Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

62
"Dialog bersama Al "Dialog bersama Al "Dialog bersama Al "Dialog bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc." Ustadz H. Jahada Mangka, Lc." Ustadz H. Jahada Mangka, Lc." Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."[1] (Ketua Departemen Kaderisasi Wahdah Islamiyah) Penulis : Ustadz Abu Fadhl Penulis : Ustadz Abu Fadhl Penulis : Ustadz Abu Fadhl Penulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir Al Abdul Qodir Al Abdul Qodir Al Abdul Qodir Al-Bugishy Bugishy Bugishy Bugishy Editor : Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Editor : Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Editor : Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Editor : Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Muqoddimah Muqoddimah Muqoddimah Muqoddimah Ada sebuah fenomena yang terjadi akhir-akhir ini perlu kita perhatikan, karena ia merupakan batu sandungan dan hambatan bagi kesadaran umat Islam untuk kembali kepada manhaj salaf, sehingga perlu kita cermati fenomena ini, sebab kita saksikan sekelompok atau sebahagian dari syabab mutahammisin mutahammisin mutahammisin mutahammisin (pemuda yang begitu bersemangat dan menggebu-gebu di dalam beragama) begitu mudah memasukkan seseorang atau lembaga-lembaga yang berlabel Islam ke dalam barisan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Ironisnya lagi, orang-orang seperti ini atau kelompok ini, mulai mengklaim dirinya sebagai Ahlus Sunnah alias salafiyyin, pengikut manhaj Salafush shaleh, pengikut manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah.[2] Tapi, sangat disayangkan mereka tidak memahami manhaj Ahlus Sunnah dengan baik, sehingga begitu mudah mengeluarkan atau memasukkan seseorang atau lembaga tertentu di dalam barisan Ahlus Sunnah wal Jamaah, atau manhaj salafus shaleh sesuai dengan keinginan mereka. Inilah fenomena yang kita saksikan muncul akhir-akhir ini. Oleh karena itu, kita ingin mendudukkan persoalan ini sebagaimana mestinya; kita akan merujuk kepada penjelasan-penjelasan para ulama kita tentang sebuah kaedah yang kita harus jadikan sebagai standar-untuk menilai seseorang atau menilai suatu lembaga, apakah dia masuk dalam kategori Ahlus Sunnah atau tidak!! Sebab mengeluarkan dan memasukkan seseorang dari manhaj Ahlussunah bukanlah persoalan mudah[3] . Ini adalah kemungkaran besar yang harus dingkari. Allah -Ta’ala- berfirman, "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104). Ibnu Taimiyyah -rahimahullah- berkata, "Memerintahkan (untuk melakukan) sunnah, dan melarang bid’ah merupakan amar ma’ruf nahi mungkar. Itu termasuk seutama-utamanya amal sholih". [Lihat Minhaj As Minhaj As Minhaj As Minhaj As- - -Sunnah Sunnah Sunnah Sunnah (5/253)]

description

"Dialog bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."[1](Ketua Departemen Kaderisasi Wahdah Islamiyah)Penulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir Al-Bugishy Editor : Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Muqoddimah Ada sebuah fenomena yang terjadi akhir-akhir ini perlu kita perhatikan, karena ia merupakan batu sandungan dan hambatan bagi kesadaran umat Islam untuk kembali kepada manhaj salaf, sehingga perlu kita cermati fenomena ini, sebab kita saksikan sekelompok atau sebahagian dari syabab mutahammisin (pemuda yang begitu bersemangat dan menggebu-gebu di dalam beragama) begitu mudah memasukkan seseorang atau lembaga-lembaga yang berlabel Islam ke dalam barisan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Ironisnya lagi, orang-orang seperti ini atau kelompok ini, mulai mengklaim dirinya sebagai Ahlus Sunnah alias salafiyyin, pengikut manhaj Salafush shaleh, pengikut manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah.[2] Tapi, sangat disayangkan mereka tidak memahami manhaj Ahlus Sunnah dengan baik, sehingga begitu mudah mengeluarkan atau memasukkan seseorang atau lembaga tertentu di dalam barisan Ahlus Sunnah wal Jamaah, atau manhaj salafus shaleh sesuai dengan keinginan mereka. Inilah fenomena yang kita saksikan muncul akhir-akhir ini. Oleh karena itu, kita ingin mendudukkan persoalan ini sebagaimana mestinya; kita akan merujuk kepada penjelasan-penjelasan para ulama kita tentang sebuah kaedah yang kita harus jadikan sebagai standar-untuk menilai seseorang atau menilai suatu lembaga, apakah dia masuk dalam kategori Ahlus Sunnah atau tidak!! Sebab mengeluarkan dan memasukkan seseorang dari manhaj Ahlussunah bukanlah persoalan mudah[3]. http://jalansunnah.wordpress.com/

Transcript of Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Page 1: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al----Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."[1]

(Ketua Departemen Kaderisasi Wahdah Islamiyah)

Penulis : Ustadz Abu FadhlPenulis : Ustadz Abu FadhlPenulis : Ustadz Abu FadhlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir Al Abdul Qodir Al Abdul Qodir Al Abdul Qodir Al----Bugishy Bugishy Bugishy Bugishy

Editor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

Muqoddimah Muqoddimah Muqoddimah Muqoddimah

Ada sebuah fenomena yang terjadi akhir-akhir ini perlu kita perhatikan, karena ia

merupakan batu sandungan dan hambatan bagi kesadaran umat Islam untuk kembali

kepada manhaj salaf, sehingga perlu kita cermati fenomena ini, sebab kita saksikan

sekelompok atau sebahagian dari syabab mutahammisinmutahammisinmutahammisinmutahammisin (pemuda yang begitu

bersemangat dan menggebu-gebu di dalam beragama) begitu mudah memasukkan

seseorang atau lembaga-lembaga yang berlabel Islam ke dalam barisan Ahlus Sunnah

wal Jamaah. Ironisnya lagi, orang-orang seperti ini atau kelompok ini, mulai mengklaim

dirinya sebagai Ahlus Sunnah alias salafiyyin, pengikut manhaj Salafush shaleh,

pengikut manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah.[2] Tapi, sangat disayangkan mereka tidak

memahami manhaj Ahlus Sunnah dengan baik, sehingga begitu mudah mengeluarkan

atau memasukkan seseorang atau lembaga tertentu di dalam barisan Ahlus Sunnah wal

Jamaah, atau manhaj salafus shaleh sesuai dengan keinginan mereka.

Inilah fenomena yang kita saksikan muncul akhir-akhir ini. Oleh karena itu, kita ingin

mendudukkan persoalan ini sebagaimana mestinya; kita akan merujuk kepada

penjelasan-penjelasan para ulama kita tentang sebuah kaedah yang kita harus jadikan

sebagai standar-untuk menilai seseorang atau menilai suatu lembaga, apakah dia

masuk dalam kategori Ahlus Sunnah atau tidak!! Sebab mengeluarkan dan

memasukkan seseorang dari manhaj Ahlussunah bukanlah persoalan mudah[3].

Ini adalah kemungkaran besar yang harus dingkari. Allah -Ta’ala- berfirman,

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,

menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah

orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104).

Ibnu Taimiyyah -rahimahullah- berkata, "Memerintahkan (untuk melakukan) sunnah,

dan melarang bid’ah merupakan amar ma’ruf nahi mungkar. Itu termasuk

seutama-utamanya amal sholih". [Lihat Minhaj AsMinhaj AsMinhaj AsMinhaj As----Sunnah Sunnah Sunnah Sunnah (5/253)]

Page 2: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Tak pantas bagi para jama’ahTak pantas bagi para jama’ahTak pantas bagi para jama’ahTak pantas bagi para jama’ah----jama’ah Islamiyyah pada hari jama’ah Islamiyyah pada hari jama’ah Islamiyyah pada hari jama’ah Islamiyyah pada hari ini untuk sempit dada ini untuk sempit dada ini untuk sempit dada ini untuk sempit dada

dengan adanya kritikandengan adanya kritikandengan adanya kritikandengan adanya kritikan , karena hal itu termasuk menegakkan keadilan, dan persaksian

kepada Allah, yang telah diperintahkan oleh Allah –walaupun pada diri kita, dan

pemeluk agama kita- sebagaimana Allah -Ta’ala- berfirman,

"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak

keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak

dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu

kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin

menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan

menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang

kamu kerjakan". (QS.An-Nisaa’ :135).

Memutarbalikkan (kata-kata) adalah berdusta. Enggan menjadi saksi adalah

menyembunyikan persaksian sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyyah.[4]

Maka bagaimana mungkin dakwah seorang akan menjadi baik setelahnya, sementara ia

menyembunyikan kesalahan-kesalahan (penyimpangan) sambil berkedok dengan

toleransi politis.

Tak syak lagi bahwa ghiroh yang Allah letakkan dalam hati setiap mukmin terhadap

batasan-batasan-nya; inilah yang membangkitkan dirinya untuk melaksanakan

kewajiban ini (mengeritik setiap orang yang menyimpang)[5] sebagaimana yang

disabdakan oleh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-,

ا� إن ا� و������ة �������ر ا��� � وإن �������ر �������� ��م � ا��� � ���������� أن �

"Sesungguhnya Allah cemburu; seorang mu’min cemburu. Sedang kecemburuan Allah,

seorang mu’min mendatangi (melakukan) yang diharamkan oleh Allah baginya".[6]

Jika setiap kali seorang mu’min mau meluruskan pemahaman yang menyimpang, lalu

dikatakan kepadanya, "Sekarang bukan waktunya. Orang-orang kafir sekarang sedang

mengawasi kita", maka kapankah kesalahannya (baca:penyimpangannya) akan

diketahui? Kapankah ia (orang yang melakukan penyimpangan) akan tercegah dari

kesalahan-kesalahannya? Kapankah orang sakit akan sehat, dan orang yang lemah

akan kuat?

Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu- meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah

-Shallallahu ‘alaihi wa sallam-; beliau bersabda,

Page 3: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

� �!ة ا��� � �ا��� أ$# وا��� � ا��� %&' ���� ورا-� � و,#+� *�()�

"Seorang mu’min adalah cermin bagi mu’min lainnya; Seorang mu’min adalah saudara

bagi mu’min lainnya. Dia mencegah hancurnya mata pencaharian saudaranya, dan

menjaganya dari belakang".[7]

Bukanlah termasuk wala’ (loyal dan cinta) kepada orang-orang mu’min, engkau

menolong saudaramu dalam kebatilannya, karena berdalih bahwa ia (saudara tersebut)

melawan orang-orang komunis.

Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

� أو �2��� أ$�ك ا/.�#�3 � آ�ن إذا أ/.�> ا��;� ر:#ل � :ر89 �56ل ,#�3 �2��� آ�ن إذا أ6�أ?

� D��(� أو �,�A: <BCل أ/.�>؟ آ�& E� /.�> ذF6 G�ن; ا�%3

"Tolonglah saudaramu, baik ia berbuat zholim atau dizholimi". Seorang laki-laki

berkata, Wahai Rasulullah, aku akan menolongnya jika ia dizholimi. Bagaimana

pandanganmu jika ia menzholimi, bagaimana caranya aku menolongnya?. Beliau

bersabda, "Engkau mencegah atau menghalanginya dari kezholiman, karena itulah

(bentuk) pertolongan baginya".[8]

Kami berharap semoga risalah ringkas ini tidak dianggap batu sandungan, tapi sebuah

pertolongan dari seorang saudara syafiq (sayang) kepada saudara yang zholimun li

nafsih (menzholimi dirinya sendiri).

Sebab Penulisan Risalah ini Sebab Penulisan Risalah ini Sebab Penulisan Risalah ini Sebab Penulisan Risalah ini

Beberapa waktu yang silam, ada seorang ikhwah yang memberikan kami sebuah

rekaman CD berisi ceramah Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc yang berjudul """"Benarkah Benarkah Benarkah Benarkah

Anda Bermanhaj Salaf?Anda Bermanhaj Salaf?Anda Bermanhaj Salaf?Anda Bermanhaj Salaf?"""". Melihat judulnya, kami langsung terperanjat kaget campur

heran, "Sejak kapan Wahdah Islamiyah memahami manhaj salaf dengan baik sehingga

harus bertanya seperti ini kepada orang lain?!!". Padahal sebelum bertanya, mestinya

berkaca dulu dan bertanya kepada diri sendiri.

Ceramah ini nampaknya "ilmiah", karena disajikan dalam sebuah rekaman CD dengan

menggunakan sebuah komputer dan beberapa alat peraga. Ceramah ini direkam dan

didokumentasikan oleh Tasjilatul Ummah, Ramadhan 1428 H. Demikianlah yang nampak

di depan bola mata kita. Tapi realita berbicara lain ketika kita menyimak ceramah

Page 4: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

"ilmiah" ini dari menit pertama sampai akhir. Ternyata ceramah ini malah membuat kita

tersenyum heran; kok ada sebuah ceramah yang disampaikan oleh seorang yang

bertitel (Lc) dari Madinah, tapi isinya jauh panggang dari api. Para santri dan bukan

santri saja heran mendengarkan ceramah "ilmiah" ini sampai ada yang bergumam,

"Kok lulusan Madinah seperti itu?"

Ketika kami melihat dan mendengar syubhat-syubhat di dalamnya, maka kami merasa

terdorong memberikan ta’liq (catatan) ringkas agar kaum muslimin terjaga darinya dan

tidak terperosok ke dalamnya, sebab syubhat sering tampil dalam bentuk kebenaran.

Semoga risalah ringkas ini menjadi nasihat bagi Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc (JM),

dan orang-orang simpati kepadanya, serta menjadi tameng bagi salafiyyun dari syubhat

dan kekeliruannya. Nas’alullahal afiyah was salamah.

Sekilas tentSekilas tentSekilas tentSekilas tentang Isi Ceramah JMang Isi Ceramah JMang Isi Ceramah JMang Isi Ceramah JM

• Ceramah yang berdurasi 1:16 menit ini mengandung pembelaan untuk Ormas

Wahdah Islamiyah dari "tuduhan-tuduhan" orang-orang yang mengaku salafi

( ��H I�J�������������K[9]( ا�

• Sang Ustadz di awal ceramahnya berbicara tentang ( ب أ/���#اع#/Nا����� ) jenis-jenis

dosa: SYIRIK – KUFUR – KABIROH (dosa besar) – SHOGHIROH (dosa kecil).

Katanya, semua dosa tak terlepas dari empat jenis ini.

Namun ada suatu hal yang dilupakan oleh sang Ustadz bahwa bid’ah (besar atau kecil)

bisa mengeluarkan seseorang dari lingkup Ahlus Sunnah. Dari sini awal kesalDari sini awal kesalDari sini awal kesalDari sini awal kesalahannya. ahannya. ahannya. ahannya.

• Usai membahas kufur dan syirik beserta dalilnya, JM memfokuskan

pembahasannya dalam masalah dosa kecil dan dosa besar dari sisi defenisi dan

kriterianya beserta contohnya sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Hafizh

Abu Abdillah Adz-Dzahabiy -rahimahullah- dalam kitabnya AlAlAlAl----Kaba’ir. Kaba’ir. Kaba’ir. Kaba’ir.

• Setelah itu, JM membahas masalah bid’ah dan tingkatan-tingkatannya, lalu

menghubungkannya dengan dhowabith (kriteria) dosa besar. JM menjelaskan

hal ini sebagai pengantar bagi para pendengar agar ia mudah dalam memberikan

pembelaan bagi Wahdah Islamiyah. Dalam artian, kalaupun WI menurut JM telah

terjatuh dalam dosa atau bid’ah, yah paling maksimal itu adalah shoghiroh

(dosa kecil) yang tidak membuat pelakunya keluar dari lingkup Ahlus Sunnah

alias Islam!![10] Demikian menurut JM.

Page 5: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Pertanyaan untuk JM Pertanyaan untuk JM Pertanyaan untuk JM Pertanyaan untuk JM

• Pembaca yang budiman, perhatikan kelihaian sang Ustadz dalam menyeret kita

menuju pemikirannya yang keliru. Sekarang kita mau bertanya kepada JM,

"Orang yang merayakan maulid, Isra’ Mi’raj setiap tahun, bahkan ia

membelanya dengan "hujjah & dalil", apakah ia termasuk Ahlus Sunnah? Kapan

seorang keluar dari Ahlus Sunnah?"

• "Orang-orang yang menciptakan dan melakukan dzikir jama’ah di zaman ini,

apakah ia masih dalam lingkup Ahlus Sunnah ?"

• "Orang-orang yang merayakan Valentine Day’s dan membelanya termasuk

Ahlus Sunnah?"

• "Apakah orang-orang yang berdemo (dengan cara damai atau tidak) dalam

mengeritik pemerintah termasuk Ahlus Sunnah, bukan Ahlul bid’ah?!!"

• "Apakah orang-orang yang membai’at pemimpin organisasi atau yayasan

dalam perkara yang ma’ruf adalah Ahlus Sunnah??!"

• "Bagaimana jika ada yang mengumpulkan semua bid’ah-bid’ah ini, apakah ia

masih tetap Ahlus Sunnah?!!"

Kami yakin JM akan pusing tujuh keliling memberikan jawaban yang bertele-tele dalam

mendudukkan permasalahan ini sesuai manhaj ilmiah.

• Selanjutnya, JM kali ini memaparkan aliran-aliran sempalan dalam Islam.

PertamaPertamaPertamaPertama: KHAWARIJKHAWARIJKHAWARIJKHAWARIJ yang mengkafirkan pelaku dosa besar dan menyatakan

mereka kekal dalam neraka. KeduaKeduaKeduaKedua: MU’TAZILAHMU’TAZILAHMU’TAZILAHMU’TAZILAH yang meyakini pelaku dosa

besar berada diantara dua tempat (mukmin bukan, kafir bukan). Mu’tazilah

ibaratnya orang yang pusing menghukumi pelaku dosa besar. Tapi mereka sama

dengan KHAWARIJ dalam meyakini kekalnya pelaku dosa besar dalam neraka!!

Ketiga: Ketiga: Ketiga: Ketiga: MURJI’AHMURJI’AHMURJI’AHMURJI’AH yang paling mutasahil (bergampangan) dengan dosa besar,

sebab mereka meyakini bahwa pelaku dosa besar tetap dianggap mukmin yang

sempurna imannya. Adapun Ahlus Sunnah sebagai kelompok haq, mereka

wasath (pertengahan) diantara kelompok-kelompok tersebut, sebab Ahlus

Sunnah meyakini bahwa pelaku dosa besar saat di dunia ia adalah mukmin, tapi

kurang imannya, dan di akhirat ia berada dalam kehendak Allah; jika ia hendak

mengampuni dosanya, maka Allah akan ampuni. Jika Dia hendak menyiksanya,

maka Dia akan menyiksanya. . . .

Footnote :Footnote :Footnote :Footnote :

Page 6: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

[1] Jahada Mangka selanjutnya kami sebut sang Ustadzsang Ustadzsang Ustadzsang Ustadz atau JMJMJMJM

[2] Kelompok yang mulai mengklaim dirinya belakangan ini sebagai Ahlus Sunnah

adalah Wahdah IslamiyahWahdah IslamiyahWahdah IslamiyahWahdah Islamiyah . Walaupun pengakuan sebagai salafiyyunsalafiyyunsalafiyyunsalafiyyun masih berat dan

malu-malu.

[3] Ini adalah petikan mukaddimah Ustadz Jahada Mangka, Lc dalam ceramahnya yang

kami akan ta’liq (beri catatan) ringan dalam tulisan ini, Insya Allah. Petikan ini disertai

sedikit perubahan sesuai kondisi yang ada.

[4] Lihat Majmu’ AlMajmu’ AlMajmu’ AlMajmu’ Al----FatawaFatawaFatawaFatawa (28/235)

[5] Tapi tentunya dengan hikmah, bukan serampangan. Adapun dakwah hizbiyyah,

maka kalian akan melhat da’wah mereka jauh dari hikmah (sifat bijak). Lihat sajaLihat sajaLihat sajaLihat saja ketika

mereka meledakkan sebagian tempat sehingga membunuh manusia secara zholim, dan

merusak hak milik orang. Tentunya ini bukan hikmah !! Lihat sajaLihat sajaLihat sajaLihat saja ketika mereka masuk

dalam kancah perpolitikan haram sehingga mereka rela mengorbankan dirinya "atas

nama ummat". Tentunya ini bukan hikmah !! Lihat sajaLihat sajaLihat sajaLihat saja ketika mereka membenci

Salafiyyun yang menasihati mereka, sedang dilain waktu, mereka membela para ahli

bid’ah semacam Sayyid Quthb. Tentunya ini bukan hikmah !! Lihat sajaLihat sajaLihat sajaLihat saja ketika mereka

mengharamkan barang-barang produk Yahudi dan Nashrani, sementara mereka

menyemarakkan dan menggalakkan demonstrasi yang termasuk hasil produksi

pemikiran orang-orang Yahudi dan Nashrani. Tentunya ini bukan hikmah, karena telah

mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah!! Lihat sajaLihat sajaLihat sajaLihat saja perbuatan mereka yang tak

dihiasi oleh hikmah ketika sekelompok hizbiyyun yang menamai diri mereka dengan

"mujahidin""mujahidin""mujahidin""mujahidin" di Poso. Mereka menangkap wanita nashrani yang tak bersalah, lalu

mereka bunuh dengan cara sadis; disayat-sayat sampai mati. Inikah yang namanya

hikmah, padahal nabi melarang membunuh wanita, anak kecil, para pendeta yang tak

terlibat perang?! Tentunya ini bukan hikmah !! Jika kita mau sebutkan ketidakbijakan

para hizbiyyun, maka perlu sebuah kitab yang khusus membahas perkara itu.

[6] HR. Al-Bukhoriy dalam ShohihShohihShohihShohih-nya (5223), dan Muslim dalam ShohihShohihShohihShohih-nya (2761)

[7] HR. Abu Dawud dalam AsAsAsAs----SunanSunanSunanSunan (4918), Al-Bukhoriy dalam AlAlAlAl----Adab AlAdab AlAdab AlAdab Al----MufMufMufMufrod

(239), Al-Baihaqiy dalam AlAlAlAl----KubroKubroKubroKubro (16458), Al-Qudho’iy dalam Musnad AsyMusnad AsyMusnad AsyMusnad Asy----SyihabSyihabSyihabSyihab

(125) secara ringkas dari Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu- . Hadits ini di-hasan-kan

oleh Syaikh Nashir Al-Albaniy Al-Atsariy dalam AshAshAshAsh----ShohihahShohihahShohihahShohihah (926)

Page 7: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

[8] HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab AlKitab AlKitab AlKitab Al----IkrohIkrohIkrohIkroh (6552)

[9] Maksudnya: para salafiyyun yang menasihati mereka –khususnya, para ustadz salaf

Makassar-, seperti Al-Ustadz DzulQornain, Khidhir, Ibnu Yunus, Abdul Qodir Abu

Fa’izah, dan lainnya. Istilah pengaku-aku salafi telah dijadikan alat oleh WI dan

sewarnanya untuk merusak citra salafiyyin. Padahal merekalah yang lebih pantas

dengan istilah tersebut sebagaimana anda akan lihat, insya Allah. Istilah itu juga

digunakan oleh Mut’ab bin Suryan Al-Ushoimiy, Penulis Beda Salaf dengan "Salafi" Beda Salaf dengan "Salafi" Beda Salaf dengan "Salafi" Beda Salaf dengan "Salafi"

untuk mencoreng citra salafiyyin. Tapi, Alhamdulillah Al-Ustadz Abu Fa’izah telah

membantah segala tuduhan dan pernyataan Al-Ushoimiy dalam buku bantahan yang

berjudul "Beda Salafi dengan Hizbi". Jazahullahu khoiron.

[10] Ini adalah bentuk peremehan terhadap bid’ah yang bisa mengubahnya menjadi

bid’ah kabiroh (yang besar) sebagaimana yang dijelaskan oleh Asy-Syathibiy dalam

AlAlAlAl----I’tishomI’tishomI’tishomI’tishom (2/389-398), tahqiq Masyhur Hasan Salman.

Page 8: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al----Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."

(Ketua Departemen Kaderisasi Wahdah Islamiyah)

KekeliruKekeliruKekeliruKekeliruan dan Penyimpangan 1 an dan Penyimpangan 1 an dan Penyimpangan 1 an dan Penyimpangan 1

"Salah Paham tentang Makna Manhaj Ahlus Sunnah & Islam""Salah Paham tentang Makna Manhaj Ahlus Sunnah & Islam""Salah Paham tentang Makna Manhaj Ahlus Sunnah & Islam""Salah Paham tentang Makna Manhaj Ahlus Sunnah & Islam"

Penulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir Al----Bugishy Bugishy Bugishy Bugishy

Editor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

Dari sini, sang Ustadz mulai melakukan triknya satu persatu dalam menyanggah

"syubhat-syubhat" yang diarahkan kepada ORMAS-nya yang bernama WAHDAH WAHDAH WAHDAH WAHDAH

ISLAMIYAH ISLAMIYAH ISLAMIYAH ISLAMIYAH (WI).

Para Pembaca yang budiman, satu kesalahan besar lagi fatal yang dilakukan oleh JM,

saat ia ia mengeluarkan PERNYATAAN bahwa "Ahlussunnah itulah Islam, manhaj

Ahlussunnah, itulah Islam. Manhaj Salafus Shaleh, itulah Islam. Sehingga tidak boleh

kita bedakan Islam dan Ahlussunnah". Ini nas ucapan JM.

Dalam tempat lain dari ceramah itu, ia berkata, "Islam itu adalah manhaj Ahlus SunnahIslam itu adalah manhaj Ahlus SunnahIslam itu adalah manhaj Ahlus SunnahIslam itu adalah manhaj Ahlus Sunnah.

Manhaj Ahlus Sunnah, itu adalah IslamManhaj Ahlus Sunnah, itu adalah IslamManhaj Ahlus Sunnah, itu adalah IslamManhaj Ahlus Sunnah, itu adalah Islam. Maka tMaka tMaka tMaka tidak boleh kita pisahkanidak boleh kita pisahkanidak boleh kita pisahkanidak boleh kita pisahkan, karena karena karena karena

mengeluarkan orang dari manhaj ahlus sunnah berarti mengeluarkan dari? dari Islam!mengeluarkan orang dari manhaj ahlus sunnah berarti mengeluarkan dari? dari Islam!mengeluarkan orang dari manhaj ahlus sunnah berarti mengeluarkan dari? dari Islam!mengeluarkan orang dari manhaj ahlus sunnah berarti mengeluarkan dari? dari Islam!.

Mengeluarkan orang dari manhaj salaf berarti mengeluarkan orang dari IslamMengeluarkan orang dari manhaj salaf berarti mengeluarkan orang dari IslamMengeluarkan orang dari manhaj salaf berarti mengeluarkan orang dari IslamMengeluarkan orang dari manhaj salaf berarti mengeluarkan orang dari Islam. Cuma

memang, perlu kita pahami bahwa orang ber- Islam, orang mengikuti manhaj

ahlussunnah waljama’ah itu- mutafawit, bertingkat-tingkat. Bisa dipahami?

Bertingkat-tingkat!".

Ketiga kalinya, JM mempertegas: "Karena kapan kita mengeluarkan seseorang, atau Karena kapan kita mengeluarkan seseorang, atau Karena kapan kita mengeluarkan seseorang, atau Karena kapan kita mengeluarkan seseorang, atau

sebuah lembaga dari manhaj salaf berarti sama dengan kita mengelsebuah lembaga dari manhaj salaf berarti sama dengan kita mengelsebuah lembaga dari manhaj salaf berarti sama dengan kita mengelsebuah lembaga dari manhaj salaf berarti sama dengan kita mengeluarkan orang dari? uarkan orang dari? uarkan orang dari? uarkan orang dari?

dari Islam!dari Islam!dari Islam!dari Islam!"

PERNYATAAN JM ini adalah batil. Memang Islam itu adalah manhaj Ahlus Sunnah atau

sebaliknya, jika kita pahami bahwa Islam yang dimaksud disini adalah Islam murni yang

belum dicampuri dan dikotori oleh noda bid’ah. Adapun jika yang dimaksud adalah

umum mencakup Islam yang murni dan ternodai dengan bid’ah, maka tentunya

seorang tidak boleh menyatakannya sebagai manhaj Ahlus Sunnah.

Ucapan ini persis dengan keyakinan Khawarij dan Mu’tazilah. Dari prinsip kaum

Khawarij dan Mu’tazilah bahwa keislaman dan keimanan adalah satu bagian tidak

Page 9: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

terpisah. Kapan hilang sebagiannya –dengan melakukan dosa besar- maka hilanglah

seluruhnya. Sehingga dalam hukum dunia kaum KhawarijKhawarijKhawarijKhawarij mengklaim pelaku dosa besar pelaku dosa besar pelaku dosa besar pelaku dosa besar

kafir keluar dari keislamankafir keluar dari keislamankafir keluar dari keislamankafir keluar dari keislaman dan kaum Mu’tazilahMu’tazilahMu’tazilahMu’tazilah menganggapnya fi manzilatin baina fi manzilatin baina fi manzilatin baina fi manzilatin baina

manzilatainmanzilatainmanzilatainmanzilatain (bukan kafir dan bukan mukmin), dan mereka bersepakat bahwa di akhirat bersepakat bahwa di akhirat bersepakat bahwa di akhirat bersepakat bahwa di akhirat

pelaku dosa besar kekal dalam nerakapelaku dosa besar kekal dalam nerakapelaku dosa besar kekal dalam nerakapelaku dosa besar kekal dalam neraka.

Adapun Ahlus SunnahAhlus SunnahAhlus SunnahAhlus Sunnah mereka berkeyakinan bahwa keimanankeimanankeimanankeimanan dan keislamankeislamankeislamankeislaman itu

bertambah danbertambah danbertambah danbertambah dan berkurang berkurang berkurang berkurang. Dosa dan bid’ahDosa dan bid’ahDosa dan bid’ahDosa dan bid’ah itu bertingkat-tingkat, ada yang

mengeluarkan dari keislaman dan keimanankeislaman dan keimanankeislaman dan keimanankeislaman dan keimanan dan ada yang tidak mengeluarkannya tapi

hanya sekedar mengurangi keimanan dan keislaman itu. Hal ini sangat dimaklumi dalam

buku-buku Salaf dari dahulu hingga sekarang.

Maka ucapan JM di atas menunjukkan dua hal:

• Siapa sebenarnya yang KhawarijKhawarijKhawarijKhawarij dan siapa sebenarnya yang Mu’tazilahMu’tazilahMu’tazilahMu’tazilah?

• Kelemahan dan kedangkalan JM dan teman-temannya dari Da’i Wahdah dari

membaca dan mempelajari ilmu ulama Salaf. Sehingga sangat sangat sangat sangat anehanehanehaneh ada yang

mengeritik pengikut dakwah salafmengeritik pengikut dakwah salafmengeritik pengikut dakwah salafmengeritik pengikut dakwah salaf sedang dia tidak memahamitidak memahamitidak memahamitidak memahami apa manhaj salaf

itu?

Ini sekedar nasehat, agar jangan ada “maling yang teriak malingmaling yang teriak malingmaling yang teriak malingmaling yang teriak maling”.

Selain itu, Islam di zaman Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan para sahabat sebelum

munculnya bid’ah-bid’ah dan pelakunya adalah Islam yang murni dari Allah -Ta’ala-.

Adapun setelah munculnya bid’ah-bid’ah dan pelakunya, maka makna Islam sedikit

mengalami pergeseran sehingga kata "Islam" mencakup orang-orang yang mengikuti

Islam yang murni dan mencakup orang-orang yang menodai Islam dengan

bid’ah-bid’ahnya. Kondisi seperti ini memaksa pengikut Islam yang murni untuk

menggunakan istilah yang menjelaskan bahwa merekalah penganut Islam murni,

sehingga muncullah istilah AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AHAHLUS SUNNAH WAL JAMA’AHAHLUS SUNNAH WAL JAMA’AHAHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH sebagai pengikut Islam

murni yang pernah diajarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan para

sahabatnya. Jadi, AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH lebih sempit maknanya dan Islam

lebih luas maknanya. Dalam artian, AHLUS SUNNAH sudah tentu Islam. Namun orang

yang ber-Islam belum tentu AHLUS SUNNAH. Dengan kata lain, mengeluarkan orang

dari AHLUS SUNNAH belum tentu mengeluarkannya dari Islam, sebab boleh jadi

keislamannya masih ada, walaupun sudah ternodai dengan bid’ah. Perkara seperti ini

adalah perkara yang badihi (aksiomatik) bagi para salafiyyin.

Page 10: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Jika JM memegang teguh PERNYATAAN itu, maka pernyataan itu bisa kita jadikan

sebagai senjata makan tuan. Sebab ia sendiri membagi firqoh-firqoh sesat dan

menyebutkan sebagiannya, seperti KHAWARIJ, MU’TAZILAH, dan MURJI’AH.

Sekarang kita bertanya kepada sang Ustadz, "Ketiga kelompok ini apakah ia AHLUS

SUNNAH atau bukan?" Jika JM menjawab, "Mereka adalah AHLUS SUNNAH ", maka

ia telah menyelisihi pernyataan para ulama bahwa mereka itu bukan AHLUS SUNNAH.

Jika JM menyatakan bahwa mereka bukan AHLUS SUNNAH, maka berarti ia telah

mengeluarkan mereka dari Islam. Padahal para ulama menganggap bahwa

kelompok-kelompok sesat itu masih muslim, bukan kafir. [Lihat Mauqif Ahlis Sunnah Mauqif Ahlis Sunnah Mauqif Ahlis Sunnah Mauqif Ahlis Sunnah

wal Jama'ah min Ahlil Ahwa' wal Bida'wal Jama'ah min Ahlil Ahwa' wal Bida'wal Jama'ah min Ahlil Ahwa' wal Bida'wal Jama'ah min Ahlil Ahwa' wal Bida' (1/137-153), cet. Maktabah Al-Ghuroba'

Al-Atsariyyah, 1415 H]

Syaikhul Islam -rahimahullah- berkata,

� ESD واH� آIA�6 %8 وا��)Q;K� ا�(DOP�� إن; : �Aل و �J' �اJ85 آD �� I;� ا�')�ب $��& H56 ا��I;D%K9��عوإ وا� IT�,;.ر*#ان ا� �;��ES� ا���U� ا��رI)T و��� ا��رI)T ا��-�;I وإ9��ع 8T أ9�(�� 6 ES�6 � �;Jآ8; آ H�وا � ��(DOPا� ��)Q:و IA�6

"Barangsiapa yang berkata, "Sesungguhnya 72 kelompok sempalan; setiap salah satu

dari mereka adalah kafir dengan kekafiran yang mengeluarkannya dari agama", maka

sungguh ia telah menyelisihi Al-Kitab, Sunnah, dan ijma’ para sahabat –ridhwanullahi

alaihim ajma’in-, bahkan ijma’ (kesepakatan) para imam yang empat dan selain yang

empat. Tak ada diantara mereka yang mengkafirkan masing-masing diantara 72

kelompok ini". [Lihat Majmu' AlMajmu' AlMajmu' AlMajmu' Al----FatawaFatawaFatawaFatawa (7/218) karya Syaikhul Islam]

Lebih tragis lagi, JM menganggap kita yang mengaku salafi sebagai kelompok yang

lebih parah, lebih berbahaya dan lebih ghuluw (ekstrim) daripada KHAWARIJ dan

MU’TAZILAH, sebab menurutnya kita -salafiyyun- mengeluarkan orang dari AHLUS

SUNNAH alias ISLAM dengan sebab melakukan dosa kecil.

Dengarkan JM berkata tentang kita yang menyatakan diri sebagai salafi , "Padahal

mereka punya manhaj, dalam kaitannya dengan sikap dan pandangan terhadap

murtakibil kabiirah itu jauh lebih dahsyat dari, jauh lebih berbahaya dari pada khawarij jauh lebih dahsyat dari, jauh lebih berbahaya dari pada khawarij jauh lebih dahsyat dari, jauh lebih berbahaya dari pada khawarij jauh lebih dahsyat dari, jauh lebih berbahaya dari pada khawarij

dan mu’tazilahdan mu’tazilahdan mu’tazilahdan mu’tazilah. “Khawarij gaya baru”Khawarij gaya baru”Khawarij gaya baru”Khawarij gaya baru”!"

Dia juga berkata, "Berarti mereka asyaddu wa akhtar minal khawarij wal Berarti mereka asyaddu wa akhtar minal khawarij wal Berarti mereka asyaddu wa akhtar minal khawarij wal Berarti mereka asyaddu wa akhtar minal khawarij wal

mu’tazilahmu’tazilahmu’tazilahmu’tazilah"[1]

Page 11: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

JM juga berkata, "Berarti, haaula’i asyaddu minal khawarij wa a"Berarti, haaula’i asyaddu minal khawarij wa a"Berarti, haaula’i asyaddu minal khawarij wa a"Berarti, haaula’i asyaddu minal khawarij wa asyaddu wa akhtar syaddu wa akhtar syaddu wa akhtar syaddu wa akhtar

minal mu’tazilahminal mu’tazilahminal mu’tazilahminal mu’tazilah. Lalu mengklaim diri sebagai salafiyyin. Maka ini harus hati-hati, harus

waspada jangan cepat tertipu dengan pengakuan, nahnu salafiyyin, nahnu salafiyyin.

Lihat maa hiyatuh!, lihat hakikatnya!. Kalau ada yang sudah sangat terlalu mudah, dan

sangat terlalu rentan mengeluarkan orang dari manhaj Ahlus Sunnah, hanya dengan

hal-hal seperti ini. Maka ini kita harus WASPADAMaka ini kita harus WASPADAMaka ini kita harus WASPADAMaka ini kita harus WASPADA".

Kami mau bertanya kepada JM secara terhormatKami mau bertanya kepada JM secara terhormatKami mau bertanya kepada JM secara terhormatKami mau bertanya kepada JM secara terhormat , "Jika orang-orang yang mengaku

salafi ini adalah lebih parlebih parlebih parlebih parahahahah daripada KhawarijKhawarijKhawarijKhawarij dan Mu’tazilahMu’tazilahMu’tazilahMu’tazilah, nah apakah mereka yang

mengaku salafi ini adalah AHLUS SUNNAHAHLUS SUNNAHAHLUS SUNNAHAHLUS SUNNAH alias ISLAMISLAMISLAMISLAM atau bukan??!!!" Saya kira JM

akan kesusahan dan bersimbah peluh untuk menjawab pertanyaan ini, kecuali ia akan

terjatuh dalam penyimpangan berikutnya. Nas’alullaha salamah minadh dholal wal jahl

ba’dal huda wan nur (Kita memohon kepada Allah dari kesesatan dan kebodohan

setelah datangnya petunjuk dan jalan yang terang).

Jika orang-orang yang mengaku salafi ini adalah lebih parah daripada Khawarij dan

Mu’tazilah, maka konsekuensinya pengaku salafi ini bukan Ahlus Sunnah, bukan Islam

menurut Jahada. Jadi, siapa sebenarnya "Khawarij Gaya Baru???""Khawarij Gaya Baru???""Khawarij Gaya Baru???""Khawarij Gaya Baru???" Jahada atau

orang-orang yang mengaku salafi. Jawabannya, kami serahkan kepada pembaca yang

berakal.

PERNYATAAN JM bahwa mengeluarkan orang dari Ahlus Sunnah sama dengan

mengeluarkan orang dari Islam. PERNYATAAN ini mengharuskan tidak adanya ahli

bid’ah dan tabdi’, sebab tabdi’ akan menyebabkan kita harus mengeluarkan para ahli

bid’ah dari AHLUS SUNNAH alias Islam. Inilah konsekuensi pernyataan JM yang batil;

tak ada jalan keluar baginya, kecuali harus bertobat dari pernyataan itu.

Kesalahpahaman tentang makna Islam yang dialami oleh Jahada, juga pernah menimpa

seorang Penulis buku yang benama Ustadz Abdul Halim Abu Syuqqoh, Penulis kitab

"Tahrir Al"Tahrir Al"Tahrir Al"Tahrir Al----Mar’ah fii Ashr ArMar’ah fii Ashr ArMar’ah fii Ashr ArMar’ah fii Ashr Ar----Risalah"Risalah"Risalah"Risalah". Kesalahpahaman ini telah diluruskan oleh

Syaikh Al-Albaniy ketika beliau dialog dengan Abu Syuqqoh. Sekarang dengarkan

kisahnya, kami ambilkan dari kitab Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaliy AsAsAsAs----SalafiySalafiySalafiySalafiy (salah

seorang murid Syaikh Al-Albaniy Al-Atsariy -rahimahullah-), berikut nashnya:

• Syaikh Al-Albaniy berkata, "Jika ditanyakan kepada Anda, apa madzhabmu?

Apa jawaban Anda?"

• Abu Syuqqoh menjawab, "muslim".

Page 12: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

• Syaikh Al-Albaniy berkata, "Ini tak cukup !"

• Abu Syuqqoh menjawab, "Sunnguh Allah telah menamai kita muslim". Abu

Syuqqoh membaca firman-Nya -Ta’ala-,

"Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu".

(QS.AlAlAlAl----HajjHajjHajjHajj :78 ).

• Syaikh Al-Albaniy berkata, "Ini adalah jawaban yang benar andaikan kita berada

di kurun pertama sebelum tersebarnya kelompok-kelompok sesat. Andaikan

kita sekarang bertanya kepada muslim manapun dari kelompok-kelompok sesat

ini yang kita telah berbeda dengannya dalam pokok aqidah, maka tak akan

melenceng jawabannya dari kata ini (yaitu "kata muslim"). Semuanya akan

menjawab, baik itu orang Syi’ah-Rofidhoh,Khawarij, Duruz, maupun

Nushoiriy-Alawiy, "Aku adalah muslim". Jadi, ini tak cukup di hari-hari ini".

• Abu Syuqqoh berkata, "Kalau begitu aku katakan, Aku adalah seorang muslim

yang berada di atas Al-Kitab dan As-Sunnah".

• Syaikh Al-Albaniy berkata, "Ini juga tak cukup !"

• Abu Syuqqoh berkata, "Kok bisa?".

• Syaikh Al-Albaniy berkata, "Apakah Anda mendapati seorang diantara mereka

yang telah kita contohkan -misalnya- ia berkata, "Saya adalah seorang muslim

yang tak berada di atas Al-Kitab dan As-Sunnah"…Siapa yang akan

menyatakan, "Aku tak berada di atas Al-Kitab dan Sunnah?"

Kemudian Syaikh -hafizhahullah- mulai menjelaskan pentingnya landasan yang kami

bangun, yaitu Al-Kitab dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman As-Salaf Ash-Sholih.

• Abu Syuqqoh berkata, "Kalau begitu aku katakan, Aku adalah seorang muslim

yang berada di atas Al-Kitab dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman

As-Salaf Ash-Sholih".

• Syaikh Al-Albaniy berkata, "Jika ada yang bertanya kepadamu tentang

madzhabmu, apakah engkau mengatakan hal itu kepadanya" .

• Abu Syuqqoh berkata, "Ya".

• Syaikh Al-Albaniy berkata, "Bagaimana pendapatmu jika kita meringkas kalimat

itu menurut bahasa? Karena sebaik-baik ucapan adalah yang ringkas, lagi

menunjukkan (maksud). Maka kita katakan, "Salafiy"[2].

• Abu Syuqqoh berkata, "Mungkin aku bisa bertoleran denganmu, maka aku

katakan kepadamu,"Ya ". Tapi keyakinanku sebagaimana yang telah lalu.

Page 13: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Karena awal kali –ketika orang mendengar bahwa engkau adalah

salafiy-,makapikiran manusia akan lari kepada banyak perkara nerupa

tindakan-tindakan bermuatan kekerasan yang sampai pada tingkatan kekasaran

yang terkadang terjadi dari salafiyyun".

• Syaikh Al-Albaniy berkata, "Anggaplah ucapanmu benar. Jika kau katakan,

"muslim", tidakkah pikiran orang akan lari kepada orang Syi’ah-Rofidhoh, atau

Duruziy, atau Isma’iliy…dan seterusnya?[3]

• Abu Syuqqoh berkata, "Mungkin saja. Tapi aku telah mengikuti ayat yang mulia

ini:

"Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim". (QS.AlAlAlAl----HajjHajjHajjHajj :78 ).

• Syaikh Al-Albaniy berkata, "Tidak, wahai saudaraku!Sungguh engkau tak

mengikuti ayat ini, karena ayat ini memaksudkan Islam yang benar (baca: murni).

Seyogyanya Anda berbicara dengan manusia sesuai tingkatan

berpikirnya…apakah seorang diantara kalian akan memahami bahwa engkau

adalah muslim sesuai dengan makna yang dimaksudkan dalam ayat itu?

Perkara-perkara yang terlarang (tercela) yang Anda telah sebutkan, yah

terkadang benar atau tidak, karena ucapanmu "keras", ini terkadang pada

sebagian person, bukan menjadi manhaj dalam aqidah ilmiyyah. Tinggalkan

person-person itu, karena kita sekarang berbicara tentang manhaj; karena bila

kita bilang, "Syi’ah, Duruziy, Khawarij, shufiy, atau Mu’tazilah, maka akan

muncul perkara-perkara tercela tersebut (berupa sikap keras dan brutal).[4]

Jadi, itu bukanlah inti pembicaraan kita. Kita sedang membahas tentang nama

yang menunjukkan madzhab seorang manusia yang ia beragama kepada Allah

dengannya".

• Kemudian Syaikh berkata, "Bukankah semua sahabat muslim?"

• Abu Syuqqoh berkata, "Tentunya muslim".

• Syaikh Al-Albaniy berkata, "Tapi diantara mereka ada orang yang mencuri, dan

berzina. Ini tentunya tak membolehkan bagi seorang diantara mereka untuk

bilang, "Aku bukan muslim". Bahkan ia adalah muslim, dan beriman kepada

Allah dan Rasul-nya sebagai suatu manhaj. Akan tetapi terkadang ia

menyelisihi manhajnya, karena ia bukanlah ma’shum. Karenanya, kita –Semoga

Allah memberkahimu- sekarang berbicara tentang sebuah kata yang

menunjukkan aqidah kita, pemikiran kita, dan acuan kita dalam kehidupan kita

yang berkaitan dengan urusan agama kita yang kita menyembah Allah

Page 14: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

dengannya. Adapun fulan orangnya mutasyaddid (keras) atau mutasahil

(bergampangan), maka ini adalah perkara lain"

• Kemudian Syaikh Al-Albaniy -rahimahullah- berkata lagi, "Aku ingin engkau

pikirkan kata yang ringkas ini (kata salafiysalafiysalafiysalafiy) sehingga engkau tak tetap

bersikeras di atas kata muslim, sedang Anda tahu bahwa tak ada seorang pun di

antara kalian yang memahami apa yang Anda inginkan selama-lamanya. Jadi,

bicarailah manusia sesuai tingkatan berpikir mereka. Semoga Allah

memberkahimu dalam sambutanmu".

Inilah diskusi Syaikh yang kami nukilkan dari kitab Limadzaa Ikhtartu AlLimadzaa Ikhtartu AlLimadzaa Ikhtartu AlLimadzaa Ikhtartu Al----Manhaj Manhaj Manhaj Manhaj

AsAsAsAs----SalafiySalafiySalafiySalafiy (hal. 36-38) karya Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaliy As-Salafiy Al-Atsariy

-hafizhahullah-, cet. Dar Ibnil Qoyyim & Dar Ibnu Affan, 1422 H.

Footnote :Footnote :Footnote :Footnote :

[1] Maknanya: Mereka lebih parah dan berbahaya dibanding Khawarij dan Mu’tazilah.

[2] Maksudnya Syaikh, daripada kita susah mengucapkan, "Aku adalah seorang muslim

yang berada di atas Al-Kitab dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman As-Salaf

Ash-Sholih", ya lebih baik kita cari istilah ringkasnya. Nah ternyata kalimat itu diwakili

oleh kalimat "Aku Salafiy" !!

[3] Kelompok-kelompok sesat ini amat masyhur kebrutalan mereka, sehingga

terkadang membuat orang berburuk sangka kepada Islam dan menyangka sebagai

agama sadis, padahal Islam berlepas diri dari sikap brutal. Bukan Cuma itu, disana

masih ada kelompok sesat lainnya di zaman ini dari kalangan Khawarij (kita sebut hari

ini dengan teroris). Mereka ini juga tak kalah brutalnya dengan kelompok-kelompok

sebelumnya. Masih segar dalam ingatan kita tentang peristiwa 11 September ketika

sekelompok teroris menabrakkan pesawat ke gedung WTC sehingga dunia tersentak

kaget, dan dunia barat yang sudah mulai simpati dengan Islam, akhirnya benci dan

alergi dengan Islam dan kaum muslimin. Kaum Khawarij ini juga (yang

mengatasnamakan diri mereka sebagai mujahidin secara dusta) telah melakukan aksi

brutal dan teror di pulau Bali, tanpa izin dari pemerintah. Mereka melakukan peledakan

yang menelan jumlah besar dari kalangan kafir maupun muslim. Tak usah jauh, juga

terjadi peledakan secara brutal dan keras di Mall ratu Indah, Makassar. Semua ini

mencoreng wajah Islam sehingga ada sebagian orang –utamanya orang kafir, munafiq,

dan lainnya- , jika ia mendengar kata Islam, atau melihat orang yang multazim, maka

Page 15: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

akan muncul dalam pikirannya segala bentuk kebrutalan, dan kesadisan yang

disandarkan kepada Islam, akibat ulah kaum Khawarij !! Ini juga menunjukkan kita Ini juga menunjukkan kita Ini juga menunjukkan kita Ini juga menunjukkan kita

bahwa mereka (kaum Khawarijbahwa mereka (kaum Khawarijbahwa mereka (kaum Khawarijbahwa mereka (kaum Khawarij----Teroris) adalah kaum yang tak yang berakhlaq. Tak Teroris) adalah kaum yang tak yang berakhlaq. Tak Teroris) adalah kaum yang tak yang berakhlaq. Tak Teroris) adalah kaum yang tak yang berakhlaq. Tak

ada lagi sifat ada lagi sifat ada lagi sifat ada lagi sifat rahmatun lil alaminrahmatun lil alaminrahmatun lil alaminrahmatun lil alamin. Tergesa. Tergesa. Tergesa. Tergesa----gesa…tak sabar…ceroboh…itulah yang gesa…tak sabar…ceroboh…itulah yang gesa…tak sabar…ceroboh…itulah yang gesa…tak sabar…ceroboh…itulah yang

menguasai mereka !!!menguasai mereka !!!menguasai mereka !!!menguasai mereka !!! Nas’alullahas salamah wal afiyah minal fitan wa ahliha.

[4] Maksud beliau, jika kita sebutkan kelompok-kelompok sesat itu, maka akan muncul

juga ke dalam benak orang sesuatu berupa kekerasan dan kebrutalan sebagaimana

telah kami contohkan dalam footnote (no.110).

Page 16: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al----Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."

(Ketua Departemen Kaderisasi Wahdah Islamiyah)

Kekeliruan dan PenyimpanKekeliruan dan PenyimpanKekeliruan dan PenyimpanKekeliruan dan Penyimpangan 2 gan 2 gan 2 gan 2

"Meniadakan Prinsip Tabdi’ yang Syar’i dan Meremehkan Bid’ah ""Meniadakan Prinsip Tabdi’ yang Syar’i dan Meremehkan Bid’ah ""Meniadakan Prinsip Tabdi’ yang Syar’i dan Meremehkan Bid’ah ""Meniadakan Prinsip Tabdi’ yang Syar’i dan Meremehkan Bid’ah "

Penulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir Al----Bugishy Bugishy Bugishy Bugishy

Editor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

• Meniadakan Prinsip Tabdi’ yang Syar’i Meniadakan Prinsip Tabdi’ yang Syar’i Meniadakan Prinsip Tabdi’ yang Syar’i Meniadakan Prinsip Tabdi’ yang Syar’i

Ahlus Sunnah dari dulu telah menetapkan prinsip tabdi’ yang syar’iy bagi orang yang

berhak di-tabdi’. Oleh karena itu, para ulama kita telah men-tashnif

(mengelompokkan) manusia ke dalam beberapa aliran dan kelompok sesat, seperti:

Khawarij, Mu’tazilah, Murji’ah, Shufiyyah, Jahmiyyah, Asy’ariyyah, Karromiyyah,

Maturidiyyah, dan lainnya.

Prinsip tabdi’ ini berusaha dihapuskan oleh Al-Ustadz Jahada Mangka saat ia

berkata,"Islam itu adalah, iya manhaj Ahlus Sunnah"Islam itu adalah, iya manhaj Ahlus Sunnah"Islam itu adalah, iya manhaj Ahlus Sunnah"Islam itu adalah, iya manhaj Ahlus Sunnah . Manhaj Ahlus Sunnah, itu adalah Manhaj Ahlus Sunnah, itu adalah Manhaj Ahlus Sunnah, itu adalah Manhaj Ahlus Sunnah, itu adalah

IslamIslamIslamIslam. Maka tidak boleh kita pisahkanMaka tidak boleh kita pisahkanMaka tidak boleh kita pisahkanMaka tidak boleh kita pisahkan. Iye, karena mengeluarkan karena mengeluarkan karena mengeluarkan karena mengeluarkan orang dari manhaj orang dari manhaj orang dari manhaj orang dari manhaj

ahlus sunnah berarti mengeluarkan dari? dari Islam!ahlus sunnah berarti mengeluarkan dari? dari Islam!ahlus sunnah berarti mengeluarkan dari? dari Islam!ahlus sunnah berarti mengeluarkan dari? dari Islam!. Mengeluarkan orang dari manhaj Mengeluarkan orang dari manhaj Mengeluarkan orang dari manhaj Mengeluarkan orang dari manhaj

salaf berarti mengeluarkan orang dari Islamsalaf berarti mengeluarkan orang dari Islamsalaf berarti mengeluarkan orang dari Islamsalaf berarti mengeluarkan orang dari Islam. Cuma memang, perlu kita pahami bahwa

orang ber- Islam, orang mengikuti manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah itu- mutafawit,

bertingkat-tingkat. Bisa dipahami? Bertingkat-tingkat!"

Ucapan ini jelas dalam menghapuskan prinsip tabdi’, sebab men-tabdi’ orang berarti

menyatakannya keluar dari lingkup Ahlus Sunnah. Sedang JM tentunya tak ingin

mengeluarkan orang dari Ahlus Sunnah, sebab jika ia dikeluarkan darinya, maka

otomatis ia dikeluarkan dari Islam. Tak ada jalan lain bagi JM, kecuali ia harus

menghapus prinsip tabdi’. Nah, ini telah menyelisihi perkara yang aksioma (badihi) di

sisi para thullabul ilmi.

Diantara perkara yang menguatkan bahwa JM menghapuskan prinsip tabdi’, dia

berkata setelah itu, "Cuma memang, perlu kita pahami bahwa orang ber- Islam, orang

mengikuti manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah itu- mutafawit ‘bertingkat-tingkat’. Bisa

dipahami? Bertingkat-tingkat!"

Page 17: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Padahal jika JM berpikir sedikit, maka ia akan paham bahwa Ahlus Sunnah adalah

Ath-Thoifah Al-Manshuroh (kelompok yang ditolong) alias Al-Firqoh An-Najiyah

(kelompok yang selamat) alias Al-Jama’ah yang disebutkan oleh Nabi -Shallallahu

alaihi wa sallam- dalam beberapa sabdanya yang akan kami sebutkan.

Adapun selain Ath-Thoifah Al-Manshuroh (kelompok yang ditolong) alias Al-Firqoh

An-Najiyah (kelompok yang selamat) alias Al-Jama’ah, maka mereka adalah

kelompok-kelompok sesat yang masih muslim. Al-Firqoh An-Najiyah dikatakan

selamat dari neraka, karena ittiba’ (keteladanan) mereka kepada Sunnah Nabi

-Shallallahu alaihi wa sallam-, baik dalam perkara aqidah, ibadah, akhlaq dan lainnya.

Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda menyifati Al-Firqoh An-Najiyah alias

Ahlus Sunnah,

;I هN> و:)J)�قXا Y�� ؟ ا� ر:#ل � ه� � :�A�#ا واH�ة إ[; ا�D;�ر �6 آ�%Q: IA�6 �S(�� و \]ث

�Y آ�ن � :�Aل� 8P � ��� أ/� �,�T� و ا��#م أ

"Ummat ini akan berpecah menjadi 73 golongan; semuanya di neraka, kecuali

satu".Mereka (para sahabat) bertanya,"Siapakah kelompok itu, wahai Rasulullah?".

Beliau menjawab, "Orang yang berada di atas sesuatu yang aku dan para sahabatku

berada di atasnya hari ini".[1]

Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa kelompok yang selamat dari neraka adalah

orang yang mengikuti sesuatu yang pernah dipijaki oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa

sallam- dan para sahabatnya berupa aqidah shohihah, ibadah, dan akhlaq. Adapun

kelompok-kelompok sesat lainnya, seperti Khawarij, Mu’tazilah, dan lainnya, maka

semua menyalahi yang pernah dipijaki oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan para

sahabatnya. Jadi, Khawarij atau Mu’tazilah -misalnya- tak mungkin kita

menganggapnya sebagai Ahlus Sunnah!!

• Meremehkan Bid’ah Meremehkan Bid’ah Meremehkan Bid’ah Meremehkan Bid’ah

Pembaca yang budiman, bid’ah adalah perkara yang amat besar di sisi Allah, sebab ia

merupakan upaya dalam meralat syari’at Allah -Azza wa Jalla-. Para salaf dahulu

amat takut dengan bid’ah, walaupun bid’ah itu termasuk golongan shoghiroh (dosanya

kecil).

Page 18: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Sebagai contoh, kisah Abdullah bin Mas’ ud -radhiyallahu ‘anhu- yang masyhur dalam

mengingkari para pelaku dzikir jam a’ah di salah satu masjid Kufah.

‘Amer bin Salamah ibnul H arits -rahimahullah- menceritakan,

�;Dآ U�C/ Y����T HQب �;� K(#د T� ا� 8QA ة�� �D�a $�ج F6ذا اH��اة �) Y�ء/� ا����� إ�C6 #Tأ Y:# �H)T �D ا��;��� �HQ أT# إ��'E أ$�ج �56ل اd��(�ي% A �� U�C6 �D) Y;(� �ج$ �;�� �D�A $�ج 6 #:Y أT# �� �56ل 9��(� إ��� � �Tأ HQ� وا�,H� أر وE� أ/'��� أ �ا !/�J اHCK�� �6 رأ? إ/�O ا��;���

�;�� إن �56ل ه# �A ��6ل $��ا إ�;� �?a <�ا(K6 ل�A ?�6 رأ HCK��ا � #A �5�� �:#� D)3�ون 9�#ا 5�6#ل �-OQ'�6 I�ون �-I آOQ�وا 5�6#ل �.Y أHES و�6 ر89 ��I5 آO8 �6 ا�.;��ةO� �-I ه

�#نO�S�6 I-� �? 6��ذا �Aل �-OQK�6 I,#ن �-OQ: I,#ا #لو5 A ES� ل�A � ?�A ES� �e�d ا/)�3ر Gرأ

� f�g �� أن ES� و* ES��eO�: ?D�H)%وا أن أ ES�� أ6�� �Aل أ �ك وا/)�3ر S��DK�E ;E\ Yg

�D�g (� و Y;(� Y�أ I5�� � G�� h��A#6 ES�& ا�,� أ �T� �A�#ا �.D(#ن أراآE ا�;Nي هNا � �56ل HQ���8 ا�);'Y.� %H)/ �T ��Q ا��;��� S;(وا� i�QK;ل وا�)�A %H(6وا E'��eO�: �/�6 � � f�g �� أن *�

E'��DK� �ءd E',و � I; ,�;H أ � ,�IT ه���ء ه�')'E أ:�ع E'O�Q/ Y;� �;���� ا�� E;� و:

)#ا6�ون <Nوه �T��\ E� 8Q� �/!�و( E� �K'� يN;وا� �KJ/ <H�T E';/إ Y�)� I;� � أهHى ه� I;� H;�,

� وآ�A Eل اk��� إ�;� أرد/� � ا��;��� �HQ أ�T � وا��;� �A�#ا *���T I�ب J)),# أو H� ��k�� �� �Q�. ;ر:#ل إن �;��;Y ا� �;���� ا�� E;� � أن; �D\;H� و:#A 5�ءونوز �� ا5��!ن �C ES�A��ا Eوا �;� ا�� E'D أآP�هE �(8; أدري ;E\ Y;�#� ESD����و �56ل �T ��:I �Dرأ I; �� Ge�أو h��D#/� ا�,�m م# اk�#ارج f ا�S;D�وان

“Kami pernah duduk-duduk di depan pintu rumah ‘Abdullah bin Mas’ ud sebelum

sholat Shubuh . Jika beliau keluar kami akan berjalan bersamanya ke mesjid. Lalu Abu

M usa Al-Asy’ary mendatangi kami seraya berkata : “Apakah Abu

‘Abdirrahman[2]sudah keluar kepada kalian?”Jawab kami : “Belum”. Kemudian diapun

duduk bersama kami sampai beliau keluar. Tatkala beliau keluar, kami semuanya berdiri

menuju kepadanya. Lalu Abu M usa berkata kepadanya : “Wahai Abu ‘Abdirrahman

sesungguhnya baru saja saya melihat di mesjid suatu perkara yang saya ingkari dan

saya tidak berprasangka –alhamdulillah- kecuali kebaikan”. Beliau berkata : “Apa

perkara itu?” Dia menjawab : “Kalau engkau masih hidup maka engkau akan melihatnya.

Saya melihat di mesjid ada sekelompok orang duduk-duduk dalam beberapa halaqoh

(majelis) sambil menunggu sholat. Di setiap halaqoh ada seorang lelaki (yang

memimpin) -Sementara di tangan mereka ada batu-batu kecil-. Lalu orang (pimpinan)

itu berkata : “Bertakbirlah kalian sebanyak 100 kali”. Merekapun bertakbir 100 kali.

Orang itu berkata lagi : “Bertahlillah kalian sebanyak 100 kali”, maka merekapun

bertahlil 100 kali, orang itu berkata lagi : “Bertasbihlah kalian sebanyak 100 kali”, maka

merekapun bertasbih 100 kali. Beliau berkata : “Apa yang engkau katakan kepada

Page 19: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

mereka?”.Dia (Abu M usa) menjawab : “Saya tidak mengatakan sesuatu apapun

kepada mereka karena menunggu pendapat dan perintahmu”. Maka beliau berkata :

“Tidakkah engkau perintahkan kepada mereka agar mereka menghitung

kejelekan-kejelekan mereka dan kamu beri jaminan kepada mereka bahwa

kebaikan-kebaikan mereka tidak akan ada yang sia-sia?!”. Kemudian beliau pergi dan

kami pun pergi bersamanya sampai beliau mendatangi satu halaqoh diantara

halaqoh-halaqoh tadi seraya berdiri di depan mereka dan berkata : “Perbuatan apa ini

yang saya melihat kalian melakukannya?!”. Mereka menjawab : “Wahai Abu

‘Abdirrahman, ini adalah kerikil-kerikil yang kami (pakai) menghitung takbir, tahlil dan

tasbih dengannya”. Maka beliau berkata : “Hitunglah kejelekan-kejelekan kalian dan

saya jamin kebaikan-kebaikan kalian tidak akan sia-sia. Betapa kasihannya kalian

wahai ummat Muhammad, begitu cepatnya kehancuran kalian. Ini, mereka para sahabat

Nabi kalian -Shollallahu ‘alaihi wasallam- masih banyak bertebaran. Ini pakaian beliau

(Nabi -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam-) belum usang. Bejana-bejana beliau

belum pecah. Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya kalian

betul-betul berada di atas suatu agama yang lebih berpetunjuk daripada agama

Muhammad atau kalian sedang membuka pintu kesesatan?!”. Mereka berkata : “Wahai

Abu ‘Abdirrahman, demi Allah kami tidak menginginkan kecuali kebaikan”. Beliaupun

berkata : “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan akan tetapi dia tidak Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan akan tetapi dia tidak Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan akan tetapi dia tidak Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan akan tetapi dia tidak

mendapatkannyamendapatkannyamendapatkannyamendapatkannya. Sesungguhnya Rasulullah menceritakan kepada kami tentang suatu

kaum, mereka membaca Al-Qur`an akan tetapi (bacaan mereka) tidak melampaui

tenggorokan mereka. Demi Allah, saya tidak tahu barangkali kebanyakan mereka

adalah dari kalian”. Kemudian beliau meninggalkan mereka. Amr bin Salamah berkata :

“Kami telah melihat kebanyakan orang-orang di halaqoh itu adalah orang-orang yang

menyerang kami bersama Khaw arij pada perang Nahraw an” [HR. AdHR. AdHR. AdHR. Ad----D arimy D arimy D arimy D arimy dalam

Sunan-nya (210). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Alb any dalam AshAshAshAsh----Shoh ihah Shoh ihah Shoh ihah Shoh ihah (no.

2005)]

Perhatikanlah kisah ini baik-baik –semoga Allah merahmatimu-, niscaya engkau akan

mendapatkan suatu harta yang lebih berharga daripada dunia dan seisinya. Lihat

bagaimana sahabat Abdullah bin Mas’ ud -radhiyallahu ‘anhu- menghukumi perbuatan

mereka sebagai suatu bid’ah dan kesesatan, tanpa memandang bid’ahnya tergolong

kabiroh (dosa besar) atau shoghiroh (dosa kecil). Inilah sikap para salaf dalam

mengingkari bid’ah; mereka amat tegas, sebab mereka takut jika bid’ah itu

berkembang dan berketurunan atau memanggil bid’ah lain. Jadi, para salaf tidaklah

Page 20: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

meremehkan dan menganggap enteng suatu bid’ah; bukan seperti Al-Ustadz Jahada

Mangka, Lc yang meremehkan bid’ah.

Pembaca yang budiman, mungkin anda bertanya dalam hati apa buktinya bahwa apa buktinya bahwa apa buktinya bahwa apa buktinya bahwa JM JM JM JM

meremehkan bid’ahmeremehkan bid’ahmeremehkan bid’ahmeremehkan bid’ah? Jawabnya, amat mudah!! Lihat saja saat ia mengomentari kasus

tanzhim yang dituduhkan kepada Wahdah, "Kita sepakati dulu bahwa, ya, oke, dia

adalah dosa!. Dia adalah bid’ah!Sekarang kita lihat!, iye, kembalikan kepada tadi!

(nampak anwaudz dzunub di layar) Antum lihat!

– Apakah tanzhim masuk syirik? ("Tidak!", kata mad’u ).

– Tanzhim masuk kufur?. ("Tidak!", kata mad’u)

– Tanzim masuk kabiirah? ("Tidak!", kata mad’u).

– Ada ancaman orang yang bertanzhim? ("Tidak!", kata mad’u).

– Ada hukumannya di dunia?

– Dila’nat dan dikutuk? ("Tidak!", kata mad’u).

– Dinafikan imannya?

Berarti tidak ada satupun dawabithdawabithdawabithdawabith (kriteria, pen.-) yang kita sebutkan di sini, dari

dawaabithul kabirahdawaabithul kabirahdawaabithul kabirahdawaabithul kabirah. Berarti, paling tidak dia masuk dalam ketegori? ‘a?. Shaghiirah!

Seandainya pun kita sepakat bahwa tanzhim itu adalah bid’ah atau dosa, berarti dia

masuk dalam kategori? ‘a? Dosa kecil!." Demikian kata Al-Ustadz Jahada Mangka, Lc.

Jahada juga berkataJahada juga berkataJahada juga berkataJahada juga berkata , "Okelah, kita sepakati dulu sesuai dengan, ya, tuduhan mereka.

Marhalah bid’ah! MarhalahMarhalah bid’ah! MarhalahMarhalah bid’ah! MarhalahMarhalah bid’ah! Marhalah, , , , iye, dosa, maksiat!, dosa, maksiat!, dosa, maksiat!, dosa, maksiat!. Tapi sekarang kita lihat, iye. Coba kita

lihat!

Apakah marhalah itu masuk dalam kategori kesyirikan? ‘a?

Masuk dalam kategori kekufuran? ("Tidak!", jawab mad’u).

Masuk dalam kategori dosa besar? ("Tidak!", jawab mad’u).

Page 21: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Tidak ada satupun dari dawabithnyadawabithnyadawabithnyadawabithnya!. Tidak ada dawabith (kriteria), iye. Kemudian kalau

begitu paling tinggi dia adalah: dosa kecildosa kecildosa kecildosa kecil. Dosa? Kecil!Kecil!Kecil!Kecil! "

Dengan metode seperti di atasDengan metode seperti di atasDengan metode seperti di atasDengan metode seperti di atas, Jahada berkata saat mengomentari tentang tarbiyah

mereka, "Berarti paling tidak, paling tinggi kalau seandainya dia adalah pelanggaran,

maka dia adalah shagiirahshagiirahshagiirahshagiirah (dosa kecil)! "

JM berkata dalam meremehkan bid’ahnya demodemodemodemo (muzhoharoh), "Apakah muzhaharah

(demonstrasi) masuk kategori syirik? Hatta (sampai) seandainyapun syirik. Kalau dia Kalau dia Kalau dia Kalau dia

adaadaadaadalah syirik kecillah syirik kecillah syirik kecillah syirik kecil maka tidak keluar orang dari? Islamtidak keluar orang dari? Islamtidak keluar orang dari? Islamtidak keluar orang dari? Islam!, dari manhaj dari manhaj dari manhaj dari manhaj

ahlussunnah!apalagi jelas bukan syirikahlussunnah!apalagi jelas bukan syirikahlussunnah!apalagi jelas bukan syirikahlussunnah!apalagi jelas bukan syirik. Kufur? Bukan kufur!. Hatta seandainya kufur,

tapi dia kufrun duna kufrinkufrun duna kufrinkufrun duna kufrinkufrun duna kufrin, maka juga tidak bisa kita keluarkan orang itu secara

otomatis dari Islam. Masuk dalam kabiirah? Ya, mungkin bisa masuk dalam kabiirah, ya

tapi ini perlu pembahasan khusustapi ini perlu pembahasan khusustapi ini perlu pembahasan khusustapi ini perlu pembahasan khusus".

Inilah beberapa bukti akurat tentang peremehan JM terhadap bid’ah. Perlu dipahami

bahwa bid’ah bisa membuat seseorang keluar dari Ahlus Sunnah, walaupun bid’ah itu

kecil menurut sebagian orang. Ketahuilah bahwa bid’ah shoghiroh (kecil) akan berubah

menjadi bid’ah kabiroh sebagaimana halnya dosa shoghiroh (kecil) bisa berubah

kadarnya menjadi dosa kabiroh (besar).

AlAlAlAl----Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Musa AsyImam Abu Ishaq Ibrahim bin Musa AsyImam Abu Ishaq Ibrahim bin Musa AsyImam Abu Ishaq Ibrahim bin Musa Asy----SyathibSyathibSyathibSyathibiyiyiyiy -rahimahullah- berkata, "Jika kita

telah menerima bahwa diantara bid’ah ada yang shoghiroh (kecil), maka yang demikian

itu berdasarkan beberapa syarat.

1. Syarat pertamaSyarat pertamaSyarat pertamaSyarat pertama: tidak kontinyu di atasnya: tidak kontinyu di atasnya: tidak kontinyu di atasnya: tidak kontinyu di atasnya, sebab maksiat yang kecil bagi orang

yang kontinyu melakukannya akan menjadi besar hubungannya dengan dirinya.

Karena hal itu timbul dari dari kontinyunya seseorang di atas maksiat.

Sedangkan kontinyu di atas maksiat mengubahnya menjadi besar. Oleh karena

itu, mereka (para ulama) berkata, "Tak ada dosa kecil jika kontinyu dilakukan,

dan tak ada dosa besar jika disertai permohonan ampuanan". Demikian pula

bid’ah, tanpa ada bedanya…

2. Syarat KeduaSyarat KeduaSyarat KeduaSyarat Kedua: Tidak mengajak (tidak berdakwah) kepada bid’ah tersebut: Tidak mengajak (tidak berdakwah) kepada bid’ah tersebut: Tidak mengajak (tidak berdakwah) kepada bid’ah tersebut: Tidak mengajak (tidak berdakwah) kepada bid’ah tersebut.

Karena suatu bid’ah terkadang ia shoghiroh (kecil) menurut sebuah tinjauan.

Kemudian orang mengadakannya mengajak untuk menyatakannya dan

mengamalkan konsekuensinya. Jadi, dosa semua perkara itu ada pada

pundaknya, sebab dialah yang membangkitkannya, dan dengan sebab dirinya

Page 22: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

bid’ah itu banyak terjadi dan diamalkan. Karena hadits shohih telah

mengabarkan bahwa barangsiapa yang membuat suatu contoh yang jelek, maka

dosa kejelekan itu dan dosa orang yang mengamalkannya ada pada pundaknya,

dan hal itu tidaklah mengurangi dosa mereka sedikitpun. Dosa kecil dengan

dosa besar hanyalah perbedaan keduanya berdasarkan banyak-sedikitnya dosa.

Terkadang dosa kecil –dari sisi ini- menyamai dosa besar atau melebihinya.

Maka kewajiban seorang ahli bid’ah jika ia tertimpa bid’ah agar mencukupkan

bid’ah itu pada dirinya, dan tidak mengumpulkan dosanya dengan dosa orang

lain…

3. Syarat KetigaSyarat KetigaSyarat KetigaSyarat Ketiga: Bid’ah shoghiroh itu tidak dilakukan di tempatBid’ah shoghiroh itu tidak dilakukan di tempatBid’ah shoghiroh itu tidak dilakukan di tempatBid’ah shoghiroh itu tidak dilakukan di tempat----tempat yang tempat yang tempat yang tempat yang

merupakan tempat perkumpulan manusia atau tempatmerupakan tempat perkumpulan manusia atau tempatmerupakan tempat perkumpulan manusia atau tempatmerupakan tempat perkumpulan manusia atau tempat----tempat yang ditegakkan tempat yang ditegakkan tempat yang ditegakkan tempat yang ditegakkan

padanya sunnahpadanya sunnahpadanya sunnahpadanya sunnah----sunnah , dan nampak padanya tandasunnah , dan nampak padanya tandasunnah , dan nampak padanya tandasunnah , dan nampak padanya tanda----tanda (syi’ar) syari’atanda (syi’ar) syari’atanda (syi’ar) syari’atanda (syi’ar) syari’at. t. t. t.

Adapun menampakkan bid’ah tersebut di tempat-tempat umum oleh

orang-orang yang disangka baik, maka itu termasuk perkara yang amat

membahayakan sunnah Islam, karena hal itu tak keluar dari dua perkara. Entah

pelaku bid’ah itu diteladani dalam dalam bid’ah tersebut. Karena orang-orang

awam adalah pengekor sembarang orang. Terlebih lagi bid’ah yang dihias-hiasi

oleh setan untuk manusia, yang disenangi oleh hawa nafsu. Jika seorang pelaku

bid’ah shoghiroh diiikuti , maka bid’ah itu menjadi besar hubungannya dengan

dirinya. Karena barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dosanya

ada dipundaknya, dan juga dosa orang yang mengamalkan bid’ah itu. Jadi, dosa

akan besar baginya tergantung banyaknya pengikut. Ini sama persis yang

terdapat pada maksiat (dosa-dosa) kecil. Karena seorang alim -misalnya- jika

ia menampakkan maksiat -walaupun kecil-, maka akan gampang dilakukan oleh

manusia. Sebab seorang yang jahil akan bergumam, "Andai perbuatan ini

sebagaimana yang ia katakan bahwa itu adalah dosa, maka ia tak mungkin akan

melakukannya. Dia (sang alim) hanyalah melakukannya karena suatu perkara

(dasar) yang ia ketahui, yang kita tidak ketahui".Demikian pula bid’ah, jika

ditampakkan oleh seorang alim yang diteladani di dalamnya, maka pasti

(demikian juga masalahnya). Karena bid’ah itu merupakan sarana pendekatan

diri menurut sangkaan orang jahil, karena seorang jahil melakukannya

berdasarkan segi tersebut. Bahkan bid’ah lebih parah lagi menurut makna

(tinjauan) seperti ini. Sebab dosa terkadang tidak diikuti (oleh orang); berbeda

dengan bid’ah, orang tak akan canggung mengikutinya, kecuali bagi orang yang

tahu bahwa itu adalah bid’ah yang tercela. Ketika itulah bid’ah seperti

kedudukan dosa . Jika demikian halnya, maka bid’ah shoghiroh (kecil) itu

Page 23: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

berubah menjadi bid’ah kabiroh (besar), tanpa syak. Jika ia mengaja kepada

bid’ah itu, maka kondisinya lebih parah. Jika penampakkan bid’ah itu

mendorong untuk mengikutinya, maka ajakan itu jelas lebih mengajak kepada

ittiba’ (mengikuti bid’ah itu)…Adapun melakukan bid’ah shoghiroh di

tempat-tempat yang dilakukan padanya sunnah-sunnah, maka ia seperti

mengajak kepadanya secara terang-terangan. Karena tempat dinampakkannya

syi’ar-syi’ar Islam akan memberikan opini bahwa segala sesuatu yang

dinampakkan di dalamnya, maka ia termasuk syi’ar-syi’ar Islam. Seakan-akan

orang yang menampakkan bid’ah itu berkata, "Ini adalah sunnah, maka

ikutilah !!"…Pembicaraan kita menunjukkan atas penekanan dalam

perkara-perkara baru (bid’ah), jangan sampai dilakukan di tempat-tempat

umum atau di tempat-tempat yang ditegakkan padanya sunnah-sunnah, amat

dipelihara di dalamnya perkara-perkara yang disyari’atkan. Karena jika bid’ah

ditegakkan di dalamnya, maka manusia akan mengambilnya dan

mengamalkannya. Lalu dosa hal itu akan kembali kepada orang yang

melakukannya pertama kali, dan dosanya pun membanyak, dan bahaya

bid’ahnya semakin besar.

4. Syarat KeempatSyarat KeempatSyarat KeempatSyarat Keempat: Bid’ah Shoghiroh (kecil) itu tidak dipandang kecil dan remeh, : Bid’ah Shoghiroh (kecil) itu tidak dipandang kecil dan remeh, : Bid’ah Shoghiroh (kecil) itu tidak dipandang kecil dan remeh, : Bid’ah Shoghiroh (kecil) itu tidak dipandang kecil dan remeh,

jika kita menganggapnya kecil. jika kita menganggapnya kecil. jika kita menganggapnya kecil. jika kita menganggapnya kecil. Karena hal itu adalah peremehan terhadap

bid’ah. Sedang peremehan terhadap dosa adalah lebih besar dibandingkan dosa

itu sendiri. Hal itu (yakni, peremehan) menjadi sebab besarnya sesuatu yang

kecil, karena dosa memiliki dua tinjauan. (1) Tinjauan dari sisi tingkatannya

menurut syari’at. (2) Tinjauan dari sisi penyelisihannya terhadap Robb (Allah)

Yang Maha Agung dengan dosa itu. Adapun tinjauan pertama, maka dari sisi itu

dosa kecil itu dianggap kecil, jika kita memahami dari syari’at bahwa ia kecil,

sebab kita meletakkannya menurut syari’at. Adapun tinjauan yang lain (kedua),

maka ia kembali kepada keyakinan kita dalam mengamalkannya, dimana kita

meremehkan untuk menghadapi Robb –Subhanahu- dengan penyelisihan.

Kewajiban pada diri kita, menganggap dosa itu amat besar, sebab tak ada

bedanya pada hakikatnya antara dua penghadapan; menghadapi Allah dengan

dosa besar, dan menghadapi Allah dengan dosa kecil…". Demikian nukilan dari

Al-Imam Asy-Syathibiy -rahimahullah-.[3]

Jika kita kembali kepada sikap Al-Ustadz H. Jahada Mangka dalam meremehkan

beberapa pelanggaran yang terdapat dalam Wahdah IslamiyahWahdah IslamiyahWahdah IslamiyahWahdah Islamiyah (seperti, tarbiyah bid’ah,

bai’at bid’ah, muwazanah, demo, dan lainnya), maka sang Ustadz tak lepas dari empat

Page 24: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

syarat yang disebutkan oleh Al-Imam Asy-Syathibiy di atas, sehingga bid’ah-bid’ah

WI ini –kalaupun kita anggap kecil-, maka ia berubah menjadi BID’AH KABIROHBID’AH KABIROHBID’AH KABIROHBID’AH KABIROH

(besar).

Anggaplah bid’ah itu kecil menurut pandangan JM, tapi apakah bid’ah kecil jika

dilazimi, tidak akan membuat orang keluar dari Ahlus Sunnah, apalagi jumlahnya banyak

dan dikenal atau dinyatakan oleh para ulama sebagai bid’ah??!. Bagaimana menurut

JM jika ada orang yang ber-maulid, ulang tahun, ber-milad, ber-Valentine, dzikir

jama’ah, yang mana semua ini menurut JM adalah shoghiroh ketika dihadapkan dengan

dhowabith yang dijelaskan oleh JM dalam ceramahnya tersebut. Kami tanya JM dan

orang semisalnya, "Apakah orang-orang yang melakukan bid’ah-bid’ah itu tetap

dianggap sebagai Ahlus Sunnah atau bukan??!"Tanda tanya besar !! Tanda tanya besar !! Tanda tanya besar !! Tanda tanya besar !!

Selain itu, anggaplah bid’ah-bid’ah yang ada pada WI tersebut adalah shoghiroh,

apakah menghalangi kita untuk mengingkari WI saat melakukannya, apalagi membela

dan mempertahankannya dengan "dalil", dan "hujjah". Tidak, sama sekali tidak

demikian!! Bahkan boleh kita mengingkarinya sebagai tashfiyah dan tarbiyah bagi

ummat ini. Fa’tabiruu ya ulil abshor.

Jika kita mau jujur, sebenarnya pelanggaran-pelanggaran WI adalah bernilai kabiroh

(besar) , karena akan bermuara kepada alalalal----khuruj alal hukkamkhuruj alal hukkamkhuruj alal hukkamkhuruj alal hukkam (pemberontakan dan

pembangkangan kepada penguasa muslim yang sah). Sedangkan Ahlus SunnahAhlus SunnahAhlus SunnahAhlus Sunnah telah

sepakat haramnya memberontak dan membangkangharamnya memberontak dan membangkangharamnya memberontak dan membangkangharamnya memberontak dan membangkang, baik dengan lisan, tulisan,

perbuatan, dan senjata. Bukti mereka khuruj alakhuruj alakhuruj alakhuruj alal hukkaml hukkaml hukkaml hukkam, WI telah melakukan demo,

tidak mengakui pemerintah yang berkuasa sekarang sebagai pemerintah yang sah dan

boleh dibai’at[4].

Anggaplah bahwa semua pelanggaran WI adalah shoghiroh (dosa kecil), tapi perlu

diingat bahwa para ulama telah menyatakan:

���ة [ f �ار nا

"Tak ada dosa yang kecil jika kontinyu" .[5]

Jika seseorang meremehkan dosa kecil, maka noda dari dosa kecil itu jika menumpuk

akan menjadi dosa besar yang akan membinasakan. Sebab seorang yang meremehkan

dosa kecil akan terseret untuk meremehkan dosa kecil atau dosa besar lainnya,

bahkan akan meremehkan kekafiran dan kesyirikan sebagai balasan kurangnya khosyah

Page 25: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

(rasa takut)nya kepada Allah. Wa’iyadzu billah. Inilah kondisi hati yang diliputi oleh

roon (noda dan bercak hitam). Allah -Ta’ala- berfirman,

"Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu

menutupi hati mereka". (QS. AlAlAlAl----MuthoffifinMuthoffifinMuthoffifinMuthoffifin:14 ).

Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-,

�Ie�m$ ?('/ �6 �Q أ$m� إذا ا�(HQ إن;A I('/ ذا :#داءF6 #ع هB/ �J�(:85 و��ب وا: �Q�A د وإن��

Hز �S�6 Y;(� #�)� �Q�A

"Sesungguhnya orang yang beriman jika melakukan suatu dosa, maka dosa itu menjadi

titik hitam di dalam hatinya. Jika dia bertaubat dan mencabut serta berpaling (dari

perbuatannya) maka mengkilaplah hatinya. Jika dosa itu bertambah, maka titik hitam

itupun bertambah hingga memenuhi hatinya." [HR. At-Tirmidzi dalam SunanSunanSunanSunan-nya

(3334), dan Ibnu Majah Sunan Sunan Sunan Sunan-nya (4244). Hadits ini di-hasan-kan oleh Syaikh

Al-Albaniy dalam Shohih AtShohih AtShohih AtShohih At----TarghibTarghibTarghibTarghib (1620)]

Janganlah seseorang memandang remeh dosa-dosa yang ia lakukan, namun hendaklah

ia melihat kepada siapa ia bermaksiat. Janganlah seseorang memandang remeh

dosa-dosa, karena ia akan menyesalinya kelak, dan janganlah seseorang memandang

remeh dosa-dosa, karena sesungguhnya tidak ada dosa kecil jika dilakukan sesungguhnya tidak ada dosa kecil jika dilakukan sesungguhnya tidak ada dosa kecil jika dilakukan sesungguhnya tidak ada dosa kecil jika dilakukan

terusterusterusterus----menerus,menerus,menerus,menerus, dan tidak ada dosa besar jika diiringi dengan dan tidak ada dosa besar jika diiringi dengan dan tidak ada dosa besar jika diiringi dengan dan tidak ada dosa besar jika diiringi dengan istighfaristighfaristighfaristighfar, sebab gunung , sebab gunung , sebab gunung , sebab gunung

itu berasal dari kerikilitu berasal dari kerikilitu berasal dari kerikilitu berasal dari kerikil----kerikil kecilkerikil kecilkerikil kecilkerikil kecil.

Cobalah renungi peringatan Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa Sallam- tentang bahaya

meremehkan dosa-dosa kecil,

E;�آ5;�ات إ, T(#د ذا و�9ء T(#د ذا �C6ء واد B/ �mT�#ا A#م آ8P� ا�N%/#ب ,5;�ات F6/;�� ا�N%/#ب وY;(� ا#)�9 � )Y ا�N%/#ب ,5;�ات وإن; $BQهT E� أ/Cg#ا N$� �ST �SQ�� �'�S�

"Waspadailah dosa-dosa kecil, karena perumpamaan dosa-dosa kecil itu laksana suatu

kaum yang singgah disuatu lembah kemudian masing-masing membawa sebatang

ranting, hingga mreka dapat mngumpulkan kayu yang cukup untuk memasakkan roti

mereka. Sesungguhnya pelaku dosa-dosa kecil tatkala disiksa dengan sebab

dosa-dosa yang dianggap remeh, (niscaya) hal itu akan membinasakannya". [HR.

Ahmad dalam AlAlAlAl----MusnadMusnadMusnadMusnad (22860), Ath-Thobroniy dalam AlAlAlAl----KabirKabirKabirKabir (10500), dan

Page 26: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Al-Baihaqiy dalam Syu'abul ImanSyu'abul ImanSyu'abul ImanSyu'abul Iman (7267). Di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam

AshAshAshAsh----ShohihahShohihahShohihahShohihah (389)]

AlAlAlAl----Hafizh Ibnu Qoyyim AlHafizh Ibnu Qoyyim AlHafizh Ibnu Qoyyim AlHafizh Ibnu Qoyyim Al----JauziyyahJauziyyahJauziyyahJauziyyah-rahimahullah- berkata, "Diantara dampak buruk

maksiat, seorang hamba senantiasa melakukan dosa sampai dosa itu akan remeh

menurutnya, dan terasa kecil dalam hatinya. Itulah tanda kebinasaanItulah tanda kebinasaanItulah tanda kebinasaanItulah tanda kebinasaan, karena dosa jika

semakin kecil dalam pandangan seorang hamba, maka akan semakin besar urusannya

di sisi Allah". [Lihat AdAdAdAd----Daa'u wad Dawaa'Daa'u wad Dawaa'Daa'u wad Dawaa'Daa'u wad Dawaa' (hal. 93-94), cet. Dar Ibnul Jauziy, dengan

tahqiq Ali bin Hasan Al-Atsariy]

Oleh karena itu, hendaknya seseorang kembali kepada Tuhan-nya! Janganlah ia

menunda-nunda taubatnya hingga ia tidak mampu lagi untuk melakukannya. Ibarat Ibarat Ibarat Ibarat

seorang pemuda yang ingin mencabut sebuah pohon yang masih kecil, maka hal itu seorang pemuda yang ingin mencabut sebuah pohon yang masih kecil, maka hal itu seorang pemuda yang ingin mencabut sebuah pohon yang masih kecil, maka hal itu seorang pemuda yang ingin mencabut sebuah pohon yang masih kecil, maka hal itu

tidaklah sulit bagintidaklah sulit bagintidaklah sulit bagintidaklah sulit baginyayayaya. Namun apabila ia mengulur-ulur waktu, maka pohon itu akan

semakin membesar dan akarnya akan semakin kuat tertancap ke dalam bumi, dan ia

pun akan semakin tua dan melemah sehingga ia tidak mampu lagi untuk mencabutnya.

Abdur Rahman Ibnul JauziyAbdur Rahman Ibnul JauziyAbdur Rahman Ibnul JauziyAbdur Rahman Ibnul Jauziy-rahimahullah- berkata dalam Shoidul KhothirShoidul KhothirShoidul KhothirShoidul Khothir

(hal.210-211), "Maha Suci Sang Raja Maha Agung (Allah) yang barangsiapa yang

mengenalnya, maka ia akan takut kepada-Nya; barang siapa yang merasa aman

terhadap makar-Nya, maka ia tak akan mengenal-Nya. Sungguh aku telah merenungi

suatu perkara yang amat agung, yaitu Allah –Azza wa Jalla- selalu memberi

penangguhan sampai seakan Dia lalai. Maka anda akan melihat tangan orang-orang

yang suka bermaksiat dalam keadaan bebas, seakan-akan tak ada yang

menghalanginya. Jika ia semakin bebas, dan akal lepas, maka Allah akan memberikan

hukuman kepada orang itu seperti hukuman raja yang sombong. Penangguhan

(hukuman dosa) itu hanyalah untuk menguji kesabaran orang yang bersabar, dan

mengulurkan penangguhan bagi orang yang zholim. Maka tegarlah orang yang sabar ini

di atas kesabarannya, dan si zholim ini diberi balasan atas kejelekan perbuatannya".

Inilahsedikit diantara nasihatInilahsedikit diantara nasihatInilahsedikit diantara nasihatInilahsedikit diantara nasihat bagi orang-orang yang meremehkan dosa-dosanya,

tanpa melihat kepada kebesaran Robb-nya. Semoga hal ini dipikirkan dan ditadabburi

oleh orang-orang yang mau berakal.

[1] HR. At-Tirmidziy (2641), Al-Hakim (444), Ibnu Wadhdhoh dalam AlAlAlAl----Bida’ wa Bida’ wa Bida’ wa Bida’ wa

AnAnAnAn----Nahyu anhaNahyu anhaNahyu anhaNahyu anha (hal.15-16), Al-Ajurriy (16), Al-Uqoiliy dalam AdhAdhAdhAdh----Dhu’afaa’Dhu’afaa’Dhu’afaa’Dhu’afaa’

(2/262/no.815), Ibnu Nashr Al-Marwaziy dalam As-Sunnah (hal.18), Al-Lalika’iy (147),

Page 27: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

dan Al-Ashbahaniy dalam AlAlAlAl----Hujjah fi Bayan AlHujjah fi Bayan AlHujjah fi Bayan AlHujjah fi Bayan Al----MahajjahMahajjahMahajjahMahajjah (1/107). Hadits ini

di-hasan-kan oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaliy AlAlAlAl----AtsariyAtsariyAtsariyAtsariy dalam Basho’ir Dzawisy Basho’ir Dzawisy Basho’ir Dzawisy Basho’ir Dzawisy

SyarofSyarofSyarofSyarof (hal.75), cet. Maktabah Al-Furqon, UEA

[2] Abu Abdir Rahman: Sapaan bagi Abdullah bin Mas’ud. Abu Abdirrahman, artinya:

Bapaknya Abdur Rahman. Hal ini juga berlaku di negeri kita sebagai sapaan

penghormatan. [ed]

[3] Lihat AlAlAlAl----I’tishomI’tishomI’tishomI’tishom (2/389-398) karya Asy-Syathibiy, tahqiq Masyhur Hasan Salman,

cet. Maktabah At-Tauhid, 1421 H.

[4] Sebagaimana yang dinyatakan oleh Al-Ustadz H. Muh. Ikhwan Abdul Jalil dalam

sebuah ceramahnya dihadapan mahasiswa Al-Birr, dan juga pernyataan Sekjen WI,

Al-Ustadz H. Qosim Saguni. Mudah-mudahan nanti pernyataan kedua orang ini kami

akan nukilkan dalam sebuah risalah yang sedang kami garap. Semoga Allah menolong

kami dalam menyelesaikannya.

[5] Lihat AlAlAlAl----MadklholMadklholMadklholMadklhol (1/489) karya Ibnul Hajj

Page 28: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al----Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."

(Ketua Departemen Kaderisasi Wahdah Islamiyah)

Kekeliruan dan Penyimpangan 3 Kekeliruan dan Penyimpangan 3 Kekeliruan dan Penyimpangan 3 Kekeliruan dan Penyimpangan 3

"Membolehkan Demonstrasi ""Membolehkan Demonstrasi ""Membolehkan Demonstrasi ""Membolehkan Demonstrasi "

Penulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir Al----BuBuBuBugishy gishy gishy gishy

Editor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

Diantara bid’ah dan pelanggaran besar yang pernah dilakoni oleh orang-orang WI

adalah demonstrasidemonstrasidemonstrasidemonstrasi. Mereka menyangka berdemo adalah sesuatu yang boleh dan uslub

(metode) yang baik dalam menasihati pemerintah. Sehingga merekapun berusaha

melegitimasi demomelegitimasi demomelegitimasi demomelegitimasi demo yang pernah mereka lakukan dengan berbagai macam dalih, seperti

mereka katakan, "Demo tak apa-apa, yang penting tidak berbuat ricuh, kekacauan dan

keributan; yang penting dengan cara damai".

Sekarang kita mau bertanya, kapan demo itu dianggap kekacauan dan kapan dianggap

damai. Bagaimana jika ada yang berdemo dengan teriak-teriak dan berkonvoi melalui

trotoar, tidak menghalangi pengendara. Sesampainya di depan gedung DPR atau

Gubernur mereka berteriak dengan bantuan loadspeaker , menuntut penguasa agar

siap diajak bicara. Apakah ini damai??! Bagaimana jika ada yang demo seperti di atas,

tapi sesampainya di halaman Gubernur, mereka bakar ban mobil, dan berteriak di

hadapan pemerintah. Apakah ini demo yang damai??!

Nah, orang-orang yang membolehkan demo dengan syarat damai akan bingung

memberikan jawaban. Apa batasan dan dhowabith (kriteria) demo itu damai. Lalu siapa

diantara ulama yang menyatakan bahwa demo yang damai adalah boleh?!!! Kami yakin Kami yakin Kami yakin Kami yakin

para ustadz WI para ustadz WI para ustadz WI para ustadz WI tak mampu mendatangkan pernyataan seorang ulama dalam tak mampu mendatangkan pernyataan seorang ulama dalam tak mampu mendatangkan pernyataan seorang ulama dalam tak mampu mendatangkan pernyataan seorang ulama dalam

membolehkannya,membolehkannya,membolehkannya,membolehkannya, kecuali orang-orang yang yang sepemikiran dengan mereka, seperti

Salman bin Fahd Al-Audah, Safar Al-Hawali, dan A’idh Al-Qorniy.

Dengarkan Jaahada berkata dalam membolehkan demo dengan syarat damai, " Masuk

dalam kabiirah? Ya, mungkin bisa masuk dalam kabiirah. Tapi ini perlu pembahasan Tapi ini perlu pembahasan Tapi ini perlu pembahasan Tapi ini perlu pembahasan

khususkhususkhususkhusus. Perlu pengkajian terhadap apa yang disebutkan para ulama kita tentang kapan

tidak boleh seorang melakukan demonstrasi atau keluar dari sebuah pemerintah

(khuruj alal hukkam, pen). Bahkan terus terang, saya mau berikan wawasansaya mau berikan wawasansaya mau berikan wawasansaya mau berikan wawasan. SAYA SAYA SAYA SAYA

Page 29: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

MAU BERIKAN WAWASANMAU BERIKAN WAWASANMAU BERIKAN WAWASANMAU BERIKAN WAWASAN! Misalnya, Al-Akh Sofyan misalnya-kepala sekolah di

sebuah SMA misalnya. Lalu kemudian dia mengeluarkan satu kebijakan: "Semua siswi

SMA itu tidak boleh Jilbab". Semua guru-guru sudah berusaha untuk mendekati,

menasehati, menyampaikan, dan seterusnya, supaya dicabut kebijakan itu. Orang tua

siswi juga sudah datang berikan nasehat. Pokoknya dia tetap bersikukuh dengan

kebijakannya. Maka dilihat bahwa tidak ada jalan untuk memberikan pressurepressurepressurepressure dan

tekanan supaya dia mencabut kebijakan itu, kecuali anak-anak siswa itu disuruh

demonstrasi. Tapi demonstrasi dalam hal ini yang kita maksudkan tidak anarkisTapi demonstrasi dalam hal ini yang kita maksudkan tidak anarkisTapi demonstrasi dalam hal ini yang kita maksudkan tidak anarkisTapi demonstrasi dalam hal ini yang kita maksudkan tidak anarkis.

Memberikan pressure pressure pressure pressure dan tekanantekanantekanantekanan, supaya dia bisa mencabut kebijakan dan keputusan

tersebut. Dan itulah jalan yang bisa ditempuh untuk bisa dia down dan bergeser dari

kebijakannya. Saya mau tanya! Demonstrasi yang seperti itu, boleh atau tidak? Demonstrasi yang seperti itu, boleh atau tidak? Demonstrasi yang seperti itu, boleh atau tidak? Demonstrasi yang seperti itu, boleh atau tidak?

("Boleh", jawab pendengar). Boleh atau tidak? Artinya, dia tidak akan bergeser dari

kebijakannya melarang siswa untuk berjilbab, seandainya tidak dengan cara seperti itu,

‘a? BAHKAN WAJIBBAHKAN WAJIBBAHKAN WAJIBBAHKAN WAJIB!. Karena kita nanti mendapatkan hak-hak kita dengan cara

seperti itu. Tapi, okelah kita mengatakan secara umum, dia tidak boleh!"

Demikianlah pernyataan sang Ustadz bahwa demo boleh ketika demo dilakukan dengan

damai, tanpa bersikap anarkis, dan menjadi jalan terakhir. Sekali lagi kita bertanya,

"Siapakah ulama di belakang kalian yang membolehkan demo seperti ini. Kami yakin

orang-orang diantara kalian akan diam seribu bahasa, dan berkelit, "Tapi kan, tapi

kan…" Simpanlah kata "tapi" dalam laci baik-baik.

Kami yakin orang -orang WI terpengaruh dengan para tokoh kenamaan mereka, para

da’i hizbi, semisal Salman Al-Audah, Safar Al-Hawali, dan A’idh Al-Qorniy. Silakan

dengarkan pernyataan dai-dai idola mereka ini dalam membolehkan demo, dan berikut

bantahannya:

Safar AlSafar AlSafar AlSafar Al----HawaliHawaliHawaliHawali yang pernah berkata: “Sesungguhnya demonya para wanita

merupakan salah satu di antara uslub (metode) da’wah dan memberi pengaruh”.[1]

A’idh AlA’idh AlA’idh AlA’idh Al----QorniQorniQorniQorni yang berkata ketika bangga menyaksikan para wanita Al-Jaza’ir

berdemo: “Demi Allah, Yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh telah keluar di

Al-Jaza’ir dalam waktu sehari 700 ribu wanita muslimah yang berhijab menuntut

penerapan syari’at Islam”.[2]

Salman AlSalman AlSalman AlSalman Al----AudahAudahAudahAudah berkata: “Desakan manusia tidak mungkin dilalaikan dalam segala

kondisi di era sekarang ini. Kita sekarang di era orang-orang mayoritas memiliki

Page 30: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

pengaruh besar. Mereka mampu menjatuhkan para pemimpin besar, menggoncang

singgasana, menghancurkan pagar-pagar dan pembatas. Senantiasa (masih

teringat)gambar-gambar/foto orang-orang yang tidak bersenjata menghadapi

tank-tank dengan dada mereka di Uni Soviet”.[3]

Seorang ulama’ salafi, Syaikh Abdul Malik AlSeorang ulama’ salafi, Syaikh Abdul Malik AlSeorang ulama’ salafi, Syaikh Abdul Malik AlSeorang ulama’ salafi, Syaikh Abdul Malik Al----Jaza’iryJaza’iryJaza’iryJaza’iry berkata dalam menanggapi

ucapan ketiga da’i di atas: “Demi Allah, sungguh urusan mereka itu aneh ! Siapa yang

bisa membayangkan kalau Jazirah Arab –setelah adanya da’wah Syaikh Muhammad

Ibn Abdil Wahhab- akan mampu melahirkan orang-orang semisal mereka?! Setelah

kehidupan yang penuh kesucian dijaga oleh kaum muslimin Jazirah Arab,maka

datanglah Safar, Salman, dan A’idh Al-Qorni di hadapan kaum hawa agar mereka bisa

mengeluarkannya dari kehormatannya karena cuma ingin memperbanyak jumlah

dengannya dan memperkuat diri dengan para wanita?! Safar Al-Hawali menerangkan

pengaruh yang dalam ketika keluarnya para wanita berdemo, , Al-Qorni

menguatkannya dengan sumpahsumpahsumpahsumpah!! , sedang Salman memompa mereka untuk bersabar

menghadapi tank-tank. Alangkah anehnya agama mereka!” [Lihat Madarik AnMadarik AnMadarik AnMadarik An----NazhorNazhorNazhorNazhor

(hal. 420)]

Syaikh Abdul Aziz Ibn BazSyaikh Abdul Aziz Ibn BazSyaikh Abdul Aziz Ibn BazSyaikh Abdul Aziz Ibn Baz–rahimahullah- berkata, “Aku tidaktidaktidaktidak memandang bahwa

demonya para wanita ataupun demonya para laki-laki termasuk solusisolusisolusisolusi . Akan tetapi itu

merupakan musibah, dan termasuk sebab kejelekan, termasuk sebab dizhaliminya

sebagian orang, dengan cara yang tak benar. Akan tetapi cara-cara yang syar’i adalah

menyurat, menasihati berda’wah kepmenyurat, menasihati berda’wah kepmenyurat, menasihati berda’wah kepmenyurat, menasihati berda’wah kepada kebaikan dengan cara damai. Demikianlah ada kebaikan dengan cara damai. Demikianlah ada kebaikan dengan cara damai. Demikianlah ada kebaikan dengan cara damai. Demikianlah

yang ditempuh para ulama; yang ditempuh para ulama; yang ditempuh para ulama; yang ditempuh para ulama; demikianlah para sahabat Nabi –Shallallahu alaih wasallam-

dan para pengikut mereka dalam kebaikan: dengan cara menyurat, berbicara langsung

dengan orang yang berbuat salah, dengan pemerintah, dan penguasa dengan

menghubunginya, menasihatinya, dan menyuratinya tanpa membeberkannya di atas

mimbar dan lainnya!! Katanya: Pemerintah melakukan begini, akhirnya begini, Wallahul

Musta’an“.

Beliau juga berkata: “Dikategorikan dalam masalah ini apa yang dilakukan oleh

sebagian orang berupa demo yang menimbulkan keburukan yang besar bagi para da’i.

Maka karnaval dan teriak-teriakan bukanlah merupakan jalan untuk memperbaiki dan

da’wah [4] . Jalan yang benar (dalam menasihati pemerintah,pent.) adalah dengan cara

berziarah dan menyurat dengan cara yang baik”.[5]

Page 31: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Saya mau berikan wawasan bahwa demo adalah termasuk cara dan metode dakwah

kaum Khawarij yang dihias-hiasi oleh setan sehingga mereka menjadikannya jalan dan

solusi dalam dakwah.

Fadhilah AsyFadhilah AsyFadhilah AsyFadhilah Asy----SyaiSyaiSyaiSyaikh Alkh Alkh Alkh Al----Allamah Sholeh bin Ghoshun Allamah Sholeh bin Ghoshun Allamah Sholeh bin Ghoshun Allamah Sholeh bin Ghoshun -rahimahullah- berkata ketika

menjelaskan hukum demo, “Jadi seorang da’i, orang yang memerintahkan kebaikan,

dan melarang dari kemungkaran, wajiblah bagi dirinya untuk menghiasi dirinya dengan

kesabaran, mengharapkan pahala dan ganjaran (di sisi Allah), menanggung segala

sesuatu yang ia dengarkan atau terkadang ia dicemooh dalam dakwahnya. Adapun

seorang da’I menempuh cara kekerasan, atau dia -wal’iyadzu billah- menempuh cara

dengan menyakiti manusia, mengganggu orang, atau menempuh cara perselisihan dan

pertengkaran, dan memecah belah kesatuan. Ini merupakan perkaraIni merupakan perkaraIni merupakan perkaraIni merupakan perkara----perkara setanperkara setanperkara setanperkara setan.

Dia adalah prinsip dakwah Khawarij. Inilah prinsip dakwah Khawarij !!Dia adalah prinsip dakwah Khawarij. Inilah prinsip dakwah Khawarij !!Dia adalah prinsip dakwah Khawarij. Inilah prinsip dakwah Khawarij !!Dia adalah prinsip dakwah Khawarij. Inilah prinsip dakwah Khawarij !! Mereka itulah

yang mengingkari kemungkaran dengan senjata, mengingkari sesuatu perkara-perkara

yang mereka anggap tidak boleh dan menyelisihi keyakinan mereka dengan cara perang,

menumpahkan darah, mengkafirkan orang, dan beberapa perkara lain. Maka bedakanlah

antara dakwah para sahabat Nabi-Shollallahu alaihi wasallam- dan Salafush Sholeh

dengan dakwah Khawarij dan orang yang menempuh manhaj (jalan hidup) mereka, dan

menjalani jalan mereka. Dakwahnya para sahabat dengan cara hikmah, nasehat,

menjelaskan kebenaran, dengan penuh kesabaran, dengan berhias kesabaran, dan

mencari pahala dan ganjaran. Sedangkan dakwah Khawarij dengan cara membunuh

manusia, menumpahkan darah mereka, mengkafirkan mereka, memecah-belah

kesatuan, dan merobak-robek barisan kaum muslimin. Ini adalah perbuatan-perbuatan

keji dan bid’ah. Sepantasnya orang-orang yang mengajak kepada perkara-perkara

seperti ini dijauhkan dan dijauhi, diburuk-sangkai. Mereka itu telah memecah-belah

kesatuan kaum muslimin. Padahal persatuan itu merupakan rahmat,sedangkan

perpecahan merupakan sengsara dan adzab-wal’iyaadzu billah-. Andai suatu

penduduk negara di atas kebaikan, bersatu di atas satu kata, niscaya mereka akan

memiliki kharisma dan wibawa. Akan tetapi penduduk negara kita sekarang sudah

berkelompok-kelompok dan terkotak-kotak. Mereka telah sobek, berselisih, musuh

dari kalangan mereka masuk ke tengah-tengah mereka, dari sebagian mereka atas

sebagian yang lainnya. Ini merupakan cara bid’ah, dan keji. Merupakan jalan seperti

yang telah berlalu keterangannya, datang dari orang-orang yang mau memecah-belah

kesatuan, dan orang-orang yang telah membunuh Amirul Mukminin Ali-radhiyallahu

anhu- dan orang-orang yang bersama beliau dari kalangan sahabat, peserta bai’at

Ridhwan. Mereka telah membunuh beliau sedang mereka menginginkan “kebaikan”!!

Page 32: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Sedang mereka itu adalah pemimpin kerusakan, pemimpin bid’ah,dan pemimpin

perpecahan. Mereka itulah yang memecah-belah persatuan kaum muslimin, dan

melemahkan barisan kaum muslimin. Demikian juga sampai orang-orang yang

berpendapat bolehnya, mengadopsinya, dan menganggapnya baik. Maka orang seperti

ini jelek aqidahnya, dan harus dijauhi.Aku tahu-wa’iyaadzu billah- bahwa ada seorang

yang disiapkan untuk membahayakan ummatnya dan teman-teman majelisnya, serta

orang-orang yang ada disekitarnya. Nasihat yang haq, hendaknya seorang muslim

menjadi seorang bekerja, membangun, mengajak kepada kebaikan, dan mencari

kebaikan sebenar-benarnya. Dia harus mengucapkan kebenaran, berdakwah dengan

cara yang benar dan lembut, berbaik sangka terhadap saudaranya, serta mengetahui

bahwa kesempurnaan merupakan sesuatu yang sulit diraih, bahwasanya yang

ma’shum adalah Nabi-Shollallahu alaihi wasallam- , dan andaikan para pemerintah tsb

hilang/pergi, maka tak akan datang orang yang lebih bagus dibandingkan mereka.

Andaikan semua orang yang ada hilang/pergi-sama saja diantara mereka ada

pemerintah, penanggung jawab, atau para penuntut, atau rakyat. Andaikan ini

semuanya pergi/hilang-rakyat negara mana saja-, niscaya akan datang pemimpin yang

lebih jelek darinya !! Karena tak akan datang suatu masa kecuali yang berikutnya lebih

buruk. Jadi, orang yang menginginkan agar orang sampai pada derajat kesempurnaan,

atau menjadi orang-orang yang ma’shum dari segala kesalahan dan kejelekan. Orang

(yang berpemikiran) macam ini adalah orang sesat. Mereka ini adalah orang-orang

Khawarij. Mereka inilah yang memecah-belah persatuan manusia dan menyakiti

mereka. Ini merupakan tujuan orang-orang yang memusuhi Ahlus Sunnah wal Jama’ah

dengan berbagai bid’ah dari kalangan orang Rofidhoh, Khawarij, Mu’tazilah, dan

seluruh jenis pelaku kejelekan dan bid’ah”. [Lihat Majallah Safinah AnMajallah Safinah AnMajallah Safinah AnMajallah Safinah An----NajaahNajaahNajaahNajaah, (edisi

2), Januari 1997 M.]

Diantara metode yang paling buruk dalam menasihati penguasa, keluar ke jalan-jalan

berkonvoi dalam rangka berdemo, apakah disertai kekacauan, ataukah, tidak!! Perlu

dimasukkan dalam WAWASAN BARU KITA bahwa demo yang damai adalah bid’ah

yang tercela dan terlarang. Tapi sekali lagi, anda jangan ditipu oleh setan lalu berkata,

"Demo, kalaupun dosa, yah paling dosa kecil, bukan dosa besar". Sebab ini adalah

peremehan terhadap bid’ah dan dosa.

Dengarkan Al Al Al Al----Faqih Syaikh Muhammad bin Sholeh AlFaqih Syaikh Muhammad bin Sholeh AlFaqih Syaikh Muhammad bin Sholeh AlFaqih Syaikh Muhammad bin Sholeh Al----‘Utsaimin‘Utsaimin‘Utsaimin‘Utsaimin -rahimahullah-

berkata, “Demonstrasi merupakan perkara baruperkara baruperkara baruperkara baru yang tidak pernah dikenal di zaman

Nabi –shollallahu alaih wasallam- , dan tidak pula di zaman Al-Khulafa’ Ar-Rasyidin

dan para sahabat-radhiyallah anhum-. Kemudian di dalamnya juga terdapat kerusuhan,

Page 33: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

dan huru-hara yang menjadikannya terlarang, dimana juga terjadi di dalamnya

pemecahan kaca-kaca, pintu-pintu dan lainnya. Juga terjadi ikhtilath (campur baur)

antara pria dan wanita, antara anak muda dengan orang tua , serta perkara-perkara

yang semacamnya, berupa kerusakan dan kemungkaran.Adapun masalah menekan dan Adapun masalah menekan dan Adapun masalah menekan dan Adapun masalah menekan dan

mendesak pemerintah, maka jika pemerintahnya muslim, cukuplah Kitabullah dan mendesak pemerintah, maka jika pemerintahnya muslim, cukuplah Kitabullah dan mendesak pemerintah, maka jika pemerintahnya muslim, cukuplah Kitabullah dan mendesak pemerintah, maka jika pemerintahnya muslim, cukuplah Kitabullah dan

Sunnah RasulSunnah RasulSunnah RasulSunnah Rasul----Nya Nya Nya Nya ––––Shollallahu alaih wasallam- sebagai pengingat baginya. Ini sebagai pengingat baginya. Ini sebagai pengingat baginya. Ini sebagai pengingat baginya. Ini

merupakan sebaikmerupakan sebaikmerupakan sebaikmerupakan sebaik----baik perkara (baca:nasihat) yang disodorkan kepada seorang baik perkara (baca:nasihat) yang disodorkan kepada seorang baik perkara (baca:nasihat) yang disodorkan kepada seorang baik perkara (baca:nasihat) yang disodorkan kepada seorang

muslim. muslim. muslim. muslim. Jika pemerintahnya kafir, maka jelas mereka (orang-orang kafir) itu tidak mau

mempedulikan para demonstran. Boleh jadi Pemerintah kafir itu akan bersikap ramah

dan baik di depan para demonstran, sekalipun di batinnya tersembunyi kejelekan.

Karenanya, Karenanya, Karenanya, Karenanya, kami memandang bahwa demo merupakan perkaara munkar. Adapun Adapun Adapun Adapun

ucapan (baca: alasan) mereka: “Inikan demo yang damai (tak ada kerusuhan,pent.)!!”ucapan (baca: alasan) mereka: “Inikan demo yang damai (tak ada kerusuhan,pent.)!!”ucapan (baca: alasan) mereka: “Inikan demo yang damai (tak ada kerusuhan,pent.)!!”ucapan (baca: alasan) mereka: “Inikan demo yang damai (tak ada kerusuhan,pent.)!!”, , , ,

maka boleh jadi demonya damai di awalnya atau awal kalinya, kemudian berubah jadi

demo perusakan.Aku nasihatkan kepada para pemuda agar mereka mengikuti jalan

hidupnya para Salaf. Karena Allah telah memuji orang-orang Muhajirin dan Anshor;

Allah telah memuji orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan ”. [Lihat

Buletin Silsilah AdSilsilah AdSilsilah AdSilsilah Ad----Difa’ anis Sunnah (7): “Aqwaal ‘Ulama’ AsDifa’ anis Sunnah (7): “Aqwaal ‘Ulama’ AsDifa’ anis Sunnah (7): “Aqwaal ‘Ulama’ AsDifa’ anis Sunnah (7): “Aqwaal ‘Ulama’ As----Sunnah fil Sunnah fil Sunnah fil Sunnah fil

Muzhaharat wa maa Yatarattab Alaih min Mafasid ‘Azhimah”, Muzhaharat wa maa Yatarattab Alaih min Mafasid ‘Azhimah”, Muzhaharat wa maa Yatarattab Alaih min Mafasid ‘Azhimah”, Muzhaharat wa maa Yatarattab Alaih min Mafasid ‘Azhimah”, (hal.2-3), cet. Maktabah

Al-Furqon, UEA]

Alangkah benarnya apa yang dinyatakan oleh beliau bahwa demo-walaupun tanpa walaupun tanpa walaupun tanpa walaupun tanpa

kerusuhankerusuhankerusuhankerusuhan- merupakan perkara baru dan bid’ah. Bid’ahnya orangmerupakan perkara baru dan bid’ah. Bid’ahnya orangmerupakan perkara baru dan bid’ah. Bid’ahnya orangmerupakan perkara baru dan bid’ah. Bid’ahnya orang----orang Khawarij.orang Khawarij.orang Khawarij.orang Khawarij.

Anggaplah demo itu damai, akan tetapi itu merupakan sarana dalam menyebarkan aib

penguasa, karena dengan keluarnya seseorang ke jalan-jalan untuk demo, akan

memberikan opini bahwa mereka akan pergi mengeritik, dan membongkar aib, dan

kekurangan penguasa. Membeberkan aib penguasa muslim merupakan metode lama

yang dipergunakan oleh kaum Khawarij yang suka memberontak.

AlAlAlAl----HafiHafiHafiHafizh Ibn Hajar Alzh Ibn Hajar Alzh Ibn Hajar Alzh Ibn Hajar Al----Asqolany Asqolany Asqolany Asqolany – rahimahullah- berkata dalam menjelaskan hakekat

orang-orang AlAlAlAl----Qo’adiyyahQo’adiyyahQo’adiyyahQo’adiyyah (salah satu kelompok Khawarij), “AlAlAlAl----Qo’adiyyahQo’adiyyahQo’adiyyahQo’adiyyah: adalah

kelompok Khawarij yang tidak memandang (harusnya) memerangi (pemerintah).

Bahkan mereka hanya mengingkari pemerintah yang zholim sesuai kemampuan,

mereka mengajak kepada pendapat mereka, dan juga mereka menghias-hiasi

–disamping hal tsb– untuk memberontak, serta mengira itu baik” [ Lihat AtAtAtAt----TahdzibTahdzibTahdzibTahdzib

(8/114) sebagaimana dalam Lamm AdLamm AdLamm AdLamm Ad----Durr AlDurr AlDurr AlDurr Al----MantsurMantsurMantsurMantsur (hal.60) karya Jamal Ibn

Furoihan Al-Haritsy, cet. Dar Al-Minhaj, Mesir.]

Page 34: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Dalam kitabnya yang lain, Al Al Al Al----Hafizh Hafizh Hafizh Hafizh –rahimahullah-berkata, , , , "AlAlAlAl----Qo’adiyyahQo’adiyyahQo’adiyyahQo’adiyyah: adalah

orang-orang yang menghias-hiasi pemberontakan atas pemerintah, sekalipun mereka

tidak melakukan (pemberontakan itu) secara langsung”. [ Lihat Hadyus Sari Hadyus Sari Hadyus Sari Hadyus Sari (459) yang

dinukil dari Lamm AdLamm AdLamm AdLamm Ad----Durr AlDurr AlDurr AlDurr Al----Mantsur, Mantsur, Mantsur, Mantsur, hal.60, cet. Dar Al-Minhaj.]

Jadi, tugas AlAlAlAl----Qo’adiyyahQo’adiyyahQo’adiyyahQo’adiyyah dahulu sama persis dengan tugas sebagian orang yang

membakar semangat pemuda-pemuda untuk membangkang, dan tidak taat kepada

pemerintah, bahkan terkadang mengarahkan mereka kepada pemberontakan fisik lewat

ajang demonstrasi. Ini adalah tercela dalam pandangan ulama’ Ahlus Sunnah Ini adalah tercela dalam pandangan ulama’ Ahlus Sunnah Ini adalah tercela dalam pandangan ulama’ Ahlus Sunnah Ini adalah tercela dalam pandangan ulama’ Ahlus Sunnah

berdasarkan dalilberdasarkan dalilberdasarkan dalilberdasarkan dalil----dalil, baik naqli, maupun aqli.dalil, baik naqli, maupun aqli.dalil, baik naqli, maupun aqli.dalil, baik naqli, maupun aqli.

Melakukan demo merupakan bentuk pemberontakan non-senjata yang akan

mengantarkan kepada pemberontakan senjata, dan fisik. Demo bukanlah perkara yang

remeh, yang orang boleh berijtihad di dalamnya, sebab ia merupakan bentuk khuruj alal

hukkam (pemberontakan kepada penguasa). Sedang memberontak kepada penguasa

muslim adalah perkara yang menyelisihi aqidahnya salaf. Pemberontakan sekecil

apapun, itu terlarang; walaupun menghasung orang dengan ucapan dalam melawan

pemerintahnya !!

Syaikh Muhammad bin Sholih AlSyaikh Muhammad bin Sholih AlSyaikh Muhammad bin Sholih AlSyaikh Muhammad bin Sholih Al----UtsaiminUtsaiminUtsaiminUtsaimin -rahimahullah- berkata dalam Syarh Rof’il Syarh Rof’il Syarh Rof’il Syarh Rof’il

Asatin fi Hukmil Ittishol bi AsAsatin fi Hukmil Ittishol bi AsAsatin fi Hukmil Ittishol bi AsAsatin fi Hukmil Ittishol bi As----SalathinSalathinSalathinSalathin, "Bahkan anehnya, celaan itu ditujukan kepada

Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-. Dikatakan kepada beliau, "Berbuat adillah",

dan juga dikatakan, "Ini adalah pembagian yang tak diinginkan wajah Allah dengannya".

Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, "Akan keluar dari semisal orang ini, orang

yang seorang diantara kalian akan meremehkan sholatnya jika dibandingkan sholat

orang itu". Ini merupakan dalil terbesar bahwa pemberontakaIni merupakan dalil terbesar bahwa pemberontakaIni merupakan dalil terbesar bahwa pemberontakaIni merupakan dalil terbesar bahwa pemberontakan terhadap pemerintah n terhadap pemerintah n terhadap pemerintah n terhadap pemerintah

(khuruj alal hukkam, (khuruj alal hukkam, (khuruj alal hukkam, (khuruj alal hukkam, ----pen.) bisa dengan senjata, ucapan dan komentar. pen.) bisa dengan senjata, ucapan dan komentar. pen.) bisa dengan senjata, ucapan dan komentar. pen.) bisa dengan senjata, ucapan dan komentar. Maksudnya,

orang ini (Dzul Khuwaisiroh) tidak mengambil senjata melawan Rasulullah -Shallallahu

alaihi wa sallam-, tapi orang itu hanya mengingkari Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-.

Adapun sesuatu yang disebutkan dalam sebagian kitab-kitab Ahlus Sunnah bahwa

pemberontakan melawan pemerintah adalah pemberontakan dengan menggunakan

senjata, maka yang mereka maksudkan dengan hal itu adalah pemberontakan akhir lagi

terbesar, sebagaimana halnya Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- menyebutkan bahwa

zina bisa mata, telinga, kaki. Tapi zina terbesar –yang merupakan zina pada

hakikatnya- adalah zina farji. Ungkapan seperti ini dari sebagian ulama’, inilah maksud

mereka. Kami tahu betul -berdasarkan konsekuensi tabiat kondisi- bahwa tak mungkin

ada pemberontakan bersenjata, kecuali didahului oleh pemberontakan dengan

Page 35: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

menggunakan lisan, dan ucapan. Manusia tak mungkin akan mengambil senjata untuk

memerangi pemerintah tanpa ada sesuatu yang memancing emosi mereka. Pasti

disana ada sesuatu yang memancing emosi mereka, yaitu ucapan. Jadi,

pemberontakan melawan pemerintah dengan menggunakan ucapan merupakan

pemberontakan pada hakikatnya yang telah ditunjukkan oleh Sunnah dan waqi’

(realita). Adapun Sunnah, maka anda telah mengetahuinya. Adapun realita, maka

sesungguhnya kita telah tahu dengan yakin bahwa pemberontakan bersenjata adalah

cabang[6] dari pemberontakan lisan dan ucapan. Karena manusia tak akan

memberontak melawan pemerintahnya hanya sekedar ada yang bilang, "Ayo jalan,

ambil pedang". Mesti disana ada pengantar dan pembukaan berupa celaan kepada

pemerintah, dan menutupi kebaikan-kebaikan mereka. Kemudian hatipun dipenuhi

dengan perasaan marah, dan dendam. Ketika itulah terjadi bala’".[7]

Ada seorang penanya pernah berkata kepada Syaikh Sholih bin Ghonim bin AsSyaikh Sholih bin Ghonim bin AsSyaikh Sholih bin Ghonim bin AsSyaikh Sholih bin Ghonim bin As----SadlanSadlanSadlanSadlan

-hafizhohullah-, "Saya melihat pada jawaban lalu bahwa anda tak membatasi

pemberontakan pada pemberontakan bersenjata. Bahkan anda menganggap bahwa

pemberontakan terkadang dengan lisan. Apakah anda punya penjelasan terhadap

permaslahan ini secara khusus? Sebab diperhatikan adanya sikap bergampangan

kebanyakan orang dan dai dalam masalah berkomentar (tentang aib penguasa, -pen.),

dan hal itu tak dianggap bermasalah dan sebagai pemberotakan. Jika dikatakan

kepadanya, "Sesungguhnya di dalam perbuatan ini ada semacam pemberontakan",

maka ia akan berkata, "Kami tetap berwala’, dan kami tidak melakukan pemberontakan

melawan pemerintah". Mereka memandang bahwa dalam ucapan mereka ini terdapat

kemaslahatan yang sebenarnya untuk pemerintah?"

Syaikh Sholih bin Ghonim AsSyaikh Sholih bin Ghonim AsSyaikh Sholih bin Ghonim AsSyaikh Sholih bin Ghonim As----SadlanSadlanSadlanSadlan -hafizhohullah- menjawab, "Pertanyaan ini

penting, karena sebagian saudara-saudara kita terkadang melakukan hal ini dengan

niat baik dalam keadaan meyakini bahwa pemberontakan hanya dengan bersenjata saja.

Pada hakikatnya, pemberontakan tidaklah terbatas pada pemberontakan dengan

kekuatan senjata atau membangkang dengan berbagai macam metode yang dikenal

saja. Bahkan pemberontakan dengan ucapan lebih paraBahkan pemberontakan dengan ucapan lebih paraBahkan pemberontakan dengan ucapan lebih paraBahkan pemberontakan dengan ucapan lebih parah daripada pemberontakan h daripada pemberontakan h daripada pemberontakan h daripada pemberontakan

bersenjatabersenjatabersenjatabersenjata, karena pemberontakan dengan senjata dan kekerasan tidaklah

dikembangkan (dikompori) kecuali oleh ucapan. Jadi, kami katakan kepada

saudara-saudara kita yang terseret semangat, dan kami menyangka dari mereka ada

keshalihan –insya Allah Ta’ala-, "Wajib bagi mereka untuk berhati-hati". Kami juga

katakan kepada kepada mereka, "Pelan-pelan, karena sikap keras kalian akan

menumbuhkan dalam hati (kebencian, -pent), akan menumbuhkan hati yang segar yang

Page 36: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

tidak mengenal kecuali emosi sebagaimana halnya sikap keras itu akan membuka pintu

di depan orang-orang yang memiliki tendensi sehingga mereka mengungkapkan

sesuatu yang terdapat dalam hatinya, walaupun itu benar atau batil. Tak ragu lagi,

pemberontakan dengan kalimat, dan menggunakan pena dengan cara apapun atau

menggunakan kaset atau ceramah atau seminar dalam memompa manusia dalam

bentuk tak syar’iy. Aku yakini hal ini adalah asas pemberontakan bersenjata. Aku

tahdzir (ingatkan) bahaya hal itu dengan sekeras-kerasnya, dan aku katakan kepada

mereka, "Wajib bagi kalian memperhatikan akibat buruknya, dan juga orang-orang yang

mendahului mereka kepada perkara seperti ini". Hendaknya mereka memperhatikan

fitnah (masalah dan akibat buruk) yang dialami oleh sebagian masyarakat muslim, apa

sebab fitnah itu dan langkah apa yang menyeret mereka kepada kondisi yang mereka

hadapi. Jika kita telah mengetahui hal itu, maka ia akan mengetahui bahwa

pemberontakan dengan kalimat (ucapan), menggunakan sarana informasi-komunikasi

untuk menjauhkan orang, memompa emosi, dan menekan. Semua ini akan

menumbuhkan fitnah (masalah) dalam hati".[8]

Kemudian, mengingkari kemungkaran perlu didudukkan dengan baik dan diletakkan

sesuai porsinya. Oleh karena itu, perlu dibedakan antara mengingkari kemungkaran

yang dilakukan oleh penguasa, dengan mengingkari kemungkaran yang dibuat oleh

rakyat. Sedang rakyat pun harus disikapi dengan baik dan hikmah.

Apabila anda bertanya tentang metode syar’i dalam mengingkari penguasa, maka

perkara ini telah dijelaskan oleh para ulama. Dalam pembahasan berikut ini kami akan

kupas metode mereka mengingkari, dan menasihati penguasa. Ini perlu diketahui,

karena banyak orang yang tak paham.

Ibnul JauziyIbnul JauziyIbnul JauziyIbnul Jauziy-rahimahullah- berkata, “perkara yang dibolehkan dalam amar ma’ruf dan

nahi Mungkar hubungannya dengan penguasa, yaitu memberikan pengertian dan

nasihat. Adapun berkata-kata kasar, seperti “Wahai orang zholim”, “wahai orang yang

tidak takut kepada Allah!” Jika hal itu menggerakan/membangkitkan fitnah (musibah)

yang menyebabkan kejelekannya tertular kepada orang lain, maka tidak boleh dilakukan.

Jika ia tidak takut, kecuali atas dirinya, maka boleh menurut jumhur ulama. Menurut

pendapatku, hal itu terlarang.” [ Lihat AlAlAlAl---- Adab Asy Adab Asy Adab Asy Adab Asy----Syar’iyyahSyar’iyyahSyar’iyyahSyar’iyyah (1/195-197)]

Ibnu AnIbnu AnIbnu AnIbnu An----Nuhhas AsyNuhhas AsyNuhhas AsyNuhhas Asy----Syafi’iySyafi’iySyafi’iySyafi’iy-rahimahullah- berkata, “Seseorang yang menasehati

penguasa hendaknya memilih pembicaraan empat mata bersama penguasa

dibandingkan berbicara bersamanya di depan publik, bahkan diharapkan andaikan ia

Page 37: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

berbicara dengan penguasa secara sirr ((rahasia), dan menasehatinya secara

tersembunyi, tanpa pihak ketiga.” [Tanbih AlTanbih AlTanbih AlTanbih Al---- Ghofilin Ghofilin Ghofilin Ghofilin (hal. 64)]

AsAsAsAs----Syaukaniy Syaukaniy Syaukaniy Syaukaniy -rahimahullah- berkata, “Sesungguhnya bagi orang yang nampak

baginya kesalahan penguasa dalam sebagian masalah agar ia menasihati penguasa, dan

tidak menampakan celaan padanya didepan publik”.[Lihat AsAsAsAs----Sail AlSail AlSail AlSail Al----JarrarJarrarJarrarJarrar (4/556)]

Apa yang ditetapkan oleh Ibnul Jauziy, Ibnu An-Nahhas dan Asy-Syaukaniy, bahwa

menasihati penguasa dengan cara rahasia dan tersembunyi, ini telah dikuatkan oleh

hadits-hadits dan atsar dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- , para sahabat, serta

para ulama’ Ahlus Sunnah yang menapaki jalan mereka.[9]

Sekarang kami nasihatkanSekarang kami nasihatkanSekarang kami nasihatkanSekarang kami nasihatkan kepada orang yang suka demo dan juga orang yang

menghasung mereka kepada hal itu dengan mengutip ucapan Penulis Beda Salaf Beda Salaf Beda Salaf Beda Salaf

DDDDengan "Salafi"engan "Salafi"engan "Salafi"engan "Salafi" (BSDS) (BSDS) (BSDS) (BSDS), Mut’ab Al-Ashimi, "Cara mengkritik seperti ini adalah

perbuatan dosa dan keluar dari manhaj pertengahan (Al-Wasithiyyah) dalam mengkritik

dan menghukumi orang lain. Dan ini bukanlah termasuk akhlak Salafus Shalih dalam

persoalan etika menasihati saudara mereka yang berakidah Ahlus Sunnah".[Lihat

BSDSBSDSBSDSBSDS (hal.47)]

Kami juga nasihati JM, dan orang yang simpati kepadanya dengan ucapan Penulis

BSDSBSDSBSDSBSDS (hal.38) saat ia menasihati salafiyyun secara zholim, "Jadilah kalian dai-dai

–bukan pengaku-aku (saya salafi.-pent.)—yang mengajak kepada salaf yang

sebenarnya. Yaitu perkataan dan perbuatan yang sesuai dengan pandangan Al-Qur’an

dan As-Sunnah tanpa ada sikap ifrath dan tafrith.[10] Dan jangan mengajak kepada

salaf hanya perkataan tanpa ada amalan".

��وىHوا��� � E��� ����������5#ا �����S��� أد������ء أ�DTؤه����� ���������D�Tت

"Semua pengakuan, tanpa ada bukti.

Adalah omong kosong". [Lihat BSDSBSDSBSDSBSDS (hal.39)]

Inilah salah satu sebab Syaikh Abdul Aziz bin Baaz mengirim surat ke Amir Nayif bin Inilah salah satu sebab Syaikh Abdul Aziz bin Baaz mengirim surat ke Amir Nayif bin Inilah salah satu sebab Syaikh Abdul Aziz bin Baaz mengirim surat ke Amir Nayif bin Inilah salah satu sebab Syaikh Abdul Aziz bin Baaz mengirim surat ke Amir Nayif bin

Abdul Aziz di Riyadh agar kedua orang iniAbdul Aziz di Riyadh agar kedua orang iniAbdul Aziz di Riyadh agar kedua orang iniAbdul Aziz di Riyadh agar kedua orang ini (Safar Al (Safar Al (Safar Al (Safar Al----Hawaliy, dan Salman AlHawaliy, dan Salman AlHawaliy, dan Salman AlHawaliy, dan Salman Al----Audah) Audah) Audah) Audah)

diberhentikan dari aktivitas dakwahdiberhentikan dari aktivitas dakwahdiberhentikan dari aktivitas dakwahdiberhentikan dari aktivitas dakwah karena memiliki pernyataan-pernyataan yang

menyelisihi aqidah salaf, seperti membakar semangat para pemuda untuk

memberontak.[11]

Page 38: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Pembaca yang budiman, untuk menasihati orang lain –khususnya pemerintah-, tak

perlu melakukan demonstrasi. Seorang dalam menasihati mereka tak ada tanggung

jawab di pundak kita kecuali hanya sekedar menyampaikan saja. Jika nasihat kita

diterima, maka itulah yang kita harap. Jika tak diterima, maka hendaknya kita

BERSABAR, jangan emosi, dan terbawa perasaan sehingga menyeret kita untuk

melakukan demonstrasi dan pemberontakan ataupun pemukulan. Jangan seperti

sebagian MUTASHOWWIFUN (yakni, Jama’ah Tabligh) ketika dakwahnya tak diterima,

terkadang mereka emosi dan memukul orang.

Teladan dalam berdakwah, jelas bagi kita. Lihatlah para nabi dan rasul, saat mereka

berdakwah tak ada diantara mereka yang melakukan TEKANAN atas kaumnya bahwa

mereka harus menerima dakwah dan nasihatnya.

Allah -Ta’ala- berfirman,

Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), Maka Katakanlah:

"Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang

mengikutiku". dan Katakanlah kepada orang-orang yang Telah diberi Al Kitab dan

kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". jika mereka

masuk islam, Sesungguhnya mereka Telah mendapat petunjuk, dan jika mereka

berpaling, Maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). dan Allah

Maha melihat akan hamba-hamba-Nya. [Ali Imraan: 20]

Allah -Ta’ala- berfirman,

Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebahagian (siksa) yang Kami ancamkan kepada

mereka atau Kami wafatkan kamu (hal itu tidak penting bagimu) karena sesungguhnya

tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka".

(QS. ArArArAr----Ra’d: Ra’d: Ra’d: Ra’d: 40)

Allah -Ta’ala- berfirman,

Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali- kali

bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan Al Quran

orang yang takut dengan ancaman-Ku". (QS. Qoof: 45)

Allah -Ta’ala- berfirman,

Page 39: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

"Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi

peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka,". (QS. Al -Ghosyiyah:

21-22)

Hudzaifah bin AlHudzaifah bin AlHudzaifah bin AlHudzaifah bin Al----YamanYamanYamanYaman -radhiyallahu anhu- berkata,

?�A � ر:#ل �;��? /(�A Eل r�d اk��� هNا وراء � kT �,D6 ��6 8S6�� ا��;� �C6ء q�aT آD;� إ/;� ا�A 8ه

�? /(�A Eل $�� ا�O�;a ذG� وراءA 8S6 وراء G�ذ ��k�ا r�d ل�A E)/ ?�A &�ل آ�A '#ني H)T I;�-أ �� �#EST ر�9ل ES�6 و:5�#م �(;DKTD(K%#ن و�� HSTاي H(SونA ب#�A ��+��;a��ن �6 ا�P9 U/ل إ�A ?�A &�آ fD �� و�A f�K� f�m�ل Gذ� أدرآ? إن ا��;� ر:#ل � أ�� �G� وأ$S2 N�ك *�ب وإن �

f�:�6 f+وأ

"Wahai Rasulullah, sesungguhnya kita dahulu berada dalam kejelekan, lalu Allah

mendatangkan kebaikan, lalu kami berada di dalamnya. Apakah setelah kebaikan ini ada

kejelekan? Beliau jawab, "Ya". Aku katakan, "Apakah setelah kejelekan itu ada

kebaikan?". Beliau jawab, "Ya". Aku katakan lagi, "Apakah setelah kebaikan itu ada

kejelekan?" Beliau jawab, "Ya". Aku katakan, "Bagaimana?" Beliau bersabda, "Akan

ada setelahku beberapa pemimpin yang tak berpetunjuk dengan petunjukku, dan dan

berteladan dengan sunnahku. Akan tegak diantara mereka beberapa tokoh yang

hatinya adalah hati setan dalam tubuh seorang manusia". AKu katakan, "Apa yang

harus aku lakukan ya Rasulullah, jika menjumpai hal itu?" Beliau bersabda, "Engkau

mendengar dan taat kepada pemerintah itu, walaupun ia memukul punggungmu, dan walaupun ia memukul punggungmu, dan walaupun ia memukul punggungmu, dan walaupun ia memukul punggungmu, dan

mengambil hartamumengambil hartamumengambil hartamumengambil hartamu. Dengar dan taatilah". [HR. Muslim dalam Kitab ALKitab ALKitab ALKitab AL----ImarohImarohImarohImaroh: bab

Wujub Mulazamah Jama'ah Al-Muslimin inda Zhuhur Al-Fitan wa fi Kulli Haal wa

Tahrim Al-Khuruj alaa Ath-Tho'ah wa Mufaroqoh Al-Jama'ah (3435)]

Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

� ��mن i.D أن أراد K� � �T [6 HQ �� I�/[��# N$��� <H�T و�'� k�6 �T نF6 8QA �D وإ[; N6اك

��� ا�;Nي أد;ى HA آ�ن� ��.

“Barangsiapa ingin menasihati penguasa dalam suatu perkara, maka janganlah ia

menampakkan secara terang terangan. Akan tetapi hendaknya ia ia mengambil

tangannya agar ia bisa berduaan. Jika ia terima ,aka itulah yamg diharap, jika tidak

maka sungguh ia telah menunaikan tugas yan ada pada pundaknya”. [HR Ahmad dalam

AlAlAlAl----Musnad Musnad Musnad Musnad (3/403-404) dan Ibnu Abi Ashim dalam AsAsAsAs----SunnahSunnahSunnahSunnah (1096, 1097, 1098).

Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Zhilal AlZhilal AlZhilal AlZhilal Al----JannahJannahJannahJannah (hal. 514)]

Page 40: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Jika kita memperhatikan ayat-ayat dan hadits ini, maka kita akan mendapatkan faedah

bahwa menasihati umat harus bersabar dan tidak boleh memaksa dan MENEKAN

mereka agar mereka mengikuti dakwah kita. Kita hanya diperintahkan amar ma’ruf dan

nahi munkar. Jika diterima, yah syukur dan pujilah Allah, sebab anda akan mendapatkan

janji di sisi Allah. Jika tak diterima, maka sabar, dan jangan melampaui batas sehingga

melanggar batas sebagai seorang nashih (penasihat). Itulah dakwah Ahlus Sunnah wal

Jama’ah. Dakwah selain mereka, selalu dibangun di atas perasaan, tanpa dilandasi

dengan ilmu!!

Jadi , apa yang dinyatakan oleh Al-Ustadz Jahada Mangka bahwa jika tak ada jalan

untuk mendapatkan hak-hak kita, maka boleh berdemo. Ini jelas salah, dan menyalahi

jalannya para salaf !!

Terakhir kami akan nukilkan sebuah atsar yang menggambarkan sikap ImamImamImamImam Ahlis Ahlis Ahlis Ahlis

Sunnah, Ahmad bin Hanbal AsySunnah, Ahmad bin Hanbal AsySunnah, Ahmad bin Hanbal AsySunnah, Ahmad bin Hanbal Asy----SyaibaniySyaibaniySyaibaniySyaibaniy -rahimahullah-. Seorang diantara murid

beliau, Abul Harits Ahmad bin Muhammad AshAbul Harits Ahmad bin Muhammad AshAbul Harits Ahmad bin Muhammad AshAbul Harits Ahmad bin Muhammad Ash----Sho’ighSho’ighSho’ighSho’igh -rahimahullah- berkata, "Aku

pernah bertanya kepada Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal tentang suatu perkara yang

terjadi di kota Baghdad; adanya suatu kaum yang mau memberontak, "Apa yang anda

katakan tentang memberontak bersama kaum itu?" Kemudian beliau mengingkari

mereka seraya berkata, "Subhanallah. Jagalah darah, jagalah darah. Aku tidak

memandang hal itu baik, dan aku tak memerintahkannya. Bersabar di atas kondisi kita

hadapi lebih baik dari fitnah (masalah yang timbul dari pemberontakan, -pen.). Nanti

akan tertumpahkan darah di dalamnya, harta-harta akan dihalalkan, dan

kehormatan-kehormatan akan ternodai. Bukankah engkau telah mengetahui kondisi

manusia dahulu (yakni, pada hari-hari fitnah)[12]" Aku (Ash-Sho’igh) katakan,

"Bukankah manusia pada hari ini juga berada dalam fitnah (masalah), wahai Abu

Abdillah?" Beliau berkata, "Walaupun hal itu terjadi, maka itu hanyalah fitnah (masalah)

yang khusus (parsial) saja. Jika terjadi perang, maka fitnah (masalah dan kerusakan)

akan merata, dan jalan-jalan akan terputus. Bersabar di atas kondisi seperti (sekarang)

ini, dan agamamu selamat adalah lebih baik bagimu". (Kata Ash-Sho’igh), "Aku melihat

beliau mengingkari pemberontakan terhadap pemerintah seraya berkata, "Jagalah

darah; aku tak memandang hal itu boleh, dan aku tak memerintahkannya".[13]

Inilah mauqif (sikap) yang kokoh dan benar dari seorang Imam Ahlus Sunnah di

zamannya. Beliau diperintahkan menyatakan Al-Qur’an adalah makhluk, maka beliau maka beliau maka beliau maka beliau

bersabar, dan rela di siksa dalam waktu lama.bersabar, dan rela di siksa dalam waktu lama.bersabar, dan rela di siksa dalam waktu lama.bersabar, dan rela di siksa dalam waktu lama. Saat beliau dalam kondisi sempit seperti

itu beliau diajak memberontak dan melawan Kholifah saat itu, tapi beliau tegar di atas

Page 41: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan tidak terbawa perasaan. Bahkan beliau

memerintahkan mereka bersabar dan melarang mereka melawan pemerintah. Beliau

tak terbawa dengan perasaannya sehingga menyatakan bolehnya berdemo dan

melawan penguasa demi mendapatkan hak berupa kebebasan beragama. Beliau tetap

berada di atas Sunnah. Adapun Al-Ustadz Jahada Mangka, Lc., maka ia

memerintahkan kita berdemo demi mendapatkan hak kita yang tak bisa diambil, kecuali

dengan jalan demo. Bahkan demo menurutnya adalah WAJIB dalam kondisi seperti itu.

Manakah ulama yang membolehkannya? Bukankah ini menjadi bukti bahwa sang

Ustadz tidak ada seorangpun ulama yang bersamanya dalam hal tersebut. Adapun kita

yang menapaki jalan salaf, alhamdulillah para ulama adalah pionir kita dalam memahami

din Islam ini. Salafiyyun tidaklah bersendirian dalam sikap-sikap mereka sehingga JM

perlu menyatakan bahwa tak ada orang tua diantara salafiyyin. Salafiyyun tidaklah

serampangan dalam bersikap, tidak menuruti emosional, tapi mereka memiliki qo’idah

dan dhowabith dalam dakwah yang amat jelas sejelas matahari di siang bolong. Bukan

seperti orang-orang WI yang mengutamakan emosional dan perasaan dalam dakwah

sehingga harus mendemo pemerintah seperti kaum Khawarij!!

Oleh karena itu, mereka lebih pantas kita katakan kepadanya seperti yang dikatakan

oleh Jahada Mangka sendiri, " Subhanallah Subhanallah Subhanallah Subhanallah ! itu adalah ashhabul ahwa’!Ashhabul ashhabul ahwa’!Ashhabul ashhabul ahwa’!Ashhabul ashhabul ahwa’!Ashhabul

ahwa’! seperti ini! Tidak ada dawabith!ahwa’! seperti ini! Tidak ada dawabith!ahwa’! seperti ini! Tidak ada dawabith!ahwa’! seperti ini! Tidak ada dawabith! Tidak ada kriteria yang jelas. Apa yang

membuat orang keluar dari Ahlus Sunnah, dan apa yang membuat orang masuk dalam

kategori Ahlus Sunnah wal Jama’ah, tidak ada dawabith yang jelastidak ada dawabith yang jelastidak ada dawabith yang jelastidak ada dawabith yang jelas. Sesuai dengan Sesuai dengan Sesuai dengan Sesuai dengan

perasaanperasaanperasaanperasaan! Kita mengatakan si fulan salafi, yah sesuai dengan perasaan kita, sesuai

dengan keinginan kita. Dan kita mengatakan si fulan bukan salafi, sesuai dengan

perasaan dan keinginan kitaperasaan dan keinginan kitaperasaan dan keinginan kitaperasaan dan keinginan kita. Tidak ada dawabithyang jelas…" Demikian kata JM dawabithyang jelas…" Demikian kata JM dawabithyang jelas…" Demikian kata JM dawabithyang jelas…" Demikian kata JM

dalam ceramahnya.dalam ceramahnya.dalam ceramahnya.dalam ceramahnya.

Dari pernyataan Al-Ustadz Jahada, terdapat keterangan bagi kita bahwa dalam tubuh

WI ustadz-ustadz mereka membolehkan demonstrasi dengan syarat damai. Ini

membantah sangkaan sebagian orang yang menyangka bahwa tak ada diantara

ustadz-ustadz WI yang membolehkan demonstrasi. Ini kami ketahui saat kami

berdialog dengan sebagian mereka. Saat itu kami membantah mereka bahwa namanya

demo baik itu damai atau tidak, maka ia tetap merupakan metode dakwah yang tak

syar’iy. Ini berdasarkan pernyataan para ulama yang telah kami sebutkan di atas.[14]

[1] Simak kasetnya: Syarh AthSyarh AthSyarh AthSyarh Ath----ThohawiyyahThohawiyyahThohawiyyahThohawiyyah (185). Ucapan Safar ini mengingatkan

kami tentang pernyataan Jahada yang menganggap bahwa demo adalah solusi akhir!!

Page 42: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

[2] Lihat Fikrah AlFikrah AlFikrah AlFikrah Al----Irhab wal ‘Unf fil Mamlakah, Irhab wal ‘Unf fil Mamlakah, Irhab wal ‘Unf fil Mamlakah, Irhab wal ‘Unf fil Mamlakah, hal.217 oleh Syaikh Abdus Salam

As-Suhaimy & Madaarik AnMadaarik AnMadaarik AnMadaarik An----Nazhar, Nazhar, Nazhar, Nazhar, hal.416, cet. Dar Sabil Al-Mu’minin.

[3] Simak Kasetnya: Humum Fatat MultazimahHumum Fatat MultazimahHumum Fatat MultazimahHumum Fatat Multazimah. Ucapannya ini kami nukil dari Fikrah Fikrah Fikrah Fikrah

AlAlAlAl----Irhab, Irhab, Irhab, Irhab, hal.214

[4] Beda dengan yang dinyatakan oleh Safar Al-Hawali, katanya demo adalah uslub

da’wah. Maka perhatikan, dan jangan dikatakan: “Diakan ulama’ boleh saja ia berbuat

dan berkata semaunya sebab itukan ijtihad dia. Kalau benar dapat dua pahala, kalau

salah, dapat satu”. Ini merupakan tipuan Iblis, sebab demo merupakan salah satu

bentuk khuruj alal hukkam.Sedang permasalahan khuruj termasuk masalah aqidah yang

salaf sudah sepakat haramnya. Lagian Safar bukan ulama.

[5] Lihat Buletin Silsilah AdSilsilah AdSilsilah AdSilsilah Ad----Difa’Difa’Difa’Difa’ (7),hal.1-2

[6] Tersebabkan oleh pemberontakan lisan.

[7] Lihat Fatawa AlFatawa AlFatawa AlFatawa Al----Ulama’ AlUlama’ AlUlama’ AlUlama’ Al----Akabir fi ma Uhdiro min Dima’ fil Jaza’irAkabir fi ma Uhdiro min Dima’ fil Jaza’irAkabir fi ma Uhdiro min Dima’ fil Jaza’irAkabir fi ma Uhdiro min Dima’ fil Jaza’ir (hal. 95-96)

[8] Lihat Muroja’at fi Fiqhil Waqi’ AsMuroja’at fi Fiqhil Waqi’ AsMuroja’at fi Fiqhil Waqi’ AsMuroja’at fi Fiqhil Waqi’ As----Siyasiy wal Fikriy ala Dhou’ AlSiyasiy wal Fikriy ala Dhou’ AlSiyasiy wal Fikriy ala Dhou’ AlSiyasiy wal Fikriy ala Dhou’ Al----Kitab wa Kitab wa Kitab wa Kitab wa

AsAsAsAs----SunnahSunnahSunnahSunnah (hal. 88-89) karya Abdullah bin Muhammad Ar-Rifa’iy, 1414 H.

[9] Perlu kami ingatkan bahwa dahulu sebagian ustadz salaf dalam Laskar Jihad telah

melakukan demo dan beberapa bentuk penyimpangan lainnya selama jihad Ambon.

Mereka semua –alhamdulillah- telah rujuk dan tobat dari kesalahan itu sebagaimana

anda bisa baca dalam kitab terjemah yang berjudul "Meredam Amarah terhadap "Meredam Amarah terhadap "Meredam Amarah terhadap "Meredam Amarah terhadap

Pemerintah"Pemerintah"Pemerintah"Pemerintah". Penerjemah kitab ini, Al-Ustadz Abu Ibrahim Muhammad Umar

As-Sewed membuat suatu pernyataan resmi rujuknya para ustadz-ustadz salaf dari

hal itu. [Lihat Meredam Amarah terhadap PemerintahMeredam Amarah terhadap PemerintahMeredam Amarah terhadap PemerintahMeredam Amarah terhadap Pemerintah (hal.ix-xiv)] Hal ini kami ingatkan,

sebab sebagian orang (seperti, Abu Hamnah "As-Salafi") menyangka para ustadz salaf

belum rujuk penyimpangan-penyimpangan itu. Semoga dipahami dan dimaklumi.

[10] Alhamdulillah , prinsip berilmu yang diiringi dengan amalan, tanpa ada ifrath

(berlebihan) dan tafrith (teledor) merupakan perkara yang amat dijaga oleh salafiyyun

dari zaman Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- sampai zaman sekarang, bukan seperti

yang dituduhkan secara keji oleh Penulis BSDS. BSDS. BSDS. BSDS. Nas’alullahal afiyah was salamah min

su’izh zhonni bil mu’minin ma laisa fihim.

Page 43: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

[11] Tentang surat Syaikh bin Baaz ini, lihat kopian naskah aslinya dalam Madarik Madarik Madarik Madarik

AnAnAnAn----NazhorNazhorNazhorNazhor (hal. 431) karya Syaikh Abdul Malik bin Ahmad bin Al-Mubarok Romadhoniy

Al-Jaza’iriy, cet. Dar Sabil Al-Mu’minin, 1418 H.

[12] Fitnah Kholqul Qur’an. Suatu musibah yang timbul saat Kholifah Ma’mun

memaksa para ulama –diantaranya Imam Ahmad- untuk menyatakan bahwa Al-Qur’an

adalah makhluk. Ini adalah kekufuran yang jelas!! Dalam kondisi ini Imam Ahmad

memerintahkan mereka bersabar, jangan memberontak. Karena pemberontakan akan

melahirkan banyak kerusakan, baik yang diketahui, maupun yang tak diketahui. Kalian

telah melihat kerusakan itu beberapa tahun yang silam saat Pak Harto dilengserkan.

[13] Lihat AsAsAsAs----SunnahSunnahSunnahSunnah (89) karya Al-Khollal.

[14] Dialog kami dengan sebagian mereka, baik perorangan atau perkelompok adalah

bukti bahwa sebenarnya salafiyyun sudah ada yang menasihati WI. Bahkan ada

diantara mereka yang berusaha dusta kepada kami saat ia menyatakan Syaikh bin

Baaz pernah men-tazkiyah Sayyid Quthb. Tatkala kami minta bukti berupa kitab

rujukan, maka ia berkata, "Afwan, ana dulu dusta dalam hal itu!!"

Page 44: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al----Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."

(Ketua Departemen Kaderisasi Wahdah Islamiyah)

Kekeliruan dan Penyimpangan 4 Kekeliruan dan Penyimpangan 4 Kekeliruan dan Penyimpangan 4 Kekeliruan dan Penyimpangan 4

"Membolehkan adanya Bai’at kepada Selain Penguasa ""Membolehkan adanya Bai’at kepada Selain Penguasa ""Membolehkan adanya Bai’at kepada Selain Penguasa ""Membolehkan adanya Bai’at kepada Selain Penguasa "

Penulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir Al----Bugishy Bugishy Bugishy Bugishy

Editor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

• Membolehkan adanya Bai’at kepada Selain Penguasa Membolehkan adanya Bai’at kepada Selain Penguasa Membolehkan adanya Bai’at kepada Selain Penguasa Membolehkan adanya Bai’at kepada Selain Penguasa

Diantara penyimpangan AlAlAlAl----Ustadz H. JahadaUstadz H. JahadaUstadz H. JahadaUstadz H. Jahada, ia membolehkan bai’at (janji setia)

dengan syarat seseorang ketika membai’at tidak menganggap bahwa bai’atnya

tersebut adalah membai’at imamatul kubro (khalifah) Dengarkan Jahada berkata, "Ya,

memang kita tidak bolehkan secara mutlak, dan itu kita katakan tidak boleh, ketketketketika kita ika kita ika kita ika kita

memba’iat seseorang dengan anggapan bahwa itu adalah bai’at imamatul kubra, atau memba’iat seseorang dengan anggapan bahwa itu adalah bai’at imamatul kubra, atau memba’iat seseorang dengan anggapan bahwa itu adalah bai’at imamatul kubra, atau memba’iat seseorang dengan anggapan bahwa itu adalah bai’at imamatul kubra, atau

ba’iatul imamatul ‘uzhma ‘membaiat pemimpin besar, khalifah’ba’iatul imamatul ‘uzhma ‘membaiat pemimpin besar, khalifah’ba’iatul imamatul ‘uzhma ‘membaiat pemimpin besar, khalifah’ba’iatul imamatul ‘uzhma ‘membaiat pemimpin besar, khalifah’. . . . Karena, seorang

khalifah tidak bisa dibaiat kecuali dia memiliki 2 syarat. Pertama, dia mempunyai de

facto dan yang kedua de jure. Dia mempunyai wilayah yang independent dan dia

mempunyai hukum, akhirnya dia bisa men-tathbiq hukum di dalam wilayah itu".

Jika kita perhatikan isi ceramah dan ucapan JM ini, maka kita tahu bahwa ia tidak

bolehkan membai’at seseorang –selain khalifah- dengan niat sebagai seorang khalifah.

Adapun jika tidak diniatkan sebagai khalifah, tapi sebagai pemimpin yayasan, atau

organisasi, atau pergerakan, maka tak mengapa. Ini dikuatkan oleh beberapa hal:

• Dia menyatakan bahwa sebagian bai’at itu ada yang boleh diberikan kepada

sebagian orang, selain penguasa saat ia menjelaskan aqsamul bai’ah

(jenis-jenis bai’at). Dengarkan JM berkata, " Tinggal persoalannya bai’atul

Islam, atau bai’atuth tho’ah, dan sebagainya. Itu adalah persoalan yang tidak tidak tidak tidak

bisa serta merta kita melakukan, mengatakan dia adalah sebuah bid’ah karena bisa serta merta kita melakukan, mengatakan dia adalah sebuah bid’ah karena bisa serta merta kita melakukan, mengatakan dia adalah sebuah bid’ah karena bisa serta merta kita melakukan, mengatakan dia adalah sebuah bid’ah karena

ada contohnyaada contohnyaada contohnyaada contohnya. Walaupun kemudian di dalam amal jama’i kita itu, kita tidak

membiasakan (…nampaknya rekaman terpotong …)[1] keluar dari manhaj

ahlus sunnah".

Semua jenis bai’at yang disebutkan oleh JM tidak boleh kita berikan, kecuali kepada

Khalifah dan umaro’ yang ada di bawah kepemimpinannya. Sebab semua bai’at

Page 45: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

tersebut dilakukan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- kepada para sahabat selaku

khalifah. Ini kalian bisa lihat dan cermati sendiri dalam kitab pegangan JM yang berjudul

"Al-Imamah Al-Uzhma", salah sebuah disertasi magister di Universitas Ummul

Quro[2]. Buku ini sebenarnya tak mendukung JM sedikitpun, jika ia men-tadabburi-nya.

Tapi demikianlah kondisi terakhir orang ini, kurang men-tadabburi kitab tersebut.

• JM men-tathbiq (menerapkan) pernyataan di atas dengan memberikan sebuah

contoh seraya berkata, "Makanya SyaikhulIslam Ibnu TaimiyyahSyaikhulIslam Ibnu TaimiyyahSyaikhulIslam Ibnu TaimiyyahSyaikhulIslam Ibnu Taimiyyah di wilayah

Khilafah ‘Abbasiyah memba’iat murid-muridnya untuk melawan pasukan

mongol, pasukan Tartar. Itu dilakukan olehSyaikhul Islam Ibnu Taimiyyahdan . Itu dilakukan olehSyaikhul Islam Ibnu Taimiyyahdan . Itu dilakukan olehSyaikhul Islam Ibnu Taimiyyahdan . Itu dilakukan olehSyaikhul Islam Ibnu Taimiyyahdan

beberapa ulamabeberapa ulamabeberapa ulamabeberapa ulama----ulama salafulama salafulama salafulama salaf. Makanya, eee, perlu memang didudukkan

persoalan ini, ya. Tapi ya, saya katakan seandainyapun dia dosa, maka paling Tapi ya, saya katakan seandainyapun dia dosa, maka paling Tapi ya, saya katakan seandainyapun dia dosa, maka paling Tapi ya, saya katakan seandainyapun dia dosa, maka paling

tidak dia adalah dosa besar.tidak dia adalah dosa besar.tidak dia adalah dosa besar.tidak dia adalah dosa besar. Dan dosa besar itu tidak bisa mengeluarkan

seseorang dari Islam atau Ahlus Sunnah wal Jamaah. Karena yang melakukan

hal itu, hanya Khawarij saja. Saya kira demikian".

• Dalam penerapannya di lapangan, WI telah melakukan bai’at kepada para aktifis

mereka saat pelantikan pengurus ORMAS WI. Ini telah dipersaksikan sendiri

oleh para mantan pengurus WI yang pernah dilantik lalu rujuk ke manhaj

salaf.[3]

Sebelum kita mengetahui hukum bai’at, maka perlu kami jelaskan makna bai’at

menurut pandangan para ulama sehingga kita akan mengetahui dhowabith bai’at yang

syar’iy dan bai’at bid’ah, tanpa berbicara dari perasaan dan hawa nafsu yang

menyebabkan akal berada di bawah telapak kaki.

AlAlAlAl----Qodhi Ibnu KholdunAlQodhi Ibnu KholdunAlQodhi Ibnu KholdunAlQodhi Ibnu KholdunAl----Asybiliy Asybiliy Asybiliy Asybiliy -rahimahullah- berkata dalam MuqoddimahMuqoddimahMuqoddimahMuqoddimah-nya

saat menafsirkan makna BAI’AT , "Ketahuilah bahwa bai’at adalah janji untuk taat;

seakan-akan orang yang berbai’at berjanji kepada amirnya (pemerintahnya) untuk

menyerahkan kepadanya pandangan tentang urusan dirinya, dan urusan kaum

muslimin; ia tidak menentangnya dalam permasalahan itu sedikitpun, dan mentaatinya

dalam perkara yang dibebankan kepadanya, baik dalam keadaan senang maupun benci.

Dahulu mereka apabila membai’at amir (pemerintah), dan menetapkan janji mereka,

maka mereka meletakkan tangan mereka pada tangan amir dalam rangka menguatkan

janji. Jadi, hal itu (bai’at) menyerupai perbuatan penjual dan pembeli[4]. Lalu

disebutlah bai’at sebagai mashdar dari kata ( ــ�ع Maka jadilah bai’at itu berupa .( �ـــ

jabat tangan. Inilah maknanya yang dikenal dalam bahasa Arab, dan syari’at. Itulah

yang dimaksudkan dalam hadits tentang bai’at Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- pada

Page 46: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

malam Aqobah, dan di sisi pohon[5], dan dimanapun lafazh ini ada. Diantaranya adalah

bai’at kepada kholifah". [Lihat AlAlAlAl----Ibar wa Diwan AlIbar wa Diwan AlIbar wa Diwan AlIbar wa Diwan Al----Mubtada' wa AlMubtada' wa AlMubtada' wa AlMubtada' wa Al----Khobar fi Ayyam Khobar fi Ayyam Khobar fi Ayyam Khobar fi Ayyam

AlAlAlAl----Arab wa AlArab wa AlArab wa AlArab wa Al----Ajam wa AlAjam wa AlAjam wa AlAjam wa Al----BarbarBarbarBarbarBarbar (1/108)]

Ucapan Ibnu Kholdun ini memberikan faedah kepada kita bahwa bai’at yang dikenal

dalam istilah syari’at adalah bai’at yang diberikan kepada waliyyul amr (pemerintah)

dari kalangan kaum muslimin. Inilah yang dikenal di kalangan ulama’. Oleh karena itu,

mereka tak mengenal adanya bai’at kepada selain pemerintah, sebab mereka paham

bahwa bai’at-bai’at itu adalah bid’ah yang mengakibatkan terjadinya perpecahan

umat, seperti bai’at kepada ketua yayasan, pimpinan pusat ORMAS, atau jama’ah

(perkumpulan) dakwah, ketua organisasi, dan lainnya.

Syaikh Bakr bin Abdillah Abu ZaidSyaikh Bakr bin Abdillah Abu ZaidSyaikh Bakr bin Abdillah Abu ZaidSyaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid -rahimahullah- dalam Hukmul Intima’ Hukmul Intima’ Hukmul Intima’ Hukmul Intima’ (hal.

163-164) berkata dalam menjelaskan kesimpulan hukum bai’at, "Sesungguhnya bai’at

dalam Islam adalah satu, berasal dari orang-orang yang memiliki kedudukan (ahlul halli

wal aqdi)[6] kepada pemerintah dan penguasa kaum muslimin. Sesungguhnya bai’at

selain itu berupa bai’at-bai’at tarekat dan hizbiyyah pada sebagian jama’ahhizbiyyah pada sebagian jama’ahhizbiyyah pada sebagian jama’ahhizbiyyah pada sebagian jama’ah----jama’ah jama’ah jama’ah jama’ah

Islamiyyah Islamiyyah Islamiyyah Islamiyyah masa kinimasa kinimasa kinimasa kini, semua bai’at ini adalah bai’atsemua bai’at ini adalah bai’atsemua bai’at ini adalah bai’atsemua bai’at ini adalah bai’at----bai’at yang yang tak ada asalnya bai’at yang yang tak ada asalnya bai’at yang yang tak ada asalnya bai’at yang yang tak ada asalnya

dalam syari’atdalam syari’atdalam syari’atdalam syari’at, baik dari Kitabullah, Sunnah Rasulullah baik dari Kitabullah, Sunnah Rasulullah baik dari Kitabullah, Sunnah Rasulullah baik dari Kitabullah, Sunnah Rasulullah ----Shallallahu alaihi wa sallamShallallahu alaihi wa sallamShallallahu alaihi wa sallamShallallahu alaihi wa sallam----, , , ,

amaliah seorang sahabat, dan tabi’in. Itu adalah bai’atamaliah seorang sahabat, dan tabi’in. Itu adalah bai’atamaliah seorang sahabat, dan tabi’in. Itu adalah bai’atamaliah seorang sahabat, dan tabi’in. Itu adalah bai’at----bai’at bid’ahbai’at bid’ahbai’at bid’ahbai’at bid’ah. Sedang setiap

bid’ah adalah sesat; setiap bid’ah tak ada asal (dasar)nya dalam syari’at.

Bai’at-bai’at itu tak perlu dijaga. Karenanya, tak ada masalah, dan dosa ketika

meninggalkannya, dan melanggarnya. Bahkan ada dosa ketika melakukannya. Karena

ta’abbud (mendekatkan diri) dengannya adalah perkara baru yang ada dasarnya.

Belum lagi masalah yang timbul dari akibat bai’at-bai’at tersebut berupa

perobak-robekan umat, pemecahbelahan umat menjadi berkelompok-kelompok,

memancing fitnah (polemik) diantara mereka, pelampauan batas atas kelompok lain.

Jadi, bai’at-bai’at ini keluar dari batasan syari’at; sama saja apakah ia diistilahkan

dengan "Bai’at", "janji", atau "akad" (persetujuan)"Bai’at", "janji", atau "akad" (persetujuan)"Bai’at", "janji", atau "akad" (persetujuan)"Bai’at", "janji", atau "akad" (persetujuan)".

Syaikh Abdul Aziz bin BaazSyaikh Abdul Aziz bin BaazSyaikh Abdul Aziz bin BaazSyaikh Abdul Aziz bin Baaz -rahimahullah- pernah ditanya tentang pengangkatan

pemimpin dalam dakwah dan pembai’atan kepadanya. Maka Syaikh Abdul Aziz bin

Baaz berkata, "Merujuk kepada permintaan fatwa anda yang sangat bermanfaat

kepada Lembaga Umum Hai’ah Kibarul Ulama’ (no. 3285) tanggal 11-7-1416 H yang di

dalamnya engkau menanyakan tentang hukum mengangkat pemimpin yang wajib ditaati

dalam perkara dakwah, maka aku memberi faedah kepadamu bahwa dahulu telah keluar

fatwa dari Lajnah Da’imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah tentang apa yang engkau tanyakan,

Page 47: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

maka kami sertakan salinannya dan itu sudah cukup, Insya Allah. Semoga Allah -Azza

wa Jalla- memberi taufiq kepada semuanya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, dan

Maha Mengabulkan".

Salinan Fatwa itu sebagai berikut:

Fatwa no. 16098, tertanggal 5Fatwa no. 16098, tertanggal 5Fatwa no. 16098, tertanggal 5Fatwa no. 16098, tertanggal 5----7777----1414 H: 1414 H: 1414 H: 1414 H:

"Alhamdulillah, hanya baginya sholawat dan salam atas Nabi -Shallallahu alaihi wa

sallam- yang tiada nabi setelahnya, wa ba’du:

Jawaban: "Tidak diperbolehkan bai’at kecuali kepada pemerintah kaum muslimin dan

tidak boleh kepada syaikh tarekat, juga kepada yang lainnya, sebab hal ini tak ada

asalnya dari Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-. Wajib bagi seorang muslim untuk

beribadah kepada Allah -Azza wa Jalla- dengan apa yang disyari’atkannya, tanpa

adanya ikatan dari orang tertentu, sebab ini termasuk perbuatan kaum nashara

terhadap pendeta dan para pemimpin gereja yang tidak dikenal dalam Islam".[7]

Para pembaca yang budiman, sebagian orang saat melakukan dan menerapkan bai’at

dalam organisasi mereka, lalu ada yang mengingkari bai’at bid’ah tersebut, maka

sebagian anggota mereka memberikan jawaban, "Ini bukan bai’at, ini hanya janji untuk

taat kepada pimpinan organisasi saja". Padahal, bai’at itu menurut bahasa dan istilah

syari’at adalah janji untuk taat kepada pemerintah. Jika janji untuk taat ini diberikan

kepada selain pemerintah, maka itulah bai’at bid’ah!!

Bai’at bid’ah ini terjadi dalam tubuh Wahdah Islamiyah berdasarkan persaksian dan

pengakuan seorang ikhwah yang keluar dari WI. Saat kami tanya apa isi bai’at itu, ia

menjawab bahwa ia diperintahkan berjanji untuk taat kepada Allah, Rasul-Nya, dan ulil

amri. Sedang yang dimaksud dengan ulil amri –kata ikhwah itu- adalah Pimpinan Pusat

Wahdah Islamiyah, yaitu H. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc.[8]Oleh karena itu, ikhwah Oleh karena itu, ikhwah Oleh karena itu, ikhwah Oleh karena itu, ikhwah

tersebut langsung keluar dari Wahdah Islamiyahtersebut langsung keluar dari Wahdah Islamiyahtersebut langsung keluar dari Wahdah Islamiyahtersebut langsung keluar dari Wahdah Islamiyah. Ini semua adalah bukti nyata yang

membenarkan dan menguatkan pernyataan Al-Ustadz Dzulqornain dalam sebuah

ceramah beliau saat menjelaskan penyimpangan WI. Fakta ini juga menjadi hujjah atas

orang yang menuduh Al-Ustadz Dzulqornain telah berdusta saat menyatakan bahwa

dalam WI ada bai’at.

Page 48: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Jadi, bai’at hanya diberikan kepada pemerintah muslim, bukan kepada selain mereka.

Maka kita yang berada di Indonesia harus membai’at pemimpin muslim, yakni Bapak

SBY -hafizhohullah- yang resmi menjadi presiden kita.

Ada diantara para hizbiyyun berkata, "Bagaimana mungkin kita membai’at pemimpin Bagaimana mungkin kita membai’at pemimpin Bagaimana mungkin kita membai’at pemimpin Bagaimana mungkin kita membai’at pemimpin

yang dipilih dengan cara tak syar’iy (Islami), seperti carayang dipilih dengan cara tak syar’iy (Islami), seperti carayang dipilih dengan cara tak syar’iy (Islami), seperti carayang dipilih dengan cara tak syar’iy (Islami), seperti cara DEMOKRASIDEMOKRASIDEMOKRASIDEMOKRASI!!!!!!!! Kami tak mau Kami tak mau Kami tak mau Kami tak mau

membai’at mereka dan tak mau mengakuinya sebagai membai’at mereka dan tak mau mengakuinya sebagai membai’at mereka dan tak mau mengakuinya sebagai membai’at mereka dan tak mau mengakuinya sebagai pemimpinpemimpinpemimpinpemimpin kami !!! kami !!! kami !!! kami !!!".

Pernyataan seperti ini adalah keliru, sebab jika seorang pemimpin muslim berkuasa

dengan cara tak syar’iy, (seperti berkuasa melalui pemberontakan, kudeta, demokrasi,

dan lainnya), maka seorang wajib membai’atnya, dan mengakuinya sebagai pemimpin

yang harus ditaati!!

Kapan seorang berkuasa dengan paksaberkuasa dengan paksaberkuasa dengan paksaberkuasa dengan paksa, dan telah sah berkuasa di tengah manusiatelah sah berkuasa di tengah manusiatelah sah berkuasa di tengah manusiatelah sah berkuasa di tengah manusia,

maka seluruh rakyat wajib menaatinyawajib menaatinyawajib menaatinyawajib menaatinya untuk menjaga persatuan dan menghindari

pertumpahan darah di tengah kaum muslimin. Demikianlah disebutkan dalam banyak

buku aqidah pada ulama salaf terdahulu. Hal ini adalah dimaklumi dalam manhaj Salaf,

Tapi masalahnya kapan orangkapan orangkapan orangkapan orang----orang Wahdah ada minat membaca bukuorang Wahdah ada minat membaca bukuorang Wahdah ada minat membaca bukuorang Wahdah ada minat membaca buku----buku ulama buku ulama buku ulama buku ulama

SALAFSALAFSALAFSALAF ?

Oleh karena itu, Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin ketika ditanya tentang

pemerintah Al-Jaza’ir yang menerapkan sistem demokrasi, maka beliau menjelaskan

bahwa mereka (para pemimpin muslim) memiliki hak untuk dibai’at oleh rakyat

Al-Jaza’ir.[9] Andaikan mereka bukan pemimpin dan pemerintah yang sah, maka tentu

Syaikh akan menyatakan bahwa tak ada bai’at bagi mereka. Dengar dialog berikut ini

yang terjadi antara Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin dengan para penanya

dari kalangan orang-orang Al-Jaza’ir:

• Penanya: Hubungannya dengan pemerintah Al-Jaza’ir –wahai Syaikh-,

sekarang para pemuda (yakni, anggota FIS) yang telah keluar dari penjara.

Kebanyakan diantara mereka masih ada pada mereka sedikit perasaan dendam

sehingga walaupun mereka telah keluar dari penjara, dan telah dimaafkan, tapi

mereka senantiasa berbicara masalah takfir (pengkafiran), dan masalah

pengkafiran pemerintah dengan main tunjuk, dan bahwa Pemimpin (pemerintah)

yang ada di Al-Jaza’ir adalah pemimpin kafir, dan tak ada bai’at baginya, tak

perlu didengar dan ditaati, baik dalam perkara ma’ruf maupun mungkar, karena

Page 49: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

mereka (pemuda FIS) ) telah mengkafirkan pemimpin, dan menganggap

Al-Jaza’ir sebagai negara kafir.

• Syaikh: Negara Kafir?

• Penanya: Betul, negara kafir, wahai Syaikh! Karena mereka (pemuda FIS)

berkata, "Sesungguhnya undang-undang yang ada di Al-Jaza’ir adalah

undang-undang barat, undang-undang Islam". Pertama, apa nasihat anda

kepada para pemuda tersebut? Apakah ada bai’at bagi pemerintah Al-Jaza’ir,

dan perlu diketahui –wahai Syaikh- bahwa pemimpin itu biasa melakukan umrah,

dan menampakkan syi’ar-syi’ar Islam.

• Syaikh: Dia sholat atau tidak?

• Penanya: Dia sholat, wahai Syaikh!

• Syaikh: Kalau begitu, ia (pemimpin) itu muslim.

• Penanya: Dia datang kesini (Saudi), dan berumrah sekitar 20 hari atau sebulan.

Dia pernah di KSA.

• Syaikh: Selama ia masih sholat, maka ia adalah muslim, tak boleh dikafirkan.

Oleh karena ini, Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- tatkala ditanya tentang

pemberontakan melawan pemerintah, maka beliau bersabda,

"Jangan, selama ia masih sholat". [HR. Muslim dalam Kitab AlKitab AlKitab AlKitab Al----Imaroh Imaroh Imaroh Imaroh (62)][10]

Tidak boleh memberontak melawan pemimpin itu, tak boleh mengkafirkannya.

Barangsiapa yang mengkafirkannya, maka dia (yang mengkafirkannya) dengan

perbuatannya ini menginginkan masalah kembali dari awal. Baginya ada bai’at, Baginya ada bai’at, Baginya ada bai’at, Baginya ada bai’at,

dia adalah pemimpin yang syar’iy. dia adalah pemimpin yang syar’iy. dia adalah pemimpin yang syar’iy. dia adalah pemimpin yang syar’iy.

Adapun masalah undang-undang, maka undang-undang wajib dinerima

kebenaran yang terdapat di dalamnya, karena menerima kebenaran adalah wajib

bagi setiap orang, walapun kebenaran itu dibawa oleh manusia yang paling kafir.

Allah -Azza wa Jalla- berfirman,

"Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami

mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah

menyuruh kami mengerjakannya".

Lalu Allah berfirman,

Page 50: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan

yang keji." Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak

kamu ketahui?". (QS. Al-A’raaf: 28)

Allah -Ta’ala- mendiamkan ucapan mereka,

"Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu".

Karena itu adalah benar. Jika Allah -Ta’ala- menerima kalimat kebenaran dari

orang-orang musyrik, maka ini adalah dalil bahwa kalimat kebenaran diterima

dari setiap orang. Demikian pula kisah setan, tatkala ia berkata kepada Abu

Hurairah,

�أت� إ�ذا إ������� ���� ���� �,+�� و���) (�)'&% ا� �$ #"� !� ����� ����ل� ���� ا�����-��

�3�4�5�6 (�1�2 0��/�)ن%

"Sesungguhnya jika kau membaca ayat Kursi, maka senantiasa akan ada

padamu seorang penjaga dari Allah, dan setan tak akan mendekatimu sampai

waktu pagi". [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Bad'il KholqiKitab Bad'il KholqiKitab Bad'il KholqiKitab Bad'il Kholqi (3033)]

Ucapan itu diterima oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- (dari setan,- pen).

Demikian pula orang-orang Yahudi yang berkata,

9 ���7�8 إ���) !� �1 و�ا��Hر��FG إ��B 1� �! CD�4�E>�اتا�A@ ?�<�=� ا� �$� أن� ا�2>راة

CD�4�Eإ� –––– ,��7ت� (�1�2 و��� ��� !� ���$ ا� �$� �E �1 ا���N�O�' P��4�Q ----اMـK�7 وذآ

�@ �-�>��$ U-�7�5�6) ��>�ا?�RT+ أو� أ��),$V أ� ��::::

"Sesungguhnya kami telah menemukan dalam Taurat bahwa Allah meletakkan

langit pada sebuah jari, dan bumi pada sebuah jari –diapun menyebutkan

hadits-. Kemudian Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- tertawa sampai gigi

geraham beliau tampakkarena membenarkan ucapan orang itu. Beliaupun

membaca ayat:

"Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya

padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit

digulung dengan tangan kanan-Nya". [HR. Al-Bukhoriy dan Muslim]

Page 51: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Jadi, kebenaran yang terdapat dalam undang-undang buatan manusia adalah

diterima, walapun berasal dari buatan manusia. (Kebenaran itu diterima) bukan

karena itu adalah pendapat fulan, dan fulan, atau buatan fulan, dan fulan. Tapi

karena ia adalah kebenaran. Adapun kesalahan yang terdapat di dalamnya,

maka itu mungkin bisa dibetulkan dengan berkumpulnya para ahlul halli wal aqdi,

para ulama, dan para pemuka, dan mempelajari undang-undang itu. Maka yang

menyelisihi kebenaran ditolak, dan yang sesuai kebenaran diterima. Adapun

pemerintah dikafirkan, karena masalah seperti ini, (maka tak sepantasnya)!

Padahal Al-Jaza’ir berapa lama dijajah oleh orang-orang Perancis?

• Penanya: Selama 130 tahun Selama 130 tahun Selama 130 tahun Selama 130 tahun

• Syaikh: 130 tahun ?! Baiklah, apakah mungkin undang-undang ini yang telah

dirancang oleh orang-orang Perancis, bisa diubah antara sore dan pagi saja? Ini

tak mungkin!! Perkara yang terpenting, wajib bagi kalian memadamkan fitnah

(masalah takfir) ini sesuai kemampuan kalian, dengan segala yang kalian mampu.

Kami memohon kepada Allah agar Dia melindungi kaum muslimin dari kejelekan

fitnah. [11]

Inilah dialog antara Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin -rahimahullah- dengan

orang-orang Al-Jaza’ir ketika terjadinya masalah dan konflit antara pemerintah

Al-Jaza’ir dengan Partai FIS. Di dalam dialog ini Syaikh menjelaskan bahwa

pemerintah Al-Jaza’ir yang terpilih melalui demokrasi adalah pemerintah resmi yang

wajib dibai’at oleh rakyat. Fa’tabiru ya ulil albab.

[1] Pada beberapa tempat sering terjadi keterputusan dalam rekaman ceramah Jahada

ini. Apakah sengaja, karena sesuatu atau??? Wallahu a’lam tentang hal itu.

[2] Buku ini karya Abdullah Ad-Damijy yang menjadi rujukan para hizbiyyin dalam hal

ini. Dan Ad-Damijy sendiri keliru dalam sejumlah masalah berkaitan dengan imamah.

[3] Bukti-bukti perkara ini, kami akan sebutkan dalam buku bantahan yang kami akan

luncurkan, Insya Allah.

[4] Dahulu antara penjual dan pembeli ada akad dengan cara berjabat tangan sambil

menyebutkan harga dan persetujuannya sebagaimana saat akad nikah demi

menguatkan akad.

[5] Yakni, pohon Ridhwan yang terletak di Mina.

Page 52: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

[6] Mereka adalah dewan syuro dari kalangan para ulama, cendekiawan, dan

pemerintah.

[7] Lihat Menjalin UMenjalin UMenjalin UMenjalin Ukhuwah di atas Minhaj Nubuwahkhuwah di atas Minhaj Nubuwahkhuwah di atas Minhaj Nubuwahkhuwah di atas Minhaj Nubuwah, karya Al-Ustadz Askari.

[8] Penggunaan gelar haji ini amat laris di kalangan para pemimpin teras WI dan

ustadz-ustadz mereka. Padahal ini adalah bid’ah yang bisa merusak nilai ibadah haji

kita sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Hajjatun Nabi Hajjatun Nabi Hajjatun Nabi Hajjatun Nabi

----Shallallahu alaihi wa sallamShallallahu alaihi wa sallamShallallahu alaihi wa sallamShallallahu alaihi wa sallam----....

[9] Lihat Fatawa AlFatawa AlFatawa AlFatawa Al----Ulama’ AlUlama’ AlUlama’ AlUlama’ Al----Akabir fi maa Uhdiro min Dima’ fil Jaza’irAkabir fi maa Uhdiro min Dima’ fil Jaza’irAkabir fi maa Uhdiro min Dima’ fil Jaza’irAkabir fi maa Uhdiro min Dima’ fil Jaza’ir (hal.

173-175) karya Syaikh Abdul Malik Romadhoni Al-Jaza’ir, cet. Maktabah Al-Asholah

Al-Atsariyyah, 1422 H.

[10] Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda demikian ketika ada sahabat yang

bertanya, "Apakah kita memerangi mereka", yakni pemerintah muslim yang melakukan

pelanggaran. Maka Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, "Jangan, selama ia

masih sholat".

[11] Lihat Fatawa AlFatawa AlFatawa AlFatawa Al----Ulama’ AlUlama’ AlUlama’ AlUlama’ Al----Akabir fi maa Uhdiro min Dima’ fil Jaza’irAkabir fi maa Uhdiro min Dima’ fil Jaza’irAkabir fi maa Uhdiro min Dima’ fil Jaza’irAkabir fi maa Uhdiro min Dima’ fil Jaza’ir (hal.

173-175) karya Syaikh Abdul Malik Romadhoni Al-Jaza’ir, cet. Maktabah Al-Asholah

Al-Atsariyyah, 1422 H.

Page 53: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al----Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."

(Ketua Departemen Kaderisasi Wahdah Islamiyah)

Kekeliruan dan Penyimpangan 5 Kekeliruan dan Penyimpangan 5 Kekeliruan dan Penyimpangan 5 Kekeliruan dan Penyimpangan 5

"Membela Muwazanah dalam Mengeritik Orang ""Membela Muwazanah dalam Mengeritik Orang ""Membela Muwazanah dalam Mengeritik Orang ""Membela Muwazanah dalam Mengeritik Orang "

Penulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir Al----Bugishy Bugishy Bugishy Bugishy

Editor :Editor :Editor :Editor : Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

• Membela Muwazanah dalam Mengeritik Orang Membela Muwazanah dalam Mengeritik Orang Membela Muwazanah dalam Mengeritik Orang Membela Muwazanah dalam Mengeritik Orang

Diantara penyimpangan JM, ia membela manhaj muwazanahmuwazanahmuwazanahmuwazanah (menimbang antara

kebaikan dan keburukan) ketika mengeritik dan men-tahdzir (memperingatkan)

penyimpangan dan kesalahan sebagian orang. Sebab menurut mereka bahwa jika hanya

keburukannya saja yang disebutkan, maka ini bukanlah termasuk sikap adil !! Jadi,

menurut "pejuangpejuangpejuangpejuang" manhaj muwazanah bahwa kebaikan mereka juga harus disebutkan kebaikan mereka juga harus disebutkan kebaikan mereka juga harus disebutkan kebaikan mereka juga harus disebutkan

ketika dikritikketika dikritikketika dikritikketika dikritik.

Orang yang pertama kali memunculkan bid’ah muwazanah ini adalah orang-orang yang

berusaha bersikap "adil" terhadap ahli bid’ah. Diantara orang-orang itu adalah Salman

Al-Audah, Ahmad Ash-Shuwayyan, dan lainnya. Mereka ini tak ridho jika kita hanya

menyebutkan keburukan Hasan Al-Banna, atau Sayyid Quthb ketika kita membantah

keduanya, tanpa menyebutkan kebaikannya.

Juga perlu diingat bahwa Muwazanah ini hanya berlaku bila salafiyyun mengeritik

mereka. Adapun kalau mereka mengeritik salafiyyin maka tidak perlu ada muwazanah

sehingga suatu hal biasa kalau kita mendengar atau membaca kritikan mereka dengan

bahasa keji dan tidak bermoral terhadap salafiyyin. Maklumlah kamus celaankamus celaankamus celaankamus celaan mereka

terhadap salafiyyin sangat tebalsangat tebalsangat tebalsangat tebal dan belum pernah sempurna ke huruf sempurna ke huruf sempurna ke huruf sempurna ke huruf ZZZZ.

Para pembaca yang budiman, agar kita mengetahui hukum muwazanah ini, maka ada

baiknya kami menukilkan sebagian fatwa ulama Ahlus Sunnah dalam perkara ini[1]:

(1.(1.(1.(1.)))) Syaikh Abdul Aziz bin Baaz -rahimahullah- pernah ditanya tentang manhaj Ahlus

Sunnah dalam mengeritik ahli bid’ah dan kitab-kitab mereka. Apakah wajib

menyebutkan kebaikan dan keburukan mereka, atau hanya menyebutkan

keburukannya saja?

Page 54: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Syaikh bin BaazSyaikh bin BaazSyaikh bin BaazSyaikh bin Baaz -rahimahullah- menjawab, "Yang dikenal dalam komentar para ahli

ilmu adalah mengeritik kesalahan mereka untuk memberikan tahdzir (peringatan), dan

menjelaskan kesalahan-kesalahan mereka yang mereka keliru di dalamnya untuk

memberikan tahdzir dari bahaya kekeliruan itu. Adapun yang baik, maka sudah dikenal

dan diterima orang. Tapi maksudnya disini adalah tahdzir (memberikan peringatan) dari

kesalahan-kesalahan mereka, yaitu orang-orang Jahmiyyah, Mu’tazilah, Rofidhoh, dan

semisalnya. Jika ada hajat yang mendorong untuk menjelaskan sesuatu yang ada pada

mereka berupa kebenaran, maka dijelaskan. Jika penanya bertanya, "Apa yang ada

pada mereka berupa kebenaran? Perkara apa yang mereka mencocoki Ahlus Sunnah di

dalamnya? Sedang yang ditanya mengetahui hal itu, maka ia jelaskan. Tapi maksud

terbesar dan yang terpenting adalah menjelaskan sesuatu yang ada pada mereka

berupa kebatilan agar si penanya mewaspadainya; agar ia tidak cenderung kepada

mereka".

Penanya lain berkata, "Ada orang-orang yang mewajibkan muwazanah bahwa anda jika

mengeritik mubtadi’ (ahli bid’ah) disebabkan oleh bid’ahnya dalam rangka anda

mengingatkan manusia tentang bahayanya, maka anda wajib menyebutkan wajib menyebutkan wajib menyebutkan wajib menyebutkan

kebaikankebaikankebaikankebaikan----kebaikannyakebaikannyakebaikannyakebaikannya sehingga anda tidak menzhaliminya?"

Syaikh bin Baaz menjawab, "Tidak, tidak mesti, tidak mesti. Oleh karena ini, jika anda

membaca kitab-kitab ahlis Sunnah, maka anda akan mendapatkan bahwa maksudnya

adalah memberikan peringatan (tahdzir). Bacalah dalam kitab Al-Bukhoriy "Kholq "Kholq "Kholq "Kholq

Af’al AlAf’al AlAf’al AlAf’al Al----Ibad"Ibad"Ibad"Ibad" , dalam kitab Al-Adab yang terdapat dalam Shohih Al-Bukhoriy, Kitab

As-Sunnah karya Abdullah bin Ahmad, Kitab At-Tauhid karya Ibnu Khuzaimah, dan

Rodd Utsman bin Sa’id Ad-Darimiy ala Ahlil Bida’, dan lainnya. Mereka (para ulama

itu) membawakan kebatilan mereka (ahli bid’ah) untuk memberikan tahdzir. Bukanlah

tujuannya untuk menghitung kebaikan-kebaikan mereka. Tujuannya adalah Tujuannya adalah Tujuannya adalah Tujuannya adalah

mengingatkan bahaya kebatilan merekamengingatkan bahaya kebatilan merekamengingatkan bahaya kebatilan merekamengingatkan bahaya kebatilan mereka. Kebaikan mereka tak ada nilainya bagi orang Kebaikan mereka tak ada nilainya bagi orang Kebaikan mereka tak ada nilainya bagi orang Kebaikan mereka tak ada nilainya bagi orang

kafir, jika bid’ahnya membuat ia kafir; kebaikankafir, jika bid’ahnya membuat ia kafir; kebaikankafir, jika bid’ahnya membuat ia kafir; kebaikankafir, jika bid’ahnya membuat ia kafir; kebaikan----kebaikan mereka gugurkebaikan mereka gugurkebaikan mereka gugurkebaikan mereka gugur. Jika tidak

membuatnya kafir, maka ia berada di atas kondisi bahaya. Jadi, maksudnya adalah

menjelaskan kesalahan-kesalahan , dan kekeliruan mereka yang wajib untuk

diwaspadai".

(2.)(2.)(2.)(2.) Syaikh Sholih bin FauzanSyaikh Sholih bin FauzanSyaikh Sholih bin FauzanSyaikh Sholih bin Fauzan -hafizhohullah- pernah ditanya, "Baik ya Syaikh, apakah

anda men-tahdzir (memperingatkan) mereka, tanpa menyebutkan kebaikanmenyebutkan kebaikanmenyebutkan kebaikanmenyebutkan kebaikan----kebaikan kebaikan kebaikan kebaikan

merekamerekamerekamereka misalnya atau anda menyebutkan kebaikan dan kejelekan merekamenyebutkan kebaikan dan kejelekan merekamenyebutkan kebaikan dan kejelekan merekamenyebutkan kebaikan dan kejelekan mereka?"

Page 55: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Syaikh AlSyaikh AlSyaikh AlSyaikh Al----FauzanFauzanFauzanFauzan menjawab, "Jika aku sebutkan kebaikan mereka, artinya saya telah

mengajak kepada mereka, jangan…jangan sebutkan. Sebutkan kesalahan yang mereka

lakukan saja, karena anda tidaklah dibebani untuk mempelajari kondisinya dan

melakukannya…engkau hanya dibebani untuk menjelaskan kesalahan yang ada pada

mereka agar mereka bertobat darinya; agar orang lain mewaspadainya. Adapun jika

anda menyebutkan kebaikan-kebaikan mereka, maka mereka akan berkata, "Semoga

Allah memberikan kepadamu balasan kebaikan inilah yang kami harapkan".[2]".

Inilah dua pernyataan dua ulama di zaman ini yang menjelaskan bahwa tidak mesti

menyebutkan kebaikan ahli bid’ah saat ia dikritik, bahkan itulah yang lebih utama agar

manusia mewaspadainya dan menjauhinya. Jika kita menyebutkan kebaikannya, maka

tujuan tahdzir (peringatan) tidak tercapai, sebab manusia biasanya condong kepada

kebaikan orang lain sehingga akhirnya manusia akan berkata, "Dia menyimpang. Tapi

kan masih ada kebaikannya". Akibatnya manusia akan kasihan dan simpati kepada ahli

bid’ah itu, bahkan boleh jadi terseret dalam kebatilannya.

Kaedah muwazanah ini adalah batil, baik menurut tinjauan syari’attinjauan syari’attinjauan syari’attinjauan syari’at maupun tinjauan tinjauan tinjauan tinjauan

akalakalakalakal. Adapun tinjauan syari’atnya, anda bisa dapatkan penjelasannya dalam kitab yang

berjudul Manhaj Ahlis Sunnah wa AlManhaj Ahlis Sunnah wa AlManhaj Ahlis Sunnah wa AlManhaj Ahlis Sunnah wa Al----Jama’ah fi Naqd ArJama’ah fi Naqd ArJama’ah fi Naqd ArJama’ah fi Naqd Ar----rijal wa Alrijal wa Alrijal wa Alrijal wa Al----Kutub wa Kutub wa Kutub wa Kutub wa

AthAthAthAth----Thowa’ifThowa’ifThowa’ifThowa’if, karya Syaikh Robi’ Al-Madkholiy -hafizhohullah-. Menurut tinjauan

akal, kaedah muwazanah ini juga batil, sebab para pejuang muwazanah ini sendiri ketika

membantmembantmembantmembantah lawannyaah lawannyaah lawannyaah lawannya, maka mereka tak pernah menyebutkan kebaikan lawantak pernah menyebutkan kebaikan lawantak pernah menyebutkan kebaikan lawantak pernah menyebutkan kebaikan lawan.

Misalnya, orang-orang Wahdah Islamiyah saat mereka membantah Syi’ahmembantah Syi’ahmembantah Syi’ahmembantah Syi’ah, maka

mereka tak menyebutkan kebaikantak menyebutkan kebaikantak menyebutkan kebaikantak menyebutkan kebaikan orang-orang Syi’ah. Saat WI membantah para membantah para membantah para membantah para

salafiyyunsalafiyyunsalafiyyunsalafiyyun[3], maka mereka tak pernah menyebutkan kebaikan salafiyyuntak pernah menyebutkan kebaikan salafiyyuntak pernah menyebutkan kebaikan salafiyyuntak pernah menyebutkan kebaikan salafiyyun. Tak usah

jauh, lihat saja Al-Ustadz H. Jahada dalam ceramah yang berjudul "Benarkah Anda

Bermanhaj Salaf?". JM dari awaldari awaldari awaldari awal sampai akhir ceramahnyaakhir ceramahnyaakhir ceramahnyaakhir ceramahnya, ia tak pernah tak pernah tak pernah tak pernah

menyebutkan menyebutkan menyebutkan menyebutkan secuil kebaikansecuil kebaikansecuil kebaikansecuil kebaikan orang-orang yang mengaku salafi. Jika ia jujur dalam

ucapannya dan menyadari kata-kata yang keluar dari mulutnya, maka ia pasti akan

menyebutkan sedikit kebaikan salafiyyun. Tapi sama sekali tidak, bahkan -katanya-

mereka lebih asyaddu wa akhthor minal Khowarij wal Mu’tazilah asyaddu wa akhthor minal Khowarij wal Mu’tazilah asyaddu wa akhthor minal Khowarij wal Mu’tazilah asyaddu wa akhthor minal Khowarij wal Mu’tazilah (lebih parah dari

Khowarij dan Mu’tazilah). Demikianlah jika akalakalakalakal tak difungsikan sebagaimana mestinya.

Tapi itu masih ringan, wahai orang-orang yang berakal. Lebih parah dari itu Al-Ustadz

Haji Jahada Mangka Lc. berusaha melegitimasi manhaj muwazanah dengan hadits Abu

Hurairah tentang kisah bertemunya ia dengan setan yang mengajarinya ayat kursi. Lalu

Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

Page 56: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

HA GAH إ/;� �أ آNوب وه#

"Ingatlah, sesungguhnya dia (setan) itu jujur kepadamu, sedang ia itu pendusta". [HR.

Al-Bukhoriy dalam Kitab Al-Wakalah (2311)]

Pembaca yang budiman, perhatikan syubhat menyeret pelakunya dalam kekeliruan dan

kerancuan. Apakah kita juga melakukan muwazanah ketika menjelaskan kekafiran dan

kesesatan setan, seraya berkata, "Setan memang kafirkafirkafirkafir dan sesatsesatsesatsesat. Tapi kan ia masih

punya kebaikankebaikankebaikankebaikan!!" Sungguh aneh orang-orang yang sufaha’ul ahlam, tidak

menempatkan akalnya dan menggunakannya dengan baik. Jika anda mau memahami

makna hadits ini, maka kembalilah kepada ulama, seperti Syaikh Robi’ Al-Madkholiy

yang telah menjelaskan makna hadits ini dan bahwa ia bukan dalil manhaj muwazanah

dalam kitab beliau yang cemerlang Manhaj AhManhaj AhManhaj AhManhaj Ahlis Sunnah wa Allis Sunnah wa Allis Sunnah wa Allis Sunnah wa Al----Jama’ah fi Naqd Jama’ah fi Naqd Jama’ah fi Naqd Jama’ah fi Naqd

ArArArAr----rijal wa Alrijal wa Alrijal wa Alrijal wa Al----Kutub wa AthKutub wa AthKutub wa AthKutub wa Ath----Thowa’ifThowa’ifThowa’ifThowa’if. Intinya hadits ini bukanlah dalil untuk

melegitimasi manhaj muwazanah, sebab Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda

demikian dalam rangka at-ta’rif wal bayan (mengenalkan dan menjelaskan) tentang jati

diri orang (yakni, setan) yang ditemui oleh Abu Hurairah. Inilah sebabnya Al-Imam

Adz-Dzahabi dalam kitabnya Siyar A’lam AnSiyar A’lam AnSiyar A’lam AnSiyar A’lam An----Nubala’Nubala’Nubala’Nubala’, beliau terkadang menyebutkan

kebaikan dan jasa ahli bid’ah untuk at-ta’rif wal bayan tentang jati diri dan perjalanan

hidup orang itu. Adapun saat membantah dan mengingkari kemungkaran, maka seorang

menyebutkan penyimpangan ahli bid’ah atau pelaku kebatilan agar manusia

menjauhinya dan waspada terhadap perbuatannya. Wallahu a’lam.

[1] Kami nukilkan dari kitab Manhaj Ahlis Sunnah wa AlManhaj Ahlis Sunnah wa AlManhaj Ahlis Sunnah wa AlManhaj Ahlis Sunnah wa Al----Jama’ah fi Naqd ArJama’ah fi Naqd ArJama’ah fi Naqd ArJama’ah fi Naqd Ar----rijal wa rijal wa rijal wa rijal wa

AlAlAlAl----Kutub wa AthKutub wa AthKutub wa AthKutub wa Ath----Thowa’if Thowa’if Thowa’if Thowa’if (hal. 8 & 10), karya Syaikh Robi’ Al-Madkholiy

-hafizhohullah-, cet. Maktabah Al-Furqon, 1423 H.

[2] Maksudnya, ahli bid’ah akan gembira.

[3] Yang mereka sebut dengan mudda’is salafiyyah (para pengaku salafi)

Page 57: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al"Dialog bersama Al----Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."Ustadz H. Jahada Mangka, Lc."

(Ketua Departemen Kaderisasi Wahdah Islamiyah)

Kekeliruan dan Penyimpangan 6 Kekeliruan dan Penyimpangan 6 Kekeliruan dan Penyimpangan 6 Kekeliruan dan Penyimpangan 6

"Salah paham terhadap Salafiyyun""Salah paham terhadap Salafiyyun""Salah paham terhadap Salafiyyun""Salah paham terhadap Salafiyyun"

Penulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir AlPenulis : Ustadz Abu Fadhl Abdul Qodir Al----Bugishy Bugishy Bugishy Bugishy

Editor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad DzulqarnainEditor : Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

• Salah paham terhadap Salafiyyun Salah paham terhadap Salafiyyun Salah paham terhadap Salafiyyun Salah paham terhadap Salafiyyun

Diantara kekeliruan Jahada, ia menyangka bahwa salafiyyun melarang tanzhim,

marhalah, dan tarbiyah secara muthlaq. Padahal salafiyyun hanya mengingkari tanzhim

yang mengarah kepada ta’ashshub, dan khuruj alal hukkam (pemberontakan). Demikian

pula salafiyyun hanya mengingkari tarbiyah sirriyah dan marhalah sirriyah. Salafiyyun

tidak melarang tarbiyah serta sistem marhalah. Tapi yang mereka ingkari jika hal itu

dilakukan secara sirriyah (sembunyi-sembunyi) dan mengarah kepada pemberontakan.

Oleh karena itu, sekolah-sekolah yang didirikan oleh salafiyyun juga merupakan

tarbiyah yang ber-marhalah (berjenjang).

Dakwah sirriyah (rahasia alias sembunyi-sembunyi) di zaman ini di tengah kaum di tengah kaum di tengah kaum di tengah kaum

musliminmusliminmusliminmuslimin adalah perkara yang tidak perlu, bahkan dakwah ini harus disebarkan dan

dipulikasikan ke semua lapisan. Jika dakwah dilakukan secara sirriyah, maka akan

mengundang kecurigaan. Karenanya, Umar bin Khoththob -radhiyallahu anhu- pernah

melarang sebagian orang di zaman beliau untuk melakukan perkumpulan rahasia dan

tersembunyi.

Dari Zaid bin Aslam Al-Adawiy -rahimahullah- dari bapaknya berkata,

�� Hز �T E��� ، أ: ��Tل ، أ�A : t�T ��� �T ب�;mk�ن /�:� أن; ا#)�(C �6 ?�T I�+�6 6���ه� �;Y ا� ر:#ل DT? � : �56ل ��� ا� � E;� � �D�إ� أv�; ا�D;�س � أH� آ�ن � ,و: G�Tو[ أ H)T G�Tأ ;v�أ �D��إ GD H56 �D��T ;ه�[ء أن �J;Dن ا�#)�(C كHD�, Eا� وا �e� �D��T G�ذ ;�AO��X ES���

?�Q�ا, �;���F6 8/;� وآNا آNا �Aل اmk�;�ب �اT إن; : I�+�6 ?��A �9ءوا 6�6 G�ا ، ذ#A;�J(6 Y;(� f#T �TX

�'T �*ا� ر �D�

"Telah sampai (suatu berita) kepada Umar bin Khoththob bahwa ada beberapa orang

yang akan berkumpul di rumah Fathimah. Maka umar mendatangi Fathimah seraya

berkata, "Wahai Putri Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-, tak ada seorang pun

Page 58: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

yang yang lebih kami cintai dibandingkan ayahmu, dan tak ada orang yang paling kami

cintai setelah ayahmu dibandingkan anda. Sungguh telah sampai berita kepadaku

bahwa ada beberapa orang yang berkumpul di sisimu. Demi Allah, jika sampai berita hal

itu kepadaku, maka sungguh aku akan membakar rumah mereka". Tatkala mereka

mendatangi Fathimah, maka Fathimah berkata, "Sesungguhnya Umar bin Khoththob

berkata demikian dan demikian. Sungguh ia melakukan hal itu". Lalu merekapun

berpencar sehingga Abu Bakr -radhiyallahu anhu- dibai’at ". [HR. Ibnu Abi Syaibah

dalam AlAlAlAl----MushonnafMushonnafMushonnafMushonnaf (14/567-568), dan Ibnu Ashim dalam AlAlAlAl----Mudzakkir wa Mudzakkir wa Mudzakkir wa Mudzakkir wa

AtAtAtAt----TadzkirTadzkirTadzkirTadzkir (no. 17)]

Perhatikan sikap Umar ketika mendengar ada sebagian orang yang berkumpul di rumah

Fathimah untuk membicarakan suatu permasalahan ketika hampir pemilihan kholifah

sepeninggal Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-. Umar khawatir dengan perkumpulan

rahasia tersebut akan timbul fitnah (masalah). Oleh karenanya, beliau melarang dan

mengancam mereka sampai akhirnya mereka membai’at Abu Bakr.

Perkumpulan dan pertemuan yang mengarah kepada suatu kerusakan adalah sesuatu

yang pantas dilarang. Di zaman kita ini banyak bermunculan jama’ah dakwah jama’ah dakwah jama’ah dakwah jama’ah dakwah

islamiyyah. islamiyyah. islamiyyah. islamiyyah. Diantara mereka ada yang memiliki metode dakwah sirriyah; tak semua

orang boleh menghadiri tarbiyah mereka atau dauroh (basic training) mereka, sebab

dalam pertemuan-pertemuan itu ada perkara-perkara rahasia yang hanya diketahui

oleh orang-orang yang iltizam (baca: fanatik) kepada aturan dan rambu organisasi.[1]

Mereka yang hadir ini sudah diketahui wala’ dan baro’-nya kepada organisasi. Adapun

orang lain yang tidak demikian ciri dan kriterianya dari kalangan luar, maka mereka

buatkan tarbiyah (pembinaan) dan dauroh yang sifatnya umum saja, sekedar menarik

hati dan simpati saja. Adapun membicarakan masalah-masalah yang mendalam, dan

rahasia, maka tak ada (disembunyikan), sebab para aktifis dakwah ini khawatir jika

rahasia rahasia rahasia rahasia dan misi misi misi misi bocorbocorbocorbocor dan diketahui oleh orang banyak –khususnya, pemerintah-.

Inilah yang pernah diingatkan bahayanya oleh Al-Imam Umar bin Abdil Aziz

-rahimahullah- dalam ucapannya,

� رأ? إذا »#A 9#ن�D( �6 ESDدون د I; �E ا�(���6 ES;/أ Y�� U�:�� I�[* »

"Jika engkau melihat suatu kaum yang berbisik-bisik (berbicara rahasia) tentang

agama mereka, tanpa orang banyak, maka ketahuilah bahwa mereka sedang merintis

kesesatan". [HR. Ahmad dalam AzAzAzAz----ZuhdZuhdZuhdZuhd (1694 & 1705), Ad-Darimiy dalam AsAsAsAs----Sunan Sunan Sunan Sunan

Page 59: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

(313), dan Al-Lalika'iy dalam Syarh Ushul I'tiqod Ahlish Sunnah wal Jama'ahSyarh Ushul I'tiqod Ahlish Sunnah wal Jama'ahSyarh Ushul I'tiqod Ahlish Sunnah wal Jama'ahSyarh Ushul I'tiqod Ahlish Sunnah wal Jama'ah (219 &

1093), dan Ibnu Abdil Barr dalam Jami' Bayan Al Jami' Bayan Al Jami' Bayan Al Jami' Bayan Al----IlmIlmIlmIlm (3/160)]

Majelis-majelis tarbiyah yang diadakan oleh para hizbiyyun amat mengundang

pertanyaan dan kecurigaan, sebab agama ini jelas, dan untuk semua orang. Tapi kenapa

agama ini disembunyikan?! Bukankah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan para

sahabat malah bersemangat menyebarkannya. Cara dakwah sirriyah seperti ini di

tengah kaum muslimin adalah cara dakwah yang menyelisihi Sunnah. Nabi -Shallallahu

alaihi wa sallam- bersabda,

وا�� �� وإ���ك ��������� و���� وأ� وا��

"Dengar dan taatlah (kepada pemerintah), lazimilah keterbukaan, dan waspadailah

sirriyah (ketertutupan)". [HR. Ibnu Abi Ashim dalam AsAsAsAs----Sunnah Sunnah Sunnah Sunnah (887). Hadits ini

dikuatkan oleh Al-Albaniy dalam Zhilal AlZhilal AlZhilal AlZhilal Al----JannahJannahJannahJannah (1070)]

Kami pernah menyaksikan dengan mata kepala kami, ada sekelompok hizbiyyun yang

mengadakan dauroh sirriyah (sembunyi-sembunyi) sampai mereka memerintahkan

para peserta datang dua-dua orang dengan selang waktu yang berbeda. Jika tiba di

tempat dauroh, maka semua peserta diperintahkan memasukkan sandal ke dalam

rumah (tempat) dauroh, dan dilarang menghadiri sholat jama’ah, sebab –kata mereka-

tampak keluarnya para peserta akan menimbulkan kecurigaan. Subhanallah, mereka

telah berani meninggalkan sholat jama’ah dengan sangkaan belaka.

Perkara tanzhim, marhalah, tarbiyah, sama masalahnya dengan perkara at-tahazzub

(berkumpul di atas sesuatu tertentu). Terkadang tahazzub adalah perkara tercela, dan

terkadang ia terpuji. Yang terpuji adalah tahazzub yang dilakukan bersama kaum

muslimin yang dipimpin oleh pemerintah muslim dalam konteks sebuah negara. Adapun

yang tercela adalah tahazzub (perkumpulan) yang keluar dari kepemimpinan

pemerintah lalu bergabung bersama perkumpulan-perkumpulan lain yang bersepakat

untuk menyelisihi jama’ah (pemerintah dan rakyatnya) dalam perkara yang ma’ruf,

menyeleneh dari kepemimpinan syar’iy, dan mengikuti hawa nafsu. Inilah yang biasa

kita sebut "hizbiyyun".[2] [Lihat AlAlAlAl----Amr bi Luzum Jama'ah AlAmr bi Luzum Jama'ah AlAmr bi Luzum Jama'ah AlAmr bi Luzum Jama'ah Al----Muslimin wa Imamihim Muslimin wa Imamihim Muslimin wa Imamihim Muslimin wa Imamihim

wa Atwa Atwa Atwa At----Tahdzir min MufaroqotihimTahdzir min MufaroqotihimTahdzir min MufaroqotihimTahdzir min Mufaroqotihim (hal. 89-90) karya Syaikh Abdus Salam bin Barjas

Alu Abdil Karim, cet. Maktabah Al-Furqon, 1422 H]

Page 60: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

TanzhimTanzhimTanzhimTanzhim menurut bahasa adalah penyusunan & pengaturan[3] . Segala sesuatu butuh

pengaturan. Oleh karena itu, negara sebenarnya juga adalah bentuk tanzhim, karena di

dalamnya terdapat pengaturan dari seorang penguasa atas rakyat dan kemaslahatan

mereka. Namun yang perlu kita ingat bahwa kini kata "tanzhim" sudah diplesetkan

maknanya kepada makna yang sempit. Sehingga ada sebagian orang yang membuat

tanzhim "bawah tanah" berupa dakwah dan tarbiyah sirriyah untuk melakukan

pemberontakan dengan berbagai macam alasan dan dalih kosong yang tak bisa

diterima oleh syari’at dan akal sehat. Inilah sebabnya para ulama dan ustadz salaf

mengingakari tanzhim model seperti ini, bukan semua tanzhim. Wallahu a’lam. [Lihat

AdAdAdAd----Da'wah ilallah Baina AtDa'wah ilallah Baina AtDa'wah ilallah Baina AtDa'wah ilallah Baina At----Tajammu' AlTajammu' AlTajammu' AlTajammu' Al----Hizbi wa AtHizbi wa AtHizbi wa AtHizbi wa At----Ta'awun AsyTa'awun AsyTa'awun AsyTa'awun Asy----Syar'iySyar'iySyar'iySyar'iy (hal. 133),

cet. Maktabah Ash-Shohabah]

Selain itu, sering kita temukan tanzhim jama’ah pada hari ini yang bermuara pada

ta’ashshub (fanatik kelompok) dan tahazzub (hizbiyyah) sehingga jika ada seorang di

luar organisasinya, maka mereka menyikapi orang luar tidak seperti menyikapi anggota

jama’ah (organisasi). Seakan-akan orang luar bukan saudara mereka yang se-islam.[4]

Alangkah sialnya persaudaraan seperti ini !!!

Terakhir, perlu kita masukkan dalam wawasan kita bahwa terkadang tanzhim menjadi

dosa besar tatkala mengantarkan kepada ta’ashshub (fanatik) atau pemberontakan.

Oleh karena itu, Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- mengancam orang yang melakukan

seruan jahiliah.

Jabir bin Abdillah -radhiyallahu anhu- berkata,

�;Dاة �6 آB� fK'6 89ر � ��9�S��ا �� ا9�S���ي% و�Aل ���/.�ر � ا��/.�ري% �56ل ا��/.�ر � ر9� ��9�S��� f�K6 G�ر:#ل ذ �;��;Y ا� �;���� ا�� E;� ر:#ل � �A�#ا ا�C�ه��;I #ىد� �Tل � �56ل و:

�;� � ر89 آfK ا� ��9�S��ا �� �S;/F6 ID(D د�#ه� �56ل ا��/.�ر � ر9

"Dahulu kami dalam suatu perang, lalu ada seorang Muhajirin yang menendang pantat

seorang Anshor. Maka Orang Anshor itu berkata, "Wahai orang-orang Anshor,

tolonglah aku!!". Orang Muhajirin itu juga berkata, "Wahai orang-orang Muhajirin,

tolonglah aku". Hal itu pun didengarkan oleh Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-

seraya berkata, "Kenapa ada seruan jahiliah!!" Mereka menjawab, " Ada seorang

Muhajirin yang telah menendang pantat seorang Anshor". Beliau bersabda,

"Tinggalkanlah seruan jahiliah itu, karena ia adalah ucapan yang busuk". [HR.

Al-Bukhoriy dalam Kitab At-Tafsir, dan Muslim dalam Kitabul Birri wa Sh-Shilah]

Page 61: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

Tanzhim jika mengajak kepada ta’ashshub (fanatik) kepada kelompok atau organisasi

dan mengusung kepada pemberontakan dan perlawanan terhadap pemerintah, maka

inilah SERUAN JAHILIAH yang dilarang oleh Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam,

bahkan beliau ancam dalam sabdanya,

U�� �;D � �#ى د�� أو اC��#ب hd; أو اHk�ود *�ب HT I;�� ا�C�ه

"Bukanlah termasuk diantara kami orang yang memukul pipi, atau merobek kantong

atau menyeru dengan seruan jahiliahmenyeru dengan seruan jahiliahmenyeru dengan seruan jahiliahmenyeru dengan seruan jahiliah". [HR. Muslim dalam Kitab Al-Iman (148)]

Pembaca yang budiman, perhatikan hadits ini, Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-

mengancam orang yang menyeru dengan seruan jahiliah. Bukankah model tanzhim

hizbi adalah seruan jahiliah?! Ini membatalkan ucapan Jahada yang menyatakan bahwa

tak ada ancaman bertanzhim saat JM berkata, " Ada ancaman orang yang bertanzhim?

("Tidak!", kata mad’u)".

Inilah beberapa potong nasihat dan penjelasan dari kami tentang perkara-perkara yang

kami ta’liq (komentari) dalam ceramah Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc., seorang dai

dan aktifis serta penggerak roda Ormas Wahdah IslamiyahOrmas Wahdah IslamiyahOrmas Wahdah IslamiyahOrmas Wahdah Islamiyah. Semoga risalah ini

menjadi penyadar bagi yang lalai, dan penghibur bagi pencinta Sunnah dan ahlinya.

?����� I�������T�(آ I��������:م ا��#��� I���)�C6 ا� � اXول ��9دي ID����: 1429 هـ h������61 ا��#ا � #����

ID����: 2009 ـ

I ا�(�I�����������6 ����ال /������Kل[����Kوا� � ����������(Jا� �S������������D وأن وأه)C ������6 ة� وأن ا�ID������K أه8 ز

������������D(�� Y������ ا�,���H أن د�#ا/��� و!$� ,وا�ID������K اn:�����]م ا� و^������Y ا�(������������� رب

Y����� ������������D�Q/ ����!و �Q,������^و, ����� !

Footnote : Footnote : Footnote : Footnote :

[1] Bagi pemula, biasanya mereka (para pegiat dakwah) itu belum terlalu terbuka dalam

perkara yang mereka rahasiakan. Mereka dalam hal ini berbuat selangkah demi

selangkah, tapi pasti. Orang-orang yang pernah mengalaminya bersama mereka sudah

terlalu banyak. Cuma para pegiat dakwah itu sering mendustai kata hatinya dan

pengikutnya, sehingga hal ini sering berusaha ditutupi. Tapi bangkai tak mungkin akan

disembunyikan, kata orang. Pasti tercium dan diketahui oleh orang.

Page 62: Dialog Bersama Al-Ustadz H. Jahada Mangka, Lc.(Ketua Depart Em En Kaderisasi Wahdah Islamiyah

[2] Hizbiyyun ada dua: yang terlibat dalam partai politik dan yang tak terlibat. Tapi

mereka yang tak berpartai memiliki aqidah yang menyelisihi aqidah salaf, mereka

membangun wala’ dan bara’ di atas aqidah bid’ah tersebut atau di atas organisasi.

Inilah hizbi yang sering kita ingatkan bahayanya.

[3] Lihat AlAlAlAl----Mu’jam AlMu’jam AlMu’jam AlMu’jam Al----WasithWasithWasithWasith (hal. 933)

[4] Perkara seperti ini sering terjadi di lapangan. Sebagai contoh, mereka (para pegiat

tanzhim bid’ah ini) jika memiliki anak kajian, maka mereka tak ridho dan murka jika

anak kajian mereka mendatangi kajian lain, walapun yang didatangi adalah kajian Ahlus

Sunnah alias salafiyyun. Ini adalah hizbiyyah yang tercela!! Jika ada anak kajian mereka

dari kalangan akhawat dilamar oleh seseorang, walapun sang pelamar adalah Ahlus

Sunnah, maka mereka (para pegiat tanzhim) ini berusaha seribu cara untuk

membatalkan lamaran itu. Ini adalah hizbiyyah yang tercela !! Jika ada yang

mengingkari seorang ustadz di antara mereka –padahal sudah jelas salah-, maka

mereka menuduh sang pengingkar sebagai batu sandungan dakwah. Ini adalah jerat

hizbiyyah!! Jika ada seorang hizbi yang bersama mereka, maka hizbi ini dianggap

sebagai saudara dekat sehingga menutup mata dari penyimpangannya. Inilah bentuk

hizbiyyah dan fanatik golongan yang tercela dalam Islam.