Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap...

18
73 BAB IV ANALISIS DAMPAK KONFLIK TERHADAP INTERAKSI SOSIAL PASCA KONFLIK ANTARA WARGA DI KELURAHAN RIJALI Pada pembahasan bab ini, penulis akan memaparkan hasil analisis berdasarkan pemahaman-pemahaman teoritis yang telah dipaparkan sebelumnya pada bab II untuk melihat realita yang telah dipaparkan pada bab III. Dengan demikian penulis akan menganalisis tentang dampak konflik terhadap interaksi sosial pasca konflik antara warga di Kelurahan Rijali, Kota Ambon. Analsis akan dibahas di dalam tiga poin yaitu; pertama, interaksi sebelum konflik; kedua, interaksi ketika konflik, dan yang ketiga, interaksi pasca konflik, dimana poin pertama dan kedua menjadi bahan perbandingan terhadap poin tiga yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini. Pada akhir pembahasan analisis penulis akan memberikan tanggapan kritis penulis. 4.1. Interaksi Sebelum Konflik. Kehidupan interkasi yang baik terjalin antara sesama warga Kelurahan Rijali sebelum konflik, di mana kegiatan ‘Masohi’ sering dilakukan oleh masyarakat setempat. Walaupun berasal dari berbagai latar-belakang yang berbeda-beda dan berasal dari suku maupun agama yang berbeda akan tetapi hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk saling toleransi dan saling menghormati satu dengan yang lainnya. masyarakat di wilayah Rijali dapat hidup dengan rukun dan saling membantu dan bekerja sama untuk membangun masyarakat dan wilayahnya. Ketika kita mendefenisikan budaya sebagai

Transcript of Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap...

Page 1: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

73

BAB IV

ANALISIS DAMPAK KONFLIK TERHADAP INTERAKSI SOSIAL

PASCA KONFLIK ANTARA WARGA DI KELURAHAN RIJALI

Pada pembahasan bab ini, penulis akan memaparkan hasil analisis

berdasarkan pemahaman-pemahaman teoritis yang telah dipaparkan sebelumnya

pada bab II untuk melihat realita yang telah dipaparkan pada bab III. Dengan

demikian penulis akan menganalisis tentang dampak konflik terhadap interaksi

sosial pasca konflik antara warga di Kelurahan Rijali, Kota Ambon. Analsis akan

dibahas di dalam tiga poin yaitu; pertama, interaksi sebelum konflik; kedua,

interaksi ketika konflik, dan yang ketiga, interaksi pasca konflik, dimana poin

pertama dan kedua menjadi bahan perbandingan terhadap poin tiga yang menjadi

permasalahan dalam penulisan ini. Pada akhir pembahasan analisis penulis akan

memberikan tanggapan kritis penulis.

4.1. Interaksi Sebelum Konflik.

Kehidupan interkasi yang baik terjalin antara sesama warga Kelurahan

Rijali sebelum konflik, di mana kegiatan ‘Masohi’ sering dilakukan oleh

masyarakat setempat. Walaupun berasal dari berbagai latar-belakang yang

berbeda-beda dan berasal dari suku maupun agama yang berbeda akan tetapi hal

tersebut tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk saling toleransi dan saling

menghormati satu dengan yang lainnya. masyarakat di wilayah Rijali dapat hidup

dengan rukun dan saling membantu dan bekerja sama untuk membangun

masyarakat dan wilayahnya. Ketika kita mendefenisikan budaya sebagai

Page 2: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

74

“keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan

kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu”,

maka budaya Maluku dapat dirumuskan sebagai keseluruhan nilai-nilai (hal-hal

yang berharga) yang dipelihara, dikembangkan, dan diwariskan dalam masyarakat

Maluku. Dengan demikian segala yang berupa pemikiran, nilai-nilai sosial atau

benda (karya manusia) yang dianggap berharga oleh masyarakat Maluku termasuk

budaya Maluku.1

Untuk jangka waktu yang panjang, masyarakat Islam dan masyarakat

Kristen di Maluku hidup dalam dialektika kreatif antara pemahaman-diri (self-

understand-ing) sebagai satu etnis, yang sekaligus terbedakan menurut agama.

Pandangan dunia dialektik yangterkondisikan ini dibutuhkan dalam rangka

mengelola ketegangan prinsipil antara pemahaman mengenai hakikat kebudayaan

sebagai basis eksistensi lokal pada satu sisi; dengan sandaran interpretatif teologi

agama yang dianut sebagai basis eksistensi spiritual, pada sisi lain. Mantra-mantra

kearifan lokal masyarakat berfungsi mengakomodasi dialektika tersebut, lalu

mentransformasikannya kedalam harmonisasi kreatif. Dari proses ini terbentuk

satu pola religiositas yang khas, sebagaimana oleh Frank Cooley disebut dengan

“agama Ambon”.2 Budaya Pela dan Gandong sebagai budaya tradisional yang

merupakan warisan turun-temurun menjadi ikatan adat yang sangat kuat, sehingga

mampu untuk menciptakan sebuah hubungan kekeluargaan dengan berlandaskan

1 Tamrin Amal Tamagola, et al. Revitalisasi Kearifan Lokal – Studi Resolusi Konflik di

Kalimantan Barat, Maluku dan Poso (Jakarta Selatan: Internasional Center for Islam Pluralism,

2007)161. 2 Frank Cooley, Mimbar dan Tahta: Hubungan Lembaga-lembaga Keagamaan dan

Pemerintahan di Maluku Tengah (Jakarta: Sinar Harapan, 1989) 53. Lihat juga Frank Cooley,

Indjil dan Adat di Maluku dalam W.B Sidjabat (peny.), Panggilan Kita di indonesia Dewasa Ini

(Djakarta: Badan Penerbit Kristen, 1964), 220-235.

Page 3: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

75

ikatan persaudaraan yang erat antara warga Kelurahan di Rijali walaupun sedikit

terlupakan akibat pengaruh perkembangan zaman.

Menurut penulis pengaruh modernisasi mengakibatkan budaya tradisional

mulai dilupakan, akan tetapi kesadaran sebagai orang asli Ambon yang terlihat di

dalam kehidupan Warga Rijali membuat budaya tradisional yaitu Pela dan Gandong

tetap di pertahankan. Pela dan Gandong sebagai budaya lokal Pada tingkat

individu, hubungan gandong menjadi acuan moral dan pengorganisasian bagaimana

’kehidupan bersama’ dan emosi warga diwujudkan dalam tidakan yang tercemin

dalam realitas kehidupan sehari-hari.3 Pela-Gandong diharapkan nantinya menjadi

simpul budaya yang potensial untuk mengeratkan kembali masyarakat yang

terpisah karena konflik.

Simmel mengisolasikan bentuk atau pola di mana proses interaksi itu

dapat dibedakan dari isi kepentingan, tujuan atau maksud tertentu yang sedang

dikejar melalui interaksi itu. Isi kehidupan sosial meliputi: insting erotic,

kepentingan objektif, dorongan agama, tujuan membela dan menyerang, bermain,

keuntungan, bantuan atau instruksi, dan tidak terbilang lainnya yang

menyebabkan orang untuk hidup bersama dengan orang lainnya, untuk bertindak

terhadap mereka, bersama mereka, melawan mereka, untuk mempengaruhi orang

lain, dan untuk dipengaruhi oleh mereka. Menurut penulis budaya pela-gandong

merupakan isi dari interaksi yang terjalin atara sesama warga Kelurahan Rijali

yang kemudian dipegang sebagai norma-norma untuk mengatur kehidupan warga.

3 Tontji Soumokil, Reintegrasi Sosial Pasca konflik Maluku (Salatiga: Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana, 2011) 168.

Page 4: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

76

Hal ini menyebabkan warga Kelurahan Rijali dapat hidup bersama-sama, saling

berinteraksi dan salingmempengaruhi.

4.2. Interaksi Ketika Konflik Berlangsung

Ketika konflik terjadi, wilayah Rijali terlihat seperti kota mati, karena

ditinggalkan warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Ketika konflik

berlangsung, nyaris tidak ada interaksi yang terjadi di antara masyarakat yang

pernah menetap bersama-sama di wilayah Kelurahan Rijali. Hubungan antara

sesama masyarakat Rijali yang berbeda keyakinan benar-benar terputus.

Menurut penulis, ini merupakan titik terendah dalam hubungan interaksi

antara sesama Warga Rijali, dimana hubungan interaksi yang ada benar-benar

terputus atau hilang. Seperti yang telah dikemukakan oleh Simmel bahwa sosiasi’

berarti “proses di mana masyarakat itu terjadi”. Sosiasi meliputi interaksi timbal-

balik. Melalui proses ini, dimana individu saling berhubungan dan saling

mempengaruhi, masyarakat itu sendiri muncul. Hubungan interaksi yang hilang

merupakan bukti nyata dari tidak-adanya proses komunikasi dan hubungan

timbak-balik antara kedua kelompok warga yang bertikai.

Terkadang masyarakat Rijali kembali ke Rijali, jika menurut mereka

keadaan sudah cukup aman, itupun hanya mereka yang bertempat tinggal agak

jauh dari wilayah rawan konflik di kawasan Rijali. Namun mereka juga harus

Page 5: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

77

kembali mengungsi karena keadaan yang aman itu tidak berlangsung lama.4

Setelah beberapa tahun konflik berjalan, muncul interaksi antara kedua kelompok

yang berselisih, secara tersembunyi atau secara diam-diam dilakukan di wilayah

Kelurahan Rijali (perbatasan). Akan tetapi mereka tidak semua merupakan warga

yang tinggal di wilayah Rijali, melainkan adalah orang-orang yang tinggal di luar

wilayah Rijali. Mereka biasanya adalah para pedagang yang bertukar barang

dagangan untuk dijual ke wilayah masing-masing.

Menurut penulis ini merupakan salah satu hal positif yang ditunjukan oleh

warga khususnya mereka yang saling terlibat konflik. Mereka lebih memilih

mengabaikan konflik yang terjadi dan melupakan permusuhan yang ada dengan

menciptakan hubungan interaksi dengan warga lainnya untuk kepentingan mereka

bersama. Menurut Simmel, ada pola interaksi timbal-balik dimana mereka saling

berhubungan dan saling mempengaruhi. Akan tetapi masyarakat tidak pernah ada

sebagai sesuatu benda obyektif terlepas dari anggota-anggotanya. Dalam hal ini

“masyarakat” (atau tingkat “sosietalitasi”) yang muncul sangat rapuh dan

sementara sifatnya, dimana ikatan-ikatan interaksi timbal-baliknya itu bersifat

sementara saja.

4 Hasil wawancara Tanggal 20 Juni 2011 dengan saudara V.P.

Page 6: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

78

4.3. Interaksi Pasca Konflik

Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di Kota Ambon sangatlah

menyisakan luka yang mendalam bagi masyarakatnya termasuk di dalamnya

warga penghuni Kelurahan Rijali. Seperti yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya bahwa Kelurahan Rijali merupakan salah satu wilayah yang terkena

langsung dari dampak konflik yang terjadi di Ambon. Ketika konflik berlangsung

Kelurahan Rijali berubah menjadi medan pertempuran, karena letak wilayahnya

yang berada ditengah-tengah dua wilayah mayoritas yang sedang berada dalam

situasi konflik; yaitu wilayah Batu Merah (mayoritas Muslim) dan Karang

Panjang dan Tanah Tinggi (mayoritas Kristiani). Penulis sebelumnya telah

memaparkan bahwa Kelurahan Rijali sendiri merupakan salah satu wilayah yang

dihuni oleh dua kelompok masyarakat yang terlibat di dalam konflik yaitu Muslim

dan Kristen, walaupun sudah terjadi sedikit pemisahan pada wilayah pemukiman

di wilayah tersebut. Namun sejatinya kedua kelompok warga yang terlibat konflik

masih tinggal bersama dalam satu wilayah.

Kehidupan dan pola pemukiman warga Kelurahan Rijali yang dahulunya

hidup dan bermukim saling berbaur menjadi terpisah akibat konflik yang terjadi.

Ada beberapa kepala keluarga yang menjadi korban langsung dari konflik, dimana

rumah mereka ada yang hancur dan ada pula yang terbakar habis. Hal inilah yang

mengakibatkan sebahagian besar di antara mereka enggan kembali ke rumah

pemukiman mereka semula setelah konflik. Sebagian dari mereka ada yang

menjual tanah bekas rumah mereka yang telah hancur karena terbakar, dan ada

pula yang membangun kembali rumah mereka yang rusak tetapi tidak untuk

Page 7: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

79

ditempati sendiri melainkan untuk di sewakan kepada orang-orang pendatang.

Bagi warga Kelurahan Rijali yang walaupun turut mengungsi ketika terjadi

konflik namun yang rumah tempat tinggalnya luput dari kerusakan akibat konflik

lebih memilih kembali menempati rumah mereka. Walaupun sewaktu-waktu jika

konflik kembali pecah maka mereka harus kembali lagi mengungsi ke tempat

pengungsian.

Semua agama mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian,

penekanan harmonitas kehidupan menjadi bersifat lintas agama. Akan tetapi,

pembangunan harmonitas kehidupan sering kali didasarkan pada ikatan-ikatan

primodial seperti politik, budaya, dan etnis. Perwujudan harmonitas yang

didasarkan pada ikatan-ikatan primodialis-antrophosentris semacam itu ternyata

sering kali bersifat semu dan amat sementara, bahakan rapuh, sebab jika ada

kesinggungan antar kelompok, segera mengakibatkan penganut agama menjadi

kalut dan kemudian dihinggapi rasa permusuhan yang tidak jelas.5

Konflik mengakibatkan hilangnya rasa saling percaya terhadap warga di

Kelurahan Rijali yang berbeda agama, hal ini menyebabkan rasa saling percaya

terhadap sesama hanya terbatas pada mereka yang memiliki keyakinan atau

beragama sama. Hal senada juga bendampak pada perubahan pemukiman warga

di Kelurahan Rijali, dimana muncul dua kelompok wilayah pemukiman baru,

yaitu wilayah pemukiman yang bermayoritaskan warga Kristen (yang bermukim

lebih dekat dengan wilayah Karang Panjang dan wilayah Tanah Tinggi) dan

5 Prof.Dr.Syahrin Harahap,M.A, Teologi Kerukunan (Jakarta: Prenada Media Group 2011)

16

Page 8: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

80

warga Muslim (yang bermukim lebih dekat dengan wilayah Batu Merah). Di

dalam bab I telah dipaparkan bahwa ada segregasi yang terjadi pada warga

Kelurahan Rijali pasca konflik yang terjadi di Ambon, akibatnya secara otomatis

hubungan interaksi antara kedua belah pihak yang sedang bertikai menjadi

terputus.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Georg Simmel bahwa sosiasi’ berarti

“proses di mana masyarakat itu terjadi”. Sosiasi meliputi interaksi timbal-balik.

Melalui proses ini, dimana individu saling berhubungan dan saling

mempengaruhi, masyarakat itu sendiri muncul. Demikian juga dengan warga yang

bermukim di Kelurahan Rijali, baik yang beragama Kristen atau Muslim, mereka

dapat terbentuk karena adanya interaksi sebelum terjadi konflik. Namun akibat

konflik warga Kelurahan Rijali kemudian terpisah antara warga yang beragama

Kristen dan yang bergagama Muslim. Setiap kelompok hanya berinteraksi dengan

sesama mereka yang berkeyakinan atau bergama sama, dengan demikian maka

terbentuklah dua pola proses interaksi baru. Situasi ini merupakan situasi di dalam

kelompok, di mana kelompok sosial tempat orang-orangnya berinteraksi itu

merupakan suatu keseluruhan tertentu, misalnya suatu perkumpulan, suatu partai,

dan anggota-anggotanya sudah mempunyai saling hubungan yang lebih mendalam

antara yang satu dengan yang lain, saling hubungan yang tidak berlaku pada hari

itu saja mereka berkumpul, tetapi saling hubungan itu sudah terjalin sebelumnya.6

6 Dr.W.A. Gerungan, Dipl. Psych, Psikologi Sosial (Bandung: PT. Refika Aditama 2004),

79.

Page 9: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

81

Dua pola proses interaksi baru yang muncul pasca konflik ini juga

merupakan proses sosiasi yang di utarakan oleh Simmel. Timbul pertanyaan yaitu,

bagaimana sehingga pola-pola interaksi ini dapat terbentuk?. Seperti yang telah

dipaparkan pada bab sebelumnya, dimana Simmel membahas tentang bentuk dan

isi dari proses interaksi. bentuk yang dimaksudkan oleh Simmel disini adalah

terbentuknya dua komunitas agama atau dua pola interaksi yang terlahir pasca

konflik, yaitu interaksi antar sesama warga beragama Kristen (kelompok warga

Kristen) dan interaksi antar warga beragama Muslim (kelompok warga Muslim).

Menurut Simmel bentuk atau pola dimana proses interaksi itu terjadi karena ada

persamaan kepentingan, tujuan atau maksud tertentu yang sedang dikejar melalui

interaksi itu, inilah isi dari proses interaksi yang dimaksudkan oleh Simmel.

Kedua kelompok warga yang berada di Kelurahan Rijali, baik yang

Kristen maupun Muslim memiliki persamaan yang sama, yaitu masing-masing

kelompok hanya bermukim dan berinteraksi dengan sesama anggota kelompok

mereka. Hal ini terjadi karena ada rasa saling percaya di dalam masing-masing

kelompok, atas dasar keyakinan dan agama yang sama. Rasa saling percaya yang

dimiliki setiap individu di dalam masing-masing kelompok tersebut, menurut

penulis inilah yang dimaksudkan oleh George Herbert Meat tentang prioritas

sosial, yaitu merupakan perkembangan keadaan mental kesadaran diri yang

dihasilkan oleh kelompok sosial, dimana kelompok sosial tersebut telah terbentuk

terlebih dahulu. Hal ini memungkinkan setiap warga di Kelurahan Rijali untuk

hanya memilih kelompok yang sesuai dengan agama dan kepercayaannya atau

kembali ke ‘agama ibu’ (kecil kemungkinan warga yang berbeda agama menetap

Page 10: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

82

bersama). Kendati demikian kedua kelompok warga yang ada di Kelurahan Rijali

tersebut juga memiliki kepentingan dan yang sama, yaitu untuk bertahan hidup

dengan rasa aman dan damai walaupun sudah ada pemisahan dalam pola

pemukiman di wilayah tersebut.

Satu pola interaksi yang ada pada warga Kelurahan Rijali berubah menjadi

dua pola interaksi mengakibatkan terjadinya perubahan sosial di dalam kehidupan

warga tersebut. Hilangnya toleransi antar umat beragama yang dahulunya ada dan

berkembang, walaupun dahulu dan mungkin sampai sekarang Orang Maluku

masih mempunyai pemahaman negatif, dimana umumnya mereka memandang

orang yang tidak seagama dengannya sebagai “orang kafir” dan agama lain

dianggap bukanlah agama yang diperkenankan Allah yang disembahnya.7 Seperti

yang dikatakan Ajith Fernando “other religions are false paths thad misslead

their followers”.8 Konflik mengakibatkan hilangnya nilai silahturahmi antara

warga yang berbeda agama dan juga semangat “masohi” di antara mereka.

Setelah konflik berakhir warga Kelurahan Rijali yang berada di

pengungsian kembali menempati kediaman mereka masing-masing. Beberapa

warga Rijali mengklaim bahwa mereka merupakan penduduk asli setempat, sebab

sejak lahir mereka telah menempati tempat itu. Kendati demikian, warga yang

sampai saat ini tetap bertahan dan tinggal di Kelurahan Rijali berusaha untuk

bertahan dan hidup dengan damai atara sesamamereka walaupun kehidupan

7Jhon Pieris, Tragedi Maluku: Sebuah Krisis Peradaban – Analisis Kritis Aspek:

Politik,Ekonomi,Sosia-Budaya dan Keagamaan -;edisi 1, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2004). 81. 8Ajith Fernando, “Other Religions Are False Paths Thad Misslead Their Followers” dalam

John Lyden, Enduring Issue in Reli (San Diego: Greenhaven Press Inc, 1995) 67.

Page 11: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

83

pemukiman mereka telah mengalami perubahan. Melihat hubungan yang terjadi

antara sesama warga Kelurahan Rijali walaupun hanya dalam bentuk tegur-sapa,

interaksi jual-beli, maupun kegiatan-kegiatan terkait birokrasi, menunjukan bahwa

ada keinginan untuk kembali hidup berdampingan secara normal antara sesama

warga. Hal ini dapat dijadikan salah satu bentuk positif dalam usaha perdamaian

agar kehidupan mereka tidak lagi ‘terisolasi’, dan cenderung lebih banyak

melakukan kegiatan interaksi dengan warga di dalam kelompok mereka masing-

masing melainkan salin berbaur.

Perubahan interaksi warga Kelurahan Rijali di atas menurut penulis,

merupakan bentuk sosiabilita sesuai dengan yang dikemukakan oleh Simmel.

Simmel memaparkan bahwa kalau sosiasi atau interaksi itu dipisahkan isinya

sendiri atau isi yang tidak ada hubungannya dengan itu maka, bentuk yang

dihasilkan adalah sosiabilita. Dua kelompok warga di Kelurahan Rijali baik

kelompok Muslim maupun Kristen cenderung jarang untuk saling berinteraksi.

Interaksi yang terjadi, sesuai yang telah dipaparkan penulis diatas, yaitu hanya

sebatas tegur-sapa, interaksi jual-beli, maupun kegiatan-kegiatan terkait birokrasi

merupakan bentuk-bentuk sosiabilita yang menurut Simmel sebagai sesuatu

bentuk yang murni, merupakan interaksi yang terjadi demi interaksi itu sendiri

dan bukan untuk tujuan lain. Penulis memberikan contoh; seorang warga Kristen

dan seorang warga Muslim yang saling kenal dan sama-sama tinggal di Kelurahan

Rijali bertemu dan berpapasan di jalan, mereka kemudian saling menyapa.

Mereka berdua hanya saling menyapa dan tidak ada interaksi lebih lanjut.

Interaksi yang terjadi di antara mereka hanya terbatas pada proses interaksi itu

Page 12: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

84

sendiri, yaitu saling menyapa karena saling mengenal. Contoh lainnya; seorang

warga Kristen membeli pisang goreng dari seorang penjual pisang goreng yang

beragama Muslim. Interaksi tersebut hanya terbatas pada proses jual-beli, dimana

masing-masing memiliki tujuannya sendiri-sendiri.

Kendati terjadi perubahan yang signifikan di dalam proses interaksi warga

Kelurahan Rijali, akan tetapi baik warga Muslim maupun Kristen beranggapan

hubungan antara mereka yang berbeda agama tetap sama seperti sebelum konflik

terjadi. Salah satu warga memaparkan bahwa sejak sebelum konflik sampai pasca

konflik hubungannya dengan dengan warga lain yang berbeda agama baik-baik

saja. Walaupun berbeda agama mereka saling mengenal baik, dimana ada rasa

saling memahami. Hal ini merupakan salah satu dampak positif yang terlihat,

dimana ada usaha untuk tetap saling percaya diantara mereka yang telah hidup

bersama sebelum konflik terjadi. Kendati demikian menurut penulis rasa saling

kurang percaya itu masih tetap ada dan melekat di dalam kehidupan warga

Kelurahan Rijali, seperti terlihat dari salah satu pernyataan warga Kelurahan Rijali

yang mengatakan bahwa “jika kita berbuat baik kepada mereka, maka mereka

juga pasti akan berbuat baik kepada kita. Akan tetapi jika mereka melakukan

sesuatu yang buruk kepada kita, maka kitapun akan melakukan hal yang sama

kepada mereka.”9 Hal ini merupakan salah satu bentuk masih adanya rasa saling

tidak percaya diantara mereka. Hal ini mungkin dikarenakan keadaan keamanan

yang tidak menentu, di mana konflik sering terjadi kemudian mereda akan tetapi

kemudian muncul lagi konflik yang sama dan kembali mereda. Hal ini terjadi

9 Hasil wawancara tanggal 13 Juni 2011, dengan Ibu L.M.

Page 13: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

85

berulang-ulang yang pada akhirnya mengakibatkan pudarnya rasa saling percaya

di antara mereka. Menurunnya tingkat komunikasi dan dialog yang lebih

mendalam dengan rasa kekeluargaan turut mempengaruhi situasi ini. Seperti yang

dikatakan oleh Leonard Swidler bahwa:

Dialogue is conversation between two or more person with differing

views, the primary purpose of which is for each participant to lern

from the other so that be or she can change and grow-of course,

both partners will also want to share their understanding with their

partner.10

Jika dikaitkan dengan teori Meat menyangkut sikap-isyarat atau gesture,

dimana Meat mendefenisikan gesture adalah gerakan organisme pertama yang

bertindak sebagai rangsangan khusus yang menimbulkan tanggapan (secara

sosial) yang tepat dari organisme kedua, maka penulis dapat simpulkan bahwa

sikap di atas menunjukan sebuah respon terhadap rangsangan. Tanpa ada

rangsangan maka respon tidak akan pernah terjadi. Dalam pernyataan di atas yang

berbunyi;

“jika kita berbuat baik kepada mereka, maka mereka juga pasti akan

berbuat baik kepada kita. Akan tetapi jika mereka melakukan

sesuatu yang buruk kepada kita, maka kitapun akan melakukan hal

yang sama kepada mereka.”

menunjukan adanya respon terhadap rangsangan yang di terima. Dalam hal ini

bentuk respon yang diberikan sama dengan bentuk rangsangan yang diterima.

Mead menambahkan dalam proses interaksi sosial, manusia secara simbolik

mengomunikasikan arti terhadap orang lain yang terlibat. Orang lain menafsirkan

10 Leonard Swidler, After the Absolute; The Dialogical Future of Relegion Reflection

(Augsburg Fortess, 1990) 3

Page 14: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

86

simbol komunikasi itu dan mengorientasikan tindakan balasan mereka berdasarkan

penafsiran mereka. Jika berpatokan pada keadaan warga di Kelurahan Rijali maka,

dapat dikatakan bahwa mereka pada dasarnya saling berinteraksi, hanya saja

interaksi tersebut lewat simbol-simbol. Simbol-simbol yang dimaksudkan disini

lebih dititik-beratkan pada perilaku dan tindakan. Rasa mempercayai akan muncul

jika ada dipercayai sebaliknya rasa curiga ada karena dicurigai. Warga Kelurahan

Rijali masih memiliki kesadaran sebagai sama-sama orang asli Ambon yang masih

memegang teguh adat dan budaya gandong. Hal ini dapat menjadi nilai positif

dalam upaya menjalin kembali tali persaudaraan yang terputus akibat konflik .

Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya bahwa, sejak sebelum

konflik kemanusiaan terjadi, banyak pendatang dari luar pulau datang dan menetap

di Kelurahan Rijali. Ketika pasca konflik jumlah pendatang pun semakin meningkat

dengan tujuan melanjutkan studi mencari pekerjaan, ataupun berwiraswasta. Hal ini

didukung dengan banyak munculnya rumah-rumah kos, dan rumah kontrakan yang

disewakan oleh pemilik rumah yang sudah tidak ingin menempati kediamannya di

Kelurahan Rijali, akibat trauma pasca konflik. Warga Rijali sendiri cukup

mempermasalahkan jumlah pendatang yang ada di Kelurahan Rijali, karena

menurut mereka selain membuat Kelurahan Rijali semakin padat, keamanan dan

ketentraman warga juga menjadi terganggu, hal ini seakan-akan memunculkan

konflik baru. Menurut beberapa warga asli Kelurahan Rijali, salah satu penyebab

konflik terus berkepanjangan adalah faktor interfensi kaum pendatang terhadap

konflik, dimana mereka malah memberikan pengaruh negatif lewat perbuatan-

perbuatan yang berusaha untuk memprofokasi warga. Faktor-faktor inilah yang

Page 15: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

87

kemudian setelah konflik berakhir, nyaris tidak ada interaksi yang terjadi antara

warga Kelurahan Rijali asli atau yang telah lama menetap di sana dengan para

pendatang yang baru menetap di Kelurahan Rijali.

Menurut Simmel, lawan dari persatuan bukanlah konflik tetapi

ketidakterlibatan (noninvovelment, artinya tidakada satupun bentuk interaksi

timbal-balik). Menurut Simmel konflik adalah salah satu bentuk interaksi

walaupun faktor yang menyebabkannya adalah faktor yang negatif, seperti

kebencian. Simmel menganalisa beberapa bentuk atau cara untuk mengakhiri

konflik antara lain dengan cara kompromi, berdamai, sepakat untuk tidak sepakat.

Penulis menyimpulkan bahwa walaupun hubungan antara warga

Kelurahan Rijali yang asli dengan warga pendatang memang kurang harmonis,

akan tetapi mereka dapat hidup bersama-sama dengan berpegang pada norma-

norma dan aturan yang telah ada.

4.4. Tanggapan Kritis.

Pada bagian ini penulis akan memaparkan tanggapan kritis menyangkut

hasil analisa yang telah dipaparkan sebelumnya. Sejak dahulu interaksi sosial

telah menjadi warisan turun-temurun bagi warga Kelurahan Rijali. Walaupun dari

latar-belakang asal, agama dan budaya yang berbeda, akan tetapi warga Kelurahan

Rijali dapat hidup bersama berlandaskan rasa kekeluargaan. Budaya gandong

sebagai budaya tradisional mampu menjadi pemersatu antara satu dengan yang

lainnya walaupun berbeda latar-belakang kehidupannya. Namun seiring dengan

Page 16: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

88

perkembangan zaman, maka budaya tradisional pun menjadi terlupakan. Wilayah

Kelurahan Rijali yang berada di pusat Kota Ambon secara langsung mendapat

pengaruh budaya modernisasi. Pola kehidupan sosial mereka pun berubah menjadi

lebih individualistis, membuat budaya gandong semakin tenggelam di telan

kemajuan zaman. Ketika konflik kemanusiaan terjadi praktis hubungan interkasi

sosial antara Warga Rijali yang beragama Muslim dan warga Rijali yang

beragama Kristen terputus secara total. Dengan begitu mudahnya sebuah

profokasi dapat menghancurkan hubungan interaksi yang telah lama terbina.

Mengapa hal tersebut dapat terjadi?, ini diakibatkan oleh faktor-faktor yang telah

dipaparkan di atas, yaitu; hilangnya nilai-nilai kekeluargaan dan kebersamaan

akibat mordernisasi. Budaya gandong tidak lagi dapat menyelamatkan hubungan

interaksi yang telah terlanjur terputus. Ditambah lagi dengan kurangnya

pelestarian budaya tradisional khususnya di wilayah perkotaan menambah

redupnya semangat budaya gandong bagi warga Kelurahan Rijali.

Dampak modernisasi dan ditambah lagi dengan konflik kemanusiaan yang

terjadi semakin memperburuk hubungan interaksi sosial warga Kelurahan Rijali.

Akan tetapi lambat-laun warga menjadi jenuh dengan konflik yang

berkepanjangan, dan pada akhirnya mereka memilih untuk tidak mudah

terprofokasi dengan isu-isu yang ada dalam rangka memecah-belah kerukunan

dan persatuan. Ketika konflik berakhir, warga Kelurahan Rijali akhirnya memilih

untuk kembali hidup berdampingan bersama-sama atas dasar kekeluargaan

sebagai penduduk asli wilayah tersebut. Secara perlahan-lahan budaya gandong

kembali diangkat sebagai pemersatu untuk menciptakan interaksi sosial yang

Page 17: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

89

lebih baik. Kurang adanya campur tangan pemerintah dalam usaha rekonsiliasi

pasca konflik secara khusus di desa-desa mengakibatkan proses untuk betul-betul

saling menerima dan berdamai antara warga Kelurahan Rijali berjalan lambat.

Tingginya jumlah pendatang yang bermukim di Kelurahan Rijali bukan

menjadi masalah baru bagi warga Kelurahan Rijali. Sebelum konflik pecah pun

masalah ini sudah ada, dan ketika pasca konflik masalah ini semakin menjadi

terselesaikan bagi warga Kelurahan Rijali. Ditambah lagi para pendatang ini

diklaim sebagai salah satu penyebab terjadinya konflik sosial yang

berkepanjangan. Hal ini semakin memperburuk hubungan antara warga asli

Kelurahan Rijali dengan warga pendatang yang bermukim di Kelurahan Rijali.

Kembali lagi keterlibatan pemerintah dipertanyakan dalam upaya untuk

menanggulangi permasalah ini.

Menurut penulis masalah-masalah yang telah dipaparkan sebelumnya

harus diselesaikan secara bersama-sama dan menjadi tanggung jawab bersama,

baik warga Kelurahan Rijali maupun para pengurus desa. Para pranata desa yang

ada di Kelurahan Rijali harus mampu bertugas dalam rangka menjembatani setiap

kelompok yang bertikai baik antara kelompok Muslim dan Kelompok Kristen,

maupun antara warga asli dan warga pendatang di Kelurahan Rijali, sehingga

dapat berdialog bersama demi menciptakan rasa kebersamaan dan kekeluargaan.

Seperti yang dikemukakan oleh Simmel menyangkut teori konflik, dimana konflik

itu sendiri merupakan interaksi yang terbentuk karena adanya dualisme di dalam

kelompok, sehingga untuk mencapai kesepakatan terkadang salah satu kelompok

harus di musnahkan. Hal ini bukan berarti bahwa tidak ada solusi dalam upaya

Page 18: Dampak Tragedi Kemanusiaan Di Ambon Terhadap …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/4/T1...78 4.3. Interaksi Pasca Konflik Dampak dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di

90

menyelesaikan konflik, tetapi Simmel menawarkan beberapa point untuk

menyelesaikan konflik, yaitu berkompromi dan berdamai atau dengan kata lain

musyawarah untuk mufakat. Oleh sebab itu menurut penulis ini bukanlah hal

sederhana yang harus diabaikan atau ditunda-tunda dalam pelaksanaannya. Perlu

adanya penanganan dan perhatian serius dari pihak pemerintah daerah dengan

dibantu oleh unsur-unsur yang ada di dalam pemerintahan desa dan bererja sama

dengan segenap warga yang ada, untuk menciptakan sebuah perdamaian yang

memberikan rasa aman dan tentram bagi semuannya.