
79Se
dang
Sera
m B
agia
n Ba
rat
0.48
6748
San
gat
Rend
ahBi
ak N
umfo
r0.
9060
71 T
ingg
iN
abire
0.66
0654
Seda
ng
Kayo
ng U
tara
0.48
8626
San
gat
Rend
ahH
alm
aher
a Se
lata
n0.
9099
68 T
ingg
iBa
ngka
lan
0.66
1178
Seda
ng
Rote
Nda
o0.
4889
83 S
anga
t Re
ndah
Pani
ai0.
9139
67 T
ingg
iM
aluk
u Te
ngah
0.66
1204
Seda
ng
Kepu
laua
n M
enta
wai
0.48
9425
San
gat
Rend
ahYa
huki
mo
0.91
4979
Tin
ggi
Mah
akam
Ulu
0.66
1435
Seda
ng
Nia
s U
tara
0.49
0227
San
gat
Rend
ahRo
te N
dao
0.92
4757
Tin
ggi
Man
ggar
ai
Tim
ur0.
6616
61Se
dang
Ende
0.49
0865
San
gat
Rend
ahTi
mor
Te
ngah
U
tara
0.92
6556
Tin
ggi
Soro
ng0.
6616
73Se
dang
Mus
i Raw
as
Uta
ra0.
4914
69 S
anga
t Re
ndah
Sint
ang
0.92
8301
Tin
ggi
Lem
bata
0.67
6082
Seda
ng
Bim
a0.
4950
2 S
anga
t Re
ndah
Man
ggar
ai0.
9289
11 T
ingg
iN
ias
Uta
ra0.
6809
65Se
dang
131 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KKKM
TKSu
mba
Bar
at
Day
a0.
4954
2 S
anga
t Re
ndah
Nia
s0.
9301
51 T
ingg
iM
aybr
at0.
6883
55Se
dang
Solo
k Se
lata
n0.
4965
39 S
anga
t Re
ndah
Lem
bata
0.93
2395
Tin
ggi
Alor
0.69
0216
Seda
ng
Man
ggar
ai0.
4980
82 S
anga
t Re
ndah
Mam
bera
mo
Raya
0.93
8286
Tin
ggi
Beng
kaya
ng0.
6934
87Se
dang
Alor
0.49
9167
San
gat
Rend
ahSi
gi0.
9390
23 T
ingg
iTa
mbr
auw
0.69
5326
Seda
ng
Sum
ba B
arat
0.50
0625
Ant
ara
Pula
u Ta
liabu
0.94
0426
Tin
ggi
Land
ak0.
8243
82Ti
nggi
Toli-
Toli
0.50
1101
Ant
ara
Telu
k Bi
ntun
i0.
9409
14 T
ingg
iPu
ncak
Jaya
0.83
0006
Ting
gi
Hal
mah
era
Sela
tan
0.50
2724
Ant
ara
Solo
k Se
lata
n0.
9430
86 T
ingg
iSo
rong
Se
lata
n0.
8590
08Ti
nggi
Sum
ba T
imur
0.50
3042
Ant
ara
Bove
n D
igoe
l0.
9469
8 T
ingg
iPa
ndeg
lang
0.86
2775
Ting
gi
Beng
kaya
ng0.
5036
61 A
ntar
aKa
puas
Hul
u0.
9491
41 T
ingg
iSi
ntan
g0.
9700
65Ti
nggi
Bom
bana
0.50
3954
Ant
ara
Hal
mah
era
Tim
ur0.
9515
48 T
ingg
iPo
huw
ato
0.97
649
Ting
gi
Mer
auke
0.50
6065
Ant
ara
Tam
brau
w0.
9515
87 T
ingg
iN
unuk
an0.
9775
45Ti
nggi
Nia
s0.
5118
28 R
enda
hN
ias
Uta
ra0.
9516
22 T
ingg
iLo
mbo
k Ba
rat
0.98
3915
Ting
gi
Land
ak0.
5164
85Re
ndah
Sum
ba B
arat
D
aya
0.95
2445
Tin
ggi
Lom
bok
Teng
ah0.
9860
87Ti
nggi
Hul
u Su
ngai
U
tara
0.51
7892
Ren
dah
Ende
0.95
3943
Tin
ggi
Mel
awi
0.98
71Ti
nggi
Soro
ng0.
5194
78 R
enda
hKe
pula
uan
Yape
n0.
9549
26 T
ingg
iLo
mbo
k Ti
mur
0.98
8355
Ting
gi
Lampiran132 .................................
...............................................................................................................................................................
KKKM
TKD
ompu
0.51
9577
Ren
dah
Ndu
ga0.
9566
Tin
ggi
Pole
wal
i M
anda
r0.
9888
73Ti
nggi
Boal
emo
0.51
9734
Ren
dah
Punc
ak Ja
ya0.
9633
06 T
ingg
iPa
rigi
Mou
tong
0.98
922
Ting
gi
Pasa
man
Bar
at0.
5204
94 R
enda
hAs
mat
0.96
4654
Tin
ggi
Man
ggar
ai
Bara
t0.
9900
82Ti
nggi
Pole
wal
i M
anda
r0.
5227
89 R
enda
hSu
mba
Ti
mur
0.96
5136
Tin
ggi
Ende
0.99
0939
Ting
gi
Belu
0.52
8027
Ren
dah
Sum
ba
Teng
ah0.
9661
47 T
ingg
iSo
lok
Sela
tan
0.99
18Ti
nggi
Sint
ang
0.52
985
Ren
dah
Kupa
ng0.
9676
56 T
ingg
iBi
ma
0.99
2758
Ting
gi
Kupa
ng0.
5305
09 R
enda
hN
agek
eo0.
9695
92 T
ingg
iLo
mbo
k U
tara
0.99
2862
Ting
gi
Parig
i M
outo
ng0.
5316
23 R
enda
hRa
ja A
mpa
t0.
9787
14 T
ingg
iSu
mba
wa
Bara
t0.
9928
7Ti
nggi
Lom
bok
Teng
ah0.
5345
67 R
enda
hBe
lu0.
9795
34 T
ingg
iSu
mba
wa
0.99
3192
Ting
gi
Sam
bas
0.53
533
Ren
dah
Mal
uku
Teng
gara
Ba
rat
0.98
0023
Tin
ggi
Pasa
man
Ba
rat
0.99
4456
Ting
gi
Sum
baw
a Ba
rat
0.53
8841
Ren
dah
Dog
iyai
0.98
0312
Tin
ggi
Sam
pang
0.99
4683
Ting
gi
Pohu
wat
o0.
5448
87 R
enda
hYa
limo
0.98
3008
Tin
ggi
Hul
u Su
ngai
U
tara
0.99
4999
Ting
gi
133 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KKKM
TKSi
tubo
ndo
0.54
7569
Ren
dah
War
open
0.98
3093
Tin
ggi
Tim
or T
enga
h Se
lata
n0.
9961
23Ti
nggi
Hal
mah
era
Tim
ur0.
5544
05 R
enda
hH
alm
aher
a Ba
rat
0.98
3617
Tin
ggi
Sigi
0.99
6215
Ting
gi
Nun
ukan
0.56
6563
Ren
dah
Mal
aka
0.98
4404
Tin
ggi
Leba
k0.
9964
31Ti
nggi
Keta
pang
0.57
0202
Ren
dah
Alor
0.98
6238
Tin
ggi
Seru
yan
0.99
6781
Ting
gi
Nia
s Se
lata
n0.
5712
83 R
enda
hN
ias
Bara
t0.
9885
97 T
ingg
iSi
tubo
ndo
0.99
6996
Ting
gi
Bond
owos
o0.
5716
61 R
enda
hM
appi
0.98
8672
Tin
ggi
Bond
owos
o0.
9972
01Ti
nggi
Lom
bok
Bara
t0.
5952
99 R
enda
hSo
rong
Se
lata
n0.
9888
99 T
ingg
iTo
li-To
li0.
9991
08Ti
nggi
Mus
i Raw
as0.
5955
17 R
enda
hPa
rigi
Mou
tong
0.99
1181
Tin
ggi
Aceh
Sin
gkil
0.99
9274
Ting
gi
Sum
ber:
Has
il An
alisi
s Ti
m P
enyu
sun
Lampiran134 .................................
...............................................................................................................................................................
Gra
fik 1
0. C
apai
an IK
KDTI
0.94
111
0.72
4795
0.55
9341
0.67
1139
0.67
3284
0.65
9727
0.45
741
0.70
7313
0.67
4928
0.91
3532
0.67
9739
0.67
1542
0.91
6519
0.55
8435
0.67
2442
0.65
3965
0.56
987
0.55
1855
0.31
1098
0.63
7543
0.68
2095
0.95
3993
0.43
6207
0.56
5226
0.55
7375
0.69
223
0.93
2816
0.30
4307
0.52
7516
0.68
1726
0.68
7134
0.66
3569
0.66
1557
0.56
9592
0.68
0199
0.67
8675
0.69
0962
0.67
9778
0.66
9878
0.43
7704
0.45
07
0
0.2
0.4
0.6
0.81
1.2
Aceh SingkilAlor
AsmatBanggai Kepulauan
Banggai LautBangkalan
BeluBengkayangBiak Numfor
BimaBoalemoBombana
BondowosoBoven Digoel
BuolBuru
Buru SelatanDeiyai
DogiyaiDompu
DonggalaEnde
Gorontalo UtaraHalmahera Barat
Halmahera SelatanHalmahera Timur
Hulu Sungai UtaraIntan Jaya
JayawijayaJeneponto
Kapuas HuluKayong Utara
KeeromKepulauan Aru
Kepulauan MentawaiKepulauan Sula
Kepulauan YapenKetapang
KonaweKonawe Kepulauan
Kupang
IKKD
TI 2
016
IKKD
TI 2
016
135 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
0.65
2449
0.79
4967
0.29
8333
0.90
8302
0.70
1777
0.91
4653
0.91
2316
0.91
7304
0.92
7272
0.67
9611
0.32
5112
0.29
4641
0.62
5976
0.69
7312
0.55
4776
0.30
3161
0.67
1348
0.68
8955
0.94
0779
0.67
352
0.56
4716
0.69
3683
0.92
7562
0.66
1447
0.19
8952
0.67
953
0.67
8833
0.68
6732
0.45
4783
0.32
1559
0.56
2637
0.32
4625
0.44
6915
0.71
1581
0.92
2414
0.78
8878
0.55
7104
0.96
1035
0.93
3753
0.54
7982
0.66
5499
0
0.2
0.4
0.6
0.81
1.2
Lampung BaratLandak
Lanny JayaLebak
LembataLombok Barat
Lombok TengahLombok TimurLombok UtaraMahakam Ulu
MalakaMaluku Barat Daya
Maluku TengahMaluku Tenggara Barat
Mamberamo RayaMamberamo Tengah
Mamuju TengahManggarai
Manggarai BaratManggarai Timur
MappiMaybrat
MelawiMerauke
Morowali UtaraMusi Rawas
Musi Rawas UtaraNabire
NagekeoNduga
NiasNias Barat
Nias SelatanNias Utara
NunukanPandeglang
PaniaiParigi MoutongPasaman Barat
Pegunungan BintangPesisir Barat
IKKD
TI 2
016
IKKD
TI 2
016
Gra
fik 1
1.
Lampiran136 .................................
...............................................................................................................................................................
0.92
4907
0.89
1674
0.53
015
0.55
6895
0.55
1842
0.82
8673
0.56
4482
0.44
6493
0.43
2587
0.41
928
0.86
1482
0.66
8076
0.63
2399
0.66
2246
0.30
2194
0.94
103
0.95
303
0.93
6097
0.88
0448
0.95
3313
0.68
1546
0.85
2236
0.43
8149
0.45
5632
0.45
6358
0.42
9114
0.84
6092
0.94
5471
0.54
7981
0.71
6764
0.55
7865
0.44
5082
0.94
6603
0.68
3904
0.66
9496
0.53
5686
0.95
1089
0.56
4869
0.55
6681
0.41
8377
0
0.2
0.4
0.6
0.81
1.2
PohuwatoPolewali Mandar
Pulau MorotaiPulau Taliabu
PuncakPuncak JayaRaja AmpatRote Ndao
Sabu RaijuaSambas
SampangSarmi
SelumaSeram Bagian Barat
Seram Bagian TimurSeruyan
SigiSintang
SitubondoSolok Selatan
SorongSorong Selatan
Sumba BaratSumba Barat Daya
Sumba TengahSumba Timur
SumbawaSumbawa Barat
SupioriTambrauw
Teluk BintuniTeluk Wondama
Timor Tengah SelatanTimor Tengah Utara
Tojo Una-UnaTolikaraToli-Toli
WaropenYahukimo
Yalimo
IKKD
TI 2
016
IKKD
TI 2
016
Gra
fik 1
2
137 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Tabe
l 2..
Cap
aian
IKKD
TI 2
016
No
Kabu
pate
nIK
KDTI
Kate
gori
Keta
hana
nN
oKa
bupa
ten
IKKD
TI
Kate
gori
Keta
hana
n1
Mor
owal
i Uta
ra0.
1989
52Sa
ngat
rend
ah62
Bang
gai
Kepu
laua
n0.
6711
39se
dang
2M
aluk
u Ba
rat
Day
a0.
2946
41Sa
ngat
rend
ah63
Mam
uju
Teng
ah0.
6713
48se
dang
3La
nny
Jaya
0.29
8333
Sang
at re
ndah
64Bo
mba
na0.
6715
42se
dang
4Se
ram
Bag
ian
Tim
ur0.
3021
94Sa
ngat
rend
ah65
Buol
0.67
2442
seda
ng
5M
ambe
ram
o Te
ngah
0.30
3161
Sang
at re
ndah
66Ba
ngga
i Lau
t0.
6732
84se
dang
6In
tan
Jaya
0.30
4307
Sang
at re
ndah
67M
angg
arai
Ti
mur
0.67
352
seda
ng
7D
ogiy
ai0.
3110
98Sa
ngat
rend
ah68
Biak
Num
for
0.67
4928
seda
ng
8N
duga
0.32
1559
Sang
at re
ndah
69Ke
pula
uan
Sula
0.67
8675
seda
ng
9N
ias
Bara
t0.
3246
25Sa
ngat
rend
ah70
Mus
i Raw
as
Uta
ra0.
6788
33se
dang
10M
alak
a0.
3251
12Sa
ngat
rend
ah71
Mus
i Raw
as0.
6795
3se
dang
11Ya
limo
0.41
8377
Sang
at re
ndah
72M
ahak
am U
lu0.
6796
11se
dang
12Sa
mba
s0.
4192
8Sa
ngat
rend
ah73
Boal
emo
0.67
9739
seda
ng
13Su
mba
Tim
ur0.
4291
14Sa
ngat
rend
ah74
Keta
pang
0.67
9778
seda
ng
14Sa
bu R
aiju
a0.
4325
87Sa
ngat
rend
ah75
Kepu
laua
n M
enta
wai
0.68
0199
seda
ng
15G
oron
talo
Uta
ra0.
4362
07Sa
ngat
rend
ah76
Soro
ng0.
6815
46se
dang
Lampiran138 .................................
...............................................................................................................................................................
No
Kabu
pate
nIK
KDTI
Kate
gori
Keta
hana
nN
oKa
bupa
ten
IKKD
TI
Kate
gori
Keta
hana
n16
Kona
we
Kepu
laua
n0.
4377
04Sa
ngat
rend
ah77
Jene
pont
o0.
6817
26se
dang
17Su
mba
Bar
at0.
4381
49Sa
ngat
rend
ah78
Don
ggal
a0.
6820
95se
dang
18Te
luk
Won
dam
a0.
4450
82Sa
ngat
rend
ah79
Tim
or T
enga
h U
tara
0.68
3904
seda
ng
19Ro
te N
dao
0.44
6493
Sang
at re
ndah
80N
abire
0.68
6732
seda
ng
20N
ias
Sela
tan
0.44
6915
Sang
at re
ndah
81Ka
puas
Hul
u0.
6871
34se
dang
21Ku
pang
0.45
07Sa
ngat
rend
ah82
Man
ggar
ai0.
6889
55se
dang
22N
agek
eo0.
4547
83Sa
ngat
rend
ah83
Kepu
laua
n Ya
pen
0.69
0962
seda
ng
23Su
mba
Bar
at
Day
a0.
4556
32Sa
ngat
rend
ah84
Hal
mah
era
Tim
ur0.
6922
3se
dang
24Su
mba
Ten
gah
0.45
6358
Sang
at re
ndah
85M
aybr
at0.
6936
83se
dang
25Be
lu0.
4574
1Sa
ngat
rend
ah86
Mal
uku
Teng
gara
Bar
at0.
6973
12se
dang
26Ja
yaw
ijaya
0.52
7516
Rend
ah87
Lem
bata
0.70
1777
seda
ng
27Pu
lau
Mor
otai
0.53
015
Rend
ah88
Beng
kaya
ng0.
7073
13se
dang
28To
likar
a0.
5356
86Re
ndah
89N
ias
Uta
ra0.
7115
81se
dang
29Su
pior
i0.
5479
81Re
ndah
90Ta
mbr
auw
0.71
6764
seda
ng
30Pe
gunu
ngan
Bi
ntan
g0.
5479
82Re
ndah
91Al
or0.
7247
95se
dang
31Pu
ncak
0.55
1842
Rend
ah92
Pand
egla
ng0.
7888
78tin
ggi
32D
eiya
i0.
5518
55Re
ndah
93La
ndak
0.79
4967
tingg
i
139 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
No
Kabu
pate
nIK
KDTI
Kate
gori
Keta
hana
nN
oKa
bupa
ten
IKKD
TI
Kate
gori
Keta
hana
n33
Mam
bera
mo
Raya
0.55
4776
Rend
ah94
Punc
ak Ja
ya0.
8286
73tin
ggi
34Ya
huki
mo
0.55
6681
Rend
ah95
Sum
baw
a0.
8460
92tin
ggi
35Pu
lau
Talia
bu0.
5568
95Re
ndah
96So
rong
Sel
atan
0.85
2236
tingg
i
36Pa
niai
0.55
7104
Rend
ah97
Sam
pang
0.86
1482
tingg
i
37H
alm
aher
a Se
lata
n0.
5573
75Re
ndah
98Si
tubo
ndo
0.88
0448
tingg
i
38Te
luk
Bint
uni
0.55
7865
Rend
ah99
Pole
wal
i Man
dar
0.89
1674
tingg
i
39Bo
ven
Dig
oel
0.55
8435
Rend
ah10
0Le
bak
0.90
8302
tingg
i
40As
mat
0.55
9341
Rend
ah10
1Lo
mbo
k Te
ngah
0.91
2316
tingg
i
41N
ias
0.56
2637
Rend
ah10
2Bi
ma
0.91
3532
tingg
i
42Ra
ja A
mpa
t0.
5644
82Re
ndah
103
Lom
bok
Bara
t0.
9146
53tin
ggi
43M
appi
0.56
4716
Rend
ah10
4Bo
ndow
oso
0.91
6519
tingg
i
44W
arop
en0.
5648
69Re
ndah
105
Lom
bok
Tim
ur0.
9173
04tin
ggi
45H
alm
aher
a Ba
rat
0.56
5226
Rend
ah10
6N
unuk
an0.
9224
14tin
ggi
46Ke
pula
uan
Aru
0.56
9592
Rend
ah10
7Po
huw
ato
0.92
4907
tingg
i
47Bu
ru S
elat
an0.
5698
7Re
ndah
108
Lom
bok
Uta
ra0.
9272
72tin
ggi
48M
aluk
u Te
ngah
0.62
5976
Seda
ng10
9M
elaw
i0.
9275
62tin
ggi
49Se
lum
a0.
6323
99Se
dang
110
Hul
u Su
ngai
U
tara
0.93
2816
tingg
i
50D
ompu
0.63
7543
seda
ng11
1Pa
sam
an B
arat
0.93
3753
tingg
i
Lampiran140 .................................
...............................................................................................................................................................
No
Kabu
pate
nIK
KDTI
Kate
gori
Keta
hana
nN
oKa
bupa
ten
IKKD
TI
Kate
gori
Keta
hana
n51
Lam
pung
Bar
at0.
6524
49se
dang
112
Sint
ang
0.93
6097
tingg
i
52Bu
ru0.
6539
65se
dang
113
Man
ggar
ai B
arat
0.94
0779
tingg
i
53Ba
ngka
lan
0.65
9727
seda
ng11
4Se
ruya
n0.
9410
3tin
ggi
54M
erau
ke0.
6614
47se
dang
115
Aceh
Sin
gkil
0.94
111
tingg
i
55Ke
erom
0.66
1557
seda
ng11
6Su
mba
wa
Bara
t0.
9454
71tin
ggi
56Se
ram
Bag
ian
Bara
t0.
6622
46se
dang
117
Tim
or T
enga
h Se
lata
n0.
9466
03tin
ggi
57Ka
yong
Uta
ra0.
6635
69se
dang
118
Toli-
Toli
0.95
1089
tingg
i
58Pe
sisir
Bara
t0.
6654
99se
dang
119
Sigi
0.95
303
tingg
i
59Sa
rmi
0.66
8076
seda
ng12
0So
lok
Sela
tan
0.95
3313
tingg
i
60To
jo U
na-U
na0.
6694
96se
dang
121
Ende
0.95
3993
tingg
i
61Ko
naw
e0.
6698
78se
dang
122
Parig
i Mou
tong
0.96
1035
tingg
i
Sum
ber:
Has
il An
alisi
s Ti
m P
enyu
sun
141 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Tabe
l 3. F
orm
ulas
i Asp
ek, V
aria
bel,
dan
Indi
kato
rA
SPEK
VARI
ABE
LIN
DIK
ATO
R
TATA
KEL
OLA
1.
Mek
anism
e Pe
nceg
ahan
Inkl
usif
1.
Ada
tidak
nya
prog
ram
ceg
ah k
onfli
k da
n pr
omos
i per
dam
aian
dal
am R
PJM
D
2.
Ada
tidak
nya
kera
ngka
ear
ly w
arni
ng s
yste
m/
CPF
3.
Ada
tidak
nya
Perd
a te
rkai
t pen
cega
han
konfl
ik
dan
prom
osi p
erda
mai
an
2.
Pros
es K
elol
a ce
gah
konfl
ik n
ir-ke
kera
san
4.
Ada
tidak
nya
pert
emua
n Fo
rkom
inda
terk
ait
isu k
onfli
k
3.
Insti
tusi
dala
m p
ence
gaha
n ko
nflik
5.
Ke
bera
daan
FKP
M d
i dae
rah
6.
Ada
tida
knya
lem
baga
khu
sus
reso
lusi
kon
flik
dan
cega
h ko
nflik
dal
am s
truk
tur P
emda
Lampiran142 .................................
...............................................................................................................................................................
ASP
EKVA
RIA
BEL
IND
IKAT
OR
KAPA
SITA
S KE
LEM
BAG
AAN
4.
Kual
itas
Pela
yana
n pu
blik
das
ar
7.
Angk
a Pa
rtisip
asi M
urni
di ti
ngka
t sek
olah
das
ar
8.
Angk
a Ke
mati
an B
ayi
9.
Frek
uens
i kas
us k
orup
si p
ejab
at d
aera
h ya
ng
mas
uk k
e pe
ngad
ilan
5.
Kebi
jaka
n pe
mer
inta
h da
erah
yan
g pe
ka k
onfli
k 10
. Fr
ekue
nsi k
ejad
ian
atau
kas
us k
onfli
k ke
kera
san
yang
dila
kuka
n m
asya
raka
t mer
espo
n ke
bija
kan
pem
erin
tah
daer
ah
11.
Frek
uens
i kej
adia
n/ka
sus
keke
rasa
n ya
ng d
ilaku
kan
Satp
ol P
P da
lam
men
gam
anka
n ke
bija
kan/
perd
a
6.
Kine
rja le
mba
ga p
eneg
ak h
ukum
da
n Ke
amaa
n 12
. Ju
mla
h ka
sus
konfl
ik k
eker
asan
ant
ar-m
asya
raka
t m
eres
pon
kepu
tusa
n pe
ngad
ilan
13.
Frek
uens
i kas
us k
orup
si le
mba
ga p
eneg
ak h
ukum
da
erah
yan
g m
asuk
ke
peng
adila
n
14.
Frek
uens
i pen
ggun
aan
keke
rasa
n ol
eh k
epol
isian
da
lam
men
anga
ni d
emon
stra
si m
asya
raka
t
15.
Ada
tidak
nya
kasu
s ko
nflik
kek
eras
an y
ang
mel
ibat
kan
pers
onel
TN
I dan
pol
isi
7.
Repr
esen
tasi
politi
k m
asya
raka
t 16
. Ti
ngka
t par
tisip
asi m
asya
raka
t dal
am p
emilu
le
gisla
tive
17.
Rasio
ang
gota
DPR
D p
erem
puan
di d
aera
h
18.
Frek
uens
i kas
us a
tau
konfl
ik k
eker
asan
mas
yara
kat
dipi
cu k
eput
usan
pen
yele
ngga
ra p
emilu
legi
slatif
da
n pi
lkad
al
8.
Kapa
sitas
eko
nom
i dae
rah
19.
Rasio
PAD
terh
adap
pen
dapa
tan
daer
ah d
alam
AP
BD
20.
Ting
kat p
ertu
mbu
han
ekon
omi d
aera
h
21.
Ting
kat P
DRB
dae
rah
143 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
ASP
EKVA
RIA
BEL
IND
IKAT
OR
KETA
HAN
AN M
ASYA
RAKA
T9.
D
inam
ika
mas
yara
kat s
ipil
22.
Frek
uens
i kon
flik
keke
rasa
n an
tar-
ORM
AS
23.
Frek
uens
i kon
flik
keke
rasa
n an
tar m
asya
raka
t
24.
Jum
lah
foru
m li
ntas
kom
unita
s
25.
Frek
uens
i kon
flik
keke
rasa
n an
tar-
kelo
mpo
k m
asya
raka
t di d
aera
h te
rkai
t aks
es s
umbe
rday
a
10. L
ivel
ihoo
d 26
. Ti
ngka
t Pen
gang
gura
n Te
rbuk
a (T
PT) d
i da
erah
27.
Ada
tida
knya
pro
tes
kelo
mpo
k m
asya
raka
t te
rhad
ap p
elak
sana
an p
rogr
am
pem
erin
taht
erka
it pe
mbe
rday
aan
ekon
omi
11. P
endi
dika
n da
n Bu
daya
unt
uk
cega
h ko
nflik
dan
pro
mos
i pe
rdaa
ian
28.
Frek
uens
i per
kela
hian
/taw
uran
ant
ar- p
elaj
ar/
mah
asisw
a di
dae
rah
29.
Ada
tidak
nya
prak
tik b
uday
a lo
kal u
ntuk
pe
nceg
ahan
kon
flik
dan
prom
osi p
erda
mai
an
Sum
ber:
Has
il An
alisi
s Ti
m P
enyu
sun
Lampiran144 .................................
...............................................................................................................................................................
Tabe
l 4. B
obot
Var
iabe
l dan
Asp
ek IK
KDTI
KABU
PATE
NTK
1TK
2TK
3TK
KK1
KK2
KK3
KK4
KK5
KKKM
1KM
2KM
3KM
Aceh
Sin
gkil
11
0.42
3077
0.99
9274
0.90
1964
0.76
4816
10.
7223
560.
1336
320.
4413
260.
9578
270.
8366
950.
7578
90.
8500
9
Alor
10
00.
6902
160.
9352
461
10.
7307
710.
2001
840.
4991
670.
9991
980.
9166
051
0.98
6238
Asm
at0.
2075
471
0.42
3077
0.48
4065
0.59
7363
11
0.79
9461
0.11
2331
0.48
1241
0.91
6095
0.98
7688
10.
9646
54
Bang
gai
Kepu
laua
n0.
4716
981
0.57
6923
0.65
6186
0.89
4178
11
0.71
851
0.13
2106
0.47
4777
0.99
9288
0.36
2223
0.83
3333
0.82
3379
Bang
gai L
aut
0.47
1698
11
0.64
8084
0.84
1127
10.
9375
360.
7249
490.
1026
040.
4555
30.
9994
680.
2876
551
0.88
4963
Bang
kala
n0.
4716
981
0.57
6923
0.66
1178
0.85
6253
0.84
6258
0.23
9785
0.74
4043
0.53
5553
0.46
0631
0.60
9388
0.29
7644
10.
7314
72
Belu
0.47
1698
00
0.34
6784
0.90
8035
10.
9863
010.
7305
830.
2949
210.
5280
270.
9992
880.
8747
921
0.97
9534
Beng
kaya
ng0.
5283
021
10.
6934
870.
9215
321
10.
7073
630.
2252
180.
5036
610.
9071
750.
3408
521
0.85
6841
Biak
Num
for
0.47
1698
11
0.64
5659
0.72
6743
10.
9375
360.
6357
260.
1569
20.
4591
170.
8586
960.
7658
441
0.90
6071
Bim
a 1
10.
5769
230.
9927
580.
9228
920.
6925
170.
8758
450.
7102
550.
3985
180.
4950
20.
7499
80.
3285
40.
7578
90.
6855
36
Boal
emo
0.47
1698
11
0.65
5687
0.84
7829
11
0.82
4711
0.21
6901
0.51
9734
0.93
5652
0.30
7633
10.
8628
09
Bom
bana
0.47
1698
11
0.64
3893
0.83
833
11
0.68
0929
0.23
8975
0.50
3954
0.94
2339
0.36
9889
10.
8755
03
Bond
owos
o1
10.
5769
230.
9972
010.
8124
561
10.
7056
890.
4324
710.
5716
610.
9161
860.
3736
060.
5157
790.
6520
68
Bove
n D
igoe
l0.
2075
471
0.42
3077
0.48
6805
0.76
1857
11
0.62
6144
0.18
3486
0.47
6893
0.91
6095
0.87
8044
10.
9469
8
Buol
0.47
1698
10.
5769
230.
6488
230.
8953
090.
7648
160.
9238
370.
7973
870.
1841
420.
4571
150.
9577
370.
3306
311
0.87
5297
Buru
0.47
1698
11
0.65
5455
0.82
1235
0.61
1074
0.87
5845
0.77
7141
0.12
7791
0.40
4595
0.64
4944
0.29
6715
10.
7454
6
Buru
Sel
atan
0.73
5849
00.
5769
230.
5170
940.
6262
091
0.98
6301
0.85
8317
0.06
2871
0.47
2069
0.99
9559
0.20
1473
10.
8711
07
Dei
yai
0.20
7547
11
0.49
2349
0.60
1122
11
0.80
6818
0.04
5022
0.46
0249
0.99
9288
0.28
2777
10.
8841
05
Dog
iyai
0.20
7547
00.
4230
770.
1641
10.
6361
091
0.98
6301
0.83
9015
0.05
6177
0.46
6769
0.95
7737
0.98
2113
10.
9803
12
Dom
pu0.
4716
981
00.
6554
380.
9423
220.
8462
581
0.73
4858
0.32
8762
0.51
9577
0.53
6229
0.29
6251
0.75
789
0.59
5341
145 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NTK
1TK
2TK
3TK
KK1
KK2
KK3
KK4
KK5
KKKM
1KM
2KM
3KM
Don
ggal
a0.
4716
981
10.
6598
270.
8115
550.
8462
580.
8758
450.
6765
920.
3174
70.
4855
250.
9421
590.
3410
841
0.87
0788
Ende
11
0.57
6923
0.99
0939
0.89
0679
10.
8895
440.
6799
550.
2564
090.
4908
650.
9161
860.
9210
191
0.95
3943
Gor
onta
lo
Uta
ra0.
4716
980
0.42
3077
0.35
3476
0.78
7954
10.
9863
010.
7688
690.
1450
270.
4847
90.
8587
860.
2834
741
0.82
8352
Hal
mah
era
Bara
t0.
2075
471
00.
4886
360.
8448
891
0.92
3837
0.80
1208
0.11
8352
0.47
0627
0.99
9198
0.90
0344
10.
9836
17
Hal
mah
era
Sela
tan
0.20
7547
10
0.49
083
0.82
1726
10.
9863
010.
7015
550.
2322
320.
5027
240.
8329
930.
8534
21
0.90
9968
Hal
mah
era
Tim
ur0.
4716
981
00.
6510
760.
8642
811
10.
7133
950.
3763
330.
5544
050.
9160
950.
9063
841
0.95
1548
Hul
u Su
ngai
U
tara
11
10.
9949
990.
8518
731
10.
7614
170.
2421
110.
5178
920.
7340
420.
3417
811
0.78
8151
Inta
n Ja
ya0.
2075
470
10.
1728
240.
7234
891
0.87
5845
0.80
6818
0.04
0209
0.43
7672
0.99
9378
0.41
3793
10.
9052
6
Jaya
wija
ya0.
2075
471
10.
4867
240.
7532
10.
7648
160.
9375
360.
8926
550.
1143
390.
4517
120.
6666
980.
9986
060.
7578
90.
7604
33
Jene
pont
o0.
4716
981
10.
6595
740.
8636
131
0.67
7274
0.75
8906
0.27
9647
0.47
5287
0.95
7827
0.32
0874
10.
8737
6
Kapu
as H
ulu
0.47
1698
10.
5769
230.
6516
20.
8860
70.
8462
580.
8895
440.
7667
980.
2248
990.
4718
10.
9002
470.
9305
431
0.94
9141
Kayo
ng U
tara
0.47
1698
10
0.65
0395
0.76
1306
11
0.70
4179
0.18
1123
0.48
8626
0.95
123
0.32
6217
0.83
3333
0.79
8466
Keer
om0.
4716
981
10.
6541
510.
6457
421
10.
7275
270.
1063
70.
4677
450.
7118
660.
3164
61
0.77
5252
Kepu
laua
n Ar
u0.
2641
511
00.
5234
510.
6528
31
0.88
9544
0.65
0057
0.14
7423
0.45
0172
0.90
0247
0.29
3231
10.
8464
1
Kepu
laua
n M
enta
wai
0.47
1698
10.
5769
230.
6544
340.
9202
321
10.
6433
640.
2131
490.
4894
250.
9576
470.
3847
561
0.88
3986
Kepu
laua
n Su
la0.
4716
981
00.
6598
790.
8108
851
10.
6304
0.18
4523
0.47
7917
0.90
0157
0.32
6681
10.
8517
66
Kepu
laua
n Ya
pen
0.47
1698
10.
4230
770.
6546
620.
7244
621
0.98
6301
0.79
7307
0.11
8366
0.48
0568
0.95
7647
0.82
4848
10.
9549
26
Keta
pang
0.47
1698
11
0.65
3064
0.66
1684
11
0.71
6096
0.42
2977
0.57
0202
0.91
6095
0.31
4137
10.
8560
82
Kona
we
0.47
1698
11
0.65
4558
0.84
188
0.84
6258
0.87
5845
0.82
4665
0.19
4626
0.46
8799
0.90
0337
0.16
5235
10.
8258
14
Lampiran146 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NTK
1TK
2TK
3TK
KK1
KK2
KK3
KK4
KK5
KKKM
1KM
2KM
3KM
Kona
we
Kepu
laua
n0.
4716
980
0.42
3077
0.35
2633
0.86
3739
10.
9863
010.
7388
280.
0674
130.
4544
090.
9003
370.
3408
521
0.85
4122
Kupa
ng0.
4716
980
0.57
6923
0.34
038
0.88
4652
11
0.73
9723
0.29
0974
0.53
0509
0.95
7737
0.90
3596
10.
9676
56
Lam
pung
Ba
rat
0.47
1698
10.
5769
230.
6495
440.
9406
841
0.88
9544
0.69
8283
0.21
2778
0.47
9431
0.87
4544
0.33
1327
0.75
789
0.73
5514
Land
ak0.
7358
491
10.
8243
820.
8409
220.
8462
581
0.81
6053
0.27
9856
0.51
6485
0.68
6496
0.27
906
10.
7591
36
Lann
y Ja
ya0.
2075
470
10.
1694
220.
6770
71
0.98
6301
0.85
8333
0.04
9852
0.46
7783
0.91
6186
0.41
3793
10.
8721
81
Leba
k1
10.
5769
230.
9964
310.
7804
030.
2221
490.
2354
490.
7205
520.
4573
080.
3386
190.
8428
470.
1643
050.
7578
90.
6959
87
Lem
bata
10
00.
6760
820.
9186
630.
7648
160.
9863
010.
6800
70.
1647
730.
4424
880.
8586
960.
9291
491
0.93
2395
Lom
bok
Bara
t1
10.
5769
230.
9839
150.
8835
331
10.
7090
80.
5025
810.
5952
990.
7755
930.
3357
410.
7578
90.
6968
81
Lom
bok
Teng
ah1
10.
5769
230.
9860
870.
8934
811
0.77
9955
0.67
1361
0.44
9516
0.53
4567
0.83
3353
0.18
3354
0.75
789
0.69
5283
Lom
bok
Tim
ur1
10.
5769
230.
9883
550.
8126
910.
6925
170.
7653
890.
6789
850.
4324
480.
4825
070.
6511
190.
2254
10.
7364
2
Lom
bok
Uta
ra1
10.
5769
230.
9928
620.
7488
040.
8462
580.
8014
290.
6677
560.
3362
570.
4777
140.
7025
250.
3652
431
0.77
9401
Mah
akam
Ulu
0.47
1698
11
0.66
1435
0.71
5836
10.
8895
440.
7706
720.
0598
30.
4406
560.
9417
980.
3046
131
0.86
4766
Mal
aka
0.20
7547
00
0.17
973
0.85
1345
11
0.72
4143
0.16
2388
0.48
5655
0.99
9198
0.90
5223
10.
9844
04
Mal
uku
Bara
t D
aya
0.20
7547
00
0.16
0097
0.84
7165
11
0.77
2012
0.11
3795
0.47
7323
0.99
9288
0.32
7146
10.
8912
57
Mal
uku
Teng
ah0.
4716
981
10.
6612
040.
6953
091
0.87
5845
0.70
4059
0.13
7275
0.45
3171
0.41
748
0.11
7614
0.75
789
0.51
933
Mal
uku
Teng
gara
Ba
rat
0.47
1698
10.
5769
230.
6590
010.
5651
191
0.98
6301
0.69
4386
0.12
0764
0.46
4857
0.99
9198
0.87
8044
10.
9800
23
Mam
bera
mo
Raya
0.20
7547
10.
4230
770.
4866
430.
5896
751
10.
6717
70.
0556
440.
4420
970.
8744
540.
9268
261
0.93
8286
Mam
bera
mo
Teng
ah0.
2075
470
10.
1757
380.
5010
271
0.98
6301
0.87
1212
0.03
832
0.46
6049
0.91
6276
0.41
3793
10.
8722
17
147 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NTK
1TK
2TK
3TK
KK1
KK2
KK3
KK4
KK5
KKKM
1KM
2KM
3KM
Mam
uju
Teng
ah0.
4716
981
10.
6585
060.
9036
651
10.
7808
170.
0828
830.
4685
520.
8014
760.
3459
621
0.81
5637
Man
ggar
ai0.
4716
981
00.
6559
250.
9163
881
0.88
9544
0.69
3687
0.27
1635
0.49
8082
0.85
8786
0.90
7313
10.
9289
11
Man
ggar
ai
Bara
t1
10
0.99
0082
0.87
9309
10.
9863
010.
6027
640.
1986
360.
4758
190.
9580
970.
3589
711
0.88
0009
Man
ggar
ai
Tim
ur0.
4716
981
00.
6616
610.
8127
261
0.98
6301
0.68
8198
0.14
7877
0.47
2796
0.78
5627
0.36
3152
10.
8121
07
Map
pi0.
2075
471
0.42
3077
0.48
5845
0.63
7128
11
0.81
5835
0.11
4862
0.48
470.
9991
980.
9317
051
0.98
8672
May
brat
0.52
8302
10.
4230
770.
6883
550.
8555
310.
4573
330.
8014
290.
8048
860.
0507
120.
3484
720.
9160
050.
3206
421
0.85
7094
Mel
awi
11
10.
9871
0.83
962
0.84
6258
10.
7376
890.
2083
210.
4803
580.
7854
470.
3434
071
0.80
8852
Mer
auke
0.47
1698
10.
4230
770.
6549
040.
7551
111
0.87
5845
0.63
702
0.33
0482
0.50
6065
0.70
8519
0.20
2867
10.
7556
11
Mor
owal
i U
tara
00
00.
0440
980.
8997
230.
8462
580.
8758
450.
7913
150.
2209
780.
4721
330.
9002
470.
3817
361
0.86
0676
Mus
i Raw
as0.
4716
981
0.57
6923
0.65
4883
0.87
211
11
0.79
767
0.46
0125
0.59
5517
0.84
2937
0.36
6404
10.
8354
18
Mus
i Raw
as
Uta
ra0.
4716
981
0.57
6923
0.65
7291
0.77
282
11
0.79
767
0.14
4252
0.49
1469
0.67
6732
0.93
0543
10.
8602
69
Nab
ire0.
4716
981
10.
6606
540.
7449
511
0.87
5845
0.76
0795
0.13
3928
0.46
1164
0.85
8786
0.76
445
10.
9058
82
Nag
ekeo
0.47
1698
00
0.35
205
0.78
2961
0.76
4816
10.
6862
70.
1619
940.
4448
830.
9418
880.
9547
021
0.96
9592
Ndu
ga0.
2075
470
10.
1817
830.
7121
121
10.
8712
120.
0522
830.
4729
650.
9162
760.
9372
81
0.95
66
Nia
s0.
2075
471
00.
4927
860.
8415
761
0.87
5845
0.70
8406
0.31
3231
0.51
1828
0.83
2993
0.97
8629
10.
9301
51
Nia
s Ba
rat
0.20
7547
00
0.17
8642
0.80
6671
11
0.79
7726
0.11
218
0.48
0913
0.99
9198
0.93
124
10.
9885
97
Nia
s Se
lata
n0.
4716
980
00.
3517
870.
9038
231
0.88
9544
0.96
587
0.36
1388
0.57
1283
0.91
6095
0.40
4501
10.
8706
48
Nia
s U
tara
10
00.
6809
650.
8481
711
10.
7907
230.
1438
640.
4902
270.
9161
860.
9066
161
0.95
1622
Nun
ukan
11
10.
9775
450.
7930
951
10.
7047
970.
4174
280.
5665
630.
7435
640.
3259
851
0.78
9391
Pand
egla
ng0.
7924
531
10.
8627
750.
8983
960.
3758
90.
3596
040.
6772
360.
5403
320.
4026
130.
8012
960.
1763
850.
5157
790.
5745
96
Lampiran148 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NTK
1TK
2TK
3TK
KK1
KK2
KK3
KK4
KK5
KKKM
1KM
2KM
3KM
Pani
ai0.
2075
471
0.42
3077
0.49
2922
0.57
0523
10.
9863
010.
8325
760.
0450
150.
4620
60.
7914
420.
9807
191
0.91
3967
Parig
i M
outo
ng1
11
0.98
922
0.87
5696
10.
9863
010.
6985
280.
3214
390.
5316
230.
9991
980.
9472
681
0.99
1181
Pasa
man
Ba
rat
11
0.42
3077
0.99
4456
0.91
8791
0.84
6258
10.
6470
980.
3742
570.
5204
940.
7597
440.
3257
521
0.79
5787
Pegu
nung
an
Bint
ang
0.20
7547
11
0.48
4149
0.57
1638
11
0.87
1212
0.05
382
0.47
3471
0.99
9108
0.35
0608
10.
8949
67
Pesis
ir Ba
rat
0.47
1698
10.
5769
230.
6527
10.
7442
721
0.80
1429
0.69
8283
0.08
8989
0.42
3758
0.84
2847
0.30
1826
10.
8249
72
Pohu
wat
o1
11
0.97
649
0.89
7574
11
0.81
6467
0.29
7274
0.54
4887
0.80
2107
0.36
594
10.
8191
09
Pole
wal
i M
anda
r1
10.
4230
770.
9888
730.
8873
981
0.92
3837
0.75
8554
0.29
7467
0.52
2789
0.95
7917
0.32
8772
0.27
3669
0.55
4616
Pula
u M
orot
ai0.
2075
471
00.
4902
430.
8387
640.
5387
750.
8758
450.
7839
190.
0740
420.
3773
490.
8013
860.
1821
921
0.78
9203
Pula
u Ta
liabu
0.20
7547
10.
5769
230.
4873
250.
7956
91
10.
7913
850.
0583
460.
4621
640.
9417
080.
7742
071
0.94
0426
Punc
ak0.
2075
471
10.
4914
510.
6835
231
10.
8068
180.
0706
190.
4686
810.
9578
270.
3914
931
0.88
5144
Punc
ak Ja
ya0.
7358
491
0.42
3077
0.83
0006
0.74
1634
11
0.88
7311
0.04
3034
0.47
2499
0.91
6095
0.97
9326
10.
9633
06
Raja
Am
pat
0.20
7547
11
0.48
9416
0.72
9824
10.
7877
310.
8762
810.
1232
670.
4612
690.
9991
080.
8701
461
0.97
8714
Rote
Nda
o0.
4716
980
00.
3469
30.
7977
181
10.
7333
180.
1680
250.
4889
830.
8330
830.
9449
451
0.92
4757
Sabu
Rai
jua
0.47
1698
00
0.34
5294
0.80
7129
0.76
4816
10.
6981
060.
1730
940.
4504
370.
9576
470.
2335
31
0.85
9609
Sam
bas
01
10.
3277
110.
9153
861
10.
6160
710.
3657
920.
5353
30.
8522
790.
3011
291
0.82
861
Sam
pang
11
0.57
6923
0.99
4683
0.84
2294
0.61
1074
0.35
9604
0.75
0701
0.44
6346
0.41
8002
0.41
1575
0.35
5486
0.34
9113
0.37
4976
Sarm
i0.
4716
981
10.
6418
10.
5867
941
0.80
1429
0.69
9797
0.06
0064
0.41
4472
0.77
5593
0.92
8685
10.
8992
77
Selu
ma
0.47
1698
10.
5769
230.
6497
350.
8686
821
0.80
1429
0.77
2309
0.17
7939
0.46
4925
0.55
2168
0.36
4081
0.75
789
0.61
2613
Sera
m B
agia
n Ba
rat
0.47
1698
10.
5769
230.
6560
320.
8836
11
0.98
6301
0.77
0628
0.15
0112
0.48
6748
0.71
8283
0.22
3077
10.
7627
51
Sera
m B
agia
n Ti
mur
0.20
7547
00.
5769
230.
1774
710.
7487
50.
8462
580.
7653
890.
7230
320.
1040
910.
4040
070.
9991
980.
2702
331
0.88
2047
149 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NTK
1TK
2TK
3TK
KK1
KK2
KK3
KK4
KK5
KKKM
1KM
2KM
3KM
Seru
yan
11
10.
9967
810.
8601
911
10.
6550
430.
1647
890.
4753
680.
9002
470.
3060
071
0.84
8469
Sigi
11
10.
9962
150.
8987
730.
8462
580.
8758
450.
7002
190.
1886
430.
4468
770.
9006
970.
8666
611
0.93
9023
Sint
ang
11
0.57
6923
0.97
0065
0.82
338
11
0.72
5153
0.29
6065
0.52
985
0.84
2937
0.94
2622
10.
9283
01
Situ
bond
o1
10.
5769
230.
9969
960.
8916
270.
8462
580.
8895
440.
7628
650.
4568
050.
5475
690.
6509
390.
3308
630.
2736
690.
4328
95
Solo
k Se
lata
n1
10.
4230
770.
9918
0.83
2186
11
0.59
0747
0.26
0356
0.49
6539
0.91
6095
0.85
3885
10.
9430
86
Soro
ng0.
4716
981
10.
6616
730.
7982
191
0.98
6301
0.69
5907
0.28
5843
0.51
9478
0.90
0247
0.28
2313
10.
8446
5
Soro
ng
Sela
tan
0.79
2453
11
0.85
9008
0.71
6694
0.53
8775
0.98
6301
0.84
296
0.12
640.
4227
370.
9991
080.
9333
311
0.98
8899
Sum
ba B
arat
0.47
1698
00
0.35
1831
0.91
7589
11
0.72
2186
0.20
8786
0.50
0625
0.85
8696
0.37
2212
10.
8426
2
Sum
ba B
arat
D
aya
0.47
1698
00
0.35
2554
0.86
2287
11
0.67
5589
0.21
5665
0.49
542
0.91
6186
0.91
1727
10.
9524
45
Sum
ba
Teng
ah0.
4716
980
00.
3525
0.89
1866
11
0.67
7886
0.14
7099
0.47
3203
0.94
1888
0.93
3331
10.
9661
47
Sum
ba T
imur
0.47
1698
00
0.31
5428
0.82
8821
10.
9863
010.
7084
620.
2298
340.
5030
420.
9418
880.
9270
591
0.96
5136
Sum
baw
a1
11
0.99
3192
0.78
982
0.45
7333
10.
6725
250.
3891
50.
4723
070.
1095
630.
9040
610.
1666
670.
2628
25
Sum
baw
a Ba
rat
11
0.42
3077
0.99
287
0.75
8928
10.
9863
010.
6811
270.
3518
20.
5388
410.
7597
440.
7925
581
0.87
1033
Supi
ori
0.20
7547
10.
4230
770.
4908
320.
4740
271
10.
7718
010.
0776
60.
4653
860.
9991
980.
1640
731
0.86
4935
Tam
brau
w0.
5283
021
0.42
3077
0.69
5326
0.85
7184
0.84
6258
0.80
1429
0.73
6052
0.04
7314
0.39
3486
0.91
6005
0.90
6849
10.
9515
87
Telu
k Bi
ntun
i0.
2075
471
10.
4878
220.
7881
111
0.98
6301
0.72
5343
0.12
2173
0.47
0284
0.91
6095
0.84
0412
10.
9409
14
Telu
k W
onda
ma
01
10.
3549
830.
8564
080.
8462
580.
9863
010.
7933
580.
0702
90.
4415
0.99
9108
0.34
8053
10.
8945
55
Tim
or T
enga
h Se
lata
n1
10
0.99
6123
0.81
6735
0.84
6258
0.92
3837
0.67
4544
0.22
9465
0.46
4322
0.76
0105
0.91
9393
10.
8916
21
Tim
or T
enga
h U
tara
0.47
1698
10
0.65
414
0.84
8168
0.76
4816
0.98
6301
0.68
2862
0.17
1871
0.44
5274
0.83
2993
0.95
6328
10.
9265
56
Lampiran150 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NTK
1TK
2TK
3TK
KK1
KK2
KK3
KK4
KK5
KKKM
1KM
2KM
3KM
Tojo
Una
-Una
0.47
1698
11
0.65
2464
0.89
2559
10.
6772
740.
6958
940.
1956
310.
4375
10.
8849
390.
3297
011
0.84
6202
Tolik
ara
0.20
7547
10.
4230
770.
4876
220.
6739
080.
8462
581
0.79
4133
0.04
4619
0.43
5484
0.77
5503
0.40
2643
10.
8144
47
Toli-
Toli
11
10.
9991
080.
9226
581
0.98
6301
0.73
5652
0.21
071
0.50
1101
0.99
9559
0.32
3429
10.
8907
65
War
open
0.20
7547
10.
4230
770.
4889
0.85
1212
10.
9863
010.
7997
710.
0635
30.
4629
0.99
9198
0.89
7092
10.
9830
93
Yahu
kim
o0.
2075
471
0.42
3077
0.49
2491
0.57
0288
10.
8895
440.
8068
180.
0952
440.
4581
170.
7913
510.
9872
241
0.91
4979
Yalim
o0.
4716
980
10.
3015
550.
6523
631
0.98
6301
0.80
4886
0.05
0731
0.45
9504
0.95
7737
0.99
8839
10.
9830
08
Sum
ber:
Has
il An
alisi
s Ti
m P
enyu
sun
151 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Lampiran 4. Jumlah Konflik Kekerasan dan Perbandingan Tipe Konflik Kekerasan yang Dominan per Kawasan
Tabel 5. Entry Datasheet IKKDTI 2016
Aspek Tata Kelola
KABUPATEN RPJMD EWS PERDA KONFLIK
FORKO-PIMDA FKPM
LEMBAGA CEGAH
KONFLIKAceh Singkil 1 1 1 1 0 1
Nias Barat 1 0 0 0 0 0
Nias Utara 1 1 1 0 0 0
Nias Selatan 1 1 0 0 0 0
Nias 1 0 0 1 0 0
Kepulauan Mentawai
1 1 0 1 1 0
Solok Selatan 1 1 1 1 0 1
Pasaman Barat 1 1 1 1 0 1
Seluma 1 1 0 1 1 0
Musi Rawas 1 1 0 1 1 0
Musi Rawas Utara
1 1 0 1 1 0
Lampung Barat 1 1 0 1 1 0
Pesisir Barat 1 1 0 1 1 0
Pandeglang 0 1 1 1 1 1
Lebak 1 1 1 1 1 0
Situbondo 1 1 1 1 1 0
Bondowoso 1 1 1 1 1 0
Lampiran152 .................................
...............................................................................................................................................................
KABUPATEN RPJMD EWS PERDA KONFLIK
FORKO-PIMDA FKPM
LEMBAGA CEGAH
KONFLIKBangkalan 1 1 0 1 1 0
Sampang 1 1 1 1 1 0
Sambas 0 0 0 1 1 1
Bengkayang 0 0 1 1 1 1
Landak 1 0 1 1 1 1
Ketapang 1 1 0 1 1 1
Sintang 1 1 1 1 1 0
Kapuas Hulu 1 1 0 1 1 0
Melawi 1 1 1 1 1 1
Kayong Utara 1 1 0 1 0 0
Seruyan 1 1 1 1 1 1
Hulu Sungai Utara
1 1 1 1 1 1
Mahakam Ulu 1 1 0 1 1 1
Nunukan 1 1 1 1 1 1
Manggarai Barat 1 1 1 1 0 0
Manggarai 1 1 0 1 0 0
Manggarai Timur 1 1 0 1 0 0
Nagekeo 1 1 0 0 0 0
Ende 1 1 1 1 1 0
Lembata 1 1 1 0 0 0
Alor 1 1 1 0 0 0
Belu 1 1 0 0 0 0
Malaka 1 0 0 0 0 0
Timor Tengah Selatan
1 1 1 1 0 0
153 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KABUPATEN RPJMD EWS PERDA KONFLIK
FORKO-PIMDA FKPM
LEMBAGA CEGAH
KONFLIKTimor Tengah Utara
1 1 0 1 0 0
Kupang 1 1 0 0 1 0
Rote Ndao 1 1 0 0 0 0
Sabu Raijua 1 1 0 0 0 0
Sumba Timur 1 1 0 0 0 0
Sumba Tengah 1 1 0 0 0 0
Sumba Barat 1 1 0 0 0 0
Sumba Barat Daya
1 1 0 0 0 0
Bima 1 1 1 1 1 0
Sumbawa 1 1 1 1 1 1
Sumbawa Barat 1 1 1 1 0 1
Dompu 1 1 0 1 0 0
Lombok Utara 1 1 1 1 1 0
Lombok Barat 1 1 1 1 1 0
Lombok Timur 1 1 1 1 1 0
Lombok Tengah 1 1 1 1 1 0
Banggai Kepulauan
1 1 0 1 1 0
Banggai Laut 1 1 0 1 1 1
Boalemo 1 1 0 1 1 1
Bombana 1 1 0 1 1 1
Buol 1 1 0 1 1 0
Donggala 1 1 0 1 1 1
Gorontalo Utara 1 1 0 0 0 1
Jeneponto 1 1 0 1 1 1
Lampiran154 .................................
...............................................................................................................................................................
KABUPATEN RPJMD EWS PERDA KONFLIK
FORKO-PIMDA FKPM
LEMBAGA CEGAH
KONFLIKKonawe Kepulauan
1 1 0 0 0 1
Konawe 1 1 0 1 1 1
Mamuju Tengah 1 1 0 1 1 1
Morowali Utara 0 0 0 0 0 0
Parigi Moutong 1 1 1 1 1 1
Pohuwato 1 1 1 1 1 1
Polewali Mandar 1 1 1 1 0 1
Sigi 1 1 1 1 1 1
Tojo Una-Una 1 1 0 1 1 1
Toli-Toli 1 1 1 1 1 1
Maluku Tenggara Barat
1 1 0 1 1 0
Maluku Tengah 1 1 0 1 1 1
Buru 1 1 0 1 1 1
Kepulauan Aru 0 1 0 1 0 0
Seram Bagian Barat
1 1 0 1 1 0
Seram Bagian Timur
1 0 0 0 1 0
Maluku Barat Daya
1 0 0 0 0 0
Buru Selatan 1 0 1 0 1 0
Halmahera Barat 1 0 0 1 0 0
Halmahera Selatan
1 0 0 1 0 0
Halmahera Timur
1 1 0 1 0 0
Kepulauan Sula 1 1 0 1 0 0
Pulau Morotai 1 0 0 1 0 0
155 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KABUPATEN RPJMD EWS PERDA KONFLIK
FORKO-PIMDA FKPM
LEMBAGA CEGAH
KONFLIKPulau Taliabu 1 0 0 1 1 0
Teluk Wondama 0 0 0 1 1 1
Teluk Bintuni 1 0 0 1 1 1
Sorong 1 1 0 1 1 1
Sorong Selatan 0 1 1 1 1 1
Raja Ampat 1 0 0 1 1 1
Maybrat 0 0 1 1 0 1
Tambrauw 0 0 1 1 0 1
Merauke 1 1 0 1 0 1
Nabire 1 1 0 1 1 1
Paniai 1 0 0 1 0 1
Mappi 1 0 0 1 0 1
Asmat 1 0 0 1 0 1
Boven Digoel 1 0 0 1 0 1
Puncak Jaya 1 0 1 1 0 1
Biak Numfor 1 1 0 1 1 1
Kepulauan Yapen
1 1 0 1 0 1
Waropen 1 0 0 1 0 1
Jayawijaya 1 0 0 1 1 1
Yahukimo 1 0 0 1 0 1
Pegunungan Bintang
1 0 0 1 1 1
Tolikara 1 0 0 1 0 1
Sarmi 1 1 0 1 1 1
Keerom 1 1 0 1 1 1
Supiori 1 0 0 1 0 1
Mamberamo Raya
1 0 0 1 0 1
Nduga 1 0 0 0 1 1
Lampiran156 .................................
...............................................................................................................................................................
KABUPATEN RPJMD EWS PERDA KONFLIK
FORKO-PIMDA FKPM
LEMBAGA CEGAH
KONFLIKLanny Jaya 1 0 0 0 1 1
Mamberamo Tengah
1 0 0 0 1 1
Yalimo 1 1 0 0 1 1
Puncak 1 0 0 1 1 1
Dogiyai 1 0 0 0 0 1
Intan Jaya 1 0 0 0 1 1
Deiyai 1 0 0 1 1 1
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun
157 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Tabe
l 7.
Asp
ek K
apas
itas
Kele
mba
gaan
KABU
PATE
NKK
11KK
12KK
13KK
21KK
22
KK 3
1KK
32KK
33KK
34
KK41
KK42
KK43
KK51
KK52
KK53
Aceh
Sin
gkil
93.9
915
.51
01
00
00
80.7
80
3.3
4.08
1,74
7.17
Nia
s Ba
rat
78.6
723
.78
10
00
00
075
.86
250
2.72
5.12
1,18
1.46
Nia
s U
tara
76.6
6.53
10
00
00
075
.78
240
3.12
5.56
2,30
3.44
Nia
s Se
lata
n93
.09
5.23
20
00
01
088
.63
37.1
40
10.1
24.
324,
305.
08
Nia
s92
.64
42.0
30
00
00
11
78.7
28
09.
375.
472,
430.
72
Kepu
laua
n M
enta
wai
96.1
512
.71
00
00
00
76.8
00
5.48
5.58
2,64
9.26
Solo
k Se
lata
n96
.18
9.54
50
00
00
079
.02
02
6.4
5.9
3,88
9.02
Pasa
man
Bar
at96
.49
5.48
21
00
00
077
.33
00
6.2
6.03
10,7
80.7
7
Selu
ma
96.2
5.48
40
01
00
084
.71
16.6
71
4.02
5.49
2,89
6.00
Mus
i Raw
as92
.67
7.05
30
00
00
084
.48
15.5
60
7.55
7.37
13
,376
.33
Mus
i Raw
as
Uta
ra71
.18
7.05
30
00
00
084
.48
15.5
60
0.3
9.92
5,77
6.34
Lam
pung
Bar
at95
.72
5.12
10
00
01
082
.31
2.5
04.
2510
.99
3,38
0.54
Pesis
ir Ba
rat
74.3
25.
125
00
10
00
82.3
12.
50
0.8
4.69
2,91
3.70
Pand
egla
ng97
.52
5.74
31
21
04
070
.64
120
7.6
5.02
18,4
56.0
4
Lampiran158 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NKK
11KK
12KK
13KK
21KK
22
KK 3
1KK
32KK
33KK
34
KK41
KK42
KK43
KK51
KK52
KK53
Leba
k94
.69
16.4
76
22
10
51
74.9
614
014
.11
12.7
11,
867.
20
Situ
bond
o96
.67
6.7
31
00
01
079
.54
15.5
60
7.7
5.52
13,3
47.0
4
Bond
owos
o96
.67
16.9
75
00
00
00
79.5
56.
670
6.23
10.8
713
,074
.07
Bang
kala
n96
.18
1.41
51
01
06
091
.09
00
4.49
11.1
121
,709
.17
Sam
pang
93.0
99.
544
11
10
40
94.8
52.
221
7.06
4.39
13,9
77.6
8
Sam
bas
96.2
46.
242
00
00
00
66.8
36.
670
4.4
5.42
13,2
19.4
2
Beng
kaya
ng96
.34
4.32
20
00
00
075
.83
110
4.27
4.02
5,56
5.54
Land
ak96
.36
6.87
51
00
00
088
.25
14.2
90
5.31
5.9
6,71
5.39
Keta
pang
49.0
810
.13
00
00
00
74.9
413
.33
05.
192.
2915
,979
.89
Sint
ang
96.1
12.3
95
00
00
00
83.1
95.
710
4.33
5.36
9,29
5.55
Kapu
as H
ulu
96.1
47.
753
10
00
10
85.1
810
03.
24.
677,
071.
51
Mel
awi
95.9
56.
675
10
00
00
93.7
86.
672
4.99
4.73
3,31
3.36
Kayo
ng U
tara
63.0
414
.71
10
00
00
078
.12
80
4.36
5.65
2,51
7.74
Seru
yan
95.6
57.
494
00
00
00
67.4
912
02.
895.
373,
915.
88
Hul
u Su
ngai
U
tara
93.6
415
.43
00
00
00
78.3
216
.67
06.
125.
993,
246.
59
Mah
akam
Ulu
63.5
314
.36
30
00
01
076
.59
200
0.43
4.79
1.77
5.79
Nun
ukan
96.5
415
.07
60
00
00
067
.24
200
4.07
9.65
15,8
21.6
3
159 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NKK
11KK
12KK
13KK
21KK
22
KK 3
1KK
32KK
33KK
34
KK41
KK42
KK43
KK51
KK52
KK53
Man
ggar
ai
Bara
t95
.87
17.8
52
00
00
01
82.5
13.
333
5.49
3.72
2,19
0.42
Man
ggar
ai95
.35
12.7
51
00
00
10
78.3
411
.43
17.
485.
153,
024.
86
Man
ggar
ai
Tim
ur85
.63
24.3
62
00
00
01
80.1
23.
330
3.45
5.04
2,13
4.62
Nag
ekeo
74.4
416
.95
20
10
00
082
.89
00
4.43
4.67
1,50
9.11
Ende
95.5
221
.71
00
00
10
78.9
53.
330
6.19
5.18
4,14
0.97
Lem
bata
96.1
513
.23
10
10
00
182
.01
00
4.62
5.19
1,26
3.38
Alor
95.8
57.
161
00
00
00
83.1
16.
670
5.51
4.91
1,99
4.02
Belu
95.9
16.4
31
00
00
01
66.3
325
08.
425.
742,
787.
73
Mal
aka
83.6
316
.43
10
00
00
066
.33
240
4.16
5.47
1,78
0.30
Tim
or T
enga
h Se
lata
n95
.213
.23
51
00
10
172
.36
151
4.78
4.38
4,94
1.73
Tim
or T
enga
h U
tara
95.3
811
.13
40
10
00
176
.31
6.67
04.
024.
572,
741.
17
Kupa
ng95
.83
24.2
21
00
00
00
80.0
311
.43
07.
055.
014,
845.
57
Rote
Nda
o96
.16
29.3
94
00
00
00
78.6
120
4.39
4.8
1,89
3.35
Sabu
Rai
jua
72.5
814
.12
10
10
00
080
50
5.18
5.19
875.
38
Sum
ba T
imur
96.1
918
.93
40
00
00
176
.910
05.
244.
994,
117.
06
Sum
ba T
enga
h95
.82
13.5
32
00
00
00
81.7
00
4.42
4.24
752.
59
Lampiran160 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NKK
11KK
12KK
13KK
21KK
22
KK 3
1KK
32KK
33KK
34
KK41
KK42
KK43
KK51
KK52
KK53
Sum
ba B
arat
93.8
810
.05
10
00
00
077
.02
120
6.19
4.76
1,46
7.87
Sum
ba B
arat
D
aya
80.6
18.
021
00
00
00
78.7
62.
860
6.33
41,
812.
23
Bim
a 96
.41
3.97
22
00
01
176
.14
11.1
10
9.33
6.01
7,32
5.51
Sum
baw
a79
.74
6.43
42
10
00
078
.91
2.22
07.
766.
619,
094.
73
Sum
baw
a Ba
rat
84.2
57.
436
00
00
01
82.1
60
06.
96-1
.32
9,58
9.90
Dom
pu96
.35
5.55
11
00
00
083
.69
6.67
08.
556.
134,
465.
39
Lom
bok
Uta
ra81
.74
15.1
75
10
10
00
79.0
16.
671
9.83
4.56
3,24
6.46
Lom
bok
Bara
t95
.86
8.17
30
00
00
076
.75
15.5
61
11.5
35.
4810
,055
.91
Lom
bok
Tim
ur97
.36
9.73
62
00
02
178
.24
07.
264.
7912
,774
.56
Lom
bok
Teng
ah91
.86.
712
00
02
11
75.2
96
08.
386.
2811
,703
.80
Bang
gai
Kepu
laua
n94
.89
3.06
30
00
00
083
.81
40
2.36
7.07
2,47
9.31
Bang
gai L
aut
78.1
33.
062
00
01
00
83.8
15
01.
767.
921,
518.
36
Boal
emo
95.4
319
.56
30
00
00
084
.26
200
5.01
7.31
3,22
6.90
Bom
bana
96.2
724
.08
30
00
00
074
.82
80
5.34
7.35
3,98
5.95
Buol
97.1
522
.68
10
10
10
181
.57
241
3.33
6.19
4,17
8.75
Don
ggal
a88
.25
12.3
74
10
00
11
75.4
26.
670
5.58
6.24
8,40
5.06
161 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NKK
11KK
12KK
13KK
21KK
22
KK 3
1KK
32KK
33KK
34
KK41
KK42
KK43
KK51
KK52
KK53
Gor
onta
lo
Uta
ra77
.68
20.3
22
00
00
01
79.9
916
03.
157.
121,
989.
80
Jene
pont
o97
.23
8.8
40
01
01
174
.92
200
5.38
7.94
6,15
7.05
Kona
we
Kepu
laua
n79
.26
13.6
60
00
00
01
81.2
110
00.
927.
685
1.39
Kona
we
95.6
413
.66
41
00
01
181
.21
23.3
30
2.62
7.97
5,50
9.48
Mam
uju
Teng
ah86
.46
11.4
10
00
00
00
78.0
320
00.
995.
712,
045.
28
Mor
owal
i Uta
ra93
.96
16.2
11
10
00
11
79.5
220
02.
987.
326,
618.
00
Parig
i Mou
tong
95.3
39.
993
00
00
01
75.4
910
03.
486.
7911
,782
.93
Pohu
wat
o97
.07
21.7
91
00
00
00
83.0
920
07.
457.
464,
063.
82
Pole
wal
i M
anda
r95
.34
14.2
92
00
01
01
74.8
720
04.
837.
318,
181.
33
Sigi
96.8
612
.82
21
00
01
175
.73
100
2.23
6.58
6,06
6.81
Tojo
Una
-Una
93.0
517
.21
10
01
01
180
.64
03.
847
3,87
8.65
Toli-
Toli
95.8
111
.35
10
00
00
173
.42
23.3
31
3.44
6.43
5,49
7.77
Mal
uku
Teng
gara
Bar
at56
.84
30.1
26
00
00
01
76.7
38
02.
576.
041,
715.
52
Mal
uku
Teng
ah92
.45
8.77
100
00
01
178
.56
7.5
03.
175.
251,
909.
83
Buru
80.2
713
.12
21
10
01
184
.82
120
2.89
6.23
1,58
4.87
Kepu
laua
n Ar
u63
.46
19.0
65
00
00
10
77.7
50
03.
036.
842,
375.
47
Lampiran162 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NKK
11KK
12KK
13KK
21KK
22
KK 3
1KK
32KK
33KK
34
KK41
KK42
KK43
KK51
KK52
KK53
Sera
m B
agia
n Ba
rat
95.9
20
40
00
00
182
.68
13.3
30
3.45
6.16
2,02
4.15
Sera
m B
agia
n Ti
mur
62.8
910
.48
21
00
02
185
.64
81
2.15
5.76
1,46
1.26
Mal
uku
Bara
t D
aya
88.7
825
.88
10
00
00
085
.92
100
1.39
15.3
41,
152.
23
Buru
Sel
atan
61.2
857
.61
00
00
01
89.0
320
00.
96.
2890
1.93
Hal
mah
era
Bara
t96
.65
14.2
24
00
01
01
84.5
816
02.
735.
41,
463.
98
Hal
mah
era
Sela
tan
93.4
925
.35
30
00
00
186
.86
3.33
15.
386.
723,
667.
59
Hal
mah
era
Tim
ur95
.39
13.9
43
00
00
00
86.7
40
012
.69
2,10
2.02
Kepu
laua
n Su
la97
.418
.64
50
00
00
074
.96
00
5.04
5.97
1,58
8.97
Pula
u M
orot
ai90
.95
15.6
33
30
00
11
87.6
110
01.
216.
191,
087.
33
Pula
u Ta
liabu
7318
.64
10
00
00
074
.96
250
0.8
5.89
878.
51
Telu
k W
onda
ma
97.0
1no
ne2
10
00
01
79.8
120
01.
245.
31,
013.
81
Telu
k Bi
ntun
i76
.95
none
10
00
00
188
.71
51
2.76
2.36
2,29
0.74
Soro
ng73
.86
none
00
00
00
173
.29
120
4.62
3.16
8,72
3.13
Soro
ng S
elat
an95
.31
none
33
00
00
195
.99
100
2.97
7.17
1,17
8.26
Raja
Am
pat
74.8
9no
ne3
00
10
01
77.8
735
02.
266.
252,
297.
74
163 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NKK
11KK
12KK
13KK
21KK
22
KK 3
1KK
32KK
33KK
34
KK41
KK42
KK43
KK51
KK52
KK53
May
brat
96.8
2no
ne2
21
10
00
100
51
0.75
6.27
431.
87
Tam
brau
w91
.9no
ne1
10
10
00
85.6
610
10.
816.
2714
1.42
Mer
auke
70.3
619
.99
20
00
01
166
.12
161
7.82
8.23
5.25
0,15
Nab
ire58
.27
12.7
91
00
00
11
99.5
42
2.18
7.67
2.73
6,27
Pani
ai42
.547
.11
00
00
01
100
40
0.9
2.69
635,
58
Map
pi37
.97
17.5
31
00
00
00
92.1
410
02.
497.
081.
274,
50
Asm
at55
.57
66.6
70
00
00
00
99.2
35
12.
746.
0895
3,29
Bove
n D
igoe
l73
.47
39.0
40
00
00
00
79.2
01
4.64
5.32
2.29
0,15
Punc
ak Ja
ya44
.65
0.89
00
00
00
010
012
.50
0.87
1.87
743,
09
Biak
Num
for
72.8
617
40
00
10
072
.06
40
3.76
5.12
2.16
0,07
Kepu
laua
n Ya
pen
5819
.29
10
00
00
198
.65
00
2.91
6.39
972,
62
War
open
82.1
95.
992
00
00
01
89.8
610
00.
5810
.47
539,
47
Jaya
wija
ya65
.88
13.6
42
01
01
00
100
13.3
30
2.41
6.05
1.58
9,38
Yahu
kim
o51
.27
52.6
32
00
00
10
100
00
2.16
7.06
653,
70
Pegu
nung
an
Bint
ang
62.4
86.0
20
00
00
00
100
100
0.56
6.07
950,
49
Tolik
ara
57.5
1no
ne2
10
00
00
100
3.33
10.
257.
2564
5,74
Sarm
i57
.86
24.3
96
00
10
00
80.2
45
00.
596.
381.
199,
66
Lampiran164 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NKK
11KK
12KK
13KK
21KK
22
KK 3
1KK
32KK
33KK
34
KK41
KK42
KK43
KK51
KK52
KK53
Keer
om57
.22
28.1
93
00
00
00
89.0
25
11.
998.
611.
231,
29
Supi
ori
49.1
665
.38
40
00
00
085
.89
100
1.59
7.27
474,
78
Mam
bera
mo
Raya
11.1
90
00
00
00
090
.52
02
0.39
9.67
548,
89
Ndu
ga37
.69
00
00
00
00
100
100
0.68
7.78
308,
11
Lann
y Ja
ya65
.58
47.1
31
00
00
01
100
80
0.69
5.51
638,
18
Mam
bera
mo
Teng
ah22
.48
39.3
31
00
00
01
100
100
0.13
7.95
316,
82
Yalim
o42
.85
120
10
00
00
110
05
10.
558.
4128
5,15
Punc
ak36
.78
01
00
00
00
100
00
0.79
9.05
928,
66
Dog
iyai
53.7
434
.25
20
00
00
110
05
00.
369.
0376
3,69
Inta
n Ja
ya44
.08
6.13
00
00
01
110
00
00.
277.
3932
8,75
Dei
yai
32.2
420
.75
10
00
00
010
00
00.
447.
3934
3,68
Sum
ber:
Has
il An
alisi
s Ti
m P
enyu
sun
165 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Tabe
l 8.
Asp
ek K
etah
anan
Mas
yara
kat
KABU
PATE
NKM
11KM
12KM
13KM
14KM
21KM
22KM
31KM
32
Aceh
Sin
gkil
01
30
7.03
01
1
Nia
s Ba
rat
00
10
2.96
00
1
Nia
s U
tara
02
20
4.02
00
1
Nia
s Se
lata
n0
21
00.
41
01
Nia
s0
41
00.
920
01
Kepu
laua
n M
enta
wai
01
10
1.25
10
1
Solo
k Se
lata
n0
21
06.
290
01
Pasa
man
Bar
at0
31
23.
791
01
Selu
ma
08
32
2.14
11
1
Mus
i Raw
as0
12
22.
041
01
Mus
i Raw
as U
tara
05
22
2.99
00
1
Lam
pung
Bar
at0
31
03.
551
11
Pesis
ir Ba
rat
01
12
4.82
10
1
Pand
egla
ng0
21
210
.22
12
1
Leba
k0
11
210
.74
11
1
Lampiran166 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NKM
11KM
12KM
13KM
14KM
21KM
22KM
31KM
32
Situ
bond
o0
71
13.
571
31
Bond
owos
o0
22
01.
731
21
Bang
kala
n0
81
15
10
1
Sam
pang
010
23
2.51
12
0
Sam
bas
12
11
4.85
10
1
Beng
kaya
ng2
21
03.
141
01
Land
ak0
21
45.
81
01
Keta
pang
02
10
4.29
10
1
Sint
ang
01
22
2.47
00
1
Kapu
as H
ulu
01
11
2.99
00
1
Mel
awi
01
13
3.03
10
1
Kayo
ng U
tara
11
10
3.77
10
0
Seru
yan
01
11
4.64
10
1
Hul
u Su
ngai
Uta
ra0
51
13.
11
01
Mah
akam
Ulu
00
11
4.7
10
1
Nun
ukan
16
20
3.78
10
1
Man
ggar
ai B
arat
01
60
2.36
10
1
167 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NKM
11KM
12KM
13KM
14KM
21KM
22KM
31KM
32
Man
ggar
ai0
22
13.
990
01
Man
ggar
ai T
imur
01
33
2.18
10
1
Nag
ekeo
00
21
1.95
00
1
Ende
02
20
3.4
00
1
Lem
bata
02
11
3.05
00
1
Alor
00
10
3.59
00
1
Belu
00
20
5.39
00
1
Mal
aka
00
10
4.08
00
1
Tim
or T
enga
h Se
lata
n0
35
23.
470
01
Tim
or T
enga
h U
tara
04
10
1.88
00
1
Kupa
ng0
12
04.
150
01
Rote
Nda
o0
42
02.
370
01
Sabu
Rai
jua
01
10
7.76
10
1
Sum
ba T
imur
00
21
3.14
00
1
Sum
ba T
enga
h0
02
12.
870
01
Sum
ba B
arat
02
11
1.79
10
1
Sum
ba B
arat
Day
a0
22
03.
80
01
Lampiran168 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NKM
11KM
12KM
13KM
14KM
21KM
22KM
31KM
32
Bim
a 0
62
03.
671
11
Sum
baw
a0
172
44.
130
41
Sum
baw
a Ba
rat
03
12
8.93
00
1
Dom
pu0
72
35.
061
11
Lom
bok
Uta
ra0
33
32.
091
01
Lom
bok
Bara
t0
41
13.
361
11
Lom
bok
Tim
ur0
73
18.
111
01
Lom
bok
Teng
ah0
45
09.
921
11
Bang
gai K
epul
auan
00
20
2.22
10
0
Bang
gai L
aut
00
40
5.43
10
1
Boal
emo
10
41
4.57
10
1
Bom
bana
00
71
1.89
10
1
Buol
01
20
3.58
10
1
Don
ggal
a0
05
13.
131
01
Gor
onta
lo U
tara
02
21
5.61
10
1
Jene
pont
o0
13
04
10
1
Kona
we
Kepu
laua
n0
12
13.
141
01
169 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NKM
11KM
12KM
13KM
14KM
21KM
22KM
31KM
32
Kona
we
01
21
10.7
10
1
Mam
uju
Teng
ah0
23
22.
921
01
Mor
owal
i Uta
ra0
11
11.
381
01
Parig
i Mou
tong
00
10
2.27
00
1
Pohu
wat
o0
210
22.
061
01
Pole
wal
i Man
dar
01
40
3.66
13
1
Sigi
01
61
5.74
00
1
Tojo
Una
-Una
00
72
3.62
10
1
Toli-
Toli
00
50
3.89
10
1
Mal
uku
Teng
gara
Bar
at0
01
05.
250
01
Mal
uku
Teng
ah0
141
012
.75
11
1
Buru
03
14
5.04
10
1
Kepu
laua
n Ar
u0
11
15.
191
01
Sera
m B
agia
n Ba
rat
04
22
8.21
10
1
Sera
m B
agia
n Ti
mur
00
10
6.18
10
1
Lampiran170 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NKM
11KM
12KM
13KM
14KM
21KM
22KM
31KM
32
Mal
uku
Bara
t Day
a0
02
03.
731
01
Buru
Sel
atan
00
50
9.14
10
1
Hal
mah
era
Bara
t0
01
04.
290
01
Hal
mah
era
Sela
tan
04
10
6.31
00
1
Hal
mah
era
Tim
ur0
21
04.
030
01
Kepu
laua
n Su
la0
10
13.
751
01
Pula
u M
orot
ai0
22
29.
971
01
Pula
u Ta
liabu
00
01
9.72
00
1
Telu
k W
onda
ma
00
00
2.83
10
1
Telu
k Bi
ntun
i0
21
06.
870
01
Soro
ng0
11
15.
661
01
Soro
ng S
elat
an0
00
02.
870
01
Raja
Am
pat
00
00
5.59
00
1
May
brat
02
00
4.01
10
1
Tam
brau
w0
20
04.
010
01
Mer
auke
07
30
9.08
10
1
Nab
ire0
22
110
.14
00
1
171 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NKM
11KM
12KM
13KM
14KM
21KM
22KM
31KM
32
Pani
ai0
51
00.
830
01
Map
pi0
01
02.
940
01
Asm
at0
21
00.
530
01
Bove
n D
igoe
l0
21
05.
250
01
Punc
ak Ja
ya0
21
00.
890
01
Biak
Num
for
02
11
10.0
80
01
Kepu
laua
n Ya
pen
01
10
7.54
00
1
War
open
00
10
4.43
00
1
Jaya
wija
ya0
80
00.
060
11
Yahu
kim
o0
50
00.
550
01
Pegu
nung
an B
inta
ng0
00
02.
721
01
Tolik
ara
04
01
0.48
10
1
Sarm
i0
41
13.
070
01
Keer
om1
42
24.
191
01
Supi
ori
00
10
10.7
51
01
Mam
bera
mo
Raya
03
00
3.15
00
1
Ndu
ga0
23
02.
70
01
Lampiran172 .................................
...............................................................................................................................................................
KABU
PATE
NKM
11KM
12KM
13KM
14KM
21KM
22KM
31KM
32
Lann
y Ja
ya0
22
00
10
1
Mam
bera
mo
Teng
ah0
23
00
10
1
Yalim
o0
12
00.
050
01
Punc
ak0
13
00.
961
01
Dog
iyai
01
20
0.77
00
1
Inta
n Ja
ya0
03
00
10
1
Dei
yai
00
20
5.64
10
1Su
mbe
r: H
asil
Anal
isis
Tim
Pen
yusu
n
173 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Lam
pira
n 5.
Sum
ber D
ata
Tabe
l 9. D
aftar
Web
site
BPS
Prop
insi,
Web
site
Pem
erin
tah
Kabu
pate
n da
n W
ebsit
e BP
S Ka
bupa
ten
Wila
yah
Prov
insi
Web
site
BPS
Prov
insi
Kabu
pate
nW
ebsit
e Ka
bupa
ten
Web
site
BPS
Kabu
pate
nSu
mat
era
Sum
ater
a Ba
rat
http:
//sum
bar.b
ps.
go.id
/Ke
pula
uan
Men
taw
aihtt
p://w
ww
.men
taw
ai-t
rave
l.co
m/
https
://m
enta
wai
kab.
bps.g
o.id
/
Pasa
man
Bar
athtt
p://p
asam
anba
ratk
ab.g
o.id
/htt
ps://
pasa
man
bara
tkab
.bps
.go.
idSo
lok
Sela
tan
http:
//ww
w.so
lselk
ab.g
o.id
https
://so
loks
elat
anka
b.bp
s.go.
id/
Sum
ater
a U
tara
http:
//sum
ut.b
ps.g
o.id
/fr
onte
nd/in
dex.
php
Nia
s U
tara
https
://ni
asut
ara.
wor
dpre
ss.
com
/htt
ps://
nias
utar
akab
.bps
.go.
id/f
ront
end/
inde
x.ph
pN
ias
http:
//nia
skab
.go.
id/
https
://ni
aska
b.bp
s.go.
id/in
dex.
php
Nia
s Se
lata
nhtt
p://w
ww
.nia
ssel
atan
kab.
go.id
/htt
ps://
nias
sela
tank
ab.b
ps.g
o.id
/fr
onte
ndv3
.1/in
dex.
php
Nia
s Ba
rat
http:
//ww
w.n
iasb
arat
kab.
go.id
/htt
ps://
nias
bara
tkab
.bps
.go.
id/f
ront
end/
inde
x.ph
pN
ADhtt
p://a
ceh.
bps.g
o.id
/Ac
eh S
ingk
ilhtt
p://w
ww
.ace
hsin
gkilk
ab.
go.id
/htt
ps://
aceh
singk
ilkab
.bps
.go.
id/
Sum
ater
a Se
lata
nhtt
p://s
umse
l.bps
.go.
id/
Mus
iRaw
ashtt
p://w
ww
.mus
iraw
aska
b.go
.id/
https
://m
usira
was
kab.
bps.g
o.id
/M
usiR
awas
Uta
rahtt
p://w
ww
.mur
atar
akab
.go.
id/
https
://m
usira
was
kab.
bps.g
o.id
/Be
ngku
luhtt
p://b
engk
ulu.
bps.
go.id
/Se
lum
ahtt
p://s
elum
akab
.go.
id/
https
://se
lum
akab
.bps
.go.
id/
Lam
pung
http:
//lam
pung
.bps
.go
.id/
Lam
pung
Bar
athtt
p://w
ww
.lam
pung
bara
tkab
.go
.id/
https
://la
mpu
ngba
ratk
ab.b
ps.g
o.id
/
Pesis
ir Ba
rat
http:
//ww
w.p
esisi
rbar
atka
b.go
.id/
https
://la
mpu
ngba
ratk
ab.b
ps.g
o.id
/
Lampiran174 .................................
...............................................................................................................................................................
Wila
yah
Prov
insi
Web
site
BPS
Prov
insi
Kabu
pate
nW
ebsit
e Ka
bupa
ten
Web
site
BPS
Kabu
pate
nJa
wa
Bant
enhtt
p://b
ante
n.bp
s.go.
id/
Leba
khtt
p://l
ebak
kab.
go.id
/htt
ps://
leba
kkab
.bps
.go.
id/
Pand
egla
nghtt
p://w
ww
.pan
degl
angk
ab.
go.id
/htt
ps://
pand
egla
ngka
b.bp
s.go.
id/
Jaw
aTim
urhtt
p://j
atim
.bps
.go.
id/
Situ
bond
ohtt
p://w
ww
.situ
bond
okab
.go.
id/
inde
x1.p
hphtt
ps://
situb
ondo
kab.
bps.g
o.id
/
Bond
owos
ohtt
p://b
ondo
wos
okab
.go.
id/
https
://bo
ndow
osok
ab.b
ps.g
o.id
/Ba
ngka
lan
http:
//ww
w.b
angk
alan
kab.
go.id
/v3
/htt
ps://
bang
kala
nkab
.bps
.go.
id/
Sam
pang
http:
//sam
pang
kab.
go.id
/htt
ps://
sam
pang
kab.
bps.g
o.id
/Ka
liman
tan
Kalim
anta
n Ba
rat
http:
//kal
bar.b
ps.g
o.id
/Si
ntan
ghtt
p://w
ww
.sint
ang.
go.id
/htt
ps://
sinta
ngka
b.bp
s.go.
id/
Beng
kaya
nghtt
p://w
ww
.ben
gkay
angk
ab.
go.id
/htt
ps://
beng
kaya
ngka
b.bp
s.go.
id
Kapu
as H
ulu
http:
//ww
w.k
apua
shul
ukab
.go
.id/d
epan
https
://ka
puas
hulu
kab.
bps.g
o.id
/
Kayo
ng U
tara
http:
//ww
w.k
ayon
guta
raka
b.go
.id/
https
://ka
yong
utar
akab
.bps
.go.
id/
Keta
pang
http:
//ww
w.k
etap
angk
ab.g
o.id
/htt
ps://
keta
pang
kab.
bps.g
o.id
/La
ndak
http:
//ww
w.la
ndak
kab.
go.id
/de
pan
https
://la
ndak
kab.
bps.g
o.id
/
Mel
awi
http:
//mel
awik
ab.g
o.id
/htt
ps://
mel
awik
ab.b
ps.g
o.id
/Sa
mba
shtt
p://s
amba
s.go.
id/
https
://sa
mba
skab
.bps
.go.
id/
Kalim
anta
n Te
ngah
http:
//kal
teng
.bps
.go
.id/
Seru
yan
http:
//ww
w.se
ruya
nkab
.go.
id/
https
://se
ruya
nkab
.bps
.go.
id/
Kalim
anta
n Ti
mur
http:
//kal
tim.b
ps.g
o.id
/M
ahak
am U
luhtt
p://w
ww
.mah
akam
uluk
ab.
go.id
/htt
ps://
kuba
rkab
.bps
.go.
id/
Kalim
anta
n U
tara
http:
//kal
tara
.bps
.go.
id/
Nun
ukan
http:
//ww
w.n
unuk
anka
b.go
.id/
https
://nu
nuka
nkab
.bps
.go.
id/
Kalim
anta
n Se
lata
n htt
p://k
alse
l.bps
.go.
id/
Hul
u Su
ngai
Uta
rahtt
p://w
ww
.hul
usun
gaiu
tara
kab.
go.id
/htt
ps://
hulu
sung
aiut
arak
ab.b
ps.g
o.id
/w
ebbe
ta/f
ront
end/
175 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Wila
yah
Prov
insi
Web
site
BPS
Prov
insi
Kabu
pate
nW
ebsit
e Ka
bupa
ten
Web
site
BPS
Kabu
pate
nN
usa
Teng
gara
NTB
http:
//ntb
.bps
.go.
id/
Dom
puhtt
p://w
ww
.dom
puka
b.go
.id/
https
://do
mpu
kab.
bps.g
o.id
/Su
mba
wa
Bara
thtt
p://s
umba
wab
arat
kab.
go.id
/v/
https
://su
mba
wab
arat
kab.
bps.g
o.id
/
Sum
baw
ahtt
p://s
umba
wak
ab.g
o.id
/htt
ps://
sum
baw
akab
.bps
.go.
id/
Bim
ahtt
p://b
imak
ab.g
o.id
/htt
ps://
bim
akab
.bps
.go.
id/
Lom
bok
Uta
rahtt
p://l
ombo
kuta
raka
b.go
.id/v
1/htt
ps://
lom
boku
tara
kab.
bps.g
o.id
/Lo
mbo
k Ti
mur
http:
//ww
w.lo
mbo
ktim
urka
b.go
.id/
https
://lo
mbo
ktim
urka
b.bp
s.go.
id/
Lom
bok
Bara
thtt
p://l
ombo
kbar
atka
b.go
.id/
https
://lo
mbo
kbar
atka
b.bp
s.go.
id/
Lom
bok
Teng
ahhtt
p://l
ombo
kten
gahk
ab.g
o.id
/htt
ps://
lom
bokt
enga
hkab
.bps
.go.
id/
NTT
http:
//ntt.
bps.g
o.id
/M
angg
arai
Bar
athtt
p://m
angg
arai
bara
tkab
.go.
id/
site/
https
://m
angg
arai
bara
tkab
.bps
.go.
id/
Man
ggar
aihtt
p://w
ww
.man
ggar
ai.g
o.id
/htt
ps://
man
ggar
aika
b.bp
s.go.
id/
Man
ggar
aiTi
mur
http:
//ww
w.m
angg
arai
timur
kab.
go.id
/htt
ps://
man
ggar
aitim
urka
b.bp
s.go.
id/
Nag
ekeo
http:
//ww
w.n
agek
eoka
b.go
.id/
https
://na
geke
okab
.bps
.go.
id/
Ende
http:
//por
tal.e
ndek
ab.g
o.id
/htt
ps://
ende
kab.
bps.g
o.id
/Le
mba
tahtt
p://l
emba
taka
b.go
.id/
https
://le
mba
taka
b.bp
s.go.
id/
Alor
http:
//alo
rkab
.go.
id/n
ew/
https
://al
orka
b.bp
s.go.
id/
Sum
ba B
arat
https
://su
mba
bara
tkab
.bps
.go.
id/
Sum
ba B
arat
Day
ahtt
p://w
ww
.sbdk
ab.g
o.id
/htt
ps://
sum
baba
ratd
ayak
ab.b
ps.g
o.id
/Su
mba
Ten
gah
http:
//ww
w.su
mba
teng
ahka
b.go
.id/
https
://su
mba
teng
ahka
b.bp
s.go.
id/
Sum
ba T
imur
http:
//ww
w.su
mba
timur
kab.
go.id
/htt
ps://
sum
batim
urka
b.bp
s.go.
id/
Lampiran176 .................................
...............................................................................................................................................................
Wila
yah
Prov
insi
Web
site
BPS
Prov
insi
Kabu
pate
nW
ebsit
e Ka
bupa
ten
Web
site
BPS
Kabu
pate
nKu
pang
http:
//ww
w.k
ab-k
upan
g.go
.id/
https
://ku
pang
kab.
bps.g
o.id
/Ti
mor
Ten
gah
Uta
rahtt
p://w
ww
.ttuk
ab.g
o.id
/htt
ps://
timor
teng
ahut
arak
ab.b
ps.g
o.id
/
Tim
or T
enga
h Se
lata
nhtt
ps://
timor
teng
ahse
lata
nkab
.bps
.go.
id/
Belu
http:
//bel
ukab
.go.
id/
https
://be
luka
b.bp
s.go.
id/
Mal
aka
http:
//ww
w.m
alak
akab
.go.
id/
inde
x.ht
ml
https
://m
alak
akab
.bps
.go.
id/
Sabu
Rai
jua
https
://sa
bura
ijuak
ab.b
ps.g
o.id
/Ro
te N
dao
http:
//ww
w.ro
tend
aoka
b.go
.id/
https
://ro
tend
aoka
b.bp
s.go.
id/
177 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Wila
yah
Prov
insi
Web
site
BPS
Prov
insi
Kabu
pate
nW
ebsit
e Ka
bupa
ten
Web
site
BPS
Kabu
pate
nSu
law
esi
Sula
wes
i Se
lata
nhtt
p://s
ulse
l.bps
.go.
id/
Jene
pont
ohtt
p://j
enep
onto
kab.
go.id
/htt
ps://
jene
pont
okab
.bps
.go.
id/
Sula
wes
i Te
ngga
rahtt
p://s
ultr
a.bp
s.go.
id/
Kona
we
http:
//ww
w.k
onaw
ekab
.go.
id/
https
://ko
naw
ekab
.bps
.go.
id/
Bom
bana
http:
//bom
bana
kab.
go.id
/htt
ps://
bom
bana
kab.
bps.g
o.id
/Ko
naw
e Ke
pula
uan
https
://ko
naw
ekep
ulau
an.
wor
dpre
ss.c
om/p
rofil
-dae
rah/
https
://ko
naw
ekab
.bps
.go.
id/
Sula
wes
i Te
ngah
http:
//sul
teng
.bps
.go
.id/f
ront
end/
Bang
gai
Kepu
laua
nhtt
p://w
ww
.ban
gkep
kab.
go.id
/htt
ps://
bang
kepk
ab.b
ps.g
o.id
/fro
nten
d/
Toli-
Toli
https
://to
litol
ikab
.bps
.go.
id/
Tojo
Una
-Una
http:
//ww
w.to
joun
auna
kab.
go.id
/htt
ps://
tojo
unak
ab.b
ps.g
o.id
/
Sigi
http:
//ww
w.si
gika
b.go
.id/
https
://sig
ikab
.bps
.go.
id/
Parig
iMou
tong
http:
//ww
w.p
arig
imou
tong
kab.
go.id
/htt
ps://
parig
imou
tong
kab.
bps.g
o.id
/
Mor
owal
i Uta
rahtt
p://w
ww
.mor
owal
iuta
raka
b.go
.id/
https
://m
orow
alik
ab.b
ps.g
o.id
/
Don
ggal
ahtt
p://d
ongg
ala.
go.id
/htt
ps://
dong
gsal
akab
.bps
.go.
id/f
ront
end/
Buol
http:
//ikl
angr
atis.o
rg/p
rofil
https
://bu
olka
b.bp
s.go.
id/
Bang
gaiL
aut
http:
//ban
ggai
laut
kab.
go.id
/htt
ps://
bang
gaila
utka
b.bp
s.go.
id/
fron
tend
/G
oron
talo
Uta
rahtt
ps://
goro
ntal
outa
raka
b.bp
s.go.
id/
Boal
emo
http:
//ww
w.b
oale
mok
ab.g
o.id
/htt
ps://
boal
emok
ab.b
ps.g
o.id
/Po
huw
ato
http:
//ww
w.p
ohuw
atok
ab.g
o.id
/htt
ps://
pohu
wat
okab
.bps
.go.
id/
Gor
onta
lohtt
p://g
oron
talo
.bps
.go
.id/
Pole
wal
iMan
dar
ww
w.p
olm
anka
b.go
.id/
https
://po
lew
alim
anda
rkab
.bps
.go.
id/
Sula
wes
i Bar
athtt
p://s
ulba
r.bps
.go.
id/
Mam
uju
Teng
ahhtt
p://w
ww
.mam
ujut
enga
hkab
.go
.id/
https
://m
amuj
ukab
.bps
.go.
id/
Lampiran178 .................................
...............................................................................................................................................................
Wila
yah
Prov
insi
Web
site
BPS
Prov
insi
Kabu
pate
nW
ebsit
e Ka
bupa
ten
Web
site
BPS
Kabu
pate
nM
aluk
u da
n M
aluk
u U
tara
Mal
uku
http:
//mal
uku.
bps.
go.id
/Se
ram
Bag
ian
Tim
urhtt
p://w
ww
.se
ram
bagi
antim
urka
b.go
.id/
https
://sb
tkab
.bps
.go.
id/
Sera
mBa
gian
Ba
rat
https
://sb
bkab
.bps
.go.
id/
Mal
uku
Teng
gara
Ba
rat
http:
//ww
w.m
tbka
b.go
.id/
https
://m
tbka
b.bp
s.go.
id/
Buru
Sel
atan
http:
//bur
selk
ab.g
o.id
/htt
ps://
burs
elka
b.bp
s.go.
id/
Mal
uku
Bara
t D
aya
http:
//mal
ukub
arat
daya
kab.
com
/pr
ofil/
https
://m
aluk
ubar
atda
yaka
b.bp
s.go.
id/
Mal
uku
Teng
ahhtt
p://m
alte
ngka
b.go
.id/
https
://m
aluk
uten
gahk
ab.b
ps.g
o.id
/Ke
pula
uanA
ruhtt
p://k
epul
auan
aruk
ab.g
o.id
/htt
ps://
kepa
ruka
b.bp
s.go.
id/
Buru
http:
//ww
w.b
uruk
ab.g
o.id
/htt
ps://
buru
kab.
bps.g
o.id
/M
aluk
u U
tara
http:
//mal
ut.b
ps.g
o.id
/Pu
lauT
alia
buhtt
ps://
keps
ulka
b.bp
s.go.
id/
Mor
otai
http:
//ww
w.p
ulau
mor
otai
kab.
go.id
/htt
ps://
mor
otai
kab.
bps.g
o.id
/fro
nten
d/
Kepu
laua
n Su
lahtt
ps://
keps
ulka
b.bp
s.go.
id/
Hal
mah
era
Sela
tan
http:
//ww
w.h
alse
lkab
.go.
id/
https
://ha
lmah
eras
elat
anka
b.bp
s.go.
id/
Hal
mah
era
Tim
urhtt
p://h
altim
kab.
go.id
/htt
ps://
halti
mka
b.bp
s.go.
id/
Hal
mah
era
Bara
thtt
p://w
ww
.hal
bark
ab.g
o.id
/htt
ps://
halb
arka
b.bp
s.go.
id/
179 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Wila
yah
Prov
insi
Web
site
BPS
Prov
insi
Kabu
pate
nW
ebsit
e Ka
bupa
ten
Web
site
BPS
Kabu
pate
nPa
pua
dan
Papu
a Ba
rat
Papu
a Ba
rat
http:
//pap
uaba
rat.b
ps.
go.id
/?co
s=4&
pilih
=pb
Tam
brau
whtt
p://t
ambr
auw
kab.
blog
spot
.co
.id/
https
://ta
mbr
auw
kab.
bps.g
o.id
/
Telu
kBin
tuni
http:
//ww
w.te
lukb
intu
nika
b.go
.id/
https
://te
lukb
intu
nika
b.bp
s.go.
id/
May
brat
https
://m
aybr
atka
b.bp
s.go.
id/
Raja
Am
pat
http:
//ww
w.ra
jaam
patk
ab.g
o.id
/Pe
mka
b-Ra
ja-A
mpa
thtt
ps://
raja
ampa
tkab
.bps
.go.
id/
Soro
ng S
elat
anhtt
p://s
oron
gsel
atan
kab.
go.id
/htt
ps://
soro
ngse
lata
nkab
.bps
.go.
id/
Soro
nghtt
p://w
ww
.soro
ngka
b.go
.id/
https
://so
rong
kab.
bps.g
o.id
/Te
lukW
onda
ma
http:
//ww
w.w
onda
mak
ab.g
o.id
/htt
ps://
telu
kwon
dam
akab
.bps
.go.
id/
Papu
ahtt
p://p
apua
.bps
.go.
id/
Yahu
kim
ohtt
p://y
ahuk
imok
ab.g
o.id
/htt
ps://
yahu
kim
okab
.bps
.go.
id/
Tolik
ara
http:
//tol
ikar
akab
.go.
id/f
ull/
https
://to
likar
akab
.bps
.go.
id/
Supi
ori
https
://su
pior
ikab
.bps
.go.
id/
http:
//sup
iorik
ab.g
o.id
/Sa
rmi
http:
//bap
peda
.sarm
ikab
.go.
id/
https
://sa
rmik
ab.b
ps.g
o.id
/Pe
gunu
ngan
Bi
ntan
ghtt
p://w
ww
.peg
bint
angk
ab.
go.id
/htt
ps://
pegu
nung
anbi
ntan
gkab
.bps
.go.
id/
Mam
bera
mo
Raya
Keer
omhtt
p://k
eero
mka
b.go
.id/
https
://ke
erom
kab.
bps.g
o.id
/Ja
yaw
ijaya
http:
//jay
awija
yaka
b.go
.id/w
eb/
https
://ja
yaw
ijaya
kab.
bps.g
o.id
/W
arop
enhtt
p://w
arop
enka
b.go
.id/
https
://w
arop
enka
b.bp
s.go.
id/
Kepu
laua
nYap
enhtt
p://k
epya
penk
ab.g
o.id
/htt
ps://
kepu
laua
nyap
enka
b.bp
s.go.
id/
Asm
athtt
p://w
ww
.asm
atka
b.go
.id/
https
://as
mat
kab.
bps.g
o.id
/Ya
limo
http:
//ww
w.y
alim
okab
.go.
id/
https
://ya
limok
ab.b
ps.g
o.id
/Pu
ncak
http:
//pun
cakk
ab.g
o.id
/htt
ps://
punc
akka
b.bp
s.go.
id/
Ndu
gahtt
p://n
duga
kab.
go.id
/htt
ps://
ndug
akab
.bps
.go.
id/
Lampiran180 .................................
...............................................................................................................................................................
Wila
yah
Prov
insi
Web
site
BPS
Prov
insi
Kabu
pate
nW
ebsit
e Ka
bupa
ten
Web
site
BPS
Kabu
pate
nM
ambe
ram
o Te
ngah
http:
//mam
bera
mot
enga
hkab
.go
.id/v
2/htt
ps://
mam
bera
mot
enga
hkab
.bps
.go.
id/
Lann
y Ja
yahtt
ps://
lann
yjay
akab
.bps
.go.
id/
Inta
n Ja
yahtt
p://i
ntan
jaya
kab.
go.id
/htt
ps://
inta
njay
akab
.bps
.go.
id/
Dog
iyai
https
://do
giya
ikab
.bps
.go.
id/
Dei
yai
https
://de
iyai
kab.
go.id
/htt
ps://
deiy
aika
b.bp
s.go.
id/
Biak
Num
for
http:
//bia
kkab
.go.
id/
https
://bi
aknu
mfo
rkab
.bps
.go.
id/
Punc
ak Ja
yahtt
ps://
ww
w.p
unca
kjay
akab
.go
.id/
https
://pu
ncak
jaya
kab.
bps.g
o.id
/
Pani
aihtt
p://w
ww
.pan
iai.g
o.id
/htt
ps://
pani
aika
b.bp
s.go.
id/
Map
pihtt
p://m
appi
kab.
go.id
/ttp
s://m
appi
kab.
bpH
s.go.
id/
Bove
nDig
oel
https
://bo
vend
igoe
lkab
.bps
.go
.id/
http:
//ww
w.b
oven
digo
elka
b.go
.id/
Nab
irehtt
p://n
abire
kab.
go.id
/por
tal/
https
://na
bire
kab.
bps.g
o.id
/M
erau
kehtt
p://w
ww
.mer
auke
.go.
id/
port
al/
https
://m
erau
keka
b.bp
s.go.
id/
Sum
ber:
Has
il An
alisi
s Ti
m P
enyu
sun
181 Indeks Ketahanan Konflik 2016 .................................
...............................................................................................................................................................
Daftar Website Kementerian dan Lembaga NegaraNO Kementerian/Lembaga Website
1 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia http://kemkes.go.id
2 Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia http://naker.go.id
3 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
http://kemdikbud.go.id
4 Komisi Pemilihan Umum Pusat http://kpu.go.id
5 Badan Pusat Statistik http://bps.go.id
6 Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia http://kemendagri.go.id
7 Kementerian Keuangan Republik Indonesia http://kemenkeu.go.id
8 Bappenas http://bappenas.go.id
9 Kejaksaan Agung Republik Indonesia http://kejaksaan.go.id
10 Komisi Pemberantasan Korupsi http://kpk.go.id
11 Kementerian Hukum dan HAM http://kemenkumham.go.id
12 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan TRansmigrasi
http://kemendesa.go.id