Digital_20251418 RB00S200m Metafora Dalam Lagu
-
Upload
sang-maestro -
Category
Documents
-
view
47 -
download
0
description
Transcript of Digital_20251418 RB00S200m Metafora Dalam Lagu
-
UNIVERSITAS INDONESIA
METAFORA DALAM LAGU IWAN FALS YANG BERTEMAKAN KRITIK SOSIAL
TESIS
SITI AISAH 0706182236
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI LINGUISTIK
DEPOK JULI 2010
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
userSticky NoteSilakan klik bookmark untuk melihat atau link ke halaman isi
-
UNIVERSITAS INDONESIA
METAFORA DALAM LAGU IWAN FALS YANG BERTEMAKAN KRITIK SOSIAL
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora
SITI AISAH 0706182236
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
PROGRAM STUDI LINGUISTIK DEPOK
JULI 2010
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji saya panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat, rahmat,
dan kasih sayangNya yang tiada henti dianugerahkan sehingga saya berhasil
menyelesaikan penulisan tesis ini.
Berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, saya dapat menyelesaikan
tesis ini sebagai bagian dari tugas akademis untuk meraih gelar Magister Humaniora
dari Program Studi Linguistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas
Indonesia.
Dengan penghargaan yang tinggi, ucapan terima kasih yang tulus dan dalam
saya sampaikan kepada:
1. Dr. Risnowati Martin yang penuh perhatian dan kasih sayang
membimbing dan memotivasi saya agar tetap semangat dan optimis
menyelesaikan tesis ini.
2. Dr. Phil. Setiawati Darmojuwono yang dengan penuh kesabaran dan
curahan kasih sayang membimbing dan juga memotivasi untuk terus
bersemangat menyelesaikan studi saya.
3. Dr. Afdol Tharik Wastono sebagai penguji yang telah memberikan
masukan, kritik, dan saran demi perbaikan tesis ini.
4. M. Umar Muslim, Ph.D., Ketua Program Studi Linguistik, Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya, yang selalu menumbuhkan semangat dan tiada henti
mengingatkan saya akan batas studi.
5. Ibu Wiwin Triwinarti, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Linguistik,
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.
6. Para pengajar di Program Studi Linguistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya, Universitas Indonesia, yakni Prof. Dr. Harimurti Kridalaksana,
Prof. Dr. Benny H. Hoed; Prof. Dr. Rahayu S. Hidayat; Prof. Dr.
Universitas Indonesia
v
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
Multamia RMT Lauder; Prof. Dr. Njaju Jenny M. T. Hardjatno, M.A; Dr.
Lili Soeratminto; Tommy Christomy, Ph.D.; Prof. Dr. Hermina Sutami;
Dr. Felicia N. Utorodewo; Dr. Risnowati Martin; Dr. Setiawati
Darmojuwono; Dr. F.X. Rahyono; Dr. Myrna Laksman; Dr. Untung
Yuwono; Kushartanti, M.Hum., dan pengajar lain yang tidak sempat saya
sebutkan di sini, yang sangat berjasa menumbuhkan semangat,
membukakan daya pikir dan mengalirkan kejernihan ilmu yang sangat
berharga.
7. Mbak Nur, Mbak Rita, dan Mas Nanang yang selalu siap memberi
bantuan dan informasi selama saya menjalani studi.
8. Seluruh karyawan perpustakaan FIB yang selalu siap membantu
menemukan buku-buku sumber yang saya butuhkan selama saya
menjalani studi di program linguistik ini.
9. Dekan, Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II, dan Pembantu Dekan III
FKIP Untirta Serang-Banten atas dukungan dan kesempatan yang
diberikan kepada saya untuk menimba ilmu di program studi linguistik
FIB, UI.
10. Ketua Prodi dan seluruh rekan sejawat di Program Studi Pendidikan
Bahasa Inggris, FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang selalu
hadir memberi warna dan keceriaan di kala gundah dan penat menerpa.
11. Ayah (almarhum), ibu, bapak dan ibu mertua di Depok, kakak, adik, dan
kakak-kakak ipar yang selalu mengalirkan kasih sayang dan semangat di
setiap langkah yang saya tempuh.
12. Abang Adi, suamiku tersayang yang selalu menemani dan menjadi
curahan hatiku, serta menjadi pengasuh kedua buah hati kita di kala ku
berkutat dengan tesis ini.
13. Fayza dan Farzan tersayang, tawa dan keceriaan kalian selalu mengalirkan
semangat bunda berkarya.
Universitas Indonesia
vi
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
14. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007 di Program Studi Linguistik,
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, yakni Kang
Odien, Mbak Eri, Mbak Sri, Niken, Silva, Listi, Mas Donty, Iban Ronal,
Pak Fauzi, Pak Irsan, Ika, Neneng, Pamela, Mbak Wati, Bu Rani, Mbak
Kartika, Mbak Setyowati, dan Cynthia atas segala kenangan indah dan
kebersamaan yang sangat berkesan selama menimba ilmu di Program
Studi Linguistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas
Indonesia.
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah berkontribusi, baik langsung
maupun tidak langsung untuk tersusunnya tesis ini, saya haturkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya. Saya memohon kepada Allah SWT, semoga rahmat dan
berkahnya selalu dilimpahkan kepada semua pihak yang telah membantu saya
menyelesaikan studi ini.
Kritik dan saran selalu saya nantikan dan saya berharap semoga karya kecil
ini bermanfaat.
Serang, 15 Juli 2010
SITI AISAH
Universitas Indonesia
vii
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH.......................................... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.....................................................viii ABSTRAK .................................................................................................................. ix DAFTAR ISI ................................................................................................................ x DAFTAR TABEL DAN GAMBAR .......................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiii BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5 1.4 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 5 1.5 Metodologi Penelitian ............................................................................... 5 1.6 Kemaknawian Penelitian .......................................................................... 6 1.7 Sistematika Penyajian .............................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengantar.................................................................................................. 7 2.2 Metafora dari Berbagai Sudut Pandang ................................................... 8 2.3 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 12
2.4 Beberapa Pendekatan dalam Kajian Metafora ....................................... 13 2.4.1 Semiotik ......................................................................................... 13 2.4.2 Semantik......................................................................................... 15 2.4.3 Pandang Pragmatik ........................................................................ 17 2.4.4 Wacana dan Teks ........................................................................... 17 2.5 Lirik Lagu ................................................................................................ 18 2.5.1 Iwan Fals dan Lirik Lagu Ciptaannya............................................. 19 BAB 3 KERANGKA TEORETIS 3.1 Pengantar.................................................................................................... 20 3.2 Metafora Konseptual.................................................................................. 20 3.3 Klasifikasi Majas........................................................................................ 24 3.4 Metafora dalam Kajian Semantik............................................................... 26
Universitas Indonesia
x
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
BAB 4 ANALISIS LIRIK LAGU IWAN FALS 4.1 Pengantar..................................................................................................... 30 4.1.1 Judul Lagu: OPINIKU ..................................................................... 30 4.1.2 Judul Lagu: SUMBANG.................................................................. 33 4.1.3 Judul Lagu: TIKUS TIKUS KANTOR............................................ 38 4.1.4 Judul Lagu: BESAR DAN KECIL .................................................. 41 4.1.5 Judul Lagu: DUNIA BINATANG................................................... 43 4.1.6 Judul Lagu: ASIK NGGAK ASIK................................................... 45 4.1.7 Judul Lagu: 17 Juli 1996.................................................................. 49 4.1.8 Judul Lagu: BUKTIKAN................................................................. 51 4.1.9 Judul Lagu: KUDA LUMPING....................................................... 53 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 61 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 65 LAMPIRAN
Universitas Indonesia
xi
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel
Tabel 2.1 Relasi Ikon, Indeks, Simbol .................................................................... 14
Tabel 4.1 Tabel Majas ............................................................................................ 56
Tabel 4.2 Tabel Ranah Sumber dan Sasaran .......................................................... 57
Tabel 4.3 Tabel Jenis Metafora............................................................................... 58
Gambar
Gambar 3.1 Gambar Segitiga Ogden dan Richards .................................................. 27
Gambar 3.2 Gambar Bagan Makna menurut Blanke ................................................ 28
Universitas Indonesia
xii
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data 9 lirik lagu Iwan Fals
Universitas Indonesia
xiii
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
ABSTRAK
Nama : Siti Aisah Program Studi : Linguistik Judul : Metafora dalam Lagu Iwan Fals yang Bertemakan Kritik Sosial Penelitian ini bertujuan untuk menemukan ranah sumber dan jenis metafora yang terdapat di dalam lirik lagu-lagu Iwan Fals. Sumber data yang digunakan adalah lirik lagu Iwan Fals yang bertemakan kritik sosial dari album tahun 1982, 1983, 1986, 1991, 1992, 1993, 2004. Data dipilih secara purposive, yaitu dipilih judul lagu yang berisi tentang kritik sosial. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan teori metafora konseptual Lakoff dan Johnson (1980) dan teori metafora dalam arti luas dari Moeliono (1989) sebagai landasan teori. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan ranah sumber BINATANG yang paling dominan digunakan di dalam lirik lagu Iwan Fals. Jenis majas yang terdapat di dalam lagu yang paling sering digunakan pencipta lagu untuk menyampaikan kritik sosial adalah jenis majas perbandingan langsung atau metafora dan perumpamaan atau simile. Jenis ungkapan metaforis berdasarkan teori Lakoff dan Johnson (1980) yang paling dominan terdapat dalam lagu adalah jenis metafora struktural dan ontologis. Kata Kunci: Metafora, Lirik lagu, Kritik Sosial
ABSTRACT
Nama : Siti Aisah Program Studi : Linguistik Judul : Metaphor in Iwan Fals Social Critics Songs Lyrics This study is aim at finding the source domain and the type of metaphor in Iwan Fals song lyrics. The song lyrics taken from Iwan Fals album by the year of 1982, 1983, 1986, 1991, 1993, 2004.The data is taken purposively based on the theme songs social critics in Iwan Fals album. This is a descriptive qualitative study using conceptual metaphor theory by Lakoff and Johnson (1980) and metaphor theory in broad sense by Moeliono (1989). Based on data analysis, it was found that the trope being used in the songs lyrics are metaphor and simile. Metaphorical expressions based on Lakoff and Johnson theory (1980) found mostly in the songs lyrics are structural metaphor and ontological metaphor.
Keywords: Metaphor, Songs Lyrics, Social Critics
Universitas Indonesia
ix
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa digunakan penuturnya untuk menyampaikan gagasan, pikiran, dan
perasaannya dalam berbagai situasi komunikasi. Seorang pencipta lagu,
menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaannya melalui lirik lagu yang ia ciptakan.
Lirik lagu merupakan media yang digunakan pencipta lagu untuk menyampaikan
pesannya kepada para pendengar atau penikmat musik. Di samping sebagai sarana
hiburan, lirik lagu dapat digunakan sebagai media untuk memberikan informasi dan
opini terhadap masalah sosial yang terjadi di suatu lingkungan masyarakat atau di
sebuah negara.
Lagu tersusun atas beberapa bait yang mengekspresikan ide, gagasan, dan
perasaan pencipta lagu. Jadi, lirik lagu juga seperti puisi karena tersusun atas
beberapa bait yang berisi gagasan dan perasaan yang ingin disampaikan penciptanya.
Menurut Rifatarre (1978), puisi adalah salah satu wujud aktivitas bahasa, puisi
berbicara secara tidak langsung sehingga bahasa yang digunakan pun berbeda dari
bahasa yang digunakan sehari-hari. Lebih lanjut disebutkan bahwa sebuah puisi
mengatakan sesuatu yang berbeda dari makna yang dikandungnya (Rifatarre, dalam
Budiman: 2004). Selain itu, Rifatarre (1978) juga menjelaskan bahwa memahami
puisi itu seperti sebuah donat. Sesuatu yang hadir secara tekstual adalah daging
donatnya, sedangkan sesuatu yang tidak hadir secara tekstual adalah ruang kosong
berbentuk bundar yang berada di tengahnya dan sekaligus menopang dan membentuk
daging donat menjadi donat. Ruang kosong ini oleh Rifatarre (1978) dibedakan atas
dua jenis, yaitu hipogram potensial (yang terkandung dalam arti kias atau majas,
bahasa sehari-hari seperti preposisi dan sistem deskriptif) dan hipogram aktual
(berupa teks-teks atau wacana yang sudah ada sebelumnya yang dapat menjadi
referensi atau acuan puisi tersebut). Terkait dengan puisi, untuk memahami sebuah
lirik lagu juga hampir sama dengan cara memahami sebuah puisi.
1 Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
2
Menurut Jakobson dalam Budiman (2004), unsur pembangun yang dominan
di dalam sebuah puisi adalah metafora. Jika mengaitkan karakteristik puisi dengan
lirik lagu, maka di dalam lirik lagu pun unsur pembangunnya adalah metafora.
Metafora atau majas digunakan di dalam lirik lagu dengan tujuan estetis, agar lagu
tersebut indah, enak didengar, serta membantu pendengar agar lebih mudah
memahami makna sebuah lagu.
Menurut Moeliono (1989: 175), majas digunakan untuk mengkonkretkan dan
menghidupkan sebuah tulisan sehingga tulisan tersebut tidak bersifat monoton dan
lebih variatif . Di dalam karya sastra seperti novel dan puisi biasanya terdapat majas
yang memperindah tulisan dan membantu imajinasi pembaca agar lebih mudah
memahami bacaannya. Menurut Aristoteles (384-322 M), metafora merupakan
sebuah alat atau sarana yang berasal dari ragam bahasa puitis. Aristoteles
menganggap metafora sebagai bahasa yang luar biasa dan dekoratif, serta berbeda
dengan bahasa keseharian yang sederhana. Menurutnya, metafora merupakan majas
retorika yang hanya digunakan dalam kesempatan tertentu, seperti dalam pementasan
drama.
Lakoff dan Johnson (1980:3) menyatakan bahwa metafora ada di dalam
kehidupan sehari-hari, dan tidak hanya di dalam kegiatan berbahasa, tetapi juga ada
dan tersusun di dalam pikiran dan tindakan manusia. Sebagai contoh, untuk
mengungkapkan rasa kesal, seseorang yang sedang marah atau emosi biasanya
melontarkan kata-kata yang berkaitan dengan binatang atau hewan, seperti dasar,
anjing lu!, dia memang binatang!. Seseorang yang melontarkan hal tersebut,
mempersamakan seseorang yang ia rujuk dengan seekor anjing. Contoh lainnya
adalah di dalam sebuah puisi berjudul Aku karya Khairil Anwar, terdapat larik yang
menggunakan metafora binatang, yaitu larik aku ini binatang jalang. Ungkapan
metafora seperti contoh tersebut, terlontarkan oleh seseorang secara spontan karena
tercetus dalam pikiran seseorang yang sedang emosi, berada di luar kontrol diri,
sehingga terucap kata-kata yang mengandung metafora binatang sebagai wujud
ekspresi emosi dirinya. Di kalangan remaja di Amerika Serikat, sebagai ungkapan
olok-olok seorang remaja kepada teman sebayanya yang penakut atau pengecut juga
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
3
seringkali terdengar ungkapan metafora binatang, yakni ungkapan seperti come on,
dont be such a chicken. Kata chicken digunakan sebagai pembanding antara
seseorang yang bersikap layaknya seekor chicken (ayam) yang bersifat
penakut/pengecut menurut latar budaya Amerika. Berdasarkan contoh tersebut,
tampak bahwa metafora digunakan dalam percakapan sehari-hari dan dilontarkan
secara spontan untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran seseorang.
Berkaitan dengan proses mengungkapkan perasaan dan pikiran, seorang
pencipta lagu, seperti Iwan Fals menuangkan perasaan dan pikirannya mengenai
kondisi sosial politik yang terjadi di Indonesia melalui lirik lagu. Agar lirik lagu
tersebut mudah dipahami dan indah didengar, pencipta lagu menggunakan metafora
dalam lirik-lirik lagunya. Penggunaan metafora dalam lirik lagu dilakukan oleh
pencipta lagu dengan maksud untuk membandingkan atau mencari kaitan antara dua
hal secara implisit. Sebagai contoh dalam sebuah lirik lagu anak-anak terkenal, yaitu
you are my sunshine (kau adalah cahaya matahariku), kata you (kau) dibandingkan
dengan my sunshine (cahaya matahariku) mendeskripsikan bahwa sosok you (kau)
memiliki karakteristik atau ciri seperti cahaya matahari, yaitu yang mampu
menyinari atau memberi sinar, memberi kehidupan bagi makhluk hidup di alam
semesta ini.
Metafora juga dapat mengkomunikasikan apa yang dipikirkan dan dirasakan
penulis mengenai sesuatu, dapat menjelaskan dan menyampaikan suatu gagasan atau
ide yang bersifat khusus dengan cara yang lebih menarik sehingga mudah dipahami
oleh pembaca (Knowles dan Moon, 2006:4). Selanjutnya, Kvecses (2002:20)
mengatakan bahwa metafora tidak hanya meliputi bahasa yang digunakan penuturnya
untuk mengungkapkan emosi tetapi juga metafora penting untuk memahami aspek
konseptualisasi emosi dan pengalaman emosional. Berkaitan dengan pendapat
Kovecses (2002:20) tersebut, metafora dalam lagu merupakan ekspresi emosi
pencipta lagu terhadap sesuatu yang menyentuh hatinya dan dialaminya dalam
realitas kehidupan. Lakoff dan Johnson (1980:156) juga menyatakan bahwa,
metaphors may create realities for us, especially social realities. Metafora
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
4
mengkonstruksikan realitas yang ada khususnya realitas sosial politik yang terjadi di
sekitar.
Fairclough (1989: 120) menggunakan metafora DISEASE (penyakit) untuk
menunjukkan masalah sosial atau kata sakit yang secara metaforis merepresentasikan
keadaan sosial yang bermasalah di masyarakat. Istilah yang sering digunakan dalam
bahasa Indonesia adalah masyarakat yang sakit, merujuk pada keadaan sosial
masyarakat yang bermasalah seperti banyaknya peristiwa kekerasan atau kriminalitas
di suatu lingkungan masyarakat.
Dalam realitas sosial-politik di Indonesia, para politisi kerapkali
menggunakan ungkapan metaforis ketika terjadi debat pendapat atau pro-kontra
mengenai sesuatu hal. Sebagai contoh, penggunaan metafora yoyo untuk
menyinggung sikap seseorang yang tidak teguh pendirian di dunia politik, karena
sebagaimana diketahui bahwa yoyo adalah sebuah mainan yang diayun-ayunkan atau
digerakkan ke atas, ke bawah, ke kiri dan ke kanan. Selain itu, penjelasan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atas keseleo lidah kadernya juga merupakan
ungkapan metaforis. Frasa keseleo lidah merupakan ungkapan metaforis yang
mempersamakan lidah dengan kaki yang keselo, dalam hal ini bermakna sesuatu
yang terjadi tidak sengaja.
Terkait dengan penggunaan metafora dalam kehidupan sehari-hari untuk
mengungkapkan realitas sosial yang terjadi di masyarakat, maka saya tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai metafora di dalam lagu. Saya tertarik untuk mengkaji
lebih dalam mengenai unsur metaforis yang terdapat dalam lagu-lagu Iwan Fals
karena lirik-lirik lagu Iwan Fals kerapkali menggunakan metafora untuk
menyampaikan pesan, opini, dan perasaan pencipta lagu terhadap peristiwa yang
terjadi di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian Masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Jenis ungkapan metaforis apa yang digunakan dalam lirik lagu Iwan Fals
dilihat dari aspek semantis.
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
5
2) Ranah apa yang paling dominan sebagai ranah sumber untuk membentuk
metafora dalam lirik lagu Iwan Fals.
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ungkapan metaforis dalam lirik
lagu Iwan Fals dilihat dari aspek semantis.
2) Penelitian ini bertujuan untuk menemukan ranah yang paling dominan sebagai
ranah sumber dalam lagu-lagu Iwan Fals.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pada tataran teks lirik lagu dengan fokus pada
metafora. Fokus penelitian ini adalah untuk menemukan jenis ungkapan metaforis
yang terdapat di dalam lirik lagu dan menemukan ranah sumber yang paling
dominan yang terdapat dalam lirik lagu berdasarkan teori Lakoff dan Johnson
(1980).
1.5 Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian
berupa teks lirik lagu Iwan Fals. Data berupa lirik lagu berasal dari album lagu
Iwan Fals pada tahun 1982, 1983, 1986, 1991, 1992, 1993, 2004. Peneliti memilih
album pada periode tahun tersebut karena lagu-lagu pada masa tersebut cukup
populer dan isi lagunya secara umum melontarkan kritik sosial terhadap
pemerintah yang berkuasa. Data yang sudah dikumpulkan kemudian
diklasifikasikan berdasarkan isi lagu yang mengandung metafora. Peneliti
memilih 9 lagu yang bertemakan tentang kritik sosial terhadap pemerintah yang
berkuasa pada masa tersebut. Berikut ini 9 judul lagu yang diteliti:
1) Opiniku 2) Sumbang 3) Tikus-tikus Kantor
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
6
Universitas Indonesia
4) Besar dan Kecil 5) Dunia Binatang 6) Asik Nggak Asik 7) 17 Juli 1996 8) Buktikan 9) Kuda Lumping
Pada tahap analisis data, setiap bait yang mengandung metafora dianalisis dengan
menggunakan analisis komponen makna. Peneliti memetakan ranah sumber dan
ranah sasaran yang ditemukan dalam lagu, kemudian peneliti mengkaji isi lagu
dan metafora yang terdapat dalam lagu secara kontekstual.
1.6 Kemaknawian Penelitian Manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memperkaya kajian
mengenai metafora khususnya metafora dalam lagu di Indonesia.
2) Melengkapi penelitian yang berkaitan dengan ungkapan metaforis dalam
lirik lagu sehingga dapat menjadi acuan bagi pemerhati bidang bahasa,
sosial dan politik, serta umumnya bermanfaat bagi pengembangan kosa
kata dalam bidang sosial, politik, dan komunikasi.
1.7 Sistematika Penyajian Sistematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Bab 1 berisi pendahuluan yang menguraikan latar belakang penelitian dan
permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian, tujuan penelitian, ruang
lingkup penelitian, metode penelitian dan sumber data penelitian, dan manfaat
penelitian. Bab 2 berisi tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu yang terkait
dengan penelitian ini. Bab 3 menguraikan kerangka teori yang merupakan
landasan teoretis penelitian ini. Bab 4 berisi analisis lirik lagu, Bab 5 berisi
kesimpulan atas permasalahan yang diajukan.
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengantar
Dalam bab 2 ini, saya akan menguraikan paparan singkat mengenai kajian
metafora menurut para pakar linguistik terdahulu, kemudian menjelaskan penelitian-
penelitian yang telah dilakukan yang terkait dengan metafora, beberapa pendekatan
ilmu yang terkait dalam kajian metafora, dan lirik lagu.
2.2 Metafora dari Berbagai Sudut Pandang
Metafora sebagai kajian dalam ilmu linguistik telah ditelaah oleh para ahli
linguistik seperti Aristoteles (348-322 SM), Richards (1936), Lakoff dan Johnson
(1980), Black (1979), Searle (1979), Nth (1995), Moeliono (1989), Knowles dan
Moon (2006). Berikut ini beberapa teori metafora dari para ahli tersebut.
Pada jaman Yunani kuno, Aristoteles (348-322 SM) dalam karyanya yang
berjudul Rhetoric (Retorika) menyatakan bahwa metafora adalah simile
(perumpamaan) yang diungkapkan dengan kata-kata like, as, resemble (seperti, bak,
bagai) yang mengalami proses ellipsis atau dilesapkan. Metafora dalam the woman is
a red rose, misalnya, sebenarnya merupakan perpanjangan dari simile, yaitu the
woman is like a red rose, namun kata like dilesapkan. Aristoteles menyebutkan
bahwa metafora berkaitan dengan substitusi atau transfer. Aristoteles (384-322 SM)
menyatakan the application of a strange term either transferred from the genus and
applied to the species to another or else by analogy (dikutip oleh Levin, 1979:79).
Metafora dapat dipahami dalam konteks gerakan (transferensi), baik dari genus ke
spesies (dari umum ke khusus) ataupun dari spesies ke spesies, atau berdasarkan
analogi. Aristoteles menyebut transferensi tersebut sebagai ephiphora, yaitu
pemindahan istilah dari satu makna ke makna lain yang menyimpang dari pengertian
aslinya. Aristoteles juga menyatakan bahwa metafora merupakan sebuah alat atau
sarana yang berasal dari ragam bahasa puitis. Aristoteles menganggap metafora
sebagai bahasa dekoratif dan berbeda dengan bahasa keseharian yang sederhana.
Universitas Indonesia
7
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
8 Selanjutnya, Richards (1936) menyatakan bahwa metafora adalah
perbandingan yang menelaah kesamaan atau kemiripan antara suatu objek dengan
objek lain yang dijadikan pembandingnya. Sebagai contoh, Elizabeth is the sun,
dalam kalimat tersebut sejumlah sifat the sun (matahari), antara lain kemampuannya
menyinari dan menerangi, ditransfer atau digunakan untuk menjelaskan sosok
Elizabeth yang memiliki sinar kecantikan yang cerah, secerah sinar matahari.
Richards (1936) menyebutkan konsep transfer tersebut dengan istilah target dan
source domain. Dalam contoh kalimat tersebut, Elizabeth merupakan target (sasaran)
yang dianalogikan dengan the sun yang merupakan source (sumber).
Di samping itu, Richards (1936) juga menyebut metafora sebagai kajian yang
melibatkan tiga unsur di dalamnya, yaitu vehicle, topic/tenor dan grounds. Vehicle
merupakan hal yang menjadi sumber metafora, topic/tenor merupakan makna
metaforis, sedangkan grounds adalah kaitan di antara keduanya. Berikut ini
contohnya:
Context be prepared for a mountain of paperwork
Vehicle mountain
Topic/tenor a large amount
Ground ideas of size, being immovable and difficult to deal with
Berdasarkan contoh tersebut, kata mountain merupakan vehicle yang menjadi source
(sumber) suatu metafora yang bermakna jumlah yang banyak atau berlimpah
sebagai topic/tenor. Sebagai ground, keduanya memiliki kaitan dalam hal ukuran
yang besar dan sulit untuk dipindahkan. (Ortony, 1993: 347)
Lakoff dan Johnson (1980: 3) menyatakan bahwa, ...metaphor is pervasive in
everday life, not just in language but in thought and action. Our ordinary conceptual
system, in terms of which we both think and act, is fundamentally methaporical in
nature. Metafora diperoleh dan dimengerti secara kognitif oleh manusia berdasarkan
pengalaman hidup sehari-hari yang diungkapkan melalui bahasa mereka. Cara
seseorang berpikir dan bertindak sehari-hari sebenarnya bersifat metaforis.
Selanjutnya, Lakoff dan Johnson (1980: 5) berpendapat bahwa, The essence
of metaphor is understanding and experiencing one kind of thing in term of another.
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
9 (1980: 5). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sesorang
dapat memahami sesuatu hal melalui proses pemahamannya akan hal lain yang telah
dikenal dan dipahami sebelummya dari pengalamannya sehari-hari. Dengan
demikian, metafora mengorganisasi hubungan antar objek dan menciptakan
pemahaman mengenai objek tertentu melalui pemahaman mengenai objek lain.
Dengan kata lain, ranah sumber (source domain) digunakan manusia untuk
memahami konsep abstrak dalam ranah sasaran (target domain). Sebagai contoh,
DESIRE IS FIRE (HASRAT ADALAH API) menurut Lakoff dan Johnson (1980),
penggunaan huruf kapital digunakan untuk menunjukkan ranah sumber dan ranah
sasaran. Konsep DESIRE (HASRAT) merupakan ranah sasaran atau topic dan FIRE
(API) sebagai vehicle atau ranah sumber. Jadi, dapat dipahami bahwa DESIRE
(HASRAT) memiliki ciri dan sifat seperti API, yaitu, panas, bergelora, dan
membakar. Jika seseorang memiliki hasrat berarti dalam dirinya terdapat suasana hati
yang menggelora.
Sementara itu, Black (1979) menyatakan bahwa metafora memiliki persamaan
dengan majas simile, akan tetapi dalam metafora tidak terdapat kata-kata like, as, as
if. Dalam metafora terdapat pemindahan atau transfer konsep antara suatu hal dan hal
yang lainnya. Black (1993) juga menyatakan bahwa untuk mengerti suatu metafora,
hal yang terlebih dahulu disadari adalah bahwa suatu kata bersifat polisemantis dan
metafora merupakan makna sekunder di samping makna dasar. Seperti contoh
berikut, we used to trash all the teams in the Schoolby League. We had a great squad
and no-one could touch us. Kata trash merupakan makna sekunder dari kata hit yang
lebih bersifat literal. Oleh karena itu, maka kata trash memiliki makna metaforis yang
digunakan untuk mengganti kata hit (Ortony, 2000: 167).
Dalam Handbook of Semiotics, Nth (1995: 128) menyatakan bahwa terdapat
dua istilah metafora yaitu metafora dalam arti sempit (narrow sense), dan metafora dalam arti luas (broad sense). Metafora dalam arti sempit adalah bentuk kiasan
tertentu di antara bentuk-bentuk kiasan yang lain, sedangkan metafora dalam arti luas
mencakup semua bentuk kiasan.
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
10
Berkaitan dengan pengertian metafora dalam arti sempit dan arti luas,
Moeliono (1989: 175) menyebutmetafora dalam arti sempit (narrow sense) sebagai suatu bentuk gaya bahasa kias atau majas yang implisit, tanpa menggunakan kata
seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, dan laksana. Contohnya: buah hati, mata
jarum, anak emas, dan sebagainya (Moeliono, 1989: 175). Metafora dalam arti luas
(broad sense) mencakupi semua jenis majas, yang oleh Moeliono (1989)
diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu majas perbandingan, majas
pertentangan, dan majas pertautan.
Searle (1979) menyatakan bahwa metafora dapat diformulasikan dengan S is
P. S dalam hal ini adalah ranah sumber yang kemudian disandingkan dengan P
sebagai perbandingan. Akan tetapi, Searle (1979) menegaskan bahwa S is P harus
diinterpretasikan maknanya secara pragmatis menjadi S is R. Dalam hal ini, R
merupakan interpretasi mitra tutur terhadap makna dari P yang bergantung pada
penutur. Oleh karena itu, konsep Searle (1979) mengenai metafora memiliki landasan
pragmatis. Menurut Searle, makna yang menjadi pusat perhatian adalah makna
tuturan yang dikomunikasikan. Makna yang dikaji secara metaforis adalah makna
yang sesuai dengan kehendak penutur. Contohnya dalam kalimat Jack is a snake (Jack adalah ular) dapat diartikan sebagai Jack is a very wicked person (Jack adalah
orang yang sangat jahat) atau Jack is very cunning (Jack adalah orang yang sangat
licik) tergantung dari cara mitra tutur menginterpretasikannya (Ortony, 1993: 127).
Pada contoh tersebut, menunjukkan kesamaan atau kemiripan sifat dan ciri seorang
Jack dengan seekor ular, yaitu licik/pandai mengelabui dan jahat/mampu
membinasakan orang lain.
Menurut Knowles dan Moon (2006: 5) metafora adalah bahasa non-literal
atau figuratif yang mengungkapkan perbandingan antara dua hal secara implisit.
Knowles dan Moon (2006: 5) menyatakan bahwa terdapat dua jenis metafora, yaitu
metafora kreatif dan metafora konvensional.
1) Metafora kreatif adalah metafora yang digunakan penulis atau penutur untuk
mengekspresikan ide dan perasaannya ke dalam sebuah tulisan sehingga
tulisan tersebut menjadi mudah dipahami oleh pembaca. Metafora ini
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
11
menampilkan suatu ungkapan yang baru berdasarkan realitas yang ada dan
biasanya terdapat di dalam karya sastra.
2) Metafora konvensional adalah metafora yang sudah tidak lagi bersifat baru
dan jenis metafora ini telah kehilangan cirinya sebagai sebuah metafora,
karena metafora ini sering digunakan dan kemudian dimasukkan ke dalam
kosakata sehari-hari. Misalnya untuk menunjukkan emosi marah (anger)
digunakan ungkapan He exploded (kemarahannya meledak). Metafora
konvensional juga sering disebut dengan metafora mati atau dead metaphor
(Knowles dan Moon, 2006: 6).
2.3 Penelitian Terdahulu
Berikut ini beberapa penelitian metafora yang terkait dengan metafora dalam
musik dan lagu.
Zbikowski (2002) menjelaskan bagaimana metafora dalam musik membantu
pendengar memahami musik tersebut. Zbokowski (2002) mencontohkan, ketika
sebuah teks lagu menuturkan tentang roda yang berputar dan air yang mengalir
maka digambarkan dengan tanda berupa nada atau melodi suara gerakan roda yang
berputar dan suara air yang mengalir. Bunyi-bunyi tersebut disebut sebagai text
painting atau penggambaran teks, yang oleh Mark Turner (1998) disebut ikonisitas
dalam rhetorical figure. Penelitian tersebut merupakan penelitian metafora dari
aspek non verbal, seperti bunyi nada yang menyerupai atau menggambarkan
peristiwa atau tindakan tertentu. Konsep image schema dari Lakoff dan Johnson
(1980) dan Turner (1998) digunakan sebagai landasan dalam penelitian tersebut.
Akan tetapi, penelitian Zbikowski (2002) ini berbeda dengan penelitian yang saya
lakukan, karena saya meneliti aspek verbal dalam lirik lagu.
Murtadho (1999) menganalisis metafora dalam al-quran dan terjemahannya
dalam bahasa Indonesia: kajian atas metafora cahaya, kegelapan, dan beberapa sifat
Allah. Berdasarkan analisis yang dilakukannya, Murtadho menemukan adanya
keterkaitan antarmetafora dalam Al-Quran dilihat dari unsur leksikal dan
interpretasinya dan ditemukan tiga kelompok metafora, yaitu: metafora tunggal
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
12 dengan interpretasi tunggal, metafora tunggal dengan interpretasi taktunggal, dan
metafora taktunggal dengan kesamaan interpretasi. Murtadho juga tidak melihat
adanya pergeseran makna metafora dilihat dari transposisi dan pergeseran bentuk
yang mencakup pergeseran tataran; ketakrifan-kenontakrifan, ketinggalan-
ketaktinggalan, dan perbedaan kelas kata.
Penelitian metafora dalam lagu telah dilakukan oleh Sari (2007) yang berjudul
Analisis Metafora pada Lirik Lagu Enka dalam Besuto Hitto Daizenshu 2005. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa metafora di dalam lirik lagu Enka dalam Besuto
Hitto bertemakan rasa cinta dan kehilangan . Berikut metafora yang terdapat di dalam
lirik lagu Enka :
Kehidupan adalah perjalanan Penderitaan adalah menanjak Penderitaan adalah hujan/dan angin Kebahagiaan adalah entitas Kesedihan adalah entitas
Berdasarkan hasil analisisnya, Sari (2007) menemukan bahwa budaya Jepang
menunjukkan kedekatan dengan alam, adanya kepedulian terhadap sekitar, dan
konsep ketidakkekalan mujo. Penelitian ini juga membuktikan bahwa metafora
berbasis pada pengalaman, dan sistem konseptual manusia bersifat metaforis.
Penelitian mengenai interpretasi lagu Iwan Fals telah dilakukan oleh Khrisna
Hermawan Warsono (2007) dari Universitas Kristen Petra Surabaya. Penelitian
tersebut mengkaji makna beberapa lagu Iwan Fals dari aspek semiotis dan mencari
apakah ada aspek propaganda dan perlawanan dalam lagu-lagu tersebut. Warsono
(2007) dalam penelitiannya menggunakan 6 buah lagu yang diciptakan dan
dinyanyikan Iwan Fals, yaitu lagu-lagu yang berjudul Surat Buat Wakil Rakyat, Guru
Oemar Bakrie, Jangan Bicara, Bento, Sarjana Muda, dan Bongkar.Warsono (2007) menggunakan teori semiotika untuk menganalisis data lagu-lagu tersebut. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat unsur propaganda dan ajakan
melakukan perlawanan dalam lagu-lagu yang diteliti. Jadi, penelitian yang telah
dilakukan oleh Warsono (2007) tersebut berbeda dengan penelitian saya, karena saya
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
13 mengkaji jenis ungkapan metaforis apa yang terdapat dalam lagu berdasarkan teori
Lakoff dan Johnson (1980), serta mencari ranah apa yang paling dominan yang
terdapat dalam lagu-lagu yang diteliti.
2.4 Beberapa Pendekatan dalam Kajian Metafora
2.4.1 Semiotik
Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti tanda. Tanda
terdapat di mana-mana: kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu
lintas, bendera, dan sebagainya. Menurut Van Zoest (1992: 1), semiotika adalah
cabang ilmu yang berkaitan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan tanda seperti sistem tanda dan penggunaan tanda. Tanda adalah
sesuatu yang mewakili sesuatu. Unsur tanda yang kita indera disebut representamen.
Sesuatu yang diwakili dapat berupa pengalaman, pikiran, gagasan, atau perasaan.
Menurut Peirce dalam Zoost (1992: 7), terdapat 3 unsur yang menentukan tanda:
1) Tanda harus dapat diamati atau ditangkap sendiri.
Pengetahuan kita mengenai kode memainkan peranan penting sehingga
kita mengerti nahwa sesuatu hal itu sebuah tanda. Kode yang dimaksud
dapat berupa kode bahasa dan kode non bahasa. Kode non bahasa dapat
berupa kebiasaan dan kode atas dasar pengetahuan pribadi. Kode yang
digunakan untuk mengetahui sebuah tanda disebut dengan ground.
2) Tanda memiliki sifat representatif
Esensi tanda menurut Peirce adalah kemampuan mewakili gambaran
sebuah benda, peristiwa, dan keadaan. Hasil representasi dari sebuah tanda
disebut denotatum atau acuan.
3) Tanda memiliki sifat interpretatif
Hasil interpretasi akan tanda diartikan sebagai interpretant dari tanda, interpretant
adalah tanda yang berkembang dari tanda yang terlebih dahulu ada dalam benak
orang yang menginterpretasikannya, setelah dihubungkan dengan acuan.
Peirce dalam Noth (1990: 42) menyatakan bahwa sesuatu disebut tanda jika
dapat diinterpretasi. Menurut Peirce, tanda bukanlah suatu struktur, melainkan proses
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
14 kognitif berdasarkan apa yang dapat ditangkap oleh panca indra (Hoed 2008: 4).
Peirce menyebut tanda sebagai representament, yakni sesuatu yang mewakili sesuatu
yang lain dalam batas tertentu. a sign is something which stands to somebody for
something in some respect or capacity. (Noth, 1990: 42). Tanda selalu terdapat
dalam hubungan triadik, yakni ground, object dan interpretant. Tanda baru dapat
berfungsi dan bermakna bila diinterpretasikan oleh penerima tanda/penafsir
(interpreter). Peirce mengatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan contoh dari
kepertamaan (firstness), objeknya adalah kekeduaan (secondness) dan penafsirnya
adalah keketigaan (thirdness). Tanda yang berkaitan dengan representament atau
ground terdiri atas, qualisign, sinsign, dan legisign. Berdasarkan objeknya, Peirce
membagi tanda atas ikon (icon), indeks (index), simbol (symbol). Berdasarkan
interpretant, tanda dibagi atas, rheme, dicent dan argumen. Relasi tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
2.4 Tabel Relasi Ikon, Indeks dan Simbol
Relasi dengan
representamen
Relasi dengan objek Relasi dengan
interpretan
kepertamaan
(firstness)
Bersifat potensial
(qualisign)
Berdasarkan
keserupaan (ikonis)
Terms (rheme)
Keduaan
(secondness)
Bersifat
keterkaitan
(sinsign)
Berdasarkan
penunjukkan
(indeks)
Suatu pernyataan yang
bisa benar bisa salah
(proposisi atau dicent)
Ketigaan
(thirdness)
Bersifat
kesepakatan
(legisign)
Berdasarkan
kesepakatan (simbol)
Hubungan proposisi
yang dikenal dalam
bentuk logika tertentu
(internal) (argument)
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
15 2.4.2 Semantik
Semantik merupakan bidang linguistik yang mempelajari makna tanda
bahasa. Sebuah kata, misalnya buku, terdiri atas unsur lambang bunyi yaitu [b-u-k-u]
dan konsep atau citra mental benda-benda yang dinamakan buku. Makna kata buku
adalah konsep tentang buku yang tersimpan dalam otak kita dan dilambangkan
dengan kata buku. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semantik mengkaji
tanda bahasa, yaitu kaitan antara konsep dan tanda bahasa yang melambangkannya
(Darmojuwono, 2005: 121). Menurut Ogden dan Richards (1989), makna suatu kata
diperoleh dari hubungan antara lambang bahasa/simbol, citra mental dan
referen/acuan. Makna ini merupakan citra mental yang timbul dalam pikiran
seseorang jika mendengar atau membaca tanda bahasa. Penjelasan mengenai segitiga
Ogden dan Richards (1989) akan dibahas lebih jauh pada Bab 3 Kerangka Teori.
Makna merupakan kesatuan mental pengetahuan dan pengalaman yang terkait
dengan lambang bahasa yang mewakilinya (Darmojuwono, 2005: 121). Berikut ini
beberapa jenis makna menurut Chaer (2007: 289-294).
1) Makna Leksikal dan Makna Kontekstual
Makna leksikal adalah makna dasar yang dimiliki atau ada pada leksem meski
tanpa konteks apapun. Misalnya, leksem kuda memiliki makna leksikal
sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai. Berdasarkan contoh
tersebut, dapat dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna dasar, makna
yang sesuai dengan hasil observasi indera kita.
Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di
dalam konteks. Misalnya dalam kalimat sudah hampir pukul dua belas!,
apabila dituturkan oleh seorang ibu kos/asrama putri kepada seorang pemuda
yang bertandang di asrama putri tersebut, menunjukkan bahwa sang ibu kos
mengusir pemuda itu secara halus, sedangkan jika diucapkan oleh seorang
karyawan kantor kepada teman kerjanya, maka makna kalimat itu bisa berarti
sebentar lagi waktu istirahat tiba atau waktu makan siang tiba.
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
16
2) Makna Referensial dan Makna Non-Referensial
Sebuah kata atau leksem disebut bermakna refernsial kalau ada referensnya
atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk
kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya di dunia nyata.
Sebaliknya, kata-kata seperti dan, atau, karena adalah termasuk kata-kata
yang tidak bermakna referensial, karena kata-kata itu tidak mempunyai
referen, tetapi kata-kata tersebut memiliki makna gramatikal.
3) Makna Denotatif dan Makna Konotatif
Makna denotatif adalah makna dasar yang dimiliki oleh leksem. Jadi, makna
denotatif ini sebenarnya sama dengan makna leksikal. Contohnya, kata buaya
bermakna denotatif sejenis binatang melata yang besar, buas, dan hidup di
dua tempat yaitu di perairan dan daratan,
Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna
denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok
orang yang menggunakan kata tersebut. Misalnya kata buaya jika
ditambahkan dengan kata darat menjadi buaya darat, maka leksem buaya
yang pada awalnya bermakna sejenis binatang buas melata, memiliki makna
yang berbeda ketika ditambahkan leksem darat, sehingga menjadi buaya
darat yang maknanya menjadi seseorang yang playboy atau seseorang yang
suka gonta-ganti pacar.
4) Makna Asosiatif
Makna asosiatif merupakan asosiasi yang muncul dalam benak seseorang jika
mendengar kata tertentu. Asosiasi ini dipengaruhi unsur psikis, pengetahuan,
dan pengalaman seseorang. Makna asosaiatif memiliki peran penting untuk
pemahaman wacana karena makna asosiatif dapat menjadi pengikat makna
kata-kata sehingga terbentuk pemahaman suatu wacana. Interpretasi puisi
tidak dapat dipisahkan dari makna asosiatif kata-kata yang terdapat di dalam
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
17
puisi, karena dengan mengenal makna sosiatif akan memudahkan interpretasi
(Darmojuwono, 2005: 119).
2.4.3 Pragmatik
Grice (1998) menyatakan bahwa metafora merupakan suatu pelanggaran
maksim kualitas. Grice berujar, do not say what you believe to be false. Berikut ini
contoh pelanggaran atau penyimpangan maksim kualitas, you are the cream in my
coffee (kau adalah krim di dalam kopi saya). Penutur memiliki maksud yang berbeda
dari apa yang diutarakan, dalam hal ini penutur menggambarkan hubungan parallel
antara mitra tutur dan cream. Mitra tutur yang diajak berbicara oleh penutur
disejajarkan atau dianalogikan dengan cream di dalam secangkir kopi. Terkait dengan
maksim relevansi, maka metafora juga merupakan pelanggaran atau penyimpangan
terhadap maksim relevansi. Menurut teori relevansi Sperber dan Wilson (1995),
relevansi merupakan kunci utama dalam menginterpretasi tuturan/ujaran. Jadi, di
dalam hal ini, kajian metafora terkait erat dengan kajian pragmatik yaitu mengenai
pelanggaran beberapa maksim.
2.4.4 Wacana dan Teks
Menurut D. Maingueneau dalam Zaimar (2003, 116), istilah ujaran untuk
mengacu pada satuan bahasa yang melampaui batas kalimat bila ditinjau dalam
lingkup ketat strutur linguistik, dan dapat dilihat dalam situasi komunikasi. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa wacana adalah ujaran dan pengujarannya. Untuk
memahami suatu wacana, maka seseorang harus melihat konteks situasinya.
Mengenai pengertian teks, Brown dan Yule (1983:6 dan 12) menyatakan
bahwa teks adalah realisasi wacana. Sementara menurut Zaimar (2003: 117), wacana
dihubungkan dengan situasi pengujarannya, sedangkan teks terfokus pada
keutuhannya yang menjadikannya suatu totalitas dan bukan hanya rangkaian kalimat
saja. Kata teks berasal dari kata tekstur yang berarti anyaman atau jalinan. Setiap
bagian teks mempunyai hubungan makna satu sama lain sehingga teks mempunyai
koherensi dan kohesi, serta keseluruhan teks merupakan anyaman atau jalinan unsur-
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
18 unsurnya (Zaimar, 2003: 117) Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disebutkan,
maka dalam penelitian ini, saya menyamakan istilah wacana dan teks, karena di
dalam sebuah lirik lagu terdapat beberapa bait yang berkaitan satu sama lain dan
mengisahkan suatu rangkaian cerita yang utuh. Jadi, dalam hal ini, untuk dapat
memahami makna sebuah lagu, maka lagu tersebut harus dimaknai secara
menyeluruh sebagai satu kesatuan teks.
2.5 Lirik Lagu
Lirik lagu merupakan ekspresi seseorang tentang suatu hal yang sudah dilihat,
didengar maupun dialaminya. Dalam mengekspresikan pengalamannya, pencipta lagu
melakukan permainan kata-kata dan bahasa untuk menciptakan daya tarik dan
kekhasan terhadap lirik atau syairnya. Permainan bahasa ini dapat berupa permainan
vokal, gaya bahasa maupun penyimpangan makna kata dan diperkuat dengan
penggunaan melodi dan notasi musik yang disesuaikan dengan lirik lagunya sehingga
pendengar semakin terbawa dengan apa yang dipikirkan pencipta lagu tersebut (Awe,
2003:51).
Para pencipta lagu memandang musik sebagai sesuatu yang melambangkan
karakteristik pribadi pencipta lagu (Knowles dan Moon 2006, 141). Lirik lagu
melambangkan metafora verbal dan musik melambangkan metafora non-verbal yang
menyampaikan pesan tertentu. Sebagai contoh, lagu Candle in the Wind yang
diciptakan oleh Elton John yang dipersembahkannya untuk almarhumah Putri Diana,
menunjukkan kerapuhan hidup seperti ciri sebuah lilin yang tertiup angin.
Bentuk lirik lagu mirip dengan puisi, sehingga banyak puisi yang disampaikan
dengan iringan musik. Sebagaimana juga penyair yang menggunakan bahasa yang
padat makna, seorang penulis lagu dituntut untuk dapat memilih unsur leksikal yang
tepat, singkat sekaligus estetis dalam mengungkapkan perasaannya. Definisi lirik atau
syair lagu dapat dianggap sebagai puisi begitu pula sebaliknya. Hal serupa juga
dikatakan oleh Jan van Luxemburg (1989) yaitu definisi mengenai teks-teks puisi
tidak hanya mencakup jenis-jenis sastra melainkan juga ungkapan yang bersifat
pepatah, pesan iklan, semboyan-semboyan politik, syair-syair lagu pop dan doa-doa.
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
19
Universitas Indonesia
2.5.1 Iwan Fals dan Lirik Lagu Ciptaannya
Iwan Fals bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir di Jakarta, 3 September
1961) adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu yang menjadi salah satu legenda
hidup di Indonesia. Lewat lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial kehidupan
Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang, serta kehidupan dunia pada
umumnya, dan kehidupan itu sendiri. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti
Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang
Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di
luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya.
Iwan Fals penyanyi bersuara khas ini bergenre country/balada. Karakter
setiap lagu ditambah ciri khas liriknya membuat ia seringkali diidentikan dengan
legendaris internasional, Bob Dylan. Dalam hal lirik, Iwan Fals sudah menunjukkan
kenakalannya pada lagu-lagu bernuansa kritik, baik yang bersifat sosial maupun
politik, yang seringkali dibalut dengan humor dan metafora-metafora yang cerdas.
Judul-judul seperti Serdadu, Barang Antik, Obat Awet Muda (OAM), Guru Oemar
Bakri, dan Tikus-tikus Kantor merupakan beberapa contoh lagu yang memamerkan
kejeniusan penyanyi dan pencipta lagu ini menggabungkan semua unsur yang disebut
di atas.
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
20
BAB 3
KERANGKA TEORETIS
3.1 Pengantar
Cara berpikir dan bertindak setiap individu selalu terkait dengan metafora.
Gambaran mengenai realitas dan pengalaman sehari-hari dapat dipahami dengan
mudah melalui metafora, karena metafora terkait dengan kognisi manusia. Metafora
tidak cukup dipandang sebagai perbandingan dua objek semata, melainkan lebih dari
itu, metafora terkait dengan kognisi manusia yang tidak dapat dipisahkan dengan
realitas yang ada.
Sebagai landasan teori yang utama atau pisau analisis penelitian ini, Saya
menggunakan teori metafora konseptual dari Lakoff dan Johnson (1980) untuk
mengklasifikasikan tiga jenis metafora, yaitu metafora struktural, metafora ontologis,
dan metafora orientasional. Di samping itu, Saya juga mengkaji ranah sumber apa
yang paling dominan hadir di dalam lagu-lagu yang diteliti agar diketahui metafora
apa yang digunakan pencipta lagu yang diteliti untuk melontarkan kritik-kritik sosial.
Metafora dalam kajian ini juga menggunakan landasan teori metafora dalam
arti luas menurut klasifikasi majas Moeliono (1989:175-177), karena data yang
digunakan berupa lirik lagu yang berisi bait-bait seperti sebuah puisi yang biasanya
mengandung majas di dalamnya untuk memperindah lagu dan memudahkan
pemahaman penikmat lagu terhadap isi pesan lagu tersebut. Tujuan dari menemukan
jenis majas apa yang terkandung di dalam bait-bait lagu adalah untuk mengetahui
majas apa yang paling dominan digunakan pencipta lagu (dalam hal ini Iwan Fals)
ketika melontarkan kritik sosial terhadap pemerintah berkuasa pada masa itu.
3.2 Metafora Konseptual
Segala sesuatu yang dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari
direalisasikan secara kognitif melalui bahasa. Sebagai contoh, dalam kehidupan
sehari-hari kita kerapkali berselisih faham atau berselisih pendapat dengan orang lain.
Universitas Indonesia
20
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
21
Ketika terjadi selisih pendapat atau beradu argumen, tentunya masing-masing pihak
mempertahankan argumennya. Namun, dalam beradu argumen, tentu saja ada pihak
yang kalah dan ada pihak yang menang, meskipun pihak yang menang tersebut belum
tentu memiliki argumen yang benar. Berdasarkan pengalaman berargumen tersebut,
muncul istilah I dont want to lose my argument (saya tidak mau kalah dalam
perdebatan ini) dan I won my argument (saya menang dalam perdebatan ini).
Kemenangan dan kekalahan dalam perdebatan atau beradu argument ini dianggap
seperti sedang menghadapi peperangan. Jadi, hal tersebut menghasilkan konsep
metaforis dalam pikiran manusia bahwa ARGUMENT IS WAR. Konsep tersebut
merupakan pangkal munculnya istilah-istilah metaforis lain, seperti dalam kalimat
berikut; he shot down all of my argument (Dia menembak seluruh argumen saya) dan
I demolished his argument (saya meruntuhkan argumennya). Kata shot dan
demolished merupakan bagian dari konsep WAR (PEPERANGAN), di mana pelaku
dalam peperangan saling menembak dan meruntuhkan pertahanan. Berdasarkan
contoh tersebut, konsep ARGUMENT dapat dipahami dan dibentuk melalui konsep
WAR.
Dari contoh yang diberikan oleh Lakoff dan Johnson (1980) mengenai konsep
ARGUMENT dan WAR, dapat dipahami bahwa manusia mengamati dan
memperlakukan berbagai hal yang mereka jumpai, mereka rasakan dan aplikasikan
dalam bentuk bahasa yang bersifat metaforis lewat tuturan mereka sehari-hari. Seperti
yang disebutkan oleh Lakoff dan Johnson (1980:3) bahwa, ...metaphor is pervasive
in everday life, not just in language but in thought and action. Our ordinary
conceptual system, in terms of which we both think and act, is fundamentally
methaporical in nature. Teori metafora ini lebih dikenal dengan teori metafora
konseptual (Conceptual Metaphor Theory, disingkat CMT). Dalam CMT, terdapat
dua ranah konseptual, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran. Ranah sumber
digunakan manusia untuk memahami konsep abstrak dalam ranah sasaran. Ranah
sumber umumnya berupa hal-hal yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Ranah sumber lebih bersifat konkret, sedangkan ranah sasaran bersifat abstrak.
Metafora mengorganisasi hubungan antar objek dan menciptakan pemahaman
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
22
mengenai objek tertentu melalui pemahaman mengenai objek lain. Dengan kata lain,
ranah sumber (source domain) digunakan manusia untuk memahami konsep abstrak
dalam ranah sasaran (target domain).
Selanjutnya, Lakoff dan Johnson menyatakan bahwa The essence of
metaphor is understanding and experiencing one kind of thing in terms of another
(1980: 5). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa seseorang dapat
memahamisesuatu hal melalui proses pemahamannya akan hal lain yang telah dikenal
dan dipahami sebelummya. Pendapat tentang Lakoff ini mengisyarakatkan bahwa
metafora bukan sekadar dalam kata-kata yang kita gunakan tetapi lebih dari itu,
bahwa ini merupakan fakta bahwa proses berpikir manusia dan sistem
pemahamannya sebagian adalah metaforis.
Metafora menurut Lakoff dan Johnson (1980) terdiri atas tiga jenis, yaitu:
1. Metafora struktural, yaitu sebuah konsep dibentuk secara metaforis dengan
menggunakan konsep yang lain. Metafora struktural ini didasarkan pada dua
ranah, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran. Metafora struktural berdasar
pada korelasi sistematis dalam pengalaman sehari-hari.
2. Metafora orientasional, yaitu metafora yang berhubungan dengan orientasi
ruang, seperti naik-turun, dalam-luar, depan-belakang, dan lain-lain. Orientasi
ruang ini muncul dari kenyataan bahwa kita memiliki tubuh dan tubuh
berfungsi dalam lingkungan fisik. Metafora ini lebih didasarkan pada
pengalaman fisik manusia dalam mengatur orientasi arah dalam kehidupan
sehari-hari, seperti UP-DOWN yang diukur dari pengalaman fisik manusia.
Metafora orientasional merefleksikan konsep spasial yang berbeda-beda
menurut pengalaman fisik atau budaya msyarakatnya (2003: 14). Oleh karena
itu metafora orientasional berbeda di setiap budaya, karena apa yang
dipikirkan, dialami, dilakukan oleh setiap budaya, berbeda. Metafora
orientasional memberikan pada sebuah konsep suatu orientasi ruang,
misalnya: HAPPY IS UP, HEALTH IS UP.
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
23
3. Metafora ontologis adalah metafora yang melihat kejadian, aktifitas emosi,
dan ide sebagai entitas dan substansi. Misalnya dalam metafora THE MIND
IS A MACHINE dalam kalimat My mind just isnt operating today (hari
ini otak saya tidak bekerja atau hari ini saya sedang tidak ingin berpikir).
Metafora ontologis adalah metafora yang mengkonseptualisasikan pikiran,
pengalaman, dan proseshal abstrak lainnyake sesuatu yang memiliki sifat
fisik. Dengan kata lain, metafora ontologis menganggap nomina abstrak
sebagai nomina konkret. Berikut ini contoh metafora kenaikan harga barang
yang dipandang sebagai suatu entitas melalui nomina inflasi.
INFLATION IS AN ENTITY
Inflation is lowering our standard of living
(inflasi menurunkan standar kehidupan kita)
Inflation makes me sick
(inflasi membuat saya muak)
Berdasarkan contoh metafora inflasi tersebut, suatu entitas memungkinkan
kita untuk mengacu/merujuk kepada hal tersebut (referring), menghitung
jumlahnya (quantifying), mengidentifikasi aspek tersebut (identifying
aspects), mengidentifikasi penyebab/alasannya (identifying causes),
menentukan tujuan dan mendorong tindakan (setting goals and motivating
actions), (Lakoff dan Johnson, 1980: 26). Metafora ontologis memiliki sub-
bagian lain yang disebut container metaphor (metafora kontainer), yaitu suatu
entitas abstrak dianggap memiliki fisik berupa kontainer, atau semacam ruang
yang memiliki pintu masuk IN dan pintu keluar OUT. Dalam hal ini, ketika
suatu objek masuk ke dalam container tersebut, maka kontaainer itu terisi,
demikian pula sebaliknya. Contohnya, he fell in love (dia jatuh cinta). Were
out of trouble now (kita keluar dari masalah/kita sudah terbebaskan dari
masalah).
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
24
Personifikasi menurut Lakoff dan Johnson (2003) juga termasuk ke dalam
metafora ontologis. Dalam personifikasi, entitas yang berupa benda mati, baik
benda abstrak maupun konkret digunakan dan diperlakukan seperti layaknya
manusia dengan segala aspek dan aktifitasnya, sebagai contoh, inflation is
eating up his profits, inflation has attacked the foundation of our economy.
Berdasarkan contoh tersebut, entitas inflation dianggap mampu melakukan
sesuatu selayaknya manusia, yaitu eating atau memakan dan attacked atau
menyerang.
3.3 Klasifikasi Majas
Metafora adalah perbandingan yang implisit, tanpa kata seperti atau sebagai di
antara dua hal yang berbeda (Moeliono, 1984: 3). Terdapat dua istilah metafora yaitu
metafora dalam arti sempit dan metafora dalam arti luas. Metafora dalam arti sempit
adalah bentuk kiasan tertentu di antara bentuk-bentuk kiasan yang lain, yaitu
metonimi, sinekdoke, hiperbol, sedangkan metafora dalam arti luas mencakup semua
bentuk kiasan atau majas (Noth 1995: 128). Menurut Moeliono (1989), metafora
dalam arti luas adalah majas yang merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yakni
majaz dalam bahasa Indonesia. Majas dalam bahasa Indonesia adalah sinonim dari
metafora dalam arti luas yang diklasifikasikan oleh Moeliono (1989). Majas tersebut
diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, 1) majas perbandingan antara lain; simile,
metafora dan personifikasi; 2) majas pertentangan, antara lain; hiperbol, litotes, ironi;
dan 3) majas pertautan, antara lain; metonimi, sinekdok, eufimisme, dan kilatan.
1. Majas Perbandingan
Majas atau gaya bahasa perbandingan terdiri dari tiga sub-kategori, yaitu,
perumpamaan, metafora, dan personifikasi.
a) Perumpamaan (simile)
Perbandingan antara dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang dengan
sengaja dianggap sama. Perbandingan secara eksplisit dijelaskan dengan pemakaian
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
25
kata seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak,laksana. Contoh: dia seperti anak ayam
kehilangan induk.
b) Metafora
Metafora adalah majas perbandingan yang implisit di antara dua hal yang
berbeda, yang pengungkapannya tanpa kata seperti atau sebagai. Contoh: Dia
anak emas pamanku.
c) Personifikasi/penginsanan
Jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insan kepada barang yang tidak
bernyawa dan ide yang abstrak. Contohnya: angin yang meraung, cinta itu
buta.
2. Majas Pertentangan
Dalam kategori ini terdapat tiga sub-kategori, yaitu hiperbola, litotes dan
ironi. Berikut ini penjelasan mengenai ketiga sub-kategori tersebut.
a) Hiperbola
Ungkapan yang melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dimaksudkan:
jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya. Misalnya: Dia terkejut setengah mati
b) Litotes
Majas yang dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan
bentuk yang negatif atau bentuk ynng bertentangan. Litotes mengurangi atau
melemahkan kekuatan pernyataan yang sebenarnya. Contoh: hasilnya tidak
mengecewakan (maksudnya, hasilnya baik)
c) Ironi
Majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud berolok-
olok. Maksud itu dapat tercapai dengan mengemukakan (1) makna yang
berlawanan dengan makna yang sebenarnya, (2) ketaksesuaian antara
kenyataan dan harapan, (3) ketaksesuaian antara suasana yang diketengahkan
dan kenyataan yang mendasarinya. Misalnya: sudah pulang engkau, Nak,
baru pukul 2 malam (ekspresi seorang ayah yang kesal, yang menunggu
anaknya pulang).
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
26
3. Majas Pertautan
Yang termasuk dalam kategori ini, antara lain, metonimia, sinekdok, kilatan, dan
eufemisme.
a) Majas metonimia (berasal dari bahasa Yunani, meta (bertukar) + onym
(nama) adalah sejenis majas yang menggunakan nama suatu barang bagi
sesuatu yang lain yang berkaitan erat dengannya. Majas ini memakai nama
ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal. Kita
dapat menyebut pencipta atau pembuatnya jika yang dimaksudkan ciptaan
ataupun buatannya ataupun kita menyebut bahannya jika yang dimaksudkan
barangnya. (Moeliono, 1984: 3). Contoh: Para siswa sekolah menengah
senang sekali membaca S.T. Alisyahbana.
b) Majas sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai
pengganti nama keseluruhan, atau sebaliknya. Sebagai contoh: pasang
telinga baik-baik dalam menghadapi masalah ini.
c) Majas kilatan adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu
peristiwa atau tokoh berdasarkan praanggapan adanya pengetahuan bersama
yang dimiliki oleh penulis dan pembaca serta adanya kemampuan pada
pembaca untuk menangkap pengacuan itu. Misalnya: tugu ini mengenangkan
kita kembali ke peristiwa Bandung Selatan.
d) Majas eufemisme ialah ungkapan yang dianggap lebih halus sebagai
pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang dianggap tidak
menyenangkan. Contohnya: penyesuaian harga untuk menyebutkan istilah
kenaikan harga.
3.4 Metafora dalam Kajian Semantik
Makna merupakan kesatuan mental pengetahuan dan pengalaman yang terkait
dengan lambang bahasa yang mewakilinya (Darmojuwono, 2005: 121). Sebuah kata
atau leksem dapat ditentukan maknanya jika kata tersebut berada di dalam konteks
kalimatnya. Metafora berkaitan erat dengan pembahasan makna. Inti dari metafora
terletak pada hubungan antara kata, dan makna kata. Di dalam metafora terdapat dua
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
27
makna, yakni makna harfiah atau kalimat dan makna yang dimaksudkan disebut
dengan makna metaforis (Searle, 1979: 520). Makna metaforis adalah makna yang
dialihkan dari makna kata yang sebenarnya menjadi makna kata yang lain. Hal ini
diperkenalkan juga oleh C/ K Ogden dan I. A Richards pada tahun 1923 (Leech,
1974: 1) yang kemudian dijadikan acuan dalam kajian semantik.
Menurut Ogden dan Richards (1989), makna suatu kata diperoleh dari
hubungan antara lambang bahasa/simbol, citra mental dan referen/acuan. Makna ini
merupakan citra mental yang timbul dalam pikiran seseorang jika mendengar atau
membaca tanda bahasa. Sebagai contoh, makna kata bunga adalah citra
mental/konsep tentang bunga yang tersimpan di dalam otak kita dan dilambangkan
dengan kata bunga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semantik mengkaji
makna tanda bahasa, yaitu kaitan antara citra mental/konsep dan tanda bahasa yang
melambangkannya. Gambar segitiga Ogden dan Richards (1989) menunjukkan
bahwa di antara lambang bahasa dan citra mental terdapat hubungan langsung, karena
lambang dan konsep/citra mental berada di dalam bahasa, sedangkan lambang/simbol
dan referen tidak berhubungan langsung (digambarkan dengan garis putus-putus)
karena harus melalui konsep/citra mental.
b) citra mental
Satu leksem memiliki cakupan makna yang dibentuk oleh sem-sem yang ada (unsur
makna terkecil), jika kata tersebut digunakan dalam konteks tertentu maka sem-sem
yang cocok dengan konteks akan membentuk makna kontekstual kata tersebut.
Sebagai contoh kata bunga makna denotasinya adalah referen yang disebut bunga,
simbol/lambang b-u-n-g-a
a) Referen/acuan
(c)
Gambar 3.1 Segitiga Ogden & Richards
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
28
namun jika bunga digunakan dalam kalimat Ani bunga desa ini, maka makna
metaforis gadis yang tercantik dibentuk oleh sem yang sesuai dengan konteks ini.
Berikut ini bagan mengenai makna menurut Blanke (1973: 78).
S K
Sem-sem Sem-sem
Untuk dapat memahami makna metaforis, dapat dianalisis melalui komponen
maknanya. Analisis komponen makna dasar yang dimiliki kata/frasa/kalimat tersebut.
Cara ini dipakai untuk memperlihatkan perbedaan unsur-unsur penyusun makna yang
terdapat di dalam sebuah kata/frasa/kalimat. Makna sebuah kata dapat dibentuk oleh
beberapa komponen makna. Hubungan yang terdapat antara makna kata (misalnya
kata A) dan KM (Komponen Makna), adalah hubungan:
Makna (kata A) = KM1+KM2+KM3+KMn
Analisis komponensial adalah teknik untuk mendeskripsikan hubungan makna suatu
referen dengan memilah-milahkan setiap konsep menjadi komponen minimal, atau
ciri-ciri, seperti keadaan, proses, hubungan sebab akibat, hubungan relasional
kelompok/kelas, kepemilikan, dimensi/ruang, lokasi, dan arah (Widdowson, 1996:
57). Ciri-ciri makna yang dilambangkan oleh bentuk leksikal suatu kata atau
kelompok kata sebagai referen diinventarisir melalui analisis komponen makna.
Leksem
Cakupan makna
Rantai fonem
Cakupan konsep
Realitas
Rantai sem
Gambar 3.2 Bagan Makna
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
29
Universitas Indonesia
Berdasarkan pemaparan mengenai teori metafora konseptual Lakoff dan
Johnson (1980) dan klasifikasi majas dari Moeliono (1989), serta metafora dalam
kajian semantik, maka sebagai pisau analisis dalam penelitian ini, Saya akan
menggunakan teori metafora konseptual dari Lakoff dan Johnson (1980) dan
metafora dalam arti luas yang mencakup semua jenis majas menurut Moeliono
(1989). Saya menggunakan landasan teori metafora dalam arti luas menurut Moeliono
(1980), karena di dalam sebuah lagu umumnya menggunakan beberapa jenis majas
untuk mengungkapkan sesuatu hal. Oleh karena itu, pengertian metafora dalam arti
luas yang mencakupi beberapa jenis majas digunakan untuk menganalisis jenis majas
yang terdapat di dalam setiap lagu.
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
30
BAB 4
ANALISIS LIRIK LAGU IWAN FALS
4.1 Pengantar
Dalam bab ini teks lagu yang menjadi sumber data penelitian ini dianalisis
untuk dapat menjawab permasalahan dari penelitian ini. Setiap bait dalam lagu diberi
nomor bait tanpa tanda kurung. Analisis dalam bab ini dilakukan per bait lagu yang
mengandung metafora. Setiap judul lagu diberi kode angka dan setiap larik dalam bait
diberi kode angka dalam kurung tutup. Contohnya, judul lagu diberi kode 4.1.1 dan
kode larik dalam bait lagu diberi tanda (1). Keseluruhan lirik lagu dilampirkan dalam
lampiran.
Analisis teks lirik lagu ini menggunakan landasan teori dari Lakoff dan Johnson (1980) untuk menemukan jenis ungkapan metaforis apa yang terdapat dalam
album Iwan Fals. Tiga jenis ungkapan metaforis tersebut, yaitu metafora struktural,
metafora orientasional dan metafora ontologis. Kemudian, untuk memahami jenis
majas yang digunakan dalam setiap lagu yang dianalisis, saya menggunakan teori
majas dari Moeliono (1989) yang terdiri atas majas perbandingan, pertautan, dan
pertentangan.
4.1.1 Judul lagu: OPINIKU (Album tahun 1982)
Bait 1
(1) Manusia sama saja dengan binatang (2) Selalu perlu makan (3) Namun caranya berbeda (4) Dalam memperoleh makanan
Pada bait 1 larik (1), manusia sama saja dengan binatang merupakan simile karena
terdapat frasa pemarkah simile yaitu frasa sama saja. Konsep abstrak MANUSIA
yang merupakan ranah sasaran dibandingkan dengan konsep konkret BINATANG
sebagai ranah sumber. MANUSIA digambarkan memiliki beberapa sifat dan perilaku
seperti yang dimiliki oleh BINATANG. Dalam konteks bait 1 ini, digambarkan
Universitas Indonesia 30
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
31
bahwa MANUSIA juga perlu makan, namun caranya berbeda. Majas simile atau
perumpamaan dalam klasifikasi Moeliono (1989: 175) termasuk ke dalam majas
perbandingan. Dalam hal ini berarti kata binatang diperbandingkan dengan manusia
dengan menggunakan kata sama saja sebagai penanda sebuah simile. Jenis metafora
pada bait ini adalah metafora struktural, di mana sebuah konsep dibentuk secara
metaforis dengan menggunakan konsep yang lain, dalam bait ini konsep manusia
dideskripsikan dengan sifat dan ciri yang dimiliki seekor binatang macan.
Bait 2 (1) Binatang tak mempunyai akal dan pikiran (2) Segala cara halalkan demi perut kenyang (3) Binatang tak pernah tahu rasa belas kasihan (4) Padahal di sekitarnya petani berjalan pincang
Pada bait 2 ini, kata binatang merujuk kepada manusia yang disebutkan pada bait 1
larik (1). Jadi, pada bait 2 ini ciri atau sifat binatang yaitu, tak punya akal dan
pikiran, halalkan segala cara demi perut kenyang, tak punya rasa belas kasihan,
dimiliki juga oleh manusia. Pada larik ke (4), petani berjalan pincang digunakan
sebagai perbandingan dengan segala cara halalkan demi perut kenyang pada larik ke
(2). Petani berjalan pincang mengacu kepada kondisi rakyat yang lemah dan berada
dalam kehidupan yang serba kekurangan (pincang/timpang menggambarkan
seseorang yang kekurangan atau kelemahan dalam tubuhnya). Pada larik ke (2)
segala cara halalkan demi perut kenyang mengacu pada sosok penguasa atau
pemerintah yang menghalalkan segala cara demi memperoleh kepentingannya sendiri
padahal di sekitarnya rakyat menderita (petani berjalan pincang). Jadi, ranah sumber
pada bait ini adalah BINATANG, dan ranah sasarannya secara khusus dan implisit
mengacu pada PENGUASA. Metafora pada bait ini adalah metafora struktural,
yaitu konsep manusia dijelaskan melalui sifat dan ciri yang dimiliki oleh binatang.
Bait 3
(1) Namun kadang kala ada manusia (2) Seperti binatang (kok bisa?)
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
32
(3) Bahkan lebih keji (4) Dari binatang macan
Pada bait 3 larik ke (1) hingga ke (4), jika dilihat dari aspek ranah sumber dan ranah
sasaran, tampak bahwa MANUSIA adalah ranah sasaran dan BINATANG adalah
ranah sumber yaitu konsep konkret BINATANG menjelaskan konsep abstrak dari
MANUSIA. Hal ini berarti, MANUSIA memiliki sifat seperti BINATANG,
khususnya sifat binatang macan, yaitu sangat keji dan suka menerkam mangsanya.
Contoh manusia yang seperti binatang ini adalah sosok penguasa yang selalu haus
dan rakus untuk melahap atau merampas hak-hak rakyat kecil. Berdasarkan pemetaan
yang dilakukan, metafora dalam album ini merupakan metafora struktural, karena
ranah sasaran MANUSIA direalisasikan sebagai BINATANG yang merupakan
entitas konkret.
Bait 4
(1) Tampar kiri kanan alasan untuk makan (2) Padahal semua tahu dia serba kecukupan (3) Intip kiri kanan lalu curi jatah orang (4) Peduli sahabat kental kurus kering kelaparan
Pada bait 4 larik ke (2) terdapat kata dia yang mengacu kepada sosok penguasa yang
rakus, hal ini ditunjukkan dalam larik (2) dan (3), yaitu padahal semua tahu dia serba
kecukupan, intip kiri kanan lalu curi jatah orang. Pada kedua larik tersebut, terdapat
kenyataan yang bertolak belakang, bahwa seseorang yang berkecukupan hidupnya,
suka mencuri hak orang lain, hal ini menunjukkan sifat rakus penguasa seperti
dimiliki oleh sifat rakusnya binatang. Pada larik ke (4) terdapat kata sahabat yang
merupakan teman dekat dari seseorang yang berkecukupan pada larik ke (2). Dalam
hal ini, sosok penguasa yang tergambar dalam larik dia serba kecukupan memiliki
sifat seperti binatang yang suka mencuri makanan, yaitu digambarkan dalam larik ke
(3) intip kiri kanan lalu curi jatah orang, yang berarti bahwa sosok penguasa tersebut
suka mencuri hak rakyat. Larik (4) peduli sahabat kental kurus kering kelaparan,
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
33
mengacu pada keadaan rakyat yang kelaparan, yang berarti bahwa sosok penguasa
dalam bait ini bahkan tidak memedulikan rakyat yang kelaparan.
4.1.2 Judul Lagu: SUMBANG (album Sumbang 1983)
Bait 1 (1) Kuatnya belenggu besi (2) Mengikat kedua kaki (3) Tajamnya ujung belati (4) Menghujam di ulu hati (5) Sanggupkah tak akan lari (6) Walau akhirnya pasti mati
Kata belenggu yang bermakna tali pengikat dan kata besi yang bermakna logam yang
kuat pada bait 1 larik ke (1) dan ke (2) tersebut menunjukkan sesuatu yang kuat dan
mengikat atas sesuatu hal yang lain, dengan kata lain hal ini menggambarkan
penguasa yang memiliki kekuatan sangat besar untuk memengaruhi rakyat sehingga
rakyat tidak berdaya terhadap kekuatan dan pengaruh sang penguasa.
Belenggu besi merupakan metafora dari sosok penguasa yang membatasi kebebasan
rakyat. Sifat dan ciri dari logam besi yang kuat mewakili ciri dan sifat penguasa di
sebuah negara yang memiliki kekuatan dan pengaruh yang besar terhadap rakyatnya.
Sosok penguasa yang kuat ini digambarkan lebih jelas lagi dalam larik (3) dan (4),
tajamnya ujung belati, menghujam ulu hati, ciri dan kegunaan belati sebagai senjata
tajam untuk melemahkan lawan, digunakan untuk menggambarkan sosok yang suka
menyakiti atau menekan rakyatnya, sehingga rakyatnya tak mampu bertahan. Hal ini
diekspresikan dalam larik (5) dan (6) sanggupkah tak akan lari, walau akhirnya pasti
mati. Jadi, meskipun rakyat berusaha menyelamatkan diri, mempertahankan diri,
namun kekuatan sang penguasa tersebut tak dapat dilawan karena rakyat tak berdaya.
Ranah sumber pada bait ini adalah LOGAM BESI, dan ranah sasarannya adalah
PENGUASA. PENGUASA memiliki kekuatan seperti kuatnya LOGAM BESI.
Metafora dalam bait ini adalah jenis metafora struktural, yaitu konsep PENGUASA
dijelaskan melalui konsep lain yaitu BESI sehingga membentuk metafora
BELENGGU BESI.
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
34
Bait 2 (1) Di kepala tanpa baja (2) Di tangan tanpa senjata (3) Ah itu soal biasa (4) Yang singgah di depan mata kita
Pada bait 2 larik (1) ini, kata baja dalam kepala tanpa baja merujuk pada topi militer
yang terbuat dari baja. Kata tanpa menunjukkan bahwa di kepala tersebut tidak
dipakai topi yang terbuat dari baja tersebut yang berarti mengacu pada rakyat yang
tidak memakai atribut tersebut. Pada larik ke (2) di tangan tanpa senjata juga
merujuk kepada hal yang sama, yaitu rakyat yang tidak bersenjata. Majas pada bait
ini adalah metonimi, karena kata baja dan senjata bertautan atau berkaitan dengan
kemiliteran. Karena pada lirik tersebut terdapat kata tanpa berarti merujuk kepada
rakyat yang tidak memiliki senjata apa-apa untuk membela diri mereka.
Bait 3
(1) Lusuhnya kain bendera di halaman rumah kita (2) Bukan satu alasan untuk kita tinggalkan (3) Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan (4) Menyerang dalam gelap
Pada bait 3 larik (1), kata lusuh bersinonim dengan rusak dan kotor, usang atau
pudar warnanya, maka pada larik lusuhnya kain bendera di halaman rumah kita
memiliki makna bahwa sebuah negara berada dalam keadaan rusak dan kotor, tidak
tertata dengan baik. Hal ini dipertegas dengan larik (3) dan (4), banyaknya persoalan
yang datang tak kenal kasihan, menyerang dalam gelap. Kata menyerang pada larik
ke (4) tersebut menunjukkan personifikasi. Personifikasi menurut Lakoff dan
Johnson (2003) juga termasuk ke dalam metafora ontologis. Dalam personifikasi,
entitas yang berupa benda mati, baik benda abstrak maupun konkret digunakan dan
diperlakukan seperti layaknya manusia dengan segala aspek dan aktifitasnya, atau
sifat insani yang dilekatkan kepada benda yang tidak bernyawa atau dilekatkan
Universitas Indonesia
Metafora dalam lagu..., Siti Aisah, FIB UI, 2010
-
35
kepada ide yang abstrak. Jadi, menyerang dalam gelap pada larik ke (4) tersebut
termasuk personifikasi. Maka pada bait ini mengandung metafora ontologis.
Bait 4 (1) Memburu kala haru dengan cara main kayu (2) Tinggalkan bekas biru lalu pergi tanpa ragu (3) Memburu kala haru dengan cara main kayu (4) Tinggalkan bekas biru lalu pergi tanpa ragu
Kata memburu dalam larik (1) menggambarkan seseorang yang bertindak selayaknya
hewan yang memburu mangsanya. Frasa main kayu merupakan ungkapan yang
mengandung majas perbandingan langsung (metafora). Frasa main kayu jika
disandingkan dengan ungkapan main tangan yang berarti memukul dengan tangan,
berarti main kayu memiliki makna mem