DAYA INSEKTISIDA, JENIS, DAN STRUKTUR ISOLAT MURNI …digilib.unila.ac.id/25119/3/TESIS TANPA BAB...
Transcript of DAYA INSEKTISIDA, JENIS, DAN STRUKTUR ISOLAT MURNI …digilib.unila.ac.id/25119/3/TESIS TANPA BAB...
DAYA INSEKTISIDA, JENIS, DAN STRUKTUR ISOLAT MURNI
EKSTRAK POLAR SERBUK DAUN GAMAL (Gliricidia maculata Hbr.)
TERHADAP KUTU PUTIH (Planococcus minor Maskell) PADA
TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)
(Tesis)
Oleh
RATIH ANDRIYANI
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK
DAYA INSEKTISIDA, JENIS, DAN STRUKTUR ISOLAT MURNI
EKSTRAK POLAR SERBUK DAUN GAMAL (Gliricidia maculata Hbr.)
TERHADAP KUTU PUTIH (Planococcus minor Maskell ) PADA
TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)
Oleh
Ratih Andriyani
Kakao (T. cacao) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat. Produksi
biji kakao sering mengalami penurunan. Salah satu faktor penyebabnya adalah
karena serangan hama kutu putih (P. minor). Serangga ini menghisap buah yang
masih kecil sehingga buah akan mengering dan pertumbuhan buah terhambat.
Penggunaan insektisida sintetik yang tidak tepat akan berdampak buruk. Gamal
(G. maculata) merupakan salah satu tanaman dengan kandungan senyawa toksik
golongan flavonoid yang berpotensi sebagai insektisida nabati. Penelitian ini
bertujuan mengetahui daya insektisida, jenis dan struktur isolat murni serbuk daun
gamal yang efektif dalam mematikan kutu putih pada tanaman kakao dengan cara
ekstraksi serbuk daun gamal, bioassay dan analisis spektroskopis. Ekstraksi
dilakukan dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut non polar dan
pelarut polar (metanol dan air). Bioassay dilakukan terhadap kutu putih pada
buah kakao yang sudah direndam dalam ekstrak polar serbuk daun gamal pada
tingkatan konsentrasi 0%, 0,015%, 0,030%, 0,045%, dan 0,060% sebanyak 3 kali
ulangan. Mortalitas kutu putih diamati pada 12, 24, 48 dan 72 jam setelah
perlakuan, dan ditentukan nilai LC50. Hasil yang diperoleh yaitu ekstrak metanol
dan ekstrak air serbuk daun gamal (G. maculata) memiliki daya insektisida
terhadap kutu putih (P. minor) pada tanaman kakao (T. cacao). Ekstrak metanol
dan ekstrak air serbuk daun gamal mengandung senyawa flavonoid jenis flavon
dan struktur jenis senyawanya terdiri dari kerangka struktural 2-fenil-1,4-
benzopiron.
Kata kunci: insektisida, ekstrak polar, Gliricidia maculata, Planococcus minor.
ABSTRACT
The Toxicity, Type, and Structure of Purified Isolate Polar Extract Powder
Leaf (Gliricidia maculata Hbr.) To Cacao Mealybug
(Planococcus minor Maskell)
By
Ratih Andriyani
One contributing factor in decreasing productivity of cocoa in the last years is due
to pest attack. Cacao mealybug (P. minor) attack the young cacao fruits, by
sucking them until dry and die. Therefore it should be controlled. Alternatives
pest control of the insecticide has been widely searched. G. maculata leaves
consist of rich flavonoid that potencial as botanical insecticide . In oder to get the
purified isolate of polar extract pouder leaf G. maculata that named (PIGR), and
test its toxicity to cacao mealybug (P. minor), the powder leaf of G. maculata
were extracted by using various organic solvents (n-hexane, dichloromethane,
methanol and water). A set of laboratory experiment was conducted to test the
toxicity by bioassay, and to know the type and structure of PIGR by
spectroscopic analysis. Five different concentrations (0 % , 0,015 % , 0,030 % ,
0,045 % and 0,060 %) of PIGR with each of 3 replications were tested to cacao
mealybug mortality. Mortality observed at 12 , 24 , 48 and 72 hours after
treatment. Probit analysis was conducted to obtain LC 50 . The result indicated the
PIGR metanol extract and water extract was toxic to cacao mealybug (P. minor).
The toxic compound of methanol extract and water extract G. maculata is flavon
with the structural frame is 2-phenyl-1,4- benzopiron.
Keywords : toxicity, polar extract, G. maculata, P. minor.
DAYA INSEKTISIDA, JENIS, DAN STRUKTUR ISOLAT MURNI
EKSTRAK POLAR SERBUK DAUN GAMAL (Gliricidia maculata Hbr.)
TERHADAP KUTU PUTIH (Planococcus minor Maskell) PADA
TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)
Oleh
RATIH ANDRIYANI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER SAINS
Pada
Program Pascasarjana Magister Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pardasuka, pada tanggal 14 Juni
1989, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, dari
Bapak Subroto dan Ibu Eliawati.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2
Pardasuka pada tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) diselesaikan di SMPN 1 Pardasuka pada tahun 2004, dan Sekolah
Menengah Umum diselesaikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pringsewu
pada tahun 2007.
Tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Pendidikan Biologi,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Berprestasi (PMB) dan berhasil
menyelesaikan studi pada tahun 2011.
Tahun 2014, penulis melanjutkan studi dan terdaftar sebagai mahasiswi
Pascasarjana Jurusan Magister Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, ku persembahkan karya yang sederhana
namun penuh perjuangan ini untuk orang yang selalu mencintai dan memberi
makna dalam hidupku, terutama bagi:
1. Ayahanda Hi. Subroto, S.P. dan Ibunda Hj. Eliawati, S.Pd. yang telah
membesarkanku dengan penuh cinta dan kasih sayang, mendidik,
memotivasi, dan menyebut namaku dalam setiap do’a.
2. Suamiku tercinta Giat Prasetya, S.Pd. yang tak pernah lelah mendukung dan
mendo’akan demi kelancaran dan keberhasilanku.
3. Calon buah hatiku yang selalu memberikan semangat dan menemani
perjuanganku.
4. Kakak-kakakku Dewie Brima Atika, S.I.P., M.Si., Mega Fibrianti, S.Kom.
dan adikku Ana Juwita, S.Pd. beserta seluruh keluarga tercinta yang selalu
menyemangatiku.
5. Almamaterku Universitas Lampung.
MOTTO
“Jika pikiran saya bisa membayangkan, hati saya bisa
meyakininya, saya tahu saya akan mampu menggapainya”
(Jesse Jackson)
“Tidak ada rahasia untuk sukses, ini adalah hasil sebuah
persiapan, kerja keras, dan belajar dari kesalahan”
(Colin Powel)
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis dengan judul “Daya Insektisida, Jenis, dan Struktur Isolat Murni Ekstrak
Polar Serbuk Daun Gamal (Gliricidia maculata Hbr.) Terhadap Kutu Putih
(Planococcus minor Maskell) Pada Tanaman Kakao (Theobroma kakao L.)”
adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains di Universitas
Lampung. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Nukmal dkk.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D., selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran
dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini;
2. Ibu Dr. Emantis Rosa, M.Biomed., selaku Pembimbing kedua atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian tesis ini;
3. Ibu Dr. Herawati Soekardi, M.S., selaku Pembahas atas masukan, saran dan
kritik dalam penyelesaian tesis ini;
4. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung;
5. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi;
6. Bapak Dr. Sumardi, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Biologi;
7. Ibu Dra. Nurul Utami yang telah membantu dalam melakukan penelitian;
8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff administrasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung;
9. Teman-teman Magister Biologi FMIPA Unila angkatan 2014 atas
kebersamaan dan keceriaannya selama ini;
10. Fahrul, Apriliyani, Fitrisia dan Hesti atas bantuan dan kerjasamanya selama
penelitian;
11. Keluarga besar Mahasiswa Magister Biologi Universitas Lampung; dan
12. Keluarga besar SMK Muhammadiyah Ambarawa atas waktu yang diberikan
untuk menyelesaikan tugas akhir ini;
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Semoga Allah Subhanahuwata’ala membalas segala bantuan yang telah diberikan
kepada Penulis. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat. Aamiin.
Bandar Lampung, Desember 2016
Penulis
Ratih Andriyani
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN .......................................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................... iii
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... ix
MOTTO .......................................................................................................... x
SANWACANA ............................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
1.3. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
1.4. Kerangka Pemikiran............................................................................ 6
1.5. Hipotesis ............................................................................................. 8
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 9
2.1. Tanaman Gamal (Gliricidia maculata) .............................................. 9
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Gamal ................................................ 9
2.1.2. Deskripsi Tanaman Gamal ................................................. 9
2.1.3. Penyebaran dan Manfaat Tanaman Gamal .......................... 11
2.1.4. Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Gamal ..................... 12
2.2. Hama dan Insektisida ........................................................................ 15
2.3. Hama Penghisap Buah Kakao
(Planococcus minor) .......................................................................... 16
2.3.1. Klasifikasi Planococcus minor ............................................ 17
2.3.2. Morfologi dan Daur Hidup Planococcus minor .................. 17
2.4. Kerugian yang Disebabkan Kutu Putih............................................. 20
III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 22
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 22
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................. 22
3.2.1. Pengambilan Daun Gamal ................................................... 22
3.2.2. Pembuatan Daun Gamal ...................................................... 23
3.2.3. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Flavonoid ......................... 23
3.2.3.1. Ekstrak Metanol ...................................................... 23
3.2.3.2. Ekstrak Air .............................................................. 24
3.2.4. Uji Insektisida ..................................................................... 25
3.2.4.1. Serangga Uji ............................................................. 25
3.2.4.2. Media Uji.................................................................. 25
3.2.4.3. Bioassay ................................................................... 25
3.3. Cara Kerja ....................................................................................... 26
3.3.1. Pembuatan Serbuk Daun Gamal ............................................ 26
3.3.2. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid .......... 26
3.3.2.1. Ekstrak Metanol ..................................................... 27
3.3.3.2. Ekstrak Air ............................................................. 29
3.3.3. Bioassay Fraksi yang Didapat ............................................... 31
3.3.3.1. Bioassay Fraksi Aktif Terhadap Hama
Planococcus minor ................................................ 31
3.3.3.2. Penentuan Struktur Senyawa Murni Aktif .............. 32
3.3.3.3. Analisis Data ........................................................... 32
3.4. Diagram Alir Penelitian ............................................................ 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 35
4.1. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid ....................... 35
4.1.1. Ekstrak Metanol ................................................................... 35
4.1.2. Ekstrak Air ........................................................................... 38
4.2. Bioassay Ekstrak Murni ..................................................................... 41
4.2.1. Tingkat Kematian Hama Kutu Putih
(Planococcus minor) Pada Ekstrak Metanol dan
Ekstrak Air Serbuk Daun Gamal yang Digunakan .............. 41
4.3. Efek Ekstrak Metanol dan Ekstrak Air Serbuk Daun Gamal
Terhadap Kematian Hama Kutu Putih (Planococcus minor) ............ 48
4.4. Jenis dan Struktur Kimia Kandungan Ekstrak Serbuk Daun
Gamal ................................................................................................. 52
V. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 55
5.1. Simpulan ............................................................................................ 55
5.1. Saran .................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56
LAMPIRAN .................................................................................................... 60
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Persentase rata-rata kematian hama kutu putih ............................................. 42
2. Hasil analisis ragam rata-rata kematian hama
kutu putih ...................................................................................................... 44
3. Hasil uji Tukey’s rata-rata kematian hama
kutu putih pada konsentrasi ekstrak yang berbeda ....................................... 45
4. Hasil uji Tukey’s rata-rata kematian hama
kutu putih pada waktu pengamatan yang berbeda ........................................ 46
5. Nilai LC50 hasil analisis probit ...................................................................... 47
6. Nilai LT50 hasil analisis probit ...................................................................... 48
7. Nilai RF hasil analisis metabolit sekunder menggunakan
beberapa pelarut visualisasi........................................................................... 51
8. Jumlah kematian kutu putih pada ekstrak metanol ...................................... 61
9. Jumlah kematian kutu putih pada ekstrak air ............................................... 61
10. Hasil fraksinasi ............................................................................................. 62
11. Hasil fraksi KLT ........................................................................................... 62
12. Pengelompokan hasil fraksinasi ................................................................... 62
13. Deskriptif statistik analisis ragam ............................................................... 63
14. Analisis ragam ............................................................................................... 65
15. Analisis Tukey’s rata-rata jumlah kematian hama kutu putih dengan
konsentrasi yang berbeda .............................................................................. 66
16. Analisis Tukey’s rata-rata jumlah kematian hama kutu putih
pada waktu pengamatan yang berbeda .......................................................... 66
17. Nilai LC50 hasil analisis probit ekstrak metanol dan air pada
12-72 jam setelah perlakuan .......................................................................... 70
18. Nilai LT50 hasil analisis probit ekstrak metanol dan air pada
konsentrasi yang berbeda .............................................................................. 79
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tanaman gamal (a), Batang tanaman gamal (b) ............................................ 10
2. Daun gamal (G. maculata) ............................................................................. 10
3. Struktur senyawa flavonoid ........................................................................... 13
4. Struktur kimia golongan flavonoid ................................................................ 14
5. Morfologi P. minor ........................................................................................ 18
6. Buah kakao mengering akibat serangan hama P. minor ................................ 20
7. Bagan alir penelitian ...................................................................................... 33
8. Bagan alir isolasi dan penentuan senyawa murni ......................................... 34
9. Kromatogram hasil KLT ekstrak kasar metanol ........................................... 36
10. Hasil fraksinasi ekstrak metanol .................................................................... 37
11. Kromatogram hasil KLT fraksi metanol sebelum dievaporasi ...................... 37
12. Kromatogram hasil KLT fraksi metanol setelah dievaporasi ....................... 38
13. Kromatogram hasil KLT ekstrak kasar air ..................................................... 39
14. Kromatogram ekstrak kasar air setelah dipanaskan dan ikatannya
terputus ....................................................................................................... 40
15. Kromatogram hasil hidrolisis ekstrak air ....................................................... 40
16. Kromatogram hasil metabolit sekunder
ekstrak metanol dan ekstrak air dengan beberapa pelarut visualisasi ............ 49
17. Spektrum ekstrak metanol serbuk daun gamal .............................................. 52
18. Spektrum ekstrak air daun gamal ................................................................... 53
19. Struktur senyawa flavon ............................................................................... 53
20. Boxplot kematian kutu putih pada ekstrak metanol 48 jam ......................... 67
21. Boxplot kematian kutu putih pada ekstrak metanol 72 jam ......................... 68
22. Boxplot kematian kutu putih pada ekstrak air 48 jam.................................. 79
23. Boxplot kematian kutu putih pada ekstrak air 72 jam.................................. 70
24. Boxplot kematian kutu putih pada ekstrak metanol 0,015% ....................... 71
25. Boxplot kematian kutu putih pada ekstrak metanol 0,030% ....................... 72
26. Boxplot kematian kutu putih pada ekstrak metanol 0,045% ....................... 73
27. Boxplot kematian kutu putih pada ekstrak metanol 0,060% ....................... 74
28. Boxplot kematian kutu putih pada ekstrak air 0,015% ............................... 75
29. Boxplot kematian kutu putih pada ekstrak air 0,030% .............................. 76
30. Boxplot kematian kutu putih pada ekstrak air 0,045% ................................ 77
31. Boxplot kematian kutu putih pada ekstrak air 0,060% ................................ 78
32. Spektrum ekstrak metanol ............................................................................ 79
33. Spektrum ekstrak air .................................................................................... 80
34. Pengeringan dan penggilingan daun gamal ................................................ 81
35. Maserasi dan evaporasi ................................................................................ 81
36. Metode kristalisasi menggunakan Freeze dryer ........................................... 82
37. Proses hidrolisis ............................................................................................ 82
38. Proses fraksinasi ........................................................................................... 82
39. Proses KLT .................................................................................................. 83
40. Bioassay ....................................................................................................... 83
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kakao (T. cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting di Indonesia.
T. cacao ditemukan pertama kali oleh bangsa Aztek (Indian) di Mexico (Amerika
tengah) sekitar abad ke-14 (Siregar, 2007). Tanaman kakao memiliki nilai
manfaat yang tinggi antara lain sebagai komoditi ekspor yang menghasilkan
devisa negara, sumber penghasilan bagi petani maupun masyarakat lainnya
(Siswanto & Karmawati, 2012).
Lebih dari 70% biji kakao memiliki manfaat untuk kesehatan, karena kaya akan
kandungan antioksidan yaitu fenol dan flavonoid. Kandungan lemak biji kakao
terbukti bebas kolesterol dan tidak berdampak dalam menyumbat pembuluh
darah. Biji kakao juga mengandung beberapa vitamin yang berguna bagi tubuh
seperti vitamin A, vitamin B1, vitamin C, vitamin D, vitamin E dan mengandung
zat maupun nutrisi yang penting untuk tubuh seperti zat besi, kalium dan kalsium.
Kakao merupakan sumber magnesium alami tertinggi (Badan Litbang Pertanian,
2011 a).
2
Selain biji kakao, limbah kulit buah kakao juga memiliki kandungan nutrisi
berupa protein sekitar 10% yang dapat dijadikan sebagai pakan ternak alternatif
dengan cara difermentasi terlebih dahulu (Direktorat Pakan Ternak, 2012).
Indonesia mempunyai kebun kakao sekitar 1.462.000 ha. yang terdiri dari 90%
perkebunan rakyat dan sisanya perkebunan swasta dan negara, dengan produksi
mencapai 1.315.800 ton/th. Indonesia merupakan negara produksi kakao terbesar
di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana (Siswanto & Karmawati, 2012).
Meskipun kakao telah lama dibudidayakan secara komersial, produksi biji kakao
yang diperoleh masih tetap belum optimal dan bahkan sering mengalami
penurunan. Hal ini mengakibatkan tidak seimbangnya produksi biji kakao dengan
biaya yang harus di keluarkan (Wijaya, 2007).
Faktor-faktor yang menjadi penyebab turunnya produksi biji kakao antara lain
karena serangan hama serangga. Salah satu hama yang menyerang tanaman kakao
adalah kutu putih (Wijaya, 2007). Kutu putih (P. minor) merupakan salah satu
kutu putih yang hidup spesifik pada tanaman inang kakao. Kutu ini merupakan
hama pengganggu yang menyerang buah kakao dengan cara menghisap buah
yang masih kecil sehingga menyebabkan pertumbuhan buah itu terhambat. Akibat
serangan hama ini buah akan mengering (Sumarno, 2015).
Pengendalian hama pada tanaman kakao pada umumnya masih menggunakan
insektisida sintetik. Penggunaan insektisida sintetik yang tidak tepat akan
3
membawa dampak yang buruk, lebih merugikan dibanding manfaat yang
dihasilkan antara lain dapat menyebabkan timbulnya resistensi hama, munculnya
hama sekunder, pencemaran lingkungan dan ditolaknya produk karena masalah
residu yang melebihi ambang batas toleransi. Penggunaan insektisida sintetik
secara intensif, juga memberikan berbagai dampak yang tidak diinginkan, terkait
dengan kerusakan ekosistem lahan pertanian, terganggunya eksistensi flora dan
fauna di sekitar lahan pertanian dan kesehatan petani pekerja. Cara pengendalian
yang sederhana, murah dan ramah lingkungan, antara lain dengan penggunaan
pestisida nabati yang memanfaatkan tumbuhan dan penggunaan musuh alami
(Siswanto & Karmawati, 2012).
Penggunaan insektisida nabati merupakan salah satu strategi pengelolaan
organisme pengganggu tanaman (OPT) pertanian yang cepat terdegradasi
sehingga tidak meninggalkan residu dalam waktu lama, cara kerjanya cepat, daya
racun terhadap binatang mamalia rendah, dan daya racun terhadap tanaman juga
rendah yakni kurang fitotoksik (Wiryadiputra, 2006).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati adalah daun
gamal (G. maculata). Daun gamal mempunyai bahan aktif kumarin yang bersifat
insektisida, rodentisida dan bakterisida (Kementerian Pertanian Ditjen Peternakan
dan Keswan, 2009).
Nukmal dkk. (2010) menyebutkan bahwa daun gamal mengandung senyawa
utama toksin yakni dikumerol, suatu senyawa yang mampu mengikat vitamin K
4
yang dapat menggumpalkan darah. Dikumerol merupakan hasil konversi dari
kumarin karena aktivitas bakteri ketika terjadi fermentasi. Kumarin merupakan
senyawa golongan flavonoid yang diduga dapat mengiritasi kulit dan dapat
menghambat transportasi asam amino leusin.
Hasil penelitian Nukmal dkk. (2009 dan 2010) juga membuktikan bahwa ekstrak
polar (air dan etanol) daun gamal dapat menyebabkan kematian 100% pada imago
hama bisul dadap (Quadrastichus erythrinae) setelah 72 jam perlakuan pada skala
laboratorium. Ekstrak air daun gamal hasil maserasi bertingkat dengan konsentrasi
terendah 2,19% dapat mematikan 50% hama penghisap buah lada
(Dasynus piperis) setelah bioassay pada skala laboratorium. Diduga senyawa
flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun gamal yang memberikan sifat
insektisida nabati dari ekstrak tersebut.
Isolasi senyawa flavonoid dari ekstrak metanol daun gamal pun pernah dilakukan
Nukmal, dkk. (2011) serta uji insektisida nabati terhadap hama kutu putih
tanaman pepaya. Diketahui bahwa senyawa isolat flavonoid yang diperoleh,
berasal dari golongan flavon dengan dua kemungkinan struktur, memiliki aktivitas
sebagai insektisida nabati terhadap hama kutu putih tanaman pepaya dengan nilai
LC50 1,8 % setelah perlakuan 24 jam. Diperkuat lagi hasil uji toksisitas ekstrak air
daun gamal oleh Nismah dkk. (2011) terhadap hama kutu putih tanaman pepaya.
Diketahui bahwa nilai LC50, ekstrak air daun gamal efektif dalam mematikan
hama kutu putih tanaman pepaya karena pada konsentrasi 1,32% - 8,5% sudah
dapat mematikan 50% serangga uji dalam waktu 48 jam.
5
Hasil penelitian Afryorawan (2013) juga membuktikan bahwa ekstrak metanol
daun gamal mengandung senyawa flavonoid yang mampu mematikan hama kutu
putih (Paracoccus marginatus) pada tanaman pepaya dengan nilai LC50 (3,35%)
dalam waktu 12 jam setelah perlakuan. Dari hasil penelitian-penelitian yang telah
dilakukan membuktikan bahwa ekstrak serbuk daun gamal berpotensi sebagai
insektisida nabati. Namun, jenis dan struktur senyawa yang berpotensi sebagai
insektisida nabati pada tanaman gamal (G. maculata) yang berasal dari Desa Suka
Ratu sampai saat ini belum diketahui, untuk itu perlu dilakukan pemurnian guna
menentukan jenis dan struktur senyawa yang berpotensi sebagai insektisida
nabati.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya insektisida, jenis, dan struktur
isolat murni serbuk daun gamal (G. maculata) yang efektif dalam mematikan
kutu putih (P. minor) pada tanaman kakao (T. cacao).
1.3. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
bahwa ekstrak serbuk daun gamal dengan pelarut air dan metanol memiliki daya
insektisida nabati yang efektif dalam mematikan dan mengendalikan populasi
hama kutu putih (P. minor) pada tanaman kakao (T. cacao).
6
1.4. Kerangka Pemikiran
Kakao (T. cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting di Indonesia.
Meskipun kakao telah lama dibudidayakan secara komersial, produksi biji kakao
yang diperoleh masih belum optimal, bahkan sering mengalami penurunan. Ada
berbagai faktor yang menjadi penyebab turunnya produksi biji kakao, salah
satunya adalah karena serangan hama serangga. P. minor merupakan hama
pengganggu pada buah kakao. Serangga ini menyerang buah kakao dengan cara
menghisap buah yang masih kecil sehingga buah akan mengering dan
pertumbuhan buah terhambat.
Umumnya para petani masih menggunakan insektisida sintetik untuk
mengendalikan hama pada tanaman kakao. Penggunaan insektisida sintetik yang
tidak tepat akan berdampak buruk terhadap lingkungan.
Gamal (G. maculata) merupakan salah satu jenis tanaman yang berpotensi sebagai
insektisida nabati yang mengandung senyawa toksin seperti dikumerol, suatu
senyawa yang mampu mengikat vitamin K yang dapat menggumpalkan darah.
Dikumerol merupakan hasil konversi dari kumarin yang disebabkan oleh bakteri
ketika fermentasi. Kumarin merupakan senyawa golongan flavonoid yang diduga
dapat mengiritasi kulit dan dapat menghambat transportasi asam amino leusin.
Penggunaan insektisida nabati ini biasanya lebih aman, ramah lingkungan, mudah
terurai dan efektif membunuh serangga. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
7
maka dilakukan penelitian uji daya insektisida isolat murni ekstrak polar (metanol
dan air) serbuk daun gamal (G. maculata) terhadap kutu putih (P. minor) pada
tanaman kakao (T. cacao). Penggunaan pelarut air dan metanol pada penelitian ini
dikarenakan air dan metanol dapat melarutkan senyawa flavonoid.
Pemurnian ekstrak polar (metanol dan air) serbuk daun gamal dilakukan dengan
cara maserasi serbuk daun gamal sehingga didapatkan fraksi kaya flavonoid.
Setelah itu dilakukan bioassay terhadap kutu putih pada buah kakao yang sudah
direndam dalam ekstrak polar serbuk daun gamal pada tingkatan konsentrasi 0%,
0,015%, 0,030%, 0,045% dan 0,060% . Fraksi aktif dapat dilihat dari mortalitas
kutu putih pada 12, 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan, dan ditentukan nilai LC50
nya. Selanjutnya fraksi aktif dimurnikan dan diujikan terhadap hewan uji hingga
didapatkan isolat murni dan aktif. Isolat murni dan aktif selanjutnya dianalisis
spektroskopis untuk mengetahui jenis dan struktur senyawa flavonoidnya .
Diharapkan dengan dilakukan pemurnian ekstrak polar (metanol dan air) serbuk
daun gamal, bioassay dan analisis spektroskopis maka dapat diketahui jenis dan
struktur senyawa flavonoid yang memiliki daya insektisida nabati dalam
mematikan dan mengendalikan populasi hama kutu putih pada tanaman kakao.
8
1.5. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah isolat murni ekstrak air
serbuk daun gamal (G. maculata) memiliki daya insektisida yang lebih efektif
terhadap kutu putih (P. minor) tanaman kakao (T. cacao) dibanding dengan
ekstrak metanol.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Gamal (Gliricidia maculata)
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Gamal
Menurut Kementerian Pertanian (2009), klasifikasi tanaman gamal sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Gliricidia
Spesies : Gliricidia maculata Hbr. atau Gliricidia sepium Hbr.
2.1.2. Deskripsi Tanaman Gamal
Menurut Stewart (1996), tanaman gamal merupakan tanaman jenis perdu
kerabat polong - polongan (suku Fabaceae atau Leguminoceae). Tanaman ini
berukuran sedang dengan tinggi 2-13 m. Memiliki kulit batang yang
10
berwarna cokelat muda keabu-abuan dengan alur-alur kecil pada batang yang
sudah tua (Gambar 1).
(a) (b)
Gambar 1. Tanaman gamal (a), Batang tanaman gamal (b)
(Sumber: Tropical Forages, 2015; Dokumentasi pribadi)
Daun gamal majemuk menyirip dengan panjang 19-30 cm, dan jumlah helai
daun 7-15 yang saling berhadapan (Gambar 2).
Gambar 2. Daun gamal (G. maculata)
(Sumber: BBPP, 2015)
Gamal memiliki bunga yang cukup indah dengan warna putih hingga merah
muda cerah dan panjang 2,5–15 cm (Stewart, 1996; Direktorat Pembenihan
11
Tanaman Hutan, 2002). Buah gamal berupa polong dengan panjang 10-17 cm
yang berwarna coklat kemerahan hingga gelap dengan jumlah 3-8 biji per
polong. Pembungaan tanaman gamal terjadi pada November sampai April
(Joker, 2002; Elevitch, dkk., 2006).
2.1.3. Penyebaran dan Manfaat Tanaman Gamal
Tanaman gamal (G.maculata) berasal dari Meksiko yang hidup pada
ketinggian 400 m diatas permukaan laut. Habitat tanaman gamal yaitu pada
dataran yang memiliki curah hujan yang rendah seperti hutan musim gugur
(Stewart, 1996). Tanaman ini sekarang sudah menyebar di seluruh daerah
tropika termasuk Indonesia (Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan, 2002).
Gamal terutama ditanam sebagai pagar hidup, peneduh tanaman, atau sebagai
rambatan untuk vanili dan lada. Tanaman ini berfungsi pula sebagai
pengendali erosi dan gulma terutama alang-alang. Gamal merupakan sumber
kayu api yang baik, terbakar perlahan dan menghasilkan sedikit asap (Joker,
2002).
Kayu gamal memiliki nilai kalori sebesar 4.900 kkal/kg. Kayunya awet, tahan
rayap dan baik untuk membuat perabot rumah tangga, mebel, konstruksi
bangunan dan lain-lain. Bunga-bunga gamal merupakan pakan lebah yang
baik dan dapat pula dimakan setelah dimasak. Daun, biji, dan kulit batang
gamal mengandung zat yang bersifat racun bagi manusia dan ternak, kecuali
12
ruminansia. Ramuan bahan-bahan itu digunakan sebagai pestisida dan
rodentisida alami. Gamal juga dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk
penyembuhan luka, bisul, memar,luka bakar, batuk, kelemahan, demam,
patah tulang, sakit kepala, gatal, biang keringat, rematik dan tumor kulit
(Orwa, dkk., 2009). Selain itu tanaman gamal juga berfungsi sebagai anti
mikroba, daun gamal yang sudah diekstrak mampu menghambat
pertumbuhan mikroba (Nazli, dkk., 2011).
2.1.4. Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Gamal
Tanaman gamal memiliki kandungan bahan aktif kumarin (Kementerian
Pertanian Ditjen Peternakan dan Keswan, 2009). Kumarin merupakan
senyawa golongan flavonoid (Nukmal dkk., 2010). Ghazamzadeh dan
Ghazamzadeh (2011) mengatakan bahwa flavonoid merupakan metabolit
sekunder dari tanaman hijau dengan struktur polifenol. Flavonoid disintesis
oleh jalur polypropanoid dan membentuk komponen molekul fenilalanin.
Semua flavonoid memiliki kerangka struktural dasar C6-C3-C6, yang terdiri
dari dua cincin aromatik C6 (A dan B) dan cincin heterosiklik (C) yang berisi
satu atom oksigen (Gambar 3).
13
Gambar 3. Struktur senyawa flavonoid
(Sumber: Ghazamzadeh & Ghazamzadeh, 2011)
Menurut Rohyami (2008), Tapas dkk. (2008), Ghazamzadeh &
Ghazamzadeh (2011), flavonoid diklasifikasikan ke dalam delapan sub
kelompok yaitu:
1. Flavon (luteonin, apigenin, tangeritin) .
2. Khalkon (lichocalcon dan calcon panduratin A)
3. Flavonol (quercetin, kaemferol, myricetin, isorhamnetin, pachypodol) .
4. Flavanon (hesteretin, naringenin, eriodictyol) .
5. Flavan (katecyn dan epicatecyns)
6. Isoflavon (genistein, daidzein, glycitein) .
7. Antosianidin (cyanidin, delphinidin, malvidin, pelargonidin, peonidin,
petunidin) .
8. Flavononol (hisperidin dan naragin)
Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi
(Angiospermae) adalah flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida,
isoflavon C- dan O-glikosida, flavanon C dan O-glikosida, khalkon dengan
C- dan O-glikosida, dan dihidrokhalkon, proantosianidin dan antosianin,
auron O-glikosida, dan dihidroflavonol O-glikosida. Golongan flavon,
14
flavonol, flavanon, isoflavon, dan khalkon juga sering ditemukan dalam
bentuk aglikonnya (Rohyami, 2008).
Struktur kimia yang dimiliki golongan flavonoid berbeda-beda seperti yang
terlihat pada (Gambar 4).
Gambar 4. Struktur kimia golongan flavonoid (Sumber: Tapas, 2008)
Flavonoid pada tumbuhan umumnya sebagai glikosida yang berperan penting
dalam menentukan aktivitas kerja tumbuhan tersebut. Flavonoid termasuk
senyawa fenolik alam terbesar pada tumbuhan yang potensial sebagai
antioksidan (Salewa dkk., 2013). Selain berperan dalam kelangsungan hidup
fisiologis tanaman itu sendiri flavonoid memiliki manfaat lain antara lain
sebagai agen anti jamur dan pengobatan tradisional (Harborne & Williams,
15
2000). Flavonoid juga bersifat insektisida, rodentisida, dan bakterisida
(Badan Litbang Pertanian 2011 b).
2.2. Hama dan Insektisida
Hama adalah setiap organisme yang bersifat merusak atau mempunyai
potensi merusak terhadap tanaman, produk-produk tanaman, produk dan
bahan pangan, ternak dan manusia. Keberadaan hama sangat merugikan
karena dapat mengurangi ketersediaan, mutu atau sumber bahan hayati
(Koswara, 2006).
Penggunaan insektisida sekarang ini menjadi hal yang harus dicermati.
Penggunaan insektisida sintesik di lingkungan pertanian menjadi sebuah
masalah karena dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan seperti
timbulnya resistensi terhadap hama sasaran dan terjadinya pencemaran
lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan insektisida yang ramah lingkungan
dan efektif (Koswara, 2006).
Salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai pengendali hama adalah
dengan penggunaan insektisida nabati yang bersifat ramah lingkungan. Selain
itu juga insektisida nabati dari tumbuhan mudah terurai dan relatif aman
terhadap organisme yang bukan sasaran. Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan
sebagai insektisida nabati sangat beragam (Siswanto & Karmawati, 2012).
16
Berdasarkan cara masuknya insektisida kedalam tubuh serangga (Direktorat
Jenderal Perkebunan, 2009) membedakan menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Racun lambung (Racun perut)
Racun lambung atau racun perut adalah insektisida yang mampu
membunuh serangga dengan cara mesuk ke pencernaan melalui makanan
yang mereka makan. Insektisida akan masuk ke organ pencernaan
serangga dan diserap oleh usus kemudian ditranslokasikan ke organ
sasaran yang mematikan seperti pusat syaraf, organ respirasi, meracuni
sel-sel lambung dan sebagainya.
2. Racun kontak
Insektisida ini membunuh serangga dengan cara masuk kedalam tubuh
serangga melalui kulit, celah/lubang alami pada tubuh atau langsung
mengenai mulut serangga. Serangga akan mati apabila kontak langsung
dengan insektisida tersebut.
3. Racun pernafasan
Racun pernafasan adalah jenis insektisida yang masuk melalui trachea
serangga dalam bentuk partikel mikro yang melayang diudara berupa gas,
asap, maupun uap dari insektisida. Serangga akan mati apabila menghirup
partikel dari insektisida tersebut dalam jumlah tertentu.
2.3. Hama Penghisap Buah Kakao (Planococcus minor)
P. minor merupakan hama pengganggu pada buah kakao yang berbentuk oval
kebulat-bulatan dengan dilapisi lilin yang berwarna putih, dan dikenal sebagai
17
kutu putih. Kutu putih hidup bersimbiosis dengan semut. Kutu ini menyerang
buah kakao yakni dengan cara menginfeksi pangkal buah serta menghisap buah
yang masih kecil sehingga menyebabkan pertumbuhan buah itu terhambat. Akibat
serangan hama ini buah akan mengering (Siregar, 2007; Sumarno, 2015).
2.3.1. Klasifikasi Planococcus minor
Menurut Francis dkk. (2012) klasifikasi kutu putih adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Pseudococcidae
Genus : Planococcus
Spesies : Planococcus minor Maskell
2.3.2. Morfologi dan Daur Hidup Planococcus minor
P. minor adalah kutu putih yang hidup ditanaman inang kakao. Paling banyak
ditemukan pada buah yang masih muda. Kutu putih betina berbentuk oval
dengan ukuran 2-3,5 mm. Tubuhnya bersegmen dorsomedial. Memiliki tiga
pasang kaki dan sepasang antena yang bersegmen 8. Pada bagian tepi tubuh
terdapat 18 pasang filamen lateral dengan dua filamen paling belakang
18
(Gambar 5). Filamen belakang lebih tahan lama dibanding filamen lateral
lainnya (Stock & Roda, 2012 ; Francis dkk., 2012).
Gambar 5. Morfologi P. minor
(Sumber: Stocks & Roda, 2012)
Kutu putih jantan berukuran lebih kecil dibanding betina yaitu hanya
berukuran 1 mm. Kutu putih jantan memiliki tiga pasang kaki, sepasang
sayap dan dua filamen ekor (Francis, dkk., 2012).
Kutu putih betina dewasa dapat menghasilkan 206-270 telur. Telur dari kutu
putih berwarna kuning dan dilindungi dalam ovisac yang berada di bagian
akhir posterior betina dewasa. P. mior betina memiliki lima tahap
pertumbuhan yaitu telur, nimfa (instar 1, 2 dan 3) dan dewasa. Telur akan
menetas selama 2 -10 hari, kemudian memasuki tahap instar 1 selama 12 hari,
selanjutnya instar 2 selama 8 hari dan tahap instar 3 selama 9 hari. Pada masa
instar 1 dan 2 kutu putih (jantan dan betina) berwarna merah muda dan belum
dapat dibedakan jenis kelaminnya. Kutu putih yang baru mengalami molting
berwarna kuning pucat, tetapi kemudian berubah warna menjadi oranye
kecoklatan, dan kulit secara bertahap ditutupi embun madu yang disekresi.
19
P. minor betina dewasa mampu hidup selama 88 hari (Martin & Mau, 2007;
Francis dkk., 2012).
Perkembangan kutu putih jantan lebih lama dibanding perkembangan kutu
putih betina. Hal ini dikarenakan P. minor jantan memiliki enam tahap
pertumbuhan yaitu telur, nimfa (instar 1 dan 2), prepupa, pupa, dan dewasa.
Telur akan menetas selama 2-10 hari yang kemudian memasuki tahap nimfa
yakni instar 1 selama 7-14 hari, instar 2 selama 6-16 hari. Setelah melewati
tahap instar akhir P.minor jantan memasuki tahap prepupa selama 4 hari dan
selanjutnya memasuki tahap pupa. Pada tahap pupa individu berkembang
dalam kepompong lilin selama 2 hari yang pada akhirnya memasuki masa
dewasa. P. minor jantan dewasa hanya mampu hidup selama 2-4 hari.
P. minor jantan dewasa memiliki warna merah muda (Martin & Mau, 2007;
Francis, dkk., 2012).
Siklus hidup P. minor betina mulai dari telur hingga dewasa sekitar 115 hari,
sedangkan P. minor jantan mulai dari telur hingga dewasa hanya mampu
hidup sekitar 27 hari. Oleh karena itu populasi kutu putih betina lebih banyak
60-73 % dibanding kutu putih jantan. Suhu optimum untuk perkembangan
kutu putih spesies P. minor berkisar antara 20-29 o
C. Pada iklim hangat, kutu
putih dapat tinggal aktif dan bereproduksi sepanjang tahun (Martin & Mau,
2007; Francis dkk., 2012).
20
2.4. Kerugian yang Disebabkan Kutu Putih
Kerugian yang ditimbulkan akibat kutu putih diantaranya buah akan mengering
(Gambar 6) (Siregar, 2007; Sumarno, 2015).
Gambar 6. Buah kakao mengering akibat serangan hama P.minor
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Selain berdampak pada buah yang mengering kutu putih juga menyebabkan
kerusakan tanaman serius, gugur daun, hingga kematian pada tanaman. Embun
madu yang disekresikan kutu putih memicu munculnya pertumbuhan jamur jelaga
seperti Aspergillus spp. Kutu putih juga telah diidentifikasi sebagai vektor
penularan virus. Beberapa virus ini dapat mempengaruhi pertumbuhan vegetatif
tanaman, hasil dan kualitas buah (Brybrook & Solutions, 2012).
Di Indonesia tepatnya di Medan Sumatera Utara, tidak sedikit petani mengalami
kerugian karena gagal panen disebabkan buah kakao yang busuk, mengering,
keras dan menghitam akibat serangan kutu putih. Hasil panen berkurang hingga
60% (Sitanggang, 2015). Petani kakao di Indonesia rata-rata mengalami kerugian
21
sekitar 30% pertahun akibat serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
diantaranya kutu putih (Siswanto, 2012).
22
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November 2015-Mei 2016. Tempat pengambilan
daun gamal (G. maculata) dilakukan di Desa Suka Ratu, Kecamatan Pardasuka,
Kabupaten Pringsewu. Penggilingan daun gamal dilakukan di Laboratorium Hasil
Pertanian Politeknik Negeri Lampung. Pengambilan hama kutu putih penghisap
buah kakao (P. minor) di Desa Banjar Alam, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten
Pringsewu. Identifikasi hama kutu putih penghisap buah kakao dilakukan di
Laboratorium Zoologi FMIPA Universitas Lampung. Pembuatan ekstrak daun
gamal, bioassay dan analisis spektroskopis dilakukan di Laboratorium Zoologi
FMIPA, Laboratorium Sentra Inovasi Teknologi (LSIT) Universitas Lampung.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Pengambilan Daun Gamal
Alat yang digunakan untuk pengambilan daun gamal yaitu golok, karung
untuk wadah daun gamal yang sudah diambil dari pohon.
23
3.2.2. Pembuatan Serbuk Daun Gamal
Alat yang digunakan untuk pembuatan serbuk daun gamal yaitu mesin
penggiling untuk menghaluskan daun gamal yang sudah kering. Timbangan
untuk menimbang berat daun gamal.
3.2.3. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid
3.2.3.1. Ekstrak Metanol
Alat yang digunakan untuk membuat ekstrak metanol serbuk daun
gamal yaitu toples kaca untuk merendam daun gamal, kertas saring
untuk memisahkan filtrat dan endapan, Rotary evaporation untuk
memurnikan filtrat sehingga membentuk ekstrak pekat, corong pisah
untuk membilas hasil ekstrak pekat, Freeze dryer untuk memurnikan
filtrat. Alat-alat lain yang digunakan adalah alumunium foil, labu
erlenmeyer, tabung reaksi, spatula, timbangan analitik, oven, gelas
kimia, gelas ukur, pipet, corong, dan hot plate.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan ekstrak metanol serbuk daun
gamal, pelarut n- heksana, diklorometana (DCM), metanol, KK
Amberlite XAD-4, Plat KLT Selulose, H2SO4 sebagai bahan pembuat
larutan pengidentifikasi, dan HCl yang digunakan untuk menyesuaikan
pH pada saat melakukan fraksinasi. Pelarut visualisasi CeSO4, AlCl3,
H3BO3 dan NaOH.
24
3.2.3.2. Ekstrak Air
Alat yang digunakan untuk membuat ektrak air serbuk daun gamal
yaitu toples kaca untuk merendam serbuk daun gamal, kertas saring
untuk memisahkan endapan dan filtrat, Freeze drayer untuk
memurnikan filtrat, corong pisah untuk melakukan pemisahan ekstrak
pada saat hidrolisis. Alat-alat lain yang digunakan yaitu timbangan
analitik, pemanas listrik, pipet kapiler, alumunium foil, labu
erlenmeyer, tabung reaksi, spatula, gelas kimia, gelas ukur, pipet,
corong, dan hot plate. Kamera digital sebagai alat dokumentsi serta alat
tulis untuk menulis data yang didapat.
Bahan yang digunakan untuk membuat ekstrak air serbuk daun gamal
adalah serbuk daun gamal, Pelarut n-heksana, diklorometan (DCM),
dan metanol dengan merk J.T Beker, akuades untuk membuat ekstrak
air serbuk daun gamal. HCl, NaCl dan etil asetat untuk hidrolisis. Plat
KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dari alumunium dengan adsoben
selulose untuk memantau pemurnian, H2SO4 sebagai bahan pembuat
larutan pengidentifikasi pada saat KLT. Pelarut visualisasi CeSO4,
AlCl3, H3BO3, dan NaOH yang berfungsi untuk mengidentifikasi
adanya kandungan flavonoid yang terdapat pada sampel.
25
3.2.4. Uji Insektisida
3.2.4.1. Serangga Uji
Alat yang digunakan untuk pengambilan serangga uji adalah pisau
untuk mengambil buah kakao yang dihinggapi serangga uji berupa kutu
putih. Toples untuk wadah buah kakao beserta kutu putihnya, kain
kassa untuk menutup bagian atas toples. Bahan yang diambil berupa
kutu putih kakao (P. minor) beserta buah kakao sebagai pakan dari desa
Banjar Alam Pardasuka, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu.
3.2.4.2. Media Uji
Alat yang digunakan untuk persiapan media uji adalah pisau untuk
mengambil buah kakao. Plastik untuk wadah buah kakao yang sudah
diambil. Bahan yang disiapkan yaitu buah kakao (T. cacao) yang
diambil dari desa Pardasuka, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten
Pringsewu.
3.2.4.3. Bioassay
Alat yang digunaakan untuk bioassay yaitu toples untuk perendaman
dan wadah media uji. Kain kasa untuk penutup toples. Kuas dan jarum
pentul untuk membantu memindahkan dan meletakkan serangga uji
pada media uji.
26
Bahan yang digunakan untuk bioassay yaitu ekstrak polar (metanol dan
air) serbuk daun gamal, hama penghisap buah kakao (P. minor) betina
yang sudah diaklimatisasi selama 1 hari sebelum perlakuan, buah kakao
(T. cacao) yang masih muda sebagai media uji.
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Pembuatan Serbuk Daun Gamal
Daun gamal diunduh dan diseleksi yang masih segar, selanjutnya dikering
anginkan selama 7-10 hari sampai benar-benar kering. Daun gamal yang
sudah kering dibawa ke laboratorium untuk digiling sampai menjadi serbuk
dan dibungkus plastik dalam keadaan vacum lalu disimpan dalam ruang
tertutup agar tidak terjadi kontaminan sampai saatnya digunakan.
3.3.2. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid
Daun gamal dimaserasi menggunakan beberapa pelarut untuk memisahkan
senyawa-senyawa yang terkandung didalamnya, sehingga dapat diketahui
jenis senyawa yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati. Metanol dan
air merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses maserasi
senyawa organik bahan alam (Susanti dkk., 2012).
27
3.3.2.1. Ekstrak Metanol
Sebanyak 500 gram serbuk daun gamal dimaserasi menggunakan pelarut
Hexana sebanyak 1.500 ml. Maserasi dengan pelarut hexana dilakukan
selama 1x24 jam kemudian dipisahkan antara filtrat dan endapan. Hal ini
dilakukan sebanyak 3 kali ulangan yang bertujuan untuk menarik senyawa-
senyawa nonpolar yang terkandung pada daun gamal.
Setelah itu endapan dimaserasi menggunakan pelarut DCM sebanyak 1.000
ml. Maserasi dengan pelarut DCM dilakukan selama 1x24 jam sebanyak 3
kali ulangan dengan tujuan senyawa-senyawa nonpolar dan semi polar dapat
terangkat.
Selanjutnya untuk mendapatkan ekstrak polar (metanol) endapan dimaserasi
menggunakan pelarut metanol sebanyak 1.200 ml. Maserasi dengan pelarut
metanol dilakukan selama 1x24 jam dengan 8 kali ulangan hingga tidak ada
lagi senyawa-senyawa organik yang dapat ditarik.
Filtrat metanol selanjutnya dievaporasi hingga tidak ada lagi kandungan
metanolnya. Sebanyak 500 ml hasil evaporasi filtrat metanol dipekatkan
dengan metode rekristalisasi menggunakan freeze dryer selama 72 jam
hingga membentuk ekstrak kasar dalam bentuk pasta.
28
Ekstrak kasar metanol diKLT menggunakan plat KLT selulose (5x2 cm),
dengan larutan identifikasi CeSO4 10% dan H2SO4 15% dengan perbandingan
1:1. Eluen yang digunakan yaitu DCM dan metanol dengan perbandingan 4:1.
Selanjutnya untuk pemurnian ekstrak metanol dilakukan dengan cara
fraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom (KK) Amberlite XAD-4.
Sebanyak 5 gram Amberlite XAD-4 dicuci dengan aquades dan dimasukkan
kedalam KK hingga benar-benar tidak ada gelembung udara. Selanjutnya
Amberlite XAD-4 dicuci dengan aquades pH 2 sebanyak 100 ml dan pH 5
sebanyak 100 ml. Sebanyak 1 gram ekstrak kasar metanol diencerkan dengan
metanol 20% lalu masukkan ke kolom. Masukkan metanol 20% sebanyak
100 ml kedalam kolom. Hasil fraksinasi dipisahkan berdasarkan warna dan
berdasarkan volume (30 ml) kedalam botol. Selanjutnya masukkan metanol
25 %, 30% 40%, 50%, 75%, dan 100% dengan cara dan metode fraksinasi
yang sama.
Fraksi- fraksi yang sudah didapat dianalisis KLT dan dikelompokkan
berdasarkan warna dan hasil KLT yang didapat lalu dievaporasi. Hasil
evaporasi dianalisis KLT kembali hingga didapatkan fraksi aktif kaya
flavonoid yang dapat digunakan untuk Bioassay.
Kandungan senyawa flavonoid pada ekstrak daun gamal dapat dilihat dari
analisis KLT dengan pelarut visualisasi yaitu SeSO4 10% dalam akuades,
AlCl3 5% dalam metanol 95%, 1% NaOH 2M dalam metanol dan H3BO3
29
jenuh dalam metanol dan untuk menentukan struktur dapat menggunakan
analisis spektroskopis.
3.3.2.2 . Ekstrak Air
Sebanyak 500 gram serbuk daun gamal dimaserasi menggunakan pelarut
Hexana sebanyak 1.500 ml. Maserasi dengan pelarut hexana dilakukan
selama 1x24 jam kemudian dipisahkan antara filtrat dan endapan. Hal ini
dilakukan sebanyak 3 kali ulangan yang bertujuan untuk menarik senyawa-
senyawa nonpolar yang terkandung pada daun gamal.
Setelah itu endapan dimaserasi menggunakan pelarut DCM sebanyak 1.000
ml. Maserasi dengan pelarut DCM dilakukan selama 1x24 jam sebanyak 3
kali ulangan dengan tujuan senyawa-senyawa nonpolar dan semi polar dapat
terangkat.
Selanjutnya untuk mendapatkan ekstrak polar (metanol) endapan dimaserasi
menggunakan pelarut metanol sebanyak 1.200 ml. Maserasi dengan pelarut
metanol dilakukan selama 1x24 jam dengan 8 kali ulangan hingga tidak ada
lagi senyawa-senyawa organik yang dapat ditarik. Setelah maserasi
menggunakan metanol dilanjutkan dengan meserasi menggunakan air.
Endapan sisa penyaringan ekstrak metanol direndam menggunakan aquades
sebanyak 1.200 ml selama 1x24 jam dengan 6 kali pengulangan hingga
didapatkan filtrat air yang mengandung senyawa-senyawa polar.
30
Sebanyak 500 ml filtrat air serbuk daun gamal dipekatkan dengan metode
rekristalisasi menggunakan freeze dryer selama 72 jam hingga didapat
ekstrak kasar air dalam bentuk pasta.
Ekstrak kasar air diKLT menggunakan plat KLT selulose (5x2 cm) dengan
larutan identifikasi CeSO4 10% dan H2SO4 15% dengan perbandingan 1:1.
Eluen yang digunakan yaitu DCM dan metanol dengan perbandingan 4:1.
Ekstrak kasar air selanjutnya dihidrolisis. Sebanyak 2,5 gram dimasukkan
kedalam erlenmeyer, ditambahkan HCl sebanyak 7,5 ml dan metanol
sebanyak 5 ml. Selanjutnya dipanaskan pada suhu 60oC selama ± 1 jam
hingga ikatan glukosida benar-benar terputus.
Selanjutnya ekstrak yang sudah dipanaskan disaring dan diambil sebanyak
1,5 ml dan dimasukkan kedalam corong pisah kemudian ditambahkan 1,5 ml
NaCl dan 3 ml etil asetat, lalu dikocok dan diekstraksi. Hasil ekstraksi
menunjukkan dua fase, yaitu fase air dan fase etil asetat. Fase air berwarna
kekuningan sedangkan fase asetat berwarna kecoklatan. Pada fase air
terdapat endapan berupa kristal.
Selanjutnya hasil hidrolisis dipantau dengan KLT. Kandungan senyawa
flavonoid pada ekstrak daun gamal dapat dilihat dari analisis KLT dengan
pelarut visualisasi yaitu SeSO4 10% dalam akuades, AlCl3 5% dalam metanol
95%, 1% NaOH 2M dalam metanol dan H3BO3 jenuh dalam metanol.
31
Hasil hidrolisis yang sudah dianalisis KLT selanjutnya dibioassay terhadap
kutu putih pada tanaman kakao dengan konsentrasi 0%, 0,015%, 0,030%,
0,045%, dan konsentrasi 0,060% serta dilakukan uji spektroskopis untuk
menentukan panjang gelombang sebagai penentu senyawa golongan
flavonoid.
3.3.3. Bioassay Fraksi yang Didapat
3.3.3.1. Bioassay Fraksi Aktif Terhadap Hama
Planococcus minor
Setiap senyawa yang ditemukan pada tahapan fraksinasi dilakukan
bioassay terhadap hama kutu putih P. minor dan media uji yang
digunakan adalah buah kakao (T. cacao ) tempat P. minor hidup. Hal
ini dilakukan untuk menapis senyawa aktif insektisida. Bioassay yang
dilakukan adalah uji mortalitas dengan pengaruh residu (residual
effect). Uji residu dilakukan dengan merendam media uji dengan 5 taraf
tingkatan konsentrasi (0%, 0,015%, 0,030%, 0,045% dan 0,060%)
selama 10 menit, 10 ekor serangga uji (P. minor) betina yang sudah
diaklimatisasi selama 1 hari sebelum perlakuan diletakkan pada media
uji dan dipelihara pada waadah uji.
Pengamatan mortalitas serangga uji dilakukan pada 12, 24, 48 dan 72
jam setelah perlakuan. Presentase kematian untuk setiap ekstrak akan
dianalisis dengan program analisis probit EXE untuk menentukan
hubungan konsentrasi dengan kematian serangga. Larutan uji dikatakan
32
efektif bila larutan tersebut memberikan nilai LC50 ≤ 5% (Prijono,
2005). Percobaan ini dilakukan masing-masing 3 kali ulangan.
3.3.3.2. Penentuan Struktur Senyawa Murni Aktif
Setelah diperoleh fraksi aktif dan efektif sebagai insektisida senyawa
flavonoid dianalisis dengan menggunakan metoda KLT. Isolat murni
selanjutnya diujikan ke organisme target yakni P. minor pada skala
laboratorium (bioassay). Selanjutnya senyawa murni aktif dan efektif
yang diperoleh dianalisis strukturnya dengan metoda spektroskopis,
UV-Vis. Cara kerja mulai dari persiapan sampel, pembuatan ekstrak
dan bioassay untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan alir.
3.3.3.3. Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan analisis probit
untuk menentukan nilai LC50, uji Anara dan uji lanjut dengan Tukey’s
digunakan untuk menentukan larutan yang efektif sebagai insektisida
nabati.
33
3.4. Diagram Alir Penelitian
Gambar 7. Bagan Alir Penelitian “Daya Insektisida, Jenis, dan Struktur Isolat Murni
Ekstrak Polar Serbuk Serbuk Daun Gamal (Gliricidia maculata Hbr.)
Terhadap Kutu Putih (Planococcus minor Maskell) Pada Tanaman Kakao
(Theobroma cacao L.)”
Analisis Spektroskopis
Penentuan struktur senyawa murni aktif dari ekstrak yang efektif
Didapat jenis dan struktur isolat murni yang efektif mematikan dan
mengendalikan hama kutu putih pada tanaman kakao
Pengambilan daun gamal
Pembuatan serbuk daun gamal
Daun segar
Dikering angin 7-10 hari
Digiling
Pembuatan isolat murni ekstrak
polar serbuk daun gamal
Bioassay
Perendaman media uji masing-masing pada ponsentrasi (0%, 0,015%,
0,030%, 0,045% dan 0,060%)selama 10 menit lalu kering anginkan
10 seragga uji diletakkan pada media uji
Pengamatan pada 12, 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan, LC50
Uji insektisida
Serangga uji
Imago P. minor betina
n = 150, r = 3
Aklimatisasi 1 hari
Media uji
Buah kakao muda
n = 15, r =3
Senyawa aktif ekstrak metanol imurnikan dengan KK (AmberliteXAD-4) dan KLT
Senyawa aktif dan efektif ekstrak air dimurnikan dengan metode hidrolisis
Bioassay isolat murni terhadap P. minor pada skala laboratorium
34
Gambar 8. Bagan alir isolasi dan penentuan senyawa murni ekstrak polar (metanol dan
air) serbuk daun gamal (Gliricidia maculata Hbr.)
Ekstrak metanol
Heksana
DCM
Metanol
Fraksinasi dengan KK (AmberliteX AD-
4) dan dipantau dengan metoda KLT
Fraksi kaya flavonoid
Bioassay fraksi kaya
flavonoid
Fraksi aktif
Isolat murni dan aktif
Ekstrak air
Heksana
DCM
Metanol
Air
Freeze dryer
Endapan (FE) Filtrat (FA)
Kristalisasi
Fase kaya
flavonoid
Bioassay ekstrak air
Analisis Spektroskopis
Isolat murni dan aktif
Kristal
Isolat murni Isolat murni
Analisis Spektroskopis
Didapat jenis dan senyawa flavonoid yang efektif mematikan kutu
putih
Hidrolisis
Bioassay ekstrak kasar
Evaporasi dan Freeze dryer
Refraksinasi
Bioassay ekstrak kasar
55
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ekstrak metanol dan ekstrak air serbuk daun gamal (G. maculata ) memiliki
daya insektisida terhadap kutu putih (P. minor) pada tanaman kakao
(T. cacao).
2. Ekstrak metanol dan ekstrak air serbuk daun gamal mengandung senyawa
flavonoid jenis flavon dan struktur jenis senyawanya terdiri dari kerangka
struktural 2-fenil-1,4-benzopiron.
5.2. Saran
Ekstrak metanol dan ekstrak air serbuk daun gamal dengan konsentrasi < 5%
sudah efektif dalam mematikan hama kutu putih. Disarankan untuk peneliti
selanjutnya penelitian dilakukan terhadap serangga uji yang berbeda dan untuk uji
KLT sebaiknya visualisasi dilakukan juga dibawah sinar UV.
56
DAFTAR PUSTAKA
Afriyorawan. 2013. Karakterisasi senyawa Flavonoid Hasil Isolasi Ekstrak
Metanol Daun Gamal (Gliricidia maculata). Skripsi. Universitas Lampung.
Lampung.
Badan Litbang Pertanian. 2011 a. Manfaat Biji Kakao Untuk Kesehatan. PBTP
Sulawesi Tenggara.
Badan Litbang Pertanian. 2011 b. Daun Gamal (Gliricidia sepium) Obat Scabies
Pada Kambing. Sinar Tani. Edisi 30 Maret-5 April 2011 No.3399 Tahun
XLI.
BBPP, Balai Besar Pelatihan Peternakan. 2015. Daun Gamal Obat Scabies Pada
Kambing. http://bbppbatu.bppsdmp.pertanian.go.id. Diakses 17 September
2015 pukul 15.52 WIB.
Brybrook, D., & Solutions, V. 2012. Mealybug Management. Australian
Goverment Grape and Wine Research and Development Corporation.
http://www.gwrdc.com.au. Diakses 1 Juni 2015, pukul 14.09 WIB.
Direktorat Pakan Ternak. 2012. Limbah Kakao Sebagai Alternatif Pakan Ternak.
http://www.ditjennak.pertanian.go.id. Diakses 10 Mei 2015, pukul 13.04
WIB.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Pengenalan Pestisida.
http://www.ditjenbun.pertanian.go.id. Diakses 28 September 2015, pukul
13.56 WIB.
Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan. 2002. Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.
Informasi Singkat Benih.
http://www.dephut.go.id/informasi.rrl/Gliricidiasepim.pdf/. Diakses 7 Mei
2015, pukul 12.49 WIB.
Elevitch, C. R & Francis, J. K. 2006. Gliricidia sepium (gliricidia) Fabaceae
(legume family). Spesies Profiles For Pasific Island Agroforestry.
www.traditionaltree.org. Diakses 7 Mei 2015, pukul 12.26 WIB.
Francis, A. W., Kairo, M.T.K., & Roda, A.L. 2012. The passionvine mealybug,
Planococcus minor (Maskell) (Hemiptera: Pseudococcidae). University of
Florida.
57
Gafur, M. A., Isa, I., & Bialangi, N. 2014. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid Dari Daun Jamblang (Syzygium cumini). Skripsi. Jurusan
Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Ghasemzadeh, A. & Ghasemzadeh, N. 2011. Flavonoids and phenolic acids: Role
and biochemical activity in plants and human. Journal of Medicinal Plants
Research Vol. 5(31), pp. 6697-6703. Available online at
http://www.academicjournals.org/JMPR, ISSN 1996-0875 ©2011
Academic Journals DOI: 10.5897/JMPR11.1404. Iran.
Harborne, J. B. & Williams, C. A. 2000. Advances in Favonoid research since
1992. Phytochemistry 55 (2000) 481-504.
Joker. 2002. Gliricidia sepium (Jacq.) Steud. Danidia Forest Seed Centre.
Denmark.
Kementerian Pertanian, Ditjen Peternakan & Keswan. 2009. Keunggulan Gamal
Sebagai Pakan Ternak. BPTU Sembawa. Sumatera Selatan.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Koswara, S. 2006. Manajemen Pengendalian Hama Dalam Industri Pangan.
eBookPangan.com. http://tekpan.unimus.ac.id/wp. Diakses 9 Mei 2005,
pukul 01.14 WIB.
Kumar, S., & Pandey, A. K. 2013. Chemistry and Biological Activities of
flavonoids.The Scientific Word Journal. Vol.2013.Article ID 162750,16
pages. India.
Marais, J.P.J., Vours, B. D., Dixon, R.A., & Ferreira, D. 2006. The
Stareochemistry of Flavonoids.Springer Science.ISBN-10 0-387-28821.
United Dtates of America. America.
Martin, J. L., & Mau, R.F.L. 2007. Mealybug. Department of Entomology.
Honolulu-Hawai.
Nazli, R., Sohail,T., Nawab, B., & Yaqeen, Z. 2011. Antimicrobial Property Of
Gliricidia Sepium Plant Extract. Journal Agriculture Resource. Vol 24
No.1-4. Pakistan.
Neldawati, Ratnawulan, dan Gusnedi. 2013. Analisis Nilai Absorbansi Dalam
Penentuan Kadar Flavonoid UntukBerbagai Jenis Daun Tanaman Obat.
Pillar Of Physics, Vol. 2. Oktober 2013, 76-83
Nukmal, N., Widiastuti, E.L., & Sumiyani, E. 2009. Uji Efikasi Ekstrak Daun
Gamal (Gliricidia maculata) Terhadap Imago Hama Bisul Dadap
(Quadrastichus erythrinae). Prosiding Seminar Nasional XX dan Kongres
Biologi Indonesia XIV. Malang 24 -25 Juli 2009.
58
Nukmal, N., Utami,N., & Suprapto. 2010. Skrining Potensi Daun Gamal
(Gliricidia maculata Hbr.) Sebagai Insektisida Nabati. Laporan Penelitian
Hibah Strategi Unila. Universitas Lampung.
Nukmal, N., Utami, N., & Pratami, G. D. 2011. Isolasi Senyawa Flavonoid Dari
Ekstrak Air Serbuk Daun Gamal (Gliricidia maculata ) Dan Uji
Toksisitasnya Terhadap Hama Kutu Putih Pepaya (Paracoccus marginatus).
Prosiding Penelitian Hibah Strategi Unila. Universitas Lampung. 2010.
Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R. , Jamnadass, R., & Anthony, S. 2009.
Agroforestry Database 4.0 : Gliricidia sepium.
http://www.worldagroforestry.org/sites/treedbs/treedatabases.asp. Diakses
10 Mei 2015, pukul 16.09WIB.
Pratami,G. D. 2011. Isolasi Senyawa Flavonoid Dari Ekstrak air Serbuk Daun
Gamal (Gliricidia maculata) Dan Uji Toksisitasnya Terhadap Hama Kutu
Putih Pepaya (Paracoccus marginatus). Skripsi. Universitas lampung.
Lampung.
Puspitasari. 2008 .Uji Sitotoksik Ekstrak Petroleum Eter Herba Bandotan
(Ageratum Conyzoides L.) Terhadap Sel T47d Dan Profil Kromatografi
Lapis Tipis. http://eprint.ums.ac.id. Diakses 16 Juli 2016, Pukul 11.32
WIB.
Prijono, D. 2005. Pemanfaatan dan Pengembangan Pestisida Nabati. Makalah
Seminar Ilmiah. Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Universitas lampung.
Raini, M. 2007. Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat Keracunan
Pestisida. Media Litbang kesehatan Vol. XVII.No.3.Departemen
Kesehatan. Jakarta.
Rohyami, Y. 2008. Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol
Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl). Jurnal
Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id. Yogyakarta.
Selawa, W., Runtuwene, M. R. J., & Citraningtyas, G. 2013. Kandungan
Flavonoid Dan Kapasitas Antioksidan Total Ekstrak Etanol Daun
Binahong [Anredera cordifolia(Ten.)Steenis.]. Jurnal Ilmiah Farmasi –
UNSRAT Vol. 2 No. 01 ISSN 2302 - 2493 . Manado.
Siregar, A. Z. 2007. Kakao yang Nikmat Sulit Dirawat. Repository. Universitas
Sumatera Utara. Medan. Diakses 08 April 2015, pukul 14.30.
Siswanto & Karmawati, E. 2012. Control Of Cocoa Main Pest (Conomorpoha
cramerella And Helopeltis spp.) Using Botanical Pesticide And Biological
Agents. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Perspektif Vol.
11 No. 2. ISSN: 1412 - 8004. Hlm 103 - 99. Bogor.
59
Sitanggang, Rudy. 2015. Tanaman Kakao Petani Dairi Diserang Penyakit.
http://www.medanbisnisdaily.com. Diakses 17 September 2015, pukul
22.47 WIB.
Sitompul, A. F., Oemry, S., Pangestiningsih, Y. 2014. The Effectiveness of
Botanical Insecticides Test to Mortality the Leptocorisa acuta Thunberg.
(Hemiptera : Alydidae) on rice plant in Greenhouse. Jurnal Online
Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.3 : 1075 – 1080.
Diakses 20 Oktober 2016, pukul 09.59 WIB.
Soebagio. 2002. Kimia Analitik. Universitas Negeri Makassar Fakultas MIPA.
Makassar.
Stocks, I.C., & Roda, A. 2012. The Passionvine Mealybug, Planococcus minor
(Maskell), a New Exotic Mealybug in South Florida (Hemiptera:
Pseudococcidae). Florida Department of Agriculture and Consumer
Services, Division of Plant Industry.
Stewart,J. L., Allison, G. E., & Simons, A. J.1996. Gliricidia sepium genetic
resources farmers. Oxford forestry institude. Oxford.
Sumarno, E. 2015. Jenis – Jenis Serangga Hama Berdasarkan Tingkat
Kerusakan Yang DiTimbulkan. Universitas Halu Oleo. Kendari.
Susanti, A. D., Ardiana, D., Gumelar, G. P., & Bening, Y. G. 2012. Polaritas
Pelarut Sebagai Pertimbangan Dalam Pemilihan Pelarut Untuk Ekstraksi
Minyak Bekatul Dari Bekatul Varietas Ketan (Oriza sativa glatinosa).
Simposium Nasional Rapi Xi Ft Ums Issn : 1412-9612. Surakarta.
Tapas, A. R., Sakarkar, D. M., & Kakde R. B,. 2008. Flavonoids as
Nutraceuticals. Tropical Journal of Pharmaceutical Research(3): 1089-
1099. Faculty of Pharmacy, University of Benin-Nigeria.
Tropical Forages. 2015. Gliricidia sepium.
http://www.tropicalforages.info/key/Forages/Media/Html/Gliricidia_sepiu
m.htm. Diakses 17 September 2015, pukul 16.21 WIB.
Wijaya, S. Y. 2007. Kolonisasi Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus smith)
Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Dengan Pemberian Pakan
Alternatif. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Wiryadiputra, S. 2006. Effectiveness of Biopesticide Derived from Cassia
spectabilis and Nicotiana tabacum Leaves Against the Main Insect Pests
of Coffee and Its Effect On Other Arthropods. Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia. Jember. Hlm 25-29.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi: Yogyakarta.