dhf 2
description
Transcript of dhf 2
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)
A. Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam
atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
B. Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,
yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan
virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan
berat molekul 4 x 106.Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
dengue. Keempat serotipe ditemukan di indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe
terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotipe dengue dengan flavivirus lain seperti
yellow fever, japanese encehphalitis dan west nille virus.
Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia
seperti tikus, kelinci,anjing, kelelawar, dan primate. Survei epidemiologi pada hewan
ternak di dapatkan antibodi terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapi dan babi.
Penelitian pada artropoda menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk
genus aedes ( stegomyia ) dan toxorhynchites
C. Epidemiologi
Penyakit ini terdapat di daerah tropis, terutama di negara asean dan pasific barat.
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes, di
indonesia dikenal dua jenis nyamuk aedes yaitu :
o Aedes aegypti
o Aedes albopictus
Aedes aegypti
o Paling sering ditemukan.
o Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang
biak di dalam rumah yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat
penampungan air di sekitar rumah.
o Nyamuk ini sepintas lalu nampak berlurik, berbintik bintik putih.
o Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
o Jarak terbang 100 meter
Aedes albopictus
o Tempat habitatnya di tempat air jernih. Biasanya disekitar rumah atau pohon
pohon, dimana tertampung air hujan yang bersih yaitu pohon pisang, pandan,
kaleng bekas, dll.
o Menggigit pada waktu siang hari.
o Jarak terbang 50 meter.
Pola Epidemiologis
Interaksi Virus
Untuk memahami berbagai situasi epidemiologis yang muncul, penting untuk
mengenali beberapa aspek dasar interaksi virus. Aspek – aspek tersebut meliputi :
o Infeksi dengue tidak jarang menimbulkan kasus ringan pada anak
o Infeksi dengue pada orang dewasa sering menimbulkan gejala, yang infeksi
tersebut : pada beberapa epidemi rasio kesakitan yang tampak hamir mencapai
1. Akan tetapi, beberapa strain virus mengakibatkan kasus yang sangat ringan
baik pada anak mauun orang dewasa yang sering tidak dikenali sebagai kasus
dengue dan menyebar tanpa terlihat di dalam masyarakat.
o Infeksi primer maupun sekunder dengue pada orang dewasa mungkin
menimbukan perdarahan gastrointestinal yang parahbegitu juga kasus
peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Contoh, tahun 1988 di Taiwan,
banyak orang dewasa yang mengalai pedarahan yang berat yang di hubungkan
dengan DEN -1 juga mengalami penyakit ulkus peptikum.
Siklus Penularan
o Vektor : Aedes aegypti, spesies Aedes (Stegomyia) lain
o Masa inkubasi ekstrinsik berlangsung selama 8 – 10 hari
o Infeksi virus dengue pada manusia disebabkan oleh gigitan nyamuk
o Masa inkubasi instrinsik sekitar 4 – 13 hari (rata – rata 4 – 7 hari )
o Viraemia tampak sebelum awitan gejala dan berlangsung selama rata – rata
lima hari setelah awitan
o Penularan vertikan dapat terjadi, yang mungkin penting bagi kelangsungan
hidup virus, tetapi tidak dalam siklus epidemi.
D. Klasifikasi
a. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II :
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah
kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat
c. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi
kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan
kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.
d. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan
manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak
teraba.
E. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody.
Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5
akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya
perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia
dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan
kematian.
F. Pathway
G. Manifestasi Klinis
1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati
6. Sakit kepala
7. Pembengkakan sekitar mata
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
1) Trombosit menurun.
2) HB meningkat lebih 20 %.
3) HT meningkat lebih 20 %.
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3.
5) Protein darah rendah.
6) Ureum PH bisa meningkat.
7) NA dan CL rendah.
2. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
1) Rontgen thorax : Efusi pleura.
2) Uji test tourniket (+)
I. Penatalaksanaan
a) Tirah baring
b) Pemberian makanan lunak
c) Pemberian cairan melalui infus
d) Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate
merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na +
130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan
Ca = 3 mEq/liter
e) Pemberian obat-obatan: antibiotic, antipiretik,
f) Anti konvulsi jika terjadi kejang
g) Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR)
h) Monitor adanya tanda-tanda renjatan
i) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
j) Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.
J. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a) Perdarahan luas
b) Shock atau renjatan
c) Effuse pleura
d) Penurunan kesadaran
K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Malaise.
b. Sirkulasi
Tekanan darah di bawah normal, denyut perifer melemah, takikardi, susah teraba
Kulit hangat, kering, pucat, kemerahan/ bintik merah, perdarahan bawah kulit
c. Eliminasi
Diare atau konstipasi
d. Makanan/ cairan
Anoreksia, mual, muntah,Penurunan berat badan, punurunan haluaran urine,
oligouria, anuria.
e. Neurosensori
Sakit kepala, pusing, pingsan,Ketakutan, kacau mental, disorientasi, delirium.
f. Nyeri/ Ketidaknyamanan
Kejang abdominal, lokalisasi area sakit
g. Pernapasan
Takipneu dengan penurunan kedalaman pernapasan, suhu meningkat, menggigil
h. Penyuluhan/ pembelajaran
Masalah kesehatan, penggunaan obat-obatan atau tindakan
2. Diagnosa keperawatan.
1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit/ viremia
2) Nyeri berhubungan dengan proses patologi penyakit
3) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma, evaforasi, intake tidak adekuat
4) Risiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia
6) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
3. Intervensi dan Rasional
1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit/ viremia.
Intervensi:
a) Observasi tanda – tanda vital klien : suhu, nadi, tensi, pernapasan, tiap 4
jam atau lebih sering
R/ Tanda –tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan
umum pasien
b) Beri penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
R/ Penjelasan tentang kondisi yang dialami klien dapat membantu
klien/keluarga mengurangi kecemasan yang timbul.
c) Menjelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal
tersebut tidak dilakukan.
R/ Penjelasan yang diberikan akan memotivasi klien untuk kooperatif
d) Menganjurkan pasien untuk banyak minum ± 2,5 ltr/24 jam dan jelaskan
manfaatnya bagi pasien
R/ Peningkatan suhu tubuh akan menyebabkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
e) Berikan kompres hangat pada kepala dan axilla
R/ Pemberian kompres akan membantu menurunkan suhu tubuh.
f) Kolaborasi: Pemberian antipiretik
g) R/ Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus.
2) Nyeri berhubungan dengan proses patologi penyakit
Intervensi:
a) Kaji tingkat nyeri yang dialami klien
R/ Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami klien
b) Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri
(budaya, pendidikan,dll)
R/ Reaksi klien terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
dengan mengetahui faktor tersebut maka perawat dapat melakukan
intervensi sesuai masalah klien.
c) Berikan posisi nyaman, dan citakan lingkungan yang tenang
R/ Untuk mengurangi rasa nyeri
d) Berikan suasana gembira bagi klien, lakukan teknik distraksi, atau teknik
relaksasi
R/ Dengan teknik distraksi atau relaksasi, klien sedikit melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
e) Beri kesempatanklien untuk berkomunikasi dengan orang terdekat
R/ Berhubungan dengan orang terdekat dapat membuat klien teralih
perhatiannya dari nyeri yang dialami.
f) Kolaborasi: Berikan obat-obat analgetik
R/ Obat analgetik dapat mengurangi atau menekan nyeri klien.
3) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma, evaforasi, intake tidak adekuat.
Intervensi:
1) Kaji keadaan umum klien 9pucat, lemah, taki kardi), serta tanda –tanda
vital.
R/ Menetapkan data dasar, untuk mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan normalnya.
2) Observasi adanya tanda – tanda syok
R/ Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok yang
dialami klien.
3) Anjurkan klien untuk banyak minum.
R/ Asupan cairan sangat diperluakan untuk menambah volume cairan
tubuh.
4) Kaji tanda dan gejala dehidrasi/hipovolemik (riwayat muntah, diare,
kehausan, turgor jelek).
R/ Untuk mengetahui penyebab defisit volume cairan.
5) Kaji masukan dan haluaran cairan.
R/ Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
6) Kolaborasi : Pemberian cairan intra vena sesuai indikasi.
R/ Pemberian cairan intra vena sangat penting bagi klien yang
mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk untuk
rehidrasi.
4) Risiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Intervensi:
1) Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda-
tanda klinis.
R/ Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda adanya kebocoran
pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan
perdarahan.
2) Beri penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada klien.
R/ Agar klien/keluarga mengetahui hal hal yang mungkin terjadi padaklien
dan dapat membantu mengantisipasi terjadinya perdarahan.
3) Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
R/ Aktivitas klien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan.
4) Beri penjelasan pada klien/keluarga untuk segera melaporkan tanda-tanda
perdarahan (hematemesis,melena, epistaksis).
R/ Keterlibatan keluarga akan sangat membantu klien mendapatkan
penanganan sedini mungkin.
5) Antisipasi terjadinya perdarahan ( sikat gigi lunak, tindakan incvasif
dengan hati-hati).
R/ Klien dengan trombositopenia rentan terhadap cedera/perdarahan.
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd mual, muntah, anoreksia.
Intervensi:
1) Kaji keluhan mual, muntah, dan sakit menelan yang dialami klien
R/ Untuk menetapkan cara mengatasinya.
2) Kaji cara/pola menghidangkan makanan klien
R/ Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan klien.
3) Berikan makanan yang mudah ditelan seperti: bubur dan dihidangkan
saat masih hangat.
R/ Membantu mengurangi kelelahan klien dan meningkatkan asupan
makanan karena mudah ditelan.
4) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
R/ Untuk menghindari mual dan muntah serta rasa jenuh karena makanan
dalam porsi banyak.
5) Jelaskan manfaat nutrisi bgi klien terutama saat sakit.
R/ Untuk Meningkatkan pengetahan klien tentang nutrisi sehingga motivasi
untuk makan meningkat.
6) Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien.
R/ Mengetahui pemasukan/pemenuhan nutrisi klien.
6) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
Intervensi:
1) Mengkaji keluhan klien
R/ Untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien.
2) Kaji hal-hal yang mampu/tidak mampu dilakukan oleh klien sehubungan
degan kelemahan fisiknya.
R/ Untuk mengetahui tingkat ketergantungan klien dalam memenuhi
kebutuhannya.
3) Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat
keterbatasan klien seperti mandi, makan, eliminasi.
R/ Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada saat kondisinya
lemah tanpa membuat klien mengalami ketergantungan pada perawat.
4) Bantu klien untuk mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan
fisiknya.
R/ Dengan melatih kemandirian klien, maka klien tidak mengalami
ketergantungan.
5) Letakkan barang-barang di tempat yang mudah dijangkau oleh klien.
R/ Akan membantu klien memenuhi kebutuhan sendiri tanpa bantuan orang
lain
DAFTAR PUSTAKA
Carpenitto,Lj. 2001, Diagnosa Keperawatan. Ed 6. EGC. Jakarta.
Effendi, C.1995. Perawatan klien DHF. EGC. Jakarta.
Ngatiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Rampengan,TH & laurentz,LR 1997. Penyakit infeksi tropik pada Anak. EGC . Jakarta