DIKIR BARAT
Transcript of DIKIR BARAT
SASTRA MELAYU
Ringkasan Secara analisis, Puisi Melayu Terbahagi Dalam 12 Genre
1. Pantun
Sejenis puisi yang terikat; umumnya terdiri dari empat lirik serangkap, empat perkataan selarik, mempunyai rima akhir a-b-a-b dengan sedikit variasi dan kekecualian. Setiap rangkap terbagi kepada dua unit; pembayang atau sampiran, dan maksud, dan tiap-tiap rangkap dapat meyelesaikan satu keseluruhan idea.
Penjenisan pantun berdasarkan bentuk dan strukturnya yang tetap, yaitu dari segi jumlah larik yang serangkap: 2, 4, 6, 12 dan seterusnya; bentuk berkait, yaitu yang dikenali sebagai “pantun berkait”; dan variasi rima, termasuk yang menggujnakan pola rima syair. Oleh itu istilah-istilah yang merujuk kepada jenis-jenis pantun, seperti “pantun kanak-kanak”, “pantun kasih sayang”, “pantun budi” dan sebagiannya bukan tergolong sebagai penjelasan tema yang boleh berubah-ubah menurut tafsiran para pengkaji
Istilah istilah lain yang mempunyai cirri yang sam termasuk pantun-pantun yang melebihi empat larik serangkap (yang dikenali sebagai talibun), pantun seloka, pantun rejang, pribahasa, teromba dan teka –teki yang berkennaan dapat di masukin kedalm genre pantun.
2. Syair
Sejenis puisi yang terikat; umumnya terdirik dri pada empat larik serangkap, empat perkataan selarik, mempunyai rima akhir a-a-a-a dengan sedikit variasi dan kekekualian. Keseluruhan rangkap merupakan idea yang berurutan dan biasanya memerlukan beberapa rangkap untuk menyatakan keseluruhan idea.
Jenis-jenis syair juga tergantung pada jumlah larik serangkap dan variasi rima, misalnya syair dua larik atau kuplet, syair tiga larik serangkap, enam larikm serangkap dan syair berkait. Istilah-istilah seperti syair romantis, syair panji, syair sejarah, syair agama, syir simbolik dan sebagainya adalh sebagiab dari tema atau isi, buakn jenis atau bentuk.
Ke dalam genre syairini, dapat dimasukkan semua bentuk dan contoh yang mempunyai cirri yang sama, seperti seloka dalam bentuk syair, syair rejang, teka-teki, dzikir, dan mungkin puisi-puisi saduran atau terjemahan dari arab dan parsi, seperti ruba’I, nazam dan dzikir dalam bentuk syair.
3. Nazam
Sejenis puisi yang terkait; umumnya terdirik dari pada dua larik serangkap dengan jumlah perkataan antara empat hingga enam selarik dan skema rima a-a, a-b, c-b atau serima (monoryme), dengan sedikit variasi dan kekecualian. Nazam mungkin selesai dengan satu
rangkap, tetrapi biasanya memerlukan beberapa rangkap yang berurutan untuk menyatakn satu keseluruhan.
4. Gurindam
Sejenis puisi yang tidak terikat atau tiada tentu bentuknya (sama ada terikat atau tidak). Bentuk yang terikat biasanya terdiri dari pada dua larik serangkap, hamper seperti syair dua larik atau nazam. Setiap larik mengandung tiga atau empat, enam atau lebih perkataan; dan pola rima a-a; a-b atau serima (monoryme). Tiap serangkap merupakan sebagihan dari pada idea yang brurutan dan biasanya memerlukan beberapa larik atau rankap untuk mryatakan satu keseluruhan idea.
Bentuk yang tidak terikat tergolong sebagai puisi bebas, sama ada berangkap atau tidak. Waulaupun setiap rangkap dapat berdiri sendiri tetapi biasanya memerlukan beberapa larik atau rangkap untuk meyatakan satu keseluruhan idea.
Dari segi bentuk ia sam seperti talibun, teromba atau mantera; tetapi tergolong sebagai gurindam karena isinya mengandung nasihat, pengajaran dan kebenaran., berbeada dengan mantera,. Gurindam tidak mengandung konotasi megis; dan berbeda dengan teromba, ia tidak merujukm pada salasilah atau undang-undang adapt bagi sebuah masyarakat.
Gurindam juga dapat merangkum puisi yang lebih bebas, yang secara sinkronis tergolong sebagai puisi modern, terutama di peringkat awal perkembangannya. Kebanyakan karya puisi dalam peringkat itu memperlihatkan kebebasan dari segi bentuk dan isi tetapi masih terkongkong kepada nilai-nilai puisi tradisional dari segi pola rima, rentak an unsure-unsur estetik yang lain.
5. Seloka
Sejenis puisi bebas yang tidak terikat, berangkap atau tidak (biasanya tidak berangkap); jika berangkap, tidak tentu jumlah larik serangkap, jumlah perkataan selarik, mempunyai rima atau tidak. Biasanya memerlukan beberapa larik yang berurutan untuk dapat menyatakan keseluruhan idea. Dari segi bentuk, ia sama dengan gurindam, talibun (bahasa berirama), teromba atau mantera; tetapi di golongkan sebagai seloka karena isinya mengandungi sindiran jenaka, mengusik, bersenda-gurau atau perasaan-perasaan asik, birahi, khayal dan mimpi.
6. Teka-Teki
Sejenis puisi yang tidak terikat; terdiri daripada selirik atau beberapa lirik yang berurutan, sama ada berangkap atau tidak, jumlah perkataan selaraik, tidak tentu jumlah larik serangkap, jumlah perkataan selarik atau serangkap dapat meyatakaan keseluruhan idea.
Dari segi bentuk, ia sama seperti gurindam, seloka, talibun. Teromba atau mantera dan mungkin mengandung bentuk-bentuk lain (atau seluruhnya), seperti pantun atau syair. Tergolong sebagai teka-teki karana isinya mengandung soalan atau tekaan terhadap sesuatu benda atau aspek, baik kongkrit maupun abstrak. Dari segi fungsinya, ia digunakan untuk maksud berteka-teki, untuk
menguji dengan maksud bermain-main atau secara bersungguh-sungguh sebagai syembara atau pertandingan.
Terdapat juga teka-teki dalam bentuk prosa; atau selarik seperti pengucapan biasa, tanpa mempunyai unsure-unsur puitis.
7. Pribahasa
Sejenis puisi yang tidak terikat terdiri dari sekurang-kurangnya dua larik salarik serangkap dengan jumlah perkataan empat, enam atau lebih perkataan daalm selarik; mempunyai rima atau tidak. Tergolong sebagai pribahasa berangkap karena isinya adalah pribahasa dan dikenali sebagai pribahasa; jenis bidalan, maupun pepatah, perumpamaan, perbilangan, tamsil, ibarat atau lidah pendeta. Setiap serangkap dapat menyatakan satu keseluruhan idea.
8. Teromba
Puisi yang tidak terikat dan tidak tentu bentuknya ( sama seperti gurindam dan seloka); berangkap atau tidak. Jika berangkap tidak tentu jumlah lariknya dalam serangkap, jumlah perkataan dalam selarik, mempunyai rima atau tidak. Tergolong sebagai teromba karena isinya mengandung atau merujuk kepada peraturan atau undang-undang adapt bagi suatu kelompok masyarakat; misalnya adapt pepatih dalam masyarakat Minangkabau; baik diMinangkabau maupun ditempat lain, sepeti masyarakat keturunan Minangkabau di Negeri Sembilan dan Malaka. Teromba juga mengadung bentuk-bentuk lain juga, khusunya pantun dan pribahasa.
9. Talibun (atau bahasa berirama)
Puisi yang tidak tentu bentuknya, berangkap atau tidak. Jika berangkap tidak tentu jumlah larik dalam serangkap, dan jumlah perkataan dalam selarik, mempunyai rima atau tidak. ; bgiasanya memerlukan beberapa larik atau rangkap yang berutan untuk menyatakan kesatuan idea.
Dari segi bentuk, ia sama seperti gurindam ( malah selalu dirujuk sebagai gurindam), seloka atau teromba. Tetapi di sini ia tergolong sebagai talibun (atau bahasa berirama) berdasarkan isi dan fungsinya. Talibun adalah rangkap-rangkap puisi yang merupakanpenceritaan terperinci tentang suatu objek atau perisitiwa dalam cerita-cerita yang umumnya di kenal sebagai “lipur lara”. Umumnya funsi talibun adalah sebagai rangkap-rangkap pemeriahan dalam karya-karya naratif berbentuk prosa dan ia diulangi di beberapa tempat dalm sebuah cerita atau dalm cerita lain dalm gfenre yang sama.
Sebelum ini kata “talibun” digunakan kedalam bentuk pantun yang lebih dari empat larik serangkaptetapi istilah itu di rasakan tidak tempat dan diperlukan. Talibun lebih sesuai digunakan bagi bentuk yang dimaksudkan disini.
10. Prosa Berirama ( atau prosa larik )
Puisi yang tidak tentu bentuknya, tetapi terdiri daripada larik-larik yang berurutan, berangkap atau tidak, mempunyai rima atau tidak. Dari segi bentuknya, ia sama seperti talibun malah mungkin terdiri daripada larik-larik atau rangkap-rangkap talibun, atau mengandung bentuk-bentuk yang tergolong kedalam genre yang lain: pantun, syair atau gurindam. Disini prosa berirama tergolong dalam prosa lirik karena bentuknya yang hamper sama dengan prosa; misalnya cerita-cerita lipur lara, khususnya kaba dalm dalam satra Minangkabau.
11. Mantera
Puisi yang tidak tentu bentuknya, berangkap atau tidak. Jika berangkap tidak tentu jumlah larik dalam serangkap, dan jumlah perkataan dalam selarik. Mungkin mengandung bentuk-bentuk yang lain, misalnya pantun; dan biasanya memerlukan beberapa lirik atau rangkap yang berurutan untuk membina satu keseluruhan. Dari segi bentuk dan struktur mantera sama seperti talibun, teromba dan lain-lain. Ia tergolong kedalm mantera karena isi dan fungsinya sebagai “mantera” dan digunakan untuk tujuan pengobatan, upacara dan permohonan.
12. Dikir
Puisi yang tidak tentu bentuknya, mengandung larik-larik yang berurutan, baik berangkap atau tidak. Jika berangkap, tidak tentu jumlah larik serangkap dan jumlah perkataan dalm selarik. Dari segi bentuk, ia sama seperti talibun, teromba, nazam dan lain-lain. Ia tergolong kedalam dikir karena kebanyakan isinya bersifat keagamaan: memuji Allah dan Rasul atau merupakan sebahagian daripada riwayat hidup Rasulullah. Walaupun dari segi bentuk, ia mungkin sama seperti nazam tetapi berbeda justru nazam mempunyai bentuk yang tetap, seperti yang telah disebutkan.
Sumber ; (Edisi Kedua, Harun Mat Piah, Ismail Hamid, Siti Hawa Saleh, Abu Hassan Sham, Abdul Rahman Kaeh, Jamilah Haji ahmad, KESUSATERAAN MELAYU TRADISIONAL, Hal. 19-23)
DIPOSKAN OLEH C INTA DAN SEN I D I 23 :53 0 KOMENTAR
Jenis-jenis puisi Melayu
Puisi Melayu termasuk dalam golongan karya kesusasteraan bentuk bukan cerita (non-naratif).
Pengkelasan puisi Melayu boleh dibuat berdasarkan bentuk, isi/tema, dan fungsi. Berdasarkan kepada
pengkelasan ini, jenis-jenis puisi Melayu tradisional terbahagi kepada dua belas
iaitu pantun, syair, gurindam, nazam, seloka, teka teki, peribahasa
berangkap, teromba, talibun (sesomba),prosa berirama (prosa lirik), dan dikir (zikir)[2].
Rujukan
1. ↑ Abdul Halim Ali (2003) Bingkisan Sastera. Diwangsa Publications & Distributors Sdn.,
Bhd.
2. ↑ Harun Mat Piah (2000), Puisi Melayu Tradisional. Kuala Lumpur. Dewan Bahasa dan
Pustaka
3. ↑ R.O. Winstedt (1992), Liaw Yock Fang (1993)
4. ↑ R.O. Winstedt (1992)
5. ↑ Harun Mat Piah (2002)
6. ↑ Gazali Dunia (1992) Kesusasteraan Melayu Lama. Dewan Bahasa dan Pustaka
7. ↑ Mohd Yusof Md. Nor (1996) Puisi Melayu Tradisional. Penerbitan Fajar Bakti
8. ↑ Harun Mat Piah (2000)Puisi Melayu Tradisional. Dewan Bahasa dan Pustaka
9. ↑ Mutiara Sastera Melayu Tradisional (2003) Muka surat 256
Dikir/Zikir
Menurut Harun Mat Diah (1989), dikir berasal daripada perkataan Arab, zikir yang bermakna
puji-pujian terhadap Allah s.w.t. dan rasul-Nya Nabi Muhammad s.a.w. Dalam perkembangan
puisi Melayu tradisional, puisi dikir/zikir bermakna puisi puji-pujian. Dikir/zikir juga merupakan
puisi yang mengandungi isi tentang unsur-unsur agama, sama ada tentang ibadat, puji-pujian,
pengajaran atau tentang Nabi Muhammad s.a.w. dan ajaran-ajarannya.
Dari segi bentuk, dikir/zikir merupakan puisi bebas. Jumlah baris dalam serangkap, jumlah
perkataan dan suku kata dalam sebaris, tidak tentu. Begitu juga rangkapnya; mungkin
mempunyai atau tidak mempunyai rangkap. Dikir/zikir biasanya terdiri daripada ungkapan-
ungkapan sejajar yang puitis, dan tidak terikat kepada bentuk yang tertentu. Kadang-kadang
dikir/zikir mengambil bentuk-bentuk puisi yang lain seperti pantun, syair, mantera dan nazam.
Puisi ini dinamakan dikir kerana setiap ungkapan atau kata-kata maksud atau isi puisi yang
dipaparkan diselang-selikan dengan kata-kata atau ungkapan puji-pujian terhadap Allah s.w.t.
dan Nabi Muhammad s.a.w. Pada permulaan puisi, ungkapan puji-pujian (zikir) terhadap Allah
s.w.t. dan puji-pujian terhadap Nabi Muhammad s.a.w. (selawat) disusun sehingga membentuk
satu rangkap yang tersendiri. Rangkap ini diulang-ulang sehingga adakalanya beberapa rangkap
sebelum rangkap isi.
Dikir/zikir tergolong dalam kesusasteraan rakyat kerana penyebarannya dilakukan secara lisan.
Berdasarkan isinya, dikir/zikir berfungsi sebagai alat pendidikan atau didaktik iaitu mengingati
khalayaknya tentang perkara-perkara yang baik dan yang perlu diikuti, serta menjauhi perkara-
perkara yang buruk atau dilarang sama ada dari aspek agama (Islam) atau nilai masyarakat.
Selain itu, dikir/zikir juga sebagai ejen penyebaran dan pemantapan nilai-nilai positif dan akhlak
yang baik keada masyarakat khalayaknya, di samping sebagai pengawal nilai sosial dalam
masyarakat seperti nilai kerjasama, hormat-menghormati, bertolak ansur dan sebagainya.
Dikir/zikir dituturkan dalam upacara yang tertentu, seperti dalam tarian dabus, permainan
kompang/hadrah, dan upacara sambutan maulidur Rasul. Dikir/zikir yang diucapkan atau yang
dinyanyikan dalam upacara maulidur Rasul biasanya mengandungi unsur dakwah, dan isinya
penuh dengan puji-pujian dan kemuliaan terhadap Nabi Muhammad s.a.w. selain itu dikir/zikir
sebagai alat hiburan di majlis-majlis sosial seperti majlis sambutan pembesar, majlis
perkahwinan dan sebagainya. Akhir sekali, dikir/zikir sebagai gambaran masyarakat terutama
dalam aspek kebahasaan dan nilai-nilai estetika. Contohnya:
Dikir Dabus
Allah hee Allah huu ya Allah,
Baddal hee ya maula,
Allah hee Allah huu ya Allah,
Hudal le ma ti habur sere ya Allah.
Allah humma salli Allah,
Allah he salli dona Allah,
Allah Muhammadun sahu ya Allah,
Hee Allah Allah wabiza aalihi.
Pada kasih penghulu kita Muhammad,
Cahaya bulan empat belas petunjuk yang sempurna,
Hati rindu kepada Nabi Muhammad,
Sentiasalah didapat daripada yang sempurna.
Allah hee Allah huu ya Allah,
Baddal hee ya maula,
Allah hee Allah huu ya Allah,
Hudal le ma ti habur sere ya Allah.
…
Sumber: didokumentasikan oleh Ahmad Ali Salikin, 1996. Lumut, Perak.
Kesimpulan
Dapatan kajian mendapati Puisi Tradisional Melayu mempunyai banyak jenis mahupun variasi,
sama ada adalah puisi asli atau saduran. Namun begitu warisan bangsa ini makin lama makin
mengalir lesu dan akhirnya dipandang sepi oleh masyarakat.
Justeru itu, tunjang utama yang menjamin keutuhan sesebuah bangsa ialah penglestarian
dan penghargaan terhadap tinggalan tradisi yang menjadi identiti terus dihormati dan
disegani. Lantaran menyedari hakikat ini maka sebagai generasi pribumi merdeka, kita perlu
untuk memelihara dan mempertahankan warisan tradisi ini daripada terus suram dan tenggelam
dimamah zaman. Sehubungan dengan itu, seluruh bangsa yang dianggap bertamadun tinggi ini
perlu untuk mengangkat martabat dan darjat tinggalan adatnya untuk keampuhan peribadi
bangsanya. Ia sebenarnya merupakan sesuatu yang mampu diperkukuh dan disulamjalinkan
sejajar dengan perkembangan zaman.
Dicatat oleh hariff71 di 11:51 PM
Definisi IstilahPosted by sitinoraslizabintiothman on April 3, 2012
Posted in: 1.0 Pengenalan. 7 comments
Menurut Chaer (1994), makna dapat dibezakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut
pandangan. Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibezakan antara makna leksikal dan makna
gramatikal. Selain itu, berdasarkan referen pada sebuah kata atau leksem pula dapat dibezakan
makna referensial dan makna nonreferensial. Seterusnya, berdasarkan sebuah kata atau leksem
pula dapat dibezakan makna denotatif dan makna konotatif. Di samping itu, berdasarkan ketepatan
makna sesuatu perkataan, dikenal pasti pula makna kata dan makna istilah atau makna umum dan
makna khusus. Lalu, berdasarkan kriteria lain atau dari sudut pandangan yang lain, dapat
dinyatakan wujudnya makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik dan sebagainya.
Sehubungan dengan itu, dinyatakan di sini berkenaan dengan makna leksikal, iaitu leksikal adalah
merupakan bentuk adjektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon. Satuan dari leksikon
adalah leksem, iaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Sebagai contoh, sekiranya kita
menyamakan leksikon dengan kosa kata atau perbendaharaan kata, kita juga dapat menyamakan
leksem dengan kata. Oleh hal yang demikian, makna leksikal dapat didefinisikan sebagai makna
yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Sehubungan dengan itu, dapat ditakrifkan
makna leksikal sebagai makna yang sesuai dengan referen, makna yang sesuai dengan hasil
observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita (Chaer,
1994). Umpamanya, perkataan ‘tikus’, makna leksikalnya adalah sebagai binatang yang dapat
menyebabkan timbulnya penyakit tifus.
Makna leksikal biasanya bertentangan dengan makna gramatikal. Misalnya, sekiranya makna
leksikal berkenaan dengan makna leksem atau kata yang sesuai dengan referennya, maka makna
gramatikal ini adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses
afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi (Chaer, 1994). Proses afiksasi awalan ter- pada
kata angkat dalam kalimat Batu seberat itu terangkat juga oleh adik, melahirkan makna ‘dapat’, dan
dalam kalimat Ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas melahirkan makna gramatikal
‘tidak sengaja’.
Seterusnya, dinyatakan juga berkenaan dengan perbezaan makna referensial dan makna
nonreferensial berdasarkan kewujudan referen dalam sesebuah kata. Misalnya, apabila sesuatu
perkataan itu mempunyai referen, perkataan tersebut merupakan kata bermakna referensial.
Sebaliknya, sekiranya perkataan tidak mempunyai referen, maka perkataan itu disebut kata
bermakna nonreferensial. Kata meja termasuk kata yang bermakna referensial karana mempunyai
referen, iaitu sejenis perabut rumah tangga yang disebut ’meja’. Sebaliknya kata karana tidak
mempunyai referen, jadi kata karana termasuk kata yang bermakna nonreferensial. Setiap kata atau
leksem memiliki makna, namun dalam penggunaannya, barulah sesuatu makna perkataan itu
menjadi jelas, iaitu apabila sesuatu perkataan itu berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks
situasinya. Keadaan ini berbeza dengan istilah yang mempunyai makna yang jelas, pasti, tidak
meragukan meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh itu, sering dikatakan bahawa istilah itu bebas
konteks.
Dikir Barat pula adalah suatu permainan tradisional yang paling digemari oleh masyarakat Melayu di
Kelantan. Dikir barat ini wujud dalam kalangan masyarakat biasa di kampung dan pinggir Bandar.
Dikir barat ini boleh dipersembahkan sebagai hiburan atau pun dipertandingkan. Perkataan Dikir
ialah hasil dari dua kombinasi seni iaitu dikir dan pantun atau dikir dan karut. Pengertian “karut” itu
sendiri ialah dari istilah mengarut dalam bentuk pantun atau syair. Jadi, Dikir Barat, Dikir Karut, Dikir
pantun dan Dikir Syair adalah sama ertinya. Walau bagaimanapun di Kelantan ia lebih terkenal
dengan Dikir Barat dan di Selatan Thai dengan Dikir Karut.
Oleh itu, jelaslah berkenaan dengan pendefinisian istilah tentang leksikal dan dikir barat yang
berkaitan dengan tajuk kajian, iaitu “Aspek Leksikal Dalam Lirik Lagu Dikir Barat”
1.1 PendahuluanPosted by sitinoraslizabintiothman on April 2, 2012
Posted in: 1.0 Pengenalan. 5 comments
Leksikal dapat didefinisikan sebagai makna yang terdapat di dalam kamus atau makna perkataan
yang terlepas daripada hubungannya dengan perkataan lain dalam ayat. Sebagai contoh, perkataan
lari, selari, berlari, berlarian, melarikan, larian, pelari dan pelarian memiliki makna leksikal, kerana
maknanya dapat dirujuk dalam kamus. Urutan huruf se+, ber+, ber+…+an, me+…+kan, +an, pe+,
pe+…+an tidak memiliki makna leksikal melainkan memiliki makna gramatis. Aspek leksikal ini juga
dapat dikategorikan kepada beberapa jenis makna dalam kelompok kata, makna kata paduan,
makna bagi kata gabungan.
Misalnya, Makna dalam kelompok kata adalah jalinan daripada makna satu perkataan dengan
perkataan lain dalam kelompok kata tersebut. Misalnya lima ekor lembu bermakna ada ‘lima ekor
lembu’. Manakala, makna bagi kata paduan pula ialah dua perkataan atau lebih yang pada mulanya
memiliki makna masing-masing, tetapi maknanya telah berpadu menjadi satu, misalnya kereta api,
kapal api, bunga api dan sebagainya. Seterusnya, makna atau leksikal bagi kata gabungan pula
merujuk kepada dua atau lebih perkataan yang mengandungi satu makna tetapi deretan perkataan
tersebut menyimpang daripada deretan perkataan yang umum dalam bahasa Melayu. Misalnya
mahasiswa, mahaputera, maharaja, bumiputera dan sebagainya. Definisi leksikal ini didapati
menerusi penulisan Darwis Harahap (1994) di dalam bukunya yang bertajuk Binaan Makna.
Sehubungan dengan itu, dikir barat pula merupakan satu permainan tradisi masyarakat Melayu di
Kelantan. Dikir barat ini terkenal di segenap lapisan masyarakat tanpa mengira golongan tua
mahupun muda.Kebiasaannya, dikir barat wujud dalam kalangan masyarakat biasa di kampung-
kampung dan pinggir bandar. Di samping itu, dalam persembahan Dikir Barat terdapat satu
kumpulan yang diketuai oleh seorang Tukang karut dan Tok Juara. Mereka akan mengarut sambil
berbalas-balas pantun dan diikuti oleh awak-awak sebagai suara latar dengan suara yang kuat dan
lantang.
Dikir Barat boleh dipersembahkan sebagai hiburan mahupun dipertandingkan. Kebiasaannya, ia
dianjurkan oleh persatuan-persatuan belia, badan-badan kerajaan dan juga orang-orang tertentu
bagi tujuan mengutip wang. Perkembangannya sukar diatasi kerana ia sering menerima perubahan
dari bentuk persembahannya dari masa ke semasa mengikut perkembangan zaman. Dikir Barat ini
dianggotai oleh seorang Tukang Karut, seorang Juara dan awak-awak sekurang-kurangnnya 15
orang hingga ke 30 orang.
Permainan ini biasanya dimainkan oleh masyarakat di musim menuai padi dan juga di majlis
perkahwinan. Dikir Barat adalah permainan yang baru jika dibandingkan dengan teater tradisional
yang lain. Perkataan Dikir ialah hasil dari dua kombinasi seni iaitu dikir dan pantun atau dikir dan
karut. Pengertian “Karut” itu sendiri ialah istilah mengarut dalam bentuk pantun atau syair. Jadi Dikir
Barat, Dikir Karut, Dikir Pantun dan Dikir Syair adalah sama ertinya. Walau bagaimanapun, di
Kelantan, ia lebih terkenal dengan Dikir Barat dan di Selatan Thai dengan Dikir Karut.
Oleh hal yang demikian, lirik lagu Dikir Barat turut mempunyai fungsi tertentu seperti mana fungsi-
fungsi asas pantun iaitu menyampaikan maksud yang sarat dengan pengajaran yang baik , moral
dan nilai-nilai hidup dari segi perspektif masyarakat dan ia turut menjadi karakter utama yang perlu
dipertimbangkan dalam seni asas nyanyian dikir barat. Maksud yang disampaikan melalui olahan
kata-kata di dalam lirik lagu dikir barat mempunyai untaian kata akhir yang sama di samping
menggunakan kiasan, unsur-unsur alam dan tradisional. Dengan erti kata lain, kata-kata di dalam
lirik lagu dikir barat ini sememangnya mempunyai makna atau leksikalnya yang tersendiri baik dari
segi tersurat mahupun tersirat.
Oleh itu, pengungkapan leksikalnya adalah penting dalam memenuhi tuntutan pemahaman oleh
masyarakat umum.
1.5 Definisi IstilahPosted on March 27, 2012 by farahelyanimohamed
1.5 Definisi Istilah
Dalam bahagian ini akan diberikan takrifan beberapa konsep penting yang terdapat dalam kajian ini. Konsep- konsep
yang perlu ditakrifkan ialah dikir barat, sindiran dan simbolik.
Dikir barat.
Dikir barat ialah adalah salah suatu teater tradisional yang paling digemari oleh masyarakat Melayudi Kelantan dan
Selatan Siam. Perkataan dikir adalah hasil daripada dua kombinasi seni iaitu ‘dikir’ dan ‘ pantun’ atau ‘dikir’ dan
‘karut. Pengertian karut itu sendiri ialah dari istilah mengarut dalam bentuk syair atau pantun.Maka, ‘dikr barat’ , ‘dikir
karut’, ‘dikir pantun’, dan ‘dikir syair’ adalah sama ertinya.Namun begitu, di Kelantanianya terkenal sebagai
panggilan ‘dikir barat’(Noraiani Ariffin, 1981 :1)
Dikir dikenali dengan pelbagai nama seperti dikir maulud, dikir Pahang, dikir rebana, dan dikir berarak. Dikir- dikir ini
dilagukan dengan iringan pukulan rebana atau kompang. Keadaan ini merupakan kebudayaan yang agak baru
dipopularkan pada masa kini.Ianya akan dinyanyikan secara beramai-ramai dalam bentuk pantun. Seorang ketua
dari kumpulan dikir barat akan dikenali sebagai tukang dikir atau tukang karut akan memulakan nyanyian yang
diulang oleh pengiring secara beramai-ramai.
Sindiran.
Sindiran bermaksud perkataan yang digunakan untuk mengata, mengeji, mengejek, mencela orang secara tidak
berterus terangan secara kiasan(Kamus Dewan 2002), Pasemon(1996) juga turut mendefinisikan bahasa sindiran
iaitu :-
Bahasa sindiran merupakan perkataan yang ditujukan untuk sesuatu maksud kepada seseorang, tidak disebut atau
dinyatakan secara tepat. Hanya disampaikan secara sinis dengan kias – kias atau dilambangkan kepada perkara
lain.
Ianya tidak digunakan atau disebut secara terang – terangan atau ditujukan dengan tepat terhadap seseorang.
Simbolik.
Kamus Dewan (2002 : 1281), simbol merupakan perkara yang berkaitan dengan lambang, sebagai lambang dan
menjadi lambang. Penggunaan lambang yang cuba dikaitkan oleh pengkaji melalui kajian ini adalah berkaitan
dengan lambang haiwan yang cuba menyindir sikap manusia pada zaman dahulu kala sehinggalah ke zaman
sekarang. Persamaan yang ada pada lambang ini akan disamakan dengan sikap manusia. Antara lambang yang
akan digunakan oleh pengkaji ialah tupai dan lintah.
KEPENTINGAN KAJIAN
Setiap kajian mempunyai kepentingan tersendiri. Kajian yang dilakukan ini dapat menambahkan kajian tentang dikir
barat dari segi linguistik yang dirasakan oleh pengkaji kurang dilakukan. Kajian tentang bahasa sindiran berdasarkan
simbolik haiwan dalam lagu dikir barat yang dilakuakn ini boleh dijadikan sebagai rujukan untuk memahami
pengkajian mengenai penginterpretasian makna yang terdapat dalam lagu dikir barat dan fungsi bahasa sindiran
yang digunakan dalam lagu dikir barat. Malahan, kajian yang dilakukan ini juga dapat sedikit sebanyak memberi
maklumat kepada masyarakat luar tentang seni kebudayaanyang sangat popular di Kelantan.
Filed under 1.0 Pengenalan | 2 Comments
APR41.3 Objektif Kajian Posted on April 4, 2012 by farahelyanimohamed
1.3 Objektif Kajian
objektif kajian merupakan perkara yang penting dalam sesuatu kajian. Hal ini kerana objektiflah yang menentukan
hala tuju semasa kajian.kajian tanpa objektif adalah kajian yang tidak terarah kerana kerana tidak mempunyai
matlamat serta tujuansesuatu kajian itu dijalankan. Kajian ini telah mengenal pasti tiga objektif yang akan digunakan
dalam melakukan kajian ini.
1. Mengenalpasti bahasa sindiran yang menggunakkan simbolik haiwan dalam lagu dikir barat.Pengkaji akan
menyatakan jenis haiwan yang digunakan dan mengaitkan sifat haiwan yang digunakan dengan sikap manusia.
2. Pengkaji menginterpretasikan makna sindiran yang menggunakkan simbol haiwan yang terdapat dalam lagu
dikir
barat.
3. Pengkaji akan mempamerkan pengajaranyang terdapat dalam lagu dikir barat berdasarkansindiran simbolik
haiwan
tersebut.
Filed under 1.0 Pengenalan | Leave a comment
APR41.2 Latar Belakang Kajian Posted on April 4, 2012 by farahelyanimohamed
1.2 Latar
Belakang Kajian
Permainan dikir barat adalah suatu teater tradisional yang paling digemari oleh masyarakat Melayu di Kelantan dan
Patani.Secara umumnya, tidak seperti teater tradisional lain, permainan ini lebih popular dalam kalangan masyarakat
biasa daripada golongan istana. Dalam persembahan dikir barat terdapat satu kumpulan yang diketuai oleh seorang
tukang karut dan tok juara(atau dikenali sebagai juara sahaja). Mereka akan mengarut sambil berbalas pantun dan
diikuti oleh awok-awok sebagai suara latar dengan suara yang kuat dan lantang(Noraini Ariffin. 1981 :1)
Dikir barat boleh dipersembahkan sebagai hiburan ataupun pertandingan. Permaianan ini biasanyadimainkan oleh
masyarakat tani pada musim menuai padi dan juga majlis perkahwinan serta berkhatan. Di samping itu, pertandingan
sering diadakan oleh persatuan-persatuan belia tempatan,badan-badan kerajaan, mahupun pihak tertentu untuk
mengutip wang. Dikir barat adalah permainan yang baru jika dibandingkan dengan teater tradisional lain. Malahan,
perkembangannya dari semasa ke semasa mengikut peredaran zaman.
Filed under 1.0 Pengenalan | Leave a comment
MAR271.1 Pendahuluan Posted on March 27, 2012 by farahelyanimohamed
1.1 Pendahuluan
kajian ini adalah berkaitan dengan penginterpretasian makna simbolik dalam haiwan dalam lagu dikir barat. Kajian ini
melihatkan kajian semantik kerana melakukan kajian terhadap penginterpretasian makna.Makna merupakan
sebahagian daripada semantik kerana semantik adalah ilmu mengenai pengkajian makna(Lyons& Fodar dlm Nor
hashimah bt Jalaluddin, 2003; 2). Menurut F. R . Palmer (1981 :1),semantik ialah istilah yang merujuk kepada kajian
makna, oleh sebab makna itu sebahagian daripada bahasa maka semantik juga sebahagian daripada linguistik.
Tujuan kajian ini dijalankan adalah untuk melihat unsur linguistik yang terdapat dalam lagu dikir barat. Kajian yang
dijalankan ini adalah merupakan kajian dari segi semantik dan skop kajian ini adalah melakukan penginterpretasian
atau penelitian terhadap penggunaan bahasa sindiran berdasarkan simbolik haiwan dalam lagu dikir barat. Sindiran
merupakan salah satu daripada kategori bahasa kiasan.kajian ini akan menggunakkan pendekatan semantik untuk
menganalisis bahasa sindiran yang dinyatakan melalui simbolik haiwan dalam lagu dikir barat untuk menyindir
manusia. Pendekatan ini digunakan bagi manyatakan makna yang tersirat kerana dirasakan memadai kerana lagu
dikir barat mudah difahami oleh pendengar.
Filed under 1.0 Pengenalan | 3 Comments
KAEDAH KAJIAN
Kaedah penyelidikan merupakan perkara yang penting dalam sesuatu kajian. Ini bertujuan supaya proses pencarian
data, pengumpulan data dan analisis yang dilakukan mengikut kronologi yang betul. Prosedur penyelidikan kajian
dimulakan dengan pengumpulan data, transkripsi dan proses analisis data.
Pengumpulan data.
Dalam kajian ini pengkaji telah menggunakan laman sesawang untuk mencari lagu- lagu dikir barat yang mempunyai
unsur simbolik haiwan.
Transkripsi.
Pengkaji telah melakukan transkripsi terhadap lirik – lirik lagu dikir barat yang telah terpilih bagi kajian pengkaji ke
dalam bahasa Melayu standard untuk memeudahkan pembaca memahami lirik tersebut. Hal ini kerana, lirik yang
menggunakkan dialek Kelantan sukar untuk difahami. Sebelum mentranskripsi lagu – lagu tersebut pengakaji telah
mendengar dengan teliti terlebih dahulu lagu -lagu yang terpilih. Proses mendengar lagu – lagu tersebut amat
dipentingkan untuk ditukarkan ke dalam bentuk bertulis.
Proses Analisi Data.
Dalam kajian ini, pengkaji telah melakukan penginterpretasian terhadap sindiran simbolik haiwan dalam lagu dikir
barat yang mempunyai kaitan semantiknya yang nyata kerana ayat dalam lahu dikir barat tidak menggunakkan
tatabahasa secara eksplisit.
Proses analisis data dimulakan dengan mengenal pasti unsur sindiran terhadap manusia yang menggunakkan
simbolik haiwan yang terdapat dalam lagu dikir barat yang terpilih dengan menyatakan jenis haiwan yang digunakan
dengan menyatakan perkaitan sifat haiwan dengan sikap manusia oleh penyanyi menerusi lagu tersebut.
Filed under 3.0 Metodologi Kajian | 2 Commen
Analisis Kualitatif.
Dikir barat merupakan satu seni budaya yang terkenal di Kelantan. Lagu – lagu dikir barat tidak dianggap sebagai
hiburan semata – mata. Lagu -lagunya yang mengandungi pelbagai unsur berperanan sosial dalam kalangan
masyarakatnya. Salah satu mesej yang ingin dikumpulkan menggunakkan bahasa sindiran dalam lagu- lagu dikir
barat yang menyindir sikap manusia. Penggunaan simbolik haiwan tersebut mempunyai maknanya yang tersendiri.
Penggunaan bahasa sindiran yang berkias- kias untuk memperlihatkan kelembutannya walaupun mempunyai
maksud yang tersirat. Sifat manusia biasanya disamakan dengan haiwan kerana perbuatan dan sikap yang
ditonjolkan oleh manusia juga terdapat dan menyerupai sifat haiwan. Dalam menganalisis bahasa sindiran tersebut,
pengkaji telah menggunakkan pendekatan semantik untuk menginterpretasi makna berdasarkan simbolik haiwan
yang digunakan.
Sindiran simbolik Anak Tupai.
‘Tupai’ tergolong dalam golongan mamalia yang berdarah sejuk dan hutan merupakan habitat semulajadi haiwan
yang cukup handal dalam melompat ketika berada di atas pokok. Ia akan melompat dari dahan ke dahan dan hanya
akan jatuh ke tanah sekali sekala apabila berlakunya pergaduhan. Sifat ini sesuai dijadikan simbolik dengan sikap
manusia yang kadang kala bersikap sombong dan angkuh. Manusia yang sombong dan angkuh ingin sekali
menonjolkan kehebatan yang ada pada diri mereka tanpa memikirkan apa yang terjadi di persekitarannya.
Walau bagaimanapun, manusia tidak lepas daripada melakukan kesalahan dan kesilapan. Simbolik tupai amatlah
sesuai digunakan kerana apa yang diketahui tupai memang haiwan yang cukup hebat dan handal melompat antara
pokok ke pokok. Namun begitu, kadang – kalanyaakan jatuh ke tanah juga. Hal tersebut mempunyai persamaan
dengan sikap manusia yang sering melakukan perbuatan jahat dan akhirnya mereka tidak akan terlepas daripada
menerima hukuman di atas perbuatan mereka itu. Hal ini disebabkan, perbuatan mereka itu akan dapat dihidu oleh
masyarakat juga akhirnya walaupun mereka cuba untuk menyembunyikannya. Melalui dikir yang pertama di kaji oleh
pengkaji, lagu yang bertajuk ‘Anak Tupai’ nyanyian Halim Yazid terdapat unsur sindiran yang digunakan untuk
menyindir sikap manusia dengan mengaitkannya dengan haiwan tersebut. Contohnya :-
Panda – panda tupa melopat
Jatuh tanoh jugok
Nok wi kaba kokre jahat
Jange terlajok manggok
jange terlajok manggok
Transkripsi :-
Pandai – pandai tupai melompat
Jatuh ke tanah juga
Hendak bagi khabar kepada orang jahat
Jangan terlalu berlagak
Jangan terlalu berlagak
Eugene T. Gendlin(1999) mengusulkan bahawa makna sebelum pemisah pacaindera manusia ataupun haiwan
mempunyai kelainan dan tugasnya tersendiri. Pemaparan maklumat ini menunjukkan bahawa manusia boleh
disimbolkan sifatnya dengan haiwan atau sebagainya.
Pendengar kepada ujaran ini akan melihat ke arah ujaran yang terdahulu dan menjadikan tupai sebagai sebagai
medium mereka dalam konteks mereka. Melalui kesan konteks pendengar ujaran tersebut ialah rangkap yang
dipaparkan akan menggunakkan subgugusan dalam kesan konteks iaitu maklumat tersebut akan disaring untuk
mengetahui adakah rangkap ini berbentuk penggabungan, penguatan atau pengguguran. pada rangkap yang dipilih
oleh daripada lagu Halim Yazid ini, kesan konteksnya lebih kepada pengguguran iaitu melibatkan haiwan yang
diunpamakan sebagai sikap angkuh walaupun adakalanya jatuh ke tanah juga. Binatang lain yang yang pandai
bergayut di atas dahan seperti monyet, beruk dan lain – lain, tetapi apabila ditambah dengan ayat berikutnya iaitu
akhirnya hatuh ke tanah juga terus melambangkan kepada binatang tupai. Malah peribahasa mengenai tupai juga
ada memerihalkan sikap tupai yang angkuh ini. Maka, pada peringkat kesan konteks ini pengguguran telah berlaku
iaitu melalui pertumbuhan sikap yang ada padanya.
Sindiran Simbolik Lintah.
‘Lintah’ merupakan sejenis haiwan invertebrata iaitu tidak mempunyai tulang dan merupakan sejenis hidupan di
dalam air dan ia suka menghisap darah. Lintah juga sangat merbahaya jika memasuki badan manusia, kerana ianya
boleh membawa maut. Simbolik lintah digunakan sinonim dengan lintah yang hanya membawa kesusahan kepada
manusia. Walaupun lintah pada masa kini telah mempunyai kegunaan kepada manusia, namun dalam fikiran
manusia masih lagi kekal sebagai haiwan yang memberi kesusahan kepada manusia.Oleh yang demikian, manusia
tetap akan memandang jijik kepada lintak disebabkan fizikal dan sifat lintah suka menghisap darah manusia. Unsur
sindiran lintah yang menggunakkan simbolik lintah untuk dikaitkan dengan sikap manusia dapat dilihat dalam lagu
yang dinyanyikan oleh Cikgu Naim, yang bertajuk Lintah. Contohnya :-
Tapi sedihnyo jadi litoh
Tak dok sapo nok ingat budi
Kahrno litoh dulu tok skoloh
Tak dok woreh jadi menteri
Tok ngulu tok amik kesoh
Tok gawo tok jenggok mari
Sakit deme susoh payoh
Keno tanggung la diri sendiri
Transkripsi :-
Tapi sedihnya jadi lintah
Tiada siapa yang ingat budi
Kerana lintah dahulu tidak sekolah
Tiada waris yang jadi menteri
Tok penghulu tiada ambil kisah
Tok penggawa tiada jenguk mari
Sakit demam susah payah
Kena tanggunglah diri sendiri.
Dari segi konteks mesej yang ingin disampaikan adalah menjadi lumrah bahawa ada segelintir masyarakat yang
tidak menghargai budi orang lain. Berdasarkan petikan dalam lirik lagu di atas, terdapat unsur simbolik haiwan yang
digunakan untuk menyindit sikap manusia. Ia bertujuan untuk menyindir sikap manusia yang tidak menghargai budi
yang ditabur oleh orang lain dengan menggunakkan simboliknya, iaitu nasib yang sama di terima oleh haiwan lintah
dalam petikan di atas merujuk kepada manusia. Baris pertama Tapi sedihnyo jadi litoh bermaksud menceritakan
tentang kesedihan yang diterima oleh manusia sama seperti lintah. Baris kedua, Tak dok sapo nok ingat budi dan
baris ketiga, Kerana lintah dahulu tidak sekolah mempunyai perkaitan yang bermaksud tiada sesiapa yang
menghargai budi yang ditaburkan oleh seseorang itu, jika seseorang itu tidak berilmu.
Hal ini kerana, masyarakat sekarang lebih memandang kepada harta daripada budi yang ditaburkan oleh seseorang.
Apabila seseorang itu berjaya maka hidupnya aklan mewah dan berharta. Sama juga seperti lintah yang banyak
membantu manusia dari segi perubatan kerana lintah dapat membentu merawat penyakit yang merbahaya seperti
kencing manis, jantung dan sebagainya. Namun budinya itu langsung tidak dihargai kerana orang tetap
menganggapnya sebagai haiwan yang jijik dan tidak berguna disebabkan fizikan dan sifatnya. Baris keempat, Tak
dok woreh jadi menteri bermaksud tidak ada sesiapa yang sudi mengaku waris atau saudara mara jika tidak berilmu.
Begitu juga,Tok penghulu, Tok Penggawa yang tidak akan menghulurkan bantuan kepada kita jika kiya tidak
memerlukan sebarang pertolongan. Jika seseorang itu berilmu, berharta dia akan berjaya dan berpengaruh
semestinya semua orang akan datang mengaku sebagai saudara mereka. Baris ketujuh, Sakit deme susoh
payoh ,dan baris kelapa, Keno tanggung la diri sendiri bermaksud kesusahan yang ditanggung oleh diri sendiri keran
tidak ada sesiapa pun sudi menjenguk dan menghulurkan bantuan disebabkan kita tidak berilmu.
Pengajaran Melalui Simbolik Haiwan.
Terdapat banyak pengajaran yang diselitkan dalam lagu- lagu dikir barat yag telah di pilih oleh pengkaji walaupun
dikir barat hanya dilihat suatu bentuk hiburan semata – mata ia tetap mengandungi unsur pengajaran disebalik
sindiran yang diperlihatkan.
Lagu Dikir Anak Tupai.
Pengajaran yang boleh dilihat dalam petikan lagu Anak Tupai ialah dimana masyarakat dinasihatkan agar tidak
terlalu bangga dengan apa yang dimiliki oleh mereka. hal ini disebabkan, setiap manusia mempunyai kelebihan dan
kebolehan tidak semestinya akan sempurna dalam semua perkara dalam hidup mereka.kadang kala mereka akan
merasai juga kesusahan.Dan dikir ini juga menasihatkan supaya masyarakat tidak melakukan perbuatan jahat yang
akan memakan diri sendiri suatu hari nanti.
Lagu Lintah.
Dalam lagu lintah nyanyian Cikgu Naim pula, pengkaji mendapati ingkapan tersebut memberi pengajaran supaya kita
menuntut ilmu pengetahuan sebanyak mungkin. Dengan adanya ilmu pengetahuan kita tidak akan dipandang hina
dan keji oleh orang lain. Sekiranya kita tidak mempunyai sebarang harta, dengan ilmulah kita bakal mengubah
segala-galanya kerana hanya ilmu yang boleh mengubah nasib. Kita sebagai insan yang hidup bermasyarakat
seharusnya menghargai jasa orang lain. Seperti yang ditunjukkan dalam petikan lagu dikir barat ‘lintah’, walaupun
sifat lintah yang tidak menarik namu ia memberi manfaat kepada orang lain.
Filed under 4.0 Analisis Dapatan Kajian | 7 Comments
KESIMPULAN
Bab ini telah merumuskan keseluruhan hasil kajian yang dilakukan oleh pengkaji berdasarkan kajian yang dibuat ,
secara kesimpulannya sindiran simbolik haiwan yang dikaitkan dengan sifat manusia mempunyai makna yang jelas
untuk menyindir sifat dan perbuatan manusia dalam masyarakatsekeliling. Dengan adanya kajian yang dilakukan ini,
jelas menunjukkan bahawa lagu dikir barat sememangnya mempunyai mesej yang amat berguna kepada
masyarakat dan ia bukan sahaja bukti dijadikan hiburan untuk didengar semata – mata. Seperti bahasa sindiran
simbolik haiwan yang dikaji oleh pengkaji, juga turut mempunyai mesej yang bagus disampaikan kepada masyarakat,
iaitu bertujuan untuk menegur dan menyedarkan masyarakat daripada melakukansesuatu yang kurang elok.
Melalui lagu dikir barat juga, maklumat dapat disampaikan kepada pendengar dengan mudah kerana
lagu dikir barat amat diminati oleh segenap lapisan umur, khususnya di Kelantan. Pengkaji berharap, kebudayaan
dikit barat dapat dikembangkan ke seluruh Malaysia dan bukan hanya di Kelantan. Hal ini disebabkan, selama ini
dikir barat hanya sinonim dengan Kelantan.Pengkaji juga berharap dikir barat ini terus berkembang dengan lebih
pesat lagi kerana budaya dikir barat terdapat banyak unsur sindiran dalamnya. Harapan pengkaji juga, agar dikir
barat dapat diselami oleh negeri – negeri lain walaupun perlebalan dikir barat hanya untuk negeri Kelantan. Namun,
dengan kekreatifan pihak lain mungkin dikir barat berjaya menembusi negeri-negeri lain.
Filed under 5.0 Penutup | 8 Comments
Lirik lagu Anak Tupai(Halim Yazid)
Ado sekor anok tupai atah julai mokte
Kudung ekor perut lapar jalan cari makan
Kejadian tuhan dipanggil nama tupai
Asalnya dale hutan sejenis mamalia
Kalu pasal jakit kok dehe dialah yg paling pandai
Jatuh jare jare kerana dia tak sobar
Pandai pandai tupai melompat jatuh tanah jugok
Tak wi gambar ore jahat jale telajok mangok
Ore jame ritu pakat hambat tupai
Bimbe ko woh kayu takuk tokdan besar
Nyor derian duku kalu dan nye kerit tupai
Pendek tahun tu nyor derian takdan nak jual
Ore sekepung tupai sekor berambat hari hari
Nya pakat likung nya pakat pekong tupai takleh lagi
Sakat bedil ado tupai habih mati
Hok ni lah saya raso kita sangat rugi
Kita manusio tinggi mana pun kita ngaji
Nak wat tupai sekor tentu sekali nya tak jadi
Loni kapung atau bandar jare buleh tgk
Bapok tupai ibu tupai jale bawak anok
Rasa kesian sungguh tgk sekor ke anok tupai
Kerana telajok kuruh sapa tokleh nak niti pagar
Bulu bulu pun habih luruh air mato bederai derai
Mari dale baruh bekali kena racun tebaka
Ado sekor anok tupai atah julai mokte
Kudung ekor perut lapar jalan cari makan
Lirik lagu Lintah (Cikgu Naim)
kejadian litoh ni meme pelik sgoti
Dijadikan oleh Allah
Kure dale serba serbi
tubuh lembek mace getah
tak dok tange takdok kaki
ada mulut takdok lidah
ada palo tapi tak dok dahi
kejadian litoh
hai malenyo nasib litah
manusia pakat benci
litoh hidup hisap darah
litoh tok leh make roti
bekah litoh kekoh
daroh tubek payoh nak breti
tinggal parut merah – merah
kade sbule pun tok ile lagi
setakat dunia moden
litoh ni kure banyok
demo igap muat jabe
kelik ghumah pakat tanok minyok
ubat budok kecing kain
ore tino baru lepah branok
ore jate hok nyakit buasir
rajin comor buasir jadi khelok
Tapi sedihnyo jadi litoh
takdok sapo hok ingat budi
krano litoh dulu tak skoloh
takdok woris jadi menteri
tok ngulu dok amik kesah
tok gawo dok penoh mari
sakit deme susoh payoh
kena tanggung la diri sdiri
pikir masaloh litoh
raso insaf dale diri
adik-adik dok tengoh ngaji
kalu dea kito ore susah
banyok mano pun tabur budi
demo tengok denge mato sbeloh
balas pulok denge tapok kaki
kita hidup sesok kure
raso hidup raso hino
walau make kito tok make
tak dok sapo sudi tanyo
kalau ado pelajare
pitih banyok ado namo
woris ramai saing sake
duduk bangun raso sedap nyawo
kejadian litoh ni meme pelik sgoti
Dijadikan oleh Allah
Kure dale serba serbi
tubuh lembek mace getah
tak dok tange takdok kaki
ada mulut takdok lidah
ada palo tapi tak dok dahi
kejadian litoh.
Maksud Dikir BaratDikir Barat merupakan satu persembahan negeri Kelantan yang disampaikan secara berkumpulan. Setiap kumpulan biasanya diketuai oleh seorang Tukang karut dan Tok Juara.
Tukang karut dan Tok Juara akan mendahului nyanyian sambil berbalas-balas pantun dan diikuti oleh awak-awak sebagai suara latar dengan suara yang kuat dan lantang.[sunting]Maklumat lanjut mengenai dikir barat
Dikir Barat adalah suatu permainan tradisional yang paling digemari oleh masyarakat Melayu di Kelantan. Ianya wujud di kalangan masyarakat biasa di kampung kampung dan pinggir bandar. Di dalam persembahan Dikir Barat terdapat satu kumpulan yang diketuai oleh seorang Tukang karut dan Tok Juara. Mereka akan mengarut sambil berbalas - balas pantun dan diikuti oleh awak awak sebagai suara latar dengan suara yang kuat dan lantang. Dikir barat ini boleh dipersembahkan sebagai hiburan atau pun dipertandingkan.
Permainan ini biasanya dimainkan oleh masyarakat di musim menuai padi dan juga di majlis perkahwinan. Pertandingan selalunya diadakan oleh persatuan-persatuan belia tempatan, badan-badan kerajaan ataupun orang-orang tertentu untuk mengutip wang. Dikir Barat adalah permainan yang baru jika dibandingkan dengan teater tradisional yang lain. Perkembangannya sukar diatasi kerana ianya sering menerima perubahan dari bentuk persembahannya dari masa ke semasa mengikut perkembangan zaman.
Perkataan Dikir ialah hasil dari dua kombinasi seni iaitu Dikir dan pantun atau dikir dan karut. Pengertian "Karut" itu sendiri ialah dari istilah mengarut dalam bentuk pantun atau syair. Jadi Dikir Barat, Dikir Karut, Dikir pantun dan Dikir Syair adalah sama ertinya. Walaubagaimanapun di Kelantan ianya lebih terkenal dengan Dikir Barat dan di Selatan Thai dengan Dikir Karut.
di 7:14 PG
E-melkan Ini BlogThis! Kongsi ke Twitter Kongsi ke Facebook
Asal Usul Dikir Barat
Ape yang aku tahu, dikir barat mula sapa Tanoh Mlayu dalm 1930-an... Orang petama perkenal seni nie seorang anak tempatan iaitu Tuan Haji Mat Salleh b. Haji Ahmad. Biasanya orang panggil beliau dengan nama Mat Salleh Tape atau (Mat Leh Tape).Sebenarnye gelaran Tape tue dapat panggilan ikut nama kampung, mungkin nama kampung dia kot... (kampung Tapang)
Ada jugak buah-buah mulut orang kata dikir barat nie asal dari selatan siam, tapi di sana demom panggil dikir karut. Tetapi sebab perkataan karut dalam dalek kelantan bermaksud tidak benar menyebabkan orang Kelantan tukar dengan panggil dikir barat iaitu merujuk kepada tempat asal dikir itu.
Teori yang kedu lak kata dikir barat asal dari Bangkat India, Dikir barat dipersembahkan untuk memuja dewa-dewa Hindu. Di India, persembahan dikir dibawa ke Siam kemudian berkembang pula ke Kelantan.
Sebenarnya bentuk asal dikir barat nie terdiri dari nyanyian juara dan awok-awok sahaja. Tetapi menurut citeri pantun-pantun yang disampaikan oleh tukang karut adalah ciptaan Mat Leh Tape.
POSTED BY NAF ISAH AT 12 :00 AM
Alat Muzik Dalam Dikir Barat
Mulo- mulo dulu dikir barat guno satu alat adiofon jer... iaitu kecerek benda tue asal dari keping-keping buluh yang diketuk bersama untuk menghasilkan rentak irama dikir barat.
Diorang tak payah tepuk tangan tapi kene letak duo belah tangan di pipi nak kasi kuat soro.
Tapi skang dikir barat guna ensembel. Alat- alat banyak sperti tetawak, dua biji rebana (ibu dan anak), sepasang rumbia (marakas), canang dan kerci. Alat muzik nie di plih juara yang
reka rentak tuk seseutu dikir bara. Kat bawah nei antara alat- alat yang aku dapar cari maksud n kegunaannye........
Tetawak
Tetawak atau gong diperbuat daripada tembaga hitam dengan bingkai yang besar. Bila hendak digunakan , tetawak digantung pada ‘stand’ atau pengangkut kayu atau bumbung pentas. Jong (juru) gong akan duduk bersila di sisi tetawak dan memukul busutnya untuk menghasilkan bunyi. Bunyi pukulan tetawak lebih tinggi daripada gong. Dalam persembahan, tetawak diletakkan di bahagian tepi barisan belakang satu-satu kumpulan dikir barat.
Rebana
Rebana adalah alat membran semuka dan kulit mukanya diperbuat daripada kulit kambing. Apabila dimainkan, rebana itu diletakkan di atas tapak kaki pemainnya yang duduk bersila. Lutut kanan pemain dimasukkan ke dalam buluh rebana sehingga mencecah kulit muka untuk menghasilkan bunyi yang lebih nyaring. Untuk menegangkan kulit rebana digunakan kayu baji yang diletakkan di bawah buluh rebana dan juga seutas rotan kecil sebagai penyedak.
Marakas
Sepasang Marakas juga digunakan dalam persembahan dikir barat. Ia biasanya dibuat daripada kayu atau plastik dan tempurung kelapa. Kayu yang digunakan dilarik, dilicinkan dan dibentuk bulat seperti bola. Di dalamnya dimasukkan biji-biji batu kecil, untuk menghasilkan bunyi. Kayu pemegang dipasang untuk memudahkan pemain memainkannya.
POSTED BY NAF ISAH AT 12 :13 AM
Ahli-Ahli Kumpulan Dikir Barat
Seni Warisan Dikir Barat dipersembahkan melalui kumpulan.
Dalam setiap kumpulan dikir barat terdiri daripada seorang tukang karut, seorang juara dan beberapa orang awok- awok.
Tukang Karut
Orang yang penting dalam pasukan dikir barat . Tugasnya ialah bersyair dan berpantun.Idea, isi bahasa dan persolan yang ada dalam puisi bergantung kepada selera tukang karut itu sendiri. Tetapi biasanya idea yang disampaikan adalah secara sportan.
Bagi persembahan untuk pertandingan tukang karut diberikan tema tertentu seperti “kemerdekaaan” atau sebagainya. Tukang karut secara spontan harus menyapaikan syair
bertemakan tajuk yang diberikan. Biasanya seorang yang ingin menjadi tukang karut mestilah seorang yang kreatif. Kebolehan menjadi tukang karut tidak dimiliki oleh semua orang, kerana hanya individu tertentu sahaja mempunyai bakat tersebut. Tukang karut
akan berinteraksi dengan penonton menerusi gelagatnya.Antara barisan tukang karut yang terkenal ialah Seman Wau Bulan, Awang Ikan Duyung dan lain ramai lagi.
Juara ( Tok Juara)
Juara orang kedua penting dalam kumpulan dikir barat. Tugas Juara adalah berdikir sebelum tukang karut mengarut. Juara hanya berdikir sambil duduk semasa persembahan dikir barat dipersembahkan.Tetapi jika
seseorang Juara tu memiliki suara yang merdu secara tak langsung dapat menaikkan semangat tukang karut dan awok-awok dalam kumpulan.
Awok- Awok
Terdiri antara 15 hingga 20 orang, dan biasanya mereka dari golongan muda-mudi. Awok-awok berdikir untuk melahirkan suara latar atau korus bagi persembahan dikir barat. Mereka akan mengikut lagu yang didendangkan oleh Juara. Awok-awok juga akan mempersembahkan gerak badan tertentu untuk menarik
perhatian penonton semasa dikir barat dipersembahkan.
POSTED BY NAF ISAH AT 7 :48 PM
Dikir Barat Kini
Jika dahulu dikir barat dipersembahkan sebagai hiburan semasa upaca menuai padi padi, tetapi kini, dikir barat dipesembhkan bukan untuk hiburan semata-mata, tetapi lebih
berunsur untuk memberi nasihat, sindiran, pengajaran dan kritikan masyarakat.
Banyak lagu- lagu dikir barat yang dirakam kini bpleh memberi pengajaran yang yang berguna kepada pendengar dan peminat- peminat dikir barat. Kini pendikir- pendikir
banyak terdiri daripada mereka yang terpelajar seperti Halim Yazid, Cikgu Sulizi, Cikgu Naim dan ramai lagi.
Lagu- lagu ciptaan Halim Yazid contohnya banyak memberi nasihat dan kesedaran kepada masyarakat tentang kebesaran ciptaan Allah. Melalui bait- bait yang terkandung dalam
lagu “Anak Tupai” misalnya, ada bait yang bermaksud , walau setinggi mana taraf pengajian seseorang manusia, namun masih tidak berkeupayaan untuk mencipta seekor
tupai.
POSTED BY NAF ISAH AT 7 :55 PM
Pertandingan dikir barat menjadi acara tahunan rasmi sekarangbagi banyak agensi-agensi swasta dan jabatan- jabatan kerajaan. Pelbagai objektif dikenalpasti mengapa kebanyakan kebanyakan sesebuah jabatan atau agensi kerajan atau swasta menganjurkan persembahan dikir barat. Objektif yang biasa diutarakan adalah untuk mengeratkan hubungan antara ahli- ahli dalam setiap jabatan. Ini kerana persembahan Dikir Barat melibatkan ahli yang
ramai dan setiap ahli perlu mempunyai semangat kerjasama yang tinggi bagi memastikan kumpulannya berjaya dalam sessuatu pertandingan.
Seterusnya, penganjuran dikir barat bukan hanya untuk merebut gelaran Johan atau Naib Johan atau meraih anugerah tertentu semata- mata. Tetapi penganjuran dikir barat juga bertujuan untuk mengumpul dana bagi mengisi tabung kebajikan tertentu. Penganjuran Dikir Barat sering kali dianjurkankan kerana kos pengajuran untuk pertandingan dikir barat tidaklah setinggi kos bagi menganjurkan pertandingan genre muzik- muzik moden masa kini.
Kebaikan Dikir Barat
Komunikasi yang berkesan memainkan peranan untuk rakyat mendapat maklumat dengan cepat dan tepat supaya dapat bertindak secara positif.
Dikir Barat mampu menyampaikan mesej secara langsung dan spontan melalui peranan yang dimainkan oleh Juara dan Tukang Karut.
Mewujudkan interaksi dan perhubungan mesra masyarakat umum.Menghidupkan dan mencungkil bakat seni Dikir Barat yang bermutu tinggi.
Meningkatkan semangat patriotisme dan cintakan negara di kalangan generasi muda.
Menggalakkan belia melibatkan diri dalam aktiviti yang berfaedah sekali gus menyelamatkan diri mereka daripada terjebak dengan gejala- gejala yang negatif.
Mengembangkan bakat dan potensi yang sedia ada di belia.Mengekalkan teater tradisional Melayu bagi Negeri Kelantan khususnya.
Membolehkan generasi akan dapat terus mnegenali dikir barat.Memperkenalkan teater Melayu yang unik ini kepada masyarakat luar
Mengeratkan hubungan silaturahim antara ahli masyarakat tanpa kira bangsa dan agama.
POSTED BY NAF ISAH AT 8 :19 PM
Patriotisme Dalam Dikir Barat
Dikir barat juga boleh digunakan sebagai medium untuk meningkatkan semangat patriotisme dalam kalangan rakyat negara ini. Melalui persembahan dikir barat mesej
patriotisme lebih terserlah dan lebih menarik kerana menggunakan bentuk persembahan tradisional.Ini kerana, di samping berhibur, kita boleh mendidik orang ramai terutamanya
generasi muda tentang sejarah negara kita.Dalam hal ini Juara dan Tukang Karut berpeanan untuk mepersembahakan puisi- puisi yang bercorak patriotisme yang unik agar mesej yang disampaikan pendikir itu diharap
dapat diterima ramai dan mampu memupuk semangat cintakan negara.Tambahan pada masa sekarang nie dikir barat bukan lagi dianggap kebudayaan orang
Timur sahaja, tetapi dikenali sebagai seni budaya tradisional Malaysia.Keunikkan budaya ini dapat digunakan untuk menyemai serta meningkatkan semangat
cintakan negara dalam kalangan penonton terutamanya generasi muda.Dibawah nie terdapat lirik lagu dikir barat oleh Cikgu Naim yang mempersoalkan erti
kemerdekaan yang kita dapat, tetapi kebanyakan daripada masyarakt kita masih belum
sedia menerima perubahan dan tidak bersedia untuk berubah menjadi lebih baik. Lirik lagu nie mempunyai baknyak maksud yang tersirat untuk anda semua fikirkan.
Dikir Barat: Dilema Melayu KitaNyanyian :Cikgu Naim
Anak Tupai (Halim Yazid)Ado seko anok tupa,atah jula mokte,
kudung ekor perut lapa,jale cari make, (x2)UlangKejadie tuhe,dipanggil namo tupa,
asalnyo dale hute,sejenis mamalia,Kalu pakat jakkit kot dahe,diolah yang paling panda,
Jatuh jare jare,kerano dio tok soba,Panda panda tupa nompat,jatuh tanoh jugok,
nok bui kaba ore jahat,jange tlajok manggok,(X2)Ore jame aritu,pakat hambak tupa,
bimbe ko buoh kayu,takut dok de besar,nyo durie duku,kalu de nya kerik tupa,
pendek tahun tu,nyo durie tok de nok jual,Ore sekapung, tupa seko,berambat hari hari,
Nyo pakat likong, nyo pakat plekong,tupa tokleh lari (x2)Takat bedil ado,tupa habih mati,
hok ni la sayo raso,kito sangat rugi,ulangKito maknusio,tinggi mano pun kito ngaji,nok buat tupa seko,tetu skali doh tok jadi,
Lo ni kapung,atah pagar,jare buleh tengok,bapok tupa, ibu tupa,jale bawok anok, (X2)raso kesie sungguh,tengok seko anok tupa,
kerano tlajok kuruh,sapa tokleh nok niti pagar,bulu bulu pun habih luruh,
airmato dera bera,mari dale baruh,bekali keno rajuk pagar
Lagu anak tupai hasil karya Halim Yazid nie bukan sekadar untuk hiburan semata- mata, tetapi turut mempunyai mesej yang berguna kepada kehidupan dalam masyarakat kita sekarang ini. Mesej pertama yang ingin disampaikan dalam lagu ini ialah ingatan kepada masyarakat supaya jangan terlalu bertindak mengikut hawa nafsu. Ini kerana, sepandai- pandai tupai melompat akan jatuh ketanha juga, memberi makna selicik-licik mana pun orang yang melakukan perkara yang bermoral akhirnya akan diketahui juga. Sekiranya seseorang individu tersebut terlibat dalam gejala negatif seperti menyalahguna dadah, lumba haram, mencuri dan sebagainya akhirnya individu tersebut akan ditangkap jugak.Mesej seterusnya yang dapat dikenal pasti terdapat dalam lagu nie ialah tentang keagungan ciptaan Allah SWT. Menurut pencipta lagu, walau setinggi manapun ilmu yang ada pada seseorang individu yang bergelar manusia, tetapi manusia tidak mampu untuk mencipta seekor tupai. Oleh itu sebagai manusia kita dinasihatkan supaya jangan menganggap tupai sebagia musuh dan jangan terlalu teruja untuk membunuh tupai keranan tupai juga ciptan Allh SWT yang unik dan berhak untuk sama- sama menghuni alam ciptan Allah.
POSTED BY NAF ISAH AT 7 :03 PM
PAKAIAN
Dalam persembahan dikir barat dahulu, sebenarnya tidak mempunyai pakaian tertentu
atau menarik untuk dipakai oleh juara, tukang karut mahupun awok-awok.Tetapi pada
masa sekarang ini pakaian menjadi salah satu faktor penonton suka untuk menonton
persembahan dikir barat.
Kini biasanya Tukang Karut dan Juara akan memakai pakaian songget seperti pengantin
lelaki yang mahi menaikki pelamin. Kos untuk membuat pakain semasa berdikir agak
mahal kerana biasanya menggunakan songket asli.
Bagi kumpulan dikir barat yang mahu menyertai pertandingan, pakaian yang cantik serta memukau menjadi pilihan, kerana markah turut diberikan untuk kesesuai berpakaian. Biasanya pakaian tradisional akan menarik perhatian juri memberi markah yang baik.
Pakaian Awok- Awok mesti seragam dan menarik. Walau tidak menggunakan bahan dari kain songket, tapi fesyen berpakaian Awok- Awok biasanya menyamai pahlawan- pahlawan dahulu.