dialog Juni 2016 - digilib.uin-suka.ac.id

17
Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 89 TOPIK ZIKIR MEMAKAI BIJI TASBIH DALAM PERSPEKTIF LIVING HADIS M U H A M M A D A L F A T I H S U R Y A D I L A G A* ) ABSTRAK Zikir dan doa merupakan sesuatu yang dianjurkan dalam Islam. Bukti kecintaan manusia kepada Tuhannya adalah selalu mengingat kepada Allah swt. Dalam kesehariannya, paling tidak setiap muslim setelah salat lima waktu senantiasa melakukan zikir. Dalam budaya di Indonesia zikir tidak saja dilakukan secara individual melainkan juga secara bersama-sama atau berkelompok baik dalam jumlah kecil maupun besar, seperti istighasah yang dilakukan dalam jumlah yang besar dengan melakukan bacaan ayat suci al- Qur’an dan wirid lainnya. Zikir telah menjadi sebuah budaya di kalangan masyarakat muslim Indonesia. Adanya penggunaan tasbih dalam melakukan zikir tersebut dalam sejarahnya merupakan perintah Nabi saw. di mana pada zaman Rasulullah saw. pelaksanaan zikir memakai alat semacam bebatuan. Seiring perkembangan zaman, alat tersebut berubah seperti biji tasbih yang terbuat dari berbagai bahan seperti kayu, manik-manik, kaca, dan sebagainya. Bahkan sekarang ditemukan tasbih digital yang tidak saja bilangannya berjumlah 100 buah melainkan bisa dalam hitungan puluhan ribu bahkan ratusan ribu. Spesifikasi tasbih ini disesuaikan dengan kepentingan masing-masing pengguna tasbih, di mana dalam keseharian setelah shalat maka cukup memakai tasbih yang berukuran 99 buah atau yang lebih kecil 33 buah. Namun jika dalam zikir akan dibaca bacaan yang sangat banyak menggunakan tasbih digital. KATA KUNCI: Zikir, tasbih, living hadis, makam sunan drajad, dan PP Luqmaniyyah Yogyakarta ABSTRACT Remembrance and prayer is something that is encouraged in Islam. Evidence of human devotion to his Lord is always given to Allah. In the everyday world, not least every Muslim after the five daily prayers constantly zikr. In the culture of remembrance in Indonesia is not only done individually but also together or in groups both small and large quantities, such as istighasah made in large numbers by reading verses of the Qur’an and other wird/zikir. Recitation has become a culture among Indonesia’s Muslim population. Their use of the tasbih in doing zikir in its history is the command of the Prophet. Where at the time of the Prophet. implementation of remembrance wear such devices rocks. Along with the times, the tool change like beads made of various materials such as wood, beads, glass, and so on. Even now found digital rosary is not just their number amounted to 100 pieces but could be in a matter of tens of thousands or even hundreds of thousands. These beads specifications tailored to the interests of each user tasbih, where in everyday life after prayer beads then simply wear size 99 or smaller pieces 33 pieces. However, if the readings of remembrance will be read very many uses digital tasbih. KEY WORDS: Zikir, tasbih, living hadis, makam sunan drajad, dan PP Luqmaniyyah Yogyakarta * ) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta-Indonesia. alfatihsury adilaga@y ahoo.com ** Naskah diterima Februari 2016, direvisi penulsi Mei 2016, disetujui untuk diterbitkan Juni 2016

Transcript of dialog Juni 2016 - digilib.uin-suka.ac.id

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 89

TOPIK

ZIKIR MEMAKAI BIJI TASBIH DALAM PERSPEKTIFLIVING HADIS

M U H A M M A D A L F A T I H S U R Y A D I L A G A*)

ABSTRAK

Zikir dan doa merupakan sesuatu yang dianjurkan dalam Islam. Bukti kecintaan manusia kepadaTuhannya adalah selalu mengingat kepada Allah swt. Dalam kesehariannya, paling tidak setiap muslimsetelah salat lima waktu senantiasa melakukan zikir. Dalam budaya di Indonesia zikir tidak saja dilakukansecara individual melainkan juga secara bersama-sama atau berkelompok baik dalam jumlah kecil maupunbesar, seperti istighasah yang dilakukan dalam jumlah yang besar dengan melakukan bacaan ayat suci al-Qur’an dan wirid lainnya. Zikir telah menjadi sebuah budaya di kalangan masyarakat muslim Indonesia.Adanya penggunaan tasbih dalam melakukan zikir tersebut dalam sejarahnya merupakan perintah Nabisaw. di mana pada zaman Rasulullah saw. pelaksanaan zikir memakai alat semacam bebatuan. Seiringperkembangan zaman, alat tersebut berubah seperti biji tasbih yang terbuat dari berbagai bahan sepertikayu, manik-manik, kaca, dan sebagainya. Bahkan sekarang ditemukan tasbih digital yang tidak sajabilangannya berjumlah 100 buah melainkan bisa dalam hitungan puluhan ribu bahkan ratusan ribu.Spesifikasi tasbih ini disesuaikan dengan kepentingan masing-masing pengguna tasbih, di mana dalamkeseharian setelah shalat maka cukup memakai tasbih yang berukuran 99 buah atau yang lebih kecil 33buah. Namun jika dalam zikir akan dibaca bacaan yang sangat banyak menggunakan tasbih digital.

KATA KUNCI:Zikir, tasbih, living hadis, makam sunan drajad, dan PP Luqmaniyyah Yogyakarta

ABSTRACT

Remembrance and prayer is something that is encouraged in Islam. Evidence of human devotion to his Lord is alwaysgiven to Allah. In the everyday world, not least every Muslim after the five daily prayers constantly zikr. In the culture ofremembrance in Indonesia is not only done individually but also together or in groups both small and large quantities, suchas istighasah made in large numbers by reading verses of the Qur’an and other wird/zikir. Recitation has become a cultureamong Indonesia’s Muslim population. Their use of the tasbih in doing zikir in its history is the command of the Prophet.Where at the time of the Prophet. implementation of remembrance wear such devices rocks. Along with the times, the toolchange like beads made of various materials such as wood, beads, glass, and so on. Even now found digital rosary is not justtheir number amounted to 100 pieces but could be in a matter of tens of thousands or even hundreds of thousands. These beadsspecifications tailored to the interests of each user tasbih, where in everyday life after prayer beads then simply wear size 99 orsmaller pieces 33 pieces. However, if the readings of remembrance will be read very many uses digital tasbih.

KEY WORDS:Zikir, tasbih, living hadis, makam sunan drajad, dan PP Luqmaniyyah Yogyakarta

*) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta-Indonesia. [email protected]** Naskah diterima Februari 2016, direvisi penulsi Mei 2016, disetujui untuk diterbitkan Juni 2016

90 Zikir Memakai Biji Tasbih ...

A. PENDAHULUAN

Zikir dan do’a merupakan dua istilah yangsangat populer di masyarakat muslim.1 Kegiatantersebut sering dilakukan setelah shalat limawaktu atau shalat sunnah sebagaimanadiperintahkan oleh Allah swt dan Rasul-Nya.Nabi Saw. mengajarkan kepada umatnya untukberdzikir, dalam arti mengingat, memuji dan atauberdo’a dengan menyebut asma Allah atau kalimattayyibat.

Dalam pelaksanaannya, zikir di masyarakatmemakai alat tertentu.. Alat yang dimaksud dalamhal ini dikenal dengan sebutan “tasbih” atau “bijitasbih”. Keberadaan zikir dengan menggunakanbiji tasbih merupakan sesuatu yang jamakdilakukan oleh masyarakat Muslim Arab padamasa Nabi Saw.2 Diantaranya adalahsebagaimana dapat dicermati dalam hadis riwayatSa’d ibn Abi Waqqash bahwa dia bersamaRasulullah melihat seorang perempuan sedangberdzikir. Di depan perempuan tersebut terdapatbiji-bijian atau kerikil yang ia digunakan untukmenghitung dzikirnya. 3

Namun juga ada informasi bahwa bahwaseorang sahabt Nabi saw. Shafiyah binti Hayaymelakkan zikir dengan tangan biasa. Hal tersebuttidak diingkari oleh Rasulullah Saw., beliauhanya memberikan cara yang lebih mudah ataulebih utama, dibanding apa yang dilakukannyadengan menghitung banyak biji atau kerikil –yaitu dengan lafal dzikir tersebut. Karenamemang adakalanya dzikir dianjurkan untukdibaca dalam bentuk jumlah tertentu.4 Sehingga

menjadikan para pelakunya memanfaatkan suatualat yang berfungsi untuk membantu mengingatjumlah bacaan dzikir tersebut, bahkan mampupula digunakan untuk menambah gairah dalamberdzikir. Hemat kata, dapat diambil salah satupengertian dari peristiwa tersebut bahwa dalampelaksanaan zikir yang berbilang tersebut dapatdilakukan dengan memakai alat tertentu, yaitumemakai biji-bijian yang dirangkai denganjumlah tertentu yang disebut dengan istilah‘tasbih’.

Tasbih atau yang dalam bahasa Arab disebutdengan Subhah adalah dalam bahasa Arab disebut“al-Subhah” yang berasal dari akar kata “al-tasbih” masdar dari kata “sabbaha” yang berartial-taharruk wa al-taqallub (menggerak-gerakkan),sebagaimana dalam firman Allah dalam Q.S. al-Muzzammil [73]: 7. Tasbih juga berarti butiran-butiran yang dirangkai untuk menghitungjumlah banyaknya zikir yang diucapkan olehseseorang, dengan lidah atau dengan hati.Menurut Al-Farabi, kata al-subhah dalam kontekstersebut memiliki konotasi maksud sebagai alatuntuk membantu mengingat sesuatu (i’anah li al-zikri).5 Dalam bahasa Sanskerta kuno, tasbih

1Zikir berasal dari kata zakara-yazkuru-zikran. Kata ini secaraetimologis memiliki beragam arti, yaitu menyebut, mengingat,memerhatikan, mengenang, menuturkan, menjaga, mengambilpelajaran, mengenal, dan mengerti. Kata zikir mulanya berarti“mengucapkan dengan lidah atau menyebut sesuatu”. Lihat Al-Jauharî, al-Shihâh fî al-Lughah, Juz I, Maktabah Syâmilah: http://alwarraq.com. 2007. Lihat juga ragam dan bentuk zikir dalam al-Qur’an dalam Ruslan, Ragam Zikir dalam al-Qur’an JurnalKhazanah Vol. XII, No. 1 Januari Juni 2014, 102-15.

2Meski sebagian ulama menganggap bahwa tasbih semacamini belum ma’ruf pada zaman Nabi Saw. Namun sepertinya jelasbahwa ini pernah dilakukan oleh sebagian shahabat. Lihat Bakrbin Abdullah Abu Zayd, al-Subhah Tarikhuha wa Hukmuha(Riyadh: Darul ‘Ashimah, 1998), 53

3Abu Daud No. 1500, At Tirmidzi No. 3568. Dalam http://h a d i t h . a l - i s l a m . c o m /Loader.aspx?pageid=194&BookID=28&TOCID=1

4Hadis riwayat Muslim, bahwa Nabi Saw. memerintahkanberdzikir pada bilangan-bilangan tertentu. Misalnya, bertasbih(tasbih) 33 kali, memuji Allah (tahmid) 33 kali dan bertakbir 33kali, pada setiap selesai mengerjakan sholat 5 waktu. Lihat dalamMuhy al-Din Abi Zakariya Yahya bin Syarf al-Nawawi, Riyadh

al-Shalihin min Kalam Sayyid al-Mursalin (Kairo: al-Maktabahal-Qayyimah, 2006). Masih banyak lagi hadis-hadis yangmenerangkan tentang dzikir yang berbilang dan dianjurkan olehNabi Saw. kepada umat Muslim.

5Lihat Bakr bin Abdullah Abu Zayd, al-Subhah Tarikhuha waHukmuha, hlm. 38. Pandangan lain mengatakan bahwa kata ‘tasbih’adalah bentuk masdar dari sabbaha-yusabbihu-tasbihan yangberasal dari kata sabh. Menurut Ibnu Faris, asal makna kata sabhada dua. Pertama, sejenis ibadah. Kedua, sejenis perjalanan cepat.Pengertian kata tasbih dalam referensi ini, berasal dari pengertianpertama, yaitu menyucikan Allah swt dari setiap yang jelek.Secara terminologi makna tasbih adalah mensucikan Allah swtdari segala keburukan dan dari segala perbuatan ataupun sifatyang tidak sesuai dengan keagungan, kemuliaan, kasih sayang,dan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu. Sementara itu, katasubbuhun adalah suatu sifat bagi Allah, yang berarti Allah MahaSuci dari segala sesuatu yang tidak pantas bagi-Nya. Al-Ragibal-Asfahani dalam mengartikan kata sabh sebagai “berlari cepatdi dalam air (berenang) atau di udara (terbang)”. Kata itu dapatdipergunakan untuk perjalanan bintang di langit, atau lari kudayang cepat, atau kecepatan beramal. Dinamakan tasbih karenasegera pergi untuk beramal dalam rangka menyembah Allah.Kata ini berlaku untuk melakukan kebaikan atau menjauhikejahatan. Lihat M. Fuad Abdul Al-Baqi, Mu’jam Al-Mufahras liAl-Fazh al-Qur’an Al-Karim, (Beirut: Daral Fikr al-Islami, 2000).Ibnu Mandzur, Lisan al-’Arab Juz 1, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1996), Dalam perkembangannya kemudian, karenatelah berinteraksi dengan budaya khususnya, maka pengertiantasbih tersebut berkembang atau beralih tidak hanya aktifitasnyamelainkan juga alat yang kerap digunakan untu bertasbih. LihatMunawwir Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU (Yogyakarta:Pustaka Pesantren, 2006), 194-95.

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 91

disebut dengan nama Jibmala yang berartihitungan zikir.

Kemudian dalam perkembangannya, nampakterdapat adanya perubahan dari sisi bentuk danestetika biji tasbih yang digunakan dalam zikir.Dalam kaitan hadis yang hidup di masyarakat,maka keberadaan penggunana biji tasbih menarikuntuk dikaji secara mendalam. Hal ini tidak sajakarena ada perubahan bentuk, ragam, danestetika semata melainkan pemahaman makna dibaliknya. Ragam penggunaan tersebut semakinnyata jika dilihat di pusat-pusat situs keagamaanIslam di Jawa yang mengandung nilai-nilaihistoris, makam walisongo.

Sementara ahli sejarah dan mayoritas umatIslam di Jawa berkeyakinan bahwa Islamdisebarkan oleh para ahli agama yang dikenaldengan sebutan wali. Adapun para wali yangketokohannya dikenal dan meninggalkan jejakfisik, baik berupa masjid, tempat ibadah, tempatbertapa (kerap disebut petilasan), maupun makam,berjumlah 9 (Sembilan). Di antara pahamkeagamaan yang dipegang dan dilestarikansebagian besar muslim Jawa adalah ziyarah al-qubur. Selain dalam rangka mengenang jasa danmendoakan para wali tersebut, sebagian darijamaah juga kerap berdzikir di area sekitarpemakaman, baik di masjid maupun di dekatmakam sang wali. Lokasi-lokasi tersebutdianggap sebagai tempat munajat dalam berzikirdan berdoa karena bernilai mustajab.6 Selain itu,makam walisongo juga merupakan objek ziyarahberbagai ragam jamaah muslim di Indonesia,khususnya pulau Jawa. Dari banyaknya ragamjamaah menjadikan banyaknya ragampenggunaan biji tasbih serta motifnya dalamberzikir dan berdo’a.

Selain itu, dalam tradisi pesantren terdapatnilai-nilai yang dikembangkan oleh walisongoyang dikenal dengan Islam Nusantara yang salahsatu menarik adalah masalah zikir dengan biji

tasbih. Hal ini yang membdakan denganpelaksanaan zikir setelah salat atau di saat danmomen tertentu di Saudi Arabia tidak ditemukanpelaksanaan tersebut. Mereka jamaah shalatsetelah selesai melakukan ibadah langsung pergihal itu terjadi di Masjidil Haram dan Masjid al-Nabawi. Kedua tempat tersebut telah dilihatsecara lansung selama 66 hari di Makkah dan 8hari di Madinah. Permasalahan yang hendakdikaji adalah bagaimana ragam penggunaan bijitasbih yang dilakukan oleh kaum muslimindalam melakukan zikir dan do’a di lingkunganmaqam wali songo, dan pesantren.

Berbagai Ragam Kajian tentang Zikir danTasbih

Kajian tentang zikir dan doa sudah banyakdilakukan oleh ulama, terutama terkait eratdengan amalan-amalan zikir dan doa yangdisandarkan kepada Nabi saw. berikut manfaatnya. Seperti ditulis oleh Muhammad AhmadHijazi al-Amili, al-Du’a wa al-Zikr fi al-Salat waAsaruha fi al-Tarbiyah,7 Ibn Khalifah Alaywi, Jami’al-Sahih al-Azkar min al-Sunnah al-Nabi al-Mukhtarwa Mawsuat Syarhuha Masyariq al-Anwar wa DalailWujudillah’Inda Zikr Sifatihi al-‘Aliyah,8 Abi al-FathMuhammad ibn Muhammad Ay ibn al-Imam,Silah al-Mu’min fi al-Du’a wa al-Zikr9 dan IbnQayyim al-Jauziyyah, Fawaid al-Azkar.10

Dalam konteks modern, integrasi IT denganzikir ditemukan dalam bukuku yang ditulisJimmy Wahyudi Barata dan al-Kalam, 25 AplikasiIslam Populer menyebut tentang tasbih digital yangsering dipakai dalam melakukan zikir dan aplikasilain seperti asmaul husna dan yang sejenis.11

Selain itu terdapat karya Munawar Abdul Fatahdengan judul Tradisi Orang-orang NU. Didalamnya membahas tradisi NU, seperti memutartasbih dalam melakukan wirid dan zikir, qunut

7Muhammad Ahmad Hijazi al-Amili, al-Du’a wa al-Zikr fi al-Slat wa Asaruha fi al-Tarbiyah, (T.Tt: Dar al-Mahajjah li al-Tiba’ahwa al-Nasyr wa al-Tauzi’, 2007).

8Ibn Khalifah Alaywi, Jami’ al-Sahih al-Azkar min al-Sunnahal-Nabi al-Mukhtar wa Mawsuat Syarhuha Masyariq al-Anwarwa Dalail Wujudillah’Inda Zikr Sifatihi al-‘Aliyah (t.t.p: Dar al-Anwar, 1996).

9Abi al-Fath Muhammad ibn Muhammad Ay ibn al-Imam,Silah al-Mu’min fi al-Du’a wa al-Zikr (t.tp: Dar al-Afaq al-Arabiyyah, 2007).

10Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Fawaid al-Azkar (t.tp: Maktabahal-Awlad al-Syaikh al-Turas, 2000).

11Jimmy Wahyudi Barata dan al-Kalam, 25 Aplikasi IslamPopuler, (Jakarta: Elekmedia Komputindo, 2010).

6Hal semacam ini (pemilihan tempat mustajab) dilegalisasioleh Nabi saw. misalnya di Raudhah. Raudhah adalah suatu tempatdi Masjid Nabawi yang terletak antara mimbar beliau dengankamar rumah) beliau. Tempat ini digambarkan sebagai tempatyang suci dan mustajab bagi siapa saja dari umat muslim yangberdoa dan atau berzikir di sana. Rasulullah menerangkan tentangkeutamaan raudhah, dalam sabdanya,

Lihat misalnya dalam Achmad Fanani, Arsitektur Masjid(Yogyakarta: Bentang, 2009), hlm. 192.

92 Zikir Memakai Biji Tasbih ...

dan sebagainya.12 Ahmad Dimyati Badruzzaman,Zikir Berjamaah Zunnah atau Bid’ah. AhmadDimyati di dalamnya diulas tentang persoalanzikir yang disimpulkan bahwa zikir berjamaahmerupakan sunnah qauliyah dan fi’liyah.13

Penelitian zikir kaitannya dengan stresdilakukan oleh Abdul Hamid, dkk., Metode Dzikiruntuk Mengurangi Stres Pada Wanita SingleParent, dalam penelitian tentang metode dzikiruntuk mengurangi stres pada wanita single parentyaitu mampu mengurangi gejala stres padasubyek penelitian dan membantu mengurangitingkat gejala keseringan stres. Dalam penelitianyang sama dilakukan oleh Millatina,14 Adanyabimbingan konseling tersebut dapat dijadikanpijakan dengan menjalankan fungsi preventif,kuratif, preservatif dan developmental.Sementara itu, penelitian Yosita Kumalasari,dengan judul Hubungan Intensitas Zikir denganPengendalian Emosi Marah Pada Siswa SMAMuhammadiyah 2 Yogyakarta, Fak. PsikiologiUAD, 2006. Penelitian ini menunjukkan bahwaterdapat hubungan positif yang sangat signifikanantara intensitas zikir terhadap pengendalianemosi marah pada siswa SMA. Dalam konteksyang senada, terdapat penelitian TM. Tuan Sidiek,dkk yang mengkaji tentang zikir.15 Penelitiannyaadalah zikir di kalangan mahasiswa. Kontekspenelitian ini adalah dalam konteks psikologi.

Adapun penelitian zikir dalam kitab yangberkembang dalam khazanah literatur Islamdilakukan oleh Sulaiman16 Penelitian tersebutmengajak ummat manusia untuk selalu berzikir

12 Munawwir Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006).

13 Ahmad Dimyati Badruzzaman, Zikir Berjamaah Zunnahatau Bid’ah (Jakarta: Republika, 2003).

14Millatina, judul Dzikir Dan Pengendalian Stres (Studi KasusJama’ah Pengajian Ma’rifatullah Lembkota Semarang) (AnalisisBimbingan dan Konseling Islam), Fak. Dakwah Walisongo IAINSemarang. Lihat juga Pasilov, B., and A. Ashirov. “Revival OfSufi Traditions In Modern Central Asia: “Jahri Zikr” And ItsEthnological Features”. Oriente Moderno 87.1 (2007): 163–75.

15Lihat T.M. Sidek, J. Abdul KJAmil dan A.W. Nubli, TheEffect of Zikr on Phsicological Coeherence: a Case Studu onSlected University Student, Prooceedings of the InternationalConference on Science, Technology and Social Sciences(ICSTSS), 2012, DOI: 10.1007/978-981-287-077-3_33, SpringerScience Buisness Media Singapore, 2014., chapter 33.

16Konsep Syaikh Abdurrauf As-Singkili (1615-1693) TentangTauhid dan Zikir dalam Kitab ‘Umdatul-Muhtâjîn Ilâ SulûkiMaslakilmufarridîn (Tahqîq dan Dirâsah). thesis, UIN SunanKalijaga, 2010. Dalam konteks masyarakat tertentu bisa dilihatdalam Werbner, Pnina.. “Stamping the Earth with the Name ofAllah: Zikr and the Sacralizing of Space Among British Muslims”.

dengan mengucapkan kalimat Lâ ilâha illal-lâh,karena kalimat itu mengandung makna tauhid.as-singkili menetapkan beberapa bentuk dan carazikir sehingga memudahkan sâlik untuk memilihbentuk dan cara yang lebih mudah dikerjakan.Di samping dapat menyelamatkan danmengetahui keadaan naskah kuno karya ulamaNuantara, penelitian ini juga dapatmengungkapkan konsep tauhid dan zikir yangpernah berkembang di wilayah Nusantara.Konsep ini kiranya perlu dihidupkan kembali diera globalisasi sekarang ini, karena dengankembali kepada tauhid dan zikir manusiadiharapkan dapat mengatasi berbagai problemamoral dan sosial yang telah mengerogotikehidupan individu dan masyarakat. 17

Penelitian lain, tentang karya Sastra yangdilakukan oleh Siti Maimunah18 Novel yang tidakhanya menceritakan tentang kisah cinta akantetapi juga religius atau keagamaan juga terdapatdidalamnya. Sekarang ini novel Islami tidak bedadengan novel umum lainya, selain alur ceritanyabagus juga didalamnya terdapat pesan dakwahyang membuat pembaca dapat memetik hikmatdari novel tersebut. Dalam novel Derap-derapTasbih terdapat pesan dakwah yangdiklasifikasikan menjadi tiga pesan dakwah yaitu,aqidah, syariah dan akhlak. Aqidah pesan untukmembersihkan diri atau taubat, syari’ah pesanuntuk menjadikan shalat sebagai amalan utama,pesan untuk selalu menjaga aurat khususnyawanita muslim. Akhlak pesan agar manusiaselalu menjaga amanah, pesan untuk selalumemberi maaf, pesan agar manusia selalu tolong-menolong, pesan untuk selalu menjaga rahasiabaik itu rahasia sendiri, teman atau keluarga.Kesemuanya disampaikan dengan cerita atauperistiwa yang dialami oleh pemeran (tokohdalam novel) dan disampaikan dengan bahasayang mudah dipahami oleh komunikan dalamhal ini pembaca.

Kajian atas zikir tentang tarekat dikaji oleh

Cultural Anthropology 11 (3). 1996, Wiley: 309–38. http://www.jstor.org/stable/656297.

17Lihat juga Poche, Christian. 1978. “Zikr and Musicology”.The World of Music 20 (1). [Florian Noetzel GmbH Verlag, VWB- Verlag für Wissenschaft und Bildung, Bärenreiter, Schott MusicGmbH & Co. KG]: 59–73. http://www.jstor.org/stable/43562540.

18Siti Maimunah, Pesan Dakwah dalam Novel Derap-DerapTasbih Karya Hadi. S Khuli. Skripsi, UIN Sunan KalijagaYogyakarta.

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 93

Ach. Shodiqil Hafil.19 dalam penelitiannyamengkai zikir di Tarekat QadiriyahNaqsyabandiyah di Jakarta. Terdapat motivasitertentu bagi pengamal tarekat ini yaknidikarenakan oleh ekonomi, sosial, kesejahterankeluarga, kesehatan, keberuntungan keselamatanhingga faktor psikis atau kejiwaan. Mereka iniadalah masyarakat awam sampai akademisi yangmemaknai zikir tidak hanya sebatas indrawisemata melainkan kebersamaan dan kedekatandengan Tuhan. Dalam konteks yang sama adalahpenelitian R. Aris Hidayat. 20 Gambaran detailtarekat tersebut dijekskan teruitama kaitannyadengan zikir melalui latifah dan muroqabahmotivasi zikir juga dikaji oleh Musthafa. 21

Baginya motivasi zikir adalah sebuah dorongankuat untuk melaksanakan zikir dengan caramengingat, menyebut, mengambil pelajaran,berdoa dan membaca al-Qur’an dengan tujuanmengingat Allah swt. Oleh karenanya zikir harusdilakukan dnegan tatacara yang spesial ataukhusus seperti laksana shalat yang memilikiaturan tertentu. Hal ini akan menjadikan zikirmemiliki atsar atau bekas yang sangat baik yaknikebugaran dan ketenangan.

Selain upaya tersebut terdapat penelitian lainyakni Sukiman dan Jumhan Pida yang mengkajimodel pembinaan moral dalam jamaah zikir.22

Menurutnya zikir dalam tarekat dianggap sebagaitarekat praktis (riyalat), yang digunakan dalammembina mereka yang masyarakat bawah. Modelyang dikembangkan di Yogyakarta tersebut samadengan model tarekat lainnya yang dapatmeningkatkan dalam diri pelakunya pengetahuanhidup.

Karya-karya tersebut telah berupayamenguraikan persoalan zikir sesuai dengan porsikepentingan dan atau objek kajiannya. Demikianpula dalam penelitian kali ini, memiliki spesifikasiyang berbeda dengan karya selainnya, yaituterkait dengan penggunaan biji atau kerikil

sebagai alat untuk berzikir. Penelitian ini jugaakan mengurai bagaimana sejarahperkembangan, serta motif-motif penggunaannyamenurut para pelaku, yaitu jamaa’ahpengunjung makam Walisongo, khususnyaSunan Drajad dan objek penelitian lainnyapesantren di Yogyakarta dengan memakai asumsiyang dibangun dalam penjelasan sebelumnya.

B. METODE PENELITIAN

Artikel ini merupakan hasil penelitian yangdilakukan di sejumlah tempat yang dijadikantempat zikir dan doa. Tempat itu adalah makamsunan atau walisongo yang diwakili makamsunan Derajat. Selain itu, pesantren yangdijadikan obyek kajian adalah di Yogyakarta,yakni Pesantren Luqmaniyah yang notabenesantrinya tidak hanya santri untuk sekolahtingkat menengah atas melainkan juga santrimahasiswa. Asumsi yang dibangun adalah kotaYogyakarta ini merupakan kota pelajar yangmultikultural dan memungkinkan mereka datangdari berbagai daerah se Indonesia dan bahkan dariluar negeri.

Penelitian bersifat deskriptif, kualitatif,induktif yang artinya suatu penelitian yangdilakukan untuk mendapatkan gambaran umumatau deskripsi tentang living hadis, mengenaipenggunaan biji atau kerikil sebagai alat untukbertasbih oleh jamaah muslim atau para peziarahyang berada di, yaitu kompleks makam SunanDrajad dan pesantren Lukmaniyah Yogyakartasebagaimana yang dijelaskan sebelumnya. Untukmemberikan deskripsi atau gambaran umumtersebut, peneliti mendasarkan asumsi padakualitas data. Penelitian lapangan dimaksudkansebagai penelitian yang dilakukan di lapangandengan meneliti secara langsung pada obyekdengan maksud agar diperoleh data lapanganyang dijamin validitas kebenarannya.

Adapun teknik pengumpulan datanya adalahteknik pengumpulan data dilakukan melaluipemberian daftar pertanyaan kepada respondendan pertanyaan tersebut dijawab atau diisi sendirioleh responden yang telah dijadikan sampel, yaitupara jamaah pengunjung tiga lokasi penelitiantersebut. Selain itu dilakukan juga dengan teknikini dilakukan dengan cara pengumpulan datayang dilakukan secara lisan dan tatap mukaantara peneliti dengan jama’ah yang berkunjungdi tiga lokasi yang menjadi objek penelitian.

19Lihat Ach. Shodiqil Hafil, Studi atas Zikir Tarekat MasyarakatUrban Jemaah Tariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah di Jakarta, Maraji:Jurnal Studi Keislaman Vol. 1 No. 1 September 2014, 36-56.

20R. Aris Hidayat, Makna Ritual dalam Rislaah TarekatQadiriyah wa Naqsyabandiyah, Jurnal Analisa Vol. 17 No. 1Januari-0Juni 2010, 105-116.

21Muzthofa, Motivasi Zikir, al-Tahrir Vol. 13 no. 1 Mei 2013,171-185.

22Sukiman dan Jumhan Pida, Model Pembinaan MoralKeagamaan Anggota Jamaah Zikir Istighasah di Yogyakarta, JurnalPenelitian dan Evaluasi, Vol. 4 no. 5 Tahun 2002,

94 Zikir Memakai Biji Tasbih ...

Wawancara yang digunakan di sini adalahwawancara berstruktur dengan cara memberikanpertanyaan yang telah disusun sebelumnya.Teknik lain untuk melengkapinya adalah teknikpengamatan yang digunakan adalah dengan carapengamatan terlibat dimana pengamat berperansebagai bagian dari jamaah pengunjungkompleks makam dan PP LukmaniyahYogyakarta. Adapun teknik yang melengkapidalam kajian ini adalah teknik dokumentasi.Bentuk ini dilakukan dengan caramengumpulkan data yang dilakukan denganmengkaji berbagai dokumen terkait dengan tasbihdan penggunaannya sebagai alat untuk berzikir.

Adapun teknik analisis yang dipergunakandalam penelitian ini bersifat gambaran deskriptif-kualitatif yaitu memberikan gambaran umummengenai kondisi responden penelitian, kemudianmelakukan analisa secara kualitatif. Adapunanalisis dalam hal ini akan disajikan dalam bentukdiskriptif analisis dengan mempertautkanberbagai temuan yang ada di lapangan dan dikajisecara mendalam dengan pendekatan sosio-historis serta filosofis untuk menangkap pesanyang tergambar dalam pelaksanaan zikir denganmemakai biji tasbih yang ada dalam komunitasyang diteliti.

Living Hadis sebagai Sebuah FenomenaKeagamaan Berbasis Hadis di Masyarakat

Apa yang telah dipraktikkan oleh suatukomunitas beragama (umat Islam) dari ajaran-ajaran agamanya pada gilirannya akan menjaditradisi dan budaya.23 Budaya dan tradisikeagamaan tentunya tidak selalu sama sepertiyang dipraktikkan pada masa awal Islam.Perbedaan ruang dan waktu (space and time) dapatmenjadi sebab adanya interpretasi danpenyesuaian.24 Namun tidak hanya sampai di situ,pada taraf tertentu praktik keagamaan bisa sajamenyimpang (deviasi) dari prinsip-prinsip

fundamental agama itu sendiri.Fenomena praktik-praktik di masyarakat

yang muncul dari pemahaman keagamaan dapatmenjadi wilayah kajian tersendiri. Sampai di sini,yang menjadi objek bukan lagi teks-teks al-Qur’an maupun hadis, tetapi pola-pola prilakumasyarakat Islam yang muncul dari pemahamanmereka terhadap teks-teks tersebut. Al-Qur’andan hadis tidak lagi sesuatu yang diam (silent)dan tertulis (written) dalam lembaran-lembaranmushaf dan kumpulan-kumpulan kitab hadis.Keduanya adalah apa yang dipraktikkan dandimanifestasikan dalam kehidupan masyarakatIslam. Upaya untuk melakukan kajian tentangfenomena keagamaan masyarakat Islammemberikan istilah yang khas, yaitu living al-Qur ’an dan living hadis. Istilah ini dapatdidefinisikan sebagai fenomena yang berupa pola-pola prilaku masyarakat Islam yang muncul daripemahaman mereka terhadap al-Qur’an danhadis.

Namun sebelumnya, perlu dijelaskan terlebihdahulu bahwa istilah living hadis di sini berbedadengan istilah living sunnah yang pernahdiungkapkan oleh Fazlur Rahman. Pengertianhadis dan sunnah di sini tidak bersifat equivalentatau interchangeable (dapat dipertukartempatkan).Living sunnah biasanya dihadapkan denganistilah prophetic sunnah yang berarti ‘warisanideal dari aktivitas kenabian’, sementara livingsunnah adalah sunnah kenabian (propheticsunnah) yang dielaborasi dan diinterpretasisecara kreatif ketika menemukan perubahan-perubahan, tantangan-tantangan dan kondisi-kondisi baru yang dihadapi oleh komunitasmuslim.25 Sedangkan living hadis adalah istilahbagi suatu fenomena sosial-budaya yangbersumber dari pemaknaan terhadap teks-tekshadis. Penelitian ini akan dibatasi pada kajianliving hadis. Pemisahan antara living al-Qur’andan living hadis terkesan sulit karena al-Qur’ansendiri adalah induk (mainordinat) dari hadissebagai pelengkap dan penjelasnya (subordinat).Namun demikian, living hadis akan lebihmemfokuskan pada fenomena keagamaan yang

23Kepercayaan dipandang sebagai bagian dari unsurkebudayaan. Lihat definisi kebudayaan oleh E. B. Tylor dalamSoerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2002), 172.

24Kita tentu masih ingat dengan istilah living sunnah yangdikemukakan Fazlur Rahman. Bahwa setelah Nabi wafat, sunnahtidak hanya mencakup sunnah Nabi, tetapi juga termasukinterpretasi terhadap sunnah Nabi itu sendiri. Hal ini menunjukkanbahwa fase ruang dan waktu yang berbeda menjadi sebab adanyainterpretasi. Lihat Fazlur Rahman, Islamic Methodology in History(Karachi: Central Institute of Islamic Research, 1965), 6. Jugalihat Fazlur Rahman, ‘concept Sunnah, Ijtihad and Ijma’ in the

Early Period’, Islamic Studies, 1, 1 (1962), 5-21. Dikutip dariAbdullah Saeed, ‘Fazlur Rahman: a Framework for Interpretingthe Ethico-legal Content of the Qur’an’, dalam Modern MuslimIntellectuals and the Qur’an, Suha Taji-Farouki (Ed.), (London:Oxford University Press, 2004), 55.

25Fazlur Rahman, ‘Concept Sunnah, 5-21.

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 95

mungkin bersumber dari hadis.Hadis yang hidup di tengah-tengah

kehidupan sehari-hari masyarakat Islam bisamewujud dalam bentuk yang beraneka ragam,yang bagi sebagian pemeluk Islam mungkinmalah telah dianggap menyimpang dari ajaran-ajaran dasar agama Islam itu sendiri. Kajian livinghadis lebih dekat dengan kajian-kajian ilmusosial-budaya seperti antropologi dan sosiologi.Di sini peneliti tidak mempersoalkan kebenaransebuah pemahaman kandungan hadis atauperlakuan terhadapnya. Karena tujuan penelitianbukanlah ‘mengadili’ atau ‘menilai’ sebuahpemaknaan dan pengejawantahannya dalamkehidupan, tetapi memahami, memaparkan, danmenjelaskan gejala-gejala tersebut.26

Sebelum menempatkan pemaknaan hadisdan perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari(living hadis) sebagai objek kajian, perludipaparkan terlebih dahulu asumsi-asumsiparadigma antropologi hermeneutik atauantropologi interpretif sebagai landasanpemikiran untuk memperbincangkan gejalasosial-budaya keagamaan. Asumsi pertama sebagaiasumsi dasar adalah bahwa manusia adalahanimal symbolicum atau hewan yang mampumenggunakan, menciptakan danmengembangkan simbol-simbol untukmenyampaikan pesan dari individu satu keindividu yang lain. Simbol di sini diartikansebagai segala sesuatu yang dimaknai.Kemampuan memberi makna inilah yangmembedakan manusia dengan binatang danmembuat manusia kemudian mampu berbahasa.Bahasa merupakan sebuah sistem pemaknaan.27

Asumsi kedua, bahwa kemampuan simbolik ataukemampuan memberikan makna ini diwarisi olehmanusia secara genetis. Ini terlihat denganadanya kemampuan berbahasa pada setiapmanusia normal. Dengan kemampuan simbolikini manusia tidak pernah lagi melihat segalasesuatu ‘sebagaimana adanya’, tetapi sebagaisesuatu yang telah diberi makna, karena segalasesuatu dalam kehidupan manusia selalu menjadi

objek atau tujuan pemaknaannya.28 Asumsiketiga, isi pemaknaan dan hasil pemaknaanbersifat budaya atau kultural. Kemampuanmelakukan pemaknaan boleh dikatakan semacam‘wadah’ atau ‘kerangka pemikiran’ yangdiperoleh lewat keturunan, tetapi isi untukmemberikan, ‘menempelkan’ makna-makna,merupakan sesuatu yang didapat lewatkehidupan sosial, lewat proses sosialisasi danenkulturasi.29

Manusia sebagai animal symbolicum bersifatuniversal, karena setiap manusia memilikikemampuan dasar untuk menggunakan simbol-simbol. Meskipun demikian, simbol-simbol yangkemudian dikenalnya, digunakannya untukberinteraksi dan membangun perangkatpemaknaannya bersifat kultural, yang berartiberbeda antara komunitas pemakai suatu bahasadengan pemakai bahasa lainnya. Jadi perangkatsimbol yang dimiliki tidak bersifat universal.30

Paradigma yang digunakan untuk kajian livinghadis di antaranya adalah paradigmafenomenologi dan akulturasi.31

C. HASIL PENELITIAN

Zikir di Masyarakat Peziarah Makam SunanDrajat

Kompleks makam Sunan Drajat merupakankompleks pemakaman di mana Sunan Drajatdimakamkan. Beliau adalah dikenal dengan namamuda Raden Qasim, Qosim, atau Kasim.32 Selainitu, belaiu juga memilki nama lain seperti yangterdapat dalam berbagai naskah kuno, SunanMahmud, Sunan Mayang Madu, SunanMuryapada, Raden Imam, Maulana Hasyim,Syekh Masakeh, Pangeran Syarifuddin, PangeranKadrajat, dan Masaikh Munat. Belaiu adalahputra Sunan Ampel dari perkawinan dengan NyiAgeng Manila, alias Dewi Condrowati. PerihalSunan Drajat sendiri, tak banyak naskah yangmengungkapkan jejaknya. 33

26Landasan teori mengenai living hadis ini lebih merupakanadaptasi dari tulisan Heddy Shri Ahimsa-Putra, “Menafsir ‘al-Qur’an yang Hidup’, Memaknai al-Qur’anisasi Kehidupan:Perspektif Antropologi Budaya”, Makalah Seminar “LivingQur ’an: Al-Qur ’an sebagai Fenomena Sosial Budaya”,Yogyakarta, 13-15 Maret 2005, 8.

27Ibid., 2.

28Ibid.29Ibid.30Ibid., 3.31Paradigma akulturasi dipakai untuk mengetahui proses dan

hasil interaksi antara ajaran-ajaran yang ada dalam hadis dengansystem kepercayaan atau budaya lokal dalam suatu masyarakat.Lihat Heddy Shri Ahimsa-Putra, “Menafsir ‘al-Qur’an yangHidup’, hlm. 9.

32Wawancara dengan Drs. H. Moh Yahya, juru Kunci MakamSunan Drajat, 10 Desember 2015.

33Wawancara dengan Drs. H. Moh Yahya, juru Kunci MakamSunan Drajat, 10 Desember 2015.

96 Zikir Memakai Biji Tasbih ...

Gambar Makam Sunan Drajat

Makam Sunan Drajat ini berada pada bukitdengan dikelilingi pepohonan yang luas. Di areaMakam Sunan Drajat dibangun Museum SunanDrajat dan bisa diakses masyarakat umum secaragratis, agar mempermudah pengenalan sejarahbudaya bagi dunia pendidikan. Makam SunanDrajat bisa ditempuh dari Surabaya maupunTuban lewat Jalan Daendels (Anyar-Panarukan),30 menit bila melalui Lamongan. Pada umumnyapengunjung Makam Sunan Drajat ini adalahwisatawan nusantara. Selain itu juga seringdidatangi wisatawan dari berbagai daerah di AsiaTenggara. Dan pemerintah Kab. Lamongan telahmemberikan berbagai fasititas antara lain : tempatparkir, masjid, rumah makan dan minum, sertatempat beristirahat dan kamar mandi untukmempermudahkan para peziarah di MakamSunan Drajat.

Selain itu, untuk menghormati jasa - jasaSunan Drajat sebagai seorang Wali penyebaragama Islam di wilayah Lamongan dan untukmelestarikan budaya serta benda-benda

bersejarah peninggalannya, keluarga dan parasahabatnya yang berjasa pada penyiaran agamaIslam, Pemerintah Kabupaten Lamonganmendirikan Museum Daerah Sunan Drajat disebelah timur makam. Museum ini telahdiresmikan oleh Gubernur Jawa Timur tanggal1 Maret 1992.

Zikir dengan memakai tasbih secara umumsering dilakukan oleh masyarakat muslim.Mereka melakukan ketika seusai shalat limawaktu karena merupakan perintah dari NabiMuhammad saw. Gambar di atas dapat dilihatbahwa setiap berzikir selalu menggunakan jaritangan, hal itulah yang dilihat yang dilakukanummat Islam dalam sholat lima waktu dalamkesehariannya. Bagi mereka yang sudha biasadan sering melakukan zikir dengan tangan.Namun, bagi mereka yang sudah tua atau uzurmaka memakai biji tasbih menjadi pilihan. Ataudengan zikir yang formulasinya lebih dari 100

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 97

maka diperlukan alat bantu biji tasbih yangsifatnya lebih banyak hitungannya seperti bijitasbih digital, seperti yang dilakukan oleh seorangyang melakukan wirid dengan bacaan Basmalahsebanyak 12.000 kali, sehingga jika memakai bijitasbih biasa tidak memungkinkan dan cenderungbisa hitungannya lupa.

Dari hasil observasi di kawasan makamSunan Drajat, dapat diketahui bahwa sebagianbesar para peziarah tidak membawa maupunmenggunakan biji tasbih. Hal ini karena maksuddan tujuan para peziarah adalah berdoa sehinggakegiatan berzikir dipersingkat. Sebagian lain yangmembawa biji tasbih adalah pemimpin dari setiaprombongan peziarah. Selain itu kebanyakan yangmembawa biji tasbih adalah peziarah personalatau peziarah dengan kapasitas rombonganminim.34

Jika dilihat dari segi waktu dalammenggunakan biji tasbih, secara umum parapeziarah yang menggunakan biji tasbih dalamrutinitas keseharian, adalah setelah salat, diwaktu senggang, dan di waktu malam. Selain itu,ketika ada hajat tertentu seperti mendapatkanijazah dari seorang Kiai atau ketika mewiridkansesuatu dalam rangka tujuan tertentu yang harusditempuh dengan berzikir dalam jumlah yangrelatif banyak.35

Selain itu dari keterangan salah satu peziarahyang datang di pemakaman Sunan Derajat,menjelaskan bahwa tasbih ternyata dibagimenjadi dua yakni tasbih lahir dan tasbih batinsehingga penempatan waktu pun kemungkinanberbeda. Pertama untuk tasbih lahir maka waktupenggunaan biji tasbih adalah sebagaimanaketerangan diatas, tetapi berbeda dengan yangkedua, yakni tasbih batin, maka waktu dalamberzikir adalah sewaktu-waktu alias kapanpuntanpa dibatasi. Keterangan tersebut berdalihkarena rahmat Allah yang disebarkan tidakterbatas.36

Adapun fungsi dan kegunaan biji tasbih olehsebagian besar para peziarah yang datang dipemakaman Sunan Drajat, sangat beragam.Mereka umumnya dipimpin oleh para kyai ataugus (putra kiyai) atau mereka yang dianggap alim

dari di diantara peziarah. Secara umum, merekaberkumpul berdasarkan jamaan mereka.Seemntara mereka yang datang secara individualdan hanya beberapa orang juga melakukan doadan zikir secara tersendiri. Denagn demikian,nampak bahwa adanya zikir dan doa yangdilakukan oleh peziarah adalah dilakukan secarasendiri atau kelompok dengan jumlah baikterbatas maupun banyak sesuai dengan kapasitasrombongan yang di bawahnya.

Sebagaimana diketahui kebanyakanpemahaman masyarakat di sekitar Lamonganyang menyatakan bahwa ziarah wali songoadalah sama pahalanya dengan melakukan ibadahhaji. Oleh karena itu menurut KH. Abd. Fatahal-Karimi ketika melakukan ziarah jugamelakukan ritual pamitan untuk mendapatkanrestu dalam melakukan perjalanan ziarahtersebut. Demikian juga anggapan masyarakatumumnya yang sering melakukan ziarahwalisongo, mereka beranggapan ziarahwalisongo sama pahalanya dengan ibadah haji.Oleh karenanya, ,mereka yang belumberkesempatan melakukan ibadah haji makasebaiknya melakukan ziarah walisongo termasukke tempat pemakaman Sunan Drajat.

Adapun zikir yang dilakukan oleh parajamaah yang terekam dalam observasi danwawancara adalah mereka melakukan zikir dalamkapasitas untuk mendekatkan kepada Allah swt.zikir dalam pandangan peziarah adalahmengingat kepada Allah swt. mengingat kepadaAllah swt. juga bisa dilakukan di manapun dankapan pun sehingga tidak hanya padaselesaimelakukan shalat lim awaktu ataupun dalamkondisi tertentu. Alat yang sering dipakai dalammelakukan zikir adalah biji tasbih. Alat tersebutdigunakan sebagai alat bantu untuk mengingatkepada Allah swt. seperti cara yang dilakukanoleh Nabi Muhamamad saw. Seusai shalat limawaktu yakni dengan hitungan 33 x 3 = 99, 9 + 9=18, 1 + 8 = 9, wali 9, manusia punya lubang 9,huruf Indonesia berjumlah 9 sehingga angka 9angka sekabehan yang berfungsi agar tidak lupadengan Allah.”37

Sementara dalam pandangan peziarahlainnya adalah sebagai alat bantu konsentrasi.terutama kalau memakai biji tasbih yang34 Lokasi makam Sunan Drajat. Hasil observasi pada tanggal

25 Januari 2016.35Wawancara dengan Kyai ma‘sum, Pengasuh Pon.Pes.

Taklimil qur‘an. Hasil wawancara pada tanggal 25 Januari 2016.36 Saifuddin, Hasil wawancara pada tanggal 25 Januari 2016.

37 Gus Madrohim. Hasil wawancara pada tanggal 25 Januari2016.

98 Zikir Memakai Biji Tasbih ...

berbahan stigy. Kayu stygi mempunyaikeistimewaan untuk mahabbah, menjadikankekuatan batin menjadi tajam sekali.38 Nampakadanya biji tasbih dari bahan tertentu bisamendatangkan kekuatan tertentu seperti rasacinta kepada Allah swt. serta memberikankekuatan dalam mempertajam batin.

Dalam konteks peziarah lainnya,dikemukakan oleh Abd. Fatah, bahwa zikirdengan biji tasbih adalah sebagai perenunganmenuju mensucikan Allah swt. Secara dorury(tanpa berfikir), kalau orang pegang tasbih itucondongnya sudah mafhum, yaitu pastimengingat Allah swt. Seakan akan pegang tasbihitu bisa langsung mensucikan Allah.”39 Dengandemikian dalam pandangan peziarah tersebut,melakukan zikir dengan tasbih merupakansesuatu upaya untuk mensucikan diri dan caraini akan menjadikan setiap umat manusia dekatdengan Allah swt.

Tentunya, bagi mereka orang yang awam,kebanyakan masyarakat umum, penggunaan bijitasbih ini memudahkan dalam melakukan zikirkepada Allah swt. sebagaimana ungkapan olehNur Qomari, bahwa zikir dengan biji tasbihsebagai tradisi disini untuk orang awam yangtidak bisa ngitung dan menjadi lebih mudahketika zikir dengan jumlah yang terbilangbanyak.”40 Kecenderungan orang awam inilahyang memakai biji tasbih.

Sementara menurut Wawan, biji tasbihdigunakan manakala untuk mempermudah wiridamaliyah seperti membaca tasbih, tahmid dantakbir 33 kali.” Sebagaimana pendapatsebelumnya, nampak bahwa bagi mereka yangmelakukan zikir dengan biji tasbih adalah merekayang sudah lebih tua atau senior dibanding yangmuda. Hal ini dikarenakan untuk mempermudahpenghitungan dan karena itulah mereka lebihmenggunakan bij tasbih karena sering lupadalam hitungan ketika memakai tangan.

Hal lain yang menjadikan menarik dalampenelitian ini adalah adanya keyakinan bahwadengan pennggunaan biji tasbih akan menjadikanbiji tasbih tersebut sebagai saksi besok diharikiamat.”41 Keyakinan tersebut menjadikan,

seorang akan selalu menggunakan biji tasbihdalam melakukan amaliah zikir dalam keseharianmaupun zikir tertentu yang memerlukanpenggunaan zikir. Mereka ini cenderung lebihsenang menggunakan biji tasbih ketimbangmenggunakan tangan. Bahkan dalam kontekstertentu, penggunaan biji tasbih ini sebagaisarana olahraga telunjuk yang akan membuatkita sehat.”42

Mereka berzikir adalah merupakan sebuahkebutuhan. Hal ini sebagaimana dituturkanbahwa zikir tertentu sesuai kebutuhan inijumlahnya umumnya lebih dari 100, jika dibacahanya dengan biji tasbih biasa dengankombinasi hitungan tangan terkadang lupa. Zikirsemacam ini pernah dilakukan oleh BA. Iamendapatkan ijazah untuk mengamalkan amalansholawat nariyah sebanyak 12.000 kali.Menurutnya, jika hitungannya memakai tasbihbiasa dan didukung tangan akan menyulitkan.Ia lebih suka tasbih digital dan tasbih ini ada yangbisa lebih dari seribu sekali putaran danmemudahkan dalam mencatatkan hitungan yangakurat. Selain itu, menurut BF, zikir denganhitungan yang banyak bisa saja dikira-kirakanjika menggunakan cara tasbih digital dengansejumlah bacaan salat atau yang lainnya, tentubisa dilihat bukan jam atau menitnya dalampelaksanaan zikir tersebut.

Bisa saja, jika sering dilakukan, maka bacaanyang banyak hitungannya dikira-kirakan sajadengan waktu tertentu seperti menit dan jam. Halini untuk memudahkan dalam pelaksanaan zikirdan lebih khusus’ karena tidak memikirkanhentakan tangan dalam melakukanpenghitungan. Menurutnya, menghitungdengan tasbih digital kalau dengan hitunganbanyak juga bisa menyebabkan jari tangan sakit.Sehingga, jika melakukan zikir dengan tasbihdigital secara terus menerus menyebabkan jaritangan bebal.

Selain memakai biji tasbih ada juga yangmelakukan secara manual. Dari observasi danbeberapa keterangan tentang jenis tasbih yangdigunakan untuk berzikir, biji tasbih merupakansalah satu jenis tasbih yang paling diminatidaripada jenis tasbih yang lain oleh sebagian besarpara peziarah.38 Imam musala Sunan Drajat. Hasil wawancara pada tanggal

25 Januari 2016.39 Abdul Fatah. Hasil wawancara pada tanggal 27 Januari 2016.40 Nur Qomari. Hasil wawancara pada tanggal 25 Januari

2016.41 Wawan. Hasil wawancara pada tanggal 26 Januari 2016.

42 Abdur Rozak. Hasil wawancara pada tanggal 27 Januari2016.

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 99

Dalam berbagai penuturan yang ada bahwabiji tasbih yang digunakan oleh peziarah dimakan Sunan Drajat adalah dalam zikir sirry“Kalau pakai digital tidak bisa sambung makaharus pakai biji tasbih.43 Disinilah kekurangantasbih digital yang dilakuan selama ini selainmenyebabkan jari tangan menjadi bebal sepertidiungkapkan BA di atas. Adapun mereka yangmelakukan zikir dengan tasbih “Ketika berniatberzikir lama atau zikir malam cocoknyamenggunakan biji karena kosentrasi akan tetapterjaga, beda dengan tasbih digital cocoknyauntuk aktivitas sehari hari atau waktu senggang,hal ini bertujuan agar tidak terlalu mencoloksehingga menjadikan pusat perhatian.”44

Selain itu, “Saya menggunakan biji tasbihyang berjumlah 99 yang berarti asma husna danyang 1 Allah.”45 “Di sini jamaah shalat tidak tetapmaka saya percepat menjadi 10 kali dan itumenggunakan tangan. Tetapi setelah bakdasubuh saya pribadi membaca wirid tertentudengan jumlah 70. jika menggunakan tanganterkadang lupa.”46

Terkadang sifat kemnausiaan muncul sepertilupa dalam melakukan zikiir. Sebagaimanadikethui, lupa merupakan sesuatu yangdibolehkan dan akan dinilai jiika ingatjumlahnya. Dari sini ada jamaah yang senangmenggunakan tangan ketimbangh tasbih. Ketikamenggunakan tangan terkadang lupa sehinggaperlu menggunakan biji Tasbih. Tetapi kalauuntuk wiridan biasa tidak perlu menggunakanbiji Tasbih karena tidak terbatas.47

Praktik penggunakan biji tasbih dalam zikirini, sebagian besar dilakukan oleh peziarahpersonal atau yang mempunyai waktu senggangsehingga peziarah leluasa menghabiskan waktusampai berjam-jam. Tetapi sebagian yang laintidak menuntut kemungkinan jugamenggunakan biji tasbih walaupun hanyaberzikir dan tahlil dalam waktu singkat. Peziarahkategori ini biasanya yang membawa rombonganbesar yang lebih mementingkan parajamaahnya.48

Dari hasil wawancara terhadap peziarahmaupun pihak yang berkepentingan di dalamkawasan makam Sunan Drajat, sebagian besarmenyadari bahwa motivasi berzikir dalambilangan tertentu merupakan tuntunan dariRasulullah saw. Selain itu berpedoman atas dasaral-Qur‘an dan hadis banyak keterangan yangmenganjurkan agar memperbanyak ibadah zikir.Sehingga dengan bilangan yang relatif banyakdan kemampuan otak yang terbatas makadiperlukan alat bantu sebagai alat untukmemudahkan dalam berzikir.

Dalam sejarahnya, Rasulullah juga tidakmelarang para sahabat berzikir menggunakan bijitasbih.49 Peziarah makam Sunan Drajat yangmenjadi pimpinan atau dituakan menganggapbahwa zikir dengan tasbih mencoba menelusuridasar hukum yang menjadikan para peziarahtermotivasi berzikir dalam bilangan tertentuRasulullah Saw memberikan tuntunan membacatasbih, tahmid dan takbir setelah shalat denganbilangan 33 kali yang berbunyi:50

Sebagian peziarah juga menggunakan tasbihtangan atas dasar mempersingkat bilangan dalamberzikir menjadi 10 kali dalam setiap kalimat zikir.Dilain sisi, Rasulullah juga mengajarkan zikirmenggunakan tangan sebagaimana keteranganberikut:51 52

43 Muhaimin. Penjaga makam. Hasil wawancara pada tanggal25 Januari 2016.

44 Salihin. Hasil wawancara pada tanggal 25 Januari 2016.45 Bowo. Hasil wawancara pada tanggal 25 Januari 2016.46 Sudono. Imam musalah. Hasil wawancara pada tanggal 25

Januari 2016.47 Fauzan. Hasil wawancara pada tanggal 25 Januari 2016.48 Wawancara pada tanggal 25 Januari 2016 oleh Bpk. Salihin.

49Sebagaimana keterangan dalam Abu Daud No. 1500, AtTirmidzi No. 3568. Imam al-Tirmidzi berkata: hasan gharib. IbnuHibban No. 837, Al Hakim No. 2009, Al Bazzar No. 1201). DanHR. At Tirmidzi No. 3554, Al Hakim No. 2008, Abu Ya’la No.7118 yang menjelaskan bahwa apa yang dilakukan wanitatersebut dan Shafiyah binti Hayay tidak diingkari oleh RasulullahSaw. (CD. Lidwa Pusaka i-Software – Kitab 9 Imam Hadis)

50MUSLIM 939, hadis di atas juga diriwayatkan oleh(AHMAD – 8478, 9878, MALIK – 439. http://hadith.al-islam.com/Loader.aspx?pageid=194&BookID=28&TOCID=1

51ABU DAWUD – 4404, http://hadith.al-islam.com/Loader.aspx?pageid=194&BookID=28&TOCID=1

52BUKHORI – 5854 http://hadith.al-islam.com/Loader.aspx?pageid=194&BookID=28&TOCID=1

100 Zikir Memakai Biji Tasbih ...

Dari beberapa hadis di atas dan sebagianbesar keterangan para peziarah yangmenggunakan biji tasbih, dapat ditarikkesimpulan bahwa bahwa sebagian besar parapeziarah yang berzikir menggunakan biji tasbihadalah karena termotivasi dari dalil yangmenganjurkan berzikir menggunakan bilangantertentu. Salah satu jumlah dari bilangan yangdiajarkan Rasulullah adalah 33 x 3 + 1 = 100. Selainitu kontribusi dari para ulama juga turutmeramaikan fungsi penggunaan biji tasbih dalamzikir seperti halnya dalam fenomena ijazah yangsering dipraktikan oleh kebanyakan orang.

Jika bicara tentang jenis biji tasbih, secaraumum memang tidak ada dasar hadis yangmenerangkan secara spesifik jenis tasbih. Tetapijika mengqiaskan fenomena biji tasbih modernini dengan fenomena masa nabi yangmenggunakan biji kurma dan krikil maka hal initidaklah patut dipermasalahkan karena dasarfungsi biji tasbih adalah sebagai alat bantu untukmengingat Allah SWT.

Dari gambaran di atas, maka secara garisbesar kegiatan zikir yang digunakan oleh parapeziarah di makam Sunan Derajat merupakanupaya untuk melanjutkan tradisi yang dibangunoleh Nabi Muhamamd saw. atau yang dikenaldengan biji tasbih. Dalam hadis sebagaimanayang ditradisikan di masyarakat pezirah.Nampak kebanyakan peziarah yang masih mudadan karena ingatannya masih kuat maka merekatidak memakai biji tasbih. Sementara yang merekasudah umur di atas 40 tahun kebanyakanmenggunakan biji tasbih. Secara psikologispenggunaan biji tasbih ini adalah untukmemberikan kepastian hitungan-hitungan zikiryang dibaca dalam kegiatan ziarah.

Kepastian dalam melakukan zikir denganjumlah tertentu akan menjadikan zikir yang

dipanjatkan dapat diterima oleh Allah swt. halini tergambar dari seorang pemimpin peziarahyang melakukan zikir dengan tasbih setelahmelakukan serangkaian munajat dan zikirdengan biji tasbih mendapatkan hajatnyaterkabul. Hal ini diakui oleh mereka yang ikutziarah di makam Sunan Drajat. Dengandemikian, zikir dan ziarah sangat terkait danrelevan. Zikir merupakan bagian dari kegiatanziarah. Di mana zikir di makam Sunan Drajatatau lainnya dilakukan di makam auliya’ ataukekasih Allah swt. Sebagaimana kepercayaanmasyarakat Indonesia, bahwa barangsiapa yangmelakukan ziarah ke makam 9 wali akan setaradengan pergi menunaikan haji. Demikian kataKH. Abdul Fatah.

Sementara itu trend penggunaan biji tasbihdisesuaikan dengan perkembangan zamannya.Dengan terbatasnya, jumlah biji tasbih yang adadipasaran yakni paling terkecil adalam jumlahnya33 buah dan paling banyak adalah 100 buah,maka mereka yang menggunakan biji tasbihdengan melakukan hajat tertentu sepertimembaca shalawat kepada nabi dengan hitungan13.000 kali maka sulit sekali jika melakukandengan biji tasbih secara manual yang terbatashanya 33 buah atau hanya 100 buah. Kebanyakanmereka yang melaksanakan wirid lebih darijumlah secara normal memakai biji tasbih yangdigital yang sudah banyak ditemukan.

Kepastian dalam jumlah ketika melakuaknzikir adalah sesuatu yang mutlak. Zikir yangdiajarkan oleh ulama dengan hitungan tertentumenuntut kepastian. Kepastian inilah yangmenjadikan agar hajat yang dilakukan akanterkabulkan dengan baik. Secara psikologisdengan ketentraman dalam melakukan zikirmelalui biji tasbih mengantarkan kepadakebahagiaan.

Zikir di Masyarakat Peziarah Pondok al-Luqmaniyyah

Mayoritas latar belakang santri al-Luqmaniyyah adalah mahasiswa, yang dituntutkesibukan di dunia perkuliahan. Selain itu,sebagian santri juga tidak sedikit yangberkecimpung di dunia kerja dan keguruan.Sehingga keadaan itu sangat mempengaruhispiritual sebagai santri pada hakikatnya.Bersamaan dengan itu, peran zikir dalam duniapesantren juga turut kian surut akibat kesibukan

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 101

di luar pesantren.53

Menanggapi keadaan itu K.H. Najib SalimiAlm. telah menerapkan sebuah kegiatanmujahadah sebagai kegiatan majelis zikir yangdapat mengimbangi kegiatan duniawi yangmemungkinkan para santri lalai kepada tuhanya.Di luar itu kegiatan zikir merupakan kesadaranmasing - masing santri dalam memenuhikebutuhan individu dan pesantren tidak ikutcampur selain peraturan pesantren yang berlaku.Dalam kebiasaanya sebagian santri ada yangmengikuti kegiatan majelis zikir di luar kawasanpesantren seperti kegiatan zikrul gafilin, ziarah,mujahadah ratibul haddad dan lain-lain yangdiselenggarakan pihak-pihak di luar kawasanpesantren.54

Berangkat dari keadaan santri, penelitimencoba menggali tentang zikir yang dilakukandi kawasan Luqmaniyyah. Bersama dengan itupeneliti juga mencoba menelusuri tentang sesuatuyang digunakan santri dalam berzikir. Untuk itupembatasan sebuah penelitian sangat diperlukan,peneliti mencoba menggali alat bantu yangdigunakan santri dalam berzikir yakni berupa bijitasbih.

Pondok Pesantren Al-LuqmaniyyahYogyakarta mulai dibangun pada tahun 1998 Matas prakarsa H. Lukman Jamal Hasibuan,seorang pengusaha kelahiran Sumatera, danselesai akhir tahun 1999 M. Kemudian diresmikanpada tanggal 9 Februari 2000 M oleh KH. Salimi,seorang tokoh agama asal Mlangi Sleman, dengannama Pondok Pesantren Salaf Putra Putri AsramaPerguruan Islam (API) “Al-Luqmaniyyah”.Penamaan ini diambil dari nama pendiri, yaituBapak H. Lukman.

Selanjutnya, Ponpes Al Luqmaniyyahdiasuh oleh KH. Najib Salimi selama kurang lebih11 tahun (2000-2011) dan sepeninggal beliau yaknitepatnya pada tanggal 02 Dzulqo’dah 1432 H / 30September 2011, Ponpes. Al-Luqmaniyyah diasuholeh istri beliau yakni Ibu Hj. Siti Chamnah Najibdengan di bantu oleh sanak keluarga beliau.

Dari segi materi pendidikan, Ponpes Al-Luqmaniyyah memiliki karakter yang miripdengan sistem yang dipakai di API Tegalrejo,Magelang. Sebagai salah satu contoh, Ponpes Al-

Luqmaniyyah sangat menganjurkan parasantrinya untuk mujahadah dan riyadloh sebagaisarana untuk mempersiapkan diri menerima ilmuyang bermanfaat. Setiap setelah maghrib dansebelum subuh selalu terdengar lantunan dzikirmujahadah di masjid untuk santri putra dan Aulauntuk santri putri Ponpes Al-Luqmaniyyah.

Dari beberapa angket yang telah disebarkankepada santri putra secara obyektif, penelitimendapatkan data yang dapat mewakili darikeseluruhan dari santri putra. Dari sekitar 400santri yang terdiri dari 220 santri putri dan 180santri putra, 28 sample yang didapat dari santriputra diantaranya hampir sebanding dalamjumlah ketika santri yang berzikir menggunakanbiji tasbih dan menggunakan tasbih tangan.Sedangkan jumlah santri yang menggunakantasbih digital sangatlah minim. Walaupundemikian, peneliti melihat mayoritas santri dalamberzikir lebih suka menggunakan tasbih tangan.Hal ini akan dijelaskan dalam penjelasanberikutnya.55

Dari sebagian santri yang lebih memilihtasbih biji dalam zikir adalah karena beberapaalasan berikut, diantaranya: mengingatkankepada Allah ketika memegang biji tasbih, karenalebih mendatangkan rasa yakin dalam spiritual,Karena mempermudah jumlah hitungan dalammelafalkan suatu wirid, lebih nyaman, sederhana,dan efektif, meniru kebiasaan para ulama salafi,karena sudah terbiasa dan karena terbuat darikayu kauka yang berkhasiat menambahkesehatan tubuh juga saya pakai sebagaiaksesoris.

Ketika santri menggunakan biji tasbih dalamzikir, santri akan merasakan sensasi yang lebih.Santri akan ingat bahwa fungsi tasbih adalahuntuk zikir yang berarti mengingat kepada Allah.Santri merasa mantab dan tidak ragu dalamjumlah, lebih nyaman karena kefokusan berzikirdan tidak terpecah akibat menghitung. Selainmengikuti kebiasaan para ulama‘, sebagian santrimenggunakan biji tasbih sebagai aksesoris.Kelemahan dari biji tasbih adalah sering tertinggalatau lupa, selain itu ketika membawa tasbihterlihat mencolok sehingga mengganggukekhusuan dalam hati. Sedangkan alasan santriyang lebih memilih tasbih tangan, berbeda dengan

53 Observasi pada tanggal 7 Desember 2015.54 Rutinitas sebagian santri ketika kegiatan pesantren kosong. 55 Observasi pada tanggal 7 Desember 2015.

102 Zikir Memakai Biji Tasbih ...

alasan diatas, berikut alasan sebagian santri yangtelah dirangkum: nyaman, praktis dan tidak ribet,lebih mudah menggunakanya, tidakmenonjolkan bahwa sebenarnya seringmelakukan zikir, selalu ada, kalo jenis lain seringhilang, lupa naruh atau ketinggalan, karena lupamembawa biji tasbih.

Santri yang memilih menggunakan tasbihtangan, mereka akan merasa simpel tanpa alatbantu tambahan. Selain itu, santri merasanyaman karena tidak kelihatan mencolok ketikaberzikir yang mengganggu hati dari kekhusuandan santri tidak khawatir karena biji tasbihketinggalan atau lupa. Sedangkan kelemahandari tasbih tangan adalah ketika jumlahbilanganya banyak, maka akan kesulitan dalammenghitung di sisi lain otak manusia terbatas dayaingatnya.

Sedangkan tasbih digital sebenarnya sangatefektif ketika digunakan dalam berzikir, terutamadalam jumlah banyak. Dari ukuranya jugabervariasi, ada yang besar dan ada yang kecilsehingga lebih praktis ketika membawa. Tetapikebanyakan santri jarang yang menggunakantasbih digital karena latar belakang santri yangturut mempengaruhi. Selain itu minat darikebutuhan zikir oleh santri terlihat sangatkurang, kemungkinan besar keadaan itu karenakurangnya pengetahuan akan pentingnyaberzikir.

Pada umumnya tasbih tidak dibatasi olehwaktu karena tasbih merupakan alat bantu dalamzikir, sedangkan zikir sendiri dapat dilakukankapanpun. Santri akan memakai tasbih ketikakegiatan mujahadah berlangsung, yangdilaksanakan setelah magrib dan sebelum subuh.Selain itu beberapa santri juga mengunakanketika zikir malam dan kegitan-kegiatan lain. Darihasil penelitian yang didapat dari tanggapan parasantri menunjukan bahwa banyak waktu yangdigunakan para santri untuk berzikir,diantaranya: setelah salat, mujahadah, ketikasantai, perjalanan jauh, tiap kali sempatmembawa, ketika menghambakan diri secaramendalam kepada Allah, dan ketika zikir yangdiulang-ulang.

Dari berbagai santri yang berada di kawasanpesantren, sebagian dari mereka masih berusahameluangkan waktunya untuk berzikir danmereka berusaha melakukan secara istiqamahsehingga bacaanya akan berpengaruh terhadap

hidupnya.56 Berbagai varian waktu tersebutpeneliti menyimpulkan bahwa mayoritas santriketika selesai salat ataupun kegiatan yangmembutuhkan waktu sedikit maka akanmenggunakan tasbih tangan karena bilanganyang terjangkau. Sedangkan ketika mujahadah,atau melakukan amalan tertentu yangmembutuhkan jumlah dengan bilangan yangbanyak maka akan menggunakan biji tasbih.Sedangkan ketika santri dalam keadaan santaiataupun dalam perjalanan yang tidak dibatasiwaktu maka santri tidak memerlukan alat bantukarena tidak ada batasan dalam jumlah.

Dalam zikir, setiap orang mempunyai alasandan tujuan yang berbeda-beda. Kesenjanganmelakukan zikir sangat dipengaruhi olehkebiasaan dan lingkunga masing-masing orang.Tidak heran ketika seseorang yang menikmatikesibukanya, maka kemungkinan besar ia akanlalai dengan Tuhannya. Berangkat dari tujuanyang bervariasi tersebut, insan yangberkepentingan akan terus bersemangatbersamaan dengan tujuan yang diinginkan.Berikut beberapa komentar responden tentangtujuan mereka berzikir: untuk mendekatkan dirikepada yang maha kuasa, untuk memuji danmengagungkan pencipta, uintuk memantabkanhati dalam berzikir, untuk menghilangkankeraguan dalam jumlah zikir, untuk lebih focus,agar tidak menghilangkan kekhusu‘an zikir, agardapat berdakwa yakni mengajak orang untukberzikir, untuk membuat atsar zikir di biji tasbihdengan tanda jika tasbih semakin mengkilapmaka berarti telah sering dipakai berzikir.

Dari mayoritas responden, mereka sepakattujuan mereka menggunakan tasbih adalahsebagai alat bantu. Alat bantu disini beragam,yakni alat bantu menghitung, mengingat,menfokuskan pikiran, meyakinkan, dan lain-lain.Tetapi sebagian mereka juga menggunakan bijitasbih sebagai aksesoris,57 selain itu sebagai saksidan sebagai alat berdakwa, dalam artian secarasimbolis mengajak untuk berzikir.58

Amalan santri pada umumnya tidak jauhberbeda dengan amalan yang dilakukan padamasyarakan, berikut amalan santri sehingga

56QS. Fushilat ayat 30.57Wawancara dengan saudara Muhammad Abdul Aziz 8

Desember 201558Wawancara dengan Ahmad Dahlan Ruslan 8 Desember

2015

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 103

menggunakan biji tasbih; mujahadah, zikrulgafilin, wiridan setelah salat, wiridan harian,tasbih, tahmid, takbir serta tahlil dan ketikamembaca wirid yang diulang-ulang.

Tentang fungsi dan kegunaan biji tasbih,santri memahami bahwa biji tasbih memberikanpengaruh yang cukup baik bagi kelangsunganzikir dan wirid seseorang. Hal ini dikarenakandengan biji tasbih akan membuat seseorang lebihyakin, khusyu‘ dan fokus terhadap zikir dan wiridyang dilakukan.59 Selain itu berbagai pemahamansantri tentang fungsi dan kegunaan biji tasbihakan dipaparkan. Berikut keterangannya; dapatmenenangkan hati dan pikiran, untukmempermudah bilangan tasbih gunanya untukzikrullah, membuat asma‘ di biji tasbih tersebut,diyakini dalam hati insyaallah kelak sebagai saksizikir kita di akhirat, lebih awet dibandingkandengan yang lain. bisa digunakan sebagaiaksesoris karena terbuat dari kayu yang tidak adaefek samping ketika ditempelkan kulit serta simpeldigunakan.

Pandangan secara pokok para santri dalammemaknai biji tasbih adalah tidak jauh berbedasebagaimana keterangan diatas. Biji tasbih jugadiyakini sebagai saksi saat di akhirat kelak.60

Tetapi ada juga yang memahami fungsi biji tasbihdapat dijadikan aksesoris karena diyakini terdapatkhasiat dan potensi di dalamnya.

Dari observasi dan penyebaran anket yangdilakukan terhadap para santri, peneliti melihatbahwa secara sepenuhnya para santrimengamalkan anjuran zikir seperti yangdituntunkan Nabi Muhammad saw. Hal initerlihat dari pengakuan para santri yangmengamalkan zikir setelah salat. Berikut hadisNabi yang menganjurkan tentang zikir setelahsalat;61

Tetapi sebagian dari mereka tidak tahu persis

seperti apa bunyi hadis yang menganjurkantentang zikir. Sebagian pengetahuan merekatentang zikir terbatas pada ucapan-ucapan paraUstadz dan Kiai bahwa zikir dianjurkan oleh NabiMuhammad SAW.62 Sebagian motif dan tujuanmereka juga sudah bercampur dengan tujuan-tujuan di luar zikir.63 Seperti biji tasbih sebagaidakwa secara simbolis atau juga biji tasbihdiyakini sebagai saksi.

Di lain sisi, pembahasan mengenai biji tasbihyang dipergunakan sebagai alat hitung dalamzikir tidak lah bisa dipermasalahkan, karenakejadian ini sudah dipraktikan oleh sahabat padamasa Nabi, dan Nabi tidak melarang ataumencela. Terdapat riwayat dari Shafiyah bintiHuyai Radhiallahu ‘Anha, dia berkata:

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masukmenemui saya, dan dihadapan saya ada 4000biji yang saya gunakan untuk bertasbih.Beliau bersabda: “Engkau bertasbih denganini, maukah kau aku ajarkan dengan sesuatuyang nilainya lebih banyak dari tasbihmuini?” Aku menjawab: “Tentu, ajarkanlah aku.”Beliau bersabda: “Ucapkanlah, Subhanallah‘Adada Khalqihi (Maha Suci Allah Sebanyak

jumlah makhlukNya).64

Dari hadis di atas menunjukkan bahwa apayang dilakukan wanita tersebut dan Shafiyahbinti Hayay tidak diingkari oleh Rasulullah Saw.,beliau hanya memberikan cara yang lebih mudahatau lebih utama, dibanding apa yangdilakukannya dengan menghitung banyak bijiatau kerikil –yaitu dengan lafal dzikir tersebut.Karena memang adakalanya dzikir dianjurkanuntuk dibaca dalam bentuk jumlah tertentu.65

Sehingga menjadikan para pelakunyamemanfaatkan suatu alat yang berfungsi untukmembantu mengingat jumlah bacaan dzikirtersebut, bahkan mampu pula digunakan untuk

59.Sebagaimana pendapat saudara Ramdlan Wagianto ketikaberbincang seputar biji tasbih.

60Keterangan ini di jelaskan dalam dalam QS. Yasin. 65.61Lihat MUSLIM – 939. Keterangan hadis di atas juga

diriwayatkan oleh (AHMAD – 8478, 9878, MALIK – 439) http:/

/ h a d i t h . a l - i s l a m . c o m /Loader.aspx?pageid=194&BookID=28&TOCID=1

62Keterangan ini sebagaimana diutarakan oleh saudara M.Syafi‘i M.M dan M. Farid.

63Bercampur di sini seperti halnya tujuan sebagian santri yangmenggunakan zikir sebagi asma‘ atau memaknai zikir sebagaisuatu energi yang dapat diambil khasiatnya ke dalam kehidupanya.

64HR. Tirmidzi No. 3554, Al Hakim No. 2008, Abu Ya’la No.7 1 1 8 h t t p : / / h a d i t h . a l - i s l a m . c o m /Loader.aspx?pageid=194&BookID=28&TOCID=1

65Hadis riwayat Muslim, bahwa Nabi Saw. memerintahkanberdzikir pada bilangan-bilangan tertentu. Misalnya, bertasbih(tasbih) 33 kali, memuji Allah (tahmid) 33 kali dan bertakbir 33kali, pada setiap selesai mengerjakan sholat 5 waktu. Lihat dalam

104 Zikir Memakai Biji Tasbih ...

menambah gairah dalam berdzikir. Hemat kata,dapat diambil salah satu pengertian dari peristiwatersebut bahwa dalam pelaksanaan zikir yangberbilang tersebut dapat dilakukan denganmemakai alat tertentu, yaitu memakai biji-bijianyang dirangkai dengan jumlah tertentu yangdisebut dengan istilah ‘tasbih’.

Fenomena yang dilakukan santriLuqmaniyyah yang lebih banyak menggunakantasbih tangan daripada tasbih biji, penelitiberkesimpulan bahwa bahwa santri lebihmenyukai atau nyaman menggunakan tasbihtangan daripada tasbih biji. Hal ini juga sejalandengan keterangan hadis yang memungkinkanbahwa asal praktik zikir menggunakan tanganadalah sebuah pengamalan daripada hadisberikut;66 67

Fenomena yang sama juga ditemukan dalamkegiatan zikir yang dilakukan oleh para santri dipesantren Luqmaniyah Yogyakarta. Kebanyakansantri melakukan zikir hanya dengan memakaitangan biasa sebagaimana yang dituturkandalam hadis Nabi yang ditradisikan menjadi livingsunnah. Mereka itu melaksanakan zikir adalahdalam konteks untuk melestarikan tradisi yangdibangun oleh Nabi Muhamamd saw. Hal inimenurut mereka merupakan sesuatu yang layakdilakukan karena dengan memakai biji tasbihtangan sendiri akan menjadikan nilai kenabiantetap terjaga dengan baik. Tentu saja, bagi merekadengan memakai biji tasbih tangan akanmenjadikan kesehatan dan ketenangan dalam

melakukan ibadah.Apa yang dilakukan santri Luqmaniyah

tersebut menggambarkan penjagaan tradisi yangdibangun oleh Nabi Muhammad saw. Namun,mereka juga tidak mengelak adanya pemakaianbiji tasbih. Biji tasbih dimungkinkan denganadopsi keterangan hadis yang menjadi tradisipada zaman dahulu yakni memakai bebatuandalam sarana mengitung untuk berzikir. Saranabebatuan, dalam hal ini dimaknai adalah melaluibiji tasbih yang sekarang bisa beragambentuknya, seperti kayu atau batu-batuan ataukaca dan sebagainya. Kesemuanya itu adalahmerupakan inovasi perkembanagn ilmupenegtahuan dna teknologi yang dapat diaksesdalam pembuatan biji tasbih.

D. SIMPULAN

Berdasarkan atas kajian di atas, maka dapatdisimpulkan bahwa zikir memakai biji tasbihmerupakan fenomena keagamaan yangmerupakan praktek yang bersumber dari Nabisaw. dalam prakteknya, ummat Islam yangmelakukan zikir berbeda-beda sesuai dengankebutuhan keseharian dalam melakukan zikir.Jika zikir dalam keseharian untuk sehabis shalat,maka cukup dilakukan dengan tangan atau jari.Sedangkan jika memakai tasbih maka digunakantasbih yang sederhanya yang jumlahnya 33 atau99 buah. Zikir ini sifatnya pendek. Namun jikazikirnya lebih dari itu maka akan mengguankantasbih digital. Namun jika zikirnya lebih dari ituatau digunakan untuk aktivitas maka akanmengguankan tasbih digital, hal ini menghindariperhatian dari khalayak umum.[]

Muhy al-Din Abi Zakariya Yahya bin Syarf al-Nawawi, Riyadhal-Shalihin min Kalam Sayyid al-Mursalin (Kairo: al-Maktabahal-Qayyimah, 2006). Masih banyak lagi hadis-hadis yangmenerangkan tentang dzikir yang berbilang dan dianjurkan olehNabi Saw. kepada umat Muslim.

66ABU DAWUD – 4404. http://hadith.al-islam.com/Loader.aspx?pageid=194&BookID=28&TOCID=1

67BUKHORI – 5854. http://hadith.al-islam.com/Loader.aspx?pageid=194&BookID=28&TOCID=1

Dialog Vol. 39, No.1, Juni 2016 105

D A F TA R P U S TA K A

Ahimsa-Putra, Heddy Shri. “Menafsir ‘al-Qur’anyang Hidup’, Memaknai al-Qur ’anisasiKehidupan: Perspektif Antropologi Budaya”,Makalah Seminar “Living Qur’an: Al-Qur’ansebagai Fenomena Sosial Budaya”,Yogyakarta, 13-15 Maret 2005.

Alaywi, Ibn Khalifah. Jami’ al-Sahih al-Azkar min al-Sunnah al-Nabi al-Mukhtar wa Mawsuat SyarhuhaMasyariq al-Anwar wa Dalail Wujudillah’Inda ZikrSifatihi al-‘Aliyah. t.t.p: Dar al-Anwar, 1996.

Amili, Muhammad Ahmad Hijazi. al-Du’a wa al-Zikrfi al-Slat wa Asaruha fi al-Tarbiyah,. T.Tt: Dar al-Mahajjah li al-Tiba’ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi’, 2007.

Amru, Harahap Khoirul dan Dalimunthe, RezaPahlevi. Dahsyatnya Do’a dan Zikir. Jakarta:Kultum Media, 2008.

Badruzzaman, Ahmad Dimyati. Zikir BerjamaahZunnah atau Bid’ah. Jakarta: Republika, 2003.

Baqi, M. Fuad Abdul. Mu’jam Al-Mufahras li Al-Faz al-Qur’an Al-Karim. Beirut: Daral Fikr al-Islami,2000.

Barata, Jimmy Wahyudi dan al-Kalam. 25 AplikasiIslam Populer. Jakarta: Elekmedia Komputindo,2010.

Fanani, Achmad. Arsitektur Masjid. Yogyakarta:Bentang, 2009..

Fattah, Munawwir Abdul. Tradisi Orang-orang NU.Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006.

Fazlurrahman, ‘Concept Sunnah, Ijtihad And Ijma’In The Early Period’, Islamic Studies, 1, 1 1962.

Fazlurrahman. Islamic Methodology in History. Karachi:Central Institute of Islamic Research, 1965.

Hafil, Ach. Shodiqil. Studi atas Zikir TarekatMasyarakat Urban Jemaah Tariqat QadiriyahNaqsyabandiyah di Jakarta, Maraji: JurnalStudi Keislaman Vol. 1 No. 1 September 2014.

Hidayat, R. Aris. Makna Ritual dalam Rislaah TarekatQadiriyah wa Naqsyabandiyah, JurnalAnalisa Vol. 17 No. 1 Januari-0Juni 2010, 105-116.

Imam, Abi al-Fath Muhammad ibn Muhammad Ayibn. Silah al-Mu’min fi al-Du’a wa al-Zikr. t.tp:Dar al-Afaq al-Arabiyyah, 2007.

Jauharî, al-Shihâh fî al-Lughah, Juz I, MaktabahSyâmilah: http://alwarraq.com. 2007.

Jauziyyah, Ibn Qayyim. Fawaid al-Azkar. t.tp:Maktabah al-Awlad al-Syaikh al-Turas, 2000.

Mahmud, Moh. Natsir. “Studi Al-Qur’an denganPendekatan Historisisme dan FenomenologiEvaluasi Terhadap Pandangan Barat tentangAl-Qur’an” Disertasi Program Pasca SarjanaIAIN Sunan Kalijaga, 1992.

Mandzur, Ibnu Lisan al-’Arab Juz 1. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1996.

Musthofa. Motivasi Zikir, al-Tahrir Vol. 13 no. 1 Mei2013.

Nawawi, Muhy al-Din Abi Zakariya Yahya binSyarf. Riyadh al-Shalihin min Kalam Sayyid al-Mursalin. Kairo: al-Maktabah al-Qayyimah,2006.

Poche, Christian. 1978. “Zikr and Musicology”. TheWorld of Music 20 (1). [Florian Noetzel GmbHVerlag, VWB - Verlag für Wissenschaft undBildung, Bärenreiter, Schott Music GmbH &Co. KG]: 59–73. http://www.jstor.org/stable/43562540.

Ruslan, Ragam Zikir dalam al-Qur ’an JurnalKhazanah Vol. XII, No. 1 Januari Juni 2014.

Saeed, Abdullah. ‘Fazlurrahman: a Framework forInterpreting the Ethico-legal Content of theQur’an’, dalam Modern Muslim Intellectuals andthe Qur’an, Suha Taji-Farouki (Ed.),. London:Oxford University Press, 2004.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2002.

Sukiman dan Jumhan Pida, Model Pembinaan MoralKeagamaan Anggota Jamaah Zikir Istighasahdi Yogyakarta, Jurnal Penelitian dan Evaluasi,Vol. 4 no. 5 Tahun 2002.

Waardenburg, Jacques. Classical Approaces to the Studyof Religion. Paris: Mouton the Hague, 1973.

Werbner, Pnina.. “Stamping the Earth with the Nameof Allah: Zikr and the Sacralizing of SpaceAmong British Muslims”. Cultural Anthropology11 (3). 1996, Wiley: 309–38. http://www.jstor.org/stable/656297.

Zayd, Bakr bin Abdullah Abu. al-Subhah Tarikhuhawa Hukmuh. Riyadh: Darul ‘Ashimah, 1998.