dhf 2

17
LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF) A. Definisi Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina). Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. B. Etiologi Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 10 6 .Terdapat 4 serotipe

description

askep dhf

Transcript of dhf 2

Page 1: dhf 2

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)

A. Definisi

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita

melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang

dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam

atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam

tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic

fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang

tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk

aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama

demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

B. Etiologi

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,

yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan

virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan

berat molekul 4 x 106.Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan

DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah

dengue. Keempat serotipe ditemukan di indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe

terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotipe dengue dengan flavivirus lain seperti

yellow fever, japanese encehphalitis dan west nille virus.

Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia

seperti tikus, kelinci,anjing, kelelawar, dan primate. Survei epidemiologi pada hewan

ternak di dapatkan antibodi terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapi dan babi.

Penelitian pada artropoda menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk

genus aedes ( stegomyia ) dan toxorhynchites

Page 2: dhf 2

C. Epidemiologi

Penyakit ini terdapat di daerah tropis, terutama  di negara asean dan pasific barat.

Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes, di

indonesia dikenal dua jenis nyamuk aedes yaitu :

o Aedes aegypti

o Aedes albopictus

Aedes aegypti

o Paling sering ditemukan.

o Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang

biak di dalam rumah yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat

penampungan air di sekitar rumah.

o Nyamuk ini sepintas lalu nampak berlurik, berbintik bintik putih.

o Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.

o Jarak terbang 100 meter

Aedes albopictus

o Tempat habitatnya di tempat air jernih. Biasanya disekitar rumah atau pohon

pohon, dimana tertampung air hujan yang bersih yaitu pohon pisang, pandan,

kaleng bekas, dll.

o Menggigit pada waktu siang hari.

o Jarak terbang 50 meter.

Pola Epidemiologis

Interaksi Virus

Untuk memahami berbagai situasi epidemiologis yang muncul, penting untuk

mengenali beberapa aspek dasar interaksi virus. Aspek – aspek tersebut meliputi :

o Infeksi dengue tidak jarang menimbulkan kasus ringan pada anak

o Infeksi dengue pada orang dewasa sering menimbulkan gejala, yang infeksi

tersebut : pada beberapa epidemi rasio kesakitan yang tampak hamir mencapai

1. Akan tetapi, beberapa strain virus mengakibatkan kasus yang sangat ringan

baik pada anak mauun orang dewasa yang sering tidak dikenali sebagai kasus

dengue dan menyebar tanpa terlihat di dalam masyarakat.

o Infeksi primer maupun sekunder dengue pada orang dewasa mungkin

menimbukan perdarahan gastrointestinal yang parahbegitu juga kasus

peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Contoh, tahun 1988 di Taiwan,

Page 3: dhf 2

banyak orang dewasa yang mengalai pedarahan yang berat yang di hubungkan

dengan DEN -1 juga mengalami penyakit ulkus peptikum.

Siklus Penularan

o Vektor : Aedes aegypti, spesies Aedes (Stegomyia) lain

o Masa inkubasi ekstrinsik berlangsung selama 8 – 10 hari

o Infeksi virus dengue pada manusia disebabkan oleh gigitan nyamuk

o Masa inkubasi instrinsik sekitar 4 – 13 hari (rata – rata 4 – 7 hari )

o Viraemia tampak sebelum awitan gejala dan berlangsung selama rata – rata

lima hari setelah awitan

o Penularan vertikan dapat terjadi, yang mungkin penting bagi kelangsungan

hidup virus, tetapi tidak dalam siklus epidemi.

D. Klasifikasi

a. Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,

trombositopeni dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II :

Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah

kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat

c. Derajat III :

Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi

kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan

kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.

d. Derajat IV :

Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan

manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak

teraba.

Page 4: dhf 2

E. Patofisiologi

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan

kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody.

Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5

akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan

merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding

pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.

Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor

koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya

perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding

pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia

dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel

dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami

hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan

kematian.

F. Pathway

Page 5: dhf 2

G. Manifestasi Klinis

1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari

2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.

3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma

4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri

5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati

6. Sakit kepala

7. Pembengkakan sekitar mata

8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening

9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,

gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Darah

1)        Trombosit menurun.

2)        HB meningkat lebih 20 %.

3)        HT meningkat lebih 20 %.

Page 6: dhf 2

4)        Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3.

5)        Protein darah rendah.

6)        Ureum PH bisa meningkat.

7)        NA dan CL rendah.

2. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

1)        Rontgen thorax : Efusi pleura.

2)        Uji test tourniket (+)

I. Penatalaksanaan

a) Tirah baring

b) Pemberian makanan lunak

c) Pemberian cairan melalui infus

d) Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate

merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na +

130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan

Ca = 3 mEq/liter

e) Pemberian obat-obatan: antibiotic, antipiretik,

f) Anti konvulsi jika terjadi kejang

g) Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR)

h) Monitor adanya tanda-tanda renjatan

i) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

j) Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.

J. Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :

a) Perdarahan luas

b) Shock atau renjatan

c) Effuse pleura

d) Penurunan kesadaran

K. ASUHAN KEPERAWATAN

1.    Pengkajian

a.    Aktivitas/istirahat

Malaise.

Page 7: dhf 2

b.    Sirkulasi

Tekanan darah di bawah normal, denyut perifer melemah, takikardi, susah teraba

Kulit hangat, kering, pucat, kemerahan/ bintik merah, perdarahan bawah kulit

c.    Eliminasi

Diare atau konstipasi

d.   Makanan/ cairan

Anoreksia, mual, muntah,Penurunan berat badan, punurunan haluaran urine,

oligouria, anuria.

e.    Neurosensori

Sakit kepala, pusing, pingsan,Ketakutan, kacau mental, disorientasi, delirium.

f.    Nyeri/ Ketidaknyamanan

Kejang abdominal, lokalisasi area sakit

g.    Pernapasan

Takipneu dengan penurunan kedalaman pernapasan, suhu meningkat, menggigil

h.    Penyuluhan/ pembelajaran

Masalah kesehatan, penggunaan obat-obatan atau tindakan

2. Diagnosa keperawatan.

1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit/ viremia

2) Nyeri berhubungan dengan proses patologi penyakit

3) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas dinding plasma, evaforasi, intake tidak adekuat

4) Risiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia

5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah, anoreksia

6) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

3. Intervensi dan Rasional

1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit/ viremia.

Intervensi:

a) Observasi tanda – tanda vital klien : suhu, nadi, tensi, pernapasan, tiap 4

jam atau lebih sering

R/ Tanda –tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan

umum pasien

Page 8: dhf 2

b) Beri penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh

R/ Penjelasan tentang kondisi yang dialami klien dapat membantu

klien/keluarga mengurangi kecemasan yang timbul.

c) Menjelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal

tersebut tidak dilakukan.

R/ Penjelasan yang diberikan akan memotivasi klien untuk kooperatif

d) Menganjurkan pasien untuk banyak minum ± 2,5 ltr/24 jam dan jelaskan

manfaatnya bagi pasien

R/ Peningkatan suhu tubuh akan menyebabkan penguapan tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak

e) Berikan kompres hangat pada kepala dan axilla

R/    Pemberian kompres akan membantu menurunkan suhu tubuh.

f) Kolaborasi: Pemberian antipiretik

g) R/    Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada

hipotalamus.

2) Nyeri berhubungan dengan proses patologi penyakit

Intervensi:

a) Kaji tingkat nyeri yang dialami klien

R/     Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami klien

b) Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri

(budaya, pendidikan,dll)

R/      Reaksi klien terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,

dengan mengetahui faktor tersebut maka perawat dapat melakukan

intervensi sesuai masalah klien.

c) Berikan posisi nyaman, dan citakan lingkungan yang tenang

R/      Untuk mengurangi rasa nyeri

d) Berikan suasana gembira bagi klien, lakukan teknik distraksi, atau teknik

relaksasi

R/      Dengan teknik distraksi atau relaksasi, klien sedikit melupakan

perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.

e) Beri kesempatanklien untuk berkomunikasi dengan orang terdekat

R/      Berhubungan dengan orang terdekat dapat membuat klien teralih

perhatiannya dari nyeri yang dialami.

Page 9: dhf 2

f) Kolaborasi: Berikan obat-obat analgetik

R/ Obat analgetik dapat mengurangi atau menekan nyeri klien.

3) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas dinding plasma, evaforasi, intake tidak adekuat.

Intervensi:

1)    Kaji keadaan umum klien 9pucat, lemah, taki kardi), serta tanda –tanda

vital.

R/    Menetapkan data dasar, untuk mengetahui dengan cepat

penyimpangan dari keadaan normalnya.

2)    Observasi adanya tanda – tanda syok

R/    Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok yang

dialami klien.

3)    Anjurkan klien untuk banyak minum.

R/    Asupan cairan sangat diperluakan untuk menambah volume cairan

tubuh.

4)    Kaji tanda dan gejala dehidrasi/hipovolemik (riwayat muntah, diare,

kehausan, turgor jelek).

R/    Untuk mengetahui penyebab defisit volume cairan.

5)    Kaji masukan dan haluaran cairan.

R/    Untuk mengetahui keseimbangan cairan.

6)    Kolaborasi : Pemberian cairan intra vena sesuai indikasi.

R/     Pemberian cairan intra vena sangat penting bagi klien yang

mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk untuk

rehidrasi.

4) Risiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

Intervensi:

1)    Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda-

tanda klinis.

R/ Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda adanya kebocoran

pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan

perdarahan.

2)    Beri penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada klien.

Page 10: dhf 2

R/      Agar klien/keluarga mengetahui hal hal yang mungkin terjadi padaklien

dan dapat membantu mengantisipasi terjadinya perdarahan.

3)     Anjurkan klien untuk banyak istirahat.

R/ Aktivitas klien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya

perdarahan.

4)     Beri penjelasan pada klien/keluarga untuk segera melaporkan tanda-tanda

perdarahan (hematemesis,melena, epistaksis).

R/      Keterlibatan keluarga akan sangat membantu klien mendapatkan

penanganan sedini mungkin.

5)      Antisipasi terjadinya perdarahan ( sikat gigi lunak, tindakan incvasif

dengan hati-hati).

R/      Klien dengan trombositopenia rentan terhadap cedera/perdarahan.

5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd mual, muntah, anoreksia.

Intervensi:

1)     Kaji keluhan mual, muntah, dan sakit menelan yang dialami klien

R/     Untuk menetapkan cara mengatasinya.

2)     Kaji cara/pola menghidangkan makanan klien

R/     Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan klien.

3)     Berikan makanan yang mudah ditelan seperti: bubur dan dihidangkan

saat masih hangat.

R/     Membantu mengurangi kelelahan klien dan meningkatkan asupan

makanan karena mudah ditelan.

4)      Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering

R/     Untuk menghindari mual dan muntah serta rasa jenuh karena makanan

dalam porsi banyak.

5)     Jelaskan manfaat nutrisi bgi klien terutama saat sakit.

R/     Untuk Meningkatkan pengetahan klien tentang nutrisi sehingga motivasi

untuk makan meningkat.

6)      Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien.

R/     Mengetahui pemasukan/pemenuhan nutrisi klien.

Page 11: dhf 2

6) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.

Intervensi:

1)     Mengkaji keluhan klien

R/ Untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien.

2)    Kaji hal-hal yang mampu/tidak mampu dilakukan oleh klien sehubungan

degan kelemahan fisiknya.

R/    Untuk mengetahui tingkat ketergantungan klien dalam memenuhi

kebutuhannya.

3)   Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat

keterbatasan klien seperti mandi, makan, eliminasi.

R/    Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada saat kondisinya

lemah tanpa membuat klien mengalami ketergantungan pada perawat.

4)     Bantu klien untuk mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan

fisiknya.

R/     Dengan melatih kemandirian klien, maka klien tidak mengalami

ketergantungan.

5)     Letakkan barang-barang di tempat yang mudah dijangkau oleh klien.

R/     Akan membantu klien memenuhi kebutuhan sendiri tanpa bantuan orang

lain

Page 12: dhf 2

DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto,Lj. 2001, Diagnosa Keperawatan. Ed 6. EGC. Jakarta.

Effendi, C.1995. Perawatan klien DHF. EGC. Jakarta.

Ngatiyah. 1997.  Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Rampengan,TH & laurentz,LR 1997. Penyakit infeksi tropik pada Anak. EGC . Jakarta